DINAMIKA PERSEBARAN HOAX SEBAGAI TANTANGAN …
Transcript of DINAMIKA PERSEBARAN HOAX SEBAGAI TANTANGAN …
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1273
DINAMIKA PERSEBARAN HOAX SEBAGAI TANTANGAN
PEMERINTAH DI INDONESIA
Antar Zidane1, Fikram Rettob2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Alamat Korespondensi: [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Tulisan ini mengkaji isu-isu terkait validitas informasi dari media yang diserap diasumsikan oleh
masyarakat Indonesia. Permasalahan hoax di Indonesia adalah sebuah permasalahan yang sangat
serius dan harus segera dicari jalan keluarnya. Pasalnya permasalahan ini berimplikasi terhadap
kesejahteraan dan persatuan masyarakat Indonesia. Sehingga hal tersebut mendorong penulis
untuk mengkaji permasalahan ini dan menawarkan solusi terkait bagimana pemerintah mengatur
validitas dan persebran informasi di Indonesia. Karya ilmiah ini dibuat penulis dengan
menggunakan metode kualitatif yang merujuk terhadap sumber-sumber yang bersifat credible
sebagai acuan terkait bagimana pemerintah dapat menerapkan suatu kebijakan yang bijak dan
profesional mengenai validitas informasi dan persebarannya di Indonesia. Disisi lain penelitian ini
juga akan memberikan pernjelasan terkait bagaiman dampak dari tersebar luasnya hoax di
Indonesia. Dalam karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bahwasajanya pemerintah dapat
bertindak dengan menerapkan sebuah kebijakan dimana persebebaran informasi harus terverifikasi
oleh pemerintah agar dapat terwujudnya persebaran informasi yang valid di Indonesia.
Kata Kunci : Hoax, Pemerintah Indonesia, Masyarkat, Validitas, Credible, Implikasi
ABSTRACT
This paper examines issues related to the validity of information from the absorbed media
assumed by the people of Indonesia. The problem of hoaxes in Indonesia is a very serious problem
and solutions must be sought immediately. Because this problem has implications for the welfare
and unity of Indonesian society. So that it encourages the authors to examine this problem and
offer solutions related to how the government regulates the validity and distribution of
information in Indonesia. This scientific work is made by the writer using qualitative methods that
refer to credible sources as a reference related to how the government can implement a wise and
professional policy regarding the validity of information and its distribution in Indonesia. On the
other hand this research will also provide an explanation related to the impact of the widespread
hoax in Indonesia. In this scientific paper the author gets that the government can act by
implementing a policy in which the distribution of information must be verified by the government
in order to realize the dissemination of valid information in Indonesia.
Keywords : Hoax, Indonesian Government, Society, Validity, Credible, Implications
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan isu-isu kontemporer, Hoax merupakan salah satu
subjek yang berurgensi tinggi. Pasalnya, seiring berjalannya waktu isu-isu hoax
menjadi semakin marak. Hal itu membuat para akademisi risau dan khawatir
akan hal ini yang mana merupakan suatu hal yang dapat menuntun masyarakat
Indonesia kepada kemasifa. Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Deddy
Mulyana, guru besar ilmu komunikasi dari universitas padjajaran
menyampaikan bahwa bangsa Indonesia yang memiliki tingkat kegemaran
membaca buku yang rendah, tiba-tiba dicekoki dengan banyak informasi di
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1274
ranah digital, dan lebih parahnya lagi karena sifat dasarnya suka berbincang
maka informasi yang diterima itu lalu dibagikan tanpa melalui verifikasi
(Marsaor, 2018).
Banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan internet
memungkinkan menjadi sebuah indikator penyebab buruknya diskursus1 pada
masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak? Indonesia merupakan negara yang
berpenduduk sebanyak 268,2 juta jiwa, dan berpengguna internet sebanyak 150
juta (Lihat Gambar 1.1) (Wearesosial, 2019). Dengan banyaknya pengguna itu
tentu persebaran hoax memiliki potensi tinggi yang dapat berimplikasi terhadap
kehidupan masyarakat Indonesia yang harmonis dan sejahtera.
Gambar 1. Data pengguna telpon, internet media sosial Indonesia menurut;
(Wearesosial, 2019)
Namun dalam kajian akademis, apakah hoax itu? Secara Bahasa, hoax
merupakan kelompok dari kata practical joke, joke, jest, prank, trick, yang
mana dapat diartikan sebagai; lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan,
membohongi, menipu, mempermainkan, meperdaya, dan memperdayakan
(Anonym, pengertian hoax menurut para ahli, 2019).
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1275
Dalam perspektif hukum Indonesia, sudah pula diatur dalam pasal 28
ayat 1 UU nomer 11 tahun 2008 tentang ITE yang berbunyi “setiap orang
dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik (Suwahju,
2019). Dalam pasal 28 ayat 1 Ini kata "bohong" dan juga kata "menyesatkan"
tersebut memiliki makna yang berbeda di mana pengertian bohong disini
merupakan suatu tindakan dimana berita atau informasi yang disebarkan adalah
informasi yang tidak benar adanya. Sedangkan kata menyesatkan itu memiliki
makna; dampak yang timbul dari tindakan menyebarkan berita atau informasi
yang tidak benar tersebut (Sembiring, 2017). Selain itu, hoax menurut Robert
Nares itu berasal dari “hocus” yang mana merupakan salah satu kata dari
Bahasa latin yang berarti “to cheat” atau menipu (Anonym, pengertian hoax
menurut para ahli, 2018).
Adapun ciri-ciri hoax memiliki 12 poin sebagaimana yang telah
dipaparkan oleh ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo (Herman, 2019). 12
poin ciri-ciri hoax tersebut ialah;
No Deskripsi No Deskripsi
1. Menciptakan kecemasan,
kebencian, permusuhan
7. Memberi penjulukan
2. Sumber tidak jelas dan
tidak ada yang bisa
dimintai tanggungjawab
atau klarifikasi
8. Minta upaya di share
atau di viralkan
3. Pesen sepihak, menyerang
dan tidak netral atau berat
sebelah
9. Menggunakan argumen
dan data yang sangat
teknis supaya terlihat
ilmiah dan dipercaya
4. Mencatut nama tokoh 10. Artikel yang ditulis
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1276
berpengaruh atau
memakai nama mirip
media terkenal
biasanya
menyembunyikan fakta
dan data serta memelintir
pertanyaan
narasumbernya
5. Memanfaatkan fanatisme
atas nama ideologi,
agama, suara rakyat
11. Berita ini biasanya ditulis
oleh media abal-abal, di
mana alamat media dan
penanggungjawab tidak
jelas
6. Judul pengantarnya
provokatif dan tidak cocok
dengan isinya
12. Manipulasi foto dan
keterangannya. Foto-foto
yang digunakan biasanya
sudah lama dan berasal
dari kejadiandi tempat
lain dan keterangannya
juga di manipulasi
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, kajian mengenai
persebaran hoax itu memiliki urgensi yang tinggi. Sebab, hoax merupakan
perihal yang krusial akan keharmonisan dan kesejahteraan kehidupan
bernegara. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah yang berjudul :Dinamika
Persebaran Hoax sebagai Tantangan Pemerintah di Indonesia” ini akan
mengkaji permasalahan hoax tersebut. Penulis berharap semoga penelitian ini
bisa menjadi bermanfaat dalam usaha penghapusan persebaran hoax di
Indonesia.
METODE PENELITIAN
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode
kualitatif sebagai pisau analisis dan juga metodologi penelitian ini. Menurut
Rachmat Kritantono, tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan fenomena
yang terjadi di masyarakat secara mendalam dengan mengumpulkan data
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1277
secara mendalam dan lengkap (Andayani, 2017). Oleh karena itu kelengkapan
dan kedalaman data yang diteliti merupakan suatu hal yang penting.
Selain itu, terdapat empat tahapan dalam melakukan penelitian kualitatif
(Nadzifah, 2015). Tahapan-tahapan tersebut adalah;
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data (penggabungan)
3. Proses Pengkodean
4. Penarikan Kesimpulan
Sehingga, dengan metode kualitatif ini memiliki tujuan untuk
memahami terkait fenomena dengan konteks sosial yang secara alamiah terjadi
dengan menggunakan data yang komprehensif yang bersifat credible. Selain
itu, dengan penuh harapan melalui penelitian ini penulis dan pembaca sama-
sama dapat dan akan mengetahui terkait solusi yang tepat dalam menyelesikan
masalah yang terjadi dalam peroblematika persebaran hoax di Indonesia.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan persebaran hoax di Indonesia?
2. Mengapa persebaran hoax menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia?
3. Bagaimana pemerintah Indonesia menyikapi persebaran hoax di Indonesia?
4. Bagaimana implikasi persebaran hoax pada masyarakat Indonesia?
5. Bagaimana negara asing menyikapi isu-isu persebaran hoax?
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan hoax di Indonesia Dalam bagian awal pembahasan ini,
akan berisi mengenai analisis perkembangan hoax di Indonesia. Tentu akan
ambigu jika dalam pembahasan perkembangan hoax di Indonesia itu tidak
terdapat penelitian dan contoh kasus. Oleh karena itu pembahasan ini akan dibalut
oleh penelitian dan study case yang credible.
Berdasarkan data yang didapatkan dari kominfo, menyebutkan bahwa
ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar
hoax (Yuliani, media hoax kominfo, 2017). Selain itu, pada tempo jelang
pemungutan suara pemilu 2019, persebaran berita hoax di media sosial kian
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1278
marak (Liputan6.com, 2019). Hal ini berdasarkan data yang dimiliki oleh
Kementrian Komunikasi Informatika. Dalam hal ini, hoax paling banyak
didapati pada akun-akun yang memposting hoax lalu pada saat itu juga pemilik
akun men-screenshot dan memviralkan postingan tersebut dengan hasil gambar
layar yang ia peroleh. Sebagai antisipasi atau “cari aman” pemilik akun tersebut
segera menutup akunnya. Selain itu, Menkominfo Rudiantara mengatakan
bahwa Facebook dan Instagram adalah media yang paling banyak didapati
hoax.
Pernyataan Menkominfo Rudiantara ternyata juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mastel (Judhita, 2018). Survey Mastel (2017)
mengungkapkan menyebutkan bahwa saluran yang banyak digunakan dalam
penyebaran hoax adalah; situs web sebesar 34,90%, aplikasi chatting
(Whatsapp, Line, Telegram) sebesar 62,80%, dan melalui media sosial
(Facebook, Twitter, Instagram dan Path) yang merupakan media yang paling
banyak digunakan untuk menyebarkan hoax, yakni mencapai 92,40%. Survey
yang dilakukan oleh Mastel juga mengungkapkan bahwa dari 1.146 responden,
44,3% diantaranya menerima berita hoax setiap harinya dan 17,2% menerima
lebih dari satu kali dalam sehari. Bahkan media arus utama yang diandalkan
sebagai media yang dapat dipercaya terkadang ikut terkontaminasi persebaran
hoax. Dalam hal ini, “virus” hoax dan data yang dihasilkan dari penelitian
Mastel dan Kemenkominfo telah memberikan spektrum kepada public tentang
maraknya hoax di media-media yang ada, terutama Facebook dan Instagram.
Sebagai warga negara yang cerdas, tentu data-data yang telah
dipaparkan sebelumnya menunjukan jumlah yang tidak sedikit. Oleh karena itu,
sikap hati-hati akan suatu informasi yang didapatkan dari media-media yang
telah disebutkan diatas merupakan hal yang penting dan dibutuhkan bagi
bangsa ini demi mewujudkan Indonesia yang harmonis dan sejahtera.
Hoax yang beredar di media-media khususnya media sosial merupakan
suatu hal yang beruk bagi masyarakat. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh
ketua MIAH (Masyarakat Indonesia Anti Hoax) Septiaji Eko Nugroho, ia
mengatakan bahwa persebaran hoax di media sosial menimbulkan keresahan bagi
masyarakat (yunita, 2017). Dia juga menghimbau agar media sosial dimanfaatkan
untuk hal-hal yang sifatnya sinergis dan edukatif. Tentunya hoax merupakan virus
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1279
yang mengontaminasi edukasi sehingga dapat membuat keadaan dan intelektualitas
masyarkat Indonesia menjadi beruk. Kecepatan persebaran hoax pun tidak bisa
dipungkiri. Dalam menjelaskan persebaran hoax, penulis menggunakan model
yang didapatkan dari Kemenkominfo. Lihat gambar 2.
Gambar 2. Lingkaran Setan Persebaran Hoax Menurut; (Yovita,
2017)
Gambar diatas menjelaskan bahwa persebaran yang berasal dari sumber
hoax mulai menyebar ke media sosial, lalu dari media sosial menyebar ke
media online, hingga TV dan media cetak. Namun, dalam persebaran hoax itu
juga memungkinkan tersebarnya dari sumber hoax ke media online dan dari
media sosial ke media cetak dan tv. Untuk penjelasan lebih lanjut, penulis
menggunakan kasus Ratna Sarumpaet sebagai study case penjelasan persebaran
hoax.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1280
Kasus Ratna Sarumpaet dimulai ketika gambar hasi screenshot di unggah
ke Facebook oleh Swary Utami Dewi (Ihsanuddin, 2018). Dalam foto yang
diunggahnya, tampak muka Ratna itu bengkak. Swary Juga mengatakan “Apakah
karena berbeda maka seseorang berhak dipukuli?”. Lalu postingan tersebut
diunggah ke Twitter oleh salah satu aktifis Grindra yang bernama Rachel Maryam.
Dalam postingannya ia mengatakan bahwa Ratna tidak meminta berita
penganiayaan tersebut untuk disebar luaskan dan Ratna masih dalam keadaan
trauma. Setah itu pada keesokan harinya, berita mulai menyebar di berbagai
media cetak, seperti salah satunya adalah Warta Kota2 (Anonym, koran ratna
sarumpaet, 2018). Pers tersebut menyebarkan berita penganiayaan tersebut
pada keesokan harinya atau lebih tepatnya 3 Oktober 2018. Bahkan dari media
televisi pun tidak kalah ccepatnya dari pada media cetak. Salah satu media TV
yang memberitakan berita penganiayaan tersebut adalah CNN (Anonym, ratna
sarumpaet dianiaya, 2018).
Tak lama setelah publikasi berita yang dilakukan oleh berbagai media,
Ratna Sarumpaet baru mengakui kebohongannya atau dengan kata lain berita
yang selama ini beredar di masyarakat merupakan hoax. Bahkan ia tertangkap
pada tanggal 4 Oktober 2018ndi Bandara Internasional Soekarno Hatta, ketika
ia hendak pergi ke Santiago, Cile (Prasongko, 2018).
Oleh karena itu, persebaran hoax merupakan suatu hal yang krusial. Hal
ini dikarenakan media yang seharusnya menjadi sumber informasi yang bersifat
edukatif malah menghasilkan output yang buruk bagi masyarakat Indonesia.
Sampai disini, neara memiliki dua tantangan. Tantangan tersebut ialah; Perilaku
masyarakat yang mudah menyerap dan menyebar luaskan suatu Informasi dan
Kebebasan persebaran informasi yang pers miliki membuat segala hal dapat
diberitakan. Hal itu tentu amat berbahaya bagi kehidupan harmonis,
kesejahteraan dan edukasi masyarakat Indonesia.
Pemerintah Indonesia dalam menyikapi persebaran hoax di Indonesia;
Indonesia telah masuk pada trowongan perkembangan yang begitu
pesat yang dikenal dengan Revolusi Industri 4.0. Hal ini berimplikasi pada
penyebaran dan penerimaan informasi begitu cepat, sehingga kebenaran
maupun kebohongan tidak dapat difilter dengan begitu baik yang berujung
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1281
pada kesalahpahaman di tengah masyarakat dan memicuh konflik dianatara
sesama. Hal ini menjadi peratihan pemerintah Indonesia sehingga ada beberapa
kebijakan yang dikeluarkan guna mengatasi dan memerangi hoax di Indonesia.
Kebijakan pemerintah Indonesia untuk memerangi hoax;
1. Cyber Drone 9; adalah sistem baru dari Kementerian Komunikasi dan
Informatika sebagai pengganti sistem pemblokiran konten negative yang
telah ada sebelumnya yakni Trust+ yang secara de facto di bubarkan
(Yuliani, Apa itu cyber drone 9, 2018). Agar mengetahui lebih dalam
mengenai cyber drone 9, penulis akan membaginya dalam tiga poin yaitu
fungsi, peran dan cara kerja dari cyber drone 9.
• Fungsi dari cyber drone 9 adalah untuk melakukan pemblokiran konten
negative yang sebelumnya dilakukan oleh sistem Trust+, tetapi sistem
pemblokiran pada Ciber Drrone 9 ini dapat dilakukan secara aktif dan
pasif bila sebelumnya hanya dilakukan secara pasif oleh sistem Trust+.
• Peran dari cyber drone 9 adalah sebagai salah satu bagian di Kementerian
Komunikasi dan Informatika yang secara khusus untuk memproteksi
masyarakat indonesia dari konten – konten negative.
• Cara kerja dari cyber drone 9 ini adalah dengan proses crawling (mengais)
dan setelah melalui proses crawling, konten-konten negatif akan diteruskan
ke tim verifikator atau Security Operation Center (SOC Room) untuk
dianalisis. Selanjutnya, konten-konten yang melanggar aturan di-
screencapture dan dibawa ke tim eksekutor. Tim eksekutor (War Room)
ini yang menentukan tindakan apa yang bisa diambil atas konten tertentu
(Anonim, Arti kata Cyber Drone 9, 2018).
Seperti yang dijelaskan pada fungsi, peran, dan juga cara kerja dari
cyber drone 9 maka pemerintah Indonesia begitu serius dalam memerangi
hoax, tidak hanya itu tetapi pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Komunikasi dan Informatika mengatakan bahwa penyebar hoax dapat
diguling ke meja hijau3 berlandaskan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan juga KUHP.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1282
2. Pembentukan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) adalah institusi yang
resmi dibentu oleh Presiden Joko Widodo berdasarkan Perpres Nomor 53
Tahun 2017 dan Perpres Nomor 133 Tahun 2017. Penulis akan
menyebarkan BSSN dalam 2 poin, yaitu tugas dan fungsi.
• TUGAS; BSSN mempunyai tugas melaksanakan keamanan siber secara
efektif dan efisien dengan memanfaatkan, mengembangkan, dan
mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber
(Tugas badan siber dan sandi negara, 2018).
• FUNGSI; Dalam melaksanakan tugas tersebut, BSSN menyelenggarakan
fungsi
a) Penyusunan kebijakan teknis dibidang identifikasi, deteksi, proteksi,
penanggulangan, pemulihan, pemantauan, evaluasi, pengendalian proteksi
e-commerce, persandian, penapisan, diplomasi siber, pusat manajemen
krisis siber, pusat kontak siber, sentra informasi, dukungan mitigasi,
pemulihan penanggulangan kerentanan, insiden dan/atau serangan siber.
(Tugas badan siber dan sandi negara, 2018):
b) Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang identifikasi, deteksi, proteksi,
penanggulangan, pemulihan, pemantauan, evaluasi, pengendalian proteksi
e-commerce, persandian, penapisan, diplomasi siber, pusat manajemen
krisis siber, pusat kontak siber, sentra informasi, dukungan mitigasi,
pemulihan penanggulangan kerentanan, insiden dan/atau serangan siber.
c) Pemantauan dan evaluasi kebijakan teknis di bidang identifikasi, deteksi,
proteksi, penanggulangan, pemulihan, pemantauan, evaluasi, pengendalian
proteksi e-commerce, persandian, penapisan, diplomasi siber, pusat
manajemen krisis siber, pusat kontak siber, sentra informasi, dukungan
mitigasi, pemulihan penanggulangan kerentanan, insiden dan/atau serangan
siber.
d) Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BSSN dan
sebagai wadah koordinasi bagi semua pemangku kepentingan;
e) Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unit organisasi di lingkungan BSSN.
f) Pengawasan atas pelaksanaan tugas BSSN.
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1283
g) Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan BSSN.
h) Pelaksanaan kerjasama nasional, regional, dan internasional dalam urusan
keamanan siber.
2 Undang-Undang No.11 Tahun 2008; Hukum positif yang dimaksud adalah
hukum yang berlaku. Maka, penebar hoax akan dikenakan KUHP,
Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE), Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, serta tindakan ketika ujaran
kebencian telah menyebabkan terjadinya konflik sosial (Diandra, t.thn.)
Badan ini bekerja sama dengan Cyber Drone 9, Badan Inteljen Negara
(BIN) dan juga Kepolisian Republik Indonesia guna memerangi hoax.
Implikasi dari penyebaran hoax kepada masyarakat;
Diolah dari data Asosiasi Penyelenggara jasa internet Indonesia (APJII)
dan Polling Indonesia, bahwa penduduk Indonesia yang sudah melek internet
sekitar 64,8 persen dari jumlah total. Artinya, dari 264,16 juta penduduk di
Indonesia, maka sedianya 171,17 juta jiwa sudah memanfaatkan internet
(Anonim, Jumlah masarakat indonesia yang masih melek, 2019). Komparasi
antara pengguna yang mengherti dan tidak telah membuktikan bawasaja
dengan begitu muda hoax dapat merusakan kekeluargaan, persaydaraan, dan
persatuan di tengah masayarakat.
Masyarakat Indonesia dipaksa masuk dalam desakan informasi yang
begitu menyesakan, sebab dengan banyaknya informasi yang kebenaranya
belum terverikasi dengan baik dapat menyebabkan kericuan dan skeptisme di
tengah masyarakat itu sendiri. Penulis akan menyeberakan implikasi dari hoax
kepada masayarakat. Ada beberapa poin yang menyajadi sorotan penulis seperti
pemicu perpecaan, ketidakpercayaan terhadapa fakta, dan kesehatan mental.
• Pemicu Perpecaan; pihak yang menyebarkan hoax sering menggunakan isu
sara atau politik guna memantik masyarakat untuk skeptis terhadap sesama
yang lain, hal ini sering terjadi ketika memasuki kotestasi pemilu sebab ini
merupakan bagian dari strategi dari para konsultan politik untuk
menggunakan politik identitas sebagai salah satu tak-tik demi mendapatkan
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1284
suara, hasilnya masyarakatlah yang akan hidup dalam kekacauan. Salah
contohnyha adalah; Hoaks Ratna Sarumpaet; pengunggaan yang dilakukan
melalui media Facebook mengenai kejidian hoax tersebut menimbulkan
kekecauan ditengah masyarakat sebab penyeberan berita hoax tersebut
digunkakan sebagai strategi politik dengan penyebaran berita penganiyayan
terhadap salah satu tim sukses dari calon presiden, dan secara implisik berita
dikaitkan dengan pemerintahan yang begitu totaliter. (Detik.Com, 2018).
• Fakta mulai tidak dipercayah; dengan pernyebaran hoax yang begitu pesat,
dan ini berimplikasi pada deklinasi kebernaran atau fakta ditengah
masyarakat sehingga mempengaruhi pikiran bawasadar yang memicu
ketidakpercayaan terhadap informasi yang diterima meskipun itu suatu
informasi yang sesuai dengan fakta atau kebenarana.
• Dampak buruk hoax untuk kesehatan mental; dalam sebuah studi, para
psikolog sepakat bahwa hoax bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan
mental, seperti post-traumatic stress syndrome (PTSD), menimbulkan
kecemasan, sampai kekerasan (Wisnubrata, 2019,). Hal ini disebabkan karena
sikorban yang terus-menerus menerima berita hoax yang membentuknya
menjadi pribadi pembenci, dari rasa benci menimpulkan stress yang akan
mempengaruhinya hingga membuat perbuatan kekerasan terhadap oknom
yang difitna melalu berita bohong atau hoax tersebut.
Negara asing dalam menyikapi penyebaran hoax;
Seperti yang kita ketahui bawasajanya bukan hanya Indonesia yang
mengalami dampak buruk dari pesatnya informasi yang kebenaranya tidak
selalu benar. Penulis akan menjelaskan kebijakan maupun sikap pemerintah
asing dalam upaya memerangi hoax. Agar menjadi referensi pemerintah
Indonesia untuk dijadikan sebagai suatu kebijakan bertujuan untuk
menghentikan peyenbara hoax.
• Pemerintah China; ideologi dasar dari negara China adalah komunis tetapi
sistem perekonomiannya yang begitu kapitalis yang bertujuan untuk
terciptanya Free Market sehingga masyarakat dan non-govermental
organization dengan muda mengakses berita atau menyebarkan informasi
yang kebenarannya masih dalam bentuk skeptisme. Untuk menghindari
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1285
penyebaran beriata hoax oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,
pemerintah mengeluarkan suatu peraturan yang bertujuan untuk atasi hoax.
Peraturan tersebut menejelaskan bawasajanya pengguna internet China tidak
akan bisa mem-posting komentar di dunia maya seacar anonim. Menurut
Cyberspace Administration of China (CAC), situs-situs seperti jejaring sosial
dan forum diskusi diwajibkan untuk melakukan verifikasi data dan identitas
asli para penggunanya. Pengguna yang identitasnya belum terverifikasi tak
dapat mengunggah apa pun pada platform jejaring sosial ataupun forum
diskusi yang bersangkutan (Putri, 2017).
• Pemerintah Jerman; Menurut laporan, aturan yang digagas oleh Kementrian
Peradilan Jerman ini tak lain memberikan denda sebesar USD 53,2 juta atau
setara dengan Rp 711 miliar kepada perusahaan media sosial apabila terbukti ada
konten kebencian dan konten ilegal lain di dalamnya. Menteri Peradilan Jerman
Heiko Maas pun tak segan akan memanggil perusahaan media sosial tersebut
guna mengajukan nama yang bertanggung jawab untuk menangani komplain.
Jadi, seandainya perusahaan gagal untuk mematuhi regulasi, orang tersebut akan
didenda hingga USD 5,3 juta atau senilai Rp 70 miliar (Goenawan, 2017).
• Pemerintah Singapur; Pemerintah Singapur mengeluarkan Undang-undang
baru yang telah disahkan di Singapura demi memerangi hoax di Internet.
Beleid tersebut mengizinkan pemerintah menjatuhkan denda bagi perusahaan
dan individu bila mereka tidak menghapus, atau dianggap menyebar berita
palsu. Aturan hukum baru ini merupakan amandemen dari Undang-undang
Perlindungan Publik dari Manipulasi Online yang sudah ada sebelumnya
(Liotta, 2019). Undang-undangan ini memberikan wewenang kepada
Pemerintah Singapur untuk memngubah maupun membloker situs yang
menyebarkan berita hoax tersebut. Pemerintah Indonesia dapat mengadopsi
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah asing guna mengatasi
penyebaran hoax yang terjadi di Indonesia.
Rekomendasi penulis kepada pemerintah Indonesia;
Seperti yang telah dijelaskan di atas bawasajanya hampir sebagaian
besar negara di dunia telah masuk pada fase dimana berita bohong atau hoax
menjadi ancaman bagi negara, dan pemerintah Indonesia pun telah
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1286
mengeluarkan sekian banyak kebijakan-kebijakan guna memerangi hoax bahkan
telah mengambil sampel dari negara lain, tetapi realitas mengatakan
bawasajanya masih banyak berita hoax yang bersebaran di cyberspace ini
membuktikan bahwa perintah telah gagal memformulakan suatu kebijakan yang
dapat mengatasi hoax, sejatihnya hoax hadir dari tengah-tengah masyarakat
yang secara pemahaman bisa dikatakan dibawa standar kepintaran. Pemerintah
telah gagal memahami sumber masalah hoax, pemerintah mencoba
mengeluarkan kebijakan mengenai hoax tetapi pemerintah tidak membentuk
karakter kejujuran kepada masyarakat sehingga ini mempengarui mereka dalam
bermedia. Maka dari itu, sangat amat penting bagi pemerintah untuk
membentuk suatu badan yang mengatur tentang kerakter masyarakat dalam
bermedia, yang badan ini terdiri dari tokoh-tokoh agama dari masing-masing
kepercayahan yang ada di Indonesia. Pemerintah pusat harus melakukan
kerjasam dengan pemerintah daerah terutama dengan daerah yang masih sangat
melek akan perkembangan pengetahuan, khususnya terkait dengan informatika
yang bertujuan untuk melakukan edukasi kepada masyarakat tersebut.
Pemerintah Indonesia juga harus menawarkan kerjasama tingkat
ASEAN untuk semua anggota negara ASEAN mengingat bukan hanya
Indonesia yang menghadapi dampak buruk dari revolusi industri 4.0 ini.
banyak negara yang di ASEAN yang juga dalam keadaan seperti Indonesia,
contohnya seperti Singapur, Malaysia, Laos, dan negara-negara ASEAN
lainnya. Kerjasama ini bertujuan untuk membentuk suatu peradilan atau
badan siber tingkat ASEAN untuk mengatasi permasalahan ini bersama
secara regional tingkat ASEAN.
DAFTAR PUSTAKA
Marsaor, W. (2018, October 05). hoak ancaman akademik. Retrieved from
Hoaks, Sebuah Virus Digital Halaman all - Kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/willy73132/5bb7069ec112fe7d617896d7
/hoax-virus-digital?page=all
Wearesosial. (2019, February 08). Data Pengguna Internet Dan Medsos
Indoensia. Retrieved from Berapa Pengguna Media Sosial
Indonesia? | Databoks:
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1287
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/02/08/berapa-
pengguna-media-sosial-indonesia
Anonym. (2019, January 09). pengertian hoax menurut para ahli.
Retrieved from Pengertian Hoax dan Ciri-Cirinya:
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-hoax-dan-
ciri-cirinya-41
Anonym. (2018, November 03). Pengertian Hoax Menurut Para Ahli.
Retrieved from Pengertian Hoax Dan Asal Kata Hoax | Lentera
Kecil: https://lenterakecil.com/pengertian-dan-asal-kata-hoax/
Herman. (2019, April 08). Ciri-ciri Hoax. Retrieved from Ini 12 Ciri Berita
Hoax - BeritaSatu.com:
https://www.beritasatu.com/digital/547545/ini-12-ciri-berita-hoax
Andayani, K. V. (2017). Pengaruh Komunikasi Dan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Implementasi Metoda Clts (Community Led
Total Sanitation). Jurnal JENIUS, 104-113.
Yuliani, A. (2017, December 13). media hoax kominfo. Retrieved from Ada
800.000 SitusPenyebar Hoax di Indonesia - Kominfo:
https://kominfo.go.id/content/detail/12008/ada-800000-situs-penyebar-
hoax-di-indonesia/0/sorotan_media
Liputan6.com. (2019, March 28). Media Yang Paling Banyak Hoax.
Retrieved from Menkominfo: Hoaks Terbanyak Terjadi di
Facebook dan ...:
https://www.liputan6.com/news/read/3928066/menkominfo-
hoaks-terbanyak-terjadi-di-facebook-dan-instagram
Judhita, C. (2018). Interaksi komunikasi hoax di media sosial serta
antisipasinya. Jurnal Pekommas, 31-44.
yunita. (2017, 01 30). Keresahan Masyarakat Akibat Hoax. Retrieved from
Penyebaraninformasi hoax menimbulkan keresahan di ...:
https://kominfo.go.id/content/detail/9058/penyebaran-informasi-hoax-
menimbulkan-keresahan-di-masyarakat/0/sorotan_media
Yovita. (2017, January 16). Lingkaran setan persebaran hoax. Retrieved
from Kementerian Komunikasi dan Informatika:
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1288
https://www.kominfo.go.id/content/detail/8898/ramai-ramai-
melawan-hoax/0/sorotan_media
Ihsanuddin. (2018, Okctober 04). Time Line Ratna Sarumpaet. Retrieved from
Kronologi Drama Kebohongan Ratna Sarumpaet Halaman all ...:
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/04/09114291/kronologi-
drama-kebohongan-ratna-sarumpaet?page=all
Anonym. (2018, October 03). koran ratna sarumpaet. Retrieved from
Image result for koran ratna sarumpaet:
https://wartakota.tribunnews.com/2018/10/03/ratna-sarumpaet-
ngaku-dihajar-di-tempat-gelap
Anonym. (2018, October 02). Ratna Sarumpaet Dianiaya. Retrieved from
Kasus Dugaan Penganiayaan Ratna Sarumpaet:
https://www.youtube.com/watch?v=vDa1DV1v_m0
Prasongko, D. (2018, October 05). Kronologi Ratna Sarumpaet. Retrieved
from Begini KronologiKasus Hoax Ratna Sarumpaet - Nasional ...:
https://nasional.tempo.co/read/1133129/begini-kronologi-kasus-hoax-
ratna-sarumpaet
Yuliani, A. (2018, 01 05). Apa itu cyber drone 9. Retrieved from Kenalan
Dengan Cyber Drone 9, Polisi Internet Indonesia:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/12292/kenalan-dengan-
cyber-drone-9-polisi-internet-indonesia/0/sorotan_media
Anonim. (2018, January 5). Arti kata Cyber Drone 9. Retrieved from Peran,
Fungsi Dan Cara
Kerja Cyber Drone 9, Polisi Internet Indonesia:
https://www.ekasulistiyana.web.id/teknologi-informasi/peran-fungsi-
dan-cara-kerja-cyber-drone-9-polisi-internet-indonesia/
Tugas badan siber dan sandi negara. (2018). Retrieved from Tugas dan Fungsi
BSSN | bssn.go.id: https://bssn.go.id/tugas-dan-fungsi-bssn/
Diandra. (n.d.). Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Hoax.
Retrieved from Penebar Hoax Bisa Dijerat Segudang Pasal:
https://kominfo.go.id/content/detail/8863/penebar-hoax-bisa-dijerat-
segudang-pasal/0/sorotan_media
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1289
Anonim. (2019, Mei 19). Jumlah masarakat indonesia yang masih melek.
Retrieved from 64 Persen Penduduk Indonesia Melek Internet,
Sumbangsih Banten Lebih Besar dari Jakarta:
https://www.jpnn.com/news/64-persen-penduduk-indonesia-melek-
internet-sumbangsih-banten-lebih-besar-dari-jakarta
Detik.Com, T. (2018, Desember 19). Kasus Perpecahan Masayarakat
Karna Berita Hoax. Retrieved from Kominfo Rilis 10 Hoax
Paling Berdampak di 2018, Ratna Sarumpaet Nomor 1:
https://news.detik.com/berita/d-4350509/kominfo-rilis-10-hoax-
paling-berdampak-di-2018-ratna sarumpaetnomor-1
Wisnubrata. (2019,, Oktober 8). Implikasi Penyebaran Hoax Kepada
Masyarakat. Retrieved from Dampak Buruk Berita Hoax pada
Kesehatan Mental, Ini Penjelasannya:
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/10/08/120209420/dampa
k-buruk-berita-hoax-pada-kesehatan-mental-ini-
penjelasannya?page=all
Putri, A. C. (2017, September 6). Kebijakan Negara China untuk mengatasi
permasalahan hoax. Retrieved from Berantas Hoaks Ini Langkah
Unik yang Dilakukan Cina:
https://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/17/09/06/ovuddl
359-berantas-hoaks-ini-langkah-unik-yang-dilakukan-cina
Goenawan, M. A. (2017, Maret 5). Kebijakan Negara Jerman untuk
mengatasi permasalahan hoax. Retrieved from Begini Cara
Jerman Perangi Hoax dan Hate Speech: https://inet.detik.com/law-
and-policy/d-3447048/begini-cara-jerman-perangi-hoax-dan-hate-
speech
Liotta, E. (2019, April 5 ). Kebijakan Negara Singapore untuk mengatasi
permasalahan hoax. Retrieved from Cara Singapura Perangi Hoax:
Denda Rp10 M Bagi Perusahaan Teknologi yang Sebar Berita
Palsu: https://www.vice.com/id_id/article/j57w57/cara-singapura-
perangi-hoax-denda-rp10-m-bagi-perusahaan-teknologi-yang-sebar-
berita-palsu
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2
1290
Suwahju, A. (2019, February 12). Pasal 28 ITE. Retrieved from
Menakar makna ''antar-golongan'' dalam Pasal 28 (2) UU ITE:
https://beritagar.id/artikel/telatah/menakar-makna-antar-
golongan-dalam-pasal-28-2-uu-i