PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii...

49
i PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG MASKULINITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENAM AEROBIK DI SMA NEGERI KOTA SEMARANG TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Edy Wijayanto 6101415029 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii...

Page 1: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

i

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG MASKULINITAS

SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENAM AEROBIK DI SMA NEGERI

KOTA SEMARANG TAHUN 2019

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Edy Wijayanto 6101415029

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

ii

ABSTRAK

Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa Dalam Pembelajaran Senam Aerobik di SMA Negeri Kota Semarang Tahun 2019. Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Ipang Setiawan, S. Pd.,M. Pd.

Kata kunci : Persepsi, Maskulinitas, Senam Aerobik, Peserta Didik.

Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap suatu objek yang diterima pancaindera. Dalam proses pembelajaran senam aerobik terdapat peserta didik dengan karakteristik maskulinitas yang identik dengan gagah dan kelaki-lakian yang cenderung mengalami tidak kepercayaan diri dikarenakan pembelajaran senam aerobik sebagian besar di senangi siswa perempuan. Sehingga memunculkan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru pendidikan jasmani tentang maskulinitas terhadap pembelajaran senam aerobik pada peserta didik Sekolah Menengah Atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi, hambatan serta tindakan guru pada pembelajaran senam aerobik.

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode penelitian meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Sasaran dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani SMA Negeri dengan teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian: 1) Persepsi guru terhadap peserta didik yang maskulin yang mengikuti pembelajaran senam aerobik adalah peserta didik yang aktif, tetapi kurang tanggap dalam mengikuti pembelajaran senam aerobik. 2) Hambatan yang dihadapi guru peserta didik yang maskulin lebih sulit dalam melaksanakan koordinasi gerakan senam aerobik dengan pola gerakan atau koreo yang rumit. 3) guru mempunyai strategi untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi menyenangkan, menggembirakan dan bersemangat sehingga anak bisa termotivasi.

Simpulan dalam penelitian ini bahwa persepsi guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik sudah berjalan dan mengakomodir karakteristik peserta didik yang ada. Hambatan yang dihadapi guru pendidikan jasmani diantaranya peserta didik maskulin sulit untuk diatur dan terkadang tidak menjalankan instruksi dari guru. Saran yang diajukan yaitu kepada guru pendidikan jasmani selaku fasilitator dalam kegiatan pembelajaran harus mampu menumbuhkan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan menggembirakan.

Page 3: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

iii

Page 4: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

iv

Page 5: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

v

Page 6: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

➢ Menulis adalah sebuah keberanian (Pramoedya Ananta Toer).

➢ Tuhan tidak menuntut kita untuk sukses. Tuhan hanya menyuruh kita

berjuang tanpa henti (Emha Ainun Nadjib).

Kupersembahkan untuk:

➢ Ibu dan Bapak tercinta (Ibu Kunarsih dan

Bapak Muhammad Amin) atas doa dan

perjuangannya

➢ Adikku Rifky Saiful Ari serta Keluarga

besarku atas dukungan dan kasih

sayangnya

Page 7: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan segala rahmat,

hidayah dan innayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas

Siswa Dalam Pembelajaran Senam Aerobik Di SMA Negeri Kota Semarang Tahun

2019” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan jasmani kesehatan

dan rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan

kerendahan hati dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan

bagi penulis untuk memperoleh pendidikan formal di Universitas Negeri

Semarang.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin dan rekomendasi penelitian sehingga penelitian ini dapat

dilaksanakan.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang telah

memberikan pengarahan selama menempuh studi di Universitas Negeri

Semarang.

4. Ipang Setiawan, S.Pd., M.Pd. Selaku Pembimbing yang memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Keolahragaan dan terutama

di jurusan pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi yang telah mendorong

dan membantu penelitian.

Page 8: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

viii

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Semarang yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpinnya.

7. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Semarang yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpinnya.

8. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Semarang yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpinnya.

9. Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Semarang yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpinnya.

10. Kepala Sekolah SMA Negeri 14 Semarang yang telah memberikan izin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpinnya.

11. Seluruh Guru pendidikan Jasmani yang telah membantu dalam penelitian

12. Sahabatku Rais Rozali, Wahyu Agung Irfianto, Vera Junifa, Purwa Krisna aji.

13. Teman-teman seperjuanganku Fatra Yudha, Nabila elsaifra, Ruce Nuenda,

Saskia Nh, Galih P, Hendra Adi, Soni Darmawan, Fajarudin, Muhammad

Ghosul anam, Miftahuz Zaman.

14. M. Fizar Pratama, Naufal, Deni dan andalas kos yang selalu mendukung

pembuatan skripsi ini.

15. Teman-teman punggawa pes Ook Mufrokhim S.H, Dedi Kurniawan S.H,

Ahmad dwinata Putra, M. Nahrurriza, Tubagus Alvan, Andre Suhartono.

16. Teman-teman organisasi Hima PJKR, BEM FIK dan Kamapala Semarang

(Keluarga Mahasiswa Pelajar Lampung Semarang).

17. Teman-teman seperjuanganku PJKR A 2015 dan seluruh mahasiswa PJKR

2015.

18. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penulisan sebutkan satu persatu.

Page 9: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

ix

Akhirnya semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi

amalan baik serta mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dikemudian hari.

Semarang, Mei 2019

Penulis

Page 10: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

PERNYATAAN ......................................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv

PENGESAHAN .................................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Fokus Masalah........................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................... 6

1.4 TujuanPenelitian ....................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian................................................................... .. 7

1.5.1 Kegunaan Teoritis....................................................................... 7

1.5.2 Kegunaan Praktis....................................................................... 7

1.6 Penegasan Istilah.......................................................................8

1.6.1 Persepsi.................................................................................... . 8

1.6.2 Maskulinitas................................................................................8

1.6.3 Guru Pendidikan Jasmani ......................................................... 9

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 10

2.1.1 Persepsi ................................................................................... 10

2.1.1.1 Pengertian persepsi .................................................................. 10

2.1.1.2 Syarat Terjadinya Persepsi ....................................................... 13

2.1.1.3 Proses Terbentuknya Persepsi ................................................. 13

2.1.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ....................................... 16

Page 11: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

xi

2.1.2 Gender ..................................................................................... 17

2.1.2.1 Maskulinitas .............................................................................. 19

2.1.3 Pembelajaran Senam Aerobik .................................................. 21

2.2 Kerangka Konseptual ............................................................... 30

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................. 32

3.2 Lokasi dan Sasaran penelitian ................................................. 33

3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 33

3.2.2 Sasaran Penelitian ................................................................... 33

3.3 Instrumen Dan Metode Pengumpulan Data.............................. 34

3.3.1 Instrumen penelitian ................................................................. 34

3.3.2 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 37

3.3.2.1 Wawancara ............................................................................... 37

3.3.2.2 Observasi ................................................................................. 38

3.3.2.3 Dokumentasi ............................................................................. 38

3.3.3 Data Dan Sumber Data ............................................................. 38

3.3.3.1 Data Primer .............................................................................. 39

3.3.3.2 Data Sekunder .......................................................................... 39

3.4 Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 39

3.4.1 Derajat Kepercayaan ................................................................ 40

3.4.2 Peningkataan Ketekunan .......................................................... 41

3.4.3 Triangulasi Data........................................................................ 41

3.4.4 Keteralihan ............................................................................... 41

3.4.5 Kebergantungan ....................................................................... 42

3.4.6 Kepastian ................................................................................. 42

3.5 Analisis Data ............................................................................. 43

3.5.1 Reduksi Data ............................................................................ 43

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 44

4.1.1 SMA N 1 Semarang .................................................................. 44

4.1.1.1 Persepsi Guru Terhadap Maskulinitas.......................................44

4.1.1.2 Hambatan yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran................ 46

Page 12: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

xii

4.1.1.3 Tindakan yang Dilakukan Guru ................................................. 46

4.1.2 SMA N 2 Semarang .................................................................. 46

4.1.2.1 Persepsi Guru Terhadap Maskulinitas ...................................... 47

4.1.2.2 Hambatan yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran ............... 48

4.1.2.3 Tindakan yang Dilakukan Guru ................................................. 49

4.1.3 SMA N 3 Semarang .................................................................. 49

4.1.3.1 Persepsi Guru Terhadap Maskulinitas ...................................... 49

4.1.3.2 Hambatan yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran ............... 51

4.1.3.3 Tindakan yang Dilakukan Guru ................................................. 52

4.1.4 SMA N 6 Semarang .................................................................. 52

4.1.4.1 Persepi Guru Terhadap Maskulinitas ........................................ 52

4.1.4.2 Hambatan yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran ............... 54

4.1.4.3 Tindakan yang Dilakukan Guru ................................................. 54

4.1.4.4 SMA N 14 Semarang ................................................................ 55

4.1.5.1 Persepsi Guru Terhadap Maskulinitas ...................................... 55

4.1.5.2 Hambatan yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran ............... 56

4.1.5.3 Tindakan yang Dilakukan Guru ................................................. 57

4.2 Pembahasan ............................................................................ 57

4.2.4 Persepsi Guru Terhadap Peserta Didik yang Maskulin ............. 57

4.2.5 Hambatan yang Dihadapi Guru Pendidikan Jasmani dalam Pembelajaran Senam Aerobik ......................... 58

4.2.6 Tindakan yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran Senam Aerobik Terkait dengan Maskulinitas ............................ 58

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .................................................................................. 61

5.2 Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63

LAMPIRAN ................................................................................................. 65

Page 13: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skema Kerangka Berpikir….............................................................................30

2. Kisi-kisi Penelitian............................................................................................34

Page 14: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Usulan Topik Skripsi ................................................................................... 66

2 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ............................ 67

3 Surat Ijin Observasi dari UNNES ................................................................ 68

4 Surat Ijin Observasi dari DINAS PENDIDIKAN ........................................... 69

5 Surat Ijin Penelitian dari UNNES ................................................................. 71

6 Surat Ijin Penelitian SMAN 1 Semarang ...................................................... 72

7 Surat Ijin Penelitian SMAN 2 Semarang ...................................................... 73

8 Surat Ijin Penelitian SMAN 3 Semarang ...................................................... 74

9 Surat Ijin Penelitian SMAN 6 Semarang ...................................................... 75

10 Surat Ijin Penelitian SMAN 14 Semarang .................................................... 76

11 Surat Ijin Penelitian dari DINAS PENIDIKAN................................................77

12 Pedoman Wawancara ................................................................................. 78

13 Pedoman Observasi ................................................................................... 80

14 Hasil Wawancara SMA N 1 Semarang ........................................................ 82

15 Hasil Wawancara SMA N 2 Semarang ........................................................ 91

16 Hasil Wawancara SMA N 3 Semarang ..................................................... 100

17 Hasil Wawancara SMA N 6 Semarang ..................................................... 109

18 Hasil Wawancara SMA N 14 Semarang ................................................... 118

29 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................................... 127

30 Presensi SMA N 1 Semarang .................................................................. 143

31 Presensi SMA N 2 Semarang .................................................................. 144

32 Presensi SMA N 3 Semarang .................................................................. 145

33 Presensi SMA N 6 Semarang .................................................................. 146

34 Presensi SMA N 14 Semarang ................................................................ 147

35 Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 148

36 Surat Keterangan SMA N 1 Semarang......................................................155

37 Surat Keterangan SMA N 2 Semarang......................................................156

38 Surat Keterangan SMA N 3 Semarang......................................................157

39 Surat Keterangan SMA N 6 Semarang......................................................158

40 Surat Keterangan SMA N 14 Semarang....................................................159

41 Reduksi Data...............................................................................................160

Page 15: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa latin

perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi dalam

arti sempit adalah penglihatan, cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam

arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu cara seseorang memandang

atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut DeVito (1997:75), persepsi

adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang

mempengaruhi indra kita. Kemudian Pareek (1996: 13) memberikan definisi yang

lebih luas ihwal persepsi, dikatakan “Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses

menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan

memberikan reaksi pada rangsangan pancaindra atau data (Alex Sobur 2016: 385-

386).

Setiap individu memiliki persepsi sendiri dalam mendifinisikan suatu objek

atau dalam mendeskripsikan sesuatu yang diterima pancaindranya. Berbicara

tentang persepsi akan menghasilkan persepsi mengenai berbagai objek, seperti

cabang olahraga. Salah satu cabang olahraga adalah senam aerobik.

Senam aerobik adalah suatu susunan gabungan antara rangkaian

gerakan dengan musik yang sengaja di buat sehingga muncul keselarasan

gerakan dan musik untuk mencapai suatu tujuan (tubuh sehat dan bugar). Menurut

Meiria Zuraida (2016:75) Senam aerobik merupakan gerakan yang dilakukan

untuk menghasilkan perbaikan, kebugaran dan manfaat bagi kesehatan tubuh.

Menurut cooper (1982), “Senam aerobik merupakan aktivitas fisik yang dapat

Page 16: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

2

memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam

jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat

kepada tubuh”. Setiap aktivitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot-otot

tubuh akan memacu jantung dan paru-paru termasuk aerobik. Senam aerobik

merupakan salah satu program latihan terbaik bagi tubuh, banyak dari masyarakat

yang senang dan mengikuti senam aerobik. Senam aerobik merupakan cabang

olahraga yang terdapat dalam materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga

dan kesehatan.

Berbicara tentang olahraga senam aerobik, maka terdapat beberapa

faktor yang dapat menyebabkan tidak optimalnya kemampuan seseorang siswa

dalam senam aerobik, faktor tersebut terdapat pada faktor eksternal yaitu kurang

dorongan atau motivasi dalam melakukan senam aerobik, sehingga tidak adanya

kepercayaan diri yang disebabkan pengaruh dari lingkungan dan sebagainya.

Pengaruh dari luar tersebut dapat juga dipengaruhi oleh persepsi masyarakat

khususnya tentang gender.

Menurut Reni Yendrawati (2015:2) Kata “gender” berasal dari bahasa

inggris, yang berarti jenis kelamin. Dalam Webster’s New World, gender diartikan

sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi

nilai dan tingkah laku.

Konsep gender yang dipahami sebagian besar orang, seringkali bias dan

lebih diartikan sangat sempit sebagai sebuah konsep yang hanya membicarakan

masalah perempuan dengan kodrat keperempuannya saja. Padahal gender

berbeda dengan jenis kelamin, yang tidak hanya membicarakan perempuan saja

atau laki-laki saja, bukan juga konsep tentang perbedaan biologis yang dimiliki

keduanya (Widaningsih, 2014: 2). Kata gender, jika dilihat dari segi struktur bahasa

Page 17: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

3

(gramatikal) berasal dari bahasa Inggris, yang berarti jenis kelamin (Echols dan

Shadiliy, 1996: 265) atau disebut dengan al-jins dalam bahasa Arab (Wehr, 1980:

141), sehingga jika seseorang menyebut tentang gender, maka yang dimaksud

adalah jenis kelamin dengan menggunakan pendekatan bahasa. Sementara itu, di

dalam Women’s Studies Encyclopedia sebagaimana dikemukakan oleh Umar

(1999: 33) dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya

membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik

emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat

(Anita Rahmawaty, 2015:5).

Menurut Asni Ilham (dalam Nirmalasari & Masusan, 2014:21) secara

umum orang percaya bahwa apabila seorang lahir sebagai laki-laki, maka orang

itu mempunyai kecenderungan untuk bertingkah laki atau berperan secara

maskulin. Orang tersebut diharapkan menjadi kuat, dominan, ingin bersaing,

rasional dan mampu memimpin. Sebaliknya apabila orang tersebut seorang

perempuan dapat dipastikan orang itu lemah, tergantung.

Menurut Pilcher dan Wheleh (Nur awaliya maulida, 2018:346) maskulin

umumnya diketahui sebagai sifat yang merepresentasikan laki-laki. Maskulin

biasanya identik dengan kekuatan, kegagahan, keberanian, keringat, bahaya, dan

masih banyak lainnya.

Pengambilan topik ini juga karena senam aerobik merupakan olahraga

yang mempunyai aturan sama untuk laki-laki maupun perempuan. Selama ini

persepsi masyarakat terhadap senam aerobik cenderung untuk perempuan, dan

laki-laki dianggap maskulinitas kemudian di kesampingkan sehingga penulis

memilih senam aerobik dalam penelitiannya tentang persepsi guru pendidikan

jasmani terhadap maskulinitas. Dalam lingkup pendidikan terutama di sekolah

Page 18: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

4

terdapat banyak permasalahan gender. Hal ini nampak pada bentuk interaksi guru

dan peserta didik. Khususnya dalam pembelajaran senam aerobik, guru lebih

banyak memberikan perhatian terhadap peserta didik perempuan karena peserta

didik perempuan lebih aktif. Namun dilain pihak guru memberikan kesempatan

kepada peserta didik laki-laki agar tumbuh motivasi dan kepercayaan diri.

Peserta didik yang lebih menonjol dan berperan aktif terkadang lebih di

perhatikan oleh pendidik dari pada peserta didik yang pasif. Hal ini melandasi

harus adanya pengambilan sikap dan strategi yang tepat dalam pembelajaran

pendidikan jasmani sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan

baik.

Pada usia rata-rata peserta didik SMA (15-17 tahun) yang dapat

dikategorikan pada masa adolesensi (remaja), masa ini merupakan peralihan dari

masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek

atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa transisi

antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul

ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004). Perkembangan yang terjadi pada

remaja meliputi : perkembangan fisik, perubahan emosional, perubahan sosial,

perubahan moral dan perubahan kepribadian (Hurlock, 1999). Pada masa ini

adanya keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan

bantuan dari orang tua. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil serta cara berfikir

mereka yang kausatif. Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat.

Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru,

lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Sehingga dengan adanya

faktor tersebut, penelitian ini akan di laksanakan pada peserta didik SMA.

Page 19: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

5

Berdasarkan hasil observasi awal melalui wawancara dengan guru

pendidikan jasmani di empat sekolah menengah atas Kota Semarang yang terdiri

dari (SMA N 1 Semarang, SMA N 2 Semarang, SMA N 3 Semarang, SMA N 15

Semarang) dan wawancara dengan peserta didik mengenai persepi tentang

maskulinitas saat melakukan pembelajaran senam aerobik di SMA Negeri Kota

Semarang terdapat beberapa hal menarik yang sekiranya membuat penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi guru pendidikan jasmani

tentang maskulinitas siswa saat pembelajaran senam aerobik di SMA Negeri Kota

Semarang.

Di saat pengamatan awal ditemukan beberapa alasan yang melatar

belakangi penulis untuk melakukan penelitian, dimana peserta didik laki-laki yang

kita ketahui sebagian besar memiliki karakteristik kuat, tangguh, dan pemberani,

sebagai mana yang telah diungkapkan Pilcher dan Wheleh (dalam Nur awaliya

maulida, 2018:346). Saat peneliti melakukan observasi awal, peserta didik ketika

melakukan aktivitas olahraga senam aerobik peserta didik tersebut merasa tidak

percaya diri dikarenakan sebagian besar dari peserta didik merasa tidak luwes dan

memiliki pandangan senam aerobik identik dengan perempuan.

Berdasarkan uraian di atas, dengan ini peneliti membuat judul “Persepsi

Guru Pendidikan Jasmani tentang Maskulinitas Siswa Dalam Pembelajaran

Senam Aerobik di SMA Negeri Kota Semarang Tahun 2019”.

1.2 Fokus Masalah

Penelitian ini mengangkat dan mendiskripsikan mengenai Persepsi

maskulinitas terhadap pembelajaran senam aerobik di SMA Negeri Kota

Semarang. Namun karena keterbatasan waktu dan tenaga pada peneliti sehingga

penelitian ini terfokus pada:

Page 20: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

6

1. Persepsi guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas dalam pembelajaran

senam aerobik pada peserta didik di SMA Negeri Kota Semarang Tahun 2019.

2. Hambatan yang dihadapi guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas

dalam pembelajaran senam aerobik pada peserta didik di SMA Negeri Kota

Semarang tahun 2019.

3. Tindakan yang diambil oleh guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas

dalam pembelajaran senam aerobik pada peserta didik di SMA Negeri Kota

Semarang tahun 2019.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana persepsi guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas pada

pembelajaran senam aerobik peserta didik di SMA Negeri Kota Semarang tahun

2019?

2. Apakah hambatan yang dihadapi guru pendidikan jasmani terhadap

maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik peserta didik di SMA Negeri Kota

Semarang tahun 2019?

3. Bagaimana tindakan guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas

pembelajaran senam aerobik peserta didik di SMA Negeri Kota Semarang tahun

2019?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan persepsi guru pendidikan jasmani terhadap

maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik peserta didik di SMA Negeri Kota

Semarang tahun 2019.

Page 21: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

7

2. Untuk mendeskripsikan hambatan guru pendidikan jasmani terhadap

maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik pada peserta didik di SMA Negeri

Kota Semarang tahun 2019.

3. Untuk mendeskripsikan tindakan guru pendidikan jasmani terhadap

maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik pada peserta didik di SMA Negeri

Kota Semarang tahun 2019.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian mengenai Persepsi Maskulinitas Terhadap

Pembelajaran Senam Aerobik di SMA Negeri Kota Semarang tahun 2019

diharapkan akan dapat memperoleh nilai manfaat yang dapat dijabarkan sebagai

berikut: (1) kegunaan teoritis, (2) kegunaan praktis.

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan jasmani,

kesehatan dan rekreasi khususnya tentang persepsi guru pendidikan jasmani

terhadap maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik peserta didik SMA

Negeri di Kota Semarang tahun 2019.

1.5.2 Kegunaan Praktis

Adapun penelitian ini berguna untuk pendidik dan peneliti khususnya

tentang persepsi guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas dalam

pembelajaran senam aerobik pada peserta didik SMA Negeri di Kota Semarang

tahun 2019.

1. Bagi guru sebagai bahan untuk evaluasi dalam memberikan tindakan yang

sesuai dengan karakter peserta didik dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

2. Bagi Peneliti sebagai hasil dari penelitian merupakan tambahan pengetahuan

Page 22: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

8

untuk membandingkan antara teori yang diperoleh di bangku perkuliahan.

3. Bagi Peserta Didik untuk memberikan informasi kepada peserta didik tentang

persepsi maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik di Sekolah Menengah

Atas.

1.6 Penegasan Istilah

1.6.1 Persepsi

Menurut kamus besar bahasa indonesia kata ‘persepsi’ memiliki arti

tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Persepsi merupakan suatu

proses yang didahului oleh proses penginderaan, yang merupakan proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses

sensoris (Bimo Walgito, 2004:87-88). Jadi, persepsi merupakan pendapat atau

tanggapan seseorang dari sesuatu objek yang didahului dengan penerimaan

stimulus oleh alat indera individu.

1.6.2 Maskulinitas

Menurut kamus besar bahasa indonesia kata maskulinitas memiliki

makna kejantanan seorang laki-laki yang dihubungkan dengan kualitas

seksualnya.

Menurut Pilcher dan Wheleh (dalam Nur awaliya maulida, 2018:346-347)

Maskulin umumnya diketahui sebagai sifat yang merepresentasikan laki-laki.

Maskulin biasanya identik dengan kekuatan, kegagahan, keberanian, keringat,

bahaya, dan masih banyak lainnya. Menurut Trigiani dalam teori hegemoni

maskulinitas, laki-laki didefinisikan dengan kekuatan fisik, bravado, heteroseksual,

pengendalian emosi yang menunjukkan kelemahan, kemandirian secara ekonomi,

otoritas atas wanita dan laki-laki lain, dan ketertarikan yang besar untuk dapat

menarik perhatian perempuan. Sementara itu, Chafez membagi menjadi 7 area

Page 23: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

9

maskulinitas dalam masyarakat, yaitu: 1. Fisik: jantan, atletis, kuat, berani,

ceroboh, tidak peduli terhadap penampilan dan proses penuaan; 2. Fungsional:

pencari nafkah, penyedia; 3. Seksual: agresif, berpengalaman, statustunggal

diterima; 4. Emisional: tidak emosional, tabah, tidak menangis. 5. Intelektual: logis,

intelektual, rasional, obyektif, ilmiah, praktis, mekanis, kesadaran masyarakat,

beraktivitas, memberi kontribusi kepada masyarakat, dogmatis; 6. Interpersonal:

pemimpin, mendominasi, disiplin, mandiri, bebas, individualitas, menuntut, dan 7.

Karakteristik pribadi lain: berorientasi pada kesuksesan, ambisius, sombong,

dapat dipercaya, bermoral, penentu, kompetitif, tanpa rintangan, berjiwa

petualang.

1.6.3 Guru Pendidikan Jasmani

Guru pendidikan jasmani adalah sebutan untuk guru pengampu mata

pelajaran pendidikan jasmani olahraga kesehatan, sehingga dalam penelitian ini

peneliti menggunakan istilah guru pendidikan jasmani, bukan berarti untuk

membiaskan arti namun tetap memberikan maksud guru pendidikan jasmani

olahraga kesehatan sesuai kurikulum yang berlaku.

Page 24: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Persepsi

Persepsi merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

pancaindranya. Menurut Suprihanto (dalam Dayshandi dkk, 2015:3) persepsi

adalah suatu bentuk penilaian satu orang dalam menghadapi rangsangan yang

sama, tetapi dalam kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda.

Menurut Leavitt (dalam Simamora, 2014:25) membedakan persepsi

menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan

yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang

melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar

dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama

dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar

melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.

2.1.1.1 Pengertian Persepsi

Menurut Sarlito W. Sarwono (dalam Yudi Hartono & Rohmaul Listyana,

2015:121) berpendapat persepsi secara umum merupakan proses perolehan,

penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi berlangsung

pada saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh

organ-organ tubuhnya yang kemudian masuk ke dalam otak. Persepsi merupakan

proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat pengindraan.

Page 25: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

11

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat indera atau juga disebut proses sensoris. Alat indera tersebut merupakan alat

penghubung antara individu dengan dengan dunia luarnya. Stimulus yang diindera

kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterprestasikan, sehingga individu

mengerti apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi (Bimo Walgito,

2004:87-88).

Menurut Jalaluddin Rahmat (dalam Donny Wirra Yudha, 2017:65)

menyatakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman objek, peristiwa

atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Lebih jauh lagi, ada empat faktor penentu yang berkaitan dengan persepsi

seseorang tentang individu, yaitu, lingkungan fisik dan sosial, bahan struktural,

kebutuhan dan tujuan hidup, pengalaman masa lalu.

Menurut Waidi (dalam Sri Hermuningsih & Kristi Wardani, 2016:200)

Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan

cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor,

diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi

juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu

dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki,

kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif

ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File

itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang

membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai

suatu hal yang terjadi di sekitarnya.

Page 26: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

12

Menurut Solso (dalam Cahyani & Andriani, 2014:80) Persepsi adalah

melibatkan fungsi kognitif yang lebih tinggi dalam meninterpretasikan stimulus

yang diterima dari luar, tentu saja interpretasi ini tergantung informasi yang

ditangkap individu dari lingkungannya. Maka persepsi akan bergantung pada

bagaimana individu menginterpretasikan sebuah stimulus, sedangkan interpretasi

juga dipengaruhi oleh kelengkapan informasi yang diperoleh dari lingkungan

dalam bentuk pengalaman maupun pengetahuan. Tepat atau tidaknya persepsi

juga dipengaruhi oleh proses terhadinya persepsi. Lebih lanjut lagi, Solso

menyebutkan bahwa proses persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni stimulus,

struktur sistem sensorik otak, dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Menurut Slameto (dalam Simamora, 2014:25) Persepsi adalah proses

yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui

persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

Hubungan ini dilakukan lewat indera, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba,

perasa, pencium.

Sedangkan, menurut Suharman (dalam Sri Hermuningsih & Kristi

Wardani, 2016:200-201) menyatakan: persepsi merupakan suatu proses

menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat

indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap

relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan

perhatian. Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa

persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk

tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala

sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

Page 27: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

13

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

persepsi adalah proses kognitif sehingga seseorang dapat menerima,

membedakan, dan memberi arti terhadap stimulus yang diterima melalui alat indra,

sehingga dapat memberi kesimpulan dan menafsirkan terhadap objek tertentu

yang diamatinya.

2.1.1.2 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (dalam Dharmayanti dkk, 2017:232-233) syarat-syarat

terjadinya persepsi adalah sebagai berikut: (1) Adanya objek yang dipersepsi; (2)

Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam mengadakan persepsi; (3) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk

menerima stimulus; dan (4) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

Persepsi dipengaruhi faktor interen yang berkaitan dengan diri sendiri

(misalnya latar belakang pendidikan, perbedaan pengalaman, motivasi,

kepribadian dan kebutuhan) dan faktor ekstern yang berkaitan dengan intensitas

dan ukuran rangsang, gerakan, pengulangan dan sesuatu yang baru (Parek,

1984:14). Dengan demikian, membicarakan persepsi pada dasarnya berkenaan

dengan proses perlakuan seseorang terhadap informasi tentang suatu objek yang

masuk pada dirinya melalui pengamatan dengan mengunakan panca indra yang

dimilikinya.

2.1.1.3 Proses Terbentuknya Persepsi

Persepsi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Proses

terjadinya persepsi ketika objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai

alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu

berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya

Page 28: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

14

dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan

terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau

proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris

ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah

proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang

dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam

otak atau dalam demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses

persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang

didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera

(Bimo Walgito, 2004:90).

Menurut Miftah (dalam Dharmayanti dkk, 2017:233) proses terbentuknya

persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu: (1) Stimulus atau rangsangan;

terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu

stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya; (2) Registrasi; dalam proses

registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa

penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang

dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim

kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya

tersebut; dan (3) Interpretasi; Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari

persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang

diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman,

motivasi, dan kepribadian seseorang.

Page 29: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

15

2.1.1.4 Jenis-Jenis Persepsi

Menurut Bimo Walgito (2004:118-129) Jenis-jenis persepsi dapat di bagi

menjadi lima persepsi melalui indera, yaitu : (1) Persepsi indera penglihatan, (2)

Persepsi pendengaran, (3) Persepsi penciuman, (4) Persepsi pencecap, (5)

Persepsi indera kulit atau peraba.

1. Persepsi visual dari indera penglihatan yaitu mata. Untuk mempersepsi

sesuatu, individu harus mempunyai perhatian kepada objek yang

bersangkutan. Apabila individu telah memperhatikan, selanjutnya individu

menyadarsesuatu yang diperhatikan itu, atau dengan kata lain individu

mempersepsi apa yang diterima dengan alat inderanya.

2. Persepsi pendengaran merupakan persepsi yang didapatkan dari indera

pendengaran yaitu telinga. Telinga dapat dibagi atas beberapa bagian yang

masing-masing mempunyai fungsi atau tugas sendiri-sendiri, yaitu : Telinga

bagian luar yaitu merupakan bagian yang menerima stimulus dari luar. Telinga

bagian tengah, yaitu merupakan bagian yang meneruskan stimulus yang

diterima oleh telinga bagian luar, bagian inin merupakan transformer. Telinga

bagian dalam, yaitu merupakan reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-

saraf penerima.

3. Persepsi penciuman merupakan persepsi yang didapatkan dari indera

penciuman yaitu hidung. Sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam

hidung. Stimulusnya berujud benda-benda yang bersifat khemis ada dalam

hidung, kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagai

respons dari stimulus tersebut orang dapat menyadari apa yang diciumnya

yaitu bau yang diciumnya.

4. Persepsi pencecap atau rasa merupakan jenis persepsi yang didapatkan dari

Page 30: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

16

indera pengecapan yaitu lidah. Zat cair itu mengenai ujung sel penerima yang

terdapat pada lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke

otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa

yang dicecap itu.

5. Persepsi peraba atau memalui indera kulit. Indera ini dapat merasakan rasa

sakit, rabaan, tekanan, dan temperatur. Dalam hal tekanan atau rabaan,

stimulusnya langsung mengenai bagian kulit bagian rabaan atau tekanan.

Stimulus ini akan menimbulkan kesadaran akan lunak, keras, halus, kasar.

2.1.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Miftah (dalam Dharmayanti dkk, 2017:233) faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut: (1) Faktor internal:

perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan,

perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan

kebutuhan juga minat, dan motivasi; dan (2) Faktor eksternal: latar belakang

keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar,

intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar

atau ketidak asingan suatu objek.

Menurut Sarlito W. Sarwono (dalam Hartono, 2015:122) faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi yaitu : a). Perhatian, biasanya tidak menangkap

seluruh rangsang yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian

pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus perhatian antara satu dengan

orang lain akan menyebabkan perbedaan persepsi. b). Kesiapan mental

seseorang terhadap rangsangan yang akan timbul. c). Kebutuhan merupakan

kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri individu akan mempengaruhi

persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang berbeda akn menyebabkan persepsi

Page 31: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

17

bagi tiap individu. d). Sistem nilai, yaitu sistem nilai yang berlaku dalam suatu

masyarakat juga berpengaruh pula terhadap persepsi. e). Tipe kepribadian, yaitu

dimana pola kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menghasilkan persepsi

yang berbeda. Sehubungan dengan itu maka proses terbebtuknya persepsi

dipengaruhi oleh diri seseorang persepsi antara satu orang dengan yang lain itu

berbeda atau juga antara satu kelompok dengan kelompok lain.

Menurut Robbin (dalam Hartono, 2015:122) mengemukakan bahwa

beberapa faktor utama yang memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi

sosial seseorang dan faktor-faktor itu adalah faktor penerima (the perceiver),

situasi (the situation), dan objek sasaran (the taget).

2.1.2 Gender

Gender adalah semua atribut sosial mengenai laki-laki dan perempuan,

misalnya laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat,

rasional, gagah. Sementara perempuan digambarkan memiliki sifat feminin seperti

halus, lemah, perasa, sopan, penakut. Perbedaan tersebut dipelajari dari keluarga,

teman, tokoh masyarakat, lembaga keagamaan dan kebudayaan, sekolah, tempat

kerja,periklanan dan media.

Menurut Suharti (dalam Hermawati, 2007:21) Gender berbeda dengan

seks. Seks adalah jenis kelamin laki-laki dan perempuan dilihat secara biologis.

Sedangkan gender adalah perbedaan laki-laki dan perempuan secara sosial,

masalah atau isu yang berkaitan dengan peran, perilaku, tugas, hak dan fungsi

yang dibebankan kepada perempuan dan laki-laki. Biasanya isu gender muncul

sebagai akibat suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan gender.

Istilah “gender” diperkenalkan untuk mengacu kepada perbedaan-

perbedaan antara perempuan dan laki-laki tanpa konotasi-konotasi yang

Page 32: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

18

sepenuhnya bersifat biologis. Jadi rumusan ‘gender’ dalam hal ini merujuk pada

perbedaan-perbedaan antara perempuan dengan laki-laki yang merupakan

bentukan sosial, perbedaan-perbedaan yang tetap muncul meskipun tidak

disebabkan oleh perbedaan-perbedaan biologi yang menyangkut jenis kelamin

(Mc Donald, dkk dalam Hermawati, 2007:21-22).

Menurut Connel (dalam Johanna, 2013:499) menjelaskan bahwa untuk

memahami gender adalah menjauh dari fokus pada perbedaan jenis kelamin.

Mewakili gender sebagai dikotomi statis berbasis kategori atau biner pria dan

wanita tidak menangkap kompleksitas dan dinamika yang terlibat.

Menurut Fakih (2008:96) Untuk memahami gender terlebih dahulu harus

dibedakan dengan seks. Seks atau gender adalah kontruksi sosial dan budaya

yang melahirkan sifat yang melekat bagi laki-laki dan perempuan. Misalnya, laki-

laki itu makhluk yang kuat, jantan, perkasa, dan rasional, sedangkan perempuan

adalah makhluk yang cantik, keibuan, lemah lembut dan emosional.

Perbedaan gender merupakan suatu kategori teoritis dan sosial,

sebagaimana ras, kelas sosial, umur, etnisitas, dan lainnya dalam analisis- analisis

sosial, juga dalam pembelajaran olahraga. Menurut Theberge (dalam Koca, 2005),

adanya penonjolan unsur fisik dan tubuh dalam olahraga menjadikannya terkait

dengan konstruksi ideologis mengenai gender, sehingga superiroritas laki-laki

dalam pembelajaran pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi menjadi

demikian kuat. Bryson (dalam Koca, 2005) menyatakan bahwa ada dua hal yang

mengakibatkan adanya hegemoni maskulinitas dalam olahraga yaitu: pertama

olahraga itu berkaitan dengan dimensi kelaki-lakian, mengenai keterampilan fisik

yang tampak dan yang kedua olahraga juga mengaitkan kelaki-lakian itu dengan

penggunaan kekuatan dan kekerasan (Supriyanto, 2008:8-9).

Page 33: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

19

Menurut Sherer (dalam M. Roshana dkk, 2019:57) Orang-orang berjenis

kelamin laki-laki saat lahir tetapi merasakan identitas gender perempuan dan

mencari perawatan yang mengonfirmasi gender akan disebut sebagai

transwoman; dan individu-individu yang telah ditetapkan sebagai jenis kelamin

perempuan saat lahir tetapi merasakan identitas gender laki-laki dan mencari

perawatan yang mengonfirmasi gender akan disebut sebagai transman.

Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa gender berbeda

dengan seks. Jika seks bersifat biologis tetapi gender bersfiat sosial. Gender

merupakan kontruksi sosial dan budaya yang melahirkan sifat yang melekat bagi

laki-laki dan perempuan. Misalnya, laki-laki itu makhluk yang kuat, jantan, perkasa,

dan rasional, sedangkan perempuan adalah makhluk yang cantik, keibuan, lemah

lembut dan emosional.

2.1.2.1 Maskulinitas

Maskulinitas merupakan sebuah konstruk kelaki-lakian terhadap laki-laki.

Dimana semua nilai disandangkan didalamnya sebagai patokan untuk bisa

menjadi seorang laki-laki “ideal”. Maskulinitas bukanlah bawaan dari lahir namun

dibentuk dari konstruk sosial.

Menurut Barker (dalam Gusri Wandi, 2015:248-249) secara umum nilai-

nilai yang diutamakan dalam maskulinitas adalah kekuatan, kekuasaan, aksi,

kendali, kemandirian, kepuasan diri, dan kerja. Sebaliknya, hal yang dipandang

rendah adalah masalah hubungan interpersonal, kemampuan verbal, kehidupan

domestik, kelembutan, komunikasi, perempuan dan anak-anak. Dimana hal-hal

tersebut dinilai sebagai sifat feminin.

Menurut Pilcher dan Wheleh (dalam Nur awaliya maulida, 2018: 346)

maskulin umumnya diketahui sebagai sifat yang merepresentasikan laki-laki.

Page 34: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

20

Maskulin biasanya identik dengan kekuatan, kegagahan, keberanian, keringat,

bahaya, dan masih banyak lainnya. ini disebut sebagai teori Hegemonic

Masculinity. Dalam teori hegemoni maskulinitas, laki-laki didefinisikan dengan

kekuatan fisik, bravado, heteroseksual, pengendalian emosi yang menunjukkan

kelemahan, kemandirian secara ekonomi, otoritas atas wanita dan laki-laki lain,

dan ketertarikan yang besar untuk dapat menarik perhatian perempuan.

Sementara itu, Chafez membagi menjadi 7 area maskulinitas dalam masyarakat,

yaitu: 1. Fisik: jantan, atletis, kuat, berani, ceroboh, tidak peduli terhadap

penampilan dan proses penuaan; 2. Fungsional: pencari nafkah, penyedia; 3.

Seksual: agresif, berpengalaman, statustunggal diterima; 4. Emisional: tidak

emosional, tabah, tidak menangis. 5. Intelektual: logis, intelektual, rasional,

obyektif, ilmiah, praktis, mekanis, kesadaran masyarakat, beraktivitas, memberi

kontribusi kepada masyarakat, dogmatis; 6. Interpersonal: pemimpin,

mendominasi, disiplin, mandiri, bebas, individualitas, menuntut, dan 7.

Karakteristik pribadi lain: berorientasi pada kesuksesan, ambisius, sombong,

dapat dipercaya, bermoral, penentu, kompetitif, tanpa rintangan, berjiwa

petualang.

Sementara itu Raven dan Rubin (1983) menyebutkan lebih detail

karakteristik peran gender maskulin yakni: agresif, bebas, dominan, objektif, tidak

emosional, aktif, kompetitif, ambisi, rasional, rasa ingin tahu tentang berbagai

peristiwa dan objek-objek non-sosial dan impulsif. Selain itu karakteristik peran

gender maskulin kurang dapat mengekspresikan kehangatan dan rasa

santai,serta kurang responsif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan emosi

(perasaan).

Page 35: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

21

Menurut Ferrell Christensen (dalam Amjad Alsyouf, 2018:3)

mendefinisikan maskulinisme sebagai promosi atribut kejantanan. Salah satu cara

untuk memahami kejantanan adalah melalui pemeriksaan perkembangannya.

Praktis telah melalui empat tahap perkembangan dalam sastra. Pertama dan

tahap paling awal adalah maskulinisme dimana tokoh laki-laki yang dominan

sering memainkan peran penting dalam pengembangan merencanakan melalui

latihan maskulin tertinggi berkuasa atas karakter lain.

Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa maskulinitas

adalah kontruks kelaki-lakian terhadap laki-laki. Maskulinitas bukanlah bawaan

dari lahir, tetapi terbentuk dari faktor sosial. Karakteristik maskulinitas seperti

kekuatan, kekuasaan, aksi, kendali, kemandirian, kepuasan diri, dan agresif.

2.1.3 Pembelajaran Senam Aerobik

Senam aerobik dapat dikatakan sebagai salah satu olahraga yang

menyenangkan bagi orang yang melakukannya. Pada umumnya, aerobik dapat

memberi beberapa manfaat antara lain menambah kebugaran, mengatasi

kegemukan atau obesitas, dan meningkatkan kepercayaan diri.

Menurut Soeharto, kata aerobik sendiri berasal dari Yunani yaitu ‘aer’

yang berarti udara dan ‘bios’ berarti hidup, jadi dapat diartikan sebagai hidup dalam

udara. Semua proses dalam tubuh dapat berlangsung bila ada oksigen, yang

secara kolektif dinamakan metabolisme aerobik (Aisah R. Pomatahu, 2015:2).

Menurut Sorensens (dalam Ipang setiawan, 2010:2) menyebutkan bahwa

senam aerobik adalah (a) suatu aktivitas kesegaran jasmani yang meliputi latihan

dan kegembiraan dengan mengekspresikan segala perasaan baik tertawa, jalan,

melompat, menendang, meregang, dan bergoyang dengan mengkombinasikan

gerakan seperti dansa, disko, cha-cha, atau gerakan tarian tradisional, tarian

Page 36: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

22

rakyat, bahkan tari kontemporer, (b) suatu aktivitas yang terus menerus yang

memadukan beberapa gerakan untuk menguatkan otot jantung peredaran darah,

kekuatan otot dan pembakaran lemak, dan (c) suatu aktivitas untuk kesegaran dan

rekreasi dimana teknik dan keterampilan kurang penting (kecuali untuk lomba dan

peragaan), tetapi hanya mempelajari pola gerak tertentu, yang dapat dilakukan

sesuai dengan lagu yang ada.

Menurut Sukiyo (dalam Aisah R. Pomatahu, 2015:1-2) para pakar senam

sepakat, bahwa ciri yang harus ada pada satu gerakan sehingga gerakan itu dapat

disebut sebagai senam adalah sebagai berikut. a. Gerakan-gerakannya selalu

dibuat atau diciptakan dengan sengaja. b. Gerakan-gerakannya harus selalu

berguna untuk mencapai tujuan tertentu (misalnya: membentuk sikap tubuh,

memperbaiki gerak, meningkatkan taraf kesegaran, dan sebagai sarana

rehabilitasi). c. Gerakan-gerakannya harus tersusun dan sistematik, dilakukan

secara teratur dan berulang-ulang.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa senam aerobik adalah

latihan jasmani yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematis dan

dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi

secara harmonis dalam kondisi aerobik. Senam aerobik adalah gabungan gerakan-

gerakan yang energik dan kreatif diiringi musik yang berirama cepat, dan

mempunyai gerakan dasar kaki jalan- loncat.

Menurut Adi Trisnawan (2010:8-11), sebelum melakuan senam aerobik,

ada beberapa persiapan yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Kondisi Tubuh

Sebelum melakukan senam aerobik sebaiknya memperhatikan kondisi tubuh

sendiri agar tidak terjadi cedera. Berdasarkan kondisi tubuh seseorang

Page 37: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

23

sekiranya dapat menentukan sebagai pesenam pemula atau bukan.

2. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit turut memengaruhi atau menentukan seseorang mampu

melakukan senam aerobik atau tidak.Orang yang memiliki riwayat penyakit

tertentu harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

3. Kondisi Sendi

Kondisi sendi yang menunjang untuk melakukan senam aerobik yaitu tidak

ditemukan atau tedapat kelainan.Singkat kata, kondisi sendi harus

baik.Apabila terdapat cacat bawaan, rematik, keropos tulang atau bekas patah

tulang, maka orang yang bersangkutan harus berkonsultasi dengan dokter

terlebih dahulu.

4. Musik

Musik membantu menghitung irama dan membangkitkan semanagat atau

motivasi.Semangat atau motivasi para peserta senam aerobik semakin

meningkat bila jenis musik yang dipilih tepat.Oleh karena itu, kemampuan

menganalisis dan memilih musik yang tepat sangat dibutuhkan, terutama oleh

instruktur senam aerobik.

Gerakan dalam senam aerobik ada yang berintensitas rendah, sedang,

dan tinggi. Gerakan yang berintensitas rendah merupakan gerakan yang terdekat

dengan tanah. Gerakan yang berintensitas sedang merupakan gerakan yang lebih

jauh dari tanah. Gerakan yang berintensitas tinggi merupakan gerakan yang terjauh

dari tanah. Macam-macam senam aerobik yaitu, senam aerobik low impact

(benturan ringan), senam aerobik moderate impact (benturan sedang), dan senam

aerobik high impact (benturan keras) (Adi Trisnawan, 2010:30).

1. Senam Aerobik Low Impact (Benturan Ringan)

Page 38: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

24

Gerakan inti senam aerobik low impact tidak memakai lompatan. Tujuan

gerakan ini yaitu meningkatkan daya tahan atau stamina (endurance). Low

impact cocok untuk pemula maupun semua usia.

2. Senam Aerobik Moderate Impact (Benturan Sedang)

Senam aerobik moderate impact menekankan pada gerakan tumit

mengangkat tetapi jari kaki tetap berada di lantai. Orang yang melakukannya

merasa seolah-olah melompat padahal sebenarnya tidak.

3. Senam Aerobik High Impact (Benturan Keras)

Senam aerobik high impact cocok untuk orang yang telah memenuhi syarat-

syarat tentang senam aerobik yang cukup memadai, baik kualitas maupun

tekniknya. Pada aerobik ini terdapat lompatan- lompatan, karena tujuannya

untuk meningkatkan kardiovaskuler.

Adapun gabungan atau kombinasi dari ketiga macam benturan di atas

disebut senam aerobik mix impact. Manfaat senam aerobik ini yaitu dapat

meningkatkan daya tahan keseluruhan dan meningkatkan power. Latihan ini harus

dilaksanakan dalam waktu dan posisi yang teratur.

Terdapat beberapa tahapan dalam senam aerobik didalam pembelajaran

pendidikan jasmani, antara lain :

1. Peregangan. Pada tahap peregangan ini terdiri dari beberapa tahapan latihan.

Diantaranya yaitu sebagai berikut. a). Latihan 1 bertujuan untuk menaikkan

denyut jantung agar meningkat secara perlahan untuk persiapan melakukan

senam aerobik dan menghilangkan kekakuan pada otot dan persendian.

Beberapa otot yang terlibat adalah semua otot tubuh bagian atas dan semua

otot tubuh bagian bawah. b). Latihan 2. Bertujuan untuk merilekskan otot

leher. c). Latihan 3. Bertujuan untuk merilekskan otot lengan. Otot yang paling

Page 39: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

25

berperan yaitu Teres major and minor, Deltoideus, lateral part, Biceps brachii,

Coracobrachialis, Triceps brachii, lateral head, Triceps brachii, medial head,

Flexor muscles of the forearm .

2. Gerakan Peralihan. Bertujuan untuk penyesuaian ke gerakan selanjutnya dan

pengaturan napas. Pada tahap ini semua otot tubuh bagian atas dan semua

otot tubuh bagian bawah dirilekskan untuk persiapan gerakan selanjutnya.

3. Pemanasan. Pada tahap pemanasan ini terdiri dari beberapa tahapan latihan.

Diantaranya : a). Latihan 1. Bertujuan untuk melatih otot tungkai. beberapa

otot yang paling berperan adalah : adductors, quadriceps femoris, hamstrings,

gastrocnemius, soleus. b). Latihan 2. Bertujuan untuk melatih otot tungkai.

beberapa otot yang paling berperan adalah adductors, quadriceps femoris,

hamstrings, gastrocnemius, soleus c). Latihan 2a. Bertujuan untuk melatih otot

bahu. beberapa otot yang paling berperan adalah : Deltoideus, posterior part,

deltoideus, lateral part, deltoideus, anterior part d). Latihan 2b. Bertujuan

untuk melatih otot bahu dan trisep. beberapa otot yang paling berperan adalah

: Deltoideus, posterior part, deltoideus, lateral part, deltoideus, anterior part e).

Latihan 2c. Bertujuan untuk melatih otot bahu dan otot punggung. Beberapa

otot yang paling berperan adalah : deltoideus, posterior part, deltoideus,

lateral part, deltoideus, anterior part dan Trapezius, middle part, Trapezius,

inferior part,teres major and minorInfraspinatus and rhomboideus, latissimus

dors, lumbar f). Latihan 2d. Bertujuan untuk melatih otot dada. Beberapa otot

yang paling berperan adalah : pectoralis major, clavicular part, pectoralis

major, middle part, pectoralis major, lower part.

4. Gerakan Peralihan II. Bertujuan untuk penyesuaian ke gerakan selanjutnya

dan pengaturan napas. Pada tahap ini semua otot tubuh bagian atas dan

Page 40: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

26

semua otot tubuh bagian bawah dirilekskan untuk persiapan gerakan

selanjutnya.

5. Inti. Pada bagian inti terdapat beberapa tahapan latihan. diantaranya : a).

Latihan 1. Bertujuan untuk melatih koordinasi mata, telinga, kaki dan tangan.

Beberapa otot yang paling berperan adalah : adductors, quadriceps femoris,

hamstrings, gastrocnemius, soleus dan brachialis, triceps brachii, lateral head,

medial head, extensor muscles of the forearm, flexor muscles of the forearm.

6. Pada tahap pendinginan terdapat beberapa yaitu latihan satu sampai latihan

tiga. Pada latihan ini bertujuan untuk melatih koordinasi dan menurunkan

secara perlahan denyut nadi. Sehingga semua otot-otot yang sudah

digerakkan dirilekskan, tanpa adanya tekanan pada otot-otot tertentu.

Senam Aerobik merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat populer

hingga saat ini, khususnya di kalangan perempuan. Meskipun jenis olahraga ini

melelahkan, namun gerakannya yang aktif dan lincah membuat senam aerobik

terasa sangat menyenangkan sehingga orang-orang dapat tetap santai saat

melakukannya. Senam aerobik sebenarnya adalah salah satu jenis dari olahraga

aerobik. Namun di kalangan masyarakat Indonesia, olahraga aerobik lebih dikenal

dengan senam, padahal masih banyak jenis olahraga aerobik lainnya seperti jalan

cepat, jogging, atau bersepeda. Manfaat Senam Aerobik pada umumunya,

kebanyak orang melakukan senam aerobik dengan tujuan utama yaitu untuk

menurunkan berat badan. Padahal sebenarnya senam aerobik memiliki banyak

manfaat lain yang tentunya memberikan dampak positif bagi kesehatan tubuh.

Menurut Adi Trisnawan (2010:48) senam aerobik yang dilaksanakan

secara terus-menerus (continue) dan menggunakan teknik yang benar dapat

member manfaat bagi tubuh. Di bawah ini beberapa manfaat senam aerobik.

Page 41: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

27

1. Meningkatkan Kesegaran Jantung

Selama senam aerobik, tubuh banyak menggunakan segala hal yang

berkaitan dengan jaringan jantung (jantung dan paru- paru). Seseorang

dikatakan mempunyai kebugaran atau kesehatan jantung yang baik apabila

berbagai sistem dalam tubuh mampu mengambil oksigen dari udara secara

optimal, disalurkan atau didistribusikan ke seluruh tubuh dan dimanfaatkan

sesuai dengan kebutuhan tubuh.Dalam hal ini, oksigen diambil dari udara oleh

paru- paru.Selanjutnya, jantung dan pembuluh darah mendistribusikan ke

seluruh tubuh. Jadi, jantung akan memompakan darah dalam jumlah lebih

banyak dan berdenyut lebih lambat. Kapasitas pernapasan paru- paru (masuk

dan keluar) bertambah.Penting diketahui, salah satu tanda kebugaran jantung-

paru yang baik yaitu mampu melakukan kegiatan jasmani dalam waktu yang

lama. Kelelahan yang tidak begitu berarti segera pulih atau segar kembali

setelah melakukan suatu kegiatan jasmani.

2. Meningkatkan kesehatan paru-paru

Aerobik ialah salah satu olahraga yang ideal buat mempertahankan berat

badan dan kesehatan. Salah satu manfaat dari senam aerobik adalah dapat

meningkatkan kesehatan paru-paru. Aerobik membantu memperluas paru-

paru dan meningkatkan stamina dan kekuatan. Menjaga paru-paru bekerja

dengan baik ialah hal yang terpenting untuk dapat menguasai latihan tertentu.

Setelah daya tahan terbangun, akan lebih mudah buat menyelesaikan latihan

gerakan senam aerobik. Saat melakukan senam aerobik, sirkulasi udara

pernafasan kita akan semakin cepat, oleh karena itu secara otomatis fungsi

paru-paru juga akan bekerja secara cepat. Dan jika hal ini dibiasakan rutin tiap

hari akan sangat bagus untuk menjaga kesehatan paru-paru.

Page 42: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

28

3. Meningkatkan Kebugaran Otot

Kebugaran otot terdiri atas kekuatan otot dan daya tahan otot.

a. Kekuatan Otot

Otot-otot harus dilatih melebihi beban normalnya agar lebih kuat (prinsip

beban latihan).Otot-otot dilatih dengan melakukan kegiatan atau gerakan

yang berintensitas tinggi, dalam waktu yang singkat, menggunkan tenaga

yang optimal, dan dilakukan berulang- ulang.

b. Daya Tahan Otot

Banyak cara untuk meningkatkan daya tahan otot, diantaranya dengan

melakukan gerakan-gerakan ringan. Gerakan- gerakan ringan yang dimaksud

yaitu melompat-lompat, mengangkat lutut, dan menendang. Misalnya,

gerakan senam aerobik low impact dan high impact menggunakan semua otot

bagian atas dan bawah badan.

4. Meningkatkan Kelenturan Tubuh

Kelenturan adalah kemampuan seseorang mendayagunakan otot dan

persendiannya sehingga gerak sendi lebih leluasa.Peregangan dalam senam

aerobik dapat meningkatkan kelenturan tubuh sekaligus membantu sirkulasi

atau peredaran darah kembali ke jantung. Meningkatkan otot-otot tubuh

sifatnya seperti karet, semakin kuat atau sering melakukan peregangan

semakin elastis atau lentur otot-otot tersebut.

5. Memperbaiki Penampilan

Setiap gerakan pada senam aerobik diciptakan untuk menguatkan,

mengencangkan, dan membentuk otot beberapa bagian tubuh tertentu,

seperti paha, pinggang, dada, perut, punggung, lengan, kaki, dan pinggul.

6. Mengatur Berat Badan

Page 43: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

29

Hampir beberapa orang menaruh perhatian terhadap berat badan sebagai hal

penting yang mendukung penampilan secara fisik. Salah satunya dengan cara

mengatur berat badan. Mengatur berat badan berarti mengatur energi dari

jumlah makanan yang masuk harus kurang dari energi yang

dihasilkan.Dengan melakukan senam aerobik, tujuan tersebut dapat tercapai.

a. Gerakan-gerakan aerobik yang berintensitas rendah hingga sedang

dengan durasi 30 menit akan membakar kalori sekitar 250.

b. Gerakan-gerakan aerobik yang berintensitas rendah hingga sedang

dengan durasi selama 20 menit atau lebih akan membakar lemak.

c. Gerakan-gerakan aerobik yang berintensitas tinggi dan dalam waktu

singkat (kurang lebih 20 menit) akan membakar gula.

7. Penyakit Tidak Mudah Menyerang Tubuh

Penyakit penyebab kematian seperti jantung, kanker, dan stroke tidak mudah

menyerang.Hal ini dikarenakan sistem dalam keadaan baik yang didapat tubuh

dari melakukan senam aerobik.

Page 44: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

30

Feminin :

Lemah Halus

Metode

Pembelajaran

lebih mengarah

pada

kepercayaan

diri

Maskulin :

- Kuat - Tangguh - Dominasi

Senam aerobik merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum 2013 pada mata pelajaran PJOK di SMA Negeri. Peraturan dalam cabang olahraga senam aerobik tidak membedakan laki-laki dan perempuan Perbedaan maskulinitas dan feminitas dalam peserta didik membutuhkan perhatian khusus oleh guru.

Berdasarkan penelitian diharapkan guru selaku

fasilitator dalam pembelajaran mampu membuat

pembelajaran senam aerobik menjadi menarik

dan membuat pola sesuai dengan karakteristik

peserta didiknya sehingga peserta didik dapat

mengikuti dan menerima pembelajaran secara

optimal dan efektif.

Metode

pembelajaran

senam aerobik

lebih mengarah

pada latihan

teknik

Bagaimana persepsi guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik peserta didik SMA Negeri di Kota Semarang tahun 2019? Apakah Hambatan yang dihadapi guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas pada pembelajaran senam aerobik peserta didik SMA Negeri di Kota Semarang tahun 2019? Bagaimana Tindakan guru pendidikan jasmani terhadap maskulinitas pada pembelajaran

senam aerobik peserta didik SMA Negeri di Kota Semarang tahun 2019?

2.2 Kerangka Konseptual

Tabel 1. Skema Kerangka Berfikir

Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa Dalam Pembelajaran Senam Aerobik Di SMA Negeri Kota Semarang Tahun 2019.

.

Page 45: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

31

Penelitian ini merupakan penelitian yang didasarkan pada hasil observasi

peneliti melakukan kunjungan dalam pembelajaran senam aerobik di beberapa

SMA Negeri di Kota Semarang. Perbedaan beberapa persepsi guru pendidikan

jasmani terhadap penanganan yang didasarkan pada karakteristik peserta didik

khususnya dalam maskulinitas dan feminitas sehingga peneliti berkeinginan untuk

mengetahui seperti apa pelaksanaan pembelajaran senam aerobik dan perlakuan

guru pendidikan jasmani dalam menangani peserta didiknya di SMA Negeri yang

ada di Kota Semarang.

Disisi lain senam aerobik merupakan olahraga yang memiliki kesamaan

dalam peraturan baik untuk perempuan dan laki-laki. Disamping itu dapat dijadikan

informasi untuk para guru pendidikan jasmani serta peserta didik bahwa

pembelajaran senam aerobik merupakan salah satu pembelajaran yang bisa

dijadikan salah satu bagian rekreasi dan edukasi secara bersama.

Page 46: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

61

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil data pembahasan dari penelitian yang telah dilaksanakan

mengenai persepsi guru pendidikan jasmani tentang maskulinitas siswa dalam

pembelajaran senam aerobik di SMA Negeri yang ada di Kota Semarang, maka

diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Persepsi guru pendidikan jasmani tentang maskulinitas mayoritas sudah

baik dan sesuai dengan teori atau definisi dari gender itu sendiri yaitu

maskulin merupakan peserta didik yang memiliki sikap aktif, tegas, dan

maskulin ini erat kaitannya dengan peserta didik laki- laki.

2. Hambatan yang dihadapi guru pendidikan jasmani diantaranya peserta didik

maskulin sulit untuk melakukan koordinasi gerakan. Hambatan lain terkait

dengan kondisi fisik dan psikis guru pendidikan jasmani olahraga kesehatan

yang mengajar pembelajaran senam aerobik ini sudah dapat teratasi dengan

baik dengan penerapan strategi yang dilakukan sehingga dapat ditangani

bahkan dapat ditanggulangi dengan baik.

Tindakan yang diambil oleh guru pendidikan jasmani pada pembelajaran

senam aerobik mayoritas belum dikelompokkan berdasarkan perbedaan

gender. Hal ini bisa dilihat pada lima SMA Negeri yang diteliti, hanya

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin saja dan pengelompokkan

menggunakan kombinasi antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Dalam pembelajaran senam aerobik guru telah menyesuaikan tindakan yang

diambil agar peserta didik dapat mengoptimalkan

Page 47: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

62

perkembangan potensi yang dimiliki dan menyesuaikan pola pembelajaran

agar sesuai sehingga peserta didik dapat mengikuti kegiatan belajar

mengajar dengan baik. Namun masih terdapat beberapa guru yang

menyamaratakan tindakan untuk semua peserta didik karena untuk

memberikan perlakuan yang adil terhadap peserta didik.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan simpulan diatas maka penulis memberikan

saran-saran untuk guru pendidikan jasmani berkaitan dengan maskulinitas dalam

pembelajaran senam aerobik pada peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Dinas Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan persepsi guru pendidikan

jasmani hendaknya kepala dinas pendidikan melakukan pelatihan atau

seminar tentang maskulin untuk guru pendidikan jasmani kesehatan

olahraga agar pembelajaran yang dilakukan lebih tepat dan sesuai.

2. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan sekolah lebih memperhatikan metode pembelajaran yang sesuai

dengan karakter masing-masing peserta didik dan bertujuan untuk

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Bagi Guru Pendidikan Jasmani

Guru hendaknya mengelompokkan peserta didik berdasarkan perbedaan

gender dan memberikan pola pembelajaran yang sesuai sehingga peserta

didik dapat mengoptimalkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh

karenanya guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran harus

mampu menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan.

Page 48: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

63

Daftar Pustaka

Adi Trisnawan. 2010. Senam Aerobik. Aneka Ilmu. Semarang. Jawa Tengah

Adriaanse, J. A., & Schofield, T. (2013). Analysing gender dynamics in sport

governance: A new regimes-based approach. Sport Management

Review, 16(4), 498-513.

Aisah R. Pomatahu. 2015. Senam Aerobik (Mosesahi) Untuk Kesehatan Paru.

Gorontalo : Ideas Publishing.

Alex Sobur. 2016. Psikologi Umum. Cv Pustaka Setia. Bandung. Jawa Barat

Alsyouf, A. (2018). Hegemonic Masculinity In Archetypal African

Novels. Informasi, 48(2), 169-179.

Anita, R. (2015). Harmoni dalam Keluarga PeremPuan Karir: upaya mewujudkan

Kesetaraan dan Keadilan gender dalam Keluarga anita. Palastren, 8(1), 1–

34.

Bozkurt, V., Tartanoglu, S., & Dawes, G. (2015). Masculinity and violence: Sex

roles and violence endorsement among university students. Procedia-Social

and Behavioral Sciences, 205, 254-260.

Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Cahyani, F. D., & Andriani, F. (2014). Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap

Kompetensi Pedagogik , Kompetensi Kepribadian , dan Kompetensi Sosial

Guru dengan Motivasi Berprestasi Siswa Akselerasi di SMA Negeri I Gresik.

Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan, 3(2), 77–88.

Dayshandi, D., Handayani, siti ragil, & Yagningwati, F. (2015). Pengaruh Persepsi

Dan Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Program Studi Perpajakan Untuk

Berkarir Di Bidang Perpajakan. Jurnal Perpajakan (JEJAK), 1(1), 1–15.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Dharmayanti, W., Nurcahyo, ratih widya, & Lestari, I. (2017). Pengaruh Kondisi

Kelas, Fasilitas Laboratorium, Dan Fasilitas Pendukung Pembelajaran

Terhadap Kenyamanan Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Informatika

Dan Sains, 6(2), 230–242.

Ghasem, R., & Ali, T. (2019). Recalled Pre-School Activities among adults with

gender dysphoria who seek gender confirming treatment–an Iranian

study. Asian Journal of Psychiatry. 57-61.

Hartono, R. L. & Y. (2015). Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap

Penanggalan Jawa Dalam Penentuan Waktu Pernikahan (Studi Kasus Desa

Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Tahun 2013). JURNAL

AGASTYA, 5(1), 118–138.

Page 49: PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TENTANG ...lib.unnes.ac.id/37080/1/6101415029__Optimized.pdfii ABSTRAK Edy Wijayanto. 2019. Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Tentang Maskulinitas Siswa

64

Hermawati, T. (2007). Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender. Jurnal Komunikasi

Massa, 1(1), 18–24. https://doi.org/10.1111/j.1523-1739.2010.01600.x

Jamal Ma’mur. 2015. Rezim Gender di NU. Pustaka Pelajar . Yogyakarta

Kusuma, D. W. Y. (2017, April). Student Perception In Physical Education Of

Elementary School. In The 4th International Conference On Physical

Education, Sport and Health (ISMINA) And Workshop: Enhancing Sport,

Physical Activity, And Health Promotion For a Better Quality Of Life (p. 65).

Meiria Zuraida, D. (2016). Motivasi Intrinsik Masyarakat Dalam Mengikuti Senam

Aerobik Di Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh Tahun 2015. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Unsyiah, 2(2), 73–81.

Moleong, Lexi, J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosda

Karya

Nirmalasari, L., & Masusan, K. (2014). Self Esteem, Gender Dan Prestasi Kerja

(Study Pada Penyiar Radio Di Kota Bandung). Study & Management

Research, XI(2), 18–27. https://doi.org/10.1039/tf9575300535

Nur awaliya maulida, D. (2018). Redefinisi Konsep Maskulinitas Laki-Laki

Pengguna Perawatan Kulit Di Klinik Kecantikan Armina Desa Robayan

Jepara Nur Awaliya Maulida, Antari Ayuning Arsi, Moh. Yasir Alimi , 7(1),

Setiawan, I. (2010). Pelaksanaan pelatihan calon instruktur senam aerobik di kota

semarang. Lembaran Ilmu Kependidikan, 39(1).

Simamora, L. (2014). Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik

Guru Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika.

Jurnal Formatif, 4(1), 21–30.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v4i1.136

Sri Hermuningsih, ., & Kristi Wardani, . (2016). Persepsi Mahasiswa Terhadap

Metode Simulasi Online Tranding di Bursa Efek Indonesia di Fakultas

Ekonomi. Ekonomi & Bisnis, 17(2), 199–207.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta.

Bandung

Supriyanto, A. (2008). Pembentukan Karakter Olahragawan Ditinjau Dari

Perbedaan Gender, Peran Serta Orangtua, Guru, Pelatih Olahraga Dan

Keikutsertaan Dalam Aktivitas Olahraga Serta Jenis Olahraganya. Fik UNY,

8(November), 1–25.

Wandi, G. (2015). Rekontruksi Maskulinitas : Menguak Peran Laki-Laki Dalam

Perjuangan Kesetaraan Gender. Jurnal Ilmiah Kajian Gender, 5(2), 239–255.