PERSAMAAN UNSUR POKOK PADA MEREK GUDANG...
Transcript of PERSAMAAN UNSUR POKOK PADA MEREK GUDANG...
PERSAMAAN UNSUR POKOK
PADA MEREK GUDANG GARAM DAN GUDANG BARU
(Analisis Putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh:
DANDY HERNADY PAHUSA
NIM: 1111048000027
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAN STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HJIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
iii
PERNYATAAN
iv
v
ABSTRAK
Dandy Hernady Pahusa. NIM 1111048000027. Persamaan Unsur Pokok Pada
Merek Gudang Garam dan Gudang Baru (Analisis Putusan MA Nomor 162
K/Pdt.Sus-HKI/2014). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
1436 H/2015 M. x + 82 halaman + 40 halaman lapiran.
Penjelasaan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001
tentang Merek menjelaskan persamaan pada pokoknya sebagai kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dan
merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai
bentuk, cara penempatan, cara penulisan, atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun
persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut. Tujuan dari
skripsi ini untuk mengetahui cara menentukan kriteria persamaan unsur pokok pada
suatu merek terkenal dan dampak pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam
memutuskan sengketa antara merek Gudang Baru dan Gudang Garam pada Putusan
MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan
menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute approach), dan
pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang merek. Sedangkan
Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah suatu
kasus yang telah menjadi putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, dalam hal ini
yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, kriteria penentuan persamaan unsur
pokok pada suatu merek terkenal yaitu adanya kemiripan gambar, bunyi, nama, kata,
huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut,
baik terhadap barang atau jasa yang sejenis maupun tidak sejenis yang didasarkan
pada pengetahuan umum masyarakat, reputasi merek yang diperoleh karena promosi
besar-besaran, dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara.
Dampak dari putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 yaitu bagi
pemilik merek yang telah terdaftar dan terkenal agar selalu melindungi mereknya
yaitu dengan memperhatikan adanya itikad tidak baik dari pemilik merek lain.
Apabila terdapat merek lain yang telah terdaftar di Dirjen HKI dan diumumkan dalam
Berita Umum Merek, maka pemilik merek yang telah terdaftar terlebih dahulu segera
mengajukan keberatan dan pembatalan merek tersebut. Gugatan pembatalan merek
hendaknya tidak melebihi 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran merek tersebut.
Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 69 UU Merek No. 15 Tahun 2001.
Kata kunci : Persamaan unsur pokok, itikad baik, merek terkenal.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar,
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
membantu baik materil maupun immateril, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MH., dan Arip Purkon, MA., Ketua dan
Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum.
3. Drs. Abu Tamrin, SH, M.Hum., dan Nurrohim Yunus, LL.M., dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu disela-sela kesibukan
dalam memberikan nasihat, kritik dan saran untuk membangun penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Dedy Nursamsi SH., M.Hum, dosen penasihat akademik yang telah memberikan
nasihat dan arahan.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi ilmu
pengetahuan dan pengalamanya kepada penulis.
6. Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas pengorbanan kedua orang tuaku
tercinta H. Azis Pahusa M.Si dan Hj. Niswa, yang telah memberikan segala
dukungan baik materil maupun immateril serta doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan masa studi S1.
vii
7. Kakak dan Adikku tersayang Ziswandy Pahusa dan Wenny Aztriyani Pahusa
yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan studi S1.
8. Seluruh keluarga besar PSM UIN Jakarta, khususnya Otung, Apis, Abbando,
Onike, Shenai, Temus, Fong, Uncle Odoy, Subito, Ardito, Lullaby, Tira, Parda,
Laja, dan lain-lain, terima kasih atas dukungan dan pengalaman yang telah
diberikan selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Hukum angkatan 2011,
khususnya Endang, Azmi, Afwan, Fadilah, Shinta, Ica, Uut, Ida, dan lain-lain,
terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan selama ini.
10. Seluruh teman-teman Hipmaja yang telah memberikan bantuan dan dukungan
selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT memberikan
berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka. Amin.
Demikian ini penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang
berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
Dandy Hernady Pahusa
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PESETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................... 6
D. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................................. 7
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual ................................................. 8
F. Metode Penelitian ........................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 15
BAB II MEREK SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
A. Hak Kekayaan Intelektual ............................................................... 17
B. Merek .............................................................................................. 20
BAB III KRITERIA PERSAMAAN UNSUR POKOK PADA MEREK TERKENAL
A. Profil PT Gudang Garam tbk dan Gudang Baru ........................ ..... 38
B. Persamaan Unsur Pokok Merek ...................................................... 45
C. Merek Terkenal ............................................................................... 50
D. Penentuan Kriteria Persamaan Unsur Pokok Pada Merek
Terkenal ................................................................................................... 52
BAB IV DATA PENELITIAN DAN ANALISA DATA
A. Posisi Kasus ..................................................................................... 59
ix
B. Motif atau Alasan Pertimbangan Hakim MA dalam Memutuskan
Perkara antara Merek Gudang Baru dengan Gudang Garam .......... 68
C. Dampak Pertimbangan Hakim Agung dalam Penyelesaian Sengketa
antara Merek Gudang Baru dan Gudang Garam ............................. 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
LAMPIRAN ......................................................................................................... 83
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 .............................................................................................................. 39
Gambar 2 .............................................................................................................. 48
Gambar 3 .............................................................................................................. 48
Gambar 4 .............................................................................................................. 48
Gambar 5 .............................................................................................................. 48
Gambar 6 .............................................................................................................. 49
Gambar 7 .............................................................................................................. 73
Gambar 8 ............................................................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan industri dan perdagangan, merek menjadi sangat
penting dalam dunia periklanan dan pemasaran karena publik sering mengaitkan
suatu image, kualitas atau reputasi barang dan jasa dengan merek tertentu.
Konsumen membeli suatu produk tertentu dengan melihat mereknya karena
menurut mereka, merek tersebut berkualitas tinggi atau aman untuk dikonsumsi
dikerenakan reputasi dari merek tersebut.1
Merek merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 15 tentang Merek, untuk selanjutnya ditulis UU
No. 15 Tahun 2001. Pasal 1 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 menjelaskan merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Kebutuhan untuk melindungi merek dari peniruan atau persaingan yang
curang, maka merek tersebut harus didaftarkan di Direktoral Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual. Di Indonesia telah dibuat undang-undang yang mengatur
secara khusus tentang merek, yaitu UU No. 15 Tahun 2001. Selain peraturan
1 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2005), h.
131.
2
perundang-undangan nasional tentang merek, ada juga peraturan merek yang
bersifat internasional seperti Konvensi Paris Union yang khusus diadakan untuk
memberikan perlindungan pada hak milik perindustrian (Paris Convention for
the Protection of Industrial Property). Indonesia merupakan peserta pada Paris
Convention, oleh karena itu Indonesia juga turut serta dalam International Union
for the Protection of Industrial Property yaitu organisasi Uni Internasional
khusus untuk memberikan perlindungan pada Hak Milik Perindustrian, yang
sekarang ini sekretariatnya turut diatur oleh Sekretariat Internasional WIPO
(World Intelectual Property Organization).2
Pemilik merek baru akan diakui atas kepemilikan mereknya setelah
melakukan pendaftaran. Untuk memenuhi persayatan pendaftaran, merek harus
memiliki daya pembeda yang cukup, artinya memiliki kekuatan untuk
membedakan antara merek yang dimiliki dengan merek milik pihak lain yang
sejenis. Agar memiliki daya pembeda, merek harus dapat memberikan penentuan
pada barang atau jasa yang bersangkutan.3 Oleh karena itu, merek yang tidak
memiliki daya pembeda tidak dapat didaftarkan di Direktoral Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual dan secara otomatis tidak akan mendapatkan perlindungan
hukum.
2 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 338.
3 Budi Agus Riswandi dan Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 83.
3
Selain tidak memiliki daya pembeda, pendaftaran merek juga dapat
ditolak sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 Tahun
2001 yaitu pendaftaran merek dapat ditolak apabila mengandung persamaan
pokok atau keseluruhan dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar lebih dulu
untuk barang dan/jasa sejenis, dengan merek yang sudah terkenal milik pihak
lain untuk barang dan/jasa sejenis, dan juga dengan indikasi-geografis yang
sudah dikenal.
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 15 Tahun 2001 mengenai
persamaan pada pokoknya adalah merupakan kemiripan yang disebabkan oleh
adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan yang lain,
yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan mengenai bentuk, cara
penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun
persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.
Salah satu kesulitan yang timbul dari ketentuan UU No. 15 Tahun 2001
yaitu kurangnya pedoman yang jelas untuk menetukan kriteria merek terkenal,
dengan kata lain Undang-Undang merek Indonesia tidak mengatur secara rinci
tentang merek terkenal ini. Namun dalam ketentuan Pasal 6 UU No. 15 Tahun
2001 dalam penjelasannya tentang penolakan permohonan yang mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum
masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Selain
itu, diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi
4
yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang
dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut di
beberapa negara.
Perlindungan merek terkenal merupakan salah satu aspek penting dalam
hukum merek. Perlindungan yang diberikan oleh undang-undang merek terhadap
merek terkenal merupakan pengakuan terhadap keberhasilan pemilik merek
dalam menciptakan image ekslusif dari produknya yang diperoleh melalui
pengiklanan atau penjualan produk-produknya secara langsung.4 Adanya
peniruan merek terkenal pada dasarnya dilandasi iktikad tidak baik, yaitu
mengambil kesempatan dari ketenaran merek orang lain. Sehingga dapat
menimbulkan kerugian bagi pemilik merek terkenal disebabkan ada
kemungkinan berkurangnya penjualan produk akibat dari sebagian konsumennya
beralih ke merek yang menyerupainya.
Salah satu sengketa persamaan pokok pada suatu merek terkenal untuk
dua jenis produk barang dan kelas yang sama telah ditangani oleh Mahkamah
Agung dan diputus dalam putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014. Dalam
putusan tersebut diselesaikan sengketa antara H. Ali Khosin, SE selaku pemilik
merek Gudang Baru dengan PT Gudang Garam, tbk.
Putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 permohonan kasasi oleh H.
Ali Khosin, SE dikabulkan oleh Mahkamah Agung dikarenakan mereknya
4 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2005), h.
151.
5
ternyata tidak mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek Gudang
Garam dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Surabaya Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-NIAGA.SBY., dalam perkara ini
tidak sesuai dengan hukum dan/atau undang-undang, sehingga permohonan
kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi H. Ali Khosin, SE tersebut
dikabulkan.
Kurangnya aturan secara rinci tentang merek terkenal dan batasan
mengenai kriteria persamaan pada pokoknya dalam UU No. 15 Tahun 2001,
sehingga hakim memiliki penafsiran yang berbeda dalam menyelesaikan
sengketa antara H. Ali Khosin, SE selaku pemilik merek Gudang Baru dengan
PT Gudang Garam, tbk. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis
putusan tersebut dalam sebuah karya ilmiah dengan judul PERSAMAAN
UNSUR POKOK PADA MEREK GUDANG GARAM DAN GUDANG
BARU (Analisis Putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014).
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan Hak Kekayaan Inetelektual yang
meliputi hak cipta, paten, merek, varietas tanaman, rahasia dagang, desain
industri, dan desain tata letak sirkuit terpadu, maka skripsi ini hanya
difokuskan pada persamaan unsur pokok merek terkenal Gudang Garam
6
dengan merek Gudang Baru pada Putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-
HKI/2014.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana menentukan kriteria persamaan unsur pokok pada suatu
merek terkenal?
b. Apakah dampak pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam
memutuskan sengketa antara merek Gudang Garam dan Gudang Baru
pada Putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014?
C. Tujuan dan Mafaat Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui cara menentukan kriteria persamaan unsur pokok
pada suatu merek terkenal.
b. Untuk mengetahui dampak pertimbangan hakim MA dalam
memutuskan sengketa antara merek Gudang Garam dan Gudang Baru
pada Putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014.
7
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
HKI terutama mengenai merek dagang dalam hal persamaan unsur
pokok pada suatu merek terkenal.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penegak
hukum yang ingin memahami lebih jauh dalam penyelesaian sengketa
persamaan unsur pokok suatu merek terhadap merek terkenal. Selain
itu, dapat digunakan sebagai tambahan pemikiran dalam bentuk data
sekunder terhadap permasalahan yang sama.
D. Tinjauan (Riview) Kajian Terdahulu
Untuk menghindari kesamaan judul dalam skripsi ini, penulis telah
melakukan penelusuran studi terlebih dahulu yang berkaitan dengan penelitian
ini di beberapa perpustakaan, di antaranya sebagai berikut:
1. Skripsi konsentrasi Hukum Bisnis program Studi Ilmu Hukum, Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, disusun oleh Dwi
Anto, NIM 109048000032 pada tahun 2013, dengan judul Tinjauan Yuridis
Terhadap Peniruan Merek Helm “INK” oleh Merek Helm “INX”.
Penulis di atas hanya menjelaskan mengenai peniruan merek helm “INK”
dan oleh merek “INX”. Sedangkan skripsi ini menjelasakan tentang
persamaan unsur pokok pada suatu merek terkenal yaitu antara merek
Gudang Garam dan Gudang Baru.
8
2. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2003, disusun oleh
Primastuti, Nim 0598231528, dengan judul Perlindungan Merek Terkenal
Berdasarkan Peratutan Perundang-undangan Nasional, Termasuk
Konvensi internasional. Penulis di atas menjelaskan mengenai
perlindungan merek terkenal berdasarkan perundang-undangan nasional dan
konvensi internasional. Sedangkan skripsi ini menjelaskan tentang
persamaan unsur pokok suatu merek terkenal yaitu antara merek Gudang
Garam dan Gudang Baru.
3. Buku Ahmadi Miru, yang diterbitkan oleh PT. Raja Grafindo Persada pada
tahun 2005 di Jakarta dengan judul Hukum Merek. Buku ini menjelaskan
tentang merek secara umum. Sedangkan skripsi ini lebih menjelasakan
tentang persamaan unsur pokok suatu merek terkenal yaitu antara merek
Gudang Garam dan Gudang Baru.
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Landasan pengaturan dan perlindungan merek terdapat dalam UU
No. 15 Tahun 2001. Pendaftaran merek merupakan hal yang sangat penting
karena dengan mendaftarkan merek, pemilik merek dapat memperoleh
perlindungan hukum. Agar dapat diterima sebagai merek, sebuah merek
haruslah memiliki daya pembeda. Daya pembeda adalah kemampuan suatu
merek yang dimiliki untuk membedakan barang tersebut dari barang sejenis
9
yang diproduksi oleh pihak lainnya.5 Jadi merek harus menggunakan tanda
yang sedemikian rupa sehingga mempunyai cukup kekutan untuk
membedakan dengan merek lainnya.
Sudarta Gautama mengemukakan bahwa:6
“Merek ini harus merupakan suatu tanda. Tanda ini dapat
dicantumkan pada barang bersangkutan atau bungkusan dari barang itu. Jika
suatu barang hasil produksi suatu perusahaan tidak mempunyai kekuatan
pembeda dianggap sebagai tidak cukup mempunyai kekuatan pembedaan
dan karenanya bukan merupakan merek. Misalnya: Bentuk, warna atau ciri
lain dari barang atau pembungkusnya. Bentuk yang khas atau warna, warna
dari sepotong sabun atau suatu doos, tube, dan botol. Semua ini tidak cukup
mempunyai daya pembedaan untuk dianggap sebagi suatu merek, tetapi
dalam praktiknya kita disaksikan bahwa warna-warni tertentu dipakai
dengan suatu kombinasi yang khusus dapat dianggap sebagai suatu merek”.
Merek yang tidak memiliki daya pembeda, dalam artian memiliki
persamaan pada pokoknya terhadap merek terkenal pada dasarnya dilandasi
iktikad tidak baik, yaitu mengambil kesempatan dari ketenaran merek orang
lain. Penjelasan Pasal 4 UU No. 15 Tahun 2001 menerangkan bahwa
pemohon yang beriktikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan
mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng,
meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan
usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan
kondisi persaingan curang, mengecoh atau menyesatkan konsumen.
5 Syopiansyah Jaya Putra dan Yusuf Durachman, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 186
6 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 348
10
Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001 memuat ketentuan mengenai
penolakan pendaftaran merek yaitu pemohon harus ditolak oleh Direktur
Jenderal apabila merek tersebut mengandung persamaan pokok atau
keseluruhan dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar lebih dulu untuk
barang dan/jasa sejenis, dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain
untuk barang dan/jasa sejenis, dan dengan indikasi-geografis yang sudah
dikenal.
2. Kerangka Konseptual
Suatu kerangka konsepsi merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau yang akan diteliti.7
Salah satu cara untuk menjelaskan konsep adalah definisi. Definisi
merupakan suatu pengertian yang relatif lengkap tentang suatu istilah, dan
biasanya definisi beritik tolak pada referensi. Dengan demikian, definisi
harus mempunyai ruang lingkup yang tegas,8 sehingga dalam pengertian
tidak boleh ada kurang atau dilebih-lebihkan.
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang
berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam skripsi ini, maka perlu
dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi sebagai berikut:
a. Merek pada Pasal 1 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 adalah ”Merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2010), h. 132.
8 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 48.
11
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa”.
b. Hak atas Merek pada Pasal 3 UU No. 15 tahun 2001 adalah “Hak
eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang
terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin
kepada pihak lain untuk menggunakannya”.
c. Persamaan pada pokoknya dalam penjelasaan Pasal 6 ayat (1) huruf a
UU No. 15 tahun 2001 adalah “Kemiripan yang disebabkan oleh adanya
unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dan merek yang lain,
yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai
bentuk, cara penempatan, cara penulisan, atau kombinasi antara unsur-
unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-
merek tersebut”.
d. Merek terkenal didefinisikan sebagai merek yang memiliki reputasi
tinggi. Merek yang demikian itu memiliki kekuatan pancaran yang
memukau dan menarik, sehingga jenis barang apa saja yang berada di
bawah merek itu langsung menimbulkan sentuhan keakraban dan ikatan
mitos kepada segala lapisan. Ketentuan Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001
dalam penjelasannya tentang penolakan permohonan merek terkenal
menjelaskan bahwa reputasi merek terkenal akan diperoleh dilihat dari
12
promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di
dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti-bukti
pendaftaran merek tersebut di beberapa negara.9
F. Metode Penelitian
Soerjono Soekanto mengatakan “Penelitian hukum merupakan suatu
kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan
jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang
bersangkutan”.10 Metode penelitian ini disistematikakan dalam suatu format
sebagai berikut:
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode jenis penelitian
yuridis normatif. Dimana penulis mencari fakta-fakta yang akurat dan valid
tentang sebuah peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian. Penelitian
ini juga dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan bahan-
bahan lain, serta menelaah peraturan perundang-undang yang berhubungan
9 Budi Agus Riswandi dan Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 87.
10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2010), h. 43.
13
dengan penulisan penelitian ini. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah
deskriptif yaitu tipe penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin
tentang suatu gejala atau fenomena, agar dapat membantu dalam
memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau mencoba merumuskan teori
baru.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum
adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus
(case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan
komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual
approach).11
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan
(statue approach), dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan
perundang-undangan mengacu kepada UU No. 15 tahun 2001. Sedangkan
Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah
suatu kasus yang telah menjadi putusan pengadilan berkekuatan hukum
tetap, dalam hal ini yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt.Sus-
HKI/2014.
3. Data dan Sumber Data
Berdasarkan jenis penelitian di atas, maka data yang dikumpulkan
berasal dari data sekunder. Data sekunder yang dimaksudkan antara lain:
11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 93.
14
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer diperoleh dari UU No. 15 tahun 2001 dan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 yang
bertujuan untuk melengkapi dan mendukung data-data ini, agar
penelitian menjadi lebih sempurna.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian
kepustakaan (library research) yang diperoleh dari berbagai literatur
yang terdiri dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, dan hasil
penelitian yang mempunyai hubungan erat terhadap permasalahan yang
diteliti.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk dan juga penjelasan terhadap data primer dan data sekunder
yang berupa kamus.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) yakni upaya untuk
memperoleh data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan
perundang-undangan, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian
ini.
15
5. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis
kualitatif adalah dari data yang diedit dan dipilih menurut kategori masing-
masing dan kemudian dihubungkan satu sama lain atau ditafsirkan dalam
usaha mencari jawaban atas masalah penelitian.
6. Metode penulisan
Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode
penulisan Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan atau penyajiannya, penulis menjabarkan
materi atau isi dari penelitian ini menjadi lima bab dengan sistematika yang
terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat secara keseluruhan mengenai latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teoritis dan konseptual, tinjauan (riview) kajian terdahulu,
metode penelitian dan sistematika penuliusan.
BAB II MEREK SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
Pada bab ini akan dibahas secara umum mengenai Hak Kekayaan
Intelektua (HKI) dan merek.
16
BAB III KRITERIA PERSAMAAN UNSUR POKOK PADA MEREK
TERKENAL
Pada bab ini akan dibahas mengenai profil PT Gudang Garam, tbk dan
Gudang Baru, persamaan unsur pokok, merek terkenal dan penentuan
kriteria persamaan unsur pokok pada merek terkenal.
BAB IV DATA PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Pada bab ini akan dibahas mengenai posisi kasus, motif atau alasan
pertimbangan hakim agung dalam memutuskan perkara antara merek
Gudang Baru dan Gudang Garam, dampak pertimbangan hakim dalam
memutuskan sengketa antara merek Gudang Baru dan Gudang Garam
pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
17
BAB II
MEREK SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
A. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Pemahaman teori akan diuraikan dalam konsepsi Hak Kekayaan
Intelektual dari unsur-unsur yang ada dalam istilah HKI yaitu hak, kekayaan, dan
intelektual. Ketiga unsur ini merupakan kesatuan yang tidak dipisahkan.1
1. Unsur Hak. Unsur ini diartikan hak yang diberikan negara kepada para
intelektual yang mempunyai hasil karya yang eksklusif. Eksklusif artinya
hasil karyanya baru, atau pengembangan dari yang sudah ada, mempunyai
nilai ekonomi, bisa diterapkan di dunia industri, mempunyai nilai komersial
dan dapat dijadikan aset.
2. Unsur Kekayaan. Menurut Paul Scholten dalam Zaakenrecht kekayaan adalah
sesuatu yang dapat dinilai dengan uang, dapat diperdagangkan dan dapat
diwariskan atau dapat dialihkan. Hal ini berarti unsur kekayaan pada HKI
mempunyai sifat ekonomi, yaitu mempunyai nilai uang, dapat dimiliki dengan
hak yang absolut dan dapat dialihkan secara komersial.
3. Unsur Inteketual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
intelektual adalah cerdas, orang yang berpikiran jernih berdasarkan ilmu
pengetahuan, atau yang mempunyai kecerdasan tinggi.
1 Syopiansyah Jaya Putra dan Yusuf Durrachman, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 113.
17
18
Dari ketiga unsur pemahaman tersebut dapat diartikan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) adalah sebagai hak atas kepemilikan terhadap karya-karya yang
lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karya-karya tersebut merupakan kebendaan tidak
terwujud yang merupakan hasil kemampuan intelektualitas manusia dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa dan
karyanya, yang memiliki nilai-nilai moral, praktis dan ekonomi.2
HKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan penerapan ide
dan informasi yang memiliki nilai komersial. HKI mempunyai tujuh cabang,
yaitu:3
1. Hak Cipta, melindungi ciptaan manusia di bidang seni, sastra, dan ilmu
pengetahuan. Ciptaan tersebut seperti program komputer, musik, buku,
novel, karya arsitektur, tari, seni, dan lain-lain. Hak cipta diatur dalam UU
No. 19 Tahun 2002.
2. Merek, merupakan tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
membedakan barang atau jasa dari satu perusahaan dengan barang atau jasa
yang sejenis yang diproduksi oleh perusahaan lain. Merek diatur dalam UU
No. 15 Tahun 2001.
2 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: P.T. Alumni, 2003), h.
2.
3 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010), h. 7.
19
3. Paten, melindungi invensi di bidang teknologi dan berisi pemecahan
masalah. Paten dapat berupa produk, proses maupun pengembangan atau
penyempurnaan paten produk atau proses. Paten diatur dalam UU No. 14
Tahun 2001.
4. Desain Industri, melindungi tampilan luar dari kreasi bernilai artistik berupa
bentuk, konfigurasi, kompusisi garis atau warna, garis dan warna, gabungan
dari unsur-unsur tersebut. Desain Industri diatur dalam UU No. 31 Tahun
2000.
5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, melindungi kreasi berupa rancangan
peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen dalam sebuah sirkuit terpadu.
Cabang ini diatur dalam UU No. 32 Tahun 2000.
6. Rahasia Dagang, melindungi informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan bisnis seperti metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan, dan informasi lainnya. Rahasia dagang diatur dalam UU
No. 30 Tahun 2000.
7. Perlindungan Varietas Tanaman, melindumgi varietas tanaman baru berupa
sekelompok tanaman, jenis atau spesies, bentuk, pertumbunhan, daun,
bunga, biji dan ekspresi karakteristik genotif atau kombinasi genotif. Cabang
ini di ataur dalam UU No. 29 tahun 2009.
Perlindungan HKI dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan
meratifikasi beberapa konvensi internasional antara lain tentang pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization) dengan Undang-
20
Undang Nomor 7 Tahun 1994. Ada dua lembaga multilateral yang berhubungan
dengan HKI yaitu WIPO (World Intelectual Property Organization) dan TRIPs
(Trade Related Aspect Of Intellectual Property Rights). WIPO berada di bawah
lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan TRIPs yang lahir dalam Putaran
Uruguay diakomodasi oleh WTO.4
Pengaturan internasional tentang merek sebagai salah satu bagian dari
sistem pengaturan tentang HKI telah dicakup kedalam peraturan internasional
yang sangat komprehensif dalam perjanjian TRIPs. Perjanjian TRIPs merupakan
salah satu bagian dari WTO. Indonesia menjadi negara WTO pada tahun 1994,
secara otomatis Indonesia merupakan pihak pula dalam perjanjian TRIPs.
Keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian TRIPs menimbulkan kewajiban
internasional bagi Indonesia yang menuntut komitmen penuh pelaksanaannya,
yaitu kewajiban-kewajiban dalam rangka perlindungan HKI.5
B. Merek
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, merek merupakan salah satu
cabang dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang diatur dalam UU No. 15
Tahun 2001.
Gambaran umum merek akan dijelaskan sebagai berikut:
4 Syopiansyah Jaya Putra dan Yusuf Durrachman, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 113.
5 Titon Slamet Kurnia, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di Indonesia Pasca
Perjanjian TRIPs, (Bandung: PT Alumni, 2011), h.10.
21
1. Pengertian Merek
Pengertian merek dalam UU No. 15 tahun 2001 adalah tanda yang
berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Dari rumusan tersebut, dapat diketahui bahwa merek:6
a. Tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna tersebut.
b. Memiliki daya pembeda (distinctive) dengan merek lain yang sejenis.
c. Digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa yang sejenis.
Dengan demikian, merek merupakan suatu tanda pengenal dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa yang sejenis dan sekaligus
merupakan jaminan mutunya bila dibandingkan dengan produk barang atau
jasa sejenis yang dibuat pihak lain.
Sedangkan menurut beberapa ahli mengemukakan pengertian dari
merek itu sendiri, yaitu:7
a. H.M.N. Purwo Sutjipto
“Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu
dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang
sejenis”.
b. Prof. R. Soekardono
“Merek adalah sebuah tanda (Jawa: ciri atau tengger) dengan mana
dipribadikan sebuah barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan
asalnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang
6 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: P.T. Alumni, 2003), h.
321.
7 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 344.
22
dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan
perusahaan lain”.
c. Mr. Tirtaamidjaya yang mensitir pendapat Proff. Vollmar
“Suatu merek pabrik atau merek perniagaan adalah suatu tanda yang
dibubuhkan di atas barang atau di atas bungkusannya, gunanya
membedakan barang itu dengan barang-barang yang sejenis lainnya”.
Berdasarkan pengertian merek dari beberapa ahli di atas, penulis
menyimpulkan merek adalah suatu tanda pengenal dalam bidang
perdagangan barang atau jasa guna membedakan dengan barang atau jasa
yang sejenis lainnya.
2. Fungsi Merek
Merek berfungsi untuk memberi identitas pada barang atau jasa dan
berfungsi menjamin kualitas suatu barang dan jasa bagi konsumen. Bagi
orang yang sudah membeli suatu produk dengan merek tertentu dan merasa
puas akan kualitas produk barang atau jasa tersebut akan mencari produk
dengan merek yang sama di lain waktu. Merek juga dapat menjadi
adversiting tool untuk membantu periklanan dan promosi suatu produk.8
Selain itu, merek juga berfungsi sebagai pembeda dari produk barang
atau jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum dengan produk
barang atau jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum lain. Barang
atau jasa yang dibuat tersebut merupakan barang atau jasa yang sejenis,
sehingga perlu diberi tanda pengenal untuk membedakannya. Sejenis di sini,
8 Emmy Yuhassarie, Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, (Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2005), h. 197.
23
bahwa barang atau jasa yang di perdagangkan tersebut harus termasuk dalam
kelas barang atau jasa yang sama pula.9
Menurut P.D.D. Dermawan , fungsi merek itu ada tiga, yaitu:10
a. Fungsi indikator sumber, artinya merek berfungsi untuk menunjukkan
bahwa suatu produk bersumber sacara sah pada suatu unit usaha dan
karenanya juga berfungsi untuk memberi indikasi bahwa produk itu
dibuat secara profesional;
b. Fungsi indikator kualitas, artinya merek berfungsi sebagai jaminan
kualitas khususnya dalam kaitan dengan produk-produk bergengsi;
c. Fungsi sugestif, artinya merek memberikan kesan akan menjadi kolektor
produk tersebut.
3. Jenis-Jenis Merek
Jenis merek dijelaskan dalam Pasal 2 UU No. 15 Tahun 2001, yaitu
“Merek sebagaimana diatur dalam undang-undang ini meliputi Merek
Dagang dan Merek Jasa”. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada
barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan barang-barang sejenis
lainnya. Sedangkan merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan jasa-jasa sejenis lainnya.
Selain jenis merek di atas, UU No. 15 Tahun 2001 juga mengenal
jenis merek lainnya, yaitu Merek Kolektif. Pasal 1 angka 4 UU No. 15
9 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: P.T. Alumni, 2003), h.
322.
10 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 359.
24
Tahun 2001 mendefinisikan merek kolektif sebagai merek yang digunakan
pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-
sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
4. Persyaratan Merek Yang Dapat Didaftar
Agar suatu merek dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap
dagang, maka syarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu mempunyai daya
pembedaan yang cukup. Dengan kata lain, tanda yang dipakai ini haruslah
sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk membedakan
barang hasil produksi suatu perusahaan atau jasa dari produksi seseorang
dengan barang-barang atau jasa yang diproduksi oleh orang lain.11 Selain itu,
tidak semua yang memenuhi daya pembeda dapat didaftarkan sebagai
sebuah merek. Pasal 4 UU No. 15 Tahun 2001 menyatakan bahwa merek
tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon
yang beriktikad tidak baik.
Penjelasan Pasal 4 UU No. 15 Tahun 2001 menyakan bahwa
pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya
secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru
atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang
11 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 348.
25
berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan
curang, mengecoh atau menyesatkan konsumen.
Selain itu, ketentuan UU No. 15 Tahun 2001 mengatur lebih lanjut
apa saja yang tidak dapat dijadikan atau didaftarkan sebagai suatu merek.
Berdasarkan Pasal 5 UU No. 15 Tahun 2001, merek tidak dapat didaftarkan
apabila mengandung salah satu unsur: bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau
ketertiban umum; tidak memiliki daya pembeda; telah menjadi milik umum;
dan merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001 memuat juga ketentuan mengenai
penolakan pendaftaran merek yaitu permohonan harus ditolak oleh
Direktorat Jenderal HKI apabila merek tersebut mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah
terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis, merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis, dan
indikasi-geografis yang sudah dikenal. Penolakan dapat pula diberlakukan
terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi
persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila
merek tersebut merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau
26
nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis
dari yang berhak, merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan
nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga
nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak
yang berwenang, dan merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau
stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali
atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang. Dengan demikian, tidak
semua tanda dapat didaftar sebagai merek. Tanda-tanda yang memenuhi
syarat yang dapat didaftar sebagai merek, yaitu: 12
a. Mempunyai daya pembeda.
b. Merupakan tanda-tanda pada barang dagang atau jasa yang dapat berupa
gambar (lukisan), nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut.
c. Tanda tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban
umum, bukan tanda yang bersifat umun dan tidak menjadi milik umum,
atau bukan merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau
jasa yang dimohonkan pendaftarannya.
d. Tanda tersebut juga tidak mempunyai persamaan dengan merek lain
yang terdaftar lebih dulu, merek terkenal, atau indikasi geografis yang
sudak dikenal.
e. Tidak merupakan, menyerupai atau tiruan tanda lainnya yang dimiliki
oleh suatu lembaga atau negara tertentu.
5. Permohonanan Pendaftaran Merek
Tentang syarat dan tata cara permohonan pendaftaran merek di
Indonesia diatur dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 17 UU No. 15 Tahun
12 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: P.T. Alumni, 2003), h.
331.
27
2001. Pasal 7 ayat (1) menyatakan permohonan pendaftaran merek diajukan
secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan
mencantumkan:
a. tanggal, bulan, dan tahun;
b. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;
c. nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui
Kuasa;
d. warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya
menggunakan unsur-unsur warna;
e. nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam
hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.
Permohonan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya. Pemohon
di sini dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau
badan hukum. Permohonan yang diajukan lebih dari satu Pemohon secara
bersama-sama berhak atas merek tersebut, semua nama pemohon
dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
Namun, permohonan yang diajukan bersama ditanda tangani oleh salah satu
dari pemohon yang berhak atas merek tersebut, maka harus melampirkan
persetujuan tertulis dari para pemohon yang mewakilkan. Sedangkan
permohonan merek yang diajukan melalui kuasanya (Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual), surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua
pihak yang berhak atas merek tersebut. Ketentuan mengenai syarat-syarat
28
untuk dapat diangkat sebagai Konsultan HKI diatur dengan Peraturan
Pemerintah, sedangkan tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan
Presiden. Hai ini berdasarkan Pasal 7 ayat (2) - (9) UU No. 15 Tahun 2001.
Permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas. Hak prioritas
adalah hak permohonan untuk mengajukan permohonan yang berasal dari
negara yang tegabung dalam Paris Convention for Protection of industial
property atau Agreement Establishing the World trade organization untuk
memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal
merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota perjanjian
tersebut dan dilakukan dalam kurun waktu tertentu.13
Permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas ini diatur
dalam Pasal 11 dan 12 UU No. 15 Tahun 2001. Pasal 11 dikatakan bahwa:
”Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam
waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di negara lain,
yang merupakan anggota Paris Convention for the Protection of Industrial
Property atau anggota Agreement Establishing the World Trade
Organization.”
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menampung kepentingan negara
yang hanya menjadi salah satu anggota dari Paris Convention for the
13 Ahmadi Miru, Hukum Merek, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), h. 32.
29
Protection of Industrial Property atau anggota persetujuan WTO. Paris
Convention memuat beberapa ketentuan mengenai hal prioritas ini, yaitu:14
a. Jangka waktu untuk mengajukan permohonan pendaftaran merek
dengan menggunakan hak prioritas adalah 6 (enam) bulan;
b. Jangka waktu 6 (enam) bulan tersebut sejak tanggal pengajuan
permohonan pertama di negara asal atau salah satu negara anggota
Konvensi Paris;
c. Tanggal pengajuan tidak termasuk dalam perhitungan jangka waktu 6
(enam) bulan;
d. Dalam hal jangka waktu berakhir adalah hari libur atau hari pada saat
Kantor Pendaftaran Merek tertutup, pengajuan permohonan
pendaftaran merek dimana perlindungan dimohonkan, jangka waktu
diperpanjang sampai pada permulaan hari kerja berikutnya.
Sedangkan dalam Pasal 12 UU No. 15 Tahun 2001 dikatakan pula
bahwa selain harus memenuhi ketentuan persyaratan permohonan
pendaftaran merek, permohonan dengan menggunakan hak prioritas wajib
dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohonan pendaftaran merek
yang pertama kali yang menimbulkan hak prioritas tersebut. Bukti hak
prioritas tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, yang
perjemahannya dilakukan oleh penerjemah yang disumpah.
Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 menyatakan
Bukti Hak Prioritas berupa surat permohonan pendaftaran beserta tanda
penerimaan permohonan tersebut yang juga memberikan penegasan tentang
tanggal penerimaan permohonan. Dalam hal yang disampaikan berupa
salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan, pengesahan atas salinan
14 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: P.T. Alumni, 2003), h.
336.
30
atau fotokopi surat atau tanda penerimaan tersebut diberikan oleh Direktorat
Jenderal apabila permohonan diajukan untuk pertama kali.15
Apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi dalam waktu paling lama 3
(tiga) bulan setelah berakhirnya hak mengajukan permohonan dengan
menggunakan hak prioritas, maka permohonan tersebut tetap diproses,
namun tanpa menggunakan hak prioritas. Hal ini berdasarkan ketentuan
Pasal 12 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2001.
Setelah persyaratan administrasi yang disebutkan pada Pasal 7
sampai dengan 12 UU No. 15 Tahun 2001, Direktorat Jenderal HKI akan
melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan pendaftaran merek,
apabila terdapat kekurangan dalam kelengkapan persyaratan administrasi
sebagaimana dimaksudkan di atas, Direktorat Jenderal meminta agar
kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi dalam waktu paling lama 2 (dua)
bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan untuk memenuhi
kelengkapan persyaratan tersebut. Sedangkan dalam hal kekurangan tersebut
menyangkut persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 UU No. 15
Tahun 2001, jangka waktu pemenuhan kekurangan persyaratan tersebut
paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu
pengajuan permohonan dengan menggunakan hak prioritas. Hal ini
berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2001.
15 Lihat Penjelasan Pasal 12 ayat (1) Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
31
Berdasarkan Pasal 14 UU No. 15 Tahun 2001, apabila kelengkapan
persyaratan di atas tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
maka Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada pemohon
atau kuasanya bahwa permohonannya dianggap ditarik kembali. Terhadap
hal ini, biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat
ditarik kembali. Sebaliknya, apabila seluruh persyaratan administrasi telah
tepenuhi, maka terhadap permohonannya diberikan tanggal penerimaan
(filing date), yang dicatat oleh Direktorat Jenderal HKI. Hal ini berdasarkan
ketentuan Pasal 15 UU No. 15 Tahun 2001.
6. Pelaksanaan Pendaftaran Merek
Setelah pemeriksaan kelengkapan administrasi terhadap suatu
permohonan pendaftaran merek dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal penerimaan, Direktorat Jenderal akan melakukan
pemeriksaan substantif sebagaimana diatur dalam Pasal 18 sampai dengan
Pasal 20 UU No. 15 Tahun 2001. Pemeriksaaan substantif tersebut
dilaksanakan untuk menentukan dapat atau tidak dapatnya merek yang
bersangkutan didaftarkan berdasarkan ketentuan Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6
UU No. 15 Tahun 2001. Pemeriksaan ini diselesaikan dalam waktu paling
lama 9 (sembilan) bulan.
Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) - (3) UU No. 15 Tahun 2001, apabila
pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa permohonan
32
dapat disetujui untuk didaftar, atas persetujuan Direktur Jenderal, maka
permohonan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Namun,
apabila pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa
permohonan tidak dapat didaftar atau ditolak, atas persetujuan Direktur
Jenderal, maka hal tersebut diberitahukan secara tertulis kepada pemohon
atau kuasanya dengan menyebutkan alasannya.
Pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau
tanggapannya dengan waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal penerimaan surat pemberitahuan tersebut. Apabila setelah 30 (tiga
puluh) hari pemohon atau kuasanya tidak menyampaikan keberatan atau
tanggapannya, maka Direktorat Jenderal akan menetapkan keputusan tentang
penolakan permohonan tersebut. Dalam hal Permohonan ditolak, segala
biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik
kembali. Namun, apabila pemohon atau kuasanya menyampaikan keberatan
atau tanggapannya kemudian pemeriksa melaporkan bahwa tanggapan
tersebut dapat diterima, maka atas persetujuan Direktur Jenderal,
permohonan itu diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Hal ini berdasarkan
Pasal 20 ayat (4), (5), dan (8) UU No. 15 Tahun 2001.
Berdasarkan Pasal 21 UU No. 15 Tahun 2001, setelah suatu
permohonan disetujui untuk didaftar, maka dalam waktu paling lama 10
(sepuluh) hari terhitung sejak tanggal disetujuinya permohonan untuk
didaftar, Direktorat Jenderal mengumumkan Permohonan tersebut dalam
33
Berita Resmi Merek. Pengumuman berlangsung selama 3 (tiga) bulan dan
dilakukan dengan menempatkannya dalam Berita Resmi Merek yang
diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal dan/atau
menempatkannya pada sarana khusus yang dengan mudah serta jelas dapat
dilihat oleh masyarakat.
Selama jangka waktu pengumuman 3 (tiga) bulan tersebut, setiap
pihak dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal
atas permohonan yang bersangkutan dengan dikenai biaya. Keberatan hanya
dapat diajukan apabila terdapat alasan yang cukup disertai bukti bahwa
merek yang dimohonkan pendaftarannya adalah merek yang berdasarkan
Undang-Undang ini tidak dapat didaftar atau ditolak. Direktorat Jenderal
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
penerimaan keberatan mengirimkan salinan surat yang berisikan keberatan
tersebut kepada pemohon atau kuasanya. Hal ini tertuang dalam Pasal 24 UU
No. 15 Tahun 2001.
Berdasarkan Pasal 25 UU No. 15 Tahun 2001, pemohon atau
kuasanya berhak mengajukan sanggahan terhadap keberatan yang diajukan
oleh pihak lain. Sanggahan tersebut diajukan secara tertulis dalam waktu
paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan salinan
keberatan yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal. Pasal 26 UU No. 15
Tahun 2001, Direktorat Jenderal menggunakan keberatan dan/atau
sanggahan tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam pemeriksaan kembali
34
terhadap permohonan yang telah selesai diumumkan. Hal ini diselesaikan
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak berakhirnya
jangka waktu pengumuman.
Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada pihak
yang mengajukan keberatan mengenai hasil pemeriksaan kembali yang
dimaksud. Apabila pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan bahwa
keberatan dapat diterima, maka Direktorat Jenderal memberitahukan secara
tertulis kepada pemohon bahwa permohonan tidak dapat didaftar atau
ditolak. Dalam hal ini, pemohon atau kuasanya dapat mengajukan banding.
Namun, apabila pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan bahwa keberatan
tidak dapat diterima, maka atas persetujuan Direktur Jenderal, permohonan
dinyatakan dapat disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek. Hal
ini berdasarkan Pasal 26 ayat (3) – (5) UU Merek No. 15 Tahun 2001.
Berdasarkan Pasal 27 UU No. 15 Tahun 2001, Direktorat Jenderal
akan menerbitkan dan memberikan sertifikat merek kepada pemohon atau
kuasanya dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal berakhirnya jangka waktu pengumuman. Demikian pula jika
keberatan tidak dapat diterima, maka Direktorat Jenderal akan menerbitkan
dan memberikan sertifikat merek kepada pemohon atau kuasanya dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permohonan
tersebut disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek.
35
7. Jangka Waktu Perlindungan Merek Terdaftar
Perlindungan hukum diberikan kepada merek terdaftar untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang,
hal ini di atur dalam Pasal 28 UU No. 15 Tahun 2001. Pasal 35 UU No. 15
Tahun 2001, pemilik merek terdaftar setiap kali dapat mengajukan
permohonan perpanjangan untuk jangka waktu yang sama. Permohonan
perpanjangan diajukan kepada Direktorat Jenderal HKI secara tertulis oleh
pemilik merek atau kuasanya dalam jangka waktu 12 bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut.
Berdasarkan Pasal 36 UU No. 15 Tahun 2001, permohonan
perpanjangan ini disetujui apabila merek yang bersangkutan masih
digunakan pada barang atau jasa sebagaimana disebut dalam sertifikat merek
tersebut dan barang atau jasa tersebut masih diproduksi dan diperdagangkan.
Permohonan perpanjangan dapat ditolak oleh Direktorat Jenderal,
apabila permohonan tersebut tidak memenuhi ketentuan di atas atau merek
tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
merek terkenal milik orang lain. Penolakan permohonan perpanjangan
diberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya dengan
menyebutkan alasannya. Dalam hal penolakan permohonan perpanjangan,
pemilik merek atau kuasanya dapat mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Niaga. Putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan kasasi.
Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 27 UU No. 15 Tahun 2001.
36
Berdasarkan Pasal 28 UU No. 15 Tahun 2001, perpanjangan jangka
waktu perlindungan merek terdaftar dicatat dalam Daftar Umum Merek dan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek serta diberitahukan secara tertulis
kepada pemilik merek atau kuasanya. Sedangkan permohonan pencatatan
perubahan nama dan/atau alamat pemilik merek terdaftar diajukan kepada
Direktorat Jenderal HKI dengan dikenai biaya untuk dicatat dalam Daftar
Umum merek dengan disertai salinan yang sah mengenai bukti perubahan
tersebut. Hal ini berdasarkan Pasal 27 UU No. 15 Tahun 2001.
8. Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran Merek
Penghapusan dan pembatalan pendaftaran merek diatur dalam Pasal
61 sampai dengan 72 UU tahun 2001. Pasal 61 ayat (1), pengapusan
pendaftaran merek dapat dilakukan atas prakarsa Direktorat Jenderal HKI
atau berdasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan.
Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat
dilakukan jika merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau
pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh
Direktorat Jenderal atau merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa
yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan
pendaftaran, termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek
yang didaftar. Hal ini berdasarkan Pasal 61 ayat (2) UU No. 15 Tahun 2001.
37
Pembatalan merek diatur dalam Pasal 68 ayat (1) UU No. 15 Tahun
2001 yang menyebutkan alasan-alasan tentang pengajuan pembatalan merek.
Alasan-alasan itu ditentukan dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 UU No. 15
Tahun 2001. Pemilik merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan
tersebut setelah mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal.
Gugatan pembatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Niaga.
Berdasarkan Pasal 69 UU No. 15 Tahun 2001, gugatan pembatalan
pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 tahun sejak
tanggal pendaftaran merek. Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas
waktu apabila merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas,
agama, kesusilaan dan ketertiban umum.
Pembatalan pendaftaran merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal
dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek
dengan memeberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan tersebut.
Pembatalan pendaftaran itu diberitahukan secara tertulis kepada pemilik
merek atau kuasanya dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan
bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek
yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pencoretan pendaftaran
suatu Merek dari Daftar Umum Merek diumumkan dalam Berita Resmi
Merek. Pembatalan dan pencoretan pendaftran merek mengakibatkan
berakhirnya perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan. Hal ini
sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 71 UU No. 15 Tahun 2001.
38
BAB III
KRITERIA PERSAMAAN UNSUR POKOK PADA MEREK TERKENAL
A. Profil PT Gudang Garam tbk dan Gudang Baru
1. PT Gudang Garam
a. Sejarah1
PT Gudang Garam tbk adalah sebuah perusahaan produsen
rokok popular asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 26
Juni 1958 di Kediri, Jawa Timur oleh Surya Wonowidjojo. Titik awal
berdirinya bermula dari sebuah industri rumahan kemudian berubah
menjadi Firma pada tahun 1969. Gudang Garam kembali mengubah
status dari Firma menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada tahun 1971.
Pada tahun yang sama, terbit bantuan fasilitas dari pemerintah berupa
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yang semakin mendukung
perkembangan usaha. Gudang Garam mengembangkan jenis produk
Sigaret Kretek Mesin (SKM) pada tahun 1979 dan tahun 1990
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya,
yang mengubah statusnya menjadi Perusahaan Terbuka.
Gudang Garam memproduksi jenis rokok baru, yaitu kretek mild
yang ditandai dengan berdirinya Direktorat Produksi Gempol di
Pasuruan Jawa Timur pada tahun 2002. Tahun 2013 memperluas daerah
1 http://www.gudanggaramtbk.com/tentang_kami/perjalanan diakses pada tanggal 03 April 2015.
38
39
produksinya, yaitu areal perusahaan yang semula hanya seluas 1000 m2
kini telah berkembang menjadi sekitar 208 hektar yang terletak di
wilayah Kabupaten dan Kota Kediri serta di wilayah Pasuruan.
b. Lokasi2
c. Tata Kelola Perusahaan3
1) Komite Audit, adalah komite independen yang anggotanya ditunjuk
oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris. Tugasnya
membantu Dewan Komisaris dalam memastikan berjalan dan
terpeliharanya praktik tata kelola perusahaan serta pengawasan dan
pengelolaan risiko yang memadai.
2) Audit Internal. Kebijakan mengenai fungsi, tugas, serta cakupan
kerja Audit Internal ditetapkan oleh Direksi. Di dalamnya termasuk
2 https://maps.google.co.id/maps?q=alamat+gudang+garam&ie=UTF-8&ei=3vcfVf-mItiRuAS-
qIDoBA&ved=0CAgQ_AUoAw&output=classic&dg=brw diakses pada tanggal 03 April 2015.
3http://www.gudanggaramtbk.com/tentang_kami/perusahaan_kami/tata_kelola_perusahaan
diakses pada tanggal 03 April 2015.
Gambar 1
40
tugas untuk menguji mutu serta kehandalan laporan keuangan,
kebijakan dan prosedur yang ada, memastikan sistem kontrol
internal berjalan dengan efektif di setiap unit kerja, serta
pengamanan aset dan pemeriksaan rutin atas tingkat efisiensi
operasional perusahaan.
3) Sekretaris Perusahaan, bertugas memastikan agar Gudang Garam
senantiasa mematuhi peraturan dan perundangan yang dikeluarkan
oleh badan otoritas pasar modal dan memberi masukan kepada
Direksi serta Dewan Komisaris terkait hal tersebut. Sekretaris
Perusahaan juga menginformasikan badan otoritas pasar modal dan
para pemegang saham mengenai kinerja bisnis Perseroan melalui
antara lain, publikasi laporan keuangan, pertemuan yang
dijadwalkan dari waktu ke waktu serta paparan publik tahunan.
d. Manajemen4
1) Dewan Komisaris
a) Juni Setiawati Wonowidjojo, diangkat menjadi Presiden
Komisaris Perseroan pada bulan Juni 2009, dan menjabat
sebagai Komisaris sejak tahun 1983.
b) Frank W.van Gelder, diangkat menjadi Komisaris Independen
Perseroan pada bulan Maret 2002.
4 http://www.gudanggaramtbk.com/tentang_kami/perusahaan_kami/manajemen diakses pada
tanggal 03 April 2015.
41
c) Lucas Mulia Sahardja, diangkat menjadi Komisaris pada bulan
Juni 2009.
d) Gotama Hengdratsonata, diangkat menjadi Komisaris
Independen Perseroan pada bulan Juni tahun 2014.
2) Direksi
a) Susilo Wonowidjojo, diangkat menjadi Presiden Direktur pada
bulan Juni 2009, dan sebelumnya menjabat sebagai Wakil
Presiden Direktur sejak 1990 dan sebagai Direktur Perseroan
sejak 1976 membidangi pengadaan/pengelolaan bahan baku
dan manajemen produksi.
b) Heru Budiman, ditunjuk sebagai Direktur pada tahun 2000,
diusulkan dan diangkat menjadi Sekretaris Perseroan pada
tahun 1996, mulai bekerja di Gudang Garam pada tahun 1990
di bidang Treasury dan Hubungan Investor.
c) Fajar Sumeru, diangkat sebagai Direktur yang bertanggung
jawab untuk Produksi SKM tahun 2007. Sebelumnya menjabat
sebagai Wakil Direktur divisi yang sama dari tahun 2005
hingga 2007 dan menjabat sebagai Kepala Divisi Teknik sejak
tahun 2003. Beliau bergabung di Perseroan pada tahun 1987.
d) Herry Susianto, diangkat menjadi Direktur yang membidangi
Keuangan pada tahun 2007. Sebelumnya beliau menjabat
sebagai Kepala Inernal Audit, yaitu sejak 2002 hingga 2007,
42
dan Kepala Divisi Akuntansi antara 2001 dan 2002. Ketika
pertama kali masuk Perseroan pada tahun 1983 beliau bekerja
di Divisi Akuntansi.
e) Buana Susilo, diangkat sebagai Direktur dengan tanggung
jawab urusan teknologi manufaktur pada tahun 2008.
Berpengalaman menangani urusan desain peralatan,
perencanaan proses dan konfigurasi. Sebelum itu beliau adalah
Wakil Direktur yang membidangi Teknik sejak tahun 1991, dan
pada awal tahun 2000 bertanggung jawab untuk pembangunan
dan pengembangan fasilitas produksi kedua di Gempol. Mulai
bekerja di Perseroan sejak 1981 dan bertanggung jawab untuk
modernisasi pengolahan primer.
f) Istata Taswin Siddharta, diangkat sebagai Direktur yang
menangani terutama bidang Teknologi Informasi pada tahun
2012. Mulai bekerja di Perseroan sejak tahun 2008 dan
menjabat sebagai Wakil Direktur urusan Pemasaran dari tahun
2008 hingga 2010.
g) Sony Sasono Rahmadi, diangkat sebagai Direktur yang
membidangi percetakan kemasan rokok (Grafika) pada tahun
2012. Bergabung dengan Perseroan pada tahun 1988 dan
menjabat sebagai General Manager dalam pengelolaan pasokan
kertas rokok.
43
2. Gudang Baru
a. Sejarah5
Tahun 1967 berawal dari tujuan mulia seorang putra pribumi
bernama Saman Hoedi (Almarhum) untuk membantu masyarakat sekitar
dalam hal pemenuhan sandang pangan serta lapangan pekerjaan, beliau
mendirikan perusahaan rokok Bintang Sayap Insan dengan jenis rokok
SKT saja dengan merek rokok INSAN, yang mampu mempekerjakan
kurang lebih 125 orang yang berasal dari masyarakat sekitar. Sadar
dengan kebutuhan pasar yang semakin meningkat pada decade 1980 an
beliau mulai mempersiapan genarasi penerus perusahaan ini ke putra
sulungnya yang bernama Ali Kosin. Sepuluh tahun kemudian tepatnya
pada tahun 1992 perusahaan ini mengalami perkembangan pesat
sehingga mampu mendirikan 2 anak perusahaan rokok yang bernama
PR. Jaya Makmur dengan direktur utamanya adalah H.Ali Kosin, SE
dan PR. Putra Jaya dengan direktur utamanya adalah H.Ali Usman, SE.
Kemudian menyatukan perusahaan rokok (Bintang Sayap Insan, Jaya
Makmur, Putra Jaya) dalam manajemen Gudang baru.
Pengolahan manajemen pun mulai di kelola secara profesional
pula, di bawah manajemen Gudang Baru perusahaan ini selalu berusaha
menggali kemampuan untuk menciptakan hasil karya seni rokok becita
rasa tinggi dengan harga terjangkau, beberapa merk rokok nya adalah
5 http://www.gudang-baru.com/Sejarah.htm diakses tanggal 03 April 2015.
44
Gudang Baru Internasional, Gudang Baru Putih maka dengan
kemurahan Tuhan yang maha ESA empat tahun kemudian, pada tahun
1995 perusahaan ini mulai memproduksi jenis rokok SKM (Sigaret
Kretek Mesin). Tahun 2009, sadar dengan pesatnya berkembangan
perusahaan dan tingginya permintaan pasar terhadap semua produk
Gudang Baru, sehingga menuntut seorang H.Ali Kosin, SE untuk
mengembangkan strategi perusahaan dan marketing dengan memulai
memperluas distribusi rokok ke seluruh wilayah Indonesia dan ekspor
ke luar negeri. Seiring dengan berjalannya waktu telah banyak
kontribusi yang diberikan perusahaan terhadap pendapatan negara dalam
hal pembayaran pita cukai dan pembayaran pajak serta membuka
lapangan kerja bagi putra putri Indonesia, sekarang dengan jumlah
karyawan lebih dari 2.583 orang.
b. Alamat dan Kontak6
JL.Probolinggo No.168 Penarukan Kepanjen Malang Jawa Timur.
Phone : +62 341 397234, 341 396006
Fax : +62 341 397207
Email : [email protected].
6 http://www.gudang-baru.com/Kontak.html diakses tanggal 03 April 2015.
45
B. Persamaan Unsur Pokok Merek
Pada dasarnya merek memiliki hak khusus yang digunakan untuk
membedakan barang atau jasa dengan merek yang dimiliki pengusaha lainnya.
Hak khusus untuk memakai sesuatu merek tidak dibataskan kepada hak untuk
memakai merek yang digunakan untuk membedakan barang-barangnya saja.
Namun, hak khusus ini juga meliputi semua merek-merek yang sama pada unsur
pokoknya dengan merek yang digunakan.7
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 15 Tahun 2001, yang
dimaksud dengan “Persamaan pada pokoknya” adalah kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu
dengan merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik
mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-
unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek
tersebut.8 Misalnya merek “BON” untuk jenis merek elektronik telah terdaftar di
Direktorat Jederal HKI, kemudian pengusaha lain mendaftarkan mereknya
dengan merek “BONN” atau “BON-N” untuk jenis barang yang sama. Hal ini
dapat dilihat adanya persamaan bunyi dalam pendaftaran tersebut, sehingga dapat
dimintakan pembatalannya melalui Pengadilan Niaga.
UU No. 15 Tahun 2001 tidak mengatur persamaan pada pokoknya dengan
detil atau rinci, sehingga putusan dalam kasus-kasus pelanggaran merek yang
7 Sudargo Gautama, Hukum Merek di Indonsia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1993), h. 99.
8 Lihat Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
46
berkaitan dengan ini sering tidak selesai. Berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (1)
huruf a UU No. 15 di atas, persamaan unsur pokok merupakan suatu kemiripan.
Kemiripan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata
“mirip” yang artinya hampir sama atau serupa.9 Oleh karena itu, persamaan pada
pokoknya pada suatu merek hanya hampir sama atau serupa bentuknya. Jadi
semua elemen merek tidak harus tuntas sama atau bukan sama persis ataupun
sama secara utuh.10
Kemiripan antara merek satu dengan yang lain ini dikarenakan adanya
unsur-unsur yang menonjol dari merek-merek tersebut. Unsur-unsur yang
menonjol itu berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 terdiri dari
nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-
unsur tersebut.
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 15 Tahun 2001 hanya
menyebutkan unsur-unsur tersebut dikatakan menonjol apabila menimbulkan
kesan adanya persamaan pada bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Oleh karena itu, dalam “persamaan pada
pokoknya” kemiripan itu bersifat substansial, yaitu meskipun merek-merek
tersebut tidak sama persis, namun perbedaannya masih dapat dilacak, sehingga
persamaan yang muncul dari merek-merek itu hanya berupa “kesan” dan tidak
9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 920.
10 Emmy Yuhassarie, Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, (Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2005), h. 184.
47
ada persamaan secara utuh antara merek-merek tersebut. Dengan kata lain
merek-merek tersebut menurut pandangan umum terkesan mirip. Untuk
mengukur secara persis sejauh mana merek-merek tersebut memiliki kesan yang
sama, perlu diteliti lagi unsur-unsurnya. Hal inilah yang tidak diatur oleh UU No.
15 Tahun 2001 sampai sejauh mana kesan itu dapat diukur.
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 2279 PK/Pdt/1992 tanggal 6
Januari 1998 menyatakan bahwa merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya maupun keseluruhan dapat dideskripsikan sebagai sama bentuk
(similarity of form), sama komposisi (similarity of compotition), sama kombinasi
(similarity of combination) dan sama unsur elemen (similarity of elements).11
Menurut Tim Lindsey, cara memutuskan bahwa suatu merek memiliki
persamaan pada pokoknya yaitu dengan membandingkan kedua merek, selain
melihat persamaan dan perbedaan juga memperhatikan ciri-ciri penting dan
kesan kemiripan antar keduanya.12
Untuk menilai persamaan pada pokoknya dapat dilakukan secara visual,
fonetik dan konseptual. Secara visual dapat diukur dari sisi tampilan merek itu
sendiri, baik warna, cara penempatan, bentuk atau kombinasi yang menimbulkan
kesan adanya persamaan yang dapat membuat orang keliru, mengecoh atau
menyesatkan konsumen terhadap asal usul merek yang satu dengan yang lain.
11 Casavera, 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 197.
12 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2005), h.
147.
48
Contoh:
Secara fonetik diukur bersasarkan pada cara pengucapan atau bunyi
merek sehingga menimbulkan kesan adanya persamaan. Adanya persamaan
ucapan atau bunyi antara merek yang berbeda dapat menimbulkan kesan
tumpang tindih sahingga dapat mengecoh atau menyesatkan konsumen.
Persamaan secara fonetik dapat berupa persamaan pada huruf vokal maupun
huruf konsonan. Contoh: “adidas” dan “adadas” yang memiliki persamaan huruf
konsonan maupun vokal.
Sedangkan secara konseptual diukur berdasarkan kesan adanya
persamaan yang lebih menekankan pada kesamaan filosofi dan makna yang
terkandung dalam merek tersebut sehingga dapat mengaburkan pemahaman
masyarakat terhadap barang tersebut. Misalnya suatu produk merek gambar
Gambar 2 Gambar 3
Gambar 4 Gambar 5
49
kepala “Harimau” dengan merek lain dengan kata-kata tulisan “Harimau”
mungkin saja memiliki persamaan filosofi dan makna yang dapat mengaburkan
pemahaman masyarakat terhadap merek tersebut. Contoh :13
Adanya persamaan pada pokoknya erat kaitannya dengan itikad tidak baik
dalam hal persaingan tidak jujur dengan berupaya menggunakan merek dengan
meniru merek yang sudah ada sebelumnya, sehingga merek atas barang atau jasa
yang diproduksi secara pokoknya sama dan menimbulkan kesan kepada
masyarakat seolah-olah barang atau jasa yang diproduksinya sama dengan merek
yang sudah ada.14
Itikad tidak baik ini dapat pula diukur dengan upaya pencapaian
keuntungan cepat dari perilaku pembohongan publik dengan cara membonceng
ketenaran atau nama baik perusahaan lain. Sehingga hal ini dianggap sebagai
bentuk pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual.
13 Emmy Yuhassarie, Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, (Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2005), h. 211.
14 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 357.
Gambar 6
50
C. Merek Terkenal
UU No. 15 Tahun 2001 tidak mengatur secara rinci tentang merek
terkenal, namun dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b UU No. 15 Tahun
2001 disebutkan bahwa untuk menentukan terkenalnya suatu merek harus
diperhatikan yaitu pengetahuan umum masyarakat atas merek tersebut di bidang
usaha yang bersangkutan, reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi
yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang
dilakukan pemiliknya dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa
negara.
Kata asing “well-known” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi
terkenal begitu juga kata “famous”, sehingga pengertian “merek terkenal” tidak
membedakan arti atau tidak menentukan tingkatan arti “famous mark” dan “well-
known mark”. Begitu juga putusan dalam kasus-kasus merek terkenal. Hakim
senantiasa mengacu “merek terkenal” pada “well-known mark” yang mengaitkan
pada Pasal 6 bis Konvensi Paris.15 Oleh karena itu, acuan yang dipakai dalam
perlindungan merek terkenal di Indonesia yaitu Pasal 6 bis Konvensi Paris dan
penjelasan Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001.
Ketentuan ini sering dipakai sebagai dasar dalam perundang-undangan
domestik dari negara-negara yang menandatangani Konvensi Paris tersebut.
Ditentukan dalam Pasal 6 bis ayat (1) menyatakan bahwa negara peserta Uni
15 Insan Budi Maulana, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia Dari Masa ke Masa,
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), h. 22-23.
51
secara ex officio dapat menerima dalam perundang-undangan merek atau atas
permohonan dari pihak yang berkepentingan untuk menolak atau untuk
membatalkan pendaftaran dan melarang pemakaian merek yang merupakan re-
produksi. Re-produksi yang dilakukan merupakan suatu imitasi atau suatu
terjemahan dari merek yang sudah dianggap oleh instansi yang berwenang pada
negara yang terkait. Sebab pendaftaran telah dilakukan atau telah dipakai,
sebagai merek terkenal di negara tersebut.16
Yurisprudensi17 Mahkamah Agung RI No.1486/K/1991 menyatakan
bahwa pengertian merek terkenal adalah apabila suatu merek telah beredar keluar
dari batas-batas regional sampai kepada batas-batas transnasional, di mana telah
beredar keluar negara asalnya dan dibuktikan dengan adanya pendaftaran merek
yang bersangkutan di beberapa negara.18
Suatu merek yang terkenal mempunyai reputasi dan memiliki pemasaran
yang tinggi. Merek ini menjadi pilihan setiap konsumen di mana saja. Presentase
penjualannya tinggi di setiap pelosok dunia dan menjadi asset kekayaan yang
bernilai yang dapat mendatangkan keuntungan yang besar bagi pemiliknya.19
16 Sudargo Gautama dan Rizwanto Winata, Konvensi-konvensi Hak Milik Intelektual Baru
Untuk Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1998), h. 15.
17 Yurisprudensi adalah putusan-putusan hakim terdahulu yang telah berkekuatan hukum tetap
dan diikuti oleh para hakim atau badan peradilan lain dalam memutus perkara atau kasus yang sama.
Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 10.
18 Casavera, 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 196.
19 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 98
52
Namun, pada waktu yang bersamaan dapat menimbulkan kerugian kepada
pemiliknya dan pada sisi lain sangat mendatangkan keuntungan kepada pihak
lain yang beritikad buruk dengan jalan meniru atau memalsukan dengan mutu
yang sangat rendah.20
Perlindungan merek terkenal tidak hanya diberikan pada barang atau jasa
yang sejenis, melainkan juga terhadap barang atau jasa yang tidak sejenis.21
Misalnya, AVANZA merupakan merek mobil terkenal, apabila ada pihak yang
memproduksi sepeda dengan merek AVANZA, maka pihak AVANZA dapat
mengajukan keberatan karena masyarakat dapat mengira bahwa keduanya
berasal dari pelaku usaha yang sama. Walaupun antara mobil dan sepeda tidak
sejenis, tetapi masih ada keterkaitan karena keduanya merupakan transportasi.
D. Penentuan Kriteria Persamaan Unsur Pokok Pada Merek Terkenal
Pengertian persamaan pada pokoknya sebagaimana seyang diuraikan
dalam penejelasan Pasal 6 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 sesuai dengan doktrin
“nearly resembles”, yang menganggap suatu merek mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan merek orang lain jika pada merek tersebut terdapat kemiripan
(idential) atau hampir mirip (nearly resembles) dengan merek orang lain.22
20 Ibid., h. 100. 21 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia (Dalam
Rangka WTO, TRIPS), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997), h.46.
22 Emmy Yuhassarie, Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, (Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2005), h. 207.
53
Adapun penentuan adanya kemiripan dapat didasarkan pada beberapa
faktor. Diantaranya:23
1. Kemiripan persamaan gambar;
2. Hampir mirip atau hampir sama susunan kata, warna, atau bunyi;
3. Tidak mutlak barang harus sejenis atau sekelas;
4. Pemakaian merek menimbulkan kebingungan nyata (actual confusion) atau
menyesatkan (deceive) masyarakat konsumen.
Faktor keempat merupakan faktor yang paling pokok dalam doktrin ini.
Sebab pemakaian merek seolah-olah dianggap sama sumber produksi dan sumber
asal geografis dengan merek orang lain atau disebut likelihood confusion.
Sehingga di dalamnya terlihat unsur itikad tidak baik untuk membonceng
ketenaran merek milik orang lain.
Selain itu, dalam menentukan ada tidaknya persamaan antara merek yang
satu dengan yang lain, menurut Emmy Yuhassarie dikenal dua teori, yaitu teori
holistic approach dan dominancy. Menurut teori holistic approach, untuk
menentukan ada tidaknya persamaan merek harus dilihat secara keseluruhan baik
dari bunyi, arti, ejaan, ataupun dari tampilan. Sedangkan menurut teori
dominancy , hanya unsur yang paling dominan.24
23 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan
UU No. 19 Tahun 1992, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 417.
24 Emmy Yuhassarie, Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, (Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2005), h. 184.
54
Pegadilan di negara lain seperti Amerika Serikat, menentukan adanya
suatu persamaan pada pokoknya pada suatu merek berpatokan pada Sound
(bunyi), Sight (pandangan) dan Meaning (arti).25 Sedangkan di Jepang,
menentukan adanya persamaan unsur pokok didasarkan pada tiga kriteria, yaitu
Gaikan (penglihatan/ penampilan), Shouko (cara pengucapan), dan Kannen
(pengertian).26
Topik berkaitan dengan merek terkenal, masih merupakan hal yang
diperbincangkan sebab sampai saat ini belum ada definisi konkrit tentang merek
terkenal. Namun, telah ada guidelines yang dikeluarkan oleh WIPO yang intinya
menyangkut faktor-faktor dalam mempertimbangkan apakah suatu merek
terkenal atau tidak. Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan antara lain:27
1. Tingkat pengetahuan atau pengakuan mengenai merek tersebut dalam sektor
publik yang bersangkutan;
2. Masa, jangkauan dan daerah geografis dari penggunaan merek;
3. Masa, jangkauan dan daerah geografis dari promosi merek, termasuk
pengiklanan dan publisitas serta presentasi pada pameran dari barang-barang
atau jasa merek tersebut;
25 Imam Sjahputra Tunggal, dkk, Hukum Merek di Indonesia, (Jakarta: Harvarindo, 2005), h.
105.
26 H.D Effendy Hasibuan, Perlindungan Merek Studi Mengenai Putusan Pengadilan Indonesia
dan Amerika Serikat, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum UI, 2003), h. 272.
27 Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, (Bandung: PT Alumni,
2005), h. 74.
55
4. Masa dan daerah geografis dari setiap pendaftaran dan setiap aplikasi
pendaftaran sampai pada suatu tingkat sehingga merefleksikan penggunaan
atau pengakuan merek;
5. Catatan dari penegak hukum yang berhasil atas hak yang melekat pada
merek sampai pada suatu tingkat di mana merek tersebut diakui sebagai
merek terkenal oleh pejabat yang berwenang;
6. Nilai yang berkaitan dengan merek tersebut.
Kriteria merek terkenal didasarkan selain pengetahuan umum masyarakat,
penentuannya juga didasarkan pada reputasi merek yang bersangkutan yang telah
diperoleh karena promosi yang dilakukan oleh pemiliknya dan disertai dengan
bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara.28
Di Amerika Serikat, dalam Pasal 43 (c) (1) dari Lanham Act (Undang-
Undang Merek) untuk menentukan merek mempunyai sifat daya pembeda dan
terkenal, pengadilan dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti:29
1. Derajat dari sifat yang tak terpisahkan atau mempunyai sifat daya pembeda
dari merek tersebut;
2. Jangka waktu dan ruang lingkup dari pemakaian merek yang berkaitan
dengan barang dan jasa dari merek yang dipakai;
28 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia (Dalam
Rangka WTO, TRIPS), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997), h. 57.
29 Imam Sjahputra Tunggal, dkk, Hukum Merek di Indonesia, (Jakarta: Harvarindo, 2005), h.
46-47.
56
3. Jangka waktu dan ruang lingkup dari pengiklanan dan publisitas dari merek
tersebut;
4. Ruang lingkup geografis dari daerah perdagangan di mana merek tersebut
dipakai;
5. Jaringan perdagangan dari barang dan jasa dari merek yang dipakai
6. Derajat pengakuan atas merek tersebut dari arena perdagangan dan jaringan
perdagangan dari pemilik merek dan larangan terhadap orang atas
pemakaian merek tersebut dilaksanakan;
7. Sifat umum dan ruang lingkup dari pemakaian merek yang sama oleh pihak
ketiga;
8. Keberadaan dari pendaftaran merek tersebut berdasarkan Undang-Undang
tertanggal 13 Maret 1981 atau Undang-Undang tertanggal 20 Februari 1905
atau pendaftaran pertama.
Sedangkan di China, ditetapkan kriteria-kriteria atas merek terkenal
sebagai berikut:30
1. Ruang lingkup dari daerah geografis dimana merek tersebut dipakai;
2. Jangka waktu merek tersebut telah dipakai;
3. Jumlah dan hasil minimum penjualan dari pemakai merek;
4. Pengetahuan dari masyarakat tentang merek tersebut;
5. Status dari merek tersebut apakah terdaftar di negara lain;
30 Ibid., h. 48.
57
6. Biaya pengeluaran dari iklan tersebut berikut daerah jangkauan dari iklan
tersebut;
7. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemilik merek dalam melindungi
merek tersebut;
8. Kemampuan dari pemilik merek untuk mempertahankan kualitas yang baik
dari merek yang dipakainya.
Di Brazil, terdapat dalam sub tiga dari peraturan pelaksanaan dari Pasal
67 Industrial Property Code of Brazil bahwa untuk menyatakan sebagai merek
terkenal harus disertakan keterangan sebagai berikut:31
1. Nilai dari merek itu sendiri dalam aset perusahaan sebagaimana yang terlihat
dalam buku kas dan pajak;
2. Pengeluaran untuk iklan per tahun atas merek tersebut;
3. Ruang lingkup pemasaran di dalam negeri dan luar negeri dengan jumlah
penaksiran pemakai barang merek tersebut berikut besarnya jumlah
pemasaran dan posisi dari sektor terkait;
4. Jumlah negara-negara dari merek tersebut terdaftar;
5. Saat pertama kali dipakai merek tersebut di Brazil disertakan dengan bukti
dokumen-dokumen yang sah.
Di Jerman. Untuk menyatakan suatu merek terkenal, pengadilan Jerman
berpatokan pada survey pasar yang dilakukan secara objektif. Apabila survey
pasar membuktikan bahwa lebih dari 80% masayarakat mengenal dan
31 Ibid., h. 49.
58
mengetahui merek yang diselidiki, maka merek tersebut adalah merek terkenal.
Di Perancis hanya didasarkan pada poll 20% dari masyarakat yang mengetahui
dan mengenal merek tersebut. Sedangkan di Italia merek tersebut telah dikenal
oleh 71% masyarakat pemakainya.32
Dalam hal ini yang akan menentukan ada atau tidaknya persamaan pokok
pada suatu merek yaitu sang Hakim. Hakim dalam menunaikan tugasnya ini
umumnya memperhatikan kesan sifat umum dari merek yang bersangkutan
kepadanya dan juga kesan yang diberikan oleh merek yang bersangkutan kepada
publik atau khalayak ramai.33
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan penentuan kriteria
persamaan unsur pokok pada merek terkenal yaitu adanya kemiripan gambar,
bunyi, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut, baik terhadap barang atau jasa yang sejenis maupun tidak
sejenis yang didasarkan pada pengetahuan umum masyarakat, reputasi yang
diperoleh karena promosi besar-besaran, dan disertai bukti pendaftaran merek
tersebut di beberapa negara.
32 Ibid., h. 49-50.
33 Sudargo Gautama, Hukum Merek Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1986), h. 84.
59
BAB IV
DATA PENELITIAN DAN ANALISA DATA
A. Posisi Kasus
Putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 merupakan kasus antara H.
Ali Khosin SE., selaku PR Jaya Makmur yang beralamat di Jalan Probolinggo
Nomor 162 Kelurahan Penarukan, Kepanjen, Malang, Jawa Timur Indonesia
melawan PT Gudang Garam tbk., yang berkedudukan di Jalan Semampir II/I,
Kediri-Jawa Timur. Dalam hal ini, H. Khosin SE sebagai Pemohon Kasasi dan
PT Gudang Garam sebagai Termohon Kasasi.
Terjadinya kasus ini bersumber dari adanya persamaan unsur pokok
antara merek yang dimiliki H. Ali Khosin SE yaitu “Gudang Baru” dengan
merek “Gudang Garam”. Berdasarkan hal ini, PT Gudang Garam sebagai
Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat yang telah mengajukan gugatan
terhadap pemilik Gudang Baru sebagai Pemohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat
di depan persidangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya. Hal
ini berdasarkan pasal 68 UU No. 15 Tahun 2001 bahwa Gugatan pembatalan
pendaftaran merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan
alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6 UU No. 15
Tahun 2001. Oleh karena itu, PT Gudang Garam mengajukan gugatan kepada
pemilik merek Gudang Baru yaitu H. Ali Khosin SE. Ketentuan Pasal 68 UU No.
15 tahun 2001 ini disusun untuk memberikan ruang kesempatan bagi pemilik
59
60
merek, termasuk merek yang sudah terkenal untuk mengajukan gugatan
pembatalan merek.1
Penggugat sangat keberatan dengan terdaftarnya merek Gudang Baru +
Lukisan karena mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek Gudang
Garam. Persamaan pada pokoknya antara merek tersebut terlihat dari bentuk dan
komposisi huruf, gaya penulisan, ejaan, bunyi ucapan, komposisi warna dan cara
peletakan gambar/lukisan. Selain memiliki persamaan pada pokoknya dengan
merek Gudang Garam, jenis merek Gudang Baru + Lukisan juga sama/sejenis
dan termasuk dalam satu kelas yang sama dengan merek Gudang Garam, yaitu
kelas 34 berupa tembakau, barang-barang keperluan rokok.2
Keberatan dengan terdaftarnya merek Gudang Baru + Lukisan karena
adanya itikad tidak baik. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 4 UU No. 15
Tahun 2001 yang dengan tegas menyebutkan: “Merek tidak dapat didaftar atas
dasar Permohonan yang diajukan Pemohon yang beritikad tidak baik”. Oleh
karena itu dapat diasumsikan bahwa ide dalam menciptakan merek Gudang Baru
+ Lukisan diilhami oleh Merek Gudang Garam yang telah terdaftar lebih dulu di
Indonesia.
Dengan itikad tidak baiknya tersebut, merek Gudang Baru + Lukisan
dengan maksud untuk membonceng keterkenalan merek Gudang Garam yang
1 Henry Soelistyo, Hak Kekayaan Intelektual. Konsepsi, Opini, dan Aktualisasi, (Jakarta:
Penaku, 2014), h. 39.
2 Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual,
(Bandung: Mandar Maju, 2000), h. 283.
61
telah dibangun dengan susah payah selama puluhan tahun dengan biaya, tenaga
dan pikiran, dalam wujud promosi dan investasi yang besar, sehingga mampu
menciptakan lapangan kerja yang luas di Indonesia. Selain itu, terkenalnya merek
Gudang Garam dibuktikan dengan telah terdaftar di beberapa negara di dunia
antara lain negara Jepang, Singapura, Argentina, Malaysia, Brasil, Brunei
Darussalam, Chile, Korea Selatan, Paraguay, Saudi Arabia, Eropa, Philipina,
Qatar, Taiwan sejak tahun 1989. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 6 ayat
(1) huruf b UU No. 15 Tahun 2001 bahwa reputasi merek terkenal yang
diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa
negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran
merek tersebut di beberapa negara.3
Selain berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b UU No. 15
Tahun 2001, Gugatan Penggugat juga didasarkan pada ketentuan dalam Pasal 6
ayat (3) huruf a UU Tahun 2001 yang menyebutkan: “Permohonan juga harus
ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut merupakan atau
menyerupai nama orang terkenal, foto atau nama badan hukum yang dimiliki
orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak”. Merek Gudang
Garam adalah kata yang diciptakan oleh Penggugat yang juga merupakan nama
badan hukum Penggugat yaitu PT Gudang Garam tbk., yang telah beroperasi di
Indonesia sejak tahun 1958. Jelas Penggugat sangat keberatan jika Merek
Gudang Garam yang telah identik dengan nama badan hukum Penggugat tersebut
3 Lihat penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-undang No. 15 tentang Merek
62
ditiru dengan itikad tidak baik oleh Tergugat dengan sedikit dimodifikasi,
sehingga menjadi Merek Gudang Baru + Lukisan milik Tergugat.
Berdasarkan gugatan tersebut, H. Ali Khosim, SE., sebagai tergugat
mengajukan eksepsi yang pada pokoknya berisikan gugatan penggugat telah
terjadi Contradictio in Terminis, surat kuasa penggugat kabur, gugatan
pembatalan merek yang diajukan penggugat telah kadaluarsa, dan kekurangan
subyek hukum atau pihak yang digugat serta penggugat tidak mempunyai Legal
Standing atau kepentingan hukum.
Eksepsi H. Ali Khosim, SE tersebut ditolak dalam Putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-
NIAGA.SBY., tanggal 12 September 2013 dan memenangkan pihak Penggugat
yaitu PT Gudang Garam. Adanya putusan tersebut, pihak H. Ali Khosim SE,
sangat keberatan atas pertimbangan hukum pada Putusan tersebut. Akhirnya
melalui kuasa hukumnya, Yusril Ihza Mahendra, mengajukan permohonan kasasi
di Mahkamah Agung pada tanggal 24 September 2013.
Keberatan tersebut mengenai judex facti4 telah salah dalam menerapkan
hukum mengenai ketentuan pasal 69 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 yaitu
kurang teliti memeriksa perkara baik mengenai penerapan dan penafsiran hukum
maupun fakta-fakta kejadian di muka persidangan. Dengan demikian, judex facti
menurut hukum belum pernah memutus yang menyangkut pokok perkara
4 Judex facti adalah hakim mengenai fakta-fakta (bukan hakim kasasi). J.C.T Simorangkir,
Kamus Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 78.
63
mengenai Pasal 69 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2001 dalam pertimbangan
hukumnya.
Selain itu, Putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan dan dasar-
dasar putusan, namun judex facti tidak cukup mempertimbangkan alasan dan
bukti yang termuat dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim judex facti. Judex
facti juga melakukan kekhilafan atau kekeliruan dalam pertimbangan hukum
karena jelas-jelas melanggar dan bertentangan dengan:
1. Pasal 23 ayat (1) UU No.14 Tahun 1970 yang diubah dengan UU No. 35
Tahun 1999 yang sekarang diatur dalam Pasal 25 ayat (1) UU No. 4 Tahun
2004 yaitu yang menyatakan: segala putusan Pengadilan harus memuat
alasan dan dasar-dasar putusan;
2. Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI yaitu:
a. Putusan MA RI No. 638 K/Sip/1969 tanggal 21 Juli 1970, menegaskan:
putusan yang tidak lengkap/kurang cukup dipertimbangkan, merupakan
alasan untuk kasasi dan harus dibatalkan;
b. Putusan MA RI No. 1860 K/Pdt/1984 tanggal 14 Oktober 1985,
menegaskan: putusan yang dijatuhkan dianggap tidak cukup
pertimbangannya, karena tidak mempertimbangkan secara seksama
dalam persidangan;
3. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 01 Tahun 1963 bagian B
tanggal 31 Mei 1963. Nomor 01 Tahun 1963 Bagian B, maka Majelis Hakim
Agung dalam Putusan Kasasi harus pula mempertimbangkan apa yang
64
menjadi dasar alasan judex facti Pengadilan Tinggi tersebut berpendapat
demikian itu.
Berdasarkan hal tersebut, judex facti yang tidak cukup pertimbangan atau
kurang cukup mempertimbangkan apa yang menjadi dasar alasan putusan,
sehingga mengakibatkan adanya kesalahan dalam penerapan hukumnya dan telah
jelas-jelas merupakan kekhilafan judex facti atau suatu kekeliruan yang nyata.
Oleh karena itu, cukup alasan dan dasar hukumnya bagi Pemohon Kasasi untuk
mengajukan permohonan kasasi.
Pendaftaran merek Gudang Baru telah dilakukan sesuai dengan
mekanisme atau prosedur yang berlaku dan telah diumumkan selama 3 (tiga)
bulan dalam Berita Resmi Merek sesuai ketentuan Pasal 22 UU No. 15 Tahun
2001. Hingga tenggang waktu 3 (tiga) bulan masa pengumuman, Termohon
Kasasi selaku pemegang merek Gudang Garam tidak mengajukan keberatan atau
sanggahannya. Sikap diam dari Termohon Kasasi tersebut mengindikasikan
bahwa Termohon Kasasi tidak bersifat proaktif dalam melindungi mereknya dan
siap untuk berkompetisi dengan pelaku pasar di bidang industri rokok kretek di
Indonesia. Namun, Termohon Kasasi baru melakukan pengajuan keberatan
setelah merek Gudang Baru mulai dikenal oleh masyarakat.
Merek Gudang Baru telah terdaftar tahun 1995 dan telah diperpanjang
pendaftarannya pada tahun 2005. Hal ini membuktikan bahwa merek Gudang
Baru berdiri lebih dari 5 (lima) tahun. Padahal seharusnya pemilik merek Gudang
Garam harus mengajukan keberatan ketika merek Gudang Baru diumumkan
65
dalam Berita Resmi Merek dan gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya
dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran
merek berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (1) UU Merek No. 15 Tahun 2001,
sedangkan merek Gudang Baru telah berdiri lebih dari 5 (lima) tahun. Oleh sebab
itu gugatan dari pihak Gudang Garam telah kadaluarsa.
Merek Gudang Baru dan Gudang Garam terdapat daya pembeda,
sehingga menunjukkan dan membuktikan tidak ada persamaan unsur pokok
antara kedua merek tersebut. Daya pembeda yang dapat dilihat dari bentuk dan
komposisi huruf, gaya penulisan, ejaan, bunyi ucapan, komposisi warna dan cara
peletakan gambar/lukisan gudang yaitu:
Daya
Pembeda Gudang Garam Gudang Baru
Gambar/
Lukisan
Gudang berderet berjumlah
lima di depannya ada rel
kereta dengan bentuk
melengkung, atap gudang
berbentuk segitiga, terdapat
garis-garis tipis horizontal
di atas atap rumah
Gudang berderet berjumlah dua
di depannya ada jalan dengan
marka jalan, atap gudang
berbentuk setengah lingkaran, di
atas atap gudang tidak ada garis-
garis horizontal hanya berlatar
warna putih.
Bentuk,
Komposisi
huruf
Ada tulisan huruf kecil
dengan ejaan lama “tjap”,
tulisan Gudang dalam
bentuk huruf kapital, tulisan
Garam dalam bentuk huruf
latin, dengan komposisi
huruf tulisan Gudang
diletakkan di atas tulisan
Garam, dan tulisan Garam
lebih besar bentuknya dari
Tidak ada tulisan huruf kecil
dengan ejaan lama “tjap”, tulisan
Gudang Baru dalam bentuk
huruf kapital dengan komposisi
huruf tulisan Gudang diletakkan
di atas tulisan Baru, dan bentuk
dari tulisan Gudang lebih besar
dari tulisan Baru.
Tulisan Gudang Baru dalam
bentuk huruf latin dengan
66
tulisan Gudang. komposisi huruf tulisan Gudang
diletakkan di atas tulisan Baru,
dan bentuk dari tulisan Gudang
dan tulisan Baru komposisinya
berimbang.
Cara
penempatan
/peletakan
gambar
Gambar/lukisan yang
diuraikan di atas, dibingkai
dengan bentuk persegi
panjang, yang penempatan
atau pelatakannya di atas
tulisan huruf “Tjap Gudang
Garam”
Gambar/lukisan yang diuraikan
di atas penempatan/peletakannya
di atas tulisan huruf Gudang
Baru yang dibingkai masuk
dalam lingkaran.
Gambar/lukisan yang diuraikan
di atas, dibingkai dengan bentuk
jajaran genjang yang keempat
sisinya sama panjang, yang
penempatan/peletakannya di atas
tulisan huruf Gudang Baru.
Nama Secara jelas kasat mata
merek yang terdaftar dalam
daftar umum merek adalah
Gudang Garam.
Secara jelas kasat mata merek
yang terdaftar dalam daftar
umum merek adalah Gudang
Baru.
Kata Kata Gudang Garam jelas-
jelas dari morfologi bahasa
baik berupa pengucapan
tentunya sangat berbeda
dengan kata Gudang Baru.
Kata Gudang Baru jelas-jelas
dari morfologi bahasa baik
berupa pengucapan tentunya
sangat berbeda dengan kata
Gudang Garam.
Angka-
angka
Pada merek Gudang Garam
tidak ada huruf yang
ditampilkan berupa angka
12.
Pada merek Gudang Baru huruf
yang ditampilkan berupa angka
12 dalam bentuk miring.
Komposisi
warna
Merah, biru tua, putih. Merah, biru, hitam, kuning
emas, putih.
Namun menurut penulis, walaupun telah dipaparkan perbedaan antara
merek Gudang Garam dan Gudang Baru dalam bentuk tabel di atas, merek
Gudang Baru memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek Gudang Garam.
67
Secara kasat mata dengan melihat kedua merek tersebut adanya persamaan visual
yaitu mulai dari susunan warna yang hampir sama, terdapat gambar gudang dan
peletakannya yang sama, terdapat tulisan “gudang”, dan lain-lain. Hal ini dapat
diketahui bahwa ide dari pemilik merek Gudang Baru berasal dari merek Gudang
Garam yang telah terkenal, sebab dalam “persamaan pada pokok” semua elemen
tidak harus tuntas sama, melainkan memiliki “kesan” adanya persamaan baik
dalam bentuk, cara penempatan, kombinasi unsur-unsur, bunyi ataupun ucapan.
Persamaan pada pokoknya tidak mutlak ditegakkan persamaan semua
elemen merek, juga tidak mutlak adanya persamaan kata, warna dan bunyi yang
persis betul. Tidak dituntut secara keras adanya persamaan jalur pemasaran,
segmen pemasaran dan cara pemakaian dan pemeliharaan barang. Yang paling
fundamental dinilai adalah adanya maksud dan niat “membonceng” reputasi
merek orang lain yang biasa dikenal dengan itikad tidak baik atau buruk guna
memperoleh keuntungan secara tidak jujur.5
Selain persamaan pada pokoknya, jenis kelas produk yang
diperdagangkan pun sama-sama kelas 34 yaitu rokok. Berdasarkan hal ini penulis
menarik kesimpulan bahwa di dalamnya terdapat unsur itikad tidak baik pemilik
merek Gudang Baru untuk membonceng reputasi atau ketenaran merek milik
Gudang Garam. Oleh karena itu, putusan Hakim Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Surabaya memenangkan pihak Gudang Garam.
5 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 417-418
68
B. Motif atau Alasan Pertimbangan Hakim Agung dalam Memutuskan
Perkara Antara Merek Gudang Baru dan Gudang Garam
Putusan-putusan perkara merek khususnya mengenai persamaan pada
pokoknya dapat dijadikan gambaran dalam memutuskan perkara merek antara
merek Gudang Garam dan Gudang Baru. Pada setiap putusan suatu perkara
merek dapat terlihat pertimbangan-pertimbangan hakim dalam memutuskan
perkara. Dalam hal ini dapat dilihat mengenai pertimbangan hakim dalam
memutuskan pembatalan suatu merek. Hal ini sangat penting, karena pembatalan
merek berakibat sangat buruk bagi produsen yang mereknya dinyatakan terdapat
persamaan pada pokoknya dengan merek lain dan tidak dapat menggunakan
merek tersebut.
Pertimbangan hakim dalam menilai suatu merek yang memiliki
persamaan pada pokoknya dengan merek lain terlihat dalam penilaian unsur-
unsur terkait dengan adanya persamaan pada pokoknya. Persamaan pada
pokoknya dilihat dengan adanya kemiripan terhadap unsur-unsur yang menonjol
antara merek yang satu dengan yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya
persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan, atau
kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat
dalam merek-merek tersbut.6 Unsur-unsur yang dimaksud yaitu gambar, nama,
6 Ahmadi Miru, Hukum Merek, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), h. 16.
69
kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut.7
Untuk memutuskan perkara persamaan pada pokoknya, Hakim
mendasarkan pertimbangannya berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001
yaitu pada Pasal 6 dan penjelasannya. Selain itu, Hakim juga mempertimbangkan
Yurisprudensi dalam memutuskan perkara. Yurisprudensi digunakan untuk
membantu Hakim dalam suatu perkara yang peraturannya yang belum jelas.
Dengan menggunakan Yurisprudensi pada kasus-kasus yang serupa juga dapat
mendukung adanya kepastian hukum dalam penyelesaian perkara merek
terutama persamaan pada pokoknya.
Pada kasus ini, Hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan perkara
antara merek Gudang Baru dan Gudang Garam yaitu judex facti Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya telah keliru dalam menerapkan hukum
yaitu dengan pertimbangan tentang:
a. Adanya itikad tidak baik
Dalam kaitan ini judex facti telah tidak cermat menyatakan tentang adanya
itikad tidak baik. Mengenai hal itu sudah dipertimbangkan saat pemeriksaan
administratif, pemeriksaan substantif atau sesuai kewenangan Dirjen HKI
yakni merek Gudang Baru telah terdaftar dalam Daftar Umum Merek sejak
tahun 1995 dan diperpanjang tahun 2005, berarti secara hukum telah
7 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2005), h.
133.
70
memenuhi hasil pemeriksaan substantif yang dilakukan Pemeriksa Merek,
bahwa dalam pemeriksaan substantif perihal pertimbangan ada tidaknya niat
membonceng atau itikad tidak baik dari Tergugat/Pemohon Kasasi selaku
Pemohon merek Gudang Baru juga telah diteliti dan dijadikan pertimbangan
hukum, serta dilaksanakan publikasi kepada masyarakat luas untuk
mengajukan keberatan apabila ternyata merek Gudang Baru yang hendak
didaftarkan tersebut memiliki persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek lain yang telah terdaftar. Oleh karena itu
dinyatakan bahwa Penggugat/Termohon Kasasi tidak memiliki data hasil
penelitian tentang adanya itikad tidak baik dari Tergugat/Pemohon Kasasi.
b. Tidak adanya persamaan pada pokoknya
Bahwa pertimbangan judex facti tentang adanya persamaan pada pokoknya
sangat tidak tepat. Merek dan gambar yang digunakan Tergugat/Pemohon
Kasasi ternyata tidak ada persamaan bentuk, cara penempatan dan
persamaan bunyi (similarity in sound) yang dapat menimbulkan adanya
kerancuan. Jadi pengucapan “Gudang Baru” dan “Gudang Garam” tidak
menimbulkan kerancuan dalam penyimpulan bunyi. Berbeda halnya dengan
pengucapan kata dalam kasus merek “adidas” dan “adadas”, yang dapat
menimbulkan kerancuan dalam penyimpulan bunyi atau suara bagi
masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Hakim Mahkamah Agung dalam
rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada Mahkamah Agung pada hari Selasa
71
tanggal 22 April 2014 oleh Prof. Dr. VALERINE J.L. KRIEKHOFF, SH., MA.,
Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis, Prof. Dr. ABDURRAHMAN, SH., MH., dan H. SOLTONI
MOHDALLY, SH., MH., Hakim-Hakim Agung, masing-masing sebagai
Anggota mengadili perkara tersebut dalam Putusan Nomor. 162 K/Pdt.Sus-
HKI/2014 yaitu mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi H. ALI
KHOSIN, SE., dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Surabaya Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-NIAGA.SBY., tanggal 12
September 2013, selanjutnya mengadili sendiri yaitu menolak gugatan Penggugat
untuk seluruhnya dan menghukum Termohon Kasasi/Penggugat untuk membayar
biaya dalam semua tingkat peradilan, dalam tingkat kasasi sebesar Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah).
C. Dampak Pertimbangan Hakim Agung dalam Putusan Mahkamah Agung
Nomor 162 K/Pdt.Sus-Hki/2014
Akhirnya sengketa merek antara Gudang Garam dan Gudang Baru dapat
diselesaikan di Mahkamah Agung dengan Putusan MA Nomor 162 K/Pdt.Sus-
Hki/2014 dan telah mendapatkan kekuatan hukum tetap. Dalam putusan ini,
kasus antara merek Gudang Garam dan Gudang Baru ini dimenangkan oleh
merek Gudang Baru dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-NIAGA.SBY.,
72
tanggal 12 September 2013. Hal ini berdasarkan dari pertimbangan Hakim yang
telah disebutkan di atas.
Namun, penulis tidak sepakat dengan pertimbangan Hakim Mahkamah
Agung yang menyatakan bahwa merek Gudang Baru tidak memiliki itikad tidak
baik dan persamaan pada pokoknya terhadap merek Gudang Garam. Menurut
hemat penulis, merek Gudang Garam memiliki persamaan pada pokoknya
terhadap merek Gudang Garam dan terdapat itikad tidak baik.
Persamaan pada pokoknya tidak harus sama secara persis terhadap semua
elemen atau unsur merek tersebut, tetapi memiliki kesan mirip atau hampir mirip
dapat dikatakan sebagai persamaan pada pokoknya. Hal ini berdasarkan
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) hurus UU No. 15 Tahun 2001 yang mengartikan
persamaan pada pokoknya adalah suatu kemiripan. Menekankan pada kata
“Kemiripan” yang berasal dari kata “mirip”. Kata “mirip” dalam KBBI diartikan
“hampir sama” atau “serupa”.8
Merek antara Gudang Garam dan Gudang Baru memiliki kemiripan unsur
baik dari segi susunan warna, terdapat gambar gudang dan peletakannya yang
sama, terdapat tulisan “gudang”, dan lain-lain. Selain itu, barang yang
diperdagangkan pun sejenis atau sekelas yaitu rokok. Berdasarkan hal ini penulis
beranggapan bahwa pemilik merek Gudang Baru memiliki niat “membonceng”
reputasi merek Gudang Garam yang telah dikenal oleh masyarakat dengan itikad
8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 920.
73
Gambar 7 Gambar 8
tidak baik atau buruk guna memperoleh keuntungan secara tidak jujur.
Berdasarkan hal ini, dapat diperhatikan perbandingan beberapa gambar di bawah
ini:
Berdasarkan gambar diatas, terlihat adanya kemiripan antara kedua merek
tersebut yaitu:
1. Kemiripan kombinasi warna, yaitu warna merah dan tulisan yang berwarna
coklat;
2. Kemiripan font atau karakter tulisan, yaitu tulisan “GARAM” dan
“GUDANG BARU”;
3. Kemiripan tata letak, yaitu letak gambar gudang yang berada di atas tulisan
Gudang Garam maupun Gudang Baru;
4. Terdapatnya gambar “Gudang” di produk tersebut, walaupun bentuk
gudangnya berbeda, tetapi dapat diasumsikan bahwa di gambar tersebut
terdapat niat untuk meniru merek Gudang Garam.
74
Berdasarkan bukti-bukti di atas, penulis berpendapat bahwa terdapat
persamaan pada pokoknya antara merek Gudang Garam dan Gudang Baru.
Adanya sedikit perbedaan unsur-unsur yang dibuat oleh Gudang Baru merupakan
suatu taktik atau strategi agar tidak terdapat persamaan secara keseluruhan
terhadap merek Gudang Garam. Dengan kata lain tidak meniru secara
keseluruhan. Adanya sedikit perbedaaan itu dapat menyesatkan masyarakat yaitu
dapat menimbulkan kesan kepada masyarakat seolah-olah barang atau jasa yang
diproduksinya sama dengan merek yang sudah ada. Islam melarang umat
manusia memakan harta orang lain dengan jalan yang batil, sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 188 :
( ٨٨١ (سورة البقرة/٢:
Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah/2: 188).
Selain itu, merek Gudang Garam merupakan merek yang telah terkenal.
Terkenalnya merek ini dibuktikan dengan pengetahuan umum masyarakat,
reputasi yang telah diperoleh berkat promosi yang gencar dan besar-besaran yaitu
75
melalui media iklan, dan merek ini telah terdaftar di beberapa negara di dunia
sejak tahun 1989, antara lain Jepang, Singapura, Argentina, Malaysia, Brasil,
Brunei Darussalam, Chile, Korea Selatan, Paraguay, Saudi Arabia, Philipina,
Qatar, Taiwan dan beberapa negara di benua Eropa. Terkenalnya suatu merek di
Indonesia mendapat perlindungan berdasarkan Pasal 6 bis Konvensi Paris9 dan
Pasal 6 ayat (1) huruf b UU No. 15 Tahun 2001.10
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemilik merek
Gudang Baru memiliki itikad tidak baik yaitu adanya niat untuk membonceng
ketenaran dari merek Gudang Garam yang telah terkenal terlebih dahulu dengan
membuat merek yang memiliki persamaan pada pokoknya dan merupakan jenis
atau kelas yang sama. Oleh karena itu, penulis sepakat dengan adanya Putusan
Niaga Surabaya yang memenangkan pihak Gudang Garam, yaitu adanya itikad
tidak baik dan persamaan unsur pokok yang terdapat antara merek Gudang
Garam dan Gudang Baru.
Disisi lain, penulis juga sepakat dengan putusan Hakim Agung yang
memenangkan Gudang Baru karena adanya kesalahan dari pihak Gudang Garam
yang bersikap diam dan tidak menggugat merek Gudang Baru untuk melakukan
pembatalan pada saat pengumuman merek Gudang Baru dalam Berita Resmi
Merek selama 3 (tiga) bulan. Sedangkan merek Gudang Garam baru mengajukan
9 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 417-418 10 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2005), h.
150.
76
gugatan pada saat merek Gudang Baru telah terdaftar lebih dari 5 (lima) tahun.
Berdasarkan pasal 69 UU No. 15 Tahun 2001, gugatan pembatalan pendaftaran
merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
pendaftaran merek. Oleh karena itu gugatan pembatalan yang diajukan oleh
Gudang Garam telah kadaluarsa.
Adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 162 K/Pdt.Sus-Hki/2014
memberikan dampak bagi pengusaha yang akan membuat dan mendaftarkan
mereknya agar terlebih dahulu melihat merek milik orang lain yang telah
terdaftar dan terkenal, sehingga pada saat ingin mendaftarkan mereknya tidak
terdapat persamaan pada pokoknya baik sebagian maupun seluruhnya dan
terhindar dari itikad tidak baik yang ingin membonceng ketenaran merek milik
orang lain yang telah terkenal.
Selain itu, bagi pemilik merek yang telah terdaftar dan terkenal agar
selalu melindungi mereknya yaitu dengan memperhatikan adanya itikad tidak
baik dari pemilik merek lain. Apabila terdapat merek lain yang telah terdaftar di
Dirjen HKI dan diumumkan dalam Berita Umum Merek, maka pemilik merek
yang telah terdaftar terlebih dahulu segera mengajukan keberatan dan pembatalan
merek tersebut. Gugatan pembatalan merek hendaknya tidak melebihi 5 (lima)
tahun sejak tanggal pendaftaran merek tersebut. Hal ini berdasarkan ketentuan
Pasal 69 UU No. 15 Tahun 2001 yaitu gugatan pembatalan pendaftaran merek
hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 tahun sejak tanggal pendaftaran
merek.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Kriteria penentuan persamaan unsur pokok pada suatu merek terkenal yaitu
adanya kemiripan gambar, bunyi, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut, baik terhadap
barang atau jasa yang sejenis maupun tidak sejenis yang didasarkan pada
pengetahuan umum masyarakat, reputasi merek diperoleh karena promosi
yang besar-besaran, dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut di
beberapa negara.
Persamaan unsur yang dimaksud tidak harus sama secara persis terhadap
semua elemen atau unsur merek tersebut, tetapi memiliki kesan mirip atau
hampir mirip pun dapat dikatakan memiliki persamaan pada pokoknya, baik
merupakan barang atau jasa yang sejenis maupun tidak sejenis. Adanya
persamaan unsur pokok pada suatu merek terkenal, erat kaitannya dengan
itikad tidak baik. Itikad tidak baik tersebut merupakan suatu niatan untuk
membonceng reputasi dari merek terkenal, sehingga dapat mengakibatkan
kekeliruan, mengecoh atau menyesatkan konsumen terhadap asal usul merek
yang satu dengan yang lain guna memperoleh keuntungan secara tidak jujur.
77
78
2. Dampak pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan
sengketa antara merek Gudang Baru dan Gudang Garam pada Putusan MA
Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 yaitu memberikan dampak bagi pengusaha
yang akan membuat dan mendaftarkan mereknya agar terlebih dahulu
melihat merek milik orang lain yang telah terdaftar dan terkenal, sehingga
pada saat ingin mendaftarkan mereknya tidak terdapat persamaan pada
pokoknya, baik sebagian maupun seluruhnya dan terhindar dari itikad tidak
baik untuk membonceng ketenaran merek milik orang lain yang telah
terkenal. Selain itu, bagi pemilik merek yang telah terdaftar dan terkenal
agar selalu melindungi mereknya yaitu dengan memperhatikan adanya itikad
tidak baik dari pemilik merek baru lain. Apabila terdapat merek lain yang
telah terdaftar di Dirjen HKI dan diumumkan dalam Berita Umum Merek,
maka pemilik merek yang telah terdaftar terlebih dahulu segera mengajukan
keberatan dan pembatalan merek tersebut. Gugatan pembatalan merek
hendaknya tidak melebihi 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran merek
tersebut. Hal ini berdasarkan Pasal 69 UU Merek No. 15 Tahun 2001.
B. Saran
Pada akhir penulisan ini, penulis mengemukakan beberapa saran
diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mencegah timbulnya kasus-kasus serupa dengan Gudang Garam dan
Gudang Baru, maka Pemerintah perlu secepatnya untuk menerbitkan
79
Peraturan Pemerintah tentang merek terkenal dan persamaan unsur pokok
pada suatu merek. Diharapkan dengan adanya Peraturan Pemerintah
tersebut akan menjadi pedoman bagi penegak hukum dalam menyelesaikan
sengketa serupa. Selain itu, Hakim Pengadilan Niaga dan Hakim Mahkamah
Agung perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai merek agar
memiliki kesamaan dalam membuat putusan, sehingga tercapai suatu
kepastian hukum.
2. Sebaiknya para pelaku usaha yang ingin membuat mereknya agar terlebih
dahulu mencari tahu apakah merek yang akan dibuat tersebut telah ada yang
lebih dahulu memilikinya sehingga terhindar dari unsur peniruan atau
membonceng reputasi merek yang yang telah terkenal. Selain itu, pegawai
Direktorat Jenderal HKI hendaknya membuat pedoman baku mengenai
persamaan unsur pokok dan merek terkenal serta lebih selektif dalam
melakukan pemeriksaan baik administrasi maupun substansi pada tahap
pendaftaran agar dikemudian hari tidak terjadi sengketa mengenai
persamaan unsur pokok pada suatu merek.
80
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004.
Casavera. 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Dirdjosisworo, Soedjono. Hukum Perusahaan Mengenai Hak Atas Kekayaan
Intelektual. Bandung: Mandar Maju, 2000.
Gautama, Sudargo dan Rizawanto Winata. Pembaharuan Hukum Merek Indonesia
(Dalam Rangka WTO, TRIPS). Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997.
. Konvensi-konvensi Hak Milik Intelektual Baru Untuk Indonesia. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 1998.
Gautama, Sudargo. Hukum Merek Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1986.
. Hukum Merek di Indonsia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1993.
Harahap, Yahya. Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1992. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1996.
Hasibuan, H.D Effendy. Perlindungan Merek Studi Mengenai Putusan Pengadilan
Indonesia dan Amerika Serikat.Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas
Hukum UI, 2003.
Kurnia, Titon Slamet. Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di Indonesia
Pasca Perjanjian TRIPs. Bandung: PT Alumni, 2011.
Kamil, Ahmad dan M. Fauzan, Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi. Jakarta: Kencana,
2004
Lindsey, Tim. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: P.T. Alumni,
2005.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2007.
80
81
Maulana, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia Dari Masa ke Masa. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 1999.
Miru, Ahmadi. Hukum Merek. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005.
Purba, Achmad Zen Umar. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs. Bandung: PT
Alumni, 2005.
Putra, Syopiansyah Jaya dan Yusuf Durachman. Etika Bisnis dan Hak Kekayaan
Intelektual. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Riswandi, Budi Agus dan Syamsudin. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Saidin, K. Aspek Hukum Kekayaan Intelektual. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004.
Simorangkir, J.C.T. Kamus Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2010.
Soelistyo, Henry. Hak Kekayaan Intelektual. Konsepsi, Opini, dan Aktualisasi.
Jakarta: Penaku, 2014.
Tunggal, Imam Sjahputra, dkk. Hukum Merek di Indonesia. Jakarta: Harvarindo,
2005.
Usman, Rachmadi. Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual. Bandung: P.T. Alumni,
2003.
Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010.
Yuhassarie, Emmy. Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya. Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2005.
Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
82
Website :
http://www.gudang-baru.com/Kontak.html diakses tanggal 03 April 2015.
http://www.gudang-baru.com/Sejarah.htm diakses tanggal 03 April 2015.
http://www.gudanggaramtbk.com/tentang_kami/perjalanan diakses pada tanggal 03
April 2015.
http://www.gudanggaramtbk.com/tentang_kami/perusahaan_kami/manajemen
diakses pada tanggal 03 April 2015.
http://www.gudanggaramtbk.com/tentang_kami/perusahaan_kami/tata_kelola_perusa
haan diakses pada tanggal 03 April 2015.
https://maps.google.co.id/maps?q=alamat+gudang+garam&ie=UTF-8&ei=3vcfVf-
mItiRuAS-qIDoBA&ved=0CAgQ_AUoAw&output=classic&dg=brw
diakses pada tanggal 03 April 2015.
83
LAMPIRAN
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata khusus hak kekayaan intelektual (merek) pada
tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:
H. ALI KHOSIN, SE., selaku PR. JAYA MAKMUR, beralamat di
Jalan Probolinggo Nomor 162 Kelurahan Panarukan, Kepanjen,
Malang, Jawa Timur, Indonesia, dalam hal ini memberi kuasa
kepada Prof.Dr.Yusril Ihza Mahendra,SH.,MH.Sc., dan kawan-
kawan, Para Advokat, beralamat di Berita Satu Plaza d/h. Gedung
Citra Graha Lantai 10 Jalan Jend.Gatot Subroto, Kav.35-36,
Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 23 September
2013, sebagai Pemohon Kasasi dahulu Tergugat;
m e l a w a n
P.T. GUDANG GARAM, TBK, berkedudukan di Jalan Semampir
II/I, Kediri – Jawa Timur, sebagai Termohon Kasasi dahulu
Penggugat;
d a n
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA CQ. KEMENTERIAN
HUKUM DAN HAM CQ. DIREKTORAT JENDERAL HAK
KEKAYAAN INTELEKTUAL CQ. DIREKTORAT MEREK,
berkedudukan di Jalan Daan Mogot Km. 24 Tangerang, sebagai
Turut Termohon Kasasi dahulu Turut Tergugat;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah mengajukan gugatan
terhadap Pemohon Kasasi dan Turut Termohon Kasasi dahulu sebagai
Tergugat dan turut Tergugat di depan persidangan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Surabaya, pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat adalah pemilik dan pemegang hak atas logo
Merek Gudang Garam dan variannya yang telah terdaftar di
Hal.1 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Indonesia sebanyak sedikitnya 79 nomor pendaftaran di beberapa
kelas barang dan jasa terutama kelas 34 untuk melindungi jenis-
jenis barang: sigaret kretek, antara lain yaitu sebagai berikut :
Nomor
Merek Daftar Umum
Merek
Kelas
Barang
1 Tjap Gudang
Garam
IDM 0000 42902 1
2 Gudang Garam IDM 0000 14016 1
3 GG
International
IDM 000088267 1
4 Gudang Garam IDM000253043 2
5 Gudang Garam IDM000253038 3
6 Gudang Garam IDM000253042 4
7 Gudang Garam IDM000253037 5
8 Gudang Garam IDM000253036 6
9 Gudang Garam IDM000253053 7
10 Gudang Garam IDM000253860 8
11 Gudang Garam IDM000253034 9
12 Gudang Garam IDM000253861 10
13 Gudang Garam IDM000253060 11
14 Gudang Garam IDM000253046 12
15 Gudang Garam IDM000253044 13
16 Gudang Garam IDM000253047 14
17 Gudang Garam IDM000253057 15
18 GG
International
IDM 000088265 16
19 Tjap Gudang
Garam
IDM 0000 14096 16
20 Gudang Garam IDM 0001 05311 16
21 Gudang Garam IDM000253054 17
22 GG
International
IDM 000088266 18
Hal.2 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
23 Tjap Gudang
Garam
IDM 0000 14095 18
24 Gudang Garam IDM 0000 14019 18
25 Gudang Garam IDM000253055 19
26 Gudang Garam IDM000253056 20
27 Gudang Garam IDM000253059 21
28 Gudang Garam IDM000253058 22
29 Gudang Garam IDM000253045 23
30 Gudang Garam IDM000253039 24
31 Gudang Garam IDM000254016 25
32 Gudang Garam IDM000253859 26
33 Gudang Garam IDM000253040 27
34 Gudang Garam IDM000253048 28
35 Gudang Garam IDM000253049 29
36 Gudang Garam IDM000254017 30
37 Gudang Garam IDM000253035 31
38 GG
International
IDM 000088268 32
39 Gudang Garam IDM 0000 14018 32
40 Tjap Gudang
Garam
IDM 0000 14093 32
41 Gudang Garam IDM000253041 33
42 GG Surya
Signature 12
Hijau Menthol
IDM000344966 34
43 GG Surya
Signature 12
Merah Blewa
IDM000344963 34
44 GG Surya
Signature 16
Merah
IDM000344964 34
45 GG Surya IDM000344967 34
Hal.3 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Signature 16
Merah Blewa
46 GG Surya
Signature 20
Hijau
IDM000344968 34
47 GG Surya
Signature 20
Merah
IDM000344965 34
48
GG Surya
Signature 20
Hijau Menthol
IDM000344962 34
49 GG Surya
Signature 20
Abu-abu
IDM000344969 34
50 GG Nusantara
Kretek Slims
IDM 0000 59497 34
51 GG Surya De
Luxe Hijau (20)
IDM 0001 30437 34
52 GG Surya De
Luxe Merah
(20)
IDM 0001 30438 34
53 GG Surya De
Luxe Biru (20)
IDM 0001 30439 34
54 Surya PROMild IDM000363742 34
55 Surya
PROfessional
MILD
IDM000363744 34
56 Gudang Garam IDM000344842 34
57 Gudang Garam
Djaja (Hard
Pack)
IDM000364959 34
58 Gudang Garam
Surya 12(etiket
IDM000364964 34
Hal.4 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
lama)
59 Gudang Garam
Klobot (etiket)
IDM000364967 34
60 Gudang Garam
AKS 14
IDM000344489 34
61 GG Special
King Size
(sigaret kretek)
IDM000344490 34
62 Gudang Garam
GG Filter
(Merah)
IDM000344492
34
63
Gudang Garam
20 GG KING
SIZE
IDM000344486 34
64 Gudang Garam
20 AKS Merah
(King Zise)
IDM000344493 34
65 Sigaret Kretek
tjap GG
IDM 0000 14094 34
66 Sigaret Kretek
Tjap GG
IDM 0000 14003 34
67 Gudang Garam IDM 0000 14017 34
68 Gudang Garam
TM (orange)
IDM000082754 34
69
Gudang Garam
spc deluxe
(King zise)
IDM000088263 34
70 GG Djaja Hijau
(King Size)
IDM000088264 34
71 Gudang Garam
AKS (12)
IDM 0000 14007 34
72 Surya G G IDM 0000 14006 34
Hal.5 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
(hitam putih)
73 GG Nusantara IDM 0000 15876 34
74 GG Surya 16
(coklat)
546606 34
75 Tjap GG Merah IDM 0000 52507 34
76 GG Surya 16
(merah)
IDM 0001 01115 34
77 Gudang Garam
Surya Pro
546605 34
78 GG Inter
(merah)
IDM 0000 16377 34
79 GG Inter
(coklat)
IDM 0000 17623 34
2. Bahwa merek-merek Gudang Garam dan variannya milik klien kami
tersebut telah terdaftar di Indonesia sejak:
a. Tahun 1979, sebagaimana logo dan merek Tjap Gudang Garam (14
sigaret kretek), terdaftar pada Departemen Kehakiman, Direktorat Jendral
Hukum dan Perundang undangan, Direktur Patent dan Hak Cipta tanggal
16 Juli 1980, didaftarkan dalam daftar umum dengan nomor 147543,
untuk barang dalam kelas 34 (sigaret kretek);
Pembaharuan pendaftaran merek pada Departemen Kehakiman,
Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten & Merek, didaftarkan dalam daftar
umum dengan nomor 273579, tanggal 1 April 1992;
Perpanjangan di Departemen Kehakiman dan HAM RI, Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan nomor perpanjangan 506190,
tanggal 19 April 2002;
Diperpanjang Kementerian Hukum dan HAM RI, Direktur Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual dengan nomor pendaftaran IDM000344489, tanggal
6 Januari 2012;
b. Tahun 1979, sebagaimana logo dan merek Tjap Gudang Garam (10
sigaret kretek), terdaftar pada Departemen Kehakiman, Direktorat Jendral
Hukum dan Perundang undangan, Direktur Patent dan Hak Cipta tanggal
Hal.6 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
22 Juli 1980, didaftarkan dalam daftar umum dengan nomor 147653,
untuk barang dalam kelas 34 (sigaret kretek);
Pembaharuan pendaftaran merek pada Departemen Kehakiman,
Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten & Merek, didaftarkan dalam daftar
umum dengan nomor 273582, tanggal 1 April 1992. Perpanjangan di
Departemen Kehakiman dan HAM RI, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual dengan nomor perpanjangan 506187, tanggal 19 April 2002.
Diperpanjang Kementerian Hukum dan HAM RI, Direktur Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual dengan nomor pendaftaran IDM000384516;
c. Tahun 1979, sebagaimana logo dan merek Tjap Gudang Garam (20
sigaret kretek), terdaftar pada Departemen Kehakiman, Direktorat Jendral
Hukum dan Perundang undangan, Direktur Patent dan Hak Cipta tanggal
26 Juli 1980, didaftarkan dalam daftar umum dengan nomor 147724,
untuk barang dalam kelas 34 (sigaret kretek). Pembaharuan pendaftaran
merek pada Depatemen Kehakiman, Direktorat Jenderal Hak Cipta,
Paten & Merek, didaftarkan dalam daftar umum dengan nomor 273583,
tanggal 1 April 1992. Perpanjangan di Departemen Kehakiman dan HAM
RI, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan nomor
perpanjangan 506186, tanggal 19 April 2002. Diperpanjang Kementerian
Hukum dan HAM RI, Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan
nomor pendaftaran IDM000344493, tanggal 6 Januari 2012;
d. Tahun 1994, sebagaimana logo dan merek Gudang Garam King Size,
terdaftar pada Departemen Kehakiman, Direktorat Jendral Hukum dan
Perundang undangan, Direktur Patent dan Hak Cipta tanggal 01 Maret
1996, didaftarkan dalam daftar umum dengan nomor 354965, untuk
barang dalam kelas 34 (sigaret kretek). Pembaharuan pendaftaran merek
pada Departemen Kehakiman, Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten &
Merek, didaftarkan dalam daftar umum dengan nomor IDM000014007,
tanggal 09 Agustus 2004;
3. Bahwa selain telah terdaftar di Indonesia, Logo dan Merek Gudang
Garam dan seluruh variannya di berbagai kelas terutama kelas 34
untuk jenis barang sigaret kretek milik Penggugat juga telah
terdaftar di beberapa negara di dunia antara lain negara Jepang,
Singapura, Argentina, Malaysia, Brasil, Brunei Darussalam, Chile,
Hal.7 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Korea Selatan, Paraguay, Saudi Arabia, Eropa, Philipina, Qatar,
Taiwan sejak tahun 1989;
4. Bahwa merek Gudang Garam milik Penggugat adalah Merek yang
secara khusus diciptakan oleh Penggugat sebagai Merek Dagang
untuk membedakan barang-barang hasil produksi Penggugat
dengan barang-barang hasil produksi orang lain;
5. Bahwa selain sebagai Merek Dagang, Merek Gudang Garam milik
Penggugat tersebut juga sekaligus merupakan nama badan hukum
Penggugat yaitu PT. Gudang Garam, Tbk., yang telah beroperasi di
Indonesia sejak tahun 1958 dimana pendirian badan hukumnya
dilakukan berdasarkan Akta Nomor 10, tanggal 30 Juni 1971, dibuat
dihadapan Suroso,SH, Notaris di Kediri;
6. Bahwa seiring dengan perkembangan waktu, Merek Gudang Garam
milik Penggugat telah menjadi Merek yang cukup terkenal dan
populer di negaranya sendiri Indonesia, maupun di beberapa negara
di dunia;
7. Bahwa diketahui oleh Penggugat, dalam Daftar Umum Merek
Direktorat Jenderal HKI telah terdaftar Merek Gudang Baru +
Lukisan atas nama Tergugat dengan Nomor Registrasi
IDM000032226 tanggal pendaftaran 21 Maret 2005 dan Nomor
Registrasi IDM000042757 tanggal pendaftaran 14 Juli 2005
untuk jenis barang di kelas 34 yaitu: sigaret kretek;
8. Bahwa Penggugat sangat keberatan dengan terdaftarnya Merek
Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat karena mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan merek Gudang Garam milik
Penggugat yang telah terdaftar dalam Daftar Umum Merek Ditjen
HKI Nomor Registrasi IDM000384516, IDM00034489,
IDM000344493, dan IDM000014007;
9. Bahwa persamaan pada pokoknya antara Merek Gudang Garam
milik Penggugat dengan Merek Gudang Baru + Lukisan milik
Tergugat sangat jelas terlihat dari bentuk dan komposisi huruf, gaya
penulisan, ejaan, bunyi ucapan, komposisi warna dan cara
peletakan gambar/lukisan;
Hal.8 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
GUDANG GARAM
(Milik Penggugat)
GUDANG BARU
(Milik Tergugat)
1. Reg.Nomor IDM000384516
(Ex. Reg.Nomor 506187, Ex.Reg.Nomor 273582,
Ex.Reg.Nomor 147653)
Terdaftar sejak tahun 1979
2. Reg.Nomor IDM00034489
(Ex. Reg. 506190, Ex.Reg.Nomor 273579, Ex.Reg.Nomor
147543)
Terdaftar sejak tahun 1979
3. Reg.Nomor IDM000344493
(Ex.Reg.Nomor 506186, Ex.Reg.Nomor 273583, Ex. Reg.
Nomor 147724)
Terdaftar sejak tahun 1979
1. Reg.Nomor
IDM000032226
2. Reg.Nomor
IDM000042757
Hal.9 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4. Reg.Nomor IDM000014007
(Ex Reg.Nomor 354965)
Terdaftar sejak tahun 1996
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 217 K/Sip/1972 menyatakan
bahwa “suatu Merek mempunyai persamaan dengan Merek lain, jika bentuk
atau susunannya, atau bunyinya dan bagi masyarakat telah menimbulkan
kesan, jadi tidak perlu 100% sama”;
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 2279 K/Pdt/1992 tertanggal 06
Januari 1998 yang menyatakan bahwa “Merek yang memiliki persamaan
pada keseluruhan maupun pada pokoknya dapat dideskripsikan memiliki
persamaan bentuk, persamaan komposisi, persamaan kombinasi dan
persamaan unsur elemen”;
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 2451 K/Pdt/1987 tertanggal 13
April 1991 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1053 K/Sip/1982
tertanggal 22 Desember 1982 telah menyebutkan “bahwasanya untuk
menentukan ada tidaknya persamaan kedua Merek sengketa, haruslah
dilihat secara keseluruhan dan bukan dengan cara merinci satu persatu
unsur-unsur atau bagian bagian yang menjadi Merek tersebut, artinya
penilaian adanya persamaan pada pokoknya adalah berdasarkan adanya
kesan yang total (total indruk), bukan dengan memperbandingkan
perbedaan-perbedaan dalam bagian-bagian Merek”;
10.Bahwa selain memiliki persamaan pada pokoknya dengan Merek
Gudang Garam milik Penggugat (dalam hal bentuk dan komposisi
huruf, gaya penulisan, ejaan, bunyi ucapan, komposisi warna dan
cara peletakan gambar/lukisan, jenis barang Merek Gudang Baru +
Hal.10 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Lukisan atas nama Tergugat tersebut juga sama /sejenis dan
termasuk di dalam satu kelas yang sama dengan jenis barang yang
dimiliki oleh Merek Gudang Garam milik Penggugat, sehingga
Merek Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat tersebut
tentunya akan memperdaya konsumen dan memberi kesan kepada
konsumen seakan-akan produk dengan Merek Gudang Baru +
Lukisan milik Tergugat berasal dari Penggugat atau setidak-tidaknya
mempunyai hubungan yang erat dengan Penggugat;
11.Bahwa Penggugat sangat keberatan dengan terdaftarnya Merek
Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat, karena pendaftaran
Merek Gudang Baru + Lukisan tersebut jelas telah diajukan oleh
Tergugat dengan itikad tidak baik. Dapat diketahui secara pasti
bahwa ide dalam menciptakan Merek Gudang Baru + Lukisan atas
nama Tergugat diilhami oleh Merek Gudang Garam milik Penggugat
yang telah terdaftar lebih dulu di Indonesia yaitu sejak tahun 1969
dibawah nomor pendaftaran 93232. Dengan itikad tidak baiknya
tersebut, Merek Gudang Baru + Lukisan didaftarkan oleh Tergugat
dengan maksud untuk membonceng keterkenalan Merek Gudang
Garam milik Penggugat yang telah dibangun dengan susah payah
selama puluhan tahun dengan biaya, tenaga dan fikiran, dalam
wujud promosi dan investasi yang besar, sehingga mampu
menciptakan lapangan kerja yang luas di Indonesia. Yurisprudensi
Mahkamah Agung Nomor 021 K.HaKI/2003 dalam perkara Merek
Giojien Co menyebutkan bahwa “perbuatan itikad tidak baik
Tergugat mendaftarkan Merek Gio Jeans Co, adalah upaya
Tergugat untuk menyesatkan (misleading) khalayak ramai tentang
asal usul barang, serta merupakan perbuatan yang tidak dapat
dibenarkan untuk mencapai tujuan yang tidak jujur (dishonesty
purpose) sehingga apabila hal tersebut dibiarkan akan bertentangan
dengan ketertiban umum”; Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor
046 K/N/HaKI/2006 dalam perkara Merek Love & My Love Vs My
Lowe yang menyebutkan bahwa “...Bahwa seharusnya Tergugat
dapat menciptakan kata-kata atau tanda - tanda lain sebagai Merek
Dagangnya tanpa harus meniru dan/atau menggunakan Merek My
Hal.11 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Lowe, sebab Merek My Lowe mempunyai persamaan bentuk,
susunan dan cara penempatan huruf-huruf, cara penulisan dan
bunyi suara dengan Merek Love maupun My Love milik Penggugat
yang telah terdaftar lebih dulu untuk barang sejenis. Dengan
demikian jelas pendaftaran Merek MY Lowe didasari itikad tidak baik
dan bertentangan dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 Tentang Merek”. Bahwa oleh karena itu, Penggugat
mempunyai kepentingan untuk mengajukan Gugatan Pembatalan
Merek milik Tergugat tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 68
ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang
berbunyi, “Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan
oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 atau Pasal 6”;
12.Bahwa gugatan Penggugat didasarkan pada ketentuan Pasal 4
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang dengan
tegas menyebutkan: “Merek tidak dapat didaftar atas dasar
Permohonan yang diajukan Pemohon yang beritikad tidak baik”;
13.Bahwa pendaftaran Merek Gudang Baru + Lukisan atas nama
Tergugat tersebut jelas diajukan dengan itikad tidak baik (dishonesty
purpose) yaitu untuk mengecoh dan memperdaya khalayak ramai,
seakan-akan Merek serta hasil-hasil produk Gudang Baru + Lukisan
atas nama Tergugat berasal dari Penggugat. Sulit dapat
dibayangkan pula darimana kata Gudang Baru + Lukisan diperoleh,
kecuali telah diilhami oleh Merek Gudang Garam milik Penggugat.
Oleh karena itu, berdasarkan Pasal 68 Undang Undang Nomor 15
Tahun 2001, merek Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat
harus dibatalkan;
14.Bahwa gugatan Penggugat juga didasarkan pada ketentuan
Ketentuan Pasal 6 ayat (1) butir a dan b, Undang Undang Nomor 15
tahun 2001 tentang Merek yang secara tegas menyebutkan:
“Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut”:
Hal.12 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu
untuk barang
dan/atau jasa yang sejenis.
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis;
15.Bahwa itikad buruk dari Tergugat yang mendaftarkan merek Gudang
Baru + Lukisan yang meniru Merek Gudang Garam milik Penggugat
juga terkait dengan Merek Gudang Garam yang sudah terkenal di
seluruh dunia sehingga dapat diklasifikasikan sebagai Merek
Terkenal sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Merek;
16.Bahwa Merek Gudang Garam milik Penggugat sudah menjadi
merek terkenal karena telah memenuhi ketentuan Pasal 6 ayat (1)
huruf b Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang
diuraikan syarat-syaratnya dalam Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf b
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, antara lain:
a. telah diketahui oleh masyarakat umum secara luas;
b. telah mempunyai reputasi merek terkenal yang diperoleh karena
promosi yang gencar dan besar-besaran;
c. telah memiliki bukti investasi di beberapa negara di dunia yang
dilakukan oleh pemiliknya;
d. telah memiliki bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara;
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1486/K/1991 tertanggal 25
November 1995 menyebutkan “pengertian Merek terkenal adalah apabila
suatu Merek telah beredar keluar dari batas-batas regional sampai kepada
batas-batas transnasional, dimana telah beredar keluar negara asalnya dan
dibuktikan dengan adanya pendaftaran Merek yang bersangkutan di
berbagai negara”. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 022 K/
HaKI/2002 tertanggal 20 Desember 2002 menyebutkan: ”Untuk menentukan
kriteria Merek terkenal, Mahkamah Agung berpedoman pada Yurisprudensi
Mahkamah Agung, yaitu selain didasarkan pada pengetahuan umum
masyarakat, penentuannya juga didasarkan pada reputasi Merek yang
Hal.13 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
bersangkutan yang telah diperoleh karena promosi yang telah dilakukan oleh
pemiliknya, disertai dengan bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa
negara, jika hal ini ada, merupakan salah satu alat pembuktian yang ampuh”;
17.Bahwa selain berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (1) butir a dan
b, Gugatan Penggugat juga didasarkan pada ketentuan dalam Pasal
6 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 yang
menyebutkan: “Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat
Jenderal apabila Merek tersebut merupakan atau menyerupai nama
orang terkenal, foto atau nama badan hukum yang dimiliki orang
lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak”;
18.Bahwa Merek Gudang Garam adalah kata yang diciptakan oleh
Penggugat yang juga merupakan nama badan hukum Penggugat.
Jelas Penggugat sangat keberatan jika Merek Gudang Garam yang
telah identik dengan nama badan hukum Penggugat tersebut ditiru
dengan itikad tidak baik oleh Tergugat dengan sedikit dimodifikasi
sehingga menjadi Merek Gudang Baru + Lukisan milik Tergugat.
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 040 K/N/HaKI/2006 dalam
perkara Merek Exedy menyatakah bahwa “...demikian pula nama
Badan Hukum Exedy milik Penggugat pertama kali didirikan di
negara asalnya Jepang sejak tanggal 1 Agustus 1995 dan telah
dicatat dalam Daftar Umum Merek Direktorat Jenderal HAKI,
karenanya nama badan hukum Exedy milik Penggugat termasuk
yang dilindungi berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3) huruf a
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 terhadap permohonan
pendaftaran atau menyerupai nama badan hukum Exedy milik
Penggugat, menurut hukum harus ditolak oleh Direktorat Jenderal
HaKI sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (3) huruf a Undang
Undang Nomor 15 Tahun 2001”;
19.Bahwa perbuatan itikad buruk dari Tergugat tersebut nyata-nyata di
samping bertentangan dengan hukum, juga bertentangan dengan
ketertiban umum jelas tidak dapat dibiarkan apalagi dibenarkan;
20.Bahwa Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 297/PID/2012/
PT.Sby tanggal 23 Juli 2012 jo Putusan PN Kepanjen Malang
Hal.14 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Nomor 645/Pid.Sus/2011/PN.Kpj tanggal 7 Maret 2012 amar
putusannya menyatakan Tergugat (H.Ali Khosin SE) terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan
sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada
pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain (Penggugat) untuk
barang sejenis yang diproduksi dan diperdagangkan”;
21.Bahwa Penggugat mengikutsertakan Turut Tergugat dalam gugatan
ini agar dapat segera melaksanakan dan mentaati putusan Majelis
Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya;
Berdasarkan seluruh uraian yang telah dikemukakan di atas,
Penggugat mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Surabaya, kiranya berkenan memberi putusan sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Merek Gudang Garam milik Penggugat adalah Merek
Terkenal;
3. Menyatakan merek Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat yang
terdaftar dalam Nomor Registrasi IDM000032226 tanggal pendaftaran 21
Maret 2005 dan Nomor IDM000042757 tanggal 14 Juli 2005 untuk jenis
barang di kelas 34 mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
Gudang Garam milik Penggugat;
4. Menyatakan Tergugat terbukti telah mendaftarkan merek Gudang Baru +
Lukisan dengan itikad tidak baik karena ingin membonceng ketenaran
Merek Gudang Garam milik Penggugat yang sudah terkenal;
5. Membatalkan pendaftaran merek Gudang Baru milik Tergugat Nomor
Registrasi IDM000032226 tanggal pendaftaran 21 Maret 2005 dan Nomor
IDM000042757 tanggal 14 Juli 2005 untuk jenis barang di kelas 34 dari
Daftar Umum Merek Direktorat Jenderal HaKI dengan segala akibat
hukumnya;
6. Memerintahkan Turut Tergugat untuk segera mencoret pendaftaran
Merek Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat yang terdaftar
dengan Nomor Registrasi IDM000032226 tanggal pendaftaran 21 Maret
2005 dan Nomor IDM000042757 tanggal pendaftaran 14 Juli 2005 untuk
jenis barang di kelas 34 dari dalam Daftar Umum Merek Direktorat
Jenderal HaKI;
Hal.15 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
7. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara;
Atau, Apabila hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono);
Bahwa, terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat I mengajukan
eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
1. Eksepsi tentang Gugatan Penggugat telah terjadi Contradictio in
Terminis.
Bahwa dengan ditempatkannya posisi hukum H. Ali Khosim, SE sebagai
Tergugat dalam perkara a quo secara hukum telah terjadi Contradictio in
Terminis. Hal mana dapat diperhatikan dengan adanya prinsip hukum yang
melekat pada Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 merupakan
yuridiksi sengketa terhadap surat keputusan administratif yang kontelasi
yuridisnya terkait dengan prosedur pendaftaran merek yang diberikan oleh
Negara dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian
Hukum & Ham Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Direktur Merek
yang diberikan kepada pemilik Merek in litis Gudang Baru + lukisan yang
telah terdaftar dalam daftar umum Merek Nomor IDM000032226 untuk
melindungi jenis barang sigaret kretek dalam kelas barang 34 dan Nomor
IDM000042757 jenis barang sigaret kretek dalam kelas barang 34 dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun atas nama Tergugat a quo. Dengan
demikian karena Tergugat telah mendapatkan keputusan yang bersifat final
dari Negara dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia melalui
Kementerian Hukum & Ham Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Direktur Merek dalam lingkup adminisitratif berupa telah diterimanya
pendaftran Merek Gudang Baru + Lukisan yang terdaftar dalam daftar umum
Merek pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual maka cukup
beralasan bilamana H. Ali Khosim sepatutnya ditempatkan sebagai Turut
Tergugat sedangkan Pemerintah Republik Indonesia cq Kementerian Hukum
& Ham Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual cq Direktur Merek
untuk selanjutnya diposisikan sebagai Tergugat dalam perkara a quo
bukanlah Turut Tergugat seperti saat ini. Oleh karena Penggugat dalam
perkara a quo tidak tepat dalam menempatkan posisi hukum dari pihak yang
Hal.16 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
digugat maka gugatan Penggugat untuk dinyatakan ditolak dan atau tidak
dapat diterima;
2. Eksepsi mengenai Surat Kuasa Penggugat Kabur
Bahwa seseorang yang akan bertindak sebagai wakil / kuasa dari salah satu
pihak dalam proses gugatan perkara a quo dan atau proses litigasi di
Pengadilan maka wakil / kuasa tersebut wajib menyerahkan Surat Kuasa
Khusus. Bahwa untuk menciptakan keseragaman dalam hal pemahaman
terhadap Surat Kuasa Khusus yang diajukan dan atau digunakan oleh wakil /
kuasanya sebagai pihak yang berperkara kepada badan peradilan maka
ditentukan dan ditetapkan serta dicantumkan secara jelas dalam Surat
Kuasa Khusus haruslah jelas namun kendati demikian apabila kami
memperhatikan adanya Surat Kuasa tertanggal 02 April 2013 yang
dipergunakan oleh Penggugat dalam perkara Nomor 04 / HKI – Merek /
2013 / PN Niaga Sby dengan mana surat kuasa tersebut telah terdaftar di
Kepaniteraan Muda Hukum Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 29 Mei
2013 Nomor 1264 / HK / V / 2013 yang kemudian akselerasikan dengan
SEMA Nomor 2 Tahun 1959 jo SEMA Nomor 6 Tahun 1994, ternyata surat
kuasa Penggugat dalam perkara a quo tidak jelas dan kabur, hal ini dapat
dibuktikan yakni:
a. Tidak menyebutkan kedudukan pihak dalam perkara a quo yakni H.Ali
Khosim sebagai Tergugat pada kuasa Penggugat a quo serta begitu pula
tidak mencantumkan posisi hukum dari Direktur Merek yang juga menjadi
pihak dalam perkara a quo;
b. Telah terjadi ambiquitas yuridis pada surat kuasa Penggugat dimana
Penggugat menyebutkan Herry Susianto dan Istata T. Siddarta bersama-
sama dan masing-masing selaku direktur mewakili direksi bertindak atas
nama PT. Gudang Garam Tbk namun pada kuasa Penggugat dimaksud
tidak menerangkan dan tidak menjelaskan kedudukan hukum (domisili)
dari Direksi yang diwakili oleh Herry Susianto dan Istata T. Siddarta
sebagai Pemberi Kuasa in concreto pada tanda tangan Istata T. Siddarta
terdapat adanya stempel bertuliskan PT. Gudang Garam Tbk Perwakilan
Jakarta sebagai Pemberi Kuasa sedangkan Yosef B Badeoda, SH dkk
selaku Penerima Kuasa PT. Gudang Garam Tbk beralamat di Jalan
Semampir II / 1 Kediri Jawa Timur;
Hal.17 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Dengan demikian Surat Kuasa Penggugat a quo telah terjadi ambiquitas
yuridis dan kekaburan khususnya pada posisi hukum pihak Penggugat
dalam perkara a quo yakni apakah PT. Gudang Garam Tbk yang
beralamat di Jalan Semampir II / 1 Kediri Jawa Timur sebagai
Penggugatnya ataukah PT. Gudang Garam Tbk Perwakilan Jakarta yang
juga sebagai Penggugat padahal bilamana mencermati kedudukan Herry
Susianto dan Istata T. Siddarta mewakili Direksi dalam perkara a quo
seharusnya ada surat kuasa yang memang dikhususkan untuk mewakili
dalam perkara a quo namun faktanya Herry Susianto dan Istata
T.Siddarta justru memberikan kuasa khusus kepada Kantor Pengacara
Acemark Yosef B Badeoda, SH, MH dkk yang seharusnya bukanlah
kuasa khusus yang diberikan kepada Kantor Pengacara ACEMARK
Yosef B Badeoda, SH, MH dkk melainkan kuasa substitusi karena Herry
Susianto dan Istata T. Siddarta telah bertindak mewakili Direksinya. Oleh
karenanya kuasa yang seperti ini tidak memenuhi ketentuan dan syarat
yang dikegorikan sebagai Surat Kuasa Khusus sebagaimana tersebut
diatas sedangkan kuasa Penggugat dalam perkara a quo patut
diklasifikasikan sebagai Surat Kuasa Substitusi maka kuasa yang
diajukan itu secara hukum tidak dapat dipergunakan sepenuhnya sebagai
landasan oleh Penggugat dalam perkara a quo, oleh karenanya
dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Eksepsi mengenai gugatan Pembatalan Merek yang diajukan Penggugat
telah Kadaluarsa;
Bahwa dengan memperhatikan ketentuan Pasal 69 ayat 1 Undang-Undang
RI Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek menyebutkan gugatan pembatalam
pendaftaran Merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak tanggal pendaftaran Merek. Bahwa ketentuan ini dikaitkan dengan
fundamentum petendi gugatan Penggugat butir angka 2 menyatakan sejak
tahun 1979 Merek Gudang Garam terdaftar pada Departemen Kehakiman
Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang Undangan Direktur Paten dan
Hak Cipta tanggal 16 Juli 1980 didaftarkan dalam daftar umum dengan
Nomor 147543 ... dst ... sedangkan gugatan Penggugat di daftarkan di
Kepanirteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya tanggal
29 Mei 2013, sehingga waktu antara tanggal pendaftaran Merek milik
Hal.18 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Penggugat dengan tanggal pendaftaran gugatan pembatalan Merek yang
diajukan Penggugat adalah 33 (tiga puluh tiga) tahun 10 (sepuluh) bulan;
Oleh karenanya gugatan Penggugat telah kadaluarsa (kahar) dan menurut
hukum karena gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun maka gugatan Penggugat a quo harus
dinyatakan ditolak dan atau setidak tidaknya tidak dapat diterima
berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat 1 Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek. Bahwa adanya bukti yang menguatkan tentang Eksepsi
Kadaluarsa tersebut diatas adalah diakuinya oleh Penggugat melalui dalil
fundamentum petendi gugatannya pada butir angka 7 dimana Penggugat
menyatakan diketahui dalam daftar umum Merek Direktorat Jenderal HKI
telah terdaftar Merek Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat dengan
tanggal pendaftaran 21 Maret 2005 dan bilamana dikaitkan dengan tanggal
pendaftaran gugatan Penggugat tentang gugatan pembatalan merek
tertanggal 29 Mei 2013 secara hukum telah melewati jangka waktu 5 (lima)
tahun sebagaimana yang diharuskan oleh Ketentuan Pasal 69 ayat 1
Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek;
4. Eksepsi tentang kekurangan subyek hukum atau pihak yang digugat
serta Penggugat tidak mempunyai Legal Standing atau kepentingan
hukum dalam perkara a quo;
Bahwa menurut asas hukum Legitima Persona Standi In Judicio
menyebutkan suatu gugatan harus diajukan oleh orang / subyek hukum
yang mempunyai hubungan hukum atau kepentingan hukum (legal standing)
dengan orang yang digugat maupun masalah yang disengketakan namun
dalam perkara a quo antara Tergugat dengan Penggugat tidak pernah terjadi
suatu hubungan hukum atau keterkaitan hukum tentang Merek Gudang Baru
+ lukisan milik Tergugat seakan-akan produk tersebut berasal dari
Penggugat sebagaimana yang diuraikan Penggugat di dalam fundamentum
petendi gugatannya padahal Merek Gudang Baru + Lukisan milik Tergugat
maka dengan demikian Merek atas nama Tergugat bukanlah mengadopsi
dari Merek Penggugat. Bahwa selanjutnya karena Tergugat telah melakukan
permohonan pendaftaran Merek Gudang Baru + Lukisan dengan melalui
kuasanya masing-masing bernama Rosmin Jalan Masjid Aljihad Sduri Indah
Gang II / 16 RT. 01 / 06 Kelurahan Jembatan Besi, Jakarta Barat dan Bhakti
Hal.19 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Karmayana & Moelyono Karmayana Jalan Bendungan Hilir X / 12, Jakarta
adalah tidak akan lengkap bilamana kedua orang yang telah menguruskan
Merek atas nama Tergugat tidak ditarik dan diikut sertakan sebagai pihak
Tergugat dalam perkara a quo. Dengan demikian gugatan Penggugat dalam
perkara a quo harus dinyatakan tidak dapat diterima atau ditolak;
Bahwa, terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Surabaya telah memberi putusan Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-
NIAGA.SBY., tanggal 12 September 2013, yang amarnya sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
• Menolak eksepsi Tergugat I;
DALAM POKOK PERKARA:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa merek Gudang Garam milik Penggugat adalah merek
terkenal;
3. Menyatakan merek Gudang Baru + Lukisan atas nama milik Tergugat
yang terdaftar dalam Nomor register IDM000032226 dengan tanggal
pendaftaran 21 Maret 2005 dan Nomor register IDM000042757 tanggal
pendaftaran tanggal 14 Juli 2005 untuk jenis barang di kelas 34
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek Gudang Garam
milik Penggugat Nomor register IDM000384516, IDM00034489,
IDM000344493 dan IDM000014007;
4. Menyatakan Tergugat terbukti telah mendaftarkan merek Gudang Baru +
Lukisan dengan itikad tidak baik karena ingin membonceng ketenaran
merek Gudang Garam milik Penggugat yang sudah terkenal;
5. Membatalkan pendaftaran merek Gudang Baru + Lukisan milik Tergugat
Nomor register IDM000032226 tanggal pendaftaran 21 Maret 2005 dan
Nomor register IDM000042757 tanggal pendaftaran 14 Juli 2005 untuk
jenis barang kelas 34 dari daftar Umum Merek di Diretorat Jenderal HAKI
dengan segala akibat hukumnya;
6. Memerintahkan Turut Tergugat untuk segera mencoret pendaftaran
merek Gudang Baru + Lukisan atas nama Tergugat yang terdaftar
dengan Nomor register IDM000032226 tanggal pendaftaran 21 maret
2005 dan Nomor register IDM000042757 tanggal pendaftaran 14 Juli
Hal.20 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2005 untuk jenis barang di kelas 34 dari Daftar Umum Merek Direktorat
Jenderal HAKI;
7. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara pendaftaran sebesar
Rp.416.000,- (empat ratus enam belas ribu rupiah);
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Surabaya tersebut diucapkan dengan dihadirnya Kuasa Tergugat dan Kuasa
Penggugat pada tanggal 12 September 2013 terhadap putusan tersebut
Tergugat melalui kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 23
September 2013 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 24 September
2013 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 04/
HKI.Merek/2013/PN.Niaga.Surabaya yang dibuat oleh Panitera Pengadilan
Negeri/Niaga Surabaya, permohonan tersebut disertai dengan memori kasasi
yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya tersebut pada
tanggal 01 Oktober 2013;
Bahwa memori kasasi tersebut telah disampaikan kepada Penggugat
pada tanggal 29 November 2013, kemudian Penggugat tidak mengajukan
kontra memori kasasi;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta keberatan-
keberatannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama,
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam
undang-undang, sehingga permohonan kasasi tersebut secara formal dapat
diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:
1. Bahwa Kuasa Hukum Tergugat/sekarang Pemohon Kasasi hadir pada
saat Putusan Perkara Nomor 04/HKI–Merek/2013/PN Niaga Sby,
diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum pada hari
Kamis, tanggal 12 September 2013, dan Kuasa Hukum Tergugat/
sekarang Pemohon Kasasi atas putusan a quo telah mengajukan upaya
hukum Kasasi pada tanggal 24 September 2013 sebagaimana Akta
Pernyataan Permohonan Kasasi Haki Nomor 04/HKI.Merek/2013/
PN.Niaga Surabaya yang dibuat dan ditanda tangani oleh Panitera
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Surabaya tertanggal 24 September
2013;
Hal.21 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2. Bahwa dengan memperhatikan pada ketentuan Pasal 83 ayat 1, 3
Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, maka
Permohonan Kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi telah
memenuhi jangka waktu yang ditentukan, sehingga secara formil
Permohonan Kasasi dan Memori Kasasi dari Pemohon Kasasi patut
untuk diterima;
3. Bahwa Putusan Perkara Nomor 04/HKI–Merek/2013/PN Niaga Sby,
tanggal 12 September 2013, amar putusannya tertulis dan berbunyi
sebagai berikut:
MENGADILI
DALAM EKSEPSI:
• Menolak Eksepsi Tergugat I;
DALAM POKOK PERKARA:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa merek Gudang Garam milik Penggugat adalah
merek terkenal;
3. Menyatakan merek Gudang Baru+ Lukisan atas nama milik Tergugat
yang terdaftar dalam Nomor register IDM000032226 dengan tanggal
pendaftaran 21 Maret 2005 dan Nomor register IDM000042757 tanggal
pendaftaran tanggal 14 juli 2005 untuk jenis barang di kelas 34
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek Gudang Garam
milik Penggugat Nomor register IDM000384516, IDM00034489,
IDM000344493 dan IDM000014007;
4. Menyatakan Tergugat terbukti telah mendaftarkan merek Gudang Baru
+ Lukisan dengan iktikad tidak baik karena ingin membonceng
ketenaran merek Gudang Garam milik Penggugat yang sudah terkenal;
5. Membatalkan pendaftaran merek Gudang Baru+ Lukisan milik Tergugat
Nomor register IDM000032226 tanggal pendaftaran 21 Maret 2005 dan
Nomor register IDM000042757 tanggal pendaftaran 14 Juli 2005 untuk
jenis barang kelas 34 dari Daftar Umum Merek di Direktorat Jenderal
HAKI dengan segala akibat hukumnya;
6. Memerintahkan Turut Tergugat untuk segera mencoret pendaftaran
merek Gudang Baru+ Lukisan atas nama Tergugat yang
terdaftardengan Nomor register IDM000032226 tanggal pendaftaran 21
Hal.22 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Maret 2005 dan Nomor register IDM000042757 tanggal pendaftaran 14
Juli 2005 untuk jenis barang kelas 34 dari Daftar Umum Merek di
Direktorat Jenderal HAKI;
7. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara pendaftaran sebesar
Rp 416.000,00 (empat ratus enam belas ribu rupiah);
4. Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan atas pertimbangan hukum dan
amar Putusan Perkara a quo, karenanya Pemohon Kasasi mengajukan
Permohonan Kasasi dengan alasan – alasan sebagai berikut:
4.1. Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum mengenai
ketentuan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang merek
• Bahwa Pemohon Kasasi/Tergugat dalam Jawaban terhadap
gugatan Termohon Kasasi/Penggugat telah mengajukan
eksepsi mengenai gugatan pembatalan Merek yang diajukan
Termohon Kasasi/Penggugat telah kadaluarsa (kahar), karena
gugatan pembatalan Merek menurut hukum hanya dapat
diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana
diatur dalam Pasal 69 ayat (1) Undang–Undang Nomor 15
Tahun 2001;
• Bahwa terhadap eksepsi berdasarkan Pasal 69 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi/Tergugat ini, Judex Facti dalam
pertimbangan hukum Putusan a quo pada halaman 82-83
menyatakan yang tertulis dan berbunyi:
“Bahwa setelah majelis hakim mempelajari dan mencermati
eksepsi ke-3 (tiga) tersebut, telah nyata bahwa mengenai
kadaluarsa atau tidak mengenai gugatan pembuatan merek
tersebut sudah memasuki dalam pokok perkara, oleh karena
eksepsi tersebut mengaitkan dengan fundamental petendi angka
2 dan angka 7 yang memerlukan pembuktian, oleh sebab itu
eksepsi ini akan dipertimbangkan bersama-sama pokok perkara,
sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa eksepsi ke 3
tersebut juga harus ditolak;” (huruf tebal dan garis bawah dari
Pemohon);
Hal.23 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa Judex Facti dalam pertimbangan hukum atas Pokok
Perkara dalam Putusan a quo pada halaman 84 sampai
dengan 95, sama sekali tidak memuat pertimbangan hukum
terhadap Eksepsi berdasarkan Pasal 69 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi/Tergugat, padahal senyatanya Judex Facti dalam
pertimbangan hukumnya Putusan a quo pada halaman 82-83
menyatakan “eksepsi ini akan dipertimbangkan bersama-sama
pokok perkara”;
• Bahwa dengan tidak dipertimbangkan ketentuan Pasal 69 ayat
(1) Undan-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dengan demikian
senyatanya Putusan Perkara Nomor 04/HKI–Merek/ 2013/
PN.Niaga Sby, tanggal 12 September 2013, belum memutus
pokok perkara karena dalam pertimbangan dalam tentang
eksepsi dipertimbangakan bahwa ketentuan Pasal 69 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merk
mengenai Kadaluarsa menurut Pengadilan dalam Putusan
tersebut sudah masuk dalam perkara pokok;
• Bahwa Judex Facti telah nyata-nyata tidak cukup
mempertimbangkan (onvoldoende gemotiveerd) eksepsi
berdasarkan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/Tergugat
dalam pemeriksaan pokok perkara, karenanya Judex Facti
telah kurang teliti memeriksa perkara baik mengenai soal
penerapan dan penafsiran hukum maupun fakta-fakta kejadian
di muka persidangan. Dengan demikian, berarti Judex Facti
menurut hukum belum pernah memutus yang menyangkut
pokok perkara mengenai Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 dalam pertimbangan hukumnya
Putusan a quo, sehingga terhadap perkara a quo terkualifikasi
hukum sebagai dianggap tidak pernah ada putusan;
• Bahwa sejatinya segala putusan Pengadilan harus memuat
alasan-alasan dan dasar-dasar putusan, namun kenyataannya
lain, yang mana Judex Facti tidak cukup pertimbangan atau
Hal.24 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kurang cukup mempertimbangkan alasan dan bukti yang
termuat dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim Judex
Facti;
2 Judex Facti melakukan kekhilafan atau kekeliruan yang nyata
dalam pertimbangan hukum dalam membuat putusan a quo,
karenanya jelas-jelas melanggar dan bertentangan dengan:
• Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14/1970 yang
diubah dengan Undang-Undang Nomor 35/1999, yang
sekarang diatur dalam Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 yang menyatakan: segala putusan
Pengadilan harus memuat alasan dan dasar-dasar
putusan;
• Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI, yaitu :
⇒ Putusan MA RI Nomor 638 K/Sip/1969 tanggal 21-7-1970,
menegaskan: putusan yang tidak lengkap/kurang cukup
dipertimbangkan, merupakan alasan untuk kasasi dan harus
dibatalkan;
⇒ Putusan MA RI Nomor 1860 K/Pdt/1984 tanggal 14 -10-1985,
menegaskan: putusan yang dijatuhkan dianggap tidak cukup
pertimbangannya, karena tidak mempertimbangkan secara
seksama dalam persidangan;
• Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) tertanggal 31
Mei 1963, Nomor 01 Tahun 1963 Bagian B, maka
tentunya Majelis Hakim Agung dalam Putusan Kasasi a
quo harus pula mempertimbangkan apa yang menjadi
dasar alasan Judex Facti Pengadilan Tinggi tersebut
berpendapat demikian itu.
Bahwa dengan demikian, Judex Facti yang tidak cukup pertimbangan
atau kurang cukup mempertimbangkan apa yang menjadi dasar alasan
Putusan a quo mengakibatkan adanya kesalahan dalam penerapan
hukumnya dan telah jelas-jelas merupakan kekhilafan Judex Facti atau
suatu kekeliruan yang nyata. Karena itu, cukup alasan dan dasar
hukumnya bagi Pemohon Kasasi untuk mengajukan permohonan
Hal.25 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Kasasi agar dapatnya Putusan Nomor 04/HKI–Merek/ 2013/PN Niaga
Sby, tanggal 12 September 2013, tersebut dapat dibatalkan;
3. Gugatan Termohon Kasasi/Penggugat harusnya diajukan
berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan bukannya Pasal 69 ayat (2)
Undang–Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek;
• Bahwa manakala Judex Facti dalam Putusan a quo telah cukup
mempertimbangkan dalam pemeriksaan pokok perkara mengenai
Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001,
tentunya Judex Facti akan membuat pertimbangan hukum
terhadap dalil posita gugatan Termohon Kasasi/Penggugat atas
dasar Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
sebagai tidak cukup alasan dan dasar hukumnya untuk
dikabulkan;
• Bahwa Pendaftaran Merek Gudang Baru dengan IDM Nomor
000042757 (Bukti T–1) dan IDM Nomor 000032226 (Bukti T–2),
keduanya atas nama Pemohon Kasasi/Tergugat, telah dilakukan
sesuai dengan mekanisme/ prosedur yang berlaku, dimana
publikasi kepada masyarakat luas untuk mengajukan keberatan
apabila ternyata merek yang hendak didaftarkan tersebut memiliki
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
lain yang telah terdaftar;
• Bahwa namun ternyata, hingga tenggang waktu 3 (tiga) bulan
masa pengumuman, Termohon Kasasi/Penggugat selaku
pemegang hak merek Gudang Garam yang mengklaim merek
Gudang Garam sebagai merek terkenal tidak ada mengajukan
keberatan atau sanggahannya dari pihak lain in litis Termohon
Kasasi/Penggugat sebagai kompetitornya, padahal sesuai dengan
ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 Tentang Merek, pengumuman dimuat dalam Berita Resmi
Merek yang diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual. Sikap ‘diam’ dari Termohon Kasasi/
Penggugat tersebut mengindikasikan bahwa Termohon Kasasi/
Penggugat sendiri sebagai pihak pemegang hak atas merek
Gudang Garam tidak bersifat proaktif dalam melindungi mereknya
Hal.26 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dari setiap upaya peniruan yang mungkin saja dilakukan oleh
pihak lain atau kompetitornya;
• Bahwa sikap ‘diam’ Penggugat/Termohon Kasasi ini dinilai sebagai
sikap untuk siap berkompetisi dengan pelaku pasar di bidang
industri rokok kretek di Indonesia, khususnya dengan pelaku bisnis
rokok kretek di wilayah Jawa Timur. Akan tetapi ketika bisnis
merek Gudang Baru milik Tergugat/Pemohon Kasasi ini telah
mendapatkan pangsa pasar yang potensial secara bersaing
dengan sehat dengan rokok merek Gudang Garam dan merek
dagang rokok kretek lainnya, pihak Penggugat/Termohon Kasasi
ini ternyata tidak siap bersaing dengan Merek Gudang Baru milik
Tergugat/ Pemohon Kasasi lalu mengajukan gugatan pembatalan
pendaftaran merek berdasarkan ketentuan Pasal 69 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, setelah
10 (sepuluh) tahun Merek Gudang Baru memperoleh Sertifikat
Merek dengan IDM Nomor 000042757 (Bukti T–1) dan IDM Nomor
000032226 (Bukti T–2);
• Bahwa tindakan Penggugat/ Termohon Kasasi tersebut tidak
hanya semata-mata dikarenakan Gudang Baru yang telah terdaftar
tahun 1995 dan telah diperpanjang pendaftarannya pada tahun
2005 memiliki persamaan pada pokoknya, akan tetapi Penggugat/
Termohon Kasasi telah menggugat Tergugat/Pemohon Kasasi
untuk mematikan merek Gudang Baru sebagai kompetitornya.
Padahal seharusnya Penggugat harus mengajukan keberatan
ketika pendaftaran merek Gudang Baru diumumkan dalam Berita
Resmi Merek atau alternatif lainnya Penggugat/Termohon Kasasi
dapat langsung mengajukan gugatan pembatalan merek Gudang
Baru ketika Tergugat/ Pemohon Kasasi menggunakan merek
Gudang Baru tersebut dalam produk rokok kreteknya tersebut.
Dalam hal ini, ketentuan yang berlaku bagi Penggugat/Termohon
Kasasi seharusnya memperhatikan ketentuan Pasal 69 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek dan bukan
ketentuan Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001.
Hal.27 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3. Pembatalan merek Gudang Baru milik Pemohon Kasasi/
Tergugat dengan menggunakan Pasal 69 ayat (2) Undang–
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek merupakan
bentuk terselubung persaingan usaha tidak sehat;
• Bahwa tindakan Penggugat/Termohon Kasasi yang baru
mengajukan gugatan pembatalan merek Gudang Baru milik
Tergugat/Pemohon Kasasi setelah lebih kurang 10 tahun
berkompetisi di pasar dengan merek Gudang Garam milik
Penggugat/Termohon Kasasi dengan menggunakan Pasal
69 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang
Merek adalah merupakan bentuk penyalahgunaan hak gugat
dari pemegang hak atas suatu merek untuk menghancurkan
kompetitornya, padahal maksud dan tujuan dari pembentuk
Undang-Undang Tentang Merek membuat ketentuan Pasal
69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang
Merek dengan memberi tenggang waktu 5 (lima) tahun untuk
mengajukan pembatalan suatu merek terdaftar agar tidak
terjadi persaingan usaha yang tidak sehat;
• Bahwa tindakan Penggugat/Termohon Kasasi selaku
pemegang hak atas Merek Gudang Garam yang merupakan
perusahaan besar menggugat pembatalan merek Gudang
Baru memiliki efek sosio ekonomis. Pembatalan Merek
Gudang Baru akan mengakibatkan produksi berhenti dan
ribuan karyawan Tergugat/Pemohon Kasasi akan kehilangan
pekerjaan dan jumlah pengangguran di Indonesia akan
bertambah;
• Bahwa rokok kretek Gudang Baru dibuat untuk kelas pasar
tersendiri dan jika rokok kretek Gudang Baru tidak lagi
berproduksi, maka masyarakat tidak memiliki alternatif pilihan
rokok kretek dengan harga bersaing selain dari produk
Gudang Garam. Padahal, rokok kretek Gudang Baru milik
Tergugat/Pemohon Kasasi memiliki harga yang terjangkau
dan memiliki segmen kelas konsumen tersendiri. Tindakan
Penggugat/Termohon Kasasi yang baru menggugat
Hal.28 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pembatalan merek Gudang Baru berdasarkan Pasal 69 ayat
(2) yang tidak memiliki tenggang batas untuk mengajukan
gugatan bertujuan untuk merebut dan menjarah konsumen
Gudang Baru. Oleh karena itu, pembatalan merek Gudang
Baru merupakan bentuk terselubung dari persaingan usaha
tidak sehat karena seharusnya Penggugat/Termohon Kasasi
ini telah menggunakan hak gugatnya tersebut berdasarkan
Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek dan bukannya menunggu hingga Merek
Gudang Baru telah dikenal di pasar oleh konsumennya dan
dihancurkan dengan alasan terdapat persamaan merek pada
pokoknya atau keseluruhannya dan merek Gudang Baru
akan mengecohkan konsumen;
3. Tidak Terbukti Bahwa Konsumen Terkecoh Dan Menimbulkan
Kebingungan Untuk Memilih Antara Rokok Kretek Merek
Gudang Garam Dengan Rokok Kretek Merek Gudang Baru
• Bahwa Penggugat/Termohon Kasasi selaku pemegang hak
atas merek Gudang Garam adalah perusahaan besar
dengan modal besar yang telah begitu gencar
mempromosikan rokok kretek merek Gudang Garam di
wilayah geograpis Indonesia dan juga mendalilkan telah
mendaftarkan merek Gudang Garam di beberapa negara
lainnya. Dengan demikian, konsumen sebenarnya tidak akan
terkecoh dengan merek Gudang Baru meskipun
penjualannya dilakukan pada tempat yang sama. Hal ini
dikarenakan ada persaingan dari segi harga rokok kretek
merek Gudang Garam dengan merek Gudang Baru. Dengan
demikian, tidak benar konsumen telah terkecoh dengan
merek Gudang Baru milik Tergugat/Pemohon Kasasi, karena
dari segi harga saja rokok kretek dengan merek Gudang
Baru jauh lebih terjangkau dari merek Gudang Garam;
• Bahwa Judex Facti tidak cukup mempertimbangkan
(onvoldoende gemotiveerd) dalam pertimbangan hukumnya
mengenai persamaan pada pokoknya Merek Gudang Baru
Hal.29 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dengan Merek Gudang Garam, karena Judex Facti telah
kurang teliti memeriksa perkara baik mengenai soal
penerapan dan penafsiran hukum “persamaan pada
pokoknya” dihubungkan dengan fakta–fakta rokok kretek
Merek Gudang Baru yang memiliki segmen kelas pasar/
konsumen tersendiri dan harga yang jauh lebih terjangkau
konsumen dari Merek Gudang Garam, padahal Judex Facti
dalam pertimbangan hukumnya Putusan a quo pada
halaman 89 menyatakan:
“Menimbang, bahwa persamaan keseluruhan elemen dan
persamaan pada pokoknya secara keseluruhan paling tidak harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
• Terdapat persamaan elemen merek secara keseluruhan;
• Persamaan jenis dan produksi dan kelas barang atau jasa;
• Persamaan wilayah atau segmen perusahaan;
• Persamaan cara dan perilaku pemakaian;
• Persamaan cara pemeliharaan;
• Persamaan jalur pemasaran;“
(garis bawah dan huruf tebal dari Pemohon Kasasi);
Bahwa senyatanya antara Merek Gudang Baru dengan Merek
Gudang Garam terdapat perbedaan yang menonjol sebagai daya
pembeda, baik yang mencakup wilayah/segmentasi perusahaan dan
segmentasi pasar/konsumen, sehingga konsumen tidak akan
terkecoh;
3. Tidak terbukti Pemohon Kasasi/Tergugat memiliki itikad tidak
baik dengan membonceng keterkenalan merek Gudang
Garam;
• Bahwa sebagaimana telah diuraikan Pemohon Kasasi pada butir
4.3. tersebut di atas, Merek Gudang Baru + Lukisan dengan
Sertifikat Merek dengan IDM Nomor 000042757 (Bukti T–1) untuk
melindungi jenis barang rokok kretek dalam kelas barang 34 dan
Merek Gudang Baru + Lukisan dengan Sertifikat Merek dengan
IDM Nomor 000032226 (Bukti T–2) untuk melindungi jenis barang
rokok kretek dalam kelas barang 34 atas nama Pemohon Kasasi/
Hal.30 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Tergugat telah terdaftar dalam Daftar Umum Merek sejak tahun
1995 dan diperpanjang tahun 2005, berarti secara hukum telah
memenuhi hasil pemeriksaan substantif yang dilakukan Pemeriksa
Merek, dimana dalam pemeriksaan substantif perihal
pertimbangan ada tidaknya niat membonceng/itikad tidak baik dari
Pemohon Kasasi/Tergugat selaku Pemohon Merek Gudang Baru
juga telah diteliti dan dijadikan pertimbangan hukum, serta juga
dilaksanakan publikasi kepada masyarakat luas untuk mengajukan
keberatan apabila ternyata Merek Gudang Baru yang hendak
didaftarkan tersebut memiliki persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek lain yang telah terdaftar in litis
Termohon Kasasi/Penggugat sebagai kompetitornya;
• Bahwa senyatanya Judex Facti telah mengesampingkan fakta
18 (delapan belas) atau 10 (sepuluh) tahun sikap “diam”
Termohon Kasasi/Penggugat selama ini yang mengindikasikan
tidak bersifat proaktif dalam melindungi mereknya dari setiap
upaya peniruan dan dinilai sebagai sikap untuk siap
berkompetisi dengan pelaku pasar di bidang industri rokok
kretek di Indonesia, karena Judex Facti telah tidak memeriksa
dan tidak menjadikan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dalam pertimbangan
hukumnya Putusan a quo, karenanya Judex Facti nyata-nyata
telah salah dalam menerapkan hukumnya, justru sebaliknya
Judex Facti malah menerapkan Pasal 69 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dalam
pertimbangan hukumnya Putusan a quo. Padahal hakikinya,
Termohon Kasasi/Penggugat memiliki itikad buruk dengan
mendalilkan Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 sebagai dalil gugatan adalah merupakan bentuk
penyalahgunaan hak gugat dari pemegang hak atas suatu
merek untuk menghancurkan kompetitornya;
• Bahwa senyatanya Judex Facti tidak cukup
mempertimbangkan (onvoldoende gemotiveerd) dalam
pertimbangan hukumnya pada pokok perkara dengan tidak
Hal.31 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
memeriksa dan tidak menjadikan Pasal 69 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001, sehingga Judex Facti salah
menerapkan hukumnya Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 mengenai “itikad tidak baik”
dihubungkan dengan “persamaan pada pokoknya” dan
“merek terkenal” sesuai Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 sebagai justifikasi
pembenaran “legal reasoning” yang didalilkan Termohon
Kasasi/Penggugat menjadi pertimbangan hukumnya putusan
a quo pada halaman 91 yang menyatakan :
“Mengenai bentuknya sama, komposisi tulisan Garam dan Gudang
ada kemiripan, gaya penulisan dan bunyi ucapan mempunyai
intonasi penyebutan yang sama, komposisi warna merah dan biru
yang sangat menonjol atas persamaan tersebut serta cara
peletakan gambar di dua merek rokok tersebut sama dengan
gambar logo gudang dan rel kereta. Jadi bila dilihat secara
keseluruhan antara rokok Gudang Garam dengan rokok Gudang
Baru didapat kemiripan yang didasarkan pada warna merek,
gambar gudang dan rel kereta, susunan kata dan bunyi kata,
sehingga bila disejajarkan maka dapat menimbulkan kebingungan
yang nyata atau menyesatkan pada konsumen atau masyarakat
yang menggunakannya seolah-olah merek tersebut dari produser
yang sama, sehingga majelis hakim berpendapat merek rokok
Gudang Garam dengan daftar Nomor IDM000384516;
IDM00034489; IDM000344493 dan Nomor IDM000014007 kelas
barang dan jasa 34 mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek milik PR. Gudang Baru Nomor
daftar IDM000032226 dan Nomor daftar IDM000042757 dengan
kelas dan jasa 34, hal mana milik Penggugat yang sudah terdaftar
lebih dahulu untuk barang dan jasa 34 Sigaret Kretek yang sejenis,
demikian pula pihak Tergugat telah terbukti terlihat unsur iktikad
tidak baik dengan membonceng ketenaran merek rokok milik
Penggugat tersebut;“
(garis bawah dan huruf tebal dari Pemohon)
Hal.32 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa senyatanya Judex Facti tidak cukup
mempertimbangkan (onvoldoende gemotiveerd) dalam
pertimbangan hukumnya pada pokok perkara dengan tidak
memeriksa dan tidak menjadikan Pasal 69 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001, sehingga Judex Facti salah
menerapkan hukum pada Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 mengenai “itikad tidak baik” yang
dihubungkan dengan “persamaan pada pokoknya” dan
“merek terkenal” sesuai Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-
Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001, sebagai justifikasi/
pembenaran terhadap “Gudang Garam adalah Merek
Terkenal” yang didalilkan Termohon Kasasi/Penggugat
menjadi pertimbangan hukum Judex Facti dengan
mengesampingkan Bukti T-9 dan T-10 sebagaimana
tercantum dalam pertimbangan hukum putusan a quo pada
paragraf 5 halaman 93 yang tertulis dan berbunyi :
“Menimbang, bahwa untuk Bukti T-9, T-10 Sertifikat Merek
Singapura dan Merek Malaysia sehingga mendapat pengakuan
dari dua negara dimaksud, namun ketenaran dan keterkenalan
dua negara tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti lain, sehingga
patut untuk dikesampingkan”;
Bahwa pada dasarnya dalam pertimbangan hukum Judex Facti di
atas, tersirat pengakuan Judex Facti terhadap Merek Gudang Baru
sebagai “Merek Terkenal”, namun dengan mengesampingkan
Bukti T-9 dan T-10 menunjukkan kekhilafan Judex Facti dalam
memaknai “persamaan pada pokoknya” dihubungkan dengan
“Merek Terkenal”. Karena pada hakekatnya, Bukti T-9 dan T-10
menegaskan bahwa Negara Singapura dan Negara Malaysia
mengakui antara Merek Gudang Baru dengan Merek Gudang
Garam nyata–nyata didapat “daya pembeda” atau “Tidak Terdapat
Persamaan Pada Pokoknya”, sehingga ironis manakala negara
sendiri melalui Judex Facti dalam pertimbangan hukumnya
putusan a quo menyatakan “terdapat persamaan pada pokoknya
Merek Gudang Baru dengan Gudang Garam”;
Hal.33 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa selain itu, Bukti T-9 dan T-10, menegaskan pengakuan
Negara Singapura dan Negara Malaysia frasa kata “gudang”
merupakan kata-kata umum yang memiliki arti, sehingga tidak bisa
diklaim, dimonopoli dan dimiliki oleh siapapun termasuk pihak
Termohon Kasasi/Penggugat sebagaimana didalilkannya, karena
Merek Gudang Garam itu adalah satu kesatuan atau gabungan
dua frasa kata yaitu “Gudang” dan “Garam”, sehingga frasa kata
“Gudang” bukanlah Merek karena tidak memiliki “daya pembeda”,
karenanya ketika frasa kata “Gudang” digabung “Garam”
disandingkan dengan frasa kata “Gudang” digabung dengan
“BARU” maka jelas didapat “Daya Pembeda”;
Bahwa senyatanya, bila disejajarkan Bukti P-4.1 sampai dengan
P-4.4, P-7, P-8.1 sampai dengan P-8.4 dari Penggugat/Termohon
Kasasi dengan Bukti T-1, T -2 dari Tergugat/Pemohon Kasasi, dan
Bukti TT-1, Bukti TT-2 dari Turut Tergugat, tampak adanya Daya
Pembeda, karena itu penerbitan Sertifikat Merek Bukti T-1, T-2
telah sesuai dengan mekanisme/prosedur yang berlaku
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001;
Bahwa dengan disandingkan/disejajarkannya Bukti P-4.1 sampai
dengan P-4.4, P-7, P-8.1 sampai dengan P-8.4 dari Penggugat/
Termohon Kasasi dengan Bukti T-1, T-2 dari Tergugat/Pemohon
Kasasi, dan Bukti TT-1, Bukti TT -2 dari Turut Tergugat, didapat
daya pembeda antara Merek Gudang Baru dengan Merek Gudang
Garam yang menunjukkan dan membuktikan Tidak Ada
Persamaan Pada Pokoknya antara Merek Gudang Baru dengan
Merek Gudang Garam, sehingga penerbitan Sertifikat Merek Bukti
T-1, T-2 telah sesuai dengan mekanisme/ prosedur yang berlaku
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001, karena itu didapat “daya pembeda” yang dilihat dari bentuk
dan komposisi huruf, gaya penulisan, ejaan, bunyi ucapan,
komposisi warna dan cara peletakan gambar/lukisan gudang,
yaitu :
GUDANG BARU
Hal.34 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
GUDANG GARAM
Bukti P–4.2, Bukti P–3.60, Bukti P – 3.64 dan Bukti P – 3.71
Bukti T–1 dan Bukti T–2
Gambar/Lukisan :
GUDANG berderet berjumlah LIMA di depannya ada REL
KERETA dengan bentuk melengkung; ATAP GUDANG
berbentuk SEGITIGA; terdapat GARIS–GARIS TIPIS
horisontal di atas Atap Rumah.
Gambar/Lukisan :
GUDANG berderet
berjumlah DUA di
depannya ada JALAN
dengan MARKA
JALAN; ATAP
GUDANG berbentuk
SETENGAH
LINGKARAN; di atas
ATAP GUDANG TIDAK
ADA garis–garis
horisontal hanya
berlatar WARNA
PUTIH.
Bentuk, komposisi huruf :
ada tulisan huruf kecil dengan ejaan lama “tjap”; tulisan
GUDANG dalam bentuk huruf KAPITAL; tulisan GARAM
dalam bentuk huruf LATIN; dengan komposisi huruf tulisan
GUDANG diletakkan di atas tulisan GARAM, dan tulisan
GARAM lebih besar bentuknya dari tulisan GUDANG.
Bentuk, komposisi
huruf:
Tidak ada tulisan huruf
kecil dengan ejaan
lama “tjap”; tulisan
GUDANG BARUdalam
bentuk huruf KAPITAL,
dengan komposisi huruf
tulisan GUDANG
diletakkan di atas
tulisan BARU, dan
bentuk dari tulisan
GUDANG lebih besar
dari tulisan BARU
(Bukti T-1); tulisan
Hal.35 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
GUDANG BARUdalam
bentuk huruf LATIN
dengan komposisi huruf
tulisan GUDANG
diletakkan di atas
tulisan BARU, dan
bentuk dari tulisan
GUDANG dan tulisan
BARU komposisinya
berimbang. (Bukti T-2)
Cara penempatan/peletakan gambar :
Gambar/Lukisan yang diuraikan di atas, dibingkai dengan
bentuk PERSEGI PANJANG, yang penempatan atau
peletakannya di atas tulisan huruf “Tjap GUDANG GARAM”
Cara penempatan/
peletakan gambar:
Gambar/Lukisan yang
diuraikan di atas
penempatan/
peletakannya di atas
tulisan huruf GUDANG
BARUyang dibingkai
masuk dalam
LINGKARAN (Bukti T –
1)
Gambar/Lukisan yang
diuraikan di atas
dibingkai dengan
bentuk JAJARAN
GENJANG yang
keempat sisinya sama
panjang, yang
penempatan/
peletakannya di atas
tulisan huruf GUDANG
Hal.36 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
BARU(Bukti T – 2)
Nama :
secara jelas kasat mata merek yang terdaftar dalam daftar
umum merek milik TERGUGAT adalah GUDANG
BARUsedangkan merek milik PENGGUGAT adalah
Gudang Garam.
Nama :
secara jelas kasat mata
merek yang terdaftar
dalam daftar umum
merek milik
TERGUGAT adalah
GUDANG
BARUsedangkan
merek milik
PENGGUGAT adalah
Gudang Garam.
Kata :
Kata GUDANG GARAMjelas-jelas dari morfologi bahasa
baik berupa pengucapan tentunya sangat berbeda dengan
kata GUDANG BARU.
Kata :
Kata GUDANG
BARUjelas-jelas dari
morfologi bahasa baik
berupa pengucapan
tentunya sangat
berbeda dengan kata
GUDANG GARAM.
Angka – angka :
Pada merek GUDANG GARAM tidak ada huruf yang
ditampilkan berupa angka 12
Angka – angka :
Pada merek GUDANG
BARUhuruf yang
ditampilkan berupa
angka 12 dalam bentuk
miring sedang pada
merek milik
PENGGUGAT tidak
ada.
Komposisi warna :
Merah, biru tua, putih.
Komposisi warna :
merah, biru, hitam,
kuning emas, putih.
Hal.37 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4. Bahwa oleh karena itu cukup alasan dan dasar hukumnya bagi Pemohon
Kasasi/Tergugat memohon kepada Ketua Mahkamah Agung Rl atau Majelis
Hakim Agung Pemeriksa Kasasi ini untuk membatalkan Putusan Pengadilan
Niaga Pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 04/HKI–Merek/2013/PN
Niaga Sby, tanggal 12 September 2013, dan mengadili sendiri;
Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah
Agung berpendapat:
Bahwa keberatan Pemohon Kasasi dapat dibenarkan oleh karena Judex
Facti/Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya telah keliru dalam
menerapkan hukum yaitu terkait dengan pertimbangan :
• Tentang adanya itikad tidak baik:
Dalam kaitan ini Judex Facti telah tidak cermat dalam menyatakan tentang
adanya itikad baik sebagai berikut sebagaimana dikemukakan oleh Turut
Tergugat, bahwa mengenai hal itu sudah dipertimbangkan saat
pemeriksaan administratif, pemeriksaan substantif/sesuai kewenangan
Dirjen HKI, Pasal 3 dan Penggugat/Termohon Kasasi tidak memiliki data
hasil penelitian tentang adanya itikad tidak baik;
Bahwa merek Tergugat/Pemohon Kasasi -Gudang Baru sudah terdaftarkan
dalam Daftar Umum Merek dan berita resmi Merek;
• Tentang adanya persamaan pada pokoknya:
Bahwa pertimbangan Judex Facti tentang adanya persamaan pada
pokoknya sangat tidak tepat sebagai berikut bila dicermati merek dan
gambar yang digunakan Tergugat/Pemohon Kasasi ternyata tidak ada
persamaan bentuk, cara penempatan dan persamaan bunyi (similarity in
sound) yang dapat menimbulkan adanya kerancauan;
• Mengenai putusan pidana yang dikemukakan Penggugat/Termohon
Kasasi tidak jelas apakah putusan tersebut sudah berkekuatan hukum
tetap;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
Mahkamah Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi H. ALI KHOSIN, SE., tersebut dan
membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya,
Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-NIAGA.SBY., tanggal 12 September 2013,
Hal.38 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri dengan amar
sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi dikabulkan, maka Termohon Kasasi harus dihukum untuk membayar
biaya perkara pada semua tingkat peradilan;
Memperhatikan, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi H. ALI KHOSIN,
SE., tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Surabaya, Nomor 04/HKI-MEREK/2013/PN-NIAGA.SBY., tanggal 12 September
2013;
MENGADILI SENDIRI
DALAM EKSEPSI:
• Menolak eksepsi Tergugat I;
DALAM POKOK PERKARA :
• Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
Menghukum Termohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya
perkara dalam semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
pada Mahkamah Agung pada hari Selasa tanggal 22 April 2014 oleh Prof. Dr.
VALERINE J.L. KRIEKHOFF, SH., MA., Hakim Agung yang ditetapkan oleh
Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr. ABDURRAHMAN,
SH., MH., dan H. SOLTONI MOHDALLY, SH., MH., Hakim-Hakim Agung,
masing-masing sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh
Anggota - Anggota tersebut dan oleh NAWANGSARI, SH., MH., Panitera
Hal.39 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pengganti tanpa dihadiri oleh para pihak.
Anggota-Anggota, K e t u a,
Ttd/ Prof. Dr. VALERINE J.L. KRIEKHOFF, SH., MA.
Ttd/ Prof. Dr. ABDURRAHMAN, SH., MH.,
Ttd/ H. SOLTONI MOHDALLY, SH., MH.
Panitera Pengganti
Biaya-biaya: Ttd/ NAWANGSARI, SH., MH.
1. Meterai : Rp 6.000,002. Redaksi : Rp 5.000,003. Administrasi
Kasasi : Rp 4.989.000,00 +Jumlah : Rp 5.000.000,00
Untuk Salinan Mahkamah Agung R.I.
a.n. Panitera Panitera Perdata Khusus
Rahmi Mulyati, SH.MH NIP : 19591207 1985 12 2 002
Hal.40 dari 40 hal. Put. Nomor 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40