perpetaan
-
Upload
hafiz-fikri -
Category
Documents
-
view
2.051 -
download
2
Transcript of perpetaan
1.1 Definisi
Pemetaan adalah suatu proses untuk melakukan pengumpulan (pengukuran), pengolahan dan penyajian data dari sebagian atau seluruh permukaan bumi.
1
Disiplin surveying dapat digolongkan menjadi :1. Geodetic surveying, meliputi penentuan bentuk
dan ukuran bumi, medan gravitasi dan pembuatan jaringan kontrol pemetaan.
2. Plane surveying, meliputi pengukuran dalam areal yang terbatas, sehingga efek kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan.
3. Photogrammetry, meliputi aspek-aspek pengukuran dan pemetaan dari foto udara, teknik penginderaan jauh.
4. Cartography, meliputi seni, ilmu dan teknologi pembuatan peta.
2
Plane surveying dapat digolongkan menjadi:. 1. Topographic surveying, yaitu pemetaan
permukaan bumi fisik dan kenampakan hasil budaya manusia. Unsur relief disajikan dalam bentuk garis kontur.
Produk dari topographic
surveying
3
2. Cadastral surveying, pengukuran untuk menentukan posisi batas-batas pemilikan tanah (persil), pendaftaran hak atas tanah dan kepastian hukum pemilikan tanah (sertifikat).
3. Engineering surveying, mencakup pemetaan topografi skala besar, sebagai dasar dari desain rekayasa seperti jalan, jembatan, bangunan gedung, jalan layang, bendungan dan lain-lain.
4. Mining surveying, mencakup teknik-teknik khusus yang diperlukan untuk menentukan posisi-posisi dan gambar proyeksi obyek di bawah tanah (tambang dalam) maupun di permukaan bumi (tambang terbuka).
5. Hidrographic surveying, berkaitan dengan areal permukaan dan bawah air. 4
II. PETA DAN SKALA
2.1 PetaPeta adalah gambaran dari sebagian atau seluruh permukaan bumi ke dalam bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu.
Skala : perbandingan antara jarak di peta dengan jarak yang sebenarnya di lapangan.
Sistem proyeksi : kaitannya dengan proses hitungan dan cara menggambarkan bumi yang bentuknya men-dekati elipsoid menjadi gambar yang datar.
Gambar yang tidak me-menuhi kedua kriteria di atas, tidak dapat dikate-gorikan sebagai peta.
5
2. Peta foto adalah peta yang disajikan dalam bentuk foto yang telah direktifikasi sedemikian rupa, sehingga skalanya seragam (ortogonal).
3. Peta digital adalah peta dalam bentuk data digital. Hasil cetakan dari peta digital pada dasarnya adalah peta garis (bila berbentuk vektor) ataupun peta foto (jika berbentuk citra / foto).
6
B.Berdasarkan jenis informasi atau isi yang disajikan serta fungsinya :
1. Peta Topografi adalah peta yang menyajikan informasi ketinggian dan planimetri secara lengkap sesuai dengan skalanya.
Informasi ketinggian meliputi data tinggi dan data kontur topografi, sedangkan informasi planimetri berupa unsur topografi yang ada di permukaan bumi, baik unsur alam dan buatan manusia.
7
a. Menyajikan informasi secara umum dan yang bersifat teknis dengan lebih mendasar.
b. Menitikberatkan pada masalah posisi (koordinat), sehingga informasi tentang sistem proyeksi peta harus tercantum di dalamnya.
c. Dapat dijadikan acuan (referensi) posisi bagi keperluan pemetaan lainnya, sehingga peta topografi sering disebut juga sebagai peta dasar / induk (base map).
Salah satu contoh peta topografi adalah petaRupa Bumi Indonesia(RBI) yang diterbitkanoleh Bakosurtanal
Sifat peta topografi :
8
2. Peta Tematik adalah peta yang menyajikan informasi yang terbatas, sesuai dengan tema atau-pun kebutuhan informasi tertentu.
Dapat berupa suatu peta turunan dari peta topografi.Sifat peta tematik :a. Lebih menekankan pada informasi yang akan
disampaikan.b. Ketelitian posisi bukan menjadi prioritas. c. Tidak dapat dijadikan acuan posisi (referensi)
bagi keperluan pemetaan lainnya
Contoh : Peta Geologi, Peta Curah Hujan, Peta Kesuburan Tanah dll.
9
C. Berdasarkan skala
1. Peta skala kecil : peta yang menyajikan data dalam ukuran kecil, sehingga tingkat penyederhanaan penyajian data sudah semakin membesar.
Luas daerah / kota sudah tidak dapat digambarkan secara rinci, hanya dapat diwakili dengan simbol titik.
Hanya dapat meng-gambarkan jalan protokol, sungai besar, laut, danau, Kehutanan, dsb.
Contohnya : Peta skala 1 : 500.000,
1 : 1.000.000 atau skala yang lebih kecil lagi dan Atlas. 10
2. Peta skala sedang : peta yang dapat menyajikan gambar dalam ukuran yang semi rinci.
Sudah mulai ada pengelompokan data rinci dan sejenisnya ke dalam kelompok data.
Misalnya : Beberapa rumah
digabung menjadi satu kelompok data pemukiman.
Lebar jalan sudah disederhanakan, jalan digambarkan dengan satu garis.
Contoh peta skala 1:250.000 (Peta Geologi Regional), 1:100.000, 1:50.000, 1:25.000 (Peta RBI).
11
3. Peta skala besar : peta yang dapat menyajikan gambar dalam ukuran besar, sehingga data topografi dapat digambarkan secara rinci.
Contohnya peta skala 1 : 10.000, 1 : 5.000, 1 : 1.000, 1 : 500 dan skala yang lebih besar lagi.
Misalnya pada peta skala 1 : 1.000, batas rumah, lebar jalan raya dapat digambarkan dengan jelas dan sesuai ukurannya.
Digunakan untuk pekerjaan teknis.
12
2.2 Skala peta◊ Angka perbandingan antara jarak
dua titik di peta dengan jarak antara dua titik di lapangan.
A.Klasifikasi skala berdasarkan cara penyajian :
1.Skala angka (numeris) merupakan suatu cara penyajian skala peta dengan menuliskan langsung besaran skala tersebut.
Contoh skala numeris 1:100.000, 1:250.000 dst. 13
2. Skala garis (grafis) adalah suatu bentuk penyajian skala peta di atas garis lurus yang mempunyai panjang tertentu.
Pada sisi garis yang satu dituliskan panjang garis tersebut di peta (dalam satuan cm) serta pada sisi yang lain dituliskan panjang garis tersebut di lapangan (dalam satuan m / km), sehingga kedua panjang garis tersebut mempunyai perbandingan yang sesuai dengan angka perbandingan skala peta tersebut.
14
Gambar 2.5 Skala garis
Pada gambar di atas, jarak 2 km digambarkan dengan panjang garis 2 cm, sehingga antara keduanya terdapat angka perbandingan 2 cm : 2 km = 2 cm : 200.000 cm = 1 : 100.000
Jadi skala garis tersebut menyatakan skala 1:100.000
0 2 4 6 8 Km
4 82 60 Cm
15
Kelebihan dan kelemahan masing-masing skala
Skala Kelebihan Kelemahan
Skala Numeris
Mudah dibaca oleh setiap pemakai peta
Tidak dapat mengontrol kebenaran skala suatu peta yang telah mengalami perubahan baik karena cuaca ataupun akibat pencetakan peta.
Skala Garis
Ikut berubah (membesar atau mengecil) sesuai dengan perubahan bahan dasar (kertas) peta.
Sulit untuk dibaca secara langsung
16
Rangkuman :◊ Isi, ketelitian dan penggunaan peta
berhubungan erat dan tergantung dari skala.
◊ Semakin besar skala suatu peta, akan semakin teliti dan semakin lengkap data yang dapat disajikannya.
◊ Dapat disimpulkan bahwa skala peta secara langsung akan menentukan rinci (detail) atau tidaknya informasi yang disajikan.
◊ Skala juga dipilih dan disesuaikan dengan besar kecilnya dan tujuan pekerjaan yang akan dilakukan.
17
2.3 Fungsi dan Tujuan Pemetaan Fungsi utama peta adalah untuk memberi informasi
Tujuan pembuatan peta adalah untuk mengetahui bagaimana dan apa saja unsur permukaan bumi suatu daerah dalam pandangan yang kecil, tanpa mendatangi daerah tersebut.
Peta yang baik adalah peta yang mudah dibaca dan dipelajari.
Data yang tersaji di peta harus selengkap mungkin (sesuai dengan skala), sehingga pengguna peta dapat memanfaatkannya.
18
III. INSTRUMEN UKUR TANAH
Teodolit• Didesain untuk mengukur
sudut
• Dapat dipakai untuk pengukuran jarak secara optis dan pengukuran beda tinggi.
• Dengan kemajuan teknologi saat ini telah dapat dibuat teodolit tipe baru yaitu teodolit laser, sehingga dapat dipakai pada tempat-tempat yang gelap, seperti dalam terowongan, tambang dalam dll. 19
Ukur tanah Dimulai dari arah
utara (sumbu Y+ ) ke arah timur (sumbu X+)
searah putaran jarum jam.
Urutan kuadran searah jarum jam
Azimut adalah sudut yang dimulai dari arah utara, berputar searah dengan jalannya jarum jam dan diakhiri pada jurusan yang bersangkutan.
Karena sudut ini menyatakan suatu jurusan, maka azimut dinamakan juga sudut jurusan.
20
Matematika dalam Ukur Tanah
Dari segitiga ABC didapat hubungan sbb :
Gambar 4.2 Segitiga siku-siku di A
C
A B
ba
c
21
4.2 Parameter Ukur Tanah
Data ukuran yang diperoleh (parameter pengukuran) dalam ukur tanah adalah :1. Sudut : sudut horisontal dan
sudut vertikal2. Azimut (sudut arah)3. Jarak : jarak horisontal (datar)
dan jarak vertikal (beda tinggi)
22
1a. Sudut Horisontal
Selisih dari dua arah dari dua buah target.
Berdasarkan jumlahnya, sudut horisontal dibagi menjadi sudut tunggal dan sudut banyak.
Berdasarkan jenisnyanya, sudut horisontal dibagi menjadi sudut dalam dan sudut luar.
Gambar 4.5 Sudut dalam
23
Pengukuran sudut tunggal ada dua cara yaitu :1.Cara pengukuran tunggal.2.Cara pengukuran seri (rangkap).
Pengukuran cara pengukuran tunggalMisal yg akan diukur sudut B yang arahnya A dan
Gambar 4.6Pengukuran sudut di B dengan target di A dan C
B
C = R2
A = R1
24
1.b. Sudut Vertikal
Sudut antara arah horisontal dan target yang dibidik.
Diperlukan untuk mengkonversikan jarak miring menjadi jarak mendatar.
Sistem pembacaan piringan vertikal pada alat teodolit belum tentu sama.
Adakalanya merupakan bacaan sudut zenit, namun adakalanya bacaan sudut helling.
25
3. Pengukuran Jarak Optis
• Pengukuran jarak optis dapat dilakukan dengan teropong (teodolit, sipat datar, BTM, plane table dll) yang dilengkapi dengan garis bidik dan stadia (benang silang).
• Pengukuran jarak secara optis sering disebut juga pengukuran jarak secara tidak langsung.
26
Dari gambar 5.6 dan 5.7, dapat dilihat bahwa :
Selanjutnya azimut (dimisalkan ab) adalah sbb:1) Azimut pada kuadran I Karena
maka ab =
2) Azimut pada kuadran II : ab = 180 -
3) Azimut pada kuadran III : ab = 180 +
4) Azimut pada kuadran IV : ab = 360 -
y
xtg
y
xtg ab
27
6.2 Metode Pemetaan Topografi
Dikelompokkan menjadi : 1.Metode teristris
Semua pekerjaan pengukuran topografi yang dilaksanakan dengan mendatangi langsung lapangan.
Menggunakan peralatan seperti teodolit, waterpas, serta peralatan ukur modern lainnya seperti Total Station (TS), Global Positioning System (GPS) dll.
28
Global Positioning System (GPS) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan di-kelola oleh Amerika Serikat. Saat ini sistem GPS sudah sangat banyak digunakan orang di seluruh dunia.
Receiver GPS dibagi atas: 1. Receiver tipe navigasi (tipe genggam / Handheld
receiver) Digunakan untuk penentuan posisi absolut
secara instan yang tidak menuntut ketelitian terlalu tinggi.
Receiver navigasi tipe sipil dapat memberikan ketelitian posisi 5 – 10 m, dan tipe militer 3 – 5
m. 29
2. Receiver tipe pemetaan Digunakan untuk aplikasi yang menuntut ketelitian beberapa dm, seperti survei dan pemetaan geologi dan pertambangan, peremajaan peta, pembangunan dan peremajaan basis data Sistem Informasi Geografis (SIG)
3. Receiver tipe geodetikUntuk aplikasi yang menuntut ketelitian tinggi (dari orde mm sampai cm), seperti untuk pengadaan titik-titik kontrol geodesi, pemantauan deformasi dan studi geodinamika
30
2. Metode ekstrateristrisSalah satu metode ektrsteristris adalah metode fotogrametri
Dilakukan dengan teknik pemotretan dari udara.
Keuntungannya : pengukuran dapat dilakukan dalam waktu yang singkat serta daerah yang terpotret dapat seluas mungkin.
Kelemahannya : biaya relatif lebih mahal.
Catatan :Pemetaan dengan GPS, dapat juga diklasifikasi-kan ke dalam pemetaan metode ektrateristris.
31
Gambar 6.5 Bagan alir proses pemetaan teristris
Pengukuran Metode / Teori
Peralatan• Teodolit• Waterpas• Pita Ukur • dsb
Macam Pengukuran• Pengukuran Kerangka• Pengukuran Detail
Parameter Pengukuran• Pengukuran Azimut• Pengukuran Sudut • Pengukuran Jarak & Beda
TinggiTingkat Ketelitian (Orde)
Pengolahan Data
Plotting / Penggambara
n
PETA
Syarat pemakaian alatCara pengoperasian
Teristris
Satelit Fotogrametris
PEMETAAN
32
VII. KERANGKA DASAR PEMETAAN
Tahap awal dari pekerjaan pemetaan adalah pengadaan titik kerangka pemetaan yang cukup merata, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik di daerah yang akan dipetakan, sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.
Titik-titik kerangka dasar pemetaan yang akan diten-tukan lebih dahulu koordinat dan ketinggiannya.
33
Kerangka dasar pemetaan ini akan dijadikan ikatan dari detail-detail yang merupakan obyek dari unsur-unsur yang ada di permukaan bumi yang akan digambarkan ke dalam peta.
Baik tidaknya kualitas hasil pemetaan, sangat tergantung dari kerangka peta.
• Apabila kerangka peta ini baik (ketelitiannya sesuai dengan yang diharapkan), maka bisa diharapkan bahwa peta yang akan dihasilkan juga baik.
• Namun sebaliknya apabila kerangka dasar pemetaannya tidak baik, maka peta yang dihasilkan juga diragukan kualitasnya.
34
7.1 Macam-macam Kerangka Dasar Pemetaan
1. Metode rangkaian / jaringan segitiga2. Pemotongan / pengikatan3. Poligon atau traverse
1. Poligon atau TraversePoligon berarti rangkaian titik-titik secara berurutan yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan.
Sebagai kerangka dasar, maka titik-titik poligon harus diketahui atau ditentukan koordinatnya secara baik, karena akan digunakan sebagai ikatan detail, sehingga pengukurannya harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu.
35
Unsur-unsur yang diukur pada poligon adalah semua jarak dan sudut serta satu buah sudut arah atau azimut dari salah satu sisi poligon.
Agar titik-titik pada poligon dapat diketahui dalam sistem koordinat yang ada, maka poligon tersebut harus diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya (titik tetap).
Koordinat titik tetap dapat berupa :1. Koordinat Global baik dalam sistem
geografis (lintang dan bujur), maupun dalam sistem kartesian (TM, UTM dll).
2. Koordinat Lokal36
Macam-macam poligon
A. Atas dasar bentuk1. poligon tertutup 2. poligon terbuka
B. Atas dasar titik ikat 3. poligon terikat sempurna4. poligon terbuka terikat sepihak5. poligon bebas (tanpa ikatan)
C. Atas dasar hirarki dalam pemetaan
6. poligon utama 7. poligon cabang
37
7.2 Poligon tertutup
Poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu, sehingga tidak membutuhkan titik ikat yang banyak.
Di lapangan sulit didapatkan titik yang sudah diketahui koordinatnya, yang nantinya akan dijadikan titik ikat.
Oleh karenanya poligon ini banyak dipakai sebagai kerangka pemetaan.
38
Gambar 7.1 Poligon tertutupKeterangan :• BM = Titik ikat/tetap (koordinat diketahui)• JBM1 – J7BM = Jarak antar titik poligon (diukur) • 1 - 8 = Sudut titk poligon (diukur)• BM1 = Azimut sisi awal poligon (diukur)• 1 – 7 = Titik yang akan dicari koordinatnya
2
4
BM
1
3
7 6
5
BM1
1
2
3
4
5
67
8
JBM1
J12 J23
J34
J45
J56
J67
J7A
39
Azimut yang diukur hanya azimut sisi awal poligon. Selanjutnya sudut-sudut ukuran pada poligon yang sudah dikoreksi, digunakan untuk mencari sudut jurusan atau azimut sisi poligon berikutnya.
Dari gambar (8.1) dapat dilihat bahwa :12 = BM1 - 1 + 180°23 = 12 - 2 + 180°...7BM = 67 - 7 + 180°
40
Syarat geometris poligon tertutup :1.Syarat sudut :
= (n – 2 ) x 180° (apabila sudut dalam)
= (n + 2 ) x 180° (apabila sudut luar)2.Syarat absis : J sin = 03.Syarat ordinat : J cos = 0
Ket :n = banyaknya titik poligon
Karena setiap pengukuran mengandung kesalahan, maka semua hasil pengukuran harus dikoreksi. Oleh karena itu sebelum menghitung koordinat, dilakukan koreksi sudut-sudut dan jarak-jarak ukuran.
41
Kesalahan pada pengukuran poligon : 1. Kesalahan penutup sudut (f)a. Jika menggunakan sudut dalam : = (n – 2 ) x 180 ± f
b. Jika menggunakan sudut luar : = (n + 2 ) x 180 ± f
f = jumlah koreksi sudut
Kesalahan penutup sudut ini harus dikoreksikan sama rata pada sudut-sudut hasil ukuran.
42
7.3 Poligon terbuka
Poligon yang titik awal dan titik akhirnya tidak berimpit.
Sesuai dengan teori kesalahan dalam pengukuran jarak maupun sudut, maka semakin jauh dari titik ikat, kesalahan-nya semakin besar.
Poligon yang paling baik agar kesalahan tersebut tidak merambat adalah dengan mengontrol di akhir dari poligon tersebut baik koordinat maupun jurusannya.
Poligon yang demikian dinamakan poligon terbuka terikat sempurna.
43
Gambar 7.2 Poligon terbuka terikat sempurna
Pada poligon terbuka terikat sempurna di atas, di awal terikat pada titik A (XA , YA) dan titik P (XP , YP), diakhiri pada titik B (XB , YB) dan titik Q (XQ , YQ), serta azimut awal AP dan azimuth akhir BQ dapat dihitung.
A
B
P
AP
0
1
2
34
5
12
Q
43
BQ
44
Karena setiap pengukuran mengandung kesalahan, maka semua hasil pengukuran harus dikoreksi. Oleh karena itu sebelum menghitung koordinat, dilakukan koreksi sudut-sudut dan jarak-jarak ukuran.
Untuk melakukan koreksi, maka harus diketahui terlebih dahulu syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu poligon terbuka.
Syarat geometris poligon terbuka terikat sempurna:1. Syarat sudut : = (akhir – awal) + n x 1802. Syarat absis : J sin = Xakhir – Xawal
3. Syarat ordinat : J cos = Yakhir – Yawal45
VIII. PENGUKURAN TITIK DETAIL
• Detail adalah segala obyek yang ada di lapangan, baik yang bersifat alamiah mau-pun yang bersifat buatan manusia yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat.
• Pemilihan detail dan teknik pengukuran dalam pemetaan sangat tergantung dari tujuan peta yang akan dibuat.
46
Titik detail dipilih untuk mewakili obyek unsur permukaan bumi yang akan disajikan pada peta.
Posisi titik detail diikatkan pada titik-titik kerangka pemetaan (poligon utama maupun poligon cabang) terdekat yang telah diukur sebelumnya.
Metode pengukurannya merupakan metode yang memberikan posisi 3 dimensi relatif terhadap tempat berdirinya alat dan kurang teliti.
47
Ada beberapa metode pengukuran detail, tetapi yang umum dilakukan adalah metode ekstrapolasi.
Gambar 8.1 Pengukuran detail dengan metode ekstrapolasi
a
dc
b
G
1 2
1
d1a
2
d1d
1
2
d2c
d2b
48
IX. RELIEF PERMUKAAN BUMI
• Digambarkan pada peta dengan berbagai bentuk simbol, seperti : kontur, warna ketinggian dan bayangan gunung.
• Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line).
9.1 Garis KonturGaris khayal pada permukaan tanah, yang meng-hubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama di lapangan, dan digambarkan pada peta.
49
• Kontur dapat memberikan informasi relief, baik secara relatif maupun absolut.
• Informasi relief secara relatif diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur secara rapat untuk daerah terjal, sedangkan untuk daerah yang landai di-perlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur lebih renggang.
• Bidang acuan tinggi adalah permukaan air laut rata-rata).
• Karena peta dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
50
Gambar 9.1 Ilustrasi pembentukan garis kontur
Garis kontur dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar (bidang peta) dengan permukaan bumi.
51
• Interval kontur maksudnya adalah selisih (beda) tinggi antara dua garis kontur yang berurutan (bersebelahan).
• Penggambaran interval kontur tergantung dari kebutuhan dan tujuan peta tersebut dibuat.
• Semakin besar skala peta, maka semakin banyak informasi yang tersajikan, sehingga interval kontur semakin kecil.
• Interval kontur = 1 / 2000 x skala peta (dalam m)
52
• Walaupun interval kontur dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas, tetapi dalam prakteknya sangat tergantung pada situasi lapangan, serta maksud dan tujuan pemetaan.
• Indeks kontur (kontur indeks) adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu; misalnya setiap 5, 10 buah atau yang lainnya.
• Penyajiannya dengan cara membuat indeks kontur lebih tebal dibandingkan garis kontur yang lain, serta dengan memberi informasi nilai tinggi pada indeks kontur tersebut.
53
Tabel 9.1 Interval kontur berdasarkan skala dan bentuk relief lapangan (E. Imhof, 1965)
Skala peta
Interval Kontur (m)
Daerah curam
Daerah bergunung
Kemiringan 45
Daerah berbukit dan daerah
datar
1 : 1.0001 : 2.0001 : 5.000.1 : 10.0001 : 20.0001 : 25.0001 : 50.0001 : 100.000
125
102020
20 - 3050
0,5125
1010
10 - 2025
0,250,50
12
2,52,55,
5 - 10
54
Sifat Garis Kontur
Gambar 9.2 Garis kontur menggambarkan relief permukaan bumi
1. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling berpotongan.
2. Garis kontur tidak terputus penggambarannya di dalam lembar peta, kecuali pada daerah di pinggir peta.
3. Garis kontur tidak akan bercabang.
55
4. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur yang menutup / melingkar.
Gambar 9.3 Garis kontur pada bukit dan cekungan
56
5. Pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat dan pada daerah yang landai lebih jarang.
Gambar 9.4 Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan
daerah landai
57
6. Garis kontur pada curam yang sempit membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih rendah.
7. Garis kontur pada punggung bukit yang tajam membentuk huruf V yang meng-hadap ke bagian yang lebih tinggi.
Gambar 9.5 Garis kontur pada daerah curam sempit dan bukit tajam
58
8. Untuk daerah dengan kontur rapat, beberapa kontur dapat diganti dengan satu garis tebal.
9. Pada selang kontur ter-tentu, kontur digambar-kan dengan garis lebih tebal dan besaran kontur dituliskan lebih tebal juga.
10.Penulisan besaran kontur diletakkan pada tengah kontur dengan tulisan miring ke arah yang lebih tinggi.
Gambar 9.6 Penyajian kontur indeks
59
11.Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur mem-bentuk satu garis.
12.Garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90° dengan kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
Gambar 9.7 Garis kontur pada daerah curam dan punggung bukit
60
9.2 Pengukuran Titik Detil Untuk Pembuatan Garis Kontur
Angka ketinggian detail bermacam-macam sedangkan angka ketinggian garis kontur sudah tertentu, maka perlu dicari tempat-tempat yang mem-punyai ketinggian yang sesuai dengan angka kontur dari titik-titik terdekat yang telah diketahui angka ketinggiannya.
Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti informasi yang tersajikan dalam peta.
Metode pengukuran titik-titik detil untuk penarikan garis kontur, yaitu :1. Metode langsung2. Metode tidak langsung
61
1. Pengukuran kontur metode langsung • Menentukan titik-titik yang sama tinggi di
lapangan secara langsung.
• Diperlukan patok-patok dan rambu ukur yang cukup banyak jumlahnya.
• Garis kontur digambar di atas kertas atas dasar ketinggian detail-detail hasil ploting.
• Garis-garis kontur sudah langsung merupakan garis penghubung titik-titik yang diamati dengan ketinggian yang sama, sedangkan pada pengukuran garis kontur cara tidak langsung umumnya titik-titik detil itu pada ketinggian sembarang yang tidak sama. 62
Penggambaran garis kontur
• Karena pengukuran garis kontur menggunakan metode tidak langsung, maka titik-titik detil yang diperoleh belum mewujudkan titik-titik dengan ketinggian yang sama.
• Oleh karenanya perlu dilakukan interpolasi linier dengan cara taksiran, hitungan ataupun grafis.
• Tujuan interpolasi adalah untuk meletakkan titik dengan ketinggian tertentu (sesuai ketinggian kontur yang akan ditarik) pada garis antara 2 titik tinggi yang telah ada.
63
A. Cara taksiran (visual)Titik-titik dengan ketinggian yang sama secara visual diinterpolasi dan diinterpre-tasikan langsung di antara titik-titik yang diketahui ketinggiannya.
B. Metode matematis (numeris) Cara ini disebut juga dengan interpolasi linier. Pada dasar-nya menggunakan dua titik yang diketahui posisi dan ketinggiannya, hanya saja hitungan interpolasinya dikerja-kan secara numeris (eksak) menggunakan perbandingan linier terhadap jaraknya.
Gambar 9.11 Interpolasikontur cara taksiran
64
9.3 Titik Tinggi (Spot Height)
Titik tinggi pada peta ditunjukkan dengan sebuah titik berwarna hitam dan angka ketinggiannya di-tuliskan di sebelahnya.
Merupakan hasil pengukuran langsung di lapangan
Paling akurat dibandingkan cara lain, karena titik tersebut dapat ditempatkan secara tepat dan akurat pada posisinya yang benar.
Gambar 9.12 Titik tinggi
65
Penyebaran titik tinggi di lapangan tergantung pada : 1. Skala peta 2. Kondisi / keadaan topografi lapangan 3. Maksud / tujuan pemetaan
Pada peta berskala besar, hampir semua unsur topografi dapat digambarkan dengan baik, sehingga data titik tinggi yang harus diukur akan meningkat.
Untuk daerah-daerah yang datar serta hanya mempunyai unsur topografi yang jarang, kerapatan titik tinggi dapat dikurangi dibandingkan daerah yang terjal dan berbukit.
66
9.4 Warna ketinggian
Penyajian relief permukaan bumi dalam bentuk warna, dengan cara memberi warna khusus untuk tiap interval kontur tertentu, sehingga setiap interval kontur tersebut mempunyai warna yang berlainan.
Warna-warna yang digunakan pada umumnya dipilih warna-warna tertentu secara berurutan, misalnya warna terang ke warna gelap.9.5 Bayangan Gunung
Dengan adanya penambahan bayangan tersebut, diharapkan dapat membantu pengguna peta dalam membaca bentuk-bentuk topografi yang menonjol, seperti perbukitan / gunung, serta daerah cekungan.
67
X. PROYEKSI PETA
Proyeksi peta adalah proses penggambaran bidang lengkung menjadi bidang datar/ bidang peta.
Tujuannya adalah untuk meminimalkan kesalahan (distorsi) yang berupa kerutan atau regangan bentuk permukaan lengkung menjadi datar.
Upaya untuk meminimalkan distorsi dengan cara :1.Membagi daerah menjadi bagian-bagian yang mempunyai luasan sempit.2.Menggunakan bidang datar atau yang bisa didatarkan tanpa mengalami distorsi seperti bidang kerucut dan bidang silinder. 68
10.1 Istilah-istilah Dalam Peta
1. Bidang Datum (datum surface), yaitu bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik dengan koordinatnya (,) diketahui.
2. Bidang Proyeksi (projection surface), yaitu bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik yang mempunyai sistem koordinat siku-siku (X,Y).
3. Meridian, yaitu garis yang menghubungkan antara kutub utara dan kutub selatan. Garis-garis tersebut berupa setengah lingkaran yang sama besarnya.
69
4. Parallel adalah garis yang sejajar dengan equator, garis-garis tersebut berupa lingkaran yang tidak sama besarnya, semakin jauh dari equator, maka lingkarannya makin kecil. Lingkaran yang terbesar adalah equator.
5. Lintang (Latitude) didefinisikan sebagai busur yang diukur (dalam derajat) pada suatu meridian antara tempat tersebut dengan equator.
Lintang mempunyai harga 0 pada equator sampai 90 di Kutub Utara atau Kutub Selatan.
70
6. Bujur (longitude) suatu tempat adalah busur yang diukur (dalam derajat) pada suatu parallel antara meridian tempat tersebut dengan meridian Greenwich.
Bujur mempunyai harga 0 - 180 ke timur atau barat.
Meridian Greenwich mempunyai harga busur 0.
Panjang busur setiap 1 dalam miles / km tidak tetap, tergantung dari letak parallel.
Jarak paling besar adalah di ekuator, karena ekuator merupakan lingkaran paling besar.
Panjang busur di equator 1 = 111,322 km.
71
10.2 Proyeksi Peta
Permukaan bumi bukan-lah suatu permukaan datar, sehingga hasil pengukuran obyek di permukaan bumi tentunya bukan ukuran pada bidang datar.
Dalam proses memindahkan (menggambarkan) keadaan dari permukaan bumi yang merupakan bidang lengkung menjadi peta yang merupakan bidang datar terjadi distorsi (perubahan) baik jarak maupun arah
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya suatu bidang perantara atau dibuat-lah pemodelan bentuk bumi menjadi bentuk matematis (Ellipsoid, Spheroid atau bola) 72
10.3 Proyeksi Universal Traverse Mercator ( UTM )
Ketentuan-ketentuan proyeksi UTM :• Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah
meridian.
• Batas lintang (paralel) adalah tepi atas 84 LU dan tepi bawah 80 LS.
• Bola bumi dibagi dalam zone-zone, setiap zone mempunyai meridian tengah sendiri-sendiri.
• Lebar zone 6 bujur x 8 lintang .
• Seluruh permukaan bumi dibagi menjadi 60 zone.73
• Penomeran zone dimulai dari daerah yang dibatasi oleh meridian 180 BB selanjutnya ke arah timur.
• Zone nomer 1 berada pada daerah yang dibatasi oleh meridian 180 BB dan 174 BB ke arah timur sampai nomer 60.
• Untuk menghindari koordinat negatif :1.Setiap meridian tengah di dalam setiap zone
diberi harga 500.000 meter (timur).
2.Untuk harga ordinat (Y) pada daerah sebelah utara equator, equator dipakai sebagai dasar dan diberi harga 0 m (utara). Untuk perhitungan ke arah selatan diberi harga 10.000.000 meter (selatan).
74
XI. PENGUKURAN WATERPAS
11.1 Dasar Penentuan Tinggi
Bidang ini di dalam geodesi disebut dengan bidang geoid, yaitu bidang equipotensial yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level) pada saat tidak terganggu (diam).
Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang referensi, yaitu bidang yang dianggap ketinggiannya nol.
75
Dari pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa tinggi suatu titik di permukaan bumi ditentukan atau diukur dari permukaan air laut rata-rata.
Muka Air Laut
A
B
76
Penetuan beda tinggi di atas permukaan bumi dapat ditentukan dengan cara:1. Waterpas levelling2. Tachymetry levelling3. Trigonometric levelling4. Barometric levelling
Metode yang ke-3 dan ke-4 tidak kita bicarakan pada kuliah perpetaan, sedang metode yang kedua sudah kita bahas sebelumnya.
Urutan tersebut di atas, juga merupakan urutan tingkat ketelitian dari cara atau metode pengukuran beda tinggi yang disusun sedemikian, hingga ketelitian dari atas ke bawah mengecil.
77
Sipat datar / levelling / waterpassing bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di atas permukaan bumi.
Istilah waterpas di sini dapat berarti konsep, dan dapat berarti pula alat ukur.
Dalam arti konsep, waterpas berarti penentuan beda tinggi antara dua titik atau lebih dengan garis bidik horisontal yang diarahkan pada rambu-rambu yang berdiri tegak atau vertikal.
78
Keterangan gambar :A dan B : titik tetap yang akan dicari beda tingginyabtA : bacaan benang tengah rambu A
(belakang)btB : bacaan benang tengah rambu B
(depan)hAB : beda tinggi antara titik A dan B
Gambar 11.1 Penentuan beda tinggi dengan waterpas
btA
A
B
btB
Bidang acuan / referensiHA HB
79
Pembacaan dengan garis bidik yang horisontal pada rambu-rambu yang vertikal di A dan B memberikan perbedaan tinggi antara titik A dan titik B.
BAAB btbth
80
Jarak bidik optimum alat waterpas berkisar antara 40 sampai 60 meter. Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan 3 cara penempatan waterpas, tergantung pada keadaan lapangan.Cara ke - 1Menempatkan waterpas di atas salah satu titik (A). Tinggi garis bidik (titik tengah teropong) di atas titik A diukur dengan rambu ataupun meteran.
Dengan gelembung di tengah-tengah, teropong diarahkan ke rambu yang diletakkan di atas titik lain-nya (B) pembacaan pada rambu di B dimisalkan btB.
81
Bacaan btB menyatakan jarak angka btB terhadap tanah di atas rambu, sehingga diperoleh beda tinggi antara titik A dan titik B adalah hAB = ti - btB
ti
Gambar 11.2 Waterpas berdiri pada salah satu titik
A
btB
hAB
B
82
Cara ke – 2 :
Waterpas ditempatkan di antara A dan B, sedangkan pada titik A dan titik B ditempatkan rambu (gambar 11.3).
Jarak antara waterpas ke rambu A dan B dibuat kira-kira sama, tetapi posisi waterpas tidak perlu berada pada garis lurus yang menghubungkan titik A dan B.
Setelah gelembung udara disetel berada pada nivo kotak, arahkan garis bidik ke rambu A (rambu depan) dan rambu B (rambu belakang). 83
Bacaan pada rambu berturut-turut dimisalkan btA dan btB, sehingga diperoleh beda tinggi antara titik A dan B : hAB = btA - btB
hAB
Gambar 11.3 Waterpas berdiri di antara titik
A
B
btA btB
84
Di lapangan, tidak selalu mungkin untuk menempatkan alat waterpas berada pada salah satu titik ataupun berada di antara titik, misalnya karena pada titik A dan B ada selokan.
Cara ke-3 :Waterpas ditempatkan di sebelah kiri titik A atau di sebelah kanan titik B, jadi berada di luar garis AB (gambar 11.4).
85
Pembacaan rambu yang ditempatkan di titik A dan B masing-masing adalah btA dan btB, sehingga didapat beda tinggi antara A dan B : hAB = btA - btB.
BA
BtB BtA
hAB
Gambar 11.4 Waterpas berdiri di luar titik yang diukur
86
11.2 Pengukuran Waterpas Berantai
Pada penentuan tinggi titik-titik kontrol pemetaan yang jaraknya jauh, maka pengukuran beda tinggi-nya tidak dapat dilakukan dengan 1 kali berdiri alat.
Seperti halnya pengukuran jarak dan sudut, pengukuran beda tinggi dengan sipat datar tidak cukup dibuat hanya sekali jalan saja, tetapi dibuat pengukuran pergi – pulang
87
Gambar 11.5 Pengukuran waterpas berantai
Keterangan gambar :A dan B : titik tetap yang akan diukur beda
tingginya1, 2, 3 : titik-titik bantu pengukurand1, d2, d3, d4 : bacaan rambu depan
b1, b2, b3, b4 : bacaan rambu belakang
A321
b1
b2 b3b4d1 d3
d2
M1 M2
M3 M4
88
Cara perhitungan beda tinggi titik A dan B pada gambar 11.5 adalah kumulatif beda tinggi setiap slag.Karena data pembacaan banyak, agar pada saat peng-olahan data tidak terjadi kekeliruan, maka pengukuran beda tinggi juga harus dicatat secara sistematis dalam buku ukur atau formulir pengukuran.
Pembacaan angka pada rambu dalam milimeter, angka terdiri dari empat digit tanpa tanda koma, sehingga untuk menghilangkan kerancuan misalnya angka 17 mm sebaiknya ditulis 0017.
Tulisan harus sejelas mungkin, apabila ada salah tulis, sebaiknya dicoret saja yang salah dan pembetulannya ditulis di samping atau di atasnya dengan jelas.
89
11.3 Pengukuran Waterpas Profil
Pada pekerjaan rekayasa seperti perencanaan jalan raya, jalan kereta api, saluran irigasi, lapangan udara dan lain-lain, sangat dibutuhkan bentuk profil atau tampang dari suatu daerah proyek. Pengukuran profil dibedakan atas profil memanjang dan profil melintang.
Dengan jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi didapatlah irisan tegak lapangan yang dinamakan profil memanjang searah pada sumbu proyek.
90
Di lapangan dipasang pancang-pancang dari kayu yang menyatakan sumbu proyek, dan pancang-pancang itu digunakan pada pengukuran waterpas yang meman-jang untuk mendapatkan profil memanjang. Profil memanjang digunakan untuk kemiringan sumbu proyek.
Sedangkan pengukuran profil melintang arahnya memotong tegak lurus terhadap sumbu proyek (tegak lurus profil memanjang) pada interval jarak tertentu.
Pengukuran profil melintang dilakukan untuk perhitungan volume galian atau timbunan tanah.
91
Karena profil memanjang variabel jarak biasanya lebih besar dari variabel tinggi, maka dalam penggambaran skala jarak lebih kecil dari skala tinggi, pada umumnya sepersepuluhnya.
Sedangkan untuk gambar profil melintang umumnya skala jarak dan tinggi dibuat sama, namun jumlah gambarnya biasanya jauh lebih banyak.
92
Untuk bagian antara titik 2 dan titik 3, tinggi titik 2 menjadi dasar untuk menentukan tinggi titik-titik yang berada di antara titik 2 dan titik 3.
Kemudian untuk menentukan bagian antara titik 3 dan titik 4, tinggi titik 3 menjadi dasar untuk menentukan tinggi titik-titik yang berada di antara titik 3 dan titik 4.
Demikian seterusnya untuk menentukan tinggi titik-titik yang diukur, sehingga didapat tinggi titik tiap-tiap bagian seperti pada tabel 11.2. 93
Penggambaran profil memanjang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Setelah data pengukuran diolah (dihitung) dan ketinggian semua titik detail di atas bidang referensi serta jarak-jaraknya diketahui, maka profil memanjang dapat digambarkan. Bidang referensi terdekat yang dijadikan dasar penggambaran semua titik ditentukan dahulu, kemudian digambarkan di atas kertas milimeter.
2. Tentukanlah skala untuk jarak dan tinggi. Karena jarak jauh lebih panjang daripada beda tinggi, maka untuk jarak dan tinggi selalu diambil skala yang tidak sama.
94
Skala untuk jarak lebih kecil daripada skala beda tinggi. Posisi mendatar (sumbu X) untuk jarak horisontal antar titik dengan skala misalnya 1:1000, serta ke arah tegak (sumbu Y) untuk tinggi dengan skala misalnya 1:100.
Kemudian dari titik-titik tersebut dihubungkan secara berurutan, sehingga membentuk garis profil memanjang.
Di bawah garis referensi biasanya dibuat kolom-kolom tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam perhitungan selanjutnya, seperti pada gambar 11.7.
Dalam gambar profil inilah kemudian ditentukan ketinggian dan kemiringan sumbu proyek, sehingga dapat dihitung selisih tinggi antara permukaan tanah asli dan sumbu proyek di setiap titik profil, yang merupakan dalamnya penggalian atau tinggi penimbunan di titik-titik tersebut.
95