PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
-
Upload
arnawan-arief -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 1/12
PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
A.
Individu Dalam Organisasi
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu
dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku
berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya
yang memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang
dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi
atau yg lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik
seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang,
tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.
Dalam kaitan antara individu dengan organisasi, maka ia membawa karakteristik
individu ke dalam organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara karakteristik individu dengan
karakteristik organisasi. Interaksi keduanya mewujudkan perilaku individu dalam organisasi.
Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu. Nimran dalam
Sopiah (2008) menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari ciri-ciri
biografis, kepribadian, persepsi dan sikap. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing
karakteristik tersebut.
1. Ciri - ciri biografis, yaitu ciri -ciri yang melekat pada individu. Antara lain :
a. Umur. Dijelaskan secara empiris bahwa umur berpengaruh terhadap bagaimana perilaku
seorang individu, termasuk bagaimana kemampuannya untuk bekerja, merespon stimulus yang
dilancarkan oleh individu lainnya. Setidaknya ada tiga alasan yang menjadikan umur penting
untuk dikaji. Pertama, adanya persepsi bahwa semakin tua seseorang maka prestasi kerjanya
akan semaki merosot karena faktor biologis alamiah. Kedua, adanya realitas bahwa semua
pekerja akan menua. Di Amerika Serikat tahun 1995-2005 sektor pekerja usia 50 tahun ke atas
ternyata berkembang jauh lebih cepat dari generasi penggantinya. Ketiga, adanya ketentuan
peraturan (di amerika serikat) pensiunan yang sifatnya perintah adalah melanggar hukum
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 2/12
karena batasan pensiun bukanlah umur, melainkan ketika yang bersangkutan menyatakan tidak
mampu lagi bekerja. Jika terlaksana demikian maka banyak pekerja usia 70 tahun belum akan
pensiun.
b. Jenis Kelamin. Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan wanita dalam
menangani pekerjaan relatif sama. Keduanya hampir sama konsistensinya dalam memecahkan
masalah, keterampilan analitis dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, dan kemampuan
belajar. Pendekatan psikologi menyatakan bahwa wanita lebih patuh pada aturan dan otoritas.
Sedangkan pria lebih agresif, sehingga lebih besar kemungkinan mencapai sukses walaupun
perbedaan ini terbukti sangat kecil. Sehingga sebenarnya dalam pemberian kesempatan kerja
tidak perlu ada perbedaan karena tidak ada cukup bukti yang membedakan pria dan wanita
dalam hal kepuasan kerja.
c. Status Perkawinan. Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan yang
single dengan karyawan yang sudah menikah. penelitian membuktikan bahwa orang yang telah
berumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan single baik ditinjau dari segi absensi.
Keluar beralih kerja dan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena oarng yang telah
berkeluarga mempunyai rasa tanggungjawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib,
dan mengganggap pekerjaan llebih berharga dan lebih penting. Penelitian selama ini belum
menjangkau pada orang-orang yang bercerai, janda, duda, dan orang-orang yang kumpul kebo
saja.
d. Jumlah atau Banyaknya Tanggungan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa semakin
banyak jumlah tanggungan dalam keluarga berpengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan.
e. Masa Kerja. Relevansi masa kerja adalah berkaitan langsung dengan senioritas dalam
pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan pria-wanita-tua-muda dan seterusnya karena
penelitian menunjukkan bahwa belum tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki
produktifitas yang lebih tinggi. Karena bisa saja orang baru bekerja tetapi memiliki pengalaman
yang lebih baik dari pekerjaan masa lalu.sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman masa
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 3/12
lalu merupakan penentu masa depan seseorang dalam pekerjaan. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa hubungan positif antara lama masa kerja dengan kepuasankerja, artinya
semakin lama seorang karyawan bekerja, maka semakin rendah keinginan karyawan untuk
meninggalkan pekerjaannya.
2. Kepribadian
Robbins dalam sopiah (2008) mengartikan kepribadian sebagai cara dengan mana
seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Bentuk-bentuk kepribadian akhirnya
menentukan perilaku organisasi, karenanya orang lalu mencari dan berusaha menemukan ciri-
ciri kepribadian. Hasil penelitian Edgar H. Schein yang dikutip dalam kunarto (2001)
memperoleh 16 ciri kepribadian yaitu : (1)pendiam vs ramah, (2) kurang cerdas vs lebih cerdas,
(3) dipengaruhi perasaan vs emosional mantap, (4) mengalah vs dominan, (5) serius vs suka
bersenang-senang, (6) selalu siap vs selalu berhati-hati, (7) malu-malu vs petualang, (8) keras
hati vs peka, (9) mempercayai vs mencurigai, (10) praktis vs imajinatif, (11) terus terang vs
banyak muslihat, (12) percaya diri vs takut-takut, (13) konservatif vs suka eksperimen, (14)
bergantung kelompok mandiri vs mandiri, (15) tak terkendali vs terkendali, (16) santai vs
tegang.
Semakin konsisten karakteristik tersebut di saat merepons lingkungan, hal itu
menunjukkan faktor keturunan atas pembawaan (traits) merupakan faktor yang penting dalam
membentuk keribadian seseorang. Orang yang karakternya terbentuk paada lingkungan dan
budaya kerja yang tinggi akan cenderung serius, ambisius, dan agresif. Sedangkan orang yang
berada pada lingkungan dan budaya yang menekankan pada pentingnya bergaul baik dengan
orang lain, maka ia akan lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan kerja dan karier.
Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung menghabiskan waktu dengan
dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas pikiran dan perasaannya. Ekstroversi
merupakan sifat kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian kepada orang lain,
kejadian di lingkungan dan menghasilkan kepuasan dari stimulus lingkungan. Holland dalam
Haryono (2001) memformulasikan tipe-tipe kepribadian sebagai berikut :
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 4/12
1) Tipe realistic
Mereka yag berada pada areal ini adalah cenderung sebagai orang yang memiliki
keengganan social, agak pemalu, bersikap menyesuaikan diri, materialistik, polos,
keras hati, praktis, suka berterus terang, asli, maskulin dan cenderung atletis, stabil,
tidak ingin menonjolkan diri, sangat hemat, kurang berpandangan luas, dan kurang
mau terlihat.
2) Tipe investigatif
Mereka yang berada di dalam tipe ini cenderung berhati-hati, kritis, ingin tahu,
mandiri, intelektual, instropektif, introvert, metodik, agak pasif, pesimis, teliti,
rasional, pendiam, menahan diri dan kurang popular.
3) Tipe artistik
Orang-orang yang masuk tipe ini cenderung untuk memperlihatkan dirinya sebagai
orang yang “agak sulit” (complicated), tidak teratur, emosional, tidak materialistik,
idealistis, imaginative, tidak praktis, implusit, mandiri, introspeksi, intuitif, tidak
menyesuaikan diridan orisinil/asli
4) Tipe sosial
Mereka yang tergolong dalam tipe ini sosial ini cenderung untuk memperlihatkan
dirinya sebagai orang yang suka kerjasama, suka menolong, sopan santun (friendly),murah hati, agak konservatif, idealistis, bersifat social, bertanggung jawab.
5) Tipe enterprising
Mereka yang masuk dalam tipe ini cenderung memperlihatkan dirinya sebagai orang
yang gigih encapai keuntungan, petualang, bersemangat (ambisi), dominan, energik,
optimis, percaya diri, social, dan suka bicara.
6) Tipe conventional
Mereka yang masuk dalam tipe ini adalah orang-orang yang mudah menyesuaikandiri (conforming) , teliti, efisien, sopan santun, tenang, pemalu, patuh, teratur dan
cenderung rutin, keras hati, praktis, kurang imajinasi, tetapi kurang mengontrol diri.
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 5/12
3. Kemampuan
Yang dimaksud dengan istilah kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk
melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaab. Pencapaian tujuanorganisasi atau
manajemen yang berhasil adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengeksploitasikan
kelebihan sebesar-besarnya dan menekankan kekurangannya dari berbagai orang untuk
bersama-sama meningkatkan produktifitas. Kategori dikelompokkan menjadi dua yaitu
kemampuan intelektual dan kemampuan phisik.
a) Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan
kegiatan mental. Untuk mengungkap kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha
mengeksplorasi dimensi yang membentuk kemampuan intelektual yakni,
(1) kecerdasan numeris yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat,
pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar
serta relasinya satu sama lain ,
(2) kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual
dengan cepat dan tepat,
(3) penalaran induktif yaitu kemampuan mengenali suatu urutan secara logis dalam
suatu masalah dan kemdian memecahkan masalah tersebut,
(4) penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi
dari suatu argumen,
(5) visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu objek akan
tampak seandainya posisinya dalam ruang dirubah,
(6) ingatan (memory ) yaitu kemampuan menahan dan mengenang kembali
pengalaman masa lalu. Untuk pekerjaan yang memerlukan rutinitas tinggi dan
tidak memerlukan intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak ada relevansinya dengan
kinerja. Namun pemahaman verbal, kecepatan persepsi, visualisasi ruand dan
ingatan banyak diperlukan di berbagai bidang pekerjaan. Sehingga tes IQ tetap
diperlukan.
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 6/12
b) Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan. Karyawan yang
mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan
pekerjaan, sipastikan akan merupakan penghambat pencapaian tujuan kinerja atau
produktifitas. Seorang pilot misalnya harus berkualitas tinggi kemampuan visualisasi
ruangnya, penjagapantai harus kuat kemampuan visualisasi dan koordinasi tubuhnya.
4. Pembelajaran/Belajar
Robbins (1993) menyebutkan belajar adalah proses perubahan yang relatif konstan
dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu pengalaman atau latihan. Dari pengetian
tersebut, dapat dipahami ada tiga komponen belajar yaitu (1) belajar melibatkan adanya
perubahan, dari buruk menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tah, dari tidak bisa menjadi bisa.
(2) perubahan yang terjadi relatif permanen. Perubahan yang bersifat sementara menunjukkan
kegagalan dalam proses belajar. (3) belajar berarti ada perubahan perilaku. Belajar tidak hanya
mengubah pikiran dan sikap, tetapi ada yang lebih penting lagi adalah belajar harus mengubah
perilaku subjek ajar. Jenis-jenis Teori Belajar :
1. Teori Pengondisian Klasik. Dikemukakan oleh Paplov. Hasil percobaanya terhadap anjing
mengenai keterkaitan antara stimulus dan respon menunjukkan bahwa stimulus yang tidak
dikondisikan akan menghasilkan respons yang tidak dikondisikan pula, dan melalui proses
belajar maka stimulus yang dikondisikan itu akan menghasilkan respons yang dikondisikan.
2. Teori Pengondisian operan. Menurut teori ini, perilaku merupakan fungsi dan akibat dari
perilaku itu sendiri.kecenderungan mengulangi sebuah perilaku tertentu dipengaruhi
penguatan yang disebabkan oleh adanya akibat daro perilaku itu. Misalnya bila seorang
karyawan berprestasi di atas standar kemudian diberi insentif oelh pimpinan, maka akan
berdampak positif / kesenangan sehingga pada bulan berikutnya karyawan itu akan melakukan
hal yang sama untuk memperoleh imbalan.
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 7/12
3. Teori social. Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses belajar yang dilakukan melalui
suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung. Agar memperoleh hasil yang maksimal,
ada empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengajar dalam melakukan proses belajar-
mengajar yaitu :
a) Proses perhatian, dimana pengajar harus menyampaikan materi pelajaran dengan
menarik, dan suasana belajar yang kondusif.
b) Proses ingatan, dimana hasil belajar juga tergantung pada seberapa bbesar daya
ingat si subjek belajar.
c) Proses reproduksi, dimana subjek ajar setelah belajar harus mengalami perubahan
sikap, berpikir dan berperilaku.
d) Proses penguatan, dimana apabila subjek belajar telah belajar dengan baik maka
harus diberikan penguatan. Misalnya, karyawan yang mengikuti pelatihan, setelah selesai
pelatihan dan kinerjanya menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan imabalan yang sesuai.
5. Sikap ( Attitude)
Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami kita dapat memahami perilaku orang
lain. Dengan saling memahami individu maka organisasi akan dapat dikelola dengan baik.
Definisi sikap dapat dijelaskan dalam tiga komponen sikap, yaitu afektif, kognitif dan
psikomotorik. Afektif berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan sesorang.
Komponon kognitif ini berkaitan dengan proses berfikir yang menekankan pada rasionalitas dan
logika. Komponen psikomotorik merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak
terhadap lingkungannya.
6. Persepsi
Gitosudarmo, I (1997) memberikan definisi persepsi sebagai suatu proses
memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan. Ada
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 8/12
sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya distorsi dalam persepsi atau adanya perbedaan
persepsi dalam memaknai sesuatu. Faktor tersebut adalah :
1. Pemberian Kesan ( perceiver ). Bagaimana seseorang memberikan arti terhadap sesuatu
sangat ditentukan oleh karakteristik kepribadian orang tersebut. Misalnya umur, lama
bekerja, status, tingkat pendidikan, agama, budaya, dan lain-lain.
2. Sasaran. Atribut yang melekat pada objek yang sedang diamati akan dipersepsikanm
sehingga dapat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan hal tersebut.
misalnya dari wujud fisik, tinggi, bentuk tubuh, rambut, cara berpakaian, suara, gerakan,
bahasa tubuh maupun sikapnya yang memberikan berbagai persepsi yang berbeda dari
tiap orang yang berbeda.
3.
Situasi. Lingkungan sangat menentukan individu/kelompok dalam mempersepsikan
objek atau kejadian. Contoh, setiap malam minggu Anda melihat sesorang di sebuah
café. Menurut Anda, orang tersebut tidak menarik. Tetapi ketika orang tersebut datang
ke masjid, menurut Anda, orang tersebut menjadi sangat menarik. Namun mungkin saja
orang lain tidak menilainya demikian. Proses persepsi dari gitusudarmo dlam sopiah
(2008) :
Gudson dalam Sopiah (2008) mengemukakan ada sejumlah kesalahan yang sering terjadi
dalam mempersepsikan suatu objek atau kejadian tertentu yaitu :
Stereotyping. Yaitu menilai seseorang hanya atas dasar satu atau beberapa sifat
kelompoknya. Stereotype sering didasarkan atas jenis kelamin, umur, agama,
kebangsaan, kedudukan, jabatan. Misalnya seorang pimpinan menilai perempuan yang
sudah menikah, apalagi punya anak cenderung memiliki tingkat absensi tinggi.
Halo effect. Yaitu kecenderungan untuk menilai seseorang hanya atas dasar salah satu
sifatnya saja, misalnya orang yang mudah tersenyumm berpenampilan menarik, maka
orang tersebut dinilai baik dan jujur. Pada saat wawancara seleksi karyawan, efek halo
ini sering terjadi. Pewawancara seringkali tertipu denganpenampilan sesaat calon
karyawan. Hal ini tentu sangat berbahaya.
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 9/12
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 10/12
Menurut Gilmer ada sepuluh aspek sebagai berikut :
a) Keamanan
b) Kesempatan untuk maju
c) Perusahaan dan manajemen
d) Upah/gaji
e) Aspek intrinsik dari pekerjaan
f) Supervisi
g)
Aspek social dari pekerjaan
h) Komunikasi
i) Kondisi kerja
j) Benefits
3) Efek kepuasan kerja pada kinerja karyawan
Kepuasan kerja hingga kini diyakini berkaitan dengan kinerja individu (karyawan),
kelompok, yang pada gilirannya akan berkaitan pula dengan efektifitas organisasi secara
keseluruhan. Para pemimpin organisasi perlu menaruh perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap aspek kepuasan kerja ini, karena memiliki rantai dengan sumber daya manusia
organisasi, produktifitas organisasi, dan keberlangsungan hidup organisasi itu sendiri. Kepuasan
kerja yang tinggi sangat mempengaruhi kondisi kerja dan memberikan keuntungan nyata tidaksaja bagian pekerja tetapi juga bagi manajemen dan organisasi.
4) Cara-cara karyawan mengungkapkan ketidakpuasannya :
a.
Eksit (berhenti)
b. Suara (aktif memberikan saran dan solusi)
c. Kesetiaan (pasif sambil menunggu membaiknya kondisi)
Pengabaian (membiarkan kondisi memburuk, dating terlambat, mangkir,
pengurangan upaya dan lain-lainnya).8. Stress
1) Pengertian
Pemahaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan
psikis dalam diri seseorang sebagai akibat lingkungan eksternal, organisasi, organisasi lain
(Szilagyi dalam Indriyo G 1997).
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 11/12
2) Mengapa stress perlu dipahami
a. Setiap orang tidak pernah seteril dari stress.
b. Setiap orang memerlukan energi yang lebih banyak untuk menggapai sukses demi
sukses.
c. Stress berhubungan berat dengan produktifitas.
d. Setiap individu mesti berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkungannya.
e. Stress tidak jarang menimbulkan berbagai penyakit.
3) Sumber stress
a. Faktor-faktor yang melekat pada pekerjaan
b. Peranan dalam organisasi
c. Hubungan-hubungan dalam organisasi
d. Perkembangan karier
e. Struktur dan iklim organisasi
f. Hubungan organisasi dengan pihak luar
g.
Faktor dari dalam individu yang bersangkutan
h. Kepemimpinan
4) Dampak stress dan cara mengatasinya
Dampak stress (Indriyo Gitosudarmo, 1997)—
Factor fisik
a. Meningkatnya tekanan darah
b.
Meningkatnya kolesterol
c. Penyakit jantung koroner
—
Factor psikologi
a. Ketidakpuasan kerja
b.
Murungc. Rendahnya kepercayaan
d. Mudah marah
— Factor organisasi
a. Ketidakhadiran
8/10/2019 PEROR_PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI.docx
http://slidepdf.com/reader/full/perorperilakuindividudalamorganisasidocx 12/12
b. Keterlambatan
c. Prestasi kerja menurun
d. Kecelakaan kerja meningkat
e. Sabotase
5) Cara mengatasi stress
Menurut Indriiyo Gitosudarmo (1997)
Secara individu’
a.
Meningktakan keimanan
b. Meditasi
c. Olahraga
d. Relaksasi
e. Minta dukungan social kepada teman dan keluarga
f. Menghilangkan rutinitas
Secara organisasi
a.
Perbaikan iklim organisasi
b. Perbaikan lingkungan fisik
c. Menyediakan saran olah raga
d.
Analisis dan kejelasan tugase. Mengubah struktur dan proses organisasi
f. Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
g.
Restrukturisasi tugas
h. Menerapkan manajemen berdasarkan sasaran