Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan...

6
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN 978-602-5830-11-2 Bengkulu, 17 Oktober 2019 e-ISBN 978-602-5830-13-6 138 Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan Genesis di Pantai Kota Padang Ariba Ayu Wardani 1 , Besperi 2 , Gusta Gunawan 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Kandang Limun, Kota Bengkulu 38371 Telp (0736)344087 email penulis: [email protected] AbstrakPantai Kota Padang rawan terhadap gelombang pasang dan abrasi hal ini disebabkan karena Karakteristik pantai Kota Padang yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Pantai Padang rentan terhadap perubahan garis pantai. Sehingga perlu dilakukan kajian mengenai perubahan garis pantai yang terjadi. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan program GENESIS untuk mensimulasikan perubahan garis pantai yang terjadi dengan jangka waktu 5 tahun yang lalu dan memprediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi 5 tahun kedepan. Hasil simulasi menunjukkan perubahan garis pantai yang terjadi berupa sedimentasi dan abrasi. Hasil simulasi dengan jangka 5 tahun (2014-2019) menunjukkan sedimentasi maksimum yang terjadi sebesar 8,20 meter dan abrasi maksimum yang terjadi sebesar -5,08 meter dan hasil simulasi dengan jangka 5 tahun kedepan (2019-2023) menunjukkan sedimentasi maksimum yang terjadi sebesar 7,01 meter dan abrasi maksimum yang terjadi sebesar -4,61 meter. Kata Kunciperubahan garis pantai, GENESIS, abrasi, sedimentasi, groin Abstract: Kota Padang beach prone to tidal waves and abrasion because of its characteristic which directly faces the Indian Ocean. Padang beach is vulnerable to coastline changes. So, it’s necessary to study about the coastline changes that occurs. This study was conducted using GENESIS program to simulate shoreline changes that had occured five years back (2014-2019) and will occur five years ahead (2019-2023). The data used to perform simulation using GENESIS is coastal bathymetry, soil properties, winds, and waves. Simulation results showed coastline changes that occur in the form of sedimentation and abrasion. The five years back result of the simulation time showed the maximum sedimentation that occurs was 8,20 meter while the maximum abrasion that occurs was -5,08 meter and the five years ahead result of the simulation time showed the maximum sedimentation that occurs was 7,01 meter while the maximum abrasion that occurs was -4,61 meter. Keywords: shoreline changes, GENESIS, abrasion, sedimentation, groin I. PENDAHULUAN Kota Padang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat yang terletak dipantai barat pulau Sumatera. Kota Padang termasuk salah satu kota kawasan pembangunan dengan penduduk berjumlah lebih dari 830.000 jiwa dan memiliki kawasan pantai kritis sepanjang 18 km yang terbentang dari Batang Arau hingga Batang Anai [1]. Garis pantai merupakan batas pertemuan antara darat dan laut yang dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejalan dengan kejadian alam seperti aktivitas gelombang, angin, pasang surut dan arus serta sedimentasi erosi/longsor maupun penurunan dan pengangkatan material penyusun pantai. Perubahan garis pantai merupakan hasil dari suatu proses yang dinamakan littoral transport yang membawa material hasil erosi di sepanjang pesisir pantai. Selain proses alam, perubahan garis pantai dapat pula disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembangunan dams atau reservoirs, dredging, dan pertambangan [2]. Pemantauan perubahan garis pantai untuk jangka waktu yang lama sangat penting dilakukan karena tidak hanya dapat digunakan untuk menginvestigasi asosiasi potensial antara pola spasial sementara dari kenaikan permukaan laut dan pola dari perubahan garis pantai, tetapi dapat juga memberikan informasi dasar kepada pemerintah agar pejabat pemerintah dan coastal manager dapat membuat peraturan yang rasional dan ilmiah untuk tata kelola lahan dan pembangunan daerah pesisir [3]. Data BNPB menunjukkan bahwa Kota Padang memiliki skor 50 dalam kerawanan terhadap gelombang pantai dan abrasi dan berada pada peringkat 1 nasional, daerah paling rawan terhadap gelombang tinggi dan abrasi di Indonesia. Hal ini menjadikan pantai Padang rentan terhadap perubahan garis pantai. Penelitian [4] menunjukkan adanya perubahan garis pantai Padang dari tahun 1990 hingga 2010 dengan menghitung kecepatan abrasi yang terjadi yaitu berkisar antara 2 3.4 m. Dalam penelitian ini, kecepatan abrasi dapat ditentukan setelah fraksi sedimen yang terabrasi telah diketahui dan kemudian dihitung dengan persamaan kecepatan abrasi [5]. Upaya pengamanan pantai Padang telah dilakukan sejak tahun 1968. Konsep dasar yang diterapkan adalah meredam pengaruh energi gelombang laut dengan pemasangan batu

Transcript of Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan...

Page 1: Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan ...senitia.ft.unib.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/SeNITiA...Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN

Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN 978-602-5830-11-2

Bengkulu, 17 Oktober 2019 e-ISBN 978-602-5830-13-6

138

Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan

Menggunakan Genesis di Pantai Kota Padang

Ariba Ayu Wardani1, Besperi

2, Gusta Gunawan

3

1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu

Kandang Limun, Kota Bengkulu 38371

Telp (0736)344087

email penulis: [email protected]

Abstrak— Pantai Kota Padang rawan terhadap gelombang

pasang dan abrasi hal ini disebabkan karena Karakteristik

pantai Kota Padang yang berhadapan langsung dengan Samudra

Hindia. Pantai Padang rentan terhadap perubahan garis pantai.

Sehingga perlu dilakukan kajian mengenai perubahan garis

pantai yang terjadi. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan

program GENESIS untuk mensimulasikan perubahan garis

pantai yang terjadi dengan jangka waktu 5 tahun yang lalu dan

memprediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi 5 tahun

kedepan. Hasil simulasi menunjukkan perubahan garis pantai

yang terjadi berupa sedimentasi dan abrasi. Hasil simulasi

dengan jangka 5 tahun (2014-2019) menunjukkan sedimentasi

maksimum yang terjadi sebesar 8,20 meter dan abrasi

maksimum yang terjadi sebesar -5,08 meter dan hasil simulasi

dengan jangka 5 tahun kedepan (2019-2023) menunjukkan

sedimentasi maksimum yang terjadi sebesar 7,01 meter dan

abrasi maksimum yang terjadi sebesar -4,61 meter.

Kata Kunci— perubahan garis pantai, GENESIS, abrasi,

sedimentasi, groin

Abstract: Kota Padang beach prone to tidal waves and

abrasion because of its characteristic which directly faces

the Indian Ocean. Padang beach is vulnerable to coastline

changes. So, it’s necessary to study about the coastline

changes that occurs. This study was conducted using

GENESIS program to simulate shoreline changes that had

occured five years back (2014-2019) and will occur five years

ahead (2019-2023). The data used to perform simulation

using GENESIS is coastal bathymetry, soil properties, winds,

and waves. Simulation results showed coastline changes that

occur in the form of sedimentation and abrasion. The five

years back result of the simulation time showed the

maximum sedimentation that occurs was 8,20 meter while

the maximum abrasion that occurs was -5,08 meter and the

five years ahead result of the simulation time showed the

maximum sedimentation that occurs was 7,01 meter while

the maximum abrasion that occurs was -4,61 meter.

Keywords: shoreline changes, GENESIS, abrasion,

sedimentation, groin

I. PENDAHULUAN

Kota Padang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat

yang terletak dipantai barat pulau Sumatera. Kota Padang

termasuk salah satu kota kawasan pembangunan dengan

penduduk berjumlah lebih dari 830.000 jiwa dan memiliki

kawasan pantai kritis sepanjang 18 km yang terbentang dari

Batang Arau hingga Batang Anai [1].

Garis pantai merupakan batas pertemuan antara darat dan

laut yang dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu

sejalan dengan kejadian alam seperti aktivitas gelombang,

angin, pasang surut dan arus serta sedimentasi erosi/longsor

maupun penurunan dan pengangkatan material penyusun

pantai. Perubahan garis pantai merupakan hasil dari suatu

proses yang dinamakan littoral transport yang membawa

material hasil erosi di sepanjang pesisir pantai. Selain proses

alam, perubahan garis pantai dapat pula disebabkan oleh

aktivitas manusia seperti pembangunan dams atau reservoirs,

dredging, dan pertambangan [2].

Pemantauan perubahan garis pantai untuk jangka waktu

yang lama sangat penting dilakukan karena tidak hanya dapat

digunakan untuk menginvestigasi asosiasi potensial antara

pola spasial sementara dari kenaikan permukaan laut dan pola

dari perubahan garis pantai, tetapi dapat juga memberikan

informasi dasar kepada pemerintah agar pejabat pemerintah

dan coastal manager dapat membuat peraturan yang rasional

dan ilmiah untuk tata kelola lahan dan pembangunan daerah

pesisir [3].

Data BNPB menunjukkan bahwa Kota Padang memiliki

skor 50 dalam kerawanan terhadap gelombang pantai dan

abrasi dan berada pada peringkat 1 nasional, daerah paling

rawan terhadap gelombang tinggi dan abrasi di Indonesia. Hal

ini menjadikan pantai Padang rentan terhadap perubahan garis

pantai. Penelitian [4] menunjukkan adanya perubahan garis

pantai Padang dari tahun 1990 hingga 2010 dengan

menghitung kecepatan abrasi yang terjadi yaitu berkisar antara

2 – 3.4 m. Dalam penelitian ini, kecepatan abrasi dapat

ditentukan setelah fraksi sedimen yang terabrasi telah

diketahui dan kemudian dihitung dengan persamaan kecepatan

abrasi [5].

Upaya pengamanan pantai Padang telah dilakukan sejak

tahun 1968. Konsep dasar yang diterapkan adalah meredam

pengaruh energi gelombang laut dengan pemasangan batu

Page 2: Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan ...senitia.ft.unib.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/SeNITiA...Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN

Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN 978-602-5830-11-2

Bengkulu, 17 Oktober 2019 e-ISBN 978-602-5830-13-6

139

besar dan pasir di pantai yang terancam stabilitasnya sehingga

tercapai kelancaran arus sedimentasi di perairan pantai secara

alami. Konsep ini diimplementasikan salah satunya yaitu

dengan pemasangan groin [1].

Terdapat 86 buah groin yang telah dibangun disepanjang

pantai Padang dengan interval jarak antar groin adalah 50

meter dan dipasang menjorok ke laut 15 – 25 meter. Penelitian

ini dilakukan dengan melakukan survei lapangan yang

dilakukan oleh tim surveyor pada awal bulan Mei 2014 pada

saat kondisi air pasang dan surut. Upaya pengamanan ini

tentunya sangat mempengaruhi perubahan garis pantai. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti evolusi perubahan

garis pantai setelah dibangun bangunan pengaman pantai ini

[1].

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

pendekatan model numerik yaitu, dengan menggunakan

program GENESIS (Generalized Model for Simulating

Shoreline Change) yang merupakan salah satu subprogram

dalam program NEMOS (Nearshore Evolution Modeling

System).

II. TEORI

Garis pantai merupakan garis batasan pertemuan antara

daratan dan air laut dimana posisinya tidak tetap dan dapat

berpindah sesudai dengan kondisi pasang air laut dan erosi

pantai yang terjadi [5].

Umumnya perubahan garis pantai yang terjadi adalah

perubahan maju (sedimentasi) dan perubahan mundur (abrasi).

Garis pantai dikatakan mengalami sedimentasi bila ada

petunjuk mengenai adanya pengendapan atau deposisi secara

terus-menerus, sedangkan garis pantai dikatakan abrasi bila

terjadi penenggelaman daratan [6].

Untuk mengetahui efektifitas groin terhadap perubahan

garis pantai di Pantai Kota Padang dapat digunakan program

GENESIS yang merupakan suatu program komputer yang

dapat menganalisa perubahan garis pantai dan memperkiraan

besarnya transpor sedimen.

III. METODOLOGI

Pengumpulan data dalam membuat permodelan perubahan

garis pantai dilakukan secara primer yaitu pengamatan secara

langsung dan secara sekunder yang berupa data angin selama

10 tahun, data batimetri, data sedimentasi dan data gelombang

selama 5 tahun.

Gambar 1. Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian tentang Permodelan Perubahan Garis

Pantai Dengan Menggunakan GENESIS di Pantai Padang

dapat dilihat pada Gambar 1. Lokasi penelitian ini sendiri

terletak pada koordinat 0056’8” – 1

00’34” S dan 100

020’24” -

100021’02” T (Google Earth, 2019).

Pengambilan data tinggi gelombang dilakukan pada saat

pasang surut purnama. Untuk waktu pengambilan data tinggi

gelombang sendiri dapat ditentukan berdasarkan data pasang

surut PT. Pelindo II. Dari data ini dapat dilihat waktu pasang

tertinggi dan surut terendah, sehingga pada waktu itulah

pengambilan data dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan alat ukur Total Station. Pengambilan data

dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 20 April – 21 April

2019. Pengambilan data dilakukan 3 kali sehari yaitu pada

waktu pagi, siang, dan sore hari.

IV. ANALISIS

A. Analisis Data Angin

Data angin yang diperlukan adalah data arah dan kecepatan

angin. Data tersebut diperoleh dari BMKG Maritim Teluk

Bayur, Padang. Data yang digunakan adalah data angin selama

10 tahun, yaitu dari tahun 2009-2018. Data angin diolah untuk

mendapatkan arah dan kecepatan angin dominan. Tabel 1. Pengelompokkan Kejadian Angin

Arah

(m/s)

N

(%)

NE

(%)

E

(%)

SE

(%)

S

(%)

SW

(%)

W

(%)

NW

(%)

0 <= ws <

1

1,3 0,6 0 0 0 0 0 0

1 <= ws <

2

1,7 1,0 0 0 0,0 0,0 0, 0,

2 <= ws <

3

11,3 1,6 0,4 0,5 2,4 2,7 1,1 0,3

3 <= ws <

4

23,5 1,8 0,6 1,2 10,9 6,1 1,7 0,5

4 <= ws <

5

11,5 1,1 0,3 0,3 5,3 1,6 0,2 0,2

ws >= 5

3,7 0,6 0,2 0,1 1,1 0,6 0,3 0,1

Berdasarkan perhitungan Tabel 1 dapat dilihat jumlah

persentase kejadian angin yang bertiup dari utara (north)

sebesar 53,286 %, angin yang beriup dari arah timur laut

(north east) sebesar 6,982 %, angin yang bertiup dari timur

(east) sebesar 1,670 %, angin yang bertiup dari tenggara

(south east) sebesar 2,163 %, angin yang bertiup dari selatan

(south) sebesar 19,907 %, angin yang bertiup dari barat

laut (north west) sebesar 1,342 %, dan angin yang bertiup dari

barat (west) sebesar 3,478 %. Sehingga, dapat disimpulkan

bahwa angin dominan berasal dari utara (north).

B. Analisis Fetch

Didalam tinjauan pembangkitan gelombang laut, fetch

dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Pada

Page 3: Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan ...senitia.ft.unib.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/SeNITiA...Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN

Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN 978-602-5830-11-2

Bengkulu, 17 Oktober 2019 e-ISBN 978-602-5830-13-6

140

perhitungan disini digunakan peta dengan skala 1:7.200.000.

Untuk penggambaran garis fetch kami sajikan pada Gambar 2.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan

panjang fetch adalah 51 km.

Gambar 2. Fetch

C. Analisis Gelombang

Data angin yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh

dari pengukuran didaratan sedangkan rumus-rumus

pembangkit gelombang diperhitungkan untuk data angin yang

diperoleh dipermukaan laut sehingga dibutuhkan transformasi

kecepatan angin. Konversi kecepatan angin dilakukan untuk

mencari peramalan tinggi gelombang signifikan (Hs) dan

periode gelombang (Ts). Perhitungan dapat dilihat pada

Tabel 2. Tabel 2. Perhitungam Hs dan Ts

Tahu

n

Kec.

Maksimal (m/s)

R

L

UW

(m/s)

UA

(m/s)

Hs

(m) Ts (dtk)

2009 9 1,2 10,8 13,25

5 1,6 5,6

2010 8 1,23 9,84 11,82

1

1,4

5

5,4

5

2011 8 1,23 9,84 11,82

1

1,4

5

5,4

5

2012 18 1 18 24,84

5 2,9 6,9

2013 7 1,25 8,75 10,23

1

1,2

5

5,2

5

2014 8 1,23 9,84 11,82

1

1,4

5

5,4

5

2015 10 1,1 11 13,55

7

1,7

0

5,7

5

2016 8 1,23 9,84 11,82

1 1,45

5,45

2017 15 1,05 15,7

5 21,08

2

2,3

5 6,4

2018 7 1,25 8,75 10,23

1

1,2

5

5,2

5

V. PEMBAHASAN

A. Simulasi Perubahan Garis Pantai Tahun 2014 - 2019

Simulasi perubahan garis Pantai Padang dilakukan pada

jangka waktu 5 tahun. Simulasi dilakukan mulai tanggal 01

januari 2014 sampai dengan 30 Januari 2019. Adapun hasil

simulasi perubahan garis pantai dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Simulasi Perubahan Garis Pantai Padang Tahun 2014 (a)

dan Tahun 2019 (b)

Dari simulasi perubahan garis pantai yang telah dilakukan

terhadap garis pantai yang telah dilakukan menggunakan

program GENESIS, maka didapatkan hasil bahwa terdapat 2

jenis perubahan garis pantai yang terjadi. Hasil simulasi

menunjukkan perubahan yang terjadi adalah berupa abrasi

(pengurangan garis pantai) dan sedimentasi (penambahan

garis pantai).

Gambar 4. Hasil Output

Page 4: Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan ...senitia.ft.unib.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/SeNITiA...Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN

Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN 978-602-5830-11-2

Bengkulu, 17 Oktober 2019 e-ISBN 978-602-5830-13-6

141

Gambar 5. Perbandingan Garis Pantai

Dari hasil output diketahui nilai perubahan garis pantai

yang terjadi, terlihat selisih dari perubahan koordinat

melintang garis pantai berupa ada yang bernilai positif dan

negatif. Nilai positif menunjukkan bahwa garis pantai

mengalami penambahan garis pantai akibat mengendapnya

sedimen pantai akibat abrasi pada titik garis pantai lain yang

dibawa oleh gelombang laut.

Gambar 6. Hasil Simulasi Garis Pantai 5 Tahun

Berdasarkan gambar 5 terlihat bahwa terjadi penambahan

garis pantai (sedimentasi) dan pengurangan garis pantai

(abrasi). Tabel sedimentasi dan abrasi dapat dilihat pada

Gambar 4 dimana terjadi penambahan garis pantai

(sedimentasi) maksimum sebesar 8,20meter dari posisi awal

garis pantai dan nilai abrasi maksimum sebesar -5,08 meter

dari posisi awal garis pantai.

B. Simulasi Perubahan Garis Pantai Tahun 2019 - 2023

Simulasi perubahan garis Pantai Padang dilakukan pada

jangka waktu 5 tahun. Simulasi dilakukan mulai tanggal 01

januari 2019 sampai dengan 30 Januari 2023. Adapun hasil

simulasi perubahan garis pantai dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil Simulasi Perubahan Garis Pantai Padang Tahun 2019

(a) dan Tahun 2023 (b)

Gambar 8. Perbandingan Garis Pantai

(a) (b)

(a)

(b)

Page 5: Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan ...senitia.ft.unib.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/SeNITiA...Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN

Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN 978-602-5830-11-2

Bengkulu, 17 Oktober 2019 e-ISBN 978-602-5830-13-6

142

Gambar 9. Hasil Output

Gambar 10. Hasil Simulasi Garis Pantai 5 Tahun

Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa terjadi penambahan

garis pantai (sedimentasi) dan pengurangan garis pantai

(abrasi). Tabel sedimentasi dan abrasi dapat dilihat pada

Gambar 9 dimana terjadi penambahan garis pantai

(sedimentasi) maksimum sebesar 7,01 meter dari posisi awal

garis pantai dan nilai abrasi maksimum sebesar -4,61 meter

dari posisi awal garis pantai.

Referensi [4] telah melakukan penelitian Simulasi

Perubahan Garis Pantai Teluk Belitung Kabupaten Kepulauan

Meranti Menggunakan Program GENESIS. Berdasarkan

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pantai Teluk Belitung

mengalami penambahan garis pantai (sedimentasi) dan

pengurangan garis pantai (abrasi). Berdasarkan simulasi dapat

ditarik kesimpulan bahwa pantai Teluk Belitung mengalami

penambahan garis pantai (sedimentasi) maksimum sebesar

26,1 meter dan mengalami pengurangan garis pantai (abrasi)

maksimum sebesar -25,1 meter.

Terlihat bahwa perubahan garis pantai yang terjadi di

pantai Teluk Belitung cukup signifikan daripada perubahan

garis pantai yang terjadi di pantai Padang. Lokasi Pantai Teluk

Belitung yang terletak pada muara Selat Asam mengakibatkan

perbedaan arah arus aliran yang mengenai garis pantai. Pada

saat air laut pasang arus yang terjadi datang dari arah laut

menuju pantai dan kedalam perairan Selat Asam,

mengakibatkan arus gelombang laut tersebut menggerus

tebing pantai mengakibatkan abrasi.

Pada saat air laut surut arah arus aliran pada perairan

pantai berubah dari dalam Selat Asam ke arah pantai dan laut

sehingga material tanah pantai yang tergerus pada saat pasang

akan terbawa oleh aliran arus ke garis pantai dan mengendap

pada garis pantai mengakibatkan sedimentasi.

Untuk mengatasi hal ini, seharusnya dibangun bangunan

pengaman pantai agar menjaga kestabilan garis pantai. Namun

sayangnya, di pantai Teluk Belitung sendiri belum dibangun

bangunan pengaman pantai.

Hal ini menjadi salah satu penyebab perubahan garis pantai

di Teluk Belitung lebih signifikan dibandingkan dengan

perubahan garis pantai di Pantai Padang yang telah memiliki

bangunan pengaman pantai, seperti groin, revertment, dan

breakwater. Tabel 3. Nilai Abrasi dan Sedimentasi yang Terjadi Per Tahun

TAHUN SEDIMENTASI (m) ABRASI (m)

2014 5,78 4,33

2015 5,71 4,75

2016 6,5 6,74

2017 7,22 4,48

2018 7,01 4,65

2019 8,2 5,08

2020 3,85 4,12

2021 5,35 4,25

2022 6,2 4,54

2023 7,01 4,61

Grafik 1. Sedimentasi dan Abrasi Selama 10 Tahun

y = -0,02x2 + 81,66x - 82514,25

y = -0,01x2 + 53,29x - 53789,56

2

3

4

5

6

7

8

9

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024TAHUN

sedimentasi

abrasi

Page 6: Permodelan Perubahan Garis Pantai Dengan Menggunakan ...senitia.ft.unib.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/SeNITiA...Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN

Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA) 2019 ISBN 978-602-5830-11-2

Bengkulu, 17 Oktober 2019 e-ISBN 978-602-5830-13-6

143

VI. KESIMPULAN

Hasil simulasi perubahan garis pantai yang terjadi pada

Pantai Padang menunjukkan perubahan garis pantai yang

terjadi berupa sedimentasi dan abrasi. Besarnya nilai

perubahan perubahan garis pantai yang terjadi hasil simulasi

adalah sebagai berikut:

1) Hasil simulasi dengan jangka waktu 5 tahun (2014-2019)

menunjukkan terjadi sedimentasi maksimum sebesar 8,20

meter dari posisi awal garis pantai dan nilai abrasi

maksimum sebesar -5,08 meter dari posisi awal garis

pantai

2) Hasil simulasi dengan jangka waktu 5 tahun (2019-2023)

menunjukkan terjadi sedimentasi maksimum sebesar 7,01

meter dari posisi awal garis pantai dan nilai abrasi

maksimum sebesar -4,61 meter dari posisi awal garis

pantai.

REFERENSI [1] Istijono, B dkk., 2014. Analisis Penilaian Kinerja Bangunan Pengaman

Pantai Terhadap Abrasi di Kota Padang. Jurnal Teknik Sipil

Universitas Andalas. [2] Hanafi, M. 2005. Hubungan Faktor Perilaku Manusia, Faktor Alam

dengan Perubahan Garis Pantai Untuk Optimisasi Pengelolaan

Wilayah Pesisir di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.

[3] Xu, N. 2018. Detecting Coastline Changes with All Available Landsat

Data Over 1986-2015: A case Study for the State of Texas, USA. Jurnal Fakultas Earth System Science, Universitas Beijing.

[4] Fajri, H., Fatnanta, F., dan Sutikno, S. 2013. Simulasi Perubahan Garis

Pantai Teluk Belitung Kabupaten Kepulauan Meranti Menggunakan Program GENESIS. Jurnal Teknik Sipil Universitas Riau.

[5] Triatmodjo, B., 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.

[6] Karsa, D.O. 2013. Analisis Perubahan Garis Pantai Tapak Padri Kota Bengkulu. Skripsi. Teknik Sipil Universitas Bengkulu.