PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong...

60
PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH DI KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG TRISNI NOVIASARI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong...

Page 1: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP

CABAI MERAH DI KECAMATAN COBLONG KOTA

BANDUNG

TRISNI NOVIASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Permintaan Konsumen

Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Trisni Noviasari

H34114070

Page 3: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

ABSTRAK

TRISNI NOVIASARI. Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai

Merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung Dibimbing oleh ANNA

FARIYANTI.

Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang pada umumnya

dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Permintaan cabai merah yang

berfluktuatif dapat berpengaruh terhadap harga yang ditawarkan. Penelitian ini

dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

permintaan cabai merah dan bagaimana respon rumah tangga di Kecamatan

Coblong Kota Bandung terhadap permintaan cabai merah akibat perubahan harga

dan pendapatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 hingga

Januari 2014 pada 40 responden ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian,

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah di Kecamatan Coblong

adalah harga cabai merah dan jumlah anggota keluarga yang signifikan pada

tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan variabel frekuensi pembelian, suku,

preferensi terhadap pedas, tempat pembelian dan pendapatan rumah tangga

signifikan pada tingkat kepercayaan kurang dari 99%. Respon permintaan

terhadap perubahan harga bersifat elastis.

Kata kunci : Permintaan cabai merah, faktor-faktor, elastisitas

ABSTRACT

TRISNI NOVIASARI. The Demand of Pepper in Coblong Bandung. Supervised

by ANNA FARIYANTI.

Pepper is one of the vegetables that is generally consumed by people in

Indonesia. The demand fluctuation can affected the price of pepper. This study

aims to analyze determinants of pepper demand and household response to the

price fluctuation and income changes. This research was conducted from

December 2013 until Januari 2014 with 40 household consumer as samples in

Coblong, Bandung. Based on this research, the factors that affect pepper demand

are its price and family members (significant at 99 confidence level), while the

other variables such as purchasing frequency, ethnic group, preference of spicy

food, and household income is less significant at 99 confidence level. Demand

response to the price change is elastic.

Keywords: Red chilli demand, factors, elasticity

Page 4: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP

CABAI MERAH DI KECAMATAN COBLONG KOTA

BANDUNG

TRISNI NOVIASARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 5: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

Judul Skripsi : Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah di

Kecamatan Coblong Kota Bandung

Nama : Trisni Noviasari

NIM : H34114070

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi

Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 6: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya akhir

dengan judul Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Di

Kecamatan Coblong Kota Bandung sebagai salah satu syarat kelulusan pada

Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Laporan ini merupakan

hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di Kecamatan Coblong Kota Bandung

selama jangka waktu satu bulan pada bulan Desember hingga Januari 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS

selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam

memberikan bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama

penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Dr. Amzul Rifin, SP MA dan Ibu Eva Yolynda Aviny, SP MM selaku dosen

penguji utama dan dosen penguji akademik yang telah memberikan saran dan

masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini. Penghargaan tak lupa

penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal

pengetahuan kepada penulis, seluruh responden ibu rumah tangga di Kecamatan

Coblong, Pegawai Kantor Kecamatan Coblong, serta seluruh pihak yang telah

membantu memberikan berbagai informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga

penulis sampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, para sahabat, dan rekan-rekan

seperjuangan Alih Jenis Agribisnis Angkatan 2 atas doa, nasehat, kasih sayang,

dan rasa kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata

dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap hasil penelitian ini

dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada para

pembaca sekalian. Amin.

Bogor, Maret 2014

Trisni Noviasari

H34114070

Page 7: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong
Page 8: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7 Tinjauan Umum Cabai Merah 7 Permintaan komoditas pertanian 8 Analisis Faktor-faktor permintaan pada komoditi pertanian 9 Elastisitas terhadap permintaan 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11 Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 18 Jenis dan Sumber Data 18 Metode Pengumpulan Data 18 Metode Pengolahan dan Analisis Data 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 Gambaran Umum Wilayah Penelitian 24 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Rumah Tangga

Terhadap Cabai Merah Di Kecamatan Coblong 33 Respon harga cabai merah di Kecamatan Coblong 40

SIMPULAN DAN SARAN 41 Simpulan 41

Saran 41 DAFTAR PUSTAKA 42 LAMPIRAN 44

Page 9: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

DAFTAR TABEL

1 Ekspor impor pertanian periode Januari-Februari 2013 1 2 Produksi komoditas sayuran tertinggi tahun 2008-2012 2 3 Rata-rata konsumsi cabai merah di Indonesia tahun 2008-2012 3 4 Uji Durbin-Watson: Aturan Keputusan 22 5 Penduduk Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2000, 2010 dan

2012 25 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan

tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong 26 8 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok 26 9 Tabel Sarana dan Prasarana Kecamatan Coblong 27 10 Kelurahan dan Jumlah RT/RW 27 11 Karakteristik responden berdasarkan tempat pembelian 28 12 Data responden berdasarkan frekuensi pembelian cabai merah 29 13 Data responden menurut jumlah pembelian cabai merah 29 14 Karakteristik responden menurut produk subtitusi 30 15 Karakteristik responden terhadap ketahanan untuk tidak

mengkonsumsi cabai merah 31

16 Sebaran responden berdasarkan persepsi responden terhadap harga beli

cabai merah 31 17 Sebaran responden berdasarkan respon/konsumsi terhadap perubahan

harga 32 18 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah di

Kecamatan Coblong 33 19 Hasil Perhitungan Elastisitas Harga Permintaan Cabai Merah Di

Kecamatan Coblong 40

DAFTAR GAMBAR

1 Harga cabai merah bulan Agustus 2011-2012 4

2 Harga harian cabai merah bulan Juli-September 2013 di Pasar Induk

Caringin Bandung 5 3 Permintaan cabai merah di Kota Bandung tahun 2012 6 4 Pergerakan kurva permintaan 13 5 Pergeseran kurva permintaan 14

6 Kerangka Pemikiran Operasional 17

Page 10: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji Normalitas 44 2 Uji Heteroskedasitas 45 3 Hasil Output Uji F, Uji Autokorelasi, Koefisien Determinasi (R

2),

Descriptive Statistik 46 4 Perhitungan Elastisitas Harga dan Elastisitas Pendapatan 47 5 Data regresi berganda 48

Page 11: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia memiliki potensi yang besar,

khususnya pada subsektor hortikultura. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian

Nomor 511 tahun 2006 terdapat 323 jenis komoditas1

hortikultura yaitu 60

komoditas buah-buahan, 80 komoditas sayur-sayuran, 66 komoditas biofarmaka

dan 117 komoditas tanaman hias. Komoditas hortikultura tersebut memiliki nilai

ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayuran,

florikultura dan tanaman obat) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat

dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar. Hal tersebut dapat

menjadi dasar perkembangan produk pertanian tropis di Indonesia.

Produk hortikultura merupakan produk yang dibutuhkan secara

berkelanjutan oleh masyarakat. Produk tersebut memiliki potensi pasar yang cerah

baik untuk pasokan dalam maupun luar negeri. Komoditas hortikultura memiliki

keunggulan berupa keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan

teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri maupun internasional. Hal

tersebut dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekspor maupun impor yang

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Ekspor impor pertanian periode Januari-Februari 2013

Sub Sektor Januari Februari Pertumbuhan

(%)

Tanaman Pangan

Volume (Kg)

Ekspor 44 825 909 53 668 374 19.73

Impor 2 170 021 958 2 348 676 515 8.23

Hortikultura

Volume (Kg)

Ekspor 44 176 507 81 509 086 84.51

Impor 282 961 879 352 635 312 24.62

Perkebunan

Volume (Kg)

Ekspor 6 175 204 241 7 953 033 774 28.79

Impor 308 108 888 278 730 123 -954

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura dan Departemen Pertanian 2013

Tabel 1 memperlihatkan volume ekspor dan impor subsektor hortikultura

pada bulan Januari hingga Februari 2013. Pertumbuhan impor subsektor

hortikultura adalah sebesar 24.62 persen. Produksi komoditi hortikultura di

Indonesia masih belum mencukupi. Hal tersebut dapat terjadi karena

1

Pusat Data Statistik dan Informasi. 2006. Keputusan Menteri Pertanian Nomor :

511/Kpts/Pd.310/9/2006.http://pusdatin.setjen.deptan.go.id/ditjentp/files/Kepmen511.pdf. [14

Oktober 2013]

Page 12: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

2

ketidakmampuan dalam memproduksi komoditas hortikultura akibat menurunya

hasil akhir produksi ataupun disebabkan karena gagal panen. Selain itu, adanya

peningkatan permintaan produk dipasaran sehingga dibutuhkan produk impor

untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Salah satu kebutuhan konsumen yang mendasar adalah pangan.

Terpenuhinya pangan merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh

masyarakat sebagai konsumen. Perilaku konsumsi pangan merupakan salah satu

indikator untuk menilai tingkat perkonomian rumah tangga maupun

perekonomian secara nasional (Jafrinur, 2010).

Sayuran merupakan salah satu komoditas dari subsektor hortikultura yang

berperan dalam ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan dapat dipengaruhi dari

jumlah yang berada di suatu wilayah. Jumlah penduduk yang semakin lama

semakin meningkat serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat

dapat meningkatkan peluang pasar terhadap produk hortikultura. Untuk memenuhi

ketersediaan pangan dan gizi masyarakat, terdapat beragam jenis sayuran yang di

produksi di Indonesia. Tabel 2 menunjukan beberapa jenis sayuran yang banyak

diproduksi didalam negeri tahun 2008 sampai 2012.

Tabel 2 Produksi komoditas sayuran tertinggi tahun 2008-2012

No Komoditas Ton

2008 2009 2010 2011 2012

1 Kubis 1 323 702 1 358 113 1 385 044 1 363 741 1 450 037

2 Kentang 1 071 543 1 176 304 1 060 805 955 488 1 094 232

3 Bawang

merah 853 615 965 164 1 048 934 893 124 964 195

4 Tomat 725 973 853 061 891 616 954 046 893 463

5 Cabai

merah 695 707 787 433 80 716 888 852 95 431

6 Petsai/sawi 565 636 562 838 58 377 580 969 594 911

7 Bawang

daun 547 743 549 365 541 374 526 774 596 805

8 Ketimun 540 122 583 139 547 141 521 535 511 485

9 Cabai rawit 457 353 591 294 521 704 594 227 702 214

10 Kacang

panjang 455 524 483 793 489 449 458 307 455 562

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2012

Pada Tabel 2 cabai merah merupakan salah satu dari 10 komoditas sayuran

tertinggi yang diproduksi di Indonesia. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun

2012 terus meningkat setiap tahunnya, hal tersebut menunjukan banyaknya

permintaan akan cabai yang terus berkembang. Pada waktu tertentu, terutama

menjelang hari besar keagamaan jumlah permintaan melebihi ketersediaan di

pasaran. Hal tersebut mengakibatkan harga cabai merah meningkat sampai

beberapa periode waktu tertentu.

Cabai merah (Capsicum annum) adalah komoditas unggulan yang bernilai

ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang baik. Sebagai bumbu masak

yang kaya akan vitamin A, C, serta kalsium. Cabai merah merupakan komoditi

Page 13: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

3

yang tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Komoditi ini banyak digunakan dalam bentuk olahan sebagai konsumsi rumah

tangga maupun industri pengolahan makanan. Pada perdagangan internasional,

cabai banyak dijual dalam bentuk segar, kering, giling, pasta atau saos (Wiryanta,

2001).

Terdapat tiga jenis cabai yang pada umumnya dibudidayakan oleh

masyarakat untuk keperluan konsumsi, diantaranya cabai merah, cabai rawit, dan

paprika. Cabai merah adalah salah satu jenis cabai yang paling digemari di

kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan hasil pertanian ini sudah menjadi budaya

kuliner masyarakat Indonesia. Adanya peningkatan konsumsi pada komoditi ini

maka akan semakin potensial cabai merah untuk dibudidayakan oleh petani

Indonesia. Kebutuhan cabai yang sangat besar ini juga harus diimbangi dengan

produksi cabai yang tinggi, sehingga kebutuhan cabai merah dalam negeri dapat

terpenuhi.Tabel 3 menunjukan kebutuhan rata-rata dalam mengkonsumsi cabai

merah.

Tabel 3 Rata-rata konsumsi cabai merah di Indonesia tahun 2008-2012

Tahun Konsumsi (ons/kapita/tahun)

2008 15.486

2009 15.226

2010 15.278

2011 14.965

2012 16.529

Sumber : Departemen Pertanian 2012

Konsumsi cabai merah per kapita dalam negeri cenderung meningkat setiap

tahunnya seperti yang ditunjukan pada Tabel 3. Selama lima tahun terakhir yaitu

pada tahun 2008 hingga tahun 2012 konsumsi cabai meningkat dari 15.486

hingga 16.529 ons per kapita per tahun. Meskipun terjadi penurunan pada tahun

2010 sebesar 0.313 ons per kapita per tahun, namun tetap menunjukan nilai positif

dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2012. Meningkatnya konsumsi

cabai di Indonesia menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki potensi besar

untuk diusahakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunandar,

Suprianto dan Candra (2012) mengenai keuntungan dan kelayakan dalam

usahatani cabai merah menyatakan R/C Ratio yang didapat dari luas tanam lahan

satu hektar mencapai angka 1.760. Hasil tersebut menunjukan, usahatani cabai

merah yang ditanam petani pada luas lahan satu hektar layak untuk diusahakan.

Cabai merah merupakan salah satu komoditas yang terkait pengaruhnya

terhadap perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tingkat

permintaan masyarakat terhadap cabai merah. Fluktuasi harga cabai merah dapat

mempengaruhi harga-harga pada komoditi lainnya. Sari (2013) menyatakan

kontribusi terbesar terhadap laju inflasi bulan Februari 2013 adalah kelompok

bahan makanan (0.49%). Hal ini menjadikan cabai merah termasuk dalam 5

komoditi yang menyumbangkan inflasi. Adapun komoditas kelompok bahan

makanan yang dominan memberikan sumbangan inflasi terbesar diantaranya

bawang putih (0.12%), menyusul tomat sayur dan bawang merah (0.07%), cabai

merah (0.04%), daging sapi (0.01%).

Page 14: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

4

Jumlah cabai yang tersedia di pasar tidak selalu sesuai dengan kebutuhan

konsumen. Disaat panen raya jumlah cabai di pasar melebihi kebutuhan konsumsi

masyarakat, namun tidak jarang jumlah cabai yang tersedia lebih sedikit dari

kebutuhan konsumen. Berdasarkan catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Agro Provinsi Jawa Barat tahun 2006 dalam Rachma (2008), permintaan

kebutuhan cabai merah dari konsumen rumah tangga di Jawa Barat mencapai

2 502 24 ton, sedangkan permintaan dari industri besar dan sedang mencapai

28 61 ton.

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara

jumlah yang tersedia dengan jumlah permintaan cabai di pasar. Salah satunya

disebabkan karena tidak stabilnya jumlah cabai yang diproduksi atau jumlah

permintaan konsumen yang berfluktuatif. Hal tersebut dapat memberikan dampak

pada ketidakstabilan harga cabai dipasaran. Gambar 1 menunjukan fluktuasi yang

terjadi pada cabai di Indonesia sepanjang bulan Agustus tahun 2011 hingga

Agustus 2012.

Gambar 1 Harga cabai merah bulan Agustus 2011-20122

Pada Gambar 1 terlihat grafik perkembangan dan penurunan harga cabai

yang mengindikasikan adanya ketidakseimbangan pada pasar cabai.

Ketidakseimbangan tersebut bisa terjadi karena jumlah penawaran atau pasokan

cabai merah jumlahnya terlalu tinggi ataupun sebaliknya. Selain dari penawaran,

ketidakseimbangan pasar dapat terjadi karena tinggi atau rendahnya permintaan

cabai. Akibat dari ketidaktersediaan pasokan terhadap kebutuhan pasar yaitu

harga cabai yang tidak menentu.

Kecamatan Coblong Kota Bandung merupakan kecamatan terpadat di

kawasan Bandung Utara. Jumlah penduduk yang padat dapat menjadi lokasi yang

tepat sebagai tempat untuk mengkaji konsumsi bahan makanan khususnya

sayuran seperti cabai merah. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk

maka tingkat kebutuhan pangan bagi penduduk juga tinggi. Maka dari itu

ketersediaan bahan pangan di setiap pasar di daerah ini harus diperhatikan sebagai

pemenuhan konsumsi masyarakat.

2 Tinjauan pasar cabai. Diakses pada http://ews.kemendag.go.id . [4 November 2013]

Page 15: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

5

Perumusan Masalah

Permintaan terhadap suatu komoditi erat kaitannya dengan tingkat konsumsi

pada konsumen. Jumlah ketersediaan serta jumlah permintaan suatu komoditas

mempengaruhi harga serta perilaku konsumsi bagi setiap rumah tangga. Pada

umumnya setiap rumah tangga memiliki karakteristik dalam menkonsumsi suatu

produk, seperti jumlah anggota rumah tangga, pendapatan, selera serta kebiasaan

yang dijalankan.

Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang umumnya

dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Permintaan cabai merah yang

berfluktuatif dapat berpengaruh terhadap harga yang ditawarkan. Jumlah

ketersediaan yang meningkat namun jumlah permintaan di pasar rendah maka

akan mengakibatkan harga jual yang ditawarkan komoditas ini akan menurun.

Berbeda halnya ketika jumlah ketersediaan menurun sedangkan jumlah

permintaan konsumen tinggi, hal ini dapat menyebabkan harga jual yang

ditawarkan akan meningkat. Perubahan harga tersebut menyebabkan pengeluaran

konsumen rumah tangga terhadap komiditi ini berubah. Berikut ini merupakan

fluktuasi harga pada komoditas cabai merah di Pasar Induk Caringin di tahun

2013 (Gambar 2).

Gambar 2 Harga harian cabai merah bulan Juli-September 2013 di Pasar Induk

Caringin Bandung

Gambar 2 menunjukan fluktuasi harga harian cabai merah di pasar Induk

Caringin Bandung. Terlihat harga cabai merah mengalami penurunan di tanggal

29 Juli 2013 dan mengalami peningkatan yang signifikan di tanggal 29 Agustus

2013. Hal tersebut dapat disebabkan karena kebutuhan konsumsi rumah tangga

yang tidak diimbangi dengan keteresediaan. Berdasarkan data dari Dinas

Pertanian, permintaan cabai merah di Kota Bandung relatif berfluktuatif

(Gambar 3).

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

Harga harian cabai merah

Harga harian cabai merah

Page 16: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

6

Gambar 3 Permintaan cabai merah di Kota Bandung tahun 2012

Gambar 3 menunjukan permintaan cabai merah yang berfluktuasi dari bulan

Januari hingga bulan Desember 2012. Pada bulan Januari hingga bulan Februari

cabai merah mengalami peningkatan, namun di bulan Maret terjadi penurunan dan

bulan Juni serta Agustus mengalami peningkatan kembali. Peningkatan jumlah

permintaan dapat terjadi karena beberapa faktor. Hal tersebut menyebabkan

jumlah cabai merah diminta akan lebih besar dibandingkan hari biasanya.

Permintaan cabai merah yang berfluktuatif dapat disebabkan oleh faktor

ekonomi dan faktor sosial. Dimana diduga faktor ekonomi yang mempengaruhi

adalah harga (harga cabai merah itu sendiri dan harga barang lain yang dapat

menjadi pengganti atau penggenapnya) dan pendapatan, sedangkan faktor sosial

yang mempengaruhi adalah jumlah penduduk (Dewi, 2009). Berdasarkan data3

dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung pendapatan per kapita per tahun di Kota

Bandung yang menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Jika pada tahun 2008

pendapatan per kapita baru mencapai Rp11,8 juta/orang, maka pada tahun 2012

mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi Rp15,4 juta/orang. Hal

tersebut menunjukan terjadinya peningkatan pendapatan dari tahun 2008 sampai

2012. Perubahan pendapatan tersebut diduga dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi permintaan.

Namun, masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan jumlah

permintaan komoditi cabai merah di tingkat konsumen rumah tangga dan

pengaruh permintaan terhadap perubahan harga serta pendapatan. Maka,

pentingnya mengkaji lebih lanjut mengenai permintaan cabai merah sebagai salah

satu komoditas yang sering dikonsumsi di masyarakat khususnya rumah tangga di

Kecamatan Coblong Kota Bandung.

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian adalah :

1. Faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah permintaan rumah

tangga terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung ?

2. Bagaimana respon rumah tangga terhadap permintaan cabai merah akibat

perubahan harga dan pendapatan?

3

Pendapatan per kapita di Kota Bandung. Diakses pada

http://bandung.go.id/images/download/LKPJ/LKPJ_2012_bab_1.pdf. [28 Februari 2013]

0200400600800

1000

Ton

Bulan

Permintaan

Page 17: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

7

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan dan latar belakang

penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga

terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung.

2. Menganalisis respon rumah tangga di Kecamatan Coblong Kota Bandung

terhadap permintaan cabai merah akibat perubahan harga dan pendapatan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi suatu sumber

informasi dan rekomendasi dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak

terkait yaitu:

1. Bagi yang bersangkutan (pemerintah) diharapkan dapat menjadi

pertimbangan dalam kebijakan yang berkaitan dengan permintaan komoditi

cabai merah agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

2. Bagi petani maupun pedagang diharapkan dapat menjadi masukan dalam

menentukan strategi dalam memproduksi dan menjual cabai merah.

3. Bagi penulis sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan

sarana untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada analisis permintaan konsumen rumah tangga

terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung. Lokasi dalam

pengambilan data yaitu di Kecamatan Coblong. Perhitungan tingkat konsumsi

mencakup total pengeluaran konsumsi selama satu bulan terakhir. Penelitian ini

dibatasi pada komoditas cabai merah, baik cabai merah besar maupun cabai merah

keriting yang dikonsumsi di rumah tangga. Produk subtitusi (pengganti) pada

cabai merah ini tidak dimasukan ke dalam variabel yang dianalisis. Penelitian ini

hanya memberikan informasi permintaan cabai merah di tingkat rumah tangga,

tidak mengkaji permintaan cabai merah di tingkat pasar atau industri.

Pengambilan data permintaan cabai merah ini dilakukan terhadap 40 orang

responden ibu rumah tangga. Metode analisis yang digunakan yaitu metode

analisis deskriptif dan metode regresi berganda.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Cabai Merah

Cabai termasuk tanaman semusim (annual) berbentuk perdu, berdiri dengan

batang berkayu, serta memiliki banyak cabang. Cabai mengandung zat-zat gizi

yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabai mengandung protein,

Page 18: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

8

lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin-vitamin, dan

mengandung senyawa-senyawa alkaloid seperti capsianin, flafenoid, dan minyak

esensial (Prajnanta, 2006). Pada umumnya cabai dapat ditanam pada dataran

rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Suhu perkecambahan benih paling baik

antara 25-30 0C sedangkan untuk pertumbuhan adalah 24-28

0C. Untuk

pertumbuhan yang optimal, tanaman cabai membutuhkan intensitas cahaya

matahari sekurang-kurangnya selama 10 sampai 12 jam untuk melakukan

fotosintesis, pembentukan bunga dan buah, serta pemasakan buah. Derajat

keasaman tanah (pH) yang ideal untuk tanaman cabai adalah 6-7.

Terdapat beberapa jenis cabai yang umumnya dibudidayakan (tim redaksi

Trubus, 2006) :

a. Cabai rawit

Cabai rawit merupakan jenis cabai yang memiliki rasa yang sangat pedas

dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Mengandung kadar minyak atrisi

yang tinggi. Biji cabai ini banyak dan padat. Bentuk buah cabai rawit pada

umumnya memiliki panjang kira-kira 1 sampai 2 cm dengan diameter 0.5

sampai 1 cm.

b. Cabai merah

Cabai merah merupakan jenis yang dapat dikatakan sebagai primadona cabai.

Pembudidaya cabai merah menjanjikan peluang bisnis bagi pelakunya. Cabai

merah ini juga memiliki beberapa jenis antara lain cabai merah, cabai merah

bulat, dan cabai hijau. Bentuknya juga bervariasi ada yang panjangnya 10 cm

dengan diameter 0.5 sampai 1 cm. Ada pula yang panjangnya 8 sampai 12 cm

dengan diameter 1 sampai 1.5 cm.

c. Cabai paprika

Jenis cabai ini terlihat seperti buah apel merah yang kecil atau menyerupai

buah tomat yang lonjong. Panjangnya kira-kira 2 sampai 5 cm dengan

diameter 3 sampai 5 cm. Rasanya tidak pedas dan cenderung manis. Kulit dan

daging buahnya tebal, bijinya sangat sedikit. Kulit buahnya berwarna hijau

saat masih muda, setelah tua akan menjadi merah muda dan ketika buahnya

masak akan berwarna merah tua.

d. Cabai hias

Cabai hias merupakan jenis tanaman cabai yang kebanyakan dimanfaatkan

sebagai tanaman hias yang ditanam di pot. Cabai hias ini juga bentuknya

bermacam-macam antara lain cabai kapur, cabai polong, cabai jepang, dan

cabai payung. Bentuknya juga bervariasi yang seperti cabai rawit, ada yang

bulat seperti kelereng dan ada pula yang bentuknya pipih.

Permintaan komoditas pertanian

Permintaan adalah barang atau jasa yang diminta dalam jumlah tertentu

pada tingkat harga dan periode tertentu. Dimana semakin banyak jumlah

penduduk maka akan semakin tinggi permintaan masyarakat akan suatu jenis

barang ataupun jasa. Menurut Sudarsono dalam Dewi (2009) permintaan baru

mempunyai arti apabila didukung oleh daya beli pada permintaan barang tersebut

sehingga dapat dikatakan permintaan efektif (effective demand). Sedangkan

permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan

Page 19: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

9

absolute/potensial (absolute/potential demand). Dibawah ini adalah penelitian

yang dilakukan mengenai analisis permintaan pada komoditi pertanian Dewi

(2009), Satriana (2013), Afifa (2006) dan komiditi peternakan Hadiwijoyo (2009).

Hadiwijoyo (2009) menganalisis permintaan akibat adanya kesenjangan

antara kebutuhan konsumsi dengan produksi daging sapi lokal. Hal tersebut

menunjukkan banyaknya permintaan terhadap daging sapi lokal, sehingga

dirumuskan permasalahan faktor-faktor yang menentukan jumlah permintaan dan

penawaran serta elastisitas (respon) harga, elastisitas silang, dan elastisitas

pendapatan terhadap permintaan dan penawaran daging sapi di Indonesia. Hal

serupa namun berbeda komoditi dilakukan Afifa (2006) yang melakukan analisis

permintaan kedelai sebagai bahan baku kecap akibat adanya peningkatan jumlah

penduduk yang menyebabkan meningkatnya konsumsi kecap pada industri kecap

di Indonesia. Maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana

keragaan perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai

pada industri kecap di Indonesia.

Berbeda halnya dengan penelitian Dewi (2009) dan Satriana (2013)

menganalisis permintaan komoditas cabai dengan melihat adanya fluktuasi harga

dari komoditi tersebut. Fluktuasi harga tersebut dapat mempengaruhi tingkat

permintaan dari cabai merah. Salah satu penyebab fluktuasi yang terjadi yaitu

kenaikan jumlah penduduk. Berdasarkan hal tersebut Dewi (2009) merumuskan

beberapa permasalahan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan

elastisitas permintaan cabai merah besar di Kota Surakarta. Sedangkan Satriana

(2013) merumuskan permasalahan mengenai karakteristik usaha restoran dan

permintaan cabai merah besar pada usaha restoran di Jakarta Selatan.

Dari empat penelitian yang dikaji, produk pertanian memiliki elastisitas

dimana fluktuasi harga dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan jumlah

permintaan. Hal tersebut dapat menjadi gambaran penelitian ini untuk melihat

adanya pengaruh dari fluktuasi harga tingkat konsumen rumah tangga di

Kecamatan Coblong Kota Bandung.

Analisis Faktor-faktor permintaan pada komoditi pertanian

Permintaan untuk suatu produk menunjukan jumlah yang akan diminta atau

diinginkan konsumen per periode waktu tertentu. Permintaan tersebut dapat

ditentukan oleh harga komoditi itu sendiri, harga komoditi yang berkaitan, rata-

rata pendapatan rumah tangga, distribusi pendapatan, selera dan besarnya populasi

(Lipsey et al.). Faktor-faktor tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan alat

untuk dinilai apakah dapat mempengaruhi permintaan barang atau komoditi

tertentu. Afifa (2006), Satriana (2013), Priyanti (2012) dan Dewi (2009)

menggunakan alat analisis model ekonometrika yaitu analisis regresi linier

berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (Method of ordinary least

square)/OLS.

Afifa (2006) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

kedelai pada industri kecap di Indonesia adalah variabel produksi kecap, harga

kecap, harga kedelai, permintaan kedelai tahun sebelumnya, nilai tukar rupiah dan

banyaknya perusahaan kecap. Berbeda komoditas namun masih dalam analisis

faktor-faktor permintaan, Dewi (2009) menyatakan faktor-faktor yang

Page 20: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

10

mempengaruhi permintaan cabai merah terdiri harga cabai merah itu sendiri,

harga komoditi pengganti, pendapatan dan jumlah penduduk. Berbeda halnya

dengan Priyanti (2012) yang menemukan faktor yang mempengaruhi permintaan

cabai merah diantaranya jumlah anggota keluarga, harga beli cabai, pendapatan

rumah tangga, frekuensi pembelian cabai dalam satu bulan, tempat pembelian, dan

suku. Menurut Satriana (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

cabai merah untuk restoran di wilayah Jakarta Selatan adalah harga jual rata-rata

masakan, harga minyak goreng, dan rata-rata penerimaan restoran.

Dari empat penelitian yang dibahas, harga adalah faktor yang dapat

mempengaruhi permintaan baik harga komoditi itu sendiri maupun harga

komoditi pengganti. Selain dari harga masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi permintaan terhadap suatu komoditi khususnya cabai merah. Maka

dari itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi jumlah permintaan rumah tangga khususnya cabai merah di

Kecamatan Coblong Kota Bandung.

Elastisitas terhadap permintaan

Elastisitas permintaan yaitu tingkat kepekaan perubahan permintaan

terhadap perubahan harga dan pendapatan. Elastisitas dapat mengukur dan

menjelaskan seberapa jauh reaksi perubahan kuantitas terhadap perubahan faktor-

faktor yang mempengarui permintaan (Lipsey et al, 1995). Elastisitas harga dari

permintaan yaitu persentase perubahan permintaan karena adanya perubahan

harga barang tersebut sebesar 1 persen. Sedangkan elastisitas pendapatan dari

permintaan yaitu persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta

sebagai respon atas perubahan pendapatan sebesar 1 persen.

Satriana (2013) menganalisis permintaan cabai merah besar pada usaha

restoran di Jakarta Selatan menunjukan elastisitas harga cabai merah besar

terhadap permintaan adalah -2.125, yang berarti kenaikan harga cabai merah besar

sebesar satu persen akan menurunkan jumlah cabai merah besar yang diminta

sebesar 2.125 persen. Nilai elastisitas rata-rata penerimaan pada penelitian ini

adalah 0.253, yang berarti penambahan rata-rata penerimaan restoran sebesar satu

persen akan meningkatkan jumlah permintaan cabai merah besar sebesar 0.253

persen. Nilai elastisitas rata-rata penerimaan restoran bersifat inelastis yang

berarti perubahan penambahan jumlah rata-rata penerimaan restoran akan

memberikan respon yang lebih kecil terhadap peningkatan jumlah cabai merah

besar yang diminta usaha Restoran Padang di Jakarta Selatan.

Penelitian yang dilakukan Priyanti (2012) dan Dewi (2009) menyatakan

harga dan pendapatan bersifat inelastis terhadap permintaan. Pada penelitian

Priyanti (2012) nilai elastisitas harga yang dihasilkan adalah -0.0231. Nilai

-0.0231 menunjukkan ketika harga cabai meningkat sebesar satu persen maka

rata-rata permintaan cabai merah keriting rumah tangga di DKI Jakarta akan turun

sebesar 0,0231 persen. Persentase perubahan jumlah permintaan cabai merah

keriting lebih kecil dari persentase perubahan harga cabai merah keriting. Hal

tersebut menunjukkan bahwa jumlah permintaan cabai merah keriting di DKI

Jakarta bersifat tidak elastis (inelastis) terhadap harga cabai merah keriting.

Selanjutnya nilai elastisitas pendapatan yang dilakukan Priyanti (2012) adalah

Page 21: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

11

0,00963. Nilai tersebut menunjukan pendapatan rumah tangga akan memberikan

respon yang lebih kecil terhadap peningkatan permintaan jumlah cabai merah

keriting di DKI Jakarta. Pada penelitian Dewi (2009) nilai elastisitas harga yang

dihasilkan adalah sebesar -0.89 menunjukan bahwa harga bersifat inelastis.

Sedangkan nilai elastisitas pendapatan yang dihasilkan adalah 0.42 yang berarti

bahwa adanya peningkatan atau penurunan pendapatan belum tentu menyebabkan

perubahan besar dalam jumlah cabai yang diminta.

Pada penelitian dengan komoditas yang berbeda, harga dan pendapatan pun

bersifat inelastis terhadap permintaan. Khoirunisa (2008) menganalisis mengenai

permintaan daging ayam broiler di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok

menunjukan elastisitas harga daging ayam broiler sebesar -2.335 yang artinya

dengan meningkatnya harga sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah

permintaan daging ayam broiler sebesar 2.335 persen. Nilai tersebut menunjukan

persentase perubahan jumlah permintaan daging ayam broiler lebih kecil dari

persentase perubahan harga. Maka harga pada ayam broiler bersifat inelastis.

Elastisitas pendapatan yang dihasilkan bernilai 0,447 nilai tersebut kurang dari 1

yang artinya elastisitas pendapatan terhadap permintaan daging ayam broiler

bersifat inelastis.

Dari empat penelitian yang dikaji semua penelitian menunjukan harga dan

pendapatan bersifat tidak elastis (inelastis) terhadap jumlah permintaan. Maka,

dari penelitian sebelumnya dapat menjadi pandangan untuk penelitian yang akan

dilakukan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang menjelaskan

mengenai teori-teori yang sesuai dan digunakan dalam topik penelitian. Kerangka

pemikiran teoritis membahas mengenai berbagai teori dan konsep permintaan

terkait dengan penelitian yang dilakukan. Kerangka pemikiran teoritis dalam

kajian ini meliputi konsep permintaan serta elastisitas.

Teori Permintaan

Salvatore (2006) menjelaskan permintaan adalah jumlah komoditi yang

bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi atau

tergantung pada harga komoditi itu, pendapatan nominal individu, harga komoditi

lain, dan cita rasa individu. Lipsey et all (1995) menambahkan permintaan adalah

hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli

konsumen selama periode tertentu dengan harga komoditi tersebut. Teori

permintaan menjelaskan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan

harga dan patuh pada hukum permintaan. Hukum pada permintaan ini

menjelaskan ketika harga suatu produk naik maka jumlah yang diminta oleh

konsumen akan turun, dengan asumsi cateris paribus. Sebaliknya, ketika harga

turun maka jumlah permintaan akan meningkat. Hukum permintaan berbanding

terbalik dengan harga.

Page 22: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

12

Murni (2012) menjelaskan permintaan dikatakan juga sebagai keinginan

untuk mendapatkan barang dan jasa yang diikuti oleh kemampuan beli.

Kemampuan beli seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan dan juga

harga barang. Harga dan pendapatan akan mempengaruhi kemampuan beli dan

keinginan untuk mendapatkan barang agar terealisasi.

Firdaus (2009) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara peermintaan

dengan jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan

keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangakan

jumlah barang yang diminta adalah banyaknya permintaan pada suatu tingkat

harga tertentu. Maka, permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli

suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Terdapat

dua model permintaan diantaranya:

1. Permintaan langsung, yaitu permintaan untuk konsumsi pribadi. Permintaan

atas barang dan jasa yang secara langsung memuaskan keinginan konsumen.

2. Permintaan turunan, yaitu permintaan atas barang dan jasa bukan karena

nilai konsumsi langsung, melainkan karena merupakan masukan dalam

pembuatan atau distribusi produk. Ini dapat dikatakan bahwa permintaan

barang dan jasa tersebut diturunkan dari permintaan akan suatu produk

dimana barang dan jasa tersebut digunakan dalam pembuatannya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga

Jumlah komoditi yang akan dibeli oleh rumah tangga pada periode waktu

tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor penting diantaranya :

1. Harga komoditi itu sendiri

Harga komoditi itu sendiri berhubungan negatif dengan faktor lain dianggap

sama. Kenaikan harga komoditi tersebut akan mengurangi jumlah yang diminta

dan penurunan harga akan terjadi sebaliknya (Anindita, 2008). Putong (2010)

menjelaskan manakala pada suatu pasar terdapat permintaan suatu produk yang

relatif banyak maka akan menyebabkan :

1. Barang yang tersedia pada produsen tidak dapat memenuhi semua permintaan

tersebut, sehingga untuk membatasi jumlah pembelian produsen akan

menaikan harga jual produk tersebut.

2. Penjual akan berusaha menggunakan kesempatan tersebut untuk

meningkatkan dan memperbesar keuntungannya dengan cara menaikan harga

jual produknya.

Sebaliknya, pada suatu pasar permintaan suatu produk relative sedikit, maka

yang terjadi adalah harga akan turun. Keadaan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Barang yang tersedia pada produsen/penjual relatif sangat banyak sehingga

manakala jumlah permintaan sedikit produsen akan berusaha menjual

produknya sebanyak mungkin dengan cara menurunkan harga jual produknya.

2. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari volume

penjualannya (banyaknya produk yang dijual).

Hukum permintaan berlaku bila yang berubah hanya faktor harga, sementara

faktor bukan harga diasumsikan dalam keadaan Cateris Paribus. Bila yang

berubah adalah faktor harga maka kondisi permintaan akan berubah, tetapi

Page 23: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

13

perubahannya tidak akan menggeser kurva permintaan. Perubahan permintaan

hanya terjadi pergerakan di sepanjang kurva permintaan. Gambar 4 menunjukan

pergerakan kurva permintaan.

Sumber : Lipsey et al (1995)

Gambar 4 Pergerakan kurva permintaan

Gambar 4 menjelaskan ketika harga turun dari P1 menjadi P2, maka

permintaan bertambah dari Q1 menjadi Q2 unit. Posisi permintaan berubah dari

titik A ke titik B. Ketika harga naik dari P2 menjadi P1, maka permintaan

berkurang dari Q2 menjadi Q1 unit. Posisi permintaan berubah dari titik B ke titik

A. Perubahan harga menyebabkan jumlah permintaan mengalami perubahan,

tetapi gerakan perubahan permintaan tetap berada pada kurva yang sama. Hal

tersebut dapat dilihat pada titik perubahan dari A ke B atau dari B ke A yang

pergerakannya hanya terjadi di sepanjang kurva D.

2. Rata–rata penghasilan rumah tangga/ Distribusi pendapatan

Distribusi pendapatan merupakan pendapatan total yang konstan

didistribusikan kembali kepada jumlah penduduk, maka permintaan berubah

(Lipsey et all, 1995). Sedangkan Case dan Fair (2006) menjelaskan penghasilan

rumah tangga merupakan jumlah semua upah, gaji, laba, pembayaran, bunga,

sewa dan bentuk penghasilan lain yang diterima oleh suatu rumah tangga pada

periode waktu tertentu. Rumah tangga yang memiliki pendapatan yang lebih

tinggi sanggup membeli lebih banyak barang. Case dan Fair (2006) menduga

adanya permintaan yang lebih tinggi pada tingkat penghasilan yang lebih tinggi

dan permintaan yang lebih rendah pada tingkat penghasilan yang lebih rendah.

Barang yang permintaannya naik ketika pendapatan lebih tinggi dan

permintaannnya turun ketika pendapatan lebih rendah disebut barang normal.

Adapun pendapatan yang lebih tinggi dapat mengurangi konsumsi suatu produk.

Barang yang cenderung turun ketika pendapatan meningkat disebut barang

inferior.

Ketika faktor pendapatan berubah maka kondisi permintaan akan berubah dan

perubahannya akan menggeser kurva permintaan. Perubahan kurva tersebut bisa

bergeser ke kanan (increased demand) dan bisa bergeser ke kiri (decreased

demand). Kenaikan jumlah permintaan (increased demand) dapat terjadi karena

adanya salah satu faktor yang mempengaruhi seperti kenaikan jumlah pendapatan.

Sedangkan jumlah permintaan yang berkurang (decreased demand) dapat terjadi

Page 24: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

14

karena turunnya jumlah pendapatan, adanya barang subtitusi (produk lain).

Berikut ini merupakan pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Murni (2012)

Gambar 5 Pergeseran kurva permintaan

Kurva 5 menjelaskan kenaikan permintaan akan mendorong kurva

permintaan ke kanan dari kurva D ke kurva D1. Kondisi ini bisa disebabkan karena

pendapatan masyarakat bertambah, sehingga daya beli akan bertambah meskipun

harga yang ditawarkan tetap. Sedangkan penurunan permintaan akan mendorong

kurva permintaan ke kiri dari kurva D ke kurva D2. Kondisi ini bisa disebabkan

karena riel income masyarakat turun serta adanya barang pengganti, sehingga

daya beli akan berkurang.

3. Harga komoditi yang berkaitan

Harga pada satu barang dapat mempengaruhi permintaan atas barang lain.

Ketika peningkatan harga suatu barang menyebabkan barang lain meningkat

(hubungan positif) dapat dikatakan barang tersebut adalah barang subtitusi (Case

dan Fair, 2006). Turunnya harga suatu barang menyebabkan penururnan

permintaan barang subtitusi. Barang subtitusi adalah barang yang bisa bertindak

sebagai pengganti satu sama lain. Adapun dua produk yang bisa menjadi

pelengkap satu sama lain (komplementer). Barang komplementer adalah

komoditi-komoditi yang cenderung digunakan bersama-sama dengan barang yang

lainnya (Lipsey et all, 1995). Ketika dua barang bersifat komplementer,

penurunan dalam harga yang satu menyebabkan peningkatan dalam permintaan

yang lainnya, begitu pula sebaliknya (Case dan Fair, 2006). Oleh karena barang

komplementer cenderung digunakan bersama-sama, maka penurunan harga yang

manapun akan meningkatkan permintaan kedua-duanya.

4. Selera

Lipsey et all (1995) menyatakan selera berpengaruh besar terhadap keinginan

orang untuk membeli. Adanya keragaman selera pada konsumen yang tak terbatas

dapat mempengaruhi peningkatan maupun penurunan permintaan. Selera mudah

berubah dan bersifat khas (Case dan Fair, 2006). Jika selera ada perubahan,

misalnya semakin banyak yang menyukai suatu produk, maka kurva permintaan

akan bergeser ke kanan (D ke D1). Sebaliknya, jika perubahan selera dapat

menimbulkan orang-orang yang tadinya menyukai suatu produk menjadi tidak

menyukai produk tersebut maka kurva permintaan akan bergeser ke kiri (D1 ke

D).

Page 25: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

15

5. Besarnya Populasi

Besarnya populasi yang dimaksud adalah pertumbuhan jumlah penduduk

tidak dengan sendirinya menyebabkan peningkatan permintaan (Lipsey et all,

1995). Pertumbuhan penduduk biasanya diimbangi dengan perkembangan

kesempatan kerja, dan mendapatkan pendapatan. Adanya pendapatan dapat

menambah daya beli dalam masyarakat. Dengan adanya daya beli masyarakat

maka akan terjadi peningkatan permintaan.

Fungsi Permintaan

Salvatore (2006) menjelaskan bahwa fungsi permintaan merupakan sebuah

representasi yang menyatakan bahwa kuantitas yang diminta tergantung pada

harga, pendapatan, dan preferensi. Sedangkan menurut Firdaus fungsi permintaan

merupakan permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikatnya. Berikut ini

merupakan bentuk dari fungsi permintaan.

Dx = f (Px, Py, I, preferensi)

Keterangan :

Dx = Permintaan barang x

Px = Harga barang tersebut

Py = Harga barang lain

I = Pendapatan

Dimana Dx merupakan variabel terikat, dan nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Px, Py, I, preferensi). Pengaruh antara masing-masing variabel

ditunjukan dengan tanda positif dan negatif terhadap permintaan pada komoditi x.

Konsep elastisitas Permintaan

Lipsey et al (1995) menyatakan elastisitas adalah persentase perubahan

jumlah yang diminta dibagi dengan presentase perubahan harga yang

menyebabkanya. Perubahan presentase biasanya dihitung sebagai perubahan

dibagi dengan nilai rata-rata. Pindyck dan Rubinfeld (1995), menambahkan

elastisitas adalah persentase perubahan satu variabel yang menghasilkan

perubahan satu persen kenaikan pada variabel lainnya. Elastisitas digunakan

dalam menggambarkan bagaimana sejumlah barang yang diminta menanggapai

perubahan dalam harganya.

Elastisitas permintaan dapat diartikan sampai dimana responsifnya

perubahan permintaan sebagai akibat dari perubahan faktor-faktor penentu

permintaan. Analisis permintaan dapat bermanfaat untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh perubahan harga atau perubahan pendapatan terhadap perubahan

permintaan.

Elastisitas harga dari permintaan adalah persentase perubahan jumlah yang

diminta atas suatu barang yang disebabkan oleh perubahan harga barang sebesar 1

persen. Elastisitas harga permintaan mengukur perubahan jumlah komoditi yang

diminta per unit waktu karena adanya presentase perubahan harga tertentu dari

komoditi itu (Salvatore, 2006). Karena hubungan antara harga dan jumlah adalah

terbalik, maka koefisien elastisitas harga permintaan bertanda negatif. Elastisitas

Page 26: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

16

pendapatan dari permintaan merupakan persentase perubahan kuantitas suatu

barang yang diminta sebagai respon atas perubahan pendapatasn sebesar 1 persen.

Elastisitas ini menghubungkan antara perubahan pendapatan dengan kuantitas

yang diminta.

Besarnya elastisitas bervariasi mulai dari nol hingga tak terhingga.

Elastisitas permintaan sama dengan nol menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap

perubahan yang diminta bila terjadi perubahan pada faktor yang

mempengaruhinya. Nilai elastisitas permintaan kurang dari satu, menunjukan

perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dari presentase perubahan faktor yang

mempengaruhinya (permintaan inelastis). Apabila nilai elastisitas lebih dari satu

maka presentase perubahan jumlah yang diminta lebih besar dari perubahan faktor

yang mempengaruhinya (permintaan elastis).

Untuk barang normal elastisitas pendapatan permintaan bernilai positif

karena kenaikan pendapatan mengakibatkan kenaikan pembelian barang.

Sedangkan untuk barang inferior elastisitas pendapatan permintaan akan negatif

karena peningkatan pendapatan dapat menurunkan kuantitas yang dibeli. Untuk

komoditi dengan elastisitas pendapatan lebih dari satu dapat disebut barang

mewah (luxury).

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional disusun berdasarkan permasalahan yang

terjadi dan tujuan yang telah dinyatakan sebelumnya. Komoditi cabai merah

merupakan salah satu jenis sayuran dengan tingkat harga yang tidak stabil

(fluktuasi). Salah satu penyebab peningkatan harga cabai merah di pasar adalah

tidak stabilnya permintaan. Permintaan yang tidak didukung dengan jumlah

ketersediaan yang dibutuhkan dapat meningkatkan harga, sebaliknya bila jumlah

permintaan menurun sedangkan jumlah cabai merah melimpah maka harga akan

turun.

Terdapat beberarapa faktor yang mempengaruhi kenaikan jumlah

permintaan cabai merah di pasar. Faktor-faktor tersebut diantaranya harga cabai

merah besar itu sendiri, jumlah anggota rumah tangga, frekuensi pembelian,

preferensi akan pedas, tempat pembelian dan suku. Selain itu faktor lain yang

menyebabkan peningkatan jumlah permintaan adalah adanya hari-hari besar

keagamaan karena tingkat konsumsi rumah tangga akan cabai merah meningkat.

Tidak semua faktor-faktor permintaan signifikan mempengaruhi jumlah

permintaan cabai merah di tingkat rumah tangga. Maka dari itu diperlukan

pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui secara pasti

faktor yang mempengaruh tingkat permintaan yang terjadi. Pengkajian ini

khususnya akan menganalisis faktor-faktor permintaan rumah tangga terhadap

komoditi cabai merah.

Alat analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah regresi linier berganda

untuk mengetahui faktor–faktor dan membentuk model permintaan. Hasil

analisis selanjutnya dihitung dan diuraikan dalam bentuk deskriptif. Hasil dari

perhitungan dapat menjadi suatu bahan rekomendasi untuk mengetahui faktor-

faktor dan respon terhadap harga pada komoditi cabai merah di tingkat konsumen

Page 27: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

17

rumah tangga. Kerangka pemikiran operasional permintaan rumah tangga

terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung dapat dilihat pada

Gambar 6.

Keterangan :

: Menyatakan hubungan pengaruh

: Menyatakan alat analisis

Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional

Konsumen Rumah Tangga Cabai Merah

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

Harga cabai merah

Pendapatan rumah tangga

Jumlah anggota rumah tangga

Frekuensi pembelian

Tempat pembelian

Preferensi terhadap pedas

Suku

Analisis Linier Berganda

Analisis Respon (Elastisitas)

Model permintaan

Permintaan Rumah

Tangga

Fluktuasi Permintaan

Page 28: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

18

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Coblong Kota Bandung. Lokasi

penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa

kecamatan ini menjangkau pasar tradisional maupun pasar modern untuk

memenuhi kebutuhan data. Waktu penelitian dilakukan selama jangka waktu 1

bulan yakni pada bulan Desember 2013 hingga Januari 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian, terdiri dari data primer dan sekunder.

Data primer didapat dari proses wawancara dan pengisian kuisioner dalam

menganalisis permintaan rumah tangga terhadap cabai merah yang dilakukan pada

40 orang responden. Sedangkan data sekunder yang digunakan untuk melihat data

fluktuasi harga diperoleh dari pasar induk Caringin Bandung. Selain itu data

sekunder yang digunakan didapat dari beberapa instansi terkait seperti Dinas

Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), serta dari sumber lain seperti browsing

internet, artikel elektronik yang terkait dan pustaka lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data primer adalah wawancara.

Wawancara dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada

konsumen secara langsung dengan menggunakan kuesioner penelitian untuk

mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penelitian. Untuk

memperoleh data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan

pencarian pustaka yang terkait dengan penelitian di instansi-instansi terkait,

perpustakaan dan mencari data yang bersumber dari internet.

Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive

sampling yaitu responden yang ada pada saat didatangi rumahnya bersedia untuk

diwawancarai serta memenuhi data yang diperlukan. Pemilihan sampel dengan

metode ini diharapkan pengambilan data terhadap responden dapat lebih akurat.

Maka dari itu diharapkan data yang dibutuhkan dapat terjawab secara detail dan

informasi yang didapat lebih lengkap. Jumlah responden pada penelitian ini

adalah sebanyak 40 orang responden. Jumlah tersebut dinilai cukup dalam

menganalisis permintaan rumah tangga di Kecamatan Coblong karena syarat dari

sebaran normal statistika minimal sampel adalah sebanyak 30 orang responden

(Priyanti, 2012). Sehingga data pada 40 responden dapat memenuhi syarat dalam

pengolahan data pada regresi berganda. Responden yang dipilih yaitu ibu rumah

tangga yang memliki peranan dalam proses konsumsi dan memiliki wewenang

dalam memutuskan dalam pembelian serta pengeluaran untuk berbelanja.

Page 29: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

19

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif

dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan

dengan cara memberikan gambaran deskriptif. Sedangkan analisis kuantitatif

dilakukan dengan perhitungan dan diolah dengan menggunakan kalkulator atau

komputer dengan program Microsoft excel dan software SPSS 16 for windows.

Hasil yang didapat kemudian dinterpretasikan dan di analisis secara deskriptif.

Analisis Deskriptif

Nazir (2011) menyatakan metode deskriptif adalah metode dalam meneliti

status suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat atau hubungan antar fenomena

yang diselidiki. Menurut Witney (1960) dalam Nazir (2011) metode deskriptif

adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

mempelajari masalah-masalah masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam

masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-

kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dengan metode

deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat

hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain.

Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk kajian yang terkait

dengan permintaan rumah tangga, khususnya untuk menganalisis karakteristik

konsumen cabai merah dan perilaku konsumsinya. Analisis deskriptif dilakukan

berdasarkan data primer dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan

pengisisan kuesioner oleh masing-masing responden. Dengan analisis deskriptif

akan dapat diketahui mengenai karakteristik konsumen cabai merah dan

bagaimana perilakunya dalam mengkonsumsi cabai merah khususnya konsumen

cabai merah yang berlokasi sekitar Kecamatan Coblong Kota Bandung. Analsis

deskriptif ini diperoleh dari hasil wawancara responden dan menginterpretasikan

hasil yang diperoleh terkait dengan konsumen cabai merah serta digunakan untuk

menganalisis variabel-variabel yang tidak diuji secara statistik.

Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda merupakan suatu teknik untuk

mempresentasikan pola hubungan fungsional 1 variabel dependent yang

dipengaruhi oleh lebih dari 1 variabel dependent, dalam suatu model matematis

(Harmini, 2009). Model regresi linier berganda merupakan model regresi linear

yang mempunyai lebih dari satu variabel penjelas (Gujarati, 2006). Model regresi

linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah

merupakan model regresi yang didapat dari data sampel atau bisa disebut juga

fungsi regresi sampel. Maka untuk menaksir fungsi regresi keseluruhan populasi

berdasarkan fungsi regresi sampel yang ada digunakan metode kuadrat terkecil

biasa atau ordinary least square (OLS). Faktor yang diduga berpengaruh terhadap

tingkat permintaan cabai merah diantaranya harga cabai merah, jumlah anggota

rumah tangga, frekuensi pembelian, suku, preferensi terhadap pedas, tempat

Page 30: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

20

pembelian dan pendapatan rumah tangga. Persamaan regresi untuk faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan cabai merah adalah sebagai berikut :

Y = α+ β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β4X4+ β 5D1 + β 6D2 + β 7D3 + v

Keterangan :

Y = Jumlah permintaan cabai merah pada rumah tangga (Kg/bulan)

α = Konstanta

X1 = Harga cabai merah (Rp/kg)

X2 = Jumlah anggota keluarga (orang)

X3 = Frekuensi pembelian (kali/bulan)

X4 = Pendapatan rumah tangga (Rp/bln)

D1 = Dummy suku (0= sunda, 1 = non sunda)

D2 = Dummy preferensi terhadap pedas (0 = tidak suka pedas; 1 = suka

pedas)

D3 = Dummy tempat pembelian (0 = pasar modern; 1 = pasar

tradisional/warung)

v = Eror

Uji kriteria statistik

Untuk dapat memperoleh hasil regresi yang baik maka harus memenuhi

kriteria siatistik yaitu terpenuhinya uji-f, uji-t dan koefisien deterninasi (R2).

1. Uji F digunakan untuk menunjukkan kemampuan variabel-variabel

independen (bebas) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

jumlah permintaan cabai merah (dependen).

Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : β1 = β2 = ... = βk = 0 ( Hipotesis ini berarti secara bersama-sama tidak

ada pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai

merah terhadap jumlah permintaan cabai merah).

H1 : βi ≠ 0 (Hipotesis ini berarti secara bersama-sama ada pengaruh antara

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah terhadap jumlah

permintaan cabai merah).

Uji statistik yang digunakan adalah uji nilai P dengan kriteria:

Jika P-value<α, maka tolak H0. Jika P-value<α (tolak H0), maka variabel

bebas yang diuji secara bersama-sama (seluruh faktor yang mempengaruhi

jumlah permintaan rumah tangga terhadap cabai merah) berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas (jumlah permintaan rumah tangga terhadap

cabai merah). Sedangkan bila P-value>α (terima H0), maka variabel bebas

yang diuji secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebas.

2. Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh nyata atau tidaknya masing-

masing koefisien variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y) (Gujarati

2006).

Page 31: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

21

Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : β

i = 0, variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat (jumlah permintaan rumah tangga terhadap cabai merah).

H1: βi < 0 atau β

i > 0, parameter regresi atau variabel bebas (Xi) berpengaruh

nyata terhadap variabel terikat (jumlah permintaan rumah tangga terhadap

cabai merah).

Uji statistik yang digunakan adalah uji nilai P dengan kriteria:

jika P-value<α, maka tolak H0. Jika P-value<α (tolak H0), maka variabel

bebas yang diuji (faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah

terhadap permintaan cabai merah) berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat (jumlah permintaan rumah tangga terhadap cabai merah). Sedangkan

bila P-value>α (terima H0), maka variabel bebas yang diuji tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

3. Koefisien determinasi (R2), digunakan untuk mengukur tingkat kecocokan

model. Koefisien tersebut menjelaskan variasi total dalam seluruh variabel

dependen (Y) yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen dalam

model. Koefisien determinasi mempunyai range antar no1 sampai satu (0 ≤

R2 ≤ 1), semakin besar R

2 (mendekati satu) maka semakin baik, dan

semakin mendekati no1 maka variabel independen secara keseluruhan tidak

bisa menjelaskan permintaan cabai merah.

Uji kriteria ekonometrika

Dalam melakukan estimasi model regresi berganda maka harus memenuhi

kriteria nilai parameter penaksir fungsi regresi tak bias linear terbaik atau best

linear unbiased estimator (BLUE) harus terpenuhi, karena model regresi yang

dihasilkan dengan metode OLS berbentuk linear, tak bias, dan mempunyai varian

terendah dalam kelompok penaksir dari sebuah model (Gujarati, 2006). Maka

kriteria yang diuji meliputi multikolinieritas, heteroskedasitas, autokorelasi dan

normalitas.

1. Multikolinier variabel independen adalah kondisi dimana terdapat hubungan

linier diantara variabel independen (Harmini 2009). Uji Multikolinearitas

mengukur hubungan linear antar variabel bebas di dalam model (Gujarati,

2006). Deteksi multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF

(Variance Inflation Factor), bila nilai VIF lebih dari 10 untuk masing-

masing variabel maka terdapat multikolinearitas (Iriawan dan Astuti, 2006;

dalam Khoirunisa, 2008) . Hipotesis untuk multikolinieritas ini adalah:

H0 = VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas antarvariabel bebas.

H1 = VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.

2. Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji ketidaksamaan varian dan

residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual

dari suatu pengamatan lain tetap, maka terjadi homoskedasitas namun

apabila berbeda maka terjadi heteroskedasitas. Heteroskedastisitas dapat

Page 32: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

22

diidentifikasi melalui pengujian grafik residu. Bila titik-titik pada grafik

residu membentuk pola misalnya bergelombang, melebar kemudian

menyempit dan sebagainya maka terjadi heteroskedasitas. Jika pola tidak

terbentuk dengan jelas serta titik-titik tersebar diatas dan dibawah angka nol

pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedasitas (Gujarati, 2006).

3. Kriteria asumsi klasik yang ketiga adalah uji autokolerasi, autokorelasi

merupakan kondisi adanya korelasi antar variabel bebas. Autokorelasi

menyebabkan model atau penaksir OLS menjadi tidak efisien karena tidak

mempunyai varians terkecil dan uji signifikansi menjadi tidak andal

(Gujarati, 2006). Uji ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada

autokorelasi yang berhubungan dengan pengamatan lain. Autokorelasi

diidentifikasi melalui Uji Durbin-Watson. Teknis Uji Durbin-Watson adalah

dengan mencocokkan nilai yang didapat dari perhitungan (d hitung) dengan

aturan keputusan Uji d Durbin-Watson (Tabel 4).

Tabel 4 Uji Durbin-Watson: Aturan Keputusan

Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 <d<dL

Tidak ada autokorelasi positif Tak ada keputusan 0 ≤ d ≤ dU

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4- dL<d< 4

Tidak ada autokorelasi negatif Tak ada keputusan 4- dU<d< 4- dL

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Jangan tolak dU <d< 4- dU

Sumber: Gujarati (2006)

Hipotesis :

H0 = Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

H1 = Terdapat autokorelasi positif dan negatif

Statistik pengujian : Uji Durbin Watson

4. Kriteria statistik yang keempat adalah uji Normalitas. Uji ini bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat variabel pengganggu

atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini dapat dilakukan dengan

menggunakan analisa normal probability plot. Uji ini terpenuhi bila

penyebaran data pada grafik tersebar normal disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal.

Pada Normal P-P plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka asumsi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

Elastisitas

Analisis elastisitas dilakukan untuk mengetahui persentase kenaikan atau

penurunan jumlah permintaan cabai merah karena terjadi perubahan harga.

Elastisitas harga dari permintaan merupakan persentase perubahan kuantitas suatu

barang yang diminta sebagai respon atas perubahan harga sebesar 1 persen.

Elastisitas harga permintaan mengukur perubahan jumlah komoditi yang diminta

Page 33: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

23

per unit waktu karena adanya presentase perubahan harga tertentu dari komoditi

itu (Salvatore, 2006).

Gujarati (2006) menyatakan elastisitas dalam sebuah model regresi

berganda mengukur elastisitas parsial dari variabel tak bebas terhadap variabel

penjelas yang bersangkutan, dengan mempertahankan semua variabel lain pada

tingkat yang konstan. Model tersebut dinyatakan sebagai berikut:

E = δ Y /Y

δ X/ X =

δY

δX x

𝑋

𝑌

= b x X

Y

Keterangan :

E = nilai elastisitas

b = koefisien regresi (𝛿𝑌

𝛿𝑋)

x = nilai rata-rata x

y = nilai rata-rata y

Adapun kriteria elastisitas permintaan yaitu inelastis sempurna jika nilai

elastisitas sama dengan 0, inelastis jika nilai elastisitas kurang dari 1 , elastis jika

nilai elastisitas lebih dari 1 dan elastis sempurna jika nilai elastisitas yang

dihasilkan tak terhigga.

Hipotesis Permintaan Cabai Merah

Berikut ini merupakan hipotesis mengenai faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi permintaan cabai merah dan bagaimana pengaruhnya terhadap

jumlah permintaan cabai merah.

1. Harga beli cabai merah diduga berpengaruh negatif atau berbanding terbalik

dengan jumlah permintaan masing-masing rumah tangga. Jumlah permintaan

cabai merah lebih banyak ketika harga cabai rendah dan permintaan cabai

merah lebih sedikit ketika harga cabai tinggi.

2. Jumlah angggota keluarga diduga berpengaruh positif terhadap jumlah

permintaan cabai merah di setiap rumah tangga. Rumah tangga dengan

jumlah anggota keluarga lebih banyak memiliki jumlah permintaan cabai

merah lebih tinggi, jika anggota keluarga lebih sedikit maka akan lebih

sedikit jumlah permintaan cabai merah pada rumah tangga tersebut.

3. Frekuensi pembelian cabai merah dalam satu bulan diduga berpengaruh

positif pada jumlah permintaan rumah tangga terhadap cabai merah. Semakin

sering suatu rumah tangga melakukan pembelian cabai merah maka semakin

besar jumlah permintaan cabai merah pada suatu rumah tangga.

4. Pendapatan rumah tangga diduga berpengaruh positif terhadap jumlah

permintaan cabai merah. Semakin besar pendapatan dalam suatu rumah

tangga maka akan semakin banyak cabai merah yang dibeli. Sebaliknya,

jumlah permintaan cabai merah akan lebih sedikit dibeli di rumah tangga

yang pendapatannya lebih kecil.

5. Suku dikelompokan menjadi suku Sunda dan non Sunda. Diduga responden

yang bersuku sunda jumlah permintaan cabai merah yang dibeli lebih sedikit

dibandingkan dengan responden yang bersuku non sunda. Sebagai variabel

Page 34: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

24

dummy, dalam analisis ini responden yang bersuku non Sunda diberikan nilai

1 sedangkan responden yang merupakan suku Sunda diberi nilai 0.

6. Preferensi dikelompokan menjadi suka pedas dan tidak suka pedas. Diduga

responden yang suka pedas permintaannya lebih banyak dibandingkan

dengan responden yang tidak suka pedas. Sebagai variabel dummy, dalam

analisis ini responden yang menyukai pedas diberi nilai 1 sedangkan

responden yang tidak menyukai pedas diberi nilai 0.

7. Tempat pembelian cabai merah terdiri dari pasar modern dan pasar tradisional.

Diduga responden yang membeli di pasar tradisional jumlah cabai yang

diminta akan lebih banyak daripada responden yang membeli di pasar modern.

Sebagai variabel dummy, dalam analisis ini responden yang membeli di pasar

tradisional diberi nilai 1 dan responden yang membeli di pasar modern diberi

nilai 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Letak Geografis dan Administratif Kecamatan Coblong

Kecamatan Coblong merupakan salah satu kecamatan dari 30 kecamatan

yang berada di Kota Bandung. Secara geografis wilayah kecamatan Coblong

terletak di sebelah utara pusat kota Bandung provinsi Jawa Barat, dengan luas

wilayah 743.308 ha. Kecamatan Coblong terdiri dari 6 Kelurahan diantaranya

adalah Keluraan Cipaganti, Kelurahan Lebak Siliwangi, Kelurahan Lebak Gede,

Kelurahan Sadang Serang, Kelurahan Sekeloa, dan Kelurahan Dago. Kecamatan

ini memiliki jumlah penduduk 128 800 jiwa dari 75 Rukun Warga (RW) dan 464

Rukun Tetangga (RT). Sebagian besar wilayah Kecamatan Coblong terdiri dari

pemukiman, dengan kegiatan ekonomi didominasi oleh jasa pendidikan,

perdagangan dan perkantoran.

Wilayah Coblong merupakan wilayah bersuhu tropis dan memiliki beberapa

batas wilayah. Batas dari wilayah Kecamatan Coblong, yaitu sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan Kecamatan

Lembang Bandung Barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Cibeunying Kaler. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bandung

Wetan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sukajadi dan Kecamatan

Cidadap. Ditinjau dari sudut ketinggian tanah, Kecamatan Coblong berada pada

ketinggian 770 m diatas permukaan air laut. Suhu minimum dan maksimum di

Kecamatan Coblong berkisar 20-33 oC.

Penduduk Kecamatan Coblong

Jumlah penduduk di Kecamatan Coblong bertambah dari tahun ke tahun.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil sensus penduduk tahun 2000 dan sensus

penduduk tahun 2010. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kecamatan Coblong

tercatat sebanyak 118 430 jiwa dan pada tahun 2010 tercatat sebanyak 127 588

jiwa. Pada periode tahun 2000 sampai dengan 2010 rata-rata laju pertumbuhan

penduduk sebesar 0.72 persen dan pada tahun 2012 tercatat sebanyak 128 800

jiwa. Jumlah penduduk tersebut berasal dari 6 Kelurahan yang berada di

Page 35: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

25

Kecamatan Coblong. Kelurahan berpenduduk terbesar ialah wilayah Dago.

Kelurahan tersebut memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu 38 772 jiwa pada

tahun 2012, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di wilayah Lebak

Siliwangi. Tabel 5 menunjukan jumlah penduduk dari 6 Kelurahan di Kecamatan

Coblong.

Tabel 5 Jumlah Penduduk Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2000, 2010

dan 2012

Kelurahan 2000 (jiwa) 2010 (jiwa) 2012 (jiwa)

Cipaganti 11.700 12.105 12.220

Lebak Siliwangi 4.288 4.777 4.821

Lebak Gede 14.392 15.095 15.239

Sadang Serang 26.818 27.101 27.359

Sekeloa 28.191 30.103 30.389

Dago 33.041 38.407 38.772

Total Penduduk 118.430 127.588 128.800

Sumber BPS Kota Bandung, Coblong Dalam Angka 2012

Total penduduk yang berada di Kecamatan Coblong terdiri dari beberapa

rumah tangga. Pada tahun 2012 jumlah rumah yang berada di kecamatan Coblong

sebanyak 46 860. Jumlah tersebut berasal dari ke-6 kelurahan yang berada di

kecamatan Coblong. Jumlah terbesar ditunjukkan pada wilayah Dago, yaitu

sebesar 15 048, sedangkan terendah berada pada wilayah Lebak Siliwangi. Jumlah

rumah tangga yang besar tersebut sesuai dengan jumlah penduduk yang

berdomisili di kecamatan Coblong. Tabel 6 menunjukan data jumlah penduduk

dan rumah tangga di masing-masing kelurahan.

Tabel 6 Jumlah Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per

Kelurahan tahun 2012

Kelurahan Penduduk (jiwa) Rumah Tangga

Cipaganti 12 220 3 821

Lebak Siliwangi 4 821 1 816

Lebak Gede 15 239 6 482

Sadang Serang 27 359 8 181

Sekeloa 30 389 11 512

Dago 38 772 15 048

Jumlah 128 800 46 860

Sumber BPS Kota Bandung, Coblong Dalam Angka 2012

Tipologi masyarakat Kecamatan Coblong yang merupakan masyarakat

perkotaan, kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah cukup besar. Secara

umum, sebanyak 13499 jiwa sudah bisa menamatkan Sekolah Menengah Tingkat

Atas. Tabel 7 merupakan data masyarakat Kecamatan Coblong berdasarkan

tingkat pendidikannya.

Page 36: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

26

Tabel 7 Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di

Kecamatan Coblong tahun 2012

No Pendidikan Jumlah

L (jiwa) P (jiwa) Jumlah (jiwa)

1 Belum Sekolah 8515 8685 17200

2 Tidak Tamat SD 2724 2511 5232

3 Tamat SD 9087 8381 17468

4 Tamat SLTP/

sederajat

7111 5568 12679

5 Tamat SLTA/

sederajat

6749 6750 13499

6 Sarjana Muda(D3) 3072 2658 5730

7 Sarjana (S1) 3564 1839 5403

8 Pasca Sarjana(S2) 859 557 1416

9 Pasca(S3),dll 184 97 281

Sumber BPS Kota Bandung, Coblong Dalam Angka 2012

Mata pencaharaian terbesar masyarakat Kecamatan Coblong sebanyak

22.059 jiwa adalah berprofesi sebagai pelajar. Sedangkan pegawai swasta terdata

di posisi kedua terbanyak yaitu 9.961 jiwa. Hal ini terlihat dari banyaknya

pengembangan jasa wisata belanja yang di bangun di wilayah Kecamatan

Coblong yang bisa menjadikan masyarakat di Kecamatan Coblong bekerja

sebagai karyawan dan memilih Kecamatan Coblong sebagai tempat tinggalnya.

Tabel 8 merupakan pendataan berdasarkan jumlah penduduk berdasarkan mata

pencaharian pokok.

Tabel 8 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok tahun 2012

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

PNS 8 260

TNI/ POLRI 382

Pegawai Swasta 9 961

Petani 732

Pedagang 8 704

Pelajar 22 059

Mahasiswa 8 643

Pensiunan 4 376

Lainnya 41 418

Total 104 535 Sumber BPS Kota Bandung, Coblong Dalam Angka 2012

Lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah yang berada di Kecamatan

Coblong umumnya adalah dari pendidikan usia dini, menengah, pendidikan untuk

penyandang disabilitas sampai perguruan tinggi. Sarana tersebut diantaranya

Taman Kanak-kanak/TK, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA, PKMB, SLB,

Page 37: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

27

Universitas/ Akademi. Data mengenai sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel

9.

Tabel 9 Jumlah sarana dan prasarana Kecamatan Coblong tahun 2012

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (jiwa)

1 Taman Kanak-kanak 20

2 SD 46

3 SLTP 12

4 SLTA 14

5 SMK 2

6 PKMB 12

7 Universitas/Akademi 19

8 MI 2

9 MTS 1

10 MA 0

11 SLB 1

Sumber BPS Kota Bandung, Coblong Dalam Angka 2012

Di bidang kesehatan untuk masyarakat Kecamatan Coblong sudah cukup

memadai. Hal ini terlihat dari banyaknya sarana kesehatan yang ada dan tersebar

di seluruh wilayah Kecamatan.

Dibawah ini terdiri dari 6 kelurahan di Kecamatan Coblong beserta jumlah

RT dan jumlah RW. Kelurahan Sadang Serang memiliki jumlah RT dan RW

terbanyak, sedangkan Kelurahan Lebak Siliwangi memiliki jumlah RT dan RW

paling sedikit. Tabel 10 merupakan data Kelurahan dan Jumlah RT/RW di

Kecamatan Coblong.

Tabel 10 Jumlah RT/RW di Kecamatan Coblong tahun 2012

Kelurahan Jumlah RT Jumlah RW

Cipaganti 53 7

Lebak Siliwangi 25 6

Dago 104 13

Lebak Gede 64 13

Sekeloa 88 15

Sadang Serang 130 21

Jumlah 464 75

Sumber BPS Kota Bandung, Coblong Dalam Angka 2012

Karakteristik Responden

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah konsumen cabai merah

rumah tangga di Kecamatan Coblong. Dari hasil penyebaran kuisioner kepada 40

responden, maka didapatkan data pembagian karakteristik responden adalah

sebagai berikut :

1. Karakteristik responden berdasarkan tempat pembelian

2. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian

3. Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembelian

4. Karakteristik responden berdasarkan produk subtitusi dari cabai merah

Page 38: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

28

5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat daya tahan dalam

mengkonsumsi cabai merah

6. Karakteristik responden berdasarkan persepsi responden terhadap terhadap

harga cabai merah

7. Karakteristik responden berdasarkan respon/konsumsi terhadap perubahan

harga

1. Karakteristik responden berdasarkan tempat pembelian

Sebagian besar masyarakat Kecamatan coblong mengkonsumsi cabai merah

sebagai bahan untuk tambahan olahan pada masakannya. Komoditi ini mudah

ditemui baik di warung sayur eceran, pedagang sayur keliling, pasar tradisional

maupun di pasar modern. Meskipun demikian setiap rumah tangga memiliki

selera yang berbeda dalam memilih tempat untuk membeli cabai merah. Berikut

ini (Tabel 11) merupakan gambaran tempat pembelian cabai merah yang banyak

disukai oleh masyarakat kecamatan Coblong.

Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan tempat pembelian

No Tempat pembelian Jumlah Rumah

Tangga

Persentase

(%)

1 Warung dan Pedagang Sayur Keliling 9 22.5

2 Pasar Tradisional 30 75

3 Pasar Modern 1 2.5

Jumlah 40 100

Berdasarkan data pada Tabel 11 sebagian besar responden di kecamatan

Coblong melakukan pembelian cabai merah di pasar tradisional. Terdapat

beberapa pasar tradisional yang digunakan sebagai tempat pembelian bagi

responden di Kecamatan Coblong diantaranya adalah pasar tradisional Sederhana,

pasar Simpang, pasar Balubur, pasar Puyuh, dan pasar Sadang Serang. Sebagian

kecil dari responden melakukan pembelian cabai merah di pasar modern dan

warung atau pedagang sayur keliling. Dari banyaknya jumlah responden dalam

melakukan pembelian cabai merah di pasar tradisional, maka sebagian besar

konsumen rumah tangga di Kecamatan Coblong dalam memenuhi kebutuhan

rumah tangga akan cabai merah dilakukan di pasar tradisional. Sebagian besar

responden pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga (tidak bekerja) dan ibu

rumah tangga yang bekerja sebagai pegawai negeri.

2. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembelian

Karakteristik dari setiap responden rumah tangga memiliki kebiasaan dalam

melakukan pembelian cabai merah yang berbeda-beda. Hal itu dapat dilihat dari

selera masing-masing responden yang menyukai rasa pedas pada makanan yang

dikonsumsi. Ada yang melakukan pembelian cabai merah setiap hari, satu minggu

satu kali, dua minggu satu kali, satu bulan satu kali dan ada pula yang tidak

menentu.

Dari 40 responden dapat diketahui bahwa frekuensi dalam melakukan

pembelian cabai merah sangat beragam. Ada yang melakukan pembelian

sebanyak 15 kali perbulan dan ada pula yang melakukan hanya 1 kali pembelian

Page 39: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

29

perbulannya. Berikut ini merupakan data informasi kebiasaan responden dalam

melakukan pembelian cabai merah yang ditunjukan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Data responden berdasarkan frekuensi pembelian cabai merah

No Frekuensi Pembelian

(kali/bulan)

Jumlah RT Presentase (%)

1 1 2 5

2 2 4 10

3 4 23 57.5

4 8 4 10

5 10 5 12.5

6 15 2 5

Jumlah 40 100

Dilihat dari Tabel diatas sebesar 57,5 persen responden melakukan pembelian

cabai merah sebanyak 4 kali dalam satu bulan. Hal tersebut menunjukan sebagian

besar frekuensi responden rumah tangga di Kecamatan Coblong membeli cabai

merah adalah 1 minggu 1 kali pembelian.

3. Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembelian

Setiap rumah tangga memiliki kebutuhan akan cabai merah yang tidak sama.

Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak hal, seperti selera terhadap pedas,

pendapatan dan jumlah anggota pada masing-masing responden rumah tangga.

Ada yang hanya membutuhkan dalam jumlah sedikit dan ada pula yang

membutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak. Tabel berikut dapat memberikan

gambaran informasi jumlah cabai merah yang di beli oleh responden untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Tabel 13 Data responden menurut jumlah pembelian cabai merah

No Jumlah pembelian (kg) Jumlah RT Persentase (%)

1 0.25 2 5

2 0.4 5 12.5

3 0.5 2 5

4 0.6 1 2.5

5 0.75 2 5

6 0.8 2 5

7 1 18 45

8 1.5 2 5

9 2 4 10

10 2.5 2 5

Jumlah 40 100

Dari 40 responden rumah tangga di Kecamatan Coblong jumlah cabai

merah yang dibeli adalah berkisar antara 0.25 sampai 2 kg dalam waktu satu

bulan. Sebanyak 45 persen responden menghabiskan cabai merah sebanyak 1 kg

perbulannya. Responden yang suka akan pedas dan memiliki jumlah anggota

Page 40: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

30

keluarga yang banyak biasanya membutuhkan cabai merah dalam jumlah yang

lebih banyak.

4. Karakteristik responden menurut produk subtitusi

Walaupun komoditi cabai merah selalu tersedia di pasar (modern dan

tradisional), namun ada kalanya jumlah yang tersedia lebih sedikit dari biasanya.

Hal tersebut terkait dengan faktor–faktor produksi cabai merah dari daerah

penghasil. Maka dampak yang terjadi dapat mepengaruhi harga cabai merah.

Berdasarkan teori ekonomi ketika jumlah cabai merah menurun namun

permintaan meningkat maka harga cabai akan meningkat. Dengan adanya hal

tersebut, konsumen memiliki cara masing-masing untuk mengatasi kenaikan harga

atau penurunan jumlah cabai dipasaran. Salah satunya adalah dengan

menggantukan cabai merah atau mensubtitusikan dengan produk lain yang

memiliki fungsi yang sama. Setiap responden memiliki produk subtitusi yang

berbeda-beda dalam menggantikan cabai merah. Perbedaan produk tersebut dapat

disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Karakteristik responden menurut produk subtitusi

No Produk Subtitusi Cabai Jumlah (RT) Presentase (%)

1 Cabai kering 10 25

2 Cabai rawit merah 11 27.5

3 Cabai rawit hijau 3 7.5

4 Cabai gendot 1 2.5

5 Saus sambal 5 12.5

6 Lada 2 5

7 Tidak ada 8 20

Jumlah 40 100

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui sebagian besar responden di

Kecamatan Coblong memilih cabai rawit merah sebagai alternatif pengganti cabai

merah. Beberapa responden memilih cabai kering, cabai rawit hijau, cabai gendot,

saus sambal, lada (merica), dan tidak menggantikan sama sekali dengan jenis

produk yang lain. Dilihat dari Tabel 14 cabai gendot merupakan produk subtitusi

yang paling sedikit digunakan oleh responden.

5. Karakteristik responden berdasarkan tingkat daya tahan dalam mengkonsumsi

cabai merah

Sebagian besar responden di Kecamatan Coblong menyatakan cabai merah

merupakan komoditi yang harus selalu ada di setiap olahan masakannya.

Komoditi ini juga mudah dijumpai di setiap pasar baik pasar tradisional, pasar

modern maupun di warung atau pedagang sayur keliling. Namun harga dari cabai

merah di pasaran yang berubah-ubah dalam waktu yang singkat sehingga dapat

mempengaruhi daya beli masyarakat pada pembelian cabai merah. Setiap

responden memiliki respon yang berbeda-beda terhadap perubahan harga dalam

mengkonsumsi cabai merah. Hal tersebut berpengaruh terhadap ketahanan

responden dalam mengendalikan tingkat konsumsi cabai untuk setiap masakanya.

Tingkat daya tahan responden untuk mengkonsumsi cabai merah dapat tersaji

pada Tabel 15.

Page 41: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

31

Tabel 15 Karakteristik responden terhadap ketahanan untuk tidak

mengkonsumsi cabai merah

No Lama tidak mengkonsumsi (hari) Jumlah (RT) Presentase (%)

1 0 (tidak bisa menahan pedas) 6 15

2 1 18 45

3 2 3 7.5

4 3 6 15

6 5 1 2.5

7 6 1 2.5

8 7 5 12.5

Jumlah 40 100

Berdasarkan Tabel 15 sebagian besar yaitu sebanyak 45 persen responden

hanya dapat menahan 1 hari untuk tidak mengkonsumsi cabai merah. Sejumlah

responden juga mengaku tidak dapat menahan untuk tidak mengkonsumsi cabai

yaitu sebanyak 15 persen. Paling lama responden dapat menahan diri untuk tidak

mengkonsumsi pedas hanya 5 orang responden dari 40 orang responden.

Sebanyak 15 persen dari keseluruhan responden dapat menahan pedas selama 3

hari. Paling sedikit responden yang bisa menahan 5 dan 6 hari untuk tidak

mengkonsumsi cabai merah yaitu 2.5 persen dari keseluruhan rsponden. Tingkat

daya tahan responden untuk tidak dapat menahan pedas dapat berpengaruh

terhadap jumlah cabai yang dikonsumsi setiap bulannya.

6. Karakteristik responden berdasarkan persepsi responden terhadap harga cabai

merah

Di Kecamatan Coblong ini terdapat beberapa pilihan pasar tradisional,

Pedagang sayur keliling, warung sayur maupun pasar modern untuk mendapatkan

komoditi cabai merah ini. Berbeda tempat pembelian menyebabkan harga yang

diterima oleh masing-masing responden akan berbeda-beda. Harga penjualan

cabai merah di pasar tradisional umumnya lebih murah dibandingkan dengan

harga jual cabai merah di warung sayur, pedagang sayur keliling maupun pasar

modern. Menanggapi harga cabai merah yang dijual bermacam-macam, setiap

responden memiliki tanggapannya masing-masing seperti terlihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan persepsi responden terhadap harga beli

cabai merah

No Tanggapan konsumen Jumlah RT Persentase (%)

1 Murah 5 12.5

2 Biasa saja 19 47.5

3 Mahal 16 40

Jumlah 40 100

Sebagian responden menilai bahwa harga cabai merah biasa saja, tidak

terlau tinggi ataupun terlalu rendah. Dari 40 responden, harga rata-rata cabai

merah yang dibeli responden yaitu Rp 32 275, harga tertinggi yaitu Rp 40 000,

dan harga terendah adalah Rp 28 000. Dari perbedaan harga cabai merah yang

dibeli responden, sebanyak 16 persen responden menyatakan harga komoditi ini

Page 42: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

32

mahal. Hanya 5 persen dari keseluruhan responden yang menyatakan harga cabai

yang dijual murah. Harga cabai merah ini diduga dapat mempengaruhi jumlah

konsumsi cabai merah di setiap rumah tangga.

7 Karakteristik responden berdasarkan respon/konsumsi terhadap perubahan

harga

Cabai merah merupakan salah satu komoditi yang harganya tidak stabil.

Rumah tangga Walaupun tidak semua rumah tangga di Kecamatan Coblong

jumlah konsumsi cabainya terpengaruh terhadap perubahan harga, namun

perubahan yang terjadi seperti kenaikan maupun penurunan harga dapat

mempengaruhi jumlah konsumsi cabai merah pada sebagian besar rumah tangga.

Ada rumah tangga yang tetap mengkonsumsi cabai merah dalam jumlah tetap,

mengurangi maupun menambahkan. Hal tersebut tergantung pada pengaruh harga

cabai merah yang ditawarkan di pasaran. Tabel 17 menunjukan banyaknya rumah

tangga yang terpengaruh jumlah konsumsinya akibat adanya perubahan harga.

Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan respon/konsumsi terhadap perubahan

harga

No

Respon terhadap

jumlah cabai merah

Perubahan harga dan jumlah RT (%)

Kenaikan

10 %

Kenaikan

50%

Penurunan

10%

Penurunan

50%

1 Tetap 90 10 92.5 20

2 Ganti produk 0 22.5 0 0

3 Kurangi 10% 10 5 0 0

4 Kurangi 20% 0 5 0 0

5 Kurangi 25% 0 25 0 0

6 Kurangi 50% 0 30 0 0

7 Tambah 10% 0 0 0 2.5

8 Tambah 20% 0 0 7.5 7.5

9 Tambah 25% 0 0 0 37.5

10 Tambah 30% 0 0 0 2.5

11 Tambah 50% 0 0 0 30

Jumlah 100 100 100 100

Berdasarkan sebaran responden terhadap perubahan harga, maka akan

terjadi perubahan jumlah cabai merah yang akan dikonsumsinya. Asumsi

perubahan harga yang dilakukan pada penelitian ini yaitu ketika terjadi kenaikan

dan penurunan sebesar 10 persen dan 50 persen. Perubahan harga ini dapat

mempengaruhi banyaknya jumlah cabai merah yang di konsumsi di setiap rumah

tangga. Ketika harga cabai merah diasumsikan naik sebesar 10 persen dari harga

yang diterima responden, 90 persen responden memilih untuk tetap membeli dan

10 persen responden yang memilih untuk mengurangi sebesar 10 persen dalam

mengkonsumsi cabai merah.

Ketika diasumsikan naik sebesar 50 persen, perubahan jumlah konsumsi

rumah tangga terhadap cabai merah lebih banyak. Sebanyak 30 persen dari

keseluruhan responden mengurangi jumlah cabai merah sebanyak 50 persen dari

jumlah pembelian biasanya. Sebanyak 22.5 persen responden memilih untuk

mengganti cabai merah dengan komoditi yang lain. Walaupun harga cabai merah

Page 43: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

33

mengalami kenaikan sebesar 50 persen, namun 10 persen dari keseluruhan

responden memilih untuk tetap mengkonsumsi cabai merah ini.

Sebagian konsumen rumah tangga terhadap cabai merah akan membeli

cabai merah lebih banyak jika terjadi penurunan harga. Ketika harga turun sebesar

10 persen, sebagian besar konsumen rumah tangga di Kecamatan Coblong

memilih untuk tetap membeli cabai merah dengan jumlah yang sama seperti

biasanya. Hanya sebanyak 7.5 persen dari keseluruhan responden yang membeli

lebih banyak sebesar 20 persen dari jumlah biasanya.

Ketika harga cabai merah turun sebesar 50 persen, peningkatan jumlah cabai

merah yang dibeli oleh responden lebih besar yaitu dengan menambah sebesar 10

persen, 20 persen, 25 persen, 30 persen dan 50 persen. Pembelian dengan jumlah

lebih banyak dari biasanya digunakan oleh responden sebagai persedian, untuk

mengantisipasi terjadinya kenaikan harga.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Rumah Tangga

Terhadap Cabai Merah Di Kecamatan Coblong

Model permintaan cabai merah konsumen rumah tangga di Kecamatan

Coblong dibentuk dari model regresi berganda, yang diolah menggunakan SPSS

16. Pembentukan model permintaan rumah tangga terhadap cabai merah ini

dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 40 responden yang berlokasi di

Kecamatan Coblong. Pada penelitian ini variabel Y (dependen) adalah permintaan

cabai merah, yaitu jumlah pembelian cabai merah responden dalam satuan

kilogram. Faktor X atau variabel bebas merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Terdapat 7 variabel X yang akan dikaji dalam penelitian ini

yaitu: harga cabai merah, jumlah anggota rumah tangga, frekuensi pembelian,

pendapatan rumah tangga, suku, preferensi terhadap pedas dan tempat pembelian.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 16, hasil yang diperoleh dari

perhitungan regeresi berganda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah di

Kecamatan Coblong

No Faktor Koefisien

Regresi

Thitung Sig VIF

1 Harga cabai (X1) -6.650E-5 -4.582 .000* 1.233

2 JumlahAnggota (X2) 0.427 5.736 .000* 1.911

3 Frekuensi (X3) 0.018 1.012 .319 1.131

4 Pendapatan (X4) 3.726E-10 .006 .995 1.919

5 Dummy suku (D1) 0.177 1.282 .209 1.381

6 Dummy Preferensi (D2) 0.306 .837 .409 1.078

7 Dummy Tempat pembelian (D3) 0.092 .241 .811 1.176

Konstanta

R2

0.759

0.700 Keterangan : * signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen

Page 44: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

34

Dari persamaan fungsi permintaan rumah tangga terhadap cabai merah di

Kecamatan Coblong nilai konstanta yang didapat adalah sebesar 0.759. Angka

tersebut menunjukan permintaan cabai merah akan bernilai 0.759 bila faktor lain

sama dengan nol.

Berdasarkan Tabel 18, fungsi permintaan rumah tangga terhadap cabai

merah di Kecamatan Coblong memiliki nilai R2 sebesar 0.700 atau 70 persen.

Artinya, permintaan rumah tangga terhadap cabai merah dapat dijelaskan sebesar

70 persen oleh variabel independenya yaitu harga cabai merah, pendapatan rumah

tangga, jumlah anggota rumah tangga, frekuensi pembelian, tempat pembelian,

preferensi terhadap pedas, dan suku. Sedangkan sisanya sebesar 30 persen

dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

Berdasarkan uji F yang terlampir pada Lampiran 3 dapat disimpulkan

bahwa tingkat signifikansi model ini adalah 0.000 (lebih rendah dari α=1%.).

Artinya, bahwa variabel dependen (jumlah permintaan cabai merah) secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel independen (harga cabai merah,

pendapatan rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, frekuensi pembelian,

tempat pembelian, preferensi terhadap pedas, dan suku) berpengaruh nyata pada

permintaan rumah tangga terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong pada taraf

kepercayaan 99 persen.

Tabel 18 menunjukan bahwa pada fungsi permintaan rumah tangga

terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong, semua variabel bebas memiliki

tanda koefisien yang sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Variabel harga

cabai merah bertanda negatif (-). Sedangkan untuk jumlah anggota keluarga,

frekuensi pembelian, pendapatan, suku, preferensi terhadap pedas, dan tempat

pembelian bertanda positif (+).

Uji statitistik t bertujuan untuk melihat variabel independen mana saja yang

secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen ketika

diasumsikan variabel independen yang lain dianggap konstan cateris paribus.

Berdasarkan hasil perhitungan yang tersaji dalam output menyatakan tidak semua

variabel independen dapat mempengaruhi permintaan cabai merah rumah tangga

di Kecamatan Coblong. Hasil perhitungan hanya membuktikan bahwa hanya ada

dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah pada

tingkat kepercayaan 99 persen. Variabel tersebut adalah harga cabai dan jumlah

anggota rumah tangga. Sedangkan variabel independen yang lainnya seperti

pendapatan rumah tangga, frekuensi pembelian, tempat pembelian, preferensi

terhadap pedas, dan suku berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan lebih kecil

dari 99 persen.

Multikolinieritas dalam fungsi permintaan rumah tangga terhadap cabai

merah di Kecamatan Coblong dapat dideteksi dengan melihat kolerasi nilai VIF

yang nilainya harus lebih kecil dari 10. Pada tabel 18 terdapat nilai VIF dari

masing-masing variabel. Jika nilai yang terdapat pada VIF lebih besar dari 10

maka adanya gejala multikolinieritas. Sebaliknya jika nilai VIF mendekati angka

1 maka tidak terjadi gejala multikolinieritas. Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa

seluruh nilai VIF dari masing-masing variabel mendekati angka satu dan tidak ada

satu peubah X yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi.

Uji autokorelasi pada fungsi ini bertujuan untuk mengkaji apakah dalam

model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

Page 45: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

35

dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi dapat

terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan

yang lainnya. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi.

Cara mendeteksi adanya autokorelasi pada penelitian ini adalah dengan melihat

nilai Durbin Watson pada output yang dilampirkan (lampiran 3). Nilai Durbin

Watson pada output dibandingkan dengan nilai tabel pada nilai signifikansi taraf

5%, jumlah data penelitian dan jumlah variabel independennya. Berdasarkan nilai

autokorelasi yang telah diuji pada Lampiran 3, nilai Durbin Watson yang

diperoleh adalah sebesar 1.721. Nilai Durbin Watson sebesar 1,721 akan

dibandingkan dengan nilai Durbin Watson tabel dengan menggunakan uji

signifikansi 5 persen, jumlah sampel 40 (n) dan jumlah peubah X (independen)

adalah 7 variabel. Nilai tabel dengan signifikansi 5 persen, jumlah data n = 40 dan

jumlah variabel independen 7 (k=7) yang didapat adalah dl = 1.1198 sedangkan

nilai du=1.9243. Hasil yang didapat adalah nilai Durbin Watson lebih besar dari

sama dengan dl dan kurang dari sama dengan du (dl ≤ d ≤ du) maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi.

Uji heteroskedatisitas pada fungsi ini bertujuan untuk melihat

ketidaksamaan varians dalam analisis regresi. Pada uji ini dilakukan dengan

menggunakan Scatter Plot nilai variabel dependen. Untuk mendeteksi tidak

terjadinya heterokedasitas adalah dengan melihat scatterplot yang tidak

membentuk pola atau titiknya menyebar baik di titik 0. Scatter plot yang terlampir

pada Lampiran 2 menunjukan bahwa tidak terjadi heterokedasitas pada model

regresi atau tidak ada kesamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain (homoskedasitas). Sehingga model regresi layak digunakan

untuk memprediksikan permintaan rumah tangga di Kecamatan Coblong.

Uji Normalitas dalam fungsi permintaan rumah tangga terhadap cabai merah

di Kecamatan Coblong dilihat dari nilai residual yang mengikuti garis normal.

Dari uji normalitas yang terlampir (lampiran 1) pada gambar grafik P-Plot terlihat

titik-titik residual menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya

mengikuti arah garis diagonal sehingga model regresi ini dapat dikatakan layak

untuk memprediksi permintaan cabai merah di Kecamatan Coblong. Disamping

itu untuk menjamin keakuratan hasil interpretasi maka dilakukan pula uji

Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil uji ini, diketahui bahwa P-value uji

Kolmogorov-Smirnov adalah 0.549 > 0.05 (lampiran 1). Dengan demikian dapat

dikatakan data residual berdistribusi normal, pada taraf signifikansi 5%.

Setelah keempat asumsi tersebut terpenuhi maka fungsi permintaan rumah

tangga terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong memenuhi kriteria model

yang baik secara ekonometrika. Berikut ini adalah pembahasan mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga terhadap cabai merah di

Kecamatan Coblong menyangkut tingkat signifikasi pada masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat (jumlah permintaan cabai merah), kesesuaian tanda

koefisien terhadap hipotesis awal dan kondisi nyata di lapangan yang mendukung

interpretasi faktor-faktor yang berpengaruh.

1. Harga cabai merah

Harga cabai merah rata-rata yang dibeli oleh rumah tangga di Kecamatan

Coblong adalah Rp 32 275 per kg. Koefisien pada variabel ini memiliki

tanda negatif. Tanda ini sesuai dengan hipotesis awal, dimana harga cabai

Page 46: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

36

merah berpengaruh negatif (terbalik) terhadap permintan cabai merah. Hasil

perhitungan regresi ini pun sesuai dengan hipotesis ekonomi dalam Priyanti

(2012) yang menyatakan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang

akan diminta berhubungan secara negatif dengan faktor lainnya dianggap

konstan. Pernyataan tersebut didukung oleh Case and Fair yang

menyatakan bahwa hukum permintaan merupakan hubungan negatif antara

harga dan kuantitas yang diminta. Ketika harga naik maka kuantitas yang

diminta akan berkurang dan sebaliknya jika harga turun maka kuantitas

yang diminta akan bertambah. Tampaknya logis jika konsumen rumah

tangga akan meminta suatu produk lebih banyak jika harganya rendah, atau

lebih sedikit jika harganya lebih tinggi.

Berdasarkan hasil estimasi, nilai koefisien regresi pada harga cabai

merah ini adalah -0.0000665. Tanda negatif ini menunjukan hubungan yang

berlawanan antara harga cabai merah dengan jumlah permintaan cabai

merah. Ketika terjadi kenaikan harga cabai merah sebesar 1 rupiah maka

rumah tangga di Kecamatan Coblong turun sebesar 0.0000665 kg, dengan

asumsi variabel independen yang lain dianggap tetap. Walaupun penurunan

jumlah cabai merah sangat sedikit atau sebesar 0.0000665 kg, namun angka

tersebut menunjukan masih terjadi penurunan pada jumlah pembelian cabai

merah di Kecamatan Coblong. Pada Tabel 18 nilai signifikasi dari harga

cabai merah adalah 0.000 lebih kecil dari taraf α = 1 persen. Hal tersebut

menunjukan bahwa harga cabai merah berpengaruh nyata pada permintaan

rumah tangga terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong pada tingkat

kepercayaan 99 persen.

Harga pembelian cabai merah pada 40 responden cukup beragam. Hal

tersebut dikarenakan responden membeli cabai di tempat yang berbeda-beda.

Harga jual cabai merah di pasar tradisional biasanya lebih murah

dibandingkan di pasar modern atau warung maupun pedagang keliling.

Berdasarkan perhitungan regresi berganda harga cabai merah dapat

mempengaruhi permintaan cabai merah pada tingkat kepercayaan 99%.

Ketika harga cabai merah naik dipasaran maka jumlah permintaan cabai

merah pada konsumen rumah tangga di Kecamatan Coblong menurun sesuai

dengan prinsip ekonomi, ketika harga suatu produk naik maka jumlah

permintaan akan menurun ketika variabel lain dianggap tetap (cateris

paribus).

2. Jumlah anggota keluarga

Pada penelitian ini jumlah anggota keluarga diduga sebagai salah satu

variabel yang mempengaruhi permintaan rumah tangga terhadap cabai

merah di Kecamatan Coblong. Rata-rata jumlah anggota keluarga di

Kecamatan Coblong ini berjumlah 4 orang. Koefisien variabel jumlah

anggota rumah tangga memiliki tanda positif sesuai dengan hipotesis awal.

Jumlah permintaan cabai merah memiliki hubungan positif terhadap

permintaan cabai merah, karena dengan meningkatnya jumlah anggota

keluarga maka kebutuhan konsumsi cabai merah akan lebih banyak.

Berdasarkan hasil estimasi, nilai koefisien regresi pada jumlah anggota

keluarga adalah 0.427 satuan. Artinya, ketika jumlah anggota rumah tangga

meningkat sebanyak satuan maka akan terjadi kenaikan permintaan cabai

Page 47: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

37

merah sebesar 0.427 satuan. Dengan kata lain, ketika jumlah anggota

bertambah 1 jiwa maka permintaan cabai merah meningkat sebesar 0.427 kg

dengan asumsi cateris paribus. Variabel ini memiliki nilai signifikasi 0.000.

Nilai tersebut lebih kecil dari taraf α = 1 persen yang menunjukan bahwa

permintaan rumah tangga terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong

berpengaruh nyata terhadap jumlah anggota keluarga di Kecamatan Coblong

pada tingkat kepercayaan 99 persen.

Pada penelitian ini jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang yang

berada dalam satu rumah tangga. jumlah anggota keluarga pada penelitian

ini merupakan faktor kedua yang dapat mempengaruhi pola konsumsi cabai

merah. Sesuai dengan teori ekonomi bahwa semakin banyak anggota

keluarga maka akan semakin besar jumlah permintaan akan suatu produk.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah rumah tangga di

Kecamatan Coblong ini dapat mempengaruhi jumlah permintaan cabai

merah di Kecamatan Coblong.

3. Frekuensi Pembelian

Koefisien pada variabel ini bertanda positif sesuai dengan hipotesis awal.

Semakin sering konsumen membeli cabai merah maka akan semakin besar

jumlah permintaan cabai merah di suatu rumah tangga. Bebeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Priyanti (2012) yang menyatakan bahwa

frekuensi berpengaruh negatif atau semakin sering melakukan pembelian

cabai merah keriting jumlah permintaan cabai merah keriting semakin

sedikit.

Pada penelitian ini responden rumah tangga di Kecamatan Coblong

melakukan pembelian sedikit demi sedikit dengan intensitas yang terus

menerus. Maka apabila dijumlahkan dalam periode satu bulan, jumlah cabai

merah yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Kecamatan Coblong lebih

besar dibandingkan dengan frekuensi pembelian yang lebih rendah. Nilai

regresi berganda untuk koefisien ini bernilai positif sebesar 0.018. Sama

seperti pada koefisien anggota rumah tangga, tanda positif ini menunjukan

pengaruh searah dengan permintaan cabai merah. Artinya, jika frekuensi

pembelian meningkat, maka akan terjadi kenaikan jumlah permintaan cabai

merah sebanyak 0.018 satuan atau ketika frekuensi pembelian cabai merah

dalam rumah tangga meningkat sebanyak 1 kali maka jumlah cabai merah

yang dibeli oleh rumah tangga di Kecamatan Coblong meningkat sebanyak

0.018 kg dengan asumsi cateris paribus. Hal tersebut menunjukan bahwa

semakin sering suatu rumah tanggga membeli cabai merah maka akan

semakin banyak jumlah cabai yang dibeli. Variabel ini memiliki nilai

signifikasi 0.319. Nilai tersebut lebih besar dari taraf α = 1 persen yang

menunjukan bahwa frekuensi pembelian tidak berpengaruh nyata pada

permintaan rumah tangga terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong pada

tingkat kepercayaan 99 persen.

4. Pendapatan

Case and Fair (2006) menyatakan rumah tangga yang memiliki

pendapatan lebih tinggi sanggup membeli lebih banyak barang. Pendapatan

rumah tangga merupakan jumlah semua upah, gaji, dan bentuk penghasilan

Page 48: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

38

lain yang diterima oleh suatu rumah tangga pada periode waktu tertentu.

Penelitian ini mengasumsikan, dengan semakin besar pendapatan maka akan

semakin banyak jumlah permintaan rumah tangga terhadap cabai merah.

Case and Fair (2006) menjelaskan barang yang permintaannya bertambah

ketika pendapatan lebih tinggi dan permintaannya berkurang ketika

pendapatannya lebih rendah disebut barang normal. Maka dilihat dari nilai

positif yang dihasilkan, cabai merah diduga merupakan barang normal.

Berdasarkan hasil estimasi, variabel ini menghasilkan nilai positif

3.726 x 10-10

. Tanda positif ini menunjukan hubungan yang searah antara

jumlah permintaan dengan veriabel pendapatan. Ketika terjadi kenaikan

pendapatan rumah tangga maka jumlah permintaan cabai merah meningkat

sebesar 3.726 x 10-10

satuan. Dapat pula diartikan jika terjadi kenaikan

pendapatan rumah tangga sebesar 1 rupiah maka jumlah permintaan cabai

merah meningkat sebesar 0.0000000003726 kg, dengan asumsi cateris

paribus.

Nilai Signifikasi pada pendapatan adalah sebesar 0.995. Nilai tersebut

lebih besar dari taraf α = 1 persen yang menunjukan pendapatan tidak

berpengaruh nyata pada permintaan rumah tangga terhadap cabai merah di

Kecamatan Coblong pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal tersebut

menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pendapatan terhadap kenaikan

jumlah permintaan. Jika pendapatan rumah tangga meningkat, maka belum

tentu terjadi kenaikan jumlah permintaan terhadap cabai merah. Cabai

merah merupakan komoditi yang mudah rusak, sehingga berapapun

kenaikan pendapatan rumah tangga maka peningkatan jumlah permintaan

cabai merah belum tentu melebihi jumlah yang dibutuhkan.

5. Dummy Suku

Pada penelitian ini suku diduga sebagai salah satu variabel yang

mempengaruhi permintaan rumah tangga terhadap cabai merah di

Kecamatan Coblong. Variabel suku merupakan variabel dummy. Nilai 0

menunjukan rumah tangga yang bersuku sunda dan nilai 1 menunjukan

rumah tangga yang bersuku non sunda. Variabel ini berkaitan dengan selera

dan kebiasaan yang dilakukan pada setiap rumah tangga. Responden rumah

tangga di Kecamatan Coblong ini mayoritas merupakan rumah tangga yang

bersuku sunda. Hanya beberapa rumah tangga yang bersuku non sunda.

Pada penelitian ini rumah tangga yang bersuku non sunda adalah rumah

tangga yang bersuku jawa dan suku minang yang bertempat tinggal di

Kecamatan Coblong.

Hasil estimasi menunjukan variabel dummy pada suku memiliki tanda

positif sebesar 0.177. Artinya, jika rumah tangga bersuku non sunda jumlah

permintaan cabai merah yang dilakukan lebih banyak sebesar 0.177kg

dibandingkan rumah tangga dengan suku sunda. Dengan kata lain, jika

rumah tangga yang bersuku sunda membeli cabai merah sebanyak 1 kg

maka rumah tangga suku non sunda membeli cabai merah sebesar 1 177 kg

dengan asumsi cateris paribus. Hal tersebut menunjukan tingkat selera

pedas pada responden yang bersuku non sunda lebih besar dibanding

dengan suku sunda. Hal tersebut dapat mepengaruhi permintaan cabai merah

dipasaran. Nilai Signifikasi pada dummy suku adalah sebesar 0.209. Nilai

Page 49: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

39

tersebut lebih besar dari taraf α = 1 persen yang menunjukan bahwa suku

tidak berpengaruh nyata pada permintaan rumah tangga terhadap cabai

merah di Kecamatan Coblong pada tingkat kepercayaan 99 persen.

6. Dummy preferensi terhadap pedas

Preferensi berkaitan dengan selera dan kebiasaan mengkonsumsi pedas di

masing-masing rumah tangga. Keragaman permintaan pada kosumen

hampir tidak terbatas. Lipsey et al (1995) menyatakan bahwa selera

berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli. Berdasarkan

pernyataan tersebut, rumah tangga yang memiliki selera terhadap pedas

akan membeli cabai merah. Adanya keragaman selera pada konsumen dapat

mempengaruhi peningkatan ataupun penurunan permintaan. Rumah tangga

yang memiliki selera terhadap pedasnya tinggi maka akan meningkatkan

permintaan jumlah cabai merah. Pada penelitian ini sebagian besar

responden di Kecamatan Coblong menyukai pedas, hanya 1 responden yang

tidak menyukai pedas. Meskipun tidak menyukai pedas, namun 1 orang

responden rumah tangga tersebut masih mengkonsumsi cabai sebagai

tambahan dalam olahan masakannya.

Variabel ini terbagi menjadi dua variabel dummy. Nilai 0 diberikan pada

rumah tangga yang tidak suka pedas dan nilai 1 diberikan pada rumah

tangga yang suka pedas. Hasil estimasi menunjukan variabel dummy pada

preferensi bernilai positif sebesar 0.306. Nilai tersebut mengartikan bahwa

rumah tangga yang suka pedas membeli lebih banyak cabai merah sebanyak

0.306 kg dibanding dengan rumah tangga yang tidak suka pedas. Dapat pula

diartikan jika rumah tangga yang memiliki preferensi tidak suka pedas

sebanyak 1 kg, maka rumah tangga yang memiliki preferensi suka pedas

membeli sebanyak 1 306 kg dengan asumsi cateris paribus. Nilai

Signifikasi pada dummy preferensi adalah sebesar 0.409. Nilai tersebut

lebih besar dari taraf α = 1 persen yang menunjukan bahwa preferensi

terhadap pedas tidak berpengaruh nyata pada permintaan rumah tangga

terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong pada tingkat kepercayaan 99

persen.

7. Dummy tempat pembelian

Permintaan cabai merah pada konsumen terkait dengan lokasi dimana

responden membeli cabai merah. Sebagian besar responden di Kecamatan

Coblong membeli cabai merah di pasar tradisional, hanya beberapa

responden rumah tangga yang membeli di pasar modern dan

warung/pedagang sayur keliling. Responden mendapatkan cabai merah

dengan harga yang lebih murah di pasar tradisional dibandingkan dengan

harga di warung/pedagang sayur keliling dan pasar modern.

Tempat pembelian rumah tangga terbagi menjadi dua dummy yaitu

dummy pasar tradisional dan pasar modern. Dummy dengan nilai 0

menunjukan pasar modern dan dummy dengan nilai 1 menunjukan pasar

tradisional. Berdasarkan hasil estimasi, variabel ini menghasilkan nilai

positif 0.092. Sesuai dengan hipotesis awal, nilai negatif menunjukan

hubungan yang berlawanan antara tempat pembelian dengan jumlah

permintaan. Artinya, jumlah permintaan rumah tangga di pasar tradisional

Page 50: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

40

lebih banyak sebesar 0.092 kg dibandingkan pembelian rumah tangga di

pasar modern. Dapat diartikan pula jika rumah tangga membeli cabai

merah di pasar modern sebanyak 1 kg maka rumah tangga yang membeli

cabai merah di pasar tradisional adalah sebanyak 1 092 kg dengan asumsi

ceteris paribus. Nilai Signifikasi pada dummy tempat adalah sebesar 0.881.

Nilai tersebut lebih besar dari taraf α = 1 persen yang menunjukan tempat

pembelian tidak berpengaruh nyata pada permintaan rumah tangga terhadap

cabai merah di Kecamatan Coblong pada tingkat kepercayaan 99 persen.

Respon harga cabai merah di Kecamatan Coblong

Berdasarkan fungsi permintaan yang dihasilkan dari perhitungan regresi

berganda maka dapat dihitung nilai elastisitas. Untuk mengetahui derajat

kepekaan/respon dari jumlah permintaan akibat perubahan harga maka dilakukan

perhitungan elastisitas harga. Dengan menggunakan rumus elastisitas permintaan

dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4 maka didapat nilai elastisitas

permintaan cabai merah di Kecamatan Coblong pada Tabel 19.

Tabel 19 Hasil perhitungan elastisitas harga permintaan cabai merah di

Kecamatan Coblong

Uraian Nilai

Variabel Harga cabai merah

Koefisien Regresi -6.650 x10-5

Rata-rata 32 300

Elastisitas - 2.08

Untuk melihat respon terhadap perubahan harga cabai merah ini dilakukan

perhitungan elastisitas harga permintaan. Hasil perhitungan elastisitas harga cabai

merah terhadap permintaan cabai merah yaitu sebesar - 2.08. Artinya dengan

meningkatnya harga sebesar 1 persen maka akan menurunkan jumlah permintaan

cabai merah sebesar 2.08 persen. Hubungan antara harga cabai merah dengan

jumlah permintaan cabai berbanding terbalik sesuai dengan hukum permintaan.

Samuelson (2003) menyatakan hukum permintaan adalah apabila harga suatu

komoditi naik (dan hal-hal lain tidak berubah), pembeli cenderung membeli lebih

sedikit komoditi itu dan sebaliknya jika harga turun maka kuantitas yang diminta

akan meningkat.

Elastisitas harga cabai merah bersifat elastis (-2.08>1). Ketika terjadi

perubahan kecil dalam harga akan menyebabkan perubahan sangat besar dalam

jumlah yang diminta. Jumlah permintaan cabai merah cenderung elastis karena

terdapat banyak komoditi subtitusi sebagai pengganti cabai merah jika komoditi

ini mengalami kenaikan harga. Konsumen rumah tangga di Kecamatan Coblong

ini memiliki beberapa alternatif pengganti cabai merah apabila terjadi kenaikan

harga. Komoditi pengganti tersebut diantaranya cabai kering, cabai rawit merah,

cabai rawit hijau, cabai gendot, saus sambal dan lada. Ketika harga cabai merah

tinggi dipasaran, sebagian besar rumah tangga di Kecamatan Coblong

menggantikan komoditi ini dengan cabai rawit merah. Walaupun harga cabai

Page 51: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

41

rawit merah terkadang tinggi, namun komoditi pengganti ini bisa mewakili rasa

pedas walaupun dalam jumlah sedikit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Konsumen rumah tangga di Kecamatan Coblong sebagian besar

mendapatkan cabai merah di pasar tradisional. Permintaan cabai merah pada

konsumen rumah tangga di Kecamatan Coblong rata-rata mengkonsumsi cabai

merah sebanyak 1.0325 kg dengan rata-rata frekuensi konsumsi 6 kali pembelian

dalam sebulan. Rumah tangga di Kecamatan Coblong umumnya membeli cabai

merah secukupnya sesuai dengan kebutuhan, jarang yang membeli dengan jumlah

banyak karena sifat dari cabai yang mudah rusak jika disimpan lama. Sebagian

besar rumah tangga di Kecamatan Coblong menggunakan cabai merah sebagai

komoditi yang selalu dikonsumsi. Sebagian besar konsumen rumah tangga di

Kecamatan ini memilih cabai rawit merah sebagai pengganti cabai merah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah di Kecamatan

Coblong adalah harga cabai merah, jumlah anggota rumah tangga, frekuensi

pembelian, suku, preferensi terhadap pedas, tempat pembelian dan pendapatan

rumah tangga. Namun, tidak semua variabel secara individu berpengaruh secara

signifkan pada tingkat kepercayaan 99%. Hanya harga cabai merah dan jumlah

anggota keluarga yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan

variabel frekuensi pembelian, suku, preferensi terhadap pedas, tempat pembelian

dan pendapatan rumah tangga signifikan pada tingkat kepercayaan kurang dari

99%.

Respon terhadap perubahan harga dianalisis dengan menggunakan

perhitungan elastisitas. Respon permintaan terhadap perubahan harga bersifat

elastis, jika terjadi perubahan kecil dalam harga akan menyebabkan perubahan

sangat besar dalam jumlah yang diminta.

Saran

Pemerintah sebaiknya memberi pengarahan kepada yang bersangkutan

(pembudidaya) agar dapat mengendalikan produksi cabai merah, dengan tidak

melakukan penanaman secara bersama-sama dalam satu wilayah dan waktu yang

bersamaan.

Hendaknya bagi penjual maupun pembudidaya dapat melihat peluang waktu

dalam melakukan produksi dan penjualan. Mengingat di hari besar keagamaan

peluang permintaan terhadap cabai merah akan lebih besar dibanding hari

biasanya, maka dengan jumlah permintaan yang tidak stabil hendaknya pelaku

usaha (penjual dan pembudidaya) mengantisipasi ketersediaan komoditi ini.

Diharapkan bagi penulis yang akan meneliti mengenai kajian yang sama

agar dapat melakukan penambahan beberapa variabel lain yang diduga signifikan

Page 52: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

42

terhadap permintaan cabai merah. Mengingat masih terdapat beberapa variabel

individu yang tidak signifikan terhadap cabai merah pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Afifa Rosaria Dewi. 2006. Analisis Permintaan Kedelai Pada Industri Kecap di

Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Anindita Ratya. 2008. Pendekatan Ekonomi Untuk Analisis Harga. Kencana.

Bogor.

[BPS]Badan Pusat Statistik.2012.Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk Indonesia.

[Internet]. [diunduh 2013 Apr 20]. Tersedia pada:

http://www.bps.go.id/_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id-

subyek=655&notab=28.

[BPS] Badan Pusat Statistik. Produksi Sayuran Di Indonesia tahun 1997-2012.

[Internet].[diunduh 2013 Oktober 20]. Tersedia pada

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby

ek=55&notab=70.

Case Karl E dan Ray C fair. 2006. Prinsip-prinsip Ekonomi. Edisi kedelapan jilid

1. Penerbit Erlangga.

Departemen Pertanian. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun. [diunduh 2013

Oktober 20]. Tersedia pada http://www.deptan.go.id/Indikator/tabe-15b-

konsumsi-rata.pdf.

Dewi Tria R. 2009. Analisis Permintaan Cabai Merah di Kota Surakarta [skripsi].

Surakarta [ID]. Universitas Sebelas Maret.

Firdaus Muhammad.2009. Manajemen Agribisnis. Jakarta [ID]. Bumi Aksara.

Gujarati Darmodar N. 2006. Dasar-dasar ekonometrika Jilid 1 Edisi Ketiga.

Erlangga.

Hadiwijoyo Aditya. 2009. Analisis Permintaan dan Penawaran Domestik Daging

Sapi di Indonesia [skripsi]. Bogor [ID].Institut Pertanian Bogor.

Harmini. 2009. Modul Matakuliah Metode Kuantitatif Bisnis I. Departemen

Agribisnis. FEM. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jafrinur Jum’atri Y, Rahmi Wati. 2010. Pengembangan Model Fungsi Konsumsi

Untuk Komoditi Pangan Hewani. Sumatera Barat [ID]. Universitas Andalas.

Khoirunisa. 2008. Analisis Permintaan Daging Ayam Broiler Konsumen Rumah

Tangga di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok [skripsi].Bogor [ID].

Institut Pertanian Bogor.

Lipsey, R.G, Paul N. Courant, D. Purvis, dan P.O. Steiner. 1995. Ekonomi Mikro.

Binarupa Aksara. Jakarta.

Murni Asfia. 2012. Ekonomika Mikro. Bandung [ID]. PT. Rafika Aditama.

Nazir M. 2011. Metode Penelitian. Bogor [ID]. Ghalia Indonesia.

Prajnanta Final. 2006. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta [ID] .Penebar Swadaya.

Priyanti D. 2012. Analisis Perilaku Permintaan Rumah Tangga dan Jumlah

Pasokan Cabai Merah Keriting di DKI Jakarta [skripsi]. Bogor [ID]. Institut

Pertanian Bogor.

Putong Iskandar. 2010. Pengantar Mikro dan Makro. Edisi keempat Jakarta [ID].

Mitra Wacana Muda.

Page 53: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

43

Pindyck, R. R. and D. L. Rubinfeld. 1995. Microeconomics. Third Edition. Pretince

Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Rachma M. 2008. Efisiensi Tataniaga Cabai Merah [skripsi]. Bogor [ID].Institut

Pertanian Bogor.

Redaksi Trubus. 2008. Bertanam Cabai Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta.

Salvatore Dominick. 2006. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi

keempat. Jakarta [ID]. Erlangga.

Sari R. 2013. Ekonomi Dan Kebijakan Publik. Pusat Pengkajian Pengolahan Data

Dan Informasi (P3DI) Sekertariat Jendral DPR RI. Jakarta.

Satriana Kartika P. 2013. Analisis Permintaan Cabai Merah Besar Usaha Restoran

di Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor.

Samuelson. 2003. Ilmu Mikroekonomi. PT. Media Global Edukasi.

Setiadi. 2006. Bertanam Cabai cetakan 24. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sunandar H, Suprianto, Candra. 2012. Keragaan Usahatani Cabai Merah Hibrida.

Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Tasikmalaya.

Sugiharto. 2002. Ekonomi Mikro sebuah kajian komprehensif. Jakarta [ID]. PT

Gramedia Puataka Utama.

Wiryanta Bernadinus T.W. 2001. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan. PT.

Agromedia Pustaka. Jakarta. 91 ha.

Page 54: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

44

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 40

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .3145706

0

Most Extreme Differences Absolute .126

Positive .126

Negative -.076

Kolmogorov-Smirnov Z .797

Asymp. Sig. (2-tailed) .549

a. Test distribution is Normal.

Page 55: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

45

Lampiran 2 Uji Heteroskedasitas

Page 56: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

46

Lampiran 3 Hasil Output Uji F, Uji Autokorelasi, Koefisien Determinasi (R2),

Descriptive Statistik

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 8.999 7 1.286 10.659 .000a

Residual 3.859 32 .121

Total 12.858 39

a. Predictors: (Constant), X7, X6, X1, X4, X3, X5, X2

b. Dependent Variable: Y

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .837a .700 .634 .347 1.721

a. Predictors: (Constant), X7, X6, X1, X4, X3, X5, X2

b. Dependent Variable: Y

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Jumlah Cabai merah 1.03 .574 40

Harga cabai merah 3.23E4 4254.635 40

Jumlah anggota RT 4.40 1.033 40

Frekuensi 5.35 3.386 40

Pendapatan 4.12E6 1311585.457 40

Dummy suku .32 .474 40

Dummy preferensi .98 .158 40

Dummy tempat pembelian .98 .158 40

Page 57: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

47

Lampiran 4 Perhitungan Elastisitas Harga dan Elastisitas Pendapatan

Elastisitas Harga

Eh = b x 𝑋

𝑌

Keterangan :

Eh = Elastisitas harga permintaan

b = Koefisien regresi

x = Nilai rata-rata x (Rp/ Kg)

y = Nilai rata-rata (kg/bulan)

Eh = − 0.0000665 x 32 300

1.03

= - 2.08

Page 58: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

48

Lampiran 5 Data regresi berganda

No Nama Y X1 X2 X3 X4 D1 D2 D3

1 Maryati 0.75 28000 4 8 6000000 1 1

1

2 Erna 1 30000 5 4 5500000 0 1 1

3 Lili 0.75 30000 3 15 3000000 0 1 1

4 Oneh 2 28000 6 10 5500000 0 1 1

5 Rohanah 1 32000 5 4 3000000 0 1 1

6 Nining 2.5 30000 6 4 6000000 1 1 1

7 Neni 1 32000 5 4 3600000 0 1 1

8 Imas 0.5 28000 3 2 2000000 0 1 1

9 Anih 1 38000 6 4 5700000 0 1 1

10 Jubaidah 1 28000 4 4 4700000 1 1 1

11 Lislis 1 28000 4 10 2500000 0 1

1

12 Yeni 1 38000 6 10 4100000 0 1 1

13 Euis 2 35000 6 4 5800000 0 1 1

14 Heni 1 35000 5 4 3000000 0 1 1

15 Mimin 0.25 35000 4 1 3000000 0 0 1

16 Teti 1 35000 4 10 3700000 0 1 1

17 Nur 0.6 30000 3 4 5500000 1 1 0

18 Tati 0.4 40000 4 4 3600000 0 1

1

19 Rohayati 1 40000 6 4 3500000 0 1

1

20 Yati 0.5 32000 3 2 2100000 1 1 1

21 Yanti 0.4 40000 4 8 4500000 1 1 1

22 Cucu 0.25 40000 4 1 3250000 0 1

1

23 Buyung 0.8 35000 5 8 5000000 1 1

1

24 Sri 0.4 40000 4 4 3700000 1 1

1

25 Mini 1.5 28000 4 15 3500000 0 1 1

26 Ima 2.5 30000 7 10 6700000 0 1 1

27 Dini 1 40000 5 4 3250000 0 1 1

28 Siti 1 30000 4 4 3100000 0 1 1

29 Haslinda 1 28000 3 4 3500000 0 1

1

30 Siti A 0.4 30000 3 2 2800000 0 1 1

31 Enum 0.8 32000 4 4 2800000 0 1

1

32 Nunung 1 28000 5 4 3700000 0 1 1

33 Elsy 1 30000 4 4 8000000 1 1 1

34 Yuli 2 30000 4 4 3500000 1 1 1

35

Purwani

ngrum 2 30000 5 4 4700000 1 1 1

36 Rini 0.4 28000 3 4 4000000 0 1 1

37 Euis 1 30000 4 2 4200000 0 1 1

38 Edeh 1.6 30000 4 8 5000000 0 1 1

39 Risa 1 32000 4 4 4000000 1 1 1

40 Rosros 1 28000 4 4 4000000 1 1 1

Page 59: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

49

Keterangan :

Y = Jumlah cabai merah (Kg)

X1 = Harga cabai merah (Rp/kg)

X2 = Jumlah anggota rumah tangga (orang)

X3 = Frekuensi Pembelian

X4 = Pendapatan Rumah Tangga (Rp/bln)

D1 = Dummy suku (0 = Sunda,1 = Non Sunda)

D2 = Dummy preferensi (0 = Tidak suka pedas, 1 = Suka Pedas)

D3 = Dummy tempat pembelian (0 = Pasar Modern, 2 = Pasar tradisional)

Page 60: PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP … · 6 Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2012 25 7 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong

50

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Trisni Noviasari, lahir di Bandung pada tanggal 04

November 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, sebagai

anak kandung dari pasangan Bapak Mulyono dan Ibu Nana Ratnawati serta

saudara laki-laki Ady Wibowo dan Saudara perempuan Nur Siti Komariah.

Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai sejak tahun 1995 di TK

Kemala Bhayangkari Lembang Bandung. Pendidikan Sekolah Dasar penulis

dimulai pada tahun 1996 di SD Kayuambon 1 Lembang selama 6 tahun hingga

lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Lembang dan lulus pada tahun 2005.

Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan penulis di SMA

Negeri 1 Lembang pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima

sebagai mahasiswi Program Diploma Institut Pertanian Bogor untuk Program

Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur

PMDK. Karya penulis berupa tugas akhir yang berjudul Pembenihan Dan

Pembesaran Ikan Nila Nirwana (Oreochromis Niloticus) Di Dinas Perikanan Dan

Kelautan Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Cianjur, Jawa

Barat diselesaikan penulis pada tahun 2011 dan mengantarkan penulis lulus pada

tahun yang sama.

Penulis melanjutkan studi kembali untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Program Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Selama menempuh

pendidikan di Alih Jenis Agribisnis IPB, penulis pernah ikut serta dalam beberapa

kegiatan kepanitian di lingkungan kampus.