PermenPU01-2014 (lengkap)
-
Upload
justicia-rian-p -
Category
Documents
-
view
199 -
download
0
Transcript of PermenPU01-2014 (lengkap)
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
1/114
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUMREPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 01/PRT/M/2014
TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan danPenerapan Standar Pelayanan Minimal telah ditetapkanPeraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan MinimalBidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yangmencakup daerah Kabupaten/Kota;
b. bahwa Peraturan Menteri sebagaimana dimaksuddalam huruf a belum mencakup Standar PelayananMinimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruangyang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab daerahProvinsi dan perlu penambahan pedoman perhitunganpembiayaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
2/114
2.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4737);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PeraturanPresiden Nomor 91 Tahun 2011;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon IKementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan PenetapanStandar Pelayanan Minimal;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Pekerjaan Umum;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAANUMUM DAN PENATAAN RUANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
3/114
6. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkatdaerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang pekerjaan umum dan penataan ruang.
Pasal 2
(1)Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi PemerintahProvinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan SPM bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.(2)Peraturan Menteri ini bertujuan mendukung Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam penerapan SPM Bidang Pekerjaan Umum danPenataan Ruang sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan dasar.
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:a. SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;b. Penetapan dan Target Pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang;c. Penyelenggara SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;d. Pembinaan dan Pengawasan;e. Pelaporan;f. Monitoring dan Evaluasi;dang. Pembiayaan.
BAB II
SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah Provinsi
Pasal 4
(1) Pemerintah Provinsi menyelenggarakan Pelayanan Dasar BidangPekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan SPM BidangPekerjaan Umum dan Penataan Ruang
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
4/114
b. Jalan
Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat denganindikator :1. Persentase tingkat kondisi jalan provinsi baik dan sedang.2. Persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat
produksi (konektivitas) di wilayah provinsi.
c. Jasa Konstruksi
Pengembangan Sistem Informasi Jasa Konstruksi denganindikator persentase tersedianya 3 (tiga) jenis informasi JasaKonstruksi Tingkat Provinsi pada Sistem Informasi Pembina JasaKonstruksi (SIPJAKI).
d. Penataan Ruang
Informasi Penataan Ruang dengan indikator persentase
tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR)wilayah Provinsi beserta rencana rincinya melalui peta analog dan
peta digital.
(2) SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan batas waktupencapaian sampai dengan tahun 2019.
Bagian KeduaSPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 6
(1) Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan Pelayanan DasarBidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan SPM
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
5/114
b. Jalan
Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat denganindikator:1. Persentase tingkat kondisi jalan kabupaten/kota baik dan
sedang;dan2. Persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat
produksi (konektivitas) di wilayah kabupaten/kota.
c. Cipta Karya
1. Penyediaan air minum dengan indikator persentase pendudukyang mendapatkan akses air minum yang aman.
2. Penyediaan sanitasi dengan indikator :a) persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang
memadai;
b) persentase pengurangan sampah di perkotaan;c) persentase pengangkutan sampah;d) persentase pengoperasian Tempat Pembuangan Akhir
(TPA);dan
e) persentase penduduk yang telayani sistem jaringan drainaseskala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30
cm, selama 6 jam) lebih dari 2 kali setahun.
3. Penataan Bangunan dan Lingkungan dengan indikatorpersentase jumlah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yangditerbitkan;
4. Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan dengan indikatorpersentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di
kawasan perkotaan.
d. Jasa Konstruksi
1. Pengembangan Sistem Informasi Jasa Konstruksi dengan
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
6/114
(2) SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan batas waktupencapaian sampai dengan tahun 2019.
Pasal 8
(1) Jenis pelayanan dasar, sasaran, indikator kinerja, batas waktupencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang DaerahProvinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5dan Pasal 7 tercantum dalam Lampiran Iyang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.(2) Petunjuk teknis SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalamPasal 5 dan Pasal 7 tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB III
PENETAPAN DAN TARGET PENCAPAIANSPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
Pasal 9
(1) Penetapan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dapatdisempurnakan dan ditingkatkan secara bertahap sesuai denganperkembangan kemampuan dan kebutuhan daerah.
(2) Target Pencapaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 7 dapat disesuaikan
berdasarkan evaluasi pencapaian SPM pada akhir batas waktupencapaian.
BAB IV
PENYELENGGARA SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
7/114
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 11
Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penyelenggaraanSPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Pasal 12
(1) Menteri melakukan pembinaan teknis penyelenggaraan SPM BidangPekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi.(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah melakukan pembinaan
teknis penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan PenataanRuang yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
(3) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandalam bentuk fasilitasi pengembangan kapasitas berupa orientasiumum, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuanlainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diberikan dengan mempertimbangkan kemampuan kelembagaan,
personil, dan keuangan negara serta keuangan daerah.
Pasal 13
(1) Menteri bertanggungjawab atas pengawasan teknis penerapan SPMBidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang dilaksanakan olehPemerintah Provinsi.
(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah melakukan pengawasanteknis penerapan SPM yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
8/114
BAB VII
PELAPORAN
Pasal 15
(1) Unit kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum danpenataan ruang Daerah Provinsi menyampaikan laporan teknis tahunanhasil penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang kepada Gubernur.(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Gubernur
menyampaikan laporan teknis tahunan hasil penerapan dan pencapaiankinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Daerah
Provinsi kepada Menteri dan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 16
(1) Unit kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum danpenataan ruang Kabupaten/Kota menyampaikan laporan teknistahunan hasil penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang PekerjaanUmum dan Penataan Ruang kepada Bupati/Walikota.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Bupati/Walikota menyampaikan laporan teknis tahunan hasil
penerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang kepada Gubernur.(3) Gubernur menyampaikan ringkasan laporan teknis tahunan hasilpenerapan dan pencapaian kinerja SPM Bidang Pekerjaan Umum danPenataan Ruang Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya kepada Menteri
dan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 17
Format laporan teknis tahunan hasil penerapan dan pencapaian kinerjaSPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 15 dan Pasal 16 sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
9/114
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 19
(1) Pembiayaan atas penyelenggaraan SPM Bidang Pekerjaan Umum danPenataan Ruang Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kotadibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah masing-
masing.(2) Perhitungan pembiayaan pencapaianSPM Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuaidengan ketentuan yang tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah memprogramkan SPM BidangPekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam dokumen perencanaan
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan PenataanRuang tetap dapat menjalankan program sesuai perencanaan yang telahditetapkan sampai dengan tahun 2014.
BAB XKETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 21
Ketentuan mengenai SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan RuangDaerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampaidengan Pasal 8 berlaku mutatis mutandis bagi Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
10/114
Pasal 23
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Februari 2014
MENTERI PEKERJAAN UMUMREPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DJOKO KIRMANTO
Diundangkan di Jakartapada tanggal 27 Februari 2014MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDINBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 267
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
11/114
JENIS PELAYANAN DASAR, INDIKATORKINERJA, DAN BATAS WAKTU PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN UMUMNOMOR : 01/ PRT/M/2014
TANGGAL :
24 Februari 2014
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
12/114
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penyediaan air baku
untuk kebutuhan
masyarakat
Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
persentase tersedianya air irigasi untuk
pertanian rakyat pada sistem irigasi yang
sudah ada sesuai dengan kewenangannya
% 70 - survey Pembangunan/
peningkatan;
rehabilitasi;
serta O&P
jaringan irigasi
1. persentase Tersedianya air baku untuk
memenuhi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari
% 100 - survey Pembangunan/
peningkatan;
rehabilitasi;
serta O&P
prasarana air
baku
2. persentase tersedianya air irigasi untuk
pertanian rakyat pada sistem irigasi yang
sudah ada sesuai dengan kewenangannya
% 70 - survey Pembangunan/
peningkatan;
rehabilitasi;serta O&P
jaringan irigasi
SPM Kabupaten/Kota
Jenis Pelayanan Dasar Indikator
Penyediaan air baku
untuk kebutuhan
masyarakat
Satuan
1 Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
SPM Provinsi
Upaya
PencapaianNo Sasaran
Target
Tahun
2019
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Sub Bidang Sumber Daya Air
Cara Mengukur
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
13/114
1 2 3 4 5 6 7 8
Setiap Pemerintah Provinsi memiliki
alat pengukur (Naasra/ Romdas/
Roughometer) untuk menentukan
nilai IRI
Membina dan menyediakan sumber
daya manusia yang dapat:
1. Melakukan survei kondisi jalan
menggunakan alat Naasra/ Romdas/
Roughometer (untuk pengukuran
menggunakan alat).
2. Menginterpretasikan kondisi jalan
ke nilai RCI yang selanjutnya
dikonversi ke nilai IRI (untuk
pengukuran menggunakan metode
visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala untuk mencapai
dan mempertahankan kondisi jalan
baik dan sedang berdasarkan nilai IRI
Setiap Pemerintah Provinsi melakukan
pembangunan/ penambahan ruas
jalan yang menghubungkan pusat-
pusat kegiatan dan pusat produksi
yang masih belum terhubungkandengan jaringan jalan.
Percepatan penyelesaian Perda
tentang RTRW Provinsi
100 Pusat-pusat
kegiatan dan
pusat produksi
sesuai yang
tercantum pada
RTRW Provinsitelah terhubung
oleh jaringan
jalan.
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Sub Bidang Jalan
No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator SatuanTarget
Tahun 2019Cara Mengukur Upaya Pencapaian
SPM Provinsi
1 Penyediaan jalan untuk melayani
kebutuhan masyarakat
Meningkatnya kualitas layanan jalan Provinsi persentase tingkat kondisi jalan
provinsi baik dan sedang.
% 60 Pengukuran
kondisi jalan
untuk memperoleh
nilai IRI dapat
dilakukan
menggunakan:
1. Alat (Naasra/
Romdas/
Roughometer)
2. Metode visual
dengan cara
menaksir nilai
Road Condition
Index(RCI) yang
kemudian
dikonversikan ke
nilai International
Roughness Index
(IRI) yang
dilakukan pda
kondisi tertentu )*
2 Penyediaan jalan untuk melayani
kebutuhan masyarakat
Tersedianya konektivitas wilayah Provinsi persentase terhubungnya pusat-pusat
kegiatan dan pusat produksi
(konektivitas) di wilayah provinsi
%
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
14/114
Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota
memiliki alat pengukur (Naasra/
Romdas/ Roughometer) untuk
menentukan nilai IRI
Membina dan menyediakan sumber
daya manusia yang dapat:
1. Melakukan survei kondisi jalan
menggunakan alat Naasra/ Romdas/
Roughometer (untuk pengukuran
menggunakan alat).
2. Menginterpretasikan kondisi jalan
ke nilai RCI yang selanjutnya
dikonversi ke nilai IRI (untuk
pengukuran menggunakan metode
visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala untuk mencapai
dan mempertahankan kondisi jalan
baik dan sedang berdasarkan nilai IRI
Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota
melakukan pembangunan/
penambahan ruas jalan yang
menghubungkan pusat-pusat
kegiatan dan pusat produksi yang
masih belum terhubungkan dengan
jaringan jalan.
Percepatan penyelesaian Perda
tentang RTRW Kabupaten/ Kota
Ket )* :
1. Apabila menggunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/ Romdas/ Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible (nilai count/ BI > 400)
2. Apabila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
3. Apabila tidak mempunyai kendaraan dan alat survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
2 Penyediaan jalan untuk melayani
kebutuhan masyarakat
Tersedianya konektvitas wilayah Kab/ Kota persentase terhubungnya pusat-pusat
kegiatan dan pusat produksi di
wilayah kabupaten/ kota
% 100 Pusat-pusat
kegiatan dan
pusat produksi
sesuai yang
tercantum padaRTRW Kabupaten/
Kota telah
terhubung oleh
jaringan jalan.
SPM Kabupaten/Kota
1 Penyediaan jalan untuk melayani
kebutuhan masyarakat
Meningkatnya kualitas layanan jalan
Kab/Kota
persentase tingkat kondisi jalan
kabupaten/kota baik dan sedang.
% 60 Pengukuran
kondisi jalan
untuk memperoleh
nilai IRI dapat
dilakukan
menggunakan:
- alat (Naasra/
Romdas/
Roughometer)
- visual dengan
cara menaksir
nilai Road
Condition Index
(RCI) yang
kemudian
dikonversikan ke
nilai International
Roughness Index
(IRI) yang
dilakukan pda
kondisi tertentu )*
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
15/114
1 3 4 5 6 7 8
1 Meningkatnya kualitas layanan air minum permukiman
perkotaan
persentase penduduk yang mendapatkan
akses air minum yang aman
% Penduduk
81,77%
Contoh
- survey;
- kuesioner; dll.
persentase penduduk yang terlayani sistem air
limbah yang memadai
% Penduduk
60%
Contoh
- survey;
- kuesioner; dll.
persentase pengurangan sampah di perkotaan % Penduduk
20%
Contoh
- survey;- kuesioner; dll.
persentase pengangkutan sampah % Penduduk
70%
Contoh
- survey;
- kuesioner; dll.
persentase pengoperasian TPA % pengoperasian TPA
70%
Contoh
- survey;
- kuesioner; dll.
% penduduk
50%
Contoh
- survey;
- kuesioner; dll.
% pengurangan
genangan 50%
Contoh
- survey;
- kuesioner; dll.3 Meningkatnya tertib pembangunan bangunan gedung persentase jumlah Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) yang diterbitkan
IMB
60% pendataan
4 Berkurangnya permukiman kumuh di perkotaan persentase berkurangnya luasan permukiman
kumuh di kawasan perkotaan
Ha 10% Contoh
- survey;
- kuesioner; dll.
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Sub Bidang Cipta Karya
No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan
Target
Tahun
2019
Cara MengukurUpaya Pencapaian
2
SPM Kabupaten/Kota
Penyediaan air minum
2 Penyediaan sanitasi Meningkatnya kualitas sanitasi (air limbah, persampahan dan
drainase) permukiman perkotaan
persentase penduduk yang terlayani sistem
jaringan drainase skala kota sehingga tidak
terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2
jam) lebih dari 2 kali setahun
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penangan Pemukiman Kumuh Perkotaan
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
16/114
1 3 4 5 6 7 8
1 Meningkatnya
ketersediaan informasi
jasa konstruksi
persentase tersedianya 3
(tiga) layanan informasi jasa
konstruksi Tingkat Provinsipada Sistem Informasi
Pembina Jasa Konstruksi
(SIPJAKI)
% 100 Input data layanan informasi jasa
konstruksi langsung masuk ke
server SIPJAKI pusat untuklangsung direkapitulasi
a. Penanggungjawab SIPJAKI tingkat
provinsi mengkoordinasikan dan
mengumpulkan data-data terkait 3jenis layanan informasi jasa konstruksi
dari instansi-instansi terkait
b. Administrator SIPJAKI Tingkat
Provinsi melakukan input data dan
memutakhirkannya secara berkala.
c. Administrator SIPJAKI Tingkat
Provinsi diberikan pelatihan agar dapat
menggunakan aplikasi SIPJAKI
1 Meningkatnya
ketersediaan informasi
jasa konstruksi
persentase tersedianya 7
(tujuh) layanan informasi
jasa konstruksi Tingkat
Kabupaten/Kota pada Sistem
Informasi Pembina Jasa
Konstruksi (SIPJAKI)
% 60 Input data layanan informasi jasa
konstruksi langsung masuk ke
server SIPJAKI pusat, sehingga
perkembangan nilai pencapaian
layanan informasi dapat langsung
diketahui Pemerintah Pusat dan
Provinsi, serta direkapitulasi
a. Penanggungjawab SIPJAKI tingkat
Kabupaten/Kota mengkoordinasikan
dan mengumpulkan data-data terkait 7
jenis layanan informasi jasa konstruksi
dari instansi-instansi terkait
b. Administrator SIPJAKI Tingkat
Kabupaten/Kota melakukan input data
dan memutakhirkannya secara berkala.
c. Administrator SIPJAKI TingkatKabupaten/Kota diberikan pelatihan
agar dapat menggunakan aplikasi
SIPJAKI
Indikator Satuan
SPM Kabupaten/Kota
Pengembangan sistem
informasi jasa konstruksi
Pengembangan sistem
informasi jasa konstruksi
Cara MengukurJenis Pelayanan Dasar Sasaran
2
Upaya Pencapaian
SPM Provinsi
NoTarget
Tahun 2019
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Sub Bidang Jasa Konstruksi
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
17/114
2 Meningkatnya kualitas
layanan perizinan
usaha jasa konstruksi
persentase tersedianya
layanan Izin Usaha Jasa
Konstruksi (IUJK) dengan
Waktu Penerbitan Paling
Lama 10 (sepuluh) Hari Kerja
setelah Persyaratan Lengkap
% 100 1. Instansi penerbit IUJK
melakukan pencatatan kinerja
pelayanan dengan menggunakan
Lembar Kendali SPM IUJK
2. Pengisian Lembar Kendali SPM
IUJK dilakukan pada setiappemohon IUJK
3. Instansi penerbit IUJK
melakukan rekapitulasi catur
wulan kinerja pelayanan IUJK
atau 4 (empat) bulan sekali
dihitung mulai bulan Januari
4. Rekapitulasi kinerja pelayanan
IUJK dilaporkan kepada
Pemerintah Provinsi dan
pemerintah Pusat dengan
melampirkan salinan LembarKendali SPM IUJK.
a. Pemerintah Pusat berkerjasama
dengan Pemerintah Provinsi,
melakukan sosialisasi kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota
b. Pemerintah Provinsi melakukan
monitoring pelaksanaan SPM IUJKkepada Pemerintah Kabupaten/Kota di
wilayahnya.
c. Pemerintah Provinsi
mengkoordinasikan dan mendorong
pelaporan rekapitulasi catur wulan
kinerja pelayanan IUJK untuk setiap
kabupaten/kota diwilayahnya
d. penanggung jawan Pelaksanaan SPM
IUJK di tingkat Kabupaten/Kota
melakukan pengawasan dan
mendorong terlaksananya SPM IUJKoleh instansi pelaksana IUJK
Izin Usaha Jasa
konstruksi
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
18/114
1 3 4 5 6 7 8
1 Meningkatnya ketersediaan informasi
penataan ruang
persentase tersedianya informasi mengenai
rencana tata ruang (RTR) wilayah Provinsi
berserta rencana rincinya melalui peta analog
dan peta digital
% 100 survey
percepatan
penyelesaian perda
tentang RTR wilayah
Provinsi; penyediaan
peta;publikasi di
media massa
mengenai peta yang
telah tersedia
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Sub Bidang Penataan Ruang
SPM Provinsi2
Target
Tahun
2019
Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Satuan
SPM Kabupaten/Kota
IndikatorNo
1
Upaya PencapaianCara Mengukur
Informasi Penataan Ruang
persentase tersedianya informasi mengenaiMeningkatnya ketersediaan informasiInformasi Penataan Ruang
5 Meningkatnya ketersediaan RTH persentase tersedianya luasan RTH publik
sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan
perkotaan
% 50 survey
penertiban area
yang direncanakan
menjadi RTH;
penganggaran
penyediaan danpengelolaan RTH
publik
100
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
DJOKO KIRMANTO
survey
percepatan
penyelesaian perda
tentang RTR wilayah
kabupaten/kota;
penyediaanpeta;publikasi di
media massa
mengenai peta yang
telah tersedia
rencana tata ruang (RTR) wilayah
Kabupaten/Kota berserta rencana rincinya
melalui peta analog dan peta digital
%
penataan ruang
ttd.
Penyediaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Publik
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
19/114
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan peningkatan intensitas pemanfaatanlahan menyebabkan ketersediaan lahan semakin terbatas, sehingga perlu dilakukan efisiensipemanfaatan ruang yang salah satunya dilakukan melalui pemanfaatan ruang di dalam bumi(RDB). Menurut Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang (UU 26/2007) pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan secara vertikal maupun
pemanfaatan RDB.Pemanfaatan RDB juga menjadi solusi bagi beberapa masalah dan kebutuhan pemanfaatanruang di permukaan bumi, antara lain untuk menghindari terjadinya ketidakserasianpemanfaatan ruang, sehingga kegiatan tertentu dapat diselenggarakan atau ditempatkan diRDB. Pemanfaatan RDB juga dapat mengisolasi kegiatan yang membutuhkan keamanantinggi dan/atau bahan berbahaya. Efisiensi pemanfaatan ruang tersebut dapat meningkatkankualitas pemanfaatan ruang di permukaan bumi, antara lain meningkatkan integrasiantarkegiatan, penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) yang lebih luas, dan menjaga estetika
ruang.Perlunya peningkatan pengelolaan RDB telah sejalan dengan UU 26/2007 sebagaimanadiamanatkan dalam Konsideran Menimbang huruf a, bahwa ruang wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruangudara, termasuk RDB, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upayapengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman padakaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjagakeberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan
landasan konstitusional UUD 1945.Pemanfaatan RDB merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan penataan ruang secarakeseluruhan, baik nasional maupun daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) danayat (4) UU 26/2007, serta penjelasan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang mengatur bahwa penataan ruangwilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yangmencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk RDB sebagai satu kesatuan.Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk RDB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Sebagaimana halnya pemanfaatan ruang di permukaan bumi, maka pemanfaatan RDB jugadapat menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu, pemanfaatan RDB memerlukan acuandalam penyelenggaraannya sehingga dapat dilaksanakan secara optimal dan dampak negatifmaupun risiko yang mungkin timbul dapat diminimalisasi. Mempertimbangan kebutuhanadanya acuan dalam penyelenggaraan pemanfaatan RDB dan sesuai dengan amanat UU
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
20/114
1.4. Istilah dan Definisi
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
a. Ruangadalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasukruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainhidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
b. Ruang di Dalam Bumi yang selanjutnya disingkat RDBadalah ruang yang berada dibawah permukaan tanah yang digunakan untuk berbagai kegiatan manusia.
c. Pemanfaatan RDB adalah berbagai bentuk penggunaan ruang yang berada di bawahpermukaan tanah untuk berbagai kegiatan manusia.
d. Ruang Privatadalah ruang bersifat pribadi yang dimiliki oleh institusi tertentu atau orangperseorangan.
e. Ruang Publik adalah ruang bersifat umum yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintahatau pemerintah daerah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat.
f. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, danpengendalian pemanfaatan ruang.
g. Bangunan Gedungadalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanahdan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untukhunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,budaya, maupun kegiatan khusus.
h. Cagar Budayaadalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan KawasanCagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karenamemiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan melalui proses penetapan.i. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, danproduktivitas lingkungan hidup.
j. Jaringan Transportasiadalah serangkaian prasarana dan sarana transportasi pada RDBuntuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, serta angkutan keretaapi.
k. Jaringan Transportasi Kawasanadalah serangkaian prasarana dan sarana transportasipada RDB yang bersifat lokal atau setempat, berupa terowongan penyeberanganorang/kendaraan (underpass), jalur penghubung antarbangunan, jalur kendaraan di ruangparkir, atau prasarana dan sarana transportasi kawasan lainnya.
l. Jaringan Transportasi Wilayah adalah serangkaian prasarana dan sarana transportasipada RDB yang bersifat antarkawasan atau antarwilayah, berupa jalan bebas hambatan,
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
21/114
1.5. Acuan Normatif
Pedoman ini disusun dengan memperhatikan antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria;
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimanatelah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
d. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
f. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
g. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
h. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;
i. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
j. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
k. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup;
l. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
m. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunanuntuk Kepentingan Umum;
n. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
o. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
p. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;q. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota;
r. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang WilayahNasional;
s. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang; dant. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
1.6. Kedudukan Pedoman
Kedudukan pedoman dalam sistem peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
22/114
Gambar 1.1
Kedudukan Pedoman
Pedoman dapat digunakan untuk menyusunadvisory plan dalam bentuk rencana pemanfaatan RDBsebagai dokumen yang dipersyaratkan dalam penyelenggaraan pemanfaatan RDB.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
23/114
BAB II
KETENTUAN UMUM PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI
2.1. Dasar Kebutuhan Pemanfaatan RDB
Pemanfaatan RDB terutama dilakukan atas dasar kebutuhan sebagai berikut:
a. mengatasi keterbatasan lahan di permukaan bumi;
Pemanfaatan RDB dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan lahandi permukaan bumi dengan melakukan efisiensi pemanfaatan ruang. Contohnyapenyediaan ruang parkir di RDB pada kawasan perdagangan/jasa dan perkantoran yangdapat menghemat lahan di permukaan bumi.
b. mewujudkan keterpaduan antarkegiatan;
Kegiatan tertentu dapat dilakukan di RDB untuk menciptakan keterpaduan antara kegiatandi permukaan bumi dengan kegiatan di RDB. Contohnya penyediaan jaringan transportasidi RDB untuk melayani kawasan dengan densitas tinggi yang terhubung dengan modatransportasi di permukaan bumi.
c. menjaga dan meningkatkan kualitas ruang dan kelestarian lingkungan;
Pemanfaatan RDB untuk meningkatkan kualitas ruang dapat dilaksanakan melaluiperwujudan estetika ruang dan pelindungan terhadap lingkungan hidup. Contohnyakegiatan yang menimbulkan polusi di kawasan perkotaan dapat dilaksanakan di RDB;kegiatan dan/atau bahan yang membutuhkan keamanan tinggi dan/atau berbahaya sepertilimbah berbahaya dan/atau bahan mudah meledak dapat diisolasi di RDB; danpemanfaatan RDB dapat memperluas penyediaan RTH dan ruang terbuka non-hijau(RTNH) di permukaan bumi.
Pemanfaatan RDB harus mempertimbangkan perkembangan dan kebutuhan jangka panjangdan mampu memberi nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitaslingkungan. Selain mempertimbangkan manfaat, pemanfaatan RDB juga harus memperhatikandampak pemanfaatan RDB dan konsekuensinya terhadap antara lain aspek pembiayaan(mulai dari tahap pembangunan hingga pemeliharaan) dan aspek sumber daya manusia dalampengelolaannya.
2.2. Asas Pemanfaatan RDB
Pemanfaatan RDB diselenggarakan sesuai dengan kaidah penataan ruang dan asas-asassebagai berikut:
a. keserasian dan keterpaduan;
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
24/114
c. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
Yang dimaksud dengan keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwapemanfaatan RDB diselenggarakan dengan:
1) mengoptimalkan manfaat RDB dan sumber daya yang terkandung di dalamnya untukmewujudkan ruang yang produktif dan berkualitas; dan
2) memberikan nilai tambah RDB untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dankualitas lingkungan.
d. keterbukaan dan kebersamaan;
Yang dimaksud dengan keterbukaan dan kebersamaan adalah bahwa pemanfaatan RDBdiselenggarakan dengan:
1) memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkaninformasi yang berkaitan dengan pemanfaatan RDB; dan
2) melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam pemanfaatan RDB.
e. kepastian hukum dan keadilan;
Yang dimaksud dengan kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa pemanfaatan RDBdiselenggarakan dengan berlandaskan hukum dan dilaksanakan denganmempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semuapihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
f. keamanan, keselamatan, dan kenyamanan;
Yang dimaksud dengan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan adalah bahwa
pemanfaatan RDB diselenggarakan dengan:1) menerapkan sistem prasarana dan sarana RDB yang memenuhi persyaratan
keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan kesehatan, serta aksesibilitas sesuaidengan standar yang berlaku;
2) memberikan perlindungan bagi masyarakat dan mengantisipasi berbagai gangguandan ancaman terhadap keamanan dan keselamatan;
3) menerapkan sistem evakuasi bencana sesuai dengan standar yang berlaku; dan
4) memberikan rasa nyaman bagi masyarakat baik secara fisik maupun psikologis padaelemen-elemen prasarana dan sarana RDB, antara lain kapasitas dan skala ruang,sirkulasi, informasi (signage), utilitas, serta desain ruang dan/atau interior.
2.3. Klasifikasi Pemanfaatan RDB
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
25/114
Tabel II.1
Klasifikasi Pemanfaatan RDB
JENIS PEMANFAATAN RDB KEGIATANa. Pemanfaatan RDB untuk Bangunan
Gedung, berupa:
1) fasilitas tempat tinggal 1) hunian
2) fasilitas perdagangan 2) komersial
3) fasilitas perkantoran 3) jasa4) fasilitas olah raga, hiburan, ibadah,
dan perpustakaan4) sosial-budaya
5) fasilitas industri 5) industri6) ruang parkir 6) parkir7) ruang penyimpanan/gudang 7) penyimpanan/pergudangan
b. Pemanfaatan RDB untuk SistemJaringan Prasarana, berupa:
1) jaringan transportasi 1) transportasi2) jaringan utilitas 2) utilitas
c. Pemanfaatan RDB untuk Fasilitas
Pertambangan*
pertambangan
d. Pemanfaatan RDB untuk FasilitasKhusus*
kegiatan khusus, sepertimiliter/pertahanan keamanan
* Keterangan: Fasilitas pertambangan dan fasilitas khusus diatur sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
2.3.2. Klasifikasi Pemanfaatan RDB Menurut Skala Pelayanan
Berdasarkan skala pelayanan, pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung terdiri atas:a. pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung berupa bangunan tunggal; dan
b. pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung berupa kawasan/blok bangunan.
Berdasarkan skala pelayanan, pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana terdiriatas:
a. pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa jaringan transportasi,
meliputi:
1) jaringan transportasi kawasan seperti terowongan penyeberanganorang/kendaraan (underpass), jaringan jalan basemen, dan jaringan jalurpejalan kaki; dan
2) jaringan transportasi wilayah seperti jaringan jalan bebas hambatan, jaringan rel
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
26/114
2.4. Studi untuk Pemanfaatan RDB
Untuk mengoptimalkan manfaat dan menghindari dampak negatif, pemanfaatan RDB harusdidahului dengan studi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemanfaatan RDB, yaitu antaralain:
a. studi geologi;
Studi geologi, baik studi geologi permukaan maupun studi geologi bawah permukaan rincidilakukan untuk mengkaji kondisi dan karakteristik permukaan serta bagian dalam bumiterkait dengan kebutuhan pemanfaatan RDB, meliputi:
1) studi geoteknik;
Studi geoteknik dilakukan untuk mengkaji kondisi dan karakteristik tanah atau batuan
terkait dengan kebutuhan pemanfaatan RDB.2) studi hidrogeologi;
Studi hidrogeologi dilakukan untuk mengkaji kondisi dan karakteristik air terkaitdengan kebutuhan pemanfaatan RDB, seperti konfigurasi akuifer (akuifer bebas, semitertekan, dan tertekan) dan aliran air tanah.
3) studi geodinamika;
Studi geodinamika dilakukan untuk mengkaji kondisi dan dinamika RDB yang dipicu
oleh energi dalam bumi seperti aktivitas vulkanik, gempa bumi, gempa vulkanik, dangerakan pembentukan cekungan pengendapan atau pegunungan terkait dengankebutuhan pemanfaatan RDB.
b. studi kebencanaan;
Studi kebencanaan dilakukan untuk mengkaji potensi dan risiko bencana, kerentananwilayah terhadap bencana, serta upaya mitigasi bencana terkait dengan kebutuhan
pemanfaatan RDB. Jenis bencana yang perlu dikaji antara lain:1) bencana gempa bumi dengan jenis risiko yang timbul yaitu pergerakan atau keretakan
struktur batuan;
2) bencana banjir dan genangan air dengan jenis risiko yang timbul yaitu antara lainberkurangnya stabilitas tanah dan masuknya air ke dalam RDB;
3) bencana intrusi air laut dengan jenis risiko yang timbul yaitu kerusakan RDB dankorosi terhadap infrastruktur di dalamnya; dan
4) bencana tsunami dengan jenis risiko yang timbul yaitu masuknya air laut dan materialke dalam RDB, kerusakan struktur RDB, dan risiko tertutupnya jalur keluar dan masukRDB.
c. studi lingkungan;
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
27/114
c. pemanfaatan RDB untuk kepentingan publik sedapat mungkin atau diprioritaskan berada
di bawah ruang publik;
d. pemanfaatan RDB untuk kepentingan publik jika tidak memungkinkan untuk berada dibawah ruang publik dapat berada di bawah ruang privat dengan memberikan jaminanperlindungan terhadap gangguan dan/atau dampak yang dapat ditimbulkannya dan dapatdiberikan ganti kerugian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. pemanfaatan RDB untuk kepentingan publik ditetapkan oleh pemerintah;
f. pemanfaatan RDB untuk kepentingan privat harus berada di bawah ruang privat;
g. pemanfaatan RDB untuk kepentingan privat merupakan penunjang atau pengembangankegiatan di atasnya, seperti fasilitas komersial, ruang parkir, area servis, gudang/ruangpenyimpanan barang, dan jaringan utilitas;
h. batas penguasaan dan pemanfaatan RDB oleh privat diatur sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang pertanahan yang disesuaikan dengankarakteristik daerah dan dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah;
i. penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan RDB didaftarkan ke instansi yangberwenang di bidang pertanahan untuk memperoleh hak sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan;
j. pemanfaatan RDB baik untuk kepentingan publik maupun privat harus mendapatkan
rekomendasi teknis dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan. Pemanfaatan RDB untuk kepentingan privat selain mendapatkanrekomendasi teknis juga harus mendapatkan izin dari instansi yang berwenang sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. pengelolaan RDB untuk kepentingan publik dapat dilaksanakan oleh Pemerintah,pemerintah daerah, dan/atau masyarakat;
l. pemanfaatan RDB yang menghubungkan ruang-ruang yang berbeda kepemilikan harus
melalui kesepakatan dengan masing-masing pihak; danm. pemanfaatan RDB dapat dihentikan sementara waktu apabila ditemukan benda cagar
budaya dan bangunan cagar budaya, benda bernilai sejarah, benda arkeologi, situspurbakala, dan/atau benda bersifat strategis atau vital di dalamnya dan dilaporkan kepadainstitusi yang berwenang.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
28/114
BAB IIIKETENTUAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI
3.1. Kedalaman Pemanfaatan RDB
Pembagian kedalaman pemanfaatan RDB menjadi acuan dalam penetapan jenis kegiatanyang diprioritaskan dan penetapan letaknya di bawah ruang publik atau di bawah ruang privat.
Pada dasarnya penetapan kedalaman pemanfaatan RDB disesuaikan dengan karakteristik
fisik dan/atau kondisi geologi masing-masing wilayah. Namun secara umum, kedalamanpemanfaatan RDB dapat terbagi atas:
a. RDB dangkal,yaitu RDB yangberada pada kedalaman 0 hingga 30 meter(0-30 meter)di bawah permukaan tanah; dan
b. RDB dalam,yaitu RDB yang berada pada kedalaman lebih dari 30 meter(>30 meter) dibawah permukaan tanah.
Pembagian kedalaman pemanfaatan RDB tersebut didasarkan pada pertimbangan:
a. memberikan perlindungan dan tingkat keamanan yang lebih tinggi;
b. meminimalkan gangguan terhadap ruang dan kegiatan di permukaan;
c. memberikan area yang lebih luas untuk dikembangkan; dan
d. mengoptimalkan aspek pembiayaan konstruksi.
RDB dangkal ditujukan untuk mengakomodasi:a. kegiatan pemanfaatan RDB yang keberadaannya atau letaknya harus berdekatan atau
berada tidak jauh atau menyatu dengan ruang atau kegiatan di permukaan, seperti:terowongan penyeberangan orang atau kendaraan (underpass), jaringan utilitas kawasan,dan ruang parkir;
b. kegiatan yang membutuhkan akses dari dan ke RDB dengan cepat, seperti: bangunanyang menampung banyak orang seperti pusat perbelanjaan dan fasilitas hiburan;
c. kegiatan yang sumber dayanya terletak di RDB dangkal, seperti bangunan denganpencahayaan alami; dan
d. kegiatan yang berdasarkan hasil studi dan/atau alasan tertentu dapat atau harusditempatkan pada RDB dangkal dan/atau tidak dapat ditempatkan pada RDB dalam,seperti fasilitas hunian.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
29/114
diatur lebih lanjut oleh ketentuan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan, sertadapat ditentukan oleh pemerintah daerah. Pembagian kedalaman RDB dan kegiatannyadiuraikan dalam Tabel III.1 dan Gambar 3.1 sebagai berikut:
Tabel III.1.
Pembagian Kedalaman RDB Beserta Kegiatan yang Diprioritaskan
RDBKEDALAMAN
(meter)PEMANFAATAN RDB
DI BAWAH RUANG PUBLIKPEMANFAATAN RDB
DI BAWAH RUANG PRIVAT
Dangkal 0 30
jaringan transportasi kawasan
jaringan transportasi wilayahjaringan utilitas kawasan
jaringan utilitas wilayah
bangunan gedung
jaringan utilitas kawasan
bangunan gedung
Dalam > 30
jaringan transportasi wilayah
jaringan utilitas wilayah
bangunan gedung (dapat untukruang penyimpanan/gudang
barang atau bahan berbahaya)
jaringan transportasi wilayah
jaringan utilitas wilayah
bangunan gedung (dapat untukruang penyimpanan/gudang
barang atau bahan berbahaya)
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
30/114
12 Kementerian Pekerjaan Umum
Gambar 3.1.
Ilustrasi Pemanfaatan RDB Terkait dengan Kedalaman RDB dan Keberadaannya di Bawah Ruang Publik/Privat
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
31/114
3.2. Ketentuan Teknis Pemanfaatan RDB
Ketentuan teknis pemanfaatan RDB merupakan ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikandalam pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung dan sistem jaringan prasarana.
3.2.1. Ketentuan Teknis Pemanfaatan RDB untuk Bangunan Gedung
Pemanfaatan RDB untuk bangunan gedung memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak diprioritaskan untuk hunian atau tempat tinggal, namun dapat berfungsisebagai ruang pendukung hunian yang ada di permukaan;
b. konektivitas antarbangunan di RDB diperbolehkan jika terdapat keterkaitan fungsidan kepentingan;
c. konektivitas antarbangunan maupun bangunan dengan jaringan transportasi dapatberupa jalur atau ruang penghubung yang berbentuk terowongan untuk pejalan kaki;
d. terowongan pejalan kaki yang terhubung atau menghubungkan bangunan publikdapat mengakomodasi kegiatan perdagangan yang disesuaikan dengan kapasitasruang;
e. jika bangunan gedung berpotongan dengan jaringan transportasi dan/atau jaringanutilitas, maka dilakukan penyesuaian konstruksi sehingga tidak mengganggu fungsimasing-masing kegiatan;
f. koefisien tapak basemen (KTB) tidak melebihi koefisien dasar bangunan (KDB) yangdiizinkan di atas permukaan bumi agar tersisa ruang yang cukup untuk peresapanair;
g. jenis konstruksi bangunan gedung harus memperhatikan kondisi akuifer, geologi,sifat kebencanaan, dan keberadaan bentuk pemanfaatan RDB lainnya;
h. bangunan gedung dilengkapi dengan sistem evakuasi bencana, antara lainkelengkapan untuk penanggulangan bencana kebakaran seperti tangga darurat, alat
pemadam kebakaran, hidran air, dan masker gas;
i. dilengkapi dengan sistem pemantauan dan pengawasan;
j. dilengkapi dengan fasilitas komunikasi untuk keadaan darurat yang terhubunglangsung dengan pengelola bangunan gedung;
k. desain ruang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis;
l. desain bangunan menerapkan konsep ramah lingkungan dan hemat energi antara
lain melalui pemanfaatan pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang menerapkansistem bukaan (void) antarlantai mulai dari lantai yang memungkinkan menerussampai ke permukaan bumi dan sistem reflektor;
m. dilengkapi dengan sistem pengelolaan limbah terpadu; dan
n. akses masuk dan keluar harus memperhitungkan ancaman bahaya banjir.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
32/114
h. kekuatan dan ketebalan konstruksi serta bahan bangunan ruang penyimpanandisesuaikan dengan jenis bahan yang disimpan;
i. menyediakan alat dan kelengkapan untuk penanggulangan bencana kebakaran;
j. dilengkapi dengan sistem deteksi bahaya termasuk bahaya kebocoran;k. dilengkapi dengan sistem deteksi perilaku bahan;
l. aman dari kontaminasi zat atau bahan lainnya baik dari kondisi sekitar maupunantarmedia penyimpanan;
m. memberikan perlakuan khusus untuk benda atau bahan yang mudah terbakar ataureaktif;
n. memperhatikan jangka waktu penyimpanan benda atau bahan;
o. menyediakan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara; dan
p. dilengkapi dengan sistem pengelolaan limbah yang dihasilkan dari barang ataubahan berbahaya yang diproduksi atau disimpan.
3.2.2. Ketentuan Teknis Pemanfaatan RDB untuk Sistem Jaringan Prasarana
Ketentuan mengenai pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa jaringan
transportasi kawasan dan jaringan utilitas diatur sebagai berikut:
a. Jaringan Transportasi;
1) Pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupa jaringantransportasi kawasanmemperhatikan ketentuan sebagai berikut:
berada pada RDB dangkal;
diprioritaskan berada di bawah ruang publik;
terdapat rambu lalu lintas yang informatif, serta alat pengawasan danpengamanan jalan;
ketentuan teknis jaringan transportasi kawasan mengikuti standar teknisterkait;
perencanaan jaringan harus memperhatikan kebutuhan ruang minimal yangharus disediakan;
menyediakan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara;
akses masuk dan keluar jaringan mempertimbangkan kondisi bentang alamdan estetika;
memperhatikan keberadaan sumber daya air dan tidak boleh mengakibatkantertutup atau terhentinya aliran air di sekitarnya, serta harus mendapatkanrekomendasi teknis dari instansi terkait; dan
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
33/114
ketentuan teknis jaringan transportasi wilayah mengikuti standar teknisterkait;
desain terowongan mengikuti standar teknis terkait;
desain dan struktur terowongan mempertimbangkan dampak getaran dankeamanan bangunan dan/atau kegiatan baik yang berada di atas permukaanbumi maupun di sekitarnya;
memperhatikan struktur bangunan di permukaan bumi yang berada di atasRDB seperti pondasi bangunan dan utilitas bangunan;
melayani pusat kegiatan di kawasan metropolitan yang memiliki intensitasbangkitan dan tarikan yang tinggi;
terpadu dengan jaringan transportasi di permukaan bumi untukmengefisienkan perpindahan moda transportasi;
terintegrasi dengan sistem prasarana lainnya seperti jaringan listrik,telekomunikasi, dan drainase;
menyediakan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara;
memiliki sistem cadangan energi untuk mengantisipasi gangguan penyediaanenergi;
terdapat akses dan jalur khusus untuk pemeliharaan terowongan;
akses masuk dan keluar jaringan mempertimbangkan kondisi bentang alamdan estetika;
memperhatikan keberadaan sumber daya air dan tidak boleh mengakibatkantertutup atau terhentinya aliran air di sekitarnya, serta harus mendapatkanrekomendasi teknis dari instansi terkait; dan
terdapat sistem penanggulangan dan evakuasi bencana seperti gempa bumi,kebakaran, banjir.
b. Jaringan Utilitas;
1) Pemanfaatan RDB untuk sistem jaringan prasarana berupajaringan utilitaskawasanmemperhatikan ketentuan sebagai berikut:
berada pada RDB dangkal;
diprioritaskan berada di bawah ruang publik;
diletakkan sejajar atau mengikuti struktur jaringan transportasi, baik dipermukaan maupun di dalam bumi;
dapat langsung tertanam di dalam bumi tanpa ditempatkan dalamkonstruksi terowongan;
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
34/114
beberapa jenis utilitas diintegrasikan dan ditempatkan dalam konstruksiterowongan;
memperhatikan struktur dalam bumi milik bangunan di permukaan bumiatau yang berada di atasnya seperti pondasi bangunan dan utilitasbangunan;
ketentuan teknis jaringan utilitas wilayah mengikuti standar teknis terkait;
desain terowongan mengikuti standar teknis terkait;
terowongan dilengkapi akses untuk kebutuhan pemeliharaan danpengawasan utilitas;
terowongan dilengkapi dengan ruang pompa untuk mengatur aliran air
baku atau limbah; dan
memperhatikan keberadaan sumber daya air dan tidak bolehmengakibatkan tertutup atau terhentinya aliran air di sekitarnya, serta harusmendapatkan rekomendasi teknis dari instansi terkait.
3.3. Kesesuaian Pemanfaatan RDB dengan Fungsi Kawasan
Pemanfaatan RDB harus memperhatikan kesesuaian dengan rencana struktur ruang danrencana pola ruang pada permukaan bumi.
3.3.1. Kesesuaian Pemanfaatan RDB dengan Rencana Struktur Ruang
Ketentuan mengenai kesesuaian pemanfaatan RDB dengan rencana struktur ruangdiatur berdasarkan ketentuan teknis untuk setiap jenis pemanfaatan RDB.
3.3.2. Kesesuaian Pemanfaatan RDB dengan Rencana Pola Ruang
Ketentuan mengenai kesesuaian pemanfaatan RDB dengan rencana pola ruang diatursebagai berikut:
a. pemanfaatan RDB pada kawasan lindung;
Pemanfaatan RDB pada kawasan lindung dilakukan dengan ketentuan sebagaiberikut:
1) pemanfaatan RDB didahului dengan studi lingkungan dan studi lainnya olehlembaga berwenang yang hasilnya menyatakan bahwa kegiatan tersebut tidakmengganggu fungsi lindung kawasan, serta memenuhi persyaratan lainnyasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) pemanfaatan RDB diprioritaskan berada di RDB dalam;
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
35/114
a) didahului dengan studi lingkungan dan studi lainnya oleh lembagaberwenang yang hasilnya menyatakan bahwa kegiatan tersebut tidakmengganggu fungsi kawasan, serta memenuhi persyaratan lainnya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b) penempatan akses masuk dan/atau keluar kegiatan RDB tidakmengganggu fungsi kawasan.
3) pemanfaatan RDB tidak dilakukan pada kawasan budi daya yang olehketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan tidak boleh dilakukanpemanfaatan RDB misalnya pemanfaatan RDB pada kawasan pariwisata yangdi dalamnya terdapat benda arkeologi.
Kesesuaian pemanfaatan RDB dengan rencana struktur ruang dan rencana pola ruangdiuraikan dalam Tabel III.2, Tabel III.3, dan Tabel III.4.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
36/114
18 Kementerian Pekerjaan Umum
TABEL III.2 CONTOH KESESUAIAN KEGIATAN DENGAN STRUKTUR RUANG
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
37/114
Kementerian Pekerjaan Umum 19
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
38/114
20 Kementerian Pekerjaan Umum
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
39/114
Kementerian Pekerjaan Umum 21
TABEL III.3 CONTOH KESESUAIAN KEGIATAN DENGAN KAWASAN LINDUNG
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
40/114
22 Kementerian Pekerjaan Umum
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
41/114
Kementerian Pekerjaan Umum 23
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
42/114
24 Kementerian Pekerjaan Umum
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
43/114
Kementerian Pekerjaan Umum 25
TABEL III 4 CONTOH KESESUAIAN KEGIATAN DENGAN KAWASAN BUDI DAYA
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
44/114
26 Kementerian Pekerjaan Umum
TABEL III.4 CONTOH KESESUAIAN KEGIATAN DENGAN KAWASAN BUDI DAYA
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
45/114
Kementerian Pekerjaan Umum 27
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
46/114
28 Kementerian Pekerjaan Umum
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
47/114
BAB IVRENCANA PEMANFAATAN RDB
Rencana pemanfaatan RDB merupakan hasil kajian yang digunakan sebagai salah satu prasyaratuntuk dapat diselenggarakannya pemanfaatan RDB. Penyusunan rencana pemanfaatan RDBtersebut dilakukan oleh penyelenggara pemanfaatan RDB baik pemerintah maupun masyarakatsesuai dengan ketentuan umum dan ketentuan teknis dalam pedoman ini, serta melibatkanmasyarakat.
Selain itu, rencana pemanfaatan RDB digunakan sebagai salah satu acuan dalam penyusunan RTR.Adapun muatan rencana pemanfaatan RDB meliputi:
a. kesesuaian pemanfaatan RDB dengan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang dipermukaan bumi;
b. arahan pemanfaatan RDB yang berisi usulan program utama, lokasi, besaran, sumberpendanaan, instansi pelaksana, serta waktu dan tahapan pelaksanaan pemanfaatan RDB; dan
c. persyaratan pemanfaatan RDB (diperbolehkan, bersyarat secara terbatas, bersyarat tertentu,
dan tidak diperbolehkan).
Penyusunan rencana pemanfaatan RDB dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
a. penentuan kebutuhan pemanfaatan RDB;
b. penentuan jenis klasifikasi pemanfaatan RDB;
c. analisis dan kajian; dan
d. perumusan rencana pemanfaatan RDB.
Secara skematis, tahapan penyiapan rencana pemanfaatan RDB tersebut dijelaskan dalam Gambar4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
48/114
Tahapan Penyiapan Rencana Pemanfaatan RDB
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
49/114
BAB VPENUTUP
Pedoman ini telah disusun dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan terkait danperkembangan pemanfaatan RDB di masa datang.
Pedoman ini juga bersifat fleksibel dengan memperhatikan kondisi dan karakteristik lokal yang adadi setiap daerah. Oleh karenanya, setiap pemanfaatan RDB harus memperhatikan kondisi dankarakteristik lokal di atas.
MENTERI PEKERJAAN UMUM
ttd.
DJOKO KIRMANTO
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERIPEKERJAAN UMUM
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
50/114
PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIANSTANDAR PELAYANAN MINIMALBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
PEKERJAAN UMUMNOMOR : 01/PRT/M/2014
TANGGAL :
24 Februari 2014
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
51/114
RUMUS SPM :
JENIS PELAYANAN DASAR : Penyediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat
SASARAN : Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
INDIKATOR SPM :
TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 :
NO KETERANGAN
1 5
A
1. Penyusunan Dokumen
Perencanaan Tata Tanam Tahunan
yang mencakup Rencana Tata
Tanam Global (RTTG) dan Rencana
A = Biaya yang dibutuhkan untuk
penyusunan Dokumen Perencanaan
Tata Tanam Tahunan
Rumus : A
2. Penyusunan Dokumen
Perencanaan kebutuhan air irigasi
per musim tanam
A = Biaya yang dibutuhkan untuk
penyusunan Dokumen Perencanaan
kebutuhan air irigasi per musim tanam
Rumus : A
A = Biaya per hektare (ha) yangdibutuhkan untuk melakukan
Inventarisasi aset irigasi
B = Luas sistem irigasi yang dilakukan
inventarisasi aset irigasi dalam hektare
(ha)
Rumus : A x B
2. Penyusunan dokumen pengelolaan
aset irigasi
A = Biaya yang dibutuhkan untuk
menyusun dokumen perencanaan
pengelolaan aset irigasi
Rumus : A
3. Pelaksanaan Evaluasi penentuanskala prioritas pengelolaan aset
irigasi dengan rehabilitasi atau
operasi dan pemeliharaan.
4. Pemuktahiran dokumen
pengelolaan aset irigasi
A = Biaya yang dibutuhkan untuk
pemuktahiran dokumen perencanaan
pengelolaan aset irigasi
Rumus : A
PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
SUB BIDANG SUMBER DAYA AIR
KELUARAN SATUAN/BIAYA
70%
KOMPONEN
A.1 PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR
IRIGASI
Dapat juga mengacu
kepada RP2I Kabupaten
(Rencana Pengembangan
dan Pengelolaan Irigasi)
2
Ketersediaan air irigasi (lt/detik) pada setiap musim tanam Kebutuhan air irigasi (lt/detik) berdasarkan rencana tata tanam
Persentase tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada sesuai
dengan kewenangannya (Provinsi atau Kabupaten/Kota)
Mengacu kepada PP
Nomor 20 tahun 2006
tentang Irigasi-
3 4
PENGATURAN
A.2 PENGELOLAAN ASET IRIGASI 1. Pelaksanaan inventarisasi asetirigasi
NO KETERANGAN
1 5
KELUARAN SATUAN/BIAYAKOMPONEN
2 3 4
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
52/114
A = Biaya yang dibutuhkan untuk melatih
kepala ranting / pengamat, petugas
mantri / juru pengairan, petugas
operasi bendung, petugas pintu air, dll.
B = Banyaknya pelatihan yang dilakukan
untuk menjaga ketersediaan air irigasi.
Rumus : A x B
C PEMBANGUNAN
C.1 PERENCANAAN REHABILITASI A = Biaya per hari yang dibutuhkan dalam
identifikasi kerusakan dan
Penelusuran Jaringan Irigasi untuk
mengetahui tingkat kerusakan .
B = Lamanya identifikasi kerusakan dan
Penelusuran Jaringan Irigasi dalamhari.
Rumus : A x B
A = Biaya per hektare (ha) yang
dibutuhkan dalam pengukuran
kerusakan jaringan sistem irigasi
B = Luas jaringan sistem irigasi yang rusak
dalam hektare (ha)
Rumus : A x B
A = Biaya per hektare (ha) yang
dibutuhkan dalam pembuatan detail
desain perbaikan jaringan irigasi
B = Luas jaringan sistem irigasi yang akan
didesain dalam hektare (ha)
Rumus : A x B
4, Penyusunan program/rencana
kerja yang memuat pembagian
peran dan tanggung jawab Dinas
pengelola irigasi dan P3A/GP3A
A = Biaya yang dibutuhkan untukmembuat dokumen pelaporan hasil
kegiatan perencanaan rahabilitasi
jaringan irigasi
B = Banyaknya dokumen pelaporan hasil
kegiatan perencanaan rahabilitasi
jaringan irigasi.
Rumus : A x B
B PEMBINAAN Pelatihan Kepala ranting /
pengamat, petugas mantri / juru
pengairan, petugas operasi
bendung, petugas pintu air, dll.
Mengacu kepada Permen
PU Nomor
32/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Operasi danPemeliharaan Jaringan
Irigasi
Mengacu kepada Permen
PU Nomor
32/PRT/M/2007 tentangPedoman Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan
Irigasi
5, Penyusunan pelaporan
1. Pelaksanaan Identifikasi
Kerusakan dan Penelusuran
JaringanMengacu kepada Permen
PU Nomor
32/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan JaringanIrigasi
2. Pelaksanaan pengukuran
-
Mengacu kepada Standar
Perencanaan Irigasi dari
Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air
3. Pembuatan detail desain dan
rencana anggaran biaya
rehabilitasi jaringan irigasi
NO KETERANGAN
1 5
KELUARAN SATUAN/BIAYAKOMPONEN
2 3 4
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
53/114
C.2 PELAKSANAAN REHABILITASI A = Biaya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan satu kegiatan sosialisasi
pekerjaan rehabilitasi kepada petani.
B = Banyaknya kegiatan yang dilakukan
untuk sosialisasi pekerjaan rehabilitasikepada petani.
Rumus : A x B
A = Biaya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Rehabilitasi satu unit
bendung
B = Banyaknya bendung yang
direhabilitasi
Rumus : A x B
A = Biaya per meter yang dibutuhkanuntuk pelaksanaan Rehabilitasi
Saluran Irigasi
B = Panjang Saluran Irigasi yang di
rehabilitasi dalam meter (m)
Rumus : A x B
A = Biaya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan Rehabilitasi satu unit
bangunan irigasi
B = Banyaknya unit bangunan irigasi yang
direhabilitasi
Rumus : A x B
D PENGAWASAN A = Biaya per hektare (ha) yang
dibutuhkan untuk Pelaksanaan
Operasi jaringan irigasi
B = Luas jaringan irigasi dalam hektare
(ha)
Rumus : A x B
A = Biaya per hektare (ha) yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi
B = Luas jaringan sistem irigasi dalamhektare (ha)
Rumus : A x B
A = Biaya per hektare (ha) yang
dibutuhkan untuk Pelaksanaan
Konservasi DAS
B = Luas DAS dalam hektare (ha)
Rumus : A x B
1. Penyelenggaraan Sosialisasi
tentang pelaksanaan pekerjaan
rehabilitasi kepada petani.
Mengacu kepada Permen
PU Nomor
32/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan JaringanIrigasi
2. Pelaksanaan Rehabilitasi bendung
3. Pelaksanaan Rehabilitasi SaluranIrigasi
4. Pelaksanaan Rehabilitasi
bangunan irigasi
1. Pelaksanaan Operasi Jaringan
Irigasi
Mengacu kepada Permen
PU Nomor
32/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan
Irigasi
2. Pelaksanaan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi
3, Pelaksanaan Konservasi DAS
NO KETERANGAN
1 5
KELUARAN SATUAN/BIAYAKOMPONEN
2 3 4
E PEMBERDAYAAN A Bi dib t hk t kP l k P b d
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
54/114
E PEMBERDAYAAN A = Biaya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan satu kegiatan
Pemberdayaan Kelembagaan Pengelola
Irigasi.
B = Banyaknya kegiatan yang dilakukanuntuk pemberdayaan Kelembagaan
Pengelola Irigasi.
Rumus : A x B
Pelaksanaan Pemberdayaan
Kelembagaan Pengelola Irigasi
(Komisi Irigasi, Instansi
Pemerintah Bidang Irigasi, dan
perkumpulan petani pemakai air)
Mengacu kepada Permen
PU Nomor
32/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Operasi danPemeliharaan Jaringan
Irigasi
PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
55/114
RUMUS SPM :
JENIS PELAYANAN DASAR : Penyediaan air baku untuk kebutuhan masyarakat
SASARAN : Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
INDIKATOR SPM : Persentase tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari (kabupaten/kota)
TARGET PENCAPAIAN TAHUN 2019 :
NO KETERANGAN
1 4 5
A
1. Penyusunan keputusan Kepala
Daerah terkait penyediaan air
baku untuk kebutuhan pokok
minimal sehari-hari
A = Biaya yang dibutuhkan untuk penyusunan keputusan
Kepala Daerah terkait penyediaan air baku untuk
kebutuhan pokok minimal sehari-hari
Rumus : A
B.
- -
C
C.1
A = Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Survei
Potensi dan Studi Penyediaan Air Baku per lokasi
B = Banyaknya lokasi yang akan dilaksanakan survei
potensi dan studi penyediaan air baku
Rumus : A x B
C.2
A = Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan kegiatan
penyusunan Detail Engineering Design per lokasi
B = Banyaknya lokasi yang akan dilaksanakan
penyusunan Detail Engineering Design
Rumus : A x B
C.3
1. Pembebasan/Penyiapan
Lahan
2. Sertifikasi lahan yang telah
dibebaskan
Ketersediaan Air Baku (m3/tahun) dari Instalasi Pengolah Air
Kebutuhan Air Baku (m3/tahun) berdasarkan Target MDGs
100%
KOMPONEN
2
KELUARAN
3
SATUAN/BIAYA
PEMBANGUNAN
DESAIN
PENGADAAN LAHAN
Pelaksanaan Kegiatan penyediaan
lahan (pemilihan lokasi dan
pembebasan lahan)
-
Tanggung Jawab kegiatan
penyediaan lahan diserahkan
kepada pemerintah Kabupaten/kota
SURVAI DAN INVESTIGASI
Pelaksanaan Kegiatan
perencanaan detail engineering
design untuk
Pembangunan/Peningkatan
Sistem Jaringan Penyediaan AirBaku
PERHITUNGAN PEMBIAYAAN PENCAPAIAN SPM BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
SUB BIDANG SUMBER DAYA AIR
PENGATURAN
PEMBINAAN
-
1.
1.
1.
-
KEGIATAN :
Pembangunan Sistem Jaringan Air Baku(m3/tahun)
Penyusunan keputusan kepala
daerah
Pelaksanaan Survei Potensi dan
Studi Penyediaan Air Baku
Pelaksanaan kegiatan
penyusunan Detail Engineering
Design
Pelaksanaan Kegiatan Survei
Potensi dan Studi Penyediaan AirBaku
NO KETERANGAN
1 4 5
KOMPONEN
2
KELUARAN
3
SATUAN/BIAYA
C 4 KONSTRUKSI
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
56/114
C.4
1. A = Biaya yang dibutuhkan untuk Pembangunan tiap unit
Bangunan Tampungan Air
B = Banyaknya unit Bangunan Tampungan Air yang
dibangunRumus : A x B
A = Biaya yang dibutuhkan untuk Pembangunan tiap unit
Bangunan Pengambilan/Penyadapan
B = Banyaknya unit Bangunan Pengambilan/Penyadapan
yang dibangun
Rumus : A x B
A = Biaya yang dibutuhkan untuk satu unit Pembangunan
Bangunan Pelengkap
B = Banyaknya unit Bangunan Pelengkap yang dibangunRumus : A x B
A = Biaya yang dibutuhkan untuk Pembangunan tiap satu
meter Jaringan Transmisi
B = Panjang Jaringan Transmisi yang dibangun dalam
meter (m)
Rumus : A x B
C = Biaya yang dibutuhkan untuk Pembangunan satu unit
Sistem pemompaan
N = Banyaknya unit Sistem pemompaan yang dibangunRumus : A x B
C.5
A = Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Operasi
Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku per lokasi
B = Banyaknya lokasi Sistem Jaringan Penyediaan Air
Baku
Rumus : A x B
A = Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan
Pemeliharaan Sistem Jaringan Penyediaan Air Baku
per lokasi
B = Banyaknya lokasi Sistem Jaringan Penyediaan Air
Baku
Rumus : A x B
A = Biaya yang dibutuhkan untuk Pelaksanaan Konservasi
Sumber Air per hektare (ha)
B = Luas lokasi konversi sumber air dalam hektar (ha)
Rumus : A x B
Pembangunan Sistem
pemompaan
Pembangunan Bangunan
Pengambilan/Penyadapan
OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN
1.
2.
1. Pelaksanaan Kegiatan Operasi &
Pemeliharaan untuk
Pembangunan/Peningkatan
Sistem Jaringan Penyediaan Air
Baku
KONSTRUKSI
Pembangunan Bangunan
Tampungan Air
Pelaksanaan Kegiatan
Pembangunan/Peningkatan Sistem
Jaringan Penyediaan Air Baku sesuai
perencanaan teknis
3.
4.
1.
2.
3.
Pembangunan Bangunan
Pelengkap & Jaringan
Transmisi
Pelaksanaan Operasi Sistem
Jaringan Penyediaan Air
Baku
Pelaksanaan Pemeliharaan
Sistem Jaringan Penyediaan
Air Baku
Pelaksanaan Konservasi
Sumber Air
NO KETERANGAN
1 4 5
KOMPONEN
2
KELUARAN
3
SATUAN/BIAYA
D PENGAWASAN
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
57/114
D
1. Pelaksanaan Kegiatan pengawasan
teknis Pembangunan/Peningkatan
Sistem Jaringan Penyediaan Air
Baku sesuai perencanaan teknis
Pengawasan Teknis A = Biaya yang dibutuhkan untuk biaya 1 kegiatan
pengawasan Pembangunan/Peningkatan Sistem
Jaringan Penyediaan Air Baku
Rumus : A
E
- - --
PEMBERDAYAAN
PENGAWASAN
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
58/114
NO SATUAN/BIAYA KETERANGAN
1 4 6
KELUARANKOMPONEN
2 3
1. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
Asphalt Concrete (AC)
d l b k
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
d l b k i d 5
B.2. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk jalan
dengan perkerasan Asphalt
Concrete (AC)
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
59/114
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 4,5 m dan
bahu 2 x 1 m
dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
2. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
Asphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 5,0 m dan
bahu 2 x 1 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
3. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
Asphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 6,0 m dan
bahu 2 x 1,5 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m;
lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
4. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasanAsphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 7,0 m dan
bahu 2 x 2 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutinB. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
Concrete (AC)
.
rutin jalan perkerasan
Asphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 14 m dan
bahu 2 x 2 m
.
pemelliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
NO SATUAN/BIAYA KETERANGAN
1 4 6
KELUARANKOMPONEN
2 3
1. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
kaku (rigid pavement)
dengan lebar perkerasan
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemelliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 4 5 m;
B.3. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk jalan
dengan perkerasan kaku (rigid
pavement)
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
60/114
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 4,5 m dan
bahu 2 x 1 m
dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement)
Rumus: A x B
2. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
kaku (rigid pavement)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 5,0 m dan
bahu 2 x 1 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement)
Rumus: A x B
3. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
kaku (rigid pavement)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 6,0 m dan
bahu 2 x 1,5 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m;
lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement)
Rumus: A x B
4. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasankaku (rigid pavement)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 7,0 m dan
bahu 2 x 2 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutinB. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement)
Rumus: A x B
pavement)
5. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
kaku (rigid pavement)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 14 m dan
bahu 2 x 2 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan kaku (rigid pavement)
Rumus: A x B
NO SATUAN/BIAYA KETERANGAN
1 4 6
KELUARANKOMPONEN
2 3
1. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
tanpa penutup (unpaved)
dengan lebar perkerasan
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemelliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 4 5 m;
B.4. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk jalan
dengan perkerasan tanpa
penutup (unpaved)
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
61/114
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 4,5 m dan
bahu 2 x 1 m
dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved)
Rumus: A x B
2. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
tanpa penutup (unpaved)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 5,0 m dan
bahu 2 x 1 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved)
Rumus: A x B
3. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
tanpa penutup (unpaved)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 6,0 m dan
bahu 2 x 1,5 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m;
lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup
(unpaved)
Rumus: A x B
4. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasan
tan a enutu un aved
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata bia a emeliharaan rutin 1 km alan
p p ( p )
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 7,0 m dan
bahu 2 x 2 m
.
dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved)
Rumus: A x B
5. Pelaksanaan pemeliharaan
rutin jalan perkerasantanpa penutup (unpaved)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 14 m dan
bahu 2 x 2 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan tanpa penutup (unpaved)
Rumus: A x B
NO SATUAN/BIAYA KETERANGAN
1 4 6
KELUARANKOMPONEN
2 3
1. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan gelagar kelas A
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan
gelagar kelas A
B.5. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan gelagar
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
62/114
g g
Rumus: A x B
2. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan gelagar kelas B
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan gelagar kelas B
Rumus: A x B
3. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan gelagar kelas C
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan
gelagar kelas C
Rumus: A x B
1. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan rangka kelas A
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan
rangka kelas A
Rumus: A x B2. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan rangka kelas B
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan
rangka kelas B
Rumus: A x B
Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan rangka
B.6.
3. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan rangka kelas C
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan
rangka kelas C
Rumus: A x B
1. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan komposit kelas A
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan
komposit kelas A
Rumus: A x B
2. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan komposit kelas B
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan
komposit kelas B
Rumus: A x B
3. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan komposit kelas C
A. Total panjang jembatan (m) yang dilakukan
pemeliharaan rutin
B. Rata-rata biaya pemeliharaan rutin 1 m jembatan
komposit kelas C
Rumus: A x B
B.7. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan rutin untuk
jembatan komposit
NO SATUAN/BIAYA KETERANGAN
1 4 6
KELUARANKOMPONEN
2 3
C
1. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasan
HRS-Base dengan lebar
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan berkala untuk
jalan dengan perkerasan HRS-
PEMELIHARAAN BERKALA JALAN DAN JEMBATAN
C.1.
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
63/114
perkerasan sampai dengan
4,5 m dan bahu 2 x 1 m
dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base
Rumus: A x B
2. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasan
HRS-Base dengan lebar
perkerasan sampai dengan
5,0 m dan bahu 2 x 1 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan HRS-Base
Rumus: A x B
3. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasan
HRS-Base dengan lebar
perkerasan sampai dengan
6,0 m dan bahu 2 x 1,5 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m;
lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan HRS-Base
Rumus: A x B
4. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasan
HRS-Base dengan lebar
perkerasan sampai dengan
7,0 m dan bahu 2 x 2 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base
Base
Rumus: A x B
5. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasan
HRS-Base dengan lebar
perkerasan sampai dengan
14 m dan bahu 2 x 2 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemelliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan HRS-Base
Rumus: A x B
NO SATUAN/BIAYA KETERANGAN
1 4 6
KELUARANKOMPONEN
2 3
1. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasan
Asphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m;
C.2. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan berkala untuk
jalan dengan perkerasan Asphalt
Concrete (AC)
-
5/26/2018 PermenPU01-2014 (lengkap)
64/114
sampai dengan 4,5 m dan
bahu 2 x 1 m
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
2. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasanAsphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 5,0 m dan
bahu 2 x 1 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan berkalaB. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 5,0 m;
lebar bahu 2 x 1 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
3. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasan
Asphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 6,0 m dan
bahu 2 x 1,5 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 6,0 m;
lebar bahu 2 x 1,5 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
4. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasanAsphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 7,0 m dan
bahu 2 x 2 m
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemeliharaan berkalaB. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 7,0 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
. e a sanaan peme araan
berkala jalan perkerasan
Asphalt Concrete (AC)
dengan lebar perkerasan
sampai dengan 14 m dan
bahu 2 x 2 m
. o a pan ang a an m yang a u an
pemelliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 14 m;
lebar bahu 2 x 2 m; dan jenis perkerasan Asphalt Concrete (AC)
Rumus: A x B
NO SATUAN/BIAYA KETERANGAN
1 4 6
KELUARANKOMPONEN
2 3
1. Pelaksanaan pemeliharaan
berkala jalan perkerasan
kaku (rigid pavement)
dengan lebar perkerasan
i d 4 5 d
A. Total panjang jalan (km) yang dilakukan
pemelliharaan berkala
B. Rata-rata biaya pemeliharaan berkala 1 km jalan
dengan lebar perkerasan sampai dengan 4,5 m;
l b b h 2 1 d j i k k k ( i id t)
C.3. Pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan berkala untuk
jalan dengan perkerasan kaku
(rigid pavement)