Permen 79 Tahun 2014

16
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 79 TAHUN 2014 Tentang “KEBIJAKAN ENERGI NASIONALTUGAS MATA KULIAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PANAS BUMI Oleh : HABIBI 14361010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL - AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI STEM – AKAMIGAS

description

permen 79 tahun 2014

Transcript of Permen 79 Tahun 2014

Page 1: Permen 79 Tahun 2014

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 79 TAHUN 2014 Tentang “KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL”

TUGAS MATA KULIAH

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PANAS BUMI

Oleh :

HABIBI 14361010

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERALBADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

SEKOLAH TINGGI ENERGI DAN MINERAL - AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMISTEM – AKAMIGAS

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Page 2: Permen 79 Tahun 2014

I. PENDAHULUAN

Sektor energi mempunyai peranan sangat vital dalam kehidupan manusia di

dunia, termasuk di Indonesia. Semakin meningkatnya perkembangan bangsa seiring

dengan itu juga kebutuhan akan energi mengalami kenaikan yang sangat pesat. Hal ini

berbanding terbalik dengan cadangan sumber daya alam yang kita miliki khususnya

minyak dan gas bumi serta sumber enegri fosil lainnya. Perlu adanya kegiatan

diversifikasi sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin. Untuk mengatasi

hal tersebut maka pemerintah berupaya untuk  mengurangi ketergantungan pada

minyak, termasuk tentunya untuk mengurangi ekspor energi seperti minyak, gas dan

batu bara, serta mendorong penggunaan bahan bakar gas, energy baru terbarukan, batu

bara dan pemanfaatan energi nuklir untuk mendukung keamanan pasokan energi

nasional dalam skala besar.

Sederet masalah energi juga diakibatkan lemahnya regulasi atau payung

hukum, koordinasi dan implementasi kebijakan energi. Untuk memperkuat

pengelolaan energi nasional maka pemerintah membuat kebijakan energi nasional

yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang “Kebijakan

Energi Nasional”.

Maka dari itu, kebijakan energi nasional akan terus mengupayakan lahirnya

strategi dan roadmap yang mendukung pelaksanaan diversifikasi energi dapat

dilaksakan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Sebagai bagian dari paradigma baru tersebut, kebijakan energi nasional telah

menetapkan sasaran penyediaan dan pemanfaatan energi primer dan energi final pada

2025 dan 2050. Sebut saja, terpenuhinya penyediaan energi primer 400 MTOE

(Million Tonnes of Oil Equivalent) pada 2025 dan 1000 MTOE pada 2050;

tercapainya pemanfaatan energi primer per kapita 1,4 TOE pada 2025 dan 3,2 TOE

pada 2050; terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik 115 GW pada 2025

dan 430 GW pada 2050 serta tercapainya pemanfaatan listrik per kapita sekitar 2.500

KWh dan 7.000 KWh. Semua ini pada gilirannya hal ini diharapkan akan menjamin

ketersediaan sumber daya energi bagi proses pembangunan.

Dalam membuat proyeksi kebutuhan energi Indonesia masa depan seperti di

atas, parameter utama yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan

penduduk. Proyeksi kebutuhan energi juga memperhitungkan potensi penghematan

penggunaan energi di masa mendatang baik di sisi pemanfaatan (demand side)

Page 3: Permen 79 Tahun 2014

maupun di sisi penyediaan energi (supply side) sebagai akibat dari kemajuan teknologi

efisiensi (mesin/peralatan energi) dan tumbuhnya kesadaran masyarakat sendiri untuk

melakukan penghematan energi.

II. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Rancangan atau blueprint akan akan energi nasional ke depan telah diatur

secara jelas seperti pada Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2014 tentang

Kebijakan Energi Nasional (KEN). Direncanakan untuk masa waktu dari tahun

2014 sampai dengan tahun 2050.

Kebijakan energi nasional terdiri dari kebijakan utama dan kebijakan

pendukung. Kebijakan utama terdiri dari :

a. Ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional;

b. Prioritas pengembangan energi;

c. Pemanfaatan sumber daya energi nasional;

d. Cadangan energi.

Adapun kebijakan pendukung terdiri dari :

a. Konsercasi energi, konservasi sumber daya energi, dan diversifikasi energi;

b. Lingkungan hidup dan keselamatan;

c. Harga, subsidi, dan insentif energi;

d. Insfastruktur dan akses terhadap energi dan industri energi;

e. Litbang dan penerapan teknologi energi;

f. Kelembagaan dan pendanaan.

1. Tujuan dan sasaran kebijakan energi Nasional

Kebijakan energi nasional sebagai petunjuk atau arah pengelolaan

energi guna mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional dalam

rangka mendukung pembangunan nasional secara berkesinambungan.

Kemandirian energi dengan maksud untuk mewujudkan :

a. Sumber daya energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata,

tetapi juga sebagai modal pembangunan nasional;

b. Kemandirian pengelolaan energi;

3

Page 4: Permen 79 Tahun 2014

c. Ketersediaan energi dan terpenuhinya kebutuhan sumber energi dalam

negeri;

d. Pengeloaan sumber daya energi secara optimal, terpadu dan berkelanjutan;

e. Efisiensi pemanfaatan energi di segala sektor;

f. Adil dan meratanya akses terhadap energi bagi masyarakat Indonesia;

g. Pengembangan teknoogi, industri energi, dan jasa energi dalam negeri yang

mandiri dan meningkatnya sumber daya manusia;

h. Terciptanya lapangan kerja;

i. Terjaganya kelestarian lingkungan hidup.

Sumber daya energi dimaksudkan untuk modal pembangunan dan

kemakmuran rakyat, dengan cara mengoptimalkan pemanfaatannya bagi

pembangunan ekonomi nasional, peningkatan nilai tambah dan penyerapan

tenaga kerja. Adapun sasaran dari penyediaan dan pemanfaatan energi primer

dan energi final sebagai berikut :

a. Terpenuhinya kebutuhan energi primer;

b. Tercapainya pemanfaatan energi primer per kapita pada tahun 2025;

c. Terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik 115 GW pada tahun

2025, dan 430 GW pada tahun 2050.

d. Pemanfaatan listrik per kapita 2.500 KWh pada tahun 2025 dan 7.000

KWh pada tahun 2050 mendatang.

Sedangkan untuk pemenuhan penyediaan energi dan pemanfaatan

energi, diperlukan pencapaian sasaran kebijakan energi nasional sebagai

berikut :

a. Terwujudnya paradigma bahwa sumber energi merupakan modal

pembangunan nasional;

b. Elastisitas energi lebih kecil pada tahun 2025 dengan diselaraskan sesuai

target pertumbuhan ekonomi nasional;

c. Tercapainya penurunan intensitas energi final 10% per tahun sampai

dengan tahun 2025;

d. Rasio elektrifikasi mendekati 100% pada tahun 2020;

e. Peningkatan penggunaan gas rumah tangga;

f. Tercapainya bauran energi primer yang optimal.

4

Page 5: Permen 79 Tahun 2014

2. Arah Kebijakan Energi Nasional

Kebijakan energi nasional yang utama yaitu mencakup ketersediaan

energi untuk kebutuhan nasional. Hal ini akan dapat terwujud dengan cara :

a. Meningkatkan eksplorasi baik energi fosil maupun energi baru dan

terbarukan;

b. Meningkatkan produksi energi;

c. Meningkatkan keunggulan/keandalan sistem produksi, transportasi dan

distribusi penyediaan energi;

d. Mengurangi ekspor energi fosil secara bertahap;

e. Mewujudkan keseimbangan antara laju penambahan cadangan dengan laju

produksi maksimum.

f. Memastikan terjaminnya daya dukung lingkungan hidup untuk menjamin

ketersediaan sumber energi air dan panas bumi.

Apabila terjadi tumpang tindih lahan, maka didahulukan yang memiliki

nilai strategis lebih tinggi untuk menjadi nilai ketahanan nasional yang lebih

besar.

Adapun prioritas pengembangan energi dilakukan melalui :

a. Pengembangan ekomonomi dilakukan dengan mempertimbangkan

keseimbangan keekonomian energi, keamanan pasokan energi dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. Menyediakan prioritas energi bagi masyarakat yang belum terjamah oleh

energi listrik, gas rumah tangga, dan energi untuk transportasi, industri, dan

pertanian;

c. Pengembangan energi dengan mengutamakan sumber daya energi

setempat;

d. Prioritas pengembangan energi dan sumber daya energi untuk kebutuhan

dalam negeri;

e. Pengembangan industri dengan kebutuhan energi besar diprioritaskan di

daerah yang kaya akan sumber energi.

Yang menjadi prinsip dalam pengembangan energi untuk mewujudkan

keekonomian energi, adalah :

a. Memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dengan

mempertimbangkan tingkat keekonomian;

5

Page 6: Permen 79 Tahun 2014

b. Mengurangi penggunaan minyak bumi;

c. Mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan energi baru;

d. Menggunakan batubara sebagai andalan pasokan energi nasional.

3. Pemanfaatan Sumber Daya Energi Nasional

Pemanfaatan sumber daya energi nasional diutamakan untuk kebutuhan

energi dan bahan baku. Strategi dalam pemanfaatan sumber daya energi,

adalah sebagai berikut :

a. Pemanfaatan sumber daya energi terbarukan , terutama untuk kebutuhan

ketenagalistrikan / energi listrik, rumah tangga, transportasi dan industri;

b. Pemanfaatan minyak bumi hanya untuk transportasi dan komersial yang

belum bisa digantikan dengan energi lain;

c. Pemanfaatan energi gas bumi untuk industri, kelistrikan, dll yang memiliki

nilai tambah paling tinggi;

d. Pemanfaatan barubara untuk kelistrikan dan industri;

e. Energi baru berbentuk padat dan gas untuk ketenagalistrikan;

f. Pemanfaatan liquid coal dan hindrogen untuk transportasi;

g. Energi gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut sebagai penghasil energi

listrik;

h. Peningkatan solar sel pada transportasi, industri, gedung komersial dan

rumah tangga;

i. Komponen solar sel di produksi di dalam negeri secara bertahap.

4. Cadangan Energi Nasional.

Cadangan energi nasional dibagi menjadi 3 jenis , yaitu:

a. Cadangan strategis;

Cadangan strategis untuk menjamin ketahanan energi jangka panjang,

yang sewaktu-waktu diperlukan untuk kepentingan nasional.

b. Cadangan penyangga energi;

Cadangan penyangga disediakan untuk menjamin ketahanan energi

sejalan dengan kebijakan efisiensi energi. Dimana cadangan ini diluar

cadangan yang operasional yang disediakan badan usaha atau industri

energi. Dipergunakan untuk mengatasi kondisi krisis dan darurat energi, dan

6

Page 7: Permen 79 Tahun 2014

disediakan secara bertahap sesuai dengan kondisi keekonomian dan

kemampuan keuangan negara.

c. Cadangan operasional.

Badan usaha dan industri penyedia energi wajib untuk menyediakan

cadangan operasional untuk menjamin kesinambungan pasokan energi.

5. Konservasi Energi, Sumber Daya Energi dan Diversifikasi Energi

Konservasi energi dilakukan dari hulu sampai hilir, mulai dari

pengelolaan sumber daya, eksplorasi, produksi, transportasi, distribusi, dan

pemanfaatannya. Hal ini bertujuan untuk ketersediaan energi dalam jangka

panjang. Pada sektor industri konvensi energi juga harus mempertimbangkan

daya saing.

Kebijakan tentang hemat energi, meliputi :

a. Kewajiban untuk melakukan standarisasi dan labelisasi semua peralatan

pengguna energi;

b. Kewajiban manajemen energi, termasuk audit energi;

c. Penggunaan pembangkit listrik dan peralatan konvensi energi yang efisien;

d. Membudayakan hemat energi;

e. Mewujudkan iklim usaha secara hemat;

f. Mempercepat penerapan transportasi massal yang efisien;

g. Mempercepat penerapan jalan berbayar untuk mengurangi kemacetan;

h. Konsumsi bahan bakar di sektor transportasi harus terukur dan bertahap

untuk peningkatan efisiensi.

Beberapa upaya untuk melakukan diversifikasi energi, yaitu :

a. Percepatan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan

terbarukan;

b. Percepatan pelaksanaan subsidi bbm ke gas di sektor rumah tangga dan

transportasi;

c. Percepatan pemanfaatan tenaga listrik untuk penggerak kendaraan

bermotor;

7

Page 8: Permen 79 Tahun 2014

d. Pemanfaatan batubara berkualitas rendah untuk PLTU mulut tambang,

liquified coal;

e. Pemnfaatan batubara kualitas menengah dan tinggi untuk pembangkit

listrik dalam negeri.

6. Lingkungan Hidup dan Keselamatan Kerja

Setiap kegiatan pengelolaan energi, wajib untuk meminimalisir dampak

terhadap lingkungan, akibata kegiatan pengelolaan energi yang dilakukan, baik

dilakukan melalui pencegahan, penanggulangan, pemulihan dampak, serta

konpensasi bagi yang terkena dampak. Mengurangi produksi limbah, dengan

mengembangkan teknologi ramah lingkungan.

7. Harga, Subsidi dan Insentif Energi

Harga energi ditetapkan berdasarkan nilai keekonomian yang

berkeadilan. Dimana harga energi terbarukan diatur berdasarkan : asumsi

untuk bersaing dengan energi primer, dengan tidak mengesampingkan faktor

cuaca, sarana dan prasarana, lokasi, atau berdekatan dengan garis perbatsan

dengan negara luar. Harga batubara diatur sampai terbentuknya harga yang

efisien.

Adapun pasar tenaga listrik melalui :

a. Pengaturan energi primer untuk pembangkit listrik;

b. Penerapan tarif listrik secara progresif;

c. Penerapan feed in pada energi terbarukan;

d. Pengelolaan energi panas bumi melalui pembagian resiko antara pemegang

ijin usaha penyedia tenaga listrik dengan pengembang;

Pemerintah akan mengatur pasar energi terbarukan, termasuk kuota

tenaga listrik, bahan bakar cair, dan gas yang bersumber dari energi baru dan

terbarukan.

Subsidi tidak diberlakukan secara menyeluruh, hanya untuk golongan

masyarakat yang tidak mampu, dan akan dikurangi secara bertahap sampai

daya beli masyarakat tercapai.

Insentif fiskal dan nonfiskal diberikan oleh pemerintah kepada

produsen dan konsumen energi yang mengembangkan teknologi inti pada

8

Page 9: Permen 79 Tahun 2014

bidang energi baru dan terbarukan, untuk mendorong diversifikasi sumber

energi dan pengembangan energi terbarukan.

8. Infrastruktur, Akses Untuk Masyarakat dan Industri Energi

Menyediakan atau mengembangkan infrastruktur dalam negeri untuk

pengelolaan energi ke depan. Melakukan penerapan informasi tentang energi

yang transparan, serta kemudahan untuk mendapatkan energi kepada

masyarakat.

Pemerintah mendorong penguatan industri energi untuk mempercepat

tercapainya sasaran penyediaan energi dan pemanfaatan energi, penguatan

ekonomi nasional dan penyerapan tenaga kerja.

9. Penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi

Penelitian dan pengembangan teknologi harus di tingkatkan untuk

mendukung pengembangan industri energi nasional yang mandiri dan

profesional. Dengan meningkatkan sumber daya manusia dan memperhatikan

kualitas hasil produksi.

10. Kelembagaan dan Pendanaan

Untuk memperlancar pengembangan energi nasional maka pemerintah

terus membenahi dan meningkatkan kelembagaan, baik yang sebagai leading

sektor maupun yang terkait. Termasuk melakukan regionalisasi penyediaan

energi listrik untuk memperkecil disparitas penyediaan energi listrik di luar

pulau jawa.

Pemerintah juga menyediakan alokasi dana untuk pengembangan dan

menunjang ketercapaian produksi dan pemanfaatan energi yang diinginkan,

baik dari infrastruktur dan sarana serta prasarana penunjang lainnya, termasuk

pemerataan akses listrik. Pemerintah juga mendorong perbankan untuk turut

serta mendanai dalam pengembangan insfrastruktur energi.

11. Pengawasan

Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan energi nasional dilakukan

oleh dewan energi nasional. eTerhadap badan usaha pemegang pelelangan

wilayah kerja yang belum memiliki IUP sebelum diundangkannya peraturan

9

Page 10: Permen 79 Tahun 2014

ini, harga jual tenaga listrik tetap berlaku sesuai dengan hasil lelangdan untuk

proses selanjutnya tetap berlaku ketentuan tata cara pelaksanaan pembelian

tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini.

12. Kesimpulan

Pada intinya, dapat disimpulkan, Kebijakan Energi Nasional memuat

lima poin besar untuk kemandirian energy, yaitu :

a. Adanya perubahan paradigma bahwa energi tidak lagi jadi komoditi

melainkan modal pembangunan nasional;

b. Pengurangan ekspor energi fosil secara bertahap;

c. Pengurangan subsidi yang melekat pada harga energy;

d. Prioritas pembangunan energy dalam negeri;

e. Kewajiban pemerintah menyediakan cadangan energi. 

10