Wanprestasi Dan Penyelesaiannya Dalam Perjanjian Kredit Pemilikan
Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
Transcript of Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
1/16
PERMASALAHAN GURU DI INDONESIA
DAN PENYELESAIANNYA
Oleh: . FX. Supriyono
A. Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu
faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses
belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh
sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru
tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensimereka.
Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsi dan
peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah di
posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya
sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu
pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak
jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didikdalam proses pendidikan secara global. Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu :
pertama, masalah kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih
kurang, ketiga, masalah distribusi guru dan masalah kesejahteraan guru.
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu
sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran
proses seluruh kegiatan pendidikan terutama disekolah, sepenuhnya berada dalam
tanggung jawab para guru. Guru adalah seorang pemimpin yang harus mengatur,
mengawasi dan mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang
menjadi lingkup tanggung jawabnya
Dalam menghadapi tuntunan situasi perkembangan zaman dan pembangunan
nasional, sistem pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna
dan hasil guna dalam berbagai aspek dimensi,jenjang dan tingkat pendidikan.
Keadaan semacam itu pada gilirannya akan menuntut para pelaksana dalam bidang
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
2/16
pendidikan diberbagai jenjang untuk mampu menjawab tuntutan tersebut melalui
fungsi-fungsinya sebagai guru. Guru memegang peranan yang sangat penting dan
strategis dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi
siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya
kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah
dapat digantikan oleh yang lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang
multikultural dan multibudaya, kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-
tugas guru yang cukup kompleks dan unik.
Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara berkesinambungan
mereka dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, maupun profesional. Profesional artinya dilaksanakan secara
sungguh- sungguh dan didukung oleh para petugas secara profesional. Petugas
yang profesional adalah petugas yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa
kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yanng kuat.
B. Permasalahan
Bagaimana profesionalisme guru SMK Seni Rupa dalam proses pembelajaran?
C. Pembahasan
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari
bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.
Dunia pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya
membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak
begitu. Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia
cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan
“manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata
berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikanternyata mengorbankan
keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
3/16
belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang
terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang
sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai
macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai,
semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali
dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan
istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang
menciptakan manusia siap pakai. Dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan
tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang
industri dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak
bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen
pendukung industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi
lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu
yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh
banyak lembaga pendidikan.
Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau
kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin)
adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan
karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-
apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid untuk menghafal
secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai pengisi dan murid
sebagai yang diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit box, dimana
pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak murid dan bila sewaktu-waktu
diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil saja. Murid hanya menampung apa
saja yang disampaikan guru.
Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek.
Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat menindas para murid.
Freire mengatakan bahwa dalam pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan
sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya
berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan apa-
apa.
Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yangdihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
4/16
bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang adalah
wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak belakang
dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-akar
budayanya (seperti di dunia Timur/Asia). Bukankah kita telah sama-sama melihat
bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau
Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan di Indonesia harus terlebur dalam
“strategi kebudayaan Asia”, sebab Asia kini telah berkembang sebagai salah satu
kawasan penentu yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan
politik internasional. Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini penulis kemukakan.
Melainkan justru hendak mengajak kita semua untuk melihat kenyataan ini sebagai
sebuah tantangan bagi dunia pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan
lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia
yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya sekaligus
juga mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi, budaya dan situasi
masyarakat lain? Dalam hal ini, makna pendidikanmenurut Ki Hajar Dewantara
menjadi sangat relevan untuk direnungkan.
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari
bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.
Dunia pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya
membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak
begitu. Seringkalipendidikan tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia
cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan
“manusia robot”. Kami katakan demikian karenapendidikan yang diberikan ternyata
berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan
keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku
belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang
terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang
sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai
macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai,
semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali
dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan
istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikanyang
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
5/16
menciptakan manusia siap pakai. Dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan
tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang
industri dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak
bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen
pendukung industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi
lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu
yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh
banyak lembaga pendidikan.
Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau
kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin)
adalah pendidikan gaya bank. Sistempendidikan ini sangat tidak membebaskankarena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-
apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid untuk menghafal
secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai pengisi dan murid
sebagai yang diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit box, dimana
pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak murid dan bila sewaktu-waktu
diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil saja. Murid hanya menampung apa
saja yang disampaikan guru.
Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek.
Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat menindas para murid.
Freire mengatakan bahwa dalam pendidikangaya bank pengetahuan merupakan
sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya
berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan apa-
apa.
Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang
dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan
bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang adalah
wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak belakang
dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-akar
budayanya (seperti di dunia Timur/Asia). Bukankah kita telah sama-sama melihat
bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau
Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan di Indonesia harus terlebur dalam“strategi kebudayaan Asia”, sebab Asia kini telah berkembang sebagai salah satu
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
6/16
kawasan penentu yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan
politik internasional. Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini penulis kemukakan.
Melainkan justru hendak mengajak kita semua untuk melihat kenyataan ini sebagai
sebuah tantangan bagi dunia pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan
lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia
yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya sekaligus
juga mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi, budaya dan situasi
masyarakat lain? Dalam hal ini, makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
menjadi sangat relevan untuk direnungkan.
Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan ) yang
berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih
berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi
sebagai mata pencaharian.(Mc. Leod,1989). Dalam kamus bahasa Indonesia edisi
kedua (1991), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut ” Mu’alim”, dalam bahasa
inggris ”teacher” memiliki arti sederhana yakni ” A person whose occuption is
teaching others” ( Mc. Leod,1989) artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar
orang lain.
Peran guru profesional atau tenaga kependidikan adalah :
a. Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga kependidikan
yang harus memiliki kesetabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersifat
realistas, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan,terutama
inovasi pendidikan
b. Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat,untuk itu harus menguasai
psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan
sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok,
keterampilan bekerja sama.
c. Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu kepemimpinan
menguasai prinsif hubungan manusia, tekhnik berkomunikasi serta menguasai
berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
7/16
d. Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni tenaga
kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar
dan harus mampu menguasai situasi belajar mengajar didalam kelas maupun di
luar kelas.
Pendidikan Kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan
seseorang agar lebih mampu berkerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu
bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya. Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan perserta didik untuk dapat berkerja dan
bersaing di dunia kerja dalam bidang tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah No.29
Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, yaitu : Pendidikan Menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis
pekerjaan tertentu. Dari isi PP diatas kita bisa menyimpulkan bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki
dunia. SMK saat ini menjadi perhatian pemerintah terbukti Saat ini banyak didirikan
SMK-SMK negeri ataupun swasta untuk menyeimbangkan jumlah siswa SMK:SMA.
Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Rembug
Pendidikan Nasional (RPN) pada Februari 2008 tentang penyeimbangan jumlah
siswa SMK:SMA. Untuk menjadikan rasio jumlah siswa SMK:SMA adalah 67:33pada tahun 2014. Hal itu dilakukan agar lulusan sekolah menengah mampu bersaing
dalam dunia kerja, karena SMK dirasa memang diciptakan dan dicetak untuk
memasuki dunia kerja dan sesuai dengan Misi SMK:
a. Meningkatkan Profesionalisme dan Good Governance SMK sebagai Pusat
Pembudayaan Kompetensi
b. Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan (8 SNP)
c. Membangun dan memberdayakan SMK Bertaraf Internasional sehingga
menghasilkan lulusan yang memiliki jati diri bangsa dan keunggulan kompetitif di
pasar nasional dan global.
d. Memberdayakan SMK untuk Mengembangkan Potensi Lokal menjadi
Keunggulan Komparatif
e. Memberdayakan SMK untuk Mengembangkan Kerjasama dengan Industri,
PPPG, LPMP, dan Berbagai Lembaga Terkait
f. Meningkatkan Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Kejuruan yang
Bermutu dan Tujuan Smk yaitu:
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
8/16
g. Mewujudkan Lembaga Pendidikan Kejuruan yang akuntabel sebagai Pusar
Pembudayaan Kompetensi Berstandar Nasional
h. Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi
berstandar internasional
i. Memberikan berbagai layanan Pendidikan Kejuruan yang permeabel dan flesibel
secara terintegrasi antara jalur dan jenjang pendidikan
j. Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan
k. Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa
Istilah Globalisasi bermakna mewujudkan dunia sebagai satu keutuhan tanpa
adanya batasan administrasi Negara dan semakin besarnya ketergantungan antar
bangsa. Kini globalisasi sudah menerpa seluruh aspek kehidupan, penghidupan,serta kebudayaan manusia dengan berbagai dampak. Menurut (Emil Salim 1990:8-
9), terdapat empat bidang kekuatan yang paling kuat dan menonjol dalam globalisasi,
yaitu bidang-bidang IPTEK, Ekonomi, Lingkungan Hidup, serta Pendidikan. Berikut
beberapa kecenderungan dari keempat bidang tersebut:
1. Bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) mengalami perkembangan
sangat signifikan utamanya dengan penggunaan berbagai teknologi canggih di
berbagai aspek kehidupan. Hal ini membuat dunia terasa sempit dan transparan
sehingga memberi pola pikir baru dalam bersikap, berfikir dan berbicara tanpa
batasan Negara.
2. Bidang Ekonomi mengarah ke ekonomi global yang tidak mengenal batas
negara. Di berbagai bagian dunia muncul banyak kelompok-kelompok ekonomi
regional. Peristiwa ekonomi di suatu tempat pun memberikan dampak kepada
wilayah lainnya. Hal ini menyebabkan Kenichi Ohmac memberi judul “The
Borderless World” pada bukunya (1990, dari Dedi Supendi, 1990:60)
3. Bidang Pendidikan sebagai identitas suatu negara mendapatkan terpaan
tentang gagasan-gagasan pendidikan serta secara langsung diterima oleh setiap
individu melalui berbagai media. Hal itu akan mempengaruhi wawasan, pikiran,
dan bahkan perilaku manusia, selanjutnya bahkan mungkin tercipta suatu
“Budaya Baru” (Refleksi,1990:3)
4. Dalam dunia SMK perkembang globalisasi yang begitu cepat harus terus diiringi
dengan pengembangan wawasan ilmu pengetahuan, karena dunia SMK
memiliki keterkaitan yang begitu erat dengan dunia kerja yang juga terus
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
9/16
berkembang secara pesat sehinga kebutuhan akan kompetensi pekerja juga
terus meningkat. Inilah sebuah tantangan SMK untuk terus meningkatkan
kualitas agar tujuan SMK yang utama bisa terwujud yaitu Mendidik Sumber
Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar
internasional.
Dunia industri dimasa yang akan datang membutuhkan banyak sekali
kompetensi yang bervariasi, kompetensi adalah kemampuan yang disyaratkan untuk
menyelesaikan tugas tertentu pada dunia kerja dan mendapatkan pengakuan resmi
atas kemampuan tersebut (Depdiknas,2004: 16). Sedangkan yang dimaksud
kompetensi apabila kita kaitkan dengan SMK adalah kemampuan pengetahuan,
praktik, ketrampilan dan siap kerja. Kompetensi dapat dikenali dari hasil belajar dan
hasil karya peserta didik.
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memang dipersiapkan untuk
angkatan kerja yang kompetitif yang akan memasuki persaingan dunia kerja, secara
individual kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
yang dapat menghasilkan unjuk kerja (spencer, 1993: 11). Berdasarkan pada 2
refrensi diatas dapat disimpulkan bahwa refrensi adalah pernyataan ketrampilan dan
pengetahuan serta sikap yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengerjakan
suatu pekerjaan yang dipersyaratkan. Kompetensi dalam perspektif modern diartikan
sebagai kemampuan seseorang ketika ia mengerjakan suatu tugas yang dihadapi
sekarang, bukan kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
yang telah diperoleh sebelumnya (spencer,1995: 56). Dari berbagai uraian itu maka
kompetensi mencangkup tiga hal dalam pendidikan kejuruan yaitu pengetahuan,
ketrampilan (motorik) dan sikap. Untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yangdicapai peserta didik SMK ketiga hal itu harus menjadi objek dalam penilaian (Muh
Akyart, 2008: 23).
Konsep pengembangan SMK yang berbasis kompetensi mensyaratkan secara jelas
bahwa kompetensi harus dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.
Oleh karena itu pencapaian kompetensi yang maksimal kepada peserta didik sangat
berkaitan erat dengan sistem pembelajaran, pola pembelajaran yang dilakukan oleh
pengajar itu sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan SMK kali
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
10/16
ini menitik beratkan pada peserta didik untuk mampu mengembangkan kreatifitas,
nilai, estetika dan pengetahuan. Sehubungan adanya kurikulum yang menitik
beratkan pada kemandiriaan itu, standar pencapaian kompetensi dari pengajar
haruslah jelas, disamping itu juga perlu dikembangkan formula baru yang melihat
dari tren,tuntutan globalisasi dan tuntutan pasar kerja baik lokal, nasional maupun
internasional. Dalam sebuah aliran filosofi yang dipakai kejuruan yang berkaitan
dengan education for work yaitu pragmatisme yang berpandangan bahwa pendidik
dan peserta didik keduanya penting bagi proses pembelajaran.
Dalam situasi nyata pengalaman sangatlah penting, oleh karena itu pendidik harus
progresif dan berkewajiban membuka ide-ide baru bagi peserta didiknya karena
dalam kurikulum KTSP guru harus mampu menjadi inspirator bagi peserta didiknya. Adanya sebuah kurikulum sekarang ini bukanlah sebuah sistem baru dalam dunia
pendidikan melainkan penyempurnaan dari sistem yang sebelumnya, metode
dulunya konvensional (guru berceramah) sekarang digeser fungsinya menjadi
inspirator dan pendorong bagi peserta didik sehingga kegiatan pengajaran berpusat
pada peserta didik, adanya pengembangan kreatifitas peserta didik, menimbulkan
rangsangan peserta didik untuk berfikir kritis yang dapat melahirkan pemikiran yang
inovatif. Pendidik juga harus mampu merubah persepsi kepada para peserta
didiknya bahwa yang terpenting dalam bidang itu adalah pemahaman dan
ketrampilan yang memadai bukanya nilai diraport. Pendidik juga harus bisa
memastikan peserta didiknya mampu, paham dan bisa menguasai apa yang dia
ajarkan, karena ketrampilan adalah sesuatu yang sensitif. Ketidak bisaan suatu
ketrampilan ditengah materi akan berimbas pada materi selanjutnya dan juga
ketrampilan yang kurang maksimal. PSG (Pendidikan Sistem Ganda) adalah suatu
bentuk penyelengaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara
sistematik dan singkron antara program pendidikan di sekolah dengan program
perusahaan yang dilakukan untuk mencapai tingkat yang maksimal. Pola
penempatan PSG juga perlu diperhatikan karena jangan sampai tempat para
peserta didik itu untuk magang adalah tempat yang kurang mampu merangsang dan
membangun kompetensinya untuk maju. Sekolah dan para pendidik harus mampu
menempatkan peserta didiknya ditempat yang kiranya mampu merangsang
keahlianya untuk digali lebih dalam.
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
11/16
Salah satu bentuk pengakuan terhadap profesi guru saat ini adalah sertifikasi tetapi
tidak sedikit kualitas kompetensi dari seorang guru malah cenderung turun itulah
yang seharusnya menjadi perhatian khusus, apalagi bila dikaitkan dengan
perkembangan zaman yang begitu cepat, guru tidak boleh lamban dalam merespon
zaman, guru harus terus berkembang. Guru kejuruan adalah pendidik yang
seharusnya terus bertransformasi.
Sekolah Menengah kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan yang mempunyai
tugas untuk menyiapkan tenaga kerja yang profesional dalam dunia kerja. Program
pendidikan SMK haruslah mampu mengikuti perkembangan tekonologi industri,
karena itu berkaitan dengan kompetensi yang dibutuhakan. Pendidik adalah sebuah
bagian dari sistem pendidikan yang merupakan roh dari pendidikan itu sendiri, diSMK guru dituntut untuk mampu menyesuaikan kompetensi dan kinerjanya seiring
perubahan itu. Profesionalisme dan kualitas gurupun harus terus dimbangkan pula.
Penyelengaraan pendidikan yang berkualitas harus mampu menghadapi perubahan
baik yang terjadi saat ini ataupun dimasa depan baik perubahan teknologi, ilmu
pengetahuan ,aupun struktur ketenagaan kerja. Guru sebagai pelaksana pendidikan
saat ini dihadapkan pada perubahan yang cepat, permintaan standar yang tinggi dan
tuntutang peningkatan mutu, sehingga mengharuskan guru memperbaharui danmeningkatkan ketrampilan melalui pembelajaran (Craft, 1996: 5). Apabila guru
mampu mempelajari apa yang akan dibutuhkan dan sangup mempelajarinya dan
mengajarkan kepada peserta didiknya mampu mencapai kompetensi yang
diinginkan dan bukan tidak mungkin kompetensi dari peserta didiknya meningkat
pula dan mampu bersaing dimasa depan.
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah satu aspek dan titik
berat pola pengembangan guru SMK, pengetahuan yang diperlukan guru dalam
pengembangan keprofesionalan antara lain: pengetahuan materi ajar (content
knowledge), pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge), dan pengetahuan
kontekstual (contextual knowledge) (Diaz-Maggioli, 2004:17).
Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yang harus mampu di kelola guru agar
dapat meningkatkan kompetensinya meliputi kemampuan khusus dan pengetahuan
prosedural. Pengetahuan khusus meliputi teoritis, praktik, dan pengalaman.
Sedangkan pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan tentang bagaimana
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
12/16
sesuatu dapat bekerja dan bagaimana sesuatu itu bisa saling terhubung serta
berjalan (Harteis, 2009: 151-158). Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kemampuan mengelola pengetahuan dan ketrampilan yang bersifat teoritis
dan praktis harus terus dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi guru itu
sendiri dan juga peserta didiknya nantinya.
Keprofesionalan adalah proses belajar lanjut yang dibutuhkan bagi guru untuk
meningkatkan kompetensi dan keahlian dalam rangka tugas profesinya.
Pengembangan keprofesionalan sebagai bagian dari proses pembelajaran
kemampuan untuk memberikan manfaat peningkatan dan penguatan terhadap
keahlian, tugas dan karier guru dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Dengan
demikian, kecermatan dalam memilih dan menetapkan kegiatan diperlukan bagiguru.
Menurut Buku 4 Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesionalan dan Angka
Kredit (kementrian pendidikan Nasional 2010b:1), terdapat 3 macam pola
pengembangan keprofesionalan guru yaitu meliputi pengembangan diri, publikasi
ilmiah dan karya inovatif. Pola pengembangan diri bisa didapatkan dengan
pengembagan yang dilakukan oleh guru itu sendiri karena kesadaran akan keadaan
terkini atau mungkin dengan seminar-seminar yang diadakan departemenpendidikan nasional tentang pengetahuan dan keahlian tambahan. Sedangkan
publikasi karya ilmiah dan karya inovatif ini diperuntukan bagi guru yang melakukan
penelitian ilmiah baik dengan peserta didiknya maupun sendiri, diharapkan dengan
adanya publikasi karya ilmiah ini pendidik termotivasi dan bersama-sama
mengembangkan dan menyempurnakan karya yang ada agar dapat berfungsi
secara optimal.
Kinerja adalah apa yang dilakukan dalamm bekerja, sehingga kinerja guru dapat
diartikan sebagai apa yang dilakukan dalam pekerjaan guru baik mengajar, mendidik
dll. Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan,pengelolaan pembelajaran
dan penilaian hasil belajar peserta didik (wina sanjaya, 2005:13-14), sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa kompetensi yang dimiliki guru sangat mempengaruhi
bagaimana kinerja dan hasil kinerja itu sendiri yang dapat dilihat ketika
melaksanakan tugas mengajar.
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
13/16
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standart Kualifikasi Akademik dan Kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesionalisme. Keempat pilar itu terintegrasi menjadi
kinerja guru. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan
seorang guru dalam menguasi pengetahuan, penerapan pengetahuan dan
ketrampilan sebagaimana tuntutan standar kompetensi yang
dipersyaratkan(Kementrian Pendidikan Nasional 2010c:3).
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru, kompetensi
guru, dan tugas pokok guru memiliki keterkaitan erat satu dengan lainnya. Kinerja
guru direfleksikan melalui kompetensi guru yang diimplementasi dalam tugas
pokoknya.
Pola pengembangan kinerja guru SMK harus diperhatikan dan perlu ditingkatkan,
pendidik SMK berbeda dengan pendidik lainya pengembangan harus terus
dilakukan agar terwujudnya peserta didik yang benar-benar unggul.
D. Kesimpulan
Kualitas guru yang baik
a. Confidence atau keyakinan diri sendiri. Guru yang baik tetap memiliki
kepercayaan diri, meski sesekali merasakan kemunduran.
b. Patience atau kesabaran. Guru terbaik bisa membantu siswa yang mengalami
gangguan mental. Bukan berarti mereka harus, tetapi mereka begitu sabar,
meski bukan lagi menjadi tugas utamanya.
c. True compassion for their students atau memiliki rasa kasih sayang sejati pada
siswanya.d. Understanding atau pemahaman. Guru yang baik memiliki pemahaman yang
benar tentang bagaimana mengajar.
e. The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different
way atau kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan
menjelaskan topik dengan cara yang berbeda.
f. Dedication to excellence atau dedikasi untuk keunggulan.
g. Unwavering support atau teguh dalam memberi dukungan.
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
14/16
h. Willingness to help student achieve atau kesediaan untuk membantu siswa
mencapai prestasi.
i. Pride in student's accomplishments atau bangga atas prestasi siswa.
j. Passion for life atau berairah untuk hidup.
E. Daptar Pustaka
Craft, A. (1996). Continuing professional development: practical guide for teacher
and schools. New York: Routledge.
Dedi Supriadi.1990.”Globalisasi: Dunia Tanpa Tapal Batas”(Tinjauan Buku).
Tirtarahardja,Umar dan La Sulo.2008.Pengantar
Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Diaz-Maggioli, G. (2004). Teacher-centered professional development. Virginia:
Association for Supervision and Curriculum Development.
Emil Salim.1990.”Pembekalan KemampuanIntelektual untuk Menjinakkan
Gelombang Globalisasi”(Tinjauan Buku). Tirtarahardja,Umar dan
La Sulo.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Harefa, Andreas. (2000). Menjadi Manusia Pembelajar . Jakarta: Kompas.
Harteis, C. (2009). Professional learning and TVET: Challenges and perspectives for
teachers and instructors. Dalam Maclean, R., & Wilson, D.
(Eds.).International handbook for changing world of work: Bridging
academic and vocational learning. Bonn: Springer
Joko Sutrisno, 2003, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan
SejakUsia Dini, Bandung : IPB
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010a). Pedoman pengelolaan pengembanga
keprofesionalan berkelanjutan, Buku 1. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010b). Pedoman kegiatan pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan dan angka kreditnya, Buku 4.
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010c). Pedoman pelaksanaan penilaian kinerjaguru, Buku 2. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional,
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
15/16
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
RemajaRosdakarya.
Mutis, Thoby, 1995. Pembangunan Koperasi, Jakarta : Yayasan Bina Bakti Pratama.
Refleksi:Budaya Dunia”.1990.MimbarPendidikan.Jurnal Pendidikan No.4 tahun
Ixh.3-4
Spencer & Spencer, (1993). Competence At Work. NewYork: John Wiley & Sons.Inc.
Tirtarahardja,Umar dan La Sulo.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Berger, P. and T. Luckman. 1967. The Social Construction of Reality. London. Allen
Lane.
Garfield, J. 2006. Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha, 1986, Model of Teaching, New Jersey: Prentice Hall,
Inc.
Lewis, Catherine C. 2002. Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional
Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc.
Miles, B. M., Michael, H., 1984, Qualitative Data Analisys, dalam H.B. Sutopo,Taman
Budaya Surakarta dan Aktivitas Seni di Surakarta, Laporan
Penelitian, FISIPOL UNS. Surakart
-
8/16/2019 Permasalahan Guru Di Indonesia Dan Penyelesaiannya
16/16
BIODATA
Nama : Drs. FX. Supriyono, M.Ds
Tempat, TanggalLahir : Lubuk Linggau, 13 Desember 1965
NIP : 1965 1213 1994 02 1 001
Pangkat/Gol./Ruang : Pembina, IV/a
Jabatan : Widyaiswara Madya
Instansi : PPPPTK Seni dan Budaya Sleman Y
Alamat Kantor : Jl . Kal iurang Km. 12,5 Kolidon, Sleman,
Yogyakarta 55581
Alamat Rumah : Senowo RT.19 Argorejo, Sedayu Ba
No. HP / Telepon : 081904167600
E-Mail : [email protected]