Permasalahan Angka Kematian Ibu Dan Bayi Di Kabupaten Jember

32
PERMASALAHAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DI KABUPATEN JEMBER (2) Filed under: Uncategorized — Tinggalkan Komentar Januari 31, 2012 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI), AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu saat melahirkan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

description

epidemologi

Transcript of Permasalahan Angka Kematian Ibu Dan Bayi Di Kabupaten Jember

PERMASALAHAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DI KABUPATEN JEMBER (2)Filed under: Uncategorized Tinggalkan KomentarJanuari 31, 2012

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PermasalahanAngka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi (Depkes RI, 2001). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI), AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu saat melahirkan.Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember jumlah kematian ibu tahun 2011 mulai Januari sampai dengan bulan Oktober disajikan dalam tabel berikut :Angka Kematian Ibu bulan Januari sampai dengan Oktober 2011

Tabel 2.1 Angka Kematian Ibu berdasarkan UmurNo Umur Jumlah1 35 tahun 10Total 46Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Tabel 2.2 Angka Kematian Ibu berdasarkan penyebab kematiannyaNo Penyebab Jumlah1 Perdarahan 102 PEB/ Eklamsia 103 Infeksi/ Sepsis 54 Jantung 145 KP 16 Ginjal 07 Encepalitis 08 Illius Paralitik 19 Anemia, diare 110 Irreversible Syok 111 Sesak 212 Mola Parsial 1Total 46Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Tabel 2.3 Angka Kematian Ibu berdasarkan Masa KematianNo Masa Kematian Jumlah1 Hamil 82 Bersalin 193 Nifas 19Total 46Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Tabel 2.4 Angka Kematian Ibu berdasarkan 4 TerlaluNo 4 Terlalu Jumlah1 Muda 22 Tua 93 Sering 04 Banyak 5Total 16Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Tabel 2.5 Angka Kematian Ibu berdasarkan Lama Penanganan di Rumah SakitNo Lama Penanganan Jumlah1 24 jam 7Total 34Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Tabel 2.6 Angka Kematian Ibu berdasarkan Tempat PenangananNo Tempat Jumlah1 RS Subandi 182 RS Binasehat 43 RS Kalisat 54 RS Kaliwates 25 RS DKT 16 RS Lumajang 27 RS Jember Klinik (X) 18 PKM 69 Perjalanan 110 BPS 011 Rumah Ibu 512 RS Sutomo 1Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Jumlah kematian ibu yang sedemikan rupa ini tersebar di beberapa wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Jember mulai bulan Januari sampai Oktober 2011 yang yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.7 Rekap Kematian Maternal Puskesmas Kab. Jember Tahun 2011NO PUSKESMAS BULAN TOTALJAN PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT1. Kaliwates 0 1 0 0 0 2 0 0 0 2 52. Mangil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03. Jember kidul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 04. Patrang 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 25. Sumbersari 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 26. Gladak Pakem 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 27. Arjasa 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 18. Pakusari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 09. Sukowono 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 210. Jelbuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 011. Kalisat 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 112. Ledokombo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 013. Sumberjambe 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 014. Mayang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 115. Mumbulsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 016. Silo I 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 217. Silo II 0 1 0 2 1 0 0 0 0 0 418. Tempurejo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 119. Curahnongko 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 020. Rambipuji 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 021. Nogosari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 022. Panti 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 123. Sukorambi 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 224. Jenggawah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 025. Kms Kidul 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 226. Ajung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 027. Tanggul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 028. Klatakan 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 329. Sumberbaru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 030. Rowotengah 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 231. Bangsalsari 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 232. Sukorejo 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 133. Semboro 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 134. Kencong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 035. Cakru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 036. Gumukmas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 037. Tembokrejo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 038. Umbulsari 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 139. Paleran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 040. Puger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 041. Kasiyan 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 142. Jombang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 243. Wuluhan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 044. Lojejer 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 245. Ambulu 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 146. Sabrang 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 147. Andongsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 048. Karang Duren 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 049. Balung 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1Total 5 3 2 5 4 8 2 7 3 7 46Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Dari tabel diatas diantaranya yang paling banyak terdapat kematian ibu adalah dari wilayah kerja puskesmas Kaliwates yang mulai bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2011 terdapat 5 kejadian kematian ibu, kemudian di wilayah kerja puskesmas Silo II terdapat 4 orang, wilayah kerja puskesmas Klatakan terdapat 3 orang dan beberapa tempat di kabupaten Jember seperti wilyah kerja puskesmas Patrang, Sumbersari, Gladak Pakem, Sukowono yang terdapat 2 orang kematian ibu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2011. Namun juga ada di beberapa wilayah kerja puskesmas yang tidak terdapat angka kematian ibu seperti di wilayah kerja puskesmas Mangli, Jember Kidul, Jelbuk, Sumberjambe, Mumbulsari, Ajung, Tanggul, dan juga Pakusari.

Sedangkan angka kematian bayi mulai bulan Januari sampai dengan Oktober 2011 disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.8 Rekap Kematian Bayi 0-7 Hari Puskesmas Kab. Jember Tahun 2011NO PUSKESMAS BULAN TOTALJAN PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT1. Kaliwates 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 12. Mangil 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 43. Jember kidul 1 0 0 2 0 0 0 1 0 1 54. Patrang 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 35. Sumbersari 0 0 0 2 0 1 0 0 2 0 56. Gladak Pakem 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 37. Arjasa 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 28. Pakusari 0 2 2 1 1 2 0 0 1 0 99. Sukowono 1 0 1 1 2 1 2 0 2 1 1110. Jelbuk 0 1 0 0 0 1 0 1 1 2 611. Kalisat 1 1 0 1 3 3 1 0 4 1 1512. Ledokombo 0 1 2 3 2 0 2 1 1 1 1313. Sumberjambe 0 1 1 1 0 1 2 2 0 0 814. Mayang 1 0 0 4 2 1 2 0 0 3 1315. Mumbulsari 1 0 1 0 0 2 0 2 0 0 616. Silo I 0 0 2 2 1 2 1 2 0 0 1017. Silo II 0 0 1 1 0 2 3 1 0 0 818. Tempurejo 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 119. Curahnongko 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 120. Rambipuji 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 121. Nogosari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 022. Panti 0 2 0 1 1 2 0 1 3 0 1023. Sukorambi 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 424. Jenggawah 0 0 1 0 0 2 0 1 0 1 525. Kms Kidul 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 326. Ajung 0 2 0 0 2 0 0 0 0 1 527. Tanggul 0 1 1 2 0 0 0 0 0 1 528. Klatakan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 129. Sumberbaru 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 230. Rowotengah 0 2 0 0 0 0 0 2 0 1 531. Bangsalsari 0 2 1 0 1 0 0 0 1 0 532. Sukorejo 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 233. Semboro 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 434. Kencong 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 235. Cakru 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 436. Gumukmas 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 237. Tembokrejo 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 338. Umbulsari 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 239. Paleran 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 240. Puger 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 141. Kasiyan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 042. Jombang 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2 443. Wuluhan 0 0 0 0 2 2 0 1 1 0 644. Lojejer 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 145. Ambulu 0 1 0 0 0 0 2 0 0 1 446. Sabrang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 047. Andongsari 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 248. Karang Duren 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 049. Balung 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 3Total 15 24 21 25 19 30 19 17 24 18 212Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Tabel 2.9 Rekap Kematian Bayi 8-28 Hari Puskesmas Kab. Jember 2011NO PUSKESMAS BULAN TOTALJAN PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT1. Kaliwates 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 02. Mangil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03. Jember kidul 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 14. Patrang 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15. Sumbersari 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 36. Gladak Pakem 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 07. Arjasa 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 28. Pakusari 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19. Sukowono 0 0 0 0 0 3 1 1 2 1 810. Jelbuk 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 211. Kalisat 1 1 0 2 0 0 0 0 0 0 412. Ledokombo 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 113. Sumberjambe 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 314. Mayang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015. Mumbulsari 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 216. Silo I 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 417. Silo II 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 218. Tempurejo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 019. Curahnongko 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 020. Rambipuji 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 121. Nogosari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 022. Panti 0 1 1 0 0 2 2 0 0 0 623. Sukorambi 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 124. Jenggawah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 025. Kms Kidul 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 126. Ajung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 027. Tanggul 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 228. Klatakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 029. Sumberbaru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 130. Rowotengah 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 231. Bangsalsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 132. Sukorejo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 033. Semboro 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 134. Kencong 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 335. Cakru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 136. Gumukmas 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 137. Tembokrejo 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 138. Umbulsari 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 239. Paleran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 040. Puger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 041. Kasiyan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 042. Jombang 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 343. Wuluhan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 044. Lojejer 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 045. Ambulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 046. Sabrang 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 247. Andongsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 048. Karang Duren 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 149. Balung 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1Total 6 10 3 8 2 10 7 5 7 7 65Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Tabel 2.10 Rekap Kematian Bayi 29-11 Bulan Puskesmas Kab.Jember 2011NO PUSKESMAS BULAN TOTALJAN PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT1. Kaliwates 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 12. Mangil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03. Jember kidul 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 24. Patrang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 05. Sumbersari 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 36. Gladak Pakem 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 27. Arjasa 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 28. Pakusari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 09. Sukowono 0 0 0 0 3 6 0 0 0 2 1110. Jelbuk 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 311. kalisat 1 0 1 2 2 0 0 0 0 0 612. Ledokombo 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 213. Sumberjambe 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 414. Mayang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015. Mumbulsari 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 216. Silo I 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 117. Silo II 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 318. Tempurejo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 019. Curahnongko 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 020. Rambipuji 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 221. Nogosari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 122. Panti 0 1 1 0 2 0 2 1 0 0 723. Sukorambi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 024. Jenggawah 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 325. Kms Kidul 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 126. Ajung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 027. Tanggul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 028. Klatakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 129. Sumberbaru 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 130. Rowotengah 0 0 1 0 0 0 2 1 0 1 531. Bangsalsari 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 432. Sukorejo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 033. Semboro 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 334. Kencong 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 235. Cakru 1 0 2 0 2 0 0 0 0 0 536. Gumukmas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 137. Tembokrejo 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 138. Umbulsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 039. Paleran 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 240. Puger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 041. Kasiyan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 042. Jombang 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 443. Wuluhan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 044. Lojejer 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 345. Ambulu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 046. Sabrang 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 447. Andongsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 048. Karang Duren 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 049. Balung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Total 7 3 9 10 17 8 19 6 0 13 92Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Dari tabel diatas angka kematian bayi berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember mulai bulan Januari sampai dengan bulan Oktober 2011 berjumlah 369 kasus kematian bayi di wilayah Kabupaten Jember. Dari sekian kasus kematian bayi ini dibagi menjadi beberapa tahap yakni usia 0 sampai 7 hari terdapat 212 kasus kematian bayi yang paling banyak terdapat di wilayah kerja puskesmas Kalisat dengan 15 kasus kematian bayi, usia 8 sampai 28 hari sebanyak 65 kasus kematian bayi yang paling banyak terdapat di wilayah kerja puskesmas Sukowono dengan 8 kasus kematian bayi, dan usia 29 hari samapai 11 bulan terdapat 92 kasus kematian yang paling banyak terdapat di wilayah kerja puskesmas Sukowono.Dari jumlah kematian tersebut ada beberapa penyebab kematian bayi tersebut yang disajikan dalam tabel berikut:Tabel 2.11 Rekap Penyebab Kematian Bayi Tahun 2011NO Penyebab Kematian 0 7 hari 8 28 hari 9 hari 11 bulan Jumlah1 Trauma Lahir 4 2 0 62 Asfiksia 65 3 0 683 BBLR 83 28 0 1114 Infeksi 12 12 32 565 TN 0 1 0 16 Kelainan bawaan 25 13 16 547 Diare 0 0 8 88 Lain-lain 23 6 11 409 ISPA 0 0 9 910 Kecelakaan 0 0 12 1211 Gizi buruk 0 0 3 312 DBD 0 0 1 1Jumlah 212 65 92 369Sumber : Data Sekunder Dinkes Jember 2011

Dari jumlah kasus kematian bayi yang berjumlah 369 tersebut penyebab kematian bayi terbanyak karena Berat Bayi Lahir Rendah yang mencapai 111 kasus kematian, kemudian karena asfiksia terdapat 68 kasus kematian, karena infeksi terdapat 56 kasus kematian, dan sisanya karena kelainan bawaan yang terdapat 54 kasus kematian bayi, ISPA 9 kasus kematian bayi, gizi buruk terdapat 3 kasus kematian bayi.

2.2 KasusSetahun, 44 Ibu Melahirkan MeninggalSenin, 17 Januari 2011. 07.35 WIBJEMBER | SURYA- Angka kematian ibu saat melahirkan di Kabupaten Jember masih tergolong tinggi. Menurut Humas Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember Yumarlis dari 20.000 kelahiran setiap tahun, sekitar 40 ibu di antaranya meninggal dunia. Angkanya tiap tahun naik turun. Tahun 2010 ada 44 ibu meninggal dunia saat melahirkan. Angka ini cukup tinggi, ujar Yumarlis. Sedangkan pada tahun 2009 angka kematian ibu melahirkan 42 kasus, dan tahun 2008 ada 52 kasus.Yumarlis menegaskan, sebenarnya Dinkes Jember selalu melakukan kampanye dan sosialisasi untuk meminimalkan kematian ibu melahirkan tersebut. Kampanye antara lain berupa gerakan melahirkan di bidan dan bukan dukun bayi lagi. Namun, kadang terbentur dengan budaya yang ada di masyarakat, imbuh Yumarlis. Budaya yang masih ada antara lain ibu yang akan melahirkan masih tergantung kepada keputusan suami atau mertua yang meminta agar melahirkan di dukun. Selain itu, terbatasnya jumlah bidan juga menjadi kendala tersendiri. Jumlah bidan di Jember hanya 400 orang, sedangkan jumlah dukun bayi mencapai 1.100 orang. Meski begitu, Dinkes Jember, tegas Yumarlis akan terus menggalakkan program melahirkan di bidan.

2.3 PenyebabRendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu, anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan.Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.(WHO).Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia, kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah Permasalahan budaya yang sudah melekat dimasyarakat yaitu budaya melahirkan didukun bayi, ibu hamil yang akan melahirkan masih tergantung kepada keputusan suami dam mertua agar melahirkan didukun bayi.Relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bisaberimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain. Karena kondisi geografis dapat menjadi penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sehingga dapat menimbulkan masalah terhadap `penanganan persalinan yang terlambat, menyebabkan bayi sulit untuk diselamatkan.Pendidikan dari ibu hamil yang masih minim baik pendidikan formal dan informal sehingga menyebabkan pengertahuan mereka tentang kesehatan kehamilan juga masih rendah, banyak ibu hamil yang tidak memeriksakan kandungannya secara rutin untuk melihat perkembangan kehamilannya. Selain itu kesadaran dari ibu hamil yang kurang untuk melahirkan di tempat pelayanan kesehatan juga sangat kurang dikarenakan para ibu hamil masih tergantung pada keputusan suami dan mertuanya untuk melahirkan kedukun.Usia pernikahan pada usia rawan untuk hamil dan melahirkan, yaitu pada usia dibawah 20 tahun dan usia diatas 30 tahun sangat rentan dengan kematian ibu saat melahirkan. Kondisi ekonomi dari suatu keluarga juga sangat mempengaruhi kemauan ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya, pada keluarga yang ekonominya rendah menyebabkan ibu hamil mengenyampingkan kepentingan kesehatan kehamilan, mereka tidak memeriksakan kandungan, tidak memperhatikan faktor gizi yang baik dan memilih melahirkan kedukun dengan biaya yang lebih murah. Tidak hanya itu, sebagian besar kematian ibu berhubungan dengan tiga terlambat , yaitu terlambat membuat keputusan untuk merujuk ibu hamil, terlambat dalam penyediaan alat transportasi dan terlambat memperoleh pertolongan medis yang tepat.Berdasarkan data dari DINKES kabupaten jember penyebab kematian bayi pada tahun 2011 disebabkan karena beberapa hal yaitu trauma lahir, asfiksia, BBLR, infeksi, Tetahus Neonatorum, kelainan bawaan, diare, ISPA, kecelakaan, gizi buruk, dan DBD.

2.4 Upaya Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi yang Sudah Dilakukan di Jembera. Kemitraan Bidan dengan Dukun BayiUntuk meminimalisir terjadinya kematian bayi pada saat persalinan, Dinkes Kabupaten Jember mulai membangun kemitraan antara bidan dan dukun bayi guna membantu kelancaran persalinan. Langkah yang ditempuh dengan cara memanfaatkan tenaga dukun guna mengantarkan bumil ke tempat praktik bidan pada saat ditemui ibu persalinan.Untuk mengurangi resiko AKI, Dinas Kesehatan memanfaatkan tenaga dukun bayi untuk mengantarkan ibu bersalin ke bidan. Setiap 4 kali persalinan para dukun itu diberi uang Rp 100 ribu. Bukan berarti membasmi keberadaan para dukun itu. Tapi mereka masih diperlukan untuk perawatan bayi pasca kelahiran, itulah bentuk kemitraan yang dibangun.

b. Program Jaminan Persalinan (Jampersal)Angka kematian bayi di Jember saat persalinan lebih besar dibandingkan angka kematian ibu. Jaminan persalinan diharapkan bisa menekan angka ini. Dengan jumlah pasangan usia subur mencapai 18 ribu orang dan ibu hamil 36 ribu per tahun, jampersal sangat memungkinkan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi. Pemerintah memberikan paket persalinan ibu hamil Rp420 ribu. Ini diperuntukkan pemeriksaan kehamilan, persalinan normal, dan pelayanan.Namun, jampersal ini belum bisa dilaksanakan di pusat pelayanan medis dan bidan swasta. Dinkes Jember belum menjalin nota kesepahaman dengan tempat layanan medis non pemerintah. Dinkes menyiapkan tenaga kesehatan di puskesmas, dan sudah berkoordinasi dengan tiga rumah sakit daerah di Jember. Ada sejumlah puskesmas yang berstatus PONED (Pemeriksaan Obsetry Neonatal Emergency Dasar), yakni Puskesmas Tanggul, Kencong, Puger, Gumukmas, Mayang, Sumberjambe, Ambulu dan Puskesmas Jenggawah. Puskesmas ini ditunjuk untuk melayani persalinan di daerah sekitar kecamatan.c. Peningkatan kualitas posyanduPeningkatan kualitas posyandu yang dilakukan oleh pemerintah jember dengan melakukan kegiatan pemberdayaan kader posyandu sebagai aspek penting dalam keberlanjutan posyandu dan peningkatan pemenuhan fasilitas posyandu untuk menarik masyarakat datang ke posyandu.Peran posyandu cukup besar dalam memberikan pertolongan pertama pada balita dan ibu-ibu muda yang baru menikah untuk menekan angka kematian ibu dan anak, serta meminimalisasi terjadi cacat bawaan untuk bayi yang baru lahir.Dengan bantuan dari kader Posyandu, banyak masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak pada masa hamil hingga melahirkan akan menjadi lebih tahu. Pemerintah kabupaten jember melakukan advokasi kepada para kader posyandu melalu kegiatan jambore dan temu kader yang meminta agar dalam melakukan gerakan Ayo ke Posyandu harus ada sinergitas antara Pemkab, Puskesmas di desa-desa, serta masyarakat luas. Petugas Posyandu juga harus mendatangi rumah-rumah warga yang memiliki Balita, supaya orang tua memeriksakan secara rutin ke Posyandu. Tanpa sinergitas kehadiran Posyandu akan percuma.Dalam kegiatan tersebut para kader juga memberikan saran kepada pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan kader dengan melakukan kejar paket A, B atau C. sehingga akan lebih mudah bagi para kader untuk menangkap ilmu kesehatan yang diberikan setiap ada pelatihan, karena saat ini kader posyandu masih memiliki kualitas pendidikan rendah, sehingga dalam menangkap ilmu kesehatan yang diberikan, kadang masih terlampau susah.Dinas Kesehatan Jember telah melakukan pelatihan khusus untuk kader Posyandu agar tidak salah dalam menangani ibu dan bayi. seperti, keterampilan menimbang bayi sekaligus menganalisis hasil timbangan bayi serta pengetahuan dalam bidang gizi dan imunisasi. Selain itu ada beberapa posyandu yang sudah dilengkapi dengan fasilitas televisi, panggung boneka, dan permainan edukasi, sehingga menarik minat warga untuk datang ke posyandu. Pentingnya masyarakat datang ke Posyandu demi kesehatan terpadu ibu dan anak-anak

2.5 Solusia. Menurunkan AKI dengan Kearifan LokalKemajuan sebuah bangsa bisa dicapai lewat tangan-tangan hebat sang ibu yang mendidik dan membesarkan anaknya. Itu lah mengapa ibu sering kali disebut arsitek peradaban. Begitu pula derajat kesehatan sebuah bangsa. Kesehatan ibu menjadi representasi bagi kesehatan anaknya kelak ketika ia lahir. Oleh karena itu, kesehatan ibu harusnya menjadi fokus masalah yang mendapat penanganan utama.Menurut departemen kesehatan, meski angka kematian ibu telah mengalami penurunan dari 307 per 100.000 kh pada tahun 2003 menjadi 228 per 100.000 kh pada tahun 2007 tetapi penurunan angka tersebut masih dinilai lamban. Angka kematian ibu di Indonesia masih menempati posisi teratas di Asia Tenggara. Bahkan Thailand yang merupakan negara yang secara ekonomi tidak berbeda jauh dengan Indonesia, mampu menurunkan angka kematian ibu dari dari 400 per 100.000 kh menjadi 80 per 100.000 kh dalam kurun waktu 24 tahun. Sebuah tantangan besar bagi Indonesia untuk mengatasi masalah KIA tersebut. Apalagi penurunan angka kematian ibu yang merupakan salah satu target Millenium Development goals diproyeksikan akan terwujud pada tahun 2015.Terdapat beberapa penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia, antara lain perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan menjadi penyebab utama terjadinya kematian ibu yakni sebeser 28%. Sisanya terjadi akibat eklampsia, komplikasi aborsi dan infeksi.Tingginya kematian ibu, pada dasarnya bukan hanya perkara medis. Angka KIA yang tinggi justru disebabkan karena paradigma mengenai penyempitan peran ibu di tengah-tengah masyarakat sehingga meski peran ibu sangat signifikan tetapi kesejahteraan ibu seringkali diabaikan. Bahkan angka buta huruf pada perempuan yang notebene merupakan calon ibu, lebih tinggi, yakni sebesar 11,7% dibandingkan dengan laki-laki, yakni sebesar 8,5%. Tingkat pendidikan yang rendah akan berimplikasi pada rendahnya tingkat pengetahuan dan kesedaran sang ibu mengenai menjaga kesehatan kandungannya, nutrisi apa saja yang diperlukan serta hal-hal yang berbahaya bagi sang anak dan dirinya. Di tambah lagi, dengan tingkat pengetahuan serta kesadaran yang rendah, banyak ibu yang memilih melahirkan di rumah dengan bantuan dukun beranak, bukan tenaga kesehatan. Hal ini terbukti karena menurut SDKI 2007, 54% ibu memilih persalinan di rumah. Tentu hal tersebut dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi.Melihat kondisi tersebut, upaya perbaikan secara medis tak menjadi satu-satu jalan untuk menurunkan angka kematian ibu. Justru yang penting adalah bagaimana mengubah paradigma masyarakat terutama di daerah dengan tingkat pendidikan rendah mengenai peran penting perempuan serta manghapus budaya-budaya negatif yang terkesan mendiskriminasi kaum perempuan.Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah gerakan bersama membangun keluarga sehat yang berbasis kearifan lokal dengan tujuan utama menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Kearifan lokal sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious). Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya-tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah dimana komunitas itu berada (Dr. Agus Maladi Irianto, M.A.). Dengan kata lain, gerakan bersama keluarga sehat dengan kearifan lokal merupakan metode penyelesaian masalah berbasis pengetahuan serta kebijakan lokal daerah tersebut. Oleh karena itu, peran serta masyarakat setempat memiliki peran penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi. Tenaga kesehatan dibantu dengan tokoh masyarakat atau tokoh perempuan setempat membuat program bagi ibu hamil berupa pendidikan mengenai nutrisi serta tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, serta persalinan yang baik. Selain itu juga, dibuka kelas senam hamil serta konsultasi dengan biaya murah bagi masyarakat di daerah tersebut.Dengan pendekatan berbasis kearifan lokal, diharapkan seluruh elemen masyarakat di daerah tersebut dapat terlibat secara aktif dalam program gerakan bersama menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Upaya penanganan secara medis serta perbaikan fasilitas kesehatan saja tidak cukup untuk menurunkan angka kematian ibu bila sang ibu sendiri tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran akan kebutuhan dan tanda-tanda bahaya pada kehamilannya.Bentuk kearifan lokal diantara salah satu kekayaan budaya masyarakat yang dilestarikan turun temurun adalah pengobatan tradisional dan pijat ibu hamil. Pengobatan tradisional yang populer diantaranya dengan menggunakan tanaman obat. Suku-suku dayak yang ada di Kalimantan Timur secara turun temurun telah lama menggunakan berbagai jenis tumbuhan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Kearifan tradisi ini sepertinya berlaku universal, dimanapun komunitas manusia tinggal menyatu dialam bebas ada beberapa tradisi mereka yang bisa dibuktikan secara ilmiah suatu ketika kelak. Beberapa jenis tanaman yang digunakan oleh komunitas masyarakat dayak telah populer dikenal masyarakat luas dan beberapa nama tanaman lain terdengar asing. Pembudayaan tanaman obat dan eksplorasi penelitian tentangnya sangat relevan dengan kekayaan dan keanekaragaman flora hutan tropis basah di Kalimantan Timur. Masyarakat dayak juga menggunakan tanaman obat tersebut untuk mencegah perdarahan setelah persalinan, penguat rahim, keguguran, dan pelancaran persalinan yang sangat bermanfaat dalam penurunan angka kematian ibu dan anak. Untuk mencegah perdarahn masyarakat dayak menggunakan Daun ilalang muda dengan daun katuk tambah daun kunyit dihaluskan lalu diminum, sedangkan untuk penguat rahim menggunakan 8 potong akar pandan sepanjang jari telunjuk direbus dengan air 1 botol hingga tinggal nya. Setelah dingin air beserta akar ramuannya di minum 3 x sehari 1 seloki. Selain itu untuk mencegah terjadinya keguguran masyarakat dayak menggunakan Kulit kapuk direbus dgn 4 gls air, saring & dinginkan airnya minum 3 x sehari, untuk pelancaran persalinan dapat menggunakan 1 gls isi buah kelapa muda yang encer, diminum saat menjelang kelahiran.Pada daerah Blitar Jawa Timur pijat ibu hamil merupakan salah satu kearifan lokal untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Pijat ibu hamil sudah digunakan selama bertahun-tahun untuk memperbaiki kesehatan tubuh secara menyeluruh, mengurangi rasa stress, dan membebaskan kekakuan dan ketegangan otot. Penyelidikan dan riset modern membuktikan ilmu pengobatan dengan pijatan sebelum melahirkan bisa menjadi treatment atau cara yang sangat baik terhadap perawatan sebelum ibu melahirkan dan diberikan dengan cara yang benar. Pijat tradisional sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan dapat digunakan sebagai upaya poreventif untuk kematian ibu hamil karena memiliki manfaat yaitu membantu meredakan kejang otot dan kram akibat beban ekstra yang harus dibawa oleh perempuan hamil dan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan, membantu menguatkan proses kehamilan dengan cara memperlancar aliran darah, sirkulasi limpa, mengurangi edema, dan membantu menyiapkan kesiapan mental dan fisik ibu, dan mengurangi stres persendian akibat beban ekstra dan membantu memaksimalkan kapasitas pernafasan yang sangat diperlukan dalam proses melahirkan.b. Pemberdayaan Masayarakat Melalui Desa SiagaUntuk mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan RI telah mengembangkan Program Nasional Desa Siaga (SK Menkes: 564/Menkes/SK/VIII/2006) sebagai strategi yang memiliki daya ungkit bagi peningkatan derajat kesehatan seluruh rakyat Indonesia. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan Desa Siaga tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Untuk mengatasi masalah kematian ibu dan bayi tersebut perlu ada upaya peningkatan partisipasi masyarakat melalui Pemberdayaan Masyarakat di Bidang KIA dengan membentuk sistem kesiagaan masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakam strategi untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam menolong diri mereka sendiri jika terjadi kegawatdaruratan terkait kehamilan dan persalinan dari aspek non- klinis.Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA dikembangkan dalam rangka menanggapi fakta-fakta berikut ini:1. Tingginya persentase kematian maternal yang terjadi dalam waktu 2 jam, saat dan setelah persalinan.2. Sebagian besar kematian maternal berhubungan dengan tiga terlambat terlambat membuat keputusan untuk merujuk ibu hamil, terlambat dalam penyediaan alat transportasi dan terlambat memperoleh pertolongan medis yang tepat.3. Tingginya persentase kematian maternal karena perdarahan.Kehamilan dan persalinan masih dianggap sebagai hal alamiah yang terjadi pada setiap perempuan.4. Kehamilan adalah urusan perempuan saja.

Padahal, 85 % kematian maternal bisa dihindari karena:1. Tiga terlambat merupakan masalah yang terkait dengan masalah tehnis dan perilaku sosial budaya masyarakat.2. Masih banyak mitos dan tabu yang terkait dengan kehamilan dan persalinan yang perlu diluruskan.3. Kehamilan dan persalinan seharusnya bukan hanya urusan perempuan tetapi juga merupakan urusan keluarga dan menjadi perhatian umum masyarakat/publik.Memperhatikan fakta-fakta tersebut, setiap orang: suami si ibu hamil, tetangganya si ibu hamil, masyarakat sekitar/ tokoh-tokoh agama, bidan, fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit), sebenarnya bisa membantu ibu hamil dengan mengambil peran masing-masing. Namun kita tidak tahu apa yang bisa kita lakukan untuk menurunkan angka kematian maternal dan peran apa yang bisa kita lakukan dalam menyelamatkan nyawa ibu hamil tersebut. Jadi, pada prinsipnya, kita bisa mengambil peran dalam menyelamatkan nyawa seorang ibu hamil dengan mempromosikan Perencanaan Persalinan dan Kesiagaan menghadapi komplikasi melalui:1. Peningkatan kesadaraan masyarakat bahwa kehamilan adalah tanggung jawab kita bersama , tidak hanya tanggung jawab seorang perempuan.2. Setiap kehamilan dan persalinan memiliki resiko dan setiap kehamilan adalah unik pada setiap perempuan.3. Menghidupkan nilai-nilai tolong menolong antar sesama dalam menyelamatkan nyawa seorang perempuan dari aspek non klinisMelibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.Dengan pendekatan ini diharapkan akan terjadi peningkatan ketersediaan dan akses masyarakat terhadap mekanisme perencanaan persalinan dan kesiagaan menghadapi komplikasi di tingkat masyarakat dengan membentuk sistem tolong menolong dari, oleh dan untuk masyarakat dalam hal pemberitahuan tentang keberadaan ibu hamil, penyediaan alat transportasi-komunikasi, penyediaan pendonor darah dan ketersediaan dana.Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas :1. Sistem pencatatan-pemantauan,2. Sistem transportasi-komunikasi,3. Sistem pendanaan,4. Sistem pendonor darah5. Sistem Informasi KB.Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:1. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat siatuasi gawat darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian maternal.3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menolong perempuan saat hamil dan persalinan.4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional.5. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi masalah mereka sendiri. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.6. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam mengatasi masalah kesehatan.Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep konsep berikut ini:1. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong, untuk perempuan saat hamil dan bersalin.2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan perempuan.3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.5. Menggunakan pendekatan partisipatif.6. Melakukan aksi dan advokasi.Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami kondisi mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut dengan pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama secara partisipatif (Participatory Learning and Action -PLA). Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan, sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses mengorganisir masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat merubah diri mereka secara individual dan secara kolektif dan mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka (Hartock, 1981).Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan dan kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa mereka tentang potensi yang mereka miliki.Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif. Jadi, pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam keseluruhan proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.c. Pemantauan Kegiatan KIA melaluai Pemantauan Wilayah Setempat-KIAPemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut.Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai.Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan PWS KIA akan lebih bermakna bila ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program, penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat propinsi dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.

d. Revitalisasi PosyanduRevitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota, baik dari segi sosio-kultural, sosial ekonomi, segi fisik alam lingkungan, sehingga diharapkan dapat peningkatan kualitas hidup dari penghuninya (Nilawati, 2008).Dengan terjadinya krisis yang berkepanjangan, berdampak pula terhadap menurunnya kegiatan posyandu, untuk itu diperlukan upaya revitalisasi posyandu. Program revitalisasi posyandu mempunyai tujuan agar terjadi peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, dengan kegiatan utama adalah; 1) pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kader; 2) pelayanan, mencakup pelayanan lima program prioritas yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus balita dan ibu hamil serta menyusui dan; 3) penggerakan masyarakat. Upaya tersebut telah diawali melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi, pelatihan dan lokakarya revitalisasi posyandu sepanjang tahun 1999-2000 (Ridwan dkk, 2007).Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak maka telah dilakukan suatu pendekatan keterpaduan programKB dan Kesehatan yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui Posyandu. Posyandu merupakan suatu kegiatan perwujudan peran serta masyarakat yang dikelola oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dalam mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik.Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB dengan keanggotaannya berasal dari PKK, tokoh masyarakat, dan pemudi. Pada awalnya Posyandu berkembang dari dari salah satu program puskesmas yaitu program perbaikan gizi masyarakat, untuk mendorong peran serta masyarakat maka program ini didorong ke tingkat desa dengan mengadakan pos penimbangan dan pemberian makanan tambahan. Keberhasilan pos penimbangan ini mendorong pemerintah menambah program lain sehingga pos penimbangan berubah nama menjadi posyandu (pos pelayanan terpadu). Pos pelayanan terpadu semakin tahun semakin bertambah jumlahnya sehingga hampir setiap banjar memiliki posyandu.Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan / pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut :Kegiatan utama1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)a. Ibu HamilPelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut: Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapanmenyusui, KB dan gizi Perawatan payudara dan pemberian ASI Peragaan pola makanan ibu hamil Peragaan perawatan bayi baru lahir Senam ibu hamilb. Ibu Nifas dan Ibu MenyusuiPelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir (vagina)2. Pemberian vitamin A dan tablet besi3. Perawatan payudara4. Senam ibu nifas5. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.c. Bayi dan Anak BalitaPelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan kader.Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:1. Penimbangan berat badan2. Penentuan status pertumbuhan3. Penyuluhan4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk kePuskesmas.

2. Keluarga Berencana (KB)Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberiankondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukansuntukan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yangmenunjang dilakukan pemasangan IUD.

3. ImunisasiPelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baikterhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.

4. GiziPelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibuhamil dan WUS. Jenis Pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberianvitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat tinggal didaerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.

5. Pencegahan dan Penanggulangan DiarePencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.