permainan tradsional

22
1. Permainan Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing – masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing – masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai ‘benteng’. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan ‘menawan’ seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan yang ‘tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menyentuh ‘benteng’ mereka masing – masing. 2. Congklak

Transcript of permainan tradsional

1. Permainan Benteng

adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing – masing terdiri dari 4 sampai

dengan 8 orang. Masing – masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya

sebuah tiang, batu atau pilar sebagai ‘benteng’.

Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ lawan

dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata

benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan ‘menawan’ seluruh anggota lawan dengan

menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan

yang ‘tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’

menyentuh ‘benteng’ mereka masing – masing.

2. Congklak

Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di

seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai

biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-

tumbuhan.

Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan

papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji

congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik,

sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau

plastik. Pada papan congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang

saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain

dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.

Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain

yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan diambil dan

meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis di lobang

kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi,

bisa habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil

di sisinya. bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di

sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti

dan tidak mendapatkan apa-apa.

Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat dimabil (seluruh biji ada

di lobang besar kedua pemain). Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak.

3. Dor Tap

Dor Tap merupakan permainan yang mirip dengan Petak Umpet namun dimainkan oleh 2

kelompok. Kelompok yang lebih dulu berhasil menyebut nama lawan yang bersembunyi

dapat diartikan bahwa lawan tersebut terkena tembakan. Permainan berakhir jika salah satu

kelompok sudah habis tertembak.

4. Galah Asin

Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan

daerah dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua

grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 – 5 orang. Inti permainannya adalah

menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik,

dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan

proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.

Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang

ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang

dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur.

Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota

grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang

mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha

untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang

sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas

untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai

akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini

sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan

berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.

5. Gasing

Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu

titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan

masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga

digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib.

Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-

bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing

umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon.

Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.

6. Kasti

Kasti atau Gebokan merupakan sejenis olahraga bola. Permainan yang dilakukan 2 kelompok

ini menggunakan bola tenis sebagai alat untuk menembak lawan dan tumpukan batu untuk

disusun. Siapapun yang berhasil menumpuk batu tersebut dengan cepat tanpa terkena

pukulan bola adalah kelompok yang memenangkan permainan. Pada awal permainan,

ditentukan dahulu kelompok mana yang akan menjadi penjaga awal dan kelompok yang

dikejar dengan suit. Kelompok yang menjadi penjaga harus segera menangkap bola

secepatnya setelah tumpukan batu rubuh oleh kelompok yang dikejar. Apabila bola berhasil

menyentuh lawan, maka kelompok yang anggotanya tersentuh bola menjadi penjaga

tumpukan batu. Kerjasama antaranggota kelompok sangat dibutuhkan seperti halnya

olahraga softball atau baseball.

7. Layang-layang

Permainan layang-layang, juga dikenali dengan nama wau merupakan satu aktivititas

menerbangkan layang-layang tersebut di udara. Pada musim kemarau di Indonesia anak-

anak selalu bermain layang-layang karena anginnya besar.

8. Petak Umpet

Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi “kucing” (berperan

sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan

memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 25, biasanya dia menghadap

tembok, pohon atau apasaja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk

bersembunyi. Setelah hitungan sepuluh, mulailah ia beraksi mencari teman-temannya

tersebut.

Jika ia menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya yang dia temukan

tersebut. Yang seru adalah, ketika ia mencari ia biasanya harus meninggalkan tempatnya

(base?). Tempat tersebut jika disentuh oleh teman lainnya yang bersembunyi maka batallah

semua teman-teman yang ditemukan, artinya ia harus mengulang lagi, di mana-teman-

teman yang sudah ketemu dibebaskan dan akan bersembunyi lagi. Lalu si kucing akan

menghitung dan mencari lagi. Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang

pertama ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya.

Ada satu istilah lagi dalam permainan ini, yaitu ‘kebakaran’ yang dimaksud di sini adalah bila

teman kucing yang bersembunyi ketahuan oleh si kucing disebabkan diberitahu oleh teman

kucing yang telah ditemukan lebih dulu dari persembunyiannya.

9. Yo-yo

Yo-yo adalah suatu permainan yang tersusun dari dua cakram berukuran sama (biasanya

terbuat dari plastik, kayu, atau logam) yang dihubungkan dengan suatu sumbu, di mana

tergulung tali yang digunakan. Satu ujung tali terikat pada sumbu, sedangkan satu ujung

lainnya bebas dan biasanya diberi kaitan. Permainan yo-yo adalah salah satu permainan

yang populer di banyak bagian dunia. Walaupun secara umum dianggap permainan anak-

anak, tidak sedikit orang dewasa yang memiliki kemampuan profesional dalam memainkan

yo-yo.

Yo-yo dimainkan dengan dengan mengaitkan ujung bebas tali pada jari tengah, memegang

yo-yo, dan melemparkannya ke bawah dengan gerakan yang mulus. Sewaktu tali terulur

pada sumbu, efek giroskopik akan terjadi, yang memberikan waktu untuk melakukan

beberapa gerakan. Dengan menggerakkan pergelangan tangan, yo-yo dapat dikembalikan

ke tangan pemain, di mana tali akan kembali tergulung dalam celah sumbu

10.Balap Karung

Balap karung adalah salah satu lomba tradisional yang populer pada hari kemerdekaan

Indonesia. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam

karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir.

Meskipun sering mendapat kritikan karena dianggap memacu semangat persaingan yang

tidak sehat dan sebagai kegiatan hura-hura, balap karung tetap banyak ditemui, seperti juga

lomba panjat pinang, sandal bakiak, dan makan kerupuk.

Olah raga juga bisa berbentuk permainan tim atau individu dan kompetisi yaitu ada yang

menang dan kalah. Jadi permainan adalah salah satu olah raga, tentunya permainan

yang memakai gerakan anggota tubuh (jasmani), ataupun bisa juga rohani yang

contohnya catur.

Muncullah istilah olah raga tradisional, yaitu olah raga asli ada di Indonesia dan mungkin

setiap daerah olah raga yang populer dan antara daerah satu dengan yang lain berbeda.

Ada olah raga tradisional yang sudah populer di tingkat nasional tetapi ada juga masih

banyak yang dikenal hanya di daerah asal. Contoh olah raga tradisional yang populer

dan mulai mendunia sepak takraw dan silat. Keberadaan olah raga tradisional bisa

semakin lama semakin terdesak dan tersisihkan oleh jenis olah raga yang lain yang

populer di dunia semisal sepak bola, basket, tenis dan sebagainya. Memang arus

globalisasi tidak bisa dihindari, yang terpenting adalah bagaimana olah raga tradisional

itu bisa lestari dan berkembang.

Memang apapun jenisnya, olah raga itu bisa mendatangkan manfaat bagi pelakunya

untuk kesehatan fisik dan mental, termasuk itu jenis olah raga dari dunia (negara) lain.

Tetapi pasti ada keinginan dan nilai lebih ketika mampu hidup sehat dengan berolah

raga tetapi juga mampu melestarikan dan mengembangkan olah raga (permainan)

tradisional. Tidak hanya menjadi orang atau bangsa yang latah dengan mengikuti orang

lain yang dianggapnya itu populer, keren atau modern dan menganggap olah raga

tradisional itu kuno.

Beberapa olah raga tradisional yang dikenal secara nasional antara lain:

Betengan (foto: wikipedia)

1. Betengan

Permainan Betengan sesuai dengan namanya berasal dari kata beteng yang berarti

Benteng. Permainan ini boleh dibilang menjadi salah satu dari permainan favorit di masa

anak-anak SD, di sekolahan pun tak jarang dimainkan. Mengutip dari tulisan Ahmad

Fikriatif, Betengan adalah permainan yang menuntut kecepatan dan ketangkasan

khususnya dalam berlari. Tak luput pula unsur strategi yang kental.

Permainan yang berasal dari bahasa Jawa yang di-Indonesiakan ini dilakukan dengan

membagi peserta menjadi dua tim. Masing-masing kelompok kemudian memilih sebuah

benteng yang biasanya disimbolkan dengan tiang atau pilar. Jarak antar benteng satu

dengan benteng lain umumnya tidak terlalu jauh. Misi permainan ini adalah merebut

benteng pertahanan lawan. Oleh karenanya, setiap kelompok juga memiliki tugas untuk

mempertahankan bentengnya masing-masing sekaligus menyerbu benteng lawan.

Jika dicermati betengan tidak hanya sekedar permainan, tetapi di dalamnya terkandung

nilai-nilai yang dapat dijadikan acuan dalam bersikap dan berperilaku. Nilai-nilai itu

antara lain: kompetitif, tolong-menolong, dan sportivitas.

2. Pencak Silat

Pencak Silat yang kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam

pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games ini adalah

olah raga tradisional Indonesia. Tetapi di Indonesia sendiri pencak silat masih kalah

populer dibandingkan dengan Taekwondo dan Karate.  Sungguh amat disayangkan

sekali.

Selain ada aspek budaya, di dalam pencak silat juga ada aspek olah raga, aspek fisik

dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah

tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan

demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.

Sepak takraw (foto: bleacherreport)

3. Sepak Takraw

Mengutip dari wikipedia sepak takraw juga merupakan salah satu olah raga asli

Indonesia.  Pada era 1940-an  permainan bola keranjang ini mulai menggunakan jaring

dan peraturan angka, serta para pemain tidak lagi berdiri membentuk lingkaran tetapi

dimainkan di lapangan ganda badminton. Dan pada masa sekarang bola yang digunakan

tidak lagi yang terbuat dari rotan tetapi yang terbuat dari fiber.

Dalam Permainan sepak takraw, dimainkan oleh dua regu (satu regu ada 3 pemain) yang

berhadapan dan dipisahkan oleh jaring (net) pada bagian tengah Lapangan yang

berbentuk persegi empat panjang dan rata seperti dalam permainan badminton. Tangan

adalah bagian tubuh yang tidak boleh tersentuh bola, dan bagian tubuh yang terutama

digunakan untuk menyentuh bola adalah kaki dan kepala. Tujuan dari setiap regu adalah

mengembalikan bola sedemikian rupa sehingga dapat jatuh di lapangan lawan atau

menyebabkan lawan membuat pelanggaran.

Tentunya masih banyak lagi olah raga tradisional yang ada di negeri ini. Ada

congklak/dakon, dagongan, gasing, karapan sapi, patok lele dan sebagainya. Itu semua

adalah olah raga yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Olah raga itu hidup di

tengah-tengah masyarakat dengan dijiwai semangat dan sportivitas. Kita tidak bisa

membayangkan kalau generasi selanjutnya setelah kita, 10, 20 atau 50 tahun lagi tidak

mengetahui dan mengerti olah raga itu. Bukankah itu tidak hanya sebagai media

mendapatkan kebugaran dan kesehatan, lebih dari itu olah raga tradisional dengan

beragam permainannya adalah karakter sebagai identitas bangsa dan pemersatu

nusantara.

Sudah saatnya masing-masing daerah menggali dan mengembangkan olah raga

tradisionalnya. Mengutip dari Festival Olahraga Rekreasi Nasional alasanya

adalah. Pertama, tentu saja agar olah raga tersebut dapat terus diwariskan kepada

generasi selanjutnya sebagai warisan kekayaan budaya bangsa. Jangan sampai warisan

tersebut hilang dan musnah.

Kedua, dengan terdokumentasi dan tersosialisasikannya olah raga tradisional tersebut,

maka ia akan dikenal sebagai olah raga yang berasal dari bangsa Indonesia. Hal ini

menjadi penting tatkala saat ini Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu dan Budaya,

UNESCO, mulai mendokumentasikan kebudayaan seluruh negara di dunia sebagai

warisan kebudayaan dunia (world heritage).

Ketiga, tentu saja kita boleh berharap bahwa pada suatu hari nanti, beberapa olah raga

tradisional Indonesia akan dipertandingkan di ajang olympiade internasional (Olympic

Games). Bukankah semua jenis olah raga yang dipertandingkan di olympiade saat ini

pada awalnya adalah olah raga tradisional di negara asalnya? Bukan tidak mungkin bila

kita serius mengembangkan jenis olah raga tradisional yang kita miliki dapat

dipertandingkan di tingkat nasional bahkan internasional.

Salah satu cara melestarikan dan mengembangkan olah raga tradisional adalah dengan

melalui pendidikan, yaitu misalnya dengan memasukannya di kurikulum pendidikan

jasmani dan kesehatan. Dengan terintegrasi dengan pendidikan formal akan lebih mudah

untuk mengenalkan dan mempopulerkan olah raga tradisional di kalangan pemuda atau

remaja. Selain itu bisa juga melalui event atau kegiatan baik di tingkat daerah atau

nasional yang mempertandingkan olah raga-olah raga tradisional. Tentunya tujuan

akhirnya adalah kelestarian budaya dan identitas bangsa.

Gatrik, salah satu permainan tradisional yang semakin langka (anonim)

Seberapa populer permainan tradisional saat ini adalah satu pertanyaan yang mungkin sama-sama ada didalam benak pikiran para pecinta permainan tradisional. Masih ingat gak sobat-sobat kalau sewaktu kecil dulu kita sering main gundu sampai lupa waktu ?, atau bahkan main gasing sampai kepala ikut pusing ?. Menyenangkan bukan ?. Permainan-permainan tersebut kini sudah mulai langka seiring masuknya pola-pola hiburan anak yang datang menggusur.

Sempat terpikirkan oleh saya “sepertinya asyik juga ya kalau diadakan kejuaran nasional permainan tradisional ?”. Mungkin gak sih diadain ?, mungkin aja kali ya… tapi paling tidak saya ingin menumplekan khayalan-khayalan tersebut di blog ini dulu.

Olahraga-olahraga modernpun yang sekarang dipertandingkan di SEA Games maupun olimpiade lahir dari olahraga tradisional.

Kalau coba kita cermati sepertinya permainan tradisional atau olahraga tradisional tidak kalah menarik dengan  olahraga yang umum seperti sekarang. toh olahraga-olahraga modernpun sebetulnya lahir dari permainan tradisional diberbagai bangsa.  Hanya saja memang telah mengalami banyak proses yang membakukan permain-permainan tersebut. Dan mungkin tidak ada salahnya kalau permainan tradisional kita ada yang dibakukan aturannya supaya bisa pertandingkan atau dilombakan secara masal.

Biasanya kita sering menyaksikan berbagai macam pertandingan dan perlombaan permainan tradisional hanya pada saat perayan hari ulang tahun kemerdekaan negara. Itu pun bisa menjadi sesuatu yang meriah dan khas, apalagi kalau diadakan sebuah even khusus yang kalau perlu gak

kalah booming dengan Pekan Olahraga Nasional (PON) ?, kemudian arahkan semua mata media kesana. Ide seperti ini tentunya memang bukan lagi sesuatu yang baru, tapi izinkanlah saya untuk mencurahkan versi saya (yang mungkin sama) disini. (Monggooo…)

Landasan Kegiatan

Sub judulnya udah kayak proposal aja ya ?, gak apa-apalah, siapa tahu menginspirasi dan ada yang tertarik untuk merealsisasikannya. Amiiin.

Ada 3 hal yang setidaknya mendasari  ide mengenai kejuaran nasional permainan tradisional. Antara lain :

1. Melestarikan kembali permainan rakyat atau permainan tradisional yang sudah semakin punah dan tidak dikenali oleh generasi bangsa sendiri.

2. Mengenalkan kepada bangsa sendiri dan bangsa lain, kalau bangsa Indonesia mempunyai berbagai tradisi hiburan rakyat yang menyehatkan, mendidik fair play, dan itu lahir dari pemikiran para leluhur bangsa Indonesia. (Bukti kalau bangsa kita juga kreatif).

3. Menarik wisatawan domestik umumnya dan luar angkasa, eh maaf maksudnya luar negeri, untuk berkunjung ke Indonesia.

Penhjelasan Landasan Kegiatan

Melestarikan kembali permainan rakyat atau permainan tradisional yang sudah semakin punah dan tidak dikenali oleh generasi bangsa.

Betul tidak kalau permainan rakyat atau permainan tradisional kita makin punah ?, harusnya sih sobat-sobat menjawab betul. Kebangetan kalau menjawab tidak. Terus, apakah kegiatan kejuaran nasional tersebut bisa konkrit untuk melestarikan permainan tradisional ?

Oke sobat, saya sih gak bisa jamin akan konkrit, semuanya tergantung proses dan campaign nya juga. Kalau dibuat semenggema mungkin saya rasa bisa. Contohnya begini, ketika rame-rame piala dunia, lapangan bola menjamur  dan demam bola mewabah dimana-mana. Kemudian ada lagi ketika menjelang digelar Piala Thomas & Uber, banyak dipelosok RT yang menghidupkan kembali lapangan bulu tangkisnya. Bukan tidak mungkin dong ketika akan digelar kejuaran nasional permainan tradisional dan masing-masing daerah melakukan seleksi untuk para pemainnya, virus permainan tradisionalpun bisa mewabah diseantero nusantara. Dan itu sepertinya itu asli sangat unik sobat.

Mengenalkan kepada bangsa sendiri dan bangsa lain, kalau bangsa Indonesia mempunyai berbagai tradisi hiburan rakyat yang menyehatkan, mendidik fair play, dan itu lahir dari pemikiran para leluhur bangsa Indonesia. (Bukti kalau bangsa kita juga kreatif).

Percaya gak percaya, permainan tradisional adalah salah satu bukti kalau bangsa kita juga kreatif. Dan percaya gak percaya juga kalau sejak dari puluhan tahun lalu ditanah air kita banyak permainan yang mendidik kita sedari kecil untuk berkompetisi secara sehat alias fair play.

Dengan mempopulerkan kembali permainan tradisional di negeri kita, kita bisa menunjukan kepada dunia kalau bangsa kita itu unik dan ber-SDM kreatif. Kreatifitas yang lahir dari bangsa lain saja bisa kita kampanyekan, masa yang lahir dari bangsa sendiri kita abaikan ?.

Menarik wisatawan domestik umumnya dan luar negeri khususnya untuk berkunjung ke Indonesia.

Mungkin gak sih wisatawan luar negeri bisa tertarik ?. Okey sobat, sekarang coba kita jawab dulu, apa yang membuat wisatawan asing mau datang ke Indonesia ?, karena beda bukan ?, karena unik, karena punya sesuatu yang original. Banyak wisatawan luar yang lebih tertarik dengan bagian Indonesia yang kental akan tradisionalnya, mereka tidak begitu tertarik dengan sesuatu yang modern karena sesuatu yang modern itu di negara merekapun ada.

Para turis akan mendatangi suatu negara atau daerah yang menurut mereka ada sesuatu yang unik dan menarik, dan itu tidak ditemukan di negaranya.  Jadi, saya berasumsi kalau wisatawan sangat bisa tertarik. Para wisatawan asing mungkin kurang begitu tertarik dengan perhelatan PON, karena pertandingan-pertandingan serupa sudah tidak asing lagi negara mereka sendiri, tapi sepertinya akan beda dengan kompetisi permainan-permainan tradisional.

Congklak atau conkak (di Sumatera) adalah salah satu permainan tradisional yang bisa memakan waktu lebih dari 3 jam.

Siapa Yang Jadi Penyelenggaranya

Kalau penyelenggara sih saya kira bisa swasta, BUMN/BUMD atau pemerintah. Tapi kalau mana yang seharusnya lebih aktif tentunya saya lebih condong ke pemerintah. Paling tidak dari pemerintah ada tiga kementerian yang  bisa memasukan ini sebagai agenda bersamanya bekerjasama dengan pihak-pihak lain baik sebagai partner maupun sponshorship. Tiga kementerian tersebut yaitu :

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan2. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif3. Kementerian Pemuda dan Olahraga

Persoalan Perbedaan Tradisi Permainan Rakyat

Diantara sobat-sobat mungkin ada yang berpikiran “Gak mungkin lah mas bisa dijadikan kejuaran nasional, tiap daerah kan punya permainan tradisionalnya sendiri-sendiri”. Lagi-lagi sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut saya ingin mengajak kita semua untuk berkaca pada even olahraga semisal olimpiade. Kita semua tahu kan, kalau setiap negara itu mempunyai seni bela diri masing-masing, tapi ada Karate dari Jepang atau bahkan Taekwondo dari Korea yang dipertandingkan, dan mungkin suatu saatpun Pencak Silat dari Indonesia bisa dipertandingkan. Itu adalah persoalan akomodir, kebakuan, popularitas, dan tuan rumah.

Mungkin kita bisa menggunakan sisi akomodir dan kebakuan serta mengabaikan sisi tuan rumah. Beberapa permainan tradisional dari tiap-tiap daerah kita akomodir, yang paling populer itu bisa menjadi prioritas yang akan dipertandingkan atau diperlombakan, kemudian disusun aturan baku yang akan menjadi acuan peraturan bermain. Prosesnya memang tidak bisa singkat, tapi kalau tidak pernah dimulai maka tidak akan pernah ada proses yang berjalan dan selesai.

Tiongkok adalah suatu negara yang mempunyai 56 etnis. Dalam proses perkembangan sejarah yang panjang, rakyat semua etnis bersama-sama telah menciptakan peradaban Tiongkok yang beraneka ragam. Olahraga tradisional etnis minoritas adalah salah satu di antaranya.

Etnis Mongol yang bermukim di padang rumput Tiongkok utara sejak dahulu kala hidup berpindah-pindah mengikuti sumber air dan rumput. Dalam kondisi alam yang berat, mereka telah menguasai keterampilan menunggang kuda, gulat dan memanah.

Dalam Pekan Olah Raga Tradisional Etnis-etnis Minoritas Nasional ke-7 yang berlangsusng baru-baru ini, wartawan sempat bertemu dengan Wakil Kepala Sekolah Olah Raga Amatir Kota Silinhot Daerah Otonom Mongolia Dalam bernama Chaganzana. Ia adalah bekas pegulat yang pernah beberapa kali memperoleh hadiah tingkat nasional. Chaganzana mengatakan,Gulat ala Mongol sudah bersejarah lama dan populer di kalangan warga Mongol sejak abad ke-13. Konon pada waktu itu sengketa diselesaikan dengan adu gulat. Dan setiap ada upacara hajatan besar yang dinamakan Nadam, selalu diadakan pertandingan gulat. Kini, gulat sudah menjadi nomor olah raga massal yang digemari para penggembala etnis Mongol.

Dalam pertandingan gulat, pegulat harus mengenakan pakaian gulat yang terbuat dari kulit sapi atau kain terpal, memakai pita dari kain warna warni di leher, gaun dari sutera berwarna merah, biru dan kuning, celana gulat berwarna putih yang dihiasi sulaman bermotif binatang dan bunga serta mengenakan sepatu lars Mongol. Pegulat dalam pertandingan boleh menubruk, menarik, mendorong dan menjegal, tapi tidak boleh memeluk kaki lawan. Yang jatuh lebih dulu atau bagian lain di atas lutut lebih dulu menyentuh lantai dianggap kalah.

Selain gulat dan pacuan kuda, memanah adalah nomor olah raga yang digemari etnis Mongol. Dulu, anak panah diarahkan ke sasaran terbuat dari kulit yang terletak agak jauh. Kini, pertandingan panahan mengadakan nomor beregu dan perseorangan. Pemanah melepaskan anah panah dengan posisi berdiri ke target sejauh beberapa meter, yang mendapat poin lebih banyak dinyatakan sebagai pemenang.

1. Gasing

Permainan gasing hampir terdapat di seluruh wilayah di Indonesia. Permainan ini biasanya

dimainkan oleh anak laki-laki berusia 7-17 tahun, bisa dilakukan perorangan maupun beregu.

Gasing biasanya terbuat dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa dengan bagian yang lancip di

bagian bawahnya. Permainan ini bersifat kompetitif, mengadu ketangkasan dan keterampilan

dalam memutar gasing.

2. Congklak

Permainan congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua orang yang biasanya

perempuan. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu dengan

panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm. Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang disebut induk.

Diantar keduanya terdapat lubang yang lebih kecil dari induknya berdiameter kira-kira 5 cm.

Setiap deret berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang kecil tersebut diisi dengan kerang atau

biji-bijian sebanyak 7 buah.

Cara bermainnya adalah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang bagian sisi milik kita

kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu persatu ke lubang yang dilalui termasuk lubang induk

milik kita (lubang induk sebelah kiri) kecuali lubang induk milik lawan, jika biji terakhir jatuh di

lubang yang terdapat biji-bijian lain maka bijian tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi

lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji terakhir jatuh kelubang yang kosong. Jika

biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan yang melakukan

permainan. Permainan ini berakhir jika biji-bijian yang terdapat di lubang yang kecil telah habis

dikumpulkan. Pemenangnya adalah anak yang paling banyak mengumpulkan biji-bijian ke lubang

induk miliknya. Permainan ini merupakan sarana untuk mengatur strategi dan kecermatan.

3. Batok Kelapa

Pada permainan batok kelapa alat yang dipergunakan adalah dua buah batok kelapa yang dibagi

dua sehingga berbentuk setengah bola. Pada bagian tengahnya dilubangi dan dipasangi tali yang

menghubungkan antara satu batok dengan batok lainnya sepanjang kira kira 1,5 - 2 meter.

Permainannya adalah berlomba secepat mungkin berjalan menggunakan batok kelapa tadi dari

satu sisi lapangan ke sisi lapangan lainnya. Orang yang paling cepat ia lah yang menjadi

pemenangnya.

4. Egrang

Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana

asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti : sebagian

wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang

dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang

berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang

berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di

Kalimantan Selatan disebut batungkau.

Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50cm dari

bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20cm. Cara

memainkannya adalah dengan berlomba berjalan menggunakan egrang tersebut dari satu sisi

lapangan ke sisi lainnya. Orang yang paling cepat dan tidak terjatuh dialah pemenangnya.

5. Benteng/bentengan/pal-palan/pris-prisan

permainan terdiri dari 2 kelompok, inti dari permainan ini adalah banyak2an siapa yang berhasil

menduduki benteng lawan ( dengan simbolnya menyentuh benteng lawan ). Setiap team akan

menjaga bentengnya benteng ( bentuk dan bendanya terserah, biasanya tiang listrik, pohon,

tembok, dll ) sekaligus menyerang benteng lawan. Setiap penyerang yang sudah jauh

meninggalkan bentengnya, akan bisa ditangkap oleh penjaga, dan jika tertangkap penyerang akan

menjadi tawanan. Dan harus di selamatkan oleh kawannya untuk bisa bermain lagi. kelompok

yang berhasil lebih banyak mendudukin benteng lawan, itu lah yang menang.

6. Petak Umpet

Petak Umpet adalah permainan rakyat tradisional umum di Seluruh pelosok Indonesia dari Sabang

sampai Merauke sejak dulu kala. Siapa saja boleh ikut, tetapi biasanya peserta permainan antara

lima sampai sepuluh orang, karena bersifat mencari kawan yang bersembunyi, maka tidak terlalu

banyak yang menjadi bagian dari permainan ini. Dari seluruh pemain akan bermain hompipa

sampai habis dan tinggal dua orang saja. Setelah tinggal dua orang, maka masing masing

melakukan suit dan yang kalah menjadi si pencari teman teman yang bersembunyi. Si pencari

menutup mata atau menempel pada salah satu media (tembok,pohon,tiang,dll) sebagai sarana

bentengnya. Di hitung satu sampai sepuluh, maka semua anggota harus berlari mencari

persembunyiannya, setelah hitungan ke sepuluh maka si pencari teman mulai mencari teman yang

bersembunyi sampai menemukan total anggota yang bersembunyi.

7. Uler Naga

Permainan berkelompok yang dimainkan oleh minimal 4-5 orang, 2 orang sebagai pembuat

gerbang (kiri-kanan), yang lainnya netral berbaris melingkar membentuk angka 8 melewati

gerbang yang di buat. Anak yang tepat berada di tengah-tengah gerbang pada saat lagu berakhir

akan di tutup dan di berikan pilihan rahasia untuk bergabung dengan kelompok gerbang kiri atau

gerbang kanan. Siapa yang pengikutnya paling banyak dia lah yang menang, dan yang kalah harus

menangkap orang yang paling belakang dari lawannya.

8. Boy-boyan

Permainan tradisonal dengan total lima sampai sepuluh orang. Model permainannya yaitu

menyusun lempengan batu, biasanya diambil dari pecahan genting atau pocelen yang berukuran

relatif kecil. Bolanya bervariasi, biasanya terbuat dari buntalan kertas yang dilapisi plastik, empuk

dan tidak keras, sehingga tidak melukai. Satu orang sebagai penjaga lempengan, yang lainnya

kemudian bergantian melempar tumpukan lempengan itu dengan bola sampai roboh semua.

Setelah roboh maka penjaga harus mengambil bola dan melemparkannya ke anggauta lain yang

melempar bola sebelumnya. Yang terkena lemparan bola yang gatian menjadi penjaga

lempengannya.