Permainan Tradisional Kelompok 4

11
PERMAINAN TRADISIONAL Marraga dan Jamura DISUSUN OLEH : 1. KHOIRUL NISA K7113121 2. MARIANA K7113136 3. MUHAMMAD NUR ARIFIN K7113147 4. NOVIA EKASARI K7113157 5. NUR LAILA MUBAROKAH K7113160 6. RENY ATIKA RAHMAWATI K7113179 Kelompok 4 1C-PGSD

description

moga bermanfaat

Transcript of Permainan Tradisional Kelompok 4

Page 1: Permainan Tradisional  Kelompok 4

PERMAINAN TRADISIONAL

Marraga dan Jamura

DISUSUN OLEH :

1. KHOIRUL NISA K7113121

2. MARIANA K7113136

3. MUHAMMAD NUR ARIFIN K7113147

4. NOVIA EKASARI K7113157

5. NUR LAILA MUBAROKAH K7113160

6. RENY ATIKA RAHMAWATI K7113179

Kelompok 4 1C-PGSD

Page 2: Permainan Tradisional  Kelompok 4

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan Menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami

sebagai penyusun makalah ini mengucapkan puji syukur kehadirat-Nya atas rahmat, karunia

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan bahan pokok

“PERMAINAN TRADISIONAL”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas yang di

telah diberikan oleh Bapak Matsuri selaku dosen pengampu mata kuliah Penjaskes.

Kami tidak pungkiri bahwa tugas yang kami buat ini masih banyak kekurangan. Akan

tetapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan tugas ini dengan

sebaik mungkin.

Menyadari hal di atas, untuk melengkapimakalah yang masih kurang dan mengurangi

yang berlebihan, kami sangat mengharapkan masukan dari pembaca agarmakalah selanjutnya

yang akan kami buat dapat lebih baik dari sebelumnya sehingga kita semua tetap menjadi

lebih baik dari hari kemarin dengan saling memperingatkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 01 januari 2014

Penulis

(Kelompok 4)

Page 3: Permainan Tradisional  Kelompok 4

DAFTAR ISI

Halaman Cover ................................................................................................................ 1

Kata Pengantar ................................................................................................................ 2

Daftar Isi .......................................................................................................................... 3

Isi ...................................................................................................................................... 4

Permainan Marraga ...................................................................................................... 4

Jamuran ........................................................................................................................ 6

Page 4: Permainan Tradisional  Kelompok 4

~ ISI ~

1. Permainan Marraga

Asal Usul

Marraga berasal dari kata Bugis, sedangkan orang Makassar, Sulawesi Selatan,

sering menyebut permainan ini dengan akraga (olahraga). Marraga termasuk jenis

permainan yang memadukan unsur olah raga dan seni. Permainan ini memerlukan

kecekatan, ketangkasan dan kelincahan. Permainan yang berasal dari Malaka ini,

konon hanya dilakukan oleh para bangsawan Bugis saat diadakannya upacara-upacara

resmi kerajaan seperti, pelantikan raja dan perkawinan anggota kerajaan. Versi yang

lain menyebutkan bahwa permainan ini berasal dari Pulau Nias (Sumatera Utara).

Dewasa ini marraga bukan hanya dimainkan oleh para bangsawan, tetapi juga oleh

orang kebanyakan.

Pemain

Marraga umumnya dimainkan oleh pria, baik remaja maupun dewasa. Dalam

satu permainan jumlah pemainnya 5-15 orang.

Tempat dan Peralatan Permainan

Permainan ini dilakukan pada sebidang tanah datar yang permukaannya dibuat

lingkaran dengan garis tengah minimal 6 meter. Peralatan yang digunakan adalah

raga, yaitu sejenis bola yang terbuat dari rotan yang dibelah-belah, diraut halus

kemudian dianyam. Alat ini umumnya berdiameter 15 cm. Adakalanya gendang

dipergunakan untuk mengiringi jalannya permainan.

Aturan dan Proses Permainan

Peraturan permainan marraga dapat dikatakan sederhana, yaitu pemain (jika

menerima raga dari pemain lain) harus melambungkan raga tersebut agar jangan

sampai terjatuh sebelum dioperkan pada pemain lainnya. Cara melambungkan raga

adalah dengan menggunakan kaki, tangan, bahu, dada, dan anggota tubuh lainnya,

tetapi tidak boleh di pegang. Tinggi dan rendahnya lambungan raga ada yang dapat

Page 5: Permainan Tradisional  Kelompok 4

mencapai 3 meter dari permukaan tanah secara tegak lurus (sempak sarring/anrong

sempak); ada yang sedikit melampaui kepala (sepak biasa); dan ada yang di bawah

pusar (sempak caddi). Hal itu bergantung keinginan dan keahlian pemain. Orang yang

dianggap mahir (niak sempakna atau niak belona), selain dapat mempertahankan raga

agar tidak jatuh ke tanah, juga dapat melambungkan raga sesuai dengan persyaratan

permainan (bajiki anrong sempakna), yaitu: (1) pintar mengambil raga, disiplin dan

mampu menghidupkan suasana bermain (caraddeki anggalle raga); dan (2)

sepakannya bervariasi dan sulit ditiru oleh pemain lainnya (jai sempak masagalana).

Sebelum permainan dimulai, para pemain berdiri membentuk lingkaran. Salah

seorang pemain (termahir) memegang raga kemudian melambungkannya. Pemain

yang posisinya pas dengan jatuhnya raga, maka dia yang harus memulai permainan.

Selanjutnya, raga dioperkan pada pemain lain dalam lingkaran tersebut, demikianlah

seterusnya secara bergiliran. Sebagai catatan, seorang pemain tidak boleh

memonopoli permainan dan menyerobot kesempatan bermain pemain lain. Dalam hal

ini berlaku asas pemerataan kesempatan bagi para pemain untuk menunjukkan

keahliannya masing-masing. Pertandingan dianggap selesai jika bola jatuh ke tanah.

Pemain yang menjatuhkannya dapat dikeluarkan sebelum permainan dimulai kembali

seperti semula.

Nilai Budaya

Nilai yang terkandung dalam permainan marraga adalah kerja keras, kerja sama,

kecermatan, demokrasi dan sportivitas. Nilai kerja keras dan kerja sama tercermin dari

usaha para pemain untuk menjaga dengan berbagai macam cara agar raga tidak jatuh

ke tanah. Nilai kecermatan tercermin dari usaha para pemain untuk melambungkan

atau menyepak raga ke sasaran yang dituju, sehigga raga tidak keluar dari arena

permainan. Nilai demokrasi tercermin dari tidak adanya pemonopolian atau

penyerobotan kesempatan pemain lain. Jadi, para pemain diberi kesempatan untuk

menunjukkan keahliannya. Dan, nilai sportivitas tercermin dari pemain yang dengan

lapang dada keluar arena karena menjatuhkan raga ke tanah.

Page 6: Permainan Tradisional  Kelompok 4

1. Jamuran

Asal usul

Dari segi istilah, kiranya nama jamuran diambil dari nama tumbuhan jamur.

Jamur yang berbentuk seperti payung bulat itulah yang menjadi inspirasi nama

dolanan jamuran. Berarti jamuran adalah sebuah nama dolanan, yang permainannya

membentuk lingkaran seperti jamur. Maka anak-anak menyebutnya dengan dolanan

jamuran.

Pemain

Jamuran bisa dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan. Biasanya dimainkan

oleh empat anak atau lebih. Sementara umur anak-anak yang bermain dolanan ini

setingkat usia TK sampai SD, sekitar 6-13 tahun. Jika ada anak di bawah usia 6 tahun

ikut, biasanya dianggap pupuk bawang atau dianggap cuma ikut-ikutan, karena

dianggap belum paham tentang cara bermain yang sesungguhnya. Dolanan jamuran

ini, dulu sering dimainkan di saat waktu senggang di hari libur di saat pagi, sore, atau

malam hari ketika bulan purnama.

Aturan dan Proses Permainan

Dimainkan oleh empat orang anak atau lebih, mula-mula ditentukan dulu siapa

yang akan menjadi pemain ditengah lingkaran, atau biasa disebut sing dadi.

Selanjutnya semua anak bergandengan tangan membentuk lingkaran

mengelilingi sing dadi, mereka bergerak sambil menyanyikan lagu jamuran, yang

syairnya seperti berikut :

Jamuran

Jamuran ya gegethok

Jamur apa ya gegethok

Jamur gajih mbejijih sa’ara-ara

Sira badhe jamur apa?

            

Page 7: Permainan Tradisional  Kelompok 4

Sing dadi menyebut salah satu jenis jamur, lalu anak yang lain melakukan

sesuatu sesuai jenis jamur itu, misal:

a. Jamur parut.

Semua anak kecuali sing dadi menjulurkan salah satu telapak kaki. Kemudian

anak sing dadi menggelitik telapak kaki anak yang lain, berusaha membuatnya geli

sehingga tak dapat lagi menahan tawa, kemudian anak yang tak tahan geli ini

menggantikan posisi anak sing dadi. 

b. Jamur kethek menek

Dalam permainan ini anak-anak harus segera berdiri diatas benda tertentu sebelum

anak sing dadimenyentuhnya

c. Jamur kursi

Dimana anak- anak harus dalam posisi setengah jongkok meniru kursi, anaksing

dadi nglungguhi anak- anak yang lain, apabila ada yang tidak tahan, berarti ia

menggantikan posisi sing dadi.

d. Jamur pawon

Anak-anak meniru posisi tungku tradisional dengan posisi tubuh seperti merangkak

tetapi diam ditempat. Sing dadi berpura – pura sebagai kayu yang masuk dibawah

perut anak-anak yang lain, kemudian mengangkatnya. Anak-anak yang menjadi

pawon harus mempertahankan posisi mereka bila mereka tidak mau dadi.

e. Jamur kendil borot atau jamur pipis

Dimana sing dadi menyebutkan jenis jamur kendil borot setelah menyanyikan lagu

jamuran, kemudian anak-anak yang lain harus kencing, kalau tidak berarti ia

menggantika posisi sing dadi.

Nilai budaya

            Permainan ini mempunyai banyak fungsi dalam melatih berbagai aspek

kecerdasan anak-anak, seperti kecerdasan musik saat melagukan lagu jamuran,

kemudian kecerdasan dalam menanggapi gerak atau merespon gerak, kecerdasan

antar personal, dimana anak-anak saling bersosialisasi satu sama lain. Kecerdasan

natural saat anak-anak juga bersosialisasi dengan lingkungan dan alam sekitar saat

bermain jamuran, serta menirukan gerakan-gerakan saat bermain jamuran. Tidak

ketinggalan juga kecerdasan bahasa, karena dalam permainan ini terkadang diselingi

dengan dialog antar pemain secara spontan.