PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI kamojang.pdfPT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) Area...

35
PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG, JAWA BARAT A. GAMBARAN UMUM

Transcript of PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI kamojang.pdfPT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) Area...

PERLINDUNGAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG,

JAWA BARAT

A. GAMBARAN UMUM

PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) Area Kamojang mempunyai komitmen

yang kuat dalam upaya perlindungan Keanekaragaman Hayati. Hal ini dapat dilihat

dari salah satu item pada kebijakan perusahaan, dibentuknya Tim Perlindungan

Keanekaragaman Hayati serta tersedianya dana yang mencukupi untuk kegiatan ini.

Komitmen PT. PGE Area Kamojang untuk perlindungan

keanekaragaman hayati tertuang dalam kebijakan di tingkat

unit. Kebijakan Perusahaan PGE Area Kamojang terbaru telah

ditandatangani oleh pimpinan tertinggi, yaitu General

Manager pada tanggal 28 Mei 2018. Dalam point No. 5 yang

tertulis "Komitmen untuk melaksanakan konservasi

sumberdaya, efisiensi energi (peningkatan efisiensi

penggunaan peralatan yang ramah lingkungan), efisiensi air,

penurunan beban pencemaran dari air limbah, pengurangan

emisi, (pencemar udara konvensional dan gas rumah kaca),

pengurangan serta pemanfaatan limbah B3 dan limbah padat

Non-B3, perlindungan keanekaragaman hayati, pencegahan

kerugian dan senantiasa melakukan upaya peningkatan

berkelanjutan terhadap sistem Manajemen Mutu, Kesehatan

& Keselamatan Kerja dan Lingkungan serta Keamanan di setiap

aspek".

Kebijakan PGE Area Kamojang ini merupakan turunan dari

Kebijakan Manajemen Pertamina (persero) dan Pertamina

Geothermal Energy (PGE), dan kebijakan senantiasa

disosialisasikan kepada seluruh pekerja, mitra kerja dan

kontraktor.

Selain itu PGE Kamojang secara khusus menyusun kebijakan lingkungan yang telah terbit

di bulan mei 2018, dimana aspek keanekaragaman hayati berada pada poin 9

"Melakukan upaya perlindungan keanekaragaman hayati insitu, konservasi eks-situ, atau

restorasi dan rehabilitasi berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait di bidang

perlidungan keanekaragaman hayati"

Tim Perlindungan Keanekaragaman Hayati terdiri dari fungsi HSSE dan fungsi

Governmet dan Public Relation. Tim Perlindungan keanekaragaman Hayati ini

mempunyai tugas untuk menyusun Rencana dan strategi Program perlindungan

keanekaragaman hayati jangka panjang (5 Tahun) yang kemudian di perjelas dalam

program tahuanan, serta melakukan kerjasama dengan stakeholder dan melakukan

publikasi tentang perlindungan keanekaragaman Hayati yang sudah dilakukan di

Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) Kamojang.

Gambar 1. Kebijakan Perusahaan PGE Area Kamojang

Gambar 2. Kebijakan Lingkungan

PGE Area Kamojang Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic, Indonesian

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic, Indonesian

PGE Area Kamojang mempunyai komitmen yang kuat di dalam perlindungan

keanekaragaman hayati dengan menetapkan area konservasi keanekaragaman hayati

sesuai Surat Keputusan General Manager PGE Kamojang SK-001/PGE240/2018-S0 tanggal

21 April 2018 sebagai area yang akan dilindungi keanekaragaman hayatinya, tidak terbatas

pada area Reboisasi/ Penghijauan, Area Pembibitan/ Nursery Kamojang, Pusat Konservasi

Elang Kamojang (PKEK). Penetapan area perlindungan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) ini

adalah berdasarkan superposisi peta atas Wilayah Kerja Pengusahaan panasbumi (WKP),

serta dokumen kajian studi AMDAL tahun 2003, 2005 dan 2011 (Gambar 3).

Gambar 3. Penetapan Area Perlindungan Keanekaragaman Hayati PGE Area Kamojang

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Selain itu, PGE Area Kamojang secara khusus berpartisipasi aktif dalam konservasi

keanekaragaman hayati pada program pembangunan "Pusat Rehabilitasi Elang Kamojang"

seluas 11,4 Ha di Kawasan Taman Wisata Alam Kamojang (koordinat S: 07o 10' 8.3" & E:

107o 47' 58.4"), dimana di dalamnya terdapat rangkaian proses untuk rehabilitasi berbagai

jenis elang

B. PROGRAM PERLINDUNGAN FLORA

B.1 Program 5 P

PT PGE Area Kamojang yang beroperasi memproduksikan uap panas bumi di wilayah kerja

panas bumi di Desa Laksana, Kabupaten Bandung saat ini berdampingan dengan wilayah

hutan konservasi dan hutan wisata alam yang didalamnya hidup berbagai flora endemis

yang wajid dijaga kelestariannya termasuk ekosistem lingkungan pendukung. Sesuai dengan

UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,

sumber daya alam hayati perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras dan serasi

bagi kesinambungan ekosistem lingkungan.

Sebagai Perusahaan yang bergerak di bidang Energi Baru dan Terbarukan (EBT) PT PGE Area

Kamojang sangat bergantung kepada ekosistem lingkungan yang baik untuk menjaga

pasokan dan resapan air agar kontinuitas produksi uap panas bumi dapat terus

dipertahankan. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembalakan liar, pembukaan

lahan ataupun kebakaran hutan dapat berakibat pada hilangnya daya dukung ekosistem

lingkungan dan dapat berdampak pada kepunahan flora endemis.

Untuk mendukung perlindungan flora serta memenuhi pelaksanaan UU No.5 Tahun 1990

tentang konservasi Sumber Daya Alam dan ekosistemnya, PT PGE Area Kamojang

menerapkan beberapa program unggulan di bidang perlindungan flora dengan melibatkan

stakeholder-stakeholder terkait sebagai pemangku kepentingan baik dari pihak pemerintah,

perusahaan, dan masyarakat sekitar.

Program Perlindungan Flora dengan mengenalkan program 5 P (Pembibitan, Pengomposan,

Penanaman, Pemeliharaan dan Pemantauan).

Adapun tujuan yang ingin bertujuan untuk melakukan perlindungan flora endemis dan

mempertahankan ekosistem lingkungan di wilayah hutan konservasi dan hutan wisata alam

yang berdampingan dengan wilayah kerja PT PGE Area Kamojang. Inisiasi awal dilakukan

bekerjasama dengan ahli biologi dari universitas untuk mengidentifikasi tanaman-tanaman

endemis dan mengetahui pola tanam tumbuh dari tanaman endemis tersebut.

Tujuan Program

Tujuan yang ingin dicapai dari implementasi Program 5 P adalah :

Formatted: Superscript

Formatted: Superscript

Formatted: CM9, Space After: 14.25 pt

1. Sebagai upaya utama perlindungan tanaman-tanaman endemik di wilayah hutan

konservasi dan hutan wisata alam di sekitar wilaya area Kamojang, termasuk

mempertahankan ekosistem lingkungan di wilayah hutan konservasi dan hutan

wisata alam yang berdampingan dengan wilayah kerja PT PGE Area Kamojang

2. Sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam bentuk usaha kegiatan

pembibitan, pengomposan, penanaman, pemeliharaan dan usaha-usaha lainnya

yang dapat mendukung upaya penghijauan dan perlindungan flora yang dilakukan

perusahaan.

3. Bentuk community development di wilayah kerja CSR PT. PGE Area Kamojang

4. Memastikan hutan Kamojang dapat terjaga kelestariannya dan menjadi habitat yang

baik bagi flora fauna endemik Kamojang

5. Mengubah pola perilaku masyarakat yang masih bergantung pada penebangan

hutan untuk berkebun ataupun untuk kebutuhan rumah tangga lainnya, dan

menyadarkan masyarakat akan pentingnya memelihara ekosistem lingkungan dan

penghijauan

Program implementasi 5 P dilakukan dengan melibatkan masyarakat di sekitar wilayah area

Kamojang, dalam bentuk Pokja (Kelompok Kerja) Tani dan Lembaga Karang Taruna Desa

untuk ikut andil dalam program 5 P baik dalam kegiatan pembibitan, pengomposan,

penanaman, dan pemeliharaan. Tujuan utama dari program 5P ini untuk memelihara

tanaman-tanaman endemis untuk menjaga ekosistem lingkungan di kawasaan hutan

konservasi dan hutan Taman Wisata.

Inisiasi awal dilakukan bekerjasama dengan ahli biologi dari universitas untuk

mengidentifikasi tanaman-tanaman endemis dan mengetahui pola tanam tumbuh dari

tanaman endemis tersebut.

PT PGE Area Kamojang dalam implementasi programnya kerja bekerja sama dengan

pemangku kepentingan telah dilakukan, diantara nya melalui kerjasama dengan wilayah

diantaranya BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)) dan Perum Perhutani,

termasuk dengan pemangku kepentingan wilayah administrasi Kabupaten Bandung dan

Kabupaten Garut.

Tahapan pelaksanaan 5 P

Langkah-langkah pelaksanaan 5 P dijabarkan melalui Gambar 14 sbb :

Formatted: Indent: Before: 0"

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Not Bold

Gambar 14: Implementasi 5 P

Tujuan Program

Tujuan yang ingin dicapai dari implementasi Program 5P adalah :

1. Sebagai upaya utama perlindungan tanaman-tanaman endemis di wilayah hutan

konservasi dan hutan wisata alam di sekitar wilaya area Kamojang

2. Sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam bentuk usaha kegiatan

pembibitan, pengomposan, penanaman, pemeliharaan dan usaha-usaha lainnya

yang dapat mendukung upaya penghijauan dan perlindungan flora yang dilakukan

perusahaan.

3. Bentuk community development di wilayah kerja CSR PT. PGE Area Kamojang

4. Memastikan hutan Kamojang dapat terjaga kelestariannya dan menjadi habitat yang

baik bagi flora fauna endemik Kamojang

5. Mengubah pola perilaku masyarakat yang masih bergantung pada penebangan

hutan untuk berkebun ataupun untuk kebutuhan rumah tangga lainnya, dan

menyadarkan masyarakat akan pentingnya memelihara ekosistem lingkungan dan

penghijauan

1. Pembibitan (Nursery)

Program nursery mulai dilakukan di PT. PGE Area Kamojang sejak tahun 2011 dan

berlangsung sampai saat ini, dengan pertimbangan bahwa kebutuhan bibit pohon endemik

Kamojang sangat banyak, sedangkan ketersediaan bibit pohon sangat sulit didapatkan di

pasaran. Kalaupun ada di pasaran, biasanya ukurannya tidak sesuai dengan kebutuhan dan

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic, Indonesian

harganya cukup tinggi. Sementara dengan pembibitan sendiri, PGE Area Kamojang dapat

mengatur jumlah bibit pohon yang akan ditanam serta ukuran bibit pohon tersebut.

Implementasi kegiatan 5P terlihat pada gambar 5.

Beberapa tanaman endemis yang diidentifikasi di area wilayah Kamojang, diantaranya

Ki Beureum, Ki Huru, Ki Peutag, Ki Tambaga, Ki Puspa, Ki Manglid, Ki Caninten, Ki Amis, Ki

Honje, Ki Ara (Ficus Sp.), Kondang (Ficus variagate) dan Ki Hujan (Engelhardia spicata) yang

merupakan habitat bagi Elang Jawa.

Gambar 25: Implementasi 5 P

Di antara banyak jenis bibit yang ditumbuhkembangkan di nursery ini, terdapat 2 jenis

tumbuhan langka lokal yang menurut verifikasi tim biologi dari Universitas Gajah Mada

(UGM) tahun 2013 yang harus dilestarikan, yaitu Ki Hujan dan Ki Ara. Menurut laporan,

pohon Ki Ara yang merupakan endemik di Kamojang sudah sangat sulit ditemui, meskipun

ditemui jumlahnya sangat sedikit dan sangat tua, bahkan tim biologi UGM sudah

menyatakan bahwa pohon jenis ini hampir punah secara lokal. Sedangkan pohon Ki Hujan

dikatakan sangat sulit berkembang meskipun bibitnya tersebar di banyak tempat di

Kamojang. Kajian lainnya, dilakukan melalui dSedangkan dari hasil kajianari Universitas

Padjadjaran (UNPAD) terbaru di tahun 2017 diketahui bahwa pohon Kondang yang memiliki

fungsi sebagai tanaman penahan longsor pun masuk dalam kategori pohon endemik langka

dimana pohon yang tumbuh secara alami hanya ditemukan 3 individu di area Kamojang.

Untuk itu, PT. PGE Area Kamojang berinisiatif untuk memperbanyak bibit Ki Ara, Ki Hujan

dan Kondang.

Jenis-jenis untuk pembibitan pohon alam diperoleh dari pengumpulan biji-biji tumbuhan

pohon alam yang jatuh ke tanah. Pengambilan bibit dilakukan pada musim kemarau saat

tumbuhan menghasilkan buah yaitu antara bulan Agustus-September. Biji tumbuhan

tersebut kemudian dikeringkan dan ditanam dengan teknik penanaman tertentu.

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: CM8, Justified, Space After: 33.35 pt, Linespacing: Multiple 1.15 li

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di Nursery PT PGE Area Kamojang

Jenis-jenis tumbuhan beserta jumlahnya yang terdapat pada Nursery PT PGE Area Kamojang

2. Pembuatan Kompos

Selain pembibitan pohon alam, pada nursery juga terdapat ruang pengomposan. Sumber

kompos berasal dari sampah dedaunan dan rumput yang kemudian diolah menjadi kompos

padat. Hasil pengomposan ini digunakan sebagai pupuk yang dicampurkan pada media

tanam bibit. Media tanam bibit umumnya menggunakan cocopeat.

Jenis pupuk ini tidak selalu sama antara jenis

pohon satu dengan yang lainnya. Akan tetapi

khusus untuk jenis pupuk kompos, cocok untuk

semua jenis pohon. Di PT. PGE Area Kamojang,

pemanfaatan pupuk kompos ini sangat

dominan, terutama pemeliharaan bibit pohon.

Gambar 6. Kegiatan produksi kompos organik di PGE Area Kamojang

Formatted: Justified

Formatted: Font: Times New Roman, Indonesian

Formatted: Normal, Left, Line spacing: single

Formatted: Font: Italic

Formatted: Centered

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic, Indonesian

3. Penanaman Bibit Pohon

Setelah bibit pohon di area pembibitan (Nursery) berumur berumur 8-10 bulan dengan

tinggi sekitar 50-100 cm, bibit pohon sudah siap untuk ditanam di Hutan Kamojang. Untuk

kegiatan penanaman dilakukan di area hutan konservasi dan hutan wisata alam sesuai

pemetaan bersama dengan pihak BKSDA dan Perhutani.

Untuk kegiatan penanaman dan pemeliharaan, PT PGE Area Kamojang melibatkan pokja dan

kelompok karang taruna dari desa dan dusun setempat, karena disamping sebagai bagian

dari pemberdayaan ekonomi masyarakat juga sebagai bentuk edukasi agar kegiatan

perlindungan flora yang dilakukan oleh PT PGE Area Kamojang juga berdampak terhadap

kegiatan penghijauan di lingkungan masyarakat.

PT PGE Area Kamojang telah melakukan upaya rehabilitasi lahan akibat kebakaran yang

terjadi di hutan alam sekitar sumur-sumur produksi Kamojang, yaitu pada KMJ 32, KMJ 31,

KMJ 53, KMJ 52, KMJ 45. Pada tahun 2016, PT PGE Area Kamojang melakukan penanaman

20 ribu tumbuhan pohon alam seperti ki bereum, kibeusi, huru ki honje, manglid jalaprang,

kayu manis, cerem, dan huru ki sawo. Metode penanaman menggunakan metode miyawaki.

Bibit ini diambil dari nursery internal PT PGE.

Gambar 6. Penghijauaan pada transek KMJ 32. (Kiri : semai-semai tumbuhan alam yang

ditanam dengan metode miyawaki. Kanan: Semai Jenis Kibereum)

Penanaman pohon di Kamojang mulai aktif dilakukan sejak tahun 1996. Adapun data

penanaman pohon dari tahun 2008 sampai dengan 2017 meningkat seperti terlihat pada

grafik berikut.

Formatted: Font: Italic

Grafik 1. Kumulatif Penanaman Pohon di PGE Area Kamojang

Pasca reboisasi, PGE Kamojang

senantiasa melakukan monitoring

pertumbuhan pohon secara berkala.

Untuk memastikan / evaluasi atas

kegiatan reboisasi yang dilakukan,

apakah membutuhkan tambal sulam

atau tidak untuk menjaga tingkat

keberhasilannya (gambar 7).

Tingkat keberhasilan penanaman pun

terus meningkat dari tahun ke tahun dan

terus dipertahankan seperti terlihat pada

Ggrafik 2 berikut.

Grafik 2. Tingkat keberhasilan penanaman

Selain menanam pohon di area operasi, PT. PGE Area Kamojang juga memberikan

sumbangan bibit pohon ke instansi-instansi pemerintah dan masyarakat sekitar yang

membutuhkannya.

Gambar 7. Lokasi monitoring Area Penghijauan setelah 25 hari penanaman

Formatted: Space After: 0 pt

Formatted: Font: (Default) Calibri Light, Italic

Formatted: Default, Space After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: (Default) Calibri Light

Formatted: Font: (Default) Calibri Light

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic, Indonesian

4. Pemeliharaan Reboisasi

Pemeliharaan penghijauan merupakan kegiatan yang rutin dilakukan. Kegiatan ini dilakukan

ratarata 1-3 kali setahun dengan melibatkan masyarakat sekitar. Adapun kegiatan

pemeliharaan ini diantaranya dengan membersihkan rumput-rumput disekitar pohon,

kemudian memberikan pupuk yang sesuai.

Sejak tahun 2013, metode pemeliharaan reboisasi di Kamojang akan dirubah dengan lebih

mengaktifkan peran serta warga sekitar, diharapkan warga akan merasa memiliki pohon-

pohon tersebut sehingga akan merawat dengan sebaik-baiknya dan apabila ditemukan ada

bibit pohon yang mati, warga akan menyulami dengan bibit pohon yang baru.

Keterlibatan Masyarakat dan Instansi lain pada keanekaragaman hayati

Nursery PT PGE Area Kamojang memiliki peran yang sangat penting bagi upaya konservasi

tumbuhan alami “(Indigenous plant”) pada hutan alam Kamojang. Peranannya sebagai

penyedia bibit khususnya untuk internal PT PGE Area Kamojang sendiri dan secara umum

untuk instansi dan Lembaga masyarakat diluar instansi PT PGE Area Kamojang.

PT PGE Area Kamojang melalui nursery telah memberikan lebih kurang 50 ribu bibit

tanaman pohon alam kepada Karang Taruna Desa Laksana untuk ditanam pada daerah

rehabilitasi yaitu pada KMJ 23, dan 31. Selain pada Lembaga disekitar wilayah Kamojang,

permintaan bibit kepada nursery PT PGE Area Kamojang juga datang dari Lembaga dan

Instansi daerah diluar wilayah Kamojang seperti daerah Ibun, Koramil, BKSDA Kamojang,

Garut dan PKEK.

Penerima Manfaat Program

Program 5 P yang diinisiasi oleh PT PGE Area Kamojang menyasar masyarakat sekitar area

kamojang sebagai target program agar mereka ikut memelihara dan menjaga areal hutan

konservasi dan hutan taman wisata yang ada disekitar wilayah Kamojang. Penerima manfaat

dari program 5P ini bisa berupa kelompok masyarakat yang terbentuk dalam pokja tani,

lembaga karang taruna, dan petani-petani penghasil bibit dan kompos. Di samping

masyarakat tani sekitar, penerima manfaat program 5P lainnya adalah BKSDA selaku

otoritas pengelola hutan konservasi, Perum Perhutani bertanggung untuk mengelola hutan

taman wisata dan juga Pusat Konservasi Elang Kamojang.

Pelaksanaan Kegiatan Program 5 P

Untuk kegiatan Program 5P, PT PGE terlebih dahulu bekerjasama dengan para Ahli Biologi

dari Universitas Gajah Mada (2013) untuk melakukan identifikasi dan pemetaan tanaman-

tanaman endemis wilayah Kamojang, sekaligus mengamati pola tumbuh tanam agar pada

saat pembibitan nanti tingkat keberhasilan yang diinginkan dapat tercapai. Sedangkan pada

tahun 2016 dan 2017 dilakukan kajian khusus tnaman lokal endemik langka oleh Universitas

Padjajaran.

Kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka program 5 P diantaranya adalah

sebagai berikut;

1. Pemetaan dan identifikasi tanaman-tanaman endemis di wilayah Kamojang, sekaligus

pengamatan pola tumbuh tanam untuk rencana pembibitan.

2. Pembibitan pohon endemis kamojang.

3. Pemetaan rencana area tanam berkoordinasi dengan pihak BKSDA (Balai Konservasi

Sumber Daya Alam) dan Perum Perhutani serta Dinas Kehutanan Kabupaten.

4. Kegiatan penanaman bersama dengan kelompok kerja (pokja) masyarakat sekitar

wilayah Kamojang, dan Lembaga Karang Taruna Desa Laksana.

5. Pemeliharaan tanaman, termasuk didalamnya melakukan pemupukan dengan membeli

pupuk kandang dari masyarakat setempat, dan melibatkan masyarakat desa untuk

melakukan pemeliharaan bersama.

6. Pemantauan blok tanam, dengan melakukan observasi berkala baik dengan

menggunakan drone untuk pengamatan udara, dan pengamatan langsung di lapangan

untuk mengetahui tanaman yang hidup dan tanaman yang sudah mati.

5. Keterlibatan dalam Satuan Petugas Pemadam Kebakaran Hutan Kamojang

Keanekaragaman hayati yang ada di Hutan

Kamojang rawan terusik dan hilang, hal ini

dikarenakan rawan terjadinya kebakaran hutan

terutama dimusim kemarau, untuk itu bersama

dengan para stakeholder setempat dalam satgas

gabungan PGE Kamojang, PT IP, Kecamatan,

Polsek, Koramil, BBKSDA, Perhutani dan

masyarakat, berkomitmen untuk bersama-sama

melakukan pencegahan dan pemadaman karhut.

B.2 Program Inovasi KEHATI aspek Flora

a. Kultur Jaringan Anggrek

Gambar 8. Ilustrasi kebakaran hutan Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic

Formatted: Font: (Default) Calibri, 7 pt, Italic, Indonesian

Salah satu inovasi yang dikembangkan

tahun 2015-2016 adalah program

sterilisasi media kultur jaringan anggrek

dengan uap buangan dari jalur pipa blow

down. Kegiatan ini mensubstitusikan

penggunaan LPG sebagai bahan bakar

untuk proses sterilisasi media tanam

dengan uap geothermal yang lebih ramah

lingkungan. PGE mengembangkan alat

sterilisasi yang dapat dimanfaatkan oleh

petani anggrek menggantikan alat

konvensional yang biasa mereka gunakan.

Anggrek yang dibudidayakan adalah

anggrek hutan khas Kamojang. Kegiatan ini

selain mampu memberikan nilai tambah

ekonomis bagi petani juga mampu

menjaga keanekaragaman hayati di sekitar

daerah operasi PGE Area Kamojang.

b. Produksi benih penjenis G0 kentang (Solanum tuberosum L) “Geotato”

Masyarakat sekitar area operasional PGE Kamojang pada umumnya adalah petani dengan

salah satu produksi pangannya adalah kentang. Dalam rangka mendukung keanekaragaman

hayati pangan, PGE Area Kamojang bersama kelompok tani lokal Pokja Pustaka Buana telah

melakukan produksi benih G0 kentang (Solanum tuberosum L) dalam bentuk umbi mini

dengan teknologi sterilisasi media tanam sabut kelapa (cocopeat) menggunakan uap

geothermal, yang kemudian dinamakan Geotato.

Dampak penting dari produksi benih penjenis G0 “Geotato” ini untuk mendukung ketahanan

pangan (SDG no 2) dimana dihasilkan benih yang memiliki toleransi terhadap hama dan

penyakit sehingga produktivitas meningkat, selain itu dampak lingkungan yang dihasilkan

lebih sedikit dibandingkan produksi G0 dengan metode konvensional. Adapun dampak besar

yang dirasakan saat ini oleh petani lokal penerima manfaat program ini adalah nilai

penghematan 100% dari eliminasi pembelian gas LPG dan penghematan operasional

mencapai 23,5%, sedangkan multiplier effect dari program ini adalah para petani pemanfaat

benih G0 Geotato yang mana produktivitas kentangnya mencapai sebesar 21-26 ton/ha,

angka ini lebih baik 24-53 % dari produktivitas kentang umumnya di Indonesia, yakni 17-20

ton/ha saja. Nilai absolut program ini yakni telah dihasilkannya 7.000 knol G0.

Gambar 9. Flow chart kultur jaringan Anggrek Formatted: Font: (Default) Calibri, 9 pt, Italic

Formatted: Centered

Formatted: Font: 9 pt

Formatted: Font: (Default) Calibri, 9 pt, Italic, Indonesian

Gambar 10. Skema Inovasi pembenihan G0 kentang dengan sterilisasi uap geothermal

Sampai saat ini belum ada teknologi yang sama dalam budidaya benih penjenis G0 kentang

dimana terdapat perubahan sistem budidaya terutama perlakuan media tanam cocopeat

yang mana dilakukan sterilisasi media tanam cocopeat menggunakan uap geothermal.

Upaya sterilisasi media tanam cocopeat dalam proses produksi benih umbi mini G0 kentang

baru diinisasi oleh PGE Kamojang.

Dengan digunakannya uap geothermal untuk proses sterilisasi cocopeat dapat

mengeliminasi pemakaian energi fossil (LPG) dibandingkan dengan sistem konvensional.

Dengan adanya program ini berdampak pada peningkatan kualitas benih penjenis pangan

kentang dan secara tidak langsung memberikan pengetahuan masyarakat sekitar akan

manfaat panasbumi secara langsung. Saat ini proses sterilisasi cocopeat telah dimanfaatkan

oleh 2 kelompok tani lokal di Kab. Bandung dan Kab. Garut.

Nilai tambah lainnya dari kegiatan ini adalah adanya pengurangan timbulan limbah cocopeat

sampai 300% karena cocopeat hasil sterilisasi uap geothermal dapat digunakan kembali

sampai 4x masa tanam serta adanya potensi pengurangan emisi, hal ini sejalan dengan

tujuan SDG no 12.5 dan 13. Benih G0 Geotato telah dimanfaatkan oleh beberapa petani

kentang tidak hanya di Bandung & Garut, dengan produktivitas kentang sebesar 21-26

ton/ha, angka ini lebih baik 24-53 % dari produktivitas kentang umumnya di Indonesia.

C. PROGRAM PERLINDUNGAN FAUNA DAN MONITORINGNYA

C.1 Avifauna

Formatted: Font: Italic

Formatted: Left

PT. PGE Area Kamojang telah melakukan identifikasi status fauna semenjak tahun 2006

melalui laporan rutin mengenai Keanekaragaman Hayati. Pada tahun 2018, dilakukan

monitoring dan evaluasi verifikasi keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh tim ahli

biologi independen dari Pihak Ketiga , sampai tahun 2018 tercatat 116 jeni dari 40 famili

avifauna.

Dari hasil evaluasi monitoring avifauna (burung) sejak periode 2006 sampai 2018, tercatat 9

jenis burung yang selalu termonitoring perjumpaannya. Ke 9 jenis tersebut merupakan jenis

burung yang mudah teramati karena jenis tersebut termasuk jenis burung yang umum atau

common species. Dari ke 9 jenis burung yang selalu termonitoring perjumpaannya terdapat

2 jenis burung yang dilindungi yaitu; pertama jenis burung yang dilindungi oleh PP. No. 7

Tahun 1999 yaitu Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis Linnaeus, 1766) dari famili

nectariniidae

Gambar 11. Burung madu sriganti

(Nectarinia jugularis)

Gambar 12. Cekakak jawa

(Halcyon cyanoventris)

Burung ini dilindungi karena memiliki peranan

penting secara ekologis yaitu membantu

penyerbuk tumbuhan.Menurut Surya, Novarino

dan Arbain (2013) spesies burung penghisap

nektar berfungsi sebagai penyerbuk tanaman.

Kedua adalah jenis burung yang dilindungi oleh

PP. No.7 Tahun 1999 dan UU. No. 5 Tahun 1990

yaitu jenis cekakak jawa (Halcyon cyanoventris

Vieillot, 1818) dari famili alcinidae (gambar 5.9).

Burung ini dilindungi karena memiliki peran

sebagai indikator lingkungan air bersih. Bibby et

al., 2000 yang menyatakan bahwa burung dapat

menjadi indikator yang baik bagi

keanekaragaman hayati dan perubahan

lingkungan.

Tabel 2. Jenis Burung Termonitoring Dari Periode 2006 sampai 2018

No Nama Jenis Burung

Lokal Ilmiah Famili

1 Burung Gereja-erasia Passer montanus (Linnaeus, 1758) Passeridae

2 Burung madu sriganti Nectarinia jugularis (Linnaeus, 1766) Nectariniidae

3 Cabai gunung Dicaeum sanguinolentum (Temminck, 1829) Dicaeidae

4 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris (Vieillot, 1818) Alcedinidae

5 Cica-koreng Jawa Megalurus palustris (Horsfield, 1821) Sylviidae

6 Kacamata biasa Zosterops palpebrosus (Temminck, 1824) Zosteropidae

7 Sikatan belang Ficedula westermanni (Sharpe, 1888) Muscicapidae

Formatted: Font: Bold, Not Italic

8 Tekukur biasa Streptopelia chinensis (Scopoli, 1768) Columbidae

9 Wiwik uncuing Cacomantis sepulcralis (S. Müller, 1843) Cuculidae

Data Primer, 2006-2018

Pada setiap monitoring terjadi fluktuasi jumlah jenis dan perbedaaan jenis yang ditemukan,

Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain; musim berbiak, migran, gangguan, dan

faktor lingkungan seperti faktor cuaca (musim hujan dan kemarau mempengaruhi

efektivitas pengamatan), maupun ketersediaan makanan atau faktor fenologi tumbuhan

pakan. Hadinoto dkk. (2012) yang menyatakan bahwa kehadiran jenis burung disebabkan

oleh bervariasinya jenis tumbuhan, kenyamanan dan habitat pendukung. Selanjutnya faktor

keamanan dari berbagai gangguan, struktur dan komposisi jenis vegetasi dan luas lokasi

dapat mempengaruhi jumlah jenis burung pada suatu kawasan.

Grafik 3 Fluktuasi jumlah jenis burung

di atas menunjukkan bahwa jumlah

jenis burung paling tinggi jumlahnya

yaitu pada periode/tahun 2018 yaitu

sebanyak 73 jenis burung dari 32

famili. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yang dijelaskan

sebelumnya, serta faktor lainnya

yaitu lamanya waktu pengamatan.

Konservasi dan Endemisitas Burung

Berdasarkan data jenis burung periode 2006 sampai 2018 terdapat jenis burung yang

memiliki Status konservasi, didasari dari beberapa peraturan perlindungan. Peraturan

umum yang biasa digunakan antara lain Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 dan

Undang-undang No.5 tahun 1990, IUCN (International Union forConservation of Nature),

dan CITES (Convention On International Trade In Endangered Species). Selain itu, endimisitas

suatu jenis mempengaruhi pula terhadap status konservasinya.

Jenis burung yang telah diinventaris sejak 12 tahun terakhir yaitu tahun/periode 2006

sampai 2018 didapatkan 35 jenis burung dari 116 jenis burung yang tercatat memiliki status

konservasi yang penting, berdasarkan data IUCN (International Union for Conservation of

Nature), CITES (Convention On International Trade In Endangered Species), Peraturan

Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang “Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa” dan UU

No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Selain itu

endimisitas jenis dicantumkan untuk memperlihatkan kekhasan lokasi jenis tertentu.

Perlindungan terhadap fauna endemik sangat penting, karena penyebarannya sangat

terbatas, memunculkan resiko yang lebih tinggi terhadap kepunahan jenis-jenis tersebut.

Grafik 3. Fluktuasi Jumlah Jenis Burung Formatted: Font: 8 pt

Formatted: Centered

Formatted: Font: (Default) Calibri, 8 pt, Italic, Indonesian

Gambar 13. Elang jawa (Nisaetus bartelsi Stresemann,

1924) di Lokasi KWK-C

Hasil evaluasi monitoring jenis burung

periode 2006 sampai 2018 tercatat 1 jenis

burung tergolong status konservasi

Endangered (EN)/ terancam punah di alam.

Jenis tersebut adalah elang jawa (Nisaetus

bartelsi Stresemann, 1924). Secara ekologis

burung memiliki peranan sebagai top

predator untuk menjaga keseimbangan

rantai makanan di alam lepas. Elang jawa

(Nisaetus bartelsi Stresemann, 1924),

merupakan jenis burung endemik Pulau

Jawa, yang keberadaannya atau

penyebarannya terbatas.

Hasil evaluasi secara umum nilai indek keanekaan (H’) jenis burung di lokasi studi area

sumur produksi/injeksi PT.PGE. Kamojang dari periode 2006 sampai dengan periode 2018

nilai indeks keanekaan sangat tinggi (H’≥3), nilainya konsisten. Hasil evaluasi periode 2006

sampai dengan periode 2018 menunjukkan bahwa nilai Indeks keanekaan tertinggi yaitu

pada periode 2018, sebesar 4,01.Hal ini dikarenakan habitat (vegetasi yang baik),

persediaan pakan, dan faktor lingkungan yang masih baik. Berikut adalah gambar

grafikGrafik 4 berikut adalah fluktuasi Nilai Keanekaan jenis burung periode 2006 sampai

dengan 2018.

Grafik 4. Nilai Indek Keanekaan Burung di di Lokasi Studi Area PT PGE Kamojang

C.2 Mamalia

Hasil evaluasi monitoring jumlah jenis mamalia dari periode 2009 sampai dengan 2018 di

lokasi studi area sumur produksi/injeksi PT.PGE Area Kamojang telah tercatat sebanyak 22

jenis dari 14 famili. Hasil evaluasi monitoring jumlah jenis mamalia dari periode 2009 sampai

2018, tercatat 3 jenis mamalia yang selalu termonitoring perjumpaannya. Jenis tersebut

antara lain; surili(Presbytis comata Desmarest, 1822), bajing kelapa,(Callosciurus notatus

Boddaert, 1785), dan landak jawa (HystriX javanica Cuvier,1823). Dari ke 3 jenis tersebut 1

Formatted: Font: Italic

jenis berstatus konservasi Endangered(EN)/ terancam punah di alam. yaitu surili (Presbytis

comata Desmarest, 1822).Jenis surili (Presbytis comata Desmarest, 1822), selalu

termonitoring di area TWA Kamojang khususnya di kawah manuk, dan sering dijumpai

berkelompok yang terdiri dari 7-15 ekor.

Gambar 5-3414. Surili Remaja

(Presbytis comata Desmarest, 1822), Endangered (EN)

Uniknya walau statusnya Endangered(EN)/

terancam punah di alam, akan tetapi

khususnya di TWA Kamojang jenis surili

(Presbytis comata Desmarest, 1822), masih

sering dijumpai 3-5 kelompok. Agar tetap

terjaga keberadaanya pihak yang terkait

harus bekerja sama dengan masyarakat

untuk menjaga dan melestarikan jenis

tersebut dan habitatnya. Berikut adalah foto

dokumentasi surili remaja (Presbytis comata)

Berdasarkan evaluasi monitoring periode 2009 sampai dengan periode 2018 jenis mamalia

paling banyak jumlahnya yaitu di periode 2013 yaitu sebanyak 16 jenis. Mulai dari periode

2015, 2016, dan 2017 jumlah jenis mamalia keberadaannya sangat menurun drastis, hal ini

dikarenakan beberapa faktor seperti gangguan manusia (perburuan liar) dan alam

(kebakaran tahun 2015 akhir).

Grafik 5. Jumlah Jenis Mamalia di Lokasi Studi Area PT.PGE. Kamojang, Periode 2006– 2018

Konservasi dan Endemisitas Mamalia

Berdasarkan data jenis mamalia periode 2009 sampai 2018 terdapat jenis mamalia yang

memiliki Status konservasi, didasari dari beberapa peraturan perlindungan. Didapatkan 11

jenis mamalia yang dilindungi kedalam status konservasi berdasarkan Peraturan Pemerintah

No.7 Tahun 1999 dan Undang-Undang No.5 Tahun 1990, yaitu; meong congkok (Prinailurus

bengalensis Kerr,1792), trenggiling (Manis javanica Gray,1821), Musang luwak jawa

(ParadoXurus herrnaphroditusPallas, 1777), Jelarang (Ratufa bicolour Sparrman, 1778),

macan tutul (Panthera pardusLinnaeus, 1758), macan kumbang (Panthera

pardusmilesLinnaeus, 1758), surili jawa (Presbytis comata Desmarest, 1822), lutung jawa

(Trachypithecus auratus Reichenbach, 1862), kucing hutan (Felis bengalensis Kerr,

1792),owa jawa (Hylobates molochAudebert, 1798), dan garangan (Herpestes javanicus É.

Geoffroy Saint 1818).

Gambar 15. Jelarang (Ratufa bicolour Sparrman, 1778)

Formatted: Centered

Tabel 3. Jenis Mamalia, Endemisitas, dan Status Perlindungan, di Lokasi Studi PGE Area Kamojang

No Famili Nama Lokal Nama Latin

Periode Status Konservasi*) Endemis

-itas 2009 2010 2011 201

3 201

5 2016 2017 2018 RI IUCN CITES

1 Suidae Babi Hutan Sus scrofa (Linnaeus, 1758) X X X X X

X X

LC

SKJB

2 Sciurade Bajing kelapa Callosciurus notatus (Boddaert, 1785) X X X X X X X X

LC

SKJB

3 Sciurade Bajing terbang Petaurista elegans (Müller, 1840) X X X X

X b LC

Ind

4 Sciurade Jelarang Ratufa bicolour (Sparrman, 1778)

X

X X ab NT AppX. II Ind

5 Cervidae Kijang/Mencek Muntiacus muntjak (Zimmermann, 1780) X X X X

X b LC AppX III Ind

6 Felidae Kucing hutan Felis bengalensis (Kerr, 1792) X X X

ab LC AppX. II SKJB

7 Hystricidae Landak jawa HystriX javanica (Cuvier,1823) X X X X X X X X b LC AppX III Ind

8 Herpestidae Lasun/Garangan Herpestes javanicus (É. Geoffroy Saint 1818) X X X

ab LC AppX III SKJB

9 Cercopithecidae Lutung Trachypithecus auratus (Reichenbach, 1862) X X X X X

X X ab VU AppX. II J

10 Felidae Macan kumbang Panthera pardus (Linnaeus, 1758) X X X X

X ab VU AppX.I J

11 Felidae Macan tutul Panthera pardus (Linnaeus, 1758) X X X

X

X ab VU AppX.I J

12 Felidae Meong congkok Prinailurus bengalensis (Kerr,1792)

X X X X X ab LC AppX. II Ind

13 Cercopithecidae Monyet ekor panjang Macaca fascicularis (Raffles,1821) X X X X

X

LC AppX. II Ind

14 Viveridae Musang luwak jawa ParadoXurus herrnaphroditus (Pallas, 1777) X X X X

X

X ab LC AppX.III Ind

15 Hylobatidae

Owa Jawa Hylobates moloch (Audebert, 1798) X X X

ab EN AppX. II J

16 Soricidae Sunda shrew Crocidura monticola (Peters, 1870)

X X

LC

Ind

17 Cercopithecidae Surili Presbytis comata (Desmarest, 1822) X X X X X X X X ab EN AppX.I J

18 Mustelidae Teledu jawa/biul slentek Melogale orientalis (Desmarest, 1818)

X X

DD

JB

19 Manidae Trenggiling Manis javanica (Gray,1821)

X X X X X ab CR AppX.I Ind

20 Tupaiidae Tupai akar Tupaia glis (Diard, 1820)

X X

LC

SJK

21 Tupaiidae Tupai kecil Tupaia minor (Günther, 1876)

X X

LC

Ind

22 Tupaidae Tupai kekes Tupaia javanica (Horsfield, 1822) X X X X X

X

LC AppX. II SJB

Keterangan *): 1) RI a:UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, b: PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

2) IUCN (International Union for Conservation of Nature) EN = Endangered; VU = Vulnerable; NT = Near Threatened; LC = Least Concern; DD = Data Deficient; CR= Critically Endangered, DD= Defeciens Data

3) CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).Appendices II: Daftar spesies hidupan liar yang dapat diperdagangkan secara internasional dengan pembatasan kuota tertentu

yang didasarkan atas data yang akurat mengenai populasi dan kecenderungannya di alam

4) Endemisitas : J = Jawa ; B = Bali ; K= Kalimantan ; S = Sumatera; I= Indonesia, X= keberadaan

Formatted: Indonesian

C.3 Amphibia

Gambar 16. Kkodok Bbudug

Hasil evaluasi monitoring jumlah amphibia dari periode

2009 sampai dengan 2018 di lokasi studi area sumur

produksi/injeksi PT.PGE Area Kamojang telah tercatat

sebanyak 9 jenis dari 4 famili. Tercatat 2 jenis amphibia

yang selalu termonitoring perjumpaannya dari periode

2009 sampai dengan 2018 yaitu jenis katak pohon hijau

(Rhacophorus reinwardtiiSchlegel, 1840) dan kodok

budug (Bufo melanotictusSchneider, 1799).

Gambar Grafik 6. Jumlah Jenis Amphibi di Lokasi Studi Area PT.PGE. Kamojang

Konservasi dan Endemisitas Amphibi

Berdasarkan data jenis amphibi periode 2009 sampai 2018 terdapat jenis amphibi yang

memiliki Status konservasi, didasari dari beberapa peraturan perlindungan. Peraturan

umum yang biasa digunakan IUCN (International Union forConservation of Nature). Selain

itu, endimisitas suatu jenis mempengaruhi pula terhadap status konservasinya.

Tercatat 1 jenis amphibi berdasarkan Red List IUCN tergolong Near Threatened (NT)/Hampir

terancam keberadaannya di alam. Jenis tersebut adalah katak pohon hijau (Rhacophorus

reinwardtii Schlegel, 1840). Tercatat 3 jenis amphibi endemik pulau jawa yaitu; bangkong

tuli (Limnonectes kuhlii Tschudi, 1838),katak pohon jawa (Rhacophorus javanus Schlegel,

1840), katak pohon ungu (Philautus vittiger Boulenger, 1897) dan percil jawa (Microhyla

achatina Tschudi, 1838).

Tabel 4. Jenis Amphibi Endemisitas, dan Status Perlindungan, di Lokasi Studi PGE Area Kamojang

No Famili Nama Lokal Nama Latin Periode Status*) Endemis-itas 2009 2010 2011 2013 2015 2016 2017 2018 IUCN CITES

1 Ranidae Bangkong Tuli Limnonectes kuhlii (Tschudi, 1838) X X X X LC J

2 Rhacophoridae Katak Pohon Hijau Rhacophorus reinwardtii (Schlegel, 1840) X X X X X X X X NT

3 Rhacophoridae Katak Pohon Jawa Rhacophorus javanus (Schlegel, 1840) X X X X X X X LC J

4 Rhacophoridae Katak pohon ungu Philautus vittiger (Boulenger, 1897) X X X X DD J

5 Bufonidae Kodok Buduk Bufo melanotictus (Schneider, 1799) X X X X X X X X LC

6 Bufonidae Kodok Puru Kerdil Bufo asper (Gravenhorst, 1829) X X X X X X LC

7 Microhylidae Percil Jawa Microhyla achatina (Tschudi, 1838) X X X LC J

8 Microhylidae Percil berselaput Microhyla palmipes (Boulenger, 1897) X LC S,J,B

9 Ranidae Kongkang Kolam Hylarana chalconota (Schlegel, 1837) X LC S,J,B

Data Primer, 2009-2018

Keterangan *): 1) RI a:UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

b: PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

2) IUCN (International Union for Conservation of Nature):

EN = Endangered; VU = Vulnerable; NT = Near Threatened; LC = Least Concern; DD = Data Deficient; CR= Critically Endangered, DD= Defeciens Data

3) CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).Appendices II: Daftar spesies hidupan liar yang dapat

diperdagangkan secara internasional dengan pembatasan kuota tertentu yang didasarkan atas data yang akurat mengenai populasi dan

kecenderungannya di alam

4) ) Endemisitas : J = Jawa ; B = Bali ; K= Kalimantan ; S = Sumatera; I= Indonesia, X= keberadaan

Formatted Table

Formatted: Indonesian

Formatted: Tab stops: 1.48", Left + Not at 1.38"

Formatted: Tab stops: 0.79", Left + 0.98", Left + 1.18",Left + 1.48", Left + Not at 1"

Formatted: Tab stops: 0.79", Left + 1.48", Left

Formatted: Tab stops: 0.79", Left + 0.98", Left + 1.18",Left + 1.48", Left

C.3 Reptil

Gambar 17. Cicak terbang

Hasil evaluasi monitoring jumlah reptil dari

periode 2009 sampai dengan 2018

didapatkan jumlah jenis reptil sebanyak 14

jenis dari 8 famili. Didapatkan 2 jenis reptil

yang selalu selalu termonitoring

perjumpaannya dari periode 2009 sampai

dengan 2018 yaitu bunglon (Bronchocela

cristatella Kuhl, 1820), dan cicak terbang

(Draco volans Linnaeus, 1758).

Berdasarkan evaluasi monitoring periode 2009 sampai dengan periode 2018 jumlah reptil

yang paling banyak jumlahnya dan paling banyak perjumpaannya yaitu di periode 2013 dan

2016 sebanyak 9 jenis. Sedangkan periode 2018 jumlah reptil perjumpaannya berkurang,

jumlah reptil periode 2018 sebanyak 5 jenis. Akan tetapi perjumpaan reptil per periode

dapat dikatakan cukup baik karena tidak ada perbedaan yang signifikan (perbedaannya tidak

jauh). Hal ini dimungkinkan oleh faktor lingkungan ataupun pada saat pengamatan kurang

teliti atau tidak tepat waktu pengamatannya. Berikut grafik fluktuasi reptil dari periode 2009

sampai dengan 2018.

Grafik 7. Jumlah Jenis Reptil di Lokasi Studi Area PT PGE Kamojang

5.2.9. Konservasi dan Endemisitas Reptil

Berdasarkan data jenis reptil periode 2009 sampai 2018 terdapat jenis reptil yang

memiliki Status konservasi, didasari dari beberapa peraturan perlindungan. Peraturan

umum yang biasa digunakan antara lain Peraturan PemerintahNo.7 tahun 1999 dan

Undang-undang No.5 tahun 1990, IUCN (International Union forConservation of Nature),

dan CITES (Convention On International Trade In Endangered Species). Selain itu, endimisitas

suatu jenis mempengaruhi pula terhadap status konservasinya. Berikut adalah tabel 5.8.

jenis reptil, endemisitas, dan status perlindungan, di lokasi studi area sumur produksi/injeksi

PT. PGE Area Kamojang periode 2009 sampai 2018. Tercatat 1 jenis reptil tergolong status

konservasi Vulnerable (Vu)/ rentan keberadaannya di alam.

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Not Bold, Italic

Formatted: Font: Italic

Tabel 5. 8.Jenis Reptil Endemisitas, dan Status Perlindungan, di Lokasi Studi Area PGE Kamojang Periode 2009 Sampai 2018.

No Famili Nama Lokal Nama Latin Periode Status*) Endemis-itas 2009 2010 2011 2013 2015 2016 2017 2018 IUCN CITES

1 Agamidae Bunglon Bronchocela cristatella (Kuhl, 1820) X X X X X X X X LC S,K,J,B 2 Agamidae Bunglon Pohon Bronchocela jubata (Duméril & Bibron, 1837) X X X X X LC S,K,J,B 3 Gekkonidae Cicak Ruah Cosymbotus platyurus (Schneider, 1792) X X X X 4 Agamidae Cikcak terbang Draco volans (Linnaeus, 1758) X X X X X X X X 5 Scincidae Kadal Kebun Eutropis multifasciata (Kuhl, 1820) X X X X X 6 Agamidae Bunlon moncong Pseudocalotes tympanistriga (Gray, 1831) X 7 Scincidae Kadal Lygosoma bowringi (Günther, 1864) X X X X X X 8 Colubridae Ular Hijau Ahaetulla prasina (Boie, 1827) X X X LC Iind 9 Elapidae Ular welang Bungaurus fasciatus (Schneider, 1801) X X X

10 Gekkonidae Toke Gecko gecko (Linnaeus, 1758) X X X X X 11 Pythonidae Ular Sanca batik Phyton reticulatus (Schneider, 1801) X X X X 12 Pythonidae Sanca bodo Phyton morulus (Linnaeus, 1758) X VU J,B 13 Viperidae Ular gibug Calloselasma rhodostoma (Kuhl, 1824) X 14 Xenopeltidae Ular Pelangi Xenopeltis unicolor (Reinwardt, 1827) X X

Keterangan *): 1) RI a:UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

b: PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

2) IUCN (International Union for Conservation of Nature):

EN = Endangered; VU = Vulnerable; NT = Near Threatened; LC = Least Concern; DD = Data Deficient; CR= Critically Endangered, DD= Defeciens Data

3) ) CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).Appendices II: Daftar spesies hidupan liar yang dapat diperdagangkan secara

internasional dengan pembatasan kuota tertentu yang didasarkan atas data yang akurat mengenai populasi dan kecenderungannya di alam

4) Endemisitas : J = Jawa ; B = Bali ; K= Kalimantan ; S = Sumatera; Ind= Indonesia, X= keberadaan

Formatted: Indonesian

Formatted: Tab stops: 1.28", Left + 1.48", Left + Not at

0.79" + 0.98" + 1.18" + 1.38"

Formatted: Tab stops: 1.28", Left + 1.48", Left + Not at

1"

Formatted: Indent: Before: 1.48", Hanging: 0.2", Tab

stops: 1.28", Left + Not at 0.98" + 1.18"

Formatted: Tab stops: 1.28", Left + 1.48", Left

Formatted: Not Highlight

Program Perlindungan fauna yang dilakukan di PT. PGE Area Kamojang selain dengan

menciptakan habitat bagi tempat hunian satwa, juga dengan melakukan sosialisasi ke

warga sekitar agar tidak melakukan aktifitas di dalam hutan yang mengancam

keanekaragaman hayati. Sosialisasi tersebut dengan melibatkan instansi dari BBKSDA dan

pihak expert. Selain itu, juga diberikan tulisan larangan-larangan berburu di beberapa titik.

Gambar 18. Papan Larangan berburu

C.4 PUSAT KONSERVASI ELANG KAMOJANG (PKEK)

Pusat Konservasi Elang Kamojang yang

dibangun sejak tahun 2014 merupakan bentuk

implementasi dari Perjanjian Kerjasama

kemitraan antara BBKSDA JABAR dengan PT

Pertamina Geothermal Energy tentang

Pembangunan Pusat Konservasi Elang Jawa di

Taman Wisata Alam Kamojang, dimana

pelaksana teknis pengelolaan Pusat Konservasi

Elang Kamojang ini dilakukan oleh personal

dari Forum Raptor Indonesia dan pihak

lainnya.

Pusat rehabilitasi elang ini merupakan pusat rehabilitasi terbesar yang dibangun dengan fasilitas

terlengkap yang pernah dibangun di Indonesia. Selain itu, Pusat Rehabilitasi Elang Kamojang

akan menjadi pusat rehabilitasi elang pertama di Indonesia yang menggunakan standar

Gambar 19. Elang Jawa

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: 10 pt

Formatted: Centered

Formatted: Font: (Default) Calibri, 10 pt, Italic, Indonesian

internasional terbaru dari IUCN, yaitu Guidelines for Reintroduction and Other Conservation

Translocation yang baru dirilis pada tahun 2013, dimana translokasi satwa dianggap sebagai

salah satu cara yang efektif dalam usaha konservasi. Ditambah lagi, desain klinik dan kandang di

dalamnya menggunakan standar yang dikeluarkan oleh International Wildlife Rehabilitation

Council dan Global Federation of Animal Sanctuary.

Perlakuan yang akan diterapkan terhadap berbagai jenis elang tersebut juga mengacu pada

standar IUCN Guidelines for The Placement and Confiscated Animals, dimana standar ini

diberlakukan dengan tujuan memaksimalkan nilai konservasi dari satwa tanpa membahayakan

kondisi dari satwa tersebut, mencegah adanya perdagangan illegal satwa langka, dan

menyediakan berbagai alternatif perlakuan yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan.

Direncanakan akan ada beberapa jenis elang yang akan direhabilitasi di Kamojang antara lain

Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Elang brontok (Nisaetus cirrhatus), dan Elang Ular (Spilornis

cheela).

Gambar 20. Skema Konservasi Elang Formatted: Font: Italic

ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi)

Status: IUCN (ENDANGERED)

IUCN menyatakan bahwa populasi Elang Jawa ini

sangat sedikit dan kemungkinan akan terus

berkurang akibat gangguan yang ada di habitat

aslinya. Selain kerusakan habitat, perdagangan juga

menjadi ancaman bagi Elang Jawa, dilaporkan 30

hingga 40 ekor diperdagangkan dalam setahun.

Diharapkan dengan adanya program Pusat

Rehabilitasi Elang Kamojang ini, Elang Jawa memiliki

tempat tinggal sementara untuk memulihkan diri hingga dinyatakan dapat dilepasliarkan.

Beberapa burung yang dianggap dapat dikembangbiakkan akan melalui proses breeding yang

diharapkan dapat menambah jumlah spesies langka ini. Elang-elang yang disita dari

kepemilikan illegal juga akan dirawat di dalamnya, dilengkapi dengan sosialisasi terhadap

masyarakat diharapkan angka perdagangan akan berkurang.

PETA PERSEBARAN ELANG JAWA

(http://www.iucnredlist.org/details/22696165/0 - 10 September 2014)

Gambar 22. PETA PERSEBARAN ELANG JAWA

KAMOJANG

Gambar 21. Elang Jawa

Formatted: Centered

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: 10 pt

Formatted: Centered

Formatted: Font: 10 pt

Formatted: Font: (Default) Calibri, 10 pt, Italic, Indonesian

PETA PERSEBARAN ELANG BIDO

(http://www.iucnredlist.org/details/22695293/0 - 10 September 2010)

Gambar 23. PETA PERSEBARAN ELANG BIDO

PETA PERSEBARAN ELANG BRONTOK

KAMOJANG

Formatted: Font: Italic

Formatted: Centered

(http://www.iucnredlist.org/details/22732090/0 - 10 September 2014)

Gambar 24. PETA PERSEBARAN ELANG BRONTOK

Pengelolaan Satwa di PKEK

Gambar 25. Satwa elang di PKEK

KAMOJANG

Formatted: Font: Italic

Formatted: Centered

Formatted: Indonesian

Dalam kurun waktu 2014-2017 sebanyak 132 ekor dari 15 jenis raptor telah diterima di PKEK

(Table 01).. Jenis Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) adalah jenis yang paling banyak diterima

PKEK (47 ekor) dan Elang Ular (Spilornis cheela) sebanyak 40 ekor, sedangkan jenis Elang Jawa

(Nisaetus bartelsi) yang menjadi target utama PKEK hanya 10 ekor yang diterima oleh PKEK. Hal

ini kemungkinan dikarenakan tingginya tingkat kepemilikan Elang Brontok dan Elang Ular di

masyarakat dibandingkan Elang Jawa yang memang sudah sangat jarang.

Grafik 8. Stok Inventori Elang

Apabila melihat jumlah pelepasliaran yang dilakukan PKEK ini relatif kecil, akantetapi tingkat

keberhasilan program pelepasliaran ini diatas 90%, hanya 1 ekor elang yang telah dilepasliarkan

harus ditangkap kembali karena faktor perilaku, dan telah dilepasliarka kembali setelah

mendapatkan proses rehabilitasi tahap kedua di PKEK. Selain itu, pelepasliaran yang dilakukan

PKEK mencoba menerapkan standar yang ditetapkan dunia international termasuk dalam

proses rehabilitasi dan pelepasliaran tersebut.

Formatted: Font: 11 pt, Not Bold, Italic, Font color: Auto

Formatted: Centered

Gambar 26. Pelepasliaran Elang Jawa bersama Presiden Republik Indonesia di Titik 0 KM Sungai

Citareum

Fasilitas di PKEK

Fasilitas bangunan yang meliputi; a) Pondok kerja; b) Klinik; c) Pusat Informasi; d) Karantina dan

Isolasi; d) Gudang Pakan; e) Pos Jaga serta f) Pembangkit Linstrik Tenaga Mikrohidro. Fasilitas

kandang meliputi: a) 15 unit kandang Karantina besar; b) 20 unit kandang Observasi 1 dan 2; c)

8 unit kandang Rehabilitasi; d) 3 unit kandang Pelatihan terbang; e) 5 unit kandang Display

elang pegunungan; f) 5 unit kandang Display elang perairan dan g) 15 unit Kandang angkut.

Gambar 27. Bangunan Pusat informasi PKEK

Publik di PKEK

Formatted: Font: 11 pt

Salah satu fungsi penting lainnya dari tujuan dibangunnya sarana dan fasilitas Pusat Konservasi

Elang Kamojang ini, yaitu fungsi edukasi untuk meningkatan kesadaran bagi masyarakat

menjadi semakin terapresiasikan. Pada periode 2018 (Sampai Agustus 2018) sekitar 6348 orang

pengunjung ke PKEK dengan tujuan untuk melakukan wisata edukasi mengenai nilai penting

upaya konservasi elang dan habitatnya di Indonesia .

Gambar 28. Kegiatan edukasi di PKEK

Pusat Konservasi Elang Kamojang telah dan sedang menjalankan fungsinya sebagai pusat rehabilitasi bagi elang-elang hasil sitaan dan serahan masyarakat, sebelum dilepasliarkan kembali ke habitatnya, PKEK juga berfungsi sebagai media pendidikan lingkungan hidup dan penyadartahuan kepada masyarakat mengenai nilai penting keberadaan elang dan habitatnya di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Keberadaan PKEK dirasa penting sebagai salah satu pusat rehabilitasi satwa yang memiliki kapasitas yang dapat dipercaya, tidak hanya oleh pihak pemerintah tapi juga oleh masyarakat luas, hal ini terlihat dari jumlah jenis elang yang diterima oleh PKEK semakin meningkat baik itu elang-elang hasil sitaan, maupun serahan masyarakat langsung. Begitu pula dengan tingkat kunjungan yang datang ke PKEK untuk tujuan pendidikan lingkungan bagi masyarakat Indonesia.

Semoga keberadaan PKEK dapat mendukung program pemerintah tidak hanya bagi

kelangsungan dan kelestarian keanekaragaman hayati, tapi juga bagi dunia pendidikan di

Indonesia.

C.5 Program Perlindungan Keanekaragaman Hayati Bersama Warga

PGE Area Kamojang juga aktif mendorong masyarakat agar ikut menjaga keanekaragaman

hayati mulai dari rumah masing-masing. Seperti diketahui, Kamojang kaya akan

tumbuhan- tumbuhan obat. Oleh karena itu Pertamina aktif memberikan edukasi guna

meningkatkan pengetahuan sehingga masyarakat dapat mengembangkan dan

memanfaatkan tanaman obat keluarga melalui produk herbal. Program ini sudah berjalan

dengan baik dan produk-produk herbal masyarakat Kamojang sudah bisa dipasarkan.

Perlindungan Fauna juga dilakukan melalui program budidaya domba, yang secara intensif

dilakukan dengan pendampingan, monitoring populasi dan kesehatan ternak. Dari program

ini diharapkan terbentuknya sentra peternakan berbasis komunitas dengan pembibitan dan

penggemukan domba yang dapat meningkatkan perekonomian dan kemandirian sehingga

usaha peternakan dapat berkembang.

Selain itu, PGE Area Kamojang juga aktif mendorong SDN Kamojang menjadi SD Pelopor

“Green School” di Kabupaten Bandung. Dengan program pelatihan dan pendampingan

yang aktif dilakukan, siswa-siswi SDN Kamojang sudah mulai menghijaukan sekolahnya

dengan budidaya tanaman-tanaman obat dan tanaman-tanaman produksi.

Satu lagi yang tidak kalah menarik, program pengembangan budidaya jamur geothermal.

Dimana jamur tiram ditumbuhkan dengan menggunakan uap geothermal yang dihasilkan oleh

sumur geothermal milik PT. PGE Area Kamojang. Program ini sangat unik karena selain sebagai

program community development, budidaya jamur geothermal ini juga termasuk dalam

program perlindungan keanekaragaman hayati dan efisiensi energi.