PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIVASI PENGGUNA...
Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIVASI PENGGUNA...
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIVASI
PENGGUNA JASA GRAB
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
DIAH AYU WULANDARI
NIM : 11140480000006
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
v
ABSTRAK
Diah Ayu Wulandari. NIM 11140480000006. Perlindungan Hukum Data Privasi Pengguna Jasa Grab. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum
Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1440H /2019H. Isi: viii + 50 halaman.
Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah perlindungan hukum data privasi konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontrak Grab dan
konsumen dalam perlindungan data pribadi.
Jenis penelitian ini bersifat hukum normatif yang mengacu pada
pendekatan perundang-undangan yang ada dalam kontrak Grab dengan
konsumen, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Eletronik, Undang-Undang Administrasi Kependudukan, Peraturan
Menteri Komunikasi dan Informasi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Grab menjamin perlindungan data pribadi konsumen dengan cara orang lain tidak boleh menggunakan akun milik
konsumen untuk mendapatkan layanan yang diberikan Grab. Pihak Grab melarang
driver untuk menggunakan software dengan tujuan untuk melanggar hukum
berupa melakukan penipuan. Pihak Grab hanya menyimpan data pribadi
konsumen untuk melakukan rangkaian operasi pada aplikasi yang sesuai dengan
Peraturan Undang-Undang dan penggunaan data pribadi konsumen oleh Grab
dalam pelayanan jasa transportasi sesuai dengan Peraturan Undang-Undang yang
berlaku. Jika terjadi wanprestasi, maka Grab dapat diancam dengan pidana
penjara dan sanksi administrasi sesuai Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik, Undang-Undang Administrasi Kependudukan dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen. Sengketa antara Grab dan konsumen dapat diselesaikan
dengan cara musyawarah, arbitrase, dan pengadilan.
Kata Kunci : Perlindungan data pribadi, Grab, konsumen.
Pembimbing : Khamami Zada, S.H., M.A.
DaftarPustaka : Tahun 1986-Tahun 2018
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia di muka
bumi ini, khususnya kepada penulis. Shalawat beriringan salam disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, serta para sahabatnya, yang merupakan
suri tauladan bagi seluruh umat manusia.
Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan, sehingga dapat terselesaikan atas izin-Nya. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, khususnya kepada:
1. Dr. Ahmad Tholabi,. M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat., S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syraif Hidayatullah
Jakarta
3. Drs. Abu Thamrin S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berperan aktif
mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Khamami Zada, S.H., M.A. Pembimbing skripsi yang telah membagi ilmu,
meluangkan waktu, dan terus memberikan arahannya untuk membimbing
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Segenap Dosen Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Program Studi
Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat untuk peneliti.
5. Pihak-pihak lain yang atas segala keterbatasan tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, namun tidak mengurangi rasa sayang dan terimakasih saya kepada ibu
saya, ayah saya, dan teman-teman saya yang menjadi sumber semangat saya
untuk menyelesaikan perkuliahan ini.
vii
Demikian ucapan terimakasih peneliti, semoga Allah SWT senantiasa
menganugerahkan balasan yang setimpal atas semua jasa-jasa yang mereka
berikan kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan
demi penyempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
khususnya. Aamiin.
Jakarta, Mei 2019
Diah Ayu Wulandari
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah .......................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
E. Metode Penelitian........................................................................... 7
F. Sistematika Pembahasan ................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................
A. Kerangka Konseptual .................................................................. 11
B. Teori ............................................................................................ 16
1. Perlindungan Hukum ............................................................ 16
2. Perlindungan Konsumen ....................................................... 17
3. Teori Perlindungan Hak Atas Privasi .................................... 18
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu .......................................... 25
BAB III PROFIL GRAB
A. Sejarah Grab ................................................................................. 28
B. Struktur Organisasi Grab ............................................................. 30
C. Aturan dan Kebijakan Pengguna Data Pribadi............................. 30
D. Tanggung Jawab Para Pihak ........................................................ 32
BAB IV PERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENGGUNA JASA GRAB
A. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi
Konsumen ................................................................................... 35
ix
B. Implikasi Hukum Jika Para Pihak Melanggaran Kewajiban
Dalam Kontrak Data Pribadi Konsumen ..................................... 43
1. Implikasi Hukum Atas Pelanggaran Kewajiban Yang
Dilakukan Oleh Pihak Driver ............................................... 43
2. Implikasi Hukum Atas Pelanggaran Kewajiban Yang
Dilakukan Oleh Grab ........................................................... 47
C. Penyelesaian Sengketa ................................................................. 52
1. Penyelesaian Sengketa Secara Non Litigasi ........................ 52
a. Musyawarah .................................................................. 52
b. Badan Arbitrase Nasional Indonesia ............................. 52
c. Online Dispute Resolution (ODR) ................................ 54
2. Penyelesaian Sengketa Secara Litigasi ................................ 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 57
B. Rekomendasi ............................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Data pribadi merupakan identitas seseorang yang bersifat pribadi, yang
harus dilindungi kerahasiaannya. Perlindungan data pribadi menjadi perhatian
publik setelah terjadinya pembobolan data pribadi dan penggunaan data pribadi
tanpa izin pemilik data. Hal ini terjadi karena lemahnya sistem pengamanan
terhadap data pribadi konsumen sehingga pihak ketiga dapat mengambil dan
menggunakan data tersebut untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikan
pemilik data dan orang lain.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor
20 Tahun 2016 Tentang “data pribadi merupakan data tertentu seseorang yang
disimpan, dirawat, dan dilindungi kerahasiaannya” Peraturan. Selanjutnya data
pribadi tertentu seseorang merupakan informasi pribadi seseorang yang dapat
diidentifikasi secara langsung maupun tidak lamgsung, terhadap pemanfaat
data tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Data
pribadi sangat berkaitan erat dengan hak privasi seseorang karena terdapat hak
seseorang untuk memberikan data pribadi atau informasi pribadi untuk
diberikan atau tidak diberikan kepada orang lain.
Beranjak dari uraian diatas dalam hal tertentu terdapat informasi pribadi
yang tidak dilindungi bahkan atas nama hukum, seperti informasi mengenai
jumlah saldo rekening yang dimiliki, nama ibu, dan tanda lahir yang melekat
ditubuh. Masyarakat menganggap informasi tersebut hal yang sifatnya pribadi.
Pengungkapan informasi pribadi tersebut dilakukan ketika terjadi kondisi
darurat. Dalam keadaan tersebut pemilik informasi tidak dapat menolak untuk
memberitahukan informasi pribadi tersebut dengan dalih menyangkut privasi.
Selama privasi tersebut terkait kepentingan publik dan digunakan dengan
terbatas dilindungi Undang-Undang, maka perlindungan privasi dapat
terabaikan.
2
Di era teknologi dan akses internet menjadi kebutuhan utama masyarakat
Indonesia, membuat para pelaku usaha menggunakan internet sebagai media
untuk menyalurkan barang dan jasa. Media internet bisa digunakan sebagai
jasa transportasi umum. Hadirnya transportasi online berbasis aplikasi
disambut suka cita oleh masyarakat Indonesia. Selain melayani jasa antar
jemput penumpang transportasi online juga melayani pengiriman barang,
pemesanan makanan, berbelanja dan isi ulang pulsa.
Transportasi online menjadi solusi alternatif masalah akses transportasi
umum.1 Ada beberapa kelebihan menggunakan layanan jasa transportasi
online, yaitu tarif yang murah, mudah digunakan, konsumen dapat
menggunakan layanan jasa transportasi 24 jam, identitas pengemudi yang dapat
diketahui konsumen, dan rute perjalanan yang termonitor melalui aplikasi
Grab.2 Maraknya aplikasi transportasi online yang saat ini banyak mendapat
perhatian masyarakat salah satunya adalah Grab.
Grab didirikan oleh Anthony Tan dan Tan Hooi Ling pada tahun 2012.
Grab merupakan perusahan layanan jasa transportasi yang menghubungkan
para driver mobil/motor dengan konsumen. Pada tahun 2014 Grab
meluncurkan aplikasi mobile Grab berbasih location-based search pada telepon
genggam berbasis iOs dan android. Melalui aplikasi Grab konsumen dapat
memesan layanan jasa transportasi dan memantau posisi driver yang
menanggapi order. Driver juga dapat melihat order yang masuk dan lokasi
konsumennya untuk ditanggapi. Pada tahun 2016 Grab berkembang pesat dari
tahun 2015. Maka Grab melakukan rebrand dengan menambah layanan jasa
berupa pengantara barang (GrabExpress), antar belanjaan (GrabFresh), antar
makanan (GrabFood), dan lain-lain.
. Untuk menggunakan layanan jasa tersebut. Grab memberikan syarat
kepada konsumen untuk memberikan data berupa nama, nomor telepon, alamat
1 Geistiar yogie pratama, Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi Konsumen
Pengguna Jasa Transportasi Online dari Tindak Penyalahgunaan Pihak Penyedia Jasa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Diponegoro Law Journal vol 5 nomor 3, (Law Journal Fakultas hukum Universitas Diponegoro
Tahun 2016),. h.3 2 Fathul Husnan dan Java Creativity, Buku Pintar Bisnis Online, TP, TT., h.4
3
email, hingga GPS terupdate. Data tersebut digunakan untuk memberikan
layanan jasa transportasi. Dalam aplikasi seluler. Data konsumen akan dikirim
kepada pengemudi motor atau pengemui mobil yang dibuka secara penuh dan
transparan. Seperti penyelenggara jasa transportasi online pada umumnya.
Grab mengatur ketentuan dan kebijakan privasi pengguna yang diharus
dibaca dan dipahami oleh konsumen. sebelum mengunduh dan menggunakan
layanan jasa transportasi yang ada dalam aplikasi Grab untuk pertama kalinya.
Ketentuan dan kebijakan privasi pengguna ini telah dipublikasikan dalam
website resmi Grab. ketentuan pengguna disini berkedudukan sebagai
perjanjian antara konsumen dengan Grab dan penyedia layanan jasa
transportasi. Kebijakan privasi pengguna disertakan sebagai ketentuan
penggunaan layanan jasa transportasi dalam aplikasi Grab. ketika konsumen
mengunduh aplikasi, maka konsumen dinyatakan setuju untuk mengikuti
segala ketentuan dan kebijakan privasi yang ditetapkan oleh pihak Grab.
Pengaturan mengenai ketentuan dan kebijakan privasi pengguna menjadi
penting karena berkaitan dengan perlindungan data pribadi milik konsumen
yang telah diberikan kepada pihak Grab.
Berbagai kemudahan atas layanan jasa transportasi ditawarkan oleh Grab.
bukan berarti tidak ada cela. Berbagai macam berita mengenai pelecehan dan
ancaman yang diterima oleh konsumen. Di salah satu situs berita online terjadi
kasus penyalahgunaan data privasi pengguna ojek online salah satunya dari
sebuah tulisan di website Tech in Asia, ada seorang perempuan yang mendapat
sms dari sang pengemudi GrabBike, kata-kata tersebut bernada menggoda.
Bayangkan kalau si pengemudi tersebut merupakan seorang psikopat yang
sampai menelepon berkali-kali atau langsung datang ke rumah perempuan
tersebut.Sangat membahayakan sekali.3 Hal ini dapat dilihat bahwa konsumen
terganggu karena telah dilanggar privasinya.
3http://aitinesia.com/ngerinya-pelanggaran-privasi-yang-dilakukan-go-jek-dan-
grabbike-terhadap-penumpang-mereka/., diakses pada 28 Januari 2018, jam 13:00 WIB.
4
Saat konsumen melakukan pemesanan layanan jasa transportasi melalui
aplikasi Grab, maka nama dan rute pengantaran yang dituju konsumen akan
tercantum pada aplikasi pengendara Grab. setelah itu, pengendara Grab dapat
menghubungi konsumen untuk mengkonfirmasi lokasi penjemputan. Jika
konsumen meminta pengendara Grab untuk diantar kerumah atau kantor,
maka secara tidak lamgsung pengendara Grab akan mengetahui alamat-alamat
tersebut. Hal ini jelas bahwa seorang pengendara Grab dapat mengetahui data
konsumen berupa nama, nomor telepon, alamat rumah atau alamat kantor.
Dalam sekali perjalanan. Tujuan pemberian data tersebut untuk memudahkan
hubungan komunikasi antara konsumen dengan pengendara motor atau mobil.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini rentan disalahgunakan.
Secara tidak langsung konsumen telah menyetujui penyelenggara jasa
transportasi dan driver dengan mudah mengakses data pribadi milik. Meskipun
begitu, konsumen juga berhak untuk mendapatkan perlindungan atas
kerahasiaan data dan hak privasi sebagai pengguna layanan jasa transportasi.
namun tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini rentan disalahgunakan. Karena
secara tidak langsung, data pribadi yang diberikan kepada penyedia layanan
dapat disalahgunakan oleh pihak driver.
Di Indonesia, masalah privasi merupakan masalah yang tidak berarti bagi
sebagian besar masyarakat, namun masalah tersebut tidak dapat diabaikan.
Meskipun di Indonesia belum memiliki regulasi mengenai perlindungan data
pribadi dalam transaksi elektronik secara khusus. Peraturan yang mengatur
mengenai perlindungan data pribadi masih termuat di beberapa peraturan
Perundang-Undangan mengenai perlindungan data pribadi secara umum.
Adapun Peraturan Perundang-Undangan tersebut yaitu: Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Menteri
Komukasi dan Informasi Nomor Nomor 20 tahun 2016 tentang perlindungan
data pribadi dalam sistem elektronik, dan Undang-Undang Nomor 36 tahun
1999 Tentang Telekomunikasi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji permasalahan tersebut kedalam sebuah skripsi dengan judul
5
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIVASI
PENGGUNA JASA GRAB.”
B. Indetifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjabaran yang tersebut di atas, identifikasi masalah
pada studi ini diantaranya:
a. Bagaimana perlindungan hukum data pribadi konsumen Grab dalam
Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Peraturan Menteri
Komunikasi Informasi, Undang-Undang Administrasi Kependudukan,
Undang-Undang Telekomunikasi, dan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik?
b. Bagaimana hubungan peraturan perundang-undangan yang mengatur
perlindungan konsumen dengan kontrak Grab?
c. Bagaimana jaminan keamanan terhadap data konsumen pengguna
aplikasi Grab?
d. Apa sanksi yang diterima oleh driver dan Grab apabila terjadi
penyalahgunaan data pribadi dan penyebarluasan data pribadi konsumen?
e. Apa upaya hukum yang dapat ditempuh oleh konsumen apabila terjadi
wanprestasi?
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan mengenai Hukum Bisnis dan
Hukum Perlindungan konsumen, penelitian ini berkonsentrasi mengkaji
tentang hukum perlindungan konsumen terhadap pengguna aplikasi Grab
berdasarkan hukum perlindungan konsumen terhadap pengguna aplikasi
Grab berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi, Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi publik, Peraturan Menteri
Komunikasi Informasi Nomor 20 Tahun 2016 tentang data pribadi
konsumen, Undang-Undang Nomor 24 Tahun, Undang-Undang Nomor 19
6
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan
perjanjian/ketentuan dari aplikasi Grab.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diperoleh pokok
permasalahan, yakni perlindungan hukum atas data pribadi konsumen Grab.
Pokok masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
a. Bagaimana perlindungan hukum terhadap data pribadi konsumen
pengguna jasa Grab?
b. Apa implikasi hukum jika para pihak melanggar kewajiban dalam
kontrak data pribadi konsumen?
c. Bagaimana penyelesaian sengketa perlindungan data pribadi konsumen?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari sebuah penelitian ialah mengungkapkan secara jelas sesuatu
yang hendak dicapai pada penelitian yang akan dilakukan. Dari pemahaman
tersebut , maka tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap data pribadi konsumen
pengguna jasa Grab.
2. Untuk mengetahui implikasi hukum apabila terjadi wanprestasi dalam
perjanjian Grab.
3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa perlindungan data pribadi
konsumen.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka manfaat penelitan
ini:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan, yakni diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
berguna bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya dan ilmu
hukum pada khususnya, terlebih terhadap bidang Hukum Perlindungan
Konsumen.
7
2. Bagi Masyarakat, diharapkan melalui penulisan skripsi ini memberikan
informasi kepada masyarakat umum khususnya masyarakat yang menjadi
konsumen pengguna jasa transportasi berbasis aplikasi.
3. Bagi Pemerintah, yakni diharapkan melalui penulisan skripsi ini
memberikan bahan masukan dalam pelaksaaan pembuatan peraturan
perundang-undangan yang khusus mengatur perlindungan privasi
konsumen pengguna jasa transportasi berbasis aplikasi.
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
normatif yuridis. Objek penelitian yang dikaji peneliti terfokus pada norma-
norma hukum yang terdapat dalam Peraturan Perundang-Undangan serta
berbagai hasil penelitian terdahulu yang membahas persoalan terkait
perlindungan data privasi.4
Sedangkan untuk pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan
Perundang-Undangan, mengingat peneliti berusaha menganalisis beberapa
Peraturan Perundang-Undangan sebagai fokus penelitian. Undang-Undang Nomor
08 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Dasar 1945,
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi, dan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi publik, KUH
Perdata, Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 20 Tahun 2016
tentang data pribadi konsumen, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Administrasi Kependudukan,Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Informasi
dan Transaksi Elektonik, dan kontrak eletronik antara pengguna jasa dan penyedia
aplikasi Grab. 5
2. Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini berupa informasi
mengenai kontrak atas perlindungan hukum data pribadi konsumen, yang
mengakibatkan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak driver
4 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, cetekan.2 (Jakarta: Sinar Grafika,
2010)., hl.105 5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakata: Kencana Prenada Media
Group Edisi Revisi, 2005)., h.137
8
yang mengakibatkan konsumen terganggung hak pribadinya, kewajiban
perusahaan untuk menjaga data pribadi konsumen sesuai dengan kontrak
dan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Penelitian ini menggunakan sumber penelitian yang berkaitan dengan
perlindungan hukum data privasi konsumen berdasarkan hukum positif yang
berlaku. informasi tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 2 (dua)
sumber sebagai berikut:
a. Sumber Primer
Sumber primer dari penelitian ini yakni sejumlah Undang-Undang yang
berlaku. Sumber primer yang digunakan peneliti adalah Pasal-Pasal yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 Tentang telekomunikasi, dan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi publik. kemudian
untuk meneliti kontrak peneliti menggunakan sumber primer berupa
pasal-pasal yang tercantum dalam KUHPerdata dan kontrak atas
pengguna jasa Grab dan penyedia jasa Grab.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder yang digunakan peneliti ini yakni sejumlah Peraturan
Perundang-Undangan berupa dokumen yang mengatur mengenai
perlindungan data pribadi konsumen yang dikeluarkan oleh lembaga
resmi negara.. Adapun sumber sekunder yang dimaksud dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 20 Tahun 2016
Tentang data pribadi konsumen.
2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Administrasi
Kependudukan.
3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Informasi dan Transaksi
Elektonik.
Selanjutnya peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa
studi pustaka. Melalui studi pustaka peneliti mengumpulkan berbagai
9
referensi terkait, baik dalam bentuk buku-buku, dokumen, media cetak
maupun elektronik yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang
sedang diteliti.
3. Metode Analisa Data
Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian
dianalisis untuk mendapatkan penjelasan yang sistematis. Pengolahan data
primer dan data sekunder bersifat deduktif yakni menarik kesimpulan yang
menggambarkan suatu permasalahan secara umum ke permasalahan yang
khusus. Setelah bahan hukum diuraikan kemudian dianalisis untuk
menjawab permasalahan yang ada.
4. Teknik Penulisan
Teknik penyusunan dan penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2017.
F. Sistematik Pembahasan
Untuk menjelaskan isi skripsi secara menyeluruh kedalam penelitian yang
sistemastis dan terstruktur maka skripsi ini disusun dengan sistematika
penulisan terdiri dari lima bab sebagai berikut:
BAB I : Membahas latar belakang penelitian, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan penelitian terdahulu, metode penelitian, dan
sistematik pembahasan.
BAB II : Membahas kerangka konseptual dan beragam teori perlindungan
perlindungan hukum preventif, perlindungan hukum represif,
perlindungan konsumen, perlindungan hak atas privasi, hak
konsumen, kewajiban konsumen, hak pelaku usaha, dan
kewajiban pelaku usaha.
BAB III : Membahas mengenai gambaran umum Grab, terkait sejarah,
struktur organisasi, aturan dan kebijakan serta aturan hukum
yang digunakan.
10
BAB IV : Membahas dan menjawab permasalahan pada penelitian ini
menganalisis serta menjawab rumusan masalah yang membahas
bentuk perlindungan hukum konsumen, implikasi hukum
wanprestasi, dan penyelesaian sengketa.
BAB V : Berisikan tentang kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab
terakhir skripsi yang pada akhirnya penelitian ini menarik
beberapa kesimpulan dari penelitian untuk menjawab rumusan
masalah serta saran.
11
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
TEORI PERLINDUNGAN HUKUM
Bab II menguraikan tentang kerangka konseptual dan beragam teori
yang meliputi perlindungan hukum, pengertian, maupun asas serta uraian teori
tentang hak atas privasi. Bab II mendeskripsikan perihal perlindungan hukum
konsumen. Bab II menjelaskan pula tentang perlindungan data pribadi dan
privasi serta hak dan kewajiban para pihak. Terakhir, Bab II mendeskripsikan
sedikit terkait tinjauan (review) terhadap kajian terhadulu.
A. Kerangka Konseptual
1. Perlindungan Hukum
Menurut Setiono, “... perlindungan hukum adalah tindakan atau
upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang
oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk
mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan
manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia ...”.1
Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua: 2
Pertama, Perlindungan Hukum Preventif yaitu perlindungan yang
diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum
terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam Peraturan Perundang-
Undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta
memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu
kewajiban. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk
mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan
pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan
berdasarkan diskresi, dan perlindungan yang represif bertujuan untuk
1 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1986)., h.600 2 Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: PT. Raja
Grafindo,2011)., h.1-22
12
menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga
peradilan.
Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak
pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan
adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk
bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada
diskresi. Menurut Philipus M.Hadjon “ ... perlindungan hukum preventif
merupakan kesempatan untuk mengajukan saran sebelum putusan
pemerintah dibentuk secara definitif, adanya hukum preventif untuk
mencegah terjadinya sengketa ... ”.3 Perlindungan hukum preventif ini
berdasarkan pada kebebasan bertindak yang mendorong pemerintah
untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan berdasarkan
diskresi.
Kedua, Perlindungan hukum represif merupakan sanksi denda,
penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan atas sengketa yang telah
dilanggar. Tujuan hukum represif ini untuk menyelesaikan sengketa.
Hukum ini ditangani oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan
Administrasi di Indonesia.
2. Perlindungan Konsumen
Tumbuhnya sistem perlindungan konsumen seiring dengan
tumbuh dan berkembangnya pola perekonomian yang makin lama
makin pesat.4 Perhatian terhadap perlindungan konsumen, terutama di
Amerika Serikat (1960-1970-an) mengalami perkembangan yang
sangat signifikan dan menjadi objek kajian bidang ekonomi, sosial,
politik dan hukum. Banyak sekali artikel dan buku ditulis berkenaan
dengan gerakan ini. Di Amerika Serikat bahkan pada era tahun-tahun
tersebut berhasil diundangkan banyak peraturan dan dijatuhkan putusan-
putusan hakim yang memperkuat kedudukan konsumen.
3 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya:
PT. Bina Ilmu, 1987)., h.30 4 N.H.T Siahaan, Hukum Perlindungan Konsumen, (Panta Rei, Jakarta, 2005)
hal. 289
13
Az Nasution menyebutkan “... hukum perlindungan konsumen
adalah keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur untuk melindungi
hubungan konsumen dan produsen, dalam kehidupan bermasyarakat
...”.5 Inosentius Samuel menyebutkan “... konsumen adalah pengguna
jasa transportasi umum ,baik sebagai pembeli maupun sebagai pengguna
jasa ...”.6
Selain teori atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas,
definisi perlindungan konsumen terangkum dalam Undang-Undang
perlindungan konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk melindungi konsumen”. Undang-Undang
Perlindungan Kosumen pada dasarnya banyak mengatur mengenai
pelaku usaha dan lebih mengutamakan perlindungan terhadap hak-
hak konsumen sebagai hak-hak dasarnya untuk mencapai keadilan,
yang diharapkan untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen
yang pada gilirannya akan meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi
dirinya, dan pihak akan menumbuhkan pelaku usaha yang bertanggung
jawab.
3. Perlindungan Privasi dan Data Pribadi
Privasi adalah suatu konsep yang bersifat universal yang dikenal di
berbagai negara dalam bentuk Undang-Undang dan dalam bentuk aturan
etika.7 Contonya di Belanda privasi dikenal dengan istilah dignitas yang
memiliki arti hak pribadi, sedangkan di Jerman privasi dikenal dengan
istilah personlichkeitsrecht yang memiliki arti hak pribadi merupakan
5 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1986)., h.600 6 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen,(Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2013)., h.15 7 Shinta Dewi, Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E-
Commerce Menurut Hukum Internasional, (Bandung : Widya Padjajaran, 2009)., h.7
14
sebagai perwujudan kepribadian seseorang dan di Swiss privasi dikenal
dengan istilah Geheimssphare yang berarti privasi individu.8
Konsep privasi pertama kali dikembangkan oleh Warren dan
Brandeis dalam bukunya yang berjudul “The Right to Privacy” Warren
dan Brandeis menyatakan bahwa privasi merupakan hak kehidupan
seseorang untuk dihargai atas perasaan dan pikirannya.9 Perlindungan
privasi berkaitan dengan pemenuhan hak atas data pribadi. Hubungan
mengenai perlindungan data privasi dan data pribadi dikemukakan oleh
Allan Westin berpendapat bahwa privasi merupakan hak seseorang.
Mengenai informasi tentang dirinya yang dapat dipublikasikan atau tidak
dapat dipublikasikan. Allan Westin menyebut dengan information
privacy karena menyangkut data privacy. Dari definisi yang diberikan
oleh Allan Westin dapat dipahami bahwa privasi merupakan hak
seseorang terhadap informasi dirinya untuk diktehaui atau tidak diketahui
oleh orang lain.
Suprime Court Amerika berpendapat bahwa privasi merupakan:
“ right to control the dissemination of personal information,
especially one‟s identity, and toa lesser extent, as a right to
limit access to one‟s self”.10
Suprime Court Amerika berpendapat bahwa privasi merupakan hak
seseorang untuk mengatur data pribadi mengenai dirinya untuk disebar
atau tidak kepada orang lain. Privasi juga dapat didefinisikan sebagai
pembatasan akses terhadap diri seseorang. Dari definisi ini dapat
dikatakan bahwa privasi sangat berhubungan erat dengan kerahasiaan
atas data pribadi seseorang. Jika data pribadi mengenai seseorang
tersebut disebarluaskan tanpa izin pemilik. Maka akan merugikan
8 Shinta Dewi, Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E-Commerce
Menurut Hukum Internasional., h.7 9 Samuel Warren, Louis D. Brandeis, “The Right To Privacy” penerjemah Sinta
Dewi, dalam T.O. Aspek Perlindungan Data Pribadi Menurut Hukum Internasional,
Regional dan Nasional, (Bandung: Refika, 2015)., h.12 10
Martin Khun, Federal DataveillanceImplications for Constitutional
PrivacyProtections,( New York: LFB Scholarly Publishing LLC 2007)., h.51
15
seseorang yang menyebabkan rusaknya martabat dan nama baik
seseorang.
Dalam konsep hukum telematika, data merupakan representasi
formal suatu konsep, fakta, dan instruksi. Penggunaan istlah data dalam
sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa
adanya. Data merupakan bentuk jama dari kata datum, yang berasal dari
bahasa latin yang berarti “sesuatu yang diberikan”.11
Data merupakan sekumpulan informasi yang diolah melalui
teknologi. Sedangkan informasi merupakan data yang diinterpretasikan
melalui prosedur yang berbasiskan pada pengetahuan. Dari uraian diatas
dapat simpulkan bahwa bahwa data dan informasi adalah sumber data
yang sangat penting untuk suatu organisasi atau suatu lembaga tertentu
untuk mengembangkan bisnisnya. Diera modern saat ini organisasi atau
lembaga tertentu dituntut untuk dapat menggunakan data dan informasi
secara tepat, benar, cepat, dan lengkap agar mampu bersaing dengan
organisasi atau lembaga lain.
Istilah perlindungan data pertama kali digunakan di Jerman dan
Swedia pada tahun 1970 yang mengatur perlindungan data pribadi
melalui Undang-Undang.12
Alasan dibuatnya perlindungan karena waktu
itu menggunakan komputer untuk menyimpan data penduduk untuk
keperluan sensus penduduk. Dalam praktiknya banyak terjadi
pelanggaran yang dilakukan pemerintah atau pihak swasta. Maka untuk
mencegah terjadinya pelanggaran terhadap penggunaan data pribadi yang
sering disalahgunakan oleh pihak lain perlu adanya regulasi yang
mengatur mengenai perlindungan data pribadi.
Tiap negara menggunakan istilah yang berbeda mengenai informasi
pribadi dan data pribadi. Tetapi secara substantif kedua istilah tersebut
mempunyai arti yang hampir sama sehingga kedua istilah tersebut
11
Purwanto, Penelitian Tentang Perlindungan Hukum Data Digital, (Jakarta:
Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2007)., h.13 12
Shinta Dewi, Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E-Commerce
Menurut Hukum Internasional., h.37
16
digunakan secara bergantian.13
Di Amerika Serikat, Kanada, dan
Australia menggunakan istilah informasi pribadi. Sedangkan di negara-
negara Uni Eropa dan Indonesia menggunakan istilah data pribadi.
Data pribadi terdiri atas fakta-fakta, komunikasi, dan informasi
mengenai seseorang bersifat sensitive atau pribadi. Sehingga pihak lain
ingin menyimpan, menggunakan, dan menyebarluaskan kepada pihak
lain. Pada dasarnya perlindungan data dapat digolongkan menjadi dua
kategori, yakni bentuk perlindungan data yang dilindungi dalam bentuk
fisik data. Bentuk perlindungan data lainnya yaitu, dilindungi dari sisi
regulasi yang mengatur mengenai penggunaan data yang dilakukan oleh
pihak lain untuk kepentingan tertentu, dan penyalahgunaan data yang
dilakukan oleh lembaga tertentu untuk kepentingan lain.
B. Teori
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Ada beberapa konsep perlindungan hukum diantaranya yaitu:
Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek
hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai
kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal
dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan
perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang
mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.14
Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan,
dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang
diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban,
dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam
interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai
13
Jerry Kang, “Information Privacy in Cyberspace Transaction”, Stanford Law
Review. Vol. 1998, 50. (1998)., h.5 14
www.hukum.com/tag/perlindungan-hukum-represif., diakses pada 29 Januari
2018, jam 13:00 WIB.
17
subyek hukum, manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan
suatu tindakan hukum.
2. Perlindungan Hukum Konsumen
Perlindungan hukum konsumen merupakan kaidah-kaidah yang
mengatur dan melindungi konsumen. karena konsumen dirugian akibat
mengkonsumsi produk atau jasa dari produsen.15
perlindungan hukum
konsumen dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan para pihak mengenai suatu produk atau jasa.16
Terdapat asas-asas perlindungan hukum konsumen, sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen :
a. Asas manfaat
Merupakan upaya hukum yang dilakukan penyelenggara
perlindungan konsumen. Bertujuan untuk memberikan manfaat untuk
konsumen dan pelaku usaha.
b. Asas keadilan
Merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam transaksi jual beli
antara produsen dan konsumen untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil.
c. Asas keseimbangan
Merupakan keseimbangan kepentingan konsumen, pelaku usaha,
dan pemerintah, dalam kepentingan materil dan spiritual.
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Adalah jaminan atas keamanan dan keselamatan oleh produsen
kepada konsumen. Mengenai penggunaan dan pemanfaat produk atau
jasa yang akan dikonsumsi konsumen.
e. Asas kepastian hukum
15
Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen : Problematika Kedudukan dan
Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),(Disertasi S3
Universitas Brawijaya Press 2011)., h.42 16
Barkatullah Abdul Haim, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Transaksi
ECommerce Lintas Negara di Indonesia, (Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Press, 2009., h.27
18
Merupakan perilaku produsen maupun konsumen yang menaati
hukum untuk memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen, yang dijamin oleh negara.
Tujuan hukum perlindungan konsumen, terdapat dalam Pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen :
Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri. Mengangkat harkat dan martabat konsumen
dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian
barang atau jasa. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam
memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai
konsumen. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi
serta akses untuk mendapatkan informasi. Menumbuhkan
kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung
jawab dalam berusaha. Meningkatkan kualitas barang atau jasa
yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang atau jasa,
kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
3. Teori Perlindungan Hak Atas Privasi
Data pribadi merupakan identitas, kode simbol, huruf dan angka
sebagai penanda personal seseorang yang bersifat pribadi.17
Perlindungan
privasi adalah perlindungan atas informasi dan komunikasi melalui surat,
email, akun sosial media, dan jasa transportasi online berbasi aplikasi
pun menggunakan data pribadi seperti alamat email, nama, jenis kelamin,
kewarganegaraan, dan nomor ponsel. Pengaturan hak perlindungan
pribadi ini terlebih dahulu terkenal di Eropa dan Amerika. Di Amerika
Serikat perlindungan hak atas privasi dimulai saat disahkannya bill of
rights oleh konstitusi Amerika Serikat.18
Privasi terbagi dalam tiga aspek
yaitu:19
17
www.scdc.binus.ac.id/himslaw/2017/03/perlindungan-data-pribadi-
berdasarkan-hukum-positif-indonesia/., diakses 14 Desember 2018, jam 02:49 BBWI. 18
Anggra dkk, menyeimbangkan hak: Tantangan Perlindungan Privasi dan
Menjamin Akses Keterbukaan Informasi dan Data di Indonesia, (Jakarta selatan:
Institute for Criminal Justice Reform, TT)., h.3 19
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005)., h.160-161
19
Pertama, Privacy of a Person’s Persona merupakan privasi
mengenai pribadi seseorang hak privasi ini berdasarkan pada prinsip
umum bahwa setiap orang mempunyak hak atas dirinya sendiri the right
to be let alone. Terdapat empat pelanggaran terhadap hak pribadi ini
yaitu: publikasi yang menempatkan seseorang pada tempat yang salah.
Misalnya, menggunakan foto seorang perempuan untuk ilustrasi suatu
artikel tentang seorang ibu yang menelantarkan anaknya, penggunaan
yang tidak tepat nama atau kesukaan seseorang untuk tujuan komersial,
pembukaan fakta-fakta pribadi yang memalukan dihadapan publik, dan
mengganggu kesunyian serta kesendirian seseorang.
Kedua, Privacy of Data About a Person merupakan hak privasi
data atas informasi seseorang. Mengenai data seseorang yang
dikumpulkan dan digunakan oleh orang lain, seperti kebiasaan seseorang,
catatan medis, dan sebagainya. Termasuk penyalahgunaan informasi
konsumen yang dikumpulkan oleh suatu perusahaan termasuk dalam
pelanggaran hak privasi seseorang.
Ketiga, Privacy of a Person’s Communations merupakan hak
privasi komunikasi seseorang. Komunikasi melalui online termasuk
dalam hak privasi ini. Pengawasan atas pengungkapan isi dari
komunikasi elektronik yang dilakukan oleh orang lain selain dari
pengirim dan penerima pesan merupakan pelanggaran privasi seseorang.
Selain teori diatas ada beberapa teori perlindungan data dan privasi
terdiri dari:
Teori Actual Reasonable Expectation Privacy merupakan privasi
seseorang berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintah kecuali
adanya kepentingan penegak hukum untuk melakukan penyelidikan atas
penyadapan sarana telekomunikasi yang digunakan oleh seseorang.
Untuk setiap pengungkapan informasi dihadapan umum, atas hal yang
dapat diakses secara langsung oleh publik seperti informasi atas aktivitas
yang dilakukan seseorang merupakan bukan menjadi privasi lagi. Teori
Actual Reasonable Expectation Privacy ini memberikan konsep
20
perlindungan seperti data konsumen yang disimpan oleh penyelenggara
jasa telekomunikasi merupakan bukan ruang publik sehingga
penyelenggara jasa telekomunikasi harus menjaga kerahasiaan data
privasi konsumen, penyelenggara jasa telekomunikasi tidak memberikan
data pribadi konsumen kepada pihak ketiga untuk dipergunakan tanpa
persetujuan konsumen selaku pemilik data.
Teori Interactive justice merupakan seseorang yang melakukan
perbuatan melawan hukum, untuk melindungi seseorang dari perbuatan
yang dapat merugikan orang lain, yang diatur dalam hukum perdata dan
pidana. Konsep yang diterapkan dalam teori ini merupakan civil law yang
meliputi perbuatan yang bertentangan dengan Undang-Undang,
kesusilaan dalam masyarakat, dan perbuatan yang melanggar hak orang
lain. Pertanggungjawaban hukum pada teori interactive justice ini terjadi
ketika konsumen mengirim data dan informasi kepada pihak ketiga
melalui penyelenggara jasa transportasi online. Dengan adanya ikatan
kontraktual yang menimbulkan hak dan kewajiban untuk pihak
konsumen maupun produsen disertai timbal balik.
Menurut Albert J. Marcella Jr. dan Carol Stucki online
marketplace system sebagai “The collection and use of personal
information for marketing purposes”. Yang memiliki arti cara-cara
mengkoleksi informasi pribadi konsumen secara online melalui komputer
maupun seluler untuk tujuan bisnis. Selain melanggar hak privasi
konsumen. Hal tersbut merupakan bentuk pengabaian terhadap prinsip-
prinsip kepercayaan konsumen.20
Penyelenggara jasa transportasi harus memberi informasi terhadap
konsumen terkait dengan pengelolaan dan penggunaan data pribadi
konsumen sebagaimana dijelaskan dalam teori Privacy by design
merupakan pengolaan data pribadi yang dilakukan oleh penyelenggara
jasa transportasi melalui kebijakan privasi. Dalam kebijakan privasi
20
Albert J. Marcella Jr. dan Carol Stucki, Privacy Handbook: guidelines,
exposures, policy implementation, and international issue, (New Jersey: John Wiley &
Sons,Inc, tahun 2003)., h.198
21
penyelenggara harus memberikan semua informasi yang dibutukan oleh
konsumen mengenai bagaimana pihak penyelenggara jasa transportasi
akan mengelola data pribadi kosnumen. Sehingga konsumen mengetahui
sejauh mana keamanan dan penggunaan data pribadi konsumen untuk
kepentingan secondary uses. biasanya data pribadi konsumen akan
dibagikan kepada penyedia jasa transportasi.21
Privacy policy merupakan tanggungjawab dan pelaksanaan
ketentuan oleh para pihak. Bertujuan untuk melindungi hak privasi
terhadap konsumen yang telah memberikan data pribadinya. Untuk
menggunakan suatu layanan jasa. Privacy policy dapat diakses dengan
mudah, saat konsumen menggunakan layanan jasa transportasi pada
aplikasi. Karena itu ketentuan tersebut sangat penting dalam transkasi
online.
a. Hak dan Kewajiban
1) Hak dan Kewajiban Penyelenggara Jasa Transportasi
Prinsip-prinsip kewajiban penyelenggara jasa transportasi online
untuk melindungi kepentingan konsumen yaitu:
Penyelenggara jasa transportasi online harus melakukan upaya
untuk menjamin atas kejelasan dan tujuan perjanjian dengan konsumen
untuk menghindari kesalahan penafsiran. Penyelenggara jasa transportasi
harus mengembangkan program yang berisi prinsip-prinsip privacy
konsumen. Penyelenggara memastikan bahwa transaksi yang dilakukan
antara penyedia jasa dengan konsumen berjalan dengan aman.
Penyelenggara jasa transportasi online bertanggung jawab untuk
memberikan ganti rugi atas kerusakan dan pencemaran nama baik
21
Sinta Dewi, Konsep Perlindungan Hukum Atas Privasi dan Data Pribadi
Dikaitan Dengan Penggunaan Cloud Computing Di Indonesia,(Jurnal Yustisi vol.5
no.1, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, tahun 2016)., h.27
22
konsumen akibat mengkonsumsi barang/jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.22
Penyelenggara jasa transportasi merupakan fasilitator konsumen
dan penyedia jasa transportasi. Dimana penyelenggara jasa transportasi
harus mengirim data pribadi konsumen kepada penyedia jasa
transportasi. Data pribadi tersebut sebagai sarana komunikasi antara
konsumen dengan penyedia jasa transportasi. Bertujuan untuk
memberikan layanan jasa transportasi yang terdapat dalam aplikasi
kepada konsumen. Permasalahan hukum ini timbul karena konsumen
dirugikan oleh penyedia jasa yang bekerja sama dengan penyelenggara
jasa transportasi online.
Ada beberapa kewajiban penyelenggara jasa transportasi online
terdapat dalam Pasal 28 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2016:
Pertama, penyelenggara jasa transportasi online wajib menjaga
keakuratan data dan merahasiakan data pribadi milik konsumen yang
disimpannya untuk mengelola dan penghapusan data pribadi yang sudah
tidak relevan. Kedua, penyelenggara jasa wajib menyampaikan kepada
konsumen bahwa terjadinya kebocoran data dalam sistem elektronik
yang dikelolanya, dengan ketentuan. Pihak penyelenggara harus
menyampaikan penyebab terjadiya kebocoran data. Penyelenggara dapat
menyampaikan hal tersebut melalui online sebagaimana dalam kentuan
yang sudah disetujui oleh konsumen. Konsumen mengalami kerugian
akibat kebocoran data tersebut. Pemberitahuan secara tertulis dapat
disampaikan kepada konsumen paling lama empat belas hari saat
diketaui terjadinya kebocoran data.
Ketiga, penyelenggara jasa harus memiliki aturan internal terkait
perlindungan data pribadi konsumen sesuai dengan kentuan peraturan
perundang-undangan. Keempat, ppenyelenggara wajib menyediakan
rekam jejak audit terhadap seluruh kegiatan penyedia layanan jasa
22 Rizka Nurdinisari, Perlindungan Hukum Terhadap Privasi dan Data Pribadi
Pengguna Telekomunikasi Khususnya dalam Menerima Informasi Promosi yang
Merugikan., h.51
23
transportasi onlie yang dikelolanya. Kelima, pihak penyelenggara wajib
memberi opsi terhadap konsumen mengenai data yang dapat ditampilkan
dan tidak dapat ditampilkan pada pihak penyedian jasa transportasi.
Kelima, penyelenggara jasa transportasi harus memberikan akses pada
konsumen untuk mengubah dan memperbaharui data pribadi miliknya.
Keenam penyelenggara jasa transportasi dapat menghapus atau
memusnahkan data sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan. Ketujuh, pihak penyelenggara harus menyediakan contact
person yang dapat dihubungin konsumen mengenai pengelolaan dan
penggunaan data pribadi miliknya.
2) Hak dan Kewajiban Konsumen
Ada lima hak konsumen sebagai pemilik data pribadi tercantum
dalam Pasal 26 Peraturan menteri Nomor 20 Tahun 2016:
Pertama, konsumen mempunyai hak untuk memperoleh keamanan
atas privasi data pribadinya. Pada hak ini adanya intervensi, tanggung
jawab dan peran pemerintah sangat penting dalam menjamin keamanan
data dan privasi konsumen. Maka pengaturan dan regulasi perlindungan
konsumen sangat dibutuhkan untuk menjaga data dan privasi konsumen
dari perilaku produsen yang dapat merugikan dan membahayakan
keselamatan konsumen.
Kedua, konsumen mempunyai hak untuk mengajukan aduan
kepada menteri komunikasi dan informatika untuk menyelesaikan
sengeketa atas terjadinya kebocoran data pribadi oleh penyelenggara
jasa transportasi. Ketiga, konsumen mempunyai hak untuk mengubah
dan memperbaharui data pribadi. Keempat konsumen berhak untuk
mendapatkan histori atas penyerahan data yang dilakukan konsumen.
Kelima, konsumen dapat meminta pihak penyelenggara untuk
melakukan penghapusan data tertentu miliknya dalam sistem elektronik
yang dikelola oleh penyelenggara.
24
Ada empat pendapat Presiden Jhon F. Kennedy mengenai hak
konsumen yang harus dilindungi, yaitu:23
Pertama, konsumen berhak untuk memperoleh keamanan dari
suatu produk atau jasa yang dapat membahaya keselamatan konsumen.
Pada hak ini adanya intervensi, tanggung jawab dan peran pemerintah
sangat penting dalam menjamin keselamatan dan keamanan konsumen.
Maka pengaturan dan regulasi perlindungan konsumen sangat
dibutuhkan untuk menjaga konsumen dari perilaku produsen yang dapat
merugikan dan membahayakan keselamatan konsumen.
Kedua, hak untuk memilih merupakan hak prerogatif konsumen
untuk membeli atau tidak suatu produk atau jasa. Hak ini lebih
ditentukan oleh konsumen. Ketiga, hak atas informasi dalam hak ini
produsen harus memberikan informasi secara lengkap dan jujur
mengenai produk/jasa yang akan dibeli konsumen baik secara langsung
maupun melalui media komunikasi yang sudah disepakati bersama
supaya tidak merugikan konsumen. Keempat hak untuk didengar dalam
hak ini produsen harus mendengar dan memperhatikan keluhan
konsumen dalam mengkonsumsi produk atau jasa yang dijual produsen.
Didalam Organisasi Konsumen Sedunia(International
Organization of Consumers Union- IOCU) terdapat tiga hak dasar
konsumen yang harus dilindungi yaitu: pertama, hak untuk memperoleh
ganti rugi merupakan kompensasi yang diberikan produsen kepada
konsumen yang mengalami kerugian. Karena mengkonsumsi produk
atau jasa yang dipasarkan produsen. Akibatnya konsumen mengalami
kerugian materil maupun immateril. Kedua, hak untuk mendapatkan
produk atau jasa sesuai dengan nilai tukar. Ketiga, hak untuk
mendapatkan upaya penyelesaian hukum yang patut adalah hak
konsumen untuk mendapatkan kepastian hukum. Bertujuan untuk
menuntut kerugian yang dialami konsumen akibat memakai atau
23 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen., h.49
25
menggunakan produk/jasa yang dari produsen. Permasalahan ini
diselesaikan melalui prosedur hukum yang berlaku.24
Kewajiban yang harus dipatuhi oleh konsumen terhadap produsen,
yaitu konsumen harus membaca atau mengikuti petunjuk dan prosedur
sebelum menggunakan atau memakaian suatu produk atau jasa, demi
keamanan dan keselamatan. Jika konsumen tidak membaca prosedur
yang telah disampaikan oleh produsen. Maka produsen tidak
bertanggung jawab. Karena konsumen tidak mengikuti instruksi dan
prosedur penggunaan produk atau jasa yang tertera dilabel.
Konsumen juga harus beritikad baik dalam melakukan transaksi
pembelian barang atau jasa, membayar produk atau jasa sesuai dengan
nilai tukar yang telah disepakati, dan mengikuti aturan hukum untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi antara konsumen dan produsen.25
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Dalam menjaga keaslian tema peneliti ajukan dalam skripsi ini perlu
kiranya peneliti melakukan juga beberapa rujukan yang menjadi bahan
pertimbangan antara lain:
1. Alfridha Haulani dalam skripsinya yang berjudul “Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Pengguna Jasa Taksi di Makassar (Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Makassar : 2016)”.
Skripsi ini menganalisa mengenai tanggung jawab perusahaan taksi
terhadap barang bawaan konsumen yang tertinggal ditaksi dan perilaku
pengemudi yang dapat merugikan konsumen. Skripsi alfridha haulani
membahas bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen dan
tanggung jawab perusahaan taksi, yang tidak terfokus pada hak privasi
konsumen.26
24
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Pt.
Raja Grafindo Persada)., h.46 25
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen., h.50 26
Alfridha Haulani, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Jasa
Taksi di Makassar, ( Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, 2016).,
h.65
26
2. Skripsi Apriyanti dalam skripsinya yang berjudul “Perlindungan Hukum
Terhadap konsumen dalam transaksi e-commerce ditinjau dari hukum
perikatan (Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta : 2014)”. Skripsi ini menganalisa mengenai
legalitas transaksi elekronik yang ditinjau dari hukum perikatan dan
perlindungan perlindungan hukum terhadap konsumen dalam bertransaksi
melalui media. Skripsi apriyanti membahas bagaimana keabsahan kontrak
elektronik dalam transaksi jual beli online, yang tidak terfokus padab bentuk
perlindungan hukum data privasi konsumen pada kontrak elektronik.27
3. Ginanjar Hutomo Bangun dalam skripsinya yang berjudul “Perlindungan
Hukum Bagi Penumpang Angkutan Umum (Studi pada angkutan
umum jurusan Jatingaleh-UNNES) (Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang : 2012)”. Skripsi ini menganalisa mengenai perlindungan
hukum bagi penumpang angkutan umum terhadap perilaku pengangkut
yang mengangkut penumpang melebihi kapasitas maksimum kendaraan.
Skripsi ginanjar hutomo bangun membahas apa faktor-faktor angkutan
umum yang mengangkut penumpang melebihi kapasitas kendaraan, yang
tidak terfokus pada bentuk perlindungan hukum yang diberikan
penyelenggara jasa transportasi pada konsumen.28
4. Randy Gunawan dalam skripsinya yang berjudul “Perlindungan Hak
Konsumen Pengguna Jasal Layanan Transportasi Bus Transjakarta-
Busway sesuai dengan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Fakultas Hukum Universitas Indonesia :
2011)”. Skripsi ini menganalisa mengenai perlindungan hukum konsumen
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen dan pemenuhan hak-hak konsumen. Skripsi randy gunawan
membahas tanggung jawab penyelenggara jasa transportasi terhadap
27
Apriyanti, Perlindungan Hukum Terhadap konsumen dalam transaksi e-
commerce ditinjau dari hukum perikatan, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014)., h.72 28
Ginanjar Hutomo Bangun, Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkkutan
Umum (Studi pada angkutan umum jurusan Jatingaleh-UNNES), (Skripsi S-1 Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang, 2012)., h.93
27
pemenuhan hak-hak konsumen yang dilanggar penyedia jasa transportasi,
yang tidak terfokus pada diberikan pada tanggung jawab penyedia jasa
transportasi terhadap hak privasi konsumen. 29
5. Mochammad Khisbul Muzaqqi dalam skripsinya yang berjudul
“Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Bus yang Tidak Layak
Jalan Di Tinjau Undang-Undang No. 2 Tahun 2009 dan Hukum Islam
(Studi di Kantor Dinas Perhubungan Sidoarjo) (Fakultas Syariah UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang : 2015)”. Skripsi mochammad khisbul
muzaqqi membahas mengenai bahwa bentuk perlindungan hukum ketika
bus yang ditumpangi tidak layak jalan sesuai dengan undang-undang lalu
lintas serta integrasi kepada hukum Islam yang mana di dalam Islam untuk
menjaga diri sendiri dan menjaga diri orang lain, yang tidak terfokus pada
hak privasi konsumen menurut hukum positif.30
29
Randi Gunawan, Perlindungan Hak Konsumen Pengguna Jasa Layanan
Transportasi Bus Transjakarta-Busway sesuai dengan Undang-undang No.8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, ( Skripsi S-1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011).,
h.99 30
Mochammad Khisbul Muzaqqi, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang
Bus yang Tidak Layak Jalan Di Tinjau Undang-Undang No. 2 Tahun 2009 dan Hukum Islam
(Studi di Kantor Dinas Perhubungan Sidoarjo), (Skripsi S-1 Fakultas Syariah UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2015)., h.18
28
BAB III
PROFIL GRAB
Bab III menyajikan sejarah Grab dan struktur organisasi Grab. Bab III
menguraiakan syarat dan ketentuan yang berlaku untuk konsumen. Selain itu, Bab
III mendeskripsikan tanggung jawab serta kewajiban mitra dan Grab.
A. Sejarah Grab
Grab merupakan perusahaan jasa transportasi online berbasis aplikasi
didirikan oleh warga Negara Malaysia yang bernama Anthony Tan dan Tan
Hooi Ling. Awal mulanya Grab dicetuskan pada tahun 2012 oleh sekelompok
masyarakat yang mengeluh mengenai sulitnya mendapatkan transportasi.
Sekelompok masyarakat tersebut berusaha untuk meyelesaikan permasalahan
mengenai sulitnya mendapatkan transportasi. dengan cara memanfaatkan
kecanggihan eletronik. Maka Grab hadir dengan nama MyTeksi. Dalam waktu
singkat Grab bertransformasi menjadi lebih besar dan Asia Tenggara menjadi
tempat operasionalnya. Kini Grab hadir di 8 Negara di Seluruh Asia Tenggara.
Dengan adanya Grab masyarakat terbantu dalam mendapatkan transportasi,
dapat dilihat banyaknya masyarakat yang menggunakan layanan Grab setiap
hari. Selain di Malaysia, Grab berkembang pesat di Singapura, Indonesia,
Thailand, Vietnam, Cambodia, Myanmar, dan Filipina.
Masyarakat Asia Tenggara tidak hanya membutuhkan tumpangan saja,
tapi masyarakat asia juga membutuhkan platfrom transportasi yang aman untuk
digunakan kaum wanita dan anak-anak. Maka Grab menerapkan tahap
pemilihan terhadap pengemudi dan kendaraan ketika calon pengemudi
melakukan registrasi untuk menjadi mitra. Serta Grab memberikan pelatihan
kode etik terhadap calon pengemudi ini untuk memberikan pelayanan jasa
transportasi yang berkualitas untuk masyarakat. Grab menerapkan fitur share
my ride untuk keaman masyarakat yang melakukan perjalanan menggunakan
layanan jasa Grab. selain itu Grab memberikan asuransi dan bantuan 24 jam
untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan.
29
Grab menyediakan berbagai pilihan alat transportasi berupa taksi, mobil
pribadi, dan motor, Grab memberikan biaya perjalanan yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Agar transportasi ini dapat dijangkau oleh semua
kalangan masyarakat. penggunaan layanan jasa transportasi online berbasis
aplikasi ini mudah, bisa digunakan kapanpun dan dimanapun. Tidak hanya
membantu masyarakat untuk mendapatkan transportasi. Grab juga membantu
masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Grab mengajak
masyarakat untuk menjadi mitra. Mitra merupakan sebutan untuk pengemudi
Grab. Untuk menyelesaikan masalah transportasi Grab berinovasi untuk
memanfaatkan perkembangan teknologi. Maka Grab menggunakan teknologi
sebagai media interaksi antara pengemudi dengan penumpang.1
Di Indonesia, Grab memberikan layanan alat trasnportasi seperti ojek,
dan taksi. Yang saat ini sudah ada di jakarta dan sekitarnya. Pada pertengahan
tahun 2014 Grab Lahir dengan nama Grabtaxi, layanan jasa transportasi
tersebut mendapat apresiasi dari masyarakat. Pada tanggal 14 Juli 2016 Grab
melakukan rebrand sebagai platform penyedia layanan pemesanan kendaraan
terlengkap. Selain itu perkembangan Grabcar dan Grabbike di Indonesia
berkembang lebih pesat 250 kali dari pertengahan tahun 2015. Grab juga
menambahkan layanan jasa seperti sewa mobil pribadi dan layanan kurir.
Teknologi machine learning dan kemampuan analitik data merupakan
faktor pendorong pertumbuhan bisnis yang signifikan dan efisiensi. Pada
tahun 2016 layanan Grabbike di Indonesia telah berkembang 300 persen year
to date, maka Grab melakukan pengurangan subsidi pada setiap perjalanan
yang diselesaikan sebesar 50 persen. Hal ini menunjukkan tingginya
keterlibatan pengguna pada platform multi-layanan Grab.
Satu dari empat pengguna aktif Grab di Indonesia menggunakan lebih
dari satu layanan jasa yang disediakan Grab. Maka Indonesia menjadi pasar
terbesar Grab, berdasarkan jumlah perjalanan yang diselesaikan seluruh
platform. Grab secara khusus menfokuskan bisnisnya di Jakarta, yang
didiami lebih dari 30 juta penduduk. Selain menyediakan layanan jasa
1 www.grab.com>about.Diakses 18 Oktober 2018 jam 16:06 WIB.
30
transportasi dan kurir antar barang. Grab juga menyediakan jasa antar makanan
yang diberi nama GrabFood. Grab akan melakukan ekspansi platform multi
layanan ke lebih dari delapan megacity di luar kota Jakarta, dengan total
populasi sebesar 38 juta penduduk. Indonesia merupakan negara ke empat
terbesar dari segi populasi dengan total penduduk lebih dari 250 juta.
“Grab merupakan perusahaan plaform yang menawarkan pilihan
layanan pemesanan jasa transportasi online terbanyak di pasar Asia
Tenggara, karena lebih dari 17 juta aplikasi yang telah diunduh pada perangkat
seluler masyarakat dan 320.000 pengemudi di 30 kota diseluruh Negara
Asia Tenggara.2 Grab hadir untuk memecahkan masalah transportasi dalam
kegiatan sehari-hari masyarakat. Maka penumpang dapat memesan transportasi
melalui smartphone dengan mudah, aman, dan nyaman”.
B. Struktur Organisasi Grab
Struktur organisasi Grab terdiri dari : “Super Administrator yang
memiliki tugas Developing, monitoring program, dan full access.
Administrator bertugas Add operation dan manage data. Tugas Operation
terdiri Add member, Add driver, dan Monitoring driver. Driver memiliki hak
untuk Accepting job. Dan sampai pada Costumer yang meng order”.3
C. Aturan dan Kebijakan Penggunaan Data Pribadi
Dalam aplikasinya, Grab meminta konsumen untuk menyetujui bahwa
data pribadi yang diserahkan kepada Grab akan digunakan untuk proses
penggunaan layanan dalam aplikasi sesuai dengan ketentuan layanan pengguna
Grab. pihak Grab akan melakukan proses identifikasi terkait informasi pribadi
yang telah dikirim oleh konsumen berupa nama, kebangsaan, email, nomor
telepon dan jenis kelamin. Penyerahan data pribadi konsumen kepada pihak
Grab bersifat sukarela. Untuk keamanan data, pihak Grab melarang konsumen
untuk memberikan kuasa pada pihak ketiga untuk menggunakan data pribadi
konsumen untuk menggunakan layanan yang disediakan oleh pihak Grab.
2 www.grab.com>press>business.,diakses 18 Oktober 2018, jam 20:18 WIB.
3 www.tryhantoro.wordpress.com, diakses 30 Oktober 2018, jam 19:05 WIB.
31
Konsumen setuju untuk mematuhi hukum yang berlaku di negara dan
kota ditempat konsumen menggunakan layanan jasa transportasi. Grab
melarang konsumen untuk menggunakan software dengan tujuan yang tidak
sah. Konsumen dengan ini dinyatakan setuju bahwa layanan jasa transportasi
online ini digunakan untuk tujuan yang sah, konsumen tidak menggunakan
aplikasi untuk melanggar hukum, tidak menggunakan aplikasi diluar
penggunaan layanan jasa transportasi, tidak menghubungi driver diluar
pelayanan jasa transportasi, tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan
pihak lain, setuju untuk memberikan informasi terkini dengan lengkap untuk
menggunakan aplikasi, konsumen hanya dapat mengakses akun yang sudah
didaftarkan, dan setuju dengan kebijakan privasi yang dapat berubah sewaktu-
waktu.
Grab tidak dapat memproses permintaan konsumen untuk menggunakan
layanan pada aplikasi apabila data pribadi yang konsumen berikan tidak
lengkap. Penggunaan data pribadi konsumen yang dilakukan oleh pihak Grab
hanya untuk melaksanakan kewajiban atas kontrak yang sudah dibuat dan
disetujui oleh konsumen. Grab memberikan layanan jasa transportasi kepada
konsumen sesuai dengan syarat dan ketentuan. Seperti melakukan proses
verifikasi kode promo, survei konsumen terhadap pelayanan jasa yang telah
diberikan driver, melakukan proses permintaan layanan jasa transportasi
berdasarkan syarat dan ketentuan, melakukan validasi pembayaran sesuai
dengan ketentuan.4
Pihak Grab menggunakan data pribadi konsumen untuk melakukan
rangkaian operasi pada aplikasi sesuai dengan Undang-Undang mengenai
perlindungan data pribadi konsumen. Termasuk melakukan adaptasi atas
perubahan data pribadi konsumen, pengungkapan data pribadi konsumen
melalui transmisi, transfer, diseminasi dengan cara mencocokan, mengkoreksi,
dan menghapus data pribadi. Grab menggunakan data pribadi konsumen hanya
untuk melakukan proses pemesanan layanan jasa transportasi sesuai dengan
4 www.Grab.com>terms>driver,, diakses 30 Oktober 2018, jam 19:30 WIB.
32
ketentuan Undang-Undang yang mengatur tentang perlindungan data pribadi
konsumen.5
Data pribadi konsumen tidak hanya didapat dari formulir aplikasi saat
melakukan registrasi, survei, dan media sosial resmi Grab. melainkan dapat
diambil melalui cookies dari situs website, yang akan ditransfer pada pihak
ketiga yang disebut driver. Data pribadi yang di terima driver berupa nama,
nomor telp, foto dan alamat terkini dengan tujuan untuk memudahkan akses
komunikasi pihak driver dengan konsumen. Dengan ada nya pengecualian dari
Undang-Undang yang berlaku konsumen dapat meminta pihak Grab untuk
membatasi penggunaan data pribadi untuk tujuan yang tidak sesuai dengan
ketentuan.6
Konsumen telah menyetujui data pribadinya diakses oleh pihak Grab.
Konsumen berhak untuk mengubah dan memperbaharui data pribadi yang telah
diberikan kepada pihak Grab. Data pribadi konsumen akan dialihkan dengan
cara ditransfer, disimpan, digunakan, diproses, dan diyuridiksi lain ketika
konsumen berada diluar negeri. Dengan ini konsumen dinyatakan mengerti dan
setuju untuk melakukan peralihan data pribadi untuk menggunakan layanan
jasa transportasi ini saat diluar negeri. Konsumen dapat membatasi penggunaan
data pribadi dengan tujuan lain yang dilakukan oleh pihak Grab dengan cara
mengklik Unsubscribe pada pesan yang telah dikirim ke email konsumen.
Dengan begitu konsumen tidak dapat menerima pemberitahuan pesan seperti
promo, dan lain-lain. Terkecuali pembertahuan informasi terkait transaksi
pembayaran.
D. Tanggung Jawab Para Pihak
1. Tanggung Jawab Grab
Berdasarkan ketentuan layanan pengguna Grab terdapat tanggung jawab
pihak Grab kepada konsumen, yaitu: Grab bertanggung jawab dalam
menjaga data pribadi konsumen sesuai dengan standar industrinya. Grab
5 www.Grab.com>directbiling-terms,, diakses 30 Oktober 2018, jam 19:50 WIB.
6 Kebijakan Privasi, grab.com>kebijakanprivasi,, diakseskses 30 Oktober 2018, jam
20:00 WIB.
33
tidak bertanggung jawab atas penyimpanan dan penyalahgunaan data
pribadi konsumen oleh driver setelah menggunakan layanan dari aplikasi
Grab. Pihak Grab tidak bertanggung jawab atas klaim kerugian dan
kerusakan yang ditimbulkan oleh Pengemudi .Grab tidak menjamin
keamanan data pribadi konsumen, melainkan hanya memberitahu cara
melindungi data konsumen dengan cara menonaktifkan cookies pada
browser. Untuk data yang terkumpul melalui website pada laman Grab
menegaskan tidak bertanggung jawab. Grab akan bertanggung jawab dalam
dukungan teknis dan layanan pelanggan mengenai masalah terkait aplikasi
yang dibutuhkan konsumen. Pihak tidak dimintai pertanggung jawaban atas
kehilangan barang bawaan, dan keterlambatan konsumen dalam perjalanan.
Dan pihak Grab tidak memberikan jaminan bahwa aplikasi akan berjalan
pada telepon, komputer, dan tablet.7
2. Tanggung Jawab Mitra
Dalam ketentuan layanan pengguna Grab, ada beberapa tanggung jawab
mitra kepada konsumen, yaitu:8
a. Mitra bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan konsumen.
Saat konsumen melakukan perjalanan menggunakan jasa transportasi
yang telah disediakan. Mitra bertanggung jawab atas kondisi
kendaraannya beroperasi dengan baik. Sesuai dengan standar keamanan
industri.
b. Mitra bertanggung jawab atas layanan jasa transportasi yang diberikan
pada konsumen.
c. Mitra bertanggung jawab terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen
karena menggunakan kendaraan milik mitra. Seperti terjadinya
kecelakaan yang mengakibatkan cidera dan kerusakan barang bawaan
konsumen.
7 Syarat dan ketentuan umum Grab, grab.com/id/grabfood/merchant-terms/., diakses 13
November 2018, jam 08:00 WIB. 8 Ketentuan Layanan, grab.com/id/terms/., diakses 13 November 2018, jam 08:20 WIB.
34
d. Mitra bertanggung jawab untuk menjaga dan merahasiakan data
konsumen yang dikirim pihak Grab. Pada akun mitra untuk melakukan
identifikasi terlebih dahulu sebelum memberikan akses layanan yang
terdapat pada aplikasi.
3. Kewajiban Grab
Sesuai dengan ketentuan layanan pengguna jasa Grab yanng telah disetujui
oleh konsumen, maka pihak Grab memiliki kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi terhadap konsumen yaitu:
pihak Grab wajib memberikan layanan aplikasi dengan baik kepada
konsumen. Pihak Grab wajib untuk mengelola dan memperbaharui data pribadi
konsumen. pihak Grab wajib melakukan Verifikasi terhadap data pribadi
konsumen untuk memastikan apakah konsumen telah melakuka perubahan
terhadap data pribadi yang telah disimpan untuk menggunakan pelayanan pada
aplikasi Grab. Grab wajib melakukan validasi pembayaran yang telah
dilakukan oleh konsumen terhadap pengemudi. Pihak Grab wajib memberikan
fasilitas asuransi. Grab memiliki kewajiban untuk melacak pergerakan arah
perjalanan konsumen dan mendeteksi adanya perjalanan yang tidak sesuai
dengan rute perjalanan yang telah ditentukan oleh pihak Grab.
Pihak Grab wajib melakukan operasi internal untuk menyediakan layanan,
terdiri dari troubleshooting software bugs dan masalah operasional. Pihak Grab
wajib untuk melakukan analisis, menguji, dan meneliti data yang masuk
kedalam sistem aplikasi Grab. Grab wajib melakukan pemantauan dan aktivitas
pada data pribadi konsumen. Grab berkewajiban untuk melindungi keamanan
terhadap fasilitas yang digunakan konsumen dalam layanan yang tersedia.9
Pihak Grab wajib untuk melindungan data Pribadi konsumen dengan cara
melakukan seleksi dalam menerima pengemudi dan mitra kurir. Melakukan
verifikasi terhadapan data pribadi driver saat memberi layanan jasa transportasi
terhadap konsumen.
9 www.Grab.com>merchant-terms,, diakses 15 November 2018, jam 13:18 WIB.
35
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM DATA PRIBADI PENGGUNA JASA GRAB
Bab IV peneliti membahas hal-hal yang menjawab pertanyaan yang di rumuskan
pada bab I di rumusan masalah. Permasalahan tersebut akan dijawab secara berurutan
dengan subbab sebagai berikut.
A. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi Konsumen
Di era digital tidak dipungkiri bahwa peluang bisnis melalui internet
sangat menjanjikan karena kemampuan automatisnya yang bisa mencakup
berbagai macam hal dan cara akses yang mudah dan cepat, yang menjadikan
masyarakat harus mengikuti perkembangan zaman. Tidak heran jika banyak
perusahaan yang menggunakan internet sebagai sarana penghubung perusahaan
dan konsumen untuk melakukan transaksi jual beli. Hampir 50% konsumen
menggunakan ponsel untuk melakukan kegiatan belanja, selain untuk
berbelanja konsumen juga menggunakan ponsel untuk melakukan riset dan
penjelajahan dalam situs website. Perdagangan secara elektronik yang biasa
disebut e-commerce telah merubah praktik bisnis yang lazim untuk dilakukan
pada jaman dulu sebelum adanya smartphone yang memiliki sistem
pengoperasian android dan ios.
Hal ini membuat perusahaan transportasi online melesat hingga skala
internasional hanya dengan hitungan tahun dan perusahaan transportasi online
ini memiliki kesuksesan akses dalam real time yang lebih baik dibandingkan
dengan perusahaan transportasi angkutan umum yang masih mengandalkan
contact center dan telepon untuk melakukan pemesanan jasa transportasi bagi
masyarakat. Cara tersebut kurang efektif dan praktis dibandingkan dengan
sistem point dan klik yang diterapkan perusahaan jasa transportasi online.
Kemampuan perusahaan transportasi online dalam mengelola data serta dapat
melacak keradaan driver saat melakukan perjalanan bersama konsumen dan
kecepatan driver saat mengendarai kendaraannya ini yang membuat perusahaan
transportasi online maju dengan cepat. Di era digital informasi sebagai alat
tukar untuk mengakses layanan online dengan internet, pengguna bebas
mengakses berbagai macam pengetahuan dan layanan konten secara gratis.
36
Semakin banyaknya data pengguna internet, semakin sulit untuk
melindungi privasi penggunanya dari ancaman pihak lain. Selain hal tersebut
terdapat faktor lain yang membuat minimnya perlindungan privasi terhadap
konsumen yang berasal dari tingkat public interest dalam penggunaan internet
yang semakin tinggi membuat privasi tidak berharga lagi.1 Mengenai uraian
diatas permasalahan privasi yang menyebabkan munculnya informasi dari
konsumen, secara tidak langsung meninggalkan data berupa jejak digital.
Perlindungan data bagi kelangsungan akses terhadap pengguna layanan yang
berbasis aplikasi, penyelenggara semaksimal mungkin menjaga data pribadi
konsumen yang merupakan hak privasi yang harus dijaga kerahasiaannya.
Perusahaan Grab terus memperbarui kebijakan privasi untuk
terlaksanaannya penggunaan jasa Grab yang nyaman, aman dan meminimalisir
resiko terjadi bocornya data pribadi konsumen tersebut. Perusahaan Grab
berkomitmen dalam melindungi data pribadi konsumen. Data konsumen yang
disimpan perusahaan Grab yang berbasis aplikasi tidak menyimpan data secara
fisik, hal ini yang menjadikan perusahaan Grab harus memegang kendali untuk
menjaga data pribadi konsumen tidak disalahgunakan oleh pihak ketiga.
Penggunaan data yang tidak sesuai dapat mengakibatkan kerugian
terhadap konsumen, sehingga konsumen ditempatkan pada tingkat posisi
paling rendah dalam menghadapi perilaku perusahaan. Kegiatan perusahaan
Grab dalam menggunakan komputasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari
memang memberikan manfaat dan kemudahan, namun perusahaan Grab harus
memberikan rangkaian pengamanan serta aturan yang komprehensif terhadap
data pribadi konsumen untuk mencegah terjadinya kebocoran data pribadi
konsumen yang disalahgunakan oleh pihak lain, berupa rute tujuan dan alamat
dapat dilacak melalui fitur API endpoint yang dimiliki Grab. Bentuk
perlindungan data pribadi konsumen terdapat pada pengamanan terhadap fisik
data baik berupa hardfile maupun softfile, penggunaan data tanpa izin, dan
1Agung Pujianton dkk,Pemanfaatan Big Data dan Perlindungan Privasi Konsumen
Diera Ekonomi Digital,(Majalah Ilmiah Bijak Vol 15 No 2, Surabaya, 2018)., h.134-135
37
penyalahgunaan data untuk kepentingan tertentu.2 Data pribadi merupakan aset
berharga bagi konsumen terutama di lingkungan angkutan jasa transportasi
online dimana pelayanannya menggunakan jaringan internet, yang dengan
mudah dapat mengumpulkan data pribadi konsumen, dan menggunakan akun
miliki orang lain tanpa izin pemiliknya. Menjamin akan keamanan data pribadi
konsumen lebih sulit dilindungi dalam sistem jaringan dimana para pihak
dengan mudah dapat mengaksesnya.
Fenomena hadirnya transportasi online merupakan salah satu
problematika yang saat ini diperbincangkan. Karena terdapat ketentuan layanan
pengguna yang harus disetujui konsumen sebelum konsumen menggunakan
aplikasi Grab. Ketentuan layanan pengguna ini menggunakan data digital yang
berfungsi sebagai media perjanjian antara Grab dengan konsumen. Keuntungan
dari perjanjian online yaitu, efisiensi waktu antara perusahaan dengan
konsumen tanpa pertemuan fisik dan tanpa menggunakan kertas untuk
membuat perjanjian, memudahkan perusahaan dan perorangan untuk
menjalankan bisnisnya melalui internet dengan mudah dapat membuat
perjanjian dengan mitra dan konsumennya. Kuantitas dalam perjanjian ini terus
ditingkatkan dan memberi peluang yang luas untuk menjalin kerjasama seluruh
penjuru dunia.
Perjanjian online terjadi melalui komunikasi elektronik antara para
pihak yang dikirim melalui surat eletronik. Waktu penerimaan perjanjian
elektronik saat pesan sudah diterima oleh konsumen, sehingga perjanjian Grab
lahir pada saat konsumen melakukan pemesanan jasa transportasi online. Pihak
yang menerima perjanjian tersebut dinyatakan sudah mengikat dirimya untuk
tunduk pada isi perjanjian tersebut mendorong para pihak untuk melakukan
prestasi.3 Kebebasan konsumen dalam menggunakan layanan transportasi
2 Lia Sutunnida, Urgensi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di Indonesia :
Studi Perbandingan Hukum Inggris dan Malaysia, ( Kanun Jurnal Ilmu Hukum Vol 20, No
2, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala 2018)., h.370-371 3 Imam Sejahtera, Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Elektronik, (Bandung:
PT.Alumni 2010)., h.113-116
38
online tanpa menyadari akses data pribadi diberikan kepada pengemudi seperti
nama lengkap, nomor ponsel, alamat email, dan alamat rumah.
Untuk dapat melihat segi hukum yang dapat diterapkan atas interaksi
antara penyedia jasa transportasi online dengan konsumen dapat dijelaskan
bahwa pelanggan diminta melakukan instalasi aplikasi ke dalam smartphone,
konsumen diminta mengisi informasi dirinya yang terdiri atas informasi nama,
alamat email dan nomor telepon, pelanggan diminta menyetujui agar
keberadaannya diketahui oleh penyedia jasa transportasi online yang diakses
dengan teknologi GPS, dan pelanggan diminta menyetujui keseluruhan proses
di atas. Gangguan sistem online yang sering terjadi menyebabkan hacker
dengan mudah mengambil informasi mengenai data pribadi yang telah
diberikan konsumen pada perusahaan Grab.4
Dalam syarat dan ketentuan layanan konsumen dinyatakan setuju dan
mengizinkan pihak Grab untuk menggunakan dan memproses data pribadi
dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam perjanjian ini, yaitu: konsumen
memberikan data pribadi berupa nama, nomor telepon, alamat email,
kebangsaan, jenis kelamin, dan alamat. Data pribadi konsumen digunakan dan
proses oleh pihak Grab dari waktu ke waktu. Selain data diatas Grab juga dapat
mengumpulkan data yang ada dalam perangkat yang digunakan konsumen
seperti nomor IMEI bertujuan untuk mencegah tindak penipuan. Pemberian
data pribadi konsumen bersifat sukarela. Jika konsumen tidak memberikan data
pribadi, maka Grab tidak dapat memberikan layanan jasa transportasi dalam
aplikasi.
Pihak Grab hanya menggunakan dan memproses data pribadi konsumen
untuk memberikan layanan jasa transportasi yang ada dalam aplikasi. Data
pribadi konsumen digunakan untuk partisipasi konsumen dalam memberikan
pendapat dan survei terhadap layanan jasa transportasi yang diberikan oleh
Grab. Data pribadi konsumen digunakan untuk proses verifikasi atas
4 Assafa Endershaw, hukum E-Commerce dan Internet dengan Fokus di Asia pasifik, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)., h.412
39
permohonan pendaftaran untuk menggunakan layanan jasa transportasi dalam
aplikasi. Data digunakan untuk validasi pembayaran konsumen kepada driver.
Data dugunakan untuk menanggapi pertanyaan dan komentar konsumen
terhadap layanan jasa transportasi yang telah disediakan oleh Grab. Data
digunakan mendeteksi, mencegah dan melakukan tuntutan hukum atas tindak
pidana. Konsumen akan menerima alert, newsletter, update, dan pengiklanan
sponsor lainnya dari pihak Grab melalui data pribadi yang disimpan. Dan data
pribadi konsumen digunakan untuk komunikasi antara konsumen dan driver.
Konsumen dapat meminta pihak Grab untuk tidak mengolah data
pribadinya dengan salah satu tujuan diatas. Dengan menggunakan dukungan
rincian kontak yang telah tersedia di aplikasi.5 Pemberian data pribadi
konsumen kepada driver, berupa nama, nomor telepon, dan lokasi penjemputan
konsumen, bertujuan untuk memudahkan interaksi antara konsumen dengan
driver.
Pihak Grab akan menyimpan dan menjaga data pribadi konsumen
selama akun milik konsumen belum dihapus. Ketika konsumen tidak
menggunakan layanan jasa yang ada pada aplikasi, maka Grab tidak dapat
memproses data pribadi konsumen, namun pihak Grab mengambil tindakan
untuk mencegahan akses data pribadi konsumen dengan tujuan selain
keamanan, dan mendeteksi penipuan. Pihak Grab melarang pihak ketiga
menggunakan data pribadi konsumen tanpa izin dengan tujuan perbuatan yang
dapat merugikan konsumen. Pihak lain dilarang menggunakan akun milik
konsumen untuk menggunakan layanan jasa transportasi dalam aplikasi.
Pihak Grab melarang para pihak menggunakan software untuk tujuan
yang tidak sah. Data pribadi konsumen yang disimpan oleh pihak Grab hanya
digunakan untuk melakukan rangkaian operasi dalam aplikasi sesuai dengan
Undang-Undang. Konsumen dapat meminta pihak Grab untuk membatasi
penggunaan data pribadi konsumen dengan tujuan lain yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang tertera dalam perjanjian.
1. Dasar Hukum Perlindungan Data Pribadi
5 Ketentuan layanan, grab.com/id/terms/., diakses 06 november 2018, jam 07.20 WIB.
40
Ada beberapa dasar hukum yang secara khusus melindungi data
pribadi konsumen. Dalam Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun
1945 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum”. Bukan hanya perlindungan tapi juga berhak untuk
melakukan perjanjian dan mengeluarkan pendapat sebagaimana terdapat
pada Pasal 28E Ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 “Setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
juga mengatur tentang perlindungan pribadi yang tercantum dalam Pasal
28G Ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan bahwa
“Setiap orang berhak atas prlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman, dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.6
Dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan “Teknologi
Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau
menyebarkan informasi”. Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan
“dokumen eletronik adalah setiap informasi eletronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi
yang memiliki makna atau arti dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya”. Menurut Pasal 1 Angka 17 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan
6www.business-law.binus.ac.id/2015/09/12/perlindungan-data-pribadi-pada-
pemesanan-transportasi-online-sejenis-go-jek/., diakses 07 november 2018, jam 16:50
BBWI.
41
“Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui
Sistem Elektronik”. Pasal yang mengatur tentang Perlindungan Data
Pribadi, terdapat pada Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan “Dalam
pemanfaat teknologi informasi, perlindungan data pribadi merupakan salah
satu bagian dari hak pribadi (privacy right).
Hak pribadi mengandung pengertian sebagai berikut: hak untuk
menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam gangguan, hak
untuk dapat berkomunkasi dengan orang lain tanpa tindakan memata-matai,
dan hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan
data seseorang”. Pasal 26 Ayat (1) “Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan
Perundang-Undangan, pengguna setiap informasi dalam media elektronik
yang menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan
orang yang bersangkutan”. Pasal 29 menyatakan “Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti
yang ditunjukkan secara pribadi”. Pencurian data dijelaskan pada Pasal 31
Ayat (1) “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik
tertentu milik orang lain”.
Ketentuan lain yang dapat digunakan untuk melindungi data pribadi
tercantum pada Pasal 84 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Administrasi Kependudukan menyatakan bahwa “yaitu memuat: keterangan
tentang kecacatan fisik dan/atau mental, sidik jari, iris mata, tanda tangan,
dan elemen data lainnya yang merupakan aib seseorang”. Pemerintah wajib
menjaga kerahasiaan data pribadi penduduk hal ini terdapat pada Pasal 79
Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi
Kependudukan menjelskan “Data perseorangan dan dokumen
kependudukan wajib disimpan dan dilindungin kerahasiaannya oleh negara.
Pasal 79 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang
42
Administrasi Kependudukan menjelaskan ”Menteri sebagai penanggung
jawab memberikan hak akses data kependudukan kepada petugas provinsi
dan petugas instansi pelaksana dan pengguna”. Ayat (3) “Petugas dan
pengguna sebagaimana dimaksud Ayat (2) dilarang menyebarluaskan data
kependudukan yang tidak sesuai dengan kewenangannya”. Selain Undang-
Undang Adminstrasi Kependudukan perlindungan dta pribadi tercantum
dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
telekomunikasi juga mengatur tentang terjadinya pelanggaran terhadap
pencurian data pribadi menjelaskan “Setiap orang dilarang melakukan
kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan
telekomunikasi dalam bentuk apapun”.
2. Bentuk Perlindungan Hukum Data Pribadi dari Grab
Ada beberapa bentuk perlindungan hukum data pribadi yang dilakukan Grab
a. Pihak ketiga dilarang menggunakan data pribadi konsumen tanpa izin
untuk melakukan perbuatan yang dapat merugikan konsumen dan orang
lain tidak boleh menggunakan akun milik konsumen yang sudah
didaftarkan, untuk menggunakan layanan yang diberikan Grab.
b. Grab tidak mengizinkan penggunaan software untuk tujuan yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Grab.
c. Data pribadi konsumen yang disimpan oleh pihak Grab digunakan untuk
melakukan rangkaian operasi Grab App sesuai dengan Undang-Undang.
d. Penggunaan data pribadi konsumen oleh Grab hanya untuk proses
pemesanan layanan jasa transportasi yang dibutuhkan konsumen dan
penggunaan data pribadi harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
e. Grab memberikan kebijakan kepada konsumen untuk membatasi
penggunaan data pribadi konsumen untuk tujuan lain yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang tertera dalam perjanjian.
Ada beberapa cara Grab melindungi data pribadi konsumen yaitu:
Grab hanya mengakses data pribadi konsumen untuk melakukan
proses indentifikasi dan memberikan layanan jasa pada konsumen. Grab
tidak akan memberikan data pribadi konsumen selain driver dan anak
43
perusahaan bertujuan untuk memberikan layanan atas jasa transportasi
online. Grab melarang konsumen untuk memberikan akses data pribadi pada
orang lain untuk menggunakan layanan jasa transportasi yang terdapat pada
aplikasi. Grab melarang para pihak untuk menggunakan aplikasi dengan
tujuan perbuatan melanggar hukum yang dapat merugikan salah satu pihak.
Grab melarang driver untuk menyimpanan dan menggunakan data
pribadi konsumen untuk kepentingan pribadi , adanya batas penggunaan
data pribadi konsumen untuk tujuan yang tidak sesuai ketentuan. Driver
tidak diizinkan menghubungi konsumen selain untuk menerima order,
mengantar konsumen dan dilarang melakukan tindakan diluar ketentuan.
Selama konsumen masih menggunakan aplikasi Grab wajib menyimpan dan
menjaga kerahasiaan data pribadi konsumen untuk mencegah terjadinya
kebocoran.
B. Implikasi Hukum Jika Grab Melanggaran Kewajiban Grab Melindungi
Data Pribadi Konsumen
1. Implikasi Hukum Atas Pelanggaran Kewajiban Yang Dilakukan Driver
Terhadap Penggunaan Data Pribadi Konsumen
Driver bertugas memberikan pelayanan jasa yang sesuai request
konsumen secara langsung. Hubungan antara driver dan konsumen tidak
lebih dari hubungan yang saling menguntungkan yang didalamnya terdapat
unsur perintah dan upah. Selama driver menjalankan perintah dari
konsumen, driver harus memberikan pelayanan yang aman dan keselamatan
saat konsumen menggunakan jasa driver. Permasalahan yang saat ini sering
terjadi dialami oleh konsumen yaitu mengenai data pribadi yang telah
diberikan kepada perusahaan Grab disalahgunakan oleh pihak ketiga.
Data pribadi yang telah disimpan oleh perusahaan Grab akan dikirim
kepada driver untuk melakukan pekerjaannya sebagai penyedia jasa yang
menghubungi konsumen secara langsung, dengan otomatis driver
mengetahui alamat dan keberadaan posisi konsumen untuk memberikan
layanan jasa transportasi yang diinginkan konsumen. Kerahasiaan data
pribadi konsumen tidak sepenuhnya aman karena driver dengan mudah
44
mengirim SMS atau whatssapp kepada konsumen yang telah memberikan
penilaian yang buruk atas pelayanan jasa yang telah diterima oleh
konsumen.
Berbagai pelanggaran privasi yang dilakukan oleh driver berupa
perilaku yang tidak sah, melecehkan dan mengancaman melalui SMS.
Disitus berita online dari sebuah tulisan di situs kompas.com ada seorang
perempuan yang di telepon berkali-kali oleh driver dengan kata-kata kasar,
serta menanyakan apakah konsumen sekelompok ethnis tertentu dan driver
mengancam keselematan kosnumen. Hal ini dikarenakan pengemudi
meminta konsumen untuk membatalkan order karena jarak driver dari titik
penjemputan masih jauh, konsumen sudah membatalkan order berkali-kali.
Namun, tidak bisa karena driver sudah meng-click en route. Lalu konsumen
menelepon driver untuk membatalkan order tersebut.7
Hal ini dapat dilihat bahwa driver telah melanggar privasi konsumen.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa tidak adanya jaminan kerahasiaan data
pribadi konsumen yang dimanfaatkan diluar kepentingan layanan jasa yang
ditawarkan Grab.
Penyalahgunaan data pribadi yang dilakukan oleh driver karena
pemberian penilaian buruk oleh konsumen, pemberian review terhadap
kinerja driver ini, hanya untuk meningkatkan kualitas kinerja driver.
Penggunaan data pribadi konsumen yang dilakukan oleh driver diluar
kewenangan sebagai pihak penyedia jasa dapat dikatakan sebagai
pelanggaran. Dalam kebijakan privasi yang telah diatur oleh Grab, driver
hanya memiliki wewenang untuk menghubungi konsumen untuk menerima
order dan mengantar konsumen ke tempat tujuan yang dituju konsumen.8
Jika driver melakukan tindakan diluar kebijakan yang telah diatur.
Konsumen dapat melaporkan driver kepada Grab untuk ditindak lanjut
dan diberi suspensi sesuai dengan kode etik driver berupa pembekuan akun
driver. Selain itu konsumen khawatir atas tindakan lain yang dilakukan oleh
7 www.megapolitan.kompas.com., diakses 11 april 2019, jam 10:30 WIB.
8 Kebijakan Privasi Grab, grab.com/id/privacy/ ., diakses 11 april 2019, jam 10:35 WIB.
45
driver, berupa tindak pidana pembunuhan, perampokan, penculikan, dan
pencabulan. Dalam situs berita online tribu jatim.com ada driver yang
mencabuli konsumen. Awalnya driver mengajak konsumen untuk pergi
mengelilingi kota pare-pare, namun konsumen menolak ajakan driver
tersebut. Dan driver mengajak konsumen untuk minum kopi di cafe.
Namun konsumen masih menolak ajak driver tersebut. Karena
konsumen didesak untuk tidak menolak ajakan driver tersebut, maka
konsumen terpaksa menyetujui ajakan driver untuk minum kopi di cafe.
Driver pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk laporan keperusahaan
bahwa konsumen sudah sampai ditempat tujuan, driver langsung mematikan
aplikasi. Setelah itu konsumen diajak kerumah kakak driver dengan alasan
akan mandi dahulu sebelum pergi minum kopi.
Tanpa curiga, dengan santai konsumen menerima ajakan driver untuk
masuk kedalam rumah. Kebetulan konsumen perlu untuk charger
ponselnya. Konsumen digiring oleh driver untuk masuk kedalam kamar.
Pencabulan dilakukan didalam kamar. Driver menidurkan konsumen lalu
meremas payudara dan mencium bibir konsumen.9
Seorang driver yang menyampaikan kekesalannya terhadap konsumen
yang menggunakan kode promo dengan cara mengancam konsumen, bahwa
driver dan rekannya akan memberi pelajaran terhadap konsumen tersebut
secara langsung. Driver juga meluaskan ancamannya pada pelecehan
seksual. Pihak driver dirugikan atas penggunaan kode promo yang pakai
konsumen karena driver tidak mendapatkan uang secara langsung. Uang
tersebut tersimpan diakun driver.
Pengambilan uang bisa dilakukan, sepekan setelah transaksi.
Tergantung dari penilaian performa driver tersebut. Perilaku driver tersebut
membuat konsumen tidak nyaman dan aman untuk menggunakan jasa
transportasi dari Grab. Sehingga, konsumen merasa terganggu dan dirugikan
karena hak privasinya dilanggar oleh driver.
9 www.jatim.tribunnews.com., diakses 20 april 2019, jam 01:02. WIB.
46
Meskipun konsumen setuju untuk memberikan data pribadi saat
melakukan pendaftaran, bukan berarti driver dapat memanfaatkan data
pribadi konsumen diluar layanan tanpa seizin pemiliknya. Dalam aturan
kode etik mitra Grab nomor 5 menjelaskan bagi driver yang mengancam
dan mengintimidasi konsumen akan dikenakan sanksi berupa akun driver
akan diblokir selama tiga hari.10
Driver dinyatakan sudah memahami atas semua aturan yang ada pada
kode etik mitra. Driver akan bertanggung jawab atas segala bentuk
pencemeran nama baik dan cedera yang diderita kosumen karena
menggunakan layanan jasa transportasi yang telah diberikan driver. Kode
etik mitra ini disusun oleh Grab untuk melindungi hak privasi konsumen.
Sanksi yang akan dikenakan kepada driver merupakan pemblokiran akun.
Suspensi atau blokir akun dibagi menjadi dua yaitu, pemblokiran akun
sementara/suspensi akun dan pemblokiran akun secara
permanen/dikeluarkan dari kemitraan. Jadi, driver tidak dapat menerima
order selama beberapa hari, pemberian sanksi kepada driver sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan oleh driver. Berikut pelanggaran dan sanksi
untuk driver :11
Sesuai dengan kode etik mitra nomor 9 menjelaskan, bagi driver yang
menyebarluaskan data dan informasi pribadi konsumen melalui online
maupun media cetak, driver akan dikenakan sanksi berupa penghentian atau
dikeluarkan dari kemitraan. Ketika driver melakukan pelanggaran yang
sama, maka Grab berhak memutuskan hubungan kemitraan secara sepihak.
Setiap pelanggaran yang dilakukan driver terhadap peraturan perjanjian dan
kode etik, Grab memberikan kesempatan banding jika memiliki bukti yang
kuat dan otentik untuk membuktikan bahwa apa yang dilaporkan konsumen
tidak benar.
10
Kode Etik, grab.com>kodeetik>pengemudi>grabbike.,diakses 12 Desember 2018,
jam 19:42 WIB. 11
Peralihan Sanksi Larangan Mengemudi Menjadi Denda Tarif grab.com/id/wp-
content/uploads/sites/9/2016/11/FINAL-REV-Kode-Etik-Jakarta-_-Rev-Maret-2017_zm-
1.pdfgrab.com>sites>2016/11., diakses 16 desember 2018, jam 00:49 WIB.
47
Dalam Pasal 45B “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau dokumen yang berisi ancaman
dan kekerasan atau menakut-nakuti seseorang secara pribadi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 “Dipidana dengan pidana penjara paling lama
empat tahun dan/atau denda paling banyak tujuh ratus lima puluh juta
rupiah” Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
Dalam Pasal 27 “Pengguna wajib menjaga kerahasiaan data pribadi
yang diperoleh, dikumpulkan, diolah, dan dianalisis, menggunakan data
pribadi sesuai dengan kebutuhan pengguna saja, melindungi data pribadi
beserta dokumen yang memuat data pribadi tersebut dari tindakan
penyalahgunaan, dan bertanggung jawab atas data pribadi yang terdapat
dalam penguasaannya, baik penguasaan secara organisasi yang menjadi
kewenangannya, maupun perorangan, jika terjadi tindakan penyalahgunaan”
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016
tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik.
Berikutnya sanksi untuk pelanggaran penyebarluasan data pribadi
terdapat dalam Pasal 96A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang
Administrasi Kependudukan menjelaskan “Setiap orang atau badan hukum
yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau mendistribusikan dokumen
kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ayat (1) huruf c
dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling
banyak satu miliar rupiah”.
2. Implikasi Hukum Atas Pelanggaran Yang dilakukan Grab Terhadap
Kewajiban Melindungi Data Pribadi Konsumen
Grab selaku penyelenggara jasa transportasi online mempunyai hak dan
kewajiban terhadap konsumen. Sesuai dengan kebijakan privasi Grab
menjelaskan bahwa; pihak Grab berkewajiban untuk memberikan layanan
jasa transportasi kepada konsumen, melakukan verifikasi data dan validasi
pembayaran yang dilakukan oleh konsumen. Kewajiban Grab untuk
melindungi keamanan dan integritas layanan jasa disetiap fasilitas yang
48
akan digunakan konsumen. memproses hadiah-hadiah untuk konsumen.
Menyaring calon pengemudi sebelum resmi menjadi mitra Grab.
Memantuan driver untuk mematuhi syarat dan ketentuan, serta kode etik.
Menanggapi pertanyaan, komentar, dan kritik dari konsumen.
Memberitahu konsumen mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan
konsumen untuk masalah layanan jasa transportasi. Pihak Grab wajib untuk
melindungi data pribadi konsumen. meningkatkan keselamatan dan
keamanan konsumen. mengirim pemberitahuan infromasi terkait kode
promo dan ucapan hari raya kepada konsumen.bertanggung jawab untuk
menyimpan, mengakses, dan memberikan data pribadi konsumen kepada
pihak ketiga untuk melakukan proses pengoperasian aplikasi.
Dalam ketentuan layanan pengguna Grab memiliki tanggung jawab dan
pembatasan tanggung jawab yang diberikan Grab pada konsumen;12
Grab
tidak bertanggung jawab atas penyimpanan dan penyalahgunaan data
pribadi konsumen oleh driver setelah menggunakan layanan dari aplikasi
Grab. Pihak Grab tidak bertanggung jawab atas klaim kerugian dan
kerusakan yang ditimbulkan oleh Pengemudi. Grab tidak menjamin
keamanan data pribadi konsumen, melainkan hanya memberitahu cara
melindungi data konsumen dengan cara menonaktifkan cookies pada
browser. Untuk data yang terkumpul melalui website pada laman Grab
menegaskan tidak bertanggung jawab.13
Grab akan bertanggung jawab dalam dukungan teknis dan layanan
pelanggan mengenai masalah terkait aplikasi yang dibutuhkan konsumen.
Pihak tidak dimintai pertanggung jawaban atas kehilangan barang bawaan,
dan keterlambatan konsumen dalam perjalanan. Dan pihak Grab tidak
memberikan jaminan bahwa aplikasi akan berjalan pada telepon, komputer,
dan tablet.14
12
Ketentuan Layanan, grab.com/id/terms/., diakses 07 November 2018, jam 20:05
WIB. 13
www.tirto.id/rawannya-data-nasabah-go-jek-bxKa.,diakses 07 November 2018, jam
20:14 WIB. 14
Syarat dan ketentuan umum Grab, grab.com>syaratdanketentuanumum., diakses 14
desember 2018, jam 10:10 WIB.
49
Bentuk perlindungan hukum yang diberikan Grab untuk konsumen
terdapat dalam ketentuan layanan, yaitu: Grab hanya mengirimkan data
pribadi konsumen pada driver dan anak perusahaan. Grab menjelaskan data
yang diterima oleh perusahaan berupa alamat email, nomor telepon, dan
foto, pemberian data pribadi untuk verifikasi pemilik akun pada aplikasi
Grab sebagai sarana komunikasi antara konsumen dan driver. Grab
memberikan layanan jasa transportasi yang baik, terutama melindungi akun
pribadi konsumen pada aplikasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan
keamanan dan kenyamanan konsumen atas layanan jasa transortasi yang
diberikan perusahaan Grab. Penggunaan data pribadi konsumen bertujuan
untuk melakukan transaksi berupa pay, dan penilaian jasa yang telah
diberikan driver kepada konsumen.
Meskipun Grab memiliki wewenang untuk mengakses data pribadi
konsumen tapi Grab tidak boleh memberikan data pribadi konsumen pada
pihak selain driver dan anak perusahaan tanpa izin. data pribadi konsumen
disimpan selama konsumen masih menggunakan aplikasi. Selama
konsumen tidak menghapus akun pada aplikasi. Grab harus menjaga
kerahasiaan data pribadi konsumen. meskipun konsumen tidak
menggunakan layanan jasa transportasi pada aplikasi. Grab memiliki
tanggung jawab hukum selaku penyelenggara jasa transportasi online.
Perlindungan data pribadi yang tercantum dalam kebijakan privasi
berupa dokumen yang bersifat kontraktual yang memuat hak, kewajiban,
dan tanggung jawab Grab. Selama konsumen masih menggunakan layanan
yang diberikan Grab, maka konsumen dinyatakan tunduk dengan kebijakan
yang dibuat oleh Grab. Tidak menutup kemungkinan terjadi hal yang tidak
sesuai dengan perjanjian antara konsumen dengan Grab. Di dalam kebijakan
privasi Grab, data pribadi konsumen dapat diindentifikasi melalui aplikasi.
Data dikumpulkan melalui situs resmi Grab, yang secara otomatis tersimpan
meskipun konsumen tidak memberikan data yang benar saat menggunakan
fasilitas tersebut.
50
Konsumen diminta untuk menyetujui pengakses lokasi agar perusahaan
Grab mudah melacak keberadaan konsumen yang dipantau melalui GPS
untuk melindungi konsumen dari perilaku driver. Grab tidak bertanggung
jawab atas penyimpanan dan penyalahgunaan data pribadi konsumen yang
dilakukan driver setelah pelayanan yang diberikan berakhir. Namun, Grab
melakukan upaya untuk menjaga data pribadi konsumen dengan cara
menyediakan tim information security yang bekerja khusus untuk
melindungi data konsumen dari kebocoran dan pencurian data.15
Selain
upaya diatas, Grab mencantumkan foto dan plat nomor kendaraan driver
dalam aplikasi untuk memudahkan Grab dalam menindak lanjutin keluhan
konsumen.
Sejauh ini regulasi mengenai perlindungan data pribadi konsumen di
Indonesia merujuk16
pada Pasal 3 Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik Menyatakan bahwa
“perlindungan data dalam sistem elektronik dilakukan proses perolehan,
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penampilan,
pengumuman, pengiriman, penyebarluasan, pembukaan akses, dan
pemusnahan”.
Dalam Pasal 5 Ayat (2) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data
Pribadi dalam Sistem Elektronik terdapat dalam “Setiap penyelenggara
sistem elektronik harus menyusun aturan internal perlindungan data pribadi
sebagai bentuk tindakan pencegahan untuk menghindari terjadi kegagalan
dalam perlindungan data pribadi yang dikelolanya”. Maka pihak Grab
menyusun aturan internal berupa syarat dan ketentuan , ketentuan layanan,
dan kode etik mitra. Pihak Grab wajib menjaga kerahasiaan data pribadi
konsumen sesuai dengan Pasal 28 huruf b Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang
15
www.teknokompas.com, diakses 15 januari 2019, pukul 15:21 WIB. 16
Rosalinda Elsina, Aspek Hukum Perlindungan Data Pribadi di Dunia Maya, h.17
51
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik “Menjaga kebenaran,
keabsahan, kerahasiaan, keakuratan, dan relevansi serta kesesuaian dengan
tujuan perolehan, pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan,
penampilan, pengumuman, pengiriman, penyebarluasan, dan pemusnahan
data pribadi”.
Ada sanksi administratif yang tercantum dalam Pasal 36 Ayat (1)
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik
Menyatakan bahwa “Setiap orang yang memperoleh, mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan,
mengirimkan, dan/atau menyebarluaskan data pribadi tanpa hak akan
dikenakan sanksi administratif berupa peringatan lisan, peringatan tertulis,
penghentian sementara kegiatan dan/atau pengumuman disitus dalam
jaringan website online”. Sanksi administratif dalam Pasal 60 Ayat (1)
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999
Menyatakan bahwa “Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang
menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar
Pasal 19 Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26”. Ayat (2)
“Sanksi Administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak dua ratus
juta rupiah”.
Sanksi pidana yang terdapat dalam Pasal 95A Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan menyatakan bahwa
“Setiap orang yang tanpa hak menyebarluaskan data kependudukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 Ayat (3) dan data pribadi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 Ayat (1a) dipidana penjara paling
lama dua tahun dan/atau denda paling banyak dua ratus lima puluh juta
rupiah”. dan dalam Pasal 62 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa “Pelaku usaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal
13 Ayat (2), Pasal 14, Pasal 16, Pasal 17 Ayat (1) huruf d dan huruf f
52
dipidana penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak lima ratus
juta rupiah”.
C. Penyelesaian Sengketa
Dalam melakukan transaksi jual beli produk melalui elektronik
melibatkan para pihak, maka harus ada aturan hukum yang berlaku jika terjadi
sengketa. Salah satunya the applicable law merupakan hukum Indonesia,
sehingga Burgelijk Wetboek maupun Undang-Undang perlindungan konsumen
yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan sengketa. Penyelesaian sengketa
akan dilakukan melalui forum yang telah dipilih oleh para pihak yang
bersengketa dengan menggunakan aturan hukum yang tertera dalam kontrak
elektronik yang telah disepakati oleh para pihak.
Dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan “Setiap orang dapat
mengajukan gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan Sistem
Elektronik dan/atau menggunakan Teknologi Informasi yang menimbulkan
kerugian” Pasal ini menjelaskan bahwa konsumen dapat mengajukan gugatan
terhadap pihak penyelenggara sistem elektronik yang dapat merugikan
konsumen, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal berikutnya ada dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor 11 tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan “Gugatan
perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Selain penyelesaian secara gugatan perdata, para pihak juga dapat
menyelesaikan sengketa melalui arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa
alternatif lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan”.
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang perlindungan konsumen menjelaskan “Pelaku usaha yang
menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti
rugi atas tuntutan konsumen dapat digugat melalui badan penyelesaian
sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan
konsumen”. berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, gugatan perdata
dapat didasari dua alasan yaitu, wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum.
53
Terdapat dua landasan hukum tercantum dalam Buku III Pasal 1243 BW untuk
gugatan wanprestasi dan Pasal 1365 BW untuk gugatan melanggar hukum.
Gugatan wanprestasi berawal dari adanya hubungan hukum suatu kontrak
antara para pihak, sehingga adanya hak dan kewajiban hukum yang disebut
sebagai prestasi. Ketika prestasi tidak dipenuhi sebagaimana yang tercantum
dalam perjanjian, maka terjadi cidera janji yang disebut dengan wanprestasi.
Sedangkan gugatan berdasarkan perbuatan melanggar hukum merupakan
perbuatan pihak lain yang merugikan kepentingan tertentu seseorang,
meskipun tidak ada hubungan hukum keperdataan diantara para pihak yang
bersifat kontraktual. Untuk kasus-kasus kerugian konsumen dalam transkasi
jual beli produk atau jasa melalui elektronik, salah satu pihak dapat
mengajukan gugatan atas dasar wanprestasi dengan merujuk pada kewajiban-
kewajiban pelaku usaha dalam kontrak eletronik yang telah dilanggar yang
mengakibatkan kerugian untuk pihak lain.17
Jika pelanggaran tersebut sudah masuk ranah pidana, maka peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia telah mengaturnya, hal tersbut tercantum
dalam Pasal 30 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Salah satu upaya hukum untuk
melawan tindakan salah satu pihak yang merugikan pihak lain yaitu dengan
cara diselesaikan melalui:
1. Penyelesaian Sengketa Non Litigasi
a. Musyawarah
Penyelesaian sengketa melalui musyawarah merupakan upaya
penyelesaian sengketa antara kedua belah pihak dengan asas kekeluargaan.
Kesepakatan damai tidak hanya diterapkan dipengadilan tetapi dapat
digunakan diluar pengadilan dalam bentuk alternatif penyelesaian sengketa.
Perkara yang dapat diajukan upaya damai merupakan perkara yang
didalamnya menyangkut hak manusia. Penerapan kespakatan damai diluar
pengadilan sangat luas cakupannya dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
17
Rosalinda Elsina Latumahina, Aspek-Aspek Hukum Dalam Transaksi Perdagangan
Secara Elektronik, (Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 4 No. 1, Juni 2015, Fakultas Hukum
Universitas Pelita Harapan Surabaya, 2015)., h.50-51
54
Kesepakatan damai menjadi payung hukum untuk mewujudkan keadilan
dan kedamaian, karena para pihak berpartisipasi aktif untuk mengupayakan
perdamaian antara para pihak terhadap sengketa yang dihadapi.18
Upaya penyelesaian sengketa yang tercantum dalam ketentuan layanan
Grab. Ketika terjadi sengketa, konsumen melakukan aduan kepada Grab
secara tertulis paling lama tiga hari sejak terjadinya sengketa. Para pihak
melakukan musyawarah selama tiga puluh hari untuk menyelesaikan
sengketa. Jika para pihak belum menemukan mufakat dalam musyawarah.
b. Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Sengketa dapat diselesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional
Indonesia.19
Terdapat dalam Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan alternatif penyelesaian menjelaskan
“Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak
melalui alternatif penyelesaian sengketa yang berdasarkan pada itikad
baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan
Negeri”. Penyelesaian sengketa dapat diselesaikan paling lama empat
belas hari sebegaimana dalam Pasal 6 Ayat (2) Undang-Undang Nomor
30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa
menjelaskan “Penyelesaian sengketa dapat diselesaikan paling lama
empat belas hari dengan hasil kesepakatan secara tertulis”. Jika sengketa
para pihak tidak dapat diselesaikan.
Para pihak dapat menyelesakan sengketa melalui mediator. Hal
ini tecantum dalam Pasal 29 Ayat (2) Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik menjelaskan
“Penyelesaian sengketa mengenai aduan tentang kegagalan melindungi
data pribadi dapat diselesaikan secara musyawarah atau melalui upaya
penyelesaian alternatif lainnya”.
18
Syahrizal abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional,
(Jakarta: Kencana, 2011)., h.164 19
Syarat dan Ketentuan umum, grab.com>syaratdanketentuanumum., diakses 14
desember 2018, jam 10:23 WIB
55
Proses penyelesaian sengketa melalui Arbitrase terdapat dalam
Pasal 38 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menjelaskan
pemohon menyampaikan surat surat tuntutan kepada arbiter. Surat
tuntutan itu berisi data nama lengkap dan tempat tinggal para pihak,
uraian singkat tentang sengketa yang disertai bukti, dan isi tuntutan yang
jelas. Termohon diminta untuk menanggapi surat gugatan dari pemohon
tersebut secara tertulis dengan jangka waktu empat belas hari. Jika
termohon tidak menanggapi surat gugatan pemohon lebih dari empat
belas hari. Terdapat dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
menjelaskan termohon akan dipanggil untuk menghadiri persidangan
arbitrase.
Pasal 40 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menjelaskan “Para pihak
diminta untuk hadir dalam sidang arbitrase paling lama empat belas hari
setalah surat perintah dikeluarkan”. Pemohon mengusulkan termohon
untuk memilih arbiter tunggal sebagaimana ketentuan dalam Pasal 14
Ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam persidangan para pihak
mempunyai kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya masing-
masing hal tersebut terdapat dalam Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
Sidang pertama termohon diberi kesempatan untuk
menyampaikan tuntutan balasan. Arbiter akan memeriksa dan memutus
atas tuntutan balasan yang disampaikan termohon. Jangka waktu
pemeriksaan sengketa yang dilakukan oleh arbiter tercantum dalam Pasal
48 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menjelaskan Arbiter melakukan
pemeriksaan atas sengketa paling lama seratus delapan puluh hari sejak
56
arbiter dibentuk. Sengketa para pihak menyetujui hasil putusan yang
diberikan oleh arbiter sesuai dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
menjelaskan “Dalam hal ini para pihak telah menyetujui bahwa sengketa
di antara mereka akan diselesaikan selalui arbitrase dan para pihak telah
memberikan wewenang, maka arbiter berwenang menentukan dalam
putusannya mengenai hak dan kewajiban para pihak jika hal ini diatur
dalam perjanjian mereka”. Dalam Pasal 48 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa menjelaskan “Putusan akan diucapkan arbiter paling lama tiga
puluh hari setelah pemeriksaan bukti yang telah diberikan oleh para
pihak ditutup”.
Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak yang
bersangkutan sesuai dengan Pasal 60.20
Putusan arbitrase dilaksanakan
secara sukarela. Jika salah satu pihak tidak melaksanakan amar putusan
yang telah dijatuhkan oleh Majelis Arbitrase maka pihak tersebut dapat
melakukan eksekusi.21
Eksekusi dapat dilakukan melalui Pengadilan
Negeri atas permohonan salah satu pihak.
Pelaksanaan eksekusi pada putusan arbitrase merujuk pada HIR
untuk daerah Jawa dan Madura dan RBG untuk daerah luar Jawa dan
Madura. Eksekusi putusan arbitrase dilaksanakan setelah arbiter
mendaftarkan putusan arbiter ke Pengadilan Negeri atas permohonan
salah satu pihak dengan jangka waktu tiga puluh hari. Pertimbangan atas
permohonan eksekusi akan dikabulkan dengan ketentuan waktu paling
lama tiga puluh hari sejak putusan di daftar ke Pengadilan Negeri.22
c. Online Dispute Resolution (ODR)
20
www.baniarbitration.org>procedures., diakses 15 desember 2018, jam 00:04
WIB. 21
Mosgan Situmorang pelaksanaan Putusan Arbitrase Nasional di Indonesia
(Enforcemen of National Arbitration Award in Indonesia), (Jurnal Penelitian Hukum De Jure,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum, Jakarta Selatan, Tahun 2017), hal.310. 22
Suhartanto Pelaksanaan Putusan Arbitrase, TP, TT, hal.6.
57
Online dispute resolution merupakan alternatif penyelesaian
sengketa yang dilakukan secara online. Prosedur penyelesaian sengketa
melalui ODR yaitu, penggugat melakukan pendaftaran perkara,
pemilihan arbiter/mediator, pembuatan putusan, penyerahan dokumen,
permusyawarahan arbitrator/mediator, dan pemberitahuan akan
dilakukan secara online.23
Meskipun belum ada aturan yang mengatur
tentang pelaksanaan ODR, namun pada dasarnya arbitrase online tidak
dilarang untuk dilakukan dalam menyelesaikan sengketa para pihak.
Karena arbitrase online tidak bertentangan dengan Undang-Undang
Nomo 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi
Pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Perlindungan
Konsumen menjelaskan “Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat
pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada
dilingkungan peradilan umum”. Dalam Pasal 45 Ayat (2) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Perlindungan Konsumen menjelaskan “Penyelesaian
sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa”.
Menjelaskan bahwa sengketa dapat diselesaikan melalui litigasi dan
alternatif penyelesaian sengketa.
Maka para pihak diberi wewenang untuk memilih jalur pengadilan dan
diluar pengadilan untuk menyelesaiakan sengketa. Dalam Pasal 29 Ayat (1)
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016
Tentang perlindungan data pribadi dalam sistem elektronik menjelaskan
”Setiap pemilik data dan penyelenggara sistem elektronik dapat mengajukan
pengaduan kepada menteri komukasi dan informatika atas kegagalan
perlindungan kerahaasiaan data pribadi”. Menteri Komukasi dan
23
MelineGerartia Sitompul dkk, “Online Dispute Resolution (ODR): Prospek
Penyelesaian Sengketa E-Commerce Di Indonesia” (jurnal Renaissance, Vol.01 No.02,
2016)., h.89
58
Informatika dapat berkoordinasi dengan pimpinan instasi pengawas dan
sektor pengaturan untuk menikdaklanjuti pengaduan tersebut, sesuai dengan
Ayat (4).
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil yang telah dipaparkan oleh penulis maka kesimpulan yang
dapat diambil oleh penulis adalah:
1. Perlindungan data pribadi yang diberikan Grab kepada konsumen yaitu:
a. Pihak ketiga dilarang menggunakan data pribadi konsumen tanpa izin
untuk melakukan perbuatan yang dapat merugikan konsumen dan orang
lain tidak boleh menggunakan akun milik konsumen yang sudah
didaftarkan, untuk menggunakan layanan yang diberikan Grab.
b. Pihak Grab melarang untuk menggunakan software dengan tujuan yang
tidak sesuai dengan ketentuan antara lain untuk melanggar hukum berupa
melakukan penipuan.
c. Pihak Grab hanya menyimpan data pribadi konsumen untuk melakukan
rangkaian operasi pada aplikasi yang sesuai dengan Peraturan Undang-
Undang termasuk adaptasi dan perubahan data pribadi konsumen Grab
pada aplikasi, pengungkapan data pribadi melalui transmisi, diseminasi
dengan cara pencocokan, pengoreksian, dan penghapusan data.
Penggunaan data pribadi konsumen oleh Grab dalam pelayanan jasa
transportasi sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi
Nomor 20 Tahun 2016.
Dasar hukum perlindungan data pribadi konsumen menurut hukum
positif di Indonesia yaitu : Pasal 26 Ayat (1), Pasal 29, Pasal 31 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Pasal 79 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Tentang Administrasi Kependudukan, dan Pasal 40 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 Tentang telekomunikasi.
2. Implikasi hukum ketika terjadinya wanprestasi yang dilakukan Grab dan
driver kepada konsumen menurut hukum positif indonesia yaitu; (a). Bagi
driver yang mengancam konsumen melalui SMS akan dikenakan sanksi
60
berupa pidana penjara dan denda sesuai dengan Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 45B “Dipidana
dengan pidana penjara paling lama empat tahun dan/atau denda paling
banyak tujuh ratus lima puluh juta rupiah”. Dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 dan Pasal 62 Ayat (2)”
Dipidana penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak lima ratus
juta rupiah”. (b). Driver atau penyelenggara jasa transportasi yang
menyebarkan data pribadi konsumen tanpa izin dapat dikenakan hukuman
pidana penjara/denda dan sanksi administratif sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Administrasi Kependudukan Nomor 24 Tahun 2013. Pasal
95A “Dipidana penjara paling lama dua tahun dan/atau denda dua ratus lima
puluh juta rupiah” dan Pasal 96A “Dipidana penjara paling lama sepuluh
tahun dan denda paling banyak satu miliar rupiah”. Sanksi administrasi
tercantum dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 20
Tahun 2016 Pasal 36 ayat (1) “Setiap orang yang memperoleh,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,
mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarluaskan data pribadi tanpa
hak akan sanksi berupa peringatan secara lisan maupun tertulis dan
penghentian kegiatan bisnis untuk sementara waktu dan diumumkan secara
online disitus jaringan website”. Sanksi administratif berupa ganti rugi
menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999
Pasal 60 (1)”sebesar dua ratus juta rupiah.
3. Penyelesaian sengketa antara Grab, driver, dan konsumen dapat dilakukan
dengan cara musyawarah, arbitrase dan pengadilan. Ketiga cara
penyelesaian sengketa ini sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 45 Ayat (1), (2) dan Undang-
Undang Arbitrase Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 6
B. Rekomendasi
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan oleh penulis maka dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
61
1. Konsumen hendaknya membaca dan memahami isi kontrak elektronik
ketika hendak menggunakan aplikasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
resiko pelanggaran terhadap data pribadi oleh pihak lain.
2. Kepada perusahaan Grab agar untuk melakukan seleksi terhadap calon
driver untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang dapat merugikan
konsumen.
3. Pemerintah hendaknya, menetapkan Undang-Undang yang mengatur secara
khusus mengenai penyelenggara jasa transportasi online terhadap data
pribadi dan privasi konsumen.
62
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdulkadir Muhamad, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2007.
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011.
, Sutarman, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2011.
Albert J. Marcella Jr. dan Carol Stucki, Privacy Handbook: guidelines, exposures,
policy implementation, and international issue, Jersey: John Wiley &
Sons,Inc, tahun 2003.
Assafa Endershaw, Hukum E-Commerce dan Internet dengan Fokus di Asia
Pasifik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Asril Sitompul, Hukum Internet.
Anggra dkk, Menyeimbangkan Hak Tantangan Perlindungan Privasi dan
Menjamin Akses Keterbukaan Informasi dan Data di Indonesia, Jakarta
Selatan: Institute for Crime Justice Reform.
D.Y Witanto, Hukum Acara Mediasi, 2011.
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
Fathul Husna, Java Creativity, Buku Pintar Bisnis Online.
Gunawan Widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: Grametika
Pustaka.
Imam Sjahtera, Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektronik, Bandung:
PT. Alumni, 2010.
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari
Sudut Perjanjian Baku (standar), dalam BPHN, Simposium Aspek-
Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: Bina Cipta, 1986.
Martin Khun, Federal DataveillanceImplications for Constitutional
PrivacyProtections, New York: LFB Scholarly Publishing LLC 2007.
N.H.T Siahaan, Perlindungan Konsumen, Jakarta: Panta Rei, 2005.
63
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1987.
Rosalinda Elsina, Aspek Hukum Perlindungan Data Pribadi di Dunia Maya.
Samuel Warren, Louis D. Brandeis, “The Right To Privacy” penerjemah Sinta
Dewi, dalam T.O. Aspek Perlindungan Data Pribadi Menurut Hukum
Internasional, Regional dan Nasional, Bandung: Refika, 2015.
Suhartanto, Pelaksanaan Putusan Arbitrase.
Shinta Dewi, Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E-commerce
Menurut Ilmu Nasional, Bandung: Widya Padjajaran, 2009.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group Edisi Revisi, 2005.
, Penelitian Hukum, : Kencana, Cet IV, 2010.
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Cet IX, Jakarta: Balai
Pustaka, 1986.
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013.
SKRIPSI dan TESIS
Alfridha Haulaini, “Perlindungan HukumTerhadap Konsumen Pengguna Jasa
Taksi di Makassar”, Diakses Melalui Repositori.uin-alauddin.ac.id.
Apriyani, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Transaksi E-
Commerce Ditinjau dari Hukum Perikatan”, Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarifhidayatullah Jakarta, 2014.
Barkatullah Abdul Haim, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Transaksi ECommerce
Lintas Negara di Indonesia, Diakses Melalui lib.ui.ac.id.
Ginanjar Hutomo Bangun, “Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan
Umum (Studi Pada Angkutan Umum Jurusan Jatingaleh-UNNES)”,
Diakses Melalui lib.unnes.ac.id.
Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen : Problematika Kedudukan dan
Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),
Diakses Melalui ub.ac.id.
64
Mochammad Khisbul Muzaqqi, “Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Bus
yang Tidak Layak Jalan Ditinjau Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2009 dan Hukum Islam (Studi di Kantor Dinas Perhubungan
Sidoarjo”, Diakses Melalui Etheses.uin-malang.ac.id.
Randi Gunawan, “Perlindungan Hak Konsumen Pengguna Jasa Layanan
Transportasi Bus Transjakarta-Busway Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”. Diakses
Melalui lib.ui.ac.id.
Rizka Nurdinisari, “Perlindungan Hukum Terhadap Privasi dan Data Pribadi
Pengguna Telekomunikasi Khususnya dalam Menerima Informasi
Promosi yang Merugikan”, (Tesis S2 UI), Diakses Melalui
lontar.ui.ac.id.
JURNAL dan MAJALAH
Agung Pujianto dkk, Pemanfaatan Big Data dan Perlindungan Data Privasi Di
era Ekonomi Digital, Surabaya: Majalah Ilmiah Bijak Vol 15 No 2, 2018.
Geistar Yoga Pratma, dkk, Perlindungan Hukum terhadap Perlindungan Data
Pribadi Pengguna Jasa Transportasi Online dari Tindakan
Penyalahgunaan Pihak Penyedia Jasa Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Diponegoro
Law Journal Vol 5 Nomor 3, Semarang: Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, 2016.
Jerry Kang, “Information Privacy in Cyberspace Transaction”, Stanford Law Review.
Vol. 50, 1998.
Lia Sutunnida, Urgensi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di Indonesia
Studi Perbandingan Hukum Inggris dan Malaysia, Kanun Jurnal Ilmu
Hukum Vol 20 Nomor 2, Banda Aceh Darussalam: Fakultas Hukum
Universitas Syiah Kuala, 2018.
Mosgan Situmorang, Pelaksanaan Putusan Arbitrase Nasional di Indonesia,
Jakarta Selatan: Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hukum, 2017.
Sinta Dewi, Konsep Perlindungan Hukum Atas Privasi dan Data Pribadi
Dikaitan Dengan Penggunaan Cloud Computing Di Indonesia, Fakultas
Hukum Universitas Padjadjaran Jurnal Yustisi vol.5 no.1, 2016.
65
WEB
http://aitinesia.com/ngerinya-pelanggaran-privasi-yang-dilakukan-gojek-dan-
grabbike-terhadap-penumpang-mereka/.
http://www.hukum.com/tag/perlindungan-hukum-represif/.
http://www.scdc.binus.ac.id/himslaw/2017/03/perlindungan-data-pribadi-
berdasarkan-hukum-positif-indonesia/.
Error! Hyperlink reference not valid..
http://www.grab.com>press>business/.
Error! Hyperlink reference not valid..
Error! Hyperlink reference not valid..
Error! Hyperlink reference not valid..
Error! Hyperlink reference not valid..
Error! Hyperlink reference not valid..
Error! Hyperlink reference not valid..
Error! Hyperlink reference not valid..
.http://www.teknokompas.com/.
http://www.baniarbitration.org.procedures/.
http://www.tirto.id/rawannya-data-nasabah-go-jek-bxKa/.
http://www.tryhantoro.wordpress.com/.
http://www.business-law.binus.ac.id/2015/09/12/perlindungan-data-pribadi-pada-
pemesanan-transportasi-online-sejenis-go-jek/.