PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

16
RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185 170 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA (Legal Protection for Victims of Human Trafficking Crimes in Indonesia) Anggie Rizqita Herda Putri 1 , Ridwan Arifin 2 1,2 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES) Email: [email protected] ABSTRACT The rise of cases of human trafficking in Indonesia not only targets certain age and gender, but also almost all ages, both men and women. Even some cases of trafficking in persons have been organized and become crimes that cross national borders. Criminal law and the legal rules relating to human trafficking both nationally and internationally have been in force and have binding legal powers, however, the facts in the field prove that the rule of law is not enough to provide a deterrent effect for the perpetrators. In fact, these rules only focus on the conviction of the perpetrator but override the side of the rights and protection of the victim. In fact, in every crime that occurs, there are always two parties, the perpetrator and the victim. Protection of victims is considered important in fulfilling human rights. This paper analyzes how to protect victims in the case of trafficking in Indonesia both in terms of national and international legal rules. Keywords: human trafficking, legal protection, victims of crime I. Pendahuluan A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, segala perbuatan di Indonesia diatur dan terikat hukum. Hukum itu sendiri bukan hanya soal petunjuk dan pedoman tingkah laku manusia dalam masyarakat, tetapi hukum juga harus benar-benar hidup di dalam masyarakat itu agar dapat mencapai ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. 1 Dan yang menjadi sumber dalam hukum di Indonesia ialah Undang-Undangan, Yurisprudensi, Traktat, Doktrin, dan Kebiasan. Sebagai negara hukum, di Indonesia juga terdapat Hak Asasi Manusia (HAM) yang dimiliki setiap individu sejak individu tersebut dilahirkan. Hak asasi tersebut harus dipenuhi dan tidak untuk dilanggar. Hak asasi tersebut diantaranya adalah hak hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik. HAM merupakan sekumpulan aturan yang memiliki sifat 1 Hardianto Djanggih dan Yusuf Saefudin. 2017. “Pertimbangan Hakim Pada Putusan Praperadilan: Studi Putusan Nomor: 09/PID.PRA/2016/PN.Lwk Tentang Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Politik Uang”. Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 3, hal. 414.

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185

170

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA (Legal Protection for Victims of Human Trafficking Crimes in Indonesia)

Anggie Rizqita Herda Putri1, Ridwan Arifin2

1,2Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES) Email: [email protected]

ABSTRACT The rise of cases of human trafficking in Indonesia not only targets certain age and gender,

but also almost all ages, both men and women. Even some cases of trafficking in persons have been organized and become crimes that cross national borders. Criminal law and the legal rules relating to human trafficking both nationally and internationally have been in force and have binding legal powers, however, the facts in the field prove that the rule of law is not enough to provide a deterrent effect for the perpetrators. In fact, these rules only focus on the conviction of the perpetrator but override the side of the rights and protection of the victim. In fact, in every crime that occurs, there are always two parties, the perpetrator and the victim. Protection of victims is considered important in fulfilling human rights. This paper analyzes how to protect victims in the case of trafficking in Indonesia both in terms of national and international legal rules. Keywords: human trafficking, legal protection, victims of crime

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum, segala perbuatan di Indonesia diatur dan terikat

hukum. Hukum itu sendiri bukan hanya soal petunjuk dan pedoman tingkah laku manusia

dalam masyarakat, tetapi hukum juga harus benar-benar hidup di dalam masyarakat itu

agar dapat mencapai ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.1 Dan yang menjadi

sumber dalam hukum di Indonesia ialah Undang-Undangan, Yurisprudensi, Traktat,

Doktrin, dan Kebiasan.

Sebagai negara hukum, di Indonesia juga terdapat Hak Asasi Manusia (HAM) yang

dimiliki setiap individu sejak individu tersebut dilahirkan. Hak asasi tersebut harus dipenuhi

dan tidak untuk dilanggar. Hak asasi tersebut diantaranya adalah hak hidup, hak

kemerdekaan, dan hak milik. HAM merupakan sekumpulan aturan yang memiliki sifat

1 Hardianto Djanggih dan Yusuf Saefudin. 2017. “Pertimbangan Hakim Pada Putusan Praperadilan: Studi

Putusan Nomor: 09/PID.PRA/2016/PN.Lwk Tentang Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Politik Uang”. Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume 17, Nomor 3, hal. 414.

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA ISSN : 2621-1602

Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index

171

politis yang umumnya berhubungan dengan bagaimanakah seseorang

tersebut diperlakukan oleh sesamanya, negara, dan institusi. Atau bsa dikatakan

HAM adalah hak dasar yang melekat pada diri masnusia sejak dia dilahirkan, dan itu

terjadi karena manusia bukan karena kehendak negara atau hukum serta manusia

lainnya.2 Dengan adanya tindak pidana perdagangan orang, sudak disepakati bahwa hal

tersebut sudah melanggar hak asasi manusia yaitu hak kemerdekaan. Korban akan

mereasa tertekan dan tidak bebas, serta menurunnya harga diri mereka. Selama ini

terdapat eufimisme atau istiah yang lebih halus dari kata pergadangan orang yaitu tenaga

kerja illegal, padahal yang mereka jual atau yang mereka dagangkan bukan hanya jasanya

saja tetapi si pemberi jasa tersebut atau orangnya tersebut. Perdagangan orang yang kita

tahu banyak terjadi di luar negeri, tetapi ternyata di Indonesia juga terjadi tindak pidana

perdagangan orang dalam jumlah yang banyak.

Sebelumnya kita harus mengerti dan memahami pengertian dari tindak pidana.

Tindak pidana ialah istilah yang mengandung arti suatu pengertian yang mendasar dalam

ilmu hukum, istilah tersebut dibentuk berdasarkan kesadaran dalam memberikan ciri pada

peristiwa tindak pidana. Tindak pidana ini memiliki arti yang abstrak dari segala peristiwa

yang konkret dalam hukum pidana, maka dari itu tindak pidana harus diberikan pengertian

yang bersifat ilmiah dan ditentukan secara jelas guna memisahkan dengan istilah yang

digunakan sehari-hari.3

Menurut pasal 3 huruf a, Protocol Palermo, tindak pidana perdagangan orang ialah

“perekrutan, pengiriman ke suatu tempat, pemindahan, penampungan atau penerimaan

melalui ancaman, atau pemaksaan dengan kekerasan atau dengan cara-cara kekerasan

lain, penculikan, penipuan, penganiayaan, penjualan, atau tindak penyewaan untuk

mendapatkan keuntungan atau pembayaran tertentu untuk tujuan eksploitasi”. Untuk

melancarkan tindak pidana perdagangan orang, pelaku menggunakan berbagai cara,

misalnya diculik lalu kemudian dijual ketempat-tempat pelacuran diluar negaranya, ada

juga dari pihak keluarga mereka sendiri yang menjual karena percaya bahwa anak-anak

mereka akan bekerja sebagai asisten rumah tangga atau menggunakan modus kawin

2 Widiada Gunakarya. 2017. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta, Indonesia : Penerbit Andi. Hlm. 1 3 Mulyati Pawennei dan Rahmanuddin Tomalili. 2015. Hukum Pidana. Jakarta, Indonesia : Mitra Wacana Media.

Hlm. 5

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185

172

kontrak dengan orang asing dan yang terakhir yaitu dengan menipu korban dan

mengatakan bahwa akan dipekerjakan ditempat tertentu tetapi pada kenyataannya mereka

dijual ketempat pelacuran.4

Pemberantasan tindak pidana perdagangan orang dilakukan dengan menggunakan

pendekatan Hak Asasi Manusia atau HAM sangatlah penting dan dalam acara Konsultasi

Lintas Sektor ICHR tahun 2017, perwkailan Indonesia telah mengemukakan permintaan

tersebut dan mengusulkan agar melakukan tindakan pemberantasan tersebut segera

direalisasikan dengan menggunakan pendekatan hak asasi manusia atau HAM. Hak asasi

manusia yang telai diakui oleh internasional mempunyai persoalan pada tingkat

pelaksanaan. Pelanggaran HAM sering terjadi pada level lokal, dengan memutus mata

rantai pelanggaran HAM dianggap akan jauh lebih efektif apabila pada level lokal dibangun

kapasitas pemerintah dalam menjalankan kewajiban HAM.5

Data dari Walk Free Foundation berkaitan dengan Indeks Perbudakan Dunia

mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi ke-8 dari 167 negara yang praktik

perbudakan modern atau perdagangan orang tertinggi. Hal tersebut disebabkan pada

tahun 2014 tercatat 714.300 rakyat Indonesia yang menjadi korban perdagangan orang

tersebut. Dibandingkan jumlah pada taun 2013 tentu ini sangat terlihat perbedaan yang

signifikan, pada tahun 2013 tercatat 210.970 warga Indonesia yang menjadi korban

perdagangan orang. Korban-korban tersebut dieksploitasi baik secara fisik dan seksual,

mendapat tindak kekerasan, penyiksaan, bahkan ada yang tidak mendapat haknya

sebagai pekerja yakni gaji.6

Kasus perdagangan orang semakin meningkat karena jumlah keuntungan yang

diperoleh si pelaki sangatlah besar. Bahkan menurut PBB, tindak pidana perdagangan

orang termasuk salah satu perusahaan kriminal terbesar ke-3 tingkat dunia yang

menghasilkan sekitar 9,5 juta USD dalam pajak tahunan, dan perusahaan criminal ini

berhubungan erat dengan tindak pidana pencucian uang.7

Kebijakan hukum tentunya sangat penting untuk dilakukan terutama di dalam

penganggulangan serta penegakkan hukum kasus tindak pidana perdagangan orang agar

4 Novianti. 2014. “Tinjauan Yuridis Kejahatan Perdagangan Manusia (Human Traffikking) Sebagai Kejahatan

Lintas Batas Negara”. Jurnal Ilmu Hukum. hal. 51 5 Komnas HAM. 2016. “Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia”. volume xiii, hal. xx 6 Paul SinlaEloe. 2017. “Tindak Pidana Perdagangan Orang”. Malang, Indonesia: Setara Press. hlm. vii 7 M. Makhfudz. “Kajian Praktek Perdagangan Orang di Indonesia”. Jurnal Hukum Volume 4, No. 1. hal. 226

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA ISSN : 2621-1602

Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index

173

hukum berjalan sesuai dengan fungsinya dan harapan. Menurut Mochtar K. “hukum tanpa

kekuasaan adalah angan-angan, sedangkan kekuasaan tanpa hukum adalah

kedzaliman”.8

Indonesia adalah merupakan salah satu negara yang menyetujui dan berjanji untuk

melaksanakan Protocol Palermo, dan Indonesia berhasil mengesahkan dan

pengundangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 No. 58, yang

merupakan tambahan dari Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720. Yakni UU

No. 21 tahun 2007, tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang atau

UUPTPPO. Tindak pidana perdagangan orang itu sendiri berarti setiap tindakan yang

terdapat unsur tindak pidana yang telah diatur dalam UUPTPPO.

Dalam kasus yang terjadi di Indonesia sebenarnya korban tindak pidana perdagangan

orang tidak hanya dieksploitasi ke negara China, tetapi ada jga yang dikirim ke negara lain

contohnya Gabon, Afrika. Dalam kasus yang terjadi pada awal Maret 2018, tercatat 30

WNI diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang di Gabon. Kemenlu

mendapatkan informasi tersebut dari para ABK di Gabon bahwa WNI korban perbudakan

modern berjumlah 30 orang, tetapi dari komunikasi yang dilakukan lenih lanjut diperkirakan

lebih dari 30 orang WNI yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang.

Pelaku tindak pidana perdagangan orang ada juga yang mengirimkan korbannya ke

Malaysia untuk dijadikan PSK disana. Kasus ini melibatkan jaringan Aceh, Batam, dan

Malaysia. Modus awal si pelaku tindak pidana perdagangan orang ialah mengajak dan

menjamin korban yang kebanyakan wanita Aceh tersebut bekerja di Malaysia. Mendengar

perkataan si pelaku, korban pun tergiur dan memutuskan untuk ikut si pelaku ke Malaysia

untuk mendapatkan posisi pekerjaan disana. Ternyata sesampainya para korban di

Malaysia, para korban dipekerjakan sebagai PSK.

Kasus selanjutnya ialah kasus yang marak terjadi, yakni para korban tindak pidana

perdagangan orang yang ditempatkan atau dikirim ke China. Contoh kasus lainnya ialah

kasus yang terjadi pada September tahun 2018 lalu, kasus ini dialami langsung oleh

seorang wanita berinisial Er 21 tahun. Seorang wanita asal Kabupaten Bandung ini melalui

sambungan teleponnya bercerita bahwa ia menjadi korban tindak pidana perdagangan

8 Sanofta D.J. Ginting. 2013. “Kebijakan Hukum Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perdagangan Orang

(Human Trafficking)”. Jurnal Universitas Sumatera Utara. hal. 5

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185

174

orang yang dinikahi oleh orang China, ia sangat ingin kembali ke tanah air. Ia merasa

tertekan karena ia mendapat perlakuan kekerasan, walaupun hanya berupa kata-kata

kasar tidak sampai ke kekerasan fisik atau seksual. Korban dipaksa meminum obat

penyubur kandungan setiap hari oleh si pelaku, pelaku mengatakan bahwa ia ingin sekali

mendapat keturunan orang Indonesia, karena melaku menganggap hal itu akan membawa

keuntungan materiil bagi pelaku. Korban sangat ingin bebas dari keadaan tersebut, ia

sangat ingin kembali pulang ke tanah air Indonesia, karena jika ia memiliki keturunan dari

si pelaku maka ia semakin sulit untuk kembali ke Indonesia. Korban merasa tertekan dan

tertipu, atas semua perilaku yang ia terima selama ini. Pelaku dalam kasus ini diduga ada

3 orang, dari ketiga pelaku ini memiliki perannya masing-masing ada yang sebagai

perekrut, lalu sebagai perekrut dan warga Tiongkok, dan yang terakhir sebagai perantara

dari Indonesia ke Tiongkok. Tercatat korban tindak pidana perdagangan orang pada September 2018 tersebut

sebanyak 11 orang. Dan kuasa hukum dari kesebelas orang tersebut berharap

Kementerian Luar Negeri dapat segera memulangkan para korban tindak pidana

perdagangan orang tersebut. Karena jika sampai korban tindak pidana perdagangan orang

tersebut sudah melahirkan maka akan semakin sulit untuk proses pemulangan para

korban tindak pidana tersebut ke tanah air Indonesia. Dan kuasa hukum dari kesebelas

korban tersebut juga sudah sering melakukan komunikasi dengan para korban untuk

mengetahui kondisi terkini korban, dan tidak sedikit dari korban tindak pidana perdagangan

orang tersebut mengalami depresi, karena disaat kah kebebasan mereka diabaikan,

mereka malah ditambah mendapatkan kekerasan seksual. Banyak kendala yang dialami

saat proses pemulangan para korban tindak pidana perdagangan orang, karena para

korban tindak pidana perdagangan orang tersebut telah menjadi istri sah dari pelaku dan

disisi lain cara mereka pergi ke China juga telah melanggar banyak aturan hukum bahkan

sudah memenuhi unsur-unsur tindak pidana perdagangan orang. Dan tentunya para korban tindak pidana perdagangan orang tersebut masih berada

dibawah perlindungan hukum negara Indonesia, maka dari itu mereka sepantasnya

mendapat hak perlindungan hukum dan restitusi atas semua perilaku yang mereka terima

saat menjadi korban tindak pidana perdagangan orang ini. Walaupun masih akan

menyisakan rasa sedih, tertekan, dan takut dalam mental mereka, tetapi setidaknya

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA ISSN : 2621-1602

Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index

175

mereka merasa lebih terlindungi oleh negara dengan adanya perlindungan hukum dan

restitusi korban tindak pidana perdagangan orang ini. II. Pembahasan

1. Pemahaman Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang

Fenomena tindak pidana perdagangan orang terutama perempuan dan anak sudah

lama berkembang di beberapa negara, seperti Saudi Arabia, Jepang, Hongkong, Malaysia,

Singapura, Taiwan, dan Indonesia. Tidak ada negara yang mampu bertahan kebal dari

tindak pidana perdagangan orang yang setiap tahunnya diperkirakan ada 600.000-800.000

laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang diperdagangkan secara internasional untuk

dieksploitasi secara seksual.9

Tindak pidana perdagangan orang seperti yang diatur dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-

Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UUPTPPO) merupakan

setiap tindakan yang memenuhi undur tindak pidana perdagangan orang. Dan pada pasal

2 ayat 1 UUPTPPO tersebut dikatakan bahwa “Tindak Pidana Perdagangan Orang ialah

setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkatan, penampungan, pengiriman,

pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan

kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan

atau posisi rentan, penjeratan utang atau member bayaran atau manfaat meskipun

memperoleh persetujuan dari orang yang mengendalikan atas orang lain, untuk tujuan

pengeksploitasian orang tersebut di wilayah NKRI, dipidana dengan pidana penjara

minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun dan denda pidana minimal Rp. 120.000.000,00

dan maksimal Rp. 600.000.000,00.”

Tindak pidana perdagangan orang merupakan pelanggaran atas hak asasi manusia

tentang kebebasan, integritas, keamanan, dan kebebasan bergerak (GajicVeljanoski &

Stewart, 2007). Selain termasuk salah satu pelanggaran hak asasi manusia, hal tersebut

merupakan tindak kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran atas hak yang dimiliki

perempuan. Seperti apa yang dinyatakan oleh the Peel Institute on Violence Prevention’s

Report bahwa “Hak-hak perempuan adalah hak asasi manusia”.10

9 Dadang Abdullah. 2017. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Trafficking Anak Dan Perempuan. Jurnal

Hukum Al’Adl, Volume IX, Nomor 2, Agustus. Hlm. 232 10 Peel Institute on Violence Prevention. 2017. Human Trafficking Preliminary Literature Review. Hlm. 3

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185

176

Unsur yang terdapat di tindak pidana perdagangan orang ada 4(empat), yaitu unsur

pertama ialah unsur pelaku (individu atau kelompok terorganisasi serta penyelenggara

negara), unsur kedua adalah unsur proses atau tindakan (urutan kejadian tiundak pidana

perdagangan orang yang terjadi baik secara spontan maupun terencana), unsur ketiga

ialah unsur cara atau modus (tindakan yang dilakukan guna menjamin berhasilnya proses

tindak pidana perdagangan orang, baik dengan ancaman kekerasan, penipuan,

penyekapan, pemalsuan, sampai member bayaran), dan unsur yang keempat ialah unsur

tujuan (sesuatu yang menjadi sebab atau akibat dari dampak terjadinya tindak pidana

perdagangan orang).11

Tindak pidana perdagangan orang diperburuk dengan adanya masalah sosial

ekonomi, konflik, atau bencana alam yang membuat orang-orang terpaksa untuk mencari

pekerjaan dengan bermigrasi untuk bertahan hidup.12 Hal itu dijadikan kesempatan bagi

pelaku tindak pidana perdagangan orang, seperti contoh kasus yang menimpa wanita

korban tindak pidana perdagangan orang yang dikirim ke China, yang pada awalnya

mereka diiming-imingi kerjaan di Luar Negeri ternyata mereka menjadi salah ssati dari

sekian banyak korban tindak pidana perdagangan orang.

Yang menyebabkan terjadinya tindak pidana perdagangan orang khususnya perempuan di

Indonesia berdasarkan laporan Global Aliance Against Traffic on Women (GAATW), tercatat ada

3(tiga) aspek13, diantaranya :

1.1. Maraknya terjadinya imigrasi dari tempat yang 1 ke tempat yang lain, baik dalam negeri maupun luar negeri yang tidak berdasar pada keinginan atau pilihan dari orang atau perempuan yang bersangkutan, melainkan atas dasar paksaan atau tekanan situasi yakni kemiskinan dan pengangguran, akibatnya timbul keinginan yang kuat untuk memperbaiki nasib

1.2. Peningkatan jumlah perusahaan yang menyalurkan tenaga kerja, terutama perusahan penyalur tenaga kerja yang ilegal, karena laba yang diperoleh si perekrut, penjual, dan sindikat dari perusahaan tersebut sangat besar.

1.3. Tingginya jumlah tindak pidana kasus penipuan, antara lain berupa janji palsu, penjeratan hutang, perbudakan, pemaksaan, dan tekanan pemerasan.

11 Paul SinlaEloe, Op.Cit ,hlm.4-5 12 David O., Y. J. Choi, Jennifer E., and Abigail C. Burns. 2018. Seventeen years of human trafficking research in

social work: A review of the literature. Journal Of Evidence-Informed Social Work. Journal by University of Georgia. Hlm. 1

13 Siti Muflichah dan Rahadi Wasi Bintoro. 2009. Trafficking: Suatu Studi Tentang Perdagangan Perempuan Dari Aspek Sosial, Budaya Dan Ekonomi Di Kabupaten Banyumas. Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 9 No.1. Hlm. 126

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA ISSN : 2621-1602

Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index

177

Tindak pidana perdagangan orang dapat terjadi apabila si pelaku atau penjual orang

yang disembunyikan atau dirahasiakan melewati batas kondisi perbudakan, atau apabila

orang yang korban tidak segera mendapat layanan yang diberikan kepadanya dari pelaku,

dan disebabkan karena terpaksa bekerja untuk membayar hutang kepada pelaku.14

Tindak pidana perdagangan orang umumnya terdapat sekitar 5 pelaku, yakni sebagai

berikut15:

a. Pelaku yang melibatkan korban migrant untuk diperdagangkan dan diangkut. b. Pelaku yang merekrut korbannya untuk transportasi, dan dalam beberapa kasus

memungut biaya dengan membayar semua biaya transportasi. c. Pembeli yang mengklaim kepemilikan atas korban. Pada umumnya pembeli

tidak memiliki hubungan sebelumnya dengan korban, karenanya pembeli dapat memakai kekuatan dan paksaan guna menjaga kepatuhan korban agar tunduk.

d. Enabler, mereka yang bekerja di belakang peristiwa secara sadar maupun tidak sadar membantu memfasilitasi perpindahan korban dari satu tempat ke tempat lain.

e. Konsumen pelacur seks dari mucikari yang menawarkan layanan pelanggan dengan basis per-jam dengan memanfaatkan korban.

Awalnya anggapan orang tentang tindak pidana perdagangan orang hanyalah

terfokus pada perdagangan seks perempuan dan anak, serta inilah yang memunculkan

tanggapan penegakan hukum. Sekarang tindak pidana perdagangan orang telah dipahami

lebih luas, yang ternyata terjadi juga dalam berbagai tenaga kerja rendah atau tanpa upah.

Faktanya, mobilitas dan buruh upah rendah sekarang memunculkan banyak peluang untuk

mengeksploitasi tenaga kerja. Mulai dari pria, wanita, dan anak-anak diperdagangkan

dengan berbagai tujuan, termasuk sebagai pekerjaan rumah tangga, pertanian dan

perkebunan, perikanan komersial, tekstil, pabrik tenaga kerja, konstruksi, pertambangan,

dan kerja seks paksa, serta perdagangan pengantin dan kejahatan lainnya. 16 Korban

tindak pidana perdagangan orang meliputi pria dan wanita, tetapi sebagian besar korban

adalah wanita. “walaupun laki-laki juga terkena dampak dari tindak kekerasan tersebut,

perempuan selalu menjadi korban utama dari tindak pidana perdagangan orang ini,

14 Steward Harrison Oppong. 2012. Human Trafficking Through Organized Crime. International Journal of

Humanities and Social Science, Vol. 2 No. 20. Hlm. 37. 15 Majeed A. Rahman. 2011. Human Trafficking in the era of Globalization: The case of Trafficking in the Global

Market Economy. Transcience Journal Vol 2, No 1. Hlm. 58. 16 Cathy Zimmerman dan L. Kiss. 2017. Human trafficking and exploitation: A global health concern. Plos

Medicine. Hlm. 2

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185

178

sehingga latar belakang gender merupakan salah satu penentu utama dari kekerasan ”

(Riutort, Rupnarain & Masoud, n.d)17

2. Penegakkan Hukum, Hukum Pembuktian, dan Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang

Dalam UU No. 21 Tahun 2007 pasal 2-18 dijelaskan sanksi-sanksi bagi pelaku tindak

pidana perdagangan orang, yang dapat disimpulkan beberapa pelaku tindak pidana

perdagangan orang, sebagai berikut18:

a) Agen perekrutan Tenaga Kerja (legal maupun illegal) Yang membayar orang untuk mencari pekerja di desa-desa, mengelola penampungan, mengurus identitas dan berbagai dokumen pejalanan, memberikan pelatihan dan melakukan pemeriksaan medis serta menempatkan pekerja tersebut di Negara tujuan.

b) Agen atau calo Yang mendatangi suatu desa, tetangga, teman, bahkan sampai ke kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh adat, maupun tokoh agama. Agen bisa saja bekerja sama dengan PJTK terdaftar atau tidak terdaftar, untuk mendapat bayaran bagi tiap buruh yang direkrutnya.

c) Majikan Yang memaksa pekerja tersebut bekerja dalam kondisi eksploitatif, tidak memberikan gaji, menyekap pekerja di tempat kerja, melakukan tindakan kekerasan seksual atau fisik kepada pekerja tersebut.

d) Pemerintah Yang terlibat dalam kegiatan pemalsuan dokumen, mengabaikan pelanggaran yang terjadi dalam perekrutan tenaga kerja atau bahkan yang memfasilitasi persebaran perbatasan secara illegal (termasuk pengabaian oleh polisi atau petugas imigrasi).

e) Pemilik atau pengelola rumah bordil Yang melakukan pemaksaan perempuan untuk bekerja di luar kemauan dan kemampuannya, tidak membayarkan gaji atau bahkan yang merekrut dan mempekerjakan anak dibawah umur atau yang belum berusia 18 tahun.

Tahap penyelesaian dari kasus tindak pidana perdagangan orang berbeda dengan

proses penyelesaian kasus tindak pidana lainnya. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 28

Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UUPTPPO) yang

menyatakan bahwa “proses beracara mulai dari penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan

di siding pengadilan, terkait penegakkan hukum terhadap tindak pidana perdagangan

17 Peel Institute on Violence Prevention, Ibid. 18 Herlien C. Kamea. 2016. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Perdagangan Orang Menurut

Undang - Undang Nomor 21 Tahun 2007. Lex Crimen, Vol. V, No. 2, Februari. Hlm. 129

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA ISSN : 2621-1602

Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index

179

orang, pedomannya adalah hukum acara pidana, kecuali yang ditentukan lain oleh

Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UUPTPPO)”.

Pada tahap persidangan, apabila terdakwa telah dipanggil secara sah dan patut, tidak

hadir pada siding pengadilan tersebut tanpa member keterangan yang jelas, maka

menurut pasal 41 ayat (1) UUPTPPO perkara dapat diperiksa dan juga diputus tanpa

adanya kehadiran si terdakwa. Apabila terdakwa datang pada siding berikutnya sebelum

putusan perkara dijatuhkan, maka terdakwa harus dilakukan pemeriksaan, dan semua

keterangan saksi serta surat yang dibacakan pada persidangan sebelumnya di anggap

sebagai salah satu alat bukti yang telah diberikan dengan adanya kehadiran si terdakwa

berdasarkan pasal 41 ayat (2) UUPTPPO.

Hukum pembuktian ialah seperangkat ajaran hukum yang mengatur tentang

pembuktian suatu perkara yang hubungannya sangat kompleks dengan proses

persidangan di pengadilan. Upaya pembuktian didapat dari keterangan-keterangan, alat

bukti dan barang bukti dari perkara tersebut. Alat bukti yang sah ialah keterangan saksi,

keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan dari terdakwa. Barang bukti merupakan

suatu benda bergerak atauapun tidak bergerak, serta barang bukti berwujud dan tidan

berwujud yang berhubungan dengan suatu perkara yang sedang diatasi.

Tujuan dari tindakan pembuktian ini ialah untuk menunjukkan atau menjelaskan

peristiwa yang dilihat dari panca indera, peristiwa yang dapat diterima dengan berdasarkan

pikiran yang logis, dan guna memberikan keterangan dalam perkara yang diterima

tersebut.

Sanksi bagi pelaku yang mekakukan tindak pidana perdagangan orang sebagaimana

yang telah ditetapkan pada UUPTPPO Pasal 2 ayat (1) yang memberikan hukuman

kurungan dengan waktu minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun, dan dengan pidana

denda minimal Rp. 120.000.000,00 dan maksimal Rp. 600.000.000,00. Sedangkan dalam

UUPTPPO Pasal 7 ayat (1) menjelaskan bahwa “setiap orang yang melakukan tindak

pidana perdagangan orang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) , pasal 3,

pasal 4, pasal 5, dan pasal 6 dapat mengakibatkan korban menderita luka berat, gangguan

jiwa berat, penyakit menular lain yang dapat membahayakan jiwa, kehamilannya, atau

bahkan terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, maka ancaman ditambah sepertiga

dari ancaman pada pasal 2 ayat (1), pasal 3, pasal 4, pasal 5, dan pasal 6 dengan minimal

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185

180

4 tahun dan maksimal 20 tahun penjara dan pidana denda minimal Rp.140.000.000,00

maksimal Rp.800.000.000,00”.

Sedangkan pada Pasal 7 ayat (2) dijelaskan apabila pelaku tindak pidana

menyebabkan matinya korban maka akan dikenakan kurungan minimal 5 tahun dam

maksimal seumur hidup dengan pidana denda minimal Rp. 200.000.000,00 dan maksimal

Rp.5.000.000.000,00.

3. Perlindungan Hukum dan Restitusi Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang

Hukum memiliki tujuan guna memberikan keadilan dan kepastian hukum,19 tentunya

juga dalam memberikan keadilan hukum bagi korban tindak pidana. Perlunya dilakukan

atau diberikannya perlindungan hukum bagi korban kejahatan tidak hanya merupakan isu

nasional, melainkan juga termasuk isu internasional. 20 Selama ini penderitaan yang

dirasakan oleh korban tindak kejahatan hanya berlaku untuk dijadikan instrument

penetapan putusan dan penjatuhan pidana bagi si pelaku, padahal sebenarnya

penderitaan yang dialami pelaku pidana tidak berhubungan dengan penderitaan yang

dirasa korban kejahatannya, justru korban akan merasa lebih menderita dari apa yang

telah mereka alami. Dari segi psikologi korban tindak pidana kejahatan akan mengalami

stress dan depresi atas apa yang telah mereka alami, korban juga akan sering

mengasingkan diri dari lingkungan sekitar, bahkan dapat diperparah dengan korban yang

menjauhkan diri dari keluarganya sendiri, dan korban juga sering kehilangan kesempatan

mereka untuk turut mengalami perubahan sosial, moral, dan spiritual.

Perlindungan Hukum terhadap korban tindak pidana perdagangan orang semakin

mendapatkan posisinya sehubungan dengan disahkannya UU No. 21 Tahun 2007 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO). Ketetapan tentang

perlindungan korban tindak pidana perdagangan orang diatur secara khusus dalam Pasal

43 sampai Pasal 53, Pasal 43 UU No. 21 Tahun 2007 yang mengatur tentang “Ketentuan

mengenai perlindungan saksi dan korban dalam tindak pidana perdagangan orang

19 Yati Nurhayati. 2013. Perdebatan Antara Metode Normatif dan Metode Empirik Dalam Penelitian Ilmu Hukum

Ditinjau Dari Krakter, Fungsi, dan Tujuan Ilmu Hukum. Jurnal Hukum Al‟Adl, Volume V, Nomor 10 Juli-Desember. Hlm . 10.

20 Ifrani. 2015. Disharmoni Pengaturan Tata Kelola Kawasan Hutan Di Indonesia. Jurnal Hukum Al‟Adl, Volume VII , Nomor 14 Juli-Desember. Hlm. 89.

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA ISSN : 2621-1602

Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index

181

dilaksanakan berdasarkan Undang – Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang perlindungan

saksi dan korban kecuali ditentukan lain dalam Undang – undang ini”.

Hal tersebut di karenakan korban tindak pidana juga memiliki hak, yaitu21:

a. Hak korban dalam mendapatkan kompensasi atas pelakuan yang dialaminya, b. Hak untuk menolak kompensasi tersebut karen tidak dibutuhkan, c. Hak kompensasi untuk ahli waris apabila korban tindak pidana tersebut meninggal

dunia, d. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan rehabilitasi, e. Hak untuk mendapatkan kembali atas sesuatu yang menjadi hak miliknya, f. Hak menolak untuk dijadikan saksi apabila hal tersebut dapat membahayakan

dirinya, g. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ancaman yang disampaikan pelaku

apabila korban menjadi saksi, h. Hak untuk memakai penasehat hukum, i. Hak dalam menggunakan upaya hukum. Sedangkan perlindungan korban menurut Undang-Undang Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang, selain dengan memidanakan pelakunya, juga diwujudkan dari

bentuk-bentuk pemenuhan hak, diantaranya ialah:

a. Hak atas kerahasiaan identitas korban Hal ini diatur dalam pasal 44 ayat (1) UUPTPPO. Dan hak untuk merahasiakan identitas ini juga diberikan kepada keluarga korban hingga derajat kedua, jika korban mendapat ancaman secara fisik maupuk psikis dari luar yang berkaitan dengan keterangan korban (Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang).

b. Hak atas perolehan restitusi Hal ini diatur dalam pasal 48 ayat (1) Undang-Undangan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Restitusi menurut pasal 1 poin 13 UUPTPPO ialah “pembayaran ganti rugi yang dibebankan kepada pelaku berdasarkan pada putusan pengadilan atau hakim yang memiliki kekuatan hukum tetap atas kerugian materiil serta imateriil yang diderita oleh korban ataupun ahli warisnya”. Berdasarkan pada PP No. 3 Tahun 2002, restitusi ialah ganti kerugian yang diberikan kepada korban atau keluarganya dari pelaku atau pihak ketiga, bisa berupa pengembalian harta milik, pembayaran ganti atas kerugian untuk kehilangan atau penderitaan, ataupun penggantian biaya atas tindakan tertentu.22

21 Anita Handayani Nursamsi. 2007. Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian Viktimologi terhadap

Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang di Wilayah Hukum Polwil Banyumas, Tesis Pada Program Magister Hukum Unsoed, Purwokerto. Hlm. 74.

22 Abdul Salam Siku. 2016. Perlindungan Hak Asasi Saksi Dan Korban Dalam Proses Peradilan Pidana. Makasar, Indonesia: Indonesia Prime. Hlm. 109

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185

182

c. Hak atas rehabilitasi kesehatan, sosial, pemulangan, dan reintegrasi Rehabilitasi merupakan salah satu langkah konkrit yang dilakukan untuk memperbaiki sesuatu yang telah menyimpang atau rusak. 23 Tindakan rehabilitasi pada korban tindak pidana perdagangan orang dilakukan agar pulihnya kondisi korban baik secara fisik maupun psikis, sehingga korban bisa kembali menjalankan hidupnya dalam lingkungan masyarakat seperti semula. Berdasarkan pada UUPTPPO pasal 51 ayat (1), korban tindak pidana perdagangan orang berhak mendapatkan rehabilitasi kesehatan, sosial, pemulangan , dan reintegrasi sosial dari pemerintah jika korban mengalami penderitaan secara fisik maupun psikis akibat dari tindakan perdagangan orang tersebut.

Dalam pasal 48 ayat (2) UUPTPPO, disebutkan bahwa restitusi yang diterima oleh

korban dan ahli warisnya, apabila mengalami kerugian sebagai berikut: Pertama,

kehilangan harta kekayaan atau penghasilan; Kedua, restitusi atas penderitaan; Ketiga,

biaya yang dikeluarkan untuk memulihkan kondisi medis maupun psikis korban; Keempat,

kerugian lain yang dialami korban sebagai akibat dari perlakuan tindak pidana

perdagangan orang tersebut.

Restitusi diajukan sejak korban melakukan laporan atas kasus yang dialaminya kepada pihak

kepolisian setempat, dan diatasi oleh penyidik bersamaan dengan penanganan atas tindak pidana

yang dilakukan. Penuntut umum akan memberitahu korban tentang adanya hak restitusi yang

diberikan kepada korban, yang selanjutkan akan disampaikan jumlah kerugian yang diterima

korban tindak pidana perdagangan orang bersamaan dengan tuntutan.

III. Kesimpulan Segala tindakan yang diperbuat pasti akan menimbulkan akibat, termasuk juga tindak

pidana perdagangan orang. Tindak pidana perdagangan orang merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh oknum tertentu yang akan mendatangkan keuntungan yang besar

bagi si pelaku dan akan mendatangkan kerugian yang sangat besar juga bagi korban baik

dari segi fisik, maupun psikis. Tindak pidana perdagangan orang disebabkan oleh

beberapa faktor maupun faktor intern maupun ekstern, faktor ekonomi maupun faktor

sosial. Pelaku tindak pidana perdagangan orang akan mendapat sanksi baik itu berupa

kurungan atau pembayaran denda yang wajib dipenuhi. Dan korban tindak pidana

perdagangan orang pun mendapatkan haknya atas perlindungan hukum dari beberapa hal

yang diatur dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007, misalnya hak atas perlindungan

23 Guntur, A.B. Sambah, dan A.A. Jaziri. 2018. Rehabilitasi Terumbu Karang. Malang, Indonesia: UB press.

Hlm.vii

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA ISSN : 2621-1602

Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index

183

rahasia identitas, hak atas rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, rehabilitasi

pemulangan dan rehabilitasi atas integrasi, dan hak mendapatkan restitusi atau hak

penggantian rugi atas apa saja yang sudah merugikannya baik itu secara fisik maupun

ekonomi. Hak perlindungan hukum dan restitusi bukan hanya diterma oleh korban tindak

pidana perdagangan orang, tetapi juga dapat diterima oleh ahli waris korban, apabila

korban tindak pidana perdagangan orang tersebut meninggal dunia akibat TPPO.

IV. Daftar Pustaka

Buku: Gunakarya, Widiada, (2017), Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta, Indonesia: Penerbit

Andi, Hlm. 1 Guntur, A.B. Sambah, dan A.A. Jaziri, (2018), Rehabilitasi Terumbu Karang, Malang,

Indonesia: UB press, Hlm.vii Pawennei, Mulyati dan Rahmanuddin Tomalili, (2015), Hukum Pidana, Jakarta,

Indonesia : Mitra Wacana Media, Hlm. 5 Siku, Abdul Salam, (2016), Perlindungan Hak Asasi Saksi Dan Korban Dalam Proses

Peradilan Pidana, Makasar, Indonesia: Indonesia Prime, Hlm. 109 SinlaEloe, Paul, (2017),“Tindak Pidana Perdagangan Orang”, Malang, Indonesia: Setara

Press, hlm. Vii Artikel Jurnal Nasional:

Abdullah, Dadang, (2017), Perlindungan Hukum Terhadap Korban Trafficking Anak Dan

Perempuan, Jurnal Hukum Al’Adl, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm. 232

Djanggih, Hardianto dan Yusuf Saefudin, (2017), “Pertimbangan Hakim Pada Putusan

Praperadilan: Studi Putusan Nomor: 09/PID.PRA/2016/PN.Lwk Tentang Penghentian

Penyidikan Tindak Pidana Politik Uang”, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Volume

17, Nomor 3, tahun 2017, hlm. 414

Ginting, Sanofta D.J., (2013), “Kebijakan Hukum Dalam Menanggulangi Tindak Pidana

Perdagangan Orang (Human Trafficking)”, Jurnal Universitas Sumatera Utara, hlm. 5

Ifrani, (2015), Disharmoni Pengaturan Tata Kelola Kawasan Hutan Di Indonesia. Jurnal

Hukum Al‟Adl, Volume VII , Nomor 14 Juli-Desember 2015, Hlm. 89.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA Volume 2, Nomor 1, Juni 2019, Halaman 170-185

184

Kamea, Herlien C., (2016), Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Perdagangan

Orang Menurut Undang - Undang Nomor 21 Tahun 2007. Lex Crimen, Vol. V, No. 2,

Februari 2016, Hlm. 129

Komnas HAM, (2016), “Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia”. volume xiii,

tahun 2016, hlm. Xx

Makhfudz, M, “Kajian Praktek Perdagangan Orang di Indonesia”. Jurnal Hukum Volume 4,

No. 1. hal. 226

Muflichah, Siti dan Rahadi Wasi Bintoro, (2009), Trafficking: Suatu Studi Tentang

Perdagangan Perempuan Dari Aspek Sosial, Budaya Dan Ekonomi Di Kabupaten

Banyumas.Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 9 No.1., tahun 2009, Hlm. 126

Novianti, (2014), “Tinjauan Yuridis Kejahatan Perdagangan Manusia (Human Traffikking)

Sebagai Kejahatan Lintas Batas Negara”, Jurnal Ilmu Hukum, hlm. 51

Nurhayati, Yati, (2013), Perdebatan Antara Metode Normatif dan Metode Empirik Dalam

Penelitian Ilmu Hukum Ditinjau Dari Krakter, Fungsi, dan Tujuan Ilmu Hukum. Jurnal

Hukum Al‟Adl, Volume V, Nomor 10 Juli-Desember 2013, Hlm . 10.

Nursamsi, Anita Handayani, (2007), Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Kajian

Viktimologi terhadap Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang di Wilayah Hukum

Polwil Banyumas, Tesis Pada Program Magister Hukum Unsoed, Purwokerto, Hlm.

74.

Artikel Jurnal Internasional: O., David, Y. J. Choi, Jennifer E., dan Abigail C. Burns, (2018), Seventeen years of human

trafficking research in social work: A review of the literature, Journal Of Evidence-Informed Social Work, Journal by University of Georgia, tahun 2018, Hlm. 1

Oppong, Steward Harrison, (2012), Human Trafficking Through Organized Crime.

International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 2 No. 20, tahun 2012, Hlm. 37.

Peel Institute on Violence Prevention, (2017), Human Trafficking Preliminary Literature

Revie, Hlm. 3 Rahman, Majeed A., (2011), Human Trafficking in the era of Globalization: The case of

Trafficking in the Global Market Economy. Transcience Journal Vol 2, No 1, Tahun 2011, Hlm. 58.

Zimmerman, Cathy dan L. Kiss, (2017), Human trafficking and exploitation: A global health

concern. Plos medicine, tahun 2017, Hlm. 2

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA …

RES JUDICATA ISSN : 2621-1602

Website: http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/RJ/index

185

Sumber Online:

Sukarna, Mega Nugraha, (2018). Jika Korban Tppo Di China Melahirkan, Pemulangan

Dikhawatirkan Jadi Sulit. Retrieved from:

http://www.tribunnews.com/regional/2018/09/20/jika-korban-tppo-di-china-melahirkan-

pemulangan-dikhawatirkan-jadi-sulit.

Sukarna, Mega Nugraha, (2018). Korban TPPO Yang Dinikahi Orang Di China Dipaksa Minum Obat Penyubur Kandungan Tiap Hari. Retrieved from http://www.tribunnews.com/regional/2018/09/20/korban-tppo-yang-dinikahi-orang-di-china-dipaksa-minum-obat-penyubur-kandungan-tiap-hari .

Peraturan Perundang-undangan: Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2002 TentangKompensasi,

Restitusi, Dan Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat. Lembaran Negara Tahun 2006. No. 7. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan

Saksi Dan Korban. Lembaran Negara RI Tahun 2006. No. 64. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Lembaran Negara RI Tahun 2007. No. 4720. Sekretariat Negara. Jakarta.