perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

9
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR VOL. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 48 - 56 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/ 48 PERLETAKAN STASIUN KERETA API DALAM TATA RUANG KOTA-KOTA DI JAWA (KHUSUSNYA JAWA TIMUR) PADA MASA KOLONIAL Handinoto Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur - Universitas Kristen Petra ABSTRAK Per kereta api an di Indonesia baru dimulai pada th. 1860 an. Perusahaan kereta api ditangani oleh dua instansi yaitu oleh pihak pemerintah (seperti: S.S – Staad Spoorwegen) dan pihak swasta (seperti :NIS Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij , dan sebagainya). Seperti halnya di Eropa setelah revolusi industri, perletakkan stasiun sebagai suatu jenis bangunan baru, menjadi sangat penting dalam tata ruang kota. Dengan makin majunya per kereta api an di Indonesia pada awal abad ke 20, yang hampir mencapai seluruh kota di Jawa, maka penempatan stasiun kereta api baik di kota-kota besar maupun kota Kabupaten menjadi suatu pemikiran yang penting. Pada akhir abad ke 19 dan abad ke 20, angkutan dengan kereta api, menjadi salah satu sarana yang sangat penting, baik angkutan barang maupun manusia. Tapi pada bagian kedua abad 20, setelah kemerdekaan, karena kemajuan jalan darat, peran kereta api menjadi menurun, sehingga stasiun kereta api menjadi merana. Di akhir abad 20, karena padatnya arus lalu lintas jalan darat di P. Jawa, peran kereta api menjadi hidup kembali. Kota-kota pada umumnya telah berkembang pesat, sehingga letak stasiun kereta api yang dulunya telah dipikirkan dengan sangat baik sekali dalam tata ruang kotanya, sekarang menjadi masalah dalam pengaturan lalu lintas kota. Tulisan ini membahas tentang perletakkan stasiun kereta api dimasa lampau sebagai masukan dalam pemikiran perkembangan kota-kota di Jawa untuk masa mendatang. Kata kunci: Stasiun kereta api, Tata ruang kota. ABSTRACT Railway Company in Indonesia started in 1860’s. They were held by both government (SS- Staad Spoorwegen) and private (NIS, etc). The same happened as in Europe after rev. industry, railway station’s placement as new kind of building became very important in urban planning. Faster progression,in railway services in Indonesia in the begining 20 th century, that reached almost all of town in Java; caused railway station’s placement, either in larger city or Kabupaten city will be importance. In the end of 19 th and 20 th century, railway transportation was one of important infrastructure.But in the second part of 20 th century, after independence, the roadway progression caused railway services become come down, so railway stations were careless. In the end of 20 th century, the dense of roadway in Java caused railway’s function raise again. In general towns has been develop, so railway station placement which been though exactly in urban planning, become to make trouble for city trafic. The scoupe of this paper covered about the placement of railway station in the past, as input for development city in Java for the future. Keywords : Railway station, Urban Planning. PENDAHULUAN Jaringan jalan kereta api di Jawa dibangun antara th. 1870 an sampai th. 1920 an. Sebenar- nya gagasan pembangunan jalan kereta api di Jawa sudah muncul sejak th. 1840, tapi gagasan tersebut baru menjadi kenyataan pada th. 1871. Jalur pertama jalan kereta api di Jawa adalah antara Semarang dengan Kedung Jati, yang diresmikan pada th. 1871 (lihat gb.no.1). Kemudian disusul dengan jalur Batavia- Buitenzorg (Jakarta-Bogor) yang dibuka pada tahun 1873 dan menyusul jalur Surabaya- Pasuruan pada th. 1878. Pada th. 1884, diselesai- kan jalur Buitenzorg-Bandung (Bogor-Bandung), dan kemudian disusul hubungan Surabaya-Solo dan Semarang. Sepuluh tahun kemudian pada th, 1894, jalur jalan kereta api Surabaya-Batavia melalui Maos, Yogyakarta dan Solo berhasil diselesaikan. Dan pada th. 1912 jalur alternatif kedua antara Surabaya-Batavia, melalui Cirebon dan Semarang berhasil diselesaikan. Sesudah itu

Transcript of perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

Page 1: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR VOL. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 48 - 56

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

48

PERLETAKAN STASIUN KERETA API DALAM TATA RUANGKOTA-KOTA DI JAWA (KHUSUSNYA JAWA TIMUR)

PADA MASA KOLONIAL

HandinotoStaf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur - Universitas Kristen Petra

ABSTRAK

Per kereta api an di Indonesia baru dimulai pada th. 1860 an. Perusahaan kereta api ditangani oleh duainstansi yaitu oleh pihak pemerintah (seperti: S.S – Staad Spoorwegen) dan pihak swasta (seperti :NIS –Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij, dan sebagainya). Seperti halnya di Eropa setelah revolusiindustri, perletakkan stasiun sebagai suatu jenis bangunan baru, menjadi sangat penting dalam tata ruang kota.Dengan makin majunya per kereta api an di Indonesia pada awal abad ke 20, yang hampir mencapai seluruhkota di Jawa, maka penempatan stasiun kereta api baik di kota-kota besar maupun kota Kabupaten menjadisuatu pemikiran yang penting. Pada akhir abad ke 19 dan abad ke 20, angkutan dengan kereta api, menjadi salahsatu sarana yang sangat penting, baik angkutan barang maupun manusia. Tapi pada bagian kedua abad 20,setelah kemerdekaan, karena kemajuan jalan darat, peran kereta api menjadi menurun, sehingga stasiun keretaapi menjadi merana. Di akhir abad 20, karena padatnya arus lalu lintas jalan darat di P. Jawa, peran kereta apimenjadi hidup kembali. Kota-kota pada umumnya telah berkembang pesat, sehingga letak stasiun kereta apiyang dulunya telah dipikirkan dengan sangat baik sekali dalam tata ruang kotanya, sekarang menjadi masalahdalam pengaturan lalu lintas kota. Tulisan ini membahas tentang perletakkan stasiun kereta api dimasa lampausebagai masukan dalam pemikiran perkembangan kota-kota di Jawa untuk masa mendatang.

Kata kunci: Stasiun kereta api, Tata ruang kota.

ABSTRACT

Railway Company in Indonesia started in 1860’s. They were held by both government (SS- StaadSpoorwegen) and private (NIS, etc). The same happened as in Europe after rev. industry, railway station’splacement as new kind of building became very important in urban planning. Faster progression,in railwayservices in Indonesia in the begining 20 th century, that reached almost all of town in Java; caused railwaystation’s placement, either in larger city or Kabupaten city will be importance. In the end of 19 th and 20 thcentury, railway transportation was one of important infrastructure.But in the second part of 20 th century, afterindependence, the roadway progression caused railway services become come down, so railway stations werecareless. In the end of 20 th century, the dense of roadway in Java caused railway’s function raise again. Ingeneral towns has been develop, so railway station placement which been though exactly in urban planning,become to make trouble for city trafic. The scoupe of this paper covered about the placement of railway stationin the past, as input for development city in Java for the future.

Keywords : Railway station, Urban Planning.

PENDAHULUAN

Jaringan jalan kereta api di Jawa dibangunantara th. 1870 an sampai th. 1920 an. Sebenar-nya gagasan pembangunan jalan kereta api diJawa sudah muncul sejak th. 1840, tapi gagasantersebut baru menjadi kenyataan pada th. 1871.

Jalur pertama jalan kereta api di Jawa adalahantara Semarang dengan Kedung Jati, yangdiresmikan pada th. 1871 (lihat gb.no.1).Kemudian disusul dengan jalur Batavia-

Buitenzorg (Jakarta-Bogor) yang dibuka padatahun 1873 dan menyusul jalur Surabaya-Pasuruan pada th. 1878. Pada th. 1884, diselesai-kan jalur Buitenzorg-Bandung (Bogor-Bandung),dan kemudian disusul hubungan Surabaya-Solodan Semarang. Sepuluh tahun kemudian pada th,1894, jalur jalan kereta api Surabaya-Bataviamelalui Maos, Yogyakarta dan Solo berhasildiselesaikan. Dan pada th. 1912 jalur alternatifkedua antara Surabaya-Batavia, melalui Cirebondan Semarang berhasil diselesaikan. Sesudah itu

Page 2: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

PERLETAKAN STASIUN KERETA API DALAM TATA RUANG KOTA-KOTA DI JAWA (KHUSUSNYA JAWA TIMUR)PADA MASA KOLONIAL (Handinoto)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

49

Gambar 1. Jalur jalan Kereta Api pertamadi Jawa antara Semarang danKedung Jati. Terlihat padagambar stasiun Kereta apidarurat, yang pertama di Jawaantara th. 1871

Gambar 1A. Pembuatan konstruksi jalankereta api antara Cianjur danBandung. Keadaan phisik yangberat dan tidak menguntungkanini memerlukan banyak sekalitenaga kerja

Gambar 1B. Pembuatan jalan kereta apidiatas sungai Citarum, antaraCianjur dan Bandung. Karenamedan yang berat tersebutpengerjaan jalan Kereta Apitersebut memerlukan waktulebih dari 6 tahun. Dari th. 1878sampai 1884

jalur-jalur sekunder juga mulai dibangun. Disebelah barat, diselesaikan jalur dari Anyer keLabuan. Sedangkan disebelah timur sampai Panjidan Banyuwangi.

Jaringan kereta api di Jawa merupakan salahsatu jaringan yang terlengkap di Asia 1 (Lombard,Jilid 1:139)(lihat gb.no.2). Langkah selanjutnyadengan adanya jaringan kereta api tersebutadalah penempatan stasiun kereta api pada kota-kota yang di lewatinya. Kecenderungan yangpaling mudah untuk perletakan stasiun kereta apiadalah di pusat kota, supaya mudah di jangkauoleh penumpang dari berbagai penjuru kota. Tapiperuntukkan tanah dan lalu lintas ditengah kotayang sudah ada kadang-kadang merupakankendala bagi perletakan bangunan stasiun yangbelum terpikirkan sebelumnya. Penempatanstasiun kereta api di kota-kota di Jawa masa lalupada umumnya berhasil dengan baik. Sepertistasiun kota di Bandung, Tegal, Probolinggo,Pasuruan, Malang, Jombang dan sebagainya.Keberhasilan penempatan ini juga didukungdengan sosok bangunannya sendiri yang berhasilmemancarkan pesannya keseluruh penjuru kotasesuai dengan misi stasiun itu sendiri.

Sekarang banyak timbul masalah padaperletakan stasiun lama yang menghubungkanantar kota tersebut, karena perkembangan kotayang tak terkontrol. Sehingga kehadiran stasiunkota lama tersebut, sering menjadi masalahperkotaan tersendiri. Tulisan ini membahastentang perletakan stasiun kereta api pada awalperkembangannya, untuk diijadikan pemikiranbagi perkembangan yang akan datang.

SISTIM JALUR JALAN KERETA APIDI JAWA.

Seperti halnya kota-kota di Eropa setelahrevolusi industri, maka stasiun kereta apimerupakan hal yang baru bagi dunia bangunan diJawa. Kalau jalur jalan kereta api di Eropa padaumumnya yang menuju pusat kota biasanyamelalui bawah tanah (subway), maka seluruhjalur jalan kereta api yang ada di Jawa, mungkinkarena alasan teknologi, sepenuhnya beradadiatas tanah. Oleh sebab itu maka ketikamemasuki kota harus di usahakan jalur jalankereta api tersebut sesedikit mungkin ber-potongan dengan jalur jalan utama yang ada ditengah kota. Di usahakan jalur jalan kereta apisedapat mungkin sejajar dengan jalan-jalan 1 Sebagai contoh, pembangunan jalur kereta api di Asia, Jepangmisalnya, jalur Tokyo-Yokohama dibuka pada th. 1870

Sum

ber

foto

: W

oodb

ury

& P

age

Sum

ber

foto

: W

oodb

ury

& P

age

Sum

ber

foto

: W

oodb

ury

& P

age

Page 3: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR VOL. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 48 - 56

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

50

Gambar 2B. Karena fungsinya yang sama,bangunan stasiun kereta api,banyak menggunakan Prototypeyang sama. Tampak dalam fotoperon stasiun Bogor. Peman-dangan seperti ini juga kitajumpai pada peron stasiun kotayang berstatus Gemeente, sepertiSurabaya (Stasiun Gubeng) dankota-kota madya lainnya diJawa.

utama kota, supaya tidak terjadi perpotonganatau persilangan yang membahayakan pengen-dara kendaraan bermotor atau pejalan kaki. Padatempat-tempat tertentu bahkan dibuat jalan

layang (viaduct), untuk menghindari per-simpangan antara jalan raya dan jalan kereta api.Dari segi tata ruang kota, perletakan stasiunkereta api harus dibuat sedemikian rupa sehinggapenumpang atau barang dari stasiun dapatmencapai seluruh penjuru kota dengan mudah.Seperti halnya dengan berbagai kota di Eropa,kebanyakan stasiun kereta api disana diletakkandi pusat kota, dengan alasan seperti diatas.Kesulitan perpotongan jalur kereta api dan jalanraya utama di kota dipecahkan denganmenempatkan jalur kereta api tersebut dibawahpermukaan tanah. Di Jawa justru tantangancrossing antara jalur kereta api dan jalan rayakota ini yang harus diatasi kalau stasiun harusdiletakkan dipusat kota. Itulah sebabnyaperletakan stasiun kereta api di Jawa punyamasalah sendiri yang cukup unik dari segi tataruang kotanya.

FUNGSI BANGUNAN STASIUN KERETA API

Seperti yang telah dijelaskan didepan bahwabangunan stasiun kereta api merupakanbangunan yang baru muncul setelah th. 1870 diJawa. Fungsi bangunan stasiun kereta api dapatdiperinci sebagai berikut :

Gambar 2. Jaringan jalan Kereta Api pada th. 1888 dan th. 1925, di P. Jawa seperti yangterlihat di peta. Jaringan jalan Kereta Api di Jawa merupakan salah satujaringan yang terlengkap di Asia pada jamannya.

Sum

ber

foto

: W

oodb

ury

& P

age

Page 4: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

PERLETAKAN STASIUN KERETA API DALAM TATA RUANG KOTA-KOTA DI JAWA (KHUSUSNYA JAWA TIMUR)PADA MASA KOLONIAL (Handinoto)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

51

1. Sebagai tempat kereta api berhenti.Menurunkan penumpang (manusia atau bisajuga hewan) dan barang.

2. Sebagai tempat kereta api berangkat.Mengangkut penumpang (manusia atau bisajuga hewan) dan barang.

3. Sebagai tempat kereta api bersilang,menyusul atau disusul.

Semua kegiatan tersebut berada dibawahpenguasaan seorang kepala yang bertanggungjawab penuh atas urusan perjalanan kereta.Sedangkan bangunan stasiun kereta api itusendiri pada umumnya terdiri atas bagian-bagiansebagai berikut (Triwinarto, 1997:94):1. Halaman depan/Front area.

Tempat ini berfungsi sebagai perpindahandari sistim transportasi jalan baja ke sistimtransportasi jalan raya atau sebaliknya.Tempat ini berupa:- terminal kendaraan umum.- parkir kendaraan.- bongkar muat barang.

2. Bangunan Stasiun.Bangunan ini biasanya terdiri dari :- ruang depan (hall atau vestibule )- Loket- Fasilitas administratif (kantor kepala

stasiun & staff)- Fasilitas operasional (ruang sinyal, ruang

teknik)- Kantin dan toilet umum.

3. PeronYang terdiri atas:- Tempat tunggu- Naik-turun dari dan menuju kereta api.- Tempat bongkat muat barangBagian ini bisa beratap atau tidak.

4. Emplasemen.Yang terdiri atas:- Sepur lurus.- Peron- Sepur belok sebagai tempat kereta api

berhenti untuk memberi kesempatankereta lain lewat.

Melihat fungsinya yang seragam makabanyak bangunan stasiun kereta api di Jawadirancang dengan prototype yang sama menuruttingkat besar kecilnya stasiun tersebut. Misalnyastasiun untuk kota Kabupaten, punya prototypeyang sama, demikian juga dengan stasiun untukkota-kota yang setingkat. Stasiun yang dibangunsebelum tahun 1900, kebanyakan bergayaarsitektur “Indische Empire”, dengan ciri-ciriseperti : teras depan yang luas, gevel depan yangmenonjol, kolom-kolom gaya Yunani yangmenjulang keatas, dan sebagainya. Contohnyaseperti stasiun Pasuruan. Setelah tahun 1900,

gaya arsitekturnya berubah dengan drastis.Contohnya seperti kantor pusat NIS(Nederlandsch Indische Spoorweg Mij ) diSemarang, yang dibangun th. 1902 (arsiteknyaJ.F. Klinkhamer dan B.J. Quendag).Kantor/stasiun Chirebon-Semarang StoomtramMaatscahppij di Tegal, yang dibangun th. 1914(arsiteknya Ir. H. Maclaine Pont), sudah tidakbergaya “Indische Empire” lagi.

STUDI KASUS PERLETAKAN STASIUNKERETA API PADA BEBERAPA KOTA DIJAWA TIMUR.

Jalur jalan kereta di Jatim dimulai awalnyadari jalur Surabaya-Pasuruan , yang diresmikanpada tgl. 16 Mei 1878. Cabang Bangil-Malangdiresmikan pada tgl. 20 Juli 1879. Kemudiandisusul jalur-jalur berikutnya seperti: CabangSidoarjo-Madiun (dari Sidoarjo-Mojokerto: 16Oktober 1880)-Mojokerto (1 Juli 1882)-Kediri-Blitar (16 Juni 1884). Jalur dari Pasuruan ketimur sampai ke Probolinggo sepanjang 40 kmselesai dibangun pada th. 1884. Pada th. 1895 reltersebut diperpanjang lagi sampai Probolinggo-Klakah. Th 1896 dibangun jalur cabang-cabangke Lumajang, Pasiran kemudian di teruskansampai ke Jember, Bondowoso dan terus sampaipelabuhan Panarukan sepanjang 151 km. Semuaini di selesaikan th. 1897. Dengan demikiansampai th. 1900, hampir semua kota-kota diJatim sudah dihubungkan dengan baik oleh jalurkereta api.

Sebagai studi kasus untuk perletakan stasiunkereta api pada kota-kota di Jawa Timur diambilsecara acak beberapa kota yang pembangunan-nya antara th. 1880 an. Kota-kota tersebut antaralain adalah : Pasuruan, Probolinggo, Malang danKediri.

PERLETAKAN STASIUN KERETA APIDI PASURUAN

Stasiun kereta api Pasuruan termasuk salahsatu stasiun yang tertua di Jawa Timur. Jalurkereta api Surabaya Pasuruan dibangun th. 1878.Karena Pasuruan dilalui oleh jalan raya pos(grotepostweg- sekaligus sebagai jalan arteriprimair bagi kota Pasuruan), yang menghubung-kan kota-kota pantai Utara Jawa, maka jalankereta api yang memasuki kota Pasuruandiletakkan sejajar dengan jalan utama tersebut.Letak stasiun tegak lurus, disebelah Utara darijalan raya utama kota (jalan arteri primair)tersebut, yaitu Jl. Sukarno-Hatta (lihat Gb.no.3).Jalan tegak lurus yang menghubungkan stasiunkota dengan jalan Sukarno-Hatta (jalan arteri

Page 5: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR VOL. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 48 - 56

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

52

Gambar 3. Peta inti kota Pasuruan danperletakan stasiun kereta apinyayang terletak disebelah Utarakota sehingga tidak melintasijalan-jalan utama kota. Tampakpada foto bangunan stasiunkereta api Pasuruan yangdibangun pada th. 1878

primair) tersebut dinamakan Jl. Stasiun (samadengan nama jalan di kota Kediri dan banyak

kota lainnya). Disebelah Timur dari stasiuntersebut terdapat pasar. Pengelompokan : Stasiunkereta api, pasar dan pangkalan kendaraanumum, merupakan ciri khas kota-kota yangpunya stasiun kereta api di Jawa. Di kota-kotapesisir seperti Surabaya, Pasuruan, Probolinggodan sebagainya, stasiun kereta api selaludihubungkan dengan pelabuhan. Karena salahsatu tujuan penting jaringan kereta api di Jawamemang untuk pengangkutan barang. Terutamahasil perkebunan.Dipandang dari tata ruang kota maka perletakkanstasiun kereta api Pasuruan tersebut sangatstrategis sekali. Karena:- Dengan mudah (dan dekat) dapat mencapai

seluruh penjuru kota (baik daerah hunian,pusat kota, maupun pelabuhan). Karenasangat dekat dengan jalan arteri primair kota.

- Tidak banyak crossing dengan jalan-jalanutama kota.

- Kehadiran stasiun tidak mengganggu ling-kungan sekitarnya.

Dari segi arsitektur kota perletakan stasiuntersebut cukup baik karena letaknya tegak lurusdi tengah-tengah jalan arteri primair kota

Page 6: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

PERLETAKAN STASIUN KERETA API DALAM TATA RUANG KOTA-KOTA DI JAWA (KHUSUSNYA JAWA TIMUR)PADA MASA KOLONIAL (Handinoto)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

53

(Jl. Raya Sukarno-Hatta). Hanya sayangnya jarakjalan yang tegak lurus jalan arteri primair kotatersebut terlalu pendek sehingga kesan bangunanstasiun kota sebagai ”focal point” menjadikurang terasa.

PERLETAKAN STASIUN KERETA APIDI PROBOLINGGO

Pereletakan stasiun kota Probolinggo,adalah salah satu contoh terintegrasinya per-letakan stasiun dengan tata ruang kotanya secarakeseluruhan. Sumbu utama kota adalah Jl.Suroyo (Heerenstraat- dulu jalan arteri utamakota Probolinggo), yang membentang dari Utarake Selatan (lihat Gb.no.4). Bangunan stasiunterletak di akhir jalan sebelah Utara dari sumbukota tersebut. Sehingga kesan monumentalbangunan stasiun sebagai “focal point” daridaerah tersebut sangat kuat sekali. Seperti halnyadengan semua kota pelabuhan maka stasiunProbolinggo tersebut juga berhubungan langsungdengan pelabuhan. Letak pelabuhan yang ada dibelakang stasiun tersebut justru tidak menggangukehadiran bangunannya yang menghadap ke arahkota. Stasiun kota di Probolinggo benar-benarterlihat sebagai bangunan yang seolah-olahmemancarkan pesannya keseluruh penjuru kota.Dari segi arsitektur kota, perletakan stasiunProbolinggo ini, benar-benar memenuhi per-syaratan. Kesan monumental bangunan stasiunini di perkuat dengan adanya alun-alun kota yangletaknya tepat didepan stasiun tersebut.

Gambar 4. Peta inti kota Probolinggo danperletakan stasiun kereta apiyang dipikirkan secara baiksekali. Rel kereta api melintasibagian utara kota, sehingga tidakmengganggu jalan-jalan utamakota. Stasiun kereta apiProbolinggo (seperti terlihat padafoto) dibangun pada akhir abadke 19.

PERLETAKAN STASIUN KERETA APIDI MALANG

Perletakan stasiun kota Malang sangatstrategis dari segi tata ruang kotanya2. Stasiunkota Malang berorientasi kepada alun-alunbunder. Alun-alun bunder adalah lambang daripusat kota Malang yang baru (setelah th.1925).Rencana pembuatan jalan Timur–Barat kotaMalang sebagai jalan arteri utama dibuat untukmengimbangi jalan arteri primair (Jl. JaksaAgung Suprapto ke Selatan). Stasiun kota nyaterletak diujung Timur (menghadap ke arahbarat) dari jalan arteri utama kota yangmembujur dari arah Timur ke Barat. Jadi kalaukita berjalan dari alun-alun bunder kearah Timurmaka bangunan stasiun ini kelihatan sebagaisuatu “focal point” (lihat Gb.no.5). Jalan didepanstasiun kota tersebut dulu rencananya dibuatsebagai suatu boulevard, yang dinamakan

2 Yang dimaksud disini adalah stasiun kota Malang yang baru,dibangun th. 1930. Stasiun kota yang lama ada dibagian belakangbangunan baru yang menghadap ke Timur.

Page 7: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR VOL. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 48 - 56

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

54

Daendels boulevard. Tapi sayangnya rencana itutidak pernah terealisasi. Tapi dari segi arsitekturkota, perletakan stasiun tersebut sangat strategissekali. Dari segi arsitektur kota perletakanstasiun Malang ini. Mirip dengan konsepperletakan stasiun di Bandung.

PERLETAKAN STASIUN KERETA APIDI KEDIRI.

Kota Kediri secara keseluruhan dibelahmenjadi dua oleh sungai Brantas yang melewatikotanya. Pada jaman kolonial kota sebelah Baratsungai diperuntukan bagi daerah pemerintahandan pendidikan. Sedangkan kota disebelah Timursungai merupakan kota lama yang terdiri dariPecinan yang terletak ditepi sebelah Timur

sungai (sekarang Jl. Jos Sudarso), fasilitaspertokoan dan perkampungan orang Pribumisetempat. Stasiun kotanya terletak dibagianTimur kota. Jalan utama kota adalah Jl. Dhoho(jalan arteri utama kota), yang merupakan daerahfasilitas pertokoan. Letak stasiun kotanya di-hubungkan dengan jalan yang tegak lurus denganjalan utama kota (Jl. Dhoho). Nama jalan yangtegak lurus tersebut juga Jl. Stasiun. Letakbangunan stasiun ini tepat diujung Jl. Stasiun(menghadap ke arah Barat), yang kelihatansebagai “focal point” dari jalan tersebut. Konsepperletakan seperti ini mirip dengan perletakanstasiun Pasuruan. Hanya di Pasuruan jarak jalanStasiunnya terlalu pendek sehingga kesanmonumental bangunan nya kurang terasa.

Gambar 5A. Letak Stasiun Kereta Api di Malang yang sangat strategis sekali. Sesuai denganmisinya sebagai bangunan umum yang punya peran istimewa, makaperletakannya harus dapat memancarkan pesannya keseluruh penjuru kota.Karena Stasiun Kereta Api ini dibangun pada th. 1930 an, maka desainnyadibuat dengan gaya arsitektur modern dengan bahan beton dan atap datar.

Page 8: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

PERLETAKAN STASIUN KERETA API DALAM TATA RUANG KOTA-KOTA DI JAWA (KHUSUSNYA JAWA TIMUR)PADA MASA KOLONIAL (Handinoto)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

55

Gambar 5B. Letak Stasiun Kereta Api kotaMalang (No. 5) dan jalan keretaapi terhadap jalan-jalan utamakotanya, yang sedapat mungkindiusahakan tidak terjadicrossing.

KESIMPULAN SEBAGAI SUATU DISKUSI

Dari beberapa studi kasus diatas danpengamatan atas perletakan stasiun di banyakkota di Jawa Timur, dapat ditarik kesimpulansebagai berikut:1. Stasiun kota adalah gedung yang memegang

peran istimewa dalam suatu kota. Oleh sebabitu perletakannya harus dipertimbangkansecara masak. Karena stasiun kota denganmisinya yang mulia harus dapatmemancarkan pesannya keseluruh penjurukota. Oleh sebab itu stasiun kota berhakmenduduki tempat yang baik sekaligus indah.Itulah sebabnya stasiun kota selalu diletakkanpada jalur-jalur jalan arteri utama kota. Dankalau memungkinkan letaknya bisa menjadi“focal point” dari lingkungannya. Contohyang berhasil adalah stasiun kota seperti :Bandung, Malang, Probolinggo, Kediri dansebagainya.

2. Dari studi kasus terhadap perletakan 4 stasiunkota diatas (Pasuruan, Probolinggo, Malangdan Kediri) dapat disimpulkan ada dua carauntuk mencapai tujuan supaya bangunanstasiun tersebut berkesan sebagai bangunanyang dapat memancarkan pesannya keseluruhpenjuru kota. Yang pertama, meletakkanbangunan di bagian paling ujung dari jalanarteri primair atau arteri utama kota(Probolinggo, Malang dan banyak kota

Gambar 5C. Peta sebelah kiri adalah jaringan jalan kota Malang sebelum adanya perluasankota pada th. 1935, dimana jalan kereta api tidak begitu mengganggu jalan-jalanutama kotanya. Peta sebelah kanan adalah jaringan jalan utama kota Malangsetelah perluasan kota pada th. 1935, yang diusahakan supaya rel kereta api danperletakan stasiun baru tidak mengganggu jalan darat yang ada ditengah kota

Page 9: perletakan stasiun kereta api dalam tata ruang kota-kota di jawa

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR VOL. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 48 - 56

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

56

lainnya). Yang kedua membuat jalan arterisekunder yang tegak lurus jalan arteri primairkota, kemudian di ujung jalan diletakkanbangunan stasiun tersebut (Kediri, Pasuruandan banyak kota lainnya). Untuk menambahkesan monumental biasanya didepanbangunan terdapat ruang luar kota sepertialun-alun, atau ruang terbuka lainnya.

3. Karena sistim rel kereta api di Jawa ada diatastanah, pada waktu memasuki kota, supayatidak banyak mengalami crossing, maka jalankereta api pasti memilih di pinggiran (batas)kota. Hal ini sering menjadi problema bagipemekaran kota di kemudian hari. Kasusseperti ini terjadi di berbagai kota di Jawa,seperti Surabaya dan kota-kota besar lainnya.

Setelah kemerdekaan, jalan darat mengalamikemajuan pesat sehingga angkutan penumpangkereta api menjadi terpuruk. Hal ini berakibatlangsung terhadap kehadiran stasiun kereta api,sehingga kurang mendapat perhatian. Banyakstasiun kereta api di Jawa karena perannya yangmenurun, dan perubahan arah jalan serta ketidakmengertiannya pengelola kota atas peran stasiunini terhadap arsitektur kota, keadaannyasekarang cukup memprihatinkan. Baik per-letakannya (karena perubahan arah lalu lintasmaupun perubahan pintu masuknya) maupunkeadaan bangunannya.

Kota memang tidak dibangun oleh satugenerasi, tapi tidak berarti tatanan yang dibangunoleh generasi lainnya bisa dirusak begitu sajatanpa alasan yang jelas, atau mungkin karenaketidak tahuannya ? Sekali lagi hal inimenunjukkan perlunya akan pengetahuan sejarahkota masa lalu, untuk menjaga adanyakontinuitas. Kegagalan sering terjadi karenaingin menciptakan sesuatu yang baru, tanpamemahami tatanan lama yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Benevolo,Leonardo, History of ModernArchitecture, MIT Press, Cambridge,Massachusetts, 1977

2. De Haan, W., Het Hoofdegen Stelsel van deStadsgemeente Malang. In verband met deplaats van het nieuwe station, dalammajalah Locale Techniek 10 (1941) no.2,hal.53-54.

3. Handinoto dan Paulus H. Soehargo,Perkembangan kota dan Arsitektur Kolonial

Belanda di Malang, Lembaga Penelitian danPengabdian Kepada Masyarakat, Univer-sitas Kristen Petra, Surabaya dan PenerbitAndi Yogyakarta, 1996

4. Lombard, Denys, Nusa Jawa, SilangBudaya, PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, 1996,Jilid 1, Hal. 139-140.

5. Reitsma, SA, Gedenboek der Staatsspor enTram wegen in Nederlandsch-Indie, Topo-grafische Inrichting, Weltevreden, 1925

6. Tenret, J.B., De Sporwegerken te Malang,dalam majalah I.B.T. Locale-Technik10(1941)no.2, hal. 49-51.

7. Triwinarto S, Joko, Morfologi ArsitekturalStasiun Kereta Api Tawang, Semarang,dalam Jurnal Teknik Universitas BrawijayaMalang, Volume III, no.7, April 1997.

8. Vries, H.M. De, The Importance of JavaSeen From The Air, G. Kolf & Co, Batavia,1928

9. Wachlin, Steve, Woodbury & PagePhotographers Java, KITLV Press. Leiden,1994.