perkembanganpsikososial

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara fisik maupun non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik merupakan perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek biologis seorang individu. Sedangkan perkembangan non fisik didalamnya terdapat perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial peserta didik. Peserta didik sebagai makhluk sosial membutuhkan peran lingkungannya atau bantuan dari orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. 1

description

SOSIAL

Transcript of perkembanganpsikososial

Page 1: perkembanganpsikososial

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara

fisik maupun non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik

merupakan perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek biologis seorang

individu. Sedangkan perkembangan non fisik didalamnya terdapat perkembangan

emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial peserta

didik. Peserta didik sebagai makhluk sosial membutuhkan peran lingkungannya

atau bantuan dari orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang

utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah

karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun

dengan proses sosialisasi.

Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana

tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi kontribusi dalam

hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson. Erikson

mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan

manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati

dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu

organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Adapun tahap-tahap

perkembangan psikososialnya dibagi menjadi delapan tahap berdasarkan kualitas

1

Page 2: perkembanganpsikososial

2

ego, yaitu empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak,

tahap kedua pada masa adolesen, dan tiga terakhir pada masa dewasa dan usia tua.

Penjelasan lebih rinci mengenai konsep perkembangan teori psikososial

Erik H. Erikson beserta tahap-tahap perkembangannya akan dijelaskan pada

pembahasan berikutnya. Semoga bermanfaat.

B. Rumusan Masalah

Beberapa hal penting yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana biografi singkat Erik H. Erikson?

2. Bagaimana teori perkembangan psikososial Erikson?

3. Bagaimana tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H. Erikson?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

pembuatan makalah ini adalah pembaca mampu:

1. Mengetahui biografi singkat Erik H. Erikson

2. Mengetahui teori perkembangan psikososial Erikson

3. Mengetahui tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H. Erikson

Page 3: perkembanganpsikososial

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi  Singkat Erik H. Erikson (1902-1994)

Erik Homburger Erikson adalah salah seorang toritisi ternama dalam

bidang perkembangan rentang-hidup, ia juga memiliki kontribusi yang banyak

dalam bidang psikologi terutama pada pengembangan anak dan krisis identitas.Ia

lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902. Ayahnya bernama Danis,

telah meninggal dunia sebelum ia lahir. Hingga akhirnya pada saat remaja, ibunya

(yang seorang Yahudi) menikah lagi dengan psikiater yang bernama Dr. Theodor

Homberger.

Semasa kecilnya, Erikson dikenal sebagai anak yang tidak pandai, ia tidak

menyukai pendidikan formal, sebaliknya ia lebih dikenal sebagai  seseorang yang

menyukai pengembaraan. Bagaimanapun ia tetap menempuh pendidikan formal

tetapi gagal meneruskan program diplomanya. Tetapi perjalanan Erikson ke

beberapa negara dan perjumpaannya dengan beberapa penggiat ilmu

menjadikannya seorang ilmuwan sekaligus seniman yang diperhitungkan.

Pertama, ia berjumpa dengan ahli analisa jiwa dari Austria yaitu Anna Freud.

Atas dorongan Anna Freud, ia mulai mempelajari ilmu jiwa di Vienna

Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan diri dalam psikoanalisa

anak. Akhirnya pada tahun 1960 ia dianugerahi gelar profesor dari Universitas

Harvard.

3

Page 4: perkembanganpsikososial

4

Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan panjangnya di Eropa Pada

tahun 1933 ia kemudian berpindah ke USA dan kemudian ditawari untuk

mengajar di Harvad Medical School. Selain itu ia memiliki pratek mandiri tentang

psiko analisis anak. Terakhir, ia menjadi pengajar pada Universitas California di

Berkeley, Yale, San Francisco Psychoanalytic Institute, Austen Riggs Center, dan

Center for Advanced Studies of Behavioral Sciences.

Selama periode ini Erikson menjadi tertarik akan pengaruh masyarakat

dan kultur terhadap perkembangan anak. Ia belajar dari kelompok anak-anak

Amerika asli untuk membantu merumuskan teori-teorinya. Berdasarkan studinya

ini, membuka peluang baginya untuk menghubungkan pertumbuhan kepribadian

yang berkenaan dengan orangtua dan nilai kemasyarakatan.

Buku pertamanya adalah Childhood dan Society (1950), yang menjadi

salah satu buku klasik di dalam bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya

dengan anak-anak muda, Erikson mengembangkan konsep krisis perasaan dan

identitas sebagai suatu konflik yang tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Buku-

buku karyanya antara lain yaitu: Young Man Luther (1958), Insight and

Responsibility (1964), Identity (1968), Gandhi’s Truth (1969): yang menang pada

Pulitzer Prize and a National Book Award dan Vital Involvement in Old Age

(1986).

B. Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson

Istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia

berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk

Page 5: perkembanganpsikososial

5

oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang

menjadi matang secara fisik dan psikologis. Perkembangan psikososial juga bisa

diartikan berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan

kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan

orang lain.

Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik H. Erikson

merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.

Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam

psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia

mulai dari lahir hingga lanjut usia, satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud.

Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran

manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya

dianggap lebih realistis.

Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat

dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya.

Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar

psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson

adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih

tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang

ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar,

bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh

sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di

Page 6: perkembanganpsikososial

6

lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan

perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.

Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil

interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-

tindakan sosial. Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah

sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu

tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia.

C. Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson

Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan

berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap

pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap pertama pada masa

adolesen, dan tiga terakhir pada masa dewasa dan usia tua. Dari delapan tahap

perkembangan tersebut, Erikson lebih menekankan pada masa adolesen, karena

masa tersebut merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Apa yang terjadi pada masa ini, sangat penting artinya, bagi kepribadian dewasa.

Berikut ini adalah delapan tahap perkembangan psikososial Erikson:

1. Tahap Kepercayaan dan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust)

Tahap ini terjadi selama tahun-tahun pertama kehidupan, yaitu usia kira-

kira 0-1 tahun. Pada tahap ini, bayi mengalami konflik antara percaya dan tidak

percaya (Trust vs Mistrust). Keadaan percaya “trust” menurut Erikson pada

umumnya mengandung tiga aspek yaitu:

Page 7: perkembanganpsikososial

7

1. Bahwa bayi belajar percaya pada kesamaan dan kesinambungan dari pengasuh

diluarnya

2. Bahwa bayi belajar percaya diri dan dapat percaya pada kemampuan organ-

organnya sendiri untuk menaggulangi dorongan-dorongan

3. Bahwa bayi menganggap dirinya cukup dapat dipercaya sehingga pengasuh

tak perlu waspada dirugikan.

Menurut Erikson, bukti pertama yang menunjukkan adanya kepercayaan

sosial pada bayi dapat terlihat ketika kebutuhan oralis bayi terpenuhi, misalnya

kepuasan atau kesenangannya dalam menikmati air susu, kepulasan tidur, dan

kemudahan membuang air besar. Erikson yakin bahwa bayi mempelajari rasa

percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten dan hangat. Pada saat

itu, hubungan bayi dengan ibu sangatlah penting. Kalau ibu memberinya makan,

membuatnya hangat, memeluk dan mengajaknya bicara, maka bayi tersebut akan

memperoleh kesan bahwa lingkungannya dapat menerima kehadirannya secara

hangat dan bersahabat. Inilah yang menjadi landasan pertama bagi rasa percaya.

Sebaliknya kalau ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka dalam

diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan kepada lingkungannya. Oleh karena

itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak

dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi

juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan

sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.

Pengalaman akan adanya suatu pengaturan timbal balik antara

peningkatan kemampuan bayi untuk menerima cara-cara pengasuhan ibu, secara

Page 8: perkembanganpsikososial

8

berangsur-angsur membantu anak mengimbangi keadaan tidak senang yang

disebabkan oleh ketidak matangan homeostatis yaitu kecenderungan bagi organ-

organ tubuh dan darah untuk mempertahankan diri agar tetap konstan yang

menyertai ia sejak lahir. Seiring dengan timbulnya rasa senang dalam diri bayi,

maka pada saat bangun ia berangsur-angsur menemukan bahwa panca inderanya

telah akrab dengan lingkungan. Bentuk-bentuk rasa senang dan orangorang yang

berkaitan dengan rasa senang itu, akan menjadi sama biasa seperti rasa sangat

tidak senang karena buang air besar. Oleh sebab itu, prestasi sosial pertama bayi

adalah kerelaannya membiarkan ibu hilang dari pandangan tanpa kecemasan dan

kemarahan, karena ibu sudah menjadi keastian batin dan kehadirannya kembali

sdah dapat dipastikan.

Dengan demikian, bayi yang memiliki rasa percaya dalam dirinya

cenderung untuk memiliki rasa aman dan percaya diri untuk mengeksplorasi

lingkungan yang baru. Sebaliknya bayi yang memiliki rasa tidak percaya

(mistrust) cenderung tidak memiliki harapan-harapan positif.

2. Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-ragu (Otonomy vs Shame

and Duobt)

Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial yang berlangsung

pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun diatas

perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorik. Pada tahap ini, bayi

tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan

menutup, menjatuhkan, menolak dan menarik, memegang dan melepaskan. Bayi

merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri,

Page 9: perkembanganpsikososial

9

apakah itu menyiram jamban, membuka bungkusan paket, atau memutuskan apa

yang akan dia makan. Selanjutnya, mereka juga dapat belajar mengendalikan otot

mereka dan dorongan keinginan diri mereka sendiri.

Dengan demikian, setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh

mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka

sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka

menyadari kemauan mereka. Pada tahap ini, bila orang tua selalu memberikan

dorongan kepada anak agar anak dapat berdiri di atas kedua kaki mereka sendiri,

sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak kan mampu

mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan, dan diri sendiri

(otonom). Sebaliknya, jika orang tua cederung menuntut terlalu banyak atau

terlalu membatasi anak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan

mengalami rasa malu dan ragu-ragu yang berlebihan tentang kemampuan mereka

untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan dunia mereka.

Erikson yakin tahap otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu memiliki

implikasi yang penting bagi perkembangan kemandirian dan identitas selama

masa remaja. Pengembangan otonomi selama tahun-tahunn balita memberi

remaja dorongan untuk menjadi individu yang mandiri, yang dapat memiliki dan

menentukan masa depan mereka sendiri.

3. Tahap Prakarsa dan Rasa Bersalah (Initiative vs Guilt)

Yaitu tahap perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung selama

tahun-tahun prasekolah. Pada tahap ini, anak terlihat sangat aktif, suka berlari,

berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang lingkungannya. Dengan

Page 10: perkembanganpsikososial

10

menggunakan bahasa, fantasi, dan permainan khayalan, dia memperoleh perasaan

harga diri. Bila orang tua berusaha memahami, menjawab pertanyaan anak, dan

menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan belajar untuk

mendekati apa yang dia inginkan, dan perasaan inisiatif menjadi semakin kuat.

Sebaliknya, bila orang tua kurang memahami, kurang sabar, suka memberi

hukuman, dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat, maka anak akan merasa bersalah

dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif untuk mendekati apa yang

diinginkannya.

Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan

initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan

kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi

karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami

kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan

bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.

Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor

(genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada

suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas

yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya

gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain

merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap

tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga

merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk

Page 11: perkembanganpsikososial

11

menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini

orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk

mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya akan terbalik

apabila tujuan dari anak pada masa genital ini mengalami hambatan karena dapat

mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu

merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah

atau malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang

mereka rasakan dan lakukan.

Ketidakpedulian (ruthlessness) merupakan hasil dari maladaptif yang

keliru, hal ini terjadi saat anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun

juga terlalu minim. Orang yang memiliki sikap inisiatif sangat pandai

mengelolanya, yaitu apabila mereka mempunyai suatu rencana baik itu mengenai

sekolah, cinta, atau karir mereka tidak peduli terhadap pendapat orang lain dan

jika ada yang menghalangi rencananya apa dan siapa pun yang harus dilewati dan

disingkirkan demi mencapai tujuannya itu. Akan tetapi bila anak saat berada pada

periode mengalami pola asuh yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa

bersalah akan mengalami malignansi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition).

Berdiam diri merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk

mencoba melakukan apa-apa, sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan

merasa terhindar dari suatu kesalahan.

Kecenderungan atau krisis antara keduanya dapat diseimbangkan, maka

akan lahir suatu kemampuan psikososial adalah tujuan (purpose). Selain itu,

ritualisasi yang terjadi pada masa ini adalah masa dramatik dan impersonasi.

Page 12: perkembanganpsikososial

12

Dramatik dalam pengertiannya dipahami sebagai suatu interaksi yang terjadi pada

seorang anak dengan memakai fantasinya sendiri untuk berperan menjadi

seseorang yang berani. Sedangkan impersonasi dalam pengertiannya adalah suatu

fantasi yang dilakukan oleh seorang anak namun tidak berdasarkan

kepribadiannya. Oleh karena itu, rangakain kata yang tepat untuk

menggambarkan masa ini pada akhirnya bahwa keberanian, kemampuan untuk

bertindak tidak terlepas dari kesadaran dan pemahaman mengenai keterbatasan

dan kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya.

4. Tahap Kerajinan dan Rasa Redah Diri (Industry vs Inferiority)

Tahap ini merupakan tahap psikososial keempat yang berlangsung kira-

kira pada tahun-tahun sekolah dasar. Pada tahun ini, anak mulai memasuki dunia

yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai

mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan

intelektual. Alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-angsur

digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif serta alat-alat yang dipakai

untuk bekerja. Akan tetapi, apabila anak tidak berhasil menguasai keterampilan

dan tugas-tugas yang dipilihnya atau oleh guru-guru dan orang tuanya, maka anak

akan mengembangkan perasaan rendah dirinya.

Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–

inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa

ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan

untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di

pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya

Page 13: perkembanganpsikososial

13

kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.

Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.

Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada

usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang

diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan

bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada

tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah

sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua

harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima

kehadirannya, dan lain sebagainya.

5. Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (Identity vs Identity

Confusion)

Tahap identitas dan kekacauan identitas ini merupakan tahap psikososial

yang kelima yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja yaitu usia kira-

kira 12-20 tahun.  Tahap ini adalah tahap yang paling diberi penekanan oleh

Erikson karena tahap ini merupakan tahap peralihan dari masa anak-anak kemasa

dewasa. Peristiwa-peristiwa yang yang terjadi pada tahap ini sangat menentukan

perkembngan kepribadian masa dewasa.

Pada tahap ini, anak dihadapkan degan pancarian jati diri. Ia mulai

merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah

individu unik. Ia mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya, seperti

kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang diinginkan tercapai dimasa

mendatang, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol kehidupannya sendiri, yang

Page 14: perkembanganpsikososial

14

siap memasuki suatu peran yang berati ditengah masyarakat, baik peran yang

bersifat menyesuaikan diri ditengah masyarakat, baik peran yang bersifat

menyesuaiakan diri maupun yang bersifat memperbaharui.

Akan tetapi, karena peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap perubahan sosial dan historis

dipihak lain, maka selama tahap pembentukan identitas ini seorang remaja

mungkin merasakan penderitaan paling dalam dibandingkan msa-masa lain 

akibat kekacauan peranan ataupun kekacauan identitas. Bila krisis ini tidak segera

diatasi maka anak akan mengalami kebingungan peran atau kekecauan identitas,

yang dapat menyebabkan anak merasa terisolasi, cemas, hampa, dan bimbang.

Selama masa kekacauan identitas ini tingkah laku remaja tidak konsosten dan

tidak dapat diprediksikan. Pada satu saaat mungkin ia lebih tertutup terhadap

siapapun, karena takut ditolak atau dikecewakan. Namun pada saat lain ia

mungkin ingin menjadi pengikut ataupendinta dengan tidak memperdulikan

konsekuensi-konsekuensi dari komitmennya.

Berdasar kondisi demikian, maka menurut Erikson salah satu tugas

perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas,

sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada akhir msa

remaja.

6. Tahap Keintiman dan Isolasi (Intimacy vs Isolation)

Tahap ini dimuai sekitar umur 20-24 tahun yaitu masa awal dewasa.

perkembangan psikososial keenam yang dialami individu selama tahun-tahun

awal masa dewasa. Jika pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang

Page 15: perkembanganpsikososial

15

kuat dengan kelompok sebayanya, maka tugas perkembangan individu pada masa

ini adalah membentuk relasi intim dengan orang lain. Menurut erikson, keintiman

tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada

hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya

keintiman selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari

berhubungan secara intim dengan orang lain, kecuali dalam ingkup yang amat

terbatas.

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan

orang lain dan membagi pengelaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat

mejalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi, menurut Erikson,

pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh

orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa ini, orang-orang telah

siap dan igin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka meenambakan

hubungan-hubungan yang intim dan akrab dilandasi dengan persaudaraan, serta

siap mengembangkan daya-daya yang idbutuhkan untuk memenuhi komitmen

sekalipun mungkin mereka harus berkorban untuk itu. Dalam suatu studi

ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai pengaruh yang besar terhadap

perkembangan psikologis dan fisik seseorang, Orang-orang yang mempunyai

tempat unutk berbagi ide, perasaaan dan masalah, mereka lebih bahagia dan lebih

sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tempat untuk berbagi.

Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain

yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai

kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam

Page 16: perkembanganpsikososial

16

kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin

dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang

berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk

menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa

terisolasi. Erikson menyebut adanya kecenderungan maladaptif yang muncul

dalam periode ini ialah rasa cuek, di mana seseorang sudah merasa terlalu bebas,

sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan dan merasa

tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan

sahabat, tetangga, bahkan dengan orang yang kita cintai/kekasih sekalipun.

Sementara dari segi lain/malignansi Erikson menyebutnya dengan keterkucilan,

yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri sendiri dari cinta,

persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam

sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan.

Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus

berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam

konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala

bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta

yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih

namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain.

7. Tahap Generativitas dan Stagnasi (Generativity vs Stagnation)

Tahap ini merupakan tahap psikososial ketujuh yang dialami individu

selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian

terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide, dan sebagainya) serta

Page 17: perkembanganpsikososial

17

pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.

Kepedulian seseorang terhadap pengembangan generasi muda inilah yang

diistilah oleh Erikson dengan “generativitas” . Apabila generativitas ini lemah

atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan

dan stagnasi.

Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati

oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa

(Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai

dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak

dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas,

kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.

Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak

mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap

pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal–

hal tertentu ia mengalami hambatan.

Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas

untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai

ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu

(generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah

perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang

akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan

orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu

Page 18: perkembanganpsikososial

18

pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi

ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.

Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga

mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi

yang ada adalah penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik

dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya ditengah-

tengah area kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik.

8. Tahap Integritas dan Keputusasaan (Integrity vs Despair)

Tahap ini merupakan tahap kedelapan yang dialami individu selama akhir

masa dewasa. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang

dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk

dan ide-ide serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai

keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Integritas terjadi pada tahun-

tahun terakhir kehidupannya menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang

telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri

dengan keberhasilan, dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram,

serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak.

Lawan dari integritas adalah keputus asaan tertentu dalam menghadapi

perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial

dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian. Kondisi ini

daat memperburuk perasaaan bahwa kehidupan ini tidak berarti, bahwa ajal sudah

dekat dan ketakutan akan kematian. Seseorang yang berhasil menangani masalah

yang timbuk pada setiap tahap kehidupan sebelumnya, maka dia akan

Page 19: perkembanganpsikososial

19

mendapatkan erasaan yang utuh atau integritas. Sebaliknya, seseorang tua yang

meninjau kembali terhadap kehidupannya silam dengan penuh penyesalan, 

menilai kehidupan sebagai suatu rangkaian hilangnya kesemapatan dan

kegagalan, maka pada tahu-tahun akhir kehidupan ini merupakan tahun-tahun

yang penuh dengan keputusasaan.

Page 20: perkembanganpsikososial

20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat kita ketahui beberapa poin penting dari isi

makalah ini, yaitu:

1. Erik H. Erikson adalah salah seorang toritisi ternama dalam bidang

perkembangan rentang-hidup, ia juga memiliki kontribusi yang banyak dalam

bidang psikologi terutama pada pengembangan anak dan krisis identitas, yaitu

tentang perkembangan psikososial. Erik H. Erikson lahir di Franfrurt Jerman,

pada tanggal 15 Juni 1902, ayahnya bernama Danis yang telah meninggal

dunia sebelum ia lahir.

2. Perkembangan psikosoial adalah tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir

sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan

suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis,

perkembangan psikososial juga berhubungan dengan perubahan-perubahan

perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana

individu berhubungan dengan orang lain.

3. Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan

berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan, yaitu:

20

Page 21: perkembanganpsikososial

21

No. Tahap Psikososial Usia Kira-Kira1. Kepercayaan Vs. Ketidakpercayaan (Trust

Vs. Mistrust)Lahir-1 tahun (masa

bayi)2. Otonomi Vs Rasa Malu Dan Ragu-Ragu

(Autonomy Vs Shame And Doubt)1-3 tahun (masa kanak-kanak)

3. Inisiatif Vs. Rasa Bersalah (Initiative Vs Guilt)

4-5 tahun (masa pra-sekolah )

4. Ketekunan Vs Rasa Rendah Diri (Industry Vs Inferiority)

6-11 tahun (masa sekolah dasar)

5. Identitas Dan Kekacauan Identitas (Identity Vs Identity Confusion)

12-20 tahun (masa remaja)

6. Keintiman Dan Isolasi (Intimacy Vs Isolation)

20-24 tahun (masa awal dewasa)

7. Generativitas Dan Stagnasi (Generativity Vs Stagnation)

25-65 tahun (masa pertengahan dewasa)

8. Integritas Dan Keputusasaan (Integrity Vs Despair)

65 tahun-mati (masa akhir dewasa)

Page 22: perkembanganpsikososial

22

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011.

Erikson. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia, terj. Agus Cremes. Jakarta:

Gramedia

Hall, Calvin S. & Lindzey Gardner. Theories of Personality, terj. A. Supratiknya,

Yogyakarta: Kanisius, 1993.

http://erik-erikson-download.htm/ diakses 20 Nopember 2012 pukul 15.00 WIB

http://www.haveford.edu/psych/ddavis/p1099/erikson.stages.htm/ diakses 20

Nopember 2012 pukul 15.00 WIB

Jhon W. Santrock, Life-Span Development, University of Texas at Dallas, 1995

Psikologi Perkembangan Anak Didik. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009.

Sarlito W Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi, Bulan

Bintang, Jakarta, 2002

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Gunung Mulia, Jakarta,

1990.

Sunarto & Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

2006.

Page 23: perkembanganpsikososial

23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat

dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul:

Perkembangan Psikososial.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan

dalam mengikuti mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Semester III di STKIP

“Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2012/2013.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan

hambatan yang disebabkan keterbatasan, kekurangan dan kelemahan penulis. Namun

berkat bantuan dan bimbingan serta kerja sama dari teman-teman sekelompok maka

makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari

pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua

pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Padangsidimpuan, Nopember 2012

Penulis,

KELOMPOK II

i

Page 24: perkembanganpsikososial

24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... iDAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2C. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3A. Biografi Singkat Erik H. Erikson (1902-1994) .......................................... 3B. Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson ..................................... 4C. Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson ........................ 6

1. Tahap Kepercayaan dan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust) .......... 62. Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-Ragu (Otonomy vs

Shame and Doubt) ............................................................................... 83. Tahap Prakarsa dan Rasa Bersalah (Initiate vs Guilt) ......................... 94. Tahap Kerajinan dan Rasa Rendah Diri (Industry vs Inferiority) ....... 125. Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (Identity vs Identity

Confusion) ........................................................................................... 13 6. Tahap Keintiman dan Isolasi (Intimacy vs Isolation) .......................... 147. Tahap Generativitas dan Stagnasi (Generativity vs Stagnation) ......... 168. Tahap Integritas dan Keputusasaan (Integrity vs Despair) .................. 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 20A. Kesimpulan ................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

ii

Page 25: perkembanganpsikososial

25

MAKALAH

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan

Peserta Didik Semester III Pada STKIP “Tapanuli Selatan”

Padangsidimpuan

OLEH

KELOMPOK II

NAMA :

DOSEN PEMBIMBING : TAMIM RITONGA, M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP) “TAPANULI SELATAN”

PADANGSIDIMPUAN 2012