Perkembangan_klg

119
A. PENDAHULUAN TUJUAN Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan keluarga sesuai dengan tahap perkembangannya dan menjelaskan peran perawat pada masing-masing tahap. Tujuan Instruksional khusus : Mahasiswa mampu : 1. Menyebutkan definisi masing-masing tahap perkembangan keluarga. 2. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap perkembangan keluarga. 3. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terjadi sesuai dengan tahap perkembangan keluarga. 4. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada setiap tahap perkembangan keluarga. 5. Menjelaskan peran perawat pada setiap tahap perkembangan keluarga. Salah satu kerangka paling baru yang digunakan untuk mempelajari dan bekerja dengan keluarga adalah perkembangan keluarga. Pendekatan teoritis ini mencoba 1

Transcript of Perkembangan_klg

Page 1: Perkembangan_klg

A. PENDAHULUAN

TUJUAN

Tujuan Instruksional Umum :

Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan keluarga sesuai dengan tahap

perkembangannya dan menjelaskan peran perawat pada masing-masing tahap.

Tujuan Instruksional khusus :

Mahasiswa mampu :

1. Menyebutkan definisi masing-masing tahap perkembangan keluarga.

2. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap

perkembangan keluarga.

3. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terjadi sesuai dengan tahap

perkembangan keluarga.

4. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada

setiap tahap perkembangan keluarga.

5. Menjelaskan peran perawat pada setiap tahap perkembangan keluarga.

Salah satu kerangka paling baru yang digunakan untuk mempelajari dan

bekerja dengan keluarga adalah perkembangan keluarga. Pendekatan teoritis ini

mencoba mengungkapkan perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke

waktu termasuk perubahan-perubahan dalam interaksi dan hubungan diantara anggota

keluarga dari waktu ke waktu. Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada

observasi bahwa keluarga adalah kelompok berusia panjang dengan suatu sejarah

alamiah, atau siklus kehidupan, yang perlu dikaji juga dinamika kelompok

diinterpretasikan secara penuh dan akrual (Duvall, dan Miller, 1985). Meskipun setiap

keluarga mengalami setiap saat perkembangan dengan cara-caranya yang unik, semua

keluarga dianggal sebagai contoh dari seluruh pola normatif (Rodger, 1973) dan

mengikuti urutan-urutan perkembangan yang universal (Goode, 1959).

1

Page 2: Perkembangan_klg

Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan keluarga dari

waktu ke waktu dengan membaginya ke dalam satu seri tahap perkembangan

dianggap sebagai masa-masa stabilitas relatif yang secara kuantitatif dan kualitatif

berbeda dari tahap-tahap berdekatan (Mederer and Hill, 1983). Tentang konsep tahap-

tahap siklus kehidupan tergantung pada asumsi bahwa dalam keluarga terdapat saling

ketergantungan yang tinggi antara anggota keluarga : keluarga dipaksa untuk berubah

setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota keluarga, atau setiap kali anak

sulung mengalami perubahan tahap perkembangan. Misalnya, perubahan dalam

peran, penyesuaian terhadap perkawinan, mengasuh anak dan disiplin terbukti

perubahan dari satu tahap ke tahap lain (Mederer dan Bill, 1983). Keluarga

mengambil satu jenis struktur ketika anak-anak masih berusia prasekolah ; struktur

lain ketika orang tua mulai mengikuti puncak hidup dan anak-anak memasuki masa

remaja ; dan akhirnya bentuk struktur yang lain adalah ketika anak-anak mulai

dewasa, menikah dan mulai mandiri.

Akar sejarah dari teori perkembangan keluarga dapat dibuktikan dengan lima

warisan teori. Kerangka perkembangan keluarga bersifat elektrik, karena kerangka ini

mengajukan konsep-konsep dari pendekatan yang berbeda terhadap studi keluarga.

Kontribusi pada teori perkembangan keluarga diambil dari interaksionisme simbolik,

fungsionalisme struktural, sosiologi kerja dan propesi, teori sistem dan perkembangan

ilmu ditambah lagi dengan teori stress dan krisis kehidupan keluarga (Dattessich dan

Dill, 1987)

Pusat asumsi dasar tentang teori perkembangan keluarga, seperti yang

diuraikan oleh Algous (1978) adalah :

1. Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-cara

yang sama dan dapat diprediksi.

2. Karena manusia menjadi matang dan berinteraksi dengan orang lain, mereka

memulai tindakan-tindakan dan juga reaksi-reaksi terhadap tuntutan

lingkungan.

3. Keluarga dan anggotanya melakukan tugas-tugas tertentu yang ditetapkan oleh

mereka sendiri atau oleh konteks budaya dan masyarakat.

4. Terdapat kecenderungan pada keluarga untuk memulai dengan sebuah awal

dan akhir yang kelihatan jelas.

2

Page 3: Perkembangan_klg

Meskipun teori perkembangan umum didasarkan pada ciri-ciri ini dan biasa

dari kehidupan keluarga, namun teori ini tidak memberikan stressor non normatif atau

situasional (kejadian-kejadian yang tidak biasa) dan dapat dikritik karena asumsi

tentang homogenitas (kurang memperhatikan keanekaragaman kinerja), bias kelas

menengahnya, asumsinya tentang stabilitas dalam setiap tahap, dan kurangnya

penjelasan proses yang terjadi diantara tahap-tahap perkembangan yang

memungkinkan keluarga bertindak. Namun penggunaan kerangka ini untuk

pengkajian dan intervensi-intervensi sangat membantu karena kerangka ini

memberikan para profesional perawatan kesehatan keluarga cara-cara mengantisipasi

apa yang diharapkan dan apa jenis penyuluhan dan konseling yang ditentukan. Teori

perkembangan keluarga meningkatkan pemahaman kita tentang keluarga pada titik

yang berbeda dalam berbagai siklus kehidupan mereka dan menghasilkan deskripsi

yang “khas” tentang kehidupan keluarga dalam berbagai tahap perkembangannya

(Lupal dan Miller 1985). Malahan dengan mengkaji tahap perkembangan keluarga

dan pelaksanaan tugas-tugas yang sesuai dengan tahap tersebut, para profesional

perawatan kesehatan keluarga diberikan pedoman untuk menganalisis pertumbuhan

dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga. Perawat keluarga lebih mampu

memberikan dukungan yang diperlukan untuk memajukan dari satu tahap ke tahap

lain dengan lancar.

3

Page 4: Perkembangan_klg

B. SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA

Dalam siklus kehidupan keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat diprediksi.

seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang berturut-turut, keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap

perkembangan yang berturut-turut.

Tabel 1 : Delapan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga

Tahap I :Keluarga Pemula (juga menuju pasangan menikah atau tahap

pernikahan)

Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur

30 bulan)

Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6

tahun)

Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13

tahun).

Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 25

tahun).

Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai anak terakhir) yang meninggalkan rumah.

Tahap VII : Orangtua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).

Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada

anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun) hingga pasangan

yang sudah mengenalinya.

Diadaptasi dari Dupal, 1977 dan Miller, 1985

Formulasi tahap-tahap perkembangan keluarga yang paling banyak digunakan

untuk keluarga inti dengan dua orang tua adalah 8 tahap siklus kehidupan keluarga

dari Dupal, 1977 (lihat tabel 1) Selain itu Charter dan McGoldrick, 1988 belakangan

membuat model enam tahap yang sama bagi para ahli terapi keluarga. Tabel 2

membandingkan tahap-tahap perkembangan siklus kehidupan keluarga dari Dupall

dan Charter dan Goldrick.

4

Page 5: Perkembangan_klg

Dalam paradigma dari Dupall, ia menggunakan tingkat umur dan tingkat

sekolah dari anak yang paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan,

dengan pengecualian untuk dua tahap terakhir kehidupan keluarga ketika anak-anak

sudah tidak ada lgi di rumah. Apalagi terdapat beberapa anak dalam keluarga, terjadi

beberapa tumpang tindih tahap-tahap yang berbeda. Sebaliknya Charter dan

McGoldrick, 1988 merumuskan tahap siklus kehidupan keluarga yang berfokus pada

hal-hal penting dimana anggota keluarga masuk dan keluar dari keluarga, jadi

mengganggu keseimbangan keluarga. Penekanan disini diletakkan pada hubungan-

hubungan yang berubah, yang menjadi syarat sehingga keluarga bisa bergerak dari

satu tahap siklus kehidupan ke tahap berikutnya.

Tabel 2. Perbandingan Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga menurut

Duvall, Miller, Charter dan McGoldrick

Charter dan McGoldrick

(Perspektif Terapi Keluarga)

Duvall dan Miller

(Perspektif Sosiologis)

1. Keluarga antara : dewasa muda

yang belum kawin

2. Penyatuan keluarga melalui

perkawinan : pasangan yang baru

menikah

3. Keluarga dengan anak kecil (masa

bayi hingga usia sekolah)

Tidak ada yang diidentifikasi di sini,

meskipun Duvall menganggap dewasa

muda sedang proses “dilepas”. Karena

terdapat waktu yang cukup antara masa

remaja dan pernikahan.

1. Keluarga pemula atau tahap

pernikahan.

2. Keluarga sedang mengasuh anak

(anak tertua adalah bayi sampai

umur 30 bulan)

3. Keluarga dengan anak usia

prasekolah (anak tertua berumur 2

½ hingga 5 tahun).

4. Keluarga dengan anak usia sekolah

(anak tertua umur 6 hingga 12

tahun)

5. Keluarga dengan akan remaja (anak

5

Page 6: Perkembangan_klg

4. Keluarga dengan anak remaja

5. Keluarga melepaskan anak dan

pindah

6. Keluarga dalam kehidupan terakhir

tertua berumur 13 hingga 20)

6. Keluarga melepaskan anak dewasa

muda (semua anak meninggalkan

rumah)

7. Orangtua usia pertengahan (tidak

ada jabatan lagi hingga pensiun)

8. Keluarga dalam masa pensiun dan

lansia (mulai dari pensiun hingga

pasangan yang meninggal.

Adapted from Carter dan McGoldrick, (1988), Duvall and Miller, (1985)

1. Variasi Siklus Kehidupan Keluarga

Keluarga-keluarga selalu bervariasi, karena menjalani tahap-tahap siklus

kehidupan keluarga. Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga mengikuti suatu pola

yang tidak kaku (Duvall, 1977). Sudah barang tentu bahwa banyak keluarga saat ini

tidak cocok dengan tahap-tahap siklus kehidupan keluarga inti dengan orang tua dari

Duvall atau dari Charter dan McGoldrick. Variasi-variasi dalam siklus kehidupan

keluarga tradisional dapat dilihat pada keluarga-keluarga dimana pasangan suami istri

tidak menikah, dan terdapat perkawinan sesama homoseksual, orangtua tunggal dan

keluarga dengan orangtua tiri. Makin banyak orang memilih berbagai bentuk keluarga

dan karenanya konsep asal tentang siklus kehidupan keluarga, mencakup keluarga inti

dengan dua orangtua, secara menyolok terbatas dalam aplikabilitasnya. Untuk

keluarga-keluarga nontradisional atau keluarga-keluarga miskin atau minoritas,

terdapat variasi-variasi pada penentuan tempo dan pengurutan kejadian keluarga

(Teachman et al, 1987). Karena pada saat ini keluarga dengan orangtua tunggal dan

orangtua tiri berjumlah cukup besar .

Bahkan dalam keluarga inti tradisional dengan dua orangtua terdapat

perubahan dalam penentuan tempo dari tahap-tahap siklus kehidupan keluarga.

Jumlah dewasa muda yang tinggal dengan tua, sendirian, atau dengan dewasa muda

lainnya semakin bertambah (“diantara tahap-tahap siklus kehidupan keluarga” dari

Charter dan McGoldrick). Banyak pasangan menunda menikah dan memperpendek

masa pengasuhan anak (hasil dari KB dan kerja), dan mempunyai lebih sedikit anak.

Dengan perubahan-perubahan ini dan umur harapan hidup yang lebih lama, terdapat

6

Page 7: Perkembangan_klg

tahun-tahun yang cocok dalam dua tahap terakhir siklus kehidupan keluarga – tahap

usia pertengahan dan tahap pensiunan dan lansia.

2. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Seperti individu-individu yang mempunyai tugas-tugas perkembangan yang

harus mereka capai agar mereka merasa puas selama suatu tahap perkembangan dan

agar mereka mampu beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil, setiap tahap

perkembangan keluarga pun mempunyai tugas-tugas perkembangan yang spesifik.

Tugas-tugas perkembangan keluarga menyatakan tanggung jawab yang dicapai oleh

keluarga selama setiap tahap perkembangannya sehingga dapat memenuhi (1)

kebutuhan biologis keluarga, (2) imperatif budaya keluarga, dan (3) aspirasi dan nilai-

nilai keluarga (Duvall, 1977).

Bagaimana tugas-tugas perkembangan dalam keluarga berbeda dengan tugas-

tugas perkembangan individu anggota keluarga? Meskipun dalam kenyataan banyak

tugas-tugas tersebut adalah gabungan, tugas-tugas perkembangan keluarga

dibangkitkan bila keluarga sebagai sebuah unit berupaya memenuhi tuntutan-tuntutan

perkembangan mereka secara individual. Tugas-tugas perkembangan keluarga juga

diciptakan oleh tekanan-tekanan komunitas terhadap keluarga dan anggotanya untuk

menyesuaikan diri dengan harapan-harapan kelompok acuan keluarga dan masyarakat

yang lebih luas.

Selain itu, tugas-tugas perkembangan keluarga juga meliputi tugas-tugas spesifik pada

setiap tahap yang melekat dalam pelaksanaan lima fungsi dasar keluarga yang terdiri

dari (1) fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) ; (2) fungsi sosialisasi dan

penempatan sosial ; (3) fungsi perawatan kesehatan – penyediaan dan pengelolaan

kebutuhan-kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan ; (4) fungsi reproduksi ; dan (5)

fungsi ekonomi (lihat bab 5 untuk pembahasan yang lengkap tentang fungsi-fungsi

ini).

Tantangan nyata bagi keluarga adalah memenuhi setiap kebutuhan anggota

keluarga, dan juga untuk memenuhi fungsi-fungsi keluarga secara umum. Pertautan

kebutuhan-kebutuhan perkembangan individu dan keluarga tidak selalu mungkin

dilakukan. Misalnya, tugas anak usia bermain yang meliputi mengeksplorasi

7

Page 8: Perkembangan_klg

lingkungan seringkali bertentangan dengan tugas seorang ibu memelihara rumah yang

teratur.

3. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orangtua

Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga berikut ini telah diuraikan oleh Duvall

dan Miller (1985) dan Charter dan McGoldrick (1988). Tahap-tahap tersebut terdiri

dari 9 tahap siklus kehidupan keluarga (Tabel 2). “Tahap antara” dari tipologi Charter

dan McGoldrick ditambahkan pada model siklus kehidupan delapan tahap dari

Duvall dan Miller untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang

perubahan kehidupan keluarga. Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga ini

menggambarkan keluarga inti Amerika yang utuh, tapi terbatas pada aplikabilitas

keluarga-keluarga dengan orangtua tunggal, cerai dan tiri. Masalah-masalah kesehatan

juga dibicarakan dalam setiap tahap siklus perkembangan keluarga.

Tahap Transisi : Keluarga antara (Dewasa Muda yang Belum Kawin)

Tahap ini menunjuk ke masa dimana individu berumur 20 tahunan yang telah

mandiri secara finansial, dan secara fisik telah meninggalkan keluarganya namun

belum berkeluarga. Tahap-tahap keluarga antara tidak dianggap tahap siklus

kehidupan keluarga oleh Duvall dan sosiolog lainnya. Namun, karena masa ini

umumnya dialami seseorang (remaja tidak keluar secara langsung dari keluarga

asalnya dan membentuk keluarga, seperti yang sering ditemukan pada masa lalu), dan

karena masa ini merupakan masa transisi yang sangat penting, tahap ini dimasukkan

dalam naskah ini. Tahap ini benar-benar diabaikan oleh para profesional perawatan

kesehatan keluarga dan para ahli terapi keluarga (Aylmerm 1988).

Data demografi mendukung pentingnya tahap ini. Kini, di Amerika Serikat

lebih banyak dewasa muda menunda perkawinan, mereka hidup membujang atau

kumpul kebo. Perkawinan pertama di Amerika Serikat umumnya berlangsung 3 tahun

lebih lambat dari generasi sebelumnya. Kini, dewasa muda yang hidup bersama diluar

pernikahan lima kali lebih banyak dari pada tahun 1960 (Glick, 1989).

Tahap keluarga dianggap oleh Aymer (1988) dan ahli-hali terapi lainnya

sebagai dasar bagi semua tahap berikutnya : bagaimana dewasa muda melewati tahap

ini sangat mempengaruhi siapa yang dinikahinya dan juga kapan dan bagaimana

8

Page 9: Perkembangan_klg

pernikahan berlangsung. Untuk melewati tahap ini dengan sukses, dewasa muda harus

pisah dari keluarga asalnya tanpa memutuskan atau secara reaktif berhubungan

dengan pergantian yang emonsional.

Tugas-Tugas Perkembangan.

Tahap ini adalah tahap “keluarga antara”, tugas-tugas perkembangannya

bersifat individual, bukan berorientasi pada keluarga. Carter dan McGoldrick (1980)

menjelaskan bahwa tugas perkembangan utama dari dewasa muda yang belum kawin

adalah “menerima keluarga asalnya” (hal. 13). Tiga tugas perkembangan yang

dicantumkan oleh Carter dan McGoldrick (1988, hal. 15) :

1. Pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarga asalnya.

2. Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang akrab.

3. Pembentukan diri yang berhubungan dengan kemandirian pekerjaan dan

finansial.

Tabel 3. Tahap Transisi : Keluarga Antara dan Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga yang Bersamaan.

Tahap Siklus

Kehidupan Keluarga

Tugas-Tugas

Perkembangan Keluarga

Tahap Transisi :

Keluarga antara

1. Pisah dengan keluarga asal.

2. Menjalin hubungan intim dengan

teman sebaya.

3. Membentuk kemandirian dalam hal

pekerjaan dan finansial.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Sudah waktunya dewasa muda membentuk tujuan hidup pribadi dan perasaan bangga

akan diri sendiri sebelum hidup bersama orang lain dalam sebuah ikatan perkawinan.

(Tabel 3) umumnya hal ini merupakan tahap transisi yang sulit, karena memisahkan

diri dari keluarga asal baik secara fisik, finansial maupun emosional umumnya lambat

di banyak keluarga saat ini.

9

Page 10: Perkembangan_klg

Tahap ini secara khusus dialami secara berbeda-beda, tergantung pada jenis

kelamin seseorang. Carl Gillingan dalam karyanya In a Different Voice (1982),

menguraikan oerintasi pria dan wanita yang berbeda melalui sosialisasi mereka. Pria

umumnya diajarkan untuk mengejar identitas ekspresi diri, sedangkan wanita

pengorbanan diri. Karena pria dan wanita dewasa muda mengalami masa belum

kawin, mereka mempunyai isu identitas yang berbedakan untuk

diselesaikan.Keseimbangan antara otonomi dan cinta dibutuhkan dalam membina

hubungan dan bekerja, tapi pria umumnya berjuang dengan isu-isu cinta dan

hubungan, sementara wanita berjuang dengan isu-isu otonomi.

Kebanyakan isu-isu tersebut diatas meliputi hubungan antara dewasa muda

dengan orangtuanya (Aylmer, 1988) dan menciptakan suatu keseimbangan baru

antara keadaan pisah dan keterkaitan. Bagaimana orangtua dari dewasa muda

berinteraksi dengan anak mereka selama masa ini adalah sangat penting. Dari

perspektif sistem keluarga, terdapat efek sirkular atau resiprokal yang terjadi antara

orangtua dengan dewasa muda (masing-masing mempengaruhi tindakan satu sama

lainnya), yang mempertinggi atau menghambat proses pisah dan individualisasi

dewasa muda. Jika orangtua memiliki perkawinan yang tidak memuaskan dan

memerlukan anaknya tetap tinggal untuk memenuhi kebutuhan mereka, maka hal ini

menghalangi upaya-upaya dewasa muda untuk pisah ; dan sebaliknya jika anak

merasa takut dan tidak mampu hidup mandiri, maka ia akan menunda pemisahan

tersebut dan mencoba agar orangtua tetapi terlibat.

Masalah-Masalah Kesehatan.

Selama masa transisi ini, masalah-masalah pribadi maupun masalah keluarga.

Penggunaan keluarga berencana dan pengendalian kelahiran merupakan masalah dan

kebutuhan utama. Penyakit-penyakit yang ditularkan secara seksual (STD) lebih

sering ditemukan dalam kelompok ini (penyakit kelamin, AIDS, dll). Kecelakaan dan

bunuh diri merupakan penyebab utama moralitas. Masalah-masalah kesehatan mental

juga umum terjadi, dan seperti dijelaskan diatas, terutama menghadapi isu pisah

dengan cara fungsional dari keluarga asal sehingga hubungan homoseksual yang intim

dan sehat dapat dijalin.

10

Page 11: Perkembangan_klg

Kebutuhan kesehatan promosi sama dengan tahap-tahap berikutnya. Karena dewasa

muda sekarang ini mandiri, khususnya gaya hidup mereka tidak termasuk dalam

praktik perlindungan kesehatan yang direkomendasikan, seperti menghindari obat-

obatan, alkohol dan tembakau dan juga mendapatkan tidur, nutrisi, istirahatm latihan,

perawatan gigi dan uji kesehatan dan perawatan yang adekuat.

a. Tahap I : Keluarga Pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru –

keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status

lajang ke hubungan baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat

ini berlangsung lebih lmbat. Misalnya, menurut data sensus Amerika Serikat tahun

1985, 75 persen pria dan 57 persen wanita Amerika Serikat masih belum menikah

pada usia 21 tahun, ini merupakan suatu pergeseran yang berarti dari 55 persen dan 36

persen masing-masing dalam tahun 1970.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, dan keluarga berencana merupakan tiga tugas

perkembangan yang penting dalam masa ini (Tabel 6-4).

1). Membangun Perkawinan yang Saling Memuaskan

Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian awal mereka

adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua

orang digabungkan, peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi barupun diterima.

Belajar hidup bersama sambil memenuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar

merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting. Pasangan harus saling

menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat rutinitas. Misalnya mereka

harus mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan

rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari rekreasi dan pergi ke tempat-

tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling menyesuaikan

diri ini, terbentuk satu kumpulan transaksi berpola dan lalu dipelihara oleh pasangan

tersebut, dengan setiap pasangan memicu dan memantau tingkah laku pasangannya.

11

Page 12: Perkembangan_klg

Tabel 4. Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang

Tua, dan Tugas-Tugas Perkembangan yang bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga Pemula 1. Membangun perkawinan yang

saling memuaskan.

2. Menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis.

3. Keluarga berencana (keputusan

tentang kedudukan sebagai

orangtua)

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling

menyesuaikan diri yang baru saja dibicarakan, dan tergantung kepada

komplementaritas atau kecocokkan bersama dari kebutuhan dan minat pasangan.

Sama pentingnya bahwa perbedaan-perbedaan individu perlu diketahui. Dalam

hubungan yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untuk memperkaya hubungan

perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan tergantung pada

pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk menangani “perbedaan-perbedaan

tersebut” (Satir, 1983) dan konflik-konflik. Cara yang sehat untuk memecahkan

masalah adalah berhubungan dengan kemampuan pasangan untuk bersikap empati ;

saling mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan (Raush et al,

1969) dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling hormat

menghormati (Jackson dan Lederer, 1969).

Malahan, sejauhmana kesuksesan mengembangkan hubungan perkawinan

tergantung pada bagaimana masing-masing pasangan dibedakan atau dipisahkan dari

keluarga asal masing-masing (tugas perkembangan sebelumnya). Orang dewasa harus

pisah dengan orangtuanya dalam upaya untuk membentuk identitas dirinya sendiri

dan hubungan intim yang sehat. McGoldrick (1988) memberikan sebuah deskripsi

yang amat bagus tentang proses ini dan masalah-masalah psikososial selama masa ini.

12

Page 13: Perkembangan_klg

Banyak pasangan mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual, serikali

disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan

kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis. Malahan, banyak pasangan

yang membawa kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi

kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi hubungan seksual

secara merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).

2). Menghubungkan Jaringan Persaudaraan secara Harmonis.

Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah

pasangan, karena mereka pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang

baru. Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu :

menjadi anggota keluarga dari keluarga mereka sendiri yang baru saja terbentuk.

Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka

dan mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua mereka, sanak saudara dan

dengan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk

kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangat tersebut, hal ini menuntut

pembentukan hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing, yaitu hubungan

yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga

otonomi yang melindungi pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang

mungkin dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia.

3). Keluarga Berencana.

Apakah ini memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil merupakan

suatu keputusan keluarga yang sangat penting. Littlefield (1977) menekankan

pentingnya pertimbangan semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang bekerja

di bidang perawatan maternitas. Tipe perawatan kesehatan yang didapat keluarga

sebagai sebuah unit selama masa prenatal sangat mempengaruhi kemampuan keluarga

mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah kehamilan

bayi.

Masalah-Masalah Kesehatan.

Masalah-masalah utama adalah penyesuaian seksual dan peran perkawinan,

penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling pranatal,

dan komunikasi. Konseling semakin perlu diberikan sebelum perkawinan. Kurangnya

13

Page 14: Perkembangan_klg

informasi sering mengakibatkan masalah-masalah seksual dan emosional, ketakutan,

rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin

baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Kejadian-kejadian yang tidak

menyenangkan ini menghambat pasangan tersebut merencanakan kehidupan mereka

dan memulai hubungan dengan dasar yang mantap.

Konsep-konsep perkawinan tradisional sedang ditantang oleh hubungan cinta,

perkawinan berdasarkan hukum adat, dan perkawinan homoseks. Orang yang

memasuki perkawinan tanpa pernikahan memerlukan banyak konseling dari tugas

perawatan kesehatan untuk mendapatkan bantuan. Dalam hal ini, perawat keluarga

terperangkap diantara dua “keluarga”, keluarga orientasi dan keluarga perkawinan.

Dalam situasi semacam itu, para profesional kesehatan keluarga tidak perlu membuat

penilaian-penilaian yang bermanfaat tetapi mencoba membantu setiap kelompok dari

kedua kelompok tersebut agar mereka dapat memahami diri mereka sendiri dan saling

memahami satu sama lain (Williams dan Leaman, 1973).

Keluarga Berencana.

Karena Keluarga Berencana merupakan tanggungjawab utama dari perawat

yang bekerja dengan keluarga, maka bidang ini perlu dibahas lebih mendalam.

Keluarga berencana yang kurang diinformasikan dan kurang efektif mempengaruhi

kesehatan keluarga dalam banyak cara : mobiditas dan moralitas ibu-anak ;

menelatarkan anak ; sehat sakit orangtua ; masalah-masalah perkembangan anak,

termasuk inteligensia kemampuan belajar dan perselisihan dalam perkawinan.

Pembentukan keluarga dengan sengaja dan terinformasi meliputi membuat keputusan

sendiri tentang kapan dan/atau apakah ingin mempunyai anak, terlepas dari

pertimbangan kesehatan keluarga.

Jumlah kelahiran di Amerika Serikat sedang menanjak, dalam tahun 1975

mengalami penurunan dan terus mengalami kenaikan setelah itu hingga tahun 1990,

seperti yang diproyeksikan dalam tahun 1984 hingga 1990 (Family Service America,

1984). Meningkatnya kehamilan remaja yang sangat besar, khususnya diantara wanita

kulit hitam yang belum menikah dan terutama dipandang sebagai masalah karena

kerentanan dan kurangnya sumber-sumber pada kelompok remaja yang malang ini

(Chilman, 1988). Kehamilan penyebab utama remaja wanita keluar dari sekolah dan

14

Page 15: Perkembangan_klg

juga penyebab sering terjadinya perkawinan prematur. Dalam perkawinan, kehamilan

awal (sebelum dua tahun) mengurangi penyesuaian perkawinan. Semua ini

merupakan faktor-faktor kesehatan mental yang penting bagi orangtua dan anak-anak

(Cohn dan Lierberman, 1974).

Kesehatan fisik ibu dan anak merupakan masalah utama yang

didokumentasikan dalam penelitian kebidanan dan perinatal. Jarak kelahiran antara 2

dan 4 tahun dan usia ibu 20 tahunan merupakan faktor-faktor yang menguntungkan

dalam mengurangi mortalitas dan mobiditas ibu dan bayi. Jumlah keluarga yang

optimal, jarak dan waktu kelahiran mengurangi mortalitas bayi (Cohn dan Lieberman,

1974).

Angka kehamilan berencana semakin meningkat, karena banyak wanita dan

pasangan menggunakan alat kontrasepsi. Empat puluh lima negara bagian, dan juga

Distrik Columbia telah membuat undang-undang yang membolehkan gadis-gadis

remaja berusia di bawah 18 tahun mendapatkan kontrasepsi tanpa ijin dari orangtua.

Namun sebagian besar remaja dan wanita dewasa muda yang aktif secara seksual

tidak mendapat pelayanan keluarga berencana (Chilman, 1988).

Perbedaan antara kelompok miskin dan kaya dalam menggunakan alat

kontrasepsi yang efektif berhubungan dengan aksesibilitas pelayanan (Manisoff,

1977) dan ketidaktahuan tentang kehamilan dan kontrasepsi dikalangan remaja

(Weatherley dan Cartoof, 1988). Faktor-faktor agama dan sosiopolitik menjadi

pengengah untuk mengurangi hak-hak reproduktif wanita dan pasangannya. Seperti

diawal tahun 1990-an, karena menentang hak untuk melakukan aborsi secara legal

maka perjuangan mempertahankan pelayanan saat ini agar tetap tersedia merupakan

masalah yang sedang berkembang. Pendanaan masyarakat dari pemerintah untuk

keluarga berencana, khususnya untuk aborsi telah dipotong, dan pelayanan terbatas

pada kaum miskin dan orang muda.

Selain kebutuhan untuk klinik medis yang banyak dan undang-undang yang

membolehkan remaja menerima perawatan, program pendidikan kesehatan keluarga

berencana dan seks yang efektif perlu direncanakan dilakukan di sekolah-sekolah,

gereja dan lembaga-lembaga kesehatan. Pelayanan-pelayanan seperti itu harus

15

Page 16: Perkembangan_klg

difokuskan tidak hanya pada premis-premis umum bahwa keluarga berencana

merupakan satu tujuan dalam keluarga itu sendiri, tapi pada keuntungan-keuntungan

kesehatan dari keluarga berencana bagi individu dan bagi pertumbuhan dan

perkembangan keluarga.

Akan tetapi, memaksakan keluarga berencana pada keluarga bukanlah sesuatu

yang etis, karena hal tersebut menghancurkan inisiatif, integritas, dan kompetensi.

Gadis-gadis remaja yang menginginkan bayi perlu mengkonsultasikan kesiapan fisik

dan emosi untuk menjadi orang tua dan perlindungan yang realistis terhadap

kehamilan bersama-sama dengan supervisi kesehatan yang baik. Tapi hanya sedikit

saja dilakukan untuk mengimbangi tekanan-tekanan masyarakat terhadap seks dan

perkawinan dengan pendidikan kontrasepsi yang realistis.

Diagnosa yang mungkin pada keluarga pemula:

1. Gangguan komunikasi verbal

2. Perubahan proses keluarga

3. Perubahan penampilan peran

4. Gangguan interaksi sosial

5. Disfungsi seksual

Diagnosa yang mungkin pada ibu hamil:

Trimester I

Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

ketidaknyamanan

resiko kekurangan volume cairan

resiko cidera terhadap janin

resiko keletihan

resiko konstipasi

resiko infeksi : ISK

resiko gangguan citra tubuh

resiko perubhan penampilan peran

perubahan pola seksualitas

16

Page 17: Perkembangan_klg

Trimester II

Ketidaknyamanan

Resiko cidera terhadap janin dan ibu

Perubahan pola seksualitas

Perubahan pola nafas

Resiko kelebihan vol cairan

Resiko koping individu tidak efektif

Trimester III

Gangguan pola tidur

Resiko cidera terhadap janin dan ibu

Resiko harga diri rendah situasional

Perubahan eliminasi

Peran perawat

Konselon pada penyesuaian seksual & peran marital

Gusru konselon dalam perencanaan keluarga

Koordinator untuk konseling menjadi orang tua

Fasilitator dalam hubungan kekerabatan interpersonal

b. Tahap II : Keluarga yang Sedang Mengasuh Anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia 30 bulan.

Biasanya orangtua tergetar hatinya dengan kelahiran pertama anak mereka, tapi agak

takut juga. Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena

ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak

dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di rumah dengan bayinya setelah

tinggai di rumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan

semua peran-peran mengasyikkan yang telah dipercayakan kepada mereka. Peran

tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orangtua

baru ; kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman, dan para profesional

perawatan kesehatan yang bersifat membantu dan sering terbangun tengah malam

oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan

17

Page 18: Perkembangan_klg

fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali

juga bekerja, selain merawat bayi. Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau

mengalami persalinan dan pelahiran yang lama dan sulit atau seksio besar.

Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi

setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk ke

dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga

berubah setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan

yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah,

kakek nenekpun lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai

pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan sebaliknya. Dan dalam keluarga yang

memiliki anak sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi

saudaranya sama seperti pada pasangan yang menikah. Mengatakan pada seorang

anak untuk menyesuaikan diri dengan seorang adik laki-laki atau perempuan yang

baru mungkin sama dengan suami mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa ke

rumah seorang nyonya yang ia cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan

Leanman, 1973). Ini merupakan suatu perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.

Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan tujuan

yang teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya

sebagai perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan

biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi

kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan,

kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting

yang menambah kesukaran dalam menerima peran orangtua adalah bahwa

kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak

sekali mitos berbahaya yang tidak realistis meromantiskan pengasuhan anak didalam

masyarakat kami (Fulcomer, 1977). Menjadi orangtua merupakan satu-satunya peran

utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi

hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan bayi secara merugikan.

Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga

memiliki pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di

luar rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan,

18

Page 19: Perkembangan_klg

penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya

biaya perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap

siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).

Masa Transisi menjadi Orangtua.

Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan

sering merupakan krisis keluarga, sebagaimana yang digambarkan secara konsisten

pada penelitian keluarga selama tahap siklus kehidupan keluarga ini (Clark, 1966 ;

Hobbs dan Cole, 1976 ; LeMaster, 1957).

Untuk mengetahui bagaimana anak yang baru lahir mempengaruhi keluarga,

LeMaster, 1957, dalam studi klasik tentang penyesuaian keluarga terhadap kelahiran

anak pertama, mewawancarai 46 orang tua dari kalangan kelas menengah di Kota

(berusia 25 – 25 tahun) dan memperkirakan sejauhmana mereka dalam keadaan krisis.

Ia menemukan bahwa 17 persen pasangan tidak mengalami masalah atau hanya

masalah-masalah sedang, tapi sisanya mengalami masalah berat atau luar biasa.

Masalah-masalah yang paling lazim dilaporkan adalah :

1. Suami merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh suami)

2. Terhadap peningkatan perselisihan dan argumen antara suami dan istri.

3. Interupsi dalam jadwal yang kontinu “begitu lelah sepanjang waktu”,

merupakan sebuah kometar khas).

4. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.

Akan tetapi, studi-studi belakangan ini, Hobbs dan Cole (1976), tidak

menemukan pasangan yang melaporkan krisis ekstensif sebanyak yang dilaporkan

oleh LeMaster. Studi-studi tentang “keluarga dalam krisis” menyatakan bahwa

keluarga-keluarga mempunyai pemikiran yang salah dan idealis tentang menjadi

orang tua sebelum kelahiran anak pertama dan kekuatan perkawinan menurun secara

tajam dengan lahirnya anak pertama (Miller dan Solye, 1980)

Clark, (1966) melakukan sebuah studi tentang keluarga secara kelahiran

seorang bayi baru menyatakan kesulitan dalam penyesuaian diri menyangkut orangtua

dan kebutuhan yang penting setelah kelahiran terhadap kesinambungan pelayanan

keperawatan di rumah dan di klinik.

19

Page 20: Perkembangan_klg

Sebuah studi penting yang lain menyangkut transisi pasangan menjadi langka

dilakukan oleh La Rossa, (1981). Para peneliti ini mengkonseptualisasikan proses

transisi seperti yang dijelaskan dengan baik oleh model konflik, dimana terdapatnya

waktu luang, konflik kepentingan diantara orangtua, legitimasi terhadap penentuan

masalah-masalah perkawinan menyebabkan konflik antara kedua orangtua.

Miller dan Myers – Walls (1983), berdasarkan atas tinjauan studi mereka

terhadap orangtua, meringksa stressor mengasuh anak yang spesifik yang

diidentifikasi dalam penelitian. Stressor yang paling sering disebutkan adalah

sedikitnya kebebasan pribadi karena tanggungjawab menyangkut anak, selain itu

diidentifikasi juga kurangnya waktu dan persahabatan dalam perkawinan. Bahkan

lebih banyak tekanan perkawinan dilaporkan pada pasangan yang sulit memiliki anak

atau pasangan memiliki anak dengan masalah kesehatan yang serius atau cacat.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Setelah lahir anak pertama, keluarga mempunyai beberapa tugas yang penting (tabel

5). Suami, istri, dan bayi semuanya belajar peran-peran yang baru sementara keluarga

inti memperluas fungsi dan tanggungjawab. Ini meliputi penggabungan tugas

perkembangan yang terus menerus dari setiap anggota kelurga dan keluarga secara

keseluruhan (Duvall, 1977).

Tabel 5. Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh

anak dan Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga sedang mengasuh anak 1. Membentuk keluarga muda sebagai

sebuah unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru ke

dalam keluarga).

2. Rekonsiliasi tugas-tugas

perkembangan yang bertentangan

dan kebutuhan anggota keluarga.

20

Page 21: Perkembangan_klg

3. Mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan.

4. Memperluas persahabatan dengan

keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran

orangtua dan kakek dan nenek.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)

Kelahiran seorang anak membuat perubahan-perubahan yang logika dalam

organisasi keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami istri harus dibedakan untuk

memenuhi tuntutan-tututan baru perawatan dan penyembuhan. Sementara pemenuhan

tanggungjawab ini bervariasi menurut posisi sosial budaya suami istri, sebuah pola

yang umum adalah untuk orang tua agar menerima peran-peran tradisonal atau

pembagian tanggungjawab (La Rossa dan La Rossa, 1981).

Hubungan dengan keluarga besar paternal dan maternal perlu disusun kembali

dalam tahap ini. Peran-peran baru perlu dibuat kembali berkenaan menjadi kakek

nenek dan hubungan antara orangtua dan kakek-nenek (Bradt, 1988).

Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan keluarga

yang mengasuh anak adalah mengkaji peran sebagai orangtua bagaimana kedua

orangtua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respons bayi

tersebut. Klaus dan Kendall (1976), Kendall (1974), Rubbin (1967), dan yang lainnya

menguji dampak penting dari sentuhan dan kehangatan awal setelah melahirkan ;

hubungan positif antara orangtua anak pada hubungan orangtua dan anak di masa

datang. Sikap orangtua tentang mereka sendiri sebagai orangtua, sikap mereka

terhadap bayi mereka, karakteristik komunikasi orangtua dan stimulasi bayi (Davis,

1978) adalah bidang-bidang terkait yang perlu dikaji.

Perubahan-perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggungjawab orangtua

yang baru biasanya lebih cepat dipelajari oleh ibu daripada ayah. Anak merupakan

realita pada calon ibu dari pada ayah, yang biasanya mulai merasa seperti ayah pada

saat kelahiran, tapi kadang-kadang jauh lebih lambat dari itu (Minuchin, 1974). Ayah

21

Page 22: Perkembangan_klg

seringkali tetap netral pada awalnya sementara wanita secara cepat menyesuaikan diri

dengan struktur keluarga yang baru.

Kebiasaan dimana kebanyakan ayah secara tradisional tidak diikutsertakan

dalam proses perinatal secara pasti memperlambat pria melakukan perubahan peran

yang penting ini dan oleh karena itu menghalangi keterlibatan emosional mereka.

Sayangnya, kesadaran yang meningkat tentang peran penting yang dipangku ayah

dalam perawatan anak dan perkembangan anak telah menimbulkan keterlibatan ayah

yang lebih besar dalam perawatan bayi dikalangan kelas menengah (Hanson dan

Bozett, 1985).

Ibu dan ayah menumbuhkan dan mengembangkan peran orangtua mereka

dalam berespons terhadap tuntutan-tuntutan yang berubah terus menerus dan tugas-

tugas perkembangan dari orang muda yang sedang tumbuh, keluarga secara

keseluruhan, dan mereka sendiri. Menurut Friedman (1957), orangtua melewati 5

tahap perkembangan secara berturut-turut. Dua tahap pertama meliputi fase kehidupan

keluarga ini. Pertama, selama bayi, orangtua mempelajari arti dari isyarat-isyarat yang

dikekspresikan oleh bayi untuk mengutarakan kebutuhan-kebutuhannya. Dengan

setiap anak lahir berturut-turut, orangtua akan mengalami tahap yang sama ini

sehingga mereka menyesuaikan setiap isyarat-isyarat unik bayi.

Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima

pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain –

khususnya orangtua yang baru memiliki anak pertama – membutuhkan bimbingan dan

dukungan. Orangtua perlu memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh anak dan

kebutuhan anak akan keselamatan, keterbatasan dan latihan buang air (toilet training).

Mereka perlu memahami konsep kesiapan perkembangan, konsep tentang “saat yang

tepat untuk mengajar mereka”. Pada saat yang sama pula orangtua perlu bimbingan

dalam memahami tugas-tugas yang harus mereka kuasai selama tahap ini.

Pola-pola komunikasi perkawinan yang baru berkembang dengan lahirnya

anak, dimana pasangan berhubungan satu sama lain baik sebagai suami istri maupun

sebagai orangtua. Pola transaksi suami istri terbukti telah berubah secara drastis.

Feldman (1961) mengamati bahwa orang tua bayi berbicara dan berkelakar lebih

22

Page 23: Perkembangan_klg

sedikit, pembicaraan yang merangsang lebih sedikit dan kualitas interaksi perkawinan

yang menurun. Beberapa orangtua merasa kewalahan dengan bertambahnya

tanggungjawab, khususnya mereka yang suami maupun istri sama-sama bekerja

secara penuh.

Pembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan termasuk

masalah dan perasaan pribadi, perkawinan dan orangtua adalah sangat penting.

Pasangan harus terus memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan psikologis dan seksual

dan juga berbagi dan berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggungjawab sebagai

orangtua.

Hubungan seksual suami istri umumnya menurun selama kehamilan dan

selama 6 minggu masa postpartum. Kesulitan-kesulitan seksual selama masa

berikutnya umum terjadi, yang timbul dari faktor-faktor seperti ibu tenggalam dalam

peran barunya, keletihan dan perasaan menurunnya daya tarik seksual dan juga

perasaan suami bahwa ia “tersingkir” oleh bayinya.

Sekarang komunikasi keluarga termasuk anggota ketiga, membentuk tiga

serangkai. Orangtua harus belajar untuk merasakan dan melihat tangisan komunikasi

dari bayinya. Misalnya, tangisan bayi perlu dibedakan kedalam ekspresi

ketidaknyamanan, rasa lapar, rangsangan yang berlebihan, sakit, atau letih. Dan bayi

mulai memberikan respon terhadap rangkulan, timangan dan berbicara yang

kemudian diterima dan dikuatkan oleh orangtua.

Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah

postpartum 6 minggu. Orangtua kemudian harus didorong secara terbuka untuk

mendiskusikan jarak kelahiran dan perencanaan. Melihat meningkatkan tuntutan-

tuntutan keluarga dan pribadi yang dibawakan oleh bayi, orangtua perlu menyadari

bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, dan juga

ayah, saudara bayi, dan unit keluarga.

Tahap siklus kehidupan ini memerlukan penyesuaian hubungan dalam

keluarga besar dan dengan teman-teman. Ketika anggota keluarga lain mencoba

mendukung dan membantu orangtua baru ini, ketegangan bisa muncul. Misalnya,

23

Page 24: Perkembangan_klg

meskipun kakek nenek dapat menjadi sumber pertolongan yang besar bagi orangtua

baru, namun kemungkinan konflik tetap ada karena perbedaan nilai-nilai dan harapan-

harapan yang ada antar generasi tersebut.

Meskipun pentingnya memiliki jaringan sosial atau sistem pendukung sosial

untuk mencapai kepuasan dan perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga

muda perlu mengetahui kapan mereka butuh bantuan dan dari siapa mereka harus

menerima bantuan tersebut dan juga kapan mereka harus menggantungkan diri pada

sumber-sumber dan kekuatan merek sendiri (Duvall, 1977).

Hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas

dan moral keluarga. Hubungan suami istri yang memuaskan akan memberikan

pasangan dengan kekuatan dan tenaga “bagi” bayi dan satu sama lain. Tuntutan-

tuntutan dan tekanan-tekanan yang bertentangan, seperti antara loyalitas ibu terhadap

bayi dan terhadap suami, merupakan persoalan dan dapat menyiksa. Tipe konflik

semacam ini dapat menjadi sumber sentral ketidakbahagiaan selama tahap siklus

kehidupan ini.

Masalah-Masalah Kesehatan.

Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang

terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan

masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan

anak, keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan

kesehatan umum (gaya hidup).

Masalah-masalah kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini

adalah inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk

ibu yang bekerja, hubungan akan-orangtua, masalah-masalah mengasuh anak

termasuk penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi

peran orang tua.

Kemungkinan diagnosa

Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Disfungsi seksual

24

Page 25: Perkembangan_klg

Gangguan tumbuh kembang

Menyusui tidak efektif

Resiko cidera

Perubahan penampilan peran

Gangguan komunikasi verbal

Peran perawat

Monitor perawatanprenatal dan perujukan untuk masalah-masalah kehamilan

Konselor pada nutrisi prenatal

Konselor pada kebiasaan maternal prenatal

Pendukung amnionsintesis

Konselor pada menyusui

Koordinator dengan layanan pediatrik

Penyelia imunisasi

Perujukan ke layanan-layanan tenaga sosial

c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2

½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri

dari tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-

saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga lebih menjadi majemuk dan berbeda

(Duvall dan Miller, 1985).

Kehidupan keluarga selama tahap ini penting dan menuntut bagi orangtua.

Kedua orangtua banyak menggunakan waktu mereka, karena kemungkinan besar ibu

bekerja, baik bekerja paruh waktu atau bekerja penuh. Namun, menyadari bahwa

orangtua adalah “arsitek keluarga”, merancang dan mengarahkan perkembangan

keluarga (Satir, 1983), adalah penting bagi mereka untuk memperkokoh kemitraan

mereka secara singkat, agar perkawinan mereka tetap hidup dan lestari.

Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya

dalam hal kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu

25

Page 26: Perkembangan_klg

memenuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa campur

tangan orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain, taman

kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-program sama

lainnya merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini.

Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat dalam membantu

orangtua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan

berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan sosial

telah dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak

selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).

Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus

kehidupan ini. Dalam tahun 1984, 50 persen keluarga kulit hitam dan 15 persen

keluarga kulit putih di Amerika Serikat dipimpin oleh satu orangtua, dan 88 persen

dari keluarga ini dikepalai oleh ibu (Nortan and Glick, 1986). Di kalangan keluarga

dengan orangtua tunggal, ketegangan yang timbul dari peran mengasuh anak untuk

anak usia prasekolah, ditambah lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Pusat-pusat

perawatan sehari bagi bayi dan anak usia prasekolah dengan kualitas yang layak dan

baik sulit ditemukan jika ditempatkan dikebanyakan kominitas. Ibu-ibu yang bekerja

dan ibu-ibu yang masih remaja secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan

program-program perawatan anak yang lebih baik (Adams dan Adams, 1990).

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Kini, keluarga tumbuh baik dalam jumlah maupun kompleksitas. Perlunya anak-anak

usia prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, dan

kebutuhan orangtua untuk memiliki privasi mereka sendiri menjadikan perumahan

dan ruang yang adekuat sebagai masalah utama. Peralatan dan fasilitas-fasilitas juga

perlu bersifat melindungi anak-anak, karena pada tahap ini kecelakaan menjadi

penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji keamanan rumah merupakan hal yang

penting bagi perawat kesehatan komunitas dan penyuluhan kesehatan perlu

dimasukkan sehingga orangtua dapat mengetahui resiko yang ada dan cara-cara

menegah kecelakaan (Tabel 6).

26

Page 27: Perkembangan_klg

Tabel 6. Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah dan

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga dengan anak usia Prasekolah. 1. Memenuhi kebutuhan anggota

keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan.

2. Mensosialisasikan anak.

3. Mengintegrasi anak yang baru

sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

4. Mempertahankan hubungan yang

sehat dalam keluarga (hubungan

perkawinan dan hubungan orangtua

dan anak) dan di luar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).

Diadaptasi dari Carter dam McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)

Karena daya tahan spesifik terhadap banyak bakteri dan penyakit virus dan

paparan yang meningkat, anak-anak usia prasekolah sering menderita sakit dengan

satu penyakit infeksi minor secara bergantian. Penyakit infeksi sering terjadi bolak-

balik dalam keluarga. Sering ke dokter, merawat anak-anak yang sakit, kembali ke

rumah untuk menjemput anak sakit dari taman kanak-kanak merupakan krisis

mingguan. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular dan kerentanan

umum mereka terhadap penyakit merupakan masalah-masalah kesehatan utama.

Kecelakaan, jatuh, luka bakar dan laserasi juga cukup sering terjadi. Kejadian-

kejadian ini lebih sering ditemukan dalam keluarga besar, keluarga di mana pengasuh

dewasa tidak ada (orangtua sering tidak di rumah), dan keluarga dengan pendapatan

rendah. Keamanan lingkungan dan pengawasan anak yang adekuat merupakan kunci

untuk mengurangi kecelakaan.

27

Page 28: Perkembangan_klg

Suami-ayah menerima lebih banyak keterlibatan dalam tanggungjawab rumah

tangga selama tahap perkembangan keluarga ini daripada tahap lain, persentase

terbesar dalam tahap ini digunakan untuk aktifitas perawatan anak. Keterlibatan ayah

dalam perawatan anak saat ini benar-benar penting, karena hubungan ini dengan anak

usia prasekolah dapat membantu anak mengindentifikasi jenis kelaminnya. Khusus

bagi anak laki-laki dalam usia 5 tahun, penting sekali bagi mereka untuk bergaul

secara rapat dengan lingkungan terbatas yang kuat, ayah yang hanya atau pengganti

ayah sehingga identitas peran laki-laki dapat terbentuk (Walters, 1976).

Peran yang lebih matang juga diterima oleh anak-anak usia prasekolah, yang

secara perlahan-lahan menerima lebih banyak tanggungjawab perawatan dirinya

sendiri, plus membantu ibu atau ayah dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Di

sini bukan produktifitas anak yang penting, melainkan proses belajar yang

berlangsung.

Berlawanan dengan harapan, penelitian membuktikan bahwa kelahiran anak

kedua dalam keluarga memiliki efek yang bahkan lebih merusak hubungan

perkawinan dari pada kelahiran anak pertama. Feldman (1961) melaporkan bahwa

peran orangtua membuat peran-peran perkawinan lebih sulit, seperti terungkap dalam

observasi berikut ini : pasangan suami istri masing-masing merasakan perubahan

kepribadian yang negatif ; mereka kurang puas dengan keadaan di rumah, terdapat

banyak interaksi yang berorientasi pada tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit dan

pembicaraan yang berpusat pada anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan

kepada anak lebih banyak dari pada yang diberikan satu sama lain, dan tingkat

kepuasan hubungan seksual lebih rendah (Feldman, 1969).

Penelitian yang cukup terkenal ini paralel dengan laporan dan observasi para

konselor keluarga bahwa hubungan perkawinan sering mengalami keguncangan

dalam tahap siklus ini. Sebenarnya, banyak sekali perceraian yang terjadi dalam

tahun-tahun seperti ini karena ikatan perkawinan yang lemah atau tidak memuaskan.

Privasi dan waktu bersama merupakan kebutuhan yang utama. Konseling perkawinan

dan kelompok-kelompok pertemuan perkawinan merupakan sumber-sumber yang

penting dikalangan kelas menengah. Akan tetapi keluarga tanpa sumber-sumber

ekonomi, hanya memiliki bantuan yang terbatas untuk memperkokoh upaya

penyelamatan perkawinan. Terdapat trend bagi para pastur dan pendeta untuk menjadi

28

Page 29: Perkembangan_klg

terlatih sebagai konselor perkawinan dan konselor keluarga yang tidak bisa

mengupayakan terapi pribadi.

Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan anak. Anak-anak usia

prasekolah mengembangkan sikap diri sendiri (konsep diri) dan dapat secara cepat

belajar mengekspresikan diri mereka, seperti tampak dalam kemampuan menangkap

bahasa dengan cepat.

Tugas lain selama masa ini menyangkut bagaimana mengintegrasikan anggota

keluarga yang baru (anak kedua dan ketiga) semasa masih memenuhi kebutuhan anak

yang lebih tua. Penggeseran seorang anak oleh bayi baru lahir secara psikologis

merupakan suatu kejadian traumatik. Persiapan anak-anak menjelang kelahiran

seorang bayi membantu memperbaiki situasi, khususnya jika orangtua sensitif

terhadap perasaan dan tingkah laku anak yang lebih tua. Persaingan dikalangan kakak

beradik (sibling rivalry) biasanya diungkapkan dengan memukul atau berhubungan

secara negatif dengan bayi, tingkah laku regresif, melakukan kegiatan-kegiatan yang

menarik perhatian. Cara terbaik menangani persaingan dikalangan kakak adik adalah

dengan meluangkan waktu setiap hari untuk berhubungan lebih erat dengan anak

yang lebih tua untuk meyakinkannya bahwa ia masih dicintai dan dikehendaki.

Kira-kira saat anak mencapai usia prasekolah, orangtua memasuki tahap

pengasuhan anak yang ketiga, salah satunya belajar berpisah dari anak-anak ketika

mereka mulai masuk ke kelompok bermain, tempat penitipan anak, atau taman kanak-

kanak. Tahap ini berlangsung terus selama usia prasekolah hingga memasuki awal

usia sekolah. Pisah seringkali terasa sulit bagi orangtua dan mereka perlu mendapat

dukungan dan penjelasan tentang bagaimana penguasaan tugas-tugas perkembangan

anak usia prasekolah memberikan kontribusi untuk semakin meningkatnya otonomi

mereka.

Pisah dari orangtua juga sulit bagi anak-anak usia prasekolah. Pisah dapat

terjadi karena orangtua pergi bekerja, ke rumah sakit, melakukan perjalanan atau

berlibur. Persiapan keluarga untuk pisah dengan anak sangat penting dalam

membantu anak menyesuaikan diri terhadap perubahan.

29

Page 30: Perkembangan_klg

Membantu keluarga untuk mendapatkan pelayanan keluarga berencana setelah

kelahiran seorang bayi, atau melanjutkan kontrasepsi jika tidak terdapat kehamilan,

juga diindikasikan. Misalnya, adalah tidak biasa bagi seorang wanita untuk berhenti

menggunakan alt kontrasepsi karena terlambat haid dengan keyakinan bahwa ia

hamil, hanya untuk mencari tahu apakah kehamilannya terjadi karena hubungan seks

tanpa perlindungan kontrasepsi.

Kedua orangtua perlu memiliki kesenangan dan kontak di luar rumah untuk

mengawetmudakan mereka sehingga mereka dapat melaksanakan berbagai tugas-

tugas dan tanggungjawab di rumah. Orangtua dari golongan kelas rendah dan orang

tunggal sering tidak punya kesempatan untuk melakukan hal ini, dan keluarga-

keluarga ini mendapat kepuasan paling sedikit terhadap pergaulan mereka dan

komunitas yang lebih luas karena posisi mereka yang terasing dan kekurangan

sumber-sumber yang tersedia bagi mereka.

Masalah-Masalah Kesehatan.

Banyak sekali masalah kesehatan yang telah diidentifikasi sepanjang pembahasan kita

tentang keluarga dengan anak usia prasekolah. Seperti telah dinyatakan sebelumnya,

masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim

pada anak dan jatuh, luka bakar, keracunan dan kecelakaan-kecelakaan yang lain yang

terjadi selama usia prasekolah.

Masalah-masalah kesehatan psikososial keluarga yang utama adalah hubungan

perkawinan. Beberapa studi mencoba meneliti menurunnya kepuasan yang dialami

oleh banyak pasanga selama tahun-tahun ini dan perlunya penanganan terhadap

masalah ini untuk memperkokoh dan memberikan semangat pada unit lain yang vital

ini. Masalah-masalah kesehatan lain yang penting adalah persaingan diantara kakak-

adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-

masalah pengasuhan anak seperti membatasi lingkungan (disiplin), penganiayaan dan

menelantarkan anak, keamanan di rumah dan masalah-masalah komunikasi keluarga.

Strategi-strategi promosi kesehatan umum berhubungan erat selama tahap ini,

karena tingkah laku gaya hidup yang dipelajari selama masa kanak-kanak dapat

menyebabkan konsekuensi-konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.

30

Page 31: Perkembangan_klg

Pendidikan kesehatan keluarga diarahkan pada pencegahan masalah-masalah

kesehatan utama seperti merokok, penyahagunaan obat-obatan dan alkohol,

seksualitas manusia, keselamatan, diet dan nutrisi, olahraga dan penanganan

stress/dukungan sosial. “Tujuan utama bagi para perawat yang bekerja dengan

keluarga dan anak usia prasekolah adalah membantu mereka membentuk gaya hidup

yang sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional dan sosial

secara optimal. (Wilson, 1088, hal. 177).

Kemungkinan diagnosa

Resiko cidera

Resiko trauma

Resiko keracunan

Resiko infeksi

Gangguan penanganan pemeliharaan rumah

Perubahan menjadi orang tua

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan

Gangguan komunikasi verbal

Peran perawat

Monitor perkembangan awal masa kanak-kanak, perujukan bila ada indikasi

Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan

Koordinator dg layanan pediatri

Penyelia imunisasi

Konselor pada nutrisi dan latihan

Pendidik dlm isu pemecahan masalah mengenai kebiasaan kesehatan

Pendidik tentang higiene perawatan gigi

Konselor pada keamanan lingkungan di rumah

Fasilitator dalam hubungan interpersonal

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk

sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga

31

Page 32: Perkembangan_klg

biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap

ini (Duvall, 1977). Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-tahun yang

sibuk. Kini, anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing,

disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-

kegiatan orangtua sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas perkembangannya

sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas

perkembangannya sendiri (Tabel 7). Menurut Erikson (1950), orangtua berjuang

dengan tuntutan ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh generasi

berikutnya (tugas perkembangan generasivitas) dan memperhatikan perkembangan

mereka sendiri ; sementara anak-anak usia sekolah bekerja untuk mengembangkan

sense of industry – kapasitas untuk menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi

atau menangkis perasaan rendah diri.

Tabel 7. Tahap IV Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia sekolah,

dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga dengan anak usia sekolah 1. Mensosialisasikan anak-anak,

termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan

hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

2. Mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan.

3. Memenuhi kebutuhan kesehatan

fisik anggota keluarga

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan

atau lebih sederhana, membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan

teman sebaya dan kegiatan-kegiatan diluar rumah akan memainkan peranan yang

lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah tersebut. Tahun-tahun ini dipenuhi

oleh kegiatan-kegiatan keluarga, tapi ada juga kekuatan-kekuatan yang secara

32

Page 33: Perkembangan_klg

perlahan-lahan mendorong anak tersebut pisah dari keluarga sebagai persiapan

menuju masa remaja. Orangtua yang mempunyai perhatian diluar anak mereka akan

merasa lebih mudah membuat perpisahan yang perlahan-lahan. Akan tetapi, dalam

contoh-contoh dimana peran ibu merupakan sentral dan satu-satunya peran yang

signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu yang

menyakitkan dan dipertahankan mati-matian.

Selama tahap ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas

di luar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar keluarga yang

mengharuskan anak-anak mereka menyesuaikan diri dengan standa-standar komunitas

bagi anak. Hal ini cenderung mempengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk

lebih menekankan nlai-nilai tradisional pencapaian dan produktifitas, dan

menyebabkan sejumlah keluarga dari kelas pekerja dan banyak keluarga miskin

merasa tersingkir dari dan konflik dengan sekolah dan / atau nilai-nilai komunitas.

Kecacatan pada anak-anak akan ketahuan selama periode kehidupan anak ini.

Para perawat sekolah dan guru akan mendeteksi banyak defek penglihatan,

pendengaran, wicara, selain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan perawatan

gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat dan penyakit-

penyakit menular (Edelman dan Mandle, 1986). Bekerja dengan keluarga dengan

peran sebagai konselor dan pendidik dalam bidang kesehatan, selain untuk memulai

rujukan yang layak untuk skrining lanjutan, membutuhkan energi yang sangat banyak

dari seorang perawat sekolah. Ia juga bertindak sebagai narasumber bagi guru

sekolah, memungkinkan guru mampu menangani kebutuhan-kebutuhan kesehatan

individu atau yang telah lazim dari siswa-siswa secara lebih efektif.

Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksi selama tahun-tahun sekolah,

termasuk epilepsi serebral palsi, retardasi mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi

pertama perawat kesehatan disini disamping fungsi rujukan, mengajar dan

memberikan konseling kepada orangtua mengenai kondisi tersebut akan membantu

keluarga melakukan koping sehingga pengaruh yang merugikan dari cacat tersebut

pada keluarga dapat diminimalkan.

33

Page 34: Perkembangan_klg

Bagi anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di sekolah,

klinik, kantor, dokter dan lembaga-lembaga komunitas harus mengupayakan

keterlibatan orangtua secara aktif. Memulai rujukan untuk konseling/terapi keluarga

sering amat bermanfaat dalam membantu keluarga agar sadar akan masalah-masalah

keluarga yang mungkin akan mempengaruhi anak usia sekolah secara merugikan. Jika

orangtua dapat menata kembali masalah tingkah laku anak sebagai sebuah masalah

keluarga yang berupaya mencari resolusi dengan fokus yang baru tersebut, akan

tercapai lebih banyak fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku anak yang sehat (Bradt,

1988)

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Salah satu tugas orangtua yang sangat penting dalam mensosialisasikan anak pada

saat ini meliputi meningkatkan prestasi anak pada saat ini meliputi meningkatkan

prestasi anak di sekolah. Tugas keluarga yang signifikan lainnya adalah

mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia. Sekali lagi dilaporkan bahwa

kebahagiaan perkawinan selama tahap ini menurun. Dua buah penelitian yang besar

menguatkan observasi ini (Burr, 1970 ; Rollins dan Feldman, 1970). Meningkatkan

komunikasi yang terbuka dan mendukung hubungan suami istri merupakan hal yang

vital dalam bekerja dengan keluarga dan anak usia sekolah.

Kemungkinan diagnosa dan peran perawat sama dengan keluarga dengan anak

usia pra sekolah

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus

kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,

meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal

atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun. Anak-anak

lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga yang terlalu

enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga memungkinkan

tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam persiapan menjadi

dewasa muda (Duvall, 1977).

34

Page 35: Perkembangan_klg

Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam

masa remaja, menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini

meliputi “pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan

sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja,

pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orangtua

karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang

dihadapi oleh kakek nenek dalam usian tua”

Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu

yang paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983). Keluarga

Amerika dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orangtua dan

menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bisa dihindarkan.

Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari ketergantungan dan

kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan pengaruh

kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran orang dewasa

(Adams, 1971).

Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja

bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan

perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell et al,

1983), serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan perkembangan. Adams

(1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak

perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda

(perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan

nilai-nilai dan norma-norma antara orangtua dan remaja).

Peran, Tanggungjawab dan Masalah Orangtua.

Tidak perlu dikatana bahwa orangtua mengasuh remaja merupakan tugas

paling sulit saat ini. Namun demikian, orangtua perlu tetap tegar menghadapi ujian

batas-batas yang tidak masuk akan tersebut, yang telah terbentuk dalam keluarga

ketika keluarga mengalami proses “melepaskan.” Duvall (1977) juga mengidentifikasi

tugas-tugas perkembangan yang penting pada masa ini yang menyelaraskan

kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri

35

Page 36: Perkembangan_klg

mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan serupa bahwa tugas orangtua

selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.

Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan

kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap

perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentu

pola untuk semacam penerimaan diri yang sama. Hubungan antara orangtua dan

remaja seharusnya lebih mulus bila orangtua merasa produktif, puas dan dapat

mengendalikan kehidupan mereka sendiri (Kidwell et al, 1983) dan orangtua/keluarga

berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988).

Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka bahwa

kompleksitas kehidupan Amerika yang telah meningkat telah membuat peran

orangtua tidak jelas. Orangtua merasa berkompetisi dengan berbagai kegiatan sosial

dan institusi – mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga berencana dan

seks pranikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor lain menambah pengaruh

mereka yang semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi jabatan dan

profesi, orangtua tidak lagi bisa membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana

untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya hubungan orang dewasa yang

kontinu bagi remaja dan orangtua, selain ketidakmampuan banyak orangtua untuk

mendiskusikan masalah-masalah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan

dengan obat-obatan secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-naka mereka

juga memberikan kontribusi pada masalah-masalah orangtua-remaja.

Tabel 8. Tahap Siklus V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja

danTugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak remaja 1. Menyeimbangkan kebebasan dan

tanggungjawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin

mandiri.

2. Memfokuskan kembali hubungan

36

Page 37: Perkembangan_klg

perkawinan.

3. Berkomunikasi secara terbuka

antara orangtua dan anak-anak.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Tugas perkembangan yang utama dan pertama adalah menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja matur dan semakin mandiri (Tabel

8). Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya

secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya ke arah suatu

hubungan yang semakin mandiri. Pergeseran yang terjadi pada hubungan anak-

orangtua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang

jalan.

Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua

anggota keluarga, khususnya orangtua, harus membuat “perubahan sistem” utama

yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja.

Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan ini. “Secara

paradoks, sistem (keluarga) yang dapat membiarkan anggotanya adalah sistem yang

akan bertahan dan menghasilkan sistem itu sendiri secara efektif pada generasi-

generasi berikutnya”.

Orangtua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri,

tidak membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi” oleh remaja bila

perpisahan berlangsung kemudian. Orangtua dapat juga mempercayai anak agar

mandiri secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan

ketergantungannya. Dalam hal ini remaja dapat gagal mencapai kemandirian (Wright

dan Leahey, 1984).

Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat

perhatian. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah

memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Wilson, 1988). Banyak sekali

pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan tanggungjawab sebagai orangtua

sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan

37

Page 38: Perkembangan_klg

mereka. Suami biasanya menghabiskan banyak waktu diluar rumah karena bekerja

dan melanjutkan kariernya, sementara itu, istrinya juga bekerja sementara itu, istrinya

juga bekerja sementara mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan

tanggungjawab sebagai orangtua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa sedikit waktu

dan energi untuk hubungan perkawinan.

Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggungjawab terhadap

diri mereka sendiri, pasangan suami-istri meninggalkan rumah untuk meniti karier

mereka atau dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anak-

anaknya telah meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai membangun

fondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya.

Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para

anggota keluarga, khususnya orangtua dan remaja, untuk berkomunikasi secara

terbuka. Karena adanya kesenjangan antar generasi, komunikasi terbuka seringkali

hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Seringkali terdapat saling tolak

menolak antara orang tua dengan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup. Orangtua

yang berasal dari keluarga dengan berbagai macam masalah terbukti seringkali

menolak dan memisahkan diri dari anak mereka yang tertua, sehingga mengurangi

sauran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya.

Mempertahankan etika dan standar moral keluarga merupakan tugas

perkembangan keluarga lainnya (Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-aturan

dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral keluarga perlu tetap

dipertahankan oleh orangtua. Sementara remaja mencari nilai-nilai dan keyakinan-

keyakinan mereka sendiri, adalah sangat penting bagi orangtua untuk

mempertahankan dan mengetatkan prinsip-prinsip dan standar-standar mereka.

Remaja sangat sensitif dengan ketidakcocokkan antara apa dikatakan dengan apa yang

dipraktikkan. Namun demikian, orangtua dan anak-anak dapat belajar dari satu dan

sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat ini saat ini.

Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga. Adopsi gaya

hidup yang lebih bebas dan sederhana mengembangkan transformasi nilai yang

mempengaruhi setiap saat kehidupan keluarga (Yankelowich, 1975).

Masalah-Masalah Kesehatan.

38

Page 39: Perkembangan_klg

Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan

tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasikan dan

dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat.

Mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria

dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa merasa lebih rentan terhadap

penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya

mereka ini menerima strategi-strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja,

kecelakaan-terutama kecelakaan mobil-merupakan bahaya yang amat besar, dan patah

tulang dan cidera karena atletik juga umum terjadi.

Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang

tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang-bidang

perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat

dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orangtua dan kaum muda.

Remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan menyangkut uji kehamilan,

penggunaan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana dan aborsi, diagnosis dan

perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk

menerima perawatan kesehatan tanpa izin orangtua. Bila orangtua diikutsertakan

maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan.

Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang dukungan dan bantuan

untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orangtua.

Konseling langsung yang bersifat menunjang dan memulai rujukan ke sumber-sumber

dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional,

dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan. Pendidikan promosi kesehatan umum

juga diindikasikan.

Kemungkinan diagnosa

Resiko trauma

Gangguan komunikasi verbal

Koping individu tidak efektif

Perubahan menjadi orang tua

Perubahan proteksi

Perubahan proses keluarga : Alkoholisme

39

Page 40: Perkembangan_klg

Peran perawat

Pendidik tentang faktor-faktor resiko terhadap kesehatan

Pendidik dalam issu pemecahan masalah mengenai alkohol, merokok, diit dan

latihan

Fasilitator tentang keterampilan-keterampilan interpersonal dengan remaja dan

orang tua

Pendukung, konselor, perujukan langsung pada sumber-sumber kesehatan

mental

Konselor pada keluarga berencana

Perujukan untuk penyakit hubungan seksual

Peserta dalam organisasi komunitas pada pengendalian penyakit

f. Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah orangtua dengan “rumah kosong”, ketika anak-anak terakhir

meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada

berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang melum

menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA dan perguruan tinggi.

Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-tahun belakangan ini, tahap

ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orangtua, mengingat anak-

anak yang lebih tua baru meninggalkan orangtua setelah selesai sekolah dan mulai

bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya biaya hidup bila hidup sendiri.

Akan tetapi, trend yang meluas dikalangan dewasa muda, yang umumnya menunda

perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri. Dari

sebuah survey besar yang dilakukan terhadap orang Kanada ditemukan bahwa anak-

anak yang berkembangan dalam keluarga dengan orangtua tiri dan keluarga dengan

orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih dini dari pada mereka yang dibesarkan

dalam keluarga dengan dua orangtua. Perbedaan ini tidak dipandang karena

dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, melainkan karena perbedaan orangtua dan

lingkungan keluarga (Mitchel et al, 1989).

40

Page 41: Perkembangan_klg

Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak

untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan anak

mereka pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan kembali pada

pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan menjadi penting

karena keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke

sebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan isteri. Tujuan utama

keluarga adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan

sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri

(Duvall, 1977). Selama tahap ini pasangan tersebut mengambil peran sebagai kakek

nenek-perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.

Usia pertengahan awal, yang merupakan usia rata-rata di mana para orangtua

melepaskan anak mereka yang tertua ditandai sebagai masa kehidupan yang

“terperangkap” ; terperangkap antara tuntutan-tuntutan kaum muda dan harapan-

harapan dari mereka yang lebih tua dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan

yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin

memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut. Akan tetapi studi-studi

membuktikan bahwa mereka yang berusia pertengahan mungkin merasa tertekan atau

terjepit diantara kutub orangtua dan muda, paling tidak bagi individu-individu

golongan kelas menengah dan kelas atas, mereka senantiasa dapat mengapresiasikan

bagaimana mereka dan prestasi mereka : “Mereka senantiasa mengetahui bahwa

mereka adalah para pembuatan keputusan negara ; mereka yang menggambarkan

kualitas umum kehidupan dalam masyarakat ini. Masyarakat tergantung kepada

kepemimpinan dan produktifitas dari orang yang berasal dari golongan usia

pertengahan (Kerchoff, 1976).

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua juga

membantu anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-laki atau

perempuan yang “dilepas” menikah, tugas keluarga adalah memperluas siklus

keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru lewat perkawinan dan

menerima nilai-nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri (Tabel 9)

41

Page 42: Perkembangan_klg

Tabel 9. Tahap VI Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia

dewasa muda dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga melepas anak dewasa muda 1. Memperluas siklus keluarga dengan

memasukkan anggota keluarga baru

yang didapatkan melalui

perkawinan anak-anak.

2. Melanjutkan untuk memperbaharui

dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

3. Membantu orangtua lanjut usia dan

sakit-sakitan dari suami maupun

istri.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Dengan rumah yang telah kosong, orangtua memiliki waktu lebih banyak

untuk mencurahkan perhatian pada kegiatan-kegiatan dan hubungan-hubungan lain.

Mereka tidak tumbuh saling berjauhan dari satu sama lain dimana mereka tidak dapat

melembagakan atau membentuk kembali peran suami dan isteri yang pernah mereka

lakukan. LeShan (1973) memandang tahap ini sebagai tantangan bagi hubungan

perkawinan. Ketika anak-anak meninggalkan rumah, perkawinan menghadapi momen

kebenaran ; apakah ada cukup kekuatan untuk mempertahankannya tanpa alasan

kedudukan sebagai orangtua?.

Masa ini biasanya jauh lebih sulit bagi wanita daripada pria. Pada kebanyakan

keluarga, peran sentral dan abadi – abadi dalam arti bahwa peran tersebut telah

berlangsung selama 20 tahun-bagi wanita adalah peran sebagai seorang ibu. Meskipun

saat ini kurang lazim karena banyak wanita sekolah atau meniti karier, identitas dan

perasaan kompetensi wanita didasarkan pada menjadi sebagai seorang ibu yang baik.

Meskipun tahun-tahun perpisahan dengan anak yang berlangsung perlahan-lahan

mendahului tahap ini, pelepasan anak secara psikologis seringkali terjadi secara

mendadak. Dengan perginya anak, ibu yang tidak lagi bekerja menemukan dirinya

42

Page 43: Perkembangan_klg

sendiri dalam sebuah rumah yang bersih (tidak ada banyak pekerjaan lagi) dan tidak

lagi tempat yang dituju atau tujuan terhadap eksistensinya. Suami-suami dari

golongan menengah keatas pada puncak kariernya menghabiskan banyak waktu di

luar rumah, masa-masa untuk meraih sukses dalam jabatan, finansial, dan profesi dan

mencoba memenuhi aspirasi mereka sebelum terlambat. Banyak wanita yang begitu

asyik dengan anak-anaknya sehingga tidak mempersiapkan diri untuk tahap

kehidupan mereka ini dan tidak mempunyai komitmen-komitmen yang sama-sama

akan dipenuhi yang mana dalam komitmen-komitmen tersebut dalam rangka untuk

menginvestasikan tenaga dan talenta mereka. Krisis pada usia pertengahan lebih hebat

bagi wanita bukan hanya karena anak-anak meninggalkan rumah dan ketidakhadiran

suami mereka, melainkan juga karena perasaan kehilangan feminitas pada awal

manupouse (biasanya antara 45 hingga 55 tahun) dan kehilangan kecantikan ketika

tanda-tanda ketuaan mulai tampak. Jika seorang wanita mempunyai komitmen di luar

rumah (mis, bekerja dan kegemaran), biasanya ia memiliki masalah yang jauh lebih

sedikit daripada ia tetap berada di rumah menjalankan fungsi peran tradisional sebagai

ibu rumah tangga dan seorang ibu secara penuh.

Pria dalam masa usia pertengahan juga menghadapi krisis perkembangan.

Salah satu kemungkinan krisis tersebut adalah dorongan untuk maju dalam karier dan

realisasi bahwa mereka belum berhasil dan belum mencapai aspirasi mereka. Juga

tanda-tanda menurunnya maskulinitas, seperti tenaga menurun, potensi dan gairah

seks berkurangnya, dan juga figur, rambut, tanda-tanda kulit menua dan cemas dalam

hal keuangan ; semuanya merupakan stressor bagi pria dalam tahap siklus kehidupan

keluarga ini, dan menekankan krisis perkembangan usia pertengahan yang terjadi.

Friedman (1957) mengulangi pernyataan pentingnya hubungan perkawinan

dengan menggolongkan tahap perkembangan orangtua pada titik ini dalam siklus

kehidupan keluarga sebagai pembentuk suatu kehidupan baru bersama-sama. Tugas

perkembangan penting lainnya dari keluarga dengan usia pertengahan adalah

membantu mertua dari suami dan istri yang lanjut usia dan sakit-sakitan. Meskipun

perawatan orangtua yang lanjut usia dan/atau tidak mandiri bukanlah fungsi yang

diharapkan dari keluarga Amerika dengan pengecualian pada beberapa kelompok

etnis, suami dan istri diharapkan dapat membantu dan menyokong anggota keluarga

yang lebih tua semaksimal mungkin. Aktifitas tersebut dapat dilakukan dalam

43

Page 44: Perkembangan_klg

berbagai bentuk – mulai dari menelepon secara rutin hingga bantuan finansial,

transportasi dan mengunjungi serta merawat orangtua mereka di rumah. Di Amerika,

keluarga hanya bertanggungjawab atas generasi berikutnya, keturunan, dan hanya

untuk satu generasi sebelumnya yaitu orangtua (Kalish, 1975).

Keluarga dengan tiga generasi, meskipun bukan pada pola biasa, namun hal

ini bukan tidak lazim, khusus pada keluarga-keluarga etnis Asia, Spanyo-Portugis,

Yunani, Italia, dan Keluarga Yahudi. Paling sering di Amerika Serikat, keluarga

dengan multi generasi tampaknya akan berkembang terutama bil keluarga inti dipecah

oleh kematian dan pereceraian, tapi kelayakan keuangan atau kebutuhan perawatan

anak juga mendorong tatanan kehidupan semacam itu. Sebenarnya orangtua yang

telah lanjut usia menghendaki hidup secara mandiri sehingga tidak mempengaruhi

kehidupan anak-anak mereka, yang lebih penting adalah untuk mempertahankan

perasaan kompoten, mandiri dan privasi (Bengston et al, 1987 ; Troll, 1971).

Orangtua juga harus menyingkirkan keputusan mereka untuk menempatkan orangtua

mereka di panti perawatan atau fasilitas pensiunan atau board-and-care selama tahun-

tahun ini.

Secara singkat dapat dilihat bahwa anak-anak akan memisahkan diri, orangtua

perlu belajar lagi untuk mandiri. Dalam menyesuaikan diri kembali, perkawinan harus

terus berjalan jika kebutuhan-kebutuhan orangtua harus dipenuhi. Orangtua harus

mengatur kembali hubungan mereka untuk berhubungan satu sama lain sebagai

pasangan menikah dari pada hanya sebagai orangtua. Agar tahap ini menjadi lengkap,

anak-anak harus mandiri sementara tetap menjaga ikatan dengan orangtua.

Masalah-Masalah Kesehatan.

Masalah utama kesehatan meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda

dengan orangtua mereka ; masalah-masalah transisi peran bagi suami istri, masalah

orang yang memberikan perawatan (bagi orangtua lanjut usia) dan munculnya kondisi

kesehatan tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan tekanan darah tinggi. Keluarga

berencana bagi remaja dan dewasa muda tetap penting. Masalah-masalah manupouse

dikalangan wanita umum terjadi. Efek-efek yang dikaitkan dengan kebiasaan minum,

merokok yang lama dan praktek diet semakin lebih jelas. Terakhir, perlunya strategi

44

Page 45: Perkembangan_klg

promosi kesehatan dan “gaya hidup sehat” menjadi lebih penting bagi anggota

keluarga yang dewasa.

g. Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi

orangtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika

orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan

pensiun, biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia

pertengahannya merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan

orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka

dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya. Pasangan

postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah) biasanya tidak

terisolasi lagi saat ini ; semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga

menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental, dengan hubungan

ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal yang biasa (Troll, 1971).

Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian

perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan isteri

(lebih merata), dan pada peran (diferensiasi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan

Korman, 1989). Bagi banyak keluarga yang kepuasan maupun status ekonominya

meningkat (Rollins dan Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia

kehidupan yang paling baik. Misalnya, Olson, McCubbin, dkk (1983) dalam sebuah

survey besar, bersifat nasional dan representatif terhadap keluarga utuh kelas

menengah yang didominasi oleh kulit putih ditemukan bahwa kepuasan perkawinan

dan keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan memuncak selama fase

postparental. Keluarga-keluarga usia pertengahan umumnya secara ekonomi lebih

baik daripada tahap-tahap siklus kehidupan lain (McCollough dan Rutenbergm 1988).

Partisipasi kekuatan buruh yang meningkat oleh wanita dan berpendapatan yang lebih

tinggi dari pada periode sebelumnya oleh pria bertanggungjawab untuk keamanan

ekonomi yang dialami oleh kebanyakan keluarga usia pertengahan. Kegiatan-kegiatan

waktu luang dan persahabatan yang dinikmati satu sama lain disebut faktor utama

yang menimbulkan kebahagiaan. Kepuasan seksual juga memiliki korelasi yang

45

Page 46: Perkembangan_klg

positif dengan komunikasi yang lebih baik dan kepuasan perkawinan (Levin dan

Levin, 1975), meskipun para suami dengan usia pertengahan mungkin mengalami

penurunan kemampuan seksual. Komunikasi suami istri yang intim sangat penting

untuk mempertahankan pengertian dan keinginan satu sama lain dalam tahun-tahun

ini.

Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat,

karena masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam

diri mereka bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja.

Selanjutnya, tidak jelas apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga

melewati siklus kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan

memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan

berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman).

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Pada saat anak bungsu meninggalkan rumah, banyak wanita yang

menyalurkan kembali tenaga dan hidup mereka dalam persiapan untuk mengisi rumah

yang telah ditinggalkan anak-anak. Bagi sejumlah wanita, krisis usia pertengahan

(telah dibicarakan dalam tahap sebelumnya) dialami selama masa awal siklus

kehidupan ini. Wanita berupaya mendorong anak mereka yang sedang sedang tumbuh

agar mandiri dengan menegaskan kembali hubungan mereka dengan anak-anak

tersebut (tidak mengusik kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga mereka). Dalam

upaya untuk mempertahankan perasaan yang sehat dan sejahtera, lebih banyak wanita

memulai gaya hidup yang lebih sehat yaitu pengontrolan peran badan, diet seimbang,

program olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup, dan juga memperoleh dan

menikmati karier, pekerjaan, kecakapan yang kreatif.

Dalam hal kerja, pria mungkin mengalami frustasi dan kekecewaan yang sama

yang terdapat dapat tahap sebelumnya. Di satu pihak, pria mungkin berada pada

puncak kariernya dan tidak perlu bekerja sekeras sebelumnya, atau dilain pihak

mereka mungkin merasa pekerjaan mereka bersifat monoton setelah 20 – 30 tahun

menekuni pekerjaan yang sama. Banyak sekali pekerja kelas menengah menderita

karena “fenomena lateau” – dimana tidak ada lagi kenaikan gaji dan promosi –

menyebabkan mereka merasa bosan. Dalam kondisi ini, ketidakpuasan terhadap karier

46

Page 47: Perkembangan_klg

catatan mencapai proporsi lampu kuning, membuat banyak orang pada kerja

pertengahan ini tidak kerja karena ketidakpuasan, bosan, dan stagnasi. Karena secara

tradisional bekerja merupakan peran sentral bagi pria dalam hidup, pengalaman

ketidakpuasan terhadap pekerjaan ini amat mempengaruhi tingkat stress dan status

kesehatan umum.

Pengupayaan aktifitas dan hobbi di waktu luang sangat berarti selama

berlangsungnya tahap ini, karena lebih banyak waktu yang tersedia dan persiapan

kecil harus berlangsung secara lebih terencana.

Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan

lingkungan yang sehat (Tabel 10). Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan

gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataannya

bahwa mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak

diri selama 45 – 65 tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang, mereka “lebih baik

sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk

mengembalikan perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi serti aertritis akibat

in aktivitas, tekanan darah tinggi karena kurangnya olahraga, stress yang

berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat merokok.

Tabel 10. Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia

pertengahan dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Orangtua usia pertengahan 1. Menyediakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan.

2. Mempertahankan hubungan-

hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orangtua

lansia dan anak-anak.

3. Memperkokoh hubungan

perkawinan.

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

47

Page 48: Perkembangan_klg

Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup

mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang dibangkitkan

bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami serangan jantung, stroke atau

kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup

yang sehat merupakan cara-cara yang efektif untuk mengurangi ketentuan terhadap

berbagai penyakit juga merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati,

kanker dan stroke merupakan 2/3 dari semua penyebab kematian antara usia 46 – 64

tahun, dan berbagai kematian urutan keempat (Pusat Statistik Kesehatan Nasional,

1989).

Tugas perkembangan yang kedua berkaitan dengan upaya melestarikan

hubungan yang penuh arti dan memuaskan antara orang tua yang lanjut usia dengan

anak-anak. Dengan menerima dan menyambut cucu mereka ke dalam keluarga dan

meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini dapat mendatangkan

penghargaa yang tinggi Duvall (1977). Tugas perkembangan ini memungkinkan

pasangan usia perpidahan terus merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan

kebahagian yang berasal dari posisi sebagai kakek – nenek tanpa tanggungjawab

sebagai orangtua selama 24 jam. Karena umum harapan hidup meningkat, menjadi

seorang kakek nenek secara khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Spray dan

Mattews, 1982). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu

mereka pada saat-saat kritis dan membantu anak-anak mereka melalui pemberian

dorongan dan dukungan Bengstone dan Robertson, 1985)

Peran yang lebih problematik adalah yang berhubungan dengan dan

membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar yang lebih

yang tua. 86 persen pasangan usia pertengahan minimal memiliki satu orangtua yang

masih hidup (Ages stade, 1988). Jadi, tanggungjawab memberikan perawatan bagi

orangtua lansia yang lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang tidak

asyik. Banyak wanita yang merasa berada dalam “himpitan generasi” dalam upaya

mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orangtua mereka yang berusia lanjut,

anak-anak, dan cucu-cucu mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih

bersifat ekslusif dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika

Latin.

48

Page 49: Perkembangan_klg

Tugas perkembangan ketiga yang hendak dibahas disini adalah tugas

perkembangan untuk memperkokoh hubungan perkawinan. Sekarang pasangan

tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun-tahun dikelilingi oleh anggota

keluarga dan hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan kelegahan,

bagi kebanyakan pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk

berhubungan satu sama lain sebagai pasangan menikah dari pada sebagai orangtua.

Wright dan Leahey, (1984) melukiskan tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi

identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang terjadi secara

bersamaan” (hal. 49). Keseimbangan tendensi-independency antara pasangan perlu di

uji kembali, seperti keinginan independent yang lebih besar dan juga perhatian satu

sama lain yang penuh arti.

Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun dalam

tahun-tahun Postparental tidak mendatangkan kebahagiaan perkawinan, melainkan

menimbulkan “kebohongan”. Menurut Kerrckhoff, (1976) para konseler perkawinan

telah lama mengamati bahwa ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama

tahun-tahun pertengahan, serikali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena

kualitas traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan

diri sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang membosankan.

Masalah-Masalah Kesehatan.

Masalah kesehatan yang disebut dalam seluruh deskripsi tahap siklus kehidupan ini

meliputi :

1. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan

tidur, nutrisi yang baik, program olahraga yang teratur, pengurangan berat

badan hingga berat badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti atau

mengurangi penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.

2. Masalah-masalah hubungan perkawinan.

3. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orangtua

yang berusia lanjut.

4. Masalah yang berhubungan dengan perawatan ; membantu perawatan

orangtua yang berusia atau tidak mampu merawat diri.

49

Page 50: Perkembangan_klg

h. Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau

kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu

pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan

Miller, 1985). Jumlah lansia-berusia 65 tahun atau lebih di negara kami meningkat

dengan pesat dalam dua dekade terakhir ini, dua kali lipat dari sisa populasi. Pada

tahun 1970, terdapat 19,9 juta orang berusia 65 tahun, jumlah ini merupakan 9,8

persen dari seluruh populasi. Menjelang tahun 1990, menurut angka-angka sensus,

populasi lansia berkembangan hingga angka 31,7 juta (12,7 persen dari total

populasi). Menjelang tahun 2020, 17,2 persen penduduk negara ini berusia 65 tahun

atau lebih (gambar 1). Informasi tentang usia populasi menyatakan “penduduk yang

lebih tua” populasi 85 tahun ke atas secara khusus tumbuh dengan cepat. Populasi

berumur di atas 85 tahun tumbuh hingga 2,2 juta jiwa pada tahun 1980.

Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi ini akan berjumlah hingga 7,1 juta jiwa (2,7

persen dari seluruh populasi). Akibat dari semakin majunya pencegahan penyakit dan

perawatan kesehatan, lebih banyak orang yang diharapkan dapat bertahan hidup

hingga 10 dekade. Karena bertambahnya populasi lansia, maka semakin mungkin

orang-orang yang lebih tua akan memiliki minimal 1 orangtua yang masih hidup (Biro

Sensus Amerika, 1984)

15

10

P

5

1940 1950 1960 1970 1980 1990

Tahun

50

Page 51: Perkembangan_klg

Gambar 1. Pertumbuhan Populasi lansia di Amerika Serikat, persentase populasi

diatas 65 tahun (Biro Sensus Amerika Serikat, 1991)

Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut

usia. Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini

merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung

pada sumber-sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang

memuaskan, dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena

sakit, umumnya memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering

merupakan anteseden penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972).

Sebaliknya lansia yang menjaga kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-

sumber ekonomi yang memadai menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua

dan substansial dan senantiasa berpikir positif terhadap kehidupan ini.

Sikap Masyarakat terhadap Lansia.

Masyarakat kami menekankan prestasi-prestasi mereka di masa muda mereka, yaitu

masa jaya kaum muda. Oleh karena itu, kaum dewasa, dengan berdandan, berpakaian,

dan bergaya, mencoba mempertahankan penampilan muda mereka selama mungkin.

Penuaan sering diartikan sebagai hilangnya rambut, teman-teman, aspirasi dan

kekuatan. Bagi komunitas dengan keluarga individu dan keluarga besar, menangani

lansia mempunyai konotasi negatif, seseorang dibebani dengan perasaan yang

menyusahkan dengan masalah-masalah yang menekan. Disamping itu, masyarakat

juga tidak membiarkan kebanyakan lansia tetap produktif. Oleh karena itu, penilaian

masyarakat yang negatif terhadap lansia mempengaruhi citra diri mereka.

Namun sekarang banyak asosiasi dan banyak literatur menyokong dan

melukiskan kekuatan, sumber-sumber dan aspek-aspek positif dari penuaan. Hal ini

sering mengurangi pemikiran negativisme dan stereotipe tentang lansia dan

membantu kita mengenali asset lansia dan keanekaragama gaya hidup yang menyolok

dikalangan kelompok lansia ini.

Sikap kita terhadap penuaan dan lansia, meskipun masih negatif, tampaknya

muluai berubah. Studi-studi belakangan ini yang dilakukan untuk meneliti sikap

masyarakat terhadap lansia telah mengakui bahwa lansia dipandang secara positif

51

Page 52: Perkembangan_klg

(Austin, 1985 ; Schonfield, 1982). McCubbin dan Dahl (1985) melaporkan bahwa

“banyak pengamat percaya bahwa lansia telah memperoleh kembali kehormatan di

Amerika Serikat. Generasi baru lansia berpendidikan lebih baik, lebih makmur, lebih

sehat, dan lebih aktif daripada generasi lansia sebelumnya mendefinisikan kembali

pemikiran tentang “menjadi tua” . Perubahan dalam sikap ini sebaliknya akan

memperkokoh citra kaum lansia terhadap diri mereka sendiri.

Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Lansia dan Keluarga.

Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan, maka

ada berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas

lansia dan pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini

meliputi :

Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara

substansial, mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan

ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah).

Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan

kemudian dipaksa pindah ke tatanan institusi.

Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.

Pekerjaan ; keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan

perasaan produktifitas.

Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan

perawatan bagi pasangan yang kurang sehat.

Pensiun.

Dengan hilangnya peran sebagai orangtua dan kerja, maka perlu ada suatu reorientasi

dikalangan individu dan pasangan lansia. Pensiun membutuhkan resosialisasi

terhadap peran-peran baru dan gaya hidup baru. Akan tetapi, perubahan macam apa

yang dikehendaki, benar-benar tidak jelas, karena peran dan norma-norma bagi lansia

adalah ambigu. Wanita yang benar-benar terpikat dengan peran sebagai ibu dan suami

dan atau istri yang terlibat penuh dalam pekerjaan mereka diprediksi memiliki derajat

kesulitan penyesuaian yang paling tinggi. Untuk mengisi pekerjaan yang kosong, kini

semakin banyak pria yang mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan rumah

tangga, menerima peran-peran yang lebih ekspresif, suatu perubahan yang menuntut

52

Page 53: Perkembangan_klg

pertukaran peranan pada sisi wanita. Penyesuaian suami yang pensiun terhadap tugas-

tugas ibu rumah tangga yang dikerjakan sama-sama tergantung pada sistem nilai

suami. Jika suami memandang jenis pekerjaan tersebut sebagai “pekerjaan wanita”

dan menganggap pekerjaan-pekerjaan tersebut kurang memiliki arti baginya, maka ia

merasa harkatnya turun dalam pekerjaan semacam itu. Troll (1971) menemukan sikap

ini benar-benar terjadi pada pria dari golongan pekerja, yang lebih menghargai peran

tradisional sebagai pencari nafkah dari pada pria dari golongan pekerja, yang lebih

menghargai peran tradisional sebagai pencari nafkah dari pada pria kelas menengah.

Pensiun bagi kaum wanita cenderung tidak terlalu sulit untuk beradaptasi karena

mereka masih punya peran-peran domestik. Selanjutnya, wanita kemungkinan besar

pensiun atas permintaan.

Dalam kasus apa saja, pensiun menuntut modifikasi peran dan merupakan saat

terjadinya penurunan harga diri, pendapatan, status dan kesehatan, paling tidak untuk

sementara. Tapi meskipun timbul tuntutan-tuntuta dan kehilangan-kehilangan yang

baru ini, kebanyakan lansia melaporkan sikap positif terhadap pensiun (Kell dan

Patton, 1978).

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.

Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas paling penting

dari keluarga-keluarga lansia (tabel 11). Perumahan setelah pensiun seringkali

menjadi masalah. Dalam tahun-tahun segera setelah pensiun, pasangan tetap tinggal di

rumah hingga pajak harta benda, kondisi tetangga, ukuran dan kondisi rumah atau

kesehatan memaksa mereka mencari akomodasi yang lebih sederhana. Meskipun

mayoritas lansia memiliki rumah sendiri, namun sebagian besar dari rumah-rumah

tersebut telah tua dan rusak dan banyak yang terletak di daerah-daerah tingkat

kejahatan yang tinggi dimana lansia kemungkinan besar menjadi korban kejahatan.

Seringkali, lansia tinggal di rumah ini karena tidak ada pilihan yang cocok (Kalish,

1975). Namun demikian, lansia yang tinggal di rumah mereka sendiri, umumnya

menyesuaikan diri lebih baik dari pada yang tinggal di rumah anak-anak mereka.

Orangtua biasanya pindah ke salah satu anak mereka karena penurunan kesehatan dan

status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain, dan ini terbukti merupakan suatu

pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia (Lopata, 1973).

53

Page 54: Perkembangan_klg

Tabel 11. Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam

masa pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang

Bersamaan

Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan

Keluarga

Keluarga Lansia 1. Mempertahankan pengaturan hidup

yang memuaskan.

2. Menyesuaikan terhadap pendapatan

yang menurun.

3. Mempertahankan hubungan

perkawinan.

4. Menyesuaikan diri terhadap

kehilangan pasangan.

5. Mempertahankan ikatan keluarga

antar generasi.

6. Meneruskan untuk memahami

eksistensi mereka (penelaahan dan

integrasi hidup).

Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)

Pengaturan hidup seseorang merupakan suatu prediktor kesejahteraan yang

ampuh dikalangan lansia (Berresi et al, 1984). Relokasi merupakan pengalaman

traumatik bagi lansia, apakah itu perpindahan sukarela atau tidak. Itu berarti

meninggalkan pertalian tetangga dan persahabatan yang telah memberikan lansia rasa

aman dan stabilitas. Relokasi berarti berpisah dari warisan seseorang dan isyarat yang

mendukung kenangan lama (Lawton, 1980). Relokasi tidak mempengaruhi semua

lansia dengan cara yang sama. Dengan persiapan yang memadai dan perencanaan

perubahan yang hati-hati, lingkungan baru dapat berpengaruh positif terhadap lansia.

Namun demikian, sejumlah temuan menyatakan bahwa ketika orang-orang lansia

pindah, sering mengakibatkan kemerosotan kesehatan (Lawton, 1985).

Hanya sekitar 5 persen lansia yang tinggal dalam institusi. Kelemahan

memaksa lansia masuk panti perawatan dan rumah pensiun karena kurangnya bantuan

54

Page 55: Perkembangan_klg

di rumah. Penyediaan bantuan secara penuh di rumah atau, yang lebih mungkin,

pelayanan kesehatan paruh waktu dan pelayanan rumah tangga lewat lembaga

kesehatan rumah dan lembaga pelayanan rumah tangga, dirasa lebih manusiawi dan

bersifat protektif terhadap kebutuhan-kebutuhan lansia untuk tetap berada di rumah

sendiri dan tetap mempertahankan kemadiriannya selama mungkin, dan juga jauh

lebih murah dari pada dimasukkan ke dalam institusi. Meskipun sulit, seringkali salah

satu pasangan dan/atau anak-anak yang sudah dewasa dari pasangan tersebut (atau

orangtua yang masih hidup) harus memutuskan cara terbaik yang ditempuh –

pelayanan kesehatan di rumah, panti pensiunan, panti perawatan, atau tinggal dengan

anak-anak yang telah dewasa.

Tugas perkembangan yang kedua bagi keluarga lansia adalah penyesuaian

terhadap pendapatan yang menurun. Ketika pensiun, terjadi penurunan pendapatan

secara tajam dan seiring dengan berlalunya tahun, pendapatanpun semakin menurun

dan semakin tidak memadai karena terus naiknya biaya hidup dan terkurasnya

tabungan. Pada tahun 1989, seperlima dari populasi Amerika Serikat tergolong miskin

atau hampir miskin (AARP, 1990).

Secara substansial, lansia kurang memiliki pendapatan dalam bentuk uang

kontan dibandingkan dengan mereka yang berumur 65 tahun. Kaum lansia amat

sangat tergantung pada keuntungan dan asset pendapatan Jaminan Sosial (Social

security). Lebih banyak lansia wanita yang cenderung miskin ; hampir 71,8 persen

dari seluruh populasi lansia adalah wanita. Kaum lansia dari kalangan kulit hitam dan

hispanik cenderung memiliki pendapatan dan pendapatan rata-rata jauh lebih sedikit

dari rekan mereka dari golongan kulit putih (U.S Senate Special Committee on Aging,

1987-1988).

Karena sering munculnya masalah-masalah kesehatan jangka panjang,

pengeluaran kesehatan merupakan masalah finansial yang utama. Kaum lansia lebih

banyak menghabiskan uang untuk perawatan kesehatan – baik dalam nilai riil dollar

maupun dalam bentuk persentase total pengeluaran bila dibandingkan dengan yang

bukan lansia. Medicare tentu saja mengurangi sebagian dari masalah ini, tapi masih

belum bisa diprediksi dan masih banyak pengeluaran dengan uang sendiri yang harus

dibayar. Misalnya bagian B dari Medicare meliputi hanya 80 persen dari biaya “yang

55

Page 56: Perkembangan_klg

layak” untuk pelayanan medis. Karena tipe dari sistem pembayaran biaya atas

pelayanan (fee for service), banyak dokter akan menyuruh pasiennya untuk kembali

beberapa kali dari pada yang dibutuhkan untuk memberikan perawatan medis yang

efektif dan aman. Medicaid juga disediakan untuk mereka yang tergolong fakir miskin

dan memenuhi kualifikasi Supplementary Security Income (SSI). Program asuransi

kesehatan ini melengkapi cakupan Medicare.

Karena umur harapan hidup meningkat, lebih banyak lagi lansia yang hidup

bertahun-tahun dengan masalah kesehatan. Meskipun wanita hidup lebih lama dari

pada pria, dan kesenjangan umur harapan hidup antara pria dan wanita meningkat,

banyak pula pasangan menikah yang dapat bertahan hidup lebih lama. Masalah-

masalah perawatan bagi pasangan lansia lebih sulit dari pada pensiunan janda. Sedikit

pertimbangan diberikan bagi unit keluarga dalam tahap siklus kehidupan ini, selama

orang tersebut memiliki kemungkinan dalam kemiskinan sebagai akibat dari biaya

kesehatan yang meninggi dan masalah-masalah sosial.

Mempertahankan hubungan perkawinan yang merupakan tugas perkembangan

yang ketiga, menjadi penting dalam kebahagiaan keluarga. Perkawinan yang

dirasakan memuaskan dalam tahun-tahun berikutnya biasanya mempunyai sejarah

positif yang panjang, dan sebaliknya. Riset membuktikan bahwa perkawinan

mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktifitas yang berlangsung dari

kedua pasangan lansia (Lee, 1978).

Salah satu mitos tentang lansia adalah bahwa dorongan seks dan aktivitas

seksual mungkin tidak ada lagi (atau tidak boleh ada). Akan tetapi, sebuah riset

memperlihatkan kebalikannya. Studi-studi semacam ini menemukan bahwa meskipun

terjadi penurunan kapasitas seksual secara perlahan-lahan, namun keinginan dalam

kegiatan seksual terus ada bahkan meningkat (Lobsenz, 1975). Sehat sakit kadang-

kadang menurunkan dorongan seksual, tapi biasanya, menurunnya aktifitas seksual

disebabkan oleh masalah-masalah sosio emosional.

Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan, yang merupakan tugas

perkembangan yang keempat, secara umum merupakan perkembangan yang paling

traumatis. Sebagaimana ditunjukkan pada data statistik di bawah ini, wanita lansia

56

Page 57: Perkembangan_klg

lebih menderita karena kematian pasangannya dari pada pria. Menurut angka statistik

tahun 1986, tiga perempat dari seluruh lansia hidup bersama pasangan mereka,

sementara hanya 38 persen wanita lansia yang hidup dengan pasangan mereka, 51

persen adalah janda (U.S Senate Special Committee on Aging, 1987-1988).

Dibandingkan dengan kelompok muda, lansia menyadari kematian sebagai

bagian dari proses kehidupan yang normal. Sebuah studi menyatakan bahwa hanya 3

dari 80 persen lansia yang merasa sulit untuk membicarakan kematian (Duval, 1977).

Akan tetapi, kesadaran akan kematian tersebut tidak berarti bahwa pasangan yang

ditinggalkan akan menemukan penyesuaian terhadap kematian dengan mudah.

Kehilangan pasangan pasti membawa pengaruh, janda-janda yang ditinggal mati

suami lebih awal, dan yang masih hidup kemungkinan besar akan mengalami masalah

kesehatan yang serius (isolasi sosial, mau bunuh diri atau sakit jiwa). Selain itu,

hilangnya seorang pasangan menuntut reorganiasi fungsi keluarga secara total. Ini

khususnya sulit dicapai secara memuaskan, karena kehilangan mengurangi sumber-

sumber emosional dan ekonomi yang diperlukan untuk menghadapi perubahan

tersebut. Bagi wanita, ini berarti perubahan dari saing ketergantungan dan membagi

kegiatan-kegiatan kehidupan bersama-sama menjadi sendiri atau bergabung dengan

kelompok wanita lansia yang tidak punya ikatan. Bagi pria, kehilangan pasangan

hidup berarti kehilangan teman-teman serta hubungan sanak famili, keluarga, dan

dunia sosial secara umum. Duda lansia tidak punya minat yang sama atau tidak punya

kemampuan melaksanakan peran-peran ibu rumah tangga, dan seringkali

membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan, menjalankan tugas rumah

tangga dan perawatan umum.

Besarnya penyesuaian diri yang sulit dapat dilihat dari meningkatnya kasus

bunuh diri dalam kelompok individu diatas 65 tahun. Meskipun terjadi peningkatan

kasus bunuh diri dikalangan wanita diatas 65 tahun, namun jumlah terbesar kasus

bunuh diri ditemukan dikalangan populasi pria lansia. Sebuah tinjauan beberapa studi

kasus tentang bunuh diri dikalangan kelompok ini menunjukkan bahwa usaha untuk

bunuh diri dan bunuh diri yang telah terjadi sering terjadi setelah kematian pasangan

hidup (Rushing, 1968).

57

Page 58: Perkembangan_klg

Studi-studi tentang janda secara konsisten mempelajari kondisi-kondisi hidup

janda yang sulit dan kehidupan janda. Janda memiliki moral yang lebih rendah dan

memiliki peran-peran sosial yang lebih sedikit dari pada wanita bersuami dalam

kelompok umur yang sama. Para janda memiliki uang sedikit untuk hidup mereka dan

terbukti perawatan diri mereka sangat memprihatinkan dalam kaitannya dengan diet,

latihan, alkohol, konsumsi tembakau (Hutchison, 1975). Bild dan Havighurst (1976),

dalam sebuah studi besar tentang lansia di Chicago Amerika Serikat, melaporkan

bahwa kematian pasangan melunturkan dukungan paling kuat dari lansia, meskipun

anak-anak (jika ada) mengisi kekosongan tersebut. Banyak dari mereka yang

terisolasi adalah “mereka yang tidak pernah menikah” dan janda tanpa anak.

Tugas perkembangan yang kelima menyangkut pemeliharaan ikatan keluarga

antargenerasi. Meskipun ada suatu kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri

dari hubungan sosial, keluarga tetap menjadi fokus interaksi-interaksi sosial lansia

dan sumber utama dukungan sosial. Karena lansia menarik diri dari aktifitas-aktifitas

dunia sekitarnya, hubungan-hubungan dengan pasangan, anak-anak dan cucu-cucu

dan saudara-saudaranya menjadi lebih penting. Mayoritas lansia di Amerika hidup

dekat dengan anggota keluarga besar dan sering melakukan kontak dengan mereka

(Harris et al, 1975 ; Shanas, 1968, 1980). Oleh karena itu, anggota keluarga

merupakan sumber utama bantuan dan interaksi sosial. Keluarga lansia biasanya

saling memberikan bantuan satu sama lain sejauh mereka mampu.

Karena menjadi orangtua, mereka harus memahami keberadaan mereka.

Berbicara tentang kehidupan masa lalu seseorang yang disebut penelaahan hidup (life

review) merupakan aktifitas yang vital dan umum, karena aktifitas ini

menggambarkan suatu penelaahan terhadap arti sentral dari kehidupan. Aktivitas ini

dipandang sebagai tugas perkembangan “tipe kognitif” yang keenam. Hal penting dari

aktifitas ini terletak pada fakta bahwa penelaahan kehidupan memudahkan

penyesuaian terhadap situasi-situasi yang sulit dan memberikan pandangan terhadap

kejadian-kejadian masa lalu. Lansia sangat peduli dengan kualitas hidup mereka dan

berharap agar dapat hidup terhormat dengan kemegahan dan penuh arti (Duvall,

1977).

58

Page 59: Perkembangan_klg

Masalah-Masalah Kesehatan.

Berdasarkan laporan tahun 1987-1988 yang dikeluarkan oleh US. Senate

Special Committee on Aging, lansia merupakan pemakai pelayanan kesehatan paling

menonjol. Lebih dari 4 dari 5 lansia memiliki minimal satu kondisi kronis dan kondisi

multipel yang lazim diderita oleh lansia. Lansia merupakan 12 persen dari total

populasi, tapi mereka menggunakan 33 persen dari pembelajaan perawatan kesehatan

di Amerika Serikat.

Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-sumber

finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak kehilangan lainnya

yang dialami oleh lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia

(Kelley et al, 1977). Oleh karena itu, terdapat masalah-masalah kesehatan yang

multipel. Pasangan atau individu lansia dalam semua fase sakit kronis mulai dari fase

akut hingga fase rehabilitasi sangat membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang

terkait secara medis (pengkajian fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi

keperawatan (mengkaji respons klien terhadap sakit dan pengobatan serta kemampuan

koping) adalah relevan disini. Promosi kesehatan tetap menjadi hal yang sangat

penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pecegahan cidera, penggunaan obat

yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.

Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan dengan

sejumlah masalah termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-masalah psikologis

adalah masalah kesehatan yang serius, khususnya bila bersama-sama dengan sakit

fisik. Pengkajian dan penggunaan sistem dukungan sosial keluarga atau individu

harus menjadi bagian integral dari perawatan kesehatan keluarga.

Proses menua dan menurunnya kesehatan menyebabkan betapa pentingnya

pasangan menikah saling menolong satu sama lain. Karena wanita hidup lebih lama

dari pada pria, dan biasanya mereka orang yang membantu suami yang sakit atau

yang tidak berdaya. Dalam kebanyakan kasus, penyakit bersifat kronis dan

berkembang menjadi tak berdaya, sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan terhadap

situasi terakhir. Suami menemukan tugas merawat istri sebagai suatu tugas yang lebih

sulit, karena peran merawat, memelihara dan menjadi ibu rumah tangga semata-mata

masih sebagai peran wanita.

59

Page 60: Perkembangan_klg

Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi secara luas dan menimbulkan banyak

masalah yang berkaitan dengan penuaan (lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada

beberapa lagi).

Masalah yang berkaitan dengan perumahan, penghasilan yang cocok, rekreasi

dan fasilitas perawatan kesehatan yang adekuat secara merugikan mempengaruhi

status kesehatan lansia. Kejadian seperti jatuh dan kecelakaan lain di rumah sangat

banyak, sehingga alat-alat dalam lingkungan yang aman merupakan kebutuhan yang

penting. Program-program pemerintah tidak secara adekuat menyediakan pensiun

yang aman, seperti terlihat pada masalah-masalah yang menyangkut penggunaan

panti perawatan, fasilitas-fasilitas board-on-care jangka panjang dan rumah sakit jiwa

laksana gudang di bawah tanah.

Para profesional di bidang kesehatan keluarga dapat memberikan begitu

banyak bantuan tidak langsung dengan merujuk individu atau pasangan lansia atau

individual ke sumber-sumber komunitas yang sesuai dengan memperbaiki masalah-

masalah mereka. Beberapa sumber-sumber komunitas ini adalah :

(1) Senior centre yang menawarkan rekreasi, program-program pendidikan lanjutan,

beberapa pelayanan kesehatan dan (kadang-kadang) dan pelayanan hukum …; (2)

Pelayanan informasi dan rujukan yang memberikan informasi yang relevan sebagai

respons terhadap panggilan telepon atau kunjungan ; (3) pelayanan perawatan rumah

tangga, meliputi memasak dan membersihkan serta menciptakan hubungan sosial,

pelayanan-pelayanan yang mungkin beberapa lansia tetap tinggal di rumah mereka

sendiri dari pada harus ditempatkan di institusi … ; (4) Fasilitas-fasilitas perawatan

sehari untuk geriatrik, dimana lansia mendapat supervisi dan berbagai pelayanan

seharian penuh, biasanya hanya untuk lansia yang tidak mampu menggunakan senior

centre ; (5) program-program nutrisi, beberapa program dilakukan dengan

mengangkut ke suatu tempat tempat untuk makan dan beberapa program yang lain

seperti Meals on Wheels, mengirim makanan kepada lansia yang tidak bisa berjalan ;

(6) program kakek nenek angkat, sebuah program yang disubsidi pemerintah federal

yang membayar perawatan, tutor, atau bermain dengan anak-anak yang dimasukkan

dalam institusi untuk lansia dengan pendapatan rendah ; (7) Retired Senior Volunteer

Program, jika disubsidi pemerintah federal yang membantu menyediakan pelayanan

komunitas untuk lansia (Kalish, 1975, hal. 117). (8) pelayanan penanganan kasus.

60

Page 61: Perkembangan_klg

4. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga pada Keluarga Cerai

Salah satu variasi utama dalam siklus kehidupan keluarga akan kelihatan

ketika orangtua bercerai. Meskipun mayoritas keluarga masih tetap terdiri dari

pasangan-pasangan menikah, salah satu perubahan paling menonjol yang terjadi lebih

dari dua dekade adalah naiknya perceraian dan meningkatnya posisi wanita sebagai

kepala rumah tangga (88 persen keluarga orangtua tunggal adalah keluarga yang

terdiri dari ibu dan anak). Dari tahun 1970 hingga 1984 jumlah keluarga dengan satu

orangtua berlipat ganda (dari 3,2 juta pada tahun 1970 menjadi 6,7 juta pada tahun

1984) sementara itu jumlah pasangan yang cerai meningkat hampir 300 persen (Biro

Sensus Amerika Serikat, 1986). Kini, perceraian merupakan hal yang lazim (hampir

50 persen perkawinan diakhiri dengan perceraian) bahwa kejadian tersebut dipandang

sebagai suatu transisi normatif.

Keluarga bercerai dengan orangtua tunggal melewati tahap-tahap siklus

kehidupan yang sama, dengan tanggungjawab yang hampir sama seperti keluarga inti

dengan dua orangtua. Perbedaan dasarnya adalah tidak adanya orangtua kedua untuk

melakukan tugas-tugas keluarga bersama-sama berkenaan dengan dukungan,

pengasuhan anak, persahabatan dan menjadi model peran jenis kelamin bagi anak-

anak. Hill (1986) menerangkan bahwa “perbedaan pada jalur-jalur perkembangan

keluarga dengan orangtua tunggal dan keluarga dengan dua orang terutama akan

kelihatan bukan pada tahap-tahap yang dihadapi, melainkan dalam jumlah, waktu, dan

lamanya transisi-transisi kritis yang dialami” .

Carter dan McGoldrick (1988) mengkonseptualisasikan perceraian sebagai

suatu gangguan dan dislokasi siklus kehidupan keluarga. Perceraian, dengan

kehilangan-kehilangannya dan perubahan-perubahan keanggotaan keluarga,

menciptakan destabilisasi dan ketidakseimbangan pokok keluarga. Peck dan

Manocharian (1988) menekankan dampak perceraian secara emosional dan fisik

terhadap keluarga. “Perceraian mempengaruhi anggota keluarga disetiap tingkat

generasi seluruh keluarga inti dan keluarga besar, dengan demikian menghasilkan

krisis bagi keluarga secara keseluruhan dan juga setiap individu dalam keluarga

tersebut” .

61

Page 62: Perkembangan_klg

Mengenai keluarga inti dengan dua orangtua, terdapat perubahan yang krusial

pada peran dan hubungan dan tugas-tugas perkembangan keluarga yang penting untuk

dicapai agar keluarga cerai dapat bergerak maju (Carter dan McGoldrick, 1988).

Sebagai suatu kekuatan destruktif, perceraian menambah kompleksitas tugas-tugas

perkembangan yang dialami oleh keluarga. Setiap tahap siklus kehidupan berikutnya

dipengaruhi pula, sehingga tahap pasca perceraian perlu dipandang dalam konteks

dari tahap itu sendiri dan konsekuensi cerai.

Setelah terjadi perceraian, riset terhadap sistem keluarga menemukan bahwa

diperlukan waktu antara 1 hingga 3 tahun bagi keluarga cerai untuk memantapkan

keluarga tersebut. Jika sebuah keluarga dapat mengatasi krisis dan transisi penyerta

yang harus dialami dalam rangka untuk memantapkan kembali, keluarga tersebut

akan membentuk sistem yang lentur yang akan memungkinkan suatu kesinambungan

proses perkembangan keluarga yang normal” (Peck dan Manocharian, 1988, hal.

335). Carter McGoldrik membuat ringkasan tulisan-tulisan dari Ahrons (1980)

tentang proses penyesuaian yang dialami oleh keluarga-keluarga cerai, termasuk

proses emosional yang terjadi secara bersama-sama dan masalah-masalah

perkembangan keluarga.

Untuk menguraikan dampak perceraian pada tahap-tahap siklus kehidupan

keluarga, pertama-tama perlu dikatakan bahwa dampak tersebut bermacam-macam,

tergantung pada tahap apa keluarga tersebut berada ketika terjadi perceraian. Faktor-

faktor lain juga membuat perbedaan pada dampak tersebut, seperti faktor suku, sosial

dan ekonomi. Selama tahap pertama perkawinan, perceraian mempunya sifat

menghancurkan yang paling sedikit karena hanya sedikit orang yang terlibat, sedikit

transisi yang terbentuk dan hanya sedikit ikatan sosial berdasarkan pasangan suami

istri yang terbentuk (Peck dan Manocharian, 1988). Dampak ini jauh lebih besar pada

tahap ketiga dan keempat dalam keluarga dengan anak usia prasekolah dan usia

sekolah. Malahan, keluarga selama masa ini memiliki resiko cerai paling tinggi.

Anak-anak kecil adalah yang mula-mula paling dipengaruhi oleh perceraian

orangtua. Anak-anak dapat mengalami kemunduran dalam perkembangannya,

membuat pengasuhan anak dan pisah orangtua dan anak menjadi sulit. Bagi ibu,

menjadi orangtua tunggal seringkali sangatlah sulit, karena dialah yang berjuang

62

Page 63: Perkembangan_klg

secara emosional maupun secara ekonomi. (Status ekonomi setelah keluarga-keluarga

dengan kepala keluarga wanita amat menurun setelah cerai). Masalah utama yang

sering dilihat adalah bahwa ayah kehilangan rasa keterikatan dengan anak-anaknya

dan/atau kasih sayang ibu kepada anak-anak dan marahnya kepada ayah

menyebabkan tidak tempat bagi ayah. Namun demikian, menjaga hubungan antara

ibu-anak dan ayah-anak merupakan hal yang penting bagi kedua orangtua dan anak-

anak. Namun malangnya, bagi ayah dan anak, sebagian besar anak-anak sebenarnya

kehilangan kontak dengan ayah mereka setelah cerai. (Hagestad, 1988)

Ketika perceraian menimpa keluarga dengan anak usia sekolah, dampak

jangka panjang perceraian jauh lebih hebat pada anak usia sekolah. Dalam sebuah

penelitian terungkap bahwa usia enam hingga delapan tahun merupakan kelompok

usia yang mempunyai waktu yang sulit dalam menyesuaikan terhadap perceraian

(Wallerstein dan Kelly, 1980). Anak-anak sudah cukup dewasa ketika mereka

menyadari apa yang sedang terjadi, namun mereka tidak bisa mengatasi perceraian

tersebut secara efektif.

Keluarga dengan anak remaja biasa sudah dalam keadaan kacau balau, dan

perceraian memperburuk masalah tersebut. Untuk orangtua tunggal, mengasuh remaja

merupakan hal yang sulit. Pengasuhan anak secara bersama-sama juga merupakan

masalah bila remaja mempunyai masalah menyangkut tingkah laku. Pada mulanya,

upaya memperbaiki masalah tersebut lewat tugas perkembangan dan siklus kehidupan

keluarga, tertunda.

Dalam tahap-tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya anak-anak mungkin

kurang terpengaruh bila dibandingkan dengan tahap siklus kehidupan berikutnya

karena mereka sudah lebih dewasa dan lebih mampu untuk mengatasi dan berfungsi

lebih otonom. Akan tetapi dalam hal perceraian yang terjadi di usia pertengahan,

mungkin anak-anak telah memasuki usia dewasa sehingga menerima ketergantungan

orangtua, khususnya ibu, bila orangtua berbalik kepada seorang anak untuk meminta

dukungan selama krisis perceraian.

Selama tahap-tahap siklus kehidupan terakhir ini, perceraian secara khusus

benar-benar traumatis bagi pasangan yang bercerai. Tahun-tahun yang dimiliki

63

Page 64: Perkembangan_klg

bersama-sama, kenangan-kenangan dan kebiasaan telah membentuk “identitas

pasangan”. Perceraian pada tahun-tahun berikutnya disamakan seperti kematian

seorang pasangan, kemudian menurut beberapa literatur tentang perceraian.

5. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan pada Keluarga dengan Orangtua Tiri.

Perceraian biasanya merupakan keadaan transisi, yang kemudian diikuti oleh

perkawinan kembali. Perkawinan kembali begitu menonjol dipertengahan tahun 1980-

an, dimana hampir setengah dari seluruh perkawinan merupakan perkawinan kembali

(Biro Servis Amerika Serikat, 1986). Sebelum usia 40 tahun, baik suami maupun istri

sama-sama melakukan perkawinan kembali, tapi setelah usia 40 tahun perkawinan

kembali secara tidak seimbang merupakan suatu tradisi bagi pria (Agestad, 1988).

Pada tabel 13 Carter dan McGoldrick, 1988 mengemukakan garis besar

perkembangan formasi keluarga yang kawin kembali – langkah-langkah dalam proses

perkawinan ulang, sikap yang menjadi prasyarat, dan masalah-masalah

perkembangan. Proses promosi keluarga pada masa transisi hingga perkawinan

kembali merupakan suatu proses yang mengikuti perjuangan dengan rasa cemas akan

investasi dalam suatu perkawinan baru dan sebuah keluarga baru, menghadapi

perselisihan atau reaksi-rekasi yang mengganggu dari anak-anak, keluarga besar, dari

mantan pasangan ; cemas dengan situasi keluarga baru yang mendua, perasaan

bersalah dan prihatin terhadap kesejahteraan anak-anak, dan memperbaharui kasih

sayang (negatif maupun positif) terhadap matan suami atau istri. Perkawinan kembali,

sekali lagi karena merupakan proses tradisional yang distruktif, menghalangi gerakan

keluarga melewati dan menyelesaikan tugas perkembangan keluarga. Penyesuaian

dan integrasi orangtua ini, seperti halnya penyesuaian terhadap perceraian, tampaknya

kebutuhan dua hingga tiga tahun sebelum struktur yang baru memungkinkan keluarga

bergerak berdasarkan perkembangan (Carter dan McGoldrick, 1988).

64

Page 65: Perkembangan_klg

Tabel 12 Gangguan-Gangguan Siklus Kehidupan Keluarga oleh Perceraian,

Membutuhkan Langkah-Langkah Tambahan untuk menstabilkan kembali dan

melewati tahap perkembangan.

Fase Proses Transisi Emosi Sikap

Yang Menjadi Prasayarat

Isu-Isu Perkembangan

1.

2.

3.

4.

Keputusan

untuk bercerai

Merencanakan

untuk

mengakhiri

sistem

Pisah

Perceraian

Penerimaan ketidakmampuan

menyelesaikan ketegangan-

ketegangan dalam perkawinan

untuk meneruskan hubungan.

Mendukung rencana-rencana

yang viabel untuk semua bagian

sistem.

a. Keinginan untuk

melanjutkan hubungan

sebagai orangtua yang

bersifat kooperatif dan

memberikan dukungan

keuangan kepada anak-anak

secara bersama-sama.

b. Mempengaruhi resolusi

kasih sayang terhadap

pasangan.

Lebih mempengaruhi terhadap

perceraian emosional ;

mengatasi perasaan terluka,

Penerimaan bagian milik

seseorang dalam kegagalan

perkawinan

a. Bekerja secara kooperatif

pada masalah-masalah

tanggungjawab,

kunjungan dan

keuangan.

b. Menghadapi keluarga

besar dalam hal

perceraian.

a. Bersedih karena merasa

kehilangan seluruh

keluarga.

b. Restrukturisasi hubungan

perkawinan dan

hubungan orang tua anak

dan restrukturisasi

keuangan ; adaptasi

terhadap hidup pisah.

c. Pembentukan kembali

hubungan dengan

keluarga besar ; tetap

berhubungan dengan

keluarga dari pasangan.

a. Bersedih karena

kehilangan keluarga

yang utuh ;

65

Page 66: Perkembangan_klg

amarah, dan perasaan bersalah,

dll

menghentikan fantasi

untuk berhubung

kembali.

b. Menarik kembali

harapan, impian-impian

dari perkawinan.

c. Tetap berhubungan

dengan keluarga besar.

1.

2.

Orangtua

tunggal (rumah

tangga kustodial

atau residen

primer)

Orangtua

tunggal

(nonkustodial)

Kerelaan untuk tetap

memelihara tanggungjawab

finansial, terus melakukan

kontak sebagai orangtua dengan

mantan pasangan dan

mendukung kontak anak-anak

dengan mantan pasangan dan

dengan keluarganya.

Kerelaan untuk tetap menjaga

kontak sebagai orangtua dengan

mantan pasangan dan

mendukung hubungan orangtua

dengan anak-anak yang bersifat

melindungi.

a. Membuat jadwal

kunjungan yang fleksibel

dengan mantan pasangan

dan keluarganya.

b. Membangun kembali

sumber-sumber finansial

sendiri.

c. Membangun kembali

jaringan sosial sendiri.

a. Mencari cara-cara untu

melanjutkan hubungan

sebagai orangtua yang

efektif dengan anak-

anak.

b. Mempertahankan

tanggungjawab finansial

terhadap anak-anak dan

mantan pasangan

c. Membangun jaringan

sosial sendiri

(Dari : Carter B dan McGoldrick H, eds The Changing Family Life Cycle, 2nd ed, New

York, Gardner Press, 1988, p.22)

66

Page 67: Perkembangan_klg

Tabel 13. Pembentukan Keluarga Perkawinan Kembali : Garis Besar

Perkembangan

Langkah-Langkah Sikap yang menjadi

prasayarat

Isu-Isu Perkembangan

1. Memasuki hubungan

baru

2. Mengkonseptualisasi

dan merencanakan

perkawinan dan

keluarga baru.

Pulih dari kehilangan

perkawinan pertama

(“perceraian emosional” yang

adekuat)

Menerima perasaan takut

sendiri dan rasa takut dari

pasangan dan anak-anak yang

baru akan perkawinan kembali

dan membentuk sebuah

keluarga tiri.

Menerima bahwa perlu waktu

dan kesabaran untuk

penyesuaian terhadap

kompleksitas dan ambiguitas

dari :

1. Peran baru yang multipel

2. Batas-batas : ruang, waktu,

keanggotaan dan

wewenang.

3. Masalah-masalah afektif :

rasa bersalah, konflik-

konflik loyalitas keinginan

untuk melakukan hal yang

bersifat mutualitas,

perasaan terluka di masa

lalu yang belum hilang.

Komitmen terhadap

perkawinan dan upaya

pembentukan sebuah

keluarga dengan kesiapan

untuk menghadapi

kompleksitas dan

ambiguitas.

a. Mengupayakan

keterbukaan dalam

hubungan-hubungan

baru untuk menghindari

hubungan timbal balik

yang palsu.

b. Rencana pemeliharaan

kerja sama finansial dan

hubungan sebagai

orangtua dengan

mantan pasangan.

c. Rencana untuk

membantu anak-anak

untuk menghadapi

cemas, konflik-konflik

loyalitas dan

keanggotaan dalam dua

sistem.

d. Pembentukan kembali

hubungan dengan

keluarga besar untuk

memasukkan pasangan

dan anak-anak yang

baru.

67

Page 68: Perkembangan_klg

3. Kawin kembali dan

membangun

keluarga kembali

Penyelesaian akhir ikatan kasih

dengan mantan pasangan dan

“keutuhan” keluarga ;

penerimaan model keluarga

yang berbeda dengan batas-

batas yang permeabel.

a. Restrukturisasi batas-

batas keluarga untuk

memungkinkan

memasukkan pasangan/

orang tua tiri baru.

b. Pembentukan hubungan

baru dan pengaturan

keuangan di seluruh

subsistem agar bisa

menciptakan jalinan

beberapa sistem.

c. Menciptakan ruang bagi

hubungan semua anak-

anak dengan orangtua

kandung, kakek-nenek,

dan keluarga besar

lainya.

d. Berbagi kenang-

kenangan dan sejarah

untuk memperkokoh

penyatuan keluarga tiri.

6. Pengaruh Sakit dan Cacat terhadap Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Sakit yang serius atau cacat jangka panjang dari seorang anggota keluarga

sangat mempengaruhi keluarga dan fungsi keluarga, karena prilaku keluarga sangat

mempengaruhi perjalanan dan karakteristik sakit atau cacat (Bahnson, 1987). Sakit

yang serius atau cacat amat mempengaruhi perkembangan keluarga, dan

perkembangan anggota keluarga secara individual, khususnya anggota yang sakit atau

cacat. Seringkali bila keluarga lambat dalam memenuhi tugas-tugas

perkembangannya, interaksi dari tuntutan lain stressor perkembangan dan

tuntutan/stressor situasi memperburuk dan membebani keluarga. Stres tambahan

yang ditimbulkan oleh kedua jenis stressor tersebut sering menurunkan fungsi

keluarga, akibatnya penguasaan tugas-tugas perkembangan terhalang atau terhambat.

68

Page 69: Perkembangan_klg

Sajauh mana tugas-tugas perkembangan dipengaruhi tergantung pada

beberapa faktor. Sudah tentu yang pertama adalah tahap siklus kehidupan keluarga ;

kedua adalah anggota keluarga menjadi sakit serius atau cacat sehingga menciptakan

suatu perbedaan. Beberapa tahap siklus kehidupan tertentu mempunyai bahaya dalam

hal perkembangan dan individu-individu tertentu dalam keluarga lebih terpusat dalam

hubungannya dengan tugas-tugas perkembangan keluarga dari tahap perkembangan

tertentu. Misalnya, dalam sebuah keluarga dengan remaja, jika remaja itu menderita

cedera serius dan dalam keadaan tidak mandiri, ini sangat menghambat penguasaan

tugas-tugas perkembangan oleh remaja tersebut karena lebih tergantung pada

keluarga. Demikian juga dengan tugas perkembangan uang menangani kebebasan

berimbang dengan rasa tanggung jawab sehingga membantu remaja ini agar lebih

otonom akan terhambat juga. Tantangan bagi keluarga adalah berupaya untuk

memulai lagi memperhatikan tugas-tugas perkembangan normal secepat mungkin.

Faktor penting lain yang menciptakan perbedaan mengenai dampak sakit atau

cacat terhadap perkembangan keluarga adalah sumber-sumber formal dan informal

yang digunakan oleh keluarga. Sebuah sistem pendukung sosial yang baik dari

keluarga besar dan teman-teman, dan juga dukungan psikososial dan kesehatan yang

kompeten akan memperbesar pengertian keluarga untuk kembali pada jalur

perkembangan agar lebih cepat.

Bila bekerja dengan sebuah keluarga dengan sakit yang serius atau cacat,

adalah sangat bermanfaat untuk membandingkan tugas-tugas perkembangan keluarga

yang “ideal” dalam suatu tahap siklus kehidupan yang sesuai dengan tingkah laku

keluarga yang aktual (Friedman, 1987). Tipe perbandingan ini bermanfaat untuk

mengevaluasi dampak yang mungkin dari sakit atau cacat pada keluarga.

69

Page 70: Perkembangan_klg

C. AREA PENGKAJIAN

Dalam keseluruhan proses pengkajian, berfokus pada siklus kehidupan keluarga

akan mempertinggi pemahaman seorang profesional kesehatan keluarga tentang stress

yang menimpa keluarga dan masalah-masalah keluarga yang aktual atau potensial.

Dalam menyelesaikan bagian perkembangan dari pengkajian keluarga, area-area yang

dianjurkan adalah sebagai berikut :

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.

2. Sejauhmana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan keluarga untuk

tahap perkembangan saat ini. Adalah penting untuk memperhatikan deviasi-

deviasi dari norma, karena deviasi ini dapat menjadi petunjuk adanya

hambatan atau masalah.

3. Riwayat keluarga sejak lahir hingga saat ini termasuk tugas perkembangan

keluarga dan kesehatan serta kejadian dan pengalaman yang berhubungan

dengan kesehatan (mis, perceraian, kematian, kehilangan) yang terjadi dalam

kehidupan keluarga. Beberapa dari informasi ini (perceraian, perkawinan,

kematian) dapat dimasukkan ke dalam genogram keluarga .

4. Keluarga asal kedua orangtua (seperti apa kehidupan keluarga asal, hubungan

masa lalu dan kini dengan kakek-nenek.)

Seperti telah disebutkan sebelumnya pengalaman dan persepsi keluarga yang

umum dan unik, karena mereka berkembang melewati siklus kehidupan keluarga,

harus dikaji untuk membuat riwayat perkembangan keluarga yang lebih

komprehensif. Riwayat keluarga harus juga meliputi deskripsi tentang keluarga asal

orangtua karena jelas sekali bahwa pengaruh-pengaruh asal generasi terhadap

kehidupan keluarga adalah sangat penting.

Mungkin akan lebih signifikan untuk menggali riwayat perkembangan

keluarga. Adalah penting untuk memastikan apakah keluarga yang sedang anda

tangani terbuka terhadap ekplorasi masa lalu dan apakah pengumpulan data historis

anda dalam bidang tertentu relevan untuk memahami dan bekerja dengan keluarga.

Perlu diulangi kembali bahwa data perkembangan data riwayat keluarga dapat

dikumpulkan sedikit demi sedikit dengan (1) menanyakan pengalaman-pengalaman

70

Page 71: Perkembangan_klg

dan tugas-tugas yang umum dan bagaimana hal-hal ini dicapai dan dirasakan dan (2)

menanyakan masalah-masalah atau pengalaman keluarga yang khusus atau unit. Yang

kedua meliputi perceraian, kematian dalam keluarga itu atau keluarga besar, pisah

karena sakit atau dinas militer, pengangguran dan lain-lain. Menanyakan orangtua

tentang hubungan mereka di masa lalu dan sekarang dengan orientasi keluarga

mereka dan bagaimana bentuk kehidupan keluarga besar memberikan perawat

keluarga apresiasi dan pemahaman yang baik tentang orangtua mereka selama tahun-

tahun pertumbuhan mereka.

Untuk menggali riwayat keluarga, Satir (1983) mengawalinya dengan

memberi kesempatan pertama pada orangtua untuk berbicara tentang hubungan

perkawinan mereka, memfokuskan pada hubungan ini karena orangtua merupakan

arsitek keluarga. Satir dan orangtua dengan anak-anak hadir (jika ada, membahas

bidang-bidang berikut ini :

Pertemuan pertama pasangan, hubungan mereka sebelum menikah, dan

bagaimana mereka memutuskan untuk menikah.

Halangan-halangan apa saja terhadap perkawinan mereka. Respons mereka

terhadap pergaulan.

Perkawinan tanpa anak, bagaimana mereka membuat tugas dan peran.

Seperti apa kehidupan dilingkungan di keluarga, termasuk orientasi

keluarga dari kedua orangtua.

Siapa orang lain yang hidup bersama keluarga.

Hubungan dengan para ipar.

Deskripsi tentang orangtua dari masing-masing pasangan dan hubungan

mereka dengan orangtua tersebut.

Rencana untuk mempunyai anak. Apakah kelahiran anak-anak

direncanakan? Apa dampak dari lahirnya setiap anak?

Berapa lama anak-anak berkumpul bersama-sama?

Rutinitas keluarga sehari-hari.

Smoyak, (1975), dalam praktik keperawatannya sebagai ahli terapi keluarga,

menekankan pentingnya mengkaji orientasi respektif keluarga orangtua. Smoyak juga

mencari tahu posisi original masing-masing orangtua dikalangan sanak saudaranya,

dengan mengutip konstelasi keluarga oleh Toman, (1961) yang memperlihatkan

71

Page 72: Perkembangan_klg

bahwa posisi ini sangat mempengaruhi tipe interaksi dan hubungan yang tidak

dimiliki seseorang, dan juga perkembangan kepribadian seseorang. Misalnya, Toman

menemukan bahwa anak-anak yang dilahirkan pertama lebih cocok untuk jadi

pemimpin bagi adik-adiknya, sedangkan sebaliknya anak-anak bungsu biasanya tidak

menjadi pemimpin yang lain. Satu hal penting dari informasi yang berhubungan

dengan keluarga asal kedua pasangan meliputi keadaan kesehatan perkawinan

pasangan orangtua itu sendiri. Apakah mereka masih hidup, dalam keadaan baik, telah

menikah, hidup bersama, tinggal berdekatan, atau secara geografis berjauhan?

(Smoyak, 1975).

Satu satu cara para perawat keluarga memperoleh gagasan yang lebih baik

tentang proses sistim keluarga dari waktu ke waktu, dan juga mengkaji sistem

keluarga antar generasi adalah dengan menyusun sebuah genogram. Genogram adalah

sejenis skema genelogis yang menelusuri sejarah keturunan keluarga. Genogram ini

menggunakan secara luas oleh ahli terapi keluarga, keuntungannya adalah seseorang

dapat mengorganisir sejumlah data yang besar dan banyak dalam suatu cara yang

lebih komprehensif dan membantu mengungkapkan pola-pola dan tema penting

(Harchman dan Laird, 1983) ; McGordrick dan Gerson (1985). Bab VIII berisi

tentang genogram dan petunjuk-petunjuk untuk membuat pohon keluarga ini.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

72

Page 73: Perkembangan_klg

Salah satu tujuan penting dari keperawatan keluarga adalah membantu

keluarga dan anggotanya bergerak ke arah penyelesaian tugas-tugas perkembangan

individu dan keluarga (Friedman, 1987). Penguasaan satu kumpulan tugas-tugas

perkembangan keluarga memungkinkan keluarga bergerak maju kearah tahap

perkembangan berikutnya. Jika tugas-tugas perkembangan keluarga tidak dipenuhi

maka akan menghasilkan keluarga yang disfungsional (Mattessich dan Hill 1987).

Untuk mencapai tujuan ini, perawat keluarga “membantu keluarga mencapai

dan mempertahankan keseimbangan antara keutuhan pertumbuhan pribadi dari

anggota keluarga secara individual dan fungsi keluarga yang optimum” (kebutuhan

perkembangan keluarga) (Divisi Praktik Keperawatan Kesehatan Ibu dan Anak

American Nurses “Association, (1983) keseimbangan antara individu dan kelompok

tidak dengan mudah dicapai, khususnya selama tahap-tahap tertentu, yang

menciptakan perbedaan bila terjadi ketidakseimbangan.

Bila bekerja dengan keluarga atau individu yang bermasalah, teori

perkembangan keluarga membantu para profesional kesehatan keluarga berpikir

tentang kejadian siklus kehidupan keluarga yang telah membentuk konteks dimana

masalah-masalah keluarga dan individu terjadi. Oleh karena itu, memasukkan

perspektif perkembangan ke dalam praktik keperawatan keluarga sangat penting

selama fase diagnostik dan perencanaan.

Juga penting sekali memasukkan perspektif perkembangan keluarga kedalam

praktik keperawatan keluarga seseorang bila bekerja dengan keluarga yang sehat.

Dengan keluarga yang sehat, bimbingan antisipasi dan penyuluhan seringkali

ditujukan untuk mencapai tujuan prevensi primer (Bobak et al, 1989). Diagnosa,

perencanaan, dan intervensi keperawatan keluarga harus mencakup masalah-masalah

keluarga yang mungkin dihadapi keluarga karena perlunya transforamsi struktur

keluarga hingga tugas-tugas perkembangan dapat dicapai. Membantu keluarga

mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang berbeda dalam kehidupan

keluarga merupakan tujuan keperawatan keluarga yang paling erat.

73

Page 74: Perkembangan_klg

Perawat keluarga dan klinisi keluarga lainnya membantu keluarga dengan

morbalitas penyuluhan dan konseling. Rujukan ke kelompok pendukung sosial,

seperti kelompok untuk orangtua bayi atau lansia yang sakit juga sangat membantu.

74