Perkembangan Kinerja dan Akuntabilitas Birokrasi Indonesia.docx

35
Tugas Terstruktur Dosen Pengampu TEORI BIROKRASI LARBI ELHADI, S. SAP KINERJA DAN AKUNTABILITAS BIROKRASI INDONESIA (Kelompok Pro) Disusun oleh: 1. Yupi Sasmita Dewi 2. Wanti Yulia Astri 3. Wirandi Rohim Fajri 4. Muhamad Rian JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL 1

description

ini adalah makalah yang memaparkan mengenai bagaimana perkembangan kinerja dan akuntabilitas birokrasi indonesia dari masa ke masa. dan dari era ke era.

Transcript of Perkembangan Kinerja dan Akuntabilitas Birokrasi Indonesia.docx

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu TEORI BIROKRASI LARBI ELHADI, S. SAP

KINERJA DAN AKUNTABILITAS BIROKRASI INDONESIA(Kelompok Pro)

Disusun oleh:1. Yupi Sasmita Dewi1. Wanti Yulia Astri1. Wirandi Rohim Fajri1. Muhamad Rian

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIALUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAURIAU2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Mu-ya Allah. Berkat rahmat dan hidayah-Nya serta bimbingan-Nya semata-mata, Akhirnya penulisan makalah ini dapat selesai. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan ke pangkuan Nabiyullah Muhamad, SAW. Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Birokrasi. Dan dalam penulisan makalah ini, Penulis menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, Maka makalah yang berjudul Kinerja dan Akuntabilitas Birokrasi Indonesia ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Satu kepala dengan sepuluh jari penulis utus sebagai duta penyampaian hatur terimakasih terhadap banyak pihak yang sudah ikut menjemput peran dalam prosesi lahirnya makalah ini. Yang pertama kepada Bapak Larbi Elhadi, S. SAP selaku dosen pengampu, berikutnya kepada kedua orang tua yang telah sudi menjadi partisipan penyandang dana tak lupa juga kepada rekan-rekan mahasiswa.

Riau, 16 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN0. Latar Belakang Masalah 10. Rumusan Masalah 20. Tujuan Penulisan 2BAB II PEMBAHASAN0. Definisi Birokrasi, Kinerja, dan Akuntabilitas 32.2 Perbandingan Sistem Politik dan Kinerja Birokrasi Pada Masa Orde Baru dan Masa Reformasi di Indonesia 52.3 Perkembangan Akuntabilitas dan Survei Kinerja Pemerintahan 7A. Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono............................... 7B. Era Pemerintahan Joko Widodo....................................................... 92.4 Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Pusat dan Provinsi 13A. Survei Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi (2009-2012).13B. Survei Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi dan Instansi Pemerintahan (2014) 142.5 Ukuran Keberasilan Reformasi Birokrasi Menurut Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reormasi Birokrasi.16BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan 173.2 Saran 17DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru. Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam menjalankan fungsi administratif kepemerintahan. Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi di tahun 1998. Tuntutan masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan yang pada akhirnya menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi donor dan hibah yang menekan pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar terwujudnya good governance.Implementasi akuntabilitas di Indonesia pada prinsipnya telah dilaksanakan secara bertahap dalam lingkungan pemerintahan. Dukungan peraturan-peraturan yang berhubungan langsung dengan keharusan pernerapan akuntabilitas di setiap instansi pemerintah menunjukan keseriusan pemerintah dalam upaya melakukan reformasi birokrasi.1.2 Rumusan MasalahUntuk lebih sistematis dan sekaligus atas dasar latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:1. Apa itu definisi Birokrasi, kinerja dan akuntabilitas?2. Bagaimana perbandingan akuntabilitas era orde baru dan era reformasi?3. Bagaimana perbandingan perkembangan kinerja pemerintahan SBY dan Jokowi?4. Bagaimana perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan pusat dan provinsi?5. Apa patokan keberhasilan sebuah reformasi birokrasi itu?

1.3 Tujuan PenulisanBerdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:1. Untuk mengetahui definisi Birokrasi, kinerja dan akunttabilitas.2. Untuk mengetahui perbandingan akuntabilitas era ore baru dan era reformasi.3. Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kinerja pemerintahan SBY dan Jokowi.4. Untuk mengetahui perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan pusat dan provinsi.5. Untuk mengetahui patokan keberhasilan sebuah reformasi birokrasi.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi Birokrasi, Kinerja, dan Akuntabilitas.

A. Pengertian BirokrasiBirokrasi berasal dari kata bureaucracy (bureau, cracy), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer. Birokrasi adalah suatu organisasi formal yang merupakan sistem penyelenggara pemerintah yang dijalankan pegawai berdasarkan peraturan perundang-undangan. Birokrasi adalah struktur organisasi digambarkan dengan hierarki yang pejabatnya diangkat atau ditunjuk.[footnoteRef:1] [1: Sedarmayanti, Reformasi administrasi publik, reformasi birokrasi, dan kepemimpinan masa depan, Bandung, 2010, hlm. 67.]

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat dan cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai.Blau dan Page mengemukakan Birokrasi sebagai tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang. Jadi menurut Blau dan Page, birokrasi justru untuk melaksanakan prinsip-prinsip organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi administratif, meskipun kadang kala di dalam pelaksanaannya birokratisasi seringkali mengakibatkan adanya ketidakefisienan.

B. Pengertian KinerjaMenurut Srimindarti, Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya Mangkunegara menjelaskan, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kualitas dan kualitas terukur.[footnoteRef:2] [2: Perpres2014, Diakses dari http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2014/06/perpres2014_029.pdf, pada tanggal 16 April 2015 pukul 11.15]

C. AkuntabilitasMenurut The Osford Adance Leaners Dictionary, Akuntabilitas adalah required or expected to give an explanation or ones ation. Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporka segala tindak tanduk dan kegiatan terutama dibidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi/atasannya.[footnoteRef:3] [3: Sedarmayanti, op. cit. hlm. 104]

Menurut carino, akuntabilitas mmerupakan evolusi yang dilaksanakan oleh seorang petugas baik masih berada pada jalur otoritasnya atau sudah berada jauh di luar tanggung jawab dan kewenangannya.[footnoteRef:4] [4: Sedarmayanti, loc. cit.]

D. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)Menurut Peraturan Presiden No.29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengartikan bahwa, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disingkat SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.[footnoteRef:5] [5: Perpres2014, loc. cit.]

2.2 Perbandingan Sistem politik dan kinerja birokrasi pada masa Orde Baru dan masa reformasi di Indonesia.

Perbandingan mengenai birokrasi pemerintah dari dua era ini akan dibandingkan dan ditampilkan dalam tabel dibawah ini, supaya dapat kita ketahui bersama bagaimana perkembangan dan keadaan birokrasi kita dahulu dan sekarang dilihat dari segi kinerja dan point mendukung lainnya.Era Orde BaruEra Reformasi

Kinerja Birokrasi:Administrasi yang sangat berbelit-belit, proses administrasi yang lama, tunduk pada satu perintah (komando).Kinerja Birokrasi:Administrasi masih berbelit-belit, proses administrasi sedikit lebih cepat, sudah adanya tata tertib yang mengatur birokrat.

Transparansi:Sangat buruk, karena badan pengawas tunduk kepada Presiden.Transparansi:Lebih baik, karena dibuat lembaga yang khusus untuk mengawasi.

Akuntabilitas:Sangat buruk, karena tanggung jawab langsung dengan Presiden, tanpa tanggung jawab kepada masyarakat.Akuntabilitas:Lebih baik, karena tidak hanya bertanggung jawab kepada presiden saja, tetapi tanggung jawab kepada masyarakat melalui media massa.

Efisiensi Kinerja:Inefisien terlihat dengan jelas, dan belum mampu untuk ditekan, karena partisipasi publik sama sekali belum ada.Efisiensi Kinerja:Kinerja belum terlalu efisien namun sedikit demi sedikit mampu ditekan, karena partisipasi publik sudah mulai terlihat.

Dari perbandingan diatas, penjabaran sederhana untuk memudahkan dalam pembahasan perbandingan tsb, yaitu:1. Kinerja Birokrasi orde baru tidak berjalan dengan baik, dibuktikan dengan proses administrasi yang berbelit belit dan terlampau lama, kemudian dari sisi transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan partisipasi publik juga dapat dikatakan masih buruk, karena pada masa ini semua tertuju pada presiden tanpa ada pertanggung jawaban kepada masyarakat.2. Kinerja Birokrasi era reformasi berjalan secara lebih baik dan demokratis, meskipun proses administrasi masih berbelit belit namun memakan waktu yang lebih cepat dari sebelumnya, selain itu dari sisi transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan partisipasi publik sudah lebih berkembang. Jadi dapat disimpulkan kinerja birokrasi pada masa reformasi tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan kinerja birokrasi pada masa orde baru, namun sudah lebih baik, dilihat dari perkembangan yang didapatkan yaitu berbentuk perbaikan kinerja birokrasi dari masa orde baru, namun masih adanya kecenderungan dari aparat yang kebetulan memperoleh kedudukan atau jabatan strategis dalam birokrasi, terdorong untuk bermain dalam kekuasaan dengan melakukan tindakan KKN, serta masih kautnya kultur birokrasi yang menempatkan pejabat birokrasi sebagai penguasa dan masyarakat sebagai pengguna jasa sebagai pihak yang dikuasai, bukannya sebagai pengguna jasa yang seharusnya dilayani dengan baik.

2.3 Pekembangan akuntabilitas dan survei kinerja pemerintahanA. Era pemerintahan Susilo Bambang YudhoyonoPeriodesasi perubahan pemerintahan yang berlangsung di Indonesia, terjadi secara mendasar sejak digulingkannya reformasi tahun 1998, dengan ditandai lengsernya rezim soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun di Republik ini. Pasca tahun 1998 banyak perubahan yang sangat signifikan, terutama pada sistem pemerintahan dan birokrasi di Indonesia, yaitu berubahnya struktur pemerintahan dari Sentralisasi menjadi desentralisasi, dengan dikeluarkannya UU nomor 22 tahun 1999 pada masa pemerintahan Gus Dur, yang kemudian direvisi dengan Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pada masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Selama pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004-2009, dimana proses pemilihannya merupakan proses pemilihan Presiden pertama yang dipilih oleh rakyat secara langsung. Sehingga legitimasi terhadap pemerintahan SBY, cukup kuat dan mengakar, karena partisipasi rakyat langsung dalam memilihnya, selama pemerintahan SBY berlangsung dapat kita lihat dan rasakan kebijakan yang telah ia lakukan dalam kurun waktu lima tahun berjalan. Reformasi pada Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono :Pada masa pemerintahan SBY tahun 2004-2009 cukup banyak yang telah dilakukan oleh pemerintahan ini pada pembenahan birokrasi baik secara, Ekonomi, Politik dan kelembagaan, antara lain :a. Terbentuknya Lembaga-Lembaga BaruPada masa pemerintahan SBY yang paling kontroversi adalah dibentuknya lembaga baru yang konsentrasi pada penghapusan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yaitu berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dimana tindakan yang dilakukan oleh lembaga ini cukup banyak membuahkan hasil, dengan mengungkap banyak kasus mega korupsi baik dilembaga legislatif (DPR), Eksekutif (Korupsi di Departemen, Bank Indonesia) dan Yudikatif (korupsi di MA, Kejaksaan, dan Kepolisian), walaupun pada akhirnya lembaga ini digembosi juga oleh SBY sendiri, karena KPK mulai mencium adanya korupsi pada penggunaan dana Bank Century yang di duga digunakan untuk dana kampanye pemenangan pasangan SBY Boediono pada Pilpres tahun 2009 dengan melibatkan Gubernur BI (Boediono) dan menteri keuangan (Sri Mulyani), dengan menangkap dua anggota KPK dengan tuduhan penyalahgunaan wewenang, dengan penangkapan anggota KPK tersebut praktis peran lembaga ini sedikit banyak telah menumpul dan kehilangan tajinya. Selain KPK masih banyak lembaga baru yang dibuat pada masa pemerintahan SBY yaitu Dewan Pertimbangan Presiden, Komisi Penyiaran Indonesia dan sebagainya.b. Anggaran Pendidikan 20 % dari APBN/APBDPada pemerintahan SBY tahun 2004-2009, anggaran pendidikan ditetapkan sesuai dengan UUD 1945 yaitu 20% dari APBN dan APBD, sehingga banyak terjadi reformasi di dunia pendidikan, terutama dalam dalam pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Wajib Belajar 9 tahun, dan peningkatan standar penghasilan Guru dengan adanya sertifikasi guru, serta pemberian bantuan pendidikan (Beasiswa) untuk peningkatan Kompetensi guru, dan sebaginya. Hanya dalam pelaksanaannya leading sektor yang menangani bidang pendidikan dalam hal ini Departemen Pendidikan nampaknya gagap dengan anggaran yang besar tersebut, sehingga banyak program yang belum menyentuh, hanya sekedar menghabiskan dana dengan hanya mengadakan kegiatan seminar-seminar saja.c. Demokratisasi, Calon Independen dalam Pemilihan Kepala DaerahPada masa SBY tahun 2004-2009 reformasi dibidang politik adalah dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu yang membolehkan calon non partai/Perseorangan untuk maju dalam pemilihan kepala daerah, dengan persyaratan tertentu, sehingga dengan peraturan ini, setiap orang punya ruang untuk maju dalam pemilihan kepala daerah tanpa harus melalui partai tertentu.d. Program-Program KerakyatanPada tahun 2004-2009 banyak sekali program-program kerakyatan yang dikeluarkan oleh SBY, entah ini murni atau ada maksud tertentu dalam rangka kembali mencalonkan diri pada periode berikutnya, yang pasti banyak program kerakyatan yang dikeluarkan oleh SBY, sebut saja Bantuan Langsung Tunai (BLT), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas/Gakkin/askeskin), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan sebagainya.e. Bidang Kepegawaian/Aparatur PemerintahPada bidang kepegawaian SBY meningkatkan atau menaikkan Gaji pegawai rata-rata 15% setiap tahunnya, dan menaikkan uang makan untuk TNI/Polri, serta adanya renumerasi bagi Departemen Keuangan, MA, dan janjinya renumerasi akan diberikan kepada semua Pegawai diseluruh Departemen. Selain itu SBY juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang pengangkatan pegawai honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil, dan pengangkatan Sekdes, dan Guru Bantu untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. Dari semua program yang telah dilakukan oleh SBY lima tahun terakhir nampaknya cukup mengena di hati masyarakat Indonesia, itu terbukti dengan terpilihnya kembali SBY dalam pemilihan presiden untuk periode 2009-2014, walaupun tidak ada perubahan program yang di usungnya kembali dan hanya dengan sekedar slogan lanjutkan yang berarti hanya melanjutkan program yang telah dilakukan selama ini dengan pencitraan diri yang lebih ditekankan namun sedikit banyaknya proses pembangunan terlihat tumbuh dan berkembang.

B. Era Pemerintahan Joko widodoJoko Widodo-Jusuf Kalla memenangkan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia 2014. Ada harapan besar yang harus ditunaikan oleh Jokowi pada pemerintahannya itu. Harapan tersebut bernama reformasi birokrasi.Reformasi sistem birokrasi merupakan salah satu agenda utama dalam pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Selama masa kampanye, salah satu kata kunci bagi rezim Jokowi adalah reformasi birokrasi. Jokowi mematok target 7% pertumbuhan ekonomi di masa kepemimpinannya. Untuk itu diperlukan pembangunan infrastruktur yang massif yang ditunjang oleh penguatan sumber daya manusia untuk mencapai impian itu. Namun yang jauh lebih mendasar sebetulnya adalah penguatan institusi birokrasi sebagai penyelenggara negara.Jokowi menerangkan makna dari reformasi birokrasi adalah bagaimana menggerakkan manajemen organisasi agar semuanya efektif dan bisa menguasai lapangan. Untuk menanggulangi masalah korupsi dalam birokrasi misalnya, Jokowi mengajukan reformasi birokrasi sebagai jawabannya. Saat itu ia merinci bahwa proses rekrutmen kaum birokrat merupakan unsur yang sangat penting yang akan menentukan pengurangan korupsi di Indonesia.Birokrasi di Indonesia setidaknya masih melekat dengan dua permasalahan utama. Pertama, perekrutan pegawai negeri sipil (PNS) yang masih kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN). Kedua, promosi jabatan dan eselon masih mengenal sistem setoran kepada atasan, seperti kepada kepala dari suatau institusi atau departemen, serta kepada kepala daerah. Berdasarkan riset tentang kesulitan dan kegagalan reformasi birokrasi di negara-negara Asia, penyebab utamanya ialah disebabkan oleh budaya patronase yang sangat kuat. Patronase adalah semangat perkawanan di mana individu yang memiliki status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumberdayanya untuk melindungi dan memberi keuntungan bagi yang berkedudukan lebih rendah (client), sementara sang client pada gilirannya memberi dukungan dan bantuan termasuk pelayanan personal bagi sang patron. Definisi ini menjelaskan bagaimana hubungan antar birokrat di Indonesia, di mana yang berposisi lebih tinggi mengayomi yang lebih rendah, sementara pegawai rendah memberi pelayanan. Untuk menghadapi permasalahan klasik dalam birokrasi di Indonesia, maka diperlukan suatu terobosan birokrasi yang sangat berani oleh Jokowi. Pada saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ia telah melaksanakan rekrutmen terbuka (open recruitment) dengan sistem lelang jabatan. Hanya orang-orang berkualifikasi dan berintegritaslah yang diharapkan bisa mengisi suatu jabatan publik. Dengan rekrutmen terbuka akan membuat pengisian jabatan tak lagi berdasarkan suka atau tidak suka, berdasarkan kekerabatan, dan atau timbal balik politik. Pada level nasional, sebetulnya sistem open recruitment sudah menjadi satu dari 10 agenda reformasi nasional. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara bahkan sudah merinci langkah demi langkah penerapan sistem lelang terbuka untuk jabatan-jabatan tertentu dalam birokrasi. Saat ini terjadi, maka konsep birokrasi level lapangan atau street-level bureaucracy bisa dijalankan. Konsep inilah yang sudah dicoba dijalankan di Jakarta, ketika para lurah dan camat menjadi ujung tombak penyelenggaraan negara. Merekalah yang sesungguhnya secara langsung berhadapan dengan masyarakat. Mereka pula yang mengetahui detil persoalan. Para pemimpin yang terpilih melalui proses politik tidak akan bisa berbuat banyak, jika birokrasi level lapangan ini tidak memiliki kualitas yang baik.Kementerian pendayagunaan aparatur negara bahkan sudah merinci langkah demi langkah penerapan sistem lelang terbuka untuk jabatan-jabatan tertentu dalam birokrasi. Jika ini berhasil dijalankan oleh pemerintahan Jokowi dengan baik, ada sejumlah persoalan besar yang kemungkinan akan tertangani dalam lima tahun ke depan. Yang pertama adalah korupsi. Sistem lelang terbuka akan mendorong perbaikan mutu para birokrat. Sistem ini juga secara langsung akan meningkatkan iklim kompetisi dalam birokrasi. Dalam sistem birokrasi tradisional, promosi jabatan hanya didasarkan pada lamanya pengabdian dan upgrade kemampuan melalui training formal. Konsekuensi langsung dari sistem lama ini adalah tertutupnya peluang bagi para birokrat muda bertalenta untuk menduduki jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Sementara biroktrat lama akan terus dipromosikan menduduki jabatan penting hanya karena ia sudah lama mengabdi, meskipun sebetulnya tidak punya kemampuan yang baik. Dengan tiadanya iklim kompetisi dan rasa krisis karir, para birokrat di era birokrasi tradisional, tidak memiliki insentif untuk bekerja maksimal.

a. Perkembangan Keberhasilan Kabinet kerja Jokowi-JKStudi KasusLembaga Klimatologi Politik (LKP) merupakan salah satu lembaga survei di indonesia. LKP merilis rapor Menteri dalam Kabinet Kerja Jokowi JK. Beberapanya yaitu termasuk Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi dipersepsikan publik sebagai menteri dengan kinerja baik dan mendapat sentiment positif pemberitaan media massa.Disebutkan oleh CEO LKP bahwa Menteri Susi bukan hanya satu-satunya menteri yang paling banyak diberitakan di media, namun menempati ranking tertinggi dalam sentiment positif pemberitaan media. Sebanyak 49,39% pemberitaan mengenai Susi bernada positif, 42,44% netral dan hanya 8,17% yang bernada negatif. Yuddy Chrisnandi juga menjadi salah satu menteri yang paling banyak diberikan media. Denan persentase 48,41% bernada positif, 46,28% bernada netral dan hanya 5,31% yang bernada negatif. Menurut quick-poll LKP, kinerja Menteri Susi mendapatkan ranking teratas dari 34 menteri di Kabinet Kerja yaitu 62,6%. Sedangkan Menteri Yuddy mendapatkan posisi keenam dengan tingkat kepuasan public sebesar 49,1%.[footnoteRef:6] [6: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Survei LKP : Yuddy dan Susi Menteri Berkinerja Baik, diakses dari http://www.m.menpan.go.id/berita-terkini/3031-survei-lkp-yuddy-dan-susi-menteri-berkinerja-baik.html, pada tanggal 11 April 215 pukul 12.30.]

Lembaga Klimatologi Politik (LKP) memaparkan hasil survei terkait kinerja Kabinet Jokowi-JK dalam perspektif politik dan media. Survei tersebut menggunakan metode media monitoring terhadap 10 surat kabar nasional terkemuka dan 10 media online yang paling banyak diakses publik. Riset dilakukan sejak 1 November 2014 hingga 31 Januari 2015. Pemberitaan media yang dianalisis adalah berita-berita yang berkaitan dengan seluruh menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK, baik aktivitas yang dilakukan maupun pernyataan-pernyataan yang dilansir.Menurut survei LKP, tingginya volume pemberitaan media termasuk sentiment positif di media maupun publik karena dipengaruhi oleh empat factor:1. Kehebatan strategi media dari menteri dan kementeriannya. 2. Kinerja yang memang benar-benar baik dari para menteri bersangkutan. 3. Kreativitas dalam meluncurkan ide-ide perubahan yang orisinil. 4. Faktor latar belakang atau track-record dari menteri yang bersangkutan.[footnoteRef:7] [7: ibid]

Dalam kasus berkibarnya popularitas Menteri Susi baik di media maupun di mata public merupakan kombinasi dari faktor pertama (strategi media) dan faktor ketiga (ide perubahan). Sedangkan Menteri Yuddy, sentimen positif yang muncul yaitu dari ide-ide perubahan yang orisinal, misalnya kebijakan pelarangan rapat bagi instansi pemerintah di hotel.

2.4 Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Pusat dan ProvinsiA. Survei Perkembangan akuntabilitas kinerja birokrasi (2009-2012)

Perkembangan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan provinsi dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami peningkatan cukup signifikan. Tahun lalu, hanya ada dua instansi pusat yang mendapat nilai A, tahun ini bertambah menjadi tiga. Sedangkan pemerintah provinsi, tahun lalu baru dua yang mendapat nilai B, kini menjadi 6 provinsi.Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Azwar Abubakar menyampaikan hal itu dalam laporannya pada penyerahan penghargaan capaian akuntabilitas kinerja terbaik bagi instansi pemerintah pusat dan pemerintah provinsi di Jakarta.Ketiga instansi pusat yang mendapat nilai A dimaksud adalah Kementerian Keuangan, BPK, dan KPK. Sedangkan enam pemprov yang memperoleh nilai B adalah DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sumatera Selatan. Mereka menerima penghargaan dari Wakil Presiden Boediono. Penilaian atas laporan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja tahun 2012 ini dilakukan terhadap 81 kementerian/lembaga, serta 33 provinsi. Selain 3 K/L yang memperoleh nilai A, sebanyak 26 K/L meraih nilai B. Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi, yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja, ada beberapa langkah yang dilakukan Kementerian PAN dan RB, seperti workshop penguatan SAKIP, bimbingan terknis, membantu menyusun rencana aksi perbaikan dengan supervisi yang ketat, serta penyelerasasan kebijakan perencanaan, penganggaran dan akuntabilitas kinerja dengan Kementerian Keuangan dan Bappenas.

B. Survei Perkembangan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi dan Instansi Pemerintahan (2014)Azwar Abubakar selaku Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan dan RB) menyebutkan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan provinsi (AKIP) pada 2014 terus membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan provinsi (AKIP) 2014 ini didasari dengan inti penilaian yaitu kualitas kerja birokrasi Kementrian/Lembaga tersebut. Bagi instansi yang bukan langsung melayani publik, kinerja instansi itu dapat diukur dari kualitas kebijakan yang dikeluarkan. Diperlukan indikator yang lebih menyeluruh, sehingga pemerintah mendatang dapat makin memperbaiki kinerja dan mendapatkan kemajuan dari reformasi birokrasi. Banyaknya jenis penghargaan yang diberikan kepada instansi pemerintah seperti kemajuan reformasi birokrasi yang berkaitan dengan tunjangan kinerja dan survei kepuasan pelayanan masyarakat.

Penilaian dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB serta disupervisi oleh Tim Independen Reformasi Birokrasi. Evaluasi tersebut didasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Kementerian PAN dan RB untuk mengadakan evaluasi setiap tahun. Dari hasil evaluasi tersebut, Menteri PAN dan RB mengatakan bahwa kesadaran instansi pemerintah pusat menerapkan AKIP semakin tinggi, dan tingkat kepatuhan serta pertanggungjawaban kinerja pun semakin tinggi. Akuntabilitas Kinerja Kementerian/Lembaga dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terlihat dari tren rata-rata nilai akuntabilitas K/Ldari tahun 2009 sebesar 46,76 dengan kategoriC (agak kurang) dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 64,56 dengan kategori CC (cukup baik).Pada 2014 kondisi akuntabilitas kinerja K/L dengan kategori "AA" (memuaskan) masih belum ada, kategori "A" (sangat baik) sebesar 7 K/L, Kategori "B" (baik) sebesar 42 K/L, kategori "CC" (cukup baik) sebanyak 31 K/L, kategori "C" (agak kurang) sebanyak 3 kementerian/lembaga dan kategori "D" (kurang) sudah tidak ada. Sedangkan Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang mendapatkan kategori "A" adalah Kementerian Keuangan, KPK, BPK, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PAN dan RB, BPKP, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.[footnoteRef:8] [8: Kemendagri, Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, diakses dari https://icl.googleusercontent.com/?lite_url=http://www.kemendagri.go.id/news/2014/09/25/akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah-meningkat&ei=o_ucaHX9&lc=id-ID&s=1, pada tanggal 13 April 2015 pukul 10.50.]

2.5 Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi Menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyebutkan beberapa point mendasar yang menjadi sebuah rujukan tentang bagaimana reformasi birokrasi dapat dikatakan berhasil, diantaranya yaitu:[footnoteRef:9] [9: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Ukuran Keberhasilan RB, diakses dari http://www.m.menpan.go.id/kedeputian-reformasi-birokrasi/534-ukuran-keberhasilan-rb.html, pada tanggal 11 April 2015 pukul 10.30.]

1. Tidak ada korupsi2. Tidak ada pelanggaran/sanksi;3. APBN dan APBD baik;4. Semua program selesai dengan baik;5. Semua perizinan selesai dengan cepat dan tepat;6. Komunikasi dengan publik baik;7. Penggunaan waktu (jam kerja) efektif dan produktif;8. Penerapan reward dan punishment secara konsisten dan berkelanjutan;9. Hasil pembangunan nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja, dan propengurangan kemiskinan; artinya, menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi kemiskinan, dan memperbaiki kesejahteraan rakyat).

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanKinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kualitas dan kualitas terukurAkuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung jawabannya. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disingkat SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

3.2 SaranDari penjelasan diatas bahwa akuntabilitas didalam penyampaian informasi terhadap birokrasi merupakan sebuah instrument yang sangat esensialdan fundamental didalam sebuah masyarakat/publik itu sendiri maupun ditataaran pemerintah pusat dan daerah. Karena esensi dari akuntabilitas disebuah birokrasi sesuai dengan UUD 1945 bahwa masyarakat diberikan kebebasan didalam sebuah informasi baik didalam struktur pemerintah maupun di publik itu sendiri. Jadi diharapkan kepada para birokrat indonesia untuk dapat menerapkan kinerja dan akuntabilitas dalam aplikasi nyata sesuai dan sejalan dengan teori yang ada sehingga dapat terwujudlah apa yang menjadi cita-cita bersama terutama dibidang pelayanan publik indonesia.

Semoga dengan ditulisnya makalah ini mampu menjadi pengantar yang baik bagi para pemula dan teman-teman mahasiswa yang berminat memperdalam dan mengkaji lebih lanjut kajian- kajian mengenai birokrasi khususnya sorotan dengan akuntabilitas dan kinerja para birokrat indonesia. Dan sehubungan dengan materi yang begitu luas cakupannya dan karya tulis (makalah) ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan teman-teman mahasiswa sekalian sangat kami harapkan guna perbaikan karya-karya mendatang.

DAFTAR PUSTAKAMustafa, Delly, 2013. Birokrasi Pemerintahan. Makasar: AlfabetaPasolong, Harbani, 207. Teori Administrasi Publik. Makasar: AlfabetaSedarmayanti, 2010. Reformasi administrasi publik, reormasi birokrasi, dan kepemimpinan masa depan. Bandung: Pustaka SetiaPerpres 2014. 2014. http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2014/06/perpres2014_029.pdf. (diakses 16 April 2015).Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2015. Survei LKP : Yuddy dan Susi Menteri Berkinerja Baik. http://www.m.menpan.go.id/berita-terkini/3031-survei-lkp-yuddy-dan-susi-menteri-berkinerja-baik.html. (diakses 11 April 2015).Kemendagri. 2014. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. https://icl.googleusercontent.com/?lite_url=http://www.kemendagri.go.id/news/2014/09/25/akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah-meningkat&ei=o_ucaHX9&lc=id-ID&s=1, (diakses 13 April 2015).Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Ukuran Keberhasilan RB. http://www.m.menpan.go.id/kedeputian-reformasi-birokrasi/534-ukuran-keberhasilan-rb.html. (11 April 2015).

1