Perkembangan Arsitektur Bali 20 Tahun Ke Depan

4
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR BALI 20 TAHUN KE DEPAN Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali,  Asta Patali dan lainnya, sampai pada  penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud. Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah: Orientasi   Kos mologi atau dik e nal de ngan  S anga M andala Sanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional Bali, dimana Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu: 1. Sumbu Tri Loka: Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer) 2. Sumbu ritual: Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya Matahari) 3. Sumbu natural: Gunung dan Laut Kes e im banga n Kos mologi, M anik Ring Cucupu  Manik ring cacupu mengandung pengertian sebuah mustika (permata mulia) berada di dalam sebuah cupu atau kendi kecil yang terbuat dari logam. Hal ini mengibaratkan semua kekuatan kosmologi memusat ke arah sebuah bangunan atau kompleks bangunan tradisional Bali.  Hierarki   ruang,  te rdi ri atas  Tri L oka dan  Tr i Angga Tri Angga adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga dan Khaya). Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali. 1. Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi, kepala. 2. Madya, bagian yang terletak di tengah, badan. 3.  Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki. Di mensi tradisional Bali yang didas ark an pada proporsi dan  s kal a  manusia Dalam perancangan sebuah bangunan tradisional Bali, segala bentuk ukuran dan skala didasarkan pada orgaan tubuh manusia. Beberapa nama dimensi ukuran tradisional Bali adalah : Astha, Tapak, Tapak Ngandang,  Musti, Depa, Nyari, A Guli serta masih banyak lagi yang lainnya. sebuah desain bangunan tradidsional,harus memiliki aspek lingkungan ataupun memprhatikan kebudayan tersebut.

description

balinese

Transcript of Perkembangan Arsitektur Bali 20 Tahun Ke Depan

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR BALI 20 TAHUN KE DEPANArsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud.Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah:Orientasi Kosmologi atau dikenal dengan Sanga MandalaSanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional Bali, dimana Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu:1. Sumbu Tri Loka: Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer)2. Sumbu ritual: Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya Matahari)3. Sumbu natural: Gunung dan LautKeseimbangan Kosmologi, Manik Ring CucupuManik ring cacupu mengandung pengertian sebuah mustika (permata mulia) berada di dalam sebuah cupu atau kendi kecil yang terbuat dari logam. Hal ini mengibaratkan semua kekuatan kosmologi memusat ke arah sebuah bangunan atau kompleks bangunan tradisional Bali.Hierarki ruang, terdiri atas Tri Loka dan Tri AnggaTri Angga adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga dan Khaya). Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali.1. Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi, kepala.2. Madya, bagian yang terletak di tengah, badan.3. Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki.Dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusiaDalam perancangan sebuah bangunan tradisional Bali, segala bentuk ukuran dan skala didasarkan pada orgaan tubuh manusia. Beberapa nama dimensi ukuran tradisional Bali adalah: Astha, Tapak, Tapak Ngandang, Musti, Depa, Nyari, A Guli serta masih banyak lagi yang lainnya. sebuah desain bangunan tradidsional,harus memiliki aspek lingkungan ataupun memprhatikan kebudayan tersebut.

Arsitektur merupakan cermin dari kebudayaan, oleh karena itu pemerintah Propinsi Bali menuangkan peraturan untuk melestarikan arsitektur tradisi dalam Peraturan Pemerintah Daerah No.4/PD/DPRD/1974 yang mengatur tentang Bangun-Bangunan arsitektur. Perda tersebut kemudian dipertegas lagi dengan Perda Propinsi Bali No.5 Tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung. Hakikat dari diterbitkannya Perda yang mengatur tentang arsitektur bangunan gedung karena adanya pemikiran kritis setelah dibangunnya bangunan Hotel Bali Beach dan perluasan Bandara Ngurah Rai yang berdampak pada dibangunnya berbagai fasilitas pelayanan pariwisata yang dikhawatirkan akan menghilangkan identitas Arsitektur Tradisional Bali (ATB). Bali kini menjadi sebuah pulau tempat bermukimnya aneka suku, ras, dan bangsa, termasuk kaya dengan aneka ragam kebudayaan. Percampuran dan perkembangan masyarakat Bali oleh jumlah dan kualitas, berakibat pada berbagai perubahan yang akhirnya menyentuh lingkungan buatannya arsitektur. Apalagi setelah tahun 1980, bisnis pariwisata di Bali semakin berkembang. Kamar kamar hotel penuh dan wisatawan yang datang tidak hanya yang berkantong tebal dan menginap di hotel hotel besar. Banyak yang memilih akomodasi yang lebih murah. Selain akomodasi, industry pariwisata juga memerlukan tenaga kerja, sehingga berbondong bondonglah pemuda pemudi bekerja di bidang pariwisata dengan penghasilan yang tidak sedikit. Periode ini menjadi titik tumbuhnya tipology bangunan kost kost an dan homestay yang intinya secara fungsi sama yaitu kamar sewa berharga terjangkau.Pariwisata telah berhasil meningkatkan perekonomian Bali secara signifikan, menyediakan lapangan kerja, membuka peluang usaha serta meningkatkan APBD. Namun pariwisata juga dinilai banyak kalangan mulai mengerogoti kualitas hidup manusia Bali. Di awal 1970-an, arsitektur Bali begitu disanjung dan dijadikan sebagai acuan utama ketika membangun hotel. Di luar Bali Beach, sebuah keterlanjuran, nyaris seluruh hotel menerapkan prinsip prinsip arsitektur Bali. Kota kota di Bali bagian selatan kini berkarakter campuran. Rumah rumah traditional dari era sebelum 1960-an, bangunan hotel dari era tahun 1970-an, kost kostan serta homestay dari tahun 1980-an, ruko ruko serta rumah rumah petak dan lapak pedagang kaki lima dari tahun 1990-an bercampur baur. Tahun 2000-an mulai bermunculan restaurant restaurant waralaba menyusul kehadiran mall mall dan pusat pusat perbelanjaan modern yang sudah hard sebelumnya. Arsitekturnya tentu saja disesuaikan dengan brandingnya masing masing. Bangunannnya besar, berlantai lebih dari satu, menempati kawasan strategis, biasanya di perempatan jalan yang ramai, dengan arsitektur eklektik kalau tidak bisa dibilang banci, dibilang Bali bukan, modern juga tidak. Keberadaan tempat tempat baru ini semakin tidak terkendali memenuhi kawasan mengurung rumah rumah traditional. Dari arah jalan jalan utama tidak lagi nampak angkul angkul yag berderet, atap atap rumah dari alang alang atau genteng berlumut berpadu dengan atap ijuk bangunan pura.Jalan jalan utama kini menyajikan pandangan ruko, restaurant waralaba, mall, serta tempat usaha lainnya. Arsitektur Bali kehilangan kepercayaan dirinya sehingga dipandang perlu untuk dipertegas lagi kehadirannya. Untuk mendapat Ijin Mendirikan Bangunan baru, maka desain bangunan haruslah memiliki wajah arsitektur Bali. Kota Denpasar memelopori dengan mengeluarkan Peraturan wali Kota tentang wajah arsitektur Bali. Beberapa tahun belakangan, dipicu oleh semakin murahnya harga tiket penerbangan domestic, Bali mulai dibanjiri wisatawan domestic. Kehadiran wisatawan ini tentu menjadi gula gula baru bagi pegiat usaha property. Peluang ini ditangkap dengan membangun hotel burbudget murah, serta kondotel. Yang menarik dari fasilitas baru ini adalah desainnya bangunannya umumnya berbentuk dasar kotak sederhana tetapi dihias sedemikian rupa dengan dua tujuan: menarik perhatian calon pemakai serta memenuhi persyaratan arsitektur local.Dimana ya, prinsip prinsip konstruksi Bali? Di mana ya tukang tukang yang di tahun 1970-an sangat dihormati, bahkan oleh arsitek asing? Ah, secercah harapan diungkapkan oleh Michel Picard yang menyebutkan pariwisata Bali sangat bergantung pada keajegan budayanya. Sejak awal kemunculannya pariwisata Bali menjual keunikan budayanya dan hal itulah yang tertanam di banyak brosur brosur hingga buku buku travelling tentang Bali. Ekonomi Bali akan jatuh jika bisnis pariwisatanya ambruk, sementara pariwisata akan ambruk jika kebudayaan Bali tidak lagi mampu dipertahankan. Nah jika tidak mau Bali bangkrut, maka orang Bali harus menjaga bisnis kepariwisataan dengan cara menjaga budaya Bali tetap ajeg termasuk arsitekturnya.Tahun 2014, Bali khususnya bagian selatan makin dipenuhi hotel-hotel mewah bergaya Eropa dan hotel-hotel low budget kontemporer, bangunan berasitektur tradisional bali seolah tak lagi digandrungi. Apalagi setelah pembangunan jalan diatas perairan dan bila wacana reklamasi teluk benoa terealisasi, eksploitasi Bali Selatan akan semakin tak terbendung. Kenyataan ini akan menjadi mimpi buruk bagi perkembangan arsitektur tradisional Bali 20 tahun ke depan. Arsitektur tradisional Bali tak lagi menjadi kebanggaan generasi muda.Hal ini tentu tak akan terjadi apabila pemerintah kabupaten dan kota mau menegakkan dengan tegas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung. Peran pemerintah sangat membantu karena dalam mengurus izin mendirikan bangunan (IMB) memang ada aturan supaya menggunakan ornamen Bali.Sebaiknya Pemerintah daerah dan kota melakukan tindakan untuk mencabut IMB bila tidak sesuai dengan aturan yang ditentukan, seperti mengikuti aturan menggunakan arsitektur Bali.

Agar kedepanya tidak semakin sulit mempertahankan kebudayaan lokal dalam upaya pelestarian arsitektur Bali. Sehingga kekhawatiran akan punah arsitektur Bali tidak terjadi.

Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Balihttp://www.jalan-jalan-bali.com/2010/07/arsitektur-bali-berdasar-putaran.htmlhttp://www.pps.unud.ac.id/disertasi/pdf_thesis/unud-12-1539426935-bab%20i%20final-pendahuluan.pdfhttp://bali.bisnis.com/m/read/20140815/12/46403/arsitektur-bali-banyak-ditinggalkan-pemda-diminta-antisipasihttp://gedemahaputra.wordpress.com/2013/12/27/pariwisata-arsitektur-bali-dan-pembangunan-perkotaan/

Tanggal akses 24 Agustus 2014