PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI...

92
PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: MIFTAHUL ROHMAH 107043202326 K O N S E N T R A S I P E R B A N D I N G A N H U K U M PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M

Transcript of PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI...

Page 1: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI

HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MIFTAHUL ROHMAH

107043202326

K O N S E N T R A S I P E R B A N D I N G A N H U K U M

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H/2011 M

Page 2: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

2

Page 3: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

3

Page 4: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S,Sy) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Syawal 1432 H

26 September 2011 M

MIFTAHUL ROHMAH

Page 5: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

v

ABSTRAK

MIFTAHUL ROHMAH, NIM 107043202326. Perkawinan di Bawah Tangan dan

Solusi Hukumnya di Indonesia dan Malaysia. Program Studi Perbandingan Madzhab

dan Hukum (PMH), Konsentrasi Perbandingan Hukum (PH), Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1432 H / 2011 M. Di

bimbing oleh Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si (197412132003121002)

beserta Ibu Hotnida Nasution, M.Ag. MA (197106301997032002).

Isi: xiii + 84 halaman + 8 lampiran, 28 literatur (1974-2010).

Penelitian ini untuk menganalisis hukum perkawinan di bawah tangan di

Indonesia dan Malaysia, yang bertujuan untuk mengetahui Konsekuensi dan Solusi

perkawinan di bawah tangan di Indonesia dan Malaysia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun sumber data yang

didapat melalui data primer dan data skunder dengan pengumpulan data melalui studi

pustaka (Librari reasearch), sedangkan analisis data dilakukan analisis kualitatif.

Analisis kualitatif adalah upaya yang dilakukan secara bersamaan dengan

pengumpulan data, memilah-memilihnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari

serta memutuskan apa yang dapat dibaca dan diinterprestasikan atau mudah dipahami

dan diinformasikan kepada orang lain. Dengan teknik ini penulis berusaha untuk

mengkualifikasikan data-data yang telah diperoleh dan disusun kemudian dideskripsikan.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa konsekuensi pernikahan di bawah

tangan di Indonesia dan Malaysia adalah tidak dicatat oleh petugas pencata

perkawinan dan tidak memiliki akta nikah. Solusinya adalah mengajukan

permohonan isbat nikah ke pengadilan. Pengadilan Agama untuk Indonesia,

Mahkamah Syariah untuk Malaysia .

Page 6: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

vi

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas diucapkan melainkan puji syukur kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya yang senantiasa berlimpah

kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan, kekuatan serta ketabahan

hati dalam menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelasaikan masa kuliah di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada

Nabi besar Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam setiap aktivitas kehidupan.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca umumnya, penulis juga mengharapkan segala bentuk masukan berupa

kritik dan saran yang bersifat membangun dalam menyempurnakan skripsi ini,

mengingat kemampuan penulis yang masih terbatas dan terdapat banyak kekurangan–

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, oleh

karena itu dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

vii

2. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak H. Muhammad Taufiki M.Ag, selaku ketua Prodi Perbandingan Madzhab

dan Hukum beserta bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, sekretaris Prodi

Perbandingan Madzhab dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, dan Ibu Hotnida Nasution, MA, selaku

dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

arahan-arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah ikhlas mendidik dan berbagi Ilmu dengan penulis

selama perkuliahan.

6. Segenap para pemimpin beserta Staf perpustakaan utama dan perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitasnya.

7. Bapak Abdul Aziz Bin Josoh yang telah membantu memberikan Informasi yang

dibutuhkan penulis tentang malaysia

8. Kepada kedua orang tua yang penulis sangat hormati dan cintai, penulis

persembahkan skripsi ini kepada Ayahanda H. Sabli Halimi, S.Ag, dan Ibunda

Hj. Arifah Suma, yang telah membimbing dan mendidik. Atas dukungan moril,

materil, kesabaran, perhatian, keikhlasan serta kasih dan sayang yang tiada habis-

habisnya diiringi untaian do’a yang tiada henti-hentinya siang dan malam kepada

Page 8: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

viii

Allah SWT. Semoga Allah membalas kebaikan beliau, Amin. Ananda sadar

bahwa semua yang telah kalian berikan tidak akan dapat tergantikan oleh apapun.

9. Kakak-kakaku tersayang Muhimatun Nubuah, S.Pdi, M.Si, Ahmad Saikhu, SE,

Radiatul Hasanah dan Pamanku Ahmad Sujai Suma, S.Ag yang telah memberikan

dukungan semangat dan sekaligus menjadi motivator penulis dalam proses

penulisan skripsi ini serta adik-adiku Mawadata warohmaniah, Juhratul Uyun Dan

Muhammad Irfan Al-Farizi dan seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu. Terimakasih untuk semua perhatian dan kasih sayangnya.

10. Untuk teman terdekatku Gilang Andi Barata, Siti Muthia yang dengan ikhlas

selalu ada dan memberikan motivasi dan dukungannya, thank’s “cha endut” serta

Ade Yani Suryani, Fitriah, Nurlelah, yang selalu ada buat ku berbagi keluh kesah

dan sahabat kosanku Desi Norma Yunita, Nurlaelatul Afifah, Siti Muthia Andini,

Mariam Martiningsih dan Ainun. yang selalu bersama satu atap susah senang

bersanma di Al-Barkah 1 falmboyan 3 atas.

11. Teman-teman seperjuanganku jurusan PH (Perbandingan Hukum) angkatan 2007,

Hilman, Mucibi, Risnu, Farid, Novel, Fakih, Mujib, Vitoy, Helmi, Fikri, Dede,

Salim, Miranda, Lulu, Musrifah, Ratri, Viah yang banyak memberikan sumbang

saran, semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak mengurangi rasa terima

kasih kepada teman-teman kks 09, 2010 desa Cibodas Rumpin Bogor.

12. Terima kasih juga kepada bang Juri yang telah membantu penulis dalam

memperbaiki dan mengedit data penulis skripsi ini.

Page 9: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

ix

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak-pihak

yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga

selesainya skripsi ini, semoga segala bantuan tersebut diterima sebagai amal baik dan

memperoleh balasan pahala yang berlimpah ganda dari Allah SWT, (Amin) maka

akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 25 Syawal 1432 H

26 September 2011 M

MIFTAHUL ROHMAH

Page 10: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7

D. Riview Studi Terdahulu ................................................................ 8

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan...................................... 9

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN BAWAH

TANGAN DI INDONESIA

A. Pengertian Perkawinan di Bawah Tangan ................................... 14

B. Hukum Positif Perkawinan di Indonesia ...................................... 30

C. Pencatatan Perkawinan ................................................................. 32

D. Konsekuensi hukum ...................................................................... 35

Page 11: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

xi

BAB III MASALAH HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DI

MALAYSIA

A. Hukum Positif Perkawinan di Malaysia ....................................... 37

B. Pencatatan Perkawinan ................................................................. 45

C. Konsekuensi Hukum .................................................................... 47

BAB IV PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN MENURUT ENAKMEN

UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG PERKAWINAN NO. 1 TAHUN 1974

A. Persamaan Hukum Perkawinan Indonesia dengan Malaysia ....... 51

B. Perbedaan Solusi Hukum Perkawinan di Bawah Tangan di

Indonesia dan Malaysia ................................................................ 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 69

B. Saran ............................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 72

LAMPIRAN

Page 12: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nikah dapat dikatakan sebagai perbuatan hukum dan mempunyai kekuatan

hukum positif, jika nikah tersebut dilakukan menurut ketentuan hukum yang

berlaku secara positif seperti yang diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 dan PP

No.9 Tahun 1975 serta UU Islam 1974. Sebagai suatu perbuatan hukum

perkawinan mempunyai akibat hukum baik bagi suami istri maupun anak yang

lahir dalam perkawinan atau akibat dari perkawinan tersebut. Seperti penyelesaian

harta bersama, pengasuhan anak, memikul biaya pendidikan anak bila bapak yang

seharusnya bertanggung jawab tidak memenuhi, penentuan kewajiban memberi

biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri, sah atau tidak seorang anak,

pencabutan kekuasaan orang tua, asal usul anak, termasuk mengenai kewarisan.

Pasal 1 UU No.1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.1 Selain itu juga perkawinan merupakan

salah satu kebutuhan rohani dan jasmani yang sudah menjadi kodrat alam, bahwa

1 Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cet.40, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2009),

h.537.

Page 13: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

2

dua manusia dengan jenis yang berlainan di sunatkan untuk menikah sesuai

dengan ketentuan Allah SWT yang antara lain tujuannya untuk melanjutkan

keturunan dan tujuan-tujuan lainya2

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al-Dzariyat: 49

5149

Artinya: ”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat akan kebesaran Allah” (Q.S. Al-Dzariyat/51: 49)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa perkawinan itu merupakan

sunatullah yang berlaku baik pada manusia maupun makhluk lainnya. Dengan

demikian Allah menciptakan mahkluk-Nya bukan tanpa tujuan, tetapi di dalamnya

terkandung rahasia yang amat dalam, supaya hidup hamba-hamba-Nya di dunia

ini menjadi tentram sebagaimana dalam Firman Allah Qs.Al-Rum:21

3021

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tentram kepadanya dan di jadikan-nya diantaramu rasa kasih

dan sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Q.S. Al-Rum/30: 21)

Allah sengaja menumbuhkan rasa kasih dan sayang ke dalam hati masing-

masing pasangan, supaya di antar keduanya saling melengkapi satu dengan yang

2 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama

dan Zakat Menurut Hukum Islam, Cet.1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006 ), h.43.

Page 14: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

3

lain. Agar terciptanya kehidupan yang tentram dalam membina suatu rumah

tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Serta memberikan keturunan yang

baik dan sehat secara jasmani dan rohani.3 Dari pengertian ini bahwa Islam

mengatur manusia hidup berpasang-pasangan yaitu melalui jenjang perkawinan

yang ketentuannya dirumuskan dalam aturan-aturan dalam hukum perkawinan.

Di samping itu juga pemerintah membuat Undang-Undang perkawinan

yang mengatur sekaligus menjadi petunjuk bagi umat Islam demi kemaslahatan,

kepentingan, ketertiban, keadilan dan kesejahteraan masyarakat yaitu Undang-

undang No.1 Tahun 1974 di Indonesia dan Undang-Undang Keluarga Islam di

Malaysia. Yang bertujuan mengatur tentang perkawinan yang sempurna, bahagia,

kekal dan tercipta rasa kasih sayang.

Dalam Undang-undang perkawinan No.1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1) dan

(2), bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agama dan kepercayaannya itu. Serta tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.4 Sedangkan dalam Undang-Undang

keluarga Islam Tahun 1984 mengharuskan adanya pendaftaran perkawinan atau

pencatatan perkawinan5.

Dari penjelasan Undang-Undang diatas telah tegas menyebutkan bahwa

perkawinan sekarang akan dianggap sah oleh hukum apabila perkawinannya itu

3 Amir Taat Nasution, Pekawinan dalam Islam, Cet.3, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994),

h.1. 4 Republik Indonesia Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Cet.1,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.1. 5 Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-undangan

Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, Cet.1, ( Jakarta: INIS, 2002), h.150.

Page 15: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

4

dicatat oleh pegawai pencatat nikah dan tidak ada perkawinan yang diluar hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu sesuai dengan UUD 1945.

Yang dimaksud dengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu

termasuk ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agama dan

kepercayaannya itu, sepanjang tidak bertentangan dalam Undang-Undang ini.

Kemudian dalam pasal 2 ayat (2) menegaskan tiap-tiap perkawinan dicatat. 6

Tetapi pada kenyataannya dalam masyarakat kita sering terjadi

perkawinan di bawah tangan. Perkawinan yang sah secara hukum Agama (apabila

rukun dan syaratnya terpenuhi), namun tidak mempunyai kekuatan hukum (tidak

sah dimata hukum negara). Perkawinan dengan cara inilah yang mempunyai

akibat hukum dan mendapat pengakuan dan perlindungan hukum yang dibuktikan

dengan akta nikah.

Akta nikah merupakan bukti otentik suatu perkawinan, ia memiliki

manfaat dan maslahat yang sangat besar bagi diri dan keluarganya (istri dan anak-

anaknya) untuk menolak kemungkinan dikemudian hari adanya pengingkaran atas

perkawinannya atau suami istri melakukan tindakan yang menyimpang, misalnya

suami tidak memberikan nafkah yang menjadi kewajibannya.

Dengan adanya bukti otentik (akta nikah), maka perkawinan yang

dilangsungkan oleh seseorang akan mempunyai kekuatan yuridis. Sebagaimana

6 Tentang pencatatan ini terdapat dua pendapat, menurut pendapat pertama pencatatan nikah

oleh PPN tidak merupakan syarat sahnya nikah, tetapi hanya kewajiban Administrasi saja. Pendapat

kedua pencatatan nikah oleh PPN merupakan syarat sahnya nikah, lihat Masjfuk Zuhdi, NIkah Siri,

Nikah di Bawah Tangan, Serta Status Anak menurut Hukum Islam dan Hukum Positif, Mimbar

Hukum, No.28 Tahun VIII, 1996, h.11-12

Page 16: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

5

disebutkan pada pasal 7 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, perkawinan hanya

dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah.7

Dengan demikian pencatatan perkawinan adalah merupakan kewajiban bagi

mereka yang akan melangsungkan perkawinannya.

Dalam Perkawinan di bawah tangan, petugas pencatat perkawinan tidak

akan mencatat perkawinanya tersebut, karena dianggap menyimpang dari

Undang-Undang perkawinan. Disamping itu juga kedua pasangan itu tidak akan

mendapatkan surat nikah dan anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut sulit

untuk mendapatkan akta kelahiran.

Melihat pentingnya pencatatan perkawinan, maka sudah seharusnya

masyarakat menyadari dan melaksanakan aturan pencatatan perkawinan. Seperti

yang ditetapkan dalam pasal 2 ayat (2) Undang-undang No.1 Tahun 1974.8 Tiap-

tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku atau

bagi suami istri yang karena suatu hal perkawinannya tidak dibuktikan dengan

akta nikah maka memohon isbat nikah ke Pengadilan Agama.

Oleh karena itu adanya keharusan pencatatan perkawinan bagi mereka

yang ingin melangsungkannya, karena mempunyai nilai yuridis yang sangat

urgen, sebagai bukti otentik bahwa mereka telah melangsungkan pernikahan dan

7 Abdurohman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Cet.2, ( Jakarta: Akademika Pressindo,

1995), h.8. 8 Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cet.40, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2009),

h.538.

Page 17: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

6

membina rumah tangga. Selain itu juga sebagai alat untuk mendapatkan hak-hak

masing-masing pihak sebagai suami istri.

Dengan demikian perkawinan di bawah tangan semestinya dihindari,

sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Akan tetapi pada kenyataannya

masyarakat masih banyak yang belum sadar akan kepentingan hukum yang

berlaku, khususnya mengenai perkawinan. Sehingga masih banyak masyarakat

yang melakukan perkawinan di bawah tangan dan terjadinya penyimpangan-

penyimpangan terhadap hukum itu sendiri.9

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang “PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI

HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas perlu di batasi

masalah yang akan diteliti. Sehingga pembatasan permasalahan yang akan di

bahas tidak keluar dari sasaran yang hendak dicapai.

Dalam penulisan skripsi ini hanya meneliti tentang apa konsekuensi

hukum perkawinan di bawah tangan di Indonesia dan Malaysia serta

bagaimana solusinya.

9 Mr. Matimam Prodjohamidjoyo, Hukum Perkawinan Indonesia, Cet.1, (Jakarta: PT Abadi,

2002), h.9.

Page 18: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

7

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah

diatas maka permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa konsekuensi hukum perkawinan di bawah tangan di Indonesia dan

Malaysia ?

b. Bagaimana solusi hukum perkawinan di bawah tangan di Indonesia dan

Malaysia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh

penulis diantaranya:

a. Untuk mengetahui apa konsekuensi hukum perkawinan di bawah tangan

di Indonesia dan Malaysia

b. Untuk mengetahui bagaimana solusi hukum perkawinan di bawah tangan

di Indonesia dan Malaysia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam melaksanakan penelitian ini adalah:

a. Penulis

Bertambahnya wawasan dan pengetahuan dalam bidang hukum,

khususnya tentang perkawinan di bawah tangan menurut hukum di

Indonesia dan Malaysia

Page 19: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

8

b. Fakultas

Memberikan sumbangan pemikiran dan menambah literatur

perpustakaan mengenai perkawinan di bawah tangan menurut hukum di

Indonesia dan Malaysia.

c. Jurusan

Penelitian ini juga dapat memberi sumbangan karya ilmiah dan juga

sumbangan pemikiran bagi khazanah Ilmu pengetahuan dan literasi pada

Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan

kajian terdahulu. Berdasarkan pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan

terhadap beberapa sumber kepustakaan terkait dengan permasalahan yang dibahas

dalam penulisan skripsi ini, maka penulis lebih memfokuskan masalah

perkawinan di bawah tangan di Indonesia dan malaysia mengenai konsekuensi

hukum dan solusinya menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 di Indonesia

dan Enakmen Undang-Undang keluarga Islam di Malaysia. Sedangkan skripsi

yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu:

Pada tahun 2007, telah ditulis skripsi atas nama Subhan Zamzami

(103044128049) konsentrasi peradilan Agama dengan judul ”Perkawinan di

Bawah Tangan Prespektif Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi

Hukum Islam (KHI) dan Dampak Sosial Terhadap Perkawinan di

Page 20: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

9

Indonesia” yang membahas tentang pernikahan di bawah tangan menurut

kompilasi hukum Islam saja serta dampak sosisal terhadap perkawinan di

Indonesia.

Pada tahun 2008, telah ditulis skripsi atas nama Sahfudin (204044103058)

konsentrasi peradilan Agama dengan judul ”Pengaruh dan Implikasi

Perkawinan di Bawah Tangan di Kelurahan Cipondoh Tanggerang” Dalam

skripsi ini hanya membahas tentang banyak akibat dan pengaruhnya terhadap istri

dan anak dari hasil pernikahan di bawah tangan.

E. Metode Penelitian

Untuk mengkaji permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode sebagai berikuti:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah

metode penelitian hukum normatif,10

yaitu penelitian yang memuat deskripsi

tentang masalah yang diteliti berdasarkan bahan-bahan hukum tertulis.

Sedangkan penelitian ini bersifat kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara mengkaji buku-buku, literatur-literatur yang ada relevansinya

dengan judul skripsi ini.

10

Fahmi Muhammad Ahmadi, Jenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Cet. 1, ( Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.10

Page 21: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

10

2. Sumber Data

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis

sumber data, sumber data primer dan sumber data sekunder yaitu:

a. Sumber Data Primer, yaitu data yang didapat dari bahan-bahan yang

diperlukan dalam hai ini, yaitu Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan

Undang-Undang Keluarga Islam tentang perkawinan.

b. Sumber Data Sekunder, yaitu data pendukung dan pelengkap data

penelitian yang diperoleh dari buku-buku. Melalui kajian pustaka,

majalah, makalah, serta surat kabar yang mengandung informasi yang

berkaitan dengan masalah skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi

pustaka (librari research,).11

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji

buku-buku atau sumber-sumber yang diperlukan dalam hal ini adalah Undang-

undang No.1 Tahun 1974 sebagai rujukan utama dan buku yang berjudul

Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-Undangan

Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia serta literatur-

literatur yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini.

11

Fahmi Muhammad Ahmadi, Jenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, h.12

Page 22: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

11

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis kualitatif.12

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan secara

bersamaan dengan pengumpulan data, memilah-memilihnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat dibaca dan

diinterprestasikan atau mudah dipahami dan diinformasikan kepada orang lain.

Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mengkualifikasikan data-data yang telah

diperoleh dan disusun kemudian dideskripsikan.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku

pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakart, UIN Jakarta Pres, 2007 yang merupakan

sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada umumnya, khususnya Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.13

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai

materi yang menjadi pokok penulisan skripsi ini maka penulis menjelaskan

12

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. 1, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004), h.248 13

Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet.1, (Jakarta: UIN Jakarta

Pres, 2007), h. 36

Page 23: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

12

dalam sistematika penulisan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab

yang di bagi dalam sud bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-

masing yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan

latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian

dan sistematika penulisan

BAB II: TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN DI

BAWAH TANGAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan tentang,

pengertian perkawinan di bawah tangan, hukum positif perkawinan

di Indonesia, pencatatan perkawinan dan konsekuensi hukum

BAB III: MASALAH HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN

MALAYSIA.

Pada bab ketiga ini penulis menguraikan gambaran umum seputar

tentang, hukum positif perkawinan di Malaysia, pencatatan

perkawinan dan konsekuensi hukum.

BAB IV: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN MENURUT UNDANG-

UNDANG PERKAWINAN NO. 1 TAHUN 1974 DAN

ENAKMEN UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM

Page 24: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

13

Bab ini berisi persamaan hukum perkawinan Indonesia dengan

Malaysia, perbedaan solusi hukum perkawinan di bawah tangan di

Indonesia dan Malaysia.

BAB V: PENUTUP

Bab penutup ini berisikan pembahasan akhir dari seluruh rangkaian

pembahasan dalam penulisan skripsi yang berisikan kesimpulan dan

saran seputar persoalan yang diangkat dari awal sampai akhir

pembahasan.

Page 25: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH

TANGAN DI INDONESIA

A. Pengertian Perkawinan di Bawah Tangan

1. Pengertian Perkawinan

Menurut bahasa, perkawinan mampunyai arti mengumpulkan,

menggabungkan, menjodohkan atau bersenggama (wath’i).1 Ada pula yang

mengartikan kata Nikah atau Zawaj yang berasal dari bahasa arab berarti

“berkumpul dan menindih” atau ungkapan lain bermakna “akad atau

bersetubuh” yang secara syara’ berarti aqad perkawinan.2 Sedangkan dalam

bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa

artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan

kelamin atau bersetubuh.3

Menurut istilah hukum Islam terdapat beberapa definisi diantaranya

adalah:

4

1 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Perkawinan dan Keluarga, Cet.2, (Jakarta:

elSAS, 2008), h.3 2 Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan Analisis Perbandingan Antar Madzhab,

Cet.1, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h.1. 3 Dip Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.3, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h.456.

4 Abd Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Cet.1, (Bogor: Prenada Media, 2003), h.7.

Page 26: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

15

“Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk

membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan

menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki”

Abu Yahya Zakaria Al-Anshary mendefinisikan:

ا5

“Nikah menurut istilah Syara’ ialah akad yang mengandung ketentuan hukum

kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang

semakna dengannya”.

Pengertian-pengertian diatas tampaknya dibuat hanya melihat dari satu

segi saja, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan

wanita yang semula dilarang menjadi membolehkan. Padahal setiap perbuatan

hukum itu mempunyai tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. Hal-hal inilah

yang menjadikan perhatian manusia pada umumnya dalam kehidupannya

sehari-hari, seperti terjadi perceraian, kurang adanya keseimbangan antara

suami istri. Sehingga memerlukan penegasan arti perkawinan bukan saja dari

segi kebolehan hubungan seksual tetapi juga dari segi tujuan dan akibat

hukumnya.6

Dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal (1) dan (2) bahwa

perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

5 Ibid

6 Ibid, h.9.

Page 27: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

16

wanita sebagai suami istri, dengan tujuan mambentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.7

Di samping definisi yang dijelaskan oleh Undang-Undang No.1 Tahun

1974 di atas, kompilasi hukum Islam di Indonesia juga memberikan definisi

dan tujuan lain yang dicantumkan dalam pasal 2 dan 3 yang tidak bertentangan

dengan Undang-undang perkawinan. Namun bersifat menambah penjelasan

dengan rumusan sebagai berikut:’ Perkawinan menurut hukum Islam adalah

akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati printah Allah

dan melaksanakannya merupakan ibadah (pasal 2), selanjutnya tujuan

perkawinan menurut kompilasi hukum Islam pasal 3 adalah mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah.8

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu akad dalam

perkawinan adalah untuk menjalankan perintah Allah juga merupakan salah

satu ibadah yang sangat dianjurkan bahkan cenderung diperintahkan.

2. Dasar Hukum Perkawinan

Tentang hukum melakukan perkawinan Ulama fiqih (fuqaha) berbeda

pendapat dalam menentukan kedudukan hukumnya. Secara umum ada

pendapat tentang hukum nikah yakni Jumhur (mayoritas ulama) berpendapat

bahwa nikah itu hukumnya sunah, golongan Zhahiriah berpendapat bahwa

nikah itu wajib, para ulama Malikiahyah Mutaakhirin berpendapat bahwa

7 Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet.1, (Jakarta: PT Pranada Paramita,

2010), h.537. 8Abdurohman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Cet.2, (Jakarta: Akademika Pressindo,

1995), h.7.

Page 28: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

17

nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunah untuk sebagian orang lainnya dan

mubah untuk sebagian orang lainnya.9

Perbedaan pendapat ini, menurut Ibnu Rusyid disebabkan adanya

perbedaan apakah bentuk kalimat perintah dalam ayat dan hadis-hadis yang

berkenaan dengan masalah ini harus diartikan wajib, sunah ataukah mungkin

mubah sebagaimana tertera dalam surat An-Nisa:3

(3: 4/النساء)

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-

hak) perempuan yang yatim, bilamana kamu mengawininya, Maka

kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi, dua, tiga atau

empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,

Maka kawinilah seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.

yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

(Q.S. An-Nisa/4: 3)

Dari penjelasan diatas, bahwa pernikahan itu diwajibkan bagi meraka

yang sudah mampu untuk menikah, serta dibolehkan memiliki dua orang istri

apabila mereka berlaku adail. Akan tetapi, diharamkan bagi mereka untuk

menikahi yang ketiga apabila dia hanya mampu untuk memenuhi hak dua istri

saja.

9 Ahmad Sudirman Abas, Pengantar Pernikahan Analisis Perbandingan Antar Madzhab,

Cet.1, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h.7.

Page 29: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

18

Di Indonesia pada umumnya masyarakat memandang bahwa hukum

asal melakukan perkawinan ialah mubah. Hal ini banyak dipengaruhi pendapat

Ulama Syafi’iyah, terlepas dari pendapat Imam-imam mazhab berdasarkan

nash-nash baik Al-Qur’an maupun As-Sunah, Islam sangat menganjurkan

kaum muslimin yang mampu untuk melangsungkan perkawinan. Namun

demikian dilihat dari segi kondisi orang yang melaksanakan serta tujuan

melaksanakannya, maka melakukan perkawinan itu dapat dikenakan hukum

wajib, sunah, haram, makruh ataupun mubah.10

1. Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu menikah, serta ingin menjaga

jiwa dan pandangan dari perbuatan haram.

2. Sunah, yaitu bagi orang-orang yang sudah mampu untuk menikah, tetapi

ia masih sanggup untuk menahan dirinya dari perbuatan haram. Dalam hal

seperti ini maka nikah lebih baik dari pada hidup sendiri karena hidup

sendiri tidak diajarkan oleh Islam.

3. Haram, yaitu bagi orang yang tahu bahwa dirinya tidak mampu untuk

melaksanakan hidup berumah tangga dan melaksanakan kewajiban lahir

dan batin. Seperti memeberi nafkah, pakaian, tempat tinggal serta

mencampuri istri.

4. Mubah, yaitu bagi orang yang tidak berhalangan untuk nikah dan dorongan

untuk nikah belum membahayakan dirinya.

10

Abd Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, Cet.1, (Bogor: Predana Media, 2003), h.7.

Page 30: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

19

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dasar perkawinan

menurut hukum Islam pada dasarnya bisa menjadi wajib, haram, sunah dan

mubah tergantung dengan keadaan maslahat atau mafsadatnya11

.

3. Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang

menyangkut dengan sah atau tidaknya suatu perbuatan hukum itu. Rukun dan

syarat juga mengandung arti yang sama dan harus ada kedua-duanya dalam

suatu perbuatan hukum tesebut, serta tidak boleh ditinggalkan salah satu dari

keduanya.12

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan

itu. Seperti membasuh muka untuk wudhu dan takbirothul ihram untuk shalat

atau adanya calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan dalam

perkawinan.

Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian

pekerjaan itu. Seperti menutup aurat untuk shalat atau calon pengantin laki-

laki dan perempuan harus beragama Islam. Sedangkan sah yaitu suatu

pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.

11

Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Cet.1, (Jakarta: PT Raja Grofindo

Persada, 2009), h.11. 12

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Cet.1, (Jakarta: Kencana,

2007), h.59.

Page 31: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

20

a. Rukun Perkawinan

Rukun perkawinan adalah hakikat dari perkawinan itu sendiri, tanpa

adanya salah satu rukun. Maka perkawinan tidak bisa di laksanakan karena

rukun nikah merupakan bagian dari hakikat perkawinan dan wajib di

penuhi pada saat berlangsungnya perkawinan,13

rukun perkawinan itu

terdiri atas:

1). Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.

2). Adanya wali nikah.

3). Adanya dua orang saksi yang adil.

4). Sighat akad nikah yaitu ijab dan qobul yang diucapkan oleh wali atau

wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-

laki.14

b. Syarat Sahnya Perkawinan

Perkawinan merupakan salah satu ibadah dan memiliki syarat-

syarat sebagaimana ibadah lainnya. Syarat-syarat yang dimaksud tersirat

dalam Undang-Undang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Syarat-

syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila

13

Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sarak, Cet.1, (Malang: UIN Malang Press, 2008),

h.57. 14

Ali Hasan, Pedonan Hidup Rumah Tangga dalam Islam, Cet.1, (Jakarta: Siraja, 2003),

h.56.

Page 32: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

21

syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan

adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri.15

Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan yaitu:

1). Syarat-syarat calon mempelai pria adalah

a). Beragama Islam

b). Laki-laki

c). Baligh

d). Berakal

e). Jelas orangnya

f). Dapat memberikan persetujuan

g). Tidak terdapat halangan perkawinan

2). Syarat-syarat calon mempelai wanita adalah:

a). Beragama Islam

b). Perempuan

c). Jelas orangnya

d). Dapat dimintai persetujuan

e). Tidak terdapat halangan perkawinan16

Dari ketentuan di atas mengenai Syarat-syarat perkawinan juga

diatur mengenai ketentuan batas umur calon mempelai. Baik dari calon

mempelai laki-laki maupun calon mempelai perempuan.

15

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet.1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

h.12. 16

Ali Hasan, Pedonan Hidup Rumah Tangga dalam Islam, h.56.

Page 33: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

22

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 menyatakan

bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur

19 (Sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16

(enam belas) tahun. Ketentuan batas umur seperti yang tercantum dalam

pasal 15 ayat (1) Kompilasi hukum Islam di dasarkan kepada pertimbangan

kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan. Hal ini sejalan

dengan penekanan Undang-Undang perkawinan, bahwa calon suami dan

istri harus sudah matang jiwa dan raga agar dapat mewujudkan tujuan

perkawinan secara baik.17

4. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

Tujuan perkawinana menurut hukum Islam ialah untuk memenuhi

petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera

dan bahagia, harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota

keluarga sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin. Serta

terpenuhi semua keperluan hidupnya, sehingga timbullah kebahagiaan yakni

kasih sayang antara anggota keluarga.18

Tujuan perkawinan menurut perintah Allah ialah untuk memperoleh

keturunan yang sah dalam masyarakat. Serta terbentuknya rumah tangga yang

17

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet.1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

h.13. 18

Abd Rahman Ghazali, Fiqh sMunakahat, h.22.

Page 34: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

23

damai dan teratur.19

Dan menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 3

menjelaskan tujuan perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.20

Sedangkan menurut Imam Al-

Ghazali maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu:

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.

2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat dan menumpahkan

kasih sayangnya.

3. Memenuhi panggilan Agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggungjawab menerima hak serta

kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan

yang halal.

5. Membangun rumah tangga yang tentram dan damai berdasarkan cinta dan

kasih sayang.

Adapun hikmah yang dapat ditemukan dalam perkawinan adalah

menghalangi mata dari melihat kepada hal-hal yang tidak diijinkan Syara’ dan

menjaga kehormatan diri dari terjatuhnya pada kerusakan seksual. Islam

mengajarkan dan menganjurkan untuk menikah karena pernikahan akan

berpengaruh baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat dan seluruh umat

manusia. Adapun hikmah pernikahan adalah:

19

Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dari Segi

Hukum Perkawinan Islam, Cet.1, (Jakarta: Hillco, 1985), h.26. 20

Kompilasi Hukum Islam, Cet.2, (Bandung: Fokus Media, 2007), h.7

Page 35: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

24

1. Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan

dan memuaskan naluri seks dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi

tenang.

2. Nikah jalan terbaik untuk memperbanyak keturunan, melestrarikan hidup

manusia, serta memelihara keturunan yang oleh Islam sangat diperhatikan

sekali.

3. Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam

suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan

ramah, cinta dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang

menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

4. Perkawinan dapat membuahkan di antaranya, tali kekeluargaan

memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga dan memperkuat

hubungan masyarakat yang memang oleh Islam direstui ditopang dan

ditunjang karena masyarakat yang saling menunjang lagi saling

menyayangi merupakan masyarakat yang kuat lagi bahagia.21

5. Pengertian Perkawinan di Bawah Tangan

Menurut bahasa perkawinan di bawah tangan berarti perkawinan yang

dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau perkawinan yang dirahasiakan.

Sedangkan menurut hukum, perkawinan di bawah tangan adalah perkawinan

yang bisa dinyatakan sah secara agama (apabila Syarat dan rukunya terpenuhi)

namun tidak berkekuatan hukum.

21

Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, h.20.

Page 36: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

25

Dalam pernikahan dibawah tangan, petugas pencatat nikah (KUA)

tidak akan mencatat perkawinannya tersebut karena dianggap menyimpang

dari Undang-Undang yang berlaku. 22

Akibatnya, pasangan yang menikah

tidak akan mendapatkan surat nikah. Kalaupun mendapatkan surat nikah ada

dua kemungkinan.

1. Surat nikah aspal ( asli tapi palsu).

2. Petugas KUA-nya berkolusi.

Sedangkan sistem hukum Indonesia tidak mengenal istilah perkawinan

di bawah tangan dan semacamnya. Namun, secara sosiologis istilah ini

diberikan bagi perkawinan yang tidak dicatatkan dan tidak memenuhi

ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Khususnya tentang pencatatan

perkawinan yang diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan pasal 2 ayat (2) yang menegaskan bahwa perkawinan harus

dicatat sesuai ketentuan perundang-undang yang berlaku.23

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan di bawah

tangan adalah perkawinan yang sudah memenuhi syarat dan rukun dalam

hukum Islam. Tetapi tidak mengikuti hukum Negara yang mengharuskan

untuk dicatat.

22

Lembaga Bantuan Hukum APIK, Dampak Pernikahan Bawah Tangan Bagi Perempuan

Artikel diakses pada kamis, 14 Juli 2011 dari:hpp://www.lbh-apik.or.id/fact51-bwh/20tangan.htm 23

Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cet.1, (Jakarta: PT Pradnya Paramita,

2009), h. 538.

Page 37: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

26

1. Faktor Terjadinya Pernikahan di Bawah Tangan

Terdapat beberapa faktor yang melatar belakangi terjadinya

pernikahan bawah tangan di antaranya yaitu:

a. Tidak adanya kemampuan melaksanakan perkawinana secara Syariat,

karena tidak bisa menyediakan tempat tinggal, disebabkan

penganguran dan tidak adanya kesempatan kerja yang layak.

b. Ikut-ikutan kelompok masyarakat yang menyimpang yang dikuasai

oleh mass media yang rusak melalui alat teknologi yang canggih dan

merebaknya pemikiran yang menyimpang, seperti yang disebarkan

oleh telenofela, film-film dan buku-buku.24

c. Lemahnya benteng agama dan akidah serta kurangnya pembinaan

keluarga untuk mengarahkan kepada akhlak yang mulia.25

d. Pemahaman yang salah terhadap kebebasan pribadi di kalangan

remaja, mereka mengartikan kebebasan adalah” tidak boleh ada yang

mengarahkan mereka “ meskipun untuk mengarahkan perilaku mereka

atau pengontrolan, sementara dikalangan perempuan berpendapat

bahwa mereka mempunyai hak yang sama dalam berbuat seperti laki-

laki dalam alam kebebasan ini tanpa ada batas-batas dan nilai.

e. Tersedianya alat dan obat anti hamil tanpa adanya ketentuan-ketentuan

yang jelas bagi siapa dan kapan boleh didapatkan, hingga

24

Muhammad Fu’ad Syakir, Perkawinan Terlarang, Cet.1, (Jakarta: CV Cendikia Sentra

Muslim, 2002), h.55. 25

Ibid

Page 38: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

27

penyimpangan moral menjadi suatu perbuatan yang tidak ditakuti

karena resikonya bisa dihindari.

f. Dikarenakan ikatannya dengan beberapa keluarga dan beberapa istri

serta anak-anaknya, dan ia takut jika ketahuan akan menghancurkan

bangunan rumah tangganya,

g. Terjadinya hubungan gelap yang mengakibatkan kehamilan

h. Serta kurangnya ekonomi yang menjadi alasan mereka melakukan

pernikahan di bawah tangan.

Dilihat dari berbagai penyebab di atas hal yang perlu dianalisa

kembali adalah sesungguhnya perkawinan dengan cara ini tidak

memenuhi anjuran-anjuran yang diarahkan oleh Islam yang semestinya

dilakukan26

2. Status Hukum Pernikahan di Bawah Tangan

Menurut hukum syariat bahwa sebuah perkawinan dipandang sah

jika telah memenuhi rukun dan syarat perkawinan yang meliputi calon

mempelai pria, calon mempelai wanita, wali mempelai wanita, dua orang

saksi dan ijab qabul. Sedangkan menurut Undang-Undang perkawinan

selain memenuhi aturan syariat pernikahan harus dicatat oleh petugas

pencatat perkawinan. Jika perkawinan sudah memenuhi kedua aturan

tersebut maka perkawinan itu disebut legal wedding jika tidak tercatat

maka disebut illegal wedding.

26

Muhammad Fu’ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h.56.

Page 39: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

28

Secara dogmatis, tidak ada nash dalam Al-Qur’an ataupun sunnah

yang mengatur pencatatan untuk perkawinan, tetapi Al-Qur’an

memberikan perhatian besar kepada pencatatan setiap transaksi utang dan

jual beli. Semestinya jika dalam urusan muamalah seperti utang saja

pencatatan diperintahkan, apalagi dalam perkawinan yang akan

melahirkan hukum lain seperti hak pengasuhan anak, hak waris dan hak-

hak lainnya.

Oleh karena itu, memenuhi aturan Agama dan aturan negara

amatlah penting karena kita selain sebagai agamawan juga sebagai warga

negara, sehingga perjalanan rumah tangga tidak hanya bersentuhan

dengan aturan agama tetapi juga aturan negara. Dengan demikian jika

kelangsungan hidup rumah tangga tidak lepas dari aturan negara dan

mematuhinya maka dari itu mematuhi aturan tersebut wajib hukumnya.27

3. Dampak Pernikahan di Bawah Tangan dalam Masyarakat

Ada banyak dampak yang terjadi dalam Pernikahan di bawah

tangan yaitu:

a. Terhadap Istri

Perkawinan di bawah tangan berdampak sangat merugikan bagi istri

yaitu:

1). Isteri tidak dianggap sebagai isteri sah.

27

http://bimasIslam.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=313&c

atid=49%3Aartikel&Itemid=79, diakses pada hari jum’at, 22 Juli 2011

Page 40: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

29

2). Isteri tidak memiliki kekuatan hukum jika terjadi perselisihan serta

pembagian harta waris jika suami meninggal dunia.

3). Isteri tidak berhak atas harta gono-gini jika terjadi perceraian,

karena secara hukum pernikahan itu dianggap tidak pernah terjadi.

b. Terhadap Anak

Sementara status terhadap anak dari perkawinan di bawah

tangan memiliki dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di

mata hukum. Status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak

sah.

Konsekuensinya, anak hanya mempunyai hubungan perdata

dengan ibu dan keluarga ibu. Artinya, si anak tidak mempunyai

hubungan hukum terhadap ayahnya (pasal 100 Kompilasi Hukum

Islam) di dalam akta kelahirannyapun status anak dianggap sebagai

anak luar nikah. Sehingga hanya dicantumkan nama ibu yang

melahirkan, tentunya hal semacam ini adalah dampak yang sangat

merugikan anak dan ibunya.

Ketidak jelasan status si anak di muka hukum mengakibatkan

hubungan antara ayah dan anak tidak kuat. Sehingga bisa saja suatu

waktu si ayah menyangkal bahwa anak tersebut adalah bukan anak

kandungnya. Sehingga anak tidak berhak atas biaya kehidupan,

pendidikan, nafkah dan warisan dari ayahnya.

Page 41: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

30

B. Hukum Positif Perkawinan di Indonesia

Hukum yang berlaku saat ini di Indonesia adalah Undang-Undang No.1

Tahun 1974 dan berbagai peraturan pelaksanaannya. Undang-Undang tersebut

merupakan hukum perkawinan bagi bangsa Indonesia yang sudah dirintis

penyusunannya sejak tahun 1950.

Dalam UU No.1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa28

. Kemudia tiap-tiap perkawinan dicata menurut PP

No.9 Tahun 1975, yang menerangkan pencatatan bagi mereka yang

melangsungkan perkawinan menurut Agama Islam dilakukan oleh Pegawai

pencatat. Sebagaimana dimaksud dalam UU No.32 Tahun 1945 tentang pencatatn

nikah, talak dan rujuk.

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 berlaku secara efektif hubungannya

dengan PP No.9 Tahun 1975, PP No.10 Tahun 1983, KHI pasal 7 ayat (1) s/d (3),

tentang perkawinan. Disamping itu ada Undang-Undang lain yang sangat erat

kaitannya dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yaitu Undang-Undang No.

7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.29

28

Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cet.40, (Jakarta: Pradnya Paramita,

2009), h.538. 29

Ibid, h.23.

Page 42: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

31

Sejarah Terbentuknya Undang-undang Perkawinan

Pada tanggal 16 Agustus 1973, pemerintah Indonesia mengajukan RUU

Perkawinan untuk dijadikan dasar hukum dalam mengatur tata cara perkawinan

seluruh penduduk Indonesia. Namun sebulan sebelum diajukannya RUU timbulah

reaksi keras dari kalangan umat Islam yang menilai bahwa RUU tersebut sangat

bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, bahkan ada anggapan yang lebih keras,

yang menyatakan bahwa RUU tersebut adalah upaya untuk mengkristenkan

Indonesia.

Menurut Kamal Hasan, setidaknya ada 11 pasal yang dipandang

bertentangan dengan ajaran Islam (fikih munakhat), yaitu pasal 2 ayat 1, pasal 3

ayat 2, pasal 7 ayat 1, Pasal 8 ayat c, Pasal 10 ayat 2, Pasal 11 ayat 2, Pasal 12,

Pasal 13 ayat 1 dan 2, Pasal 37, Pasal 46 ayat c dan d, Pasal 62 ayat 2 dab 9.

Melalui lobbying-lobbying antara tokoh-tokoh Islam dengan pemerintah,

akhirnya RUU tersebut diterima oleh kalangan Islam dengan mencoret pasal-pasal

yang bertentangan dengan ajaran Islam. Agar pembahasanya berjalan lancar maka

dicapai kesepakatan antar Fraksi PPP dan Fraksi ABRI yang isinya :

1. Hukum agama Islam dalam perkawinan tidak akan dikurangi atau di ubah.

2. Sebagai konsekuensi dari pada poin 1, maka alat-alat pelaksanaannya tidak

akan dikurangi atau di ubah. tegasnya UU No.22 Tahun 1946 dan UU No.14

Tahun 1970.

3. Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam dan tidak mungkin

disesuaikan dengan Undang-Undang ini,dihilangkan (didrop).

Page 43: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

32

4. Pasal 2 ayat (1) dari RUU ini disetujui untuk dirumuskan sebagai berikut :

a. Ayat (1), perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan keprcayaan itu.

b. Ayat (2), tiap-tiap perkawinan wajib dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

5. Mengenai perceraian dan poligami diusahakan ketentuan-ketentuan guna

mencegah terjadinya kesewenang-wenangan.30

Akhirnya pasal-pasal yang menimbulkan keberatan dikalangan Islam

dihapuskan. Setelah melakukan rapat yang berulang-ulang, akhirnya pada tanggal

22 Desember 1973 melalui Fraksi-fraksi DPR, RUU tersebut disetujui untuk

disahkan. Pada tanggal 2 Januari 1974 RUU tentang perkawinan menjadi UU

No.1 Tahun 1974 tentang Undang-Undang perkawinan oleh DPR yang

selanjutnya belaku efektif sejak tanggal 1 Oktober 1975.

C. Pencatatan Perkawinan

Pasal 2 ayat (2) UU No.1 Tahun 1974 menyatakan bahwa tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta

dalam bab 2 pasal 2 s/d 9 PP Nomor 9 Tahun 1975 juga menjelaskan tentang

pencatatan perkawinan. Pasal 2 PP No.9 Tahun 1975 sebagai berikut:

30

http://el-ghozali-hasan.blogspot.com/2011/04/sejarah-terbentuknya-undang-undang.html,

diakses pada hari kamis, 15 September 2011

Page 44: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

33

1. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya

menurut agama Islam, dilakukan oleh pegawai pencatatan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang pencatatan

nikah, talak dan rujuk.

2. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya

menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain agama Islam, dilakukan

oleh pegawai pencatat perkawinan pada Kantor Catatan Sipil sebagaimana

dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencatatan

perkawinan.

3. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang khusus berlaku bagi tata

cara pencatatan perkawinan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam pasal 3

sampai pasal 9 peraturan pemerintahan ini.

Dalam pasal-pasal diatas, disebutkan bahwa pencatatan perkawinan bagi

mereka yang melangsungkan perkawinan menurut Agama Islam dilakukan oleh

Pegawai Pencatat Nikah (kantor urusan agama kecamatan). Sedangkan pencatat

perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinan dilakukan oleh pegawai

pencatat di kantor catatan sipil.31

Undang-Undang No.I Tahun 1974 bukan pertama yang mengatur tentang

pencatatan perkawinan bagi muslim Indonesia, sebelumnya sudah ada Undang-

Undang No.22 Tahun 1946 yang mengatur tentang pencatatan nikah, talak, dan

31

Suparman Usman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan di

Indonesia, Cet.1, (Serang: Saudara Serang, 1995), h.30.

Page 45: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

34

rujuk semula Undang-Undang ini hanya berlaku untuk daerah jawa dan Madura

tetapi dengan lahirnya Undang-Undang No.32 Tahun 1954 yang disahkan tanggal

26 oktober 1954. Undang- Undang No.22 Tahun 1946 berlaku di seluruh

Indonesia. Bahkan konon sebelum Undang-Undang No.22 Tahun 1946 sudah ada

peraturan yang mengatur hal yang sama.

Tentang pencatatan perkawinan dalam Undang-Undang No.22 Tahun

1946 disebutkan:

1. Perkawinan diawasi oleh pegawai pencatat nikah

2. Bagi pasangan yang melakukan perkawinan tanpa pengawasan dari pegawai

pencatat nikah dikenakan hukuman karena merupakan suatu pelanggaran,

lebih tegas tentang pencatatan dan tujuan pencatatan perkawinan di temukan

pada penjelasannya bahwa dicatatkannya perkawinan agar dapat mendapat

kepastian hukum dan ketertiban.32

Dalam kompilasi hukum Islam di Indonesia disebutkan, bahwa tujuan

pencatatan perkawinan yang dilakukan di hadapan pengawasan pegawai pencatat

nikah adalah untuk terjaminnya ketertiban perkawinan. Sedangkan perkawinan

yang dilakukan di luar pegawai pencatat nikah tidak mempunyain ketentuan

hukum. Karena ketentuan hukum perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta

nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah. 33

32

Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-

undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia,Cet.1, (Jakarta: INIS, 2002),

h.146. 33

Ibid, h.149.

Page 46: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

35

D. Konsekuensi Hukum

Konsekuensi orang yang melakukan perkawinan di bawah tangan, Baik di

Indonesia maupun di Malaysia adalah tidak dicatat oleh petugas pencatat

perkawinan (Petugas KUA) karena dianggap sudah menyimpang dari Undang-

Undang perkawinan yang berlaku. Disamping itu juga si anak tidak akan

mendapatkan akte kelahiran yang menjadi bukti otentik untuk mendapatkan nafka,

biaya pendidikan dan harta waris.

Undang-Undang No.22 tahun 1946 jo. Undang-Undang No.32 tahun 1945

(penjelasan pasal 1) maupun dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 (pasal 2)

mengharuskan pencatatan pada tiap-tiap perkawinan.34

Kemudian dalam PP No. 9

tahun 1975 yang merupakan peraturan tentang pelaksanaan Undang-Undang No.1

Tahun 1974 disebut bahwa perkawinan bagi penganut Islam dilakukan oleh

pegawai pencatat dengan tata cara pencatatan yang dimulai dengan:

1. Pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan.

2. Pelaksanaan akad nikah dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri oleh dua

orang saksi

3. Penandatanganan akta perkawinan oleh kedua saksi, pegawai pencatat dan wali

dengan penandatanganan tersebut proses perkawinan telah selesai, bagi orang

yang tidak memberitahu kepada pegawai pencatat tentang kehendak melaksanaan

perkawinan atau melaksanakan perkawinan tidak dihadapan pegawai pencatat,

34

Arso Sosroatmojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, Cet.1, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975),

h.55.

Page 47: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

36

termasuk perbuatan melanggar hukum yang dapat dihukum dengan hukuman

denda setinggi-tingginya Rp. 7.500 ( Tujuh ribu lima ratus rupiah)35

Pasal 45 peraturan pelaksanaan memuat ancaman pidana bagi mempelai

dan pegawai pencatat yang melakukan pelanggaran ketentuan-ketentuan tentang

pencatatan. Mempelai diancam dengan pidana denda setingi-tingginya Rp. 7.500

apabila ia:

1. Tidak melakukan pemberitahuan untuk kawin

2. Perkawinan tidak dilaksanakan di hadapan pegawai pencatat.

Pegawai pencatat diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3

(tiga) bulan atau denda setingi-tingginya Rp. 7.500 apabila ia:

1. Tidak melakukan penelitian

2. Tidak memberitahukan adanya halangan perkawinan

3. Tidak menyelenggarakan pengumuman

4. Tidak menandatangani pengumuman atau

5. Melaksanakan perkawinan sebelum hari kesepuluh dari pengumuman

6. Tidak menyiapkan dan menandatangani akta perkawinan,

7. Tidak menyimpan helai pertama, tidak memberikan helai kedua kepada

panitra pengadilan dan kutipan akta perkawinan kepada suami istri.

Adapun yang mengadili perkara pelanggaran ini yang menjatuhkan

pidananya adalah peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum. Bukan peradilan

dalam lingkungan Peradilan Agama, walaupun yang melakukan pelanggaran itu

beragama Islam.36

35

Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-

undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, h. 149 36

Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976), h.21.

Page 48: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

37

BAB III

MASALAH HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN

DI MALAYSIA

A. Hukum Positif Perkawinan di Malaysia

Sebelum lahirnya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang

perkawinan dan masalah-masalah perkawinan disetiap negara Malaysia telah

ditetapkan dalam Undang-Undang Agama Islam.1 Hukum yang mengatur tentang

perkawinan dan hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan dicantumkan dalam

satu bab dari Undang-Undang tersebut. Seperti Undang-Undang Islam, salah satu

bagiannya adalah tentang perkawinan dan hal-hal yang muncul akibat

perkawinan.

Undang-Undang yang di maksud adalah sebagai berikut:

1. Enakmen (undang-undang) yang ditetapkan dalam hukum Syarak 1952, atau

Undang-Undang hukum Islam No.3 Tahun 1952.

2. Undang-Undang Islam Terengganu No.4 Tahun 1955.

3. Undang-Undang Agama Pahang 1956 atau dalam Undang-Undang Agama

Islam No.5 Tahun 1956.

4. Undang-Undang Islam, Negara Sembilan No.15 Tahun 1960.

5. Undang-Undang Islam, Kedah 1978.

1 Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-undangan

Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, Cet.1, ( Jakarta: INIS, 2002), h.84.

Page 49: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

38

6. Undang-Undang ditetapkan dalam Undang-Undang Islam, Parlis No.3 Tahun

1964.

7. Undang-Undang Islam, Perak No.11 Tahun 1965.

8. Undang-Undang Islam, Sabah 1977 atau dalam Undang-Undang Islam No.15

Tahun 1977.

9. Ordinan Majlis Islam Serawak 1977.

10. Undang-Undang Agama Islam Johor No.14 Tahun 1978.

11. Enakmen (undang-undang) Majlis Agama Islam dan adat istiadat melayu

Kelantan No.1 dan 2 Tahun 1966

Sebelumnya, wilayah persekutuan menggunakan penetapan hukum Syarak

Selangor 1952, kemudian diperbaharui dengan pembaharuan lain menjadi

Undang-Undang hukum Syarak 1974.2 Tujuan dari pembaharuan Undang-Undang

diatas adalah untuk menyatukan dan menggabungkan Undang-Undang yang ada

sebelumnya.

Selangor adalah negara yang pertama melakukan usaha pembaharuan

Undang-Undang dan melahirkan Undang-Undang 1952. Secara umum, Undang-

Undang ini yang mengatur tentang kekuasaan dan fungsi Majlis Agama Islam,

pelantikan mufti dan fatwa, pendirian Mahkamah Syariah, pelantikan kadi dan

penetapan wilayah kekuasaan Mahkamah Syariah serta mengenai Undang-

Undang keluarga. Disamping itu juga diatur tentang masjid, mualaf, keuangan dan

urusan umum.

2 Ibid, h.84.

Page 50: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

39

Sejak tanggal 1 Maret 1982. Akta memperbaharui Undang-Undang

(perkawinan dan perceraian) 1976 (AMU) telah diperlakukan di seluruh Malaysia.

Oleh sebab itu, Undang-Undang yang berlaku sekarang merupakan pembaharuan

dan penggabungan dari Undang-Undang yang ada sebelumnya.

Adapun pasal yang mengatur tentang hukum keluarga adalah Undang-

Undang Hukum Keluarga, dalam Undang-Undang hukum keluarga, masing-

masing berbeda antra satu negara dangan negara lainnya. Dalam Undang-Undang

hukum Syarak Selangor 1952. Misalnya masalah suami istri yang memuat

mengenai perkawinan, pendaftaran perkawinan, perceraian, pemeliharaan anak

dan nafkah, terdapat 25 pasal, Dalam enakmen (undang-undang) kelantan 1966

memuat 30 pasal, sedangkan Undang-Undang Johor 1978 memuat 26 pasal dan

negara Sembilan 1960 memuat 23 pasal.3

Beberapa tahun kemudian masing-masing negara melakukan pembaharuan

Undang-Undang. Misalnya, Undang-Undang Negara Kelantan diperbaharui

menjadi Undang-Undang penetapan Mahkamah Syariah Tahun 1989. Undang-

Undang Pahang menjadi Undang-Undang Agama Islam dan adat Resam Melayu

Pahang tahun 1982. Serta Undang-Undang Selangor manjadi Undang-Undang

Selangor tahun 1989.

Pada periode sekarang, pada umumnya negara-negara yang ada di

Malaysia memiliki Undang-Undang keluarga Islam yang relatif sama yaitu

sebagai berikut:

3 Ibid, h.85.

Page 51: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

40

1. Undang-Undang keluarga Islam malaka 1983.

2. Kalantan 1983.

3. Negeri Sembilan 1983.

4. Wilayah persekutuan 1984.

5. Perak 1984 ( No.1)

6. Kedah 1979 ( No.1 1984)

7. Pulau Pinang 1985.

8. Terengganu 1985.

9. Pahang 1987 ( No.3)

10. Selangor 1989 ( No.2)

11. Johor 1990.

12. Serawak 1991

13. Perlis 1992

14. Sabah 19924

Dengan demikian, Undang-Undang Keluarga Islam Kelantan dan Negara

Sembilan Sarak adalah tiga negara pertama yang melakukan pembaharuan

Undang-Undang keluarga di Malaysia. Sementara negara terakhir yang

menegaskan Undang-Undang keluarga adalah Sabah dengan Undang-Undang

No.15 Tahun 1992.5

4 Abdul Rohman, Pemikiran Islam di Malaysia Sejarah dan Aliran, Cet.1, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1997), h.334. 5 Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-undangan

Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, h.86.

Page 52: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

41

Sedangkan Undang-Undang Islam yang ada di Malaysia akan di

kelompokan menjadi dua kelompok besar, pertama Undang-Undang yang

mengikuti akta persekutuan yakni Selangor, Negara Sembilan, Pulau Pinang,

Pahang, Perlis, Tereganu, Sarawak dan Sabah. Kedua Kelantan, Johor, Malaka

dan Kedah. Meskipun banyak persamaannya dengan Undang-Undang

persekutuan, tetapi ada perbedaan yang cukup mencolok, yakni dari 134 pasal

yang ada hanya 49 pasal yang berbeda.

Usaha penyeragaman Undang-Undang Keluarga Islam di Malaysia pernah

dilakukan oleh Tengku Zaid, sedangkan tugas komite ini adalah membuat draf

Undang-Undang Keluarga Islam, setelah mendapat persetujuan dari Majlis

Hakim, draf ini disebarkan ke negara-negara untuk dipakai sebagai Undang-

Undang keluarga. Tetapi, tidak semua negara menerima isi keseluruhan Undang-

Undang ini. Seperti Kelantan, yang melakukan penatapan terhadap draf lain.

Akibatnya Undang-Undang keluarga Islam yang berlaku di Malaysia tidak

seragam sampai sekarang.

Menurut catatan Ahilemah Joned,6 berdasarkan pendahuluan dalam

Undang-Undang perkawinan di Malaysia, masing-masing negara sebagian

mempunyai tujuan sendiri dalam pembentukan Undang-Undang perkawinannya,

seperti Perak, Selangor, Negara Sembilan dan Akta Wilayah. Pembuatan Undang-

Undang perkawinan di daerah ini bertujuan untuk mengubah beberapa hal di

6 Ibid, h.87 (Ahilemah Joned, “Keupayaan dan Hak Wanita Islam untuk Berkawin,Indah

Khabar Dari pada Rupa,”, dalam Fakulti Undang-undang Universitas Malaya (Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1988)

Page 53: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

42

bidang perkawinan, perceraian, nafkah, hadanah dan perkara-perkara lainnya,

supaya menjadi lebih mengikat dan membuat suatu peraturan yang komprehensif

agar Undang-Undang tersebut di patuhi dan di ikuti oleh setiap masyarakat yang

ada di Malaysia.

Undang-Undang Kelantan selain untuk menyatuka juga untuk

memperbaharui Undang-Undang yang ada sebelumnya. Joned menyimpulkan

bahwa tujuan pembentukan perundang-undangan di bidang perkawinan Malaysia

adalah untuk meningkatkan status wanita atau mengubah peraturan hukum

syariah mengenai keluarga. Dari penjelasan diatas tampak bahwa usaha

pembaharuan hukum perkawinan Malaysia secara umum awalnya dilakukan

untuk kepentingan penjajah (Inggris) dengan berupa aturan administrasi

(pencatatan), kemudian meluas ke Mentri Hukum Keluarga di masa pasca

kemerdekaan yang sama dengan Indonesia, usaha pembaharuan hukum keluarga

Malaysia dilakukan secara bertahap yang awalnya hanya memperbaharui masalah

pencatatan perkawinan dan perceraian, kemudian menjadi salah satu sub bab dari

aturan umum di bidang Agama Islam.

Kemudian berkembang perbaharuan Undang-Undang hukum keluarga

secara keseluruhan di masa pasca kemerdekaan dan menjadi Undang-Undang

tersendiri. Masalah warisan masuk kedalam hukum keluarga, tetapi dalam

perakteknya di masa penjajahan mentri tersebut seolah berada di luar hukum

keuarga muslim. Penyebabnya adalah karena masalah warisan tersebut

Page 54: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

43

berhubungan dengan uang. Hal ini yang menjadi urutan utama dalam usaha

pembaharuan hukum keluarga tersebut.7

1. Pengertian Perkawinan di Malaysia

Dalam bahasa Melayu (terutama di Malaysia dan Brunei Darussalam)

digunakan istilah kawin, kawin ialah perikatan yang sah antara laki-laki

dengan perempuan menjadi suami istri, atau nikah.8

Akta Undang-Undang Keluarga Islam (wilayah persekutuan) 1984.9

Menegaskan bahwa suatu perkawinan adalah tidak sah melainkan jika cukup

semua syarat yang perlu, secara syar’i. Sebagai tambahan beberapa

persyaratan administrasi telah diadakan di bawah Undang-Undang ini. Pada

masa sekarang suatu perkawinan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang

ini akan tetapi sah menurut syar’i, harus didaftarkan kepada hukuman yang

dikenakan. Karena termasuk perkawinan di bawah umur. (ayat 8) 10

dan

poligami (ayat 23)11

Akta ini juga menjelaskan bagi yang hendak melaksanakan

perkawinan harus berdasarkan persetujuan wali pihak perempuan, selain itu

7 Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-undangan

Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, h.88. 8 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Cet.1, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004), h.43. 9 Najibah Mohd Zin, Undang-undang keluarga Islam, (Siri Perkembangan Undang-undang di

Malaysia), Cet.1, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007), h.xxiii 10

Ibid, h.9, (Ayat 8-Apabila pemohon berada di bawah umur batas minimum, yaitu kurang

dari 18 tahun bagi laki-laki dan kurang 16 tahun bagi perempuan). 11

Ibid, h.11 ( Ayat 23-Jika laki-laki yang beristri dan berkeinginan ingin menikah dengan

Perempuan lain, maka harus terlebih dahulu mendapat izin dari mahkamah syariah)

Page 55: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

44

juga persetujuan perempuan. Ini menurut madzhab Syafi’i yang berdasarkan

kepada Al-Qur’an dan Al-Hadis seperti:

12

Artinya: “Perkawinan seorang perempuan tanpa izin walinya, adalah batal.

Akan tetapi, jika sudah digauli maka wajib diberikan mahar. Jika

terjadi perselisihan maka sultan yang menjadi wali bagi seorang

yang tidak mempunyai wali.

2. Syarat-syarat Perkawinan di Malaysia

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak

tertentu sebelum di langsungkannya perkawinan, syarat-syarat yang dimaksud

adalah:

a. Batas umur calon mempelai.

b. Persetujuan kedua belah pihak

c. Larangan perkawinan karena hubungan keluarga

d. Mengikuti tata cara perkawinan yang ditentukan.13

12

Al-Sunan Abu Daud dan Ibnu Majjah, Shahih Muslim, (Beorut: Darul Fakir, t.th), h. 477 13

Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, Cet.1,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h.38.

Page 56: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

45

3. Orang-orang yang Boleh Mengadakan Perkawinan

Undang-Undang Keluarga Islam menetapkan bahwa pendaftaran adalah

orang yang memainkan peranan utama dalam suatu majlis akad nikah. Ayat 714

menyatakan:

a. Hendaklah diakadnikahkan menurut hukum Syara yaitu :

1) Wali di hadapan pendaftar

2) Wakil wali di hadapan dan dengan kebenaran pendaftar atau

3) Pendaftar sebagai wakil wali

b. Jika suatu perkawinan itu melibatkan seorang perempuan yang tidak

memepunyai wali dari nasab, mengikuti hukum syarak, perkawinan itu

hendaklah diakadnikahkan hanya wali hakim.15

B. Pencatatan Perkawinan

Perkawinan bagi setiap orang yang tinggal di Malaysia dan bagi setiap

orang yang tinggal di luar negeri, warganegara atau berdomisili di Malaysia

selepas tanggal yang ditetapkan hendaklah didaftarkan menurut akta itu (Ayat

27)16

. Hukum perkawinan (Hukum keluarga) Malaysia juga mengharuskan adanya

pendaftaran/pencatatan perkawinan, proses pencatatan secara prinsip dilakukan

14

Najibah Mohd Zin, Undang-undang keluarga Islam,(Siri Perkembangan Undang-undang di

Malaysia), h.8 (Ayat 7-Pernikahan itu boleh diterima terus oleh pengatin laki-laki dalam majlis aqad

ataupun diwakilkan kepada seseorang untuk menerima pernikahan tersebut baginya). 15

Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia, Cet.1, (Kuala Lumpur Malaysia: Institut

Kefahaman Islam Malaysia, 1997), h.344. 16

Ibid, h.420.

Page 57: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

46

setelah akad nikah, Hanya saja dalam rincian oprasionalnya proses pencatatan ada

tiga jenis yaitu:

1. Untuk orang yang tinggal di negara masing-masing, pada dasarnya pencatatan

dilakukan segera setelah selesai akad nikah, kecuali kelantan yang

menetapkan 7 (tujuh) hari setelah akad nikah dan catatan tersebut disaksikan

oleh wali, dua orang saksi dan pendaftar.

2. Orang asli Malaysia yang melakukan perkawinan di kedutaan Malaysia yang

ada di luar negeri, proses pencatatannya secara prinsip sama dengan proses

orang Malaysia yang melakukan perkawinan di negaranya. Perbedaannya,

hanya pada petugas pendaftar, yakni bukan oleh pendaftar asli yang di angkat

di Malaysia (di negara masing-masing) tetapi pendaftar yang diangkat di

kedutaan atau konsul Malaysia di negara yang bersangkutan.

3. Orang Malaysia yang tinggal di luar negeri dan melakukan perkawinan tidak

di kedutaan /konsul Malaysia yang ada di negara yang bersangkutan. Maka,

pihak yang melakukan perkawinan hasus mendaftarkan ke kedutaan atau

konsul setempat sebelum masa enam bulan setelah akad nikah. Sedangkan

apabila yang bersangkutan pulang ke Malaysia sebelum habis masa enam

bulan, maka boleh mendaftarkan perkawinannya di Malaysia.17

Dengan

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

17

Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-

undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, h.151

Page 58: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

47

1. Mengemukakan kepada pendaftar pernyataan perkawinan atau keterangan

lisan atau dokumen yang dapat meyakinkan pendaftar, bahwa perkawinan

itu telah berlaku.

2. Menyerahkan Syarat-syarat yang diperlukan untuk pendaftaran

perkawinan itu dengan sepatutnya dan

3. Memohon dalam formulir yang ditetapkan supaya pendaftar perkawinan

itu dilaksanakan dan menandatangani pernyataan di dalamnya itu.18

Pendaftaran tersebut di atas boleh dilakukan tanpa kehadiran salah

seorang yang melakukan perkawinan, jika pendaftar dapat memberikan alasan

bahwa ada sebab-sebab yang membuat ia tidak hadir, dan pendaftar harus

mencatatkan sebab-sebab ketidak hadirannya itu untuk disimpen suami istri

masing-masing satu helai.19

C. Konsekuensi Hukumnya

Dalam ayat 38 ditentukan, bahwa seseorang yang sengaja membuat suatu

keterangan palsu atau memberikan keterangan palsu yang dikehendaki di bawah

akta ini dengan tujuan untuk memperoleh keterangan perkawinan adalah bersalah

atas suatu kesalahan yang bisa dikenakan penjara. Selama waktu tidak lebih dari

tiga tahun atau denda tidak lebih dari tiga ribu ringgit atau kedua-duanya

sekaligus.

18

Ibid, h.152. 19

Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, h. 69.

Page 59: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

48

Tentang hal pemberitahuan yang tidak dibenarkan dan kesalahan dalam

pemberitahuan atau berbuat sesuatu yang berupa pemberitahuan suatu

perkawinan, sedangkan ia tidak dibenarkan berbuat demikian, maka ia bersalah

atas suatu kesalahan, dan apabila diadili dikenakan penjara selama waktu tidak

lebih dari sepuluh tahun, dan denda tidak lebih dari lima belas ribu ringgit “kata-

kata”, dan dalam ketentuan ini bermakna bahwa kedua macam hukuman itu dapat

sekaligus dikenakan, atau sekiranya kata yang dipergunakan. Sebagaimana yang

terdapat dalam ayat 38 tersebut di atas. Maka hukuman itu dapat dipilih antara

hukuman penjara, denda atau kedua-duanya jika disebutkan secara tegas.

Hukuman yang dapat dikenakan untuk suatu kesalahan seperti yang

tercatat di atas merupakan suatu hukum yang berat, sehingga harus diancam

hukuman sampai maksimum sepuluh tahun dan denda lima belas ribu ringgit.

Sedangkan untuk kesalahan yang berikut, sebagaimana diutarakan oleh ayat 41

adalah ancaman hukumannya jauh lebih ringan, karena kesalahan yang

berlawanan dengan akta pemberitahuan (melaksanakan) suatu perkawinan seperti:

1. Tanpa menerima izin untuk perkawinan itu atau suatu pernyataan yang tidak

memerlukan perizinan.

2. Pelaksanaan perkawinan sekurang-kurangnya dua orang saksi yang dapat

dipercaya untuk mengupacarakan (melaksanakan) suatu perkawinan itu.

3. Setelah berakhirnya waktu enam bulan dari tanggal pemberitahuan

(pelaksanan) perkawinan yang diberikan di bawah ayat 14.

Page 60: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

49

Semua berasal dari kesalahan dan apabila diadili dikenakan penjara selama

waktu tidak lebih dari tiga tahun dan denda tidak lebih dari lima ribu ringgit (ayat

kecil (1) ayat 41). Adapun pendaftaran yang diketahuinya dan berlawanan dengan

akta mengeluarkan izin untuk perkawinan yaitu:

1. Tanpa pemberitahuan perkawinan sebagaimana yang dikehendaki oleh

ayat15.20

2. Apabila suatu kaveat telah diserahkan di bawah ayat 19 tanpa mematuhi ayat

20 atau

3. Berlawanan dengan ayat 1621

Semua bersalah atas suatu kesalahan dan apabila diadili boleh dikenakan

penjara tidak lebih dari tiga tahun dan denda tidak lebih dari lima ribu ringgit (Rp:

14.200.000), (ayat kecil (2) ayat 41)

Selanjutnya bagi orang-orang yang melakukan perkawinan, tanpa

meberitahukan perkawinanya sebagaiman yang tercantum dalam ayat 15, maka

akan dikenakan penjara tidak lebih dari tiga tahun lamanya dan denda tidak lebih

dari lima ribu ringgit (Rp:14.200.000), (ayat kecil (3) ayat 41), perkawinan

terhadap suatu kesalahan seperti yang diuraikan di atas hanya dapat dilakukan

dengan kebenaran tertulis dari pendakwan hakim.22

20

Ibid, h.70 (Ayat 15 –Tuntutan karena melanggar janji untuk berkawin atau pertunangan) 21

Ibid, (Ayat 16-Setiap perkawinan yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu mendapat

kebenaran mendaftar NCR bagi Qariah Masjid tempat pihak perempuan tinggal) 22

Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, h.71.

Page 61: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

50

Secara eksplisit tidak ada aturan bagaimana proses untuk orang yang

melakukan perkawinan antar negara di Malaysia, karena itu penafsiran yang lebih

mendekati kebenaran adalah mempunyai proses yang sama dengan perkawinan di

negara masing-masing. Bagi orang yang melakukan perkawinan di luar Malaysia

dan tidak sesuai dengan aturan yang ada, adalah perbuatan melanggar hukum dan

dapat di hukum dengan hukuman denda maksimal seribu ringgit atau penjara

maksimal enam bulan atau kedua-duanya.23

Kecuali kelantan dan perak yang menentukan boleh mengajukan

permohonan pendaftaran kepada hakim kalau belum di daftarkan sesuai dengan

waktu yang ditentukan. Dari teks-teks perundang-undangan Malaysia dapat

dipahami bahwa fungsi pencatatan hanya urusan atau syarat administrasi, tidak

ada hubungannya dengan syarat sah atau tidaknya suatu pernikahan (akad nikah).

23

Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, Studi Terhadap Perundang-undangn

Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, h.152.

Page 62: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

51

BAB IV

PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN

MENURUT ENAKMEN UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM

DAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO.1 TAHUN 1974

Di dalam Undang-Undang di Indonesia dan Malaysia terdapat persamaan-

persamaan dan perbedaan-perbedaan mengenai hukum perkawinan yang berlaku:

A. Persamaan Hukum Perkawinan di Indonesia dengan Malaysia

Dalam hal hukum perkawinan dan tata cara perkawinan di Indonesia dan

Malaysia mempunyai beberapa kesamaan, yaitu:1

1. Adanya Undang-Undang khusus yang mengatur masalah perkawinan.

2. Kedua negara ini mengharuskan adanya pendaftaran atau pencatatan

perkawinan. Bagi setiap orang yang hendak melangsungkan perkawinan.

3. Adanya syarat-syarat untuk sah atau tidaknya suatu perkawin. Misalnya

adanya calon suami istri, adanya batas umur tertentu yang memberi kelayakan

seseorang untuk kawin, harus adanya persetujuan kedua belah pihak, tidak

terdapatnya hubungan darah dekat atau hubungan kekeluargaan karena adanya

perkawinan, harus adanya wali dan dua orang saksi serta mengikuti tata cara

perkawinan yang ditentukan hukum yang berlaku.

1 http://jilbabkujiwaku.blogspot.com/2011/02/perbandingan-hukum-perkawinan-di.html di

Akses pahari selasa tanggal 27 september 2011

Page 63: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

52

4. Adanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban suami istri, contohnya masalah

pemberian nafkah, tinggal bersama, saling menghormati.

5. Adanya saksi dan wali hakim apabila wali dari pihak-pihak keluarga tidak bisa

mewakilkan.

6. Adanya ancaman hukuman di dalam Undang-Undang perkawinan, baik yang

ditujukan kepada pegawai yang melaksanakan perkawinan maupun kepada

para pihak-pihak pelanggar yang melakukannya.

7. Sama-sama mempunyai pengadilan khusus untuk mengatur masalah

perkawinan. Serta bisa mengajukan permohonan isbat nikah ke pengadilan

(Pengadilan Agama untuk orang Indonesia dan Mahkamah Syariah untuk

orang Malaysia) bagi mereka yang perkawinannya belum terctat atau tidak

memiliki akta nikah.

B. Perbadaan Solusi Hukum Perkawinan di Bawah Tangan di Indonesia dan

Malaysia.

Hukum perkawinan di Indonesia dan Malaysia mempunyai persamaan dan

perbedaan mengenai perkawinan di bawah tangan. Yakni Sama-sama bisa

mengisbatnikahkan perkawinannya kepengadilan (Pengadilan Agama untuk

Indonesia dan Mahkamah Syari’ah untuk Malaysia). Akan tetapi ada sedikit

perbedaan,2 yaitu perkawinan yang sudah diisbatnikahkan tetap akan di kenakan

hukuman bagi pelaku pernikahan tersebut, dua ribu ringgit sampai dengan lima

2 Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, Cet.1,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h.71

Page 64: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

53

ribu ringgit (Rp:5.700.000/14.200.000) untuk orang Malaysia, sedangkan di

Indonesia hanya diwajibkan membayar biaya perkara, karena perkawinan di

bawah tangan termasuk pelanggaran administrasi.

Konsekuensi orang yang melakukan perkawinan di bawah tangan, Baik di

Indonesia maupun di Malaysia adalah tidak dicatat oleh petugas pencatat

perkawinan, karena dianggap sudah menyimpang dari Undang-Undang

perkawinan yang berlaku. Disamping itu juga si anak tidak akan mendapatkan

akte kelahiran yang menjadi bukti otentik untuk mendapatkan nafka, biaya

pendidikan dan harta waris.3

Solusi dari perkawinan di bawah tangan adalah mengajukan permohonan

isbat nikah atau pengesahan pernikahan, isbat nikah tersebut diajukan ke

Pengadilan Agama Kabupaten atau Kota setempat. Dengan adanya isbat nikah

maka status perkawinan menjadi jelas, baik dimata Agama maupun di mata

hukum.

Dasar hukum bahwa permohonan isbat nikah menjadi kewenangan

Peradilan Agama diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan

dalam penjelasan pasal 49 ayat (2) butir 22 UU No 7 Tahun 1989. Kemudian

untuk alasan-alasan pengajuan isbat nikah secara limitatif diatur dalam

Kompilasi Hukum Islam pasal 7 ayat 2 dan 3 yang menyebutkan: Pasal (2),

3 Arso Sosroatmojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, Cet.1, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975),

h.55.

Page 65: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

54

"dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan

isbat nikahnya ke Pengadilan agama"

Pasal (3), Isbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama

terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:4

a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian. Artinya bila

seseorang telah menikah menurut tata cara Agama (yang dikenal dengan nikah

dibawah tangan dan tidak mencatatkan perkawinannya di Pegawai

Pencatat Nikah/Kantor Urusan Agama atau Kantor Catalan Sipil) kemudian ia

bermaksud melakukan perceraian, ia dapat mengajukan permohonan isbat

nikah.

b. Hilangnya akta nikah bila pernikahan telah dicatatkan dan mendapatkan akta

nikah (buku nikah) tetapi kemudian buki tersebut hilang, maka yang

bersangkutan dapat mengajukan permohonan isbat nikah. Permohonan dapat

diajukan ke Pengadilan dengan membawa bukti lapor kehilangan akta nikah

dari petugas yang berwenang (polisi).

c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan

Syarat perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 14 adalah adanya

calon isteri, calon suami, wali nikah, dua orang saksi, ijab dan kabul. Bila ada

keraguan dari salah satu syarat tersebut, misalnya tentang wali nikah, maka

isbat nikah dapat dilakukan.

4 Kompilasi Hukum Islam, Cet.2, ( Bandung: Fokusmedia, 2007), h.8

Page 66: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

55

d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya UU N0. 1 Tahun 1974

Maksudnya, dengan bukti bahwa perkawinan dilaksanakan sebelum

berlakunya Undang-Undang No.I Tahun 1974 dan tidak memiliki akta

nikah, maka untuk kelengkapan administrasi, ia dapat mengajukan

permohonan isbat nikah.

e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan

perkawinan menurut UU No.1 Tahun 1974. Artinya permohonan isbat nikah

hanya dapat dilakukan apabila perkawinan tersebut tidak mempunyai

halangan (dilarang oleh hukum). Misalnya adanya hubungan darah, hubungan

kekerabatan, hubungan sepersusuan, masa iddah atau bekas isteri yang sudah

diceraikan tiga kali berturut-turut.

Sekalipun dalam penjelasan pasal 49 ayat (2) UU No.7 Tahun 1989 hanya

menyebutkan sebelumnya artinya isbat nikah hanya dapat dilakukan pada

perkawinan yang dilakukan sebelum munculnya UU No.1 Tahun 1974. Akan

tetapi Pasai 7 KHI tidak menegaskan pembatasan seperti itu, sehingga Yurisprudensi

membenarkan sebelum maupun sesudah UU No.1 Tahun 1974. Pokoknya dalam hal

perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat pegawai pencatat

nikah dapat diajukan isbat nikahnya ke pengadilan.

Perkawinan di bawah tangan dapat di isbat nikah sesuai pasal 7 ayat (2)

dan (3) Kompilasi Hukum Islam seperti contoh yang diuraikan di bawah ini:

Page 67: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

56

1. Contoh Kasus di Indonesia

a. Nomor Perkara 2724/Pdt.G/2007/PA.Jt.5

Hal: Cerai Gugat

Kepada Yth

Bapak Ketua Pengadilan Agama

Jember

Assalamu’alaikum wr.wb

Yang bertanda tangan di bawah ini Rani binti Wawan (bukan

identitas sebenarnya), umur 37 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani,

tempat tinggal di Dusun Kepel Desa Ampel Kecamatan Wuluhan

Kabupaten Jember.

Mengajukan gugatan cerai terhadap suami tergugat nama:

Rony bin Susilo (bukan identitas sebenarnya), umur 41 tahun, agama

Islam, pekerjaan Tani, tempat tinggal di Dusun Sulakdoro Desa Lojejer

Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.

Selanjutnya disebut sebagai Tergugat:

Tentang permasalahannya

Isbat nikah

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat telah menikah pada tahun 1986 di

hadapan Pegawai Pencatat Nikah Kecamatan Wuluhan Kabupaten

5http://www.patanahgrogot.net/utama/index.php?option=com_content&view=article&id=91:k

umulasi-permohonan-itsbat-nikah-dengan-asal-usul-anak&catid=5:artikel-hukum&Itemid=10 (diakses

pada tanggal 21 September 2011

Page 68: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

57

Jember dengan syarat hukum yang cukup menurut agama Islam yaitu

dengan wali saidi, dengan di saksikan oleh dua orang saksi yang

masing-masing bernama Garmon dan Trimo ijab kobul antar mempelai

laki-laki dengan wali dari perempuan dan dengan mas kawin berupa

uang 200.000 tunai.

2. Bahwa Penggugat dan Tergugat tidak ada halangan hukum yang

melarang untuk melangsungkan pernikahan, baik menurut Agama

maupun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

selama berumah tangga Penggugat tidak permah kawin lagi dengan

laki-laki lain;

3. Bahwa akan tetapi hingga sekarang Penggugat dan Tergugat belum

memperoleh Akta Nikah sebagaimana mestinya dan setelah

Penggugat mengurus pada Kantor Urusan Agama Kecamatan

Wuluhan di rumah Penggugat, ternyata pernikahan Penggugat dan

Tergugat tersebut tidak tercatat dalam Buku Register Nikah di Kantor

Urusan Agama tersebut, sedangkan Penggugat kini berkepentingan

untuk menyelesaikan perceraian dengan Tergugat;

4. Bahwa setelah pernikahan antara Penggugat dan Tergugat telah hidup

rukun sebagai suami istri dan terakhir bertempat tinggal di rumah

orang tua Tergugat, namun belum dikaruniai keturunan;

5. Bahwa pada mulanya rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat

berjalan dengan baik, akan tetapi sejak 7 tahun yang lalu, rumah

Page 69: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

58

tangga Penggugat dan Tergugat mulai goyah. Sering kali terjadi

perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan karena masalah

ekonomi dimana Tergugat kurang mencukupi kebutuhan keluarga

karena Tergugat malas bekerja;

6. Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat

tersebut makin lama makin memuncak, akhirnya Penggugat pergi

meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa seijin Tergugat, dan

sekarang berada di rumah orang tuanya. Sejak itu antara Penggugat

dan Tergugat telah hidup berpisah kurang lebih 4 tahun dan selama

hidup berpisah tersebut, antara Penggugat dan Tergugat telah tidak ada

hubungan lagi layaknya suami istri;

7. Bahwa atas dasar alasan-alasan sebagaimana tersebut di atas,

Penggugat mohon kepada Pengadilan Agama Jember agar berkenan

memeriksa perkara ini dan menjatuhkan putusan sebagai berikut:

Primair:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat;

2. Menyatakan sah perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat yang

dilaksanakan di wilayah Kantor Urusan Agama Kecamatan Wuluhan

Kabupaten Jember pada tahun 1986;

3. Menjatuhkan talak satu ba’in dari Tergugat terhadap Penggugat;

4. Membebankan biaya perkara ini menurut ketentuan hukum yang

berlaku;

Page 70: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

59

Subsidair:

1. Bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan Penggugat telah hadir

dipersidangan, sedangkan Tergugat tidak hadir dan tidak menyuruh

orang lain sebagai kuasanya untuk hadir, meskipun berdasarkan surat

panggilan dari Pengadilan Agama Jember tanggal 19 November 2007

No. 2724/Pdt.G/2007/PA.Jr yang dibacakan dipersidangan ternyata

telah dipanggil dengan patut, sedangkan tidak tertera bahwa tidak

hadirnya itu disebabkan sesuatu halangan yang sah;

2. Bahwa selanjutnya dimulailah pemeriksaan perkara ini dengan

dibacakannya gugatan Penggugat tersebut di atas dan atas pertanyaan

Majelis, Penggugat menyatakan tetap pada gugatannya;

3. Bahwa di muka persidangan, Penggugat juga mengajukan saksi-saksi

sebagai berikut:

1. GARMON, umur 47 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani,

bertempat tinggal di Desa Ampel Kecamatan Wuluhan Kabupaten

Jember;

2. TRIMO, umur 46 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani, bertempat

tinggal di Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember;

Saksi-saksi tersebut dalam kesempatan yang berbeda di bawah

sumpah masing-masing telah memberikan keterangan di muka

persidangan satu sama lain berkesesuaian;

Page 71: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

60

1. Bahwa terhadap alat bukti dan keterangan saksi-saksi Penggugat

menyatakan tidak keberatan dan menerimanya;

2. Bahwa untuk singkatnya uraian putusan ini maka semua berita acara

persidangan ini harus dianggap bagian yang tak terpisahkan dari

putusan a quo.

Sedangkan yang menjadi pertimbangan tentang hukumnya adalah

sebagai berikut:

1. Bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat sebagaimana terurai di

atas;

2. Bahwa Majelis Hakim telah memberikan upaya perdamaian dengan

memberikan saran dan nasehat-nasehat kepada Penggugat akan tetapi

tidak berhasil;

3. Bahwa gugatan Penggugat telah memenuhi syarat-syarat formal

perkara sehingga Majelis Hakim perlu memberikan pertimbangan

lebih lanjut;

4. Bahwa Tergugat yang telah dipanggil secara patut telah tidak hadir

dan tidak menyuruh orang untuk atas namanya menghadap sidang,

sedang Tergugat ternyata, tidak hadirnya itu disebabkan oleh alasan

yang sah dan gugatan Penggugat tidak melawan hukum, maka

berdasarkan Pasal 125 ayat (1) HIR Tergugat harus dinyatakan tidak

hadir;

Page 72: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

61

5. Bahwa dalil-dalil gugatan Penggugat telah didukung oleh alat-alat

bukti tertulis maupun saksi-saksi yang oleh Majelis Hakim telah

diperiksa dan dapat diterima sebagai alat bukti yang sah;

6. Bahwa berdasarkan bukti-bukti dimana antara satu dengan yang lain

saling berkaitan, Majelis Hakim dapat menemukan fakta-fakta hukum

di persidangan yang pada pokoknya adalah sebagai berikut:

1. bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang sah dan

telah hidup rukun namun belum dikaruniai seorang anak;

2. bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat rukun

dengan mengambil tempat kediaman bersama terakhir di rumah

orang tua Tergugat, akan tetapi sejak 4 tahun yang lalu antara

Penggugat dan Tergugat telah hidup berpisah, Penggugat pergi

meninggalkan Tergugat, keduanya sudah tidak ada ikatan lahir

batin sebagai suami isteri dan tidak pernah saling berkunjung;

3. bahwa perpisahan tersebut bermula dari terjadinya perselisihan dan

pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat yang disebabkan

karena masalah ekonomi dimana Tergugat kurang mencukupi

kebutuhan keluarga karena Tergugat malas bekerja;

4. bahwa di luar persidangan, para saksi telah memberikan usaha

perdamaian kepada Penggugat dan Tergugat akan tetapi tidak

berhasil dan keduanya sudah sulit untuk dirukunkan lagi;

Page 73: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

62

5. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum sebagaimana tersebut di

atas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga

Penggugat dan Tergugat sudah pecah sedemikian rupa, tidak ada

keharmonisan dan amat sulit dipertahankan untuk mencapai tujuan

perkawinan sebagaimana diatur oleh Pasal 1 Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 jo Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, yaitu

membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa, sakinah, mawaddah, wa rahmah

disebabkan karena masalah ekonomi dimana Tergugat kurang

mencukupi kebutuhan keluarga karena Tergugat malas bekerja. Itu

mafsadahnya akan lebih besar daripada maslahahnya apabila

perkawinan Penggugat dan Tergugat dibiarkan berlanjut sehingga

Majelis Hakim berketetapan mengabulkan permohonan Penggugat

karena telah memenuhi unsur-unsur alasan perceraian sebagaimana

diatur dalam Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1974

jo Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 jo

Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam;

6. Bahwa untuk memenuhi maksud Pasal 84 ayat (1) dan (2) Undang-

Undang No. 7 Tahun 1989 yang telah dirubah dengan Undang-

Undang No.3 Tahun 2006, maka Majelis Hakim memandang perlu

untuk menambah amar, yaitu. Memerintahkan kepada Panitera

Pengadilan Agama Jember untuk mengirimkan satu helai salinan

Page 74: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

63

putusan ini yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap tanpa

bermaterai kepada Pegawai Pencatat Nikah yang wilayahnya

meliputi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat, serta kepada

Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan dilangsungkan guna

didaftar dan dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu;

7. Bahwa berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun

1989 yang telah dirubah dengan Undang-Undang No.3 Tahun

2006, maka biaya perkara dibebankan kepada Penggugat.

Setelah melakukan proses peradilan dan mengambil kesimpulan

berdasarkan fakta-fakta yang ada, keterangan dari pihak yang berperkara

dan juga keterangan dari para saksi di persidangan, maka Pengadilan

Agama Jember memutuskan dan mengadili perkara tersebut dengan

putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat;

2. Menyatakan sah perkawinan antara Penggugat (Rani binti Wawan,

bukan identitas sebenarnya) dengan Tergugat (Rony bin Susilo, bukan

identitas sebenarnya) yang dilaksanakan di wilayah Kantor Urusan

Agama pada Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember tahun 1986 ;

3. Menceraikan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat dengan

menjatuhkan talak satu ba’in shughraa Tergugat (Rony bin Susilo,

bukan identitas sebenarnya) terhadap Penggugat (Rani binti Wawan,

bukan identitas sebenarnya);

Page 75: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

64

4. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat;

b. Nomor register 10/Pdt.P/1994/PA

Pemohon bernama Ny. Tri Astuti binti Suranto,6 melawan

termohon bernama Irianto Tohir bin H. Muhammad Tohir. Pemohon

melalui kuasa hukumnya telah mengajukan permohonan Isbat nikah

dengan suratnya tertanggal 19 Oktober 1994 yang kemudian telah

didaftarkan di kepanitraan pengadilan Agama kelas 1 A tanjung karang

pada tanggal 20 Oktober 1994 di bawah No. register 10/Pdt.P/1994/PA

yang pada pokoknya dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Bahwa pada hari sabtu tanggal 09 Agustus 1986 antara pemohon dan

termohon pernah melakukan atau melangsungkan akad nikah di rumah

kediaman pemohon di jalan Imam Bonjol Gang nangka No. 27 gedung

air kecamatan tanjung karang barat Bandar lampung, dilangsungkan di

hadapan pejabat pembantu pencatat nikah kelurahan gedung air yang

pada waktu itu di jabat oleh H.M Syarif dengan maskawin 1 ( satu)

buah Al-Qur’an secara tunai dengan wali ayah kandung pemohon yang

mewakilkan kepada pejabat pembantu pencatat nikah untuk

menikahkan dan sudah akad nikah termohon mengucapkan taklik talak

di hadapan saksi-saksi yang menyaksikan akad nikah tersebut.

6 Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam kontemporer, Cet.1, (Jakarta: Prenada

Media, 2004), h.30

Page 76: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

65

b. Bahwa selama perkawinan antara pemohon dan termohon tidak pernah

terjadi perceraian, sedangkan penyebab tidak dikeluarkannya surat

nikah adalah tidak dilengkapinya salah satu syarat administrasinya

berupa surat keterangan dari tempat tinggal termohon.

c. Bahwa oleh karena pemohon akan melakukan perceraian maka

sebagai salah satu syarat pemohon mohon agar perkawinan pemohon

dan termohon diisbatkan terlebih dahulu.

d. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas pemohon berharap

kepada pengadilan Agama Cp. Majlis Hakim yang memeriksa

permohonan ini memberikan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan pemohon.

2. Menetapkan dan menyatakan sahnya pernikahan antara pemohon

dengan termohon yang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 09

Agustus 1986 di jalan Imam Bonjol kelurahan gedung air tanjung

karang barat dengan maskawin ( mahar) satu buah kitab suci Al-

Qur’an secara tunai.

3. Ongkos perkara menurut hukum.

Perkara ini telah diputuskan di pengadilan Agama tanjung karang

dalam putusannya Nomor 10 /Pdt.P/1994/PA-Tnk dengan memutuskan:7

1. Mengabulkan permohonan pemohon seluruhnya.

7 Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam kontemporer, h.30

Page 77: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

66

2. Menyatakan sah nya nikah termohon Tri Astuti binti Suranto dengan

Irianto Tohir bin H. Muhammad Tohir yang dilaksanakan pada tanggal

09 Agustus 1986.

3. Membebankan kepada pemohon untuk membayar perkara ini yang

sampai sekarang diperkirakan sebesar Rp:85.000 ( Delapan puluh lima

ribu rupiah).

2. Contoh Kasus di Malaysia

a. Abdullah bin Karmil dan Siti Salamah binti Zaid

Abdullah bin Karmil seorang warga Negara Malaysia atau

berdomisili di Malaysia tetapi saat ini bertempat tinggal di Indonesia dan

dia menikah di Indonesia dengan Siti Salamah binti Zaid pada tanggal 12

maret tahun 1985 di bali, setelah mereka melangsungkan pernikahan dan

mempunyai dua orang anak Abdullah bin Karmil kembali ke Malaysia

untuk mendaftarkan pernikahannya ke Mahkamah Syariah untuk

mendapatkan surat izin nikah (isbat nikah), maka Mahkamah Syariah

memangil wali yang menjadi wali saat pernikahan itu berlangsung (wali

nikah) serta mengecek dimana mereka melakukan pernikahan, apabila

mereka terbukti telah melangsungkan pernikahan tanpa adanya pendaftaran

sebelumnya, maka keduanya akan dikenakan denda dua ribu ringgit sampai

dengan lima ribu ringgit (Rp: 5.700.000/14.200.000). Akan tetapi

perkawinannya bisa disahkan menurut hukum yang berlaku.

Page 78: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

67

Jadi dapat disimpulkan, bahwa perkawinan di bawah tangan di

Indonesia dan Malaysia dapat di sahkan perkawinannya melalui

permohonan isbat nikah. Hanya saja di Malaysia dikenakan ancaman

hukum apabila benar terjadi pernikahan yang tidak di daftarkan (tercatat)

Mahkamah Syariah. Sedangkan di Indonesia hanya dikenakan biaya

perkara saja.

b. Re Wan Abdul Aziz bin Embong

(Mahkamah Tinggi Syariah, Terengganu (Haji Ismail bin Yahya, Hakim)9

November, 19948

(Permohonan No. MTS Tr. 04-019 (2) 14/94)

Perkawinan-sama ada perkawinan di thailand sah-kuasa wali am di

thailand Undang-Undang keluarga Islam, Terengganu, 1985, S 10

Dalam perkara ini pemohon Wan Abdul Aziz bin Embong telah

membuat permohonan untuk menentukan sahnya perkawinan antara

pemohon dengan Zakiah bte binti Abdul Hamid yang telah di adakan di

selatan thailan. menurukut keterangan yang diberikan bahwa perkawinan

itu telah diadakan di Thailand. Pemohon menyatakan bahwa akad nikah

diadakan di patani naib kadi dengan menggunakan wali dari hakim.

Diputuskan perkawinan yang diadakan itu adalah tidak sah menurut hukum

Syarak dan Undang-Undang.

8 Jurnal Hukum, Cet.1, (Kuala Lumpur: Bahagia Hal Ehwal Islam, 1995), h.45

Page 79: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

68

Permohonan ini adalah pormohonan untuk menentukan sahnya

perkawina antara pemohon Wan Abdul Aziz bin Embong, K/P 4034854

dengan Zakiah bte binti Adul Hamid K/P 7474815 yang telah diadakan di

selatan thailand dengan menggunakan wali hakim yaitu H. Shihabiddin bin

Walong. Naib Qodi syar’i wilayah patani dan jawatan Islam Majlis Agama

Islam Changwad, patani, Thailand yang telah di adakan pada tanggal 26

Jumadil awal 1414 (Takwim Thailand) bersama dengan 10 November 1993

Seksyen 10. Undang-Undang pentadbiran keluarga Islam 1985 terengganu

menetapkan bahwa suatu perkawinan adalah tidak sah melainkan jika

cukup semua syarat-syarat yang diperlukan, secara syar’i yang

menjadikannya sah.9

9 Jurnal Hukum, ( Kuala Lumpur: Bahagsssian Hal Ehwal Islam, 1995), h.45

Page 80: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dan dijelaskan pada

bab-bab sebelumnya maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsekuensi hukum perkawinan di bawah tangan baik di Indonesia maupun

di Malaysia adalah tidak dicatat oleh petugas pencatat perkawinan (Petugas

KUA) karena dianggap sudah menyimpang dari Undang-undang perkawinan

yang berlaku. Serta si anak tidak akan mendapatkan akte kelahiran yang

menjadi bukti otentik untuk mendapatkan nafka, biaya pendidikan dan harta

waris. Demikian juga orang yang melakukan perkawinan di bawah tangan

akan dikenakan denda, karena perkawinan di bawah tangan termasuk

pelanggaran administrasi.

Pelanggaran administrasi dalam perkawinan yang tidak dicatat di pegawai

pencatat nikah menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 pasal 45 peraturan

pelaksanan adalah memuat ancaman pidana bagi mempelai dan pegawai

pencatat yang melakukan pelanggaran ketentuan-ketentuan tentang

pencatatan. Mempelai diancam dengan pidana denda setinggi-tingginya Rp:

7.500 apabila ia:

Page 81: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

70

a. Tidak melakukan pemberitahuan untuk kawin

b. Perkawinan tidak dilaksanakan di hadapan pegawai pencatat.

Pegawai pencatat diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3

(tiga) bulan atau denda setingi-tingginya Rp. 7.500 apabila ia:

a. Tidak melakukan penelitian

b. Tidak memberitahukan adanya halangan perkawinan

c. Tidak menyelenggarakan pengumuman

d. Tidak menandatangani pengumuman atau

e. Melaksanakan perkawinan sebelum hari kesepuluh dari pengumuman

f. Tidak menyiapkan dan menandatangani akta perkawinan,

g. Tidak menyimpan helai pertama, tidak memberikan helai kedua kepada

panitra pengadilan dan kutipan akta perkawinan kepada suami istri.

Sedangkan dalam Undang-undang Keluarga Islam di Malaysia dalam

ayat 38, antara lain ditentukan bahwa seseorang yang sengaja membuat suatu

keterangan palsu atau yang dikehendaki di bawah akta ini dengan tujuan

untuk memperoleh keterangan perkawinan adalah bersalah atas suatu

kesalahan yang dikenakan penjara selama waktu tidak lebih dari tiga tahun

atau denda tidak lebih dari tiga ribu ringgit atau kedua-duanya sekaligus.

2. Maka dari itu salah satu solusi perkawinan di bawah tangan di Indonesia dan

Malaysia adalah mengajukan permohonan isbat nikah atau pengasahan

perkawinan. Isbat nikah tersebut di ajukan ke pengadilan Agama Kabupaten

atau Kota setempat. Pengadilan Agama untuk orang Indonesia, Mahkamah

Page 82: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

71

Syariah untuk orang Malaysia. Dengan isbat nikah maka status perkawinan

menjadi jelas, baik dimata Agama maupun dimata Hukum.

B. Saran

Walaupun perkawinan sudah diatur dalam Undang-Undang

perkawinan No.1 Tahun 1974 dan Undang-Undang Keluarga Islam, tetapi

masih banyak terjadi perkawinan di bawah tangan. Maka dari itu kepada

pemerintah untuk mempermudah masalah administrasi dalam melaksanakan

perkawinan terutama dari segi birokrasi biayanya serta harus adanya ancaman

hukuman yang lebih ketat lagi mengenai pencatatan perkawinan, supaya

meraka jera untuk melakukan perkawinan di bawah tangan karena perkawinan

di bawah tangan sangat merugikan bagi semua pihak ( istri dan anak)

Page 83: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

71

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya

Ali Zainudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Abas Ahmad Sudirman, Problematika Pernikahan dan Solusinya Pacar Beda Agama

dan Konsepsi Pacaran dalam Islam dan Pernikahan Syaqidah Versus Beda

Aqidah, Jakarta: PT Prima Heza Lestari, 2006

Abas Ahmad Sudirman, Pengantar Pernikahan Analisis Perbandingan antar

Madzhab, Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006

Abdurohman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo,

1995

Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman penulisan Skripsi, Jakarta: UIN Jakarta Pres,

2007

Ghazali Abd Rahmani, Fiqh Munakahat, Bogor: Predana Media, 2003

Hasan M.Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta: Siraja, 2003

Jurnal Hukum, Kuala Lumpur: Bahagian Hal Ehwal Islam, 1995

Lembaga Bantuan Hukum APIK, Dampak Pernikahan Bawah Tangan Bagi

Perempuan,Artikel diakses pada kamis, 14 Juli 2011 dari:hpp://www.lbh-

apik.or.id/fact51-bwh/20tangan.htm

Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,

2003

Nasution Khoiruddin, Status Wanita di Asia Tenggara Studi Terhadap Perundang-

undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia,

Jakarta: INIS, 2002

Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia: Institut

Kefahaman Islam Malaysia, 1997

Ramulyo Idris, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Hillco, 1985

Page 84: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

72

Rasjidi Lili, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991

Ramulyo Idris, Hukum Perkawinana,Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan

Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Sosroatmojo Arso, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang,1975

Suma Muhammad Amin , Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004

Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007

Syakir Muhammad Fu’ad, Perkawinan Terlarang, Jakarta: CV Cendikia Sentra

Muslim, 2002

Saleh Wantjik , Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976

Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2010

Suparman Usman, Perkawinan Antar Agama dan Problematika Hukum Perkawinan

di Indonesia, Serang: Saudara Serang, 1995

Saleh Watntjik, Himpunan Peraturan dan Undang-Undang Tentang Perkawinan,

Jakarta: PT ichtiar Baru, 1974

Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: PT Raja Grofindo

Persada, 2009

Terjemahan Al-Lu’lu Wal Maijan Koleksi Hadis yang di Sepakati oleh Al- Buchory,

Semarang: Al-Ridha, 1993

Republik Indonesia Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,

Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Yasin Nur, Hukum Perkawinan Islam Sarak, Malang: UIN Malang Press, 2008

Page 85: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

I(EDUl},AN BI'SAR J\IAL^\,SII\(EMlJ,\SSY OF II/rLAYSl.t)J-L.1I. R RASUNA SAID KAi. X/6 NO. I.]KUNINCAN, JAKARTA SELAI,AN I2950REPUBLIK INDONESIA

J.l :(62-2t) 52249a7 (t{unring)Faks : (62.2t) 522495t

(62-21) s224914e-mail : [email protected].

Ruj. Tuan :Ruj. l(ami : SR tC33JOB2/,Tarikh : zo Mei zoo;'2

Jtc' 22 Pel

Assa;amuaraikurn wrh. wbh.

Yth. Bapak/y..Bh g. Tuan

PERMOHON.,IN MEI.AAIGSUNGKAN PERNIKAHAN DI INDONES'ADengan sega,a horrnatnya saya diarah merujuk kepada perkar.t di atas.2. Sukacifa dimaktr

.i:i9rr;;o#i;jifrj"#',fr ff .,iffi:sjinll"#f,u,'^o!,lf nn.rvo

l?U&?il?#ffI";;?'-1'."-" terah da;;; ;?!I1,'.". I es a r M a laysia di Ja kd narnro o rv iinrl il ; :{r;ll;.1;, -T;il rXHozD

e rn i k a h de n sa n *X,iii ]-^ o o ^

i:-1.t""#*T:;i'; lt:iutaan Besar Maravsia tiada ap+epa haransan u n iukmengii<utisegala peraturelangiungkan pernikihanny" o". -!."r,tl'r't'#'o",iu,,ug"r" p"rni-k"ni"""'r " " yan g berlaku di keaua<ua t"g"rr l;.t"' r"T lil l*rr*s"!.rur,!lir#;i;;ili,,i":'' di rabatan Asama.rsram n"t";i;;;;;.'iloiuvr,o.t. 6apaK/Tuan diucapkan terima_

Sekian, rd/assalam.

-BERKHIDMAT UNTUK NEGARA -

saya yang -ur,f,f.

d;lqa;, asouraLhAtaseAgama

BtItJ JUSOH J

Kedutaan Besa{ Maraysia, Jakarta

t.K

T'j:t:r \,r:r.- ao.. ,.--x.c- io*,,=sol;; ;:;:;il";.i;:.:"'" "

l'ang Terhcrm.-lt Muliar B;r:r. n. ".* ._Kedufae"t gesa, n^^1,5,1 r' '\ sutd ue1.Jr'

?-"s.h.i, f],:rga.ai-r ;ryifi'-ieri'f' liiraia i-umFur

.dn;iir, r\ 1,1.1r i .. "..t.l:F . i.;11,.ln f=*r,a;".-,t,_.'l;.Ii ' ;-ea'rii. I'i 4.it.i._!.:ri:,.

.... I i. !.-.t t i & ;- t - r.]' !:1:1.3 i3;-" ff ;tt ii i,ir,.r :

,, i;

Page 86: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

: ::+riila*f+{rri;: ! :t..

StrNARAI StrN{AIi DOI(UMtrN BAGI PI'R]\{OHONANI]I'R NII(AIIlB IiRPOLIC;AMI D I IN D O NI'SIA

I'II]IIIIA'I'IAN : SJI'I\{tJA I'I'I\{OIION i'iiIit,U I'IAI)]ii R]I]ITSAMA CAt'O\StJAi\41llS'l'ltll{l

D4!r!{.1!GA MALAYSIA

l'crlia r-a

l)i Luar NcgcriIslar-n Ncgcri Di Malai'sia

Surat Asal Dan Fotoltopi I Salinan (Warea Malaysia)

Jabatrrn

i\,{alaysiaBagi \\/arga

Srrrat iicbcnaran Bet-Jrt-,liganri Dar ipada N{ahl<amah 51'ariair

Surat Asai Dan Irotokopi I Saliiran (Perrloitonair Berpolrganli

ir,.1a,:rf,Sia "

|*"tIr

Fotokopi I Salinaii Pas

I(ad llcngcnrlan AsalFotokopi i Salinan Kad Penqer raiar r

I]AGI \\'AiicA INDONESIA

I(artu Tanda Pcnduduii (K"'I'.P)Kartti AsaiDan 1 FotokoPi

Pasport Asli fiika ada)1 Irotokopi Pasport

Sebarang kenius;,ki[orr atou pcrloft]1aafi !unrt/puan bo[eh nrcnghu{tungi Bohagian Agann, Kcdutartrt Besnr

Malay5is r{i No. (Tel) 006-221-5224947 ert: 3210 (Faks) 006-221-522495i -:

:: .J . I ,..y::.*_"..,.:.. j....r.. * ) I i:j_.j,::,r, ", .. ,. _

''-'

i; -l- . =lgf-t-',fqi: -t*,Si lo:R*i+t$tS*$,i.ie,-{}#-€S}"t {{ii€*$sll..*E€;{#q,. . ' i jfu:i.

lJ.".i :. :'"i:' :i :.;lY-(ji; j_-a1;->!R'\ a !.:N .' i:\ . j t:,i"+?.r 4:s.. 3\a{-r " .

Page 87: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

ANAKKE: []KEDUI)UKAN VVAI.I

SENAIIAI WALI

Dattrk

lo

Bal;a Sautiala l-cla ki 5cl'crl;rl r llall:l_S('l,al1- ____,____Anak Lelaki Daripada Bapa Saudara Lelaki sebelah

jABATAN AGA\1A jOIIOI(

Slin-Al{r\l SH\'{n I( \\/ALi

NAMA. I'l:NlOllON:

NO, I(AIJ PINGUNAT,^N

l)AItll'r\l)A: l: --l(l(.)ltANCl Al )lK-llH(AI)ll(-l r.l,t.AKl l-l t'r'rtr.t',tt,unn ;ItJ

Ilapa Scibu

Tandakan lik" f- I atlur tl;i:r tanrla!inrr f-l JiLa riatla

!{ali bagi Pernikahan Penrolron Ialalr

Disemak OIeh :_.__-_ _ ._ 'l aril:li :,

'i andatanpan :

Drsal:kan Olelr :

( AS-STIEIKII llJ. AIllr,lAl) llr\NllI'cgawai'fadbir Agaur a,

l-)acrah N'lrrrr.

tllN ilj.NAINr )

6. I Anak Saudara Lclall_!!rU,.,llllllara 1-clati Sel'a1,a

Page 88: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

UqL\yrl,_1_1!\]!l!{)\\ I'l:}ll\.,.\ )_l r lIjt kt't|i'lr]_lllt_l-\lit\\ \(; \]r \

\{,/,/. .\11..1 /,. 1.\//A t\ .r1:J/{ r lit tit _lJthtt Jj tlll(,lt\ t(;.tr/ll)lhl:.tlli l/,14 l.\ t)l ti.ttrt(;/l\ l(,ttJ.t.l. t\i t/1,.\.t;tt.t.tilt)il,t.\/.t.vtr.tt

N,\11..\ l'1..\ll.\.t,.\:\l ..\tlt)t t \/.1.2 lll\ O\I.\tr

NO.,l't:l.l:.f O\ (lt t,)Itt ]t.\tt' i,l.t\B\t.

'r t'.tt.\\ t,t.\(;(;t;\ \ \\

.1.\.1il Kt I .\)ilil I_ tlt,li t

't \ltlNltl,l.)lt'l_.r-\(, \\ tJt trt

,1.\t\ i,t.t{.\t...\'1 .\\ \ \"(r l)il,t\.; \\l

: {,U I ll{)()',rfi\l l,}:

: t;\-[ ( lrll l_\\'l.il.r.lt 1...\\'l t I t.\'\

: 6.,t:1..\1jilil\/rl:\l\t

: ll) lt l \l l'r"'r ' lrp'lnrli

.tE\ts llt rtilj i

r;t rtriltrJttir'rlirrrr,;-r \tr ri,i.ti. irr i

l ) l \ l 1 1. 1 i : l t - rtrrna,c\ w\sl\,'h { rl \ha.t^i "rn

-

KU.\N'fl1'l \ \\t; l)il,tN.,.\1iI

l!lt1

I

I

l

liht .\,\t) \ t .\\(; \\ t,tirlt\,t \\!: *:&P t)il I'Lt St,.\\.()L11 ,41)r,\r(rrrr{:6107to3 .rAr{rKil n/ii,: q'Nt

. A_muL lzp dtfi .rusosATAAE AOAidi

K! D tT,rrAr\ BESA_R I\,1.\LAYS t. \JAKARTA

Page 89: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

1A I'lii-n NCCIAN :--,

I(AD f'liNCLrNALr\N

I Al; r[l'AN .'r(,r\N'lA J( ]I i()lt

liOItr\NG'l Nl L]IILiAI,

I.Ll !.trs(,r\(iAl

l'

1

I

III

)I

--lII

I

I

I

l

i

1

I

[]acaarr Al. J;alii ralr

D;tcaal Doa Qirrru\

M urllkrlt_a t

I r 'lr;r r ,i ir

fargtrnl;j;, r.'al' ljuaIrtt/' Isl,'r r

utusan'l r:rnu1.u;rl ] --

I LLll.Ll5 l- I (;'\(;\i

,inkn,, i I rli ternl'a1 1'artg l-r'tL.tta;ttr

lal:an Sustrlart [jika g;r1;al] :

,.1-t",.t,j''i;;;;;.g:,' -

rrlr.i J tll,l

Page 90: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

KIrMEN'rt]RIA]\ A(iAM,\LJNI VF],RSI-I'AS trSLANiT NE(;trRI (LIIN)SYitltllf llll),'\ Yr|l'l ll,l,,\ll .1,\KAR'l',\

I.AKU I,'I"{S SI'AITIAII DAN [I UKUM

Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412 Indonesia1"elp. (62-21 't 7 47 11537 ,7 401925Website : wrwv.uinjkt.ac.id E-mail

Fax (62.21) 7491821. syar_hr.,kLtin,@yahoo. r

t lrn\tll r

Nottttri; I llr.0l/l,1/l'l'.()1.lti r ..r1 /2{)l I

Larnp : -Ha I : lVlohon Kcsediaan Menjadi

Pernbimbing Skripsi

l!lrma1'l l,vll"e :iu ltasPr ogr ant StLid I

I(.onsentfas i

.1 Lrrlrri Skrip:,i

,lirl.;,irrtu, .1 JttlL Xlll lV2 Sya'ban 1432 I I

Miftrlhul R,:hmah1070r.,32023'26S1'ariah dan l-lLrkurn

Perbandingar Maz,hab dan HukurnPerband inga ;t l-lukun',lJttkurl 1ttr,tr:tnrinrut di bayult !{tneun dt in,.lones.ict tlunnttt l or.s irt

Yantr, terhorrnat,Flhrni Muhammad Ahrnadi. i'llsiIlotnida Nasution, MADosen Fakultas Syariah dan HukurntJIN Sy,arif H ida;,atu llah

.4 :; s al o nt t t' al o i k t n t tl/r. ll;b

l)inrpinan Fakultas Syariah L-ian Fiukurn UIN Syarif Hidat,ritullali Jakartanrernohon ke;ediaan Saudara untuk menjadi pembirnoing skripsi rnahasisu,a:

Der r i penyerrr l.runlaan skli psi, pelrr b inrbing d i benarkan :

l. l4e;rgernbanskan dan menye rpurnakan outline;',2. PcnLrlisan agal'rncrujLii. kr:pada buk.r "pedornan penuiisarr Skripsi

F'akultas Srariah dan Hukurri UIN Si,arif'Hidayatuliah Jakarta".

Atas kesedia:Ln Satidara karri ucapkan terjma kasih.

tlt a.s.; r t I r.; t r t t'' o I ct i k t t t i r lll'. ilt lt

a.n. llekan,',,-Kerua ljrograrn Siucij l,wlri.

(

\< /,\ /.6.\. ///),\4tf l,l. r .t // t/ \* j A,;-/

l)r. H. i\l'ul:anrrrraA T*tnti. li.A&-/lilrll %:il I ia lsqs[. *0i--;::5

:i.rir Li:r:r iirri.,i.;ii: i-i il'i l;!i:i.rag;:l i,ap,;1.;:i;;;8l ll"e ln ahas i sir,;r a ii i

rrlk Lr l tas S;,.,a ri :Lh d l l l-j i.r k l i r r-. 1

irtLr,li F l4I I Fai.riilias !"1',nri;lii riaii l li.rkri;i,:

Page 91: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

7

1 KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (LTIN)SYARIF I{IDAYATULLAH JAI(ARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMJln. lr. H- Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 1rs41r2lndonesra

Tetp. (62-21 ) 7 47 11 537, 7 401925Website : \ffi.uinjkt.ac.id E-mail

Fax. (62-21) 7491821: syar hukuir]@Vahoo-com

Notttot'I .r rrr p ir.r nli,ri

oi / F-+/ KM.00.02l

Kcpircle'r Ytl-r.Kccl u ti,r.r rr Be'sar Mala i,s iaDi

Ia li.r rti-r

,r1 s1;rr i r r t t t I t' r t I rt i kt t t t t |4i r.1, \.4)

Pirrtpirrarr Fakultas SvariahIakarta nlclrcrarlgkarl bahr,r,.r :

J .r k:r l t.'r Agr,rsiu:. lill 1

clarr Hukur-n UIN Sr'arif Hic.lavatullal-r

N ;r ltt. r

Nonror Prlkok-l-er-r'rpa'r i/ 1 ai'rggal Laltir'Senrcstci'

I t t t t tr.1I 1,/ Kr rttst't'ttt'.tsi.,\ I .r nr.r ti-clp

N4 i tta h u I Iloh n-i.r l-i

1070J32023t('>Serang, 21 Maret 1989VIII ( Delapar-r)PNll-J,/ PI II -ink Cilr-r rah Scr"ar rrgl []arrtclr021 c)1922326

.rcl.ll.'rh belrar rtlahasis\^/a Fakrrltas Sr,'arial'i tian I'li-rkur-r'r UIN Sr':rrifI liclavatullah Jakarta. Sehubungan clengar-r hal tersebut rii atas, rltrlr, rni..:r.rr',r.t 13apal</lLru rla;',.1 I ntcrrgiz,irrl<;rn \'<tltg bcr-s.rrrgkr_rt;rn untui<ir tt'l.l k tr l<.r rr obst'r'r'a si sl< r'i ps i tl en g.r i.r jrr ti r-r I :

"Htrl;utrt Iterku.zoitttttt di llrttt,rtlt Tartgttrr di ltrdottcsia darr Malnrlsia"Urrtuk rnc-lengkapi bal-ran/eiata )'anil ber-kaita^ clengar.r

pc'lrttlisar-r/ptlltlbahasatr tttrras llata I<ulial'r tcrsc-btrt, clirtr1rfi6r1 l<irairyai1.r;r.1 11,"lLru/5"r',.1nrir/i c{a;rat mcmbantu/mencrir-r-ra vang Lrr:r-s.rrriil<utirnurrtlrl< ()bscrvasi.

At:rs kesccl ia.rn l3aprak/ lbu/sar-rtlara/i, l<:rn'ri r-rcapkan banr';rktcrima kasil'r.

.ti:-11,"1i1'1 'rIIrttititttt I i'l'i i.7,

I c'rtrL,rrs.rrr .

I 'r ll l),,1.,r r I .rl.-Lii{.rr 5r.ii'i.rlr tl.rrr I lLrl.rrnr I.ilN f .rl..rr.L.r) \,, .,.

u L)el<:'rr

mad Mrrl(ri Aii) N{.A031219E50i l0t)3

Page 92: PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5125/1...PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN SOLUSI HUKUMNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA SKRIPSI

KEMENTERIAN AGAMA{JNTVERSTTAS ISLAM NEGERT (frrN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIATI DAN IIUKUN{Jln. lr. H Ciputat Jakarta 15412 lndonesia

Telp. (62-21)747 11537,7401925 Fax. (62-21) Z4g1A21Website : www.uinjkt.ac.id E-mail : syai [email protected]

Juanda No. 95

Nolttot'l.arrrpir'.1;1Hal

Un 0l /f1/KN4.O0.02/ /201t

Pcrrnohonurrr Da t;r / OL-,st:i-r,.rsi

It'lnlrursan: a)

1.Yth. Dekar-r I--akultas sl'ariah c{ar-r HLll<Lr.'r UIN }arl<ari;il.Arsil-'r.

f .r I<a rt.r, ,.\r-lusttrs 2() I I

N t'p.t 1l .1 \'1 ; '

.

lic,trr.r l.-r'rrrl-.rg.r IJ.rtrfu.-rtr I I r_tLurrrI )i

[.r l<..t r t.r

,4 sst r I n t r t r r' rt I rt i l, t r t r r l\/t..1\1).

. I'ilrrPitratr l:al.i,r ltr.ts Sr,'a|i.rlr.1.ilr llr-rl.r-irrr LI IN S,,ar-il Ilitl.rr.rtLill;rlrl.rk.tlt.r tr'lL.nr'r',)t'r,ji\.tn l'.rlir.,.r

N.rln.r : N{ift.rlrLrj liohr.n.tl.r\J i)nr(rr J'pk6i. :l(17()llr(rrfr(-rI t'ln;r;-tt/ I arrtgal l-alrir : Sttr..rrr11, r i Mirr.t,t I r.)g9Scrnc'stcr' :V'lll(l)t,l.rl-irrr)Jr-rrr-rsan/Konsentr;rsi : pNl li7'i,l I

Al.rtlat I_irrk Cilr-i rah Scrarrrr llarnten'ft Ip', : 021 9-1cl2r3?(->

'lei'rlalr irc.ilat' Ilrtrir.tsi-sr'r'.t I:.tkuilt.rs Sr'.rr-i.rlr t1.rrr I Ir-r l..rr nr UIN Sr ar.iiI liclaYirtr-rll"rl.r Iakart;r. St'l.rr-rL',tttrrl.'rn .1eirg.rn lrrl terscLrrrt cli at.rs, rrrt,lrprikiran_r'a- Bapak/lbr,r cl:rp-i:-rt r-ncr-riIi_z_inkar-r vcrlrg Lrersangl<r-rtan rintr-rl.r-rteiakukarr observasi skr.ip'rsi clcr-r g.-irr jurclul:

"lltt/\tttlt I)arltttrFittttrr tli IJnit,ttlt I tlt,;tttr di Irttlottt'sitt tlotr ,\.lttlnt1sirr.,,Ur-rlur li Illtllellgk"tpi lr.rirarrT'clata .\'ang berkaitap elcpg.ri-.r

ptlrrLllis.rr/p-rg111[;16.1i.1 ]t lLt !l.ts itt.tt.t kulirl.r t.'t.seLr't, r,l itrr.5.rr l<ir-it.r.:rBaP'-rk/lbtr/Sar-rcit-rrar/i rlapirt rrrcn-rLr.rr-rtrr/rlcr-rc:r-irrra y.rrr,j l.cr-s.r,',g1.'.,t",,trrrtuk ()Lnt'rr, asi.

''\l.rs l<csctliairtr l3tr;-;.1 I<llLrrrl'5.rr-rtl;rr'.r/i, l<ar-rri Lr(:arpki-s-l L',arrr..rlitt'i'rrrr.r k.t-ilr.

V\t rr s stt I r t r t t t r' n ltt i kL r t t t W r.l,\,b.

M A. t't

A.rr DEI(AI'e rrr I i rt tr-i