PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan...

106
PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan Negeri Salatiga Nomor: 36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah Oleh NGATIMIN NIM 21107016 JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI AHWAL AS SYAKHSYIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014

Transcript of PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan...

Page 1: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

PERKAWINAN BEDA AGAMA

(Studi Penetapan Di Pengadilan Negeri Salatiga Nomor:

36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Syariah

Oleh

NGATIMIN

NIM 21107016

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI AHWAL AS SYAKHSYIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2014

Page 2: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 3: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

PERKAWINAN BEDA AGAMA

(Studi Penetapan Di Pengadilan Negeri Salatiga Nomor:

36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Syariah

Oleh

NGATIMIN

NIM 21107016

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI AHWAL AS SYAKHSYIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2014

Page 4: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Ngatimin

Nim : 21107016

Jurusan : Syariah

Program Studi : Ahwal As Syakhsiyah

Judul : Perkawinan Beda Agama (Studi Penetapan di

Pengadilan Negeri Salatiga Nomor: 36 /Pen.Pdt.

P/2011/PN.Sal.)

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 21 Agustus 2013

Pembimbing

Mahfudz, M.Ag

NIP. 196102101987031006

Page 5: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 6: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ngatimin

NIM : 21107016

Jurusan : Syariah

Program Studi : Ahwal As Syakhsyiah

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiblakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 21 Agustus 2013

Yang menyatakan

Ngatimin

Page 7: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

kamu mungkin bisa MEMENANGKAN sesuatu, tapi kamu bisa

KEHILANGAN yang lain.

Hal penting yang harus selalu kamu perhatikan..!!!

PERSEMBAHAN

Kepada Allah SWT,

Ibu yang ku sayangi, banggakan dan inspirasiku,

Bapak yang aku sayangi, Saudara-saudaraku yang selalu sabar dalam menghadapi

kenakalanku, Nenekku terima kasih atas do’anya,Para Dosenku,

Sahabatku Ari,S.Hi. Saiful. Fared. Bang Lukman, S.Pdi. Bang

To’eng.Dwi,S.Pdi. Intan,S.Pdi. Arina, Dewik,S.Pdi. yang banyak memberi

warna dalam sejarah penulis selama menjalani studi, PERTAMAX pokonyalah.

Temen kelasku yang buayakkk sekitar 14 orang yang majemuk tapi tetap

kompak, HMJ Syariah,

Teman organisasi IMM Kota Salatiga yang PERTAMAX juga pokoknya,

Page 8: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Pengasuh dan anak-anak panti Abu hurairah, kauman, salatiga,

Dan teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu disini.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: PERKAWINAN

BEDA AGAMA (Studi Penetapan di Pengadilan Negeri Salatiga Nomor: 36

/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.)

Penulisan ini merupakan syarat yang harus ditempuh dalam menyelesaikan

jenjang pendidikan strata satu (S-1) Fakultas Syariah Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

berhasil tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan yang diberikan oleh banyak

pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada:

1. Bapak Mahfudz, M.Ag selaku dosen pembimbing, atas waktu, bimbngan,

serta saran-saran dalam penyusunan skripsi.

2. Bapak Ilyya Muhsin, S.Hi, M.Si selaku ketua prodi Ahwal As-Syakhsiyyah

3. Bapak Lukman Bachmid, SH selaku Ketua Pengadilan Negeri Salatiga

4. Hakim dan Pegawai Pengadilan Negeri Salatiga

5. Dan para piahak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu disini, penulis

ucapkan terima kasih

Page 9: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Penulis menyadari bahwa sekripsi ini masih jauh dari kesempurnaa, oleh

karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

ABSTRAK

Ngatimin.2013. Perkawinan Beda Agama (Studi Penetapan Di Pengadilan Negeri

Salatiga Nomor : 36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.). Skripsi. Jurusan Syariah.

Program Studi Ahwal As Syakhsiah. Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Salatiga. Pembimbing: Mahfudz, M.Ag.

Kata Kunci: Perkawinan Beda Agama, dan Penetapan.

Penelitian penetapan ini memaparkan atau menggambarkan tentang dasar

dan pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan pelaksanaan

perkawinan beda agama dalam perkara Nomor:36 /Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.

Berdasarkan pasal 1 undng-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,

memberikan pengertian tetntang perkawinan sebagai ikatan lahir batin antara pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun Tentang

Perkawinan.

Penelitian ini digunakan untuk meperoleh gambaran tentang pertimbangan

Hakim dalam mengabulkan permohonan pelaksanaan Perkawinan Beda Agama

yang dilakukan oleh masyarakat sehingga nantinya diharapkan dapat mengetahui

cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang melakukan perkawinan dalam

menyikapi permasalahan permohonan Perkawinan Beda Agama.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban atas

permasalahan yang ada, bahwa perkawinan beda gama sama sekali tidak diatur

dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974. Penetapan Hakim Pengadilan Negeri

Salatiga Nomor: 36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal dalam mengbulkan perkawinan antara

pemohon X dan Y serta didukung dengan adanya yurisprudensi Mahkamah

Agung RI Nomor: 1400K /Pdt / 1986, dalam mengisi kekosongan hukum karena

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak secara

tegas mengatur tentang perkawinan beda agama memberikan solusi hukum bagi

Page 10: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

perkawinan beda agama adalah bahwa perkawinan beda gama dapat diterima

permohonannya di Kantor Catatan Sipil sebagai satu-satunya instasi yang

berwenang untuk melangsungkan permohonan yang kedua calon suami istri tidak

beragama islam.

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

LOGO ............................................................................................................... ii

JUDUL ............................................................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN.......................................................... ............ v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................... ........................ vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................... ............... vii

KATA PENGANTAR. .................................................................................... viii

ABSTRAK................ ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI.... ................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. LatarBelakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

Page 11: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

E. Penegasan Istilah ........................................................................

.............................................................................................. 8

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................……

8

G. Metode Penelitian ......................................................................

............................................................................................. 10

H. Sistematika Penulisan ............................................................... . 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 17

A. Pengertian Perkawinan ................................................................ 17

B. Perkawinan Beda Agama Menurut Agama di Indonesia ............ 25

C. Perkawinan Beda Agama Dalam Hukum di Indonesia .............. 30

BAB III HASIL PENEITIAN ......................................................................... 37

A. Gambaran Umum Pengadilan Negeri Salatiga........................ ... 37

B. Prosedur Pengajuan Perkawinan Beda Agama Di Pengadilan

Negeri Salatiga ........................................................................... 46

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 62

A. Dasar Dan Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan

PermohonanPelaksanaan Perkawinan Beda Agama.............. ..... 62

B. Tinjauan Hukim Positif Pasal 2(1) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 terhadap Pertinbangan Hakim dalam Mengabulkan

Permohonan perkara nomor: 36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal........... . 68

BAB V PENUTUP........................................................................................ ... 77

A. Kesimpulan ................................................................................. 77

B. Saran ............................................................................................ 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan perintah agama kepada yang mampu

melaksanakannya,karena pernikahan dapat mengurangi maksiat

penglihatan, memelihara diri dari perbuatan zina dan pernikahan

merupakan wadah penyalur hubungan biologis manusia yang wajar.

Islam menganjurkan umatnya untuk melaksanakanpernikahan yang

bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia, sejahtera dan kekal. Islam

sangat menyadari, bahwa dengan pernikahan manusia dapat meperoleh

ketentraman, kedamaian hidup serta kasih sayang yang mutlak yang

diperlukandalam kehidupan pribadi dan keluarga sebagaimana firman

Allah

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir

(Q.S.Aruum.21)

Oleh karena itu, dengan adanya pernikahan diharapkan terciptanya

rumah tangga bahagia, penuh cinta kasih, tolernsi, tenggang rasa, tentram

Page 13: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

damai dan tenang untuk selama-lamanya. Ini menunjukan bahwa

kelanggengan kehidupan pernikahan merupakan suatu tujuan yang

dingikan oleh islam, pernikahan hendaknya dibina untuk selama-lamanya.

Agar suami istri dapat mewujudkan rumah tangga tempat berlindung

menikmati naungan kasih sayang, sehingga anak dapat terpelihara

pertumbuhannya dengan baik.

Pengertian perkawinan menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa.

Tujuan pernikahan dalam islam bukan semata-semata untuk

kesenangan lahiriyah, melainkan juga untuk membentuk suatu lembaga

yang dengannya kaum pria dan wanita dapat memelihara diri dari

kesesatan dan tidakan tidak senonoh, melahirkan dan merawat anak untuk

melanjutkan keturunan manusia serta memenuhi kebutuhan seksual yang

wajar dan diperlukan untuk menciptakan kenyaman dan kebahagian.

Dari sisi sosiologis, sebagaimana menjadi kenyatan dalam

masyarakat indonesia, pernihakan juga dapat lihat sebagai fenomena

penyatuan dua kelompok keluarga besar. Bahwa pernikahan menjadi

sarana terbentuknya satu keluarga besar yang asalnya terdiri dari dua

kelompok yang tidak saling mengenal, yakni yang satu dari keluarga

suami dan yang satunya dari keluarga istri. Kedua keluarga yang tadinya

Page 14: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

berdiri sendiri dan tidak saling mengenal ini kemudian menjadi satu

kesatuan yang utuh. Karena itu, dari sudut pandang sosiologis, pernikahan

yang semula perpaduan dua insan, daat pula menjadi sarana pemersatu dua

keluarga menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyatu.

Fenomena yang terjadi dimasyarakat saat ini sangatlah beragam

diantara yaitu perkawinan beda agama yang saat ini kembali marak, hal ini

tidak saja dilakukan kalangan artis atau tokoh cendikiawan muslim

(Nurcholis Madjid) yang menikahkan putrinya dengan seorang yahudi.

Akan tetapi ini sudah meluas dalam masyarakat pada umumnya.

Fenomana semacam ini juga terjadi pada sebagian masyarakat di

salatiga. Hal ini terjadi karena beberapa persoalan yang ada dalam

masyarakat khususnya salatiga, diantara masyarakat tidak tahu hukum,

baik hukum islam maupun hukum positif. Sehingga hal ini menjadi angin

segar bagi pasangan yang selama ini terganjal dengan persoalan hukum

agama dan hukum positif dalam hubungan mereka.

Pada sisi lain, Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang diberlakukan

dengan Intruksi Persiden Nomor 1 Tahun 1991, melarang seorang muslum

melakukan pernikahan beda agama. Larangan untuk pria muslim diatur

dalam pasal 40 huruf c KHI yang lengkap sebagai berikut:

dilarang melangsungkan perkawinan atara seorang pria dengan

seorang wanita karena keadaan tertentu:

a. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan

dengan pria lain

Page 15: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

b. Seorang wanita yang masih dalam masa iddah dengan pria lain

c. Seorang wanita yang tidak beragama islam

Sementara larangan menikah beda agama bagi wanita mslimah

diatur dalam pasal 44 KHI: “seorang wanita dilarang melangsungka

perkawinan denga seorang pria yang tidak er agama islam.” Secara

normatif laranga bagi wanita muslimah ini tidak menjadi persoalan,

karena sejalan dengan ketentuan dalam Al-Qur’an yang disepakati

kalangan fuqoha.

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum

mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih

baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan

janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan

wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya

budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia

menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah

mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada

manusia supaya mereka mengambil pelajaran.(Q.S.Al-

Baqarah.221)

Page 16: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Dalam pasal 4 KHI juga melarang perkawinan beda

agama.Menurut pasal tersebut perkawinan adaah sah, apabila dilakukan

menurut hukum islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Di dalam melaksanakan pernikahan beda agama ini para pasangan

harus mendapat izin dari pengadilan negeri karena pernikahan yang akan

mereka lakukan akan diproses didinas catatan sipil bukan di kantor urusan

agama.

Kedua calon tak jarang menggunakan jalur pengadilan untuk dapat

dinikahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Namun jika pegawai

tersebut menolak, maka calon mempelai berhak meminta penetapan

kepada pengadilan dalam wilayah hukum pegawai pencatat perkawinan itu

berkedudukan dengan menyertakan surat keterangan penolakan tersebut.

Selanjutnya, hakim akan memeriksa dan memutuskan dalam sidang cepat.

Fenomena perkawinan beda agama sangat menarik untuk dikaji,

karena dari segi perkawinannya saja tidak diperbolehkan di dalam islam.

Hal ini menjadi motifasi dan inspirasi yang kuat untuk penulis teliti yang

kemudian diberi judul: PERKAWINAN BEDAAGAMA (Studi

Penetapandi Pengadilan Negeri Salatiga Nomor: 36

/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.) yang selanjutnya akan ditulis dalam bentuk

skripsi.

Page 17: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

B. Rumusan Masalah

Penulis mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagi berikut:

1. Apa yang menjadi pertimbangan dan dasar hukum hakim dalam

mengabulkan permohonan pelaksanaan perkawinan beda agama

dalam perkara Nomor: 36 /Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.?

2. Bagaimana tinjauan hukum positif pasal 2(1) undang-undang

nomor 1 Tahun 1974 terhadap pertimbangan hakim dalam

mengabulkan permohanan pelaksanaan perkawinan beda agama

Nomor: 36 /Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan memberi penjelasan tentang apa yang menjadi

pertimbangan dan dasar hukum hakim dalam memberikan putusan

perkawinan beda agama di pengadilan negeri salatiga

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pasal 2(1) undang-undang

nomor 1 Tahun 1974 terhadap pertimbanan hakim dalam

mengabulkan permohanan pelaksanaan perkawinan beda agama

Nomor: 36 /Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal

D. Manfaat Peneitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan

pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan

ilmu hukum perdata peda khususnya yang berkaitan dengan dasar

Page 18: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

dan pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan

pelaksanaan perkawinan beda agama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, sebagai sarana pembelajaran serta menamba

wawasan didalam aplikasi ilmu yang diperoleh selama

menyelesaikan studi.

b. Bagi masyarakat, bagi masyarakat pada umumnya dan

pasangan beda agama yang ingin melangsungkan

perkawinan pada khususnya, yaitu sebagai bahan informasi

dan diharapkan dapat memberikan manfaat dan penjelasan

serta pengetahuan bagi masyarakat umumnya mengenai

pertimbangan hakim pengadilan negeri salatiga dalam

mengabulkan permohonan pelaksanaan perkawinan beda

agama.

c. Bagi Pengadilan Negeri, sebagai bahan pertimbangan bagi

pengadilan negeri mengingat terdapat banyak pasangan

beda agama mengalami kesulitan untuk melansungkan

perkawinan.

d. Bagi kampus, sebagai literatur yang bisa memberikan

gambaran dan penjelasan kepada civitas akademik dan

mahasiswa khususnya tentang dasar dan pertimbangan

dalam penetapan pengadilan untuk menyelesaikan perkara

perkawinan beda agama.

Page 19: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah penafsiran yang

berbeda dengan maksud utama penulis dalam memahami judul yang

penulis ajukan, maka perlu adanya penjelasan beberapa kata pokok yang

menjadi inti dalam penelitian.

Adapun yang perlu dijelaskan sebagai berikut:

1 Penetapan adalahsuatupenetapantertulis yang

dikeluarkanolehbadanataupejabattatausaha Negara yang

berisitindakanhukumtatausahanegara yang

berdasarkanperaturanperundang-undangan yang berlaku, yang

bersifatkonkrit, individual, dan final yang menimbulkanakibat

hokum bagiseseorangdanbadanhukumperdata.(pasal 1 angka 3 UU

No.5 Tahun 1986)

2 Studi adalah penelitian ilmiah, kajian pendekatan untuk meneliti

gejala sosial dengan menganalisa suatu kasus mendalam dan utuh

(fajri dkk,:859).

3 Pengadilan Negeri salatiga adalah salah satu lembaga kekuasaan

kehakiman bagi rakyat pencari keadilan di tingkat I kota Salatiga.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang perkawinan beda agama sudah banyak dilakukan

oleh peneliti sebelunya,diantara peneliti-peneliti tersebut adalah penelitian

yang dilakukan oleh Azza Faiq Hamam yang berjudul Fasilitasi

Perkawinan Beda Agama Oleh Lembaga Sosial (Studi Kasus Terhadap

Page 20: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Percik Salatiga). Penelitian tersebut menjelaskan tentang mekanismen

perkawinan beda agama yang difasilitasi oleh lembaga percik salatiga dan

alasan mengapa lembanga tersebut memfasilitasi perkawinan beda agama

dalam hal ini lembaga percik juag menjadi mediator yang menhubungkan

dengan tokoh agama, lembaga dan instansi terkait (Hamam,2013).

Skripsi Maftuhul Fuadi yang berjudul Nikah Beda Agama

Perspektif Ulil Abshar Abdalla. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengetahui bagaimana pandangan Ulil Abshar Abdalla tentang nikah beda

agama. Menurut fuadi, dalam beragama, Ulil Abshar Abdalla tidak lagi

memandang bentuk, tetapi isi. Keyakinan dan praktek keislaman yang

dianut oleh orang-orang yang menamakan dirinya sebagai umat islam

hanyalah “baju” dan formal, menurutnya yang pokok adalah nilai yang

terkandung di dalamnya. Setiap agama menunjuk pada nilai keadilan oleh

karena itu setiap agama sama. Karena setiap agama sama maka dihalalkan

nikah beda agama (fuadi,2006).

Skripsi Auwenda Fuazi yang berjudul Perkawinan Campuran

Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis Terhadap Pendapat Imam

Syafi’i Tentang Perkawinan Campuran) menjelaskan dua hal pokok

pemikiran Imam Syafi’i tentang perkainan campuran. Pertama,

perkawinan antara perempuan muslim dan laki-laki bukan muslim adalah

haram hukumnya. Kedua, laki-laki muslim daiharamkan mengawini

perempuan bukan muslim (Fuazi,2004).

Page 21: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Adapun penelitian selanjutnya adalah skripsi Sri Nikmah yang

berjudul Perkawinan Lintas Agama dalam Tinjauan Hukum Islam dan

Perundang-undangan di Indonesia. Penelitian tersebut menjelaskan

mengenai kehidupan masyarakat pelaku perkawinan lintas agama di

Kelurahan Bugel Salatiga.

Adapun penelitian ini adalah tetang Penetapan Hakim dalam

Mengabulkan Perkawinan beda agama kepada para pasangan yang ingin

melakukan perkawinan beda agama.

G. Metode penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu data yang dapat

menunjang penyelesaian penelitian itu sendiri, sehingga dapat

memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya dan dapat

dipertanggungjawabkan, oleh karena itu diperlukan suatu metode tertentu.

Metode adalah suatu sarana pokok pengembangan ilmu pengetahuan dan

tehnologi, oleh karena itu suatu penelitian bertujuan untuk memngungkap

kebenaran secara sistematis, metodologis, konsisiten dengan mengadakan

analisis dan konstruksi ( Soejono Soekanto dan Sri mamudji,:1990).

Maka metode penelitian adalah cara yang teratur dan berfikir

secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan

untuk menemukan, mengembangkan dan guna menguji kebenaran maupun

ketidakbenaran dari suatu penetahuan, gejala atau hipoteses. Adapun

metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Page 22: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Peneltian ini mendasarkan pada penelitian hukum normatif

(yuridis normatif). Penelitian hukum normatif (yuridis normatif)

ialah metode penelitian hukum yang dilakuan dengan meneliti

bahan pustaka atau data sekunder. Dalam penelitian ini yang akan

dicari terkait dengan masalah perkawinan beda agama.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah peneitian kualitatif yang secara

umum bersifat diskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan

gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data secermat

mungkin tentang objek yang diteliti. Dalam hal ini untuk

menggambarka semua hal yang berkaitan tentang perkawinan

beda agama di Pengadilan Negeri Salatiga

2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Salatiga JL.

Veteran No.4 Salatiga peneliti memilih lokasi tersebut karena

Pengadilan Negeri Salatiga masih menerima, memproses dan

menetapkan permohonan izin perkawinan beda agama.

3 Sumber Data

Secara umum, maka di dalam penelitian biasanya dibedakan antara

data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan

pustaka. Yang diperoleh dari masyarakat dinamakan data primer,

Page 23: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya

dinamakan data sekunder (Soekanto,1986 : 51).

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder.

a. Data primer

Adalah sejumlah keteranagn atau fakta yang diperoleh secara

langsung dengan melakukan wawancara pada ketua Pengadilan

Negeri Salatiga, hakim, panitera, dan penetapan pelaksanaan

perkawinan beda agama.

b. Data sekunder

Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara

tidak langsung, tetapi melalui penelitian kepustakaan.

1) Bahan hukum primer

Yaitu norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-

undangan. Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer

adalah:

a) Undang-undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974

b) Peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun 1975 tentang

pelaksanaan undang-undang nomor 1 Tahun 1974

c) Undang-undang nomor 23 Tahun 2006 tentang

Atministrasi kependudukan

2) Bahan hukum sekunder

Page 24: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Yaitu hasil karya dari kalangan hukum,hasil-hasil

penelitian, artikel, koran, dan internet serta bahan lain yang

berkaitan dengan pokok bahasan.

3) Bahan hukum tersier atau penunjang

Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

misalnya bahan dari media internet, kamus, ensiklopedia,

indeks kumulatif dan sebagainya ( soekanto,2001 : 52).

4 Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data dalam suatu peneitianmerupakan hal yang

sangat pentinag dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Data primer

Untuk mendapatkan data primer dilakukan wawancara

kepada hakim Pengadilan Negeri Salatiga. Wawancara yang

dilakukan secara terpimpin, terarah dan mendalam sesuai dengan

hal-hal tersebut terkait dengan hukum pemutusan perkara

penetapan permohonan pelaksanaan perkawinan beda agama di

Pengadilan Negeri Salatiga.

b.Data Sekunder

Untuk memperoleh data sekunder adalah dengan penelitian

atau kepustakaan atau library research guna memperoleh bahan-

bahan hukum.

Page 25: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

c. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan

pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Al-Uhtar,

2000:79). Kegiatan ini diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan terhadap informasi yang didapat selama melakukan

penelitian. Observasi penelitian ini dilakukan dikantor pengadilan

negeri salatiga baik diluar maupun didalam proses persidangan.

a. Dokumentasi

Dakumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang

variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Al-Uhtar,

2000:236). Dokumentasi adalah data yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, agend dan sebagainya. Dokumentasi

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah salinan penetapan

permohonan pelaksanaan perkawinan beda agama.

5 Analisis Data

Yang dimaksud analisis data yaitu suatu cara yang dipakai untuk

menganalisi, mepelajari serta mengelola kelompok data tertentu,

hingga dapat diambil suatu kesimpulan yang kongkret tentang

permasalahan yang diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini penyusun

menggunakan analisis data deduktif yaitu cara memberi alasan dengan

berfikir dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian

Page 26: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

ditarik pada persoalan yang berkaitan dengan penelitian. Metode ini

digunakan dalam rangka mengetahui bagaimana penetapan kaidah-

kaidah normatif dan yuridis dalam perkara permohonan perkawinan

beda agama.

H. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang

lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah

sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini secara garis besar terdiri dari

tigabagian: bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.

Pada bagian awal skripsi berisi tentang: sampul, lembar berlogo,

judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan

keaslian tulisan, moto dan persembahan, kata pengatar, abstrak, daftar isi,

daftar gambar dan daftar lampiran.

Bagian inti skripsi ini menguraikan lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, Pada bab ini berisi uraian latar belakang

masalah, rumusan maslah, manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan

pustaka, metode penelitian, serta sitematika penulisan pada sekripsi.

Bab II Kajian Pustaka Bab ini berisitentang kajian umum

perkawinan yang terdiri dari pengertian perkawinan yang dilihat dari segi

perundang-undangan maupun agama yang diakui di indonesia, perkawinan

beda agama ditinjau dari sudut pandang agama yang diakui di indonesia,

perkawinan beda agama ditinjau dari perundangan yangberlaku di

Indonesia yaituUndang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Page 27: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Bab III Hasil Penelitian. Pada bab ini menjelaskan tentang

gambaran umum pengadilan negeri salatiga yang meliputi sejarang

pengadilan negeri, kewenangan pengadilan negeri salatiga dalam

menangani perkawinan beda agama ( kewenangan absolut dan

kewenangan relatif), struktur organisasi pengadilan negeri salatiga,

administrasi perkara pengadilan negeri salatiga prosedur dan proses

penanganan perkawinan beda agama di pengadilan negeri salatiga dan

hasil putusan sidang permohonan perkawinan beda agama di pengadilan

negeri salatiga.

Bab IV analisis data yang membahas mengenai dasar dan

pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonanpelaksanaan

perkawinan beda agama dalam penetapan hakim pengadilan negeri

Nomor:36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal. serta mendekripsikan pasal 2 (1)

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 terhadap pertimbangan hakim

dalam perkara Nomor:36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal. dalam mengabulkan

permohonan izin perkawinan beda agama.

Bab V penutup, Bab ini berisikan kesimpulan dari keseluruhan

pembahasan yang telah dipaparkan dan dilengkapi dengan saran-saran

yang dapat dikontribusikan penulis dalam menyikapi permasalahan yang

ada.

Page 28: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Tentang Perkawinan

1. Pengertian perkawinan

Berdasarkan ketentuan pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 bahwa pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan menurut Kompilasi Hukun Islam dalam Pasal

2 adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqon

ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah. Perkawinan adalah suatu pernikahan yang

merupakan akad yang sangat baik untuk mentaati perintah Allah

dan pelaksanaanya adalah merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan

untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah, dan rahmah.

Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku

pada semua maklukNya, baik kepada manusia, hewan maupun

tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

sebgai jalan bagi makluk-Nya untuk berkembang biak, dan

melestarikan hidupnya (Tihami dan Sohari.2009:6)

Page 29: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Perkawinan menurut fikih adalah penikahan. Secara bahasa

pernikahan ialah al-jam’u dan al-dhamu yang artinya kumpul. Makna

nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqda al-tazwij yang artinya akad

(Tihami dan Sohari.2009:7). Makna nikah adalah akad atau ikatan,

karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab dan kabul. Selain

itu nikah juga dapat diartikan sebagai bersetubuh (Assegaf, 2005:131).

Firman Allah

Artinya: Dan segala sesuatu kami jadikan berjodoh-jodohan,

agar kamu sekalia mau berfikir(Q.S Adz-Dzaariyaat)

Definisi atau pengertian perkawinan dalam pasal 1 undang-

undang perkawinan dapat dimengerti bahwa dengan melakukan

perkawinan pada masing-masing pihak telak terkandung maksud

untuk hidup bersama secara abadi, dengan memenuhi hak-hak dan

kewajiban yang ditetapkan oleh negara, untuk mencapai keluarga

bahagia (Rusli dan R. Tama:2000:11)

Ikatan perkawinana hanya boleh terjadi antara seorang pria

dengan seorang wanita sehinggatidak dimungkinkan terjadinya

hubungan perkawinan antara pasangan yang sama jenis kelaminnya.

Ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita bisa dipandang

sebagai suami istri manakala ikatan mereka tersebut didasarkan pada

perkawnan yang sah.sebuah perkawinan dapat dikatakan sah

Page 30: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

dipenuhinya syarat-syarat tertentu sesuai dengan apa yang telah

ditentukan oleh undang-undang.

2. Konsep perkawinan menurut Agama

a. Meninggikan Harkat dan Martabat Manusia.

Lihatlah bagaimana kehidupan manusia yang secara bebas

mengumbar nafsu biologisnya tanpa melalui bingkai halal sebuah

pernikahan, maka martabat dan harga diri mereka sama liarnya

dengan nafsu yang tidak bisa mereka jinakkan. Menikah

menjadikan harkat dan martabat manusia-manusia yang

menjalaninya menjadi lebih mulia dan terhormat. Manusia secara

jelas akan berbeda dengan binatang apabila ia mampu menjaga

hawa nafsunya melalui pernikahan.

b. Memuliakan Kaum Wanita.

Banyak wanita-wanita yang pada akhirnya terjerumus pada

kehidupan hitam hanya karena diawali oleh kegagalan menikah

dengan orang-orang yang menyakiti kehidupan mereka. Menikah

dapat memuliakan kaum wanita. Mereka akan ditempatkan

sebagai ratu dan permaisuri dalam keluarganya.

c. Cara Untuk Melanjutkan Keturunan

Salah satu tujuan menikah adalah meneruskan keturunan.

Pasangan yang shaleh diharapkan mampu melanjutkan keturunan

yang shaleh pula. Dari anak-anak yang shaleh ini akan tercipta

sebuah keluarga shaleh, selanjutnya menjadi awal bagi

Page 31: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

terbentuknya kelompok-kelompok masyarkat yang shaleh sebagai

cikal bakal kebangkitan Islam di masa mendatang.

d. Wujud Kecintaan Allah SWT.

Inilah bukti kecintaan Allah terhadap mahkluk-Nya. Dia

memberikan cara kepada mahkluk-Nya untuk dapat memenuhi

kebutuhan manusiawi seorang mahkluk. Di dalam wujud

kecintaan itu, dilimpahkan banyak keberkahan dan kebahagiaan

hidup yang dirasakan melalui adanya tali pernikahan. Allah

menjadikan mahkluk-Nya berpasang-pasangan dan ditumbuhkan

padanya satu sama lain rasa cinta dan kasih sayang.

3. Konsep Perkawinan Menurut Hukum

a. "Perkawinan adalah ikatan bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa".

b. Untuk laki-laki minimal sudah berusia 19 tahun, dan untuk

perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun

c. Jika menikah dibawah usia 21 tahun harus disertai dengan ijin

kedua atau salah satu orangtua atau yang ditunjuk sebagai wali.

4. Tujuan Perkawinan

Tujuan dari perkawinan diatur dalam Undang-Undang Nomor

1 tahun 1974 Pasal 1 disebutkan bahwa tujuan dari perkawinan adalah

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Page 32: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa maka perkawinan mempunyai hubungan

yang sangat erat dengan agama atau kerohanian, dalam hal

perkawinan disetiap agama pasti mempunyai suatu tujuan yang jelas,

tujuan perkawinan tersebut diharapkan dapat membuat suatu

ketenangan (sakinah) dalam hubungan rumahtangga dengan dasar

agama.

Perkawinan adalah merupakan tujuan syariat yang dibawa oleh

Rasulullah Saw, yaitu penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan

duniawi dan ukhrowi (Tihami & sohari sahrani. 2010:15)

Dalam kaitan tersebut Allah berfirman dalam surat Ar-Ruum

ayat 21:

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,

supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa

kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berpikir

Sedangkan tujuan perkawinan menurut Hukum masing-masing

Agama adalah: (Hadikusuma, 2007).

Page 33: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

a. Menurut Hukum Agama Islam adalah untuk menegakkan agama

Allah, mendapatkan keturunan yang sah dalam masyarakat,

mencegah maksiat dan untuk membina keluarga (rumah tangga)

yang teratur dan damai dengan mentaati perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya.

b. Menurut Agama Kristen Protestan adalah untuk membentuk suatu

persekutuan hidup yang berkah antara pria dan wanita

berdasarkan cinta kasih.

c. Hukum Agama Kristen Katolik adalah untuk melahirkan anak dan

mendidik anak serta saling tolong-menolong antara suami-isteri

dan obat nafsu.

d. Menurut agama hindu adalah untuk mendapat keturunan dan

untuk menebus dosa-dosa orang tua dengan menurunkan seorang

putra (anak pria)

e. Menurut agama budha adalah untuk membentuk suatu keluarga

(rumah tangga) bahagia yang diberkahi oleh Shang Yang Adi

Bhuda atau Tuhan Yang Maha Esa, para Bhuda dan Bodhisatwa-

Mahatsatwa.

5. Sahnya Perkawinan

Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan No 1

Tahun 1974 “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”.

Penjelasan pasal 2 ayat (1) itu menjelaskan bahwa dengan perumusan

Page 34: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

pada Pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada perkawinan di luar hukum masing-

masing agamanya dan kecercayaannya itu sesuai dengan Undang-

Undang Dasar 1945. Yang dimaksud bagi golongan agamanya dan

kepercayaannya itu sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan

lain dalam Undang-Undang ini.

Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan

No 1 Tahun 1974 kita melihat bahwa Undang-Undang Perkawinan ini

menggantungkan sahnya suatu perkawinan kepada hukum agama dan

kepercayaan masing-masing pemeluknya, ini berarti syarat-syarat

perkawinan itu sendiri mestinya juga harus didasarkan kepada syarat-

syarat perkawinan sebagai yang diatur menurut hukum agamanya dan

kepercayaannya itu.

6. Syarat-syarat perkawinan

Dalam Undang-Undang perkawinan No.1 Tahun 1974 syarat

perkawinan dijelaskan pasal 6 yang berbunyi sebgaia berikut:

1) Perkawian harus didasarkan atas persetujuan kedua calon

mempelai

2) Untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum

berumur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua

3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal

dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan

kehendaknya. Maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cuup

Page 35: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

memperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua

yang mempu menyatakan kehendaknya.

4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya maka izin

diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang

mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas

selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan

kehendaknya.

Adapun dalam Islam syarat lain yang harus ada dalam

pernikahan adalah rukun nikah yaitu:

1. Mempelai laki-laki

2. Mempelai perempuan

3. Wali

4. Dua orang saksi

5. Ijab kabul

Abdul Hamid Hakim mendifinisikan rukun sebagai sesuatu

yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan

(ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu,

seperti membasuh mukadalam wudhu’ dan takbiratul ihram untuk

shalat, atau adanya calon pengantin laki-laki dn perempuan dalam

perkawinan (Ghazaly,2006:46).

7. Pencatatan perkawinan

Page 36: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Mengenai sahnya perkawinan dan pencatatan perkawinan

terdapat pada Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, berbunyi : Perkawinan adalah sah,

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu dan Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagi mereka yang melakukan perkawinan menurut agama

Islam, pencatatan dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA).

Sedangkan bagi yang beragama Katholik, Kristen, Budha, Hindu,

pencatatan itu dilakukan di Kantor Catatan Sipil (KCS).

Pasal 2 ayat 2 PP 9/1975 : Pencatatan perkawinan dari mereka

yang melangsungkan perkawinannya menurut agamanya dan

kepercayaannya itu selain agama Islam, dilakukan oleh Pegawai

Pencatat perkawinan pada kantor catatan sipil sebagaimana

dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencatatan

perkawinan.

Pasal 2 ayat 3 PP 9/1975 : dengan tidak mengurangi ketentuan-

ketentuan yang khusus berlaku bagi tatacara pencatatan perkawinana

berdasarkan berbagai peraturan yang berlaku. tatacara pencatatan

perkawinan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3 sampai

dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 34 Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Admisduk

(1)Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan

Page 37: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Perundang-undangan wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada

Instansi Pelaksana di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60

(enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.

Setelah dipenuhinya tata cara dan syarat-syarat pemberitahuan

serta tidak ditemukan suatu halangan untuk perkawinan, pegawai

pencatat mengumumkan dan menandatangani pengumuman tentang

pemberitahuan kehendak melansungkan perkawinan dengancara

menempel surat pengumuman disuatu tempat ayang sudah ditentukan

dan mudah dibaca oleh umum.

Apabila dilihat dari sudut keperdataan saja, pendaftaran dan

pencatatan perkawinan, perkawinan tersebut sah apabila telah

didaftarkan dan dicatatkan pada Kantor Urusan Agama atau Kantor

Catatan Sipil, sebaliknya bagi perkawinan yang belum didaftarkan

dan dicatatkan maka masih dianggap belum sah menurut ketentuan

hukum, sekalipun menurut ketentuan agama telah memenuhi

prosedur dan tata cara agama.

B. Perkawina Beda Agama MenurutAgamaDi Indonesia

1. Menurut agama islam

Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang diberlakukan dengan

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, melarang seorang muslim

melakukan perkawinan beda agama. Larangan untuk pria muslim

diatur di dalam pasal 40 huruf c KHI yang lengkapnya sebagai

berikut:

Page 38: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

“Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria

dengan seorang wanita karena keadaan tertentu:

a. Karena wanita yang bersangkutan basih terikat satu

perkawinan dengan pria lain.

b. Seorang wanita yang masih berada dalam mas iddah dengan

pria lain.

c. Seorang wanita yang tidak beragama Islam”.

Larangan untuk wanita muslimah diatur dalam pasal 44 KHI

yaitu: “seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan

dengan seorang pria yang tidak beragama Islam”.

Adapun larang menikah untuk laki-laki muslim dengan wanita

non-muslim dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah.221

Artinya: Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik,

sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang

mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik

hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik

(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik

walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka,

Page 39: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.

Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)

kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

Kemudian larangan menikah wanita muslimah dengan laki-

laki non-muslim dijelaskan dalam surat Al-Mumtahanah:10

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah

kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah

kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang

keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka

(benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka

kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal

bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula

bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar

yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka

apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu

tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-

perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu

Page 40: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka

bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara

kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Tentang hal ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda:

عنْ أبِيْ هُزَيْزَةَ رَضِيَ الُله عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى الُله عَلَيْهِ وَسَلّمْ قَالَ:

لدِّيْنِا تُنْكَحُ المَزْ أةُ لِأَ رْبَعٍ: لمِالِهَا, وَلِحَسَبِهَا, وَلِجَمَالِهَا, وَلِدِيْنِهَا فَاظْفَزْ بِذَاتِ

تَزِبَتْ يَدَاكْ

Artinya: Dari Abu Hurairah rhadiyallahu anhu dari Nabi Muhammad

SAW, beliau berkata:Wanita dinikahi karena empat hal, karena

hartanya, nasabnya, kecantikannya, & karena agamanya & pilihlah

karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR. Bukhari dari

shahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu)

Dari hadis diatas menjelaskan bahwa agama merupakan faktor

utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup

atau perkawinan

Dalam Penetapan fatwa MUI tentang perkawinan beda gama

Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 juga menyatakan perkawinan

beda Agama adalah kharam dan tidak sah

2. Menurut agama kristen dan katolik

Perkawinan menurut agama kristen dan katolik adalah secara

doktriner, dan untuk ini diambil dari 2 (dua) bahan, yaitu kitab

perjanjian lama dan kitab perjanjian baru.

Page 41: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Dalam perjanjian lama perkawinan diartikan sebagai gambaran

dan tiruan dari bimbingan Tuhan. Suami istri dibangkit menampakkan

menghadiahkan cinta kasih Tuhan dalam hudup cinta mereka.

Dalam perjanjian baru perkawinan seorang kristen diartikan

sebagai suatu ikatan cinta kasih tetap dan taat yang menggambarkan,

melahirkan dan mewujudkan hubungan cinta kristus dengan

gerejanya.

Menurut agama katolik, bahwa perkawinan adalah suatu

Sakramen, yang merupakan persetujuan antara sesorang laki-laki

dengan seorang wanita untuk saling mengikatkan diri sampai salah

seorang dari mereka meninggal dunia dan hanya pada seorang itu saja,

untuk memperoleh keturunan(R. Tama dan Rusli.1984:25).

Menurut agama kristen (bukan katolik) pernikahan itu adalah

atas perintah Allah yang menjadikan langi dan bumi dan yang telah

menjadikan manusia laki-laki dan perempuan. Dalm hal ini

umpamanya diterangkan dalam kitab kejadian 218 dan juga ayat 21

samapai 24 yang menyatakan: tiada sebaik manusia itu seorang-

orangnya bahwa aku hendak membuat akan pria seorang penolong

yang sejodoh dengan dia.

Yesus sendiri yang menyatakan dirinya mempelai jemaatnya

yang menghadiri telah menjunjung tinggi pernikahan dan teah

menunjukkan dengan karunianya bahwa senantiasa dia akan

menolong orang yang menikah dan jugapun manakala mereka tiada

Page 42: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

didalam nikah, bahwa Allah memberikan kepada manusia suatu tugas

yang harus diterima dengan perasaan tanggungjawab yaitu

membentuk keluarga.(Arson sosroatmodjo dan A.wasit

Aulawi,1975:31)

3. Menurut Agama Hindu

Dalam agama Hindu, perkawinan bersifat religious dan

obligatoir karena diakaitkan dengan kewajiban seseorang untuk

mempunyai keturunan untuk menebus dosa-dosa orang tua dengan

menurunkan seorang putra. Perkawinan menurut Hindu hakikatnya

adalah sacral dan hanya sah dilakukan menurut agamatersebut. Hal ini

berarti agam Hindu melarang umatnya melakukan perkawinan antar

agama.

4. Menurut agama budha

Penjelasan mengenai perkawinan menurut budha diambil dari

kita “Tripittaka” buku ini yang mengupas perkawinan secara tegas,

dan isi pokokdari buku ini adalah disekitar masalah “ etika dan

filsafat”. Budhisme di Indonesia adalah sangat fleksible karena selalu

mengadaptir adat-adat yang hidup dalam masyarakat(Arson

sosroatmodjo dan A.wasit Aulawi,1975:30).

Jika terjadi perkawinan beda agama yang salah satunya

penganut agama Budha, maka yang terpenting adalah adanya

kesepakatan dan persetujuan dari masing-masing keluarga karena

biksu hanya memberkati dan yang meresmikan perkawinan tersebut

Page 43: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

adalah keluarga masing-masing yang diwakilkan kepada seorang

dharmaduta (orang yang diangkat oleh biksu untuk meresmikan

perkawinan)

C. Perkawianan Beda Agama dalam Hukum di Indonesia

1. Sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, di

Indonesia pernah ada suatu peraturan hukum antar golongan yang

mengatur masalah perkawinan campuran. Peraturan yang dimaksud

adalah peraturan yang dahulu dikeluarkan oleh pemerintah kolonial

Hindia Belanda yang bernama Regeling op de Gemengde Huwelijken

(GHR) atau Peraturan tentang Perkawinan Campuran sebagaimana

dimuat dalam Staatsblad 1898 No. 158 (Asmin.1986:68).

Pada Pasal 1 GHR dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

Perkawinan Campuran adalah “Perkawinan antara orang-orang yang

di Indonesia tunduk kepada hukum yang berlainan”.

Ada 3 pendapat mengenai apakah GHR berlaku pula untuk

perkawinan antar agama dan antar tempat yakni, pertama, kelompok

yang berpendirian “luas” yang menganggap bahwa perkawinan

campuran antar agama dan antar tempat termasuk di dalam GHR;

kedua, kelompok yang berpendirian “sempit” yang menganggap

bahwa perkawinan campuran antar agama dan antar tempat tidak

termasuk di dalam GHR; dan ketiga, kelompok yang berpendirian

“setengah luas setengah sempit” yang menganggap bahwa hanya

Page 44: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

perkawinan antar agama saja yang termasuk dalam GHR, sedangkan

perkawinan antar tempat tidak termasuk di dalam GHR.

Hal itu penting bagi kita, karena dari uraian di atas dapat

dikatakan bahwa sebelum berlakunya UU No.1/1974 telah ada suatu

ketentuan perundang-undangan yang dapat memecahkan persoalan

yang timbul dari adanya perkawinanantar agama. Peraturan

perundang-undangan itu ialah peraturan tentang perkawinan campuran

(GHR) sebagai dimaksud di atas. Dengan begitu pasangan yang akan

melangsungkan perkawinan antar agama boeh merasa terlindung dan

terjamin kepastia hukum daripada perkawinan mereka dalam arti

bahwa, walaupun menurut hukum agama mereka masing-masing

dianggap tidak sah, setidaknya diakui adanya oleh hukum Negara.

Keadaan mana sangat berpengaruh terhadap ketentraman jiwa kedua

pihak.

2. Setelah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Berbeda dengan hukum perkawinan sebelumnya yang

menganut konsepsi hukum perkawinan perdata, Undang-Undang

Tahun 1974 justru memberikan peranan yang sangat menentukan sah

atau tidaknya suatu perkawinan kepada hukum agama dan

kepercayaan masing-masing calon mempelai.

Pasal 2 ayat (1) menentukan: ”perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu”. Ketentuan yang sudah jelas ini lebih diperjelas

Page 45: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

lagi oleh ketentuan di dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang

Nomor 1 Tahun 1974 : ”dengan perumusan pada Pasal 2 ayat (1) ini,

tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan

kecercayaannya. Dari Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974, dapat diketahui bahwa sebuah perkawinan adalah sah

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu. Ini berarti bahwa jika suatu perkawinan telah

memenuhi syarat dan rukun nikah atau ijab kabul telah dilaksanakan

(bagi umat Islam) dan pendeta atau pastur (bagi Umat Kristen) telah

melaksanakan pemberkatan atau ritual lainnya, maka perkawinan

tersebut adalah sah terutama di mata agamanya dan kepercayaannya.

Perkawinan beda agama, tidak diatur secara tegas dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, dengan tidak diaturnya

masalah perkawinan beda agama dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 maka tidak jelas pula diperbolehkan atau tidaknya

pelaksanaan perkawinan beda agama.

Sebagai pedoman untuk mengetahui kejelasan permasalahan

perkawinan beda agama seperti tersebut diatas, dengan melihat pasal-

pasal dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu Pasal 2 ayat

(1) yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya, hal

ini mengisyaratkan bahwa undang-undang menyerahkan kepada

masing-masing agama untuk menentukan cara-cara dan syarat-syarat

Page 46: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

pelaksanaan perkawinan tersebut (disamping cara-cara dan syarat-

syarat yang telah ditetapkan oleh negara), jadi suatu perkawinan

dilarang atau tidak, atau apakah calon mempelai telah memenuhi

syarat-syarat atau belum, disamping tergantung kepada ketentuan-

ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

juga ditentukan oleh hukum agamanya masing-masing.

3. Putusn Mahkamah Agaung Reg.No.1400K/Pdt/1986

Dari putusan Mahkamah Agung tentang perkawinan beda

agama sangat kontroversi, namun putusan tersebut merupakan

pemecahan hukum untuk mengisi kekosongan hukum karena tidak

secara tegas dinyatakan dalam UU No. 1/1974.Putusan Mahkamah

Agung Reg. No. 1400 K/Pdt/1986 dapat dijadikan sebagai

yurisprudensi, sehingga dalam menyelesaikan perkara perkawinan

beda agama dapat menggunakan putusan tersebut sebagai salah satu

dari sumber-sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam proses

perkawinan beda agama maka permohonan untuk melangsungkan

perkawinan antar agama dapat diajukan kepada Kantor Catatan Sipil.

Dalam mengisi kekosongan hukum karena dalam UU No.

1/1974 tidak secara tegas mengatur tentang perkawinan beda agama,

Mahkamah Agung dalam yurisprudensinya tanggal 20Januari 1989

Nomor: 1400 K/Pdt/1986, memberikan solusi hukum bagi perkawinan

antar agama adalah bahwa perkawinan beda agama dapat diterima

permohonannya di Kantor Catatan Sipil sebagai satu-satunya instansi

Page 47: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

yang berwenang untuk melangsungkan permohonan yang kedua calon

suami isteri tidak beragama Islam untuk wajib menerima permohonan

perkawinan.

Page 48: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Pengadilan Negeri Salatiga

1. Sejarah Pengadilan Negeri Salatiga

Pengadilan Negeri salatiga dibentuk pada abad ke-19 yaitu

pada tahun 1896 berupa landraad untuk keperluan warga negara asing

dan belanda. Pemerintah daerah pada masa itu berupa kabupaten

semarang dan kawedanan salatiga yang berpusat disalatiga berbentuk

Gamanto yang pada perubahanya setelah kemerdekaan menjadi Kota

Praja dan gini berbentuk Kota Madya.

Pada waktu berbentuk landraad, hakim-hakim disalatiga terdiri

atas tokoh ahli hukum pada jaman itu yaitu:

a. Mr. Whirmink g. Mr. Rykee

b. Mr. Camalis h. Mr. Cayauk

c. Mr. Peter i. Mr.Dr. Gondo Koesoemo

d. Mr.Terhaar j. Mr. Shoot

e. Mr. Lekkerkarkar k. Mr. Wiednar

f. Mr. Sebealer l. Mr.R. Soeprapto

Pada waktu pendudukan jepang (Tihoo-Ho-in):

a. Mr.Lio Oen Hok

b. P. Salamoon

Page 49: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Pada zaman renovasi kemerdekaan ketua pengadilan negeri

salatiga adalah:

a. Mr. Trank

b. Mr. Kresno

Setelah indonesa merdeka, yang pernah menjabat ketua

pengadilan negeri saltiga adalah:

a. Mr. Soebiyono j. Agus Air Guliga, SH

b. Mr. Weoryanto k. Sarwono Soekardi, SH

c. Soehono Soedjo, SH I. Sabirin Janah, SH

d. Soenarso, SH m. Suhartatik, SH

e. Ahmadi, SH n. Tewer Nusa Steven, SH

f. Imam Soetikno, SH o. Winaryo, SH. MH

g. H.Mohammad Hatta, SH p. Djautan Purba, SH

h. Soetopo, SH q. Antonius Widijantono, SH

i. Erwin Tumpak Pasaribu, SH.MH

Dalam perkembangannya, wilayah daerah pemerintah

mengalami perubahan, demikian juga daerah hukum pengadilan

negeri salatiga. Untuk mengatur wilayah kabupaten semarang yang

begitu luas, pada tahun 1963 pengadilan negeri salatiga terpecah

menjadi;

a. Pengadilan negeri salataiga dengan wilayah hukum kabupaten

semarang bagian selatan dan kotamadya salatiga.

Page 50: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

b. Pengadilan negeri ambarawa dengan wilayah hukum kabupaten

semarang bagian utara.

Setelah pengadilan negeri kecamatan ungaran diresmikan,

wilayah pengadilan negeri salatiga yang tadinya meliputi kabupaten

semarang bagian selatan, maka wilayah hukum pengadilan negeri

salatiga tinggal 1(satu) kecamatan terdiri dari 9(sembilan) kelurahan.

Dalam perkembanganya saat ini, wilayah hukum pengadilan

negeri salatiga yang sekarang berkantor di JL.Veteran No.4 Salatiga

meliputi 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Sidomukti,

Kecamatan Tingkir, Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Sidorejo

yang semua terdiri dari 20 (dua puluh dua) kelurahan.

2. Kewenangan Pengadilan Negeri Salatiga

a. Kewenangan Relatif

Pengertian kewenangan relatif adalah suatu wewenang

untuk mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara

pengadilan yang sama, dengan kata lain, pengadilan negeri yang

dimana berwenang untuk mengadili suatu perkara diwilayah

hukum pengadilan tersebut.

Pengadilan negeri salatiga berwenang menangani

persoalan-persoalan hukum umum yang terjadi diwilayahnya.

Wilayah yang menjadi kewenangan penagdilan negeri salatiga

Page 51: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

meliputi 4 (empat) kecamatan yang terdiri dari 20 (dua puluh)

kelurahan yaitu:

No Kecamatan Kelurahan

1. Argomolyo Noborejo

Cebongan

Randuacer

Tegalrejo

Kupulrejo

2. Tingkir Tingkir Tengah

Tingkir Lor

Kalibening

Sidorejo Kidul

Kotowinangun

Gendongan

3. Sidomukti Kecandran

Dukuh

Mangunsari

Kalicacing

4. Sidorejo Pulutan

Blotongan

Sidorejo Lor

Bugel

Kauman Kidul

Page 52: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

b. Kewenangan Mutlak

Pengadilan Negeri Salatiga berwenang mutlak menangani

perkara perdata dan pidana yang antara lain berupa:

1) Gugatan

Berkaitan dengan masalah-masalah perkawinan non-

islam

Kewarisan non-islam

Hibah non-islam

Sengketa dalam perjanjian

2) Permohonan

Seperti contoh: perubahan nama, tempat lahir,

pengangkatan anak bagi warga non-muslim, permohonan

izin pelaksanaan nikah beda agama dan lain-lain.

3) Somasi

Menerima upaya hukum verset dan PK

Page 53: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

3. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Salatiga

a. Struktur Pengadilan Negeri Salatiga

b. Daftar Hakim Pengadilan Negeri Salatiga Tahun 2013

No Nama Jabatan

1. Lukman Bachmid, SH Ketua

2. Fx. Hanung duwi wibowo, SH, MH Wakil

ketua

Wakil ketua

Penitera/ sekretaris

Kelompok Fungsional 1. Panitera Pengganti 2. Jurusita

Wakil sekretaris Wakil penitera

Sub Kepaniteraan

perdata

Panitera Muda

Urusan Umum

Sub Kepaniteraan

Pidana

Panitera Muda

Sub Panitera Hukum

Urusan Keuangan

Panitera Muda

Urusan Kepegawaian

Page 54: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

3. Adhi Satrija Nugroho, SH Hakim

4. Prasetio. N, SH, M.Kn Hakim

5. Wuryanti, SH Hakim

6. R. Roro Andy Nurvita, SH Hakim

7. Novita Arie DR.SH, SP,Not Hakim

8. Imam Santosa, SH.,MH Hakim

9. Sri Indah Rahmawati, SH Hakim

10. Prasetio Utomo, SH Hakim

c. Pejabat Struktural Pengadilan Negeri Salatiga

No Nama Jabatan

1. Tris Hariyadi, SH Panitera/Skretaris

2. Susi Handayani, W, SH Wakil Skretaris

3. Endang Wurdiati Pan. Mud. Hukum

4. Ahmad Raffiek Arief, SH Pan. Mud. Pidana

5. S.ER. Riyadi, SH Pan. Mud. Perdata

6. Catur Priyo Kucoro Ka.Ur.

Kepegawaian

7. Ivan Rexy Alfian Tulandi Ka. Ur.Umum

8. Ari Saputro, S.Kom Ka. Ur. Keuangan

Page 55: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

4. Administrasi Berperkara di Pengadilan Negeri Salatiga

a. Surat gugatan yang masuk kepanitera diterima panetera muda

perdata (Meja I)

b. Surat gugatan diperiksa kelengkapannya (subjek-subjek yang

berperkara)

c. Penggugat meperhitungkan perskot/panjar biaya perkara sesuai

penetapan pengadilan negeri

d. Penggugat membayar biaya melalui Bank BRI

e. Setelah mendapat kwitansi Bank, dengan kepengadilan negeri lagi

untuk menerakan nomor perkara di Meja II

f. Setelah ditanda tangani panitera muda perdata, penggugat

mendapat 1 (satu) kopian berkas

g. Berkas perkara dimasukkan dalam sebuah map khusus untuk

disampaikan kepada wakil panitera oleh panitera muda perdata

h. Wakil panitera selanjutnya menyampaikan kepada ketua

pengadilan negeri melalui panitera/sekretaris

i. Panitera/sekretaris melakkan regestrasi perkara melalui

Sub.Kepaniteraan perdata

j. Panitera/sekretaris menyerahkan kepada ketua pengadilan negeri

k. Ketua pengadilan negeri mepelajari berkas perkara, kemudian

menetapkan majelis hakim

l. Berkas dikembalikan kepanitera/sekretaris

Page 56: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

m. Panitera/sekretaris memberikan kemajelis hakim yang ditunjuk

untuk menyidang perkara tersebut sekaligus menunjuk panitera

pengganti

n. Majelis hakim menentukan hari sidang dan menugaskan jurusita

untuk memanggil para pihak yang berperkara sekurang-kurangnya

3 hari patut/disesuaikan dengan keadaan.

5. Prosedur Pengajuan

a. Permohonan diajukan dengan surat permohonan yang ditanda

tangani oleh pemohon atau kuasanya (advokad) yang sah

ditujukan kepada ketua Pengadilan Negeri Salatiga

b. Dalam hal pemohon tidak dapat baca dan tulis dapat mengajukan

permohonannya secara lisan dahadapan Ketua Pengadilan Negeri,

selanjutnya Ketua Pengadilan Negeri akan menyuruh mencatat

permohonan tersebut (biasanya panitera muda perdata).

c. Permohonan disampaikan kepada ketua pengadilan, kemudian

didaftarkan dalam buku regestri dan diberi nomor unit setelah

pemohon membayar perskot biaya perkara yang besarnya sudah

ditentukan oleh pengadilan.

d. Pengadilan hanya berwenang untuk memeriksa dan mengabulkan

permohonan apabila hal itu ditentukan oleh peraturan perundang-

undangan.

Page 57: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

B. Prosedur Pengajuan Perkawinan Beda Agama Di Pengadilan Negeri

Salatiga

1. Syarat-Syarat Pengajuan Perkawinan Beda Agama

a. Pemohon langsung mendaftarkan surat permohonan untuk

menikah bea agama kepada panitera pengadilan dan membayar

biaya perkara

b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) para pemohon

c. Surat izin untuk menikah dari masing-masing orang tua pemohon

d. Surat keterangan untuk menikah dari Kantor catatan sipil peri hal

perkawinan beda agama

e. Kartu Keluarga para pemohon

f. Akta kelahiran para pemohon

g. Saksi minimal 2 orang dari para pemohon

2. Proses Pengajuan Permohonan Perkawinan Beda Agama

Pemohon mengajukan surat permohonan ijin pelaksanaan

perkawinan beda agama kepada ketua Penagdilan Negeri Salatiga,

kemudian surat permohonan diberi register oleh panitera, setelah itu

ditetapkan hari dan tanggal sidang. Jurusita memanggil pemohon dan

pada hari serta tanggal sidang dilaksanakan, setelah pemohon dan

saksi hadir sidang dibuka oleh hakim. Kemudian memeriksa segala

bukti dan saksi sekiranya pengajuan pemohon beralasan maka hakim

akan mengabulkan permohonan pemohon dan sidang ditutup.

3. Hasil Penetapan Nomor: 36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.

Page 58: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Hasil penetapan hakim pengadilan negeri salatiga dalam

perkara perkawinan beda agama nomor:36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal

adalah sebagai berikut:

Pengadilan Negeri Salatiga yang memeriksa dan mengadili

perkara permohonan pada pengadilan tingkat pertama, telah

menjatuhkan penetapan sebagai berikut dalam perkara permohonan

yang diajukan oleh:

a. Nama : Tuan X

Tempat/Tg. Lahir Umur :Kualasimpang / 10 Agustus 1980

(31 Tahun)

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Agama : Kristen

Alamat :Graha Asri Nanggulan No. 48 Rt.05

Rw.02 Kel. Sidorejo Kidul

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

b. Nama : Nyonya Y

Tempat/Tg.lahir umur : Salatiga / 9 April 1983 (28 Tahun)

Pekerjaan : Dosen

Agama : Islam

Alamat :Jl. Seruni No. 674 Rt / Rw :

006/003, Kel. Sidorejo Lor Kec.

Sidorejo Kota Salatiga

Page 59: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Selanjutnya keduanya disebut

sebagai: PARA PEMOHON

Pengadilan negeri tersebut telah membaca surat permhonan

para pemohon dan surat-surat perkara bersangkutan,....

Telah mendengar keterangan para pemohon dimuka

persidangan,...

Telah mendengar keterangan saksi-saksi dan meperhatikan

surat-surat bukti yang diajukan dimuka persidangan

TENTANG DUDUK PERKARANYA

.....Menimbang, bahwa para pemohon dalam surat permohonannya

tertanggal 25 oktober 2011 yang telah terdaftar di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Salatiga pada tanggal 25 oktober 2011 dibawah

nomor:36/Pdt.P/2011/PN.Sal, telah mengemukakan hal-hal sebagai

berikut:

1. Bahwa pemohon layaknya isan beragama dalam tahap-tahap

kehidupan telah memulai proses alamiah dan perkembangan fisik

dan psikis yang normal dan telah berpacaran lebih kurang

9(sembilan) tahun sehingga terjadilah hubungan batin antara

pemohon, yangselanjutnya akan melanjutkannya pada jenjang

perkawinan

2. Bahwa pemohon (Zenferry Herico Tambunan) beragama Kristen

dan pemohon (Eryka Pandu Ekaliadewi) beragama Islam erdapat

Page 60: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

perbedaan keyakinan (agama) namun demikian tidak menjadi

kendala bagi hubungan pemohon, terbukti bahwa kedua orang tua

pemohon memberi ijin serta restu bagi pemohon

3. Bahwa untuk dapat melaksanakan perkawinan yang berbeda

agama, pemohon memerlukan penetapan dari Pengadilan Negeri

sebagaimana surat penolakan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal: 30

September 2011 Nomor:474.2/491/2011

4. Bahwa Pengadilan Negeri Salatiga berwenang mengeluarkan

penetapan tersebut

5. Bahwa sekarang ini pemohon sangat membutuhkan adanya

Penetapan dar Pengadilan Negeri Salatiga tentang ijin melakukan

perkawinan secara beda agama

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas pemohon mohon

kepada Bapak Ketua Pengadilan Negeri Salatiga berkenan memeriksa

permohonan ini dan memberi putusan sebagai berikut:

1. Mengbulkan permohonan pemohon

2. Menetapkan para pemohon : Zenferry Herico Tambunan dan Erika

Pandu Ekaliadewi diberi ijin untuk melaksanakan perkawinan

dengan beda agama

3. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Catatan Sipil Kota Salatiga,

agar mencatat / meresmikan pelaksanaan perkawinan tersebut

Page 61: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

dalam daftar perkawinan yang sedang berjalan dan menerbitkan

akta perkawinannya

4. Membebankan biaya yang timbul dalam permohonan ini kepada

pemohon

.....Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, para

pemohon datang menghadap sendiri dipersidangan

......Menimbang, bahwa atas pertanyaan hakim kepada pemohon

tentang bunyi surat permohonan yang telah dibacakan, para pemohon

menyatakan tetap pada permohonannya

......Menimbang, bahwa untuk menguatkan permohonan tersebut,

pemohon telah mengajukan bukti surat asli yaitu berupa:

1. Asli surat dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Salatiga Nomor:474.2/491/2011 perihal perkawinan beda agama

yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil Kota Salatiga

tertanggal 30 september 2011, yang selanjutnya diberi tanda P.1

2. Surat pernyataan ijin dari orang tua Eryka Pandu Ekaliadewi

untuk menikah secara beda agama, tertanggal 27 Oktober 2011,

yang selanjutnya diberi tanda P.2

3. Surat pernyataan ijin dari orang tua Zenferry Herico Tambunan

untuk menikah secara beda agama, tertanggal 27 Oktober 2011,

yang selanjutnya diberi tanda P.3

Page 62: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

...... Menimbang, bahwa disamping bukti surat asli tersebut diatas,

pemohon mengajukan pula bukti-bukti surat berupa fotokopy sebagai

berikut:

1. Fotokopy kartu penduduk (KTP) Nomor: 120723100800016 atas

nama Zenferry Herico Tambunan yang dikeluarkan oleh Kepala

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga

tertanggal 19 Agustus 2011 selanjutnya diberi tanda P.4

2. Fotokopy kartu penduduk (KTP) Nomor:3373014904830002 atas

nama Eryka Pandu Ekaliadewi yang dikeluarkan oleh Camat

Sidorejo Kota Salatiga tanggal 07 juli 2009 selanjutnya diberi

tanda P.5

3. Fotocopy kartu keluarga Nomor: 3373021008110004 atas nama

kepala keluarga Zenferry Herico Tambunan yang dikeluarkan

oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga

tanggal 19 Agustus 2011 selanjutnya diberi tanda P.6

4. Fotocopy kartu keluarga Nomor: 3373010102080305 atas nama

kepala keluarga Sugeng Budiyanto, S.IP, MM yang dikeluarkan

oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Salatiga tertanggal 07 Juli 2010 selanjutnya diberi tanda P.7

5. Fotocopy Kutipan Akta Kelahiran No. Dua ratus delapan puluh

sembilan atas nama Zenferry Herico Tambunan yang dikeluarkan

oleh Kepala Kantor Catatan Sipil Kab. Aceh Timur tanggal 05

Agustus 1988 selanjutnya diberi tandaP.8

Page 63: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

6. Fotocopy surat keterangan untuk menikah atas nama Eryka Pandu

Ekaliadewi yangdikeluarkan oleh Pegawai Luar Biasa Catatan

Sipil Kotamadya Salatiga tanggal 06 Mei 1993, selanjutnya diberi

tanda P.9

7. Fotocopy surat keterangan untuk nikah No.472.2/66/IX/2011 atas

nama Zenferry Herico Tambunan yang dikeluarkan oleh Lurah

Sidorejo Kidul Kec. Tingkir Kota Salatiga tanggal 19 September

2011, selanjutnya diberi tanda P.10

8. Surat keterangan untu Nikah No.472.2/7/IX/2011 atas nama

Eryka Pandu Ekaliadewi yang dikeluarkan oleh Lurah Sidorejo

Lor Kec. Sidorejo Kota Salatiga tanggal 17 September 2011,

selanjutnya diberi tanda P.11

Surat-surat terbukti tersebut di atas bukti P.1 dan bukti P3 asli,

sedang surat-surat P.4 s/d P.11 fotocopy telah disesuaikan dengan

aslinya dan telah dibumbui materai secukupnya maka bukti P.1 s/d

P.11 dapat diterima sebagai alat bukti yang sah

......Menimbang, bahwa selain bukti-bukti surat tersebut diatas, para

pemohon (Zenferry Herico Tambunan dan Eryka Pandu Ekaliadewi)

dipersidangan juga mengajukan 4(empat) orang saksi yang

keterangannya didengar dibawah sumpah/ janji yaitu:

1. Retyma BR Purba (ayah kandung Zenferry Herico Tambunan)

2. Ramli Tambunan (ibu kandung Zenferry Herico Tambunan)

Page 64: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

3. Sugeng Budiyanto, S.Ip.MM (ayah kandung Eryka Pandu

Ekaliadewi)

4. Asri Murwani (ibu kandung Eryka Pandu Ekaliadewi)

......Menimbang, bahwa saksi 1. Retyma BR Purba (ayah kandung

Zenferry Herico Tambunan) dan saksi 2. Ramli Tambunan (ibu

kandung Zenferry Herico Tambunan) mereka pada pokoknya

menerangkan masing-masing sebagai berikut:

Bahwa saksi kenanl dengan para pemohon (Zenferry Herico

Tambunan dan Eryka Pandu Ekaliadewi) karena saksi adalah

ayah dan ibu kandung Zenferry Tambunan

Bahwa Zenferry Herico Tambunan masih bujang atau lajang dan

belum pernah menikah

Bahwa Zenferry Herico Tambunan dan keluarga adalah pemeluk

agama kristen dan Eryka Pandu Ekaliadewi dan keluarga

besarnya adalah pemuluk agama islam

Bahwa antara Zenferry Herico Tambunan dan Eryka Pandu

Ekaliadewi telah terjadi hubungan cinta kasih sekitar 9(sembilan)

tahun

Bahwa Zenferry Herico Tambunan telah bekerja sebagai

karyawan swasta sedangkan Eryka Pandu Ekaliadewi masih

bersetatus mahasiswi

Bahwa para pemohon tersebut berencana secepatnya untuk

menikah

Page 65: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Bahwa saksi sebagai ayah dan ibu kandung dari Zenferry Herico

Tambunan tidak keberatan anaknya menikah di Kantor Catatan

Sipil Kota Salatiga secara beda gama

Bahwa masing-masing keluarga para pemohon juga tidak

mempermasalahkan tetang perkawiana beda agama tersebut

......Menimbang,bahwa saksi 3. Sugeng Budiyanto, S.Ip.MM (ayah

kandung Eryka Pandu Ekaliadewi) dan saksi 4. Asri Murwani (ibu

kandung Eryka Pandu Ekaliadewi) mereka pada pokoknya

menerangkan masing-masing sebagai berikut:

Bahwa saksi kenal dengan para pemohon karena saksi adalah

ayah dan ibu kandung dari pemohon (Eryka Pandu Ekaliadewi)

Bahwa keluarga Eryka Pandu Ekaliadewi adalah pemeluk agama

islam

Bahwa Eryka Pandu Ekaliadewi masih bujang atau lajang dan

belum pernah menikah

Bahwa Eryka Pandu Ekaliadewi dan keluarga adalah pemeluk

agama islam dan Zenferry Herico Tambunan dan keluarga

besarnya adalah pemeluk agama kristen

Bahwa antara Zenferry Herico Tambunan dan Eryka Pandu

Ekaliadewi telah terjadi hubungan cinta kasih sekitar 9(sembilan)

tahun

Bahwa para pemohon tersebut berencana secepatnya untuk

menikah

Page 66: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Bahwa saksi sebagai ayah dan ibu kandung dari Eryka Pandu

Ekaliadewi tidak keberatan anaknya menikah di Kantor Catatan

Sipil Kota Salatiga secara beda gama

Bahwa masing-masing keluarga para pemohon juga tidak

mempermasalahkan tetang perkawiana beda agama tersebut

......Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti surat dan keterangan

saksi-saksi, maka didapatlah fakta-fakta hukum sebagai berikut:

Bahwa Zenferry Herico Tambunan berumur kurang lebih 31

tahun dan Eryka Pandu Ekaliadewi berumur kurang lebih 30

tahun dimana Zenferry Herico Tambunan beragama kristen dan

Eryka Pandu Ekaliadewi beragama islam

Bahwa para pemohon tersebut telah terjalin cinta kasih yang

cukup lama yaitu kurang lebih 9(sembilan) tahun dan berencana

untuk segera menikah

Bahwa hubungan para pemohon tersebut sudah sepengetahuan

keluarga masing-masing sehingga keluarga menyetujui apabila

keduanya menikah walupun berbeda agama

Bahwa kedua orang tua para pemohon juga tidak keberatan

mereka kawin di Kantor Catatan Sipil secara beda agama

.......Menimbang, bahwa guna melangsungkan penikahan para

pemohon tersebut diperlukan Penetapan dari Pengadilan Negeri yang

memberi ijin kepada mereka untuk menikah

Page 67: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

.......Menimbang, bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang perkawinan tidak memuat satu ketentuan apapun yang

menyebutkan bahwa perbedaan agama antara calon suami dan istri

merupakan larangan terhadap perkawinan, yang mana selaras dengan

pasal 27 ayat(1) Undang Undang Dasar 1945 dengan amandemennya,

yang menegaskan bahwa semua warga Negara bersama

kedudukannya didalam hukum dimana tercakup pula mengenai

kesamaan Hak Asasi setiap warga negera untuk melakukan

perkawinan, sekalipun berbeda gama

.......Menimbang, bahwa kemudian jiwa dari pasal 29 UUD 1945

dengan amandemennya juga menjamin bagi setiap warga Negara

untuk memeluk agamanya masing-masing

.......Menimbang, bahwa sedangkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinn adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan

mmbentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

.......Menimbang, bahwa dengan demikian menjadi jelas bagi kita

bahwa urusan melakukan perkawinan dan memeluk agama adalah

merupakan Hak Asasi setiap warga negara yang dijamin oleh Negara,

sementara dilain sisi perkawinan ini juga merupakan ikatan lahir

Page 68: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

batin seorang pri dan wanita untuk membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

........Menimbang, bahwa ikatan lahir batin sebagaimana dimaksud

oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tiu

sudah pasti sulit dicapai atau diwujudkan bilamana kedua calon

mempelai tidak memiliki perasaan cinta kasih satu sama lain

.......Menimbang, bahwa dari bukti-bukti surat dan keterangan saksi-

saksi diketahui kedua orang pemohon tersebut sudah lama menjalin

hubungan kasih yaitu sekitar 9(sembilan) tahun dan sampai sekarang

saling mencintai serta berencana untuk segera melangsungkan

perkawinan, yang mana rencana tersebut sudah didukung pula oleh

keluarga masing-masing

.......Menimbang, bahwa sementara itu Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang perkawinan ternyata tidak mengatur mengenai

perkawinan antara calon suami istri yang berlainan agama padahal

disisi lain perbedaan agama dari calon suami istri tidaklah merupakan

larangan perkawinan bagi mereka

.......Menimbang, bahwa selanjutnya sebelum berlakunya Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 ada peraturan tentang perkawinan

campuran yaitu REGELING op de GEMENGDE

HUWELIJKEN,S.1898 Nomor: 158 yang disingkatdengan G.H.R

namun ketentuan tersebut pada dewasa ini sudah tidak dapat dipakai

Page 69: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

karena terdapat perbedaan prinsip maupun falsafah yang amat lebar

antara Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 dengan ordonansi

tersebut, dimana dalam G.H.R perkawinan hanya dipandang dalam

hubungan perdata saja, sedangkan Undang-Undang Nomor: 1 Tahun

1974 perkawinan adalah sah apabila dilaksanankan menurut hukum

agama dan kepercayaannya. Demikian pula persoalan perkawinan

yang diatur oleh Undang-Undang Hukum Perdta (BW) dan ordonansi

perkawinan Indonesia Kristen (Stb.1933 Nomor:74) juga mengatur

tentang hubungan keperdataan saja

......Menimbang, bahwa dengan demikian erjadi kekosongan hukum

tentang perkawinan beda agama, padahal kenyataan dan kebutuhan

sosial memerlukannya untuk segera terpecahkan sehngga masalahnya

tidak berlarut-larut yangpada gilirannya akan dapat menimbulkan

dampak Negatif dari segi kehidupan bermasyarakat, diantaranya

berupa penyelundupan nilai-nilai sosial maupun agama dan atau

hukum positif, oleh karenanya selaras dengan putusan Mahkamah

Agung RI Nomor:1400 K/Pdt / 1986, pengadilan negeri berpendapat

untuk permasalahan perkawinan beda agama haruslah dapat

ditemukan dan ditentukan hukumnya dengan mengingat perkawinan

itu adalah hak asasi setiap warga negara yang dijamin oleh negara,

apabila terbukti para pemohon sudah saling mencintai serta juga

didukung oleh keluarga masing-masing, sehingga berpeluang besar

untuk dapat membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal

Page 70: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

berdasarkan Ketuhanan Ynag Maha Esa, sebagaimana tujuan

perkawinan itu sendiri

......Menimbang, bahwa kemudian adanya bukti surat P.1 yaitu surat

keteranganKantor Catatan Sipil Kota Salatiga, haruslah didafsirkan

para pemohon berkehendakan unuk melangsungkan perkawinan tidak

secara islam dan harus pula ditafsirkan bahwa dengan mengajukan

permohonan ini para pemohon sudah tidak menghiraukan lagi status

hukum agamanya khususnya hukum perkawinan islam, sehingga

pasal 8 hurf F Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 tidak lagi

merupakan halangan bagi mereka untuk melangsungkan perkawinan

dan dalam keadaan demikian, sudah seharusnya Kantor Catatan Sipil

Kota Salatiga sebagai satu-satunya instansi yang berwenang untuk itu

agar melangsungkan perkawinan antara Zenferry Herico Tambunan

yang beragama kristen dan Eryka Pandu Ekaliadewi yang beragama

islam dimana mereka telah pula memenuhi syarat-syarat perkawinan

menurut Undang-Undang

......Menimbang, bahwa kemudian bukti surat P.2ternyata

kesemuanya juga mendukung permohonan dari para pemohon

tersebut

.......Menimbang, bahwa berdasrkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut diatas, pengadilan berpendapat bahwa permohonan para

pemohon tersebut sudah selayaknya dikabulkan

Page 71: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

.......Menimbang, bahwa mengenai biaya perkara ini akan dibebankan

kepada para pemohon yang jumlahnya sebagaimana tercantum dalam

amar penetapan ini

.......Mengingat pasal 1, pasal 2 dan pasal 6 Undang-Undang Nomor:

1 Tahun 1974 dan pasal 10 Perturan Pemerintah Nomor: 9 tahun

1975 serta pasal-pasal yang lain dari peraturan Perundang-Undangan

yang bersangkutan dengan perkara ini:

MENETAPKAN

1. Mengabulkan permohonan para pemohon tersebut

2. Memberi ijin kepada para pemohon: Zenferry Herico Tambunan

dan Eryka Pandu Ekaliadewi untuk melaksanakan perkawinan

dengan beda agama

3. Memerintahkan kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Salatiga agar supaya melangsungkan perkawinan

antara pemohon: Zenferry Herico Tambunan dan Eryka Pandu

Ekaliadewi setelah terpenuhi syarat-syarat perkawinan menurut

Undang-Undang dan kemudian mencatat perkawinan tersebut

dalm perkawinan tahun berjalan

4. Membebankan kepada para pemohon membayar biaya perkara

yang ditetapkan sebesar Rp 161.000,- (seratus enam puluh satu

ribu)

Page 72: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Demikianlah diputus pada hari Senin tanggal 07 Nopember

2011 oleh FX. Hanung Dwi Wibowo, SH.MH Hakim Pengadilan

Negeri Salatiga sebagai hakim yang memeriksa dan memutus perkara

ini, Penetapan mana pada hari itu juga diucapkan dalam persidangan

yang terbuka untuk umum dengan dibantu oleh Winarto, SH. Panitera

Pengganti Pengadilan Negeri Salatiga dan dihadiri oleh para

pemohon tersebut.

Page 73: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Dasar Dan Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan

Pelaksanaan Perkawinan Beda Agama

1. Kasus Posisi

Pengadilan Negeri Salatiga yang memeriksa dan mengadili

perkara-perkara perdata tingkat telah menjatuhkan penetapan sebagi

berikut dalam perkara permohonan yang diajukan oleh:

c. Nama :Tuan X

Tempat/Tg. Lahir Umur :Kualasimpang / 10 Agustus 1980

(31 Tahun)

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Agama : Kristen

Alamat :Graha Asri Nanggulan No. 48 Rt.05

Rw.02 Kel. Sidorejo Kidul

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

d. Nama : Nyonya Y

Tempat/Tg.lahir umur : Salatiga / 9 April 1983 (28 Tahun)

Pekerjaan : Dosen

Agama : Islam

Alamat :Jl. Seruni No. 674 Rt / Rw :

006/003, Kel. Sidorejo Lor Kec.

Sidorejo Kota Salatiga

Page 74: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Selanjutnya keduanya disebut

sebagai: PEMOHON

Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 25 Oktober

2011 pemohon mengajukan surat permohonanya ijin kawin kepada

Pengadilan Negeri Salatiga dan isi permohonannya adalah sebagai

berikut:

a. Bahwa pemohon layaknya isan beragama dalam tahap-tahap

kehidupan telah memulai proses alamiah dan perkembangan

fisik dan psikis yang normal dan telah berpacaran lebih kurang

9(sembilan) tahun sehingga terjadilah hubungan batin antara

pemohon, yangselanjutnya akan melanjutkannya pada jenjang

perkawinan

b. Bahwa pemohon (Tuan X) beragama Kristen dan pemohon

(Nyonya Y) beragama Islam erdapat perbedaan keyakinan

(agama) namun demikian tidak menjadi kendala bagi

hubungan pemohon, terbukti bahwa kedua orang tua pemohon

memberi ijin serta restu bagi pemohon

c. Bahwa untuk dapat melaksanakan perkawinan yang berbeda

agama, pemohon memerlukan penetapan dari Pengadilan

Negeri sebagaimana surat penolakan yang dikeluarkan oleh

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Salatiga tanggal: 30 September 2011 Nomor:474.2/491/2011

Page 75: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

d. Bahwa Pengadilan Negeri Salatiga berwenang mengeluarkan

penetapan tersebut

e. Bahwa sekarang ini pemohon sangat membutuhkan adanya

Penetapan dar Pengadilan Negeri Salatiga tentang ijin

melakukan perkawinan secara beda agama

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas pemohon mohon

kepada Bapak Ketua Pengadilan Negeri Salatiga berkenan memeriksa

permohonan ini dan memberi putusan sebagai berikut:

a. Mengbulkan permohonan pemohon

b. Menetapkan para pemohon :Tuan X dan Nyonya Y diberi ijin

untuk melaksanakan perkawinan dengan beda agama

c. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Catatan Sipil Kota

Salatiga, agar mencatat / meresmikan pelaksanaan perkawinan

tersebut dalam daftar perkawinan yang sedang berjalan dan

menerbitkan akta perkawinannya

d. Membebankan biaya yang timbul dalam permohonan ini

kepada pemohon

2. Dasar Hakim Dalam Perkara Nomor : 36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.

Dalam memutus sebuah perkara, hakim harus memiliki dasar

yang kuat agar keputusannya dapat dipertanggungjawabkan. Hakim

wajib mencantumkan dasar pertimbangan yang cukup dan matang

dalam setiap keputusan. Demikian secara singkat makna kewajiban

tersebut, yakni putusan harus jelas dan cukup motivasi

Page 76: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

pertimbangannya. Dalam pengertian luas, bukan hanya sekedar

meliputi motivasi pertimbangan tentang alasan-alasan dan dasar-dasar

hukum serta pasal-pasal perataran yang bersangkutan, tapi juaga

meliputi sistematika, argumantasi dan kesimpulan yang terang.

Dasar yang digunakan hakim dalam mengabulkan permohonan

izin pelaksanaan perkawinan beda agama antara lain:

a. Negara tidak dapat melarang dan menghalangi seseorang untuk

melaksanakan perkawinan

b. Bahwa guna melangsungkan pernikahan para pemohon tersebut

diperlukan Penetapan dari Pengadilan Negeri yang memberikan

ijin kepada mereka untuk menikah

c. Surat asli dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Salatiga Nomor: 474.2 / 491/ 2011

d. Bahwa Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan tidak memuat suatu ketentuan apapun yang

menyebutkan bahwa perbedaan agama antara calon suami dan

calon istri merupakan larangan terhadap perkawinan, yang mana

selaras dengan pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

dengan amandemennya, yang menegaskan bahwa semua warga

Negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dimana

tercakup pula mengenai kesamaan Hak Asasi setiap warga negera

untuk melakukan perkawinan, sekalipun berbeda agama.

Page 77: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

e. Bahwa jiwa dari pasal 29 UUD 1945 dengan amandemennya juga

menjamin bagi setiap warga negara untuk memeluk agamanya

masing-masing

f. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 1400 K/ Pdt/ 1986

g. Bahwa sedangkan pasal 1 Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974

menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

3. Pertimbangan Hakim Dalam PerkaraNomor :

36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.

Adapun yang menjadi pertimbangan hakim adalah:

a. Bahwa pemohon sebagai layaknya insan beragama dalam tahap-

tahap kehidupan telah melalui proses alamiah dan perkembangan

fisik yang normal dan telah saling berpacaran lebih kurang

9(sembilan) tahun sehingga terjadilah hubungan batin antara

pemohon, yang selanjutnya akan melanjutkannya pada jenjang

perkawinan.

b. Bahwa ikatan lahir batin sebagaimana dimaksud oleh Undang-

Undang Nomor: 1 Tahun 1974 tentang perkawinan itu sudah pasti

sulit dicapai atau diwujudkan bilamana kedua calon mempelai

tidak memiliki perasaan cinta kasih satu sama lain

Page 78: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

c. Bahwa dari bukti-bukti dan keterangan saksi diketahui kedua

orang pemohon tersebut sudah lama menjalin hubungan kasih

yaitu sekitar 9(sembilan) tahun dan sampai sekarang saling

mencinta serta berencana untuk segera melangsungkan

perkawinan yang mana rencana tersebut sudah didukung pula

oleh keluarga masing-masing

d. Bahwa pemohon (Tuan X) beragama kristen dan pemohon

(Nyonya Y) beragama islam terdapat perbedaan keyakinan

(agama) namun demikian tidak menjadi kendala bagi

hubungan pemohon, terbukti bahwa keduan orang tua

pemohonmemberikan ijin serta restu bagi pemohon

e. Bahwa kedua orang tua para pemohon juga tidak keberatan

mereka kawin di Kantor Catatan Sipil secara beda agama.

f. Suratbukti yang diajukan para pemohon berupa fotocopy Kartu

Tanda Penduduk (KTP) para pemohon, fotocopy Kartu

Keluarga atas namaTuan X, fotocopy Kartu Keluarga atas

nama Sugeng Budiyanto, S.IP, MM, fotocopy Kutipan Akta

Kelahiran atan nama Tuan X, fotocopy Surat Keterangan untuk

Nikah atas nama Nyonya Y, fotocopy Surat Keterangan untuk

Nikah atas nama Tuan X

g. Bahwa selain bukti surat-surat tersebut para pemohon juga

mengajukan 4(empat) orang saksi yaitu Retyma BR Purba

(ayah kandung Tuan X), Ramli Tambunan (ibu kandung Tuan

Page 79: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

X), Sugeng Budiyanto, S.IP.MM (ayah kandung Nyonya Y),

dan Asri Murwati (ibu kandung Nyonya Y).

B. Tinjauan Hukum Positif Pasal 2(1) Undang-Undang Nomor 1 tahun

1974 Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan

Permohonan Perkara Nomor : 36/Pen.Pdt.P/2011/PN.Sal.

Ketentuan hukum positif di Indonesia tidak secara tegas melarang

tentang perkawinan beda agama. Namun perkawinan diatur dalam hukum

positif di Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor: 1 Tahun

1074 tentang perkawinan.

Dasar hukum perkawinan di Indonesia yang berlaku sekarang ada

beberapa peraturan, diantaranya adalah:

1. Buku I Kitab Undang Undang Hukum Perdata

2. Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

3. Undang Undang Nomor: 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

4. PP No.9/1975 tentang peraturan pelaksanaan UU No. 1/1974

5. Intruksi Persiden No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia

Dalam Kompilasi Hukum Islam mengkatagorikan perkawinan beda

agama dalam bab larangan perkawinan. Pada pasal 40 poin c dinyatakan

bahwa dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan

seorang wanita yang tidak beragama Islam. Kemudian dalam pasal 44

dinyatakan bahwa seorang wanita Islam dilarang melansungkan

perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam.

Page 80: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Dalam Kompilasi Hukum Islam telah dinyatakan dengan jelas

bahwa perkawinan beda agama jelas tidak dapat dilaksanakan selain kedua

calon suami istri beragama Islam. Sehingga tidak ada peluang bagi orang-

orang yang memeluk agama islam untuk melaksanakan perkawinan antar

agama. Kenyataan yang terjadi dalam sistem hukum diindonesia,

perkawinan beda agama dapat terjadi. Hal ini disebabkan peraturan

perundang-undangan tentang perkawinan memberi peluang hal tersebut

terjadi. Karena dalam peraturan tersebut dapat memberikan beberapa

penafsiran bila terjadi perkawinan beda agama.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 pasal 66,

maka semua peraturan yang mengatur tentang perkawinan sejauh ini telah

diatur dalam Undang-Undang tersebut, dinyatakan tidak berlaku lagi yaitu

perkawinan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata/BW,

ordonansi perkawinan Indonesia kristen dan peraturan perkawinan

campuran. Namun beberapa ketentuan tersebut masih berlaku sepanjang

tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974.

Mengenai perkawinan beda agama yang dilakukan oleh pasangan

calon suami istri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor: 1 Tahun

1974 tentang perkawinan pada pasal 2 ayat (1), bahwa perkawinan adalah

sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya. Pada pasal 10 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975

dinyatakan bahwa, perkawinan baru sah jika dilakukan dihadapan pegawai

Page 81: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

pencatat dan dihadiri dua orang saksi. Dan tata cara perkawinan dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya.

Dalam perkawinan beda agama menurut undang-undang

perkawinan ada tiga penafsiran yang bereda. Pertama, yang berpendapat

bahwa perkawinan beda agama merupakan pelanggaran terhadap Undang-

Undang Nomor:1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (1) dan pasal 8 hurf f. Pendapat

kedua, bahwa perkawinan beda agama adalah sah dan dapat

dilangsungkan, karena telah tercakup dalam perkawinan campuran, dengan

argumentasi pada pasal 57 tentang perkawinan campuran yang menitik

beratkan pada dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang

berlainan, yang berarti pasal ini mengatur perkawinan antara dua orang

yang berkelainan kewarganegaraan juga mengatur dua orang yang berbeda

agama. Pendapat ketiga, bahwa perkawinan beda agama sama sekali tidak

diatur dalam Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974, oleh karena itu

berdasarkan pada pasal 66 Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974 maka

persoalan perkawinan beda agama dapat merujuk pada peraturan

perkawinan campuran, karena belum diatur dalam undang-undang

perkawinan (Asmin.1986).

Merujuk pada Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pada pasal 57

yang menyatakan bahwa perkawinan campuran adalah perkawinan antara

dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena

perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan

indonesia. Berdasarkan pada pasal 47 Undang-Undang No.1 Tahun 1974,

Page 82: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

maka perkawinan beda agama di indonesia bukanlah merupakan

perkawinan campuran. Sehingga semestinya pengajuan permohnan

perkawinan beda agama baik di Kantor Urusan Agama dan Kantor Catatan

Sipil dapat ditolak.

Ketidakjelasan dan ketidaktegasan Undang-undang perkawinan

tentang perkawinan antar agama dalam pasal 2 adalah pernyataan

“menurut hukum agama dan kepercayaannya” artinya jika

perkawinankedua calon suami istri adaalah sama, tidak ada kesulitan. Tapi

jika hukum agama atau kepercayaannya berbeda, maka dalam hal adanya

perbedaan kedua hukum agama tau kepercayaan itu harus dipenuhi semua,

berarti satu kali menurut hukum agama atau kepercayaan calon dan satu

kali menurut hukum agama atau kepercayaan dari calon yang lainnya.

Dalam peraktek perkawinan beda agama dapat dilaksanakan

dengan menganut salah satu cara baik dari hukum agama atau kepercayaan

si suami atau si calon istri. Artinya salah satu calon mengikuti atau

menundukkan diri kepada salah satu hukum agama atau kepercayaan

pasangan yang lain.

Dalam mengisi kekosongan hukum karena dalam Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 tidak secara tegas mengatur tentang perkawinan antar

agama. Mahkamah Agung sudah pernah memberikan putusan tentang

perkawinan antar agama pada tanggal 20 Januari 1989 Nomor: 1400

K/Pdt/1986.

Page 83: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Dalam pertimbangan Mahkamah Agung adalah dalam Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tidak memuat suatu ketentuan tentang

perbedaan agama antara calon suami dan calon isteri merupakan larangan

perkawinan. Dan hal ini sejalan dengan UUD 1945 pasal 27 yang

menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di

dalam hukum, tercakup di dalamnya kesamaan hak asasi untuk kawin

dengan sesama warga negara sekalipun berlainan agama dan selama oleh

undang-undang tidak ditentukan bahwa perbedaan agama merupakan

larangan untuk perkawinan, maka asas itu adalah sejalan dengan jiwa pasal

29 UUD 1945 tentang dijaminnya oleh negara kemerdekaan bagi setiap

warga negara untuk memeluk agama masing-masing.

Dengan tidak diaturnya perkawinan antar agama di Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 dan dalam GHR dan HOCI tidak dapat dipakai

karena terdapat perbedaan prinsip maupun falsafah yang sangat lebar

antara Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dengan kedua ordonansi

tersebut. Sehingga dalam perkawinan beda agama terjadi kekosongan

hukum.

Di samping kekosongan hukum juga dalam kenyataan hidup di

Indonesia yang masyarakatnya bersifat pluralistik, sehingga tidak sedikit

terjadi perkawinan antar agama. Maka Mahkamah Agung berpendapat

bahwa tidak dapat dibenarkan terjadinya kekosongan hukum tersebut,

sehingga perkawinan antar agama jika dibiarkan dan tidak diberikan solusi

secara hukum, akan menimbulkan dampak negatif dari segi kehidupan

Page 84: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

bermasyarakat maupun beragama berupa penyelundupan-penyelundupan

nilai-nilai sosial maupun agama serta hukum positif, maka Mahkamah

Agung harus dapat menentukan status hukumnya.

Mahkamah Agung dalam memberikan solusi hukum bagi

perkawinan antar agama adalah bahwa perkawinan antar agama dapat

diterima permohonannya di Kantor Catatan Sipil sebagai satu-satunya

instansi yang berwenang untuk melangsungkan permohonan yang kedua

calon suami isteri tidak beragama Islam untuk wajib menerima

permohonan perkawinan antar agama.

Dari putusan Mahkamah Agung tentang perkawinan antar agama

sangat kontroversi, namun putusan tersebut merupakan pemecahan hukum

untuk mengisi kekosongan hukum karena tidak secara tegas dinyatakan

dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.

Putusan Mahkamah Agung Reg. No. 1400 K/Pdt/1986 dapat

dijadikan sebagai yurisprudensi, sehingga dalam menyelesaikan perkara

perkawinan antar agama dapat menggunakan putusan tersebut sebagai

salah satu dari sumber-sumber hukum yang berlaku di Indonesia.

Dalam proses perkawinan beda agama maka permohonan untuk

melangsungkan perkawinan antar agama dapat diajukan kepada Kantor

Catatan Sipil. Dan bagi orang Islam ditafsirkan atas dirinya sebagai salah

satu pasangan tersebut berkehendak untuk melangsungkan perkawinan

tidak secara Islam. Dan dengan demikian pula ditafsirkan bahwa dengan

Page 85: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

mengajukan permohonan tersebut pemohon sudah tidak lagi menghiraukan

status agamanya. Sehingga pasal 8 point f Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 tidak lagi merupakan halangan untuk dilangsungkan perkawinan,

dengan anggapan bahwa kedua calon suami isteri tidak lagi beragama

Islam. Dengan demikian Kantor Catatan Sipil berkewajiban untuk

menerima permohonan tersebut bukan karena kedua calon pasangan dalam

kapasitas sebagai mereka yang berbeda agama, tetapi dalam status hukum

agama atau kepercayaan salah satu calon pasangannya.

Bentuk lain untuk melakukan perkawinan beda agama dapat

dilakukan dengan cara melakukan perkawinan bagi pasangan yang berbeda

agama tersebut di luar negeri. Berdasarkan pada pasal 56 Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 yang mengatur perkawinan di luar negeri, dapat

dilakukan oleh sesama warga negara Indonesia, dan perkawinan antar

pasangan yang berbeda agama tersebut adalah sah bila dilakukan menurut

hukum yang berlaku di negara di mana perkawinan itu berlangsung.

Setelah suami isteri itu kembali di wilayah Indonesia, paling tidak

dalam jangka waktu satu tahun surat bukti perkawinan dapat didaftarkan di

kantor pencatatan perkawinan tempat tinggal mereka. Artinya perkawinan

antar agama yang dilakukan oleh pasangan suami isteri yang berbeda

agama tersebut adalah sah karena dapat diberikan akta perkawinan.

Mengenai perkawinan beda agama di Indonesia, terdapat ketentuan

dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Page 86: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Kependudukan. Dalam Pasal 35 Undang-Undang No 23 Tahun 2006

beserta penjelasan disebutkan bahwa untuk perkawinan yang dilakukan

antar umat beda agama ditetapkan oleh Pengadilan. Pengaturan ini

diharapkan dapat mengakhiri ketidakjelasan yang terjadi selama ini terkait

dapat atau tidaknya perkawinan beda agama yang dilakukan di Indonesia

diakui oleh negara. Selama ini bagi pasangan-pasangan beda agama yang

ingin melangsungkan perkawinan, umumnya dilakukan dengan cara

menikah di luar negeri atau jika menikah di Indonesia umumnya mereka

mengganti agamanya sementara atau secara permanen agar perkawinan

mereka dapat dilaksanakan.

Seperti telah dikemukakan diatas, sebelum adanya Undang-undang

Perkawinan, untuk hal-hal yang terkait dengan perkawinan campuran,

pengaturannya dapat ditemui dalam HOCI (Huwelijks Ordonnantie

Christen Indonesiers, S. 1933 No.74). Pasal 75 HOCI membolehkan

perkawinan antara seorang wanita beragama Kristen dengan seorang pria

beragama bukan Kristen.

GHR juga mengatur mengenai Perkawinan Campuran (Regeling op

de gemengde Huwelijken, S. 1898 No.158).35 Namun demikian, HOCI

telah dicabut oleh Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan melalui Pasal 106. Sehingga ketentuan

tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.

Page 87: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Pertimbangan hakim juga dikarenakan dalam hukum positif di

Indonesia hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan diatur dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun

1975 dimana dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 jo

pasal 10 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 ditegaskan bila

suatu agama sah apabila dilakukan menurut hukum agama dan

kepercayaannya masing-masing. Ketentuan dalam pasal 2 ayat 1 Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 merupakan ketentuan yang berlaku bagi

perkawinan antara 2 orang yang sama agamanya. Sehingga terhadap

perkawinan antara 2 orang yang berbeda agama tidaklah dapat diterapkan

berdasarkan ketentuan tersebut.

Page 88: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat penulis simpulkan beberapa

poin tentang pernikahan beda agama dan penetapan Pengadilan Negeri

Salatiga tentang perkawinan beda agama sebagai berikut:

1. Dasar dan pertimbangan yang digunakan hakim Pengadilan Negeri

Salatiga dalam mengabulkan permohonan pelaksanaan perkawinan

beda agama adalah didasarkan pada Pasal 27 ayat (1) UUD 1945

dengan amandemennya, Pasal 29 UUD 1945 dengan amandemennya,

kemudian Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor: 1400 K/Pdt/1986

dan surat permohonan Zenferry Herico Tambunan tanggal 27 oktober

2011 Nomor: 36/Pdt.P/2011/PN.Sal.

2. Penetapan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor : 36/Pdt.P/2011/PN.Sal.

merupakan tindakan pengingkaran dan bertentangan dengan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga bertentangan

dengan peraturan-peraturan penunjang lainnya seperti Kompilasi

Hukum Islam dan fatwa Majelis Ulama Indonesia.

B. Saran

1. Penulis berharap bahwa pemerintah bertindak tegas terhadap

penetapan lembaga peradilan yang bertentangan dengan peraturan

perundang undangan yang berlaku, agar tidak dijadikan sebagai

yurisprodensi terhadap masalah yang akan ada dimasa selanjutnya.

Page 89: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

2. Penulis berharap bagi pemerintah hendaknya tidak mebiarkan

pengingkaran terhadap undang-undang ini terus terjadi, agar tidak ada

kesan bahwa apa yang dilakukan oleh lembaga peradilan dalam

mengabulkan perkawinan beda agama itu merupakan tindakan yang

benar.

3. Perkawinan beda Agama yang banyak terjadi saat ini, banyak

berdampak negatif pada pihak istri maupun suami yang semula

muslim menjadi murtad. Sedangkan dampak negatif yang terjadi pada

anak-anaknya adalah rawan menjadi kafir karena mengikuti orang

tuanya yang non-Muslim dan masih banyak lagi dampak negative

yang lain tentunya.

Page 90: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

DAFTAR PUSTAKA

Adimiwarta.1996. pengantar studi hukum perdata.jakarta:Rajagrafindo Persada.

Arso Sosroatmodjo & A.Wasit Aulawi. 1975. hukum perkawina di

indonesia.jakarta:Bulan Bintang.

Asmin. 1986. Status Perkawinan Antar Agama. Jakarta: Pt. Dian Rakyat.

Departemen Agama RI. 1976. Al-Qur’an dan Terjemahan: PT Bumi Restu

Hadikusuma, Helman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut

Perundangan, Hukum Adat dan Hukum Agama. Bandung: CV Mandar Maju.

Moleong.1989. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Remaja Kurawa.

Soejono Soekanto dan Sri Mamudji,1990, penelitian hukum normatif suatu

tinjauan singkat, cetakan III, Jakarta: Rajawali Press.

Soekanto, soejono. 1986. pengatar penelitian hukum. Jakarta: Universitas

Indonesia.

R. Tama dan Rusli. 1984.Perkawinan Antar Agama Dan Masalahannya.

Bandung:

Shantika Dharma.

Page 91: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

Trisnaningsih, Mudiarti. 2007 Relevansi Kepastian Hukum Dalam Perkawinan

Beda Agama Indonesia. Bandung: CV. Utomo.

Tihami & sohari sahrani. 2010 Fikih Munakahat: fikih nikah lengkap. Jakarta:

Rajawali Press

Undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974

Kompilasi Hukum Islam

Putusn Mahkamah Agaung Reg.No.1400K/Pdt/1986

http://kuamustikajaya.blogspot.com/2012/08/fatwa-mui-tentang-nikah-beda-

agama.html

http://itsstrawberryblog.blogspot.com/2011/10/dalil-dalil-haramnya-nikah-beda-

agama.html

Page 92: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 93: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 94: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 95: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 96: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 97: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 98: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 99: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 100: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 101: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 102: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 103: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 104: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 105: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang
Page 106: PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Penetapan Di Pengadilan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5073/1/Ngatimin... · 2019. 3. 28. · cara pandang hakim pengadilan dan pihak yang