Perjuangan Memperbaiki Citra Guru
-
Upload
ikhwancaniago -
Category
Documents
-
view
30 -
download
13
description
Transcript of Perjuangan Memperbaiki Citra Guru
-
Tugas Makalah Mini
Perjuangan Memperbaiki Citra Guru Di Indonesia
Judul Buku : Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan
di Indonesia
Karangan : Drs. Hadiyanto, M.Ed.
Penerbit : PT. Rineka Cipta
Mata Kuliah : Teori Administrasi dan Manajemen
Pendidikan
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd,
Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd,
Dr. Irsan Rangkuti, M.Si.,M.Pd. Oleh :
Nama : M. IKHWAN CANIAGO
NIM : 8146132047
Kelas : A2W
Jurusan : AP KEPENGAWASAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
-
Kata Pengantar
Segenap puji syukur kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Mudah-mudahan tugas yang penulis kerjakan dapat diterima
oleh dosen yang mengampu matakuliah Teori Administrasi dan Manajemen Pendidikan yaitu Prof. Dr.
H. Syaiful Sagala, M.Pd, Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd, Dr. Irsan Rangkuti, M.Si.,M.Pd. dan tidak lupa
penulis juga mengharapkan nilai yang memuaskan dari penulisan ini.
Tugas penulisan paper ini, penulis lakukan adalah sebagai bagian tugas Porto folio yang sesuai
dengan kontrak matakuliah Teori Administrasi dan Manajemen Pendidikan dengan para dosen
pengampu. Isu yang diangkat penulis dalam paper ini adalah mengenai perjuangan memperbaiki citra
guru di Indonesia. Isu tersebut berasal dari buku dengan judul Mencari Sosok desentralisasi
Manajemen Pendidikan Di Indonesia yang dikarang oleh Drs. Hadiyanto, M.Ed.
Penulis menyadari bahwa hasil tulisan paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama dari para dosen pengampu
yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan penulisan paper ini.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam paper ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Medan, November 2014
M. IKHWAN CANIAGO
NIM : 8146132047
-
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tulisan paper ini coba ditulis oleh penulis sebagai bagian dari tugas matakuliah Teori
Administrasi dan Manajemen Pendidikan. Tugas ini diberikan oleh para dosen pengampu yaitu Prof.
Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd, Dr. Irsan Rangkuti, M.Si.,M.Pd. Melalui
penyelesaian tugas ini, penulis berharap mendapatkan nilai positip dari para dosen pengampu sehingga
dapat meningkatkan kredit bagi penulis yang merupakan salah satu mahasiswa dari yang menjalani
matakuliah Teori Administrasi dan Manajemen Pendidikan ini.
Paper ini ditulis dari sebuah buku yang berjudul MENCARI SOSOK DESENTRALISASI
MANAJEMEN PENDIDIKAN DI INDONESIA, yang ditulis oleh Drs. Hadiyanto, M.Ed. Buku
tersebut terbitan PT. Rineka Cipta Jakarta. Cetakan Pertama, Agustus 2004. ISBN 979-518-903-4.
Dalam buku tersebut ada sebelas topik yang berkaitan dengan manajeman pendidikan di Indonesia di
era desentralisasi.
Dari buku tersebut, penulis mencoba untuk mengangkat isu tentang manajemen pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan Perjuangan memperbaiki Citra Guru Di Indonesia. Sebagaimana kita
ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini citra guru bisa dikatakan tidak lebih baik dari waktu ke waktu.
Kian hari muncul berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pendidik. Hal ini dapat dipahami
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan kian hari kian pesat, sehingga mau tidak mau menuntut guru
untuk selalu terus me-update pengetahuan kependidikannya. Belum lagi tantangan perkembangan
sosial dimasyarakat yang kian maju.
Perkembangan pemerintahan setelah masa reformasi adalah munculnya gagasan otonomi
daerah, dimana kewenangan pemerintah pusat, mulai di delegasikan kepada pemerintahan yang ada di
bawahnya, dalam hal ini adalah pemerintah daerah. Perubahan tersebut juga membawa dampak kepada
dunia pendidikan di Indonesia. Perubahan struktur tersebut tuurt serta membawa permasalahan baru,
yaitu bagaimana bentuk dan sosok manajemen pendidikan di Indonesia di era Desentralisasi.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut, perlu dicari jalan keluar. Tanggung jawab ini tidak
hanya terdapat pada pemerintah, namun juga masyarakat harus berperan dan ikut serta sesuai dengan
kapasitasnya. Sehingga perlu adanya proses administrasi dan manajemen yang baik dalam hal
mengelola dunia pendidikan di indonesia.
2. RUMUSAN PENULISAN
Yang menjadi rumusan dalam penulisan paper ini adalah :
1. Apa saja yang membuat citra guru di Indonesia menjadi tidak baik?
2. Bagaimana memperjuangkan untuk memperbaiki citra guru di Indonesia?
3. TUJUAN PENULISAN
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa tujuan dari penulisan paper ini adalah
merupakan bagian dari tugas porto folio yang sesuai dengan kontrak perkuliahan mata kuliah Teori
Administrasi dan Manajemen Pendidikan. Tugas ini harus diselesaikan tepat waktu seperti yang
dipersyaratkan sebelumnya.
Yang menjadi tujuan dari penulisan paper ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa saja yang membuat citra guru di Indonesia menjadi tidak baik.
2. Untuk mengetahui cara yang dapat ditempuh untuk memperjuangkan perbaikan citra guru di
Indonesia.
-
4. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang diharapkan penulis dari penulisan paper ini adalah :
1. Dapat mengidentifikasi apa saja yang membuat citra guru di Indonesia menjadi tidak baik
2. Mengetahui sekelumit pemecahan yang dapat ditempuh untuk untuk memmperjuangkan
perbaikan citra guru di Indonesia.
-
BAB II
PEMBAHASAN
1. Permasalahan Guru dan Kualitas Pendidikan Di Indonesia
Sejak terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 1997, yang diikuti oleh krisis
multidimensional, membuat bangsa Indonesia menjadi semakin terpuruk citranya di dunia
Internasional. Konsep otonomi daerah mulai diperkenalkan untuk mencoba menjawab tantangan krisis
multidimensional tersebut yang pada akhirnya mengarah kepada sistem pemerintahan yang bersifat
desentralisasi
Implementasi dari konsep desentralisasi tersebut juga terbawa kepada sistem pendidikan di
indonesia. Sebelum adanya undang-undang mengenai otonomi daerah, kebijakan praktis pendidikan
diatur oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah departemen pendidikan dan kebudayaan, namun saat
ini sudah diserahkan kepada daerah, khususnya pemerintah yang ada di kabupaten dan kota.
Sebagian tanggung jawab yang dulunya diemban oleh pemerintah pusat, saat ini berpindah
kepada pemerintah yang ada di daerah. Termasuk juga permasalahan yang ada, juga diemban oleh
pemerintah daerah. Salah satu permasalahan tersebut adalah mengenai nasib guru yang saat ini perlu
penanganan yang serius. Nasib tersebut bisa berupa Citra Guru yang tidak bisa dibilang baik dari segi
sosial, ekonomi, politik, serta budaya.
Dari segi sosial, citra atau image guru saat ini memang sudah lebih baik, dari pada zaman umar
bakrie dahulu yang biasa kita dengar dari lagu iwan Fals. Pada lagu itu digambarkan bahwa guru
lebih identik dengan ketidakberdayaan dari segi sosial. Masih kalah dengan profesi lainnya di
masyarakat. Sehingga ada anggapan bahwa pak camat akan resah jika anak gadisnya akan dipersunting
oleh seorang guru, namun akan lebih senang jika yang meminang anak gadisnya adalah seorang dokter,
polisi, hakim, atau aparat negara lainnya yang lebih memiliki prestise yang lebih tinggi. Setidaknya
itulah anggapan umum oleh masyarakat. Untuk saat ini, kondisinya sedikit lebih baik, meskipun
stigma-stigma di atas masih belum luntur di masyarakat.
Dari segi ekonomi, nasib guru juga masih belum bisa dibilang baik. Masih saja kita jumpai dan
temui bahwa balas jasa yang diterima oleh guru masih dibawah dari upah minimum yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah untuk pekerja. Hal ini menyebabkan guru menjadi tidak berdaya dari segi
ekonomi. Jika dibiarkan bisa jadi ketidakberdayaan di bidang ekonomi menyebabkan guru menjadi
tidak berdaya pada aspek lainnya seperti sosial, kepribadian, dan lain sebagainya.
Lain halnya dengan negara yang telah maju pendidikannya. Penghargaan terhadap guru dari
segi ekonomi sudah jauh lebih baik. Berdasarkan identifikasi Supriadi (Dalam Hadiyanto : 2004)
bahwa gaji guru lebih tinggi antara 111% s/d 235% jika dibandingkan dengan gaji pegawai bidang
administrasi. Contohnya di Belanda yang lebih tinggi 111%. Di Australia 116%, Di Amerika Serikat
128 %, Perancis 157%, Swedia 235%.
Berdasarkan fakta di atas, sudah sewajarnya bangsa Indonesia lebih berbenah lagi serta
memikirkan perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia dengan menempatkan guru sebagai perioritas
utama. Sebagai salah satu unsur dalam pendidikan nasional, sudah sewajarnya pemerintah memikirkan
nasib guru. Pemberian porsi 20 persen dari APBN yang saat ini dilaksanakan oleh pemerintah
merupakan langkah awal dalam memperbaiki nasib dunia pendidikan, adalah sudah tepat. Adanya
pemberian insentif sebagai guru yang profesional juga diharapkan dapat memberikan harapan bagi para
pendidik agar kehidupan ekonominya bisa lebih cerah.
-
Data dari Kompas 5 September 2001 (dalam Hadiyanto : 2004) menyebutkan bahwa selain
guru, secara keseluruhan jika kita membandingkan kualitas pendidikan di indonesia dengan negara-
negara di asia, indonesia masih kalah dari Korea Selatan, Singapura, Jepang, Taiwan, Tiongkok, India,
Serta Malaysia. Hal ini sangat ironi sekali saat duapuluh lima tahun yang lalu, warga negara Malaysia
berbondong-bondong datang dan belajar ke Indonesia, namun saat ini kualitas pendidikan kita sudah di
bawah negara tetangga tersebut.
2. Guru Sebagai Komponen Utama dalam Sistem Pendidikan
Pendidikan laksana jembatan yang dapat menghantarkan suatu bangsa untuk meningkatkan
sumberdaya manusia. Artinya, pendidikan adalah investasi dalam bentuk sumberdaya manusia. Jika
demikian, maka apabila suatu negara tidak melaksanakan pendidikan dengan baik, maka nilai investasi
akan hilang. Peluang untuk mendapatkan sumberdaya manusia yang berkualitas di masa depan akan
sirna.
Menurut Hanson dan Brembeck (dalam Hadiyanto:2004), menyatakan bahwa pendidikan
adalah Investment in people, sehingga individu menjadi berkembang dan ikut serta membawa
pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu, pendidikan perlu untuk lebih dimantapkan sehingga pendidikan
dapat difungsikan sebagai penelitian, penemuan, memupuk bakat, meningkatkan kemampuan manusia
untuk menyesuaikan dan mengubah kesempatan kerja dalam rangka pertumbuhan ekonomi.
Melihat betapa penting dan strategisnya peranan pendidikan dalam peningkatan ekonomi suatu
negara, maka perbaikan pendidikan tidak hanya terletak pada peningkatan sarana dan prasarana,
perubahan kurikulum, perubahan sistem administrasi atau manajemen, namun yang tidak kalah penting
untuk di sorot adalah peningkatan kualitas keprofesionalan dan kesejahteraan guru. Secara akademik
guru harus lebih baik mutunya dari waktu ke waktu, dan dari segi ekonomi juga demikian.
Jika ditinjau dari sisi kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, maka guru tersebut
haruslah baik dari segi kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional. Maka apabila seorang guru
sudah diberikan pendapatan yang layak, maka diharapkan guru tersebut bisa dan dapat meningkatkan
kompetensinya sebagai pendidik yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan di negara
tersebut. Contoh empiris bisa dibuktikan pada negara-negara maju yang sudah baik kualitas
pendidikannya.
3. Perjuangan Untuk Guru
Melihat pemaparan di atas, maka sudah selayaknya para pahlawan yang ada di dunia
pendidikan tersebut perlu medapat perhatian dengan memperjuangkan nasibnya agar setiap pendidik
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Adapun perjuangan yang dapat ditempuh dengan cara :
a. Perjuangan Politik : Perjuangan politik ini dilakukan melalui saluran dewan perwakilan rakyat,
partai politik, sehingga melahirkan undang-undang yang dapat membuat guru menjadi lebih
berdaya dan dapat meningkatkan kompetensinya sebagai pendidik yang profesional.
b. Perjuangan ekonomi : Perjuangan dari sisi ekonomi dipandang amat perlu. Masih kita temui guru
yang memiliki penghasilan yang minim. Program pemberian insentif berupa tunjangan profesi
yang sedang dijalankan oleh pemerintah sekarang ini sedikit membantu pemberdayaan guru di sisi
-
ekonomi. Pemerintah daerah juga diharapkan kepeduliannya dengan ikut serta dalam memberikan
insentif kepada para guru
c. Perjuangan Sosial : Menuntut kesadaran dari masyarakat tentang betapa pentingnya posisi dan
peran guru di Masyarakat. Tanpa adanya guru, maka tidak terbentuk suatu tatanan masyarakat
yang madani (Civil Society), karena guru pada dasarnya berusaha menanamkan jiwa demokratis,
toleran, saling pengertian, berakhlak tinggi, beriman, dan bertaqwa.
d. Perjuangan Budaya. Perjuangan budaya ini dilandasi dari semboyan yang kemukakan oleh Kihajar
Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Dari
semboyan tersebut, terdapat nilai-nilai dari sisi budaya yang menggambarkan posisi guru sebagai
salah satu sumber pengetahuan dan contoh teladan yang dapat ditiru dalam menjalani kehidupan.
4. Adanya Tanggung Jawab Bersama
Sebenarnya banyak pihak yang memiliki kepentingan dalam dunia pendidikan. Sehingga
tanggung jawab untuk memajukan pendidikan di Indonesia tidak hanya terletak pada pemerintah
semata. Ada orang tua murid, masyarakat, hingga pada pembuat undang-undang atau wakil rakyat.
Pihak pihak tersebut juga turut bertanggung jawab dalam memajukan pendidikan di Indonesia
Namun, dikarenakan bahwa guru merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan, masyrakat
memandang bahwa yang paling maju atau tidaknya pendidikan semata-mata hanya tergantung pada
guru. Sekilas pandangan tersebut ada benarnya, namun jika dipikirkan lebih jauh lagi, tidaklah
sepenuhnya benar demikian. Beban dalam memajukan pendidikan adalah tanggung jawab seluruh
pihak. Karena pendidikan selalu menyangkut banyak aspek, jadi tanggung jawabnya juga tergantung
kepada banyak pihak.
Untuk meningkatkan citra guru, maka hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan kompetensi guru dalam mendidik. Kompetensi tersebut adalah kompetensi pribadi,
kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi akademik (Profesional). Cara yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan kompetensi tersebut adalah dengan meningkatkan penghasilan guru
sehingga guru dapat menjalankan tugasnya dengan tenang tanpa harus dipusingkan dengan tuntutan
ekonomi keluarganya, memberikan kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikannya
sehingga kualifikasi pendidikan guru menjadi meningkat melalui program-program bantuan beasiswa
dan sebagainya.
Dengan meningkatnya kompetensi guru dalam mendidik, diharapkan mutu guru juga ikut
meningkat, sehingga guru yang menjadi ujung tombak dalam dunia pendidikan dapat lebih berperan
dalam memajukan taraf pendidikan di indonesia. Dengan majunya dunia pendidikan, maka diharapkan
dapat mendorong kemajuan ekonomi dan sumberdaya manusia.
-
BAB III
KESIMPULAN
Melalui pemaparan yang telah disampaikan penulis pada BAB II sebelumnya, maka ada
beberapa hal yang dapat ditarik sebgai kesimpulan dari topik perjuangan memperbaiki citra guru
indonesia yang diangkat dari buku Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Kualitas pendidikan di Indonesia masih dikatakan rendah jika dibandingkan dengan negara
tetangga, salah satu faktornya adalah masih rendahnya mutu tenaga pendidikannya
2. Salah satu penyebab rendahnya mutu guru adalah karena masih rendahnya penghargaan
terhadap guru dari sisi ekonomi. Guru masih belum dapat berdaya dari sisi ekonomi
sehingga guru tidak mampu meningkatkan kompetensinya.
3. Untuk memajukan pendidikan, maka hal pertama yang dapat ditempuh adalah dengan
memberikan penghargaan yang layak kepada guru dari segi ekonomi, sehingga guru dapat
meningkatkan kompetensinya dalam mendidik.
4. Dengan meningkatnya kompetensi guru dalam menjalankan tugasnya, maka guru tersebut
dapat menjadi guru yang profesional. Dengan demikian, kualitas dan mutu pendidikan di
Indonnesia dapat ditingkatkan
5. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka tidak cukup hanya diserahkan pada pemerintah
semata. Perlu adanya peran dari orangtua siswa, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat
yang berperan dalam memantau jalannya pendidikan di Indonesia.