Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

43
i| Page LAPORAN PENELITIAN KPU SIMALUNGUN “PERILAKU MEMILIH (VOTING BEHAVIOUR) MASYARAKAT DI KABUPATEN SIMALUNGUN” RISET PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU DISUSUN OLEH KPU SIMALUNGUN Jl. Jhon Horailam Saragih Pematang Raya, Telp. (0622) 331785, Fax. (0622) 331785 Email : [email protected]

Transcript of Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

Page 1: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

i | P a g e

LAPORAN PENELITIAN KPU SIMALUNGUN

“PERILAKU MEMILIH (VOTING BEHAVIOUR)MASYARAKAT DI KABUPATEN SIMALUNGUN”

RISET PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILUDISUSUN OLEH KPU SIMALUNGUN

Jl. Jhon Horailam Saragih Pematang Raya,Telp. (0622) 331785, Fax. (0622) 331785Email : [email protected]

Page 2: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

ii | P a g e

Tentang KPU Simalungun

Secara institusional, KPU yang ada sekarang merupakan KPU ketiga yang dibentuk setelahPemilu demokratis sejak reformasi 1998. KPU pertama (1999-2001) dibentuk dengan KeppresNo 16 Tahun 1999 yang berisikan 53 orang anggota yang berasal dari unsur pemerintah danPartai Politik dan dilantik oleh Presiden BJ Habibie. KPU kedua (2001-2007) dibentuk denganKeppres No 10 Tahun 2001 yang berisikan 11 orang anggota yang berasal dari unsur akademisdan LSM dan dilantik oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tanggal 11 April 2001.KPU ketiga (2007-2012) dibentuk berdasarkan Keppres No 101/P/2007 yang berisikan 7 oranganggota yang berasal dari anggota KPU Provinsi, akademisi, peneliti dan birokrat dilantiktanggal 23 Oktober 2007 minus Syamsulbahri yang urung dilantik Presiden karena masalahhukum.

KPU memiliki visi “Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara PemilihanUmum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demiterciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalamwadah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Saat ini KPU Simalungun di pimpin oleh 5 orang komisioner yaitu : Adelbert Damanik, ST :(Ketua), Puji Rahmad Harahap, S.Pd (Divisi Hukum, Partisipasi Masyarakat dan HubunganAntar Lembaga), Rahmadhani Sari Isni Damanik (SH : Divisi Perencanaan Keuangan danSDM), Abdul Razak Siregar, S.Pdi (Divisi Sosialisasi data dan Informasi), dan DadangYusprianto, SH (Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilu). Sedangkan James Andohar Siahaan,S.STP menjabat Sekretaris KPU Kabupaten Simalungun

Laporan Penelitian KPU Simalunguun

© 2015 Sajogyo InstitutePenyebarluasan dan penggandaan dokumen ini diperkenankan sepanjang untuk tujuan riset, pendidikandan tidak digunakan untuk tujuan komersial.

Jl. Jhon Horailam Saragih Pematang Raya,Telp. (0622) 331785, Fax. (0622) 331785Email : [email protected]

Page 3: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

iii | P a g e

ABSTRAK

Kabupaten Simalungun dikenal secara nasional merupakan basis golkar dari sejak 1977.Lokasinya yang merupakan wilayah perkebunan, menjadikan Simalungun di dominasi olehperkebunan, saat terjadi kebijakan Orde Baru secara sistemik dan meluas untuk memenangkanGolkar sejak Pemilu 1977 hingga 1997. Bukan tidak mungkin berlangsung hingga kini. Settingini turut mempengaruhi pilihan-pilihan dari perilaku pemilih di Simalungun. Meski begitumasyarakat Simalungun memiliki ragam pilihan-pilihan rasional berdasarkan tujuan pilihanyang dilakukannya.

Dengan tegas masyarakat Simalungun telah menggeser kekuasaan Partai Golkar menjadi PartaiDemokrat pada Pemilu Legislatif 2014. Memberikan sanksi kepada Partai golkar yang tidakmemiliki loyalitas kepada pemilihnya. Trend “swing voter” suara pemilih yang berpindah-pindah ini di pengaruhi pilihan rasional berdasarkan system nilai, etika, moralitas dan agamayang di miliki oleh pemilih. Pada Pilkada 2005 dan Pilkada 2010 juga membuktikan bahwaterjadi lagi “swing voter”, masyarakat berpindah suara dari Zulkarnain Damanik ke pada JR.Saragih. Meskipun hal tersebut tidak teruji pada Pilpres 2009 dan Pilpres 2014 karena tidakada calon yang sama. Masyarakat yang mengambil pilihan golput merupakan pilihanrasionalitas berdasarkan tujuan. Ketika memutuskan untuk golput, maka ragam factormempengaruhi, di mana tujuan akhir, metode dan konsekuensi pilihan di hitung oleh pemilih.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tekhnik penelitian studi dokumen, observasilapangan dan wawancara sebagai sumber data utama. Analisis data di lakukan dalam mengkonstruksitemuan-temuan lapangan dan menampilkannya dalam laporan ini.

Meskipun apatisme cukup tinggi, harapan masyarakat di Simalungun masih ada, agar melaluipemilu bisa di hasilkan pemimpin yang legitimate sekaligus amanah. Hal ini akan terus di ujidengan system pemilu khususnya Pilkada di mana potensi politik uaang sangat besar terjadipada saat pilkada. Potensi swing voter atau perilaku berpindah suara di prediksi peneliti akan sangattinggi pada Pilkada 2015. Konon lagi partai-partai yang ada cenderung tidak melakukan pendidikanpolitik serta tidak pernah merawat konstituennya dengan pendidikan politik selama 5 tahun terakhir.Sangat penting memastikan agar Pemilu di Simalungun juga menjadi pemilu yang memenuhi standardpemilu yang demokratis dengan mendorong perilaku pemilih menjadi perilaku pemilih yang rasional atasnilai dan kritis.

Kata Kunci : Perilaku Pemilih, Pemilu, Dinamika Politik, Simalungun.

Page 4: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

iv | P a g e

DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................. Error! Bookmark not defined.DAFTAR ISI..............................................................................................Error! Bookmark not defined.vGLOSARY.................................................................................................................................................... vDAFTAR TABEL.......................................................................................................................................viiDAFTAR PETA....................................................................................... Error! Bookmark not defined.iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................ 1I.1. LATAR B ELAKANG............................................................................................................. 1I.2. LOKASI LINGKUP ................................................................................................................. 1I.3. RUANG LINGKUP ................................................................................................................. 1I.4. METODE.................................................................................................................................. 2I.5. TAHAPAN PELAKSANAAN................................................................................................. 2I.6. SUSUNAN LAPORAN............................................................................................................ 2

BAB II KABUPATEN SIMALUNGUN ................................................................................................... 3II.1. SIMALUNGUN SELAYANG PANDANG ............................................................................ 3II.2. MENGENAL ETNIS BATAK SIMALUNGUN..................................................................... 5II.3. SYSTEM KEKERABATAN SIMALUNGUN ...................................................................... 6

BAB III KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................................. 32III.1. PEMILU DALAM KONSEP DEMOKRATISASI ............................................................. 32III.2. STANDARD PEMILU INTERNASIONAL…………………………………...………… 35III.3. SEJARAH PEMILU INDONESIA…………..………………………………...………… 35III.4. PERILAKU PEMILIH………………………..………………………………...………… 35

BAB IV PERILAKU PEMILIH DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL DI KABUPATENSIMALUNGUN .......................................................................................................................... 16

IV.1. PEMILU DI SIMALUNGUN DARI MASA KE MASA .................................................... 16IV.2. PERILAKU PEMILIH DI SIMALUNGUN ........................................................................ 17IV.3. AFILIASI POLITIK LOKAL PADA PEMILU LEGISLATIF DI SIMALUNGUN ......... 19IV.3.1. SWING VOTER DALAM PEMILU LEGISLATIF DI SIMALUNGUN........................ 22IV.3.2. KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PEMILU LEGISLATIF DI SIMALUN.. 24IV.4. PERILAKU PEMILIH PADA PILKADA 2005 DAN PILKADA 2010 DI SIMALUNGU26IV.5. PERILAKU PEMILIH PILPRES 2004, 2009, 2014 DI SIMALUNGUN ........................... 29

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 33

LAMPIRAN................................................................................................................................................ 34

Page 5: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

v | P a g e

GLOSARY

Swing Votter : Perilaku pemilih berpindah suara

Golput : Golongan putih, memilih untuk tidak memilih

Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah 5 tahun sekali

Pileg : Pemilihan Calon Legislatif 5 tahun sekali

Pilpres : Pemilihan Presiden 5 tahun sekali

Page 6: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

vi | P a g e

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1.Perbandingan Jumlah Dan Perolehan Suara Partai Pemilu Legislatif diKabupaten Simalungun Tahun 2009 dan Tahun 2014

20

Tabel IV.2. Trend Swing Voter Suara Partai Pemenang Pemilu Legislatif diKabupaten Simalungun Tahun 2009 dan Tahun 2014

23

Tabel IV.3. Data Pemilih dan Partisipasi Pemilih Berdasarkan Dapil di KabupatenSimalungun Pemilu Legislatif 2014

24

Tabel IV.4. Perbandingan Jumlah Kursi Pemilu Legislatif dan Kursi LegislatorPerempuan di Kabupaten Simalungun Tahun 2009 dan Tahun 2014

25

Tabel IV.5. Komposisi Perolehan Suara Pada Pemilihan Bupati KabupatenSimalungun 2009 dan Tahun 2014

26

Tabel IV.6. Perbandingan Komposisi, Partai Pengusung / Independen dan PerolehanSuara Pada Pilpres di Kabupaten Simalungun Tahun 2004, 2009 danTahun 2014

29

Tabel IV.7. Perbandingan Daftar Pemilih dan Data Pengguna Hak Pilih Pilpres diKabupaten Simalungun Tahun 2014

30

Page 7: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

vii | P a g e

DAFTAR PETA

1. Peta Kabupaten Simalungun 3

Page 8: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

1 | P a g e

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangRiset pemilu merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen pemilu. Riset tidak hanyamemberikan rasionalitas akademik mengenai suatu substansi pemilu. Riset lebih jauhmemberikan pijakan empirik mengenai persoalan atas hal yang menjadi perdebatan. Hasil risetmemastikan program dan kebijakan kepemiluan tidak dibangun atas postulat spekulatif, tetapidikonstruksi berlandaskan pada argumen empirik dan rasional dengan proses yang dapatdipertanggungjawabkan.

Dalam negara demokrasi, partisipasi pemilih menjadi elemen penting demokrasi perwakilan. Iaadalah fondasi praktik demokrasi perwakilan. Persoalannya, terdapat sejumlah masalahmenyangkut partisipasi pemilih yang terus menggelayut dalam setiap pelaksanaan pemilu.Sayangnya, persoalan itu tidak banyak diungkap dan sebagian menjadi ruang gelap yang terusmenyisakan pertanyaan.

Beberapa persoalan terkait dengan partisipasi dalam pemilu diantaranya adalah fluktuasikehadiran pemilih ke TPS, suara tidak sah yang tinggi, gejala politik uang, misteri derajat melekpolitik warga, dan langkanya kesukarelaan politik.

Masalah tersebut perlu dibedah sedemikian rupa untuk diketahui akar masalah dan dicari jalankeluarnya. Harapannya, partisipasi dalam pemilu berada pada idealitas yang diimajinasikan.Oleh karena itu, program riset pemilu di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara menjadiaktivitas yang tidak terhindarkan dalam manajemen pemilu yang diselenggarakan oleh KPUSimalungun.

I.2. Lokasi PenelitianPenelitian ini di lakukan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Saat ini, KabupatenSimalungun terdiri dari 31 Kecamatan.

I.3. Ruang LingkupTerdapat dua tujuan dari riset pemilu ini yaitu :1. Umum:a. Mentradisikan kebijakan berbasis riset atas persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

manajemen pemilu di Kabupaten Simalungun.b. Bahan penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperkuat partisipasi warga dalam

pemilu dan setelahnya di Kabupaten Simalungun.

2. Khusus :

Page 9: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

2 | P a g e

a. Menemukan akar masalah atas persoalan-persoalan yang terkait dengan partisipasi dalampemilu di Kabupaten Simalungun.

b. Terumuskannya rekomendasi kebijakan atas permasalahan yang dihadapi dalam kaitannyadengan partisipasi dalam pemilu

I.4. MetodePenulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metodologi etnografi untuk dapat merekamdan menuliskan perilaku pemilih di Kabupaten Simalungun. Merujuk pada Moleong, Spradleydan Mariana (2015: vii), penulis menggunakan tekhnik penggalian data melalui observasi,wawancara mendalam dan keterlibatan intim dengan menggunakan pengalaman individudidalam partisipasinya dalam pemilu baik pilkada, pemilu legislative maupun pilpres. Riset inijuga banyak menggunakan studi dan analisis dokumen yang tersedia dan sangat kaya terkaitkepemiluan di Simalungun.

Dalam penelitian ini, informan di tempatkan sebagai subjek kajian didalam metode ini, dimanasemua tuturan informan akan di tampilkan dan di analisis untuk melihat trend politik local danperilaku pemilih di Kabupaten Simalungun.

I.5. Tahapan PelaksanaanPenelitian dimulai dengan studi literature lalu di tindak lanjuti dengan penelitian lapanganselama 10 hari di lapangan pada 18 Juni hingga 28 Juni 2015. Pemetaan awal perilaku memilihdi mulai dengan data skunder yang di kumpulkan, kemudian di analisis lalu di konfirmaasikepaada informan di Simalungun. Selama periode Juli 2015 di gunakan untuk menuliskan sertamenganalisis laporan penelitian.

I.6. Susunan LaporanLaporan penelitian perilakuk pemilih di Kabupaten Simalungun ini terdiri dari lima bab laporan.Bab pertama berisi pendahuluan seputar latar belakang dilakukannya penelitian, tujuanpenelitian, metode penelitian lapangan serta tahapan dan refleksi penelitian. Bab dua mengenailatar lanskap Simalungun sebagai lokasi penelitian. Bab tiga kajian teoritis kepemiluan. Babempat terdiri dari peta politik local dan perilaku pemilih di Simalungun. Sedangkan bab limaterdiri dari kesimpulan.

Page 10: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

3 | P a g e

BAB IIKABUPATEN SIMALUNGUN

II.1. Simalungun Selayang PandangKabupaten Simalungun merupakan salah satu dari 33 kabupaten yang ada Sumatera Utara,Indonesia. Menuju Simalungun dapat dilakukan perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam dari ibukota provinsi yaitu Kota Medan, Sumatera Utara. Dahulu kala, Simalungun dikenal sebagai Afdeling Simelungun en Karolanden, merupakan salah satu dari lima afdellingyang ada di Karesidenan Sumatera Timur sebagai wilayah administrasi Hindia Belanda yangtelah berdiri sejak 1 Maret 1887. Dalam perkembangannya, afdeling tersebut kini telahmengalami pemekaran menjadi Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo dan Kota PematangSiantar.

Sumber : Simalungun Dalam Angka Tahun 2013, Tahun 2014

Bila di lihat dari posisinya yang berada di tengah Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun di apitoleh 8 kabupaten yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo,Kabupaten Tobasa, Kabupaten Samosir, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, dan KotaPematang Siantar. Simalungun berbatasan langsung dengan Kabupaten Serdang Bedagai di

Page 11: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

4 | P a g e

sebelah Utara, dengan Kabupaten Toba samosir disebelah Selatan, dengan Kabupaten KabupatenKaro disebelah Barat serta dengan Kabupaten Asahan di sebelah Timur. Secara astronomi,Simalungun terletak pada pisisi koordinat 02°36' - 03°18' LU dan 98°32' - 99°35'BT.Simalungun memiliki luas 4.386,60 Km dengan ketinggian 0-1.400 meter diatas permukaan laut,dimana 75% wilayahnya tersebut berada pada kemiringan 0-15%. Dari data yang tersedia,ternyata Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terluas ketiga di Sumatera Utara, setelahMadina dan Kabupaten Lagkat. Letaknya juga sangat strategis karena berada di kawasan wisataDanau Toba, Parapat.

Topografi wilayah kabupaten Simalungun terletak pada ketinggian 1500 dpl. Dengan iklim rata-rata 25,5 derajat celcius, dengan suhu tertinggi 31,5 derajat celcius, dan suhu terendah 21,8derajat celcius. Dengan kelembapan udara rata-rata perbulan sebesar 85%, dengan curah hujanrata-rata per tahun sebesar 269 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah di bulanNovember setiap tahunnya. Karenanya Simalungun sejak dahulu kala di kenal sebaagai daerahyang sangat subur tanahnya dan menghasilkan produksi pertanian maupun perkebunan diSumatera Utara.

Kabupaten Simalungun memiliki 31 kecamatan dengan luas 438.660 Ha atau 6,12 % dari luaswilayah Provinsi Sumatera Utara. Merupakan kabupaten dengan kecamatan terbanyak di diSumatera Utara, bahkan bila bandingkan dengan Madina dan Langkat yang wilayahnya lebihluas. Tercatat bahwa kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Tanah Jawa dengan luas49.175 ha, sedangkan yang paling kecil luasnya adalah Kecamatan Dolok Pardamean denganluas 9.045 ha. Keseluruhan kecamatan terdiri dari 27 Kelurahan, dan 386 Nagori/Nagori.Diantaranya terdapat 92 nagori merupakan nagori swakarsa dan 275 telah menjadi nagoriswasembada dan terdapat 1.807 huta / dusun.

Data tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat 830.986 jiwa penduduk Simalungun dimanapenduduk perempuan lebih banyak di bandingkan penduduk laki-laki1. Terdapat yang 413.871orang laki-laki dan 417.115 orang perempuan di Simalungun. Penduduk terbanyak menyebar diKecamatan Bandar berjumlah 65.554 jiwa dan Kecamatan Siantar berjumlah 64.153 jiwa.Siantar sekaligus menjadi kecamatan dengan penduduk terpadat dengan rasio 867 jiwa/km2,sementara rasio terjarang penduduknya berada di Kecamatan Dolok Silau hanya 46 jiwa/km2.Kecamatan dengan jumlah penduduk yang terkecil di Kecamatan Haranggaol Horison yaitu5.023 jiwa.

DR. Jopinus Ramli Saragih S.H M.M merupakan Bupati Simalungun yang bertugas untuk masabakti 2010–2015 sedangkan Wakil Bupatinya Hj. Nuriaty Damanik S.H. Pada 23 Juni 2008,ibukota Kabupaten Simalungun berpindah dari Kota Pematang Siantar ke Pematang Raya,karena Kota Pematang Siantar telah menjadi daerah otonom sendiri. Menurut masyarakat,perpindahan tersebut telah menyebabkan banyak perbaikan pembangunan di Pematang Raya.Meski dari amatan peneliti, Pematang Raya sangat kecil dan aktifitas ekonomi dan sosial politiktidak terlalu tinggi, karena masih seperti ibukota Kecamatan saja. Masyarakat yang lainmenyebutkan, bahwa selama masa jabatannya, Bupati Simalungun justru melupakanpembangunan di Kecamatan lainnya, bahkan meskipun hanya sekedar pembangunan jalan.

1 Simalungun Dalam Angka Tahun 2013, BPS, 2013.

Page 12: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

5 | P a g e

Kabupaten Simalungun memiliki potensi ekonomi terbesar dari produksi pertaniannya. Produksilainnya termasuk tanaman pangan, perkebunan, pertanian lainnya, industri pengolahan serta jasa.Pada tahun 2003, Simalungun merupakan penghasil kedua terbesar produksi padi setelah DeliSerdang. Sawit adalah komoditas utama dari perkebunan yang ada di Simalungun danmerupakan penghasil produksi kedua terbesar setelah Kabupaten Labuhan Batu. Karet, cokelat,dan teh merupakan komoditas perkebunan lainnya yang berasal dari Simalungun. Saat iniproduksi teh dari Raya dan Sidamanik semakin menurun produksinya. Data BPS Simalungunmenunjukkan bahwa PAD Simalungun berasal dari perkebunan sawit yang umumnya berada diSimalungun Bawah.

Sebagai daerah pertanian, terdapat 43.896 Ha lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan diSimalungun. Areal persawahan tersebut menghasilkan 481.181 ton padi selama tahun 2012dengan rincian 440.992 ton padi sawah dan 40.189 ton padi ladang. Tanah Jawa dan HutabayuRaja merupakan penghasil produksi padi tertinggi di Simalungun. Hanya Kecamatan HaranggaolHorison dan Kecamatan Bosar Maligas yang tidak menghasilkan padi di Simalungun. Sisanyamerupakan penghasil padi sawah dan padi ladang. Disamping itu, produksi pertanianSimalungun juga terdiri dari jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar,beragam sayur-sayuran, dan beragam buah-buahan.

Masyarakat Simalungun juga mengembangkan perkebunan rakyat seperti karet seluas 14.013,51Ha, sawit seluas 28.950,61 Ha, kopi robusta seluas 2.682,90 Ha, kopi arabika seluas 7.370,60Ha, kelapa seluas 2.973,42 Ha, coklat seluas 5.655,54 Ha, cengkeh seluas 718,08 Ha, kayu manisseluas 389,56 Ha, kemiri seluas 463,63 Ha, lada seluas 18,36 Ha, aren seluas 754,17 Ha,tembakau seluas 265 Ha, Vanili seluas 26,80 Ha, dan Pinang seluas 536,55 Ha.

Pada tahun 2012, total PDRB Kabupaten Simalungun sebesar 13,06 triliun, jumlah ini naiksebesar 1,43 triliun (12,28%) dari tahun 2011 yang jumlahnya sebesar 11,63 triliun rupiah.Percepatan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,06% diklaim oleh Pemda Simalungun2 mengalamipercepatan 0,25% dibanding tahun 2011 yang melaju 5,81% dengan sumber pertumbuhanterbesar berasal dari sektor pertanian 3,20% dan sektor jasa 0,79%. Pertumbuhan tersebutberkontribusi pada PDRB Simalungun yang berasal dari sektor pertanian sebesar 54,08%,industri sebesar 16,63%, jasa-jasa sebesar 11,62%, dan sektor penggalian sebesar 0,44%.

II.2. Mengenal Etnis Batak SimalungunDalam tradisi tutur Simalungun mencatat bahwa nama Simalungun berasal dari bahasaSimalungun yaitu ‘sima-sima’ yang artinya peninggalan dan ‘lungun’ yang artinya yang dirindukan3. Etnis tuan rumah Simalungun adalah Batak Simalungun dan merupakan salah satusuku asli di Sumatera Utara yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya danmerupakan etnis tuan rumah di Simalungun4.

2 PDRB Kabupaten Simalungun, BPS Simalungun, 2012.

3 Budi Agustono dkk, Sejarah Etnis Simalungun, 2012.

4 Working Paper “Pemetaan Konflik Agraria dengan Landgrabbing di Simalungun, Hutan Rakyat Institutue (HaRI),Wina Khairina dan Saurlin Siagian, 2014, belum di terbitkan.

Page 13: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

6 | P a g e

Beberapa sumber menyebutkan bahwa Suku Simalungun berasal dari India Selatan, yangmerupakan gelombang pertama (Simalungun Proto) yang diperkirakan datang dari NagoreSelatan (India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) pada sekitar abad ke-5 menyusuriMyanmar, ke Siam, dan Malaka, selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikankerajaan Nagur dari Raja Dinasti Damanik. Sedangkan gelombang kedua (Simalungun Deutero)yang datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku Simalungun.Suku asli penduduk Simalungun adalah Damanik dan 3 marga pendatang yaitu Saragih, Sinagadan Purba yang dikenal dengan Sisadapur (Sinaga, Saragih, Damanik, Purba). Ke empat margainilah yang menjadi 4 marga besar di Simalungun, dan merupakan hasil dari “HarungguanBolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidaksaling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).

Mengutip Tuan Taralamsyah Saragih yang menyebutkan bahwa pada gelombang ProtoSimalungun, rombongan 4 raja-raja besar dari Siam dan India tersebut bergerak dari SumateraTimur ke daerah Aceh, Langkat, Bangun Purba, hingga Bandar Khalifah dan Batubara. Karenadi Nagorik suku setempat, maka bergerak ke daerah pinggiran Toba dan samosir. PustakaSimalungun Kuno (Pustaha Parpandanan Na Bolag) mengisahkan bahwa cikal bakal daerahSimalungun menyebutkan bahwa Kerajaan Simalungun merupakan kerajaan tertua di SumateraTimur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka) hingga ke Toba. Sebagiansumber lainnya menyebutkan wilayah Kerajaan meliputi Gayo dan Alas hingga perbatasanSungai Rokan di Riau. Namun karena derasnya imigrasi, setelah Simalungun menjadi satuKabupaten sendiri, maka suku Simalungun hanya menjadi mayoritas didaerah Simalungun Atas.Daerah Simalungun bawah sudah bercampur dengan etnis Jawa, Toba, Melayu dan lainsebagainya.

Data tahun 2008 menunjukkan terdapat 3,5 juta jiwa etnis Simalungun yang tersebar, dan 3 jutadiantaranya tinggal di Simalungun. Saat ini, suku Simalungun telah memiliki agama antara lainIslam (56,6 %), Kristen (37,1 %), Katolik (6,1 %), Buddha (0,06 %), Hindu (0,05 %), dan sisa-sisanya adalah agama-agama lain seperti Parmalim.

Simalungun merupakan basis golkar karena banyaknya perkebunan-perkebunan di Simalungunkhususnya Simalungun bawah.

II.3. System Kekerabatan SimalungunSebuah sumber menyebutkan bahwa Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal silsilahkarena penentu partuturan (perkerabatan) di Simalungun adalah hasusuran (tempat asal nenekmoyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat).Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga niham?” (apa marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal-usul anda)?" Haltersebut dipertegas oleh pepatah Simalungun yang pernah diajarkan kepada peneliti “Sin Raya,sin Purba, sin Dolog, sin Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dariRaya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih).

Page 14: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

7 | P a g e

Sebagian sumber menuliskan bahwa hal tersebut disebabkan karena seluruh marga raja-rajaSimalungun itu diikat oleh persekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara rajadengan “puang bolon” (permaisuri) yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti raja TanohDjawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik), raja Siantar yang puang bolonnyadari Partuanan Silappuyang, Raja Panei dari Putri Raja Siantar, Raja Silau dari Putri Raja Raya,Raja Purba dari Putri Raja Siantar dan Silimakuta dari Putri Raja Raya atau Tongging.

Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Partuturan inimenentukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon), dan dibagi kedalambeberapa kategori yaitu (1) Tutur Manorus / Langsung, yaitu perkerabatan yang langsung terkaitdengan diri sendiri, (2) Tutur Holmouan / Kelompok, yaitu melalui tutur Holmouan ini bisaterlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun, dan (3) Tutur Natipak / Kehormatan, yaitu tuturyang digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.

Page 15: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

8 | P a g e

BAB IIIKAJIAN PUSTAKA

III.1. Pemilu Dalam Konsep DemokratisasiPemilihan Umum atau Pemilu sudah lazim di laksanakan di berbagai penjuru duniapasca PerangDunia II sebagai bentuk kemenangan demokrasi dalam mengadapi gagasan ideologi dan rezimyang berkuasa. Bahkan, negara-negara yang tidak mempraktekkan demokrasi mengklaim dirinyasebagai negara demokratis dan menyelenggarakan pemilu. Pengalaman sejarah menunjukkanbahwa demokrasi adalah model kehidupan bernegara yang paling ideal dalam mengaturkehidupan manusia dalam bernegara. Meski bukan sebuah tatanan yang sempurna, masyarakatluas meyakini demokrasi sebagai model memiliki peluang paling minimal dalam menistakankemanusiaan. Karenanya pula, hingga kini, praktek-praktek dan gagasan demorasi semakinmeluas di dunia.

Pemilu merupakan praktek demokrasi paling utama bahkan merupakan prasyarat utama dalamdemokrasi. Semua negaara yang mengaku negara demokrasi harus memastikan dirinyamenjalankan pemilu secara reguler. Karenanya pemilu memerlukan regulasi yang kuat bahkanharus dimasukkan sebagai UUD suatu negara agar jaminan konstitusi dapat memastikan pemiluterselenggara untuk menjaga keberlangsungan demokratisasi di suatu negara.

Melalui pemilu, rakyat mengekspresikan kebebasannya untuk memilih pimpinannya, sekaligusmenjadi saranan menilai kinerja pemimpin dan menghukumnya jika kinerja dan kelakukanpemimpin tersebut buruk. Masyarakat menseleksi sendiri para pemimpin rakyat yang menjadianggota perwakilan rakyat maupun wakil rakyat yang menduduki jabatan di pemerintahan baikpimpinan daerah maupun presiden. Di titik inilah pemilu kemampuannya dalam menterjemahkankedaulan rakyat.

Untuk sampai ke level tersebut, harus didorong pemilu menjadi sebuah proses politik yang baik.Upaya tersebutu membutuhkan waktu, tenaga, fikiran dan dana yang cukup besar. Sebuahsystem yang baik harus di ban gun agar pemilu mampu memproses suara rakyat menjadi kursilegislatif atau jabatan di eksekutif. Pelaksana pemilu juga memerlukan managemen yang khas,dimana peraturan dan penegakan hukum dalam mengubah suara menjadi kursi tersebut tidakdimanipulasi dan dicurangi.

Dalam prakteknya, perjalanan pemilu di Indonesai memiliki ke khasan sendiri dari masa kemasa. Cukup banyak juga regulasi yang tercipta terkait kepemiluan di Indonesia yang terusmenerus memperbaiki system pemilunya.

Page 16: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

9 | P a g e

III.2. Standard Pemilu InternasionalStandard internasional dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemilu karena pemilu. Hal inidisebabkan pemilu merupakan istrumen demokrasi dan praktek demokrasi sudah semakin meluasdan hamper diterima semua negara di dunia. Pemilu bahkan di lakukan oleh negara-negara yangtidak mempraktekkan demokrasi. Karenanya, meskipun pemilu dilaksanakan oleh banyaknegara, namun tidak bisa di jamin bahwa pemilu tersebut berjalan secara demokratis. Untuk itustandard internasional yang sama di butuhkan untuk menjamin pemilu dilaksanakan denganprinsip-prinsip demokrasi.

Standard internasional merupakan ketentuan minimal yang dilaksanakan dalam pemilu agarketentuan-ketentuan minimal bisa dijalankan agar pemilu layak disebut pemilu demokratis. Bilatolak ukur tersebut tidak di penuhi, maka pemilu tidak bisa disebutkan sebagai pemiludemokratis.

Pondasi perumusan dokumen internasional tersebut terdiri dari Deklarasi Universal Hak AzasiManusia (DUHAM) 1948 dan Kovenan Internasional Hak-hak Dipil dan Politik 1966. Pasalpasal yang langsung bisa di rujuk dari dua dokumen tersebut adalah :

Pasal Penting Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia 1944Pasal 20(1) Setiap orang berhak atas kebebasan untuk berserikat dan berkumpul.(2) Setiap orang tidak dapat dipaksa untuk menjadi bagian dari suatu perhimpunan.

Pasal 21(1) Setiap orang berhak untuk berperanserta dalam pemerintahan di negaranya, baik secara

langsung maupun melalui perwakilan yang dipilih secara bebas.(2) Setiap orang berhak atas akses yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik di negaranya.(3) Kehendak rakyat merupakan dasar dari kewenangan pemerintah; kehendak tersebut harus

dinyatakan di dalam pemilu berkala dan murni yang harus dilaksanakan dengan hak pilihyang sama dan setara dan harus dilaksanakan dengan surat suara rahasia atau denganprosedur pemungutan suara bebas yang setara.

Pasal Penting Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik 1966Pasal 19(1) Setiap orang berhak untuk berpendapat tanpa campur tangan orang lain.(2) Setiap orang berhak mendapatkan kebebasan untuk mengungkapkan pikiran; hak ini

mencakup kebebasan untuk mencari, menerima dan menyampaikan segala macam informasidan gagasan, tanpa memperhatikan hambatan-hambatan, baik secara lisan, secara tertulis ataudalam bentuk cetakan, dalam bentuk seni, atau melalui media lainnya yang dipilihnya.

(3) Pelaksanaan dari hak-hak yang diatur di dalam paragraf di atas menimbulkan tugas-tugasdan tanggung jawab-tanggung jawab khusus. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dikenakanpembatasan-pembatasan tertentu. Tetapi pembatasan-pembatasan tersebut semata-matasebagaimana diatur oleh undang-undang dan sebagaimana yang diperlukan, 1) penghormatanatas hak dan martabat orang lain, 2) perlindungan atas keamanan nasional atau ketertibanumum (ordre public), atau kesehatan atau moral masyarakat.

Page 17: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

10 | P a g e

Pasal 21Hak untuk berkumpul secara damai harus diakui. Tidak dibenarkan untuk membatasipelaksanaan hak ini selain dari yang ditetapkan oleh undang-undang dan diperlukan dalammasyarakat demokratis guna menjaga kepentingan keamanan nasional atau keselamatan umum,ketertiban umum (ordre public), perlindungan atas kesehatan dan moral masyarakat atauperlindungan atas hak-hak dan kebebasan orang lain.

Pasal 22(1) Setiap orang berhak atas kebebasan untuk berserikat dengan orang lain, termasuk hak untuk

membentuk dan bergabung dengan serikat buruh untuk melindungi kepentingan-kepentingannya.

(2) Tidak dibenarkan untuk melakukan pembatasan atas pelaksanaan hak ini selain dari yangditentukan oleh undang-undang dan yang diperlukan dalam sebuah masyarakat yangdemokratis untuk kepentingan keamanan nasional atau keselamatan umum, ketertibanumum (ordre public), perlindungan kesehatan dan moral masyarakat atau perlindungan hak-hak dan kebebasan orang lain. Pasal ini tidak menafikan dikenakannya batasan-batasan yangsah atas para anggota angkatan bersenjata dan kepolisian dalam melaksanakan hak ini.

(3) Tidak ada ketentuan dalam pasal ini yang memberi wewenang kepada negara-negara yangberperanserta dalam Konvenan Buruh Internasional 1948 tentang “Kebebasan Berserikat danPerlindungan atas Hak untuk Berorganisasi” untuk melakukan tindakan legislatif yang akanmerugikan, atau menerapkan undang-undang sedemikian rupa sehingga merugikan, jaminan-jaminan yang diberikan di dalam konvenan tersebut.

Pasal 25Setiap warga negara berhak dan berkesempatan, tanpa pembedaan yang dimaksud di dalam pasal2 dan tanpa pembatasan yang tidak wajar:1. Untuk berperanserta dalam pelaksanaan urusan-urusan umum, secara langsung atau melalui

perwakilan yang dipilh secara bebas;2. Untuk memilih dan dipilih di dalam pemilu berkala yang dilaksanakandengan hak pilih yang

sama dan setara dan dilaksanakan dengan surat suara rahasia, yang menjamin pengungkapankehendak para pemilih secara bebas;

3. Untuk memiliki akses, berdasarkan ketentuan umum tetang kesetaraan, kepada layananmasyarakat di negaranya.

Standar Internasional versi IDEA InternationalIDEA Internasional, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemilu, merumuskanstandar internasional pemilu secara lebih rinci. Perumusan itu dilakukan oleh para ahli hukuminternasional dan perbandingan pemilu internasional, yang hasilnya diformat dalam bentukbuku5.

5 Sumber, Konsep dan Standard, Rumah Pemilu, Juli 2015.

Page 18: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

11 | P a g e

III.3. Sejarah Pemilu IndonesiaPemilu di Indonesia telah terselenggara sebanyak 11 kali. Bila dilihat berdasarkan periodesasirezim yang berkuasa, pertama sekali pemilu di laksanakan pada masa Orde Lama yaitu Pemilu1955. Masa Orde Baru pemilu di laksanakan sebanyak 6 kali yaitu Pemilu 1971, Pemilu 1977,Pemilu 1982, Pemilu 1987, Pemilu 1992, dan Pemilu 1997. Sedangkan masa Reformasi telahdilaksanakan 4 kali pemilu y aitu Pemilu 1999, Pemilu 2004, Pemilu 2009, dan Pemilu 2014.Kondisi politik saat itu masing-masing mempengaruhi warna dan karakteristik pemilu diIndonesia dari masa ke masa.

III.3.1. Pemilu 1955Pemilu 1955 di akui banyak pihak adalah pemilu paling demokratis dan paling baik di Indonesia.Pemilu pertama ini syarat nilai keragaman, kejujuran, kesederhanan dan kedamaian. Hingga kiniPemilu 1955 masih menjadi rujukan bagi penyelenggaraan pemilu berikutnya. Merupakanpengalaman pertama yang sangat berharga terkait kepemiluan. Pondasi tertulis didalam naskahasli UUD 1945 tidak ada. BPKNIP yang difungsikan sebagai parlemen menetapkan undang-undang pemilu sebagai agenda utama.

Pemilu di laksanakan dua kali untuk memilih DPR pada 29 September 1955 dan untuk memilihKontituante pada 15 Desember 1955. Dari 78 juta penduduk Indonesia, 43 juta pendudukterdaftar sebagai pemilih dan 38 juta penduduk atau 87,66% menggunakan hak pilihnya.Perilaku pemilih ini merupakan kondisi luar biasa karena masih banyak masyarakat Indonesiayang buta hurup pasca peninggalan penjajahan.

Terdapat 34 parpol pemilu dan 172 kontestan pemilu karena selain parpol, perorangan juga diijinkan maju dalam pemilu. Hanya ada 4 parpol menjadi pemenang relative yaitu Partai NasionalIndonesia (PNI) dengan 57 kursi dan 119 kursi atau 22,8% di konstituante, Masyumi 57 kursi diDPR dan 112 kursi di Konstituante (20,9), Nahdatul Ulama (NU) dengan 45 kursi di DPR dan 91kursi atau 18,4% di Konstituante serta Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan 39 kursi di DPRdan 80 kursi atau 16,4% di Konstituante. Tidak ada parpol pemenang mutlak.

III.3.2. Pemilu 1971Dilaksanakan pada 3 Juli 1971 dengan UU No 15 Tahun 1969 tentang Pemilu. Partai PKI danMasyumi yang merupakan 2 partai yang memperoleh suara signifikan pada Pemilu 1955 tidakikut pada Pemilu 1971 karena telah di bubarkan. PKI di bubarkan dan dianggap partai terlarangpada 12 Maret 1966, sehari setelah Letjen TNI Soeharto menerima Supersemar (Surat PerintahSebelas Maret). Masyumi di bubarkan terlebih dahulu karena di anggab kader/pimpinannyabanyak terlibat pada pemberontakan PPRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia).Muncul partai baru setelah Masyumi bubar yaitu Parmusi (Partai Muslimin Indonesia).

Terdapat 10 organisasi / parpol yang terlibat dalam Pemilu 1971 yaitu Golongan Karya (Golkar),PNI, Parmusi, Parkindo, Partai Katolik, PSII, NU, Murba, Perti, dan IP-KI. Dari 115 juta jiwapenduduk, 54 juta terdaftar sebagai pemilih. Dan 62,88% pemilih atau sekitar 38 jutamemberikan suara dan memenangkan Golkar. Golkar meraih 230 kursi dari 360 kursi di DPRDRI. NU mendapatkan 58 kursi (18,67%), Permusi 24 kursi (8,62%), PNI 20 kursi (6,9%), PSII 10kursi (2,3%), Parkindo 7 kursi (1,3%), Partai Katolik 3 kursi (1,1%), Perti 2 kursi (0,6%), PartaiMurba dan IP-KI tidak mendapat kursi.

Page 19: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

12 | P a g e

Menurut dokumen-dokumen yang ada, Golkar menang karena Kokarmendagri (KomandoKekaryaan Menteri Dalam Negeri) yang mewajibkan semua pegawai negeri masuk kek korpsKopri (Korps Pegawai Negeri) dan Bappilu (Badan Pengendali Pemenangan Pemilihan Umum)Golkar dari pusat hingga ke daerah, dimana anggota ABRI (TNI dan Polri) aktif ada didalamnya.

Menjelang pemilu 1971, kompromi politik terjadi, Pemerintahan Orde Baru berkeinginanmenukar sisten pemilu proporsional dengaan system pemilu mayoritarian. Akhirnya systempemilu proporsional tetaap di pertahankan dengan kompromi imbalan kursi gratis militer diparlemen6. ABRI (TNI-Polri) tidak izinkan menggunakan hak pilih dan di pilih, tetapi mendapat100 kursi di DPR RI dengan jalan pengangkatan. 100 kursi tersebut di berikan kepada ABRI(TNI-Polri) sebanyak 75 kursi, dan 25 kursi lagi di berikan kepada Golongan Fungsional NonABRI (TNI - Polri).

III.3.3. Pemilu 1977 - 1997Kehidupan politik diredam Orde Baru dengan mereduksi partai politik hanya menjadi dua yaituPartai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) selain Golkarsendiri. PPP merupakan fusi dari 4 partai politik yaitu NU, Permusi, PSII, dan Perti. SedangkanPDI merupakan fusi dari 5 partai politik yaitu PNI, Parkindo, Partai Katolik, Murba dan IP-KI.

Partai dilarang beroperasi sampai ke desa. PNS di paksa memilih Golkar. Pemilu pada 2 Mei1977 hanya di tujukan untuk memenangkan Golkar sebagai sandaran legitimasi rezim OrdeBaru. Dari 130 juta jiwa penduduk Indonesia termasuk Timor-Timor, terdapat 64 juta pemilihdan 40 juta atau 62,80% memenangkan Golkar secara mutlak. PPP mendapatkan 29,29% suaraatau 18,7 juta pemilih, dan PDI dengan 8,60% atau 5 juta pemilih.

Selama 30 tahun kemudian, represi dan manipulasi terjadi demi memenangkan Golkar. Setelah1971 terlaksana lagi 4 kali pemilu yang berhasil memenangkan Golkar yaitu Pemilu 1982(Golkar 64,34%), Pemilu 1987 (Golkar 65,75%), Pemilu 1992 (Golkar 68,10%), dan Pemilu1997 (Golkar 74,51%). Soeharto terus tampil sebagai Presiden dengan wakilnya yang berbeda-beda.

III.3.4. Pemilu 1999Antusiasme terhadap demokrasi mempengaruhi proses Pemilu 1999. Pemilu dilaksanakan pada 7Juni diikuti oleh 48 Partai Politik. 4 parpol mendapat suara signifikan yaitu PDI Perjuangandengan 153 kursi di DPRD RI, Partai Golkar mendapatkan 120 kursi, PPP mendapatkan 58 kursidan PKB mendapatkan 51 kursi. Masyarakat sebagai pemilih memahami apa y ang haruusdilakukan dalam berdemokrasi. Golkar terpuruk. KPU tidak bersedia mengesahkan hasil pemilu.Presiden mengambil alih urusan pemilu dan mendapat sokongan masyarakat sehingga Pemilu1999 tetap memiliki legitimasi tinggi. Gus Dur dilantik sebagai presiden dengan MegawatiSoekarnoputri sebagai wakilnya dalam sidang umum MPR.

6 Menelusuri jejak-jejak praktek dmeokrasi, Sumber : http://www.rumahpemilu.org/in/read/166/Pengantar-Menelusuri-Jejak-jejak-Praktek-Demokrasi, diakses pada 25 Juli 2015.

Page 20: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

13 | P a g e

III.3.5. Pemilu 2004Pemilu 2004 merupakan pemilu presiden langsung pertama dengan landasan perubahan ketigaUUD 1945 oleh Sidang Umum MPR pada tahun 2002 yang mengharuskan pemilihan langsungpresiden dan wakil presiden, serta pemilihan anggota DPR dari setiap provinsi. Sementarapemilihan anggota DPD di setiap provinsi bersamaan dengan pemilihan anggota DPR, DPRDprovinsi dan DPRD kabupaten/kota, membuat pemilu Pemilu 2004 menjadi sangat kompleks.

Pemilu Legislatif dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004, diikuti oleh 24 parpol. Hanya 16parpol yang meraih kursi di DPR RI. Partai Golkar kembali menang dengan meraih 128 kursi diDPR RI, PDI Perjuangan 109 kursi, PPP 58 kursi, Partai Demokrat 55 kursi, PAN 53 kursi, PKB52 kursi, PKS 45 kursi, PBR 14 kursi, PDS 13 kursi, PBB 11 kursi, PPDK 4 kursi, Partai Pelopor3 kursi, PKPB 2 kursi, PKPI, PNI Marhaenis, PPDI masing-masing meraih 1 kursi.

Pemilu Presiden atau Pilpres memenangkan Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) dan Jusuf Kalla yang di usung Partai Demokrat. Capres Partai Golkar yaitu Jenderal TNI(Purn) Wiranto (Pemenang Konvensi Capres Partai Golkar) berpasangan dengan SalahuddinWahid kalah suara. Untuk memperkuat pemerintahan SBY-JK di eksekutif dan legislatif, SBY-JK berkoalisi dengan partai politik pendukungnya seperti PKB, PKS, PBB, PPP, PAN dan PartaiGolkar yang tidak mendukung Capres Partai Golkar Wiranto-Salahuddin Wahid tersebut di atas.PDI Perjuangan dengan Ketua Umumnya Megawati bertahan di luar pemerintahan SBY-JK aliasoposisi.

III.3.6. Pemilu 2009Pemilu 2009 juga terdiri dari 2 tahap yaitu Pileg pada 9 April 2009. Diikuti oleh 38 partai politikmemperebutkan 560 kursi DPR RI. 9 partai berhasil meraih kursi dan Partai Demokrat munculsebagai partai pemenang meskipun tidak menang mutlak. Jumlah kursi DPR RI yang dapatdiraihnya adalah 148, Partai Golkar 106 kursi, PDI P 94 kursi, PKS 57 kursi, PAN 46 kursi, PPP38 kursi, PKB 28 kursi, Gerindra 26 kursi, dan Hanura 17 kursi.

Partai Demokrat yang mengusung Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Calon Presiden padapemilu tahap kedua (Pilpres) dan keluar sebagai pemenang. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)pun menjadi presiden untuk kedua kalinya (2009-2014) dengan wakilnya Prof Dr Boediono.Karena kemenangan Partai Demokrat pada Pileg tidak mutlak, maka untuk memperkuatpemerintahan kedua inipun, SBY harus berkoalisi dengan beberapa partai politik pendukungnyayaitu Partai Golkar, PAN, PKB, PPP dan PKS. Meskipun koalisi tidak berjalan dengan efektif.PDI Perjuangan masih menjadi oposisi selama 5 tahun.

Kontroversi penyelenggaraan pemilu terjadi karena hilangnya hak pilih jutaan warga negara.KPU sebagai penyelenggara berkilah bahwa kesalahan tersebut ada pada pemerintah danpemerintah daerah sebagai sumber kesalahan. UU No. 10/2008 yang buruk menjadi salah satupenyebab masalah keruwetan pemilu.

Page 21: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

14 | P a g e

III.3.7. Pemilu 2014Pemilu 2014 dilaksanakan 2 kali yaitu Pemilu Legislatif pada 9 April 2014 dan Pilpres pada 9Juli 2014. Pileg di ikuti oleh 12 partai nasional dan 3 partai local antar lain Nasdem, PKB, PKS,PDIP, Golkar, Gerindra, PD, PAN, PPP, Hanura, PBB dan PKPI7.

Terdapat 2 calon presiden yaitu Jokowi – JK yang memenangkan suara dengan 53.15% suaranasional atau 133.574.277 suara dan calon lainnya Prabowo – Hatta Rajasa yang mendapatkan46,85% suara nasional atau 62.576.444 suara.

III.4. Perilaku PemilihDowns A (1957) mendefinisikan pemilih adalah subyek dan kontestan baik caleg, calon kepaladaerah maupun calon presiden seyogyanya memposisikan diri sebagai pelayan dan agenpembaharuan. Karenanya, hubungan antara pemilih dengan kontestannya merupakan hubunganyang tidak stabil. Semakin kritis masyarakat maka ikatan tradisional dan primordial akansemakin luntur. Pemilih merupakan pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk dipengaruhi dan di yakinkan agar memberikan suaranya pada kontestan.

Downs A (1957) menyebutkan bahwa keputusan memilih berbeda signifikan dengan keputusanekonomi atau komersial. Karena salah memilih dalam keputusan ekonomi akan berdampaklangsung, tetapi salah memilih didalam pemilu tidak berdampak secara langsung. Dampak yangdi terima adalah kondisi dan situasi yang kan terjadi dalam 5 tahun kedepannya. Individu-individu baik tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat bisa mengubah peta suara bagikontestan. Maka umumnya

Pendekatan teori yang pernah ada untuk mengkonstruksi perilaku memilih meliputi pendekatansosiologis (madzhab Columbia), pendekatan psikologis (madzhab mischigan), pendekatanrasional dan pendekatan domain kognitif (pendekatan marketing). Schumpeter (1966)menyebutkan bahwa seorang pemilih mendapatkan banyak informasi politik dalam jumlah besardan beragam serta dari sumber yang bermacam-macam. Dari informasi tersebut, masyarakatmengambil keputusan untuk memilih. Schumpeter menyebutkan bahwa terdapat pilihan rasionaldan pilihan tidak rasional.

Senada dengan hal tersebut, Brenna & L. Lomasky serta M.P. Fiorina (1977) menyebutkan bahwakeputusan memilih pada saat pemilu merupakan perilaku “ekspresif”. Loyalitas dan ideology merupakanhal utama. Brenna (1977) menyebutkan bahwa loyalitas dari konstituen kepada partai politik dansebaliknya loyalitas dari partai politik kepada konstituen berjalan dua arah – relasional.

Pemilih Rasional menurut K.R. Popper (1974) rasionalitas 'I have a deep igrained fear of big words, suchas ranionality. Rasionalitas Max Weber (1972) mengkelompokkan rasionalitas menjadi dua yaiturasionalitas nilai (value rational) dan rasionalitas tujuan (goal rational). Rasionalitas nilai di dasarkanpada orientasi berdasarkan nilai, etika, moralitas, agama, hal-hal yang bersifat estetika, kesukaan, asal-usul. Karenanya keputusan individu berdasarkan nilai-nilai yang di yakininya tersebut, bukan tujuan yangingin di raih. Sedangkan rasionalitas tujuan merupakan orientasi keputusan dan aksi berdasarkankesesuaian dengan tujuan akhir, metode pencapaian dan konsekuensinya.

7 Tiga partai local tersebut hanya terdapat di Aceh, yaitu Partai Damai Aceh, Partai Nasional Aceh dan Partai Aceh.

Page 22: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

15 | P a g e

Secara operasional, perilaku pemilih, umumnya dilandasi oleh 7 faktor dalam menentukanpilihan individu atau masyarakat dalam memilih calon legislative atau calon pemimpin daerahmaupun calon presiden. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Kesadaran Idiologi, b. KapasitasCalon, c. Imbalan Materi/ Money politic, d. Kesamaan etnis, e. Kesamaan Agama, f. Ajakankeluarga, g. Lain-lain.

Pilihan pilihan rasional perilaku pemilih di Simalungun harus di lihat dalam setting settingsituasi kondisi social politik yang terjadi saat ini dalam konteks Indonesia dan Simalungun.Peneliti menyadari bahwa pilihan tersebut tidak berdiri diruang hampa. Apatisme yang tinggiterhadap kondisi politik dan pemilu, menyebabkan pilihan masyarakat cenderung mengarahpada pilihan-pilihan pragmatisme. Ini menunjukkan bahwa orientasi lebih diarahkan padarasionalisme tujuan.

Page 23: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

16 | P a g e

BAB IVPERILAKU PEMILIH DALAM DINAMIKA POLITIK LOKAL

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

IV.1. Pemilu di Simalungun Dari Masa Ke MasaSecara nasional, Simalungun di kenal sebagai basis Partai Golkar sejak dari masa Orde Baru. Halini dimungkinkan terjadi karena sebagian besar Simalungun khususnya Simalungun bawahadalah daerah perkebunan sawit di mana banyak BUMN maupun perusahaan swasta beroperasidi Simalungun. Pada masa Orde Baru, seluruh karyawan perkebunan tersebut di wajibkan untukmemilih Golkar atau di keluarkan sebagai karyawan. Intimidasi ini berhasil membuat seluruhkaryawan perkebunan memberikan suaranya kepada Partai Golkar.

Meskipun belum pernah terbukti bahwa ada karyawan yang dikeluarkan, namun seoranginforman menyebutkan, pada masa Orde Baru, ada karyawan yang memilih partai lain yaituPartai Perjuangan, meski tidak dipecat, namun ia tidak mendapatkan promosi dalam 30 tahunmasa kerjanya sebagai karyawan. Ancaman untuk di pecat juga sering di alaminya.

Informan juga mengakui bahwa pada masa Orde Baru, pada saat Pemilu 1997, ia di haruskanmemilih Partai Golkar. Pasca memilih ia mendapatkan uang sebesar Rp.25.000,-, 1 bungkus nasi,dan sebuah kaos Partai Golkar. Saat itu, Partai Golkar menang telak sebesar 74,51% di Indonesiadi bawah tim pemenangan Harmoko. Diperkebunan-perkebunan di Simalungun Partai Golkarbahkan menang nyaris 100%. Bila di lihat kebelakang, upaya pemerintah menyandarkankekuasaannya melalui Partai Golkar selama 30 tahun sejak sebelum Pemilul 1977 telah berhasilmelakukan intimidasi dan teror kepada masyarakat di Simalungun.

Sekali, menjelang Pemilu 1999, bahkan seorang anak karyawan membawa bendera PKB kerumahnya di Perkebunan. Serta merta orang tuanya yang karyawan di tegur oleh pihakperkebunan. Karyawan di perkebunan juga harus memastikan agar seluruh anak-anak merekayang sudah memiliki suara agar memilih Partai Golkar. Kesejarahan ini mempengaruhi sikap danperilaku pemilih di Sumatera Utara hingga kini. Bahkan meskipun memasuki masa reformasi,upaya-upaya pemenangan Golkar masih terus dilakukan secara sistemik.

Para karyawan perkebunan yang ada di Simalungun hingga kini tetap memilih Golkar meskipunsudah pensiun. Golkar menang di Simalungun hingga Pemilu tahun 2014 untuk pertama kalinyaGolkar di kalahkan oleh Partai Demokrat. Warna kuning berubah menjadi biru kini diSimalungun.

Page 24: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

17 | P a g e

IV.2. Perilaku Pemilih di SimalungunData lapangan menemukan setidaknya terdapat 7 faktor yang mendasari pilihan individu ataumasyarakat dalam memilih calon legislative atau calon pemimpin daerah maupun calon presiden.Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Kesadaran Idiologi, b. Kapasitas Calon, c. Imbalan Materi/Money politic, d. Kesamaan etnis, e. Kesamaan Agama, f. Ajakan keluarga, g. Lain-lain.

Faktor yang paling dominan di pilih masyarakat adalah karena imbalan materi atau moneypolitik. Praktek politik uang terjadi sangat marak pada Pemilu di Simalungun. Semakin meluassejak Pilkada yang terjadi secara nasional pada tahun 2005 – 2008. Dasar penyelenggaraanpilkada melalui UU No. 32/2004 dan UU No. 12/20088. Putusan MK sangat berkontribusi dalammenata pilkada. Meskipun demikian peraturan perundangan pilkada gagal menyentuk praktekpolitik uang yang marak setiap pilkada di gelar. Pengurus partai politik melakukan jual beli suarakepada calon pasangan dengan biaya yang sangat mahal kepada pasangan calon yang ingin maju.Pasangan calon juga bisa membeli partai meskipun bukan kader partai, begitu juga suarapemilih dan petugas KPU dari KPPS hingga ke KPU Kabupaten Kota. Disatu sisi, pemilih jugatidak memiliki rasa bersalah saat menerima uang dan barang yang disalurkan oleh tim suksespasangan calon.

Praktek money politik tersebut juga kemudian marak dalam Pileg maupun Pilpres. Sejak Pileg2009 dan Pileg 2014, serta Pilpres 2009 dan 2014. Sebenarnya hal ini mulai marak sejak 2004saat masyarakat sipil secaara nasional melakukan kampanye politisi busuk untuk menghempangpolitisi busuk masuk kedalam panggung politik9. Sebuah meme saat itu marak terucap “Ambiluangnya, jangan pilih orangnya”. Sayang hal ini kemudian berlanjut menjadi money politik olehpara kandidat untuk memenangkan dirinya.

Yang sangat diluar dugaan, penyaluran uang dan barang tersebut menggunakan mekanisme danjustifikasi agama. Selain itu, justifikasi kekerabatan dan budaya juga turut di gunakan. Dari masakemasa, suara pemilih menjadi semakin mahal, dan sindikasi politik uang semakin massif dansistemik. Bantuan di salurkan melalui STM, Majelis Taklim maupun perwiridan-perwiridan, jugagereja. Selain uang, money politik juga berwujud sembako, jilbab, gelas, sarung, jam dan lain-lain. Namun ada juga yang meminta lebih besar, misalnya tikar, loudspeaker, atau peralatanmajelis taklim lainnya. Tidak lagi berlaku di Simalunguun bila hanya memberikan kartu namaatau sekedar kalender.

Ada money politik yang berhasil di ungkapkan dan kemudian menggugurkan kepesertaanpemilu, namun lebih banyak yang tidak berhasil di ungkap. Pada akhirnya, praktek korupsimenjadi permasalahan baru yang di lakukan oleh para caleg yang berhasil memperolehkekuasaan dengan cara politik uang. Modal yang di keluarkan ketika Pemilu menjadikan praktekkorusi sebagai cara untuk mengembalikannya.

8 Menelusuri jejak-jejak praktek dmeokrasi, Sumber : http://www.rumahpemilu.org/in/read/166/Pengantar-Menelusuri-Jejak-jejak-Praktek-Demokrasi, diakses pada 25 Juli 2015.

9 Politisi busuk adalah defenisi yang di berikan kepada pelaku pelanggar HAM, pelaku korupsi, dan perusaklingkungan, dan para penguasa politik lama yang berupaya masuk kembali di era reformasi menguasaipemerintahan dan legislative melalui mekanisme pemilu.

Page 25: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

18 | P a g e

Kini, saat wawancara dilakukan, apatisme masyarakat sangat tinggi menghadapi Pemilu karenaketidak percayaan terhadap calon dan tidak kenalnya masyarakat dengan calon yang akan dipilihnya ternyata di manfaatkan oleh para calon yang memiliki uang. Seorang informanmenggambarkan :

“Caleg-caleg berupaya membeli suara rakyat dengan modal yang di milikinya. Karenaumumnya yang jadi caleg itu orang-orang yang tidak kita kenal. Begitu juga saatpilkada, sama saja semua. Setelah terpilih, tentu saja mereka kerja keras untukmengembalikan modal yang telah mereka keluarkan sekaligus numpuk modal agar bisaterpilih lagi. Mulailah main proyek dan korupsi. Makanya korupsi yang di lakukan olehoknum-oknum politisi dan pemerintah. Kitalah yang di korbankan. Lihat saja, sekarangini tidak ada pembangunan dalam 5 tahun terakhir”. (M. Siregar, 45 tahun, 30 Juni2015, Perdagangan).

Seorang informan lainnya menyatakan, salah satu cara pelaksanaan politik uang yang di lakukanoleh calon-calon legeslatif di antaranya adalah dengan melakukan serangan fajar. Para politisiakan memberikan uang kepada masyarkat yang mau memilihnya pada pagi hari sebelummasyarakat berangkat ke TPS (Tempat Pemungutan Suara).

Ada juga yang dilakukan dengan mengajak makan bersama beberapa kelompok masyarakat yangbersedia untuk memberikan suaranya kepada calon tertentu. Acara makan bersama ini di lakukanatas dasar ikatan kekeluargaan. Dan acara makan bersama ini justru memberikan ikatan yangsangat kuat kepada peserta yang mengikutinya dan lebih besar kemungkinan untuk memilihcalon dari pada pola-pola politik uang lainnya10.

Sulit untuk membuktikan berbagai kasus-kasus politik uang yang terjadi. Tidak adanya pihakyang bersedia untuk menjadi saksi peristiwa politik yang terjadi, menjadikan kasus tersebut sulituntuk di buktikan. Selain itu juga tidak ada bukti-bukti tertulis yang bisa membuktikan terjadinyapolitik uang. Kasus money politik merupakan kasus pidana dan dalam 1 x 24 jam setelah dilaporkan ke Panwas harus di laporkan ke Gakumdu (polisi + jaksa + panwas). Sedangkan untukkasus-kasus pelanggaran lainnya baik berupa temuan maupun pelaporan masyarakat, undang-undang mengisyaratkan maksimal 7 hari setelah peristiwa bisa dilaporkan, setelahnya akankadaluarsa, kemudian 3 hari untuk di tindak lanjuti, dan 2 hari untuk melengkapi berkas. Apabilahal tersebut tidak di lakukan maka dianggab kadaluarsa11.

Sehingga sulit untuk mengungkap praktek-praktek politik uang yang dilakukan oleh para pesertaPemilu. Peraturan yang ada justru malah memungkinkan praktek-praktek politik uang semakinsulit untuk di jerat, karena adanya aturan dalam UU No. 8/2015 yang memperbolehkan pesertaPemilu untuk memberikan souvenir yang nilainya tidak lebih dari Rp. 50.000,-.

Keterlibatan penyelenggara Pemilu dan Pengawas Pemilu dalam memuluskan calon tertentuuntuk berhasil memperoleh suara terbanyak dalam merebut kekuasaan juga merupakan salah satupersoalan yang mengakibatkan parsisipasi politik masyarakat menurun dalam Pemilu. Bagimasyarakat Simalungun, hal ini adalah rahasia umum. Sehingga tingkat kepercayaan masyarakat

10 Wawancara dengan salah seorang anggota Panitia Pemungutan suara tingkat Desa di Simalungun.

11 Wawancara dengan staff Panwas Pemilu, 25 Juni 2015.

Page 26: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

19 | P a g e

terhadap penyelenggara Pemilu terus menurun sebanding dengan menurunnya angka partisipasimasyarakat dalam Pemilu. Pemilu akhirnya menjadi ajang membeli kursi bagi para pesertaPemilu yang memiliki modal besar. Rendahnya pendidikan politik oleh begitu banyak partai diIndonesia menjadikan penyebab hal ini terjadi. Masyarakat akhirnya terjebak pada pragmatismejangka pendek. Pilihan yang sudah dijatuhkan harus di pertaruhkan dengan masa depan dandemokratisasi selama 5 tahun kedepan pasca pemilu.

Beberapa kasus pelanggaran Pemilu yang terjadi di tingkat desa dan terpantau oleh panitiapengawas Pemilu. Jika memungkinkan untuk di selesaikan oleh pengawas tingkat desa dengancalon yang melakukan pelanggaran, maka akan di selesaikan pada tingkat desa terebut. Hal inimenurut masyarakat yang seorang anggota pengawas pemilu di tingkat desa di Simalugun dilakukan karena apabila kasus tersebut mereka laporkan ke kecamatan dan sampai ke kabupaten,kasus tersebut juga akan di selesaikan tanpa melalui proses hukum. Sehingga yang akanmendapatkan keuntungan dari kasus tersebut adalah panitia pengawas di tingkat kecamatan dankabupaten. Sedangkan mereka (pengawas di tingkat desa) yang melaporkan tidak memperolehapapun, sehingga mereka lebih memilih untuk menyelesaikan persoalan pada tingkat desa.Dengan demikian mereka akan memperoleh pemasukan dari pelanggaran yang dilakukan olehcalon12.

Selain factor money politik, kesamaan etnis, kesamaan agama, ajakan keluarga dan alasan-alasanindividual lainnya. Pilkada 2005 misalnya, sentiment agama sangat kuat dan berhasilmememangkan Zulkarnain Damanik. Meskipun sedikit, masih terdapat pemilih-pemilih kritisyang memilih dan menentukan pilihan terkait kesadaran ideologis dan kapasitas calon. Beberapakali pilkada maupun pileg, digambarkan oleh informan, telah memilih pemimpin-pemimpin yangtidak amanah. Hal ini telah menyebabkan minat masyarakat hadir dalam pemilu berkurang. Iamenggeambarkan :

“Tidak ada perbaikan atas kualitas hidup masyarakat, meskipun kami memilih calon-calon pemimpin pada saat Pemilu. Keadaan ekonomi kami tidak menjadi lebih baik siapapun calon yang kami pilih. Infrastruktur desa tetap saja tidak di perbaiki dan bahkansemakin rusak. Tidak ada perhatian pemerintah atas pembangunan di desa kami daripemimpin-pemimpin yang telah kami pilih melalui pemilihan umum.

Lebih baik kami memilih menjadi golput (Golongan Putih) pada pemilu-pemilu yang diselenggarakan. Siapapun yang menang, begini juga hidup kita. (S. Sitindaon, 45 Tahun,Bandar, 30 Juni 2015).

IV.3. Afiliasi Politik Lokal Pada Pemilu Legislatif 2009 dan 2014 di SimalungunPada pemilu legislatif tahun 2009 dari 38 partai yang berpartisipasi, di Simalungun terdapat 3partai pemenang yang memperebutkan 45 kursi legislatif di Simalungun yaitu Partai Golkardengan 15 kursi, Partai Demokrat dengan 10 kursi, dan Partai PDI Perjuangan dengan 5 kursi.Sisa kursi menyebar ke partai-partai kecil yang membentuk menjadi 2 fraksi tersendiri. Fraksipertama adalah Fraksi Pembela Habonaron dengan 8 kursi legislatif. Sedangkan fraksi keduaadalah fraksi bersatu dengan 7 kursi legislatif. Pada tahun 2009 tersebut terdapat 193,408 suarasah yang di perebutkan 38 partai tersebut.

12 Wawancara dengan seorang pengawas pemilu tingkat desa di simalungun, NN, 28 Juni 2015.

Page 27: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

20 | P a g e

Pada pemilu legislatif yang di laksanakan pada 9 April 2014, dari 12 partai nasional yang terlibatmenjadi kontestan pemilu legislative yang memperebutkan 50 kursi di Simalungun, terdapat 11partai yang berhasil memenangkan kursi tersebut. Pemenang pemilu legislative berdasarkanurutan pemenang adalah Partai Demokrat dengan 11 kursi, Partai Golkar dengan 9 kursi, PartaiGerindra dengan kursi, Partai PDI P dengan 5 kursi, Partai Nasdem dengan 5 kursi, PartaiHanura dengan 4 kursi, PAN dan PPP dengan masing-masing 3 kursi, PKS dengan 2 kursi, danPKPI dan PKB dengan masing-masing 1 kursi. Dari 50 Anggota DPRD Simalungun tahun 2014,terdapat 17 anggota wajah lama, dan 33 wajah baru13.

Partai Demokrat sebagai partai incumbent berhasil menjadi nomor satu di KabupatenSimalungun seiring dengan penurunan suara yang di miliki oleh Golkar yang kursinya hilanghinggga 6 kursi. Sebaliknya partai-partai kecil dan baru berhasil merebut simpati dengankampanyenya yang luar biasa. Misalnya Nasdem sebagai sebuah partai baru, berhasil merebut 5kursi di masa awal partisipasinya didalam pemilu legislative. Begitu juga Partai Gerindra,kampanyenya yang luar biasa menghasilkan 6 kursi pada Pemilu tahun 2009. PDI Perjuangansendiri bertahan dengan 5 kursi meski suaranya meningkat.

Terkait perbandingan jumlah dan perolehan suara partai pemilu legislative di KabupatenSimalungun pada tahun 2009 dan tahun 2014 tertampilkan dalam tabel berikut :

Tabel IV.1.Perbandingan Jumlah Dan Perolehan Suara Partai Pemilu Legislatif

di Kabupaten Simalungun Tahun 2009 dan Tahun 2014

No Komposisi Partai Peraih Kursi LegislatifPerolehan suara % Perolehan suara

2009 2014 2009 2014

1 Partai Hanura 8,499 31,237 4.39 7.06

2 PKPB 4,753 - 2.46 -

3 PPPI 15,473 - 8.00 -

4 PPRN 5,899 - 3.05 -

5 Partai Gerindra 4,306 58,246 2.23 13.16

6 Parta Barnas 3,178 - 1.64 -

7 PKPI 3,207 18,546 1.66 4.19

8 PKS 9,077 24,235 4.69 5.47

9 PAN 8,833 21,569 4.57 4.87

10 PPIB 7,427 - 3.84 -

11 Partai Kedaulatan 3,742 - 1.93 -

13 Sumber : Metro Siantar, http://www.metrosiantar.com/2014/04/24/135265/pdip-amankan-kursi-wakil-ketua-dprd/, di akses pada 25 Juli 2015.

Page 28: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

21 | P a g e

12 PPD 1,622 - 0.84 -

13 PKB 904 13,081 0.47 2.95

14 PPI 1,101 - 0.57 -

15 PNI-M 1,787 - 0.92 -

16 PDP 1,687 - 0.87 -

17 PKP 612 - 0.32 -

18 Partai Matahari Bangsa 1,038 - 0.54 -

19 PPDI 1,113 - 0.58 -

20 PPDK 1,169 - 0.60 -

21 PRN 233 - 0.12 -

22 Partai Pelopor 1,160 - 0.60 -

23 Partai Golkar 40,389 78,961 20.88 17.84

24 PPP 6,016 24,193 3.11 5.46

25 PDS 5,449 - 2.82 -

26 PNBKI 2,742 - 1.42 -

27 PBB 1,003 1,448 0.52 0.33

28 PDI P 16,091 39,947 8.32 9.02

29 PBR 3,427 - 1.77 -

30 Partai Patriot (Pancasila) 365 - 0.19 -

31 Partai Demokrat 27,775 91,821 14.36 20.74

32 PKDI - - - -

33 PIS 893 - 0.46 -

34 PKNU - - - -

41 Partai Merdeka 191 - 0.10 -

42 PPNUI - - - -

43 PSI 505 - 0.26 -

44 Partai Buruh (Sosial Demokrat) 1,742 - 0.90 -

45 Nasdem - 39,421 - 8.90

Jumlah 193,408 442,705 100 100Sumber : Data di olah dari KPU Simalungu, BPS Simalungun, dan berbagai sumber media, Juli 2015.

Page 29: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

22 | P a g e

IV.3.1. Swing Voter Dalam Pemilu Legislatif di SimalungunPada Pemilu Legislatif tahun 2014 terdapat 442.705 suara pemilih. Terdapat peningkatanpartisipasi pemilih hingga 128 % di bandingkan Pemilu Legislatif 2009. Bila di telisik lebih jauh,terlihat bahwa kekuatan politik partai ternyata selalu berubah dari pemilu legislative ke pemilulegislative berikutnya. Terjadi pergeseran partai pemenang di Simalungun dari Partai Golkarmenjadi Partai Demokrat sebagai kekuatan politik baru.

Perbandingan data tabel di bawah ini menunjukkan bahwa terdapat pergeseran suara pemilih diSimalungun atau swing voter14 terjadi sangat besar antara pemilu legislative tahun 2009 denganpemilu legislative tahun 2014 di Simalungun. Setidaknya bila melihat data di bawah, PartaiGerindra menerima kenaikan suara hingga sebesar 10,93%. Pada tahun 2009 Gerindramendapatkan 2,23% suara dari seluruh suara sah, dan pada tahun 2014 mendapatkan 13.16%suara dari suara sah. Hal ini dipengaruhi kampanye dan kerja politik yang luar biasa oleh PartaiGerindra mulai kerja nasional, provinsi hingga ke kabupaten. Meskipun kerja politik tersebutbukanlah berarti memberikan pendidikan politik kepada masyarakat di Simalungun. Indikasipolitik uang muncul membumbui partai ini.

Demokrat sebagai partai incumbent berhasil menjadi pemenang pemilu di Simalungun. Padapemilu tahun 2009, Demokrat mendapatkan 14,36% suara sah. Angka tersebut meningkatmenjadi 20,74% suara sah. Terjadi kenaikan sebesar 6,38% dari pemilu legislative sebelumnya.Peran dan pengaruh sebagai partai incumbent di akui sangat besar pengaruhnya dalammemenangkan Partai Demokrat menjadi partai pemenang di Simalungun. Meskipun hampirmeredup, tetapi pengaruh ketokohan SBY pada pemilu legislatif 2004 dan pemilu legislatif 2009masih sangat besar.

Kecenderungan terjadinya swing voter dialami oleh Partai Golkar yang suaranya berkurangsangat jauh. Setidaknya ia kehilangan 6 bangku setelah suaranya menurun sebesar -3,04%. Bilapada pemilu legislatif Golkar mendapatkan 20,88% suara dari suara sah dan merupakan partaipemenang pemilu 2009 di Simalungun. Kekalahan telak harus di alami Golkar yang suaranyahanya mendapatkan 17,84% suara dari suara sah. Meskipun mendapatkan jumlah suara yangmeningkat lebih besar karena partisipasi pemilih meningkat, namun persentase suara darikeseluruhan suara sah berkurang. Kekalahan ini sebenarnya merupakan bagian dari trendkekalahan nasional yang juga terjadi di Simalungun.

Partai Nasdem yang relative merupakan partai pendatang baru, bahkan berhasil merebut 8,90%suara di pemilu legislative tahun 2014 di Simalungun. Tentu saja ini merupakan pencapaian yangluar biasa bagi Partai Nasdem. Selain ke Partai Nasdem dan Partai Gerindra, kecenderungansuara juga berpindah ke Partai Hanura yang mendapatkan peningkatan 2,67% suara dari tahun2009 ke tahun 2014. Bila pada pemilu tahun 2009 Hanura mendapatkan 4,39% suara dari suarasah. Maka tahun 2014 suara tersebut meningkat menjadi 7,06% suara dari suara sah.

Hal ini tentu saja tidak terlepas dari terjadinya afiliasi 10 partai yang gagal dalam verivikasiadministrasi oleh KPU pada 10 Maret 2013. Kesepuluh partai tersebut adalah Partai Kedaulatan,

14 Swing Voter adalah perilaku pemilih yang berubah atau berpindah pilihan partai atau calon dari satu pemilu kepemilu berikutnya. Penelitian sebelumnya menunjukan sejak kembal hidupnya pemilu demokratis di Indonesiapada tahun 1999 menunjukkan bahwa angka swing voter relative tinggi di Indonesia.

Page 30: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

23 | P a g e

Partai Republika Nusantara (Republikan), Partai Nasional Republik (Nasrep), Partai IndonesiaSejahtera (PIS), Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Kongres, Partai Damai Sejahtera (PDS),Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN), Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP), Partai PenegakDemokrasi Indonesia (PPDI).

Patut di cermati tentunya posisi PDI Perjuangan, meskipun suaranya lebih dari 100%, namunpersentase peningkatan hanya 0,79%. Bila sebelumnya pada pemilu legislative 2009mendapatkan 8,32% suara dari suara sah, maka pada pemilu legislatif 2014 PDI Perjuanganberhasil mendapatkan 9,02%. Pemilih PDI Perjuangan bisa di cermati adalah pemilih konservatifdan memiliki basis yang kuat yang tidak mudah berpindah suara.

Terkait trend swing voter suara partai pemenang pemilu legislative tahun 2009 dan tahun 2014dapat di lihat dari tabel berikut :

Tabel IV.2.Trend Swing Voter Suara Partai Pemenang Pemilu Legislatif di Kabupaten Simalungun

Tahun 2009 dan Tahun 2014

NoKomposisi Partai

Peraih KursiLegislatif

Perolehan suara % Perolehansuara

%Kenaikan /Penurunan

Suara

Perolehan KursiLegislatif

2009 2014 2009 2014 2014 2009 20141 Partai Hanura 8,499 31,237 4.39 7.06 2,67 - 4

2 Partai Gerindra 4,306 58,246 2.23 13.16 10,93 - 63 PKPI 3,207 18,546 1.66 4.19 2,53 - 1

4 PKS 9,077 24,235 4.69 5.47 0,78 - 25 PAN 8,833 21,569 4.57 4.87 0,30 - 3

6 PKB 904 13,081 0.47 2.95 2,48 - 17 Partai Golkar 40,389 78,961 20.88 17.84 - 3,04 15 9

8 PPP 6,016 24,193 3.11 5.46 2,35 - 3

9 PDI P 16,091 39,947 8.32 9.02 0,79 5 510 Partai Demokrat 27,775 91,821 14.36 20.74 6,38 10 11

11 Nasdem - 39,421 - 8.90 8.90 - 5Pembela Habonaron - - - - - 8 -

Fraksi Bersatu - - - - - 7 -

Jumlah 4 5Persentase 8.00 10.00

Sumber : Data di olah dari KPU Simalungu, BPS Simalungun, dan berbagai sumber media, Juli 2015.

Pada saat Pileg 2014, meskipun angka partisipasi relative lebih tingggi di bandingkan angkapartisipasi Pilpres 2014, namun partisipasi pemilih saat Pileg 2014 merupakan partisipasi yang dimobilisasi. Data menunjukkan bahwa dari 6 Dapil Simalungun, terdapat 645.857 orang datapemilih. Dan terdapat 460.653 pengguna hak pilih atau 71,32% dari seluruh pemilih. Rata-rataangka partisipasi pemilih dari setiap dapil diatas 65%. Hal ini di tampilkan dalam tabel berikut :

Page 31: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

24 | P a g e

Tabel IV.3.Data Pemilih dan Partisipasi Pemilih Berdasarkan Dapil di Kabupaten Simalungun

Pemilu Legislatif 2014

Data Pemilih Jumlah(angka) (%) Data Pengguna Hak Pilih Jumlah

(angka)(%) /Dapil

Simalungun 1 122.624 18,98 Simalungun 1 90.488 73,79

Simalungun 2 95.038 14,71 Simalungun 2 66.853 70,34

Simalungun 3 139.258 21,56 Simalungun 3 94.903 68,15

Simalungun 4 70.219 10,87 Simalungun 4 49.028 69,82

Simalungun 5 119.429 18,49 Simalungun 5 85.554 71,64

Simalungun 6 99.289 15,37 Simalungun 6 73.827 74,35

Jumlah Pemilih 645.857 100 Jumlah pengguna Hak Pilih 460.653 71,32

Dari berbagai wawancara yang di lakukan di Simalungun, menunjukkan bahwa factor yangmendasari pilihan pemilih pada saat pemilu legislative berdasarkan urutannya masih di dominasioleh factor (1) materi atau money politik, (2) kesamaan etnis, (3) kesamaan agama, dan (4)ajakan keluarga. Terkait hal ini, seorang informan menyampaikan :

“Ya kita milih sama yang bayar lebih tinggilah. Soalnya siapapun yang menang, samasaja, tidak ada perubahan, begini-begini saja hidup kita”. (B.Sinaga, 52 Tahun, Bandar,20 Juni 2015)

Ajakan keluarga juga menjadi sangat penting dalam menentukan pilihan di Simalungun.Biasanya istri akan memiliki apa yang suami pilih. Begitu juga anak-anak akan memilih apayang keluarganya pilih. Seorang informan juga menyebutkan, bahwa ia memilih karenakeluarganya menjadi tim sukses salah seorang calon legislatif yang di dukung kerabatnya.Seorang informan lainnya mengatakan :

“Waktu Pileg 2014 kemarin, saya milih teman saya yang satu sekolah”

Dengan tingkat pendidikan masyarakat yang pada umumnya masih rendah. Tingkat melek politikmayasarakat yang rendah juga menjadi penyebab rendahnya partisipasi masyrakat dalam Pemilu.Menurut masyarakat, mereka menjadi bingung ketika harus memilih calon anggota legislativeyang sedemikian banyak dan tidak ada yang di kenal oleh masyarakat. Rendahnya minatmasyakat untuk mengakses informasi menjadi mengakibatkan masyakat tidak mengenal calon-calon yang akan mereka pilih. Disamping itu, tidak terdapat cukup informasi tersedia atas caleg-caleg tersebut. Kampanye yang dilakukan oleh para caleg tidak cukup menyediakan ruang bagimasyarakat Simalungun untuk mendapatkan informasi yang cukup terkait visi dan misi paracaleg.

IV.3.2. Keterwakilan Perempuan Dalam Pemilu Legislatif di SimalungunAnimo dukungann perilaku pemilih terhadap calon legislator perempuan juga masih sangatrendah. Hal ini bisa dilihat dari masih sedikitnya legislator perempuan yang berhasil duduk dikursi DPRD Simalungun dari masa ke masa. Pilihan dan kepercayaan terhadap legislator

Page 32: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

25 | P a g e

perempuan hanya sebesar 8% atau di wakili pada 4 orang legislator pada pemilu legislatif tahun2009 dari 45 bangku DPRD Simalungun yang tersedia. Jumlah ini sedikit meningkat menjadi10% atau di wakili oleh 5 legislator perempuan pada pemilu legislative tahun 2014 dari 50bangku DPRD Simalungun yang tersedia.

Keterwakilan 4 orang legislator perempuan pada pemilu legislatif berasal dari Partai Golkarsebanyak 2 orang perempuan legislator, Partai PDI P sebanyak 1 orang perempuan legislator dandari Fraksi Habonaron Dabona sebanyak 1 orang perempuan legislator. Sedangkan keterwakilan5 orang legislator perempuan pada pemilu legislatif 2014 juga berasal dari partai PKB sebanyak1 orang perempuan legislator, dari Partai Golkar sebanyak 1 orang perempuan legislator, dariPartai PDI Perjuangan sebanyak 1 orang perempuan legislator dan dari Partai Golkar sebanyak 2orang perempuan legislator.

Meskipun dalam interval 5 tahun antara 2009 dan 2014, terjadi peningkatan kursi DPRDSimalungun, masih belum signifikan dengan peningkatan jumlah perempuan yang berhasilmenduduki kursi DPRD Simalungun. Kuota 30% yang di isyaratkan oleh Undang-UndangPemilu masih belum terpenuhi. Ketika di konfirmasi kepada masyarakat sebagai pemilih,umumnya alasan kurang memilih perempuan adalah di karenakan tidak yakin perempuan akanmampu menjadi wakil rakyat. Pemilih yang lain juga menyebutkan, umumnya tidak terlalumengenal para calon legiuslatif yang terdaftar sebaagai calon legislative di Pemilu 2014.

Data tersebut di tampilkan dalam tabel berikut :

Tabel IV.4.Perbandingan Jumlah Kursi Pemilu Legislatif dan Kursi Legislator Perempuan

di Kabupaten Simalungun Tahun 2009 dan Tahun 2014

No Komposisi Partai Peraih Kursi LegislatifPerolehan Kursi

LegislatifJumlah Legislator

Perempuan

2009 2014 2009 2014

1 Partai Hanura - 4 - -

2 Partai Gerindra - 6 - -

3 PKPI - 1 - -

4 PKS - 2 - -

5 PAN - 3 - -

6 PKB - 1 - 1

7 Partai Golkar 15 9 2 1

8 PPP - 3 - -

9 PDI P 5 5 1 1

10 Partai Demokrat 10 11 - 2

11 Nasdem - 5 - -

12 Fraksi Pembela Habonaron 1

Jumlah 45 50 4 5Persentase

8.00 10.00Sumber : Data di olah dari KPU Simalungu, BPS Simalungun, dan berbagai sumber media, Juli 2015.

Page 33: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

26 | P a g e

IV.4. Perilaku Pemilih Pada Pilkada 2005 dan Pilkada 2010 di SimalungunPilkada Simalungun pada tahun 2005 terdiri dari 4 pasangan calon. Ke empat pasangan calontersebut terdiri dari Zulkarnain dan Pardamean, Jhon Hugo dan Iskandar Sinaga, Rajisten Sitorusdan Ponidi, serta Yan Santoso dan Fatimah. Jhon Hugo adalah incumbent yang menjabat sebagaiBupati Simalunguun pada periode 2000 – 2005.

Pasangan Zulkarnain dan Pardamean berhasil memenangkan pilkada Simalungun dengan meraup40,38% suara atau 157,144 suara sah. Kemenangan tersebut dari wawancara yang di lakukankepada informan, terjaadi karena pasangan ini memanfaaatkan sentimen agama bahwa sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpin yang seaqidah. Zulkarnain yang didukung PPP pun berhasilmemenangkan pertarungan. Pada saat itu, kampanye juga banyak di lakukan melalui perwiridan,pengajian akbar dan tabligh di masjid-mesjid di Simalungun. Selain itu, Zulkarnain jugamemberikan gelas dengan gambar dirinya kepada perempuan-perempuan yang hadir didalampengajian tersebut. Jumlah perempuan yang hampir dari separuh pemilih di Simalungun terbuktiberhasil memenangkan Zulkarnain dan Pardamean untuk memimpin Kabupaten Simalungunpada periode 2005 – 2010.

Calon lainnya yang ikut sebagai kontestan, Jhon Hugo dan Iskandar Sinaga sebagai incumbenhanya berhasil memenangkan 27,38% suara atau 106.537 suara sah dalam Pilkada 2005. PartaiDemokrat yang mengusungnya tidak berhasil mempertahankan posisi Jhon Hugo sebagai BupatiSimalungun. Sedangkan calon lainnya, Rajisten Sitorus dan Ponidi mendapatkan 21,83% suaradari 84.971 suara sah. Yan Santoso dan Fatimah berhasil mendapatkan 10,41% suara atau 40.512suara sah pada pilkada Simalungun.

Terkait Data tersebut ditampilkan dalam tabel berikut :

Tabel IV.5.Komposisi Perolehan Suara Pada Pemilihan Bupati Kabupaten Simalungun

2009 dan Tahun 2014

No

Pemilu Bupat/Walikota 2005 Pemilu Bupati/Walikota 2010

Periode I Periode I

PasanganCalon

PartaiPengusung/Independen

Jumlahsuara

(angka)

Jumlahsuara(%)

PasanganCalon

Partai Pengusung/Independen

Jumlahsuara

(angka)

Jumlahsuara(%)

1 Zulkarnain –Pardamean

PPP 157,144 40.38 SyamsuddinSiregar SHdanKusdianto SH

PAN, PPIB, PNBKI, PPRN, PPPI,Partai Kedaulatan, PDS, PartaiDemokrasi Kebangsaan, PPD,Partai Buruh, Partai PenegakDemokrasi Indonesia, PartaiMerdeka, Partai Patriot, PartaiBintang Reformasi, PartaiBulan Bintang, PartaiMatahari Bangsa, PartaiGerindra, Partai PemudaIndonesia, Partai IndonesiaSejahtera, dan Partai SerikatIndonesia.

103,449 27.05

Page 34: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

27 | P a g e

2 John Hugo –IskandarSinaga(Incumben)

PartaiDemokrat

106,537 27.38 Kabel Saragihdan Mulyono

Independen 1,525 0.40

3 RajistenSitorus -Ponidi

84,971 21.83 MuknirDamanik danMiko

Independen 17,972 4.70

4 Yan Santoso -Fatimah

40,512 10.41 JR Saragihdan Hj NuriatiDamanik

148,977 38.96

5 T.ZulkarnaenDamanik MMdanMarsiamanNaibaho(Incumben)

Partai Demokrat, PartaiGolkar, PDIP dan PKS

110,497 28.89

389,164 100 Jumlah382420

100.00

Sumber : Di olah dari berbagai sumber media, Metro Siantar, 2005 dan 2010.

Tabel diatas juga memperbandingkan data Pilkada Simalungun tahun 2010. Terdapat 5 pasangancalon yang berpartisipasi dalam proses pilkada yaitu pasangan Syamsuddin Siregar SH danKusdianto SH, pasangan Kabel Saragih dan Mulyono, pasangan Muknir Damanik dan Miko,pasangan JR Saragih dan Hj Nuriati Damanik dan pasangan T. Zulkarnaen Damanik MM danMarsiaman Naibaho.

Dari kelima pasangan calon tersebut, JR Saragih dan Hj Nuriati Damanik memenangkan PIlkadaSimalungun dengan 38,96% suara atau 148,977 suara sah. Kemenangan ini memperlihatkanswing voter, dimana terjadi perubahan perilaku memilih yang berpindah dari T. ZulkarnaenDamanik MM yang merupakan incumbent. Kemenangan ini terjadi secara logis. Masyarakatmengalami kekecewaan kepada incumbent, janji-janji kampanyenya banyak tidak terwujud.Masyarakat semakin menyadari bahwa factor agama tidak menentukan seseorang kemudianlebih amanah ataupun lebih bertanggung jawab dengan janji-jaanji politiknya.

Disamping itu, kemunculan JR Saragih dan Hj Nuriati Damanik dianggab sebagai tokoh baruyang diharapkan bisa memberi harapan baru di Simalungun pada saat itu. Sentimen-sentimenagama yang di gunakan pada tahun 2005 oleh Zulkarnain, yang menyebutkan bahwa memimpinpemimpin yan beragama islam, akhirnya harus berbalik karena pemimpin islam juga tidakmembawa perubahan di Simalungun. Konon lagi rumor yang banyak berkembang, di manaZulkarnain hanya dianggab sebagai boneka, anak laki-lakinya lah yang terlihat dominan dandianggab menjadi bupati Simalungun, serta memiliki akses yang sangat luas ke dinas-dinasdalam mengkelola proyek-proyek pembangunan di Simalungun khususnya di Dinas Pendidikan.Karenanya, para PNS tentunya tidak mendukung Zulkarnain di tahun 2010. Zulkarnain jugatidak dianggap tidak berhasil didalam keluarganya karena soal anak perempuannya yangmurtad15. PPP kecewa dan tidak lagi mengusung Zulkarnain pada Pilkada 2010.

Sementara itu, kaum muda di Simalungun, Himapsi (Himpunan Mahasiswa Simalungun) jugamenyuarakan penolakannya secara massif kepada Zulkarnain karena Zulkarnain terindikasi tidak

15 Murtad, berpindah agama dari Islam dengan agama yang baru.

Page 35: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

28 | P a g e

mendukung pemekaran Kabupaten Simalungun yang sudah didorong sejak tahun 2005 hinggatahun 2010. Hal ini bisa di lihat dengan hilangnya berkas pemekaran Simalungun yang tidakdiketahui rimbanya. Maka meskipun Zulkarnain didukung oleh 4 partai besar yaitu PartaiDemokrat, Partai Golkar, PDIP dan PKS, namun ia hanya berhasil di posisi runner up dalamPIlkada tersebut16.

Dalam pertarungan Pilkada Simalungun 2010, Syamsuddin Siregar SH dan Kusdianto SHmendapatkan suara yang relative cukup besar yaitu 27,05% dari 103.449 suara sah. Ini terjadikarena Syamsudin di dukung oleh 20 partai, meski belum sanggup mendudukkannya sebagaiBupati Simalungun. Sedangkan dua calon independen yaitu Muknir Damanik dan Mikomendapatkan 4,70% suara atau 19.972 suara sah. Calon independen lainnya bahkanmendapatkan suara kurang dari satu persen yaitu Kabel Saragih dan Mulyono yang hanyamendapatkan 0,40% suara atau 1.525 suara sah.

Menuju Pilkada 2015 ini, hingga kini calon independen yang sudah mendaftar dan terverifikasitahap pertama oleh KPU Simalungun adalah T. Zulkarnaen Damanik MM dan Sugito. KetuaKPU Simalungun, Adelbert Damanik, menyatakan lolosnya Zulkarnaen Damanik - Sugito,dikarenakan data pendukung sudah mencukupi di 25 kecamatan, dengan dukungan KTPsebanyak 68 ribu orang17.

Incumben juga akan mengikuti proses seleksi Pilkada 2015 ini. Saat ini trend issu yangmengemuka adalah kekecewaan masyarakat kepada JR. Saragih yang selama 5 tahun tidakmelakukan pembangunan dengan maksimal khususnya di Simalungun Bawah. Kekecewaan inijuga bertambah dengan sikap JR. Saragih yang menurut masyarakat Simalungun Bawah tidakrela bila terjadi pemekaran karena PAD Simalungun saat ini relatif sumber utamanya dariSimalungun Bawah. Terjadi perpecahan antara JR. Saragih dengan wakilnya terlihat sejak masajabatan dan saat ini Hj. Nuriati Damanik sudah mendeklarasikan dirinya akan maju dalamkontestasi Pilkada 2015 dengan pasangan yang berbeda.

Dalam Pilkada (Pemilhan Kepala Daerah) yang akan di laksanakan pada tahun 2015 ini,masyarakat masih belum mengidentifikasi siapa calon-calon lain yang akan maju menjadi bakalcalon Bupati Simalungun. Masyarakat hanya mengenal incumbent JR. Saragih dan mantanBupati Simalungun Zulkarnain Damanik. Sentimen agama masih digunakan tampaknya dalamPilkada 2015 di Simalungun. Issu yang mengemuka saat ini JR. Saragih pindah agama menajdiagama islam. Issu ini marak selama lebaran dari mulut ke mulut di Simalungun dan membuatheboh.

Dari 7 faktor yang mendasari masyarakat memilih saat pilkada di Kabupaten/Kota; a. KesadaranIdiologi, b. Kapasitas Calon, c. Imbalan Materi/ Money politic, d. Kesamaan etnis, e. KesamaanAgama, f. Ajakan keluarga, g. Lain-lain, terlihat faktor tersebut saling berkelindan. Tidakterdapat factor tunggal dalam proses pilihan menentukan suara pada saat pilkada di Simalungun.

16 Zulkarnain mengajukan kasus ini ke Pengadilan dan Pengadilan sebagai sengketa pemilu dan Pengadilanmemenangkan JR. Saragih.

17 Sumber berita : “Mantan Bupati Simalungun Zulkarnaen Damanik Lolos Jalur Perseorangan di PilkadaSimalungun”, http://www.beritasimalungun.com/2015/06/mantan-bupati-simalungun-zulkarnaen.html?m=0, diakses 24 Juli 2015.

Page 36: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

29 | P a g e

Tentu saja, perilaku pemilih saat ini akan di uji lagi pada Pilkada 2015 yang akandiselenggarakan pada 9 Desember 2015. Apakah nantinya akan terjadi swing voter ke pemimpinyang baru akan di uji kembali.

IV.5. Perilaku Pemilih Pilpres 2004, 2009 dan 2014 di SimalungunPolitik nasional juga berpengaruh dalam politik local di Simalungun. Hal ini bisa di lihat dariPemilihan Presiden di Simalungun. Tabel di bawah menunjukkan bahwa terdapat 5 pasang calonpresiden dan wakil presiden pada Pilpres 2004. Dari lima pasangan tersebut, SBY – Kallamemenangkan pemilu presiden melalui 2 putaran. Saat itu Demokrat sebagai partai pengusungmenghantarkan SBY menjadi presiden. Demokrat dianggab sebagai partai baru yang memilikipeluang untuk membuat perubahan politik, dibandingkan calon-calon lain yang merupakan stoklama. Saat itu, figure dan kharisma serta popularitas SBY sebagai ketua umum Partai Demokratsangat berpengaruh dalam menghantarkan keberhasilannya khususnya bagi pemilih perempuan.Posisinya yang dianggap banyak di zholimi pada masa kepemimpinan Megawati juga berhasilmembangun opini public yang baik di masayarakat.

Pada periode 2009, terdapat 3 pasang calon presiden yaitu Mega – Prabowo didukung oleh 9Partai, SBY – Budiono didukung oleh 24 partai, dan Kalla – Wiranto didukung oleh 2 partai.Pada pemilu presiden 2009 ini, SBY – Boediono menang dalam 1 putaran. Posisi SBY sebagaiincumbent, melalui Partai Demokrat sangat berpengaruh menjadi mesin politik memenangkanSBY sebagai presiden untuk tahun 2009 – 2014.

Tabel IV.6.Perbandingan Komposisi, Partai Pengusung / Independen dan Perolehan Suara

Pada Pilpres di Kabupaten SimalungunTahun 2004, 2009 dan Tahun 2014

Komposisi pasangan calon, partai pengusung/independen dan suara pada pilpres diKabupaten Simalungun periode 2004, 2009 dan 2014

Periode 2004 Periode 2009 Periode 2014Terdapat 5 pasang calonPresiden dan Wapres padaPilpres 2004

Terdapat 3 pasang calon Presidendan Wapres pada Pilpres 2009

Terdapat 2 pasang calon Presiden danWapres pada Pilpres 2014.

Mega - Prabowo didukung 9 partai,SBY-Budiono didukung 24 partai, danKalla-Wiranto didukung 2 partai

Jokowi dan JK di usung oleh KoalisiIndonesia Hebat yang merupakanafiliasi 5 partai PDI P, PKB, Nasdem,dan Hanura, PKPI sebagai partaipendukung.

SBY - Kalla menang melalui 2putaran.

SBY - Boediono menang dalam 1putaran.

Prabowo dan Hatta Rajasa di usungoleh afiliasi Partai Merah Putih yaituGerindra, PAN, PPP, Golkar, dandidukung oleh PBB.Jokowi - JK menang 1 putaran, diSimalungun menang dengan 65,69% diSimalungun, dan Prabowo dengansuara sebesar 34,31%

Sumber : Diolah dari berbagai Sumber, KPU Simalungun, Bawaslu Sumatera Utara dan media, Juli 2015.

Page 37: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

30 | P a g e

Pada pemilu presiden 2014, hanya terdapat 2 pasang calon presiden dan wapres yaitu Prabowo –Hatta Rajasa dan Jokowi – Jusuf Kalla. Jokowi dan JK di usung oleh Koalisi Indonesia Hebatyang merupakan afiliasi 5 partai PDI P, PKB, Nasdem, dan Hanura, PKPI sebagai partaipendukung. Prabowo dan Hatta Rajasa di usung oleh afiliasi Partai Merah Putih yaitu Gerindra,PAN, PPP, Golkar, dan didukung oleh PBB. Jokowi - JK menang 1 putaran, di Simalungunmenang dengan 65,69% di Simalungun. Sedangkan Prabowo- Hatta hanya mendapatkan suarasebesar 34,31%. Angka kemenangan Jokowi ini jauh lebih tinggi di bandingkan angkakemenangan nasional yang hanya sebesar 53%.

Terdapat 644.817 pemilih di Simalungun pada Pilpres 2014. Dan terdapat 422.373 yangmenggunakan hak pilihnya. Artinya angka partisipasi pemilih di Simalungun pada Pilpres 2014sebesar 65,50%. Dan terdapat 34,50% pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya ataugolput. Hal ini di tampilkan dalam data partisipasi pemilih sebagai berikut :

Tabel IV.7.Perbandingan Daftar Pemilih dan Data Pengguna Hak Pilih

Pilpres di Kabupaten Simalungun Tahun 2014

Data Pemilih Jumlah(angka) (%) Data Pengguna Hak Pilih Jumlah

(angka) (%)

1. Jumlah pemilih terdaftardalam Daftar Pemilih Tetap(DPT)

637.496 98.86 1. Pengguna Hak Pilih dalam DaftarPemilih Tetap (DPT)

415.141 98.29

2. Jumlah pemilih Terdaftardalam Daftar Pemilih Tambahan(DPTb)

250 0.04 2. Pengguna Hak Pilih dalam DaftarPemilih Tambahan (DPTb) / PemilihdariTPS lain

249 0.06

3. Pemilih terdaftar dalamDaftar Pemilih Khusus (DPK)

113 0.02 3. Pengguna Hak Pilih dalam DaftarPemilih Khusus (DPK)

69 0.02

4. Pemilih Khusus Tambahan(DPKTb) / pengguna KTP atauidentitas lain atau paspor

6.958 1.08 4. Pengguna Hak Pilih dalam DaftarPemilih Khusus Tambahan (DPKTb) /pengguna KTP atau identitas lain ataupaspor

6.914 1.64

5. Jumlah Pemilih ( 1 + 2 + 3 + 4)

644.817 100 5. Jumlah seluruh pengguna Hak Pilih (1 + 2 + 3 + 4 )

422.373 100

Angka partisipasi saat Pilpres 2014 ini relative menunjukkan trend menurun bila di bandingkanangka partisipasi saat Pileg 2014, karena kekuatan mobilisasi dan politik uang lebih kecildibandingkan Pileg 2014.

Masih segar ingatan dalam Pilpres 2014, politik uang sangat mengemuka menjadikan factormendongkrak pemilih memberikan suara Prabowo. Namun hal ini sangat sulit di buktikan. Meskibegitu, pertarungan antara Prabowo – Jokowi berlangsung sangat kencang. Masyarakatpendukung berdiri vis a vis, berhadapan satu sama lain. Konflik horijontal nyaris tercipta, bukansaja konflik antar afiliasi pendukung Koalisi Meraah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat, antaragama, bahkan antar keluarga bear di Simalungun.

Rekam jejak Prabowo sebagai pelanggar HAM cukup mengemuka, namun issu korupsi jugamenerpa Jokowi. Masyarakat Simalungun memenangkan Jokowi dan menghukum Prabowo yangsaat ini tetap melenggang meskipun melakukan pelanggaran HAM. Masyarakat korban tragedy

Page 38: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

31 | P a g e

1965 cukup banyak di Simalungun khususnya di daerah enclave18 sekitar perkebunan. Umumnyamereka faham bahwa tangan Prabowo berdarah-darah karena banyak melakukan pelanggaranHAM, dan memutuskan bahwa sudah saatnya masyarakat di pimpin oleh sipil. Belum lagipengalaman di pimpin SBY sebagai eks militer selama 10 tahun, menunjukkan tidak terjadiperubahan signifikan di Simalungun dari segi pembangunan. Masyarakat sudah jenuh denganjanji-janji politik semu.

Di sisi yang lain masyarakat memiliki harapan dan ekspektasi yang sangat besar kepada Jokowisebagai orang baru dan tidak terprediksi sebelumnya. Sangat berharap kepada Jokowi dapatmembawa perubahan pembangunan local menjadi lebih baik, serta memberikan ruangkepemimpinan kepada kandidat masyarakat sipil. Tentu saja ini beban yang sangat besar bagiJokowi untuk menunjukkan kemampuannya dalam mendorong demokratisasi dan pembangunanberkeadilan, serta menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Masyarakat jugamengatakan bahwa Jokowi merupakan pilihan terbaik diantara pilihan terburuk karena calonpasangan presiden hanya ada dua pasang.

Masyarakat menunjukkan rasionalitasnya dengan melihat rekam jejak, program dan janji pemiluJokowi dengan memenangkan Jokowi. Pemilu selanjutnya 4 tahun mendatang pada 2019 akanmenguji kembali, akankah terjadi swing voter kembali, atau Jokowi bisa mempertahankandukungannya dari masyarakat pemilih di Simalungun.

18 Enclave, ditengah-tengah perkebunan. Banyak daerah pemukiman di tengaah-tengah perkebunan karenapemberian HGU kepada Perkebunan menapikan kawasan tempal tinggal masyarakat. Bnayak terjadi konflik diwilayah enclave tersebut dengan perkebunan sekitarnya.

Page 39: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

32 | P a g e

BAB VKESIMPULAN

Kabupaten Simalungun merupakan sebuah wilayah perkebunan di mana ragam krisis socialterjadi. Revolusi social 1946 turut mempengaruhi kondisi social politik di Simalungun. Kondisiterkini, cukup banyak perkebunaan

Pilihan pilihan rasional perilaku pemilih di Simalungun harus di lihat dalam setting settingsituasi kondisi social politik yang terjadi saat ini dalam konteks Indonesia dan Simalungun.Peneliti menyadari bahwa pilihan tersebut tidak berdiri diruang hampa. Apatisme yang tinggiterhadap kondisi politik dan pemilu, menyebabkan pilihan masyarakat Simalungun cenderungmengarah pada pilihan-pilihan pragmatis, memanfaaatkan trend money politik, memilih denganperimbangan kedekatan primordial agama, dan kedekatan primordial etnis maupunkekeluargaan. Hal ini mewarnai pengambilan keputusan pemilih dalam melakukan pilihan saatPemilu Legislatif 2009 dan Pemilu Legislatif 2014, Pilkada 2005 dan Pilkada 2010, serta Pilpres2004, Pilpres 2009, dan Pilpres 2015. Bisa di pastikan rendahnya tingkat kritis dan independenpemilih adalah dikarenakan terbatasnya informasi pemilih terhadap calon-calon yang ingin majuke panggung politik.

Data-data skunder dan data lapangan terhadap 7 proses pemilu di Simalungun tersebutmenunjukkan bahwa orientasi lebih diarahkan pada rasionalisme tujuan. Masyarakat memahamibenar tujuannya saat memberikan hak pilihnya akan berkonsekwensi pada 5 tahun perjalananbernegara dan berbangsa. Namun hal tersebut tetap di lakukan karena tingkat apatisme yang tinggiterhadap pemilu. Konsekwensi logis kemudian terjadi. Konsekwensi pertama, masyarakat menghukumpara caleg atau partai, atau pimpinan daerah atau presiden dengan berpindah suara (swing voter) di pemiluberikutnya. Meskpun peran-peran money politik juga berperan dalam berpindahnya suara, namun secaraumum memperlihatkan bahwa pemilu di Simalungun berhasil memberikan sanksi kepada kontestan yangtidak loyal dan melayani pemilihnnya.

Konsekwensi kedua, masyarakat tidak memberikan suaranya atau golput. Suara golput terjadi dari satupemilu ke pemilu lainnya dengan beragam alasan, mulai dari tidak terdata, tidak ada calon yang di pilih,hingga anggapan tidak ada calon yang layak. Apatisme akut terjadi di Simalungun bahwa siapapun yangmenang tidak akan merubah kehidupan masyarakat. Hal ini di perparah dengan situasi tidak adanyapembangunan di Simalungun selama 5 tahun terakhir yang di keluhkan oleh masyarakat di banyakkecamatan yang di observasi oleh peneliti. Maka bisa di pastikan, potensi swing voter akan sangat tinggipada Pilkada 2015.

Riset ini merekomendasikan kepada partai agar melakkukan pendidikan politik kepada kosntituennya.Kecenderungan saat ini partai- partai tidak melakukan pendidikan politik terjadi, menyebabkan pilihanrasionalitas nilai dari pemilih tidak meningkat dari waktu kewaktu. Ketika konstituen tidak di rawat,kontestan tidak memiliki komitment yang jelas terhadap konstituennya, maka dengan mudah suaraberpindah. Yang paling penting adalah pendidikan bahwa hak pilih adalah salah satu hak dasar manusia.Memilih adalah hak, karenanya hak tersebut harus di pergunakan oleh masyarakat sebagai warga negara.Sosialisasi yang dilakukan KPU Simalungun menjelang kampanye, diakui masyarakat tidak cukup efektifbahkan cenderung menghambur-hamburkan anggaran bila di lakukan menjelang pemilu.

Page 40: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

33 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Mariana, Anna, dkk: 2015, Panduan Pemeriksaann Kebutuhan Perempuan Pejuang DalamSituasi Ksris Sosial-Ekologis, Yogyakarta:

Budiarjo, Miriam, 1992, “ Dasar-dasar Ilmu Politik“ PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Carlton Clymer Rodee dkk, 2006, “ Pengantar Ilmu Politik “ Rajagrafindo Jakarta.

Moleong, Lexy,J 1997. “ Metode Penelitian Kualitatif “ PT Remaja Rosdakarya,Bandung.

Mujani, Saiful, 2008, “Pak Bill dan Studi Perilaku Politik “ Kepustakaan Populer Gramedia.

Muhammad Solohin, 2009, “Perilaku Pemilih Buruh Rokok Dalam Pilkada Langsung diKabupaten Kudus” Universitas Deponegoro, Semarang, Tesis.

Wikipedia, “Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014”,https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_2014, di akses pada 25 Juli2015

Rumah Pemilu, “Menelusuri Jejak-jejak Praktek Demokrasi”,http://www.rumahpemilu.org/in/read/166/Pengantar-Menelusuri-Jejak-jejak-Praktek-Demokrasi, di akses pada 25 Juli 2015

Rumah Pemilu, “Konsep dan Standard”,http://www.rumahpemilu.org/in/read/166/Pengantar-Menelusuri-Jejak-jejak-Praktek-Demokrasi, di akses pada 25 Juli 2015

Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia, 1948

Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik, 1966

Standar Internasional Pemilu Versi IDEA Internasional

Waspada, “Hari Ini Hasil Pilkada Simalungun Diumumkan: Zumpa TakTergoyahkan”, 20 September2005

Detik News, Dua Hari Dibuka, Tiga Bakal Calon Bupati Simalungun Mendaftar,http://news.detik.com/berita/1365710/dua-hari-dibuka-tiga-bakal-calon-bupati-simalungun-mendaftar, , 28 May 2010, diakses 25 Juli 2015

SIMALUNGUN-METRO, “Zul & Samsudin Tolak Kemenangan JR” ; Dua pasangan calonBupati-Wakil Bupati Simalungun, yakni Zulkarnain Damanik-Marsiman Saragih (KAROMAH)

Page 41: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

34 | P a g e

Lampiran

Jumlah Partai Pemenang Pada Pemilu Legislatif di Kabupaten SimalungunTahun 2009 dan Tahun 2014

No Komposisi Partai PeraihKursi Legislatif

Perolehan suara % Perolehansuara

PerolehanKursi

Legislatif

JumlahLegislator

Perempuan

2009 2014 2009 2014 2009 2014 2009 2014

1 Partai Hanura 8,499 31,237 4.39 7.06 - 4 - -

2 Partai Gerindra 4,306 58,246 2.23 13.16 - 6 - -

3 PKPI 3,207 18,546 1.66 4.19 - 1 - -

4 PKS 9,077 24,235 4.69 5.47 - 2 - -

5 PAN 8,833 21,569 4.57 4.87 - 3 - -

6 PKB 904 13,081 0.47 2.95 - 1 - 1

7 Partai Golkar 40,389 78,961 20.88 17.84 15 9 2 1

8 PPP 6,016 24,193 3.11 5.46 - 3 - -

9 PDI P 16,091 39,947 8.32 9.02 5 5 1 1

10 Partai Demokrat 27,775 91,821 14.36 20.74 10 11 - 2

11 Nasdem - 39,421 - 8.90 - 5 - -

12 Fraksi Pembela Habonaron 1

Jumlah 45 50 4 5Persentase

8.00 10.00

Page 42: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

35 | P a g e

Jumlah Dan Perolehan Suara Partai Pemilu Legislatif di Kabupaten SimalungunTahun 2009 dan Tahun 2014

No Komposisi Partai PeraihKursi Legislatif

Perolehan suara % Perolehansuara

PerolehanKursi

Legislatif

JumlahLegislator

Perempuan

2009 2014 2009 2014 2009 2014 2009 2014

1 Partai Hanura 8,499 31,237 4.39 7.06 - 4 - -

2 PKPB 4,753 - 2.46 - - - - -

3 PPPI 15,473 - 8.00 - - - - -

4 PPRN 5,899 - 3.05 - - - - -

5 Partai Gerindra 4,306 58,246 2.23 13.16 - 6 - -

6 Parta Barnas 3,178 - 1.64 - - - -

7 PKPI 3,207 18,546 1.66 4.19 - 1 - -

8 PKS 9,077 24,235 4.69 5.47 - 2 - -

9 PAN 8,833 21,569 4.57 4.87 - 3 - -

10 PPIB 7,427 - 3.84 - - - - -

11 Partai Kedaulatan 3,742 - 1.93 - - - - -

12 PPD 1,622 - 0.84 - - - - -

13 PKB 904 13,081 0.47 2.95 - 1 - 1

14 PPI 1,101 - 0.57 - - - - -

15 PNI-M 1,787 - 0.92 - - - - -

16 PDP 1,687 - 0.87 - - - - -

17 PKP 612 - 0.32 - - - - -

18 Partai Matahari Bangsa 1,038 - 0.54 - - - - -

19 PPDI 1,113 - 0.58 - - - - -

20 PPDK 1,169 - 0.60 - - - - -

21 PRN 233 - 0.12 - - - - -

22 Partai Pelopor 1,160 - 0.60 - - - - -

23 Partai Golkar 40,389 78,961 20.88 17.84 15 9 2 1

24 PPP 6,016 24,193 3.11 5.46 - 3 - -

25 PDS 5,449 - 2.82 - - - - -

Page 43: Perilaku Memilih Masyarakat (KPU Kabupaten Simalungun)

36 | P a g e

26 PNBKI 2,742 - 1.42 - - - - -

27 PBB 1,003 1,448 0.52 0.33 - - - -

28 PDI P 16,091 39,947 8.32 9.02 5 5 1 1

29 PBR 3,427 - 1.77 - - - - -

30 Partai Patriot (Pancasila) 365 - 0.19 - - - - -

31 Partai Demokrat 27,775 91,821 14.36 20.74 10 11 - 2

32 PKDI - - - - - - - -

33 PIS 893 - 0.46 - - - - -

34 PKNU - - - - - - - -

41 Partai Merdeka 191 - 0.10 - - - - -

42 PPNUI - - - - - - - -

43 PSI 505 - 0.26 - - - - -

44Partai Buruh (SosialDemokrat) 1,742 - 0.90 - - - - -

45 Nasdem - 39,421 - 8.90 - 5 - -

Pembela Habonaron - - - - 8 - 1 -

Fraksi Bersatu - - - - 7 - - -

Jumlah 193,408 442,705 100 100 45 50 4 5Persentase 8.00 10.00