Perijinan Pendirian Rumah Sakit

17
PERIJINAN PENDIRIAN RUMAH SAKIT SWASTA Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) dalam rangka peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan, selain merupakan tangung jawab Pemerintah juga merupakan hak bagi masyarakat untuk ikut berperan serta. Meskipun masyarakat berhak untuk ikut berperan serta secara nyata seperti mendirikan dan menyelenggarakan rumah sakit, tidaklah berarti bahwa masyarakat diperbolehkan dengan sewenang-wenang atau semau-maunya untuk mendirikan dan menyelenggarakannya. Pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan dan penguasa negara berkewajiban untuk selalu menciptakan dan memelihara ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Dan sebagai negara hukum, setiap bentuk kegiatan yang dilakukan baik oleh Pemerintah sendiri maupun oleh masyarakat harus memperhatikan ketentuan yang berlaku. Berbagai faktor dan aspek yang terkait dengan akibat dari pendirian dan penyelenggaraan suatu kegiatan perlu diperhatikan, dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian baik kepada manusia maupun kepada lingkungan hidup sekitarnya. Untuk itu masyarakat harus tunduk dan patuh pada ketentuan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang diatur oleh Pemerintah. Dengan demikian untuk melakukan kegiatan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit harus mengikuti prosedur perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

description

File brisi panduan pendirian Rumah Sakit, membantu bagi siapapun yang mmbutuhkan infomasi tentang dokumen pendirian Rumah Sakit

Transcript of Perijinan Pendirian Rumah Sakit

Page 1: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

PERIJINAN PENDIRIAN RUMAH SAKIT SWASTA

Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) dalam rangka peningkatan

kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan, selain

merupakan tangung jawab Pemerintah juga merupakan hak bagi masyarakat untuk ikut berperan

serta. Meskipun masyarakat berhak untuk ikut berperan serta secara nyata seperti mendirikan dan

menyelenggarakan rumah sakit, tidaklah berarti bahwa masyarakat diperbolehkan dengan

sewenang-wenang atau semau-maunya untuk mendirikan dan menyelenggarakannya.

Pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan dan penguasa negara berkewajiban untuk selalu

menciptakan dan memelihara ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Dan sebagai negara

hukum, setiap bentuk kegiatan yang dilakukan baik oleh Pemerintah sendiri maupun oleh

masyarakat harus memperhatikan ketentuan yang berlaku. Berbagai faktor dan aspek yang terkait

dengan akibat dari pendirian dan penyelenggaraan suatu kegiatan perlu diperhatikan,

dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian baik kepada

manusia maupun kepada lingkungan hidup sekitarnya. Untuk itu masyarakat harus tunduk dan

patuh pada ketentuan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang diatur oleh Pemerintah.

Dengan demikian untuk melakukan kegiatan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit harus

mengikuti prosedur perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

IUS CONSTITUTUM / HUKUM POSITIF PERIZINAN PENDIRIAN RUMAH SAKIT

Perizinan merupakan fungsi pengendalian pemerintahan terhadap penyelenggara kegiatan yang

dilakukan oleh swasta. Pemberian izin sarana kesehatan merupakan akuntabilitas pemerintah

kepada masyarakat bahwa sarana kesehatan yang telah diberi izin tersebut telah memenuhi

standar pelayanan dan aspek keamanan pasien, jadi perizinan sangat terkait dengan standar dan

mutu pelayanan. Sehingga dalam pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang termasuk

sektor kesehatan, tentu Menteri Kesehatan selaku pimpinan Departemen Kesehatan yang

membidangi urusan kesehatan dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini

memiliki kewenangan untuk membuat dan menetapkan tata cara perizinan pendirian rumah sakit.

Prosedur perizinan pendirian rumah sakit itu dituangkan dalam berbagai keputusan.

Dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka

Page 2: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

ketentuan perizinan pendirian rumah sakit akan mengalami perubahan. Oleh karena sampai saat

ini peraturan pelaksana yang merupakan amanat dari PP 38/2007 tersebut masih belum

ditetapkan, maka ketentuan perizinan pendirian rumah sakit masih menggunakan peraturan lama

yang masih berlaku.

Disamping itu, Pemerintah juga sampai saat ini telah berusaha menyusun Rancangan Undang-

Undang tentang Rumah Sakit (RUU Rumah Sakit). Salah satu peluang peraturan-peraturan yang

lebih spesifik akan dipayungi oleh RUU Rumah Sakit tersebut, yang dalam waktu tidak lama lagi

akan dibahas antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR

Pedoman pendirina Rumah sakit Swasta:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan

Kesehatan Swasta di Bidang Medik, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 084/Menkes/Per/II/1990 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/1986 Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan

Swasta di Bidang Medik;

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang Klasifikasi

Rumah Sakit Umum Swasta;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit,

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 191/Menkes-Kesos/SK/II/2001 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 157/ Menkes/SK/III/1999;

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 282/Menkes/SK/III/1993 tentang Pola Tarif

Rumah Sakit Swasta;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378/Menkes/Per/V/1993 tentang Pelaksanaan

Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta;

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

7. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/E/VI/2004 tentang Upaya

Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;

8. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 1425/Menkes/E/XII/2006 tentang Standar

Prosedur Operasional Pelayanan Publik di Lingkungan Departemen Kesehatan;

Page 3: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

9. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor

0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV/1992 tentang Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Swasta

di Bidang Rumah Sakit Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri

Berdasarkan pada ketentuan yang berlaku sampai tulisan ini dibuat, pihak swasta yang akan

mendirikan rumah sakit harus memperoleh izin pendirian dan izin penyelenggaraan. Izin

penyelenggaraan dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu, izin operasional dan izin tetap. Penjelasan

selengkapnya, sebagai berikut:

1. Izin Prinsip / Izin Pendirian / Pembangunan Rumah Sakit.

Izin ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Masa berlaku izin ini selama 2

(dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun kedepan.

2. Izin Operasional / Izin Penyelenggaraan Sementara Rumah Sakit.

Izin ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi. Izin ini berlaku selama 2 (dua) tahun

yang diberikan secara pertahun.

3. Izin Tetap / Izin Penyelenggaraan Tetap Rumah Sakit Izin ini diperoleh dari Menteri

Kesehatan (teknisnya dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik). Masa

berlaku izin ini selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

KELENGKAPAN SURAT PERMOHONAN PERIZINAN RUMAH SAKIT

Berdasarkan hukum positif sebagaimana disebut diatas, pihak swasta (yayasan atau badan hukum

lain) yang akan mendirikan dan menyelenggarakan rumah sakit terlebih dahulu harus

mempelajari dan memahami tata cara dan persyaratan pendirian dan penyelenggaraan rumah

sakit sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan tersebut sebelum mengajukan permohonan

izin pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit kepada Menteri Kesehatan u.p. Direktur

Jenderal Bina Pelayanan Medik melalui Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

Pengajuan permohonan izin pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit disampaikan dalam

bentuk surat permohonan dengan melampirkan kelengkapan berkas-berkas sesuai persyaratan.

Sebagai kelengkapan surat permohonan izin tetap, sebagai berikut:

1. Daftar isian untuk mendirikan Rumah Sakit

2. Rekomendasi dari Dinkes Propinsi

3. BAP RS dari Dinkes Propinsi

4. Surat pernyataan dari pemilik RS bahwa sanggup mentaati ketentuan dan peraturan yang

berlaku di bidang kesehatan

Page 4: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

5. Izin UU Gangguan (HO)

6. Dokumen UKL – UPL (AMDAL)

7. Struktur organisasi RS

8. Daftar ketenagaan medis, paramedis non medis

9. Data Kepegawaian Direktur RS:

Ijazah Dokter, Surat Penugasan, Surat Izin Praktek (SIP)

Surat Pengangkatan sebagai Direktur oleh pemilik RS

Surat Pernyataan tidak keberatan sebagai Direktur dan penanggung jawab RS (asli

bermaterai)

10. Data Kepegawaian Dokter:

Ijazah Dokter, Surat Penugasan, Surat Izin Praktik (SIP), Surat Pengangkatan sebagai

Tenaga Dokter di RS oleh Pemilik (untuk tenaga purna waktu), Surat Izin atasan

langsung untuk tenaga purna waktu, Surat lolos butuh untuk tenaga purna waktu

11. Data Kepegawaian Paramedik dilampiri Ijazah

12. Hasil pemeriksaan air minum ( 6 bulan terakhir)

13. Daftar inventaris medis, penunjang medis dan non medis

14. Daftar tarif pelayanan medik

15. Denah-denah:

Denah situasi

Denah bangunan (1:100)

Denah jaringan listrik

Denah air dan air limbah

16. Akte Notaris pendirian badan hokum

17. Sertifikat tanah

18. Feasibility Study

19. Master Plan

20. Analisa Pelayanan dan Perencanaan Pengembangan

21. Analisa Keuangan

22. Program Fungsi RS

23. Daftar dan Jenis Ruangan

24. MSDM dan perencanaan rekrutmennya

Page 5: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

25. Rencana Klasifikasi Rumah Sakit

26. Akta Notaris Pendirian Badan Hukum pemohon (Photo Copy)

27. Sertifikat tanah dan Surat Penunjukan Pengguna (Photo Copy)

28. Ijin Lokasi daro PEMDA setempat

29. Ijin Pemanfaatan Lokasi dari Pemohon

30. IMB (Photo Copy)

31. Rekomendasi PERSI

SYARAT-SYARAT MENDIRIKAN RUMAH SAKIT SWATA BERDASAR  UU No.44

tahun 2009

1. RS yang didirikan oleh swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya

hanya bergerak dibidang perumahsakitan (pasal 7 ayat 4)

2. Persyaratan Lokasi (pasal 8 tentang Amdal)

3. Persyaratan Bangunan (pasal 9 – pasal 10)

4. Persyaratan Prasarana ( pasal 11, masih menunggu Peremenkes RI)

5. Persyaratan SDM (pasal 12 – pasal 14, tidak ada hal yang baru kecuali RS dapat

memperkerjakan tenaga kesehatan Asing sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang

diatur lebih lanjut dengan PP

6. Persyaratan Kefarmasian (pasal 15 untuk standar pelayanan kefarmasian diatur

Permenkes)

7. Persyaratan Peralatan Medis dan Nonmedis (pasal 16)

                                                                                      

 

PMK: 147/MENKES/PER/I/2010  tentang PERIZINAN RUMAH SAKIT

 

Bab II Perizinan Rumah Sakit:

Pasal 2:

1. Setiap rumah sakit harus memiliki izin

2. Izin terdiri atas : izin mendirikan rumah sakit dan izin operasional rumah sakit

3. Izin operasional terdiri atas izin operasional sementara dan izin operasional tetap

Pasal 3:

Page 6: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

1. Permohonan izin diajukan menurut jenis dan klasifikasi rumah sakit

2. Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau penanaman

modal dalam negeri diberikan oleh Menkes setelah mendapatkan rekomendasi dari

pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda provinsi

3. Izin rumah sakit kelas B diberikan oleh pemda Provinsi setelah mendapatkan

rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda

kab/kota

4. Izin rumah sakit kelas C dan D diberikan oleh pemda kab/kota setelah mendapat

rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda

kab/kota

BAB II Izin Mendirikan Rumah Sakit:

Pasal 4 :

Persyaratan izin mendirikan rumah sakit terdiri atas :

1.      Studi kelayakan

2.      Master plan

3.      Status kepemilikan

4.      Rekomendasi izin mendirikan

5.      Izin undang-undang gangguan (HO)

6.      Persyaratan pengolahan limbah

7.      Luas tanah dan sertifikatnya

8.      Penamaan

9.      Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

10.  Izin Penggunaan Bangunan (IPB)

11.  Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

*Studi Kelayakan Rumah Sakit:

Studi Kelayakan RS: awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik

yang berisi tentang:

a)      Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit 

b)      Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana serta tenaga

yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan 

c)      Kajian kemampuan pembiayaan 

Page 7: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

*Master plan:

strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam

pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek

perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.

*Status kepemilikan:

Pemerintah, berbentuk UPT dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan

instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum ,

Pemerintah Daerah, berbentuk LTDaerah dengan pengelolaan Badan Layanan

Umum Daerah, atau 

Swasta, berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang

perumahsakitan 

Badan hukum dapat : Yayasan, Perseroan, PT, Perkumpulan dan Perusahaan

Umum.

Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal

dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yang melaksanakan

urusan penanaman modal asing atau PMDN.

*Pengolahan limbah:

Persyaratan pengolahan limbah:

Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL), 

Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau 

Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) 

dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

*Luas tanah, penamaan, dan izin terkait:

*Luas tanah:

RS dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas

bangunan dan 

RS bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar. 

Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

*Penamaan Rumah Sakit :

Page 8: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

harus menggunakan bahasa Indonesia, dan

tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world class”,

”global” dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan

bagi masyarakat.

PENAMAAN RUMAH SAKIT DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYA

Penamaan rumah sakit sering didapati memakai nama yang sama. Penamaan rumah sakit yang

memakai nama yang sama dengan nama rumah sakit ditempat lain, adakalanya dapat

memberikan pengaruh yang baik / positif, namun tidak jarang dapat menerima akibat yang tidak

baik / negatif. Bila sebuah rumah sakit ditempat A bernama X diberitakan dimedia masa

keunggulan dan kebaikannya, maka pengaruh pemberitaan itu dapat berpengaruh positif bagi

rumah sakit yang memakai nama yang sama meskipun tidak berada dilokasi yang sama. Ini kalau

pemberitaannya hal-hal yang baik. Bagaimana halnya bila pemberitaan yang sebaliknya. Tentu

bisa-bisa mendatangkan kerugian bagi rumah sakit yang sebenarnya bukan rumah sakit yang

dimaksud, hanya namanya saja yang sama. Kalau sudah begitu, bagaimana perlindungan

hukumnya !

Pengaturan penamaan rumah sakit memang belum ada ketentuan hukumnya. Bila

memperhatikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan berbagai Peraturan /

Keputusan Menteri Kesehatan yang mengatur rumah sakit tidak mengatur perihal penamaan dan

pendaftaran nama rumah sakit. Namun demikian untuk mendapatkan perlindungan hukum

terhadap penyalahgunaan nama atau resiko yang tidak dapat diduga atas penggunaan nama yang

sama, sebaiknya pemilik rumah sakit mendaftarkan nama rumah sakitnya pada instansi yang

berwenang.

Penyelenggaraan rumah sakit merupakan kegiatan pelayanan ’jasa’ di bidang kesehatan. Oleh

karena itu nama rumah sakit dapat dikategorikan juga sebagai merek jasa. Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, menjelaskan pengertian tentang merek

jasa, yaitu:

”Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau

beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa

sejenis lainnya.”

Penamaan rumah sakit dapat memakai nama-nama apa saja yang disukai oleh pemilik rumah

sakit. Namun demikian dalam penamaan rumah sakit perlu memperhatikan etika penamaan.

Page 9: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

Berdasarkan Surat Edaran Nomor : 0419/Yan.Kes/RSKS/1984 tanggal 1 September 1984

tentang Pemberian Nama Rumah Sakit, diantaranya menyebutkan bahwa akhir-akhir ini banyak

penggunaan nama orang yang masih hidup untuk nama rumah sakit dan mengingat bahwa nama

itu merupakan monumen, tapi juga dapat merupakan reklame bagi seseorang (yang menyalahi

segi Etik Kedokteran), maka dianjurkan agar pemberian nama rumah sakit tidak mempergunakan

nama orang yang masih hidup lebih-lebih bila memakai nama yang punya ataupun yang

berpraktek disitu. Dalam memilih nama rumah sakit hendaknya diambil nama dari tokoh

pejuang, tokoh pembangunan terutama di bidang kesehatan yang sudah almarhum untuk

mengingat dan menghargai jasa-jasanya, dengan menyesuaikan besar kecilnya jasa tokoh

tersebut dengan besar/kelasnya rumah sakit atau nama-nama yang netral yang punya arti kasih

sayang sesama manusia

*Memiliki Izin

undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan

Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi

berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 5

1. Rumah sakit harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan

2. Izin mendirikan berlaku 2 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun

3. Apabila dalam jangka waktu tersebut belum/tidak melakukan pembangunan maka

harus mengajukan izin pendirian yang baru

BAB III Bagian ketiga: izin operasional

Pasal 6 :

persyaratan izin operasional rumah sakit :

1. Sarana dan prasarana

2. Peralatan

3. Sumber daya manusia

4. Administrasi dan manajemen

Pasal 7 :

Izin operasional sementara diberikan kepada RS yang belum dapat memenuhi seluruh

persyaratan pasal 6 dan diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun

*Sarana dan prasarana:

Page 10: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat

darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi,

ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang

ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang

menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan

sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.

*Peralatan

Peralatan: Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non

medik untuk penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan,

persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan

klasifikasinya.

Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku

untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus

mendapatkan izin dari Bapeten.

*Sumber daya manusia,

Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan

lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan

klasifikasinya.

Standar SDM di RS Umum

Standar SDM pada rumah sakit khusus:

Jumlah dan jenisnya sesuai dengan jenis rumah sakit khususnya, misal untuk RSK Jiwa

dengan RSK Paru berbeda- beda standarnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

Permenkes 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit 

*Administrasi dan manajemen:

Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit,

unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan

pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.

1. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan

keahlian di bidang perumahsakitan.

2. Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan

Indonesia.

Page 11: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

3. Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.

Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi

dan tenaga kesehatan lainnya. Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan

internal Rumah Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws). Memilik standar

prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit

Pasal 8

(Penetapan kelas):

1. RS yang telah memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat

permohonan penetapan kelas RS kpd Menteri

2. Persyaratan administrasi :

1. Rekomendasi dari Dinkes Kabupaten Kab/Kota dan Dinkes Provinsi;

2. Profil dan data rumah sakit; dan 

3. Isian Instrumen Self Assesment penetapan kelas 

4. Penilaian dilakukan oleh Tim Penilai dan hasilnya ditetapkan oleh Menteri

PROSEDUR PENGAJUAN IJIN RUMAH SAKIT

1. PROSEDUR

Pemohon datang ke KPT, mengambil, mengisi dan menandatangani formulir serta

melampirkan persyaratan.

3. Setelah diteliti dan dinyatakan lengkap dan benar, berkas permohonan diagendakan dan

kepada pemohon diberikan arsip permohonan.

3. Berkas permohonan selanjutnya diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Apabila Ijin telah diterbitkan pemohon akan diberitahu oleh KPT dan selanjutnya bisa

diambil di loket pengambilan KPT.

JENIS IJIN RUMAH SAKIT

1. Ijin Mendirikan RSU, RSB, RSIA.

2. Ijin Sementara atau Ijin Operasional Sementara RSU, RSB, RSIA.

3. Ijin Tetap atau Ijin Penyelenggaraan RSU, RSB, RSIA.

4. Perpanjangan Ijin tetap RSU, RSB, RSIA.

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN

Page 12: Perijinan Pendirian Rumah Sakit

Jangka waktu penyelesaian adalah 30 hari kerja sejak diterimanya permohonan dan diagendakan

di KPT Masa Berlaku

1. Ijin Sementara : 6 bulan

2. Ijin Tetap : 5 tahun