Perijinan Pendirian Rumah Sakit
description
Transcript of Perijinan Pendirian Rumah Sakit
![Page 1: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/1.jpg)
PERIJINAN PENDIRIAN RUMAH SAKIT SWASTA
Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) dalam rangka peningkatan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan, selain
merupakan tangung jawab Pemerintah juga merupakan hak bagi masyarakat untuk ikut berperan
serta. Meskipun masyarakat berhak untuk ikut berperan serta secara nyata seperti mendirikan dan
menyelenggarakan rumah sakit, tidaklah berarti bahwa masyarakat diperbolehkan dengan
sewenang-wenang atau semau-maunya untuk mendirikan dan menyelenggarakannya.
Pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan dan penguasa negara berkewajiban untuk selalu
menciptakan dan memelihara ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Dan sebagai negara
hukum, setiap bentuk kegiatan yang dilakukan baik oleh Pemerintah sendiri maupun oleh
masyarakat harus memperhatikan ketentuan yang berlaku. Berbagai faktor dan aspek yang terkait
dengan akibat dari pendirian dan penyelenggaraan suatu kegiatan perlu diperhatikan,
dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian baik kepada
manusia maupun kepada lingkungan hidup sekitarnya. Untuk itu masyarakat harus tunduk dan
patuh pada ketentuan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang diatur oleh Pemerintah.
Dengan demikian untuk melakukan kegiatan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit harus
mengikuti prosedur perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
IUS CONSTITUTUM / HUKUM POSITIF PERIZINAN PENDIRIAN RUMAH SAKIT
Perizinan merupakan fungsi pengendalian pemerintahan terhadap penyelenggara kegiatan yang
dilakukan oleh swasta. Pemberian izin sarana kesehatan merupakan akuntabilitas pemerintah
kepada masyarakat bahwa sarana kesehatan yang telah diberi izin tersebut telah memenuhi
standar pelayanan dan aspek keamanan pasien, jadi perizinan sangat terkait dengan standar dan
mutu pelayanan. Sehingga dalam pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang termasuk
sektor kesehatan, tentu Menteri Kesehatan selaku pimpinan Departemen Kesehatan yang
membidangi urusan kesehatan dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
memiliki kewenangan untuk membuat dan menetapkan tata cara perizinan pendirian rumah sakit.
Prosedur perizinan pendirian rumah sakit itu dituangkan dalam berbagai keputusan.
Dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka
![Page 2: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/2.jpg)
ketentuan perizinan pendirian rumah sakit akan mengalami perubahan. Oleh karena sampai saat
ini peraturan pelaksana yang merupakan amanat dari PP 38/2007 tersebut masih belum
ditetapkan, maka ketentuan perizinan pendirian rumah sakit masih menggunakan peraturan lama
yang masih berlaku.
Disamping itu, Pemerintah juga sampai saat ini telah berusaha menyusun Rancangan Undang-
Undang tentang Rumah Sakit (RUU Rumah Sakit). Salah satu peluang peraturan-peraturan yang
lebih spesifik akan dipayungi oleh RUU Rumah Sakit tersebut, yang dalam waktu tidak lama lagi
akan dibahas antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR
Pedoman pendirina Rumah sakit Swasta:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan Swasta di Bidang Medik, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 084/Menkes/Per/II/1990 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/1986 Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan
Swasta di Bidang Medik;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit Umum Swasta;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 191/Menkes-Kesos/SK/II/2001 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 157/ Menkes/SK/III/1999;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 282/Menkes/SK/III/1993 tentang Pola Tarif
Rumah Sakit Swasta;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378/Menkes/Per/V/1993 tentang Pelaksanaan
Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
7. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/E/VI/2004 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;
8. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 1425/Menkes/E/XII/2006 tentang Standar
Prosedur Operasional Pelayanan Publik di Lingkungan Departemen Kesehatan;
![Page 3: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/3.jpg)
9. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor
0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV/1992 tentang Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Swasta
di Bidang Rumah Sakit Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri
Berdasarkan pada ketentuan yang berlaku sampai tulisan ini dibuat, pihak swasta yang akan
mendirikan rumah sakit harus memperoleh izin pendirian dan izin penyelenggaraan. Izin
penyelenggaraan dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu, izin operasional dan izin tetap. Penjelasan
selengkapnya, sebagai berikut:
1. Izin Prinsip / Izin Pendirian / Pembangunan Rumah Sakit.
Izin ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Masa berlaku izin ini selama 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun kedepan.
2. Izin Operasional / Izin Penyelenggaraan Sementara Rumah Sakit.
Izin ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi. Izin ini berlaku selama 2 (dua) tahun
yang diberikan secara pertahun.
3. Izin Tetap / Izin Penyelenggaraan Tetap Rumah Sakit Izin ini diperoleh dari Menteri
Kesehatan (teknisnya dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik). Masa
berlaku izin ini selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.
KELENGKAPAN SURAT PERMOHONAN PERIZINAN RUMAH SAKIT
Berdasarkan hukum positif sebagaimana disebut diatas, pihak swasta (yayasan atau badan hukum
lain) yang akan mendirikan dan menyelenggarakan rumah sakit terlebih dahulu harus
mempelajari dan memahami tata cara dan persyaratan pendirian dan penyelenggaraan rumah
sakit sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan tersebut sebelum mengajukan permohonan
izin pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit kepada Menteri Kesehatan u.p. Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik melalui Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
Pengajuan permohonan izin pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit disampaikan dalam
bentuk surat permohonan dengan melampirkan kelengkapan berkas-berkas sesuai persyaratan.
Sebagai kelengkapan surat permohonan izin tetap, sebagai berikut:
1. Daftar isian untuk mendirikan Rumah Sakit
2. Rekomendasi dari Dinkes Propinsi
3. BAP RS dari Dinkes Propinsi
4. Surat pernyataan dari pemilik RS bahwa sanggup mentaati ketentuan dan peraturan yang
berlaku di bidang kesehatan
![Page 4: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/4.jpg)
5. Izin UU Gangguan (HO)
6. Dokumen UKL – UPL (AMDAL)
7. Struktur organisasi RS
8. Daftar ketenagaan medis, paramedis non medis
9. Data Kepegawaian Direktur RS:
Ijazah Dokter, Surat Penugasan, Surat Izin Praktek (SIP)
Surat Pengangkatan sebagai Direktur oleh pemilik RS
Surat Pernyataan tidak keberatan sebagai Direktur dan penanggung jawab RS (asli
bermaterai)
10. Data Kepegawaian Dokter:
Ijazah Dokter, Surat Penugasan, Surat Izin Praktik (SIP), Surat Pengangkatan sebagai
Tenaga Dokter di RS oleh Pemilik (untuk tenaga purna waktu), Surat Izin atasan
langsung untuk tenaga purna waktu, Surat lolos butuh untuk tenaga purna waktu
11. Data Kepegawaian Paramedik dilampiri Ijazah
12. Hasil pemeriksaan air minum ( 6 bulan terakhir)
13. Daftar inventaris medis, penunjang medis dan non medis
14. Daftar tarif pelayanan medik
15. Denah-denah:
Denah situasi
Denah bangunan (1:100)
Denah jaringan listrik
Denah air dan air limbah
16. Akte Notaris pendirian badan hokum
17. Sertifikat tanah
18. Feasibility Study
19. Master Plan
20. Analisa Pelayanan dan Perencanaan Pengembangan
21. Analisa Keuangan
22. Program Fungsi RS
23. Daftar dan Jenis Ruangan
24. MSDM dan perencanaan rekrutmennya
![Page 5: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/5.jpg)
25. Rencana Klasifikasi Rumah Sakit
26. Akta Notaris Pendirian Badan Hukum pemohon (Photo Copy)
27. Sertifikat tanah dan Surat Penunjukan Pengguna (Photo Copy)
28. Ijin Lokasi daro PEMDA setempat
29. Ijin Pemanfaatan Lokasi dari Pemohon
30. IMB (Photo Copy)
31. Rekomendasi PERSI
SYARAT-SYARAT MENDIRIKAN RUMAH SAKIT SWATA BERDASAR UU No.44
tahun 2009
1. RS yang didirikan oleh swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya
hanya bergerak dibidang perumahsakitan (pasal 7 ayat 4)
2. Persyaratan Lokasi (pasal 8 tentang Amdal)
3. Persyaratan Bangunan (pasal 9 – pasal 10)
4. Persyaratan Prasarana ( pasal 11, masih menunggu Peremenkes RI)
5. Persyaratan SDM (pasal 12 – pasal 14, tidak ada hal yang baru kecuali RS dapat
memperkerjakan tenaga kesehatan Asing sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang
diatur lebih lanjut dengan PP
6. Persyaratan Kefarmasian (pasal 15 untuk standar pelayanan kefarmasian diatur
Permenkes)
7. Persyaratan Peralatan Medis dan Nonmedis (pasal 16)
PMK: 147/MENKES/PER/I/2010 tentang PERIZINAN RUMAH SAKIT
Bab II Perizinan Rumah Sakit:
Pasal 2:
1. Setiap rumah sakit harus memiliki izin
2. Izin terdiri atas : izin mendirikan rumah sakit dan izin operasional rumah sakit
3. Izin operasional terdiri atas izin operasional sementara dan izin operasional tetap
Pasal 3:
![Page 6: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/6.jpg)
1. Permohonan izin diajukan menurut jenis dan klasifikasi rumah sakit
2. Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau penanaman
modal dalam negeri diberikan oleh Menkes setelah mendapatkan rekomendasi dari
pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda provinsi
3. Izin rumah sakit kelas B diberikan oleh pemda Provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda
kab/kota
4. Izin rumah sakit kelas C dan D diberikan oleh pemda kab/kota setelah mendapat
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemda
kab/kota
BAB II Izin Mendirikan Rumah Sakit:
Pasal 4 :
Persyaratan izin mendirikan rumah sakit terdiri atas :
1. Studi kelayakan
2. Master plan
3. Status kepemilikan
4. Rekomendasi izin mendirikan
5. Izin undang-undang gangguan (HO)
6. Persyaratan pengolahan limbah
7. Luas tanah dan sertifikatnya
8. Penamaan
9. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
10. Izin Penggunaan Bangunan (IPB)
11. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
*Studi Kelayakan Rumah Sakit:
Studi Kelayakan RS: awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik
yang berisi tentang:
a) Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit
b) Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana serta tenaga
yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan
c) Kajian kemampuan pembiayaan
![Page 7: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/7.jpg)
*Master plan:
strategi pengembangan aset untuk sekurang-kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam
pemberian pelayanan kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek
perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal dan pembiayaan.
*Status kepemilikan:
Pemerintah, berbentuk UPT dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan dan
instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum ,
Pemerintah Daerah, berbentuk LTDaerah dengan pengelolaan Badan Layanan
Umum Daerah, atau
Swasta, berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang
perumahsakitan
Badan hukum dapat : Yayasan, Perseroan, PT, Perkumpulan dan Perusahaan
Umum.
Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal
dalam negeri harus mendapat rekomendasi dari instansi yang melaksanakan
urusan penanaman modal asing atau PMDN.
*Pengolahan limbah:
Persyaratan pengolahan limbah:
Upaya Kesehatan Lingkungan (UKL),
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan atau
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
dilaksanakan sesuai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
*Luas tanah, penamaan, dan izin terkait:
*Luas tanah:
RS dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas
bangunan dan
RS bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar.
Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
*Penamaan Rumah Sakit :
![Page 8: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/8.jpg)
harus menggunakan bahasa Indonesia, dan
tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”, ”world class”,
”global” dan/atau kata lain yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyesatkan
bagi masyarakat.
PENAMAAN RUMAH SAKIT DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYA
Penamaan rumah sakit sering didapati memakai nama yang sama. Penamaan rumah sakit yang
memakai nama yang sama dengan nama rumah sakit ditempat lain, adakalanya dapat
memberikan pengaruh yang baik / positif, namun tidak jarang dapat menerima akibat yang tidak
baik / negatif. Bila sebuah rumah sakit ditempat A bernama X diberitakan dimedia masa
keunggulan dan kebaikannya, maka pengaruh pemberitaan itu dapat berpengaruh positif bagi
rumah sakit yang memakai nama yang sama meskipun tidak berada dilokasi yang sama. Ini kalau
pemberitaannya hal-hal yang baik. Bagaimana halnya bila pemberitaan yang sebaliknya. Tentu
bisa-bisa mendatangkan kerugian bagi rumah sakit yang sebenarnya bukan rumah sakit yang
dimaksud, hanya namanya saja yang sama. Kalau sudah begitu, bagaimana perlindungan
hukumnya !
Pengaturan penamaan rumah sakit memang belum ada ketentuan hukumnya. Bila
memperhatikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan berbagai Peraturan /
Keputusan Menteri Kesehatan yang mengatur rumah sakit tidak mengatur perihal penamaan dan
pendaftaran nama rumah sakit. Namun demikian untuk mendapatkan perlindungan hukum
terhadap penyalahgunaan nama atau resiko yang tidak dapat diduga atas penggunaan nama yang
sama, sebaiknya pemilik rumah sakit mendaftarkan nama rumah sakitnya pada instansi yang
berwenang.
Penyelenggaraan rumah sakit merupakan kegiatan pelayanan ’jasa’ di bidang kesehatan. Oleh
karena itu nama rumah sakit dapat dikategorikan juga sebagai merek jasa. Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, menjelaskan pengertian tentang merek
jasa, yaitu:
”Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa
sejenis lainnya.”
Penamaan rumah sakit dapat memakai nama-nama apa saja yang disukai oleh pemilik rumah
sakit. Namun demikian dalam penamaan rumah sakit perlu memperhatikan etika penamaan.
![Page 9: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/9.jpg)
Berdasarkan Surat Edaran Nomor : 0419/Yan.Kes/RSKS/1984 tanggal 1 September 1984
tentang Pemberian Nama Rumah Sakit, diantaranya menyebutkan bahwa akhir-akhir ini banyak
penggunaan nama orang yang masih hidup untuk nama rumah sakit dan mengingat bahwa nama
itu merupakan monumen, tapi juga dapat merupakan reklame bagi seseorang (yang menyalahi
segi Etik Kedokteran), maka dianjurkan agar pemberian nama rumah sakit tidak mempergunakan
nama orang yang masih hidup lebih-lebih bila memakai nama yang punya ataupun yang
berpraktek disitu. Dalam memilih nama rumah sakit hendaknya diambil nama dari tokoh
pejuang, tokoh pembangunan terutama di bidang kesehatan yang sudah almarhum untuk
mengingat dan menghargai jasa-jasanya, dengan menyesuaikan besar kecilnya jasa tokoh
tersebut dengan besar/kelasnya rumah sakit atau nama-nama yang netral yang punya arti kasih
sayang sesama manusia
*Memiliki Izin
undang-undang gangguan (HO), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan
Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi
berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 5
1. Rumah sakit harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan
2. Izin mendirikan berlaku 2 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun
3. Apabila dalam jangka waktu tersebut belum/tidak melakukan pembangunan maka
harus mengajukan izin pendirian yang baru
BAB III Bagian ketiga: izin operasional
Pasal 6 :
persyaratan izin operasional rumah sakit :
1. Sarana dan prasarana
2. Peralatan
3. Sumber daya manusia
4. Administrasi dan manajemen
Pasal 7 :
Izin operasional sementara diberikan kepada RS yang belum dapat memenuhi seluruh
persyaratan pasal 6 dan diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
*Sarana dan prasarana:
![Page 10: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/10.jpg)
Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat inap, gawat
darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi,
ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang
ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit; ruang
menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman, pengolahan
sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
*Peralatan
Peralatan: Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik dan non
medik untuk penyelenggaraan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan
klasifikasinya.
Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai ketentuan yang berlaku
untuk peralatan tertentu, misalnya; penggunaan peralatan radiologi harus
mendapatkan izin dari Bapeten.
*Sumber daya manusia,
Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu, tenaga kesehatan
lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai dengan jumlah, jenis dan
klasifikasinya.
Standar SDM di RS Umum
Standar SDM pada rumah sakit khusus:
Jumlah dan jenisnya sesuai dengan jenis rumah sakit khususnya, misal untuk RSK Jiwa
dengan RSK Paru berbeda- beda standarnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Permenkes 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
*Administrasi dan manajemen:
Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit,
unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
1. Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan.
2. Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan
Indonesia.
![Page 11: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala Rumah Sakit.
Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi
dan tenaga kesehatan lainnya. Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan
internal Rumah Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws). Memilik standar
prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit
Pasal 8
(Penetapan kelas):
1. RS yang telah memiliki izin operasional sementara harus mengajukan surat
permohonan penetapan kelas RS kpd Menteri
2. Persyaratan administrasi :
1. Rekomendasi dari Dinkes Kabupaten Kab/Kota dan Dinkes Provinsi;
2. Profil dan data rumah sakit; dan
3. Isian Instrumen Self Assesment penetapan kelas
4. Penilaian dilakukan oleh Tim Penilai dan hasilnya ditetapkan oleh Menteri
PROSEDUR PENGAJUAN IJIN RUMAH SAKIT
1. PROSEDUR
Pemohon datang ke KPT, mengambil, mengisi dan menandatangani formulir serta
melampirkan persyaratan.
3. Setelah diteliti dan dinyatakan lengkap dan benar, berkas permohonan diagendakan dan
kepada pemohon diberikan arsip permohonan.
3. Berkas permohonan selanjutnya diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Apabila Ijin telah diterbitkan pemohon akan diberitahu oleh KPT dan selanjutnya bisa
diambil di loket pengambilan KPT.
JENIS IJIN RUMAH SAKIT
1. Ijin Mendirikan RSU, RSB, RSIA.
2. Ijin Sementara atau Ijin Operasional Sementara RSU, RSB, RSIA.
3. Ijin Tetap atau Ijin Penyelenggaraan RSU, RSB, RSIA.
4. Perpanjangan Ijin tetap RSU, RSB, RSIA.
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN
![Page 12: Perijinan Pendirian Rumah Sakit](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022072107/563db7c1550346aa9a8da595/html5/thumbnails/12.jpg)
Jangka waktu penyelesaian adalah 30 hari kerja sejak diterimanya permohonan dan diagendakan
di KPT Masa Berlaku
1. Ijin Sementara : 6 bulan
2. Ijin Tetap : 5 tahun