Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

12
“PERHITUNGAN PAJAK PADA AKHIR TAHUN BERJALAN” DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5 Purwani Cahyaningsih (12030113060054) Visca Faradita A (12030113060174) Reny Kismiati (12030113060049)

description

Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan, bermanfaat bagiu para pelajar untuk ingin lebih mendalami materi ini.

Transcript of Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Page 1: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

“PERHITUNGAN PAJAK PADA AKHIR TAHUN BERJALAN”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

Purwani Cahyaningsih (12030113060054)Visca Faradita A (12030113060174)Reny Kismiati (12030113060049)

Page 2: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Pajak Penghasilan Pasal 25, selanjutnya disingkat PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU No. 7 tahun 1983 sebagiamana diubah terakhir dengan UU No 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam membayar pajak yang terutang.

Pada umumnya, cara menghitung PPh Pasal 25 didasarkan kepada data SPT Tahunan tahun sebelumnya. Artinya, kita mengasumsikan bahwa penghasilan tahun ini sama dengan penghasilan tahun sebelumnya. Tentu saja nanti akan ada perbedaan dengan kondisi sebenarnya ketika tahun pajak sekarang sudah berakhir. Selisih tersebutlah yang kita bayar sebagai kekurangan pajak akhir tahun. Kekurangan bayar akhir tahun ini biasa dinamakan PPh Pasal 29.

Penyelesaian Pajak Akhir Tahun, Angsuran Pajak dan Pajak dalam Laporan Keuangan

Page 3: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan (PPh Pasal 25 ayat 1) adalah sebesar PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh Tahun Pajak yang lalu dikurangi dengan:a) PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 dan pasal 23 sertab) PPh yang dipungut sebagaimana dimaksud

dalam PPh Pasal 22c) PPh yang dibayar/terutang di luar negeri yang

boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam PPh Pasal 24, dibagi dua belas atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Page 4: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Contoh penghitungan angsuran PPh Pasal 25 ayat 1 bagi Wajib Pajak badan:

Pajak Penghasilan yang terutang untuk PT Merdeka berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2009 sebesar Rp 125.000.000,00. Pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga serta yang terutang atau dibayar di luar negeri dalam tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Pemotongan PPh Pasal 22 oleh pihak lain sebesar Rp 30.000.000,002. Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar Rp 15.000.000,003. Pajak penghasilan yang dibayar di luar negeri sebesar Rp 42.500.000,00 tetapi

berdasarkan ketentuan yang dapat dikreditkan (PPh Pasal 24) sebesar Rp 40.000.000,00Angsuran PPh Pasal 25 ayat 1 untuk tahun 2010 adalah:PPh terutang berdasar SPT tahunan PPh tahun 2009 Rp 125.000.000,00Kredit pajak: PPh Pasal 22 Rp 30.000.000,00 PPh Pasal 23 Rp 15.000.000,00 PPh Pasal 24 Rp 40.000.000,00Total kredit pajak Rp 85.000.000,00 –Dasar penghitungan angsuran Rp 40.000.000,00Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan (PPh Pasal 25) dalam tahun 2010 adalah: Rp 40.000.000,00 : 12 = Rp 5.000.000,00

Page 5: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penghasilan neto menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu atau dasar penghitungan lainnya setelah dikurangi kompensasi kerugian dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sesuai ketentuan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 UU PPh, dibagi 12 ( dua belas ) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Angsuran PPh Pasal 25 Jika Terdapat Kompensasi Kerugian

Page 6: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Menteri Keuangan menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak bagi:a. Wajib Pajak barub. Bank, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, Wajib Pajak masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkalac. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu dengan tarif paling tinggi 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari peredaran bruto.

Wajib Pajak Tertentu

Page 7: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Kredit pajak terdiri dari:a. Kredit pajak dalam negeri Kredit pajak dalam negeri untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) terdiri atas PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain yaitu PPh Pasal 21, 22 dan 23. Kredit pajak dalam negeri untuk Wajib Pajak Badan terdiri atas PPh Pasal 22 dan 23.b. Kredit pajak luar negeri Kredit pajak luar negeri baik untuk

Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan adalah PPh Pasal 24.c. PPh yang dibayar sendiri

Kredit Pajak

Page 8: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

PPh yang harus dilunasi pada akhir Tahun Pajak dihitung dengan cara: PPh yang terutang atas seluruh penghasilan (yang merupakan objek pajak) selama Tahun Pajak yang bersangkutan dikurangi dengan Kredit Pajak yaitu PPh yang dilunasi dalam Tahun Pajak berjalan baik yang dibayar sendiri maupun yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain. Hasil perhitungan PPh pada akhir tahun tersebut, dapat mengakibatkan kurang bayar atau lebih bayar, sebagai berikut:a. Apabila pajak yang terutang untuk suatu Tahun Pajak ternyata lebih kecil dari jumlah

kredit pajak (pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan), maka setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah diperhitungkan dengan utang pajak

b. Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar dari kredit pajak, maka kekurangan pajak yang terutang harus dilunasi sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan. Apabila tahun buku sama dengan tahun kalender, kekurangan pajak tersebut wajib dilunasi paling lambat tanggal 31 Maret bagi Wajib Pajak orang pribadi atau 30 April bagi Wajib Pajak badan setelah Tahun Pajak berakhir, sedangkan apabila tahun buku tidak sama dengan tahun kalender, misalnya mulai tanggal 1 Juli sampai dengan 30 Juni, maka kekurangan pajak wajib dilunasi paling lambat tanggal 30 September bagi Wajib Pajak orang pribadi atau 31 Oktober bagi Wajib Pajak badan

Pajak Akhir Tahun

Page 9: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Unsur-unsur beban (penghasilan) pajak mencakup:a) beban (penghasilan) pajak kini;b) penyesuaian yang diakui pada periode berjalan atas pajak

kini yang berasal dari periode sebelumnya;c) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang

berasal dari timbulnya perbedaan temporer maupun dari realisasinya.

d) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang berasal dari perubahan tarif pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru.

e) jumlah manfaat dari rugi pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang belum diakui, yang digunakan sebagai pengurang beban pajak.

Beban Pajak

Page 10: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

1.Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus disajikan terpisah dari aset dan kewajiban lainnya dalam neraca2.Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini (prepaid taxes) dan kewajiban pajak kini (tax payable)3.Aset atau kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset atau kewajiban lancar4.Aset pajak kini harus dikompensasikan (offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah netonya disajikan dalam neraca5.Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba/rugi6.Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan restitusi PPh dan kewajiban tangguhan juga disajikan terpisah dengan utang PPh Pasal 29

Penyajian pajak tangguhan:

Page 11: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

Wajib Pajak akan melaporkan pajak-pajak yang dibayar dan/atau dipotong/dipungut dengan mengisi dan menyampaikan SPT ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. SPT memiliki beberapa fungsi:a. sebagai sarana bagi Wajib Pajak dalam melaporkan dan

mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang,b. sebagai pelaporan pembayaran atau pelunasan pajak, baik yang dilakukan Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga,c. sebagai pelaporan harta dan kewajiban serta pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemugutan pajak yang telah dilakukan.SPT dapat dibedakan menjadi 2 yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa adalah SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak bulanan. SPT Tahunan adalah SPT yang digunakan untuk pelaporan tahunan.

ETIKA DALAM PELAPORAN PAJAK

Page 12: Perhitungan Pajak Pada Akhir Tahun Berjalan

TERIMAKASIH