PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

19
0 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 7 ayat (3), Pasal 11 ayat (2), Pasal 23 ayat (3), dan Pasal 28 ayat (4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Barang yang diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 2 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 14, perlu membentuk Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Barang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Timur (Himpunan Peraturan- Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang

description

ahsjf

Transcript of PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

Page 1: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

0

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR

NOMOR 3 TAHUN 2013

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR 4 TAHUN 2012

TENTANG

PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 7 ayat (3), Pasal

11 ayat (2), Pasal 23 ayat (3), dan Pasal 28 ayat (4) Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2012 tentang

Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Barang yang

diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur

Tahun 2012 Nomor 2 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Timur Nomor 14, perlu membentuk Peraturan

Gubernur tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2012 tentang

Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Barang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Provinsi Jawa Timur (Himpunan Peraturan-

Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang

Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950

(Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang

Page 2: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 2 -

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4444);

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor

36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5145);

11. Peraturan

Page 3: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 3 -

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang

Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1993 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3527);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang

Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4655);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang

Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5135);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Manajemen Dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta

Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221);

19. Peraturan

Page 4: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 4 -

19. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2011 tentang

Forum Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 73, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5229);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang

Kendaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5317);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata

Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan Dan

Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor

187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5346);

22. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

58/KPTS/M/2012 tentang Penetapan Kelas Jalan

Berdasarkan Daya Dukung Untuk Menerima Muatan

Sumbu Terberat dan Dimensi Kendaraan Bermotor Di

Pulau Jawa dan Pulau Sumatera;

23. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri

Sipil (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Timur Tahun 1986 Nomor 3 Seri D);

24. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

Nomor 18 Tahun 1998 tentang Pengamanan dan

Pemanfaatan Prasarana Jalan dan Jembatan Dalam

Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (Lembaran

Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Tahun 1998

Nomor 2 Seri C);

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun

2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah

Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Timur Tahun 2008 Nomor 2 Seri D);

26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur

Tahun 2011 Nomor 2 Seri D);

27. Peraturan

Page 5: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 5 -

27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun

2012 tentang Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan

Barang (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun

2012 Nomor 2 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Timur Nomor 14).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA

TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN

KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI JAWA TIMUR.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Timur.

2. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Pemerintah Daerah

Provinsi Jawa Timur.

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

4. Dinas adalah Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas

Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu

Lintas Angkutan Jalan Provinsi Jawa Timur.

6. Pengawasan muatan angkutan barang adalah pengawasan

terhadap pemenuhan ketentuan mengenai tata cara

pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan, dan kelas

jalan.

7. Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan

pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di

atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah

dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel

dan jalan kabel.

8. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang

digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain

kendaraan yang berjalan di atas rel.

9. Mobil

Page 6: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 6 -

9. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari

satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan

kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

10. Alat penimbangan adalah seperangkat alat untuk

menimbang kendaraan bermotor yang dapat dipasang

secara tetap atau alat yang dapat dipindah-pindahkan

yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan

bermotor beserta muatannya.

11. Kelebihan muatan adalah jumlah berat muatan mobil

barang yang diangkut melebihi daya angkut yang diizinkan

dalam Buku Uji Berkala atau pelat samping.

12. Buku Uji Berkala adalah tanda bukti lulus uji berkala

berbentuk buku yang berisi data dan legitimasi hasil

pengujian setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan,

kereta tempelan, atau kendaraan khusus.

13. Muatan Sumbu adalah jumlah tekanan roda pada suatu

sumbu yang menekan jalan.

14. Muatan Sumbu Terberat adalah jumlah tekanan

maksimum roda terhadap jalan.

15. Perusahaan angkutan umum adalah badan hukum yang

menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang

dengan kendaraan bermotor umum.

16. Jumlah berat yang diperbolehkan yang selanjutnya

disingkat JBB adalah berat maksimum kendaraan

bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut

rancangannya.

17. Jumlah berat yang diizinkan yang selanjutnya disingkat

JBI adalah berat maksimum kendaraan bermotor berikut

muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang

dilalui.

18. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan yang telah memiliki Surat Izin

Mengemudi.

19. Sanksi

Page 7: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 7 -

19. Sanksi denda adalah sanksi yang diberikan kepada

pengemudi dan/atau perusahaan angkutan umum barang

dan/atau pemilik barang yang mengangkut barang

dengan kelebihan muatan lebih dari 5% (lima persen)

sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) dari JBI

berupa denda dengan besaran sesuai dengan kategori

yang ditetapkan.

20. Penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas dan

angkutan jalan adalah serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan

jalan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

21. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dan

wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan

penyidikan.

22. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat

PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada Dinas

Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi

Jawa Timur.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini meliputi:

a. Penyelenggaraan alat penimbangan;

b. Tata cara pembayaran denda;

c. Petugas alat penimbangan;

d. Pemberian tambahan penghasilan; dan

e. Pelaporan.

BAB III

PENYELENGGARAAN ALAT PENIMBANGAN

Pasal 3

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengendalian kelebihan

muatan angkutan barang digunakan alat penimbangan

yang terdiri dari:

a. Alat

Page 8: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 8 –

a. alat penimbangan yang dipasang secara tetap

(jembatan timbang); dan

b. alat penimbangan yang dapat dipindahkan (portable).

(2) Alat penimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, dioperasikan pada 20 (dua puluh) lokasi sebagai

berikut:

a. Jembatan Timbang Singosari di Kabupaten Malang;

b. Jembatan Timbang Rejoso di Kabupaten Pasuruan;

c. Jembatan Timbang Sedarum di Kabupaten Pasuruan;

d. Jembatan Timbang Klakah di Kabupaten Lumajang;

e. Jembatan Timbang Trosobo di Kabupaten Sidoarjo;

f. Jembatan Timbang Trowulan di Kabupaten Mojokerto;

g. Jembatan Timbang Mojoagung di Kabupaten Jombang;

h. Jembatan Timbang Guyangan di Kabupaten Nganjuk;

i. Jembatan Timbang Pojok di Kabupaten Tulungagung;

j. Jembatan Timbang Besuki di Kabupaten Situbondo;

k. Jembatan Timbang Rambigundam di Kabupaten

Jember;

l. Jembatan Timbang Watudodol di Kabupaten

Banyuwangi;

m. Jembatan Timbang Kalibarumanis di Kabupaten

Banyuwangi;

n. Jembatan Timbang Widodaren di Kabupaten Ngawi;

o. Jembatan Timbang Lamongan di Kabupaten

Lamongan;

p. Jembatan Timbang Baureno di Kabupaten

Bojonegoro;

q. Jembatan Timbang Socah di Kabupaten Bangkalan;

r. Jembatan Timbang Talun di Kabupaten Blitar;

s. Jembatan Timbang Widang di Kabupaten Tuban; dan

t. Jembatan Timbang Jrengik di Kabupaten Sampang.

(3) Alat penimbangan Portable sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b, dioperasikan di ruas jalan Nasional

dan/atau Provinsi yang belum terawasi dan/atau belum

terdapat Jembatan Timbang.

Pasal 4

(1) Jembatan timbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Jembatan Timbang

yang ex officio dijabat oleh Kepala Seksi yang menangani

operasional jembatan timbang pada Unit Pelaksana Teknis

Dinas.

(2) Kepala

Page 9: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 9 –

(2) Kepala Jembatan Timbang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mempunyai tugas untuk mengawasi operasional

alat penimbangan, mengkoordinasikan tugas antar Ketua

Regu dan bertanggung jawab atas keefektifan

pengoperasian Jembatan Timbang selama 24 (dua puluh

empat) jam.

Pasal 5

(1) Pengoperasian jembatan timbang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (2) dilaksanakan oleh petugas

jembatan timbang dalam jabatan kerja.

(2) Guna kelancaran pelaksanaan tugas, petugas jembatan

timbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibantu

oleh tenaga pembantu umum sesuai kebutuhan.

(3) Tenaga pembantu umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) terdiri atas:

a. operator komputer; dan

b. cleaning sevice.

(4) Dalam pengoperasian jembatan timbang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas dapat melibatkan

petugas Kepolisian Daerah Jawa Timur.

Pasal 6

(1) Pengoperasian jembatan timbang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 ayat (1) diselenggarakan selama 24 (dua

puluh empat) jam per hari secara berkesinambungan.

(2) Pengoperasian jembatan timbang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diselenggarakan 12 (dua belas) jam per shift

per regu dan dilakukan pergantian petugas.

(3) Masing-masing shift per regu dipimpin oleh seorang Ketua

Regu.

(4) Ketua Regu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diutamakan yang telah mempunyai kualifikasi PPNS

dan/atau berdasarkan jenjang kepangkatan.

(5) Ketua

Page 10: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 10 -

(5) Ketua Regu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

mempunyai tugas mengelola keefektifan pendataan,

pelaporan dan pengoperasian jembatan timbang sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur selama shift dalam

tanggung jawabnya.

Pasal 7

(1) Alat penimbangan portable sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (1) huruf b digunakan dalam pemeriksaan

kendaraan bermotor di jalan dan penyidikan tindak

pidana pelanggaran muatan.

(2) Pelaksanaan penimbangan dengan alat penimbangan

portable sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

bersama dengan petugas Kepolisian.

Pasal 8

(1) Pengoperasian alat penimbangan dilakukan dengan

menggunakan Sistem Informasi Manajemen Terpadu yang

berbasis pada pengolahan data elektronik.

(2) Sistem Informasi Manajemen Terpadu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling sedikit merekam dan

memuat data tentang :

a. nomor kendaraan;

b. JBI;

c. golongan Kendaraan;

d. berat kendaraan beserta muatan;

e. tingkat pelanggaran;

f. besaran sanksi denda;

g. asal tujuan perjalanan;

h. jenis muatan; dan

i. petugas penginput data.

(3) Sistem Informasi Manajemen Terpadu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk:

a. keperluan pendataan, dilaksanakan diseluruh alat

penimbangan; dan

b. keperluan pengawasan operasional alat penimbangan

dilaksanakan di Pusat Pengendalian Sistem Informasi

Manajemen Terpadu di Dinas selama 24 (dua puluh

empat) jam per hari secara berkesinambungan.

(5) Pengembangan

Page 11: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

-11 -

(4) Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Informasi

Manajemen Terpadu dilaksanakan secara rutin dan

berkesinambungan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan

Sistem Informasi Manajemen Terpadu diatur dengan

Keputusan Kepala Dinas.

Pasal 9

(1) Penimbangan kendaraan bermotor dilakukan untuk

mengetahui berat muatan dan kelebihan berat muatan

dengan tata cara sebagai berikut :

a. penimbangan kendaraan bermotor beserta muatannya

dan/atau penimbangan terhadap masing-masing

sumbu;

b. perhitungan berat muatan dilakukan dengan cara

mengurangi hasil penimbangan kendaraan beserta

muatannya dengan berat kendaraan yang telah

ditetapkan dalam buku uji;

c. kelebihan berat muatan dapat diketahui dengan cara

membandingkan berat muatan yang ditimbang dengan

JBI dalam buku uji atau plat samping kendaraan

bermotor;

d. kelebihan muatan pada tiap-tiap sumbu dapat

diketahui dengan cara membandingkan hasil

penimbangan setiap sumbu dengan muatan sumbu

terberat pada kelas jalan yang dilalui;

(2) Kelebihan berat muatan pada tiap-tiap sumbu sampai

sebesar 5 % (lima persen) dari yang ditetapkan dalam

buku uji tidak dinyatakan sebagai pelanggaran.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis penimbangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Keputusan Kepala Dinas.

BAB IV

TATA CARA PEMBAYARAN DENDA

Pasal 10

(1) Setiap angkutan barang yang mengangkut barang wajib

ditimbang pada alat penimbangan yang dipasang secara

tetap atau yang dapat dipindah-pindahkan.

(2) Angkutan

Page 12: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 12 -

(2) Angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dengan kelebihan muatan lebih dari 5% (lima persen)

sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) dari JBI

dikenakan sanksi denda.

(3) Angkutan barang dengan kelebihan muatan diatas 25 %

(dua puluh lima persen) sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dikenakan sanksi berupa pengembalian kendaraan

bermotor ketempat asal atau penurunan kelebihan

muatan.

Pasal 11

(1) Sanksi denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(2) dikenakan 1 (satu) kali pada penimbangan pertama

untuk 1 (satu) kali perjalanan dalam wilayah Daerah,

kecuali ditemukan penambahan muatan saat

penimbangan kendaraan bermotor pada alat penimbangan

berikutnya.

(2) Pembayaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibayar secara tunai/lunas dan diberikan tanda

bukti pembayaran.

(3) Apabila dalam penimbangan berikutnya terdapat selisih

berat muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dikenakan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran.

(4) Dalam hal pengemudi dan/atau perusahaan angkutan

umum yang melakukan pelanggaran tidak bisa memenuhi

sanksi denda, maka Surat Tanda Uji Kendaraan Bermotor,

dan/atau Surat Tanda Nomor Kendaraan dan/atau Surat

Izin Mengemudi dapat dijadikan jaminan.

(5) Apabila pengemudi dan/atau perusahaan angkutan umum

yang melakukan pelanggaran tidak dapat menunjukkan

surat-surat kendaraan yang sah sebagaimana dimaksud

pada ayat (4), sebagai jaminan dapat dilakukan penyitaan

terhadap kendaraan yang digunakan untuk mengangkut

barang.

(6) Pelaksanaan penyitaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) dilakukan bersama dengan petugas Kepolisian.

(7) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat

(5) dikembalikan tanpa syarat apabila kewajiban

memenuhi sanksi denda telah dipenuhi.

Pasal 12

Page 13: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 13 -

Pasal 12

(1) Pembayaran sanksi denda sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (2) dilakukan di lokasi alat penimbangan.

(2) Pembayaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan melalui pengadministrasi sanksi denda

yang ditunjuk dan disetorkan kepada Bendahara

Penerimaan Pembantu paling lama 1 (satu) kali 24 jam.

(3) Bendahara Penerimaan Pembantu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dalam waktu 1 (satu) hari kerja wajib

menyetorkan hasil penerimaan denda ke Rekening Kas

Umum Daerah pada PT. Bank Jatim.

(4) Penyetoran ke Rekening Kas Umum Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan menggunakan

Formulir Surat Tanda Setoran yang dibuat rangkap 6

(enam), dengan ketentuan :

a. lembar kesatu dan lembar kedua, dikirim ke Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah;

b. lembar ketiga, dikirim ke Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pendapatan Provinsi Jawa Timur setempat;

c. lembar keempat, dikirim ke Bendahara Penerimaan;

d. lembar kelima, diarsip oleh Bendahara Penerimaan

Pembantu; dan

e. lembar keenam diarsip oleh Bank Jatim.

(5) Penerimaan denda pada Kas Umum Daerah masuk pada

komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah pada

ayat penerimaan lain-lain.

BAB V

PETUGAS ALAT PENIMBANGAN

Pasal 13

(1) Petugas alat penimbangan dalam jabatan kerja disetiap

regu terdiri dari:

a. PPNS;

b. Penguji Kendaraan Bermotor;

c. Pengatur Lalu Lintas;

d. Operator penimbangan;

e. Pengadministrasi

Page 14: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 14 -

e. Pengadministrasi sanksi denda;

f. Pengadministrasi penindakan; dan

g. Operator Komputer.

(2) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

bertanggung jawab atas pelaksanaan proses penyidikan

pelanggaran, pengadministrasian dan pengiriman berkas

perkara hasil penyidikan.

(3) Penguji kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b mempunyai tugas untuk memeriksa

dokumen pengangkutan, buku uji, dimensi kendaraan

beserta muatannya, tata cara muat, persyaratan teknis

dan laik jalan kendaraan angkutan barang.

(4) Pengatur lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c mempunyai tugas untuk mengatur lalu lintas

angkutan barang pada saat proses penimbangan.

(5) Operator penimbangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf d bertugas melakukan penimbangan

terhadap kendaraan angkutan barang.

(6) Pengadministrasi sanksi denda sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf e mempunyai tugas menerima,

mengadministrasikan dan mengirim pembayaran denda

kepada Bendahara Penerimaan Pembantu.

(7) Pengadministrasi penindakan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf f mempunyai tugas

mengadministrasikan penerapan sanksi penindakan.

(8) Operator Komputer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf g mempunyai tugas mengoperasikan dan menginput

data penimbangan ke komputer.

Pasal 14

Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan dan tata kerja

petugas alat penimbangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas.

BAB VI

Page 15: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 15 -

BAB VI

INSENTIF DAN DISINSENTIF

Pasal 15

(1) Dalam rangka peningkatan kinerja operasional

pelaksanaan pengendalian muatan angkutan barang di

jalan, Gubernur memberikan insentif kepada petugas alat

penimbangan berupa tambahan penghasilan.

(2) Selain memberikan insentif sebagaimaana dimaksud pada

ayat (1), Gubernur dapat memberikan disinsentif kepada

petugas alat penimbangan yang melakukan:

a. tindakan indisipliner; dan/atau

b. pengoperasian alat penimbangan yang tidak sesuai

ketentuan peraturan perundang–undangan.

(3) Tindakan indisipliner sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a antara lain meliputi :

a. pelanggaran jam masuk dan pulang kerja yang telah

ditentukan;

b. melakukan pengenaan denda tidak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku;

c. melakukan pelanggaran ketentuan penggunaan

pakaian dinas; dan

d. melakukan tindakan lainnya yang tidak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

(1) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 ayat (1) meliputi :

a. uang transport;

b. uang lembur; dan

c. uang makan.

(2) Selain pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), kepada petugas alat penimbangan dapat

diberikan jaminan keselamatan dan keamanan kerja.

(3) Pemberian

Page 16: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 16 -

(3) Pemberian jaminan keselamatan dan keamanan kerja

sebagaimaana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Asuransi;

b. Uang kesehatan; dan/atau

c. Pakaian keselamatan kerja.

(4) Jumlah insentif serta jaminan keselamatan dan

keamanan kerja sebagaimaana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (3) diberikan sesuai kemampuan keuangan

daerah.

Pasal 17

(1) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (2) meliputi :

a. Pemberian hukuman sesuai Peraturan Pemerintah

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; dan

b. Pengurangan insentif;

(2) Pengurangan insentif dilakukan bersamaan dengan

pemberian hukuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a.

(3) Pengurangan insentif sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. dalam hal pemberian hukuman berupa hukuman

disiplin ringan meliputi teguran tertulis dan pernyataan

tidak puas secara tertulis, dikenakan pemotongan

insentif sebesar 15 % (lima belas persen);

b. dalam hal pemberian hukuman berupa hukuman

disiplin sedang, dikenakan pemotongan insentif sebesar

30 % (tiga puluh persen);

c. dalam hal pemberian hukuman berupa hukuman

disiplin berat, dikenakan pemotongan insentif sebesar

50 % (lima puluh persen); dan

d. dalam hal pemberian hukuman berupa pemberhentian

dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai

PNS dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai

PNS hak penerimaan insentif ditiadakan.

BAB VII

Page 17: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 17 -

BAB VII

PELAPORAN

Pasal 18

(1) Petugas alat penimbangan wajib menyusun laporan

operasional alat penimbangan

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) minimal

menggambarkan kegiatan pelaksanaan operasional

penimbangan yang telah dicapai dalam pelaksanaan

tugas.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. Laporan Harian Denda;

b. Laporan Harian Operasional Penimbangan;

c. Laporan Mingguan Operasional Penimbangan; dan

d. Laporan Bulanan Operasional Penimbangan.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling

sedikit memuat data:

a. kendaraan yang ditimbang;

b. pelanggaran kendaraan bermotor;

c. sanksi pelanggaran kendaraan bermotor;

d. muatan angkutan barang; dan

e. data pengenaan sanksi denda.

(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan

sebagai bahan untuk melakukan monitoring dan evaluasi

dalam pelaksanaan operasional penimbangan di jembatan

timbang.

Pasal 19

(1) Laporan Harian Denda sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 ayat (3) huruf a, merupakan data rekapitulasi

mengenai jumlah dan golongan kendaraan angkutan

barang yang ditimbang, jumlah dan tingkat pelanggaran

yang dilakukan oleh kendaraan angkutan barang, serta

jumlah denda yang dikenakan.

(2) Laporan Harian Denda sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disampaikan kepada Kepala Jembatan Timbang.

(3) Laporan Harian Denda sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala

Dinas.

Pasal 20

Page 18: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 18 -

Pasal 20

(1) Laporan Harian Operasional Penimbangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf b merupakan

data rekapitulasi operasional penimbangan setiap 24 (dua

puluh empat) jam dalam 1 (satu) hari.

(2) Laporan Mingguan Operasional Penimbangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf c

merupakan data rekapitulasi operasional penimbangan

setiap 7 (tujuh) hari dalam 1 (satu) bulan.

(3) Laporan operasional penimbangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan kepada Kepala

Jembatan Timbang sebagai bahan penyusunan Laporan

Bulanan Operasional Penimbangan.

(4) Laporan Bulanan Operasional Penimbangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) merupakan data rekapitulasi

operasional penimbangan setiap 30 (tiga puluh) hari

dalam 1 (satu) tahun.

(5) Laporan Bulanan Operasional Penimbangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf d disampaikan kepada

Dinas pada minggu pertama bulan berikutnya secara

berkesinambungan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Keputusan

Gubernur Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2004 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7

Tahun 2002 tentang Pengendalian Kelebihan Muatan

Angkutan Barang Di Jawa Timur sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 41 Tahun

2007 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Jawa

Timur Nomor 5 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2002

tentang Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Barang di

Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun

2007 Nomor 41 Seri E1), dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku.

Pasal 21

Page 19: PERGUB_3_2013 KEPGUB_5_2004[C] PERGUB_41_2007[C]

- 19 -

Pasal 22

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan

penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal 14 Januari 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd

Dr. H. SOEKARWO

DIUNDANGKAN DALAM BERITA DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR

TGL. 14-1-2013 No 3 Th 2013/ D