PERGESERAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA …
Transcript of PERGESERAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA …
PERGESERAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA
PADA PENGGUNA INSTAGRAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
RASAS MITA
105331100716
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
An-kabut: 6 Allah berfirman,
Artinya, "Barang siapa yang bersungguh sungguh, sesungguhnya kesungguhan
tersebut untuk kebaikan dirinya sendiri"
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini di persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak H. Muh. Amir dan Ibu Hasriah terima
kasih atas kasih sayang yang berlimpah yang selalu memberikan motivasi
dalam hidupku dan yang selalu memberiku semangat dalam menjalani
kehidupan
2. Ketiga Adikku, Suhaelah, Ashar dan Kamriah Amila yang selalu
memberiku semangat dalam menjalani kehidupan.
3. Keluarga dan sahabat-sahabat seperjuangan yang tak pernah lelah
mendukung dan memotivasi serta memberi nasihat.
vii
ABSTRAK
Rasas Mita 2020 ‖Pergeseran Makna Kosakata Bahasa Indonesia pada
Pengguna Instagram‖ Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing di bimbing oleh Munirah dan Rosdiana.
Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan Pergeseran Makna
Kosakata Bahasa Indonesia pada Pengguna Instagram . Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan kemudian
mendeskripsikan serta mengungkapkan pergeseran makna kosakata dalam bahasa
Indonesia sesuai kenyataannya dalam pemakaian bahasa.dalam penelitian ini ,
data kosakata yang mengalami pergeseran makna dikumpulkan kemudian
dikelompokkan,sesuai dengan jenis pergeseran maknanya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergeseran makna kosakata dalam
bahasa Indonesia memiliki enam kategori yaitu generalisasi, spesialisasi,
ameliorasi, peyorasi, sinestesia, dan asosiasi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
macam caption instagram yang dibuat oleh para remaja. Pergeseran makna ini
terjadi karena beberapa faktor seperti adanya maksud tertentu seperti peringatan
dan pesan moral, relevansi kata dengan zaman, atau penghargaan yang ingin
disematkan terhadap objek yang diikuti oleh kata tersebut.
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi yang komprehensif
bagi penelitian-penelitian ke depannya dan bagi masyarakat terkait dengan
pentingnya memahami pergeseran makna agar tak terjadi salah penafsiran dan
kesalahpahaman.
Kata Kunci: Pergeseran makna, kosakata, pengguna instagram.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat di susun untuk memenuhi syarat
dalam penyelesaikan studi ini yang berjudul ―Pergeseran Kosakata Bahasa
Indonesi Pada pengguna Instagram‖
Salah satu dari sekian banyak pertolongan-Nya yang penulis rasakan
adalah uluran tangan, bantuan dari berbagi pihak. Karena itu adalah suatu
kewajiban penulis untuk menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung, baik selama
penulis menempuh pendidikan ataupun dalam proses penyelesaian.
Dengan penuh kerendahan hati tak lupa penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua orang tua yang tulus ikhlas membesarkan dan memberikan kasih
sayangnya disertai doa demi kesuksesan penulis demi meraih cita-cita dan
saudara-saudaraku yang selalu saya banggakan yang telah memberikan jasa
dan cinta yang tak ternilai harganya.
2. Bapak Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
ix
3. Bapak Erwin Akib, M.Pd, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Munirah, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Unismuh Makassar sekaligus pembimbing I yang telah
memberikan kritik dan saran yang senantiasa menjadi arahan dan dorongan
dalam menyeslesaikan tugas akhir.
5. Ibu Rosdiana,S.Pd., M.Pd. Sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan kritik dan saran yang senantiasa menjadi arahan dan dorongan
dalam menyeslesaikan tugas akhir.
6. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing dalam
perkuliahan sebagai bekal ilmu.
7. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat, khususnya untuk penulis dan
untuk pembaca pada umumnya, serta dapat memberi sumbangan pemikiran,
kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan.
Makassar 2020
Rasas Mita
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
PERSETUJUN PEMBIMBING ................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
ABSTARAK.................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 6
A. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 6
B. Kajian Teori ......................................................................................... 9
1. Pergseran (Perubahan) Makna ...................................................... 9
2. Pengertian Makna ......................................................................... 11
3. Kosakata ....................................................................................... 12
xi
4. Jenis-jenis pergeseran makna ....................................................... 18
5. Instagram ...................................................................................... 24
C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 29
A. Rancangan Penelitian ........................................................................... 29
B. Data dan Sumber Data ......................................................................... 30
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30
D. Teknik Analisis Data ............................................................................ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 33
A. Hasil penelitian..................................................................................... 33
B. Pembahasan .......................................................................................... 62
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 74
A. Kesimpulan .......................................................................................... 74
B. Keterbatasan dan Saran ........................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Akun Instagram yang Dijadikan Sumber Data ............................. 33
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Generalisasi pada caption @indahhkasim ........................................ 34
Gambar 4.2 Generalisasi pada caption @muhrezaes__ ....................................... 35
Gambar 4.3 Generalisasi pada caption @rusliyah.abd ......................................... 36
Gambar 4.4 Generalisasi pada caption @irmawatiwahyuningsi .......................... 37
Gambar 4.5 Generalisasi pada caption @muhrezaes__ ....................................... 38
Gambar 4.6 Spesialisasi pada caption @muhrezaes_ ........................................... 39
Gambar 4.7 Spesialisasi pada caption @muhrezaes__ .......................................... 40
Gambar 4.8 Spesialisasi pada caption @iinpratiwi29_ ........................................ 41
Gambar 4.9 Spesialisasi pada caption @muhrezaes__ ......................................... 42
Gambar 4.10 Spesialisasi pada caption @muhrezaes__ ....................................... 43
Gambar 4.11 Ameliorasi pada caption @muh.ihsan_rajab ................................... 44
Gambar 4.12 Ameliorasi pada caption @muhrezaes__ ........................................ 45
Gambar 4.13 Ameliorasi pada caption @muhrezaes__ ........................................ 46
Gambar 4.14 Ameliorasi pada caption @khairunnisanur3 ................................... 46
Gambar 4.15 Ameliorasi pada caption @iinekaswtry .......................................... 47
xiv
Gambar 4.16 Peyorasi pada caption @wawan_pasalli1109 ................................. 48
Gambar 4.17 Peyorasi pada caption @wawan_pasalli1109 ................................. 49
Gambar 4.18 Peyorasi pada caption @lianaamalia_ ............................................ 50
Gambar 4.19 Peyorasi pada Caption @ikhaa185 ................................................. 51
Gambar 4.20 Peyorasi pada caption @finnamel .................................................. 52
Gambar 4.21 Sinestesia pada caption @muhrezaes__ .......................................... 53
Gambar 4.22 Sinestesia pada caption @wawan_pasalli1109 ............................... 54
Gambar 4.23 Sinestesia pada caption @tarantula.ra07 ......................................... 55
Gambar 4.24 Sinestesia pada caption @muhrezaes__ .......................................... 55
Gambar 4.25 Sinestesia pada caption @kiki.indrawati27 .................................... 56
Gambar 4.26 Asosiasi pada caption @nurhalisahusain ........................................ 57
Gambar 4.27 Asosiasi pada caption @kiki.indrawati27 ....................................... 58
Gambar 4.28 Asosiasi pada caption @ikhaa185 ................................................... 59
Gambar 4.29 Asosiasi pada caption @anniisa7462 .............................................. 60
Gambar 4.30 Asosiasi pada caption @ikhaa185 ................................................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergeseran makna (juga disebut pergeseran makna, pengembangan
makna, atau penyempitan makna) merupkan evolusi penggunaan kata-kata
biasanya hingga tahapan makna modern menjadi sangat berbeda dari
makna aslinya. Kata setiap kata dalam setiap bahasa dapat saja mengalami
pergeseran makna sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahasanya. Di
dalam peristiwa interaksi verbal manusia selalu menggunakan kata di
dalam suatu kalimat atau ujaran dari bahasa yang mereka gunakan.
Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam
berkomunikasi, yaitu sebagai alat komunikasi yang paling utama. Seiring
dengan perkembangan zaman, pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari mulai bergeser oleh pemakaian bahasa
anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Sehubungan dengan itu,
perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap bahasa
Indonesia. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bahasa menjadi alat
yang paling efektif dalam setiap aktivitas komunikasi. Setiap manusia
memerlukan bahasa agar dapat menyampaikan apa yang ada dalam
pikirannya. Dalam pemakaiannya, bahasa menjadi sangat beragam.
Keragaman bahasa sangat bergantung pada kebutuhan dan tujuan
komunikasi. Bahasa dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Seiring
majunya peradaban manusia, termasuk di Indonesia, banyak cara yang
2
dipilih pemakai bahasa dalam berkomunikasi bahkan pilihan cara
komunikasi tidak hanya semakin beragam tapi juga semakin canggih
sehingga menimbulkan kesalahan dalam penggunaan Bahasa Indonesia di
era sekarang. Di saat ini perkembangan semakin pesat perkembangan dan
berbagai pengaruh-pengaruh globalisasi semakin menjalar. Terutama di
kalangan remaja. Di zaman sekarang serasa segalanya sudah berbeda,
apalagi jika dibandingkan dengan zaman dahulu. Dari segi tingkah laku
dan gaya bahasa yang digunakan pun saat ini juga berbeda dengan dengan
zaman dulu.
Terlaksananya komunikasi yang baik, lancar dan terarah antara
pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca sangat ditentukan
oleh makna kata atau kalimat dalam bahasa yang digunkannya. Selain itu,
dukungan situasi yang dihadapi turut menentukn. Oleh sebab itu, pemakai
bahasa harus selalu mengikuti perkembangan makna. Dewasa ini, makna
kata suatu bahasa terus mengalami perkembangan, baik secara linguistik
maupun secara nonlinguistik. Perkembangan makna kata dari segi jenis
atau ragamnya dapat dilihat dari perkembangan makna sebuah kata yang
dulunya hanya mengacu pada makna dasar (denotatif) tetapi dalam
perkembanganselanjutnya kata tersebut mengalami penambahan makna
yang menunjuk kepada sesuatu yang berbeda pada makna dasarnya.
Alasan peneliti mengambil judul ―Pergeseran Makna Kosakata
pada Instagram karena salah satu fenomena komunikasi yang paling
pesat saat ini adalah penggunaan bahasa yang didukung oleh perangkat
3
teknologi canggih, khususnya bahasa yang digunakan pada jejaring sosial
seperti Instagram. Adapun contoh pergeseran makna kosakata yang
misalnya kata wanita bermakna ‗orang (manusia) dan perempuan yang
merupakan dua kata yang bersinonim. Akan tetatapi, kedua kata tersebut
mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata wanita dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia (2012: 1556) bermakna‘perempuan dewasa‘ sedangkan
kata perempuan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2012:1054)
bermakna ‗orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi,
hamil, melahirkan dan menyusui. Jadi dikatakan bahwa kata perempuan
memiliki makna atau nilai rasa yang rendah (kootasi kurang baik.
Perbedaan nilai ini dapat dilihat dan dirasakan dalam pemakaian sehari-
hari, misalnya sering orang mengatakan perempuan jalanan, tetapi jarang
sekali didengar ungkapan wanita jalanan. Demikian juga sebaliknya sering
dilihat dan dibaca dituliskan dharma wanita tetapi jarang sekali atau
bahkan tidak pernah ditemukan tulisan dharma perempuan.
Hal ini diperjelas dari penelitian 1) Firnasari (2015) pergeseran
makna kosakata bahasa Indonesia , 2) Hesti Retnosari (2013) pergeseran
bahasa Jawa dialek Banyumasan di Kalangan remaja dalam
berkomunikasi, 3) Hijriyani (2018) pergeseran bahasa Jawa di Desa
Karyamukti Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim, 4) Sahril
(2018) pergeseran bahasa daerah pada anak-anak di Kaula Tanjung
Sumatra Utara dan , 5) Hasming (2009) pergeseran makna bahasa Bugis
dialek Sinjai pada penutur bahasa Bugis Sinjaidi Makassar. Namun
4
berbeda dengan rencana peneliti yang membahas pergeseran makna
kosakata bahasa Indonesia . Maka peneliti menganalisis pergesesaran
makna kosakata yang digunakan remaja pada Instagram karena banyak
remaja yang menggunakan kosakata baru pada media sosial.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih Instagram
sebagai objek penelitian sekripsi ini. Pada penelitian ini peneliti
memfokuskan pembahasan mengenai pergeseran makna kosakata terhadap
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada pengguna
Instagram dikalangan remaja. Peneliti membatasi masalah yang akan
dibahas dalam proposal ini yaitu, jenis-jenis pergeseran makna kosakata
yaitu generalisasi, spesialisasi, ameliora, peyorasi, sinestesia, dan
asosiasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
masalah yang diteliti adalah ―Bagaimana Pergeseran Makna Kosakata
Bahasa Indonesia pada Pengguna Instagram‖ ?
C. Tujuan Penelitian
Berdsarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian adalah
untuk mendeskripsikan Pergeseran Makna Kosakata Bahasa Indonesia
pada Pengguna Instagram.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memenuhi
informasi, mengenai pergeseran bahasa. Penelitian ini juga diharapkan
dapat memberi informasi, tentang jenis-jenis pergeseran makna
memberikan pemahaman dan pengethuan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti maupun pembaca. Adapun manfaat praktis yang diperoleh yaitu:
a. Secara akademis hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian ilmu
bahasa yang menjelaskan kebahasaan
b. Bagi pembaca jenis-jenis pergeseran makna kosakata dapat dijadikan
pengetahuan tentang kebahasaan
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian yang Relevan
Firnasari (2016) ―Pergeseran Makna Kosakata Bahasa Indonesia
Harian Tribun Timur (Tinjauan Semantik). Hasil penelitian ini
menjelaskan perubahan makna kata yang terdapat pada harian Tribun
Timur terdiri atas perluasan makna, penyempitan makna, ameliorasi, dan
peyorasi serta faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna
kosakata pada harian Tribun Timur yaitu perkembangan dalam bidang
ilmu dan teknlogi, perkembangan sosial budaya, perbedaan bidang
pemakaian,dan perbedaan tanggapan.
Kesamaan yang terdapat pada penelitian Firnasari dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas pergeseran kosakata dan
mengunakan metode deskriptif kualitatif untuk memperoleh gamabaran
secara objektif. Sedangkan yang membedakan penelitian Firnasari
menganalisi jenis- jenis perubahan atau pergeseran dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pergeseran atau perubahan makna kosakata pada
harian Tribun Timur sedangkan penelitian ini menganalisis bentuk-bentuk
kosakata bahasa Indonesia
Hesti Retnosari (2013) ―Pergeseran Bahasa Jawa Dialek
Banyumasan di Kalangan Remaja dalam Berkomunikasi‖. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa 1) Remaja Desa Adimulya malu untuk
menggunakan bahasa Jawa Bayumas dalam berkomunikasi sehari-hari, ini
7
dikarenakan bahasa Jawa Bayumas dianggap bahasa pinggiran dan bahasa
ndeso yang memiliki logat yang medhok dan kasar. 2) Perubahan Bahasa
Jawa Bayumas merupakan sebab dari remaja yang pergi ke kota-kota besar
untuk bekerja dan setelah pulang mengakibatkan remaja menggunakan
bahasa gaul dalam berinteraksi.
Kesamaan yang terdapat pada penelitian Hesti Retnosari dengan
penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk
memperoleh gamabaran secara objektif. Sedangkan yang membedakan
penelitian Hesti Retnosari membahas perubahan sosial, sosiolinguistik
dan etnolinguistik dan penelitian membahas kosakata
Hijriyani (2018) ―Pergeseran bahasa Jawa di Desa Karyamukti
Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim‖. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa bahasa jawa telah bergeser pada masyarakat golongan
muda pada setiap rana yaitu ranah keluarga, rana kekariban, rana
ketetangggan, rana pendidikan, rana agama, rana transaksi, dan rana
pemerintahan. Hasil dari skala imlikasional yaitu 85,8%. Hal ini
menunjukkan bahasa Jawa di Desa Karyamukti Kecamatan Gelumbang
Kabupaten Muara Enim mengalami pergesan bahasa. Saran yang
disampaikan dalam penelitian ini adalah bahasa daerah harus
dipertahankan , baik dari golongan tua maupun golongan muda.
Kesamaan yang terdapat pada penelitian Hijriyani dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas pergeseran bahasa dan
mmenggunakan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan yang
8
membedakan penelitian Hijriyani menggunakan Skala dan penelitian ini
tidak menggunakan skla .
Sahril (2018), ―Pergeseran Bahasa Daerah pada Anak-Anak di
Kaula Tanjung Sumatra Utara‖. Hasil penelitian menunjukkan adanya
kondisi pergeseran bahasa di kalangan anak-anak di Kuala Tanjung
berdasarkan analisis persentase data kuesioner. Penggunaan bahasa pada
ranah keluarga dan ranah resmi dan tidak resmi di sekolah menunjukkan
dominannya penggunaan bahasa Indonesia. Berdasarkan perhitungan
persentase, hampir semua jawaban responden menunjukkan kurangnya
penggunaan bahasa daerah oleh anak-anak walaupun dari segi sikap
responden terhadap penggunaan bahasa daerah cukup mengembirakan,
yang ditunjukkan oleh hasil persentase kuesioner. Akan tetapi, tidak
memberi pengaruh pada pemertahanan bahasa daerah sehingga
disimpulkan telah terjadi pergeseran bahasa.
Kesamaan yang terdapat pada penelitian Sahril dengan penelitian
ini adalah sama-sama mengunakan metode deskriptif kualitatif untuk
memperoleh gamabaran secara objektif. Sedangkan yang membedakan
penelitian Sahril menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner, dan
wawancara yang dilengkapi dengan instrumen penelitian,dan penelitian ini
tidak mengunakan teknik tersebut hanya menggunakan teknik observasi,
teknik baca dan teknik dokumentasi.
Hasming (2009) ―Pergeseran Makna Bahasa Bugis Dialek Sinjai
pada Penutur Bahasa Bugis Sinjaidi Makassar‖. Hasil penelitian ini
9
menunjukkan bahwa pada bahasa bugis dialek Sinjai dan bahasa bugis
Sinjai di Makassar juga terdapat banyak perubahan makna . kemudian
―Perubahan Makna Akibat Perubahan Status Bahasa‖ (1998) yang ditulis
oleh Juharni. Dalam skripsinya Juharni tersebut, dibahas perubahan makna
kata dari bahasa daerah dan dari bahasa asing. Juharni dalam skripsinya
membahas mengenai perubahan makna dengan kata dari bahasa daerah
dan bahasa asing. Hasil penelitian menunukkan bahwa pada bahasa daerah
dan bahasa asing juga terdapat banyak perubahan makna.
B. Kajian Teori
1. Pergeseran (Perubahan) Makna
Dalam pergeseran makna selalu ada hubungan (asosiasi) antara
makna lama dan makna baru, tidak peduli apapun yang menyebabkan
pergeseran itu terjadi. Dalam beberapa hal, asosiasi begitu begitu kuat
untuk mengubah makna dengan sendirinya, sebagian lagi asosiasi itu
hanyalah suatu wahana untuk suatu pergeseran yang ditentukan sebab-
sebab lain tetapi bagaimanapun suatu jenis asosiasi akan mengalami
proses, dalam pengertian ini asosiasi dapat dianggap sebagai suatu syarat
mutlak bagi pengertian itu asosiasi dapat dianggap sebagai suatu syarat
mutlak bagi perubahan makna (Stephen, 2007:263-264).
―Panta rei” kata heraktetitos ―semua mengalir, semua berubah‖.
Demikian pula kata-kata atau maknanya pun turut berubah sesuai dengan
pergeseran zaman. Pergezeran zaman atau pergeseran makna seringkali
10
bersamaan dengan pergeseran sosial yang disebabkan oleh peperangan
perpindahan penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,
ekonomi, budaya, dan faktor-faktor lainnya.Pergeseran makna dalam suatu
bahasa dianggap sebagai peristiwa kebahasaan yang wajar, dikatakan
wajar kaena bahasa sebagai alat komunikasi bagi masyarakat pemakainnya
tidak bersifat statis, tetapi karena adanya pergeseran kehidupan sosial
masyarakat pemakainannya.
Pergeseran makna kata dalam bahasa indonesia perlu ditelusuri dan
mendapat perhatian yang serius, mengingat perkembangan bahasa
Indonesia dewasa ini semakin pesatnya. Demikian pula ynag terjadi pada
bahasa yang dipakai oleh masyarakat yang bersangkutan, selalu terjadi
pergeseran terutama yang menyangkut pergeseran makana kata. Tarigan
(1985:17) menyangkut bahwa kata-kata yang sesuai dapat mengalami
pergeseran makna dapat pula disebabkan oleh hilangnya motivasi atau
dorongan umtuk menggunakan makna yang ada, akhirnya diupayakan
makna lain yang lebih bersifat konseptual dan lebih hidup.
Pergeseran makna pada umumnya menyangkut pergeseran
pengertian atau benda yang ditunjukkan oleh nama dalam bahasa yang
bersangkutan. Maksudnya, nama dari suatu konsep yang ditunjukkan itu
tetap, sedangkan pengertian yang dimaksud berubah. Dapat pula terjadi
sebaliknya, yaitu pengertian berubah tetapi nama yang ditunjukkan tetap
seperti semula. Sebagai contoh, kata bapak dan ibu, untuk menyebut atau
11
menyapa orang yang mempunyai status sosial yang lebih tinggi walaupun
usianya jauh lebih muda dari orang yang menyapanya.
2. Pengertian Makna
Dalam pembahasan sebelumnya, telah disinggung secara sekilas
bahwa semantik adalah telaah makna. Persoalan makna secara sekilas
bahwa semantik adalah telaah makna. Persoalan makna persoalan yang
menarik dalam kehidupan sehari-hari Istilah makna (meaning) merupakan
kata dan istilah yang membingungkan. Bentuk makna diperhitungkan
sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu
tertentu, yakni dalam bidang ilmu linguistik.
Istilah makna meskipun membingunkan, sebenarnya lebih dekat
dengan kata. Bagi orang awam, untuk memahami makna kata tertentu ia
dapat mencari kamus sebab didalam kamus terdapat makna yang disebut
makna lesikal. Dalam kehidupan sehari-hari orang sulit menerapkan
makna yang terdapat didalam kamus, sebab makna sebuah kata sering
bergeser jika berada dalam satuan kalimat. Dengan kata lain setiap kata-
kata mempunyai makna luas.
Kemudian Stevenson (dalam Pateda, 2010:82) perpendapat bahwa,
jika seorang menafsirkan makna sebuah lambang, berarti ia memikirkan
sebagaimana mestinya tentang lambang tersebut, yakni suatu keinginan
untuk mengahasilkan jawaban tertentu dengan kondisi-kondisi tertentu
pula. Selanjutnya, ogden dan Rivhards (dalam Pateda 2010:82)
mengatakan bahwa makna adalah suatu perbendaharaan kata yang
12
intrinsik dan sesuatu yang secara aktual dihubungkan dengan suatu
lambang oleh hubungan yang telah dipilih. Selanjutnya, menurut Sarwiji
(2008:71) yang dimaksud dengan makna adalah makna yang terdapat yang
berhubungan dengan kalimat atau kelompok yang ada didalam sebuah kata
dalam kajian kebahasaan.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makna
merupakan konsep yang lahir dari hasil interpresentasi yang menunjuk
pada suatu arti tertentu yang dapat dipahami. Hal ini berarti bahwa makana
itu berkaitan erat dengan upaya agar setiap pemakai bahasa bisa saling
memahami dengan apa yang telah dituturkan. Oleh karena makna hanya
berlaku untuk bahasa yang bersangkutan, makna dengan sendirinya pula
makna berbentuk berdasarkan sistem aturan yang berlaku yang dimiliki
oleh bahasa tersebut.
Makna kata dalam pemakai bahasa selalu mengalami perubahan
dari waktu ke waktu, sehingga sering memberikan kesulitan bagi pemakai
bahasa. Seperti yang dikatakan oleh Keraf (1984:45) bahwa, ― menelusuri
perkembangan makna kata dalam suatu bahasa merupakan suatu hal yang
sangat penting diperhatikan dari waktu ke waktu, maka kata dapat
mengalami perubahan sehingga akan mengalami kesulitan baru bagi
pemakai bahasa yang bersifat konservatif‖
3. Kosakata
Kosakata berarti perbendaharaan kata atau kekayaan kata yang
dipakai.Sebagai tolok ukur keterampilan berbahasa kosakata merupakan
tolok ukur perbendaharaan kata yang dipakai, wawasan kata yang
13
digunakan, serta ketetapan pemakaiannya dalam konteks kalimat. Keraf
(2009: 80) mengatakan bahwa kosakata adalah keseluruhan kata yang
berada dalam ingatan seseorang yang segera akan menimbulkan reaksi bila
mendengar materi membaca Selanjutnya, Adwinata (dalam Martono,
1990: 5) mengaitkan kosakata sebagai berikut (1) semua kata yang
terdapat dalam semua bahasa; (2) kata yang dikuasai oleh seseorang atau
kata-kata yang dipakai oleh segolongan orang dalam lingkungan yang
sama; (3) daftar sejumlah kata atau frasa dari sebuah bahasa yang disusun
secara alfabetis disertai bahasa dan keterangannya.
Menurut Kridalaksana (1993: 127), bahwa kosakata adalah (1)
komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna/arti dan
pemakaian kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh
seseorang pembicara, penulis dari suatu bahasa.Selanjutnya, Soedjito
(dalam Citra, 1999: 9) mengemukakan bahwa kosakata dapat diartikan
sebagai (1) semua kata yang terdapat dalam satu bahasa; (2) kekayaan kata
yang dialami oleh pembicara dan penulis; (3) kata yang dipakai dalam satu
bidang ilmu pengetahuan; (4) daftar kata yang disusun seperti kamus yang
disertai penjelasan singkat dan praktis
Kosakata atau pembendaharaan dalam bahasa Inggris disebut
lekxikon yang berarti kata. Cabang ilmu linguitik yang mempelajari kata
atau leksikon disebut leksikologi. Menurut Soekesi (1994:7) kosakata
dapat diartikan menjadi beberapa pengertian, yaitu semua kata yang ada
dalam satu bahasa, kata yang dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang
14
dipakai oleh golongan orang dari lingkungan yang sama, kata-kata yang
dipakai dalam satu bidang keilmuan, seluruh morfem yang ada dalam satu
bahasa, dan daftar sejumlah kata dan frasa dari suatu bahasa yang disusun
secara alfabetis disertai batasan dan keterangannya.
Secara leksikal kata merupakan satuan terkecil untuk leksikon atau
kata yang disebut menjadi entri dalam kamus. Kata secara leksikal
merupakan dasar untuk kalimat yakni yang kombinasi yang ditentukan
oleh unsur sintaksis (Soekaesi 1994:9). Soedjito (1992:1) mengungkapkan
bahwa kosakata (pembendaharaan kata) dapat diartikan sebagai berikut
yaitu (1) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, (2) kekayaan kata
yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, (3) kata yang dipakai
dalam suatu bidang ilmu pengetahuan, dan (4) daftar kata yang disusun
seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.
Berdasarkan tingkat pemakaiannya, kosakata ada dua yaitu
kosakata aktif dan kosakata pasif. Kosakata aktif adalah kosakata yang
sering dipakai dalam berbicara dan menulis adapun kosakata pasif adalah
kosakata yang jarang atau tidak pernah dipakai (Soedjito 1992:1).
Di dalam linguistik dikenal istilah basic vocabulary atau kosakata
dasar (Tarigan 1986:2). Kosakata dasar adalah kata-kata yang tidak mudah
berubah atau sedikit sekali mengalami perubahan. Kosakata yang
termasuk ke dalamnya adalah istilah kekerabatan, nama-nama bagian
tubuh, kata ganti, kata bilangan pokok, kata kerja pokok, kata keadaan
pokok, dan benda-benda universal (Tarigan 1986:2).
15
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kosakata
cukup luas tidak terbatas pada perbendaharaan kata. Pengertian kosakata,
yaitu kata-kata yang dikuasai oleh seseorang, kata-kata yang terdapat
dalam satu bahasa, kata yang dipakai dalam satu bidang ilmu pengetahuan,
kata-kata yang disusun dalam kamus secara alpabetis disertai penjelasan
secara singkat dan praktis.
a. Pembagian kosakata dalam bahasa Indonesia
Pembagian kosakata atau kelas kata dalam bahasa Indonesia telah
banyak dilakukan oleh para ahli bahasa. Berikut ini akan diuraikan
beberapa bagian kosakata tersebut.
Meolino (1998: 62) mengelompokkan jenis kata, yaitu :
1) Verba atau kata kerja adalah semua kata yang menyatakan
perbuatan misalnnya mengetik, meraba, melihat, mencuci dan lain-
lain.
2) Nomina atau kata benda adalah nama dari semua benda dan segala
yang diadakan misalnnya meja, kursi,tas,jam dan lain-lain.
3) Adjektiva adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sifat atau
keadaan orang, benda, binatang, (putih, bersih, gemuk, kurus, dan
lain-lain.
b. Sumber kosakata bahasa Indonesia
Kosakata bahasa Indonesia dapat bersumber dari kosakata bahasa
Indonesia, kosakata bahasa serumpun (bahasa daerah),,dan kosakata
bahasa asing.
16
1) Kosakata bahasa Indonesia
Kata Indonesia yang dijadikan bahan istilah adalah kata umum, baik
yang lazim maupun yang tidak lazim, yang memenuhi salah satu
syarat atau lebih , berikut ini.
a) Kata yang dengan tepat mengungkapkan makana konsep, proses,
keadaan atau sifat yang dimaksudkan, seperti tunak (steady), telus
(percolate), imak (simulate)
b) Kata yang lebih singkat dari pada kata yang lain yang beracuan
sama, seperti gulma jika dibandingkan dengan tumbuhan
pengganggu, suaka (politik) jika dibandingkan dengan
perlindungan (politik).
c) Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk yang sedap
didengar (eufonik),seperti pramuria jika dibandingkan dengan
hostes, tunakkarya jika dibandingkan dengan pengannggur
Di samping itu, istilah dapat berupa kata umum yang diberi
makna baru atau makna khusus dengan jalan menyempitkan atau
meluaskan makna asalnya. Misalnnya berumah dua, garam, garis
bapak, hari jatuh, hitung dagang, pejabat teras, suaka politik,
tapak, titik sudut.
2) Kosakata bahasa serumpun
Jika di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang dengan
tepat dapat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat
yang dimaksudkan, maka yang dipilih untuk mewakili konsep
17
tersebut adalah kosakata yang berasal dari bahasa serumpun, baik
yang lazim maupun yang tidak lazim yang memenuhi ketiga syarat
yang telah disebutkan.
Misalnnya :
Istilah yang lazim
Gambut (sunda)
Nyeri (sunda)
Istilah yang tidak lazim atau sudah kuno
Gawali (jawa)
Luag (Bali, Bugis, Minangkabau, Sunda)
3) Kosakata bahasa asing
Jika dalam bahasa Indonesia atau bahasa serumpun tidak ditemukan
istilah yang tepat, maka bahasa asing dapat dijadikan sumber
peristilahan Indonesia. Istilah baru dapat dibentuk dengan jalan
menerjemahkan, menyerap, dan menyerap sekaligus menerjemahkan
istilah asing.
Misalnnya :
Istilah dari bahasa Sangsekerta
Saya nama
Istilaha bahasa Portugis
Jendela bendera
Kemeja minggu
18
4. Jenis-Jenis Pergeseran Makna
Hubungan atau kontak antara bahasa yang satu dengan bahasa
yang lain merupakan hal yang wajar. Inilah salah satu ciri bahasa yang
hidup. Bahasa yang hidup selalu mengalami perkembangan. Salah satu
wujud perkembangannya adalah menyerap (menerima) unsur bahasa lain
yang diperlukan. Unsur bahasa yang dimaksud terutama koskata
(perbendaharaan kata). Makna kata-kata yang masuk itu dapat mengalami
pergeseran sesuai dengan kebutuhan dan ruang lingkup pemakaian oleh
masyarakat penerimaannya. Gejala atau peristiwa pergeseran tersebut
dapat berupa perluasan makna (makna melus), penyempitan makna
(makna menyempit), pergesera konsep atau maksud (pergeseran total), dan
pergeseran nilai/rasa (ameliorasi dan peyorasi).
Tarigan (2015:79) mengemukakan secara singkat mengenai
macam-macam pergeeseran makna yang ada dalam kosakata bahasa
Indonesia.
a. Generalisasi ( Perluasan)
Generalisasi atau perluasan adalah suatu proses pergeseran
makna kata dari yang lebih khusus kepada yang lebih umum, atau dari
yang lebih sempit kepada yang lebih luas. Dengan kata lain, bahwa
cakupan masa kini lebih luas daripada makna masa lalu. Secara lebih
singkat ada kemajuan makna baru lebih luas daripada makna lama
atau makna dulu. Kemajuan tersebut disebabkan oleh faktor
lingkungan pemakaian kata yang bersangkutan. Hal ini terjadi secara
19
historis, bahwa pemakaian kata-kata tersebut pada mulanya terbatas
pada suasana atau ruangan lingkup bidang tertentu saja, kemudian
meluas dalam berbagai kegitan atau bidang
Perluasan makna tidaklah berarti bahwa makna asal atau
makna semula hilang sama sekali, akan tetapi makna asalnya masih
tetap terasa walaupun tidak dipakai atau jarang dipakai. Dengan
demikian, baik makna asal atau makna semula masih tetp melekat
pada kata yang bersangkutan misalnya, kata saudara yang pada
mulanya hanya bermakna ‗seperut‘ atau ‗sekandung‘, kemudian
maknanya berkembang menjadi‘ siapa saja ynag sepertalian darah‘.
Contoh-contoh dalam kalimat berikut :
1) Saudara saya hanya dua orang;
2) Surat saudara sudah saya terima;
3) Sebetulnya dia masih saudara saya, tetapi sudah agak jauh;
4) Bingkisan untuk saudara-saudara kita di Timor Timur.
Perluasan makna yang terjadi pada kata saudara terjadi juga
pada kata-kata kekerabatan lain seperti kakak, adik, ibu, dan bapak.
Kakak yang sebenarnya bermakn saudara sekandung yang lebih tua,
meluas maknanya menjadi siapa saja yang pantas dianggap atau
disebut sebagai saudara sekandung yang lebih tua. Begitu pula
dengan adik yang maknanya meluas menjadi siapa saja yang pantas
dianggap atau disebut sebagai saudara sekandung yang lebih muda.
20
Contoh lain, sebenranya pada mulanya hanya berarti ‗ pakaian
sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu‘ seperti pada fease baju
baik, baju safari, baju lengan panjang, dan sebagainya. Tetapi pada
kalimat. Murid-murid memkai baju seragam, kata baju di situ
maknanya menjadi luas sebab dapat termasuk celana, baju, topi, dasi
dan sepatu. Begitu juga dengan baju olahraga, baju dinas baju
militer.
Kata mencetak pada mulanya hanya digunakan pada bidang
penerbitan buku, majalah atau koran. Tetapi kemudian maknanya
menjadi meluas seperti tampak pada kalimat-kalimat berikut:
1) Persija tidak berhasil mencetak satu gol pun;
2) Pemerintah akan mencetak sawah-sawah baru;
3) Kabarnya dokter dapat mencetak uang dengan mudah.
Pada kalimat pertama kata mencetak berarti membuat atau
menghasilkan; pada kalimat kedua berarti membuat, dan pada
klimat ketiga berarti memeroleh, mencari atau mengumpulkan.
b. Spesialisasi (Penyempitan)
Proses Spesialisasi atau penyempitan mengacu kepada suatu
pergeseran yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus
atau lebih sempit dalam aplikasinya. Kata tertentu pada suatu waktu
dapat diterapkan pada suatu kelompok umum, tetapi belakangan
mungkin semakin terbatas kian sempit dan khusus dalam maknanya.
Dengan kata lain, cakupan makna pada masa lalu lebih lus daripada
21
masa kini. Kata-kata yang mengalami pergeseran makna kata
menyempit itu, cakupan makna masa lalu (makna semula)
mempunyai bidang yang lebih luas dibanding dengan makna yang
dipakai atau sementara berlangsung sekarang. Misalnya, kata sarjana
yang pada mulanya berarti ‗orang pandai‘ atau ‗cendikiawan‘,
kemudian hanya berarti ‗orang yang lurus dari perguruan tinggi‘,
seperti tampak pada sarjana sastra, sarjana ekonomi, dan sarjana
hukum. Betapapun pandainya seseorang mungkin sebagai hasil
belajar sendiri, kalau bukan tamatan suatu perguruan tinggi, tidak
bisa disebut sarjana. Sebaliknya, betapa pun rendahnya indeks
prestasi seseorang kalau dia sudah lulus dari perguruan tinggi, dia
akan disebut sarjana.
Contoh lain, kata ahli pada mulanya berarti ‗orang yang
termasuk dalam satu golongan atau keluarga‘ seperti dalam frase ahli
waris yang berarti ‗orang yang termasuk dalam satu kehidupan
keluarga‘, dan juga ahli kubur yang berarti ‗orang-orang yang sudah
dikubur‘. Kini kata ahli sudah menyempit maknanya karena hanya
berarti ‗orang yang pandai dalam satu cabang ilmu atau kepandaian‘
seperti tampak dalam frase ahli sejarah, ahli purbakala, ahli bedah,
dan sebagainya.
Proses pergeseran makna (penyempitan makna) seperti yang
telah diuraikan di atas, umumnya terjadi karena kata-kata tersebut
masuk dlam bahasa Indonesia dan dipakai dalam suatu hubungan
22
kegiatan atau bidang tertentu saja. Tampak jelas dalam proses
pergeserannya bahwa makna asal atau makna semula, masih terasa
ada hubungan dengan makna yang baru atau sementara berlangsung.
Hanya saja makana yang baru lebih sempit cakupannya dibandung
dengan makna asal atau makna semula.
c. Ameliorasi
Kata ameliorasi yang berasal dari bahasa Latin melior ‗lebih
baik‘ berarti membuat menjadi lebih baik, lebih tinggi, lebih anggun,
lebih halus‘. Dengan kata lain pergeeseran ameliorasi mengacu
kepada peningkatan makna kata. Ameliorasi yakni bila suatu kata
memiliki makna yang memiliki nilai maupun konotasi lebih baik dari
makna sebelumnya. Misalnya, kata gambaran yang semula hanya
mengandung makna ‗hasil kegiatan menggambar‘, dengan masuknya
kata abstraksi, kata gambaran akhirnya dapat mengandung
pengertian ‗pembayangan secara imajinatif‘.
Ameliorasi adalah pergeseran yang mengacu pada peningkatan
makna kata, makna baru dianggap lebih tinggi nilainya atau lebih
baik daripada makna dulu. Ameliorasi menunjukkan adanya
pergeseran pandangan terhadap makna kata yang duhulu dirasakan
biasa saja, tapi sekarang dianggap lebih tingi, lebih baik, dan lebih
sopan dilihat dari norma masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Kata
atau leksem yang dijelaskan di atas semuanya menggantikan kata
atau lesksem yang sudah ada sebelumnya sengan tujuan agar
23
maknanya tidk dirasakan kasar. Dengan demikian orang-orang yang
dikenal kata-kata tersebut tidak terlalu merasakan maknanya secara
psikologis.
d. Peyorasi
Peyorasi adalah suatu pergeseran makna kata menjadi lebih
jelek atau lebih dari pada makna semula. Kata peyorasi berasal dari
bahasa latin pejor yang yang berarti ‗jelek, buruk‘ proses peyorasi
ini adalah kebalikan dari proses amelioratif.
Peyorasi merupakan suatu proses pergeseran makna sebagai
kebalikan dari ameliorasi. Peyorasi yakni apabila makna suatu kata
akhirnya dianggap memiliki nilai rendah atau memiliki konotasi
negatif. Misalnya kata kai tangan sebagai sebutan bagi orang yang
dipercaya, dulu dianggap mempunyai nilai rasa yang baik, akan yang
dipercaya, dulu dianggap mempunyai nilai rasa yang baik, akan
tetapi kata tersebut sekarang dianggap mempunyai nilai rasa ynag
kurang baik. Jadi , peyorasi adalah proses pergeseran makna dimana
nilai rasa makna kata/leksem yang baru lebih rendah dibanding
dengan makna kata/leksem yang lama. Hal ini terjadi disebabkan
oleh pergeseran pola kehidupan masyarakat pemakai bahasa yang
bersangkutan.
e. Sinestesia
Sinestesia yaitu pergeseran makna yang terjadi karena
pertukaran anggapan dua indra . misalnnya:
24
1) Pandangan tajam
2) Senyuman masam
3) Namanya harum
f. Asosiasi
Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya
persamaan sifat, sehingga suatu kata atau istilah dapat dipakai untuk
pengertian yang lain. Misalnya, kata lintah darat dipakai untuk
menyebut orang yang menjadi penyebab atau pemimpin suatu
perbuatan (jahat).
5. Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi untuk berbagai foto yang dapat
dilihat oleh Followers dari pengunggah foto tersebut dan dapat saling
memberikan komentar antara sesamanya. Nama Instagram sendiri berasal
dari insta dan gram, ― insta‖ yang berasal dari kata instant dan ―gram‖ yang
berasal dari telegram, dapat disimpulkan dari namanya yang berarti
menginformasikan atau membagikan foto kepada orang lain lain dengan
cepat. Salah satu yang unik dari Instagram adalah foto yang berbentuk
persegi, ini terlihat seperti kamera Polaroid dan Kodak Instamatic bukan
berarti foto umumnya yang menggunakan resio.
Berdiri pada tahun 2010 perusahaan Burbn, Inc, merupakan sebuah
teknologi startup yang hanya berfokus kepada engembangan aplikasi untuk
telfon genggam . pada awalnya Burbn, Inc sendiri memiliki fokus yang
telah banyak di dalam HTML5 mobile, namun kedua CEO, Kevin Systrom
25
dan juga Mike Krieger, memutuskan untuk lebih fokus pada satu hal saja.
Setelah satu minggu mereka membuat sebuah ide yang bagus, pada
akhirnya mereka membuat sebuah versi pertama dan Burbn , namun di
dalamnya masih ada beberapa hal yang belum sempurna. Versi Burbn yang
sudah final, adalah aplikasi yang sudah dapat dugunakan di dalam iPhone
yang dimana isinya terlalu banyak dengan fitur-fitur. Sulit bagi Kevin
Systrom dan Mike Krieger untuk mengurangi fitur-fitur yang , dan memulai
lagi dari awal, namun akhirnya mereka hanya memfokuskan pada bagian
foto, komentar, dan juga kemampuan untuk menyuki sebuah foto. Itulah
yang akhirnya menjadi Instagram.
Fungsi dan kegunaan Instagram tidak hanya berbagi foto saja,
melainkan juga untuk menyunting foto-foto yang memiliki 16 efek yang
dapat digunakan untuk menyunting foto. Dengan aplikasi Instagram, foto-
foto anda dapat diunggah melaluli jejaring sosial seperti facebook,
twitter,forsquare, fickr, dan juga posterous. Sebelum dibeli oleh facebook,
twiter telah menyatakan minatnya untuk membeli Instagram pada 2011.
a. Kelebihan dan kekurangan Instagram
1) Kelebihan :
a) Memperpindah foto
b) Dapat menshare video
c) Pasar yang melek teknologi. Salah satu kelebihan berjualan lewat
Instagram adalah pengguna Instagram sudah ‗terjamin‘ melek
teknologi. Artinya, mereka yang aktif di Instagram pastilah aktif pula
26
di Twitter dan mungkin juga Facebook. Karena itu, sangat tepat
apabila anda mempromosikan produk anda melalui Instagram dan
dibantu jejaring sosial lainnya.
d) Pengguna Instagram pastilah memiliki gadget yang mendukung
aplikasi tersebutm yaitu android phones maupun iPhone, ini berarti
Instagram memiliki pegua yag rata-rata kelas menengah ke atas. Hal
ini menguntungkan bagi anda, karena calon consume anda
kemungkinan besar mempunyai ‗kantong‘ yang cukup dalam.
e) Display produk yang simple. Karena Instagram memang digunakan
sebagai aplikasi berbabagai foto, fitur-fitur yang tersedia di Instagram
akan medudukung gambar produk yang anda upload di dalamnya.
f) Di Instagram, kebanyakan foto menggunakan hastag. Oleh karena itu,
sangat disarankan untuk menggunakan hastag agar memudahkan
calon pembeli menemukan produk anda.
2) Kekurangan :
a) Video kita upload hanya berdurasi kurang 15 detik
b) Karena berbasis smartphone, foto-foto yang dipajang di Instagram
berukuran kecil dan sering tidak jelas
c) Istagram juga mengembangka InstaMassege, fitur chat antar
pengguna Instagram.
b. Dampak positif dan negatif instagram
1) Dampak positif
27
Instagram menjadi sosial media yang banyak sekali peluang untuk
berbisnis para penggunanya. Dapat dimanfaatkan sebagai media
komunikasi pemasaran, melalui share foto-foto produk penjual, dan
memiliki banyak follower.
Instagram memudahka untuk konsumen melihat produk yang di
jual dan dapat langsung memberi komentar di bawah foto yang diminati.
Instagram menjadi sosial media yang banyak sekali peluang untuk
berbisnis para penggunanya bisa dimanfaatkan sebagai media
komunikasi pemasaran, melalui share foto-foto produk penjual, dn
memiliki banyak follower Instagram memudahkan untuk konsumen
melihat produk yang di jual dan dapat langsung memberi komentar di
bawah foto yang diminati.
2) Dampak negatif
Banyak pengguna Instagram yang mengunggah foto-foto yang
bebau pornografi. Selain itu foto yang dapat mencemarkan nama baik
sering beredar di Instagram yang dilakukan oleh oknum tertentu. Tindak
penipuan Online shop juga marak beredar baik menggunakaan rekening
ataupun palsunya kualitas barang yang di jual.
C. Kerangka Pikir
Objek penelitian ini adalah data Instagram yang ada pada status
dan komentar pada pengguna instagram yang mengandung kata yang
mengalami pergeseran makna kosakata. Seperti yang telah di uraikan
sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis
28
peregeseran makna kosakata maka teori yang akan dibahas pada penelitian
ini adalah pergeseran makna kosakata yang terdapat pada pengguna
Instagram, dan yang akan di analisis adalah jenis-jenis pergeseran makna
kosakata generalisasi, spesialisasi, ameliora, peyorasi, sinestesia, dan
asosiasi. Berikut merupakan bagan kerangka pikir.
Bagan Kerangka Pikir
Pergeseran (Perubahan)
Makna Kosakata
Jenis-Jenis Pergeseran
Makna Kosakata
Generalisasi Spesialisasi Asosiasi Peyorasi Sinestesia Ameliora
Analisis
Temuan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang berhubungan dengan kebahasaan khususnya
pergeseran makna kosakata bahasa Indonesia pada Instagram merupakan
penelitian bahasa yang dirancang sebagai penelitian deskriptif kualitatif
Deskriptif karena peneliti berusaha meyajikan kenyataan−kenyataan
secara objektif sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan
tentang pergeseran makna kosakata dalam media sosial Instagram.
kualitatif karena peneliti berusaha menguraikan fakta atau fenomena
pergeseran makna kosakata dalam bentuk kata. Penelitian kualitatif dapat
diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti (Moleong, 2010:4).
Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan peneliti
mengamati pergeseran kosakata dalam interaksi di dunia maya melalui
aplikasi media sosial Instagram. Data dalam penelitian ini adalah data tulis
dari pembaharuan status dan komentar dalam pergeseran makna kosakata
interaksi di media sosial Instagram data diperoleh dari hasil observasi.
Sumber data dalam penelitian ini adalah pengguna Instagram yang
memperbaharui status dan berkomentar .
30
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen kunci dan
menggunakan alat bantu berupa smartphone sebagai sarana penghubung
dalam mengamati pergeseran makna kosakata yang digunakan dalam
interaksi di media sosial Instagram.
B. Data dan Sumber Data
1. Data
Data penelitian ini adalah jenis-jenis pergeseran makna kosakata
bahasa Indonesia (generalisasi, spesialisasi, ameliora, peyorasi,
sinestesia, dan asosiasi) yang terdapat pada pengguna Instagram
dikalangan remaja. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data
tulis dan gambar, yaitu tulisan status dan komentar yang mereka upload
dalam sosial media tersebut.
2. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah pengamatan
langsung di sosial media Instagram dikalangan remaja. Dipilihnya sosial
Instagram karena zaman sekarang para pengguna sosial media terutama
pada kalangan remaja.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati pergeseran kosakata
pengguna isntagram pada kalangan remaja dengan bebas, sehingga
31
diharapkan hasil penelitian ini akan obyektif. Di dalam penelitian ini
menggunakan observasi non partisipan. Observasi non partisipan
adalah dimana observer tidak ikut di dalam kehidupan orang yang akan
diobservasi, dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Di
dalam hal ini observer hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa
harus ikut terjun langsung ke lapangan.
2. Teknik baca yaitu dengan membaca setiap status dan komentar
informan yang diketik dan diunggah ke dalam media sosial instagram.
3. Teknik dokumentasi dengan memfoto status dan komentar informan
melalui layar smartphone. Untuk mendapatkan bahasa tulis yang
merupakan pergeseran kosakata.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan kemudian mendeskripsikan
serta mengungkapkan pergeseran makna kosakata dalam bahasa Indonesia
sesuai kenyataannya dalam pemakaian bahasa.dalam penelitian ini , data
kosakata yang mengalami pergeseran makna dikumpulkan kemudian
dikelompokkan,sesuai dengan jenis pergeseran maknanya. Setelah
dilakukan pengelompokkan data tersebut kemudian di analisis bentuk
pergeseran maknanya. Data yang diambil yaitu data tertulis pada status
dan komentar dalam interaksi tidak langsung melalui perantara akun
Instagram.
32
Metode yang digunakan dalam analisis data kualitatif menurut
Muri Yusuf, 2014 : ada tiga yaitu , tahap reduksi data , display data dan
kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi data merupakan bentuk analis menajamkan,
menggolongkan,mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data hingga mendapat simpulan. Mereduksi data
berarti merangkum atau memilih hal pokok pembahasan berupa
tuturan yang digunkan dalam konten yang telah diteliti dari teknik
catat sebelumnya
2. Penyajian data adalah kegiatan dimana penyjian data dilakukan dalam
bentuk uraian singkatan, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya, Dalam penelitian ini akan menyajikan data berbentuk teks
yang bersifat naratif deskriptif.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan penemuan yang dihasilkan
dari tahapan sebelumnya berupa deskriptif atau gambaran mengenai
suatu objek yang sebelumnya masing dalam jelas sehingga setelah
diteliti menjadi jelas.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan caption instagram remaja sebagai sumber data
utama yang akan dikategorisasi ke dalam 6 (enam) jenis pergeseran makna dalam
bahasa Indonesia (Generalisasi, spesialisasi, ameliorasi, peyorasi, sinestesia, dan
asosiasi) berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan 5 (lima) data untuk masing-masing kategori yang ada,
dengan total data keseluruhan adalah 30 data. Berdasarkan hasil penelusuran
peneliti, ada 16 akun instagram yang dijadikan sebagai sumber data dalam
penelitian ini yang dapat diuraikan dalam tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Data Akun Instagram yang Dijadikan Sumber Data
No. Nama Akun Instagram Jumlah Data yang Diambil
1 @indahhkasim 1
2 @muhrezaes__ 9
3 @rusliyah.abd 1
4 @irmawatiwahyuningsih 1
5 @iinpratiwi29_ 1
6 @nurhalisahusain 2
7 @muh.ihsan_rajab 1
8 @khairunnisanur3 1
9 @iinekaswtry 1
10 @wawan_pasalli1109 3
11 @lianaamalia_ 1
12 @ikhaa185 3
13 @finnamel 1
14 @tarantula.ra07 1
15 @kiki.indrawati27 2
16 @anniisa7462 1
Total 30
34
Data-data yang telah dikumpulkan dan dikategorisasi tersebut kemudian
diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Generalisasi
Generalisasi atau perluasan adalah suatu proses pergeseran makna kata
dari yang lebih khusus kepada yang lebih umum, atau dari yang lebih sempit
kepada yang lebih luas tanpa menghilangkan makna awal dari kata tersebut.
Generalisasi ini dapat kita lihat pada beberapa caption instagram yang
dijadikan sebagai objek penelitian.
Gambar 4.1 Generalisasi pada caption @indahhkasim
Pada gambar 4.1 di atas, terdapat kata ―indah‖ yang pada umumnya
akan merujuk kepada pemandangan, spot, atau latar tempat tertentu yang
memiliki konotasi langsung dengan penilaian dari indera penglihatan (mata).
Dalam KBBI, kata ―indah‖ berarti dalam keadaan enak dipandang. Namun,
dalam caption ―ada yang indah tapi bukan pemandangan‖ di atas, kata indah
sejatinya lebih menyorot kepada kecantikan atau bahkan pada nama si pemilik
akun sendiri (@indahhkasim). Pergeseran makna secara generalisasi ini
merupakan dampak dari berkembangnya paradigma pemaknaan kata yang
35
semakin kompleks utamanya pada jagad dunia maya seperti instagram, di
mana kata ―indah‖ kini tidak hanya dilekatkan kepada tempat-tempat liburan
atau karya-karya yang memukau, tetapi juga dapat disandingkan dengan
keelokan fisik ataupun dengan identitas yang dimiliki seseorang. Selain itu,
kata ―indah‖ saat ini dianggap bersinonim dengan kata ―cantik‖ ataupun
―elok‖. Sebagai contoh, kita dapat melihat pada beberapa kalimat berikut:
Ronaldo mencetak gol yang sangat cantik; Messi mencetak gol yang sangat
indah dan Gol yang sangat elok dari Ronaldinho. Ketiga kalimat tersebut
memiliki kesan yang sama, yakni mencetak gol. Namun, dengan diksi yang
berbeda tetapi tetap satu makna.
Gambar 4.2 Generalisasi pada caption @muhrezaes__
Pada gambar 4.2, terdapat kata ―tujuan‖ yang awalnya hanya dimaknai
sebagai pemberhentian akhir saat melakukan perjalanan entah dengan berjalan
kaki atau memakai moda transportasi. Arti kata ―tujuan‖ dalam KBBI adalah
jurusan. Seiring dengan berkembangnya zaman, penggunaan kata ―tujuan‖
pun semakin luas. Kini, kata ―tujuan‖ tidak hanya dimaknai secara tersurat
namun juga secara tersirat. Artinya, kata ―tujuan‖ tidak lagi hanya berfokus
kepada pemberhentian akhir suatu perjalanan, tetapi juga berfokus kepada
36
masa depan, prospek, atau maksud-maksud tertentu tergantung dengan apa
yang dikehendaki oleh yang menuturkan. Merujuk pada gambar 4.2, kita dapat
menganalisis bahwasanya kata ―tujuan‖ pada caption instagram tersebut
adalah cita-cita atau apa yang ingin diraih oleh masing-masing diantara
mereka dikemudian hari.
Gambar 4.3 Generalisasi pada caption @rusliyah.abd
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa akun @rusliyah.abd menggunakan
kata ―mampus‖ pada caption postingan instagramnya. Dalam berbagai
kesempatan, kata ―mampus‖ dimaknai sebagai mati atau kalah. Namun pada
postingan @rusliyah.abd tersebut kata ―mampus‖ pada dasarnya digunakan
untuk menggambarkan bahwa dirinya lelah dengan rutinitas kampus
sebagaimana curahan hati mahasiswa pada umumnya. Kita juga dapat
memperhatikan bahwa pemilihan kata ―mampus‖ tersebut adalah untuk
mempersamakan akhiran dengan kata ―kampus‖ dan membiarkan orang
memaknainya sendiri dengan berbagai versi.
37
Gambar 4.4 Generalisasi pada caption @irmawatiwahyuningsih
Selanjutnya, dalam postingan @irmawatiwahyuningsih pada gambar
4.4 mengandung kata ―terlambat‖ yang sejak kecil kita sandingkan dengan
ketidaktepatan waktu menghadiri suatu kegiatan/pertemuan dan sifatnya
menjadi rasa malu tersendiri bagi yang mengalami. Namun, pada caption di
atas, kata terlambat digunakan oleh pemilik akun untuk memberikan pesan
moral bahwa akan selalu ada kesempatan bagi yang berubah menjadi lebih
baik. Dengan demikian, kata terlamabat pada caption tersebut dimaknai
sebagai sebuah pesan moral dan bukan sebagai justifikasi ―terlambat‖ yang
sebenarnya, meskipun dalam KBBI kata ―terlambat‖ diartikan sebagai
perlahan-lahan (geraknya, jalannya, dan sebagainya); tidak cepat atau tidak
tepat pada waktunya; ketinggalan.
38
Gambar 4.5 Generalisasi pada caption @muhrezaes__
Pada gambar 4.5, akun instagram @muhrezaes__ menuliskan caption
―Kalian begitu berharga, itu‖ untuk mendeskripsikan foto yang diunggahnya.
Secara umum, kita mengenal kata ―berharga‖ sebagai suatu kata yang berarti
memiliki nilai yang dapat diukur dengan uang atau benda lainnya. Kata
―berharga‖ yang berkata dasar ―harga‖ biasanya disandingkan kata benda non-
manusia. Namun dalam caption @muhrezaes__ tersebut kata ―berharga‖
disandingkan dengan kata kalian yang jelas merujuk kepada manusia yang
menunjukkan bahwa orang-orang yang dalam foto tersebut ―berharga‖ atau
―bernilai‖ dalam hidup si pembuat caption.
2. Spesialisasi
Proses Spesialisasi atau penyempitan mengacu kepada suatu
pergeseran yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih
sempit dalam aplikasinya. Kata tertentu pada suatu waktu dapat diterapkan
pada suatu kelompok umum, tetapi belakangan mungkin semakin terbatas kian
39
sempit dan khusus dalam maknanya. Dengan kata lain, cakupan makna pada
masa lalu lebih luas daripada masa kini. Kata-kata yang mengalami pergeseran
makna kata menyempit itu, cakupan makna masa lalu (makna semula)
mempunyai bidang yang lebih luas dibanding dengan makna yang dipakai
atau sementara berlangsung saat ini. Pergeseran ini terjadi karena adanya
tekanan untuk lebih menspesifikkan sesuatu sesuai dengan kajian, bahasan,
atau sektor-sektor tertentu. Pergeseran makna secara spesialisasi ini dapat
dilihat pada beberapa caption instagram yang telah dipersiapkan oleh penulis
berikut ini.
Gambar 4.6 Spesialisasi pada caption @muhrezaes__
Pada gambar 4.6, akun @muhrezaes__ menggunggah sebuah foto dengan
caption ―Juara? Tentu saja. Karena kita dilahirkan sebagai pemenang, dan
untuk menjadi pemenang‖. Sebelumnya, kata ―juara‖ bisa dimaknai secara
umum meskipun tidak memenangkan apapun, misalnya kalimat ―kamu juara
dihatiku‖. Namun kini, kata ―juara‖ secara perlahan kembali kepada makna
40
yang sebenarnya (ter-spesialisasi), yakni kata yang disandingkan bagi
individu atau kelompok yang berhasil memenangkan suatu perlombaan atau
kompetisi. Hal ini juga telah disebutkan oleh akun @muhrezaes__ pada
bagian akhir caption tersebut.
Gambar 4.7 Spesialisasi pada caption @muhrezaes__
Gambar 4.7 memperlihatkan caption @muhrezaes__ ―Ketemu dengan
senior-senior FEBI (Kak Iksan – Manajemen & Kak Hera – Ekonomi Islam)
yg sedang kuliah magister di UGM dan UII. Semoga bisa nyusul segera!‖.
Dalam caption ini, pemilik akun menggunakan kata ―senior‖ untuk
menggambarkan secara mutlak status mereka dalam dunia pendidikan. Kata
―senior‖ saat ini lekat dan dimaknai sebagai orang atau individu yang semester
atau strata pendidikan lebih tinggi. Inilah yang dinamakan dengan proses
spesialisasi di mana kata senior kini hanya digunakan untuk mendeskripsikan
mereka yang benar-benar lebih tinggi secara semester atau jenjang
41
pendidikannya daripada kita, meskipun dari segi umur bisa jadi ―senior‖
tersebut lebih muda dibanding kita.
Gambar 4.8 Spesialisasi pada caption @iinpratiwi29_
Akun instagram @iinpratiwi29_ pada gambar 4.8 mengunggah caption
―Emakkkkk guee.. selalu kasih saran.. selalu kasih makan.. selalu kasih
solusi.. selalu kasi uang juga‖, yang menggambarkan betapa baiknya pribadi
seorang ―emak‖. Kata ―emak‖ ini sejatinya bersinonim dengan kata ―ibu‖
yang saat ini mengalami penyempitan atau pengembalian makna (spesialisasi)
ke makna awal. Dalam KBBI, ―Ibu‖ dapat diartikan sebagai orang
(perempuan) yang melahirkan kita atau membesarkan kita. Maka dari itu, kata
―emak‖ dalam caption ini berarti ibu kandung/ibu yang melahirkan kita, dan
jelas digambarkan dalam lanjutan caption @iinpratiwi29_ tersebut; yang
memberikan saran, makan, solusi, dan juga uang.
42
Gambar 4.9 Spesialisasi pada caption @muhrezaes__
Pada gambar 4.9 akun instagram @muhrezaes__ menuliskan sebuah
caption untuk memberikan selamat atas gelar sarjana farmasi yang diraih oleh
temannya, Farida Sawali, S.Farm. Peneliti berfokus pada kata ―sarjana‖ yang
awalnya berarti orang pandai atau cendekiawan, kemudian hanya berarti
―orang yang lurus dari perguruan tinggi‖, seperti tampak pada sarjana sastra,
sarjana ekonomi, dan sarjana hukum, dan sarjana farmasi seperti yang
ditampilkan dalam caption tersebut. Pergeseran makna ini terjadi karena kata
―sarjana‖ memang identik dengan orang yang lulus dari perguruan tinggi,
sehingga orang pandai atau cendekiawan kini cenderung dipersepsikan
sebagai layaknya sarjana, bukan sarjana yang sesungguhnya. Analoginya,
Betapapun pandainya seseorang mungkin sebagai hasil belajar sendiri, kalau
bukan tamatan suatu perguruan tinggi, tidak bisa disebut ―sarjana‖.
Sebaliknya, betapa pun rendahnya indeks prestasi seseorang kalau dia sudah
lulus dari perguruan tinggi, dia akan disebut ―sarjana‖.
43
Gambar 4.10 Spesialisasi pada caption @muhrezaes__
Gambar 4.10 menjadi sebuah penegasan bahwa ―olahraga‖ adalah suatu
kegiatan untuk meningkatkan kualitas fisik, sebagaimana yang dijabarkan
dalam KBBI. Dalam gambar 4.10 di atas, akun @muhrezaes__ menuliskan
caption ―Karena olahraga bukan sekedar soal fisik…..‖ yang
merepresentasikan bahwa memang pada dasarnya ―olahraga‖ adalah tentang
fisik. Dalam beberapa kesempatan, kita sering mendengar orang mengatakan
bahwa membersihkan, memasak, atau aktivitas lainnya juga dapat disebut
sebagai olahraga. Namun, dalam perkembangannya hal tersebut tidak lagi
relevan. Kata ―olahraga‖ kembali identik atau ter-spesialisasi dengan makna
yang sesunggunya; kegiatan menaikkan kualitas fisik dengan bermain
sepakbola, bakset, renang, dan lain-lain.
3. Ameliorasi
Ameliorasi adalah pergeseran yang mengacu pada peningkatan makna
kata, makna baru dianggap lebih tinggi nilainya atau lebih baik daripada
44
makna dulu. Ameliorasi menunjukkan adanya pergeseran pandangan terhadap
makna kata yang duhulu dirasakan biasa saja, tapi sekarang dianggap lebih
tinggi, lebih baik, dan lebih sopan dilihat dari norma masyarakat pemakai
bahasa Indonesia. Contoh Ameliorasi ini dapat kita cermati pada caption
instagram yang telah dikumpulkan oleh peneliti berikut ini.
Gambar 4.11 Ameliorasi pada caption @muh.ihsan_rajab
Pada gambar 4.11, akun instagram @muh.ihsan_rajab mengunggah
caption ―Ngopi biat tidak sepi‖. ―Kopi‖ dalam KBBI berarti pohon yang
banyak ditanam di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, buahnya digoreng dan
ditumbuk halus untuk dijadikan bahan pencampuran minuman. Sejatinya,
―kopi‖ selama ini dimaknai sebagai minuman yang jika diminum dapat
menghilangkan kantuk karena kandungan kafeinnya. Namun, dalam postingan
ini, pemilik akun mencoba untuk menaikkan derajat kata ―kopi‖ dari yang
sekedar minuman penghilang kantuk menjadi minuman yang juga bisa
menghilangkan rasa sepi. Pergeseran makna ini terjadi ditengah booming-nya
kedai kopi atau usaha sejenis yang memang menyediakan kopi maupun
minuman lainnya dengan fasilitas berupa tempat berkumpul yang sudah pasti
tidak sepi. Karena alasan inilah ameliorasi terjadi pada kata ―kopi‖ itu sendiri.
45
Gambar 4.12 Ameliorasi pada caption @muhrezaes__
Dulu, kata ―saudara‖ hanya boleh digunakan untuk orang yang
memiliki pertalian darah langsung dari orangtua (bapak dan ibu) yang sama,
selaras dengan yang dijelaskan dalam KBBI yang berarti orang yang seibu
seayah (atau hanya seibu atau seayah saja) Namun kini, makna tersebut
meningkat derajatnya dan menjadi lebih luas penggunaannya. Kata ―saudara‖
saat ini digunakan untuk menggambarkan sebuah keakraban atau kehangatan
layaknya makna kata ―saudara‖ yang semestinya. Peningkatan derajat makna
kata ―saudara ini‖ dapat kita lihat pada gambar 4.12 dalam caption yang
diunggah oleh akun instagram @muhrezaes__. Pada unggahannya, akun
@muhrezaes__ menyampaikan terima kasih kepada ―saudara(i)‖ (teman-
teman sepantarannya) atas partisipasi dalam menggalang dana guna membantu
korban gempa dan tsunami Palu.
46
Gambar 4.13 Ameliorasi pada caption @muhrezaes__
―……dalam sebuah momen bahagia salah satu saudari kami yang akhirnya
resmi melepaskan ―masa sendiri‖-nya‖, tulis akun @muhrezaes__ pada salah
satu postingan instagramnnya. ―Sendiri‖ dalam KBBI berarti seorang diri;
tidak dengan orang lain. Pada gambar 4.13 di atas, peneliti berfokus kepada
kata ―sendiri‖ yang identik dengan kondisi, situasi, atau keberadaan seseorang
yang tidak bersama dengan siapapun. Namun, dalam caption @muhrezaes__
tersebut, kata ―sendiri‖ dimaknai sebagai sebuah keadaan di mana salah satu
mempelai sebelumnya masih dalam keadaan single atau belum menikah dan
akhirnya melepas status tersebut.
Gambar 4.14 Ameliorasi pada caption @khairunnisanur3
47
Dalam KBBI, ―berjuang‖ berarti memperebutkan sesuatu dengan
mengadu tenaga; berperang; berkelahi. Relevan dengan penjelasan
sebelumnya, kata ―berjuang‖ dahulu hanya dimaknai sebagai sebuah tindakan
memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan yang terjadi. Namun, dalam
caption akun instagram @khairunnisanur3 pada gambar 4.14 kata ―berjuang‖
mengalami peningkatan derajat makna. Dalam caption tersebut akun
instagram @khairunnisanur3 menulis ―Gambar ini didedikasikan untuk
siapapun kamu yang sudah berjuang mengusahakan hari ini‖, di mana kata
―berjuang‖ di sini dimaknai sebagai berusaha keras dan pantang menyerah
dalam menggapai cita-cita, tujuan, atau apapun yang telah mereka raih sampai
hari ini. Hal ini menggambarkan derajat makna yang meningkat dalam
perspektif masyarakat itu sendiri.
Gambar 4.15 Ameliorasi pada caption @iinekaswtry
48
Pada gambar 4.15, akun instagram @iinekaswtry menulis caption dari
perkataan Soe Hok Gie yang menggunakan kata ―langit‖ untuk
mendeskripsikan letak kebenaran yang sebenarnya. Kata ―langit‖ dalam KBBI
dimaknai sebagai ruang luas yang terbentang di atas bumi, tempat beradanya
bulan, bintang, matahari, dan planet yang lain. Sedangkan dalam caption
tersebut kata ―langit‖ dimaknai sebagai tempat bersemayamnnya kebenaran,
dalam artian kebenaran hanya milik Tuhan yang Maha Tinggi. Peningkatan
makna ini terjadi karena kata ―langit‖ dianggap dapat menjadi representasi
religiusitas yang nyata.
4. Peyorasi
Peyorasi adalah suatu pergeseran makna kata menjadi lebih jelek atau
lebih dari pada makna semula. Kata peyorasi berasal dari bahasa latin pejor
yang yang berarti ―jelek atau buruk‖ proses peyorasi ini adalah kebalikan dari
proses amelioratif. Contoh pergeseran makna secara peyoratif ini dibahas pada
beberapa caption instagram yang telah dihimpun oleh peneliti berikut ini.
Gambar 4.16 Peyorasi pada caption @wawan_pasalli1109
49
Gambar 4.16 menunjukkan caption yang diunggah oleh akun
instagram @wawan_pasalli1109 ―Kalau tinggal alam yg mengerti luka mu,
kembali jadi tanah.‖, yang dapat dimaknai bahwa jika tidak ada lagi manusia
yang bisa mengerti dengan keadaan kita, maka lebih baik kembali menjadi
tanah. Kata ―tanah‖ yang digunakan pada bagian terakhir dari caption tersebut
digunakan oleh si pemilik akun untuk menggambarkan kata mati. Dalam
KBBI, kata ―tanah‖ dimaknai sebagai permukaan bumi atau lapisan bumi
yang di atas sekali atau permukaan bumi yang terbatas yang ditempati suatu
bangsa yang diperintah suatu negara atau menjadi daerah Negara. Namun, jika
disandingkan kata teguran yang sifatnya pesan moral, kata tanah ini bisa
mengalami proses peyoratif atau penurunan makna yang sangat menohok.
Gambar 4.17 Peyorasi pada caption @wawan_pasalli1109
Akun instagram @wawan_pasalli1109 pada gambar 4.17 mengunggah
caption ―Garis Merah‖. Pada caption tersebut terdapat dua kata yakni ―garis‖
dan ―merah‖. Dalam KBBI, kata ―garis‖ berarti coretan panjang (lurus,
50
bengkok, atau lengkung), sedangkan kata ―merah‖ berarti warna dasar yang
serupa dengan warna darah. Namun, dalam caption @wawan_pasalli1109
tersebut, kata ―garis‖ mengalami pergeseran makna (peyorasi) menjadi sebuah
batasan dan kata ―merah‖ menjadi bermakna berbahaya. Dengan kata lain,
―garis merah‖ yang dimaksud adalah batasan yang berbahaya. Pemaknaan ini
merujuk pada foto yang juga diunggah dengan caption tersebut yakni berupa
jurang terjal dengan bentuk yang berbahaya. Dengan demikian, kata ―garis‖
dan ―merah‖ pada caption tersebut mengalami peyorasi atau penurunan
makna.
Gambar 4.18 Peyorasi pada caption @lianaamalia_
Pada gambar 4.18 di atas, akun instagram @lianaamalia_ membuat
caption ―Jangan sering-sering memendam luka, tak baik. Nanti susah pulih‘.
Pada caption ini, penulis menyoroti kata ―luka‖ dan ―pulih‖. ―Luka‖ dalam
KBBI berarti belah (pecah, cedera, lecet, dan sebagainya) pada kulit karena
kena barang yang tajam dan sebagainya, sedangkan ―pulih‖ berarti kembali
(baik, sehat) sebagai semula; sembuh atau baik kembali (tentang luka, sakit,
51
kesehatan). Caption pada gambar 4.18 tidak menggambarkan luka dan pulih
dari segi fisik, tetapi dari segi jiwa dimana masalah kejiwaan dalam
masyarakat dianggap jauh lebih serius dan berdampak besar bagi
penderitanya. Dari pemaknaan inilah, kita dapat mengetahui bahwa telah
terjadi peyorasi pada kata ―luka‖ dan ―pulih‖ dalam caption yang diunggah
akun instagram @lianaamalia_.
Gambar 4.19 Peyorasi pada Caption @ikhaa185
Akun instagram @ikhaa185 pada gambar 4.18 menggunakan kata
‗setan‖ untuk menyampaikan sebuah pesan moral. Dalam KBBI, kata
―manusia/orang‖ berarti makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Namun dalam caption tersebut dapat dipahami bahwa kata
―manusia‖ sejatinya dapat mengalami peyorasi bilamana berkelakuan tidak
baik atau tidak sepantasnya. Pergeseran makna secara peyorasi tersebut akan
menurunkan makna ―manusia‖ dari makhluk berakal budi ke makhluk yang
52
tak berakal budi layaknya setan, sebagaimana yang disebutkan pada bagian
pertama caption @ikhaa185 tersebut.
Gambar 4.20 Peyorasi pada caption @finnamel
―Hati-hati jangan sampai ini RAMADHAN terakhir untuk diri kita‖,
tulis akun instagram @finnamel dalam captionnya pada gambar 4.20. Pada
caption ini, peneliti berfokus pada kata ―terakhir‖ yang dalam KBBI berarti
paling akhir (ujung, belakang); di belakang sekali. Artian dalam KBBI ini
selaras dengan apa yang dipahami masyarakat secara umum bahwa kata
―terakhir‖ adalah sebuah kondisi di mana suatu objek ada pada posisi paling
belakang atau paling telat. Namun, dalam caption ini @finnamel sejatinya
ingin menyampaikan sebuah pesan moral terkait dengan bulan ramadhan,
yakni agar tidak menyia-nyiakan bulan ramadhan yang bisa saja menjadi
ramadhan ―terakhir‖. Kata ―terakhir‖ pada caption tersebut merujuk kepada
kematian atau meninggal dunia atau jika dimaknai lebih jauh, kata ―terakhir‖
memberikan pesan agar memanfaatkan momen ramadhan sebaik mungkin
sebab ajal tak ada yang tahu. Pergeseran makna ini jelas mengarah kepada
53
proses peyoratif sebab kata ―terakhir‖ mengalami penurunan makna kepada
sesuatu yang cenderung ditakuti oleh banyak orang.
5. Sinestesia
Sinestesia yaitu pergeseran makna yang terjadi karena pertukaran
anggapan dua indra. Contoh pergeseran makna jenis ini dapat dilihat pada
bahasan berikut ini.
Gambar 4.21 Sinestesia pada caption @muhrezaes__
Pada gambar 4.21, akun instagram @muhrezaes__ mengunggah
caption ―Kita hidup bagaikan kartu remi...‖ yang mempersepsikan hidup
sebagai kartu remi. Dalam KBBI, ―remi‖ berarti permainan kartu untuk dua
orang atau lebih, masing-masing berusaha menang dengan mengumpulkan 3
atau 4 kartu yang sejenis atau berurutan dengan berhasil melakukannya paling
awal. Dalam kartu remi juga kita mengenal kartu joker dan kartu As. Dalam
postingan @muhrezaes__ tersebut, kata ―remi‖ atau ―kartu remi‖ digambarkan
sebagai suatu yang baik atau harus dilakukan dalam menjalani kehidupan.
Sedangkan kata ―hidup‖ dimaknai sebagai masih terus ada, bergerak, dan
bekerja sebagaimana mestinya (tentang manusia, binatang, tumbuhan, dan
54
sebagainya). Umumnya kata hidup digambarkan sebagai proses bernafas yang
identik dengan indera penciuman. Namun ketika disandingkan dengan kata
―remi‖ maka maknanya berubah menjadi ―sesuai dengan kartu As‖
sebagaimana yang digambarkan pada lanjutan caption tersebut. Proses
sinestesia yang dimaksud pada caption ini adalah adanya pertukaran
pandangan antara indera penciuman pada kata ―hidup‖ dan indera penglihatan
pada kata ―remi‖.
Gambar 4.22 Sinestesia pada caption @wawan_pasalli1109
Pada gambar 4.22, akun instagram @wawan_pasalli1109 mengunggah
caption ―berfikir bersama kursi kosong‖, yang secara sinestesia terdapat
pertukaran anggapan dua indera yakni otak dan mata. Analoginya, tidak
mungkin kursi kosong bisa diajak berfikir. Namun, dalam caption tersebut
pemilik akun mencoba untuk menggambarkan dirinya yang sedang berfikir
dalam kesepian atau kesendirian. Indera penglihatan tetap akan menilai
caption tersebut dengan ―kursi kosong‖ yang sesungguhmya, sedangkan otak
sebagai indera pemikir akan menilai ―kursi kosong‖ tersebut sebagai sebuah
kesendirian atau situasi kesepian.
55
Gambar 4.23 Sinestesia pada caption @tarantula.ra07
Gambar 4.23 bertuliskan caption ―menapak atap‖. Caption yang
diunggah oleh akun instagram @tarantula.ra07 tersebut jika dikorelasikan
dengan apa yang dipahami oleh indera, akan merujuk pada penilaian mata
pada kata ―atap‖. Kata ―atap‖ dalam KBBI berarti penutup rumah (bangunan)
sebelah atas, namun dalam caption tersebut kata ―atap‖ digunakan untuk
merepresentasikan gunung yang dikenal sebagai atap daratan. Disinilah
sinestesia terjadi, di mana penilaian indera penglihatan dikaburkan dari makna
semula yang mana ―atap‖ hanya dilihat sebagai penutup rumah bagian atas
yang ingin ditapaki/dipijaki oleh penulis caption tersebut.
Gambar 4.24 Sinestesia pada caption @muhrezaes__
56
Dalam caption yang diunggah oleh akun instagram @muhrezaes__
pada gambar 4.24, tertulis ―Haruskah aku meletus dulu agar kau pegang erat-
erat?‖. Caption tersebut mengikuti unggahan berupa video bermain gitar
dengan lagu ―Balonku‖. Dalam caption ini, peneliti berfokus pada kata
―meletus‖ yang pada umumnya dilekatkan pada benda-benda seperti balon
(sebagaimana lagu yang dibawakan oleh akun instagram @muhrezaes__) dan
benda-benda lainnya. Dalam KBBI sendiri, kata ―meletus‖ berarti pecah atau
terbuka dengan tiba-tiba karena adanya tekanan atau dorongan yang sangat
kuat sehingga mengeluarkan bunyi yang sangat keras; meledak. Dalam
caption ini sendiri, penulis menggunakan kata ―meletus‖ untuk membuat
sebuah kesan moral yang bermakna ―jangan menyia-nyiakan seseorang‖
layaknya balon yang baru dipegang erat-erat setelah ada yang meletus.
Gambar 4.25 Sinestesia pada caption @kiki.indrawati27
57
―…kadang kita harus meneladani matahari…‖ dalam kutipan
caption @kiki.indrawati27 pada gambar 4.25 tersebut, ada kata ―matahari‖
yang digunakan dan disandingkan dengan kata ―teladan‖ dalam kata
―meneladani‖. Dalam KBBI, ―matahari‖: berarti benda angkasa, titik pusat
tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang dan panas
pada bumi pada siang hari, sedangkan ―teladan‖ berarti sesuatu yang patut
ditiru atau baik untuk dicontoh. Secara analogi, tidak mungkin untuk
menjadikan benda non-manusia atau non-makhluk hidup sebagai teladan.
Disinilah proses sinestesia terjadi, ketika dalam fikiran terpatri bahwa
―Matahari‖ adalah benda langit yang tidak mungkin diteladani. Namun,
penulis caption juga telah menjelaskan maksud dari captionnya sendiri.
6. Asosiasi
Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya
persamaan sifat, sehingga suatu kata atau istilah dapat dipakai untuk
pengertian yang lain. Contoh Asosiasi ini dapat dilihat pada beberapa caption
instagram berikut ini.
Gambar 4.26 Asosiasi pada caption @nurhalisahusain
58
Kata ―miniatur alam semesta‖ dipilih untuk menggambarkan
―manusia‖ dalam caption @nurhalisahusain pada gambar 4.26. ―Manusia‖
dalam KBBI sendiri berarti makhluk yang berakal budi, sedangkan dalam
kitab suci Al-Qur‘an bermakna sebaik-baiknya ciptaan Tuhan sebagaimana
dijelaskan surah At-Tiin ayat keempat. Dalam caption ini, pemilik akun
menggunakan kata ―miniatur alam semesta‖ untuk mendeskripsikan
―manusia‖ sebagai makhluk yang kompleks layaknya alam semesta itu sendiri.
Disini kita dapat melihat pergeseran makna secara asosiasi dimana kata ―alam
semesta‖ digunakan untuk merepresentasikan ―manusia‖.
Gambar 4.27 Asosiasi pada caption @kiki.indrawati27
Pada gambar 4.27, akun instagram @kiki.indrawati27 mengunggah
sebuah caption puitis, ―Biar aku mencintaimu seperti cara matahari menjaga
bumi‖. Dalam caption tersebut, pemilik akun mencoba menggambarkan
bagaimana cara mencintai yang benar, layaknya ―matahari menjaga bumi‖.
Penjelasan mengenai makna kalimat awal pada caption tersebut ada pada
59
lanjutan captionnya ―Dari jauh dan tidak mendekat, tanpa sedikitpun
mengurangi rasa hangat‖. Pergeseran makna secara asosiasi terjadi ketika kata
―mencintai‖ digambarkan dengan ―layakanya matahari menjaga bumi‖.
Gambar 4.28 Asosiasi pada caption @ikhaa185
―Keluarga Cemara‖ saat ini muncul sebagai suatu kata yang
merepresentasikan keluarga yang bahagia. Dalam KBBI, kata ―cemara‖
sendiri merupakan penamaan untuk sebuah nama tumbuhan yang kita kenal
dengan pohon cemara. Dalam unggahan caption tersebut, akun instagram
@ikhaa185v menggunakan kata ―keluarga cemara‖ untuk menjelaskan foto
keluarganya yang harmonis, hangat, dan bahagia. Kata ―keluarga cemara‖
adalah salah satu pergeseran makna secara asosiatif yang hingga saat ini
banyak digunakan oleh masyarakat.
60
Gambar 4.29 Asosiasi pada caption @anniisa7462
Gambar 4.29 menunjukkan postingan akun instagram @annisa7462
dengan caption ―Jika tidak bisa menjadi mawar yang membahagiakan, maka
jangan jadi duri yang melukai‘. Pada gambar 4.29 ini, peneliti fokus kepada
kata ―mawar yang membahagiakan‖. Dalam keseharian kita, kita mengenal
―mawar‖ sebagai bunga yang indah dan digunakan sebagai simbol
keromantisan yang bermuara pada kebahagiaan. Oleh sebab itu, pemilik akun
instagram @anniisa7462 dalam captionnya mengarahkan atau berpesan agar
setiap manusia bisa menjadi sumber kebahagiaan layaknya ―mawar‖; yang
memberikan ketenangan dan indah saat dipandang. Pergeseran makna secara
asosiasi pada kata ―mawar‘ ini merupakan hasil dari penelitian terkait dengan
respon atau apa yang dirasakan oleh orang-orang ketika melihat bunga mawar.
61
Gambar 4.30 Asosiasi pada caption @ikhaa185
Sosial media memang menjadi salah satu wadah untuk menyampaikan
beragam pesan moral. Seperti yang diunggah oleh akun instagram @ikhaa185
pada gambar 4.30, ―Jadilah seperti kopi‖. Meskipun pahit tapi dia tak pernah
pura-pura manis‖. Kata ―kopi‖ pada caption ini digunakan untuk memberikan
pesan moral sebagaimana yang dituliskan pada kalimat terakhir caption
tersebut. Kata ―kopi‖ dalam hal ini diharapkan dapat memberi pesan moral
kepada manusia agar senantiasa hidup jujur dan apa adanya serta menghindari
untuk bersikap pura-pura yang secara moral sangat-sangat tidak dianjurkan.
Analoginya, kita tidak mungkin menjadi seperti ―kopi‖ secara nyata, namun
kita dapat memilih untuk berkarakter seperti ―kopi‖.
62
B. Pembahasan
Pada sub-bab pembahasan ini, akan dibahas mengenai motivasi atau faktor
yang mempengaruhi terjadinya pergeseran makna dan apa tujuan yang ingin
dicapai dari pergeseran makna tersebut.
1. Generalisasi
a) Pergeseran Makna pada Kata ―Indah‖, ‗Tujuan‖, ―Mampus‖,
―Terlambat‖, dan ―Berharga‖
Sejak kecil di kenal kata ―indah‖ sebagai penggambaran suatu
pemandangan, entah berupa pegunungan atau lautan. Namun kini, kata
―indah‖ ini mengalami pergeseran makna secara luas namun tetap
tidak menanggalkan makna awalnya sebagai suatu keelokan. Kata
―indah‖ yang kini bisa digunakan untuk objek lain seperti manusia,
permainan, atau bahkan sebuah kenangan. Selanjutnya pada kata
―tujuan‖ yang sejak dahulu identik dengan ke mana kendaraan atau
keberangkatan akan berakhir, namun kini dapat digunakan untuk
menggambarkan keinginan masa depan yang tetap bermakna dengan
arah. Kata ketiga yang akan dibahas yakni terkait dengan kata
―mampus‖ yang sejatinya tidak ada dalam KBBI. Kata ―mampus‖
adalah kata serapan dari bahasa Betawi yang bermakna tumbang atau
kalah yang kini digunakan secara luas oleh masyarakat.
Selanjutnya terkait dengan kata ―terlambat‖ yang selama ini
dimaknai sebagai tindakan tidak tepat waktu dalam menghadiri sebuah
acara atau pertemuan. Saat ini, kata ―terlambat‖ digunakan untuk
63
berbagai hal termasuk sebagai kata yang mewakili pesan moral.
Terakhir, kata ―berharga‖ yang berkata dasar ―harga‖ yang biasanya
dilekatkan pada sesuatu yang bisa dinilai dengan uang atau benda
setara lainnya. Pergeseran maknan kemudian membuatnya digunakan
untuk hal lain, bahkan untuk mendeskripsikan sebuah jalinan.
b) Faktor yang Mengakibatkan Pergeseran Makna secara Generalisasi
Pergeseran makna pada kata-kata di atas terjadi karena dua faktor
dominan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan dan bidang
pemakaian. Perkembangan ilmu pengetahuan adalah sebuah kondisi di
mana masyarakat paham dengan pergeseran maknanya, sedangkan
bidang pemakaian adalah bagaimana memaknai kata tersebut sesuai
dengan objek yang dideskripsikannya. Hal ini relevan dengan apa yang
dijelaskan oleh Menurut Kridalaksana (1993: 127), bahwa kosakata
adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang
makna/arti dan pemakaian kata dalam bahasa berdasarkan objek yang
dideskripsikan.
2. Spesialisasi
a) Pergeseran Makna pada Kata ―Juara‖, ―Senior‖, ―Emak‖, ―Sarjana‖,
dan ―Olahraga‖
Pertama, kata ―juara‖ yang sempat digunakan sebagai kata umum
untuk menggambarkan posisi sesuatu dalam kehidupan atau
pandangan seseorang. Namun, hal tersebut dianggap kurang relevan
sehingga kini kata ―juara‖ kembali dimaknai sebagai memenangkan
64
suatu pertandingan, kompetisi, atau hal lain yang sejenis yang
ditandai dengan piala, medali, atau penghargaan lainnya. Kedua yakni
kata ―senior‖ yang dulunya sempat digunakan untuk menghormati
orang yang lebih berilmu atau berkemampuan lebih meskipun jenjang
pendidikan atau kariernya lebih dibawah. Kini kata ―senior‖ kembali
disempitkan maknanya sebagai sebuah bentuk penghargaan kepada
mereka yang memiliki jenjang pendidikan atau karier yang lebih
tinggi. Ketiga yakni kata ―emak‖ yang merupakan kata serapan dari
bahasa Betawi yang bermakna sama dengan ―ibu‖ dulu bisa dimaknai
sebagai wanita yang berjasa dalam hidup kita meskipun tidak
melahirkan kita. Kata ―emak‖ kini kembali kepada esensinya sebagai
wanita yang melahirkan kita sebagai bentuk penegasan siapa sosok
Ibu sebenarnya.
Selanjutnya kata ―sarjana‖ yang dulu sempat digunakan secara
umum untuk menggambarkan orang yang cerdas, namun kini hanya
dilekatkan bagi orang yang berhasil menyelesaikan pendidikan pada
jenjang pendidikan strata satu (S1). Terakhir adalah kata ―olahraga‖
yang dulunya bisa digunakan untuk menggambarkan segala aktivitas
yang mengeluarkan keringat seperti membersihkan rumah dan
sebagainya, namun hal itu dianggap tidak relevan sehingga kini
benar-benar dimaknai sebagai kegiatan berolahraga (bermain
sepakbola, basket, dan cabang olahraga lainnya).
b) Faktor yang Mengakibatkan Pergeseran Makna secara Spesialisasi
65
Pergeseran makna secara spesialisasi pada beberapa kata yang
dibahas sebelumnya terjadi lebih dikarenakan faktor sosial budaya,
di mana kata-kata tersebut dianggap lebih relevan disandingkan
dengan makna awalnya. Faktor sosial budaya yang dimaksud dalam
hal ini adalah terkait dengan interpretasi penghargaan atau
penghormatan kepada objek yang biasanya dideskripsikan oleh kata
tersebut.
3. Ameliorasi
a) Pergeseran Makna pada Kata ―Kopi‖, ―Saudara‖, ―Sendiri‖,
―Berjuang‖, dan ―Langit‖
Sebuah kata tentu memiliki makna dan makna itu bisa
meningkat seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan.
Dalam kata ―kopi‖ yang identik sebagai minuman penghilang
kantuk atau stress, kini dimaknai sebagai minuman yang bisa
menghilangkan rasa sepi. Hal ini dikarenakan saat ini ―kopi‖
dianggap dapat membuat orang ngumpul dengan ajakan ngopi dan
dipertegas dengan kehadiran warung-warung kopi (kafe) yang
identik dengan keramaian dan tempat berkumpul. Selanjutnya ada
kata ―saudara‖ yang mulanya hanya dimaknai sebagai orang yang
lahir dari rahim yang sama dengan kita, kini digunakan sebagai
sebuah kata atau sapaan penghargaan kepada orang-orang yang
sangat akrab atau berpengaruh besar dalam hidup seseorang.
66
Ketiga, kata ―sendiri‖ yang dalam keseharian kita identik
dengan tidak bersama dengan siapa-siapa di suatu tempat. Seiring
perkembangan zaman kata ―sendiri‖ tidak lagi dimaknai hanya
berdasarkan latar tempat, tetapi juga bisa dimaknai dengan latar
waktu dan status seseorang. Keempat, ―berjuang‖ yang berkata
dasar ―juang‖ yang sejak dahulu digambarkan sebagai suatu upaya
untung memenangkan perang. Kata ―berjuang‖ kini tidak hanya
disandingkan dengan peperangan namun juga disandingkan
dengan kehidupan. Kata ―berjuang‖ dianggap mampu
memberikan semangat lebih dalam setiap aktivitas apapun.
Terakhir, terkait dengan kata ―langit‖ yang selama ini hanya
dimaknai sebagai ruang tak terbatas yang berada di atas bumi atau
sebagai tempat beradanya matahari, planet, bulan, dan benda-
benda lainnya. Kini, penggunaan kata ―langit‖ tidak hanya sebatas
pada pemaknaan tersebut. ―Langit‖ kini dimaknakan lebih dari itu;
sebagai patokan mengejar impian, dan paling prestisius dianggap
sebagai kedudukan Tuhan yang Maha Kuasa.
b) Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Makna secara Ameliorasi
Pergeseran makna secara ameliorasi ini terjadi karena adanya
peningkatan derajat makna ke arah yang lebih baik, yang
diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan juga faktor
sosial budaya. Faktor-faktor yang dimaksud tersebut seperti kajian
ilmu kebahasaan yang membuat suatu kata dianggap memiliki
67
makna yang lebih dari makna awalnya dan penghargaan serta
penghormatan terhadap sesuatu yang direpresentasikan dengan
kata tersebut.
4. Peyorasi
a) Pergeseran Makna pada kata ―Tanah‖, ―Merah‖, ―Luka‖, ―Setan‖,
dan ―Terakhir‖
Selain peningkatan makna, ada juga kata yang mengalami
penurunan makna. Bukan berarti maknanya benar-benar turun,
hanya saja kata tersebut dapat mengalami penurunan makna jika
digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak baik atau
sebuah pesan moral Seperti beberapa kata berikut.
Pertama, kata ―tanah‖ yang selama ini hanya kita maknai
dengan tempat kita berpijak, tempat kita hidup, dan pemaknaan
lainnya yang serupa. Tanah kini dapat digunakan sebagai pesan
moral seperti pada kalimat ―kita semua akan kembali ke tanah‖
yang bisa dimaknai sebagai mati. Kedua adalah kata ―merah‖ yang
selama ini hanya dikenal sebagai sebuah warna. Kini, dapat
dilekatkan pada objek non warna seperti pada kalimat ―zona
merah‖ yang berarti berbahaya. Penuruan makna pada kata
―merah‖ ini merujuk pada warna darah, sehingga dijadikan sebagai
sebuah makna peringatan.
Selanjutnya ada kata ―luka‖ yang dulu hanya dimaknai sebagai
keadaan di mana lapisan kulit mengalami pendarahan akibat
68
goresan, irisan, atau benturan. Sekarang kata ―luka‖ banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai untuk menggambarkan sebuah
keadaan luka yang tidak berdarah, dalam hal ini terkait hati dan
jiwa. Keempat, kata ―setan‖ sebagai kata yang dimaknai sebagai
makhluk yang diusir Tuhan dari surga dan senantiasa menggoda
manusia kepada kemaksiatan. Namun secara peyoratif, kata ―setan‖
kini tidak lagi hanya dilekatkan pada wujud yang sesungguhnya,
namun dilekatkan juga pada manusia yang berperilaku seperti
―setan‖ itu sendiri. Terakhir, adalah kata ―terakhir‖ itu sendiri
yang secara umum dimaknai sebagai paling belakang atau paling
telat. Namun sekarang banyak digunakan sebagai pesan moral
seperti dalam kalimat ―momen terakhir‖ yang menggambarkan
suatu perpisahan atau bahkan kematian.
b) Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Makna secara Peyorasi
Penurunan makna pada suatu kata pada dasarnya terjadi karena
kebutuhan dan faktor-faktor sosial serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan kajian kebahasaan yang kompleks. Kebutuhan
kosakata untuk pesan moral dan juga perkembangan penelitian
yang semakin membuat banyak kata kemudian yang dimaknai
dapat memberi justifikasi buruk atau justifikasi peringatan bagi
objek yang dideskripsikannya.
5. Sinestesia
69
a) Pergeseran Makna pada Kata ―Remi‖, ―Kursi Kosong‖, ―Atap‖,
―Balon‖ dan ―Matahari‖
Pergeseran makna kadangkala membutuhkan penafsiran panca
indera yang lebih dari sekedar penafsiran biasa berdasarkan
wujudnya. Beberapa hal ini terjadi pada kata-kata berikut.
Kata ―remi‖ tentu identik permainan yang menggunakan kartu
remi seperti joker atau poker yang didalamnya terdiri dari berbagai
jenis kartu seperti joker dan As. Pergeseran maknanya terjadi
ketika dilekatka pada kalimat perumpaan seperti ―layaknya kartu
remi, kita harus menjadi kartu As‖ yang berisikan sebuah pesan
moral. Selanjutnya adalah kata ―kursi kosong‖ yang pastinya
langsung dimaknai oleh indera sebagai kursi tanpa orang yang
mendudukinya. Namun, maknanya berubah jika digunakan untuk
menggambarkan hal lain seperti pada kalimat ―berfikir bersama
kursi kosong‖ yang bermakna berfikir sendirian.
Ketiga kata ―Atap‖yang identik dengan penutup atau bagian
atas rumah, yang kini banyak dimaknai lain pada berbagai bidang.
Contohnya jika menggunakan kata ―atap Sulawesi‖ yang bermakna
puncak gunung tertinggi di Pulau Sulawesi. Kata lain juga yang
bisa dimaknai secara sinestesia adalah ―balon‖ yang selama ini
dinilai oleh indera sebagai benda yang berisi gas yang banyak
digunakan saat ada seremoni. Pergeseran maknanya terjadi jika
dilekatkan pada kalimat kiasan seperti ―Haruskah aku jadi balon
70
agar kau pegang erat-erat?‖. Terakhir, yaitu kata ―Matahari‖ yang
tentu tidak asing bagi indera kita sebagai sumber cahaya dan panas
utama bagi bumi disiang hari dan sebagai pusat dari galaksi bima
sakti dalam kajian sains. Makna sebagai sebagai sumber cahaya
dan panas utama inilah yang kemudian mengalami pergeseran
makna secara sinestesia seperti pada kata ―meneladani matahari‖.
Artinya, jadilah seperti matahari yang terus menyinari dan
menghangatkan tanpa pamrih kepada bumi.
b) Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Makna secara Sinestesia
Pergeseran makna secara sinestesia ini lebih dipengaruhi oleh
faktor sosial seperti tanggapan masyarakat dan pemaknaan yang
disepakati secara umum. Setelah itu, barulah pergeseran makna ini
dikaji dan menghasilkan berbagai kalimat kiasan yang lebih kita
kenal dengan majas yang menegaskan adanya pemaknaan secara
sinestesia.
6. Asosiasi
a) Pergeseran Makna pada Kata ―Miniatur Alam Semesta‖, ―Matahari
menjaga Bumi‖, ―Keluarga Cemara‖, dan ―Mawar yang
Membahagiakan‖
Pergeseran makna secara asosiasi terjadi karena adanya
pemaknaan sifat yang dapat mewakili kata atau kalimat lain seperti
pada beberapa kata berikut.
71
Pertama ―miniatur alam semesta‖, dimana kata ―miniatur‖ ini
bermakna sebagai gambaran atau representasi. Contoh dari
pergeseran makna ini adalah ―manusia adalah miniatur alam
semesta‖, yang berarti ―manusia‖ dapat merepresentasikan alam
semesta sangat luas ini, dan itu digambarkan dalam kata ―miniatur
alam semesta‖. Kedua ―Matahari menjaga Bumi‖ yang merupakan
asosiasi dari manusia yang harus menjaga manusia atau dalam hal
ini berkorelasi dengan sebuah hubungan diantara manusia.
Penggambaran tersebut dapat kita cermati pada contoh redaksi
kalimat ―jadilah seperti matahari yang menjaga bumi, terus
menerus tanpa pamrih‖ yang merupakan sebuah pesan moral.
Ketiga, ―keluarga cemara‖ yang kini banyak dimaknai sebagai
perwujudan keluarga yang bahagia. Sejatinya, ―cemara‖ hanyalah
sebuah tanaman, namun selama ini digunakan sebagai lambang
kebahagiaan sehingga disandingkan dengan kata ―keluarga‖.
Keempat, ―mawar yang membahagiakan‖, yang kurang lebih
dimaknai sama seperti pohon cemara meskipun wujudnya adalah
tanaman. ―Mawar‖ selama ini dilambangkan sebagai lambang
keromantisan, di mana hal ini juga dimaknai sebagai sumber
kebahagiaan. Terakhir, terakhir ―jadilah seperti kopi‖. Tak
mungkin manusia menjadi ―kopi‖, tetapi makna filosofis dibalik
kata ―kopi‖ itulah yang ingin diimplementasikan. ―Kopi‖ pada
umumnya memang pahit dan kita pun tidak bisa mendustai lidah
72
kita terkait hal tersebut. Kejujuran inilah ynag ingin diterapkan
dalam hidup kita sesuai dengan pesan moral yang ada dalam kata
―kopi‖ tersebut.
b) Faktor yang Mengakibatkan Pergeseran Makna secara Asosiasi
Asosiasi merupakan pergeseran makna secara ―perwakilan‖, di
mana kata tersebut dianggap memiliki kesamaan representasi yang
dapat mewakili makna. Pergeseran jenis ini bisa terjadi karena
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dalam kajian kebahasaan,
pergeseran sosial budaya, dan pergeseran pandangan orang-orang
terkait dengan makna sebuah kata yang kemudian disepakati secara
universal.
Penelitian ini secara khusus membahas mengenai pergeseran makna
kosakata dengan merujuk kepada beberapa penelitian yang relevan. Setelah
dilakukan penelitian dan analisis terhadap hasil penelitian yang ditemukan, maka
ditemukan beberapa perbedaan penelitian yang menjadi rujukan sebagai berikut:
Penelitian ini secara khusus membahas mengenai pergeseran makna kosakata
dengan merujuk kepada beberapa penelitian yang relevan. Setelah dilakukan
penelitian dan analisis terhadap hasil penelitian yang ditemukan, maka ditemukan
beberapa perbedaan penelitian yang menjadi rujukan dalam penelitian ini seperti
penelitian Firnasari (2016) yang meneliti pergeseran makna kosakata pada harian
tribun timur; Retnosari (2013) yang meneliti pergeseran bahasa Jawa dengan
dialek Banyumas; Hijriyani (2013) yang meneliti pergeseran makna bahasa Jawa;
73
Sahril (2018) yang meneliti makna bahasa daerah di Daerah Kuala Tanjung
Sumatera Utara; dan Hasming (2009) yang meneliti Pergeseran Makna Bahasa
Bugis Dialek Sinjai pada Penutur Bahasa Bugis Sinjaidi Makassar.
Pada dasarnya, penelitian yang relevan yang dijadikan sebagai rujukan
menggunakan pendekatan yang sama yakni kualitatif deskriptif untuk meneliti
dan menganalisis pergeseran makna kosakata dengan cara menganalisis dan
mendeskripsikan makna kata yang mengalami pergeseran makna. Hanya saja,
terdapat perbedaan perbedaan fokus dan objek penelitian sehingga menghasilkan
temuan penelitian yang berbeda dengan penelitian ini terkait dengan pergeseran
makna kosakata. Pergeseran makna dalam suatu bahasa dianggap sebagai suatu
hal yang wajar dikarenakan bahasa sebagai alat komunikasi bagi masyarakat
pemakaiannya bersifat sangat dinamis yang disebabkan oleh berbagai faktor
seperti perubahan sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan, dan juga
perbedaan tanggapan. Pergeseran makna kata dalam bahasa Indonesia perlu dikaji
secara serius, mengingat perkembangan bahasa Indonesia sekarang sudah sangat
pesat. Demikian pula yang terjadi pada bahasa yang dipakai oleh berbagai klaster
masyarakat di mana selalu terjadi pergeseran terutama menyangkut pergeseran
makna.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pergeseran makna
kosakata bahasa Indonesia pada pengguna intagram peniliti menumukan beberpa
pergeseran makna dengan landasan teori yang digunakan, dapat di uraikan
sebagai berikut:
Pergeseran makna secara generalisasi terjadi karena adanya keluasan makna
yang dapat merepresentasikan objek atau hal lain, pergeseran makna secara
spesialisasi terjadi karena adanya penilaian terhadap relevansi makna masa kini
dan makna awal yang berbeda, di mana makna awal dianggap jauh lebih relevan
dan pas, pergeseran makna secara ameliorasi terjadi ada kata yang dianggap bisa
bermakna yang lebih baik lagi sehingga harus mengalami peningkatan derajat
makna dari makna awal, pergeseran makna secara peyorasi terjadi bilamana suatu
kata dianggap dapat dianalogikan sebagai sesuatu yang mrnggambarkan hal buruk
atau dapat menjadi peringatan, pergeseran makna secara sinestesia terjadi karena
adanya penilaian indera yang berbeda dengan makna yang ingin disampaikan dan
pergeseran makna secara asosiasi terjadi karena adanya persamaan sifat antara
kata dasar dan kata yang digunakan.
B. Keterbatasan dan Saran Penelitian
1. Keterbatasan
Penelitian ini berfokus pada caption berbahasa Indonesia yang dibuat oleh
remaja pada sosial media instagram. Namun, seperti yang kita ketahui saat
ini para user cenderung membuat postingan dengan caption berbahasa
75
Inggris, emoticon, atau bahkan tanpa caption sama sekali sehingga
menjadi sebuah kesulitan tersendiri bagi peneliti.
2. Saran
Saran peneliti kepada para user instagram terkhusu kepada para remaja
adalah bagaimana kemudian mereka bisa memahami setiap makna kata
berikut dengan pergeseran maknanya yang digunakan dalam captionnya
agar tidak terjadi salah penafsiran dan salah paham. Hal ini juga agar
caption yang diposting dapat lebih berbobot dimata viewers.
76
DAFTAR PUSTAKA
Arnawa, Nengah. 2016. Pergeseran Kosakata Bahasa Bali Ranah Pertanian:
Studi Linguistik Kebudayaan. Jurnal. Vol. 28 No. Di unduh 15 Januari
2020. Dari http://repo.ikippgribali.ac.id.
Citra. (1999).Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Kelas III Batara Gowa
Singguminasa. Skripsi. Ujung Pandang: FPBS IKIP Ujung Pandang.
Danie, Julianus Akun. 1987. Kajian Geografi Dialek Minahasa Timur Laut.
Desertasi pada Universitas Indonesia, Jakarta.
Firnasari. 2016. Pergeseran Makna Kosakata Bahasa Indonesia Harian Teribun
Timur. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fitriyadi, Rizky. 2014. Pengaruh Penguasaan Kosa Kata dan Tata Bahasa
Indonesia Terhadap Kemampuan Menulis Eksposisi Siswa Kelas x SMA
Negeri Se Kota Yogyakarta. Skripsi: ̀ Tidak Diterbitkan.
Hijriyani.2018. Pergeseran bahasa Jawa di Desa Karyamukti Kecematan
Gelumbang Kabupaten Muara Enim. Skripsi: Tidak Diterbitkan.
Irwansyah. 2011. Corporate and Marketing Communication. Jakarta: Puskombis
Universitas Mercu Buana
Keraf, G. (2009).Tata Bahasa Indonesia.Ende: Nusa Indah.
Khaer, Fajrul. 2017. Implikasi Visual Media Instagram Terhadap Peggunaan
Ragam Bhasa Indonesia. Skripsi: tidak Diterbitkan.
Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Martono. (1990). Kosakata Bahasa TulangMamak. Jakarta. Depdibud.
Masyhitah. 2017. Pergeseran Bahasa Bugis Dialek Barru Pada Penutur Bahasa
Bugis Dialek Barru di Makassar (Tinjauan Sosiolinguistik). Skripsi: Tidak
Diterbitkan.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Munirah & Hardian.2016. Pengaruh Kemampuan Kosakata dan Struktur Kalimat
Terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi Siswa
SMA.Jurnal.Vol 16 No 1. Di unduh 07 Januari 2002, dari
http://dx.doi.org./10.17509/bs_jpbs.v1512.
Nurul Irawan, Yulia. 2013. Pergesran bahasa Mandarin dialek Hokkian dalam
keluarga etnis Cina Benteng di kelurahan Sukasari kota Tanggerang.
Skripsi: Tidak Diterbitkan.
77
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Lesikal. Jakarta:Rineka Cipta.
Prihatningsih, Witanti. (2017). Motif Penggunaan Media Sosial Instagram di
Kalangan Remaja. Jakarta: 7 januari 2020 dari
http://journal.budiluhur.ac.id.
Rahma Putri, Devita. 2016, Artikel Tentang Instagram. Diambil dari :
http://putridevits.blogspot.co.id/2016/04/artikel-tentang-instagram.html
(07 April 2016).
Retrosari, Hesti. (2013). Pergeseran Bahasa Jawa Dialek Banyumasan Di
Kalangan Remaja Dalam Berkomunikasi. Skripsi: Tidak Diterbitkan.
Sahril. (2018). Pergeseran Bahasa Daerah pada Anak-Anak di Kuala Tanjung
Sumatera Utara, Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 7 (2), 210—228. doi:
https://doi.org/10.26499/rnh.v7i2.571 Sumarsono dan Paina Partana. 2002.
Sosiolinguistik. Yogyakarta: Penerbit Sabda.
Setiawati, Sulis. 2016. Penggunaan Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI)
dalam Pembelajaran Kosakata Baku dan tidak Baku pada Siswa Kelas IV
SD. Jurnal. Vol 2.i1 (44-45). Di unduh 15 Januari 2020. Dari
http://dx.doi.org/10.22202/JG.2016.v2i1.1048.
Soedjito. 1992. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soekesi. 1994. Tata Istilah Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan. 1986. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa. Soedjito. 1992.
Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yusuf, Muri. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &
Gabungan.Jakarta.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran I
KORPUS DATA
Data Akun Instagram yang Dijadikan Sumber Data
No. Nama Akun Instagram Jumlah Data yang Diambil
1 @indahhkasim 1
2 @muhrezaes__ 9
3 @rusliyah.abd 1
4 @irmawatiwahyuningsih 1
5 @iinpratiwi29_ 1
6 @nurhalisahusain 2
7 @muh.ihsan_rajab 1
8 @khairunnisanur3 1
9 @iinekaswtry 1
10 @wawan_pasalli1109 3
11 @lianaamalia_ 1
12 @ikhaa185 3
13 @finnamel 1
14 @tarantula.ra07 1
15 @kiki.indrawati27 2
16 @anniisa7462 1
Total 30
1. @indahkasim : Ada yang indah tapi bukn pemandangan
2. @muhrezaes_ : Tujuan tidak mesti sama, tapi kebersamaan tetap
harus terjaga, itu
3. @rusliyah.abd : Ngampus sampai mampus....
4. @irmawatiwahyuningasi : Ramadhan H-27- apa kabar diri yang masih sama
saja dengan sebelumnya? Wacana intropeksi diri
sudahkah berhasil? Sekarang belum terlambat
untuk memperbaiki. Selamat berbenah ya
5. @muhrezaes_ : kalian begitu berharga,itu
6. @muhrezaes_ : Juara? Tentu saja. Karena kita dilahirkan sebagai
pemenang, dan untuk menjadi pemenang
7. @muhrezaes_ : Ketemu dengan senior-senior FEBI (kak Iksan
Manajemen & kaka Hera-Ekonomi Islam) yg
sedang kuliah Magister di UGM dan UII. Semoga
bisa nyusul segera!
8. @iinpratiwi29_ : Emakkkk gue...selalu kasih saran...Selalu kasih
makan... Selalu kasih solusi...Selalu kasih uang
juga
9. @muhrezaes_ : Barakallah, anaknya baba sudah sarjana betulan
wkwk. Farida sawali, S.Farm.
10. @muhrezaes_ : Karena olahraga bukan sekedar soal fisik, tapi juga
bagaimana menjalin silaturahmi
11. @ muh.ihsan_rajab : Ngopi biar tidak sepi
12. @muhrezaes_ : Terima kasih rabu malam berfaedahnya, saudara
saudaraku! Semoga donasi yang ada dapat segera
kita salurkan ke saudara(i) kita di Sulawesi Tengah
13. @muhrezaes_ : Malam ini jadi bagian dari kelas Akutansi D 2015,
dalam sebuah momen bahagia salah satu saudari
kami yang akhirnya resmi melepaskan ―masa
sendiri‖ nya. Barakallah!
14. @khaerunnisanur3 : Gambar ini didedikasikan untuk siapapum kamu
kamu yang sudah berjuang mengusahakan hari ini
15. @iinekaswtry : Kebenran Cuma ada di langit dan dunia hanyalah
palsu- Soe Hok Gie
16. @wawanpasalli1109 : Kalau tinggal alam yang mengerti luka mu.
Kembalilah jadi tanah.
17. @wawanpasalli1109 : Garis merah
18. @lianaamalia_ : jangan sering-sering memendam luka, tak baik,
nanti susah pulih
19. @ikhaa185 : Bukankah Menggoda Manusia itu tugas Setan (?)
Setan Upss Jangan diambil Hati nanti cepat stroke
20. @finnamel : Hati-hati jangan sampai ini RAMADHAN terakhir
untuk diri kita.
21. @muhrezaes_ : Kita hidup bagaikan kartu remi. Kesuksesan
ditentukan dari seberapa mampu kita menjadi
―Kartu As‖ terhadap kehidupan, dan tetap
menyadari bahwa kita tak mungkin menjadi
―Joker‖ yang sudah pasti diperankan Sang Maha
Kuasa. Muh Reza Eka saputra
22. @wawanpasalli1109 : Berfikir bersama kursi kosong
23. @tarantula.ra07 : MENAPAK ATAP
24. @muhrezaes_ : Haruska aku meletus dulu agar kau pegang erat
erat
25. @kiki.indrawati27 : Apa kabar Rindu? Kadang kita harus meneladani
matahari. Ia mencintai Bumi, tapi ia mengerti
mendekat pada sang kekasih justru membinasakan
26. @nurhalisahusain : Manusia adalah miniatur alam semesta. lebih besar
dari pujian, lebih luas dari cacian
27. @kiki.indrawati27 : Biar aku mencintaimu seperti cara matahari
menjaga bumi. Dari jauh dan tidak mendekat,
tanpa sedikitpun mengurangi rasa hangat...
28. @ikhaa185 : Keluarga Camera
29. @annisa7462 : Jika tidak bisa menjadi mawar yang
membahagiakan, maka jangan jadi duri yang
melukai.
30. @ikhaa185 : Jadilah seperti kopi Meskipun Pahit tapi Dia tak
Pernah Pura-Pura Manis
LampiranII
Lampiran : Generalisasi
Lampiran Spesialisasi
Lampiran Ameliorasi
Lampiran Peyorasi
Lampiran Sinestesia
Lampiran Asosiasi
RIWAYAT HIDUP
Rasas Mita, dilahirkan di Segeru Kabupaten Pangkep pada
tanggal 20 Mei 1998. Anak pertama dari empat bersaudara,
pasangan dari bapak H.Muh.Amir dan Ibu Hasriah. Adik
pertama bernama Suhaelah, adik kedua bernama Ashar dan adik
ketiga Kamria Amila. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 14 Lasare lulus
pada tahun 2010, MTS DDI Jawi-Jawi lulus pada tahun 2013, SMAN 5 Pangkep
lulus pada tahun 2016. Tahun 2016 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program
Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis melakukan Pemantapan Profesi
Keguruan (P2K), di SMA Muhammadiyah Rappang Kabupaten Sidrap. Dengan
ketekunan motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah berhasil
menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas
akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul ― Pergeseran Kosakata Bahasa Indonesia
pada Pengguna Instagram.‖