PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

235
PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE HIDROPONIK DI PT. KEBUN PANGAN JAYA TANGERANG SELATAN, BANTEN SKRIPSI Lussyana 11140920000015 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

Transcript of PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

Page 1: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE

HIDROPONIK DI PT. KEBUN PANGAN JAYA

TANGERANG SELATAN, BANTEN

SKRIPSI

Lussyana

11140920000015

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE

HIDROPONIK DI PT. KEBUN PANGAN JAYA

TANGERANG SELATAN, BANTEN

Oleh :

LUSSYANA

11140920000015

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Program Studi Agribsnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 3: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …
Page 4: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Maret 2019

Lussyana

11140920000015

Page 5: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

v

Page 6: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan Produksi

Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya Tangerang Selatan,

Banten”. Tak lupa shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW, tauladan dan panutan bagi seluruh umat Islam hingga akhir

zaman.

Skripsi ini menjadi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program

studi Strata-1 Agribisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan, do’a, dan

bantuan baik secara moril maupun materil yang sangat berarti dari berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak, Mama dan juga ketiga adik kandung

penulis yaitu Rizqie Faturrahman, Sri Endah Paraswati, dan Nurrahman

Sidieq atas semua kasih sayang, do’a, saran, dan dukungan yang tiada henti

diberikan, sehingga semua menjadi lebih mudah.

2. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si, selaku

dosen pembimbing yang telah membimbing, memotivasi, mengarahkan,

mengingatkan, dan membantu penulis, sehingga penyusunan skripsi menjadi

lebih mudah dan terarah.

Page 7: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

vii

3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin,

M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud, selaku dekan Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta jajarannya.

5. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen penasehat akademik atas

bimbingan dan arahannya mengenai akademik penulis selama masa

perkuliahan.

7. Seluruh dosen Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang luar biasa. Terimakasih atas semua ilmu, nasehat, dan

pengalaman yang tidak ternilai harganya.

8. Bapak Chairil Anwar, Bapak Rony Arifin, Ibu Opi, Mba Dinda, Pak Dwi

dan tim produksi sayuran NFT di ketiga kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kedua sahabat penulis “Best Three 1998”, Retno Sari yang sudah bersedia

menemani untuk turun lapang sampai ke Cipanas, dan Ina Murdiana yang

selalu menanyakan sudah sampai mana skripsi ini dibuat. Terimakasih sudah

selalu mengingatkan, memotivasi, dan tentunya memberi semangat.

Page 8: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

viii

10. Hanifa, Fergy Dyah, dan Yana Melati terimakasih atas persahabatan yang

selama ini terjalin. Perjuangan belum usai, babak baru akan segera dimulai.

Semangat! Keep in touch.

11. Kawan asdos warbiasyah Humairra Avicienna dan Deannisa Indriani, kawan

bolem sedari opak Lulu Hana Salsabila, dan yang katanya kembaran penulis

Ninda Amillia, semoga kita semua tetap bahagia, Just keep being you!

12. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, terimakasih atas semua canda,

tawa, suka, maupun duka, masa perkuliahan penulis menjadi berwarna-

warni karena adanya keberadaan kalian.

13. Teman-teman LSO Sagribinis UIN Jakarta, HMJ Agribisnis UIN Jakarta,

kelompok KKN Bringin 082 a.k.a Naruto, dan organisasi lainnya yang telah

menjadi bagian penting dalam perjalanan penulis selama di masa

perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih

terdapat kekurangan baik implementasi maupun dalam penulisan. Akhir kata,

penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Terima

kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2019

Penulis

Page 9: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

ix

RINGKASAN

LUSSYANA, Perencanaan Produksi Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya Tangerang Selatan, Banten. Di bawah Bimbingan LILIS IMAMAH

ICHDAYATI dan JUNAIDI.

Sayuran merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang penting bagi

ketahanan pangan nasional. PT. Kebun Pangan Jaya bergerak di bidang produksi

atau budidaya sayuran yang bernilai jual tinggi seperti aneka selada (Lettuce),

Kale, tomat cherry, dan tanaman herbal seperti aragula, daun mint, daun basil dan

masih banyak lagi. Sistem budidaya yang diterapkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya

dalam membudidayakan sayuran menggunakan sistem hidroponik. Dari berbagai

macam sayuran yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya, jenis sayuran Lettuce

dan Kale merupakan sayuran yang paling diminati oleh konsumen. Lettuce yang

diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 7 varietas, diantaranya yaitu

Lollobionda Lacarno, Green Oaklef Kristine, Romaine Cos Maximus, Lollorossa

Concorde, Red Oaklef Mondai, Endive, dan Butterhead. Kale yang diproduksi di

PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 3 varietas yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan

Kale Nero. Sayuran Lettuce dan Kale merupakan komoditas sayuran yang

memiliki ciri atau karakteristik yang paling menonjol yaitu komoditas ini

dipasarkan dalam keadaan segar, dan juga komoditas ini mudah rusak. Di PT. Kebun Pangan Jaya perencanaan produksi yang dibuat dinilai

belum optimal dalam pembuatannya, karena hasil atau output berupa produk

aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale yang dihasilkan tidak tepat waktu, tidak

tepat jumlah, dan tidak dapat memenuhi target yang sudah ditentukan. Manajer

produksi seringkali kesulitan dalam membuat perencanaan produksi yaitu

terutama dalam menentukan kombinasi dan jumlah produk sayuran yang

sebaiknya diproduksi untuk selanjutnya. Kesulitan yang ia alami dikarenakan

salah satunya karena komoditas Lettuce dan Kale hidroponik ini tidak hanya

terdiri dari satu jenis saja. Dari tiap-tiap jenis Lettuce dan Kale hidroponik

memiliki tingkat permintaan yang berbeda-beda. Tidak dipungkiri bahwa dalam

prakteknya PT. Kebun Pangan Jaya juga sering menolak permintaan dari

konsumen karena tidak tersedianya stok sayuran yang diminta. Selain itu

perusahaan juga mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan disetiap

bulannya dikarenakan sayuran yang diproduksi dan dipasarkan ke konsumen

adalah sayuran yang berasal dari tiga kebun yang dimiliki oleh PT. Kebun Pangan

Jaya. Perusahaan perlu membuat perencanaan produksi secara sistematis. Dimana

dari perencanaan tersebut perusahaan dapat secara optimal mendapatkan

keuntungan maksimal secara total, efisien dalam menggunakan sumberdaya yang

tersedia, sehingga efisien pula dalam mengeluarkan biaya produksi sayuran

Lettuce dan Kale. Dari perencanaan tersebut perusahaan dapat mengambil

keputusan yang sesuai dalam pemenuhan permintaan pasar untuk menjamin

kontinuitas produksi sayuran Lettuce dan Kale hidroponik.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui operasional produksi

sayuran Lettuce dan Kale hidroponik yang dilakukan oleh PT. Kebun Pangan Jaya

Page 10: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

x

dalam penggunaan sumberdaya utama yang dimiliki. (2) Mengetahui biaya

produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit sayuran dan margin yang

diperoleh dari penjualan sayuran Lettuce dan Kale hidroponik. (3) Mengetahui

tingkat permintaan konsumen terhadap masing-masing varietas sayuran Lettuce

dan Kale hidroponik. (4) Menganalisis perencanaan produksi sayuran Lettuce dan

Kale yang optimal di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. (5)

Mengetahui total biaya produksi yang digunakan dan keuntungan optimal yang

dapat diperoleh PT. Kebun Pangan Jaya.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kebun Pangan Jaya mencakup 3 kebun

produksi. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli 2018 sampai dengan bulan

November 2018. Data yang digunakan dan diolah nantinya untuk mendapatkan

perencanaan produksi yang optimal yaitu data kuantitatif yang meliputi data

penjualan, data produksi, data biaya aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale, data

permintaan konsumen (PO), dan data kebutuhan sumberdaya yang digunakan

untuk memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Perencanaan produksi dilihat dari

solusi kombinasi produk optimal yang didapatkan dari perhitungan dengan

metode Linear programming menggunakan software Lindo.

Dari hasil penelitian didapatkan kombinasi dan jumlah produk sayuran

yang sebaiknya diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya disetiap bulannya, agar PT. Kebun Pangan Jaya bisa mendapatkan

keuntungan maksimal. Selain itu didapatkan beberapa informasi mengenai alokasi

sumberdaya utama dalam memproduksi Lettuce dan Kale, dan nilai atau jumlah

dari kapasitas sumberdaya yang tersedia yang masih bisa ditolerir jika nantinya

mengalami perubahan. Dari perhitungan linear programming didapatkan, bahwa

PT. Kebun Pangan Jaya jika setiap bulannya ingin mendapatkan keuntungan total

secara maksimal, maka perusahaan sebaiknya hanya memproduksi 6 varietas

sayuran Lettuce dan 3 varietas sayuran Kale di 2 kebun produksi PT. Kebun

Pangan Jaya saja, yaitu Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Di Kebun

Pamulang sebaiknya memproduksi sayuran Lettuce varietas Lollorossa sebanyak

1.000 unit, Romaine sebanyak 402 unit, Red Oaklef sebanyak 756 unit, Endive

sebanyak 347 unit, Butterhead sebanyak 367 unit, dan Kale Siberian sebanyak 409

unit. Lalu di Kebun Cipanas setiap bulannya sebaiknya hanya fokus untuk

memproduksi Lollorossa sebanyak 235 unit, Romaine sebanyak 896 unit, Green

Oaklef 747 unit, Kale Curly sebanyak 1.151 unit, dan Kale Nero sebanyak 171

unit. Dari hasil perhitungan produksi optimal, disarankan bahwa kegiatan

produksi di Kebun Ciseeng sebaiknya tidak dilakukan. Kecuali perusahaan

menyediakan hole fase N2 di Kebun Ciseeng.

Diketahui pula bahwa total keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan

pada saat kondisi optimal jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan total

keuntungan yang diperoleh perusahaan pada saat kondisi aktual. Total keuntungan

yang dapat diperoleh perusahaan pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp

40.611.080,- , sedangkan pada kondisi aktual hanya sebesar Rp 40.421.667,- .

Dapat dilihat bahwa terdapat selisih yaitu sebesar Rp 189.413. Diketahui pula

total pengeluaran pada kondisi aktual jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan

total pengeluaran pada kondisi optimal. Total pengeluaran pada kondisi aktual

yaitu sebesar Rp 22.818.958,- , sedangkan total pengeluaran pada kondisi optimal

Page 11: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xi

hanya sebesar Rp 17.809.790,-. Dari jumlah tersebut terdapat selisih sebesar Rp

5.009.168,- . Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi optimal terdapat

biaya yang berhasil dihemat, yaitu sebesar Rp 5.009.168,- . Berdasarkan kedua hal

tersebut, maka nantinya perusahaan bisa mendapatkan keuntungan tambahan

sebesar Rp 5.198.611,- perbulannya. Jumlah tersebut didapatkan dari

penghematan biaya produksi dan keuntungan yang didapat jika berproduksi secara

optimal.

Kata Kunci: Perencanaan Produksi, Linear Programming, Sayuran Lettuce dan

Kale

Page 12: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

RINGKASAN ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 11

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 12

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 12

1.5. Batasan Penelitian .......................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Agribisnis ....................................................................................... 15

2.2. Hidroponik ..................................................................................... 17

2.2.1. Pengertian Hidroponik ......................................................... 17

2.2.2. Keuntungan Hidroponik ....................................................... 18

2.2.3. Jenis-Jenis Hidroponik ......................................................... 19

2.3. Sayuran Hidroponik ....................................................................... 23

2.3.1. Selada .................................................................................. 22

2.3.2. Kale ...................................................................................... 27

2.4. Budidaya Sayuran dengan Hidroponik .......................................... 28

2.5. Manajemen Produksi ...................................................................... 31

2.5.1. Pengertian Produksi dan Manajemen Produksi ................... 31

2.5.2. Faktor Produksi .................................................................... 33

2.5.3. Model Produksi .................................................................... 35

2.5.4. Keberhasilan Produksi ......................................................... 37

Page 13: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xiii

2.5.5. Perencanaan Produksi .......................................................... 38

2.6. Linear Programming ...................................................................... 42

2.6.1. Pengertian Linear Programming (LP) ................................. 42

2.6.2. Syarat-Syarat Suatu Persoalan Linear Programming (LP).. 44

2.6.3. Asumsi-asumsi dalam Linear Programming (LP) .............. 44

2.6.4. Model Linear Programming (LP) ....................................... 45

2.6.5. Bentuk Umum Linear Programming (LP) .......................... 47

2.6.6. Teknik Linear Programming (LP) ....................................... 48

2.6.7. Analisis Pasca Optimalitas .................................................. 50

2.7. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 53

2.8. Kerangka Pemikiran....................................................................... 56

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 60

3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 60

3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 61

3.4. Metode Pengolahan Data ............................................................... 64

3.5. Analisis Hasil Olah Data ................................................................ 67

3.6. Definisi Operasional....................................................................... 77

BAB IV GAMBARAN UMUM PT. KEBUN PANGAN JAYA

4.1. Sejarah PT. Kebun Pangan Jaya..................................................... 79

4.2. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya ................................. 80

4.3. Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya ....................................... 81

4.4. Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya ....................................... 83

4.5. Proses Produksi Sayuran Lettuce dan Kale Hidroponik di

PT. Kebun Pangan Jaya.................................................................. 86

4.6. Tingkat Keberhasilan dan Pola Produksi Sayuran Lettuce dan Kale

di PT. Kebun Pangan Jaya ............................................................. 96

4.7. Pemasaran Sayuran Lettuce dan Kale Hidroponik di

PT. Kebun Pangan Jaya.................................................................. 99

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Operasional Produksi Lettuce dan Kale di PT. Kebun Pangan

Jaya dalam Menggunakan Sumberdaya Utama .......................... 102

Page 14: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xiv

5.1.1. Penggunaan dan Ketersediaan Benih .................................. 102

5.1.2. Penggunaan dan Ketersediaan Larutan Nutrisi AB Mix ..... 105

5.1.3. Penggunaan dan Ketersediaan Media Tanam Rockwool .... 108

5.1.4. Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase N1 ...................... 111

5.1.5. Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase N2 ...................... 113

5.1.6. Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase Dewasa .............. 115

5.1.7. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Tenaga Kerja ............... 117

5.2. Biaya Produksi dan Margin dari Penjualan Lettuce dan Kale

di PT. Kebun Pangan Jaya ............................................................. 119

5.2.1. Biaya Produksi dan Margin di Kebun Pamulang ................ 120

5.2.2. Biaya Produksi dan Margin di Kebun Cipanas ................... 123

5.2.3. Biaya Produksi dan Margin di Kebun Ciseeng ................... 126

5.3. Tingkat Permintaan Konsumen terhadap Sayuran Lettuce dan

Kale di PT. Kebun Pangan Jaya ..................................................... 128

5.4. Perencanaan Produksi Sayuran Lettuce dan Kale menggunakan

Linear Programming ...................................................................... 134

5.4.1. Perumusan Model Perencanaan Produksi Sayuran . Lettuce

dan Kale ke dalam Linear Programming ............................ 135

5.4.2. Hasil Linear Programming .................................................. 151

5.5. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di

PT. Kebun Pangan Jaya.................................................................. 177

5.5.1. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di

Kebun Pamulang.................................................................. 178

5.5.2. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di

Kebun Cipanas ..................................................................... 181

5.5.3. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di

Kebun Ciseeng ..................................................................... 185

5.6. Evaluasi Hasil Perencanaan Produksi Pada Kondisi Optimal

dengan Kondisi Aktual ................................................................... 186

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan .................................................................................... 192

6.2. Saran ............................................................................................... 194

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 196

LAMPIRAN .................................................................................................... 199

Page 15: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah PO dan Penjualan Sayuran Lettuce dan Kale bulan April 2018 .... 10

2. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu ........................... 56

3. Pola Produksi Sayuran Lettuce dan Kale .................................................... 96

4. Produksi Sayuran Lettuce dan Kale Selama Satu Tahun (2017) ................ 98

5. Daftar Nama Perusahaan Pelanggan Produk Sayuran Lettuce dan

Kale Hidroponik PT. Kebun Pangan Jaya beserta Volume Pembelian

dalam Satu Kali Pemesanan ....................................................................... 100

6. Kebutuhan dan Kapasitas Sumberdaya Benih yang tersedia ...................... 103

7. Penggunaan Benih Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Produksi

PT. Kebun Pangan Jaya dalam Satu Kali Penyemaian ............................... 104

8. Kebutuhan dan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix ................ 106

9. Rata-Rata Pemakaian Nutrisi dalam Satu Kali Penuangan di

Masing-Masing Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya ......................... 108

10. Kebutuhan dan Kapasitas Media Tanam Rockwool ................................... 109

11. Penggunaan Media Tanam Rockwool di Kebun Produksi PT. Kebun

Pangan Jaya dalam Satu Kali Penyemaian ................................................. 110

12. Jumlah Gully dan Hole Fase N1 di Tiga Kebun Produksi PT. Kebun

Pangan Jaya ................................................................................................ 112

13. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Fase N1 .................................................... 113

14. Jumlah Gully dan Hole Fase N2 di Tiga Kebun Produksi PT. Kebun

Pangan Jaya ................................................................................................ 114

15. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Fase N2 .................................................... 115

16. Jumlah Gully dan Hole Fase Dewasa di Tiga Kebun Produksi PT. Kebun

Pangan Jaya ................................................................................................ 116

17. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Fase Dewasa ............................................. 117

Page 16: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xvi

18. Kebutuhan dan Kapasitas Jam Tenaga Kerja ............................................. 118

19. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran

Lollobionda,Lollorossa, dan Romaine di Kebun Pamulang ....................... 120

20. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Green

Oaklef, Red Oaklef, dan Endive di Kebun Pamulang ................................ 121

21. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran

Butterhead dan Kale Siberian di Kebun Pamulang .................................... 122

22. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran

Lollobionda,Lollorossa, dan Romaine di Kebun Cipanas .......................... 124

23. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Green

Oaklef, Red Oaklef, dan Endive di Kebun Cipanas ................................... 125

24. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran

Butterhead, Kale Curly dan Kale Nero di Kebun Cipanas ......................... 126

25. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Kale

Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng ................................................ 127

26. Jumlah Permintaan (PO) Aneka Jenis Sayuran Lettuce Tahun 2017 ......... 131

27. Jumlah Permintaan (PO) Aneka Jenis Sayuran Kale Tahun 2017 ............. 133

28. Kode Variabel dalam Model Linear Programming Sayuran Lettuce

dan Kale ..................................................................................................... 136

29. Harga Jual, Biaya, dan Margin per Unit Aneka Varietas Sayuran

Lettuce dan Kale di 3 Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya ............... 138

30. Kombinasi Produk Optimal dan Nilai Keuntungan Maksimal .................. 152

31. Penggunaan Sumberdaya Benih pada Kondisi Optimal ............................ 157

32. Penggunaan Larutan Nutrisi AB Mix pada Kondisi Optimal ..................... 159

33. Penggunaan Media Tanam Rockwool pada Kondisi Optimal .................... 161

34. Penggunaan Hole Fase N1 pada Kondisi Optimal ..................................... 162

35. Penggunaan Hole Fase N2 pada Kondisi Optimal ..................................... 163

36. Penggunaan Hole Fase Dewasa pada Kondisi Optimal ............................. 165

Page 17: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xvii

37. Penggunaan Sumberdaya Jam Tenaga Kerja pada Kondisi Optimal ......... 166

38. Jumlah Permintaan Pasar ........................................................................... 167

39. Perubahan Nilai Margin Aneka Varietas Sayuran Lettuce dan Kale ......... 169

40. Perubahan Kapasitas Sumberdaya Benih Aneka Varietas Sayuran Lettuce

dan Kale ..................................................................................................... 172

41. Perubahan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix, Media

Tanam Rockwool, Hole Fase N1, N2, Produksi, dan Jam Tenaga Kerja ... 174

42. Perubahan Jumlah Permintaan Pasar ......................................................... 176

43. Kombinasi Produk Optimal di Kebun Pamulang ....................................... 178

44. Rencana Produksi Optimal di Kebun Pamulang ........................................ 179

45. Penggunaan Sumberdaya untuk Produksi Optimal di Kebun Pamulang ... 181

46. Kombinasi Produk Optimal di Kebun Cipanas .......................................... 182

47. Rencana Produksi Optimal di Kebun Cipanas ........................................... 182

48. Penggunaan Sumberdaya untuk Produksi Optimal di Kebun Cipanas ...... 184

49. Perbandingan Kombinasi Sayuran dan Penerimaan Pada Kondisi Optimal

dan Kondisi Aktual ..................................................................................... 186

50. Perbandingan Pengeluaran dan Keuntungan Pada Kondisi Optimal

dan Kondisi Aktual .................................................................................... 188

Page 18: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Grafik Penjualan dan Target Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya ..... 6

2. Grafik Produksi Lettuce dan Kale Tahun 2017 .......................................... 7

3. Grafik Penjualan Produk Lettuce dan Kale Tahun 2017 ............................ 9

4. Jenis Lettuce:

(a) Selada Kepala Renyah (iceberg) ........................................................... 24

(b) Selada Kepala Mentega (butterhead) .................................................... 24

(c) Selada Batavia ....................................................................................... 24

5. Selada Cos .................................................................................................. 25

6. Selada Daun Longgar ................................................................................. 25

7. Selada India ................................................................................................ 26

8. Selada Latin ................................................................................................ 26

9. Kale ..................................................................................................... 28

10. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 59

11. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya .............................................. 81

12. Fluktuasi Jumlah Permintaan Sayuran Lettuce dan Kale Tahun 2017 ....... 128

Page 19: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Panduan Wawancara .................................................................................. 200

2. Data Penjualan Sayuran Lettuce dan Kale Tahun 2017 ............................. 202

3. Data Permintaan Sayuran Lettuce dan Kale Bulan April, Mei, dan

Juni 2018 .................................................................................................... 203

4. Skema dan Gambar Instalasi Hidroponik PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur) ............................................................................................ 204

5. Gambar Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya ..................................... 205

6. Gambar Kemasan Produk Sayuran Lettuce dan Kale PT. Kebun

Pangan Jaya ................................................................................................ 206

7. Data Produksi Aneka Sayuran Lettuce dan Kale PT. Kebun Pangan Jaya

Tahun 2017 ................................................................................................ 207

8. Perhitungan Larutan Nutrisi AB Mix untuk Satu Unit Tanaman Lettuce

dan Kale ..................................................................................................... 209

9. Perhitungan Jam Tenaga Kerja untuk Satu Unit Tanaman Lettuce dan

Kale ..................................................................................................... 212

10. Output hasil olahan Lindo .......................................................................... 215

Page 20: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sayuran merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang penting bagi

ketahanan pangan nasional. Jenis tanaman ini sangat beragam dan menjadi

sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan berbagai mineral penting yang

baik bagi tubuh. Di Indonesia, sayuran hampir dijumpai pada semua makanan.

Sayuran adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (bahan

makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan sayur

adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa

semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur (Sumoprastowo, 2000:1). Seiring

dengan meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan,

sayuran kini menjadi alternatif pilihan dalam pola konsumsi masyarakat

Indonesia. Hal tersebut secara tidak langsung juga memengaruhi pola konsumsi

masyarakat Indonesia dengan memilih makanan yang sehat dan bergizi, salah

satunya dengan mengkonsumsi sayuran. Sayuran merupakan komponen penting

di dalam menu makanan seimbang untuk pola hidup sehat.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian Indonesia (2017:134-330),

produksi sayuran dalam negeri pada tahun 2016 baru mencapai angka 12 juta

ton/tahun. Konsumsi sayuran per kapita Indonesia 40 kg/orang/tahun. Lalu

berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2012:1), jumlah penduduk Indonesia

pada tahun 2010 yaitu sebanyak 237.641.326 jiwa. Jumlah tersebut adalah hasil

dari sensus penduduk tahun 2010. Berdasarkan tingkat konsumsi dan jumlah

Page 21: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

2

penduduk, Indonesia membutuhkan sayuran sebesar 40 kg x 237.641.326 jiwa

yaitu 9.505.653 ton/tahun. Tetapi apabila konsumsi sayuran per kapita mengikuti

anjuran dari FAO yaitu minimal sebanyak 75 kg/orang/tahun, maka kebutuhan

akan sayuran menjadi 75 x 237.641.326 jiwa yaitu 17.823.099 ton/tahun. Hal

tersebut menunjukkan bahwa nantinya akan ada kekurangan sekitar 8 juta ton

sayuran/tahun.

Salah satu perusahaan yang melihat potensi akan peningkatan kebutuhan

sayuran di masyarakat adalah PT. Kebun Pangan Jaya. Berawal dari hobi sang

pemilik, akhirnya terbentuklah PT. Kebun Pangan Jaya. Nama perusahaan ini di

masyarakat lebih dikenal dengan nama Kebun Sayur. Kemudian nama Kebun

Sayur menjadi merk dagang produk sayuran yang dihasilkan. PT. Kebun Pangan

Jaya bergerak di bidang produksi atau budidaya sayuran yang bernilai jual tinggi

seperti aneka selada (Lettuce), Kale, tomat cherry, dan tanaman herbal seperti

aragula, daun mint, daun basil dan masih banyak lagi. Sistem budidaya yang

diterapkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya dalam membudidayakan sayuran

menggunakan sistem hidroponik. Istilah hidroponik digunakan untuk menjelaskan

beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media

menanam. Istilah ini di kalangan umum lebih popular dengan sebutan berkebun

tanpa tanah, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang

menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng,

pasir kali, gabus putih, dan lain-lain (Lingga, 1991:1).

Teknik budidaya hidroponik yang diterapkan di PT. Kebun Pangan Jaya

terbagi menjadi 3 jenis yaitu hidroponik NFT, hidroponik Substrat Irigasi Tetes,

Page 22: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

3

dan hidroponik campuran antara NFT dan Irigasi Tetes. Teknik hidroponik NFT

digunakan untuk memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Lalu teknik hidroponik

Substrat Irigasi Tetes digunakan untuk memproduksi sayuran buah seperti Tomat

Cherry, dan teknik hidroponik campuran antara NFT dan Irigasi Tetes digunakan

untuk memproduksi Tanaman Herbal seperti daun mint, arugula, daun basil, dan

lain sebagainya.

Berbagai macam sayuran diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya, namun jenis

sayuran Lettuce dan Kale merupakan sayuran yang paling diminati oleh

konsumen. Distribusi produk sayuran PT. Kebun Pangan Jaya yaitu supermarket,

berbagai hotel, restoran, dan cafe disekitar wilayah Jakarta dan Tangerang.

Sayuran Lettuce dan Kale adalah sayuran yang pertama kali dibudidayakan oleh

PT. Kebun Pangan Jaya. Aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale menjadi

sayuran yang paling diminati oleh konsumen karena rasanya yang enak,

teksturnya yang crunchy, dan tentunya menyehatkan tubuh. Lettuce atau selada

yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 7 varietas, diantaranya yaitu

Lollobionda Lacarno, Green Oaklef Kristine, Romaine Cos Maximus, Lollorossa

Concorde, Red Oaklef Mondai, Endive, dan Butterhead. Lettuce diminati oleh

konsumen karena sayuran ini dapat dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih

dahulu. Lettuce biasanya dikonsumsi dengan cara dibuat menjadi salad ataupun

jus. Lettuce yang dijual oleh PT. Kebun Pangan Jaya diberi harga Rp 65.000,-

perkilogram.

Sama halnya dengan aneka jenis Lettuce, Kale juga menjadi sayuran yang

diminati oleh konsumen PT. Kebun Pangan Jaya. Kale yang diproduksi di PT.

Page 23: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

4

Kebun Pangan Jaya terdapat 3 varietas yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale

Nero. Aneka varietas Kale yang dijual oleh PT. Kebun Pangan Jaya diberi harga

Rp 100.000,- perkilogramnya untuk Kale Curly dan Rp 75.000,- perkilogramnya

untuk Kale Nero dan Kale Siberian.

Sayuran Lettuce dan Kale merupakan komoditas sayuran yang memiliki

ciri atau karakteristik seperti komoditi sayuran lainnya. Ciri dan karakteristik

yang paling menonjol yaitu komoditas ini dipasarkan dalam keadaan segar, dan

juga komoditas ini mudah rusak. Hal tersebut menunjukkan jika komoditas

tersebut sudah tidak segar atau tingkat kesegarannya menurun, hal tersebut akan

mengakibatkan nilai sayuran tersebut berkurang atau tidak ada nilainya sama

sekali. Ciri selanjutnya yaitu komoditas ini mudah rusak. Komoditas sayuran

Lettuce dan Kale hidroponik ini tidak dapat disimpan terlalu lama, harus segera

dipasarkan dan dikonsumsi. Konsekuensinya menurut Poerwanto dan Susila

(2013:5), penyimpanan dalam waktu lama sulit untuk dilakukan. Dengan

demikian setelah diproduksi, komoditas ini harus segera dipasarkan. Karena itu,

perencanaan produksi harus dilakukan dengan cermat.

Menurut Fahmi (2012:8), dalam ilmu manajemen disebutkan bahwa

perencanaan (planning) merupakan dasar pijakan dari langkah-langkah

selanjutnya. Kualitas pekerjaan sangat dipengaruhi oleh kualitas perencanaan

yang dibangun. Sebuah perencanaan yang baik menempatkan perusahaan tahan

terhadap berbagai kondisi hantaman resesi ekonomi manapun. Menurut

Sinulingga (2013:24), perencanaan yang baik akan memberikan proses konversi

Page 24: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

5

terkendali sehingga output yang diinginkan dapat dihasilkan secara efisien, tepat

waktu, tepat mutu, dan tepat jumlah.

Di PT. Kebun Pangan Jaya perencanaan produksi yang dibuat bisa

dikatakan belum optimal dalam pembuatannya, karena hasil atau output berupa

produk aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale dihasilkan tidak tepat waktu, tidak

tepat jumlah, dan tidak dapat memenuhi target yang sudah ditentukan. Tidak tepat

waktu disini yaitu produk sayuran Lettuce dan Kale hidroponik yang diminta

seringkali telat dikirimkan ke konsumen karena sayuran Lettuce dan Kale

hidroponik yang dipesan belum cukup umurnya untuk dipanen atau bahkan belum

tersedia jumlahnya. Seringkali terjadi karena sudah banyaknya pesanan yang

masuk, apalagi terdapat pesanan yang berasal dari konsumen seperti supermarket

yang harus bisa dipenuhi karena kalau tidak PT. Kebun Pangan Jaya akan

dikenakan sanksi berupa charge atau penalti atau bahkan sampai pemutusan

kontrak penjualan. Oleh karena itu pihak PT. Kebun Pangan Jaya mengambil

tindakan yaitu memanen sayuran Lettuce dan Kale hidroponik sebelum waktu

panen yang seharusnya. Aneka sayuran Lettuce dan Kale dipanen pada saat sudah

mencapai umur 45 hari setelah disemai.

Dikarenakan umur panen yang menghasilkan bobot yang optimal belum

terpenuhi, maka dari itu bobot sayuran yang dipanen menjadi lebih rendah.

Sehingga yang tadinya dalam satu kilogram sayuran ditargetkan hanya berisikan 8

unit tanaman yang sejenis, karena dipanen di umur yang belum optimal maka

dalam satu kilogram sayuran bisa berisikan 9-12 unit tanaman. Hal tersebut

mengakibatkan biaya produksi untuk menghasilkan satu kilogram sayuran

Page 25: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

6

mengalami peningkatan dari yang biasanya. Jika hal tersebut terus terjadi

nantinya perusahaan hanya akan mendapatkan keuntungan yang sedikit atau

bahkan bisa mengalami kerugian, karena harga yang ditawarkan tidak mengalami

peningkatan atau tetap.

Adanya pemanenan dini dimana sayuran dipanen belum pada waktu

optimalnya, maka dari itu jumlah produk yang pada awalnya sudah ditargetkan

akhirnya tidak tercapai. Beberapa perihal di atas yang menurut keterangan dari

manajer produksi dan pemasaran adalah alasan mengapa target pendapatan

penjualan dari semua produk PT. Kebun Pangan Jaya yang sudah dibuat tidak

pernah tercapai. Pendapatan penjualan sayuran PT. Kebun Pangan Jaya

ditargetkan setiap bulannya minimal dapat mencapai angka Rp 150.000.000,-.

Pada tahun 2017 penjualan sayuran PT. Kebun Pangan Jaya mengalami fluktuasi

dan tiap bulannya tidak pernah bisa mencapai angka target yang sudah ditentukan.

Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Penjualan dan Target Pendapatan Penjualan Produk Sayuran

PT. Kebun Pangan Jaya Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)

Gambar grafik diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2017, penjualan

seluruh produk sayuran belum bisa mencapai target yang sebelumnya sudah

perusahaan tentukan yaitu sebesar Rp 150.000.000,- setiap bulannya. Target

Page 26: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

7

pendapatan penjualan tersebut merupakan target pendapatan penjualan dari

penjualan semua produk sayuran yang diproduksi oleh PT. Kebun Pangan Jaya.

Selanjutnya berdasarkan target penjualan sebesar Rp 150 juta perbulannya,

ditetapkan bahwa 70% dari penjualan berasal dari penjualan sayuran daun yaitu

sayuran Lettuce dan Kale, dan 30% sisanya berasal dari penjualan sayuran buah

yaitu tomat cherry dan tanaman herbal dalam pot. Jika dihitung dari presentase

target pendapatan penjualan tersebut maka penjualan sayuran NFT harus dapat

mencapai angka kurang lebih Rp 105 juta, dan sisanya Rp 45 juta berasal dari

penjualan sayuran buah dan tanaman herbal dalam pot.

Harga jual sayuran Lettuce dan Kale hidroponik berkisar antara Rp

65.000,- sampai dengan Rp 100.000 perkilogramnya, maka didapatkan bahwa

bagian produksi harus bisa memproduksi Lettuce dan Kale hidroponik kurang

lebih sebanyak 1.200 kg dalam sebulan. Akan tetapi dalam kenyataannya

berdasarkan data produksi 2017, jumlah produksi sayuran Lettuce dan Kale

hidroponik tidak pernah bisa mencapai angka 1.200 kg. Hal tersebut dapat dilihat

pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Produksi Lettuce dan Kale Tahun 2017 Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)

0200400600800

10001200

Jan

uar

i

Mar

et

Mei

Juli

Sep

tem

ber

No

vem

ber

Kg

Bulan

Lettuce

Kale

Total

Page 27: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

8

Gambar 2 menunjukkan bahwa total produksi aneka sayuran Lettuce dan

Kale di tahun 2017 belum pernah mencapai angka 1.200 kg perbulannya.

Berdasarkan keterangan dari manajer produksi salah satu penyebab dari

rendahnya produksi Lettuce dan Kale hidroponik yaitu adanya pemanenan di usia

dini atau memanen Lettuce dan Kale hidroponik bukan di umur panen optimalnya.

Menurut keterangan dari manajer produksi, bahwa ia seringkali kesulitan

dalam membuat perencanaan produksi yaitu dalam menentukan kombinasi dan

jumlah produk sayuran yang sebaiknya diproduksi untuk selanjutnya. Kesulitan

yang ia alami dikarenakan salah satunya karena komoditas Lettuce dan Kale

hidroponik ini tidak hanya terdiri dari satu jenis saja. Dari tiap-tiap jenis Lettuce

dan Kale hidroponik memiliki tingkat permintaan yang berbeda-beda. Fluktuasi

permintaan konsumen terhadap sayuran Lettuce dan Kale hidroponik

mengakibatkan jumlah permintaan Lettuce dan Kale hidroponik jadi tidak

menentu, sehingga menyulitkan manajer produksi dalam membuat perencanaan

produksi yaitu dalam menentukan kombinasi dan jumlah produk yang sebaiknya

diproduksi.

Fluktuasi jumlah permintaan konsumen terhadap sayuran Lettuce dan Kale

dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu grafik jumlah penjualan produk Lettuce dan

Kale hidroponik tiap bulannya selama tahun 2017.

Page 28: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

9

Gambar 3. Grafik Jumlah Penjualan Produk Lettuce dan Kale Tahun 2017 Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)

Grafik jumlah penjualan produk Lettuce dan Kale diatas diasumsikan

dapat menunjukkan jumlah permintaan konsumen yang dapat dipenuhi oleh PT.

Kebun Pangan Jaya. Data penjualan digunakan sebagai acuan data jumlah

permintaan, dikarenakan PT. Kebun Pangan Jaya tidak membukukan dengan baik

data-data permintaan (PO) dari konsumen. Sehingga data permintaan (PO)

sebelumnya tidak lengkap. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah

penjualan Lettuce paling tinggi yaitu dibulan November. Hal tersebut dapat

diartikan juga bahwa jumlah permintaan konsumen terhadap aneka sayuran

Lettuce paling tinggi terjadi di bulan November.

Tidak dipungkiri bahwa dalam prakteknya PT. Kebun Pangan Jaya juga

sering menolak permintaan dari konsumen karena tidak tersedianya stok sayuran

yang diminta. Seperti pada bulan April 2018, terlihat pada Tabel 1 bahwa ada

sebagian permintaan dari konsumen yang tidak bisa terpenuhi.

0

200

400

600

800

1000

Jan

Feb

Mar

Ap

rM

eiJu

nJu

lA

gs

Sep

tO

kt

No

vD

es

Kg

Lettuce

Kale

Page 29: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

10

Tabel 1. Jumlah PO dan Penjualan Sayuran Lettuce dan Kale Bulan April 2018

Jenis Sayuran PO Penjualan Selisih

Kg Kg Kg

Lettuce Lollobionda 149,25 146,5 2,75

Lettuce Lollorossa 218 215,875 2,125

Lettuce Romaine 145 140,5 4,5

Lettuce Green Oaklef 100,75 98,375 2,375

Lettuce Red Oaklef 108,75 106,75 2

Lettuce Endive 19,25 0 19,25

Lettuce Butterhead 103,75 100,875 2,875

Kale Curly 193,25 189,125 4,125

Kale Siberian 8 1,75 6,25

Kale Nero 15 0 15

Total 1.061 999,75 61,25

Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)

Selain beberapa perihal diatas, perusahaan juga mengalami kesulitan

membuat perencanaan disetiap bulannya dikarenakan sayuran yang diproduksi

dan dipasarkan ke konsumen adalah sayuran yang berasal dari tiga kebun yang

dimiliki oleh PT. Kebun Pangan Jaya. Ketiga kebun yang berproduksi setiap

harinya mampu memproduksi aneka jenis sayuran, diantaranya yaitu aneka jenis

Lettuce dan Kale. Ketiga kebun tersebut yaitu Kebun Pamulang, Kebun Cipanas,

dan Kebun Ciseeng. Di tiap-tiap kebun tersebut kapasitas sumberdaya yang

tersedia jumlahnya berbeda-beda. Hal tersebut yang sering membuat manajer

produksi kesulitan dalam membuat perencanaan produksi di setiap bulannya,

yaitu dalam menentukan kombinasi produk beserta jumlahnya.

Berdasarkan perihal diatas maka perusahaan perlu membuat perencanaan

produksi secara sistematis. Dimana dari perencanaan tersebut perusahaan dapat

secara optimal mendapatkan keuntungan maksimal secara total, efisien dalam

menggunakan sumberdaya yang tersedia, dan efisien pula dalam mengeluarkan

Page 30: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

11

biaya dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Berdasarkan perencanaan

produksi tersebut perusahaan dapat mengambil keputusan yang sesuai dalam

pemenuhan permintaan pasar untuk menjamin kontinuitas produksi sayuran

Lettuce dan Kale hidroponik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan

melakukan penelitian mengenai perencanaan produksi dengan judul

“Perencanaan Produksi Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun Pangan

Jaya Tangerang Selatan, Banten”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana operasional produksi sayuran Lettuce dan Kale di PT. Kebun

Pangan Jaya dalam menggunakan sumberdaya utama?

2. Berapa biaya produksi yang dibutuhkan dan margin yang diperoleh dari

memproduksi satu unit aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale?

3. Bagaimana tingkat permintaan konsumen terhadap masing-masing varietas

sayuran Lettuce dan Kale?

4. Bagaimana perencanaan produksi sayuran Lettuce dan Kale yang optimal

di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya?

5. Berapa total biaya produksi optimal yang dibutuhkan sehingga

menghasilkan keuntungan perusahaan yang maksimal?

Page 31: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

12

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk:

1. Mengetahui operasional produksi sayuran Lettuce dan Kale hidroponik

yang dilakukan oleh PT. Kebun Pangan Jaya dalam penggunaan

sumberdaya utama yang dimiliki.

2. Mengetahui biaya produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit

sayuran dan margin yang diperoleh dari penjualan sayuran Lettuce dan

Kale hidroponik.

3. Mengetahui tingkat permintaan konsumen terhadap masing-masing

varietas sayuran Lettuce dan Kale hidroponik.

4. Menganalisis perencanaan produksi sayuran Lettuce dan Kale yang

optimal di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.

5. Mengetahui total biaya produksi optimal yang dibutuhkan sehingga

menghasilkan keuntungan perusahaan yang maksimal.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi penulis, yakni dapat menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan

ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan, dan juga sebagai

syarat untuk menyelesaikan studi S1 di Program Studi Agribisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 32: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

13

2. Bagi perusahaan, yakni dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

mengatur perencanaan produksi berikutnya.

3. Bagi pembaca, yakni dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam aspek

manajemen agribisnis terutama dalam proses produksi sebagai sarana

untuk menambah wawasan dan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

4. Bagi akademik yakni dapat memberikan pustaka informasi bagi seluruh

mahasiswa.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan batasan sebagai berikut:

1. Penelitian ini berfokus pada perencanaan produksi sayuran Lettuce dan

Kale hidroponik yang berkaitan dengan kombinasi dan jumlah produk

optimal yang sebaiknya diproduksi di tiga kebun produksi PT. Kebun

Pangan Jaya agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

2. Penelitian dilakukan di PT. Kebun Pangan Jaya mencakup 3 kebun yang

memproduksi semua jenis Lettuce dan Kale hidroponik yaitu Kebun

Pamulang, Kebun Ciseeng dan Kebun Cipanas.

3. Produk sayuran yang menjadi objek penelitian yaitu sayuran yang di

produksi secara Hidroponik NFT yaitu 7 jenis Lettuce dan 3 jenis Kale.

4. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.

5. Data yang digunakan yakni berupa data penjualan, data produksi, data

permintaan konsumen (PO), dan data kebutuhan sumberdaya utama dalam

Page 33: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

14

memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale. Data-data tersebut

didapatkan dari data historis dan data terkini PT. Kebun Pangan Jaya.

6. Optimal yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu efisien dalam

menggunakan sumberdaya yang tersedia, dan efisien dalam mengeluarkan

biaya produksi. Sehingga nantinya perusahaan mendapatkan keuntungan

maksimal. Selain itu juga maksimal dalam memenuhi permintaan

konsumen terhadap aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale tersebut.

Page 34: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Agribisnis

Menurut Davis dan Goldberg (1957) dalam Wastra dan Mahbubi (2013:4),

agribisnis adalah keseluruhan serangkaian operasi yang terlibat dalam produksi

dan distribusi input pertanian, operasi produksi di lahan pertanian, penyimpanan,

pengolahan dan distribusi komditas pertanian dan item-itemnya. Sedangkan

menurut Maulidah (2012:5), agribisnis dari cara pandang ekonomi ialah usaha

penyediaan pangan. Pendekatan analisis makro memandang agribisnis sebagai

unit sistem industri dan suatu komoditas tertentu, yang membentuk sektor

ekonomi secara regional atau nasional. Sedangkan pendekatan analisis mikro

memandang agribisnis sebagai suatu unit perusahaan yang bergerak, baik dalam

salah satu subsistem agribisnis, baik hanya satu atau lebih subsistem dalam satu

lini komoditas atau lebih dari satu lini komoditas.

Ruang lingkup agribisnis mencakup semua kegiatan pertanian yang

dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi, produksi usaha tani, dan

pemasaran produk usaha tani ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini mempunyai

hubungan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan

berpengaruh terhadap kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya

agribisnis digambarkan sebagai satu sistem yang terdiri dari tiga subsistem, serta

tambahan satu subsistem lembaga penunjang. Secara konseptual sistem agribisnis

dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran

saran produksi sampai dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh

Page 35: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

16

usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain (Maulidah,

2012:7). Menurut Saragih (1999) dalam Wastra dan Mahbubi (2013:5), agribisnis

sebagai sebuah sistem pertanian yang meliputi empat subsistem terintegrasi yaitu

subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) antara lain benih, pupuk, alat

dan mesin pertanian, subsistem agribisnis usahatani (on farm agribusiness),

subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness) dan subsistem jasa layanan

pendukung agribisnis (supporting institution), yang dalam pelaksanaanya

dilakukan secara simultan dan terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir. Sistem

agrisbisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yaitu

(Maulidah, 2012:6-7):

a. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu

Subsistem ini meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain

terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk, obat pemberantas hama

dan penyakit, alat dan mesin, dan peralatan produksi pertanian lainnya.

Subsistem ini sangat penting dikarenakan perlunya keterpaduan dari

berbagai unsur itu guna mewujudkan kesuksesan agribisnis. Industri yang

menyediakan sarana produksi pertanian disebut juga sebagai agroindustri

hulu (upstream).

b. Subsistem Budidaya/Usahatani

Usahatani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil

perkebunan, buah-buahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan

dan ikan. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini adalah produsen yang

Page 36: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

17

terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha tanaman hias

dan lain-lain.

c. Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hilir

Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan

produk usahatani, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi. Sebagian dari

produk yang dihasilkan dari usahatani didistribusikan langsung ke

konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses

ipengolahan terlebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen.

d. Subsistem Jasa Layanan Pendukung Agribisnis (Supporting Institution)

Dalam subsistem ini berisikan semua jenis kegiatan yang berfungsi untuk

mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan subsistem hulu,

subsistem usaha tani, dan subsistem hilir. Lembaga-lembaga yang terkait

dalam kegiatan ini adalah penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian.

Agribisnis selain sebagai sebuah sistem, juga sebagai sebuah proses bisnis

internal perusahaan yang bergerak pada bisnis komoditi pertanian. Sebagai sebuah

proses bisnis, kegiatan agribisnis menerapkan fungsi manajemen mulai

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi sampai

pengendalian sumberdaya manusia, modal, material maupun teknologi secara

optimal untuk mencapai tujuan perusahaan (Wastra dan Mahbubi, 2013:6).

2.2. Hidroponik

2.2.1. Pengertian Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro yang berarti air dan

ponos yang artinya daya. Hidroponik dikenal sebagai soilless culture atau

Page 37: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

18

budidaya tanama tanpa tanah. Istilah hidroponik digunakan untuk menjelaskan

tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya

(Herwibowo dan Budiana, 2014:12). Menurut Poerwanto dan Susila (2013:120),

hidroponik adalah teknologi untuk memproduksi tanaman sayuran, buah, dan

tanaman hias tanpa menggunakan tanah dengan jumlah air yang sedikit. Tanaman

juga dapat dibudidayakan di dalam lingkungan terkendali, sehingga secara efisien

dapat memanfaatkan pupuk yang mahal harganya dan beberapa sumber daya yang

terbatas ketersediaanya. Pada budidaya tanaman dengan sistem hidroponik,

pemberian air dan pupuk memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan.

Manajemen pemupukan (fertilization) dapat dilaksanakan secara terintegrasi

dengan manajemen irigasi (irrigation) yang selanjutnya disebut fertigasi

(fertilization and irrigation). Dalam sistem hidroponik, pengelolaan air dan hara

difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal sesuai dengan kebutuhan

tanaman, umur tanaman, dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang

maksimum.

2.2.2. Keuntungan Hidroponik

Terdapat beberapa alasan yang menarik untuk melakukan budidaya

hidroponik. Alasan utama adalah kebersihan tanaman begitu terjamin sehingga

bisa dilakukan di ruangan sekalipun. Alasan lain tentu banyak sekali karena

tanaman yang bisa ditanam dengan cara hidroponik hampir semua tanaman.

Hasilnya sudah teruji lebih melimpah dibanding bercocok tanam di lahan atau di

sawah. Keuntungan lainnya dari budidaya secara hidroponik yaitu (Lingga,

1991:2-3):

Page 38: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

19

a. Produksi tanaman lebih tinggi dibandingkan menggunakan media tanam

tanah biasa.

b. Lebih terjamin kebebasan tanaman dari hama dan penyakit.

c. Tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat.

d. Bila ada tanaman yang mati, bisa diganti dengan tanaman baru dengan

mudah.

e. Produksi tanaman dapat memberikan hasil yang kontinu.

f. Metode kerja yang sudah distandarisasi, lebih memudahkan pekerjaan

dan tidak membutuhkan tenaga kasar.

g. Kualitas daun, buah atau bunga yang lebih sempurna, dan tidak kotor.

h. Beberapa jenis tanaman bisa ditanam di luar musimnya dan hal ini

menyebabkan harganya mahal di pasaran.

i. Tanaman dapat tumbuh di lahan yang semestinya tidak cocok bagi

tanaman tersebut.

j. Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan ataupun ketergantungan

lainnya terhadap kondisi alam setempat.

Efisiensi kerja kebun hidroponik menyebabkan perawatannya tak banyak dalam

mengeluarkan biaya dan memerlukan peralatan. Keterbatasan ruang dan tempat

bukan halangan untuk berhidroponik. Sehingga untuk perkarangan terbatas

sekalipun bisa diterapkan hidroponik.

2.2.3. Jenis-Jenis Hidroponik

Hidroponik menurut Savage (1985) dalam Poerwanto dan Susila

(2013:121-124), berdasarkan penggunaan media dapat dikelompokkan menjadi:

Page 39: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

20

1. Substrat System

Substrat System atau sistem substrat adalah sistem hidroponik yang

menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sistem

ini meliputi:

a. Sand Culture

Bisa juga disebut “sandponics” adalah budidaya tanaman dalam media

pasir. Saat ini sand culture dikembangkan menjadi teknologi yang lebih

menarik, terutama di negara yang memiliki padang pasir. Teknologi ini

dibuat dengan membangun sistem drainase di lantai rumah kaca, kemudian

ditutup dengan pasir yang akhirnya menjadi media tanam yang permanen.

b. Gravel Culture

Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan

gravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman. Tanaman

ditanam di atas gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan.

c. Rockwool

Rockwool adalah nama komersial media tanam utama yang telah

dikembangkan dalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini

berasal dari batu basalt yang bersifat inert yang dipanaskan sampai cair,

kemudian cairan tersebut diputar sehingga menjadi benang-benang yang

kemudian dipadatkan seperti kain “wol” yang terbuat dari “rock”.

d. Bag Culture

Bag Culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong

plastik (polybag) yang diisi dengan media tanam. Media tanam yang

Page 40: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

21

biasanya digunakan yaitu arang sekam, kulit kayu, dan perlit. Irigasi tetes

biasanya digunakan dalam sistem ini.

2. Bare Root System

Bare Root System atau sistem akar telanjang adalah sistem hidroponik yang

tidak menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman,

meskibun block rockwool biasanya dipakai di awal pertanaman. Sistem ini

meliputi:

a. Deep Flowing System

Deep Flowing System adalah sistem hidroponik tanpa media, berupa

kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal diisi dengan larutan hara

dan diberi aerasi.

b. Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST)

Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) adalah hasil modifikasi

dari Deep Flowing System yang dikembangkan. Perbedaannya, dalam

THST tidak digunakan aerator, sehingga teknologi ini relatif lebih efisien

dalam penggunaan energi listrik.

c. Aeroponics

Aeroponics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, tetapi

menggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan

pada zona perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan

menggantung di udara dalam kondisi gelap dan secara periodik

disemprotkan larutan hara.

Page 41: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

22

d. Nutrient Film Tecnics (NFT)

Nutrient Film Tecnics (NFT) adalah sistem hidroponik tanpa media tanam.

Tanaman ditanam dalam sirkulasi hara tipis pada talang-talang yang

memanjang. Persemaian biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang

dibungkus plastik. Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi ini

dalam periode waktu tertentu.

e. Mixed System

Mixed System adalah teknologi hidroponik yang menggabungkan

aeroponics dan deep flow technics. Bagian atas perakaran tanaman

terbenam pada kabut hara yang disemprotkan, sedangkan bagian bawah

perakaran terendam dalam larutan hara.

2.3. Sayuran Hidroponik

Jenis sayuran yang dapat dibudidayakan secara hidroponik harus dipilih

dari jenis tanaman yang sulit dibudidayakan di tanah, dan harganya tinggi di

pasaran. Adapun jenis tanaman yang sudah terbukti berhasil dibudidayakan secara

hidroponik yaitu tomat jenis unggul, sweet corn, cantaloupe, brokoli, timun kyuri,

Lettuce, buncis, beet, kol, kembang kol, seledri, timun, terung, dan lain-lain.

Formula nutrisi yang dibutuhkan setiap tanaman tidak perlu diubah. Yang

terpenting memberikan mereka batas sinar dan mineral yang dibutuhkan (Lingga,

1991:76).

2.3.1. Selada (Lettuce)

Selada adalah tanaman yang paling banyak digunakan untuk salad.

Tanaman ini merupakan sayuran musim dingin utama yang beradaptasi paling

Page 42: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

23

baik pada lokasi iklim sedang. Di beberapa negara, konsumsi selada cukup besar

untuk memberikan kontribusi gizi secara nyata. Produksi selada dunia

diperkirakan sekitar 3 juta ton, yang ditanam pada lebih dari 300.000 ha lahan.

Lactuca sativa, satu-satunya spesies Lactuca yang didomestikasi, merupakan

tanaman asli lembah Mediterania Timur. Bukti lukisan pada kuburan mesir kuno

menunjukan bahwa selada sudah ditanam sejak tahun 4500 SM. Awalnya,

tanaman ini digunakan sebagai obat dan bijinya dijadikan makanan yang dapat

dikonsumsi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998:66).

Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan

sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur, serta aroma yang

menyegarkan tampilan makanan. Tanaman ini merupakan tanaman setahun yang

dapat di budidayakan di daerah lembab, dingin, dataran rendah maupun dataran

tinggi. Pada dataran tinggi yang beriklim lembab produktivitas selada cukup baik.

Di daerah pegunungan tanaman selada dapat membentuk bulatan krop yang besar

sedangkan pada daerah dataran rendah, daun selada berbentuk krop kecil dan

berbunga (Gardjito dkk, 2015:104).

Lettuce, ialah varietas selada Lactuca Sativa yang agak berbeda dengan

selada biasa yang berdaun tebal. Istilah selada (biasa) digunakan untuk Lactuca

Sativa varietas capitata, sedangkan Lettuce dipakai khusus bagai selada daun

Lactuca Sativa varietas crispa yang renyah. Daun Lettuce lebih tipis sehingga

terasa renyah. Karena Lettuce memiliki daun yang tipis, hal tersebut membuat

Lettuce enak untuk dijadikan salad. Karena hal tersebut juga yang membuat

Lettuce mudah rusak dan busuk (Soeseno, 1999:77).

Page 43: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

24

Ada beberapa tipe selada yang cukup khas, dan dikelompokkan sebagai

varietas botanis seperti berikut (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998:68):

a. Selada Kepala Renyah dan Selada Kepala Mentega

Selada yang memiliki ciri-ciri membentuk krop yaitu daun-daun saling

merapat membentuk bulatan menyerupai kepala. Bentuk kepala renyah

umumnya disebut sebagai iceberg atau selada berkepala. Daun terluar

biasanya berwarna hijau tua, makin ke dalam warnanya semakin muda.

Daya simpan tanaman ini adalah yang terbaik diantara jenis lainnya.

Selada butterhead biasa disebut selada kepala mentega. Tanaman jenis ini

lebih kecil, agak lebih gepeng, dan menghasilkan kepala yang kurang

padat ketimbang tipe kepala renyah. Daunnya lebar, berlipat, dan lembut,

dengan tekstur berminyak lunak. Tipe jenis ini muda tergores sehingga

daya angkut dan daya simpannya tidak baik. Jenis selada batavia memiliki

sifat pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega.

Bentuk dari selada kepala renyah (iceberg), selada kepala mentega

(butterhead), dan selada batavia dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b) (c)

Gambar 4. Jenis Lettuce (a) Selada Kepala Renyah (iceberg) ; (b) Selada

Kepala Mentega (butterhead) ; (c) Selada Batavia Sumber: Femina Indonesia (2016:1)

Page 44: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

25

b. Selada Cos

Selada cos dikenal juga dengan nama romaine. Selada ini memiliki ciri-ciri

daunnya memanjang, kasar, dan bertekstur renyah, dengan tulang daun

tengah yang lebar dan jelas. Daun panjangnya agak sempit cenderung

tumbuh tegak, dan secara longgar bertumpang tindih satu sama lain. Sifat

pasca panennya sama dengan tipe kepala renyah. Bentuk dari selada cos

dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Selada Cos Sumber: Femina Indonesia (2016:1)

c. Selada Daun Longgar

Selada yang memiliki ciri-ciri daun selada lepas, berombak dan tidak

membentuk krop, daunnya halus dan renyah. Biasanya tipe selada ini lebih

enak dikonsumsi dalam keadaan mentah. Penanganan pascapanen selada

jenis ini harus lebih hati-hati karena kelembutan daunnya. Daya simpan

jenis selada ini lebih baik ketimbang tipe kepala mentega. Bentuk dari

selada daun longgar dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Selada Daun Longgar Sumber: Femina Indonesia (2016:1)

Page 45: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

26

d. Selada India

Daun sukulen berbentuk lonjong hingga lonjong meruncing, berposisi

duduk (melekat tidak bertangkai). Tanaman berbunga warna kuning ini

merupakan tanaman tahunan. Panen bertahap daun roset radial dimulai

sekitar 60 hari setelah tanam. Bentuk dari selada india dapat dilihat pada

Gambar 7.

Gambar 7. Selada India Sumber: Femina Indonesia (2016:1)

e. Selada Latin

Selada latin umumnya menghasilkan daun roset, memanjang, dan lunak.

Daunnya mempunyai tekstur agak mirip daun selada kepala mentega, dan

lebih pendek daripada daun selada tipe kepala cos. Bentuk dari selada cos

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Selada Latin Sumber: Femina Indonesia (2016:1)

Pertumbuhan dan perkembangan vegetatif tanaman selada sangat tanggap

terhadap suhu, dan laju pertumbuhan meningkat dengan meningkatnya suhu. Suhu

Page 46: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

27

sedang adalah suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi. suhu optimum

untuk tanaman selada pada siang hari yaitu 20oC dan untuk malam hari 10

oC.

Suhu yang lebih tinggi dari 30oC nantinya akan menghambat pertumbuhan,

merangsang tumbuhnya tangkai bunga (bolting), dan menyebabkan rasa pahit.

Sebagian besar selada dimakan mentah, dan merupakan sayuran salad yang

popular karena warna, tekstur, dan aromanya menyegarkan tampilan makanan.

Sebagai komponen sayuran salad utama, selada memiliki kandungan air tinggi,

sementara kandungan karbohidrat dan proteinnya rendah (Rubatzky dan

Yamaguchi, 1998:71).

2.3.2. Kale

Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak. Jenis kubis-

kubisan yang lazim ditanam di Indonesia antara lain kubis, kubis bunga, brokoli,

kubis tunas, kubis rabi, dan Kale. Kale (Brassica oleracea) terdapat dua macam

yaitu yang termasuk kelompok Sabellica dan Acephala. Tanaman ini dikenal

dengan daun roset yang tersusun spiral ke arah puncak batang tak bercabang. Pada

berbagai kultivar, batang ini biasanya agak pendek. Tetapi ada varietas tertentu

yang dapat tumbuh menjadi lumayan besar. Tipe sayuran Kale sangat beragam.

Sebagian besar sayuran Kale memiliki banyak daun besar yang sangat keriting

tumbuh tegak. Bentuk daun keriting ini terjadi karena pertumbuhan yang tidak

proporsional sepanjang sembir daun, sedangkan penampakan yang keriput

disebabkan oleh pertumbuhan bagian lembar daun yang tidak seragam (Gardjito

dkk, 2015:100-102). Bentuk dari sayuran Kale dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 47: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

28

Gambar 9. Sayuran Kale Sumber: E. Kristen (2018:1)

2.4. Budidaya Sayuran dengan Sistem Hidroponik

Hidroponik merupakan metode berbudidaya secara bersih dan aman.

Prisipnya, sistem hidroponik tidak melibatkan media tumbuh, tetapi merendam

akar dalam larutan nutrisi yang diangin-anginkan. Sebagian besar nutrisi tanaman

dipasok oleh nutrisi pupuk, bukan oleh media tempat tanaman tumbuh. Ada dua

metode budidaya secara hidroponik, yaitu hidroponik substrat dan hidroponik

non-substrat. Hidroponik subsrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi

memakai media padatan yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi air, dan

oksigen. Hidroponik non-substrat merupakan metode budidaya dengan

meletakkan akar tanaman pada air yang tersirkulasi, baik berupa aliran air,

diseprotkan, atau air menetap. Air ini mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan tanaman (Herwibowo dan Budiana, 2014:20-21).

Dalam budidaya hidroponik, satu-satunya sumber nutrisi bagi tanaman

adalah larutan nutrisi atau pupuk cair. Oleh karena itu, nutrisi pupuk harus selalu

dikontrol agar sesuai yang dibutuhkan pertumbuhan tanaman. Pada hidroponik

sistem NFT, penyebaran penyakit sangat cepat. Oleh karena itu, diperlukan

pengontrolan intensif, terutama di musim hujan. Jika ditemukan penyakit, sayuran

segera dibuang agar tidak menjalar ke tamanan lain. Begitu juga dengan air

nutrisi, harus diganti dengan yang baru (Herwibowo dan Budiana, 2014:22-23).

Page 48: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

29

Salah satu metode hidroponik yaitu sistem hidroponik Nutrient Film

Technique (NFT). Sistem ini adalah teknik pemberian larutan nutrisi melalui

aliran yang sangat dangkal. Air yang mengandung semua nutrisi terlarut tersebut

diberikan secara terus-menerus. Idealnya kedalaman aliran sirkulasi dalam sistem

ini harus tipis, seperti kata film yang berarti lapisan tipis atau air lebih sedikit. Hal

ini untuk memastikan perakaran selalu mendapatkan air dan nutrisi. Sistem ini

memberikan limpahan oksigen kepada akar tanaman. Dalam budidaya hidroponik

NFT masa pemeliharaan sayuran dilakukan secara intensif (Herwibowo dan

Budiana, 2014:26).

Masa pemeliharaan sayuran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pembibitan

(umur 1-14 hari), pembesaran pertama/remaja (umur 14-28 hari), dan masa

pembesaran kedua/produksi sampai panen (umur 28-45 hari). Berdasarkan hal

tersebut, maka dibuat rak tanam yang berbeda untuk setiap fasenya, karena proses

pemeliharaanya pun berbeda. Sayuran bibit membutuhkan perwatan ekstra

dibandingkan dengan sayuran remaja/dewasa. Rak talang atau gully fase

pembibitan terbuat dari talang sepanjang 4 meter dan lebar 15 cm. Di bagian

ujung ditutup dengan penutup talang. Untuk pembibitan, tidak diperlukan penutup

talang bagian atas (Herwibowo dan Budiana, 2014:57-61).

Media tanam bibit dalam rak talang pembibitan memakai rockwool. Sama

halnya dengan rak talang pembibitan, rak talang pembesaran juga terbuat dari

talang dengan panjang 4 meter dan lebar 15 cm. Akan tetapi perbedaannya

dibagian atas rak talang pembesaran terdapat penutup talang yang berupa

potongan salah satu sisi yang diberi lubang. Jarak antarlubang yaitu 20 cm untuk

Page 49: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

30

rak talang pembesaran dewasa, dan 10 cm untuk di rak talang pembesaran remaja.

Didalam satu meja terdapat 4 baris talang dengan jarak antartalang 5 cm. Media

tanaman berguna sebagai penopang akar untuk tumbuh. Dalam sistem hidroponik

NFT, media tanamnya bukan tanah, tetapi rockwool (Herwibowo dan Budiana,

2014:61-64).

Pupuk diberikan kepada sayuran untuk tumbuh dan berkembang. Dalam

hidroponik, istilah pupuk disebut nutrisi. Perlu perhitungan yang cermat terhadap

jumlah dari masing-masing unsur hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Nutrisi

hidroponik merupakan pupuk hidroponik lengkap yang mengandung semua unsur

hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman hidroponik. Pupuk tersebut

diformulasikan secara khusus, sesuai jenis dan fase pertumbuhan tanaman. Nutrisi

hidroponik terdiri atas unsur makro dan mikro yang berbentuk garam-garam

mineral yang larut 100% pada air. Ada 12 jenis bahan kimia yang biasa dipakai

dalam larutan nutrisi hidroponik. Semuanya mengandung unsur yang berguna

bagi sayuran. Dari 12 unsur tersebut, ada 6 unsur makro atau unsur utama, yaitu

nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan sulfur

(S). Unsur-unsur tersebut disebut unsur makro karena dibutuhkan dalam jumlah

yang banyak. Sementara itu, 6 unsur lainnya disebut unsur mikro karena

dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Unsur-unsur tersebut yaitu boron (Bo), cuprum

(Cu), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), dan molibden (Mo) (Herwibowo dan

Budiana, 2014:75-77).

Larutan nutrisi hidroponik disebut juga nutrisi AB mix, hal tersebut

dikarenakan terdiri dari larutan A dan larutan B. Larutan A terdiri atas kalsium

Page 50: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

31

nitrat dan Fe EDTA. Larutan B berupa campuran unsur yang tersisa. Pemisahan

ini perlu karena dalam larutan A ada kalsium, sedangkan dalam larutan B

mengandung sulfat dan fosfat. Jika kalsium bertemu dengan sulfat dalam keadaan

pekat, akan terbentuk gips (butiran) kalsium sulfat yang mengendap dan tidak

dapat diserap oleh akar. Dalam kondisi pekat, kalsium bergabung dengan fosfat

akan membentuk endapan, ini pun menyebabkan akar tidak mampu menyerapnya.

Namun, ketiga unsur tersebut dpat digabungkan tanpa menimbulkan endapan jika

pencampurannya dalam keadaan encer. Itulah sebabnya membuat larutan A dan

larutan B (Herwibowo dan Budiana, 2014:85).

Dalam budidaya sayuran secara hidroponik, dibutuhkan pemilihan jenis

sayuran yang tepat agar mendapatkan sayuran berkelas dan harga tinggi. Untuk

itu, dibutuhkan juga cara penanaman dan pemeliharaan yang baik dan benar untuk

menghasilkan sayuran yang berkualitas. Pemilik usaha hidroponik harus

menyiasati dengan pemilihan komoditas yang berbeda dengan sayuran

konvensional. Contohnya, endive, selada keriting hijau, selada keriting merah,

lollorossa, butterhead, christine, packcoy, mondai, dan romaine yang jarang

dibudidayakan oleh petani konvensional (Herwibowo dan Budiana, 2014:8).

2.5. Manajemen Produksi

2.5.1. Pengertian Produksi dan Manajemen Produksi

Menurut Sinulingga (2013:6), produksi dalam bahasa Inggris disebut

production ialah suatu kegiatan mengenai pembuatan produk baik berwujud fisik

(tangible products) maupun berwujud jasa (intangible products). Pengertian

diatas menjelaskan bahwa produksi adalah proses yang berkenaan dengan

Page 51: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

32

pengubahan asupan (input) menjadi barang dan jasa. Menurut Fahmi (2012:2),

pengertian produksi dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu dalam arti sempit

produksi adalah mengubah bentuk barang menjadi barang baru, ini menimbulkan

form utility (kegunaan bentuk). Pengertian produksi dalam arti luas, yaitu usaha

yang menimbulkan kagunaan karena place (tempat), time (waktu), dan possesion

(kepemilikan).

Produksi agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan

kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha

pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan hasil olahan produk-produk

tersebut). Berdasarkan hal tersebut maka manajemen agribisnis dapat diartikan

sebagai seperangkat keputusan untuk mendukung proses produkis agribisnis,

mulai dari keputusan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,

pengendalian, hingga evaluasi proses produksi (Gumbira dan Harizt, 2004:43).

Menurut Fogarty (1989) dalam Herjanto (2007:2), manajemen produksi

adalah suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan

fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara

efisien dalam rangka mencapai tujuan. Unsur-unsur pokok definisi manajemen

operasi terdiri dari Kontinyu, Efektif, dan Efisien. Kontinyu berarti dalam

manajemen operasi keputusan manajemen dilakukan secara berkelanjutan dari

awal hingga akhir proses produksi. Efektif berarti segala pekerjaan harus dapat

dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya, serta mencapai hasil sesuai dengan

yang diharapkan.

Page 52: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

33

Manajemen produksi agribsinsi memiliki dampak menyeluruh dan terkait

dengan berbagai fungsi, seperti fungsi personalia, keuangan, penelitian dan

pengembangan, pengadaan dan penyimpanan, dan lain-lain. Manajemen produksi,

terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuran atau volume, dan tata letak

fasilitas, pembelian, persediaan, dan penjadwalan serta mutu produk, akan

mnejadi perhatian khusus dari manajer produksi. Walaupun keputusan-keputusan

mengenai hal tersebut secara fungsional dapat berada diluar tanggung jawab

manajer produksi, akan tetapi tetap harus diperhatikan oleh manajer produksi

dalam rangka menjamin berlangsungnya proses produksi sesuai dengan yang

direncanakan (Gumbira dan Harizt, 2004:43).

2.5.2. Faktor Produksi

Manajemen operasi disebut juga manajemen produksi, istilah tersebut

kemudian diperluas menjadi manajemen produksi dan operasi. Sumber daya yang

dibutuhkan dalam proses produksi sangat beragam, tetapi dapat dikelompokkan ke

dalam elemen-elemen yaitu elemen bahan, elemen mesin/peralatan, elemen

bangunan, elemen utilitas, elemen energi dan elemen lainnya yang semuanya

disebut input. Karena input adalah barang barang ekonomi yang jumlahnya

terbatas maka proses produksi perlu dilaksanakan secara efisien sehingga setiap

unit yang digunakan dapat memberikan jumlah output yang diinginkan yang

maksimum.

Menurut Gilarso (2004:89-100), faktor produksi atau sumberdaya yang

digunakan dalam memproduksi suatu produk digolongkan menjadi 4 kelompok

dasar, yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya alam, peralatan produksi atau

Page 53: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

34

barang-barang modal, dan kewirausahaan. Sumberdaya manusia (human

resource) adalah pelaksana utama dalam seluruh kegitan produksi. Dalam ilmu

ekonomi tenaga kerja manusia diartikan sebagai segala usaha manusia, baik

jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan

ekonomi. Faktor produksi selanjutnya yaitu sumberdaya alam (natural resources).

Sumberdaya alam yang dimaksud yaitu segala sesuatu yang disediakan oleh alam

yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya alam tidak hanya mencakup

lahan (tanah) saja, akan tetapi seperti kesuburan tanah, bahan-bahan yang

terkandung didalam tanah seperti mineral, dan gas, lalu air, udara, dan keragaman

hayati dilingkungan tersebut juga termasuk kedalam sumberdaya alam. Faktor

produksi atau sumberdaya ketiga yaitu modal yang biasanya berupa peralatan

produksi. Dalam proses produksi pasti menggunakan peralatan seperti mesin,

cangkul, instalasi hidroponik dan lain sebagainya. Faktor produksi atau

sumberdaya yang terakhir yaitu kewirausahaan. Faktor produksi kewirausahaan

berperan dalam mengkordinasikan dan mengarahkan faktor-faktor produksi

sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan peralatan/modal agar

produktivitasnya dapat meningkat. Faktor produksi kewirausahaan dapat diartikan

sebagai keahlian atau ketrampilan yang digunakan seseorang dalam

mengkordinasikan dan mengelola faktor produksi lainnya untuk menghasilkan

barang atau jasa.

Kenyataannya, proses konversi dengan efisien yang tinggi sering sangat

sulit untuk diwujudkan. Seperti telah dijelaskan tidak sedikit faktor ketidakpastian

yang menghadang dan membuat proses produksi tidak terkendali. Berbagai faktor

Page 54: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

35

ketidakpastian yang dimaksud antara lain ketidakakuratan data, kerusakan mesin

tiba-tiba, kekurangan persediaan bahan baku, dan kesalahan rancangan produk.

Untuk meminimumkan pengaruh negatif dari faktor ketidakpastian tersebut maka

proses konversi dan semua elemen pendukungnya harus direncanakan dengan

baik. Perencanaan yang baik akan memberikan proses konversi terkendali

sehingga output yang diinginkan dapat dihasilkan secara efisien, tepat waktu,

tepat mutu dan tepat jumlah (Sinulingga, 2013:24).

Manajemen operasi berfungsi sebagai pengelola sistem transformasi yang

mengubah input menjadi output yang berupa barang dan jasa. Sistem tersebut

adalah energi, material, tenaga kerja, modal dan informasi. Semua asupan ini

diubah menjadi barang dan atau jasa melalui teknologi proses, yaitu metode

tertentu yang digunakan untuk melakukan transformasi tersebut. Jenis asupan

yang digunakan antara satu industri dengan industri lainnya berbeda-beda.

Operasi pada perusahaan yang menghasilkan barang seperti perusahaan

manufaktur atau perusahaan industri lainnya memerlukan asupan berupa modal

dan energi untuk mesin-mesinnya, fasilitas dan peralatannya. Tenaga kerja

dibutuhkan untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan, sedangkan asupan

berupa material menjadi dasar proses konversi dari bahan baku menjadi barang

jadi (Nasution, 2006:2-3).

2.5.3. Model Produksi

Produksi yaitu proses mentransformasikan bahan baku menjadi produk

jadi sesuai kebutuhan konsumen. Menentukan sistem, langkah, jadwal,

pemeriksaan, dan pengepakan. Kegiatan produksi dilaksanakan berdasarkan

Page 55: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

36

peramalan kebutuhan atau atas dasar pesanan (Siahaya, 2015:18). Menurut

Encyclopedia Americana (1965) dalam Sinulingga (2013:8) salah satu model

produksi yaitu Produksi Primer. Produksi primer mencakup semua kegiatan

produksi yang sifatnya mengambil (mengekstrak) bahan dari sumber daya alam.

Termasuk dalam model ini adalah kegiatan produksi pertanian, pertambangan,

penggalian, perikanan, kehutanan, peternakan yang outputnya sepenuhnya

tergantung pada kekayaan alam dan nilainya sebagian besar ditentukan oleh nilai

bahannya.

Budidaya atau usahatani merupakan bagian dari subsistem agribisnis yang

termasuk dalam subsistem onfarm. Dalam pertanian, budidaya merupakan

kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu

areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat

dianggap sebagai inti dari usahatani. Salah satu kegiatan budidaya, yaitu budidaya

tanaman sayuran. Berdasarkan tujuannya, budidaya tanaman sayuran dibagi dalam

lima macam, yaitu (Sumeru, 1995:170):

a. Budidaya pekarangan yaitu hasil panen dari budidaya ini digunakan untuk

keperluan sendiri. Aktivitas usaha dilakukan disekitar rumah tinggal atau

perkarangan. Jenis dan jumlah tanaman tidak banyak dan pemeliharaan

kurang intensif. Sayuran yang ditanam misalnya, cabai, tomat, kemangi

dan lain lain.

b. Budidaya sayuran komersil, yang hasil panennya biasanya langsung dijual

ke pasar. Aktivitas usaha dilakukan pada sebidang tanah yang cukup luas.

Jenis dan jumlah tanaman lebih banyak dibandingkan dengan budidaya

Page 56: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

37

pekarangan. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif dengan

mempertimbangkan biaya produksi dan perkiraan pendapatan.

c. Budidaya agrobisnis yaitu sama dengan budidaya komersil, hanya saja

skala usahanya lebih besar. Aktivitas usaha dilakukan di tempat yang jauh

dari pasar, sehingga memerlukan unit pengangkutan yang cukup besar.

Perhitungan biaya produkis lebih kompleks, karena jenis pekerjaan lebih

bervariasi.

d. Budidaya sayuran olahan atau agroindustri, yaitu hasil panen dari

budidaya ini diolah lebih lanjut, misalnya diawetkan dalam kaleng. Areal

usahatani ini sangat luas dengan menggunakan peralatan mesin pertanian

yang canggih. Beberapa aktivitas usaha yang dilakuakan dalam

pengolahan hasil ini antara lain pengalengan, pembekuan, dehidrasi,

budidaya rumah kaca.

2.5.4. Keberhasilan Produksi

Sebagian besar persoalan manajemen berkenaan dengan penggunaan

sumber secara efisien atau alokasi sumber-sumber yang terbatas (tenaga kerja

terampil, bahan baku, modal) untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti

penerimaan hasil penjualan yang harus maksimum. Dalam praktiknya dimana

pimpinan perusahaan bermaksud atau bertujuan untuk mencapai hasil penjualan

sebesar mungkin (maximum revenue). Logikanya pimpinan harus memutuskan

untuk memproduksi sebanyak-banyaknya, maka kalau semua barang tersebut laku

terjual, tentu akan diperoleh jumlah hasil penjualan sebanyak-banyaknya.

Keadaan belum tentu semulus itu, ternyata pimpinan harus menghadapi

Page 57: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

38

pembatasan-pembatasan, misalnya jumlah permintaan masyarakat tidak sebanyak

yang diproduksi, atau persediaan bahan mentah yang ternyata hanya tersedia

sekian saja tidak bisa lebih, modal terbatas, sampai dengan permintaan

masyarakat ternyata juga terbatas (Supranto, 2009:69-70).

Keuntungan (laba) bagi suatu perusahaan sangat dipengaruhi atau

ditentukan oleh interaksi antara jumlah penerimaan, biaya tetap, dan biaya

variabel. Dengan demikian setiap perubahan dari variabel-variabel ini akan

mempengaruhi tingkat laba. Analisis menunjukkan adanya hubungan 4 variabel

yaitu hasil penjualan, biaya variabel, biaya tetap, dan volume atau output

(produk), terhadap laba perusahaan. Jumlah penerimaan hasil penjualan dan

jumlah biaya sangat berkaitan dan sangat ditentukan oleh banyaknya output

(produk) (Supranto, 2009:26-36).

Anggaran yang paling penting bagi perusahaan ialah anggaran yang

berasal dari penerimaan hasil penjualan (sales income or revenue). Penjualan

merupakan sumber keuntungan. Maka dari itu berbagai usaha telah ditempuh oleh

pimpinan melalui kegiatan promosi penjualan guna meningkatkan hasil penjualan.

Selanjutnya penjualan pun ditentukan oleh mutu produk yang diproduksi.

Kenaikan permintaan akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan jika

perusahaan dapat memproduksi jumlah produk yang sesuai dengan permintaan

(Supranto, 2009:24-25).

2.5.5. Perencanaan Produksi

Perencanaan merupakan kegiatan penting dalam manajemen produksi,

karena dalam perencanaan terkandung arah kebijakan perusahaan, fokus kegiatan,

Page 58: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

39

rencana kerja operasional, serta sangat terkait dengan penyediaan dan penggunaan

sumber daya manusia dan keuangan (Herjanto, 2007:11). Menurut Joel G. Seigel

dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2012:9), perencanaan adalah pemilihan tujuan

jangka pendek dan jangka panjang serta merencanakan taktik dan strategi untuk

mencapai tujuan tersebut. Menurut Sinulingga (2013:24), perencanaan yang baik

akan memberikan proses konversi terkendali sehingga output yang diinginkan

dapat dihasilkan secara efisien, tepat waktu, tepat mutu, dan tepat jumlah. Dalam

perencanaan, manajer operasi menentukan tujuan dari subsistem operasi dari

organisasi dan mengembangkan program, kebijaksanaan dan prosedur yang

diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Tahap ini mencakup penentuan peranan dan

fokus dari operasi, termasuk perencanaan produk, perencanaan fasilitas, dan

perencanaan penggunaan sumber daya produksi (Herjanto, 2007:4).

Menurut The American Production and Inventory Control Society dalam

Sinulingga (2013:26), perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenaan

dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan

diproduksi dan apa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk

yang telah ditetapkan. Lalu menurut Biegel (1992:190), rencana produksi harus

menyediakan jumlah produk yang diinginkan pada waktu yang tepat dan pada

jumlah biaya yang minimum dengan kualitas yang memenuhi syarat. Rencana

produksi tersebut akan menjadi dasar bagi pembentukan anggaran operasi, dan

membuat keperluan tenaga kerja serta keperluan jam kerja baik untuk waktu kerja

biasa maupun waktu kerja lembur. Selanjutnya, rencana produksi tersebut juga

Page 59: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

40

digunakan untuk menetapkan keperluan peralatan dan tingkat persediaan yang

diharapkan.

Penggolongan jenis perencanaan dalam manajemen produksi berkaitan

erat dengan jenis keputusan yang diambil dan jangka waktu implementasinya

(Herjanto, 2007:11). Penggolongan jenis perencanaan dalam manajemen produksi

berkaitan erat dengan jenis keputusan yang diambil dan jangka waktu

implementasinya. Semakin strategis jenis keputusan yang diambil semakin tinggi

pula posisi pengambil keputusan. Secara umum, perencanaan dapat dibagi dalam

tiga golongan, yaitu (Herjanto, 2007:11-12):

a. Perencanaan Jangka Panjang

Perancanaan jangka panjang berhubungan dengan hal-hal strategis

sehingga pengambilan keputusannya menjadi tanggung jawab pimpinan

puncak. Perencanaan ini meliputi penyusunan kebijakan, misalnya

menyangkut lokasi fasilitas, penentuan kapasitas, pengembangan produk

baru, penelitian dan pengembangan, serta investasi. Perancanaan jangka

panjang biasanya mencakup waktu implementasi lebih dari 2 tahun.

b. Perencanaan Jangka Menengah

Perencanaan jangka menengah dimulai setelah perencanaan jangka

panjang dibuat, umumnya memiliki horizon waktu sekitar 6 bulan sampai

2 tahun. Perencanaan ini merupakan tugas manajer operasi/produksi, yang

akan membuat keputusan taktis. Perencanaan jangka menengah harus

konsisten dengan strategi yang telah dibuat pimpinan puncak dan

dilaksanakan diantara sumber daya yang telah diputuskan/disediakan oleh

Page 60: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

41

keputusan strategi sebelumnya. Termasuk dalam kelompok perencanaan

produksi agregat, penentuan tingkat tenaga kerja, dan perencanaan tingkat

persediaan.

c. Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek mencakup waktu yang relatif pendek,

biasanya tidak lebih dari 6 bulan. Perencanaan ini menjadi tanggung jawab

personel produksi yang bekerja dengan penyelia atau kepala seksi untuk

menjabarkan perencanaan jangka menengah menjadi rencana operasional

dalam bulanan, mingguan, atau harian. Jenis kegiatan yang dapat

digolongkan sebagai perencanaan jangka pendek ialah penugasan kerja

baik untuk manusia maupun mesin, pembebanan pekerjaan, penjadwalan,

pengurutan jenis pekerjaan, dan pengiriman.

Sebelum membuat perencanaan produksi, terlebih dahulu harus ditentukan

terlebih dahulu tingkat permintaan dari konsumen. Dengan demikian dapat

ditentukan jumlah produksi sesuai dengan jumlah permintaan, sehingga dapat

menghindari terjadinya over production (produksi berlebih) dan under production

(produksi kurang). Under production dapat menyebabkan timbulnya dua

persoalan yaitu pertama dalam jangka pendek, perusahaan kehilangan kesempatan

menjual. Kedua, dalam jangka panjang banyak langganan yang tidak puas atau

kecewa dan akan menjadi langganan perusahaan lain (Supranto, 2009:25).

Usaha produksi pertanian, produksi primer, sangat variatif dan sangat

bergatung kepada jenis komoditas yang diusahakan. Salah satu cakupan dalam

manajemen produksi pertanian yaitu perencanaan produksi pertanian.

Page 61: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

42

Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program baik program jangka

panjang maupun jangka pendek. Faktor-faktor yang sangat penting dan harus

diputuskan dalam praperencanaan dalam agribisnis, khususnya subsistem

produksi primer atau usahatani, adalah pemilihan komoditas, pemilihan lokasi

produksi pertanian dan penempatan fasilitas, serta skala usaha. Setelah ketiga hal

tersebut diputuskan, maka dibuat rencana yang lebih spesifik yaitu perencanaan

proses produksi pertanian. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam

perencanaan proses produksi pertanian yaitu biaya produksi, penjadwalan proses

produksi, pola produksi, dan sumber-sumber input dan sistem pengadaannya

(Gumbira dan Harizt, 2004:44-49).

2.6. Linear programming

2.6.1. Pengertian Linear programming (LP)

Linear programming ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

memecahkan persoalan optimalisasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan

menggunakan persamaan dan pertidaksamaan linier dalam rangka untuk mencari

pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang

ada (Supranto, 2009:76). Menurut Soekartawi (2016:101), problem dalam Linear

programming adalah memperhatikan penggunaan atau alokasi yang efisien dari

sumberdaya-sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Problem ini dicirikan oleh sejumlah solusi untuk memenuhi kondisi dasar setiap

problem. Pemilihan solusi yang diutamakan ialah meliputi pemecahan terbaik

terhadap suatu problem yang terikat pada beberapa tujuan atau untuk semua

tujuan, yang dinyatakan secara tidak langsung didalam pernyataan dari problem

Page 62: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

43

tersebut. Suatu solusi yang memuaskan semua kondisi problem mengenai tujuan

yang telah ditetapkan dinamakan solusi optimum.

Linear programming adalah sebuah metode matematis yang

berkarakteristik linear untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara

memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu susunan

kendala (Siswanto, 2007:26). Problem LP mempunyai suatu fungsi linear dari

variabel tertentu untuk menolong memilihkan solusi terhadap problem yang telah

ditetapkan. Kombinasi variabel dalam bentuk linier tersebut dinamakan fungsi

tujuan yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan. Dengan ditambahnya

kondisi untuk memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan, maka dapat

dipilih solusi tunggal yang memenuhi semua kondisi suatu problem. Pada

umumnya kombinasi pembatas yang linier dari problem LP dalam

mengoptimasikan fungsi tujuan secara linear, dapat melalui sistem yang tidak

dapat dideterminasi dari persamaan linier (Soekartawi, 2016:105).

Program linier merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif

penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linier digunakan

untuk menunjukkan fungsi-fungsi matematik yang digunakan dalam bentuk linier

dalam arti hubungan langsung dan persis proposional. Program menyatakan

penggunaan teknik matematik tertentu. Jadi pengertian program linier adalah

suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan

model matematis, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif

pemecahan optimum terhadap persoalan (Aminudin, 2005:11).

Page 63: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

44

2.6.2. Syarat-Syarat Suatu Persoalan Linear programming (LP)

Di bawah ini syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu persoalan dapat

dipecahkan dengan teknik LP, yaitu (Supranto, 2009:79-80):

a. Fungsi objektif harus didefinisikan secara jelas dan dinyatakan sebagai

fungsi objektif yang linier. Misalnya jumlah hasil penjualan harus

maksimum, jumlah biaya transport harus minimum.

b. Harus ada alternatif pemecahan untuk dipilih salah satu yang terbaik.

c. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat ditambahkan

(additivity).

d. Fungsi objektif dan ketidaksamaan untuk menunjukkan adanya

pembatasan harus linear.

e. Variabel keputusan harus positif, tidak boleh negatif (xj ≥ 0, untuk

semua j).

f. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat dibagi (divisibility).

g. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas.

h. Aktivitas harus proporsional terhadap sumber-sumber. Hal ini berarti ada

hubungan yang linear antara aktivitas dengan sumber-sumber.

i. Model programming deterministik, artinya sumber dan aktivitas

diketahui secara pasti (single-valued expectations).

2.6.3. Asumsi-Asumsi dalam Linear programming (LP)

Menurut Frederick S. Hillier dan Gerald J. Lieberman (2000) dalam

Wijaya (2013:11-12), terdapat empat asumsi dalam Linear programming, yaitu:

Page 64: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

45

a. Proposionalitas, naik atau turunnya nilai Z dan penggunaan sumber daya

yang tersedia akan berubah berbanding lurus dengan perubahan tingkat

kegiatan (x).

b. Aditivitas, bahwa untuk setiap fungsi, nilai fungsi total dapat diperoleh

dengan menjumlahkan kontribusi-kontribusi individual dari masing-

masing kegiatan.

c. Divisibilitas, kadang-kadang variabel-variabel keputusan yang

dihasilkan oleh setiap kegiatan tidak selalu menghasilkan angka fisik

yang bulat (integer) akan tetapi juga dapat berupa bilangan pecahan

(non-integer).

d. Kepastian, semua parameter model nilai-nilai (dalam Linear

programming) merupakan konstanta-konstanta yang diketahui. Dalam

praktek, asumsi ini jarang dipenuhi secara tepat. Model Linear

programming biasanya dirumuskan untuk memilih tindakan di masa

yang akan datang, sedangkan kondisi yang akan datang itu sendiri

membawa ketidakpastian.

2.6.4. Model Linear programming (LP)

Model adalah sebuah tiruan terhadap realitas. Langkah untuk membuat

peralihan dari realita ke model kuantitatif, dinamakan perumusan model, adalah

sebuah langkah penting pertama pada penerapan teknik Operation Research, di

dalam manajemen. Model Linear programming mempunyai tiga unsur utama

yaitu (Siswanto, 2007:25):

Page 65: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

46

1. Variabel Keputusan

Variabel keputusan adalah variabel persoalan yang akan mempengaruhi

nilai tujuan yang hendak dicapai.

2. Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan menggambarkan apa yang ingin dicapai perusahaan

dengan menggunakan sumber daya yang ada. Fungsi tujuan

digambarkan dalam bentuk maksimasi (misalnya untuk laba,

penerimaan, produksi, dan lain-lain) atau minimasi (misalnya untuk

biaya) yang biasanya dinyatakan dalam notasi Z (Wijaya, 2013:9). Lalu

menurut Herjanto (2007:44), fungsi tujuan merupakan suatu persamaan

fungsi linear dari variable tujuan, misalkan pendapatan, keuntungan, atau

biaya. Dalam fungsi tujuan juga harus dijelaskan apakah tujuannya

memaksimalkan atau meminimalkan variabel. Variabel seperti

keuntungan, produksi, dan penjualan, bertujuan untuk dimaksimalkan,

sedangkan variabel seperti biaya dan resiko bertujuan untuk

diminimalkan.

3. Fungsi Kendala/Batasan

Fungsi kendala/batasan menggambarkan atau menunjukkan keterbatasan

sumberdaya dalam memproduksi produk tersebut. Untuk kasus linier

programming kendala/batasan yang dihadapi berjumlah lebih dari satu

kendala/batasan (Wijaya, 2013:10). Fungsi batasan dapat dikelompokkan

menjadi dua macam, yaitu (Aminudin, 2005:12):

a. Fungsi batasan fungsional, yaitu fungsi-fungsi batasan sebanyak m.

Page 66: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

47

b. Fungsi batasan non-negatif, yaitu variabel xj ≥ 0.

2.6.5. Bentuk Umum Linear programming (LP)

Bentuk umum model program linear yaitu (Aminudin, 2005:11-12):

Optimumkan

Dengan batasan:

Z = ∑ ≥ ≤ , untuk i = 1, 2, 3, ... , m

≥ 0, untuk j = 1, 2, 3, ... , n

Atau dapat ditulis secara lengkap sebagai berikut:

Optimumkan

Z = c1x1 + c2x2 + ... + cnxn

Dengan batasan:

a11x1 + a12x2 + ... a1nxn ≥ ≤ b1

a21x1 + a22x2 + ... a2nxn ≥ ≤ b2

am1x1 + am2x2 + ... amnxn ≥ ≤ bm

x1 , x2 , x3 , ... , xn ≥ 0

Keterangan:

Z = Fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal, minimal).

cj = Kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan xj dengan

satu satuan unit atau sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j

terhadap Z.

n = Macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia.

m = Macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.

xj = Tingkat kegiatan ke-j (variabel keputusan).

aij = Banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit

keluaran kegiatan j.

bi = Kapasitas sumber i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit

Z =

Page 67: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

48

kegiatan.

aij, bi, cj= Parameter model.

Struktur model matematis teknik Linear programming diawali oleh fungsi

tujuan yaitu sebuah fungsi matematika yang mencerminkan tujuan model. Fungsi

tujuan itu harus diminimumkan atau dimaksimumkan terhadap suatu susunan

kendala sehingga di dalam fungsi tujuan harus muncul pernyataan mengenai arah

tersebut. Oleh karena itu, hanya ada dua kemungkinan fungsi tujuan, yaitu

(Siswanto, 2007:28) :

(1) Maksimumkan Z = f (X1, X2, ... , Xn)

(2) Minimumkan Z = f (X1, X2, ... , Xn)

Dalam hal ini, notasi Z digunakan untuk menandai nilai fungsi tujuan, dimana

nilai Z tergantung kepada nilai X1, X2, ... , Xn yang berfungsi sebagai variabel

bebas.

2.6.6. Teknik Linear programming (LP)

Pemecahan masalah dalam Linear programming dapat menggunakan

beberapa teknik, diantaranya yaitu (Herjanto, 2007:45-56):

a. Teknik Aljabar

Teknik aljabar merupakan teknik yang paling sederhana tetapi kurang

efisien, terutama apabila jumlah batasan cukup banyak. Cara aljabar

mencari penyelesaian dengan pendekatan trial and error untuk

mendapatkan hasil yang optimal.

Page 68: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

49

b. Teknik Grafik

Teknik grafik juga cukup sederhana tetapi hanya dapat digunakan untuk

permasalahan yang memiliki dua variabel saja, yaitu dalam bentuk grafik

dua dimensi. Pemecahan persoalan dengan cara grafik dilakukan dengan

membuat garis dari masing-masing persamaan batasan dalam suatu grafik.

Apabila garis persamaan batasan sudah dibuat maka dapat diperoleh suatu

daerah yang fisibel bagi nilai-nilai variabelnya, yaitu daerah yang

memenuhi semua persamaan batasan yang ada. Dari daerah fisibel tersebut

dicari titik-titik ekstrim yang memungkinkan diperolehnya nilai optimal

dari fungsi tujuan. Selanjutnya dengan memasukkan titik-titik ekstrim

tersebut ke dalam fungsi tujuan akan diperoleh suatu titik ekstrim yang

optimal.

c. Metode Simpleks

Metode simpleks adalah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari

suatu penyelesaian dasar yang fisibel ke penyelesaian dasar fisibel lainnya,

yang dilakukan berulang-ulang (iteratif) sehingga tercapai suatu

penyelesaian optimum. Pada setiap iterasi akan dihasilkan nilai fungsi

tujuan yang selalu lebih besar atau sama dengan iterasi sebelumnya. untuk

memecahkan persoalan dengan metode simpleks, model Linear

programming harus dalam bentuk standar.

d. Teknik dengan Perangkat Lunak (Software)

Dalam memecahkan persoalan Linear programming baik yang memiliki

jumlah variabel maupun batasan yang besar telah dikembangkan berbagai

Page 69: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

50

perangkat lunak komputer, antara lain LINDO, LP88, OR

COURSEWARE, PC-POM, STORM, CMMS, dan MSIS. Diantara

berbagai perangkat lunak itu, LINDO merupakan salah satu yang

pemakaiannya cukup luas.

2.6.7. Analisis Pasca Optimalitas

Analisis pasca optimalitas, yaitu analisis yang dilakukan setelah suatu

pemecahan optimal diperoleh. Analisis ini merupakan bagian penting dari

perhitungan menggunakan metode Linear programming. Pemecahan optimal dari

model awal memberikan informasi hasil yang dicapai dengan kondisi yang

diberikan. Analisis pasca optimalitas juga memberikan informasi yang berharga

berkaitan dengan perubahan parameter-parameter dan variabel-variabel yang

digunakan. Penyesuaian kadang diperlukan untuk memperoleh hasil yang lebih

optimal lagi melalui beberapa perubahan bentuk model, yang menggambarkan

perubahan aktivitas dan kapasitas sumberdaya. Untuk itu diperlukan pengenalan

terhadap beberapa istilah sebagai berikut (Herjanto, 2007:56):

a. Reduced Cost

Reduced cost untuk suatu variabel menunjukkan jumlah dimana nilai

fungsi tujuan akan berkurang apabila 1 unit variabel itu ditambahkan

dalam keputusan. Dengan kata lain nilai reduce cost memberikan

informasi bahwa sebaiknya produk tersebut tidak diproduksi, karena

nantinya jika diproduksi nilai Z atau nilai fungsi tujuan akan berkurang

sebesar nilai reduce cost yang didapat.

Page 70: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

51

b. Sumberdaya Langka

Suatu sumberdaya disebut langka atau terbatas (scarce) jika slack/surplus

variabel yang berhubungan dengan sumberdaya itu bernilai nol pada solusi

optimal. Sebaliknya jika nilainya lebih dari nol maka sumberdaya tersebut

adalah sumberdaya berlebih atau tidak habis terpakai.

c. Harga Bayangan

Harga bayangan (shadow price, dual price, unit worth) dari suatu

sumberdaya i menunjukkan nilai marginal dari sumberdaya itu, yaitu

kontribusi setiap unit sumberdaya i terhadap fungsi tujuan Z. Harga

bayangan juga menandakan apakah sumberdaya tersebut sumberdaya aktif

atau tidak.

Analisis pasca optimalitas terdiri dari:

1. Analisis Primal-Dual

Konsep dualitas menyatakan dalam setiap permasalahan Linear

programming mempunyai dua bentuk yang saling berhubungan dan

keterkaitan. Dapat pula diartikan sebagai “lawan dari”, maksudnya apabila

terdapat persamaan mula-mula dalam bentuk primal maka mempunyai

lawan dalam bentuk dual, jika bentuk dual itu dianggap sebagai primal

maka bentuk dualnya adalah persamaan mula-mula tersebut di atas.

Bentuk pertama (asli) dinamakan primal, sedangkan bentuk kedua adalah

dual (Wijaya, 2013:99).

Analisis primal merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui

kombinasi produksi yang dapat menghasilkan tujuan yang diinginkan

Page 71: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

52

dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Analisis primal nantinya akan

menjelaskan nilai dari variabel keputusan optimal dan nilai fungsi tujuan

yang didapatkan dari perhitungan menggunakan Lindo. Informasi hasil

olahan Lindo yang akan dianalisis menggunakan analisis primal yaitu

informasi yang letaknya dibawah label Objective Function Value,

informasi yang letaknya dibawah label Value, dan informasi yang letaknya

dibawah label Reduced Cost (Siswanto, 2007:184).

Analisi dual adalah analisis untuk mengetahui penilaian terhadap

sumberdaya dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus)

dan nilai dualnya. Kekurangan dan kelebihan digunakan untuk menandai

sisa atau kelebihan kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal.

Informasi hasil olahan Lindo yang akan dianalisis menggunakan analisis

dual ini yaitu informasi yang letaknya di bawah label Slack or Surplus dan

informasi yang letaknya dibawah label Dual Prices (Siswanto, 2007:185).

2. Analisis Sensitivitas

Apabila permasalahan dalam Linear programming telah diselesaikan dan

telah menghasilkan solusi optimal belum berarti permasalahan telah

selesai. Masih terdapat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi

sebagai akibat perubahan-perubahan pada bagian tertentu. Misalnya

perubahan pada pembatas (kapasitas) kendala, koefisien pada kendala,

koefisien fungsi tujuan, penambahan variabel baru, dan penambahan

kendala baru. Semua perubahan tersebut tentunya dapat berpengaruh

terhadap hasil solusi optimum yang telah ada. Untuk mengatasi perubahan

Page 72: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

53

yang demikian maka diperlukan suatu alat analisis yang digunakan agar

proses perhitungan tidak dilakukan dari awal. Alat analisis yang dapat

digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan analisis sensitivitas.

Analisis sensitivitas juga digunakan untuk menjawab nilai variabel dual.

Dalam analisis sensitivitas nantinya dapat dianalisis seberapa besar

kenaikan atau penurunan yang masih dapat ditolerir dan tidak

mempengaruhi hasil optimum (Wijaya, 2013:75-88).

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan suatu penelitian yang dilakukan sebelum

penelitian ini dimulai, yang dimana penelitian-penelitian tersebut dianggap

sebagai rujukan peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun penelitian terdahulu

yang menjadi bahan rujukan peneliti dalam melakukan penelitian ini terdiri dari

tiga penelitian.

Penelitian pertama yang menjadi bahan rujukan peneliti yaitu penelitian

yang berjudul Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Parung Farm di Unit

Kebun Parung-Bogor. Penelitian ini dilaksanakan oleh Wiwin Iswardani pada

tahun 2011. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut yaitu

pendapatan yang diperoleh dari budidaya kangkung lebih besar daripada

pendapatan yang didapatkan dari budidaya bayam. Tetapi kenyataannya budidaya

bayam masih dilakukan oleh parung farm dikarenakan masih terdapat permintaan

dari konsumen terhadap produk bayam. Berdasarkan hal tersebut perusahaan perlu

perencanaan produksi yang dapat secara optimal menghasilkan keuntungan dan

efisensi dalam penggunaan sumber daya, serta pengambilan keputusan yang

Page 73: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

54

sesuai dalam pemenuhan permintaan pasar untuk menjamin kontinuitas produksi.

Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik peramalan deret

waktu dan Linear programming. Hasil penelitian ini didapatkan operasional

produksi sayuran bayam dan kangkung meliputi rata-rata produksi perbulan, biaya

yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk, rata-rata pendapatan total

dari produk bayam dan kangkung, dan ketersediaan sumber daya atau faktor

produksi yang dibutuhkan untuk budidaya bayam dan kangkung. Lalu dihasilkan

pula perencanaan produksi yang meliputi saran kombinasi dan jumlah produk

yang sebaiknya diproduksi setiap bulannya agar nantinya perusahaan

mendapatkan keuntungan total dari berproduksi secara optimal.

Penelitian selanjutnya yang menjadi bahan rujukan peneliti yaitu

penelitian yang berjudul Perencanaan Produksi Sayuran Organik untuk Memenuhi

Kebutuhan Pasar Retail Modern. Penelitian ini dilaksanakan oleh Chintya

Mayawati pada tahun 2015. Permasalahan yang diangkat di penelitian ini yaitu

produsen sayuran organik yaitu CV. Tani Organik Merapi (TOM) belum mampu

memenuhi seluruh permintaan sayuran organik di retail modern. Faktor pembatas

yang digunakan dalam penelitian ini hanya luas lahan dan tingkat permintaan dari

masing-masing jenis sayuran. Perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan

produksi jangka pendek yaitu perencanaan yang dibuat untuk memenuhi

permintaan satu bulan yaitu untuk periode Januari 2016. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik peramalan dan linear programing.

Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkannya kombinasi dan jumlah produk

optimal untuk perencanaan produksi sayuran organik di CV. Tani Organik Merapi

Page 74: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

55

(TOM). Lalu pada penelitian ini juga dihasilkan analisis sensitivitas terhadap

profit, penggunaan lahan, dan permintaan pasar. Dari penelitian ini didapatkan

pula profit maksimum yang bisa diperoleh oleh CV. Tani Organik Merapi (TOM)

jika berproduksi secara optimal.

Selanjutnya penelitian yang juga menjadi bahan rujukan peneliti yaitu

skripsi yang berjudul Optimalisasi Usahatani Sayuran Hidroponik Kasus Carnegie

Hydroponics Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor yang ditulis oleh Mokhamad

Carnegie Trihandono. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan

tingkat produksi optimal bagi perusahaan, dan juga untuk mengetahui pendapatan

maksimum yang bisa didapatkan oleh perusahaan jika berproduksi secara optimal.

Penelitian ini dilakukan di Carnegie Hydroponics. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Linear programming dengan pengolahan datanya

menggunakan aplikasi Lindo.

Penelitian yang akan dilaksanakan ini memiliki persamaan dan perbedaan

dengan penelitian terdahulu. Persamaan dan perbedaan dari penelitian yang akan

dilaksanakan ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 75: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

56

Tabel 2. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian Persamaan Perbedaan

Perencanaan Produksi

Sayuran Hidroponik

Parung Farm di Unit

Kebun Parung-Bogor.

Oleh Wiwin Iswardani

(2011).

Alat analisis yaitu

Linear programming.

Variabel keputusan

yaitu jumlah produk.

Komoditas dan tempat

objek penelitian.

Pada penelitian ini

menggunakan

peramalan deret waktu.

Perencanaan Produksi

Sayuran Organik untuk

Memenuhi Kebutuhan

Pasar Retail Modern.

Oleh Chintya

Mayawati (2015).

Alat analisis yaitu

Linear programming.

Variabel keputusan

yaitu jumlah produk.

Komoditas dan tempat

objek penelitian.

Optimalisasi Usahatani

Sayuran Hidroponik

Kasus Carnegie

Hydroponics Kec.

Ciseeng Kab. Bogor.

Oleh Mokhamad

Carnegie Trihandono

(2017).

Sama sama

menggunakan Linear

programming.

Tempat penelitian.

Penelitian ini di

khususkan untuk

melihat tingkat

produksi yang optimal.

2.8. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka

kerangka pemikiran pada penelitian ini dibuat untuk menggambarkan langkah

penelitian untuk mendapatkan perencanaan produksi aneka jenis sayuran Lettuce

dan Kale hidroponik di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Alur

pemikiran penelitian ini dimulai dari PT. Kebun Pangan Jaya adalah salah satu

produsen sayuran untuk supermarket, hotel, restoran, dan cafe di sekitar wilayah

Jakarta dan Tangerang. Dalam kegiatan usahanya PT. Kebun Pangan Jaya juga

mengalami beberapa masalah diantaranya target penjualan yang tiap bulannya

tidak bisa tercapai, tidak terpenuhinya permintaan dari konsumen PT. Kebun

Page 76: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

57

Pangan Jaya, produk sayuran yang dihasilkan tidak tepat waktu dan tepat jumlah

saat dikirimkan ke konsumen, dan masalah yang timbul dari karakteristik sayuran

yang mudah rusak. Selain itu, sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi tidak

hanya satu jenis, dan aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale yang dipasarkan oleh

PT. Kebun Pangan Jaya adalah sayuran yang berasal dari tiga kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut,

dibutuhkan suatu perencanaan produksi yang optimal dimana dapat efisien dalam

menggunakan input produksi atau sumberdaya yang dimiliki, sehingga efisien

dalam mengeluarkan biaya produksi, dan dapat maksimal dalam memenuhi

permintaan dari konsumen. Serta yang paling utama adalah dari menerapkan

perencanaan tersebut perusahaan dapat memperoleh keuntungan total secara

maksimal.

Langkah awal untuk bisa mendapatkan alternatif perencanaan produksi

sayuran Lettuce dan Kale hidroponik yaitu mengetahui terlebih dahulu operasional

produksi di PT. Kebun Pangan Jaya. Operasional produksi yang dimaksud yaitu

mengetahui penggunaan sumberdaya utama yaitu benih, media tanam rockwool,

larutan nutrisi AB Mix, lubang tanam atau hole dari tiap fase, dan jam tenaga

kerja. Setelah hal tersebut diketahui, langkah selanjutnya yaitu menghitung biaya

yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale. Dalam

hal ini biaya yang dihitung adalah biaya kotor, karena hanya menghitung biaya

dari sumberdaya utama yang digunakan. Langkah selanjutnya yaitu mengetahui

tingkat permintaan dari masing-masing jenis sayuran Lettuce dan Kale. Dalam

menentukan tingkat permintaan dari masing-masing sayuran menggunakan

Page 77: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

58

metode statistik deskriptif yaitu teknik mean (rata-rata) dengan melihat data PO

atau permintaan terhadap sayuran Lettuce dan Kale selama satu tahun terakhir,

yaitu tahun 2017. Data PO atau permintaan terhadap aneka jenis sayuran Lettuce

dan Kale yang nantinya akan di analisis, adalah data kompilasi antara data

penjualan aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017 dengan data PO

selama 3 bulan terakhir yaitu bulan April, Mei, dan Juni 2018. Hal tersebut

dikarenakan data PO atau permintaan pada tahun 2017 tidak tersedia secara

lengkap, dikarenakan tidak dicatat dengan baik oleh pihak manajemen PT. Kebun

Pangan Jaya.

Langkah selanjutnya yaitu mencari kombinasi produk optimal dengan

menggunakan metode Linear programming. Hasil dari pengolahan menggunakan

metode Linear programming dianalisa menggunakan analisis pasca optimalitas

agar benar-benar mendapatkan hasil yang optimal. Kombinasi produk optimal

yang didapatkan dijadikan acuan dalam membuat alternatif perencanaan produksi

Lettuce dan Kale di 3 kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Alur berpikir yang

tertuang pada kerangka pemikiran digambarkan secara rinci pada Gambar 10.

Page 78: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

59

PT. Kebun Pangan Jaya

Masalah dalam Produksi dan Pemasaran Sayuran Lettuce dan Kale

Hidroponik

Karakteristik

Sayuran

Produk yang

dihasilkan

Kesulitan dalam

membuat perencanaan

produksi

Permintaan

berfluktuasi

Perencanaan Produksi Optimal

Efisiensi Maksimalisasi

Penggunaan SD:

Benih

Media tanam

Nutrisi AB Mix

Hole (Lubang tanam)

Tenaga Kerja

Alternatif Perencanaan Produksi Lettuce dan Kale Hidroponik di

PT. Kebun Pangan Jaya Tangerang Selatan, Banten

Permintaan

Konsumen

Terpenuhi

Linear Programming

Dijual dalam

keadaan segar

Mudah Rusak

Tidak tepat waktu.

Tidak tepat jumlah.

Tidak memenuhi target.

Biaya

Gambar 10. Kerangka Pemikiran

Jenisnya beragam

Diproduksi di 3

kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya

Keuntungan

Analisis

Primal

Analisis

Dual

Analisis

Sensitivitas

Kombinasi

produk optimal

Alokasi

sumberdaya

Perubahan

nilai/jumlah

Variabel Keputusan

Tujuan Memaksimalkan Keuntungan

Fungsi Tujuan

Fungsi Kendala/Batasan Fungsi Kendala/Batasan

Jumlah dan

Kombinasi Produk Maksimisasi

Page 79: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kebun Pangan Jaya yang berkantor

pusat di Jalan Pamulang Permai 2 No. 37, Serua, Ciputat, Kota Tangerang

Selatan, Banten. Kantor pusat berfungsi sebagai pusat pemasaran produk Kebun

Sayur. PT. Kebun Pangan Jaya memiliki tiga kebun produksi untuk memproduksi

Lettuce dan Kale hidroponik. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli 2018

sampai dengan bulan November 2018. Selama bulan Juli 2018 sampai Agustus

2018 penulis melakukan pengamatan lapangan (observasi) dengan mengikuti

kegiatan produksi mulai dari penyemaian sampai dengan pengemasan di tiga

kebun produksi PT Kebun Pangan Jaya, sedangkan bulan September penulis

melakukan wawancara mendalam mengenai semua hal yang berhubungan dengan

produksi, dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Lalu dari bulan Oktober sampai November penulis mengolah data, dan

menganalisis hasil olahan data yang merupakan hasil dari observasi dan

wawancara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif yang digunakan yaitu seperti sejarah dan profil

perusahaan, struktur organisasi, dan sarana prasarana yang ada di perusahaan,

sedangkan data kuantitatif yang digunakan meliputi data penjualan, data produksi,

Page 80: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

61

data biaya aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale, data permintaan konsumen (PO),

dan data kebutuhan sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi sayuran

Lettuce dan Kale.

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari pengamatan langsung terhadap proses produksi atau

budidaya Lettuce dan Kale yang dilakukan perusahaan dan hasil wawancara

dengan beberapa narasumber yaitu manajer produksi, manajer pemasaran,

supervisor produksi, pekerja di bidang produksi, dan staf penjualan. Data

sekunder diperoleh dari dokumen tertulis PT. Kebun Pangan Jaya dengan periode

data selama satu tahun terkahir yaitu tahun 2017 berupa data penjualan, data

produksi, data pemakaian sumberdaya atau bahan baku, dan data permintaan (PO)

selama tiga bulan terakhir yaitu bulan April, Mei, dan Juni 2018. Selain itu data

sekunder yang digunakan juga diperoleh dari penelitian terdahulu, serta beberapa

literatur yang menjadi bahan rujukan penelitian.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode wawancara, studi pustaka, dan observasi.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi dan bertanya langsung kepada

orang-orang yang terlibat dalam kegiatan proses produksi Lettuce dan Kale di

PT. Kebun Pangan Jaya. Pedoman wawancara yang digunakan berupa daftar

pertanyaan seputar proses produksi mulai dari kebutuhan sumber daya, waktu

Page 81: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

62

produksi, sampai dengan hasil dari produksi. Pertanyaan tersebut diajukan

kepada narasumber yang terlibat dalam kegiatan proses produksi untuk

mengetahui informasi yang lebih mendalam. Pedoman wawancara tersebut

dapat dilihat pada Lampiran 1.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan proses produksi

budidaya Lettuce dan Kale di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

yang bertujuan untuk memperoleh data terkait aktivitas operasional produksi

Lettuce dan Kale secara langsung. Observasi atau pengamatan secara langsung

dilakukan pada awal penelitian ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil dari

wawancara, sehingga data yang didapatkan terkumpul lengkap.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari

literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, antara lain buku

referensi, skripsi terdahulu, jurnal dan bahan bacaan lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

d. Kompilasi Data

Analisis dan penggunaan data tidak selalu sejalan akibat dari

ketidaklengkapan atau kerusakan dari data tersebut. Kompilasi data dilakukan

untuk mendapatkan metode-metode agar bisa mentransformasikan data yang

tidak lengkap tetapi mempunyai nilai-nilai yang potensial, menjadi suatu

kompilasi data yang lebih mempunyai arti (Faqih, 2016:5). Dalam penelitian

ini kompilasi data dilakukan untuk mendapatkan data permintaan konsumen

Page 82: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

63

terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017. Hal tersebut

dikarenakan data permintaan konsumen tidak diketahui, maka pendekatan

yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan data purchase order (PO)

merupakan data permintaan konsumen.

Ketersediaan data PO aneka sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017 tidak

lengkap dikarenakan pihak PT. Kebun Pangan Jaya tidak melakukan

pencatatan terhadap orderan yang masuk melalui sistem. PO atau orderan

terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale yang masuk melalui 3 jalur yaitu

melalui email, WhatsApp, dan melalui sistem Link. Data PO yang masuk

melalui sistem hanya bisa dilihat sekali saja, dan tidak bisa disimpan,

terkecuali admin pada saat membuat salinan berbentuk hardcopy mencetak

sebanyak 2 lembar atau menulis manual kedalam pembukuan. Data yang

dikompilasi untuk mendapatkan gambaran permintaan konsumen terhadap

aneka sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017 adalah data penjualan tahun

2017 dan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018. Diasumsikan bahwa PO

tahun 2017 mempunyai kesamaan dengan data PO pada tahun 2018. Data

penjualan aneka sayuran Lettuce dan Kale pada tahun 2017 dapat dilihat pada

Lampiran 2, dan data PO bulan April, Mei, dan Juni tahun 2018 dapat dilihat

pada Lampiran 3. Berikut adalah rumus untuk mencari

K = ............................................ (1)

PO/Bulan2017 = Penjualan tahun 2017 + K ............................................ (2)

Keterangan:

K = Konstanta (Rata-Rata PO/Bulan)

Penjualann − POn 1n=3

3

Page 83: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

64

n = PO Bulan April, Mei dan Juni 2018 (1, 2, 3)

3.4. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan software

Lindo dan Microsoft Excel. Perencanaan produksi dilihat dari solusi kombinasi

produk optimal yang didapatkan dari perhitungan dengan metode Linear

programming menggunakan software Lindo. Linear programming ialah salah satu

teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimisasi (maksimisasi

atau minimisasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear

dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan

kendala-kendala yang ada (Supranto, 2009:76). Berdasarkan operasional produksi

yang dilakukan, kendala atau batasan yaitu sumber daya yang merupakan input

produksi utama, dan tujuan perusahaan, maka langkah-langkah formulasi model

Linear programming untuk mendapatkan keuntungan total secara maksimal

sebagai berikut:

1. Menentukan Variabel Keputusan

Variabel keputusan yang dicari dalam penelitian ini yaitu kombinasi dan

jumlah sayuran yang sebaiknya diproduksi di masing-masing kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya. Nantinya kombinasi dan jumlah sayuran tersebut menjadi

acuan dalam membuat perencanaan produksi sayuran Lettuce dan Kale, yaitu

dalam menentukan jenis dan jumlah sayuran yang sebaiknya ditanam di masing-

masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya agar keuntungan perusahaan

dapat maksimal. Sayuran hidroponik NFT yang diteliti pada penelitian ini yaitu

Page 84: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

65

sayuran Lettuce yang terdiri dari 7 varietas dan sayuran Kale yang terdiri dari 3

varietas. Ketujuh varietas Lettuce yaitu Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green

Oaklef, Red Oaklef, Endive, dan Butterhead, sedangkan ketiga varietas Kale yang

diteliti yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero. Variabel keputusan

tersebut dituliskan sebagai berikut.

Svk = Banyaknya produk sayuran v yang diproduksi di kebun k ..................... (3)

dimana;

v = 1 s/d 7 ; Variabel Keputusan untuk 7 Varietas Lettuce

v = 8 s/d 10 ; Variabel Keputusan untuk 3 Varietas Kale

k = 1 ; Kebun Pamulang

k = 2 ; Kebun Cipanas

k = 3 ; Kebun Ciseeng

2. Menentukan Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan menggambarkan apa yang ingin dicapai perusahaan dengan

menggunakan sumberdaya yang ada secara optimal. Dalam penelitian ini tujuan

yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu mendapatkan keuntungan maksimal

yang diterima perusahaan melalui kombinasi jenis dan jumlah sayuran yang

sebaiknya diproduksi di masing-masing kebun produksi, serta penggunaan

sumberdaya secara optimal dari kegiatan memproduksi aneka sayuran Lettuce dan

Kale. Keuntungan yang dimaksud ialah keuntungan kotor perusahaan dalam

menjual dan memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale. Berdasarkan

rumus dalam mencari nilai keuntungan, maka keuntungan kotor didapatkan dari

Page 85: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

66

penerimaan dikurangi biaya produksi. Berikut adalah rumus dalam mencari nilai

keuntungan.

π = R – C

π = ( ) – ( ) .............................................................. (4)

Keterangan:

π = Keuntungan

R = Penerimaan (Revenue)

C = Biaya (Cost)

Po = Harga output atau produk yang dihasilkan

Qo = Jumlah output atau produk yang dihasilkan

Pi = Harga input untuk menghasilkan produk

Qi = Jumlah input untuk menghasilkan produk

Keuntungan kotor yang dimaksud dalam penelitian ini dikarenakan biaya

produksi yang dihitung dan menjadi fokus hanya biaya dari faktor produksi utama

atau input produksi utama yang digunakan dalam memproduksi aneka jenis

sayuran Lettuce dan Kale. Faktor produksi utama yang digunakan dalam

memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale yaitu benih sayuran, media

tanam rockwool, pupuk yaitu larutan nutrisi AB mix, instalasi hidroponik yang

terdiri dari hole fase N1, hole fase N2, hole fase D, dan jam tenaga kerja.

Berdasarkan rumus keuntungan maka fungsi tujuan dalam penelitian ini dituliskan

sebagai berikut.

Maksimisasi

Zmax= ....................................................................... (5)

Keterangan:

n = Himpunan jenis tanaman dan kebun produksi

v = Indeks untuk menyatakan varietas tanaman

k = Indeks untuk menyatakan tempat kebun produksi

Page 86: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

67

πvk = Kontribusi margin produk sayuran v di kebun produksi k (Rp/unit)

Svk = Banyaknya produk v yang diproduksi di kebun produksi k (unit)

atau dapat dijabarkan menjadi;

Maksimisasi

Zmax = π11S11 + π21S21 + π31S31 + π41S41 + π51S51 +π61S61 + π71S71 +

π81S81 + π91S91 + π101S101 + π12S12 + π22S22 + π32S32 + π42S42 +

π52S52 + π62S62 + π72S72 + π82S82 + π92S92 + π102S102 + π13S13 +

π23S23 + π33S33 + π43S43 + π53S53 +π63S63 + π73S73 + πS83S83 +

π93S93 + π103S103 ....................................................................... (6)

3. Menentukan Fungsi Kendala/Batasan

Kendala atau batasan yang dimaksud dalam Linear programming yaitu

sumberdaya yang digunakan atau yang berhubungan dengan fungsi tujuan,

dimana jumlah ketersediaan sumberdaya tersebut terbatas atau ada batas

maksimumnya. Kendala atau batasan dalam penelitian ini yaitu faktor produksi

utama atau sumberdaya utama untuk memproduksi sayuran Lettuce dan Kale.

Selain itu tingkat permintaan konsumen juga menjadi kendala atau batasan dalam

penelitian ini. Berikut adalah fungsi dari masing-masing kendala atau batasan:

a. Ketersediaan Benih Sayuran

Ketersediaan benih dalam penelitian ini menjadi kendala atau batasan dalam

memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Hal tersebut dikarenakan benih

merupakan komponen utama dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale.

Selain itu dikarenakan benih yang tersedia di masing-masing kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya tiap bulannya di stok dengan jumlah yang berbeda-beda.

Page 87: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

68

Benih yang digunakan dalam budidaya di PT. Kebun Pangan Jaya terdiri dari dua

jenis yaitu jenis pil untuk komoditi Lettuce, dan jenis seed untuk komoditi Kale.

Jika benih yang tersedia kurang atau tidak tersedia, maka nantinya produk yang

dihasilkan juga akan kurang. Persamaan fungsi kendala atau batasan dari

ketersediaan benih yaitu sebagai berikut:

....................................................................... (7)

Keterangan:

Bvk = Jumlah benih sayuran v yang tersedia di kebun produksi k, yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit sayuran v di kebun produksi k

(butir).

Svk = Jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).

Bvkmax= Total keseluruhan benih v yang tersedia di kebun k dalam satu bulan.

atau jika dijabarkan menjadi;

B11S11 ≤ B11max ....................................................................... (7a)

B21S21 ≤ B21max ....................................................................... (7b)

B31S31 ≤ B31max ....................................................................... (7c)

B41S41 ≤ B41max ....................................................................... (7d)

B51S51 ≤ B51max ....................................................................... (7e)

B61S61 ≤ B61max ....................................................................... (7f)

B71S71 ≤ B71max ....................................................................... (7g)

B81S81 ≤ B81max ....................................................................... (7h)

B91S91 ≤ B91max ....................................................................... (7i)

B101S101 ≤ B101max ....................................................................... (7j)

B12S12 ≤ B12max ....................................................................... (7k)

Page 88: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

69

B22S22 ≤ B22max ....................................................................... (7l)

B32S32 ≤ B32max ....................................................................... (7m)

B42S42 ≤ B42max ....................................................................... (7n)

B52S52 ≤ B52max ....................................................................... (7o)

B62S62 ≤ B62max ....................................................................... (7p)

B72S72 ≤ B72max ....................................................................... (7q)

B82S82 ≤ B82max ....................................................................... (7r)

B92S92 ≤ B92max ....................................................................... (7s)

B102S102 ≤ B102max ....................................................................... (7t)

B13S13 ≤ B13max ....................................................................... (7u)

B23S23 ≤ B23max ....................................................................... (7v)

B33S33 ≤ B33max ....................................................................... (7w)

B43S43 ≤ B43max ....................................................................... (7x)

B53S53 ≤ B53max ....................................................................... (7y)

B63S63 ≤ B63max ....................................................................... (7z)

B73S73 ≤ B73max ....................................................................... (7ab)

B83S83 ≤ B83max ....................................................................... (7ac)

B93S93 ≤ B93max ....................................................................... (7ad)

B103S103 ≤ B103max ....................................................................... (7ae)

Nantinya nilai Bvk dan Bvkmax akan didapatkan setelah mengetahui operasional

produksi dalam menggunakan sumber daya benih tiap-tiap sayuran dalam satu

bulan.

Page 89: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

70

b. Ketersediaan Larutan Nutrisi AB Mix

Sama halnya dengan manusia, tumbuhan juga membutuhkan makanan untuk

tumbuh dan berkembang. Dalam budidaya hidroponik makanan tumbuhan yaitu

pupuk atau biasa disebut juga nutrisi. Nutrisi yang digunakan kebun sayur adalah

nutrisi AB mix, merupakan nutrisi yang dibuat dan diracik sendiri oleh manajer

kebun. Nutrisi menjadi faktor produksi utama dikarenakan keberadaan nutrisi

sangat dibutuhkan oleh tanaman. Tanpa adanya nutrisi tanaman akan sulit untuk

tumbuh, karena di dalam nutrisi tersebut terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan

tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Berikut adalah fungsi kendala dari

ketersediaan nutrisi:

....................................................................... (8)

N11S11 + N21S21 + N31S31 + N41S41 + N51S51 + N61S61 + N71S71 + N81S81 +

N91S91 + N101S101 ≤ N1max ........................................................ (8a)

N12S12 + N22S22 + N32S32 + N42S42 + N52S52 + N62S62 + N72S72 + N82S82 +

N92S92 + N102S102 ≤ N2max ........................................................ (8b)

N13S13 + N23S23 + N33S33 + N43S43 + N53S53 + N63S63 + N73S73 + N83S83 +

N93S93 + N103S103 ≤ N3max ........................................................ (8c)

Keterangan:

Nvk = Jumlah nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit sayuran v

di kebun k (mililiter).

Svk = Jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k.

Nkmax= Total keseluruhan nutrisi yang tersedia di kebun k dalam satu bulan

(mililiter).

Nkmax

Page 90: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

71

c. Ketersediaan Media Tanam Rockwool

Media tanam yang digunakan PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi

Lettuce dan Kale hidroponik yaitu rockwool. Keberadaan rockwool dalam

budidaya Lettuce dan Kale sangat penting karena rockwool tersebut menjadi

media yang membantu tanaman Lettuce dan Kale menyerap nutrisi dan air. Selain

itu media tanam rockwool juga sebagai penopang tubuh tanaman agar tanaman

tidak mudah hanyut terbawa aliran air terutama ketika tanaman masih berada di

fase N1 dan fase N2. Pada fase tersebut tubuh tanaman masih kecil dan rentan

rusak dan hanyut terbawa aliran air. Maka dari itu rockwool termasuk input

produksi utama yang wajib ada setiap akan memproduksi Lettuce dan Kale.

Berikut adalah persamaan fungsi kendala dari ketersediaan rockwool:

....................................................................... (9)

R11S11 + R21S21 + R31S31 + R41S41 + R51S51 + R61S61 + R71S71 + R81S81 +

R91S91 + R101S101 ≤ R1max ......................................................... (9a)

R12S12 + R22S22 + R32S32 + R42S42 + R52S52 + R62S62 + R72S72 + R82S82 +

R92S92 + R102S102 ≤ R2max ......................................................... (9b)

R13S13 + R23S23 + R33S33 + R43S43 + R53S53 + R63S63 + R73S73 + R83S83 +

R93S93 + R103S103 ≤ R3max ......................................................... (9c)

Keterangan:

Rvk = Jumlah media tanam rockwool yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1

unit sayuran v di kebun k (kotak).

Svk = Jumlah jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).

Rkmax= Total keseluruhan media tanam rockwool yang tersedia dalam satu

Bulan di kebun k (kotak).

Page 91: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

72

d. Ketersediaan Jumlah Hole atau Jumlah Lubang Tanam

PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur) membudidayakan tanaman

hidroponik menggunakan instalasi yang terbuat dari paralon yang dilubangi yang

nantinya menjadi wadah tanaman untuk tumbuh. Lubang yang menjadi wadah

tempat tanaman tumbuh tersebut dinamakan hole atau lubang tanam. Dikarenakan

proses produksi Lettuce dan Kale dibagi menjadi 3 fase yaitu fase N1, fase N2,

dan fase dewasa, setiap fase memiliki gully yang mempunyai kapasitas yang

berbeda-beda. Gully merupakan sebuah pipa besar yang didalamnya terdapat

lubang atau hole dengan jarak tertentu. Gully merupakan wadah tempat

mengalirnya nutrisi dan air, dan tempat ditanamnya benih dan bibit tanaman pada

budidaya hidroponik NFT. Skema dan Gambar instalasi hidroponik yang terdiri

dari gully fase N1, fase N2, dan fase dewasa dapat dilihat pada Lampiran 4. Maka

dari itu persamaan untuk ketersediaan jumlah hole dibagi menjadi 3, sebagai

berikut:

1. Persamaan fungsi kendala jumlah hole di gully fase N1 (Semai)

....................................................................... (10)

M11S11 + M21S21 + M31S31 + M41S41 + M51S51 + M61S61 + M71S71 + M81S81 +

M91S91 + M101S101 ≤ M1max ........................................................ (10a)

M12S12 + M22S22 + M32S32 + M42S42 + M52S52 + M62S62 + M72S72 + M82S82 +

M92S92 + M102S102 ≤ M2max ........................................................ (10b)

M13S13 + M23S23 + M33S33 + M43S43 + M53S53 + M63S63 + M73S73 + M83S83 +

M93S93 + M103S103 ≤ M3max ........................................................ (10c)

Page 92: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

73

Keterangan:

Mvk = Jumlah lubang tanam di gully fase N1 yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 unit sayuran v di kebun k (hole).

Svk = Jumlah jenis sayuran v di kebun k (unit).

Mkmax = Jumlah lubang tanam maksimal di gully fase N1 yang tersedia

dalam satu bulan di kebun k (hole).

2. Persamaan fungsi kendala jumlah hole di gully fase N2 (Remaja)

....................................................................... (11)

J11S11 + J21S21 + J31S31 + J41S41 + J51S51 + J61S61 + J71S71 + J81S81 +

J91S91 + J101S101 ≤ J1max .......................................................... (11a)

J12S12 + J22S22 + J32S32 + J42S42 + J52S52 + J62S62 + J72S72 + J82S82 +

J92S92 + J102S102 ≤ J2max .......................................................... (11b)

J13S13 + J23S23 + J33S33 + J43S43 + J53S53 + J63S63 + J73S73 + J83S83 +

J93S93 + J103S103 ≤ J3max .......................................................... (11c)

Keterangan:

Jvk = Jumlah lubang tanam di gully fase N2 yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 unit sayuran v di kebun k (hole).

Sv = Jumlah jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).

Jkmax = Jumlah lubang tanam maksimal di fase N2 yang tersedia dalam

satu bulan (hole) di kebun k.

3. Persamaan fungsi kendala jumlah hole di gully fase dewasa (D)

....................................................................... (12)

D11S11 + D21S21 + D31S31 + D41S41 + D51S51 + D61S61 + D71S71 + D81S81 +

D91S91 + D101S101 ≤ D1max ........................................................ (12a)

Page 93: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

74

D12S12 + D22S22 + D32S32 + D42S42 + D52S52 + D62S62 + D72S72 + D82S82 +

D92S92 + D102S102 ≤ D2max ........................................................ (12b)

D13S13 + D23S23 + D33S33 + D43S43 + D53S53 + D63S63 + D73S73 + D83S83 +

D93S93 + D103S103 ≤ D3max ........................................................ (12c)

Keterangan:

Dvk = Jumlah lubang tanam di gully fase dewasa yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 1 unit sayuran v di kebun k (hole).

Svk = Jumlah jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).

Dkmax = Jumlah lubang tanam maksimal di gully fase dewasa yang

tersedia dalam satu bulan di kebun k (hole).

e. Ketersediaan Tenaga Kerja

PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi aneka varietas sayuran Lettuce

dan Kale membutuhkan sumberdaya manusia yang bertugas mulai dari

mempersiapkan semua input produksi sampai dengan memanen dan mengemas

sayuran. Tanaman memang termasuk makhluk hidup akan tetapi tanaman tidak

dapat bergerak, sehingga dalam pertumbuhannya tanaman membutuhkan bantuan

dari tenaga manusia. Berdasarkan hal tersebut tenaga kerja termasuk kedalam

faktor produksi utama. Persamaan fungsi kendala dari tenaga kerja dituliskan

sebagai berikut:

....................................................................... (13)

T11S11 + T21S21 + T31S31 + T41S41 + T51S51 + T61S61 + T71S71 + T81S81 +

T91S91 + T101S101 ≤ T1max ......................................................... (13a)

T12S12 + T22S22 + T32S32 + T42S42 + T52S52 + T62S62 + T72S72 + T82S82 +

T92S92 + T102S102 ≤ T2max ......................................................... (13b)

Page 94: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

75

T13S13 + T23S23 + T33S33 + T43S43 + T53S53 + T63S63 + T73S73 + T83S83 +

T93S93 + T103S103 ≤ T3max ......................................................... (13c)

Keterangan:

Tvk = Jumlah jam tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit

sayuran v di kebun k (jam).

Svk = Jumlah jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k (unit).

Tkmax = Jumlah maksimal jam tenaga kerja yang tersedia dalam satu bulan di

kebun k (jam).

f. Tingkat Permintaan

Selain untuk mendapatkan keuntungan, tujuan PT. Kebun Pangan Jaya

(Kebun Sayur) dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale yaitu untuk

memenuhi permintaan konsumen. Dalam kenyataannya permintaan konsumen

akan sayuran Lettuce dan Kale sering kali ada yang tidak terpenuhi. Berdasarkan

hal tersebut tingkat produksi menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam

membuat perencanaan produksi terutama dalam menentukan jumlah produk yang

harus diproduksi diperiode selanjutnya. Berikut adalah persamaan fungsi kendala

dari tingkat permintaan:

.................................................................... (14)

P11S11+ P12S12 + P13S13 ≤ P1max ................................................................. (14a)

P21S21+ P22S22 + P23S23 ≤ P2max ................................................................. (14b)

P31S31+ P32S32 + P33S33 ≤ P3max ................................................................. (14c)

P41S41+ P42S42 + P43S43 ≤ P4max ................................................................. (14d)

P51S51+ P52S52 + P53S53 ≤ P5max ................................................................. (14e)

P61S61+ P62S62 + P63S63 ≤ P6max ................................................................. (14f)

P71S71+ P72S72 + P73S73 ≤ P7max ................................................................. (14g)

PvkSvk

n

v=1k=1

≤ Pvmax

Page 95: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

76

P81S81+ P82S82 + P83S83 ≤ P8max ................................................................. (14h)

P91S91+ P92S92 + P93S93 ≤ P9max ................................................................. (14i)

P101S101 + P102S102 + P103S103 ≤ P10max ...................................................... (14j)

Keterangan:

Pvk = Permintaan konsumen terhadap sayuran v di kebun k (unit).

Svk = Jenis sayuran v yang diproduksi di kebun k.

Pvmax = Jumlah maksimal permintaan sayuran v dalam satu bulan (unit).

3.5. Analisis Hasil Olah Data

Setelah dilakukan pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu

menganalisis hasil dari pengolahan data tersebut. Dalam penelitian ini analisis

pasca optimalitas dipilih sebagai teknik dalam menganalisis data. Mengacu

kepada Wijaya (2013:75-99) dan Siswanto (2007:184-185), teknik analisis pasca

optimalitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis primal, analisis dual,

dan analisis sensitivitas.

a. Analisis Primal

Analisis primal digunakan nantinya untuk mengetahui kombinasi dan jumlah

dari setiap variabel keputusan yang akan diproduksi dan dapat

memaksimumkan nilai fungsi tujuan dengan dihadapkan pada kendala

sumberdaya yang ada.

b. Analisis Dual

Analisis dual adalah analisis untuk mengatahui penilaian terhadap sumberdaya

dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus) dan nilai dualnya.

Kekurangan dan kelebihan digunakan untuk menandai sisa atau kelebihan

kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal. Jika sumberdaya memiliki

Page 96: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

77

nilai slack atau surplus sama dengan nol dan nilai dualnya lebih besar dari nol,

hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh kapasitas pada kendala/batasan yang

digunakan merupakan kendala/batasan aktif yang membatasi fungsi tujuan.

Jika sumberdaya menunjukkan nilai slack atau surplus lebih besar dari nol dan

nilai dualnya sama dengan nol maka sumberdaya tersebut merupakan

sumberdaya berlebih yang termasuk kendala tidak aktif. Hal tersebut

menandakan bahwa kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi

tersebut tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan jika terdapat penambahan

sebesar satu satuan. Selain berdasarkan nilai slack atau surplus, nilai dual juga

dapat dilihat dari nilai shadow price atau harga bayangan.

c. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh solusi optimal

dan nilai optimal akan mempengaruhi tujuan apabila terjadi perubahan pada

variabel-variabel yang ditentukan. Hal lainnya yang bisa diketahui lewat

analisis sensitivitas yaitu mengenai seberapa besar kenaikan atau penurunan

yang masih dapat ditolerir dan tidak mempengaruhi hasil optimum. Tujuan

akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan

optimal yang baru dan yang memungkinkan atau sesuai dengan perubahan

dalam parameter dengan perhitungan tambahan yang minimal.

3.6. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Page 97: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

78

1. Lettuce adalah jenis sayuran yang termasuk dalam keluarga selada. Dalam

penelitian ini Lettuce yang menjadi objek penelitian ada 7 varietas yaitu

Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, dan

Butterhead.

2. Kale adalah jenis sayuran yang berdaun hijau yang tergolong dalam keluarga

kubis-kubisan. Kale yang menjadi objek di penelitian ini ada 3 varietas yaitu

jenis Kale curly, Kale siberian, dan Kale nero.

3. Tingkat permintaan adalah tingkat atau jumlah keinginan konsumen terhadap

produk tertentu. Data tingkat permintaan dalam penelitian ini yaitu berupa

kompilasi data. Dimana data tersebut didapatkan dengan cara mengkompilasi

data penjualan tahun 2017 dengan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018.

4. Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya sumberdaya utama yang

digunakan dalam memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale.

5. Sumberdaya utama adalah bahan atau material pokok yang dibutuhkan dalam

memproduksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale.

6. Fungsi tujuan adalah fungsi dari variabel keputusan yang akan dioptimalkan.

7. Kendala/batasan adalah sumberdaya yang menjadi syarat dalam kegiatan

produksi aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale yang jumlahnya terbatas.

8. Variabel keputusan adalah variabel keputusan yang nantinya akan dibuat.

9. Perencanaan produksi adalah aktivitas untuk menetapkan jenis produk yang

diproduksi.

10. Keuntungan adalah total penerimaan yang nantinya didapatkan oleh

perusahaan.

Page 98: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

79

BAB IV

GAMBARAN UMUM PT. KEBUN PANGAN JAYA

4.1. Sejarah PT. Kebun Pangan Jaya

PT. Kebun Pangan Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

agribisnis, tepatnya di bidang produksi sayuran hidroponik. Perusahaan ini

didirikan oleh Bapak Rony Arifin. Awal mula terbentuknya perusahaan ini yaitu

berasal dari hobi sang pemilik. Awalnya pada tahun 2007 pemilik PT. Kebun

Pangan Jaya yaitu Pak Rony mulai mencoba untuk budidaya secara hidroponik.

Awalnya sayuran yang di produksi hanya untuk penyaluran hobi dari pemilik, dan

hanya untuk dikonsumsi sendiri. Lalu karena produk yang dihasilkan lebih dari

cukup, maka sebagian produk sering diberikan ke beberapa tetangga dan teman

dari pemilik. Seiring berjalannya waktu, rekan dari pemilik yang mempunyai

usaha seperti restoran dan cafe mulai memesan sayur kepada Pak Rony, dan hal

tersebut yang mendorong Pak Rony membuka usaha sayuran hidroponik secara

komersil. Kebun Sayur merupakan merk dagang atau nama brand dari produk

sayuran yang dihasilkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya.

Dahulunya sebelum menjadi PT. Kebun Pangan Jaya, usaha Kebun Sayur

merupakan salah satu unit usaha di CV Gading Elok. Usaha Kebun Sayur menjadi

unit usaha di CV Gading Elok pada tahun 2011. Perusahaan CV Gading Elok

adalah usaha yang bergerak di bidang distributor makanan yang juga merupakan

milik pak Roni. Dengan menjadikan Kebun Sayur sebagai unit usaha di CV

Gading Elok membuat konsumen dari produk sayuran yang dihasilkan menjadi

lebih luas. Sebelumnya konsumen produk Kebun Sayur hanya beberapa restoran

Page 99: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

80

dan cafe, semenjak dipasarkan oleh CV Gading Elok produk Kebun Sayur dapat

masuk dan dijual di beberapa Supermarket di sekitar wilayah Jakarta dan

Tangerang. Selain itu beberapa hotel dan food hall juga mulai memesan produk

sayuran dari Kebun Sayur.

Melihat adanya potensi kebutuhan terhadap sayuran yang meningkat,

terutama sayuran hidroponik, akhirnya pemilik memutuskan untuk mendirikan

PT. Kebun Pangan Jaya secara mandiri. Dimana perusahaan tersebut berfokus

dalam memproduksi sayuran hidroponik. Secara resmi PT. Kebun Pangan Jaya

berdiri pada bulan Januari 2017. Bentuk perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas

(PT) dengan modal awal berkisar kurang lebih Rp 300 juta, dan semua modal

disediakan sendiri oleh pemilik.

Kini PT. Kebun Pangan Jaya memiliki tiga kebun utama sebagai tempat

produksi dari sayuran yang dihasilkan. Ketiga kebun tersebut yaitu Kebun

Pamulang, Kebun Ciseeng, dan Kebun Cipanas. Kebun Pamulang merupakan

kebun yang pertama kali dibangun sebagai tempat produksi sayuran Kebun Sayur.

Lalu selanjutnya karena jumlah permintaan yang semakin meningkat, pemilik

memutuskan untuk membangun Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng. Semua

kebun tersebut dibangun di atas tanah pemilik.

4.2. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya

Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap

bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam

menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi

Page 100: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

81

menunjukkan bagaimana pembagian tugas kerja dan mengkoordinasikannya

secara formal. PT Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur) sebagai salah satu

perusahaan tentunya memerlukan sebuah susunan untuk membagi unit kegiatan

yang dikerjakan. Adapun struktur organisasi PT. Kebun Pangan Jaya seperti pada

Gambar 11.

Gambar 11. Struktur Organisasi PT. Kebun Pangan Jaya Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018

4.3. Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya

Sejak awal berdiri PT. Kebun Pangan Jaya hanya fokus untuk

memproduksi sayuran segar saja. Kini PT. Kebun Pangan Jaya kurang lebih

memiliki 30 jenis sayuran segar yang setiap harinya diproduksi di kebun-kebun

yang dimiliki. Produk sayuran segar yang diproduksi oleh PT. Kebun Pangan Jaya

dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Sayuran Daun, Sayuran Buah, dan Tanaman Herbal.

a. Sayuran Daun

Sayuran daun yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu aneka jenis

Lettuce dan Kale. Lettuce yang diproduksi di PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 7

Direktur

Manajer Produksi

Spv. Kebun Pamulang

PIC

Spv. Kebun Ciseeng

PIC

Spv. Kebun Cipanas

PIC

Manajer Pemasaran

Admin Sales

Manajer Keuangan

Page 101: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

82

varietas, yaitu varietas Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red

Oaklef, Endive, dan Butterhead. Gambar aneka sayuran Lettuce dan Kale yang

diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Lampiran 5 (a). Sayuran

Lettuce sendiri merupakan sayuran yang pertama kali diproduksi PT. Kebun

Pangan Jaya. Jenis sayuran daun lainnya yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya

yaitu aneka jenis sayuran Kale. Sayuran Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan

Jaya terdapat 3 varietas, yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero.

Aneka jenis sayuran daun tersebut dibudidayakan menggunakan sistem

hidroponik NFT. Sayuran Lettuce dan Kale merupakan jenis sayuran yang

menjadi unggulan dari PT. Kebun Pangan Jaya, dan juga jenis sayuran tersebut

merupakan jenis sayuran yang paling tinggi permintaannya. Aneka jenis sayuran

Lettuce dan Kale tersebut diproduksi di tiga kebun yang dimiliki PT. Kebun

Pangan Jaya, yaitu Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng.

b. Sayuran Buah

Sayuran buah yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu Tomat

Cherry. Sayuran Tomat Cherry dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik

Substrat. Tomat cherry hanya diproduksi di Kebun Cipanas yang merupakan

kebun terluas yang dimiliki oleh PT. Kebun Pangan Jaya. Gambar Tomat Cherry

yang diproduksi di PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Lampiran 5 (b).

c. Tanaman Herbal

Tanaman herbal yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya beragam

jenisnya. Jenis tanaman herbal yang diproduksi di PT. Kebun Pangan Jaya yaitu

Aragula, Rosemary, Seledri, daun Mint, Oregano, dan daun Basil. Aneka jenis

Page 102: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

83

tanaman herbal tersebut diproduksi atau dibudidayakan PT. Kebun Pangan Jaya

menggunakan sistem hidroponik Substrat. Kemasan dari tanaman herbal yang

diproduksi dan dijual oleh PT. Kebun Pangan Jaya terbilang unik, dikarenakan

tanaman-tanaman herbal tersebut dipasarkan dalam keadaan masih dalam pot.

Gambar aneka tanaman herbal yang diproduksi di PT. Kebun Pangan Jaya dapat

dilihat pada Lampiran 5 (c).

4.4. Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya

PT. Kebun Pangan Jaya memiliki 3 kebun produksi untuk kegiatan

produksi sayuran yang dihasilkan. Ketiga kebun produksi tersebut yaitu Kebun

Produksi Pamulang, Kebun Produksi Cipanas, dan Kebun Produksi Ciseeng. Total

luas dari semua kebun produksi yang dimiliki PT. Kebun Pangan Jaya kurang

lebih seluas 2 Ha. Sayuran Lettuce dan Kale diproduksi di ketiga kebun produksi

PT. Kebun Pangan Jaya.

a. Kebun Produksi Pamulang

Kebun Pamulang merupakan kebun pertama yang dibangun untuk

kegiatan produksi aneka sayuran produk Kebun Sayur. Kebun Pamulang terletak

di Jalan Pamulang Permai 2 No. 37 Serua, Ciputat, Kota Tangerang Selatan,

Banten. Sistem budidaya yang pertama kali diterapkan di kebun ini yaitu sistem

budidaya hidroponik Nutrient Film Technique (NFT). Kebun Pamulang

difokuskan untuk kegiatan budidaya sayuran daun menggunakan sistem

hidroponik NFT. Akan tetapi di Kebun Pamulang juga tersedia satu green house

Page 103: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

84

yang digunakan untuk tempat penerimaan tanaman herbal yang akan dipasarkan

atau dikirimkan ke konsumen, yang sebelumnya sudah ditanam di Kebun Cipanas.

Tanaman herbal yang ada di Kebun Pamulang yaitu tanaman yang sudah

siap untuk dipasarkan dan didistribusikan ke konsumen. Kebun Produksi

Pamulang merupakan kebun utama yang menjadi tempat pemasaran seluruh

sayuran yang sebelumnya sudah diproduksi di kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya lainnya. Sayuran yang berasal dari Kebun Ciseeng, Kebun Cipanas, dan

Kebun Pamulang dikumpulkan menjadi satu di Kebun Pamulang. Setelah itu

aneka sayuran tersebut dikemas, selanjutnya baru dipasarkan dan didistribusikan

ke konsumen. Kebun Pamulang memiliki luas kurang lebih 2.500m2.

b. Kebun Produksi Cipanas

Kebun kedua yang dibangun untuk kegiatan produksi sayuran yaitu Kebun

Cipanas yang dibangun pada tahun 2016. Kebun ini dibangun dikarenakan jumlah

permintaan sayuran daun terus meningkat, sementara lahan di Kebun Pamulang

sudah tidak memungkinkan untuk menambah kapasitas produksi. Kebun Cipanas

terletak di Jl. Mariwati, Desa Sindanglaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat. Kebun ini mempunyai luas kurang lebih 1,9 Ha.

Dibandingkan dengan Kebun Pamulang dan Kebun Ciseeng, Kebun Cipanas

mempunyai luas yang paling besar. Di kebun ini terdapat 2 sistem budidaya yang

diterapkan, yaitu sistem budidaya hidroponik NFT dan sistem budidaya

hidroponik Substrat.

Berbeda dengan Kebun Ciseeng yang tidak ada kegiatan pengemasan, di

Kebun Cipanas terdapat kegiatan pengemasan atau packaging. Hal tersebut

Page 104: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

85

dikarenakan di Kebun Cipanas terdapat packing house, yang merupakan tempat

untuk mengemas aneka jenis sayuran yang diproduksi. Kegiatan pengemasan

dibagi menjadi 2, yaitu pengemasan untuk sayuran yang dibudidayakan secara

NFT yaitu sayuran daun, dan pengemasan untuk sayuran yang dibudidayakan

secara Substrat yaitu sayuran buah dan tanaman herbal. Setelah sayuran-sayuran

tersebut selesai dikemas, sayuran-sayuran tersebut segera dikirimkan ke Kebun

Pamulang, baru setelah itu dipasarkan dan didistribusikan ke konsumen. Semua

kegiatan produksi sayuran dilakukan didalam green house.

c. Kebun Produksi Ciseeng

Selain Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas, PT. Kebun Pangan Jaya

memiliki satu lagi kebun untuk kegiatan produksi yaitu Kebun Ciseeng. Kebun ini

dibangun hampir berbarengan dengan dibangunnya Kebun Cipanas. Kebun

Ciseeng dibangun pada bulan Juli tahun 2016. Sistem budidaya yang diterapkan di

Kebun Ciseeng hanya sistem budidaya hidroponik NFT. Kebun Ciseeng

dikhususkan hanya untuk memproduksi aneka jenis sayuran Kale saja. Di kebun

ini tidak ada kegiatan pengemasan, semua hasil panen dari kebun ini langsung

dikirimkan ke Kebun Pamulang dalam bentuk segar. Nantinya di Kebun

Pamulang, hasil panen dari Kebun Ciseeng akan dikemas dan disatukan dengan

hasil dari Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Baru setelah itu dipasarkan dan

didistribusikan ke konsumen. Kebun Ciseeng mempunyai luas 3.000 m2. Kebun

Ciseeng terletak di Desa Cibentang, Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. Semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dibangun diatas lahan

pemilik PT. Kebun Pangan Jaya.

Page 105: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

86

4.5. Proses Produksi Sayuran Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun

Pangan Jaya (Kebun Sayur)

Sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya

dibudidayakan secara hidroponik menggunakan sistem hidroponik Nutrient Film

Technique (NFT). Media tanam yang digunakan dalam budidaya sayuran Lettuce

dan Kale yaitu media tanam Rockwool. Semua jenis sayuran Lettuce dan Kale

ditanam secara single yaitu satu lubang tanam hanya terdiri dari satu tanaman.

Proses produksi sayuran Lettuce dan Kale terdiri dari beberapa fase, yaitu fase

penyemaian (N1), fase remaja (N2), dan fase dewasa (D). Secara rinci masing-

masing fase dijabarkan sebagai berikut:

1. Fase Penyemaian (N1)

Fase pertama dalam proses produksi aneka sayuran Lettuce dan Kale

adalah fase penyemaian atau lebih sering disebut fase N1. Pada fase ini aneka

sayuran Lettuce dan Kale dipelihara mulai dari tanaman masih berbentuk biji

sampai dengan tanaman sudah berbentuk bibit yang berumur 15 hari. Tanaman

dibudidayakan di fase N1 selama 15 hari. Proses produksi aneka sayuran Lettuce

dan Kale di fase N1 dimulai dari mempersiapkan gully fase N1, selanjutnya

mempersiapkan media tanam rockwool, dan mengecek benih sayuran yang akan

digunakan. Gambar gully fase N1 dapat dilihat pada Lampiran 4 (a). Gully fase

N1 yang akan digunakan sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu. Cara

membersihkan gully fase N1 yaitu dengan mengaliri gully fase N1 dengan air

mengalir sambil bagian dalam gully di gosok-gosok, agar kotoran yang menempel

Page 106: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

87

bisa hilang. Selain itu pada saat membersihkan gully fase N1, aliran nutrisi harus

dimatikan terlebih dahulu.

Selanjutnya yaitu mempersiapkan media tanam rockwool yang akan

digunakan. Bentuk awal media tanam rockwool adalah sebuah bal yang

mempunyai ukuran 16 m x 9,6 m x 7,5 cm. Selanjutnya media tanam rockwool

akan dipotong-potong menjadi bentuk lempengan (LAP) untuk tempat menebar

benih sayuran Lettuce dan Kale. Lempengan (LAP) rockwool ini berukuran 25 cm

x 7,5 cm x 3.75 cm. Dari 1 bal rockwool dapat menjadi 256 lempengan (LAP)

rockwool. Setelah menjadi bentuk lempengan, selanjutnya rockwool dilubangi

menggunakan alat pembuat lubang untuk rockwool. Lubang yang dibuat tidak

terlalu dalam, hanya sekitar 0,5 cm saja. Lubang-lubang tersebut dimaksudkan

sebagai tempat benih yang akan disemai. Dalam satu lempengan (LAP) rockwool

terdiri dari 30 lubang tanam. Sehingga jika dijumlahkan dari 1 bal rockwool dapat

menghasilkan 7.680 lubang tanam. Diasumsikan 7.680 lubang tanam ini sama

dengan 7.680 hole, karena nantinya lubang tanam yang terdapat di lempengan

(LAP) rockwool tersebut akan dipotong-potong menjadi bentuk kotak, dan satu

kotak rockwool nantinya akan mengisi satu hole di gully fase N2 dan gully fase

dewasa.

Setelah media tanam rockwool sudah menjadi bentuk lempengan (LAP)

dan siap untuk digunakan, langkah selanjutnya yaitu menyemai benih aneka

sayuran Lettuce dan Kale. Sebelum benih-benih sayuran tersebut disemai, benih-

benih tersebut harus diperiksa kelayakannya terlebih dahulu. Benih-benih sayuran

tersebut harus diperiksa mengenai tanggal kadaluarsanya terlebih dahulu, karena

Page 107: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

88

jika benih tersebut sudah lewat tanggal kadaluarsanya, maka benih tersebut tidak

layak untuk digunakan. Setelah benih-benih tersebut sudah dipastikan layak untuk

disemai, barulah benih-benih tersebut boleh disemai ke dalam lubang tanam yang

terdapat pada lempengan rockwool.

Ketentuan yang diterapkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya yaitu dalam satu

lubang tanam benih sayuran yang disemai hanya satu butir saja, dan benih yang

disemai dalam satu lempengan hanya satu jenis saja, tidak boleh dicampur dengan

jenis sayuran lainnya. Penyemaian aneka benih sayuran tersebut yaitu dengan

memasukkan benih-benih tersebut kedalam lubang tanam di lempengan rockwool.

Setelah itu jika semua benih sudah selesai disemai ke dalam lempengan,

selanjutnya lempengan tersebut dicelupkan kedalam bak yang berisikan air bersih.

Bagian rockwool yang dicelupkan ke bak yang berisikan air bersih adalah bagian

bawah dan hanya dicelupkan seperempat bagiannya saja. Setelah dirasa sudah

cukup basah barulah lempengan rockwool yang sudah berisikan benih sayuran

tersebut diletakkan ke dalam gully fase N1 yang sebelumnya sudah dibersihkan.

Barulah jika dalam satu gully sudah terisi penuh lempengan, aliran nutrisi

selanjutnya dinyalakan kembali.

Nutrisi yang digunakan PT. Kebun Pangan Jaya adalah nutrisi hasil

racikan sendiri. Pada fase N1, Electrical Conductivity (EC) atau kandungan nutrisi

yang terlarut di dalam aliran nutrisi harus sebesar 1 mS/cm. Pemberian nutrisi

pada fase ini dilakukan setiap 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

Besarnya nutrisi yang diberikan dalam setiap kali pemberian nutrisi disesuaikan

dengan nilai EC yang tertera di EC meter pada bak nutrisi untuk gully fase N1.

Page 108: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

89

Nutrisi-nutrisi tersebut sebelumnya harus diracik terlebih dahulu. Kegiatan

peracikan nutrisi biasanya dilakukan oleh manajer produksi setiap satu bulan

sekali, di waktu senggang.

Kegiatan penyemaian benih sayuran Lettuce dan Kale berlangsung di

kantor kebun di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dan di

green house fase N1. Kantor kebun difungsikan di masing-masing kebun sebagai

tempat penyemaian benih, dan juga sebagai gudang penyimpanan bahan baku

untuk memproduksi aneka sayuran Lettuce dan Kale. Selanjutnya setelah benih

selesai disemai ke dalam lempengan (LAP) rockwool barulah benih dipindahkan

ke gully yang terdapat di dalam green house. Gully fase N1 berbeda dengan gully

fase N2 dan gully fase dewasa. Gully fase N1 terbuat dari paralon yang dibentuk

kotak memanjang. Di gully fase N1 tidak terdapat lubang-lubang seperti di gully

fase N2 dan gully fase dewasa. Dalam satu gully fase N1 dapat memuat 14

lempengan (LAP) rockwool, sehingga dapat diibaratkan dalam satu gully fase N1

terdapat 420 hole atau lubang tanam. Dalam satu gully fase N1 hanya terdiri dari

satu lempengan (LAP) rockwool yang berisikan satu jenis benih sayuran saja. Hal

ini dilakukan agar nantinya tenaga kerja tidak tertukar dalam memindahkan bibit

sayuran ke fase selanjutnya. Setiap lempengan (LAP) rockwool yang diletakkan

kedalam gully fase N1 harus diberikan penanda berupa label yang berisikan nama

benih yang disemai di lempengan (LAP) tersebut dan tanggal penyemaian. Hal

tersebut dikarenakan agar nantinya pada saat proses pemindahan bibit ke fase N2,

tenaga kerja tidak kesulitan dalam menentukan bibit yang siap untuk dipindahkan.

Gambar gully fase N1 dapat dilihat pada Lampiran 4 (a).

Page 109: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

90

Setelah 15 hari di fase N1, aneka benih sayuran Lettuce dan Kale yang

sudah tumbuh menjadi bibit selanjutnya siap dipindahkan untuk ditanam di fase

N2. Bibit tanaman yang siap dipindahkan dari fase N1 yaitu bibit yang kurang

lebih tingginya sudah mencapai 4-6 cm dan yang sudah memiliki daun lebih dari 5

lembar. Pemindahan bibit pada fase N1 menggunakan wadah nampan sebagai

tempat lempengan yang berisikan benih siap tanam di fase N2. Di Kebun

Pamulang dan Kebun Cipanas green house fase N1 hanya dikhususkan berisikan

gully fase N1 saja. Sementara untuk gully fase N2 dan fase dewasa ditempatkan

dalam satu green house yang sama. Berbeda dengan di Kebun Ciseeng, dikebun

ini gully fase N1 diletakkan satu green house dengan gully fase dewasa. Seperti

yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa di kebun ciseeng tidak terdapat Gully

fase N2, karena pada saat awal pembuatan terdapat kesalahan dalam pembuatan.

Tugas tenaga kerja pada fase N1 dimulai dari mempersiapkan alat dan

bahan yang akan digunakan untuk proses produksi aneka Lettuce dan Kale. Alat

dan bahan yang akan digunakan harus dipastikan dahulu ketersediaan dan

kelayakannya. Selanjutnya setelah semua alat dan bahan dipastikan siap untuk

digunakan, tugas tenaga kerja yaitu melakukan penyemaian terhadap benih aneka

sayuran. Kegiatan penyemaian benih harus dilakukan hati-hati, karena ukuran

benih sayuran yang kecil yang mudah untuk terjatuh. Sebelum melakukan

penyemaian benih, para pekerja diharuskan cuci tangan terlebih dahulu, agar

benih tidak terkontaminasi dengan kotoran yang ada di tangan pekerja.

Selanjutnya setelah semua benih sayuran selesai disemai, tugas tenaga

kerja yaitu meletakkan lempengan (LAP) rockwool yang sudah berisikan benih

Page 110: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

91

sayuran tersebut kedalam Gully fase N1. Sebelum dimasukkan ke Gully fase N1,

seperti yang sudah dijelaskan LAP yang sudah berisikan benih direndam ke dalam

air dahulu sepertiga bagiannya. Setelah semua LAP sudah diletakkan di Gully fase

N1, barulah aliran nutrisi dinyalakan, dan selanjutnya tugas tenaga kerja hanya

mengkontrol pertumbuhan benih sayuran. Pada fase N1, pengendalian hama yang

harus dilakukan oleh tenaga kerja, yaitu dengan cara langsung mencabut secara

manual bibit tanaman yang terkena penyakit dan hama. Hal tersebut dimaksudkan

agar penyakit dan hama tidak menyerang bibit tanaman lainnya. Lalu tenaga kerja

juga bertugas untuk mengecek EC nutrisi yang terlarut dan memberikan nutrisi

setiap pagi dan sore hari.

2. Fase Remaja (N2)

Setelah melewati fase N1, proses produksi sayuran Lettuce dan Kale

selanjutnya yaitu fase N2. Fase remaja (N2) merupakan fase pembesaran bibit

tanaman yang sebelumnya sudah melewati masa penyemaian di fase N1, dan

selanjutnya akan ditanam di fase dewasa. Fase ini dinamakan fase remaja karena

diibaratkan bibit tanaman yang ditanam di fase ini akan dipelihara sampai

tanaman tersebut berumur remaja. Sama halnya dengan di fase N1, pada fase N2

tanaman juga dipelihara selama 15 hari.

Proses produksi sayuran Lettuce dan Kale pada fase N2 hampir sama

dengan fase N1, yaitu dimulai dari membersihkan bak tanam atau gully yang akan

digunakan dan mempersiapkan bibit yang akan ditanam di gully fase N2. Sama

halnya dengan di fase N1, gully fase N2 sebelum digunakan juga harus

dibersihkan terlebih dahulu. Cara pembersihan gully fase N2 sama dengan

Page 111: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

92

pencucian gully fase N1, yaitu dengan menggunakan air bersih yang mengalir.

Selanjutnya yaitu mempersiapkan bibit tanaman yang akan ditanam. Dikarenakan

bibit tanaman yang dipindahkan dari fase N1 beserta dengan media tanam yang

masih berbentuk lempengan (LAP) rockwool, dan gully fase N2 didalamnya sudah

berbentuk hole, maka bentuk lempengan (LAP) rockwool tersebut harus dipotong-

potong terlebih dahulu menjadi bentuk kotak sesuai dengan letak bibit tanaman.

Ukuran satu kotak rockwool yang sudah dipotong-potong yaitu berukuran 2,5cm x

2,5cm x 3.75cm. Setelah lempengan (LAP) rockwool dipotong menjadi berbentuk

kotak maka barulah bibit-bibit tanaman tersebut diletakkan ke dalam masing-

masing hole atau lubang tanam gully fase N2. Dalam satu hole atau lubang di

gully fase N2 diisi dengan satu kotak rockwool yang berisikan bibit tanaman yang

layak untuk ditanam di hole fase N2.

Kegiatan fase N2 berlangsung selama 15 hari di dalam green house. Gully

fase N2 terbuat dari paralon yang sudah terdapat lubang-lubang didalamnya. Gully

fase N2 bentuknya mirip dengan gully fase dewasa. Hanya saja pada gully fase N2

jarak antar hole tidak sejauh hole di gully fase dewasa. Hal tersebut yang

membuat jumlah hole di gully fase N2 lebih banyak dibandingkan jumlah hole di

gully fase dewasa. Jarak antara hole atau lubang di gully fase N2 yaitu 10 cm. Satu

gully fase N2 memiliki panjang 4 meter. Dalam satu gully fase N2 berisikan 39

hole atau lubang tanam. Gambar gully fase N2 dapat dilihat pada Lampiran 4 (b).

Electrical Conductivity (EC) atau besarnya kadar nutrisi yang terlarut di

aliran nutrisi gully fase N2 yaitu sebesar 1,5 mS/cm. Sama halnya dengan fase N1,

pemberian nutrisi dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan

Page 112: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

93

sore hari. Larutan nutrisi AB mix yang diberikan adalah nutrisi yang sebelumnya

sudah diracik terlebih dahulu oleh manajer produksi. Setelah 15 hari bibit tanaman

ditanam di gully fase N2, selanjutnya bibit tersebut siap untuk dipindahkan ke

gully fase dewasa. Bibit tanaman yang siap untuk dipindahkan yaitu bibit tanaman

yang sudah berumur 15 hari di fase N2, yang dimana biasanya bibit tanaman

tersebut sudah memiliki daun antara 10 sampai 15 lembar, dan memiliki tinggi

kurang lebih 12 sampai 20 cm.

Proses pemanenan bibit tanaman dari fase N2 juga menggunakan wadah

nampan sebagai tempat bibit yang akan dipindahkan ke fase dewasa. Pemindahan

bibit fase N2 dilakukan secara hati-hati, yaitu bibit tanaman tidak diambil bagian

daunnya melainkan mengambil bibit tanamn tersebut dari ujung pangkal batang

tanaman tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak daun yang sudah

tumbuh, agar nilai jual sayuran tersebut menjadi tinggi. Di Kebun Pamulang dan

Kebun Cipanas green house untuk gully fase N2 dijadikan satu dengan gully fase

dewasa. Berbeda halnya dengan di Kebun Ciseeng, di Kebun Ciseeng tidak

terdapat gully fase N2. Hal tersebut dikarenakan menurut keterangan dari manajer

produksi pada saat awal pembuatan terjadi kesalahan dalam pembuatan gully di

kebun itu. Sehingga sampai sekarang di Kebun Ciseeng proses produksi hanya

berlangsung dari fase N1 langsung ke fase dewasa.

3. Fase Dewasa (D)

Setelah melewati fase N1 dan N2, selanjutnya tanaman yang sudah

berumur 30 hari dipindah ke fase dewasa. Tanaman yang sudah siap ditanam di

gully fase dewasa yaitu tanaman yang sudah berumur 30 hari setelah disemai di

Page 113: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

94

fase N1 atau 15 hari setelah masa remaja di fase N2. Fase dewasa merupakan fase

terakhir dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale, yang dilakukan di dalam

green house dengan menggunakan sistem budidaya hidroponik NFT. Proses

produksi sayuran Lettuce dan Kale di fase ini yaitu dimulai dari menanam bibit

tanaman Lettuce dan Kale yang sebelumnya sudah melewati fase N2.

Pola pembersihan gully fase dewasa sama caranya dengan pembersihan

gully fase N1 dan fase N2. Gully pada fase dewasa bentuknya tidak berbeda jauh

dengan gully pada fase N2. Hanya saja jarak antara hole di gully fase dewasa lebih

panjang dibandingkan dengan jarak antar hole di gully fase N2, yaitu berjarak 20

cm antar hole. Gully fase dewasa memiliki panjang 4 meter. Dalam satu gully fase

dewasa terdiri dari 20 hole atau lubang tanam. Gambar gully fase dewasa dapat

dilihat pada Lampiran 4 (c). Di fase dewasa kebutuhan EC nutrisi yang harus

diterapkan yaitu 1.5 mS/cm. Bak nutrisi untuk gully fase N2 dengan fase dewasa

dijadikan satu, sedangkan bak nutrisi untuk fase N1 dibuat terpisah. Setelah 15

hari ditanam di gully fase dewasa, tanaman Lettuce dan Kale siap untuk dipanen

dan selanjutnya masuk ke fase pengemasan.

4. Fase Pemanenan dan Pengemasan

Setelah tanaman melewati fase N1, fase N2, dan fase dewasa, maka

tanaman siap untuk dipanen dan selanjutnya dikemas. Sayuran Lettuce dan Kale

yang siap dipanen untuk nantinya dikemas adalah sayuran yang sudah mempunyai

bobot 125 gram/tanaman. Pemanenan sayuran menggunakan wadah kontainer

sebagai tempat sayuran yang akan dipanen. Sebelum digunakan kontainer untuk

Page 114: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

95

panen harus dibersihkan terlebih dahulu, yaitu caranya dengan dicuci dengan air

bersih yang mengalir.

Setelah sayuran Lettuce dan Kale selesai dipanen dari fase dewasa, proses

selanjutnya yaitu fase pengemasan. Kemasan produk sayuran Lettuce dan Kale

ada dua macam, yaitu kemasan bentuk bucket dan seal. Semua jenis produk

sayuran Lettuce dikemas dalam bentuk bucket, sedangkan semua jenis produk

sayuran Kale dikemas dalam bentuk plastic in seal. Gambar bentuk kemasan

aneka sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Lampiran 6.

Proses pengemasan sayuran dimulai dari proses trimming dan sortasi

sayuran. Proses trimming yaitu pemotongan akar tanaman yang terlalu panjang

dan lebat, dan juga pembuangan daun yang layu, kuning, ataupun rusak. Setelah

proses trimming, selanjutnya sayuran disortasi. Kegiatan sortasi dilakukan untuk

menyortir atau memilah sayuran yang nantinya akan dikemas apakah sudah sesuai

spesifikasi dan mutu yang telah ditentukan. Setelah melewati proses trimming dan

sortasi, selanjutnya sayuran dicuci akarnya, hal ini dimaksudkan untuk

menghilangkan kotoran yang masih menempel sehingga tidak mengkontaminasi

daun dari sayuran yang akan dikemas. Setelah itu akar tanaman diperas sedikit

agar tidak terlalu basah.

Langkah selanjutnya yaitu menimbang sayuran sesuai dengan kemasan

yang diinginkan konsumen. Berat untuk kemasan bucket yaitu 250 gram dan 500

gram, sedangkan berat untuk kemasan seal yaitu 250 gram, 500 gram, dan 1

kilogram. Setelah sayuran Lettuce dan Kale selesai dikemas dengan baik, barulah

sayuran-sayuran tersebut dipasarkan dan didistribusikan kepada konsumen yang

Page 115: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

96

sebelumnya sudah memesan atau mengirimkan PO ke divisi pemasaran PT.

Kebun Pangan Jaya. Kegiatan pengemasan berlangsung di packing house atau

rumah kemas. Packing house tersedia di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas,

sementara Kebun Ciseeng tidak memiliki packing house. Sayuran hasil panen dari

Kebun Ciseeng dikemas di Kebun Pamulang.

4.6. Tingkat Keberhasilan dan Pola Produksi Sayuran Lettuce dan Kale di

PT. Kebun Pangan Jaya

Sebelumnya sudah diketahui bahwa proses produksi sayuran Lettuce dan

Kale terdiri empat fase, yaitu dimulai dari fase penyemaian (N1), fase remaja

(N2), fase dewasa (D), dan yang terakhir yaitu fase pemanenan dan pengemasan.

Waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi sayuran Lettuce dan Kale dari

mulai fase N1 sampai dengan fase pengemasan yaitu kurang lebih selama 45 hari,

untuk menghasilkan satu tanaman Lettuce dan Kale yang mempunyai bobot 125

gram/unit. Proses produksi aneka sayuran Lettuce dan Kale bisa digambarkan

dalam suatu pola. Pola produksi aneka sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Pola Produksi Sayuran Lettuce dan Kale

Bulan Pertama Bulan Kedua Bulan Ketiga

dst

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

N1P1 N1P2 N1P3 N1P4 N1D1 N1D2 N1D3 N1D4 N1T1 N1T2 N1T3 N1T4

N2P1 N2P2 N2P3 N2P4 N2D1 N2D2 N2D3 N2D4 N2T1 N2T2

DP1 DP2 DP3 DP4 DD1 DD2 DD3 DD4

PNP1 PNP2 PNP3 PNP4 PND1 PND2

Keterangan: N1=Fase Penyemaian ; N2=Fase Remaja ; D=Fase Dewasa ; PN=Pemanenan ;

P(1,2,3,4)=Aneka sayuran yang diproduksi di minggu (1,2,3,4) di bulan pertama ;

D(1,2,3,4)=Aneka sayuran yang diproduksi di minggu (1,2,3,4) di bulan kedua ;

T(1,2,3,4)=Aneka sayuran yang diproduksi di minggu (1,2,3,4) di bulan Ketiga

Page 116: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

97

Tabel 3 merupakan gambaran pola produksi sayuran Lettuce dan Kale di

PT. Kebun Pangan Jaya. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa dalam satu bulan proses

penyemaian dilakukan sebanyak 4 kali. Hal tersebut dikarenakan penyemaian

hanya dilakukan sebanyak satu kali disetiap minggunya. Hal ini berlaku di semua

kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Seperti yang sudah diketahui

sebelumnya bahwa waktu yang dibutuhkan dalam tiap fase produksi yaitu selama

15 hari. Pada saat ini posisi perusahaan yaitu seperti pada minggu ketiga di bulan

kedua yang tertera pada Tabel 3, yaitu di semua kebun produksi PT. Kebun

Pangan Jaya setiap minggunya terdapat 4 kegiatan produksi mulai dari fase N1

sampai dengan fase pengemasan. Lalu juga posisi perusahaan kini berada seperti

pada bulan ketiga, yaitu di semua kebun produksi dapat panen aneka sayuran

Lettuce dan Kale disetiap minggunya.

Menurut keterangan manajer produksi bahwa dalam memproduksi aneka

sayuran Lettuce dan Kale terdapat presentase kegagalan dalam setiap fasenya.

Dari fase N1 sampai fase N2, presentase kegagalannya yaitu 5% dari total semua

benih yang disemai. Lalu dari fase N2 sampai fase dewasa dipotong sebanyak 5%

yang merupakan presentase kegagalan bibit untuk tumbuh pada fase tersebut.

Selanjutnya yaitu dari fase dewasa sampai fase pemanenan dipotong 5% yang

merupakan presentase kegagalan dalam fase tersebut. Daya tumbuh benih sayuran

Lettuce dan Kale sendiri yaitu 95%.

Data keberhasilan produksi dapat dilihat pada data produksi sayuran

Lettuce dan Kale PT. Kebun Pangan Jaya. Data produksi aneka sayuran Lettuce

dan Kale tahun 2017 dapat dilihat pada Lampiran 7. Pada Lampiran 7 tercantum

Page 117: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

98

data produksi sayuran Lettuce dan Kale selama satu tahun di tiga kebun produksi

PT. Kebun Pangan Jaya mulai dari bulan Januari sampai Desember pada tahun

2017. Data produksi tersebut menggambarkan jumlah sayuran yang berhasil

dipanen dari ketiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan

lampiran tersebut dapat dilihat bahwa setiap bulannya produksi sayuran Lettuce

dan Kale di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya berfluktuasi. Data

produksi tersebut merupakan data panen bersih dari tiga kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya. Dari data produksi yang terlampir di Lampiran 7, data-data

tersebut dapat dijumlahkan sehingga dapat didapatkan total produksi sayuran

Lettuce dan Kale di 3 kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Adapun data

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Sayuran Lettuce dan Kale Selama Satu Tahun (2017)

Jenis Sayuran

Produksi Selama Satu Tahun (2017)

K. Cipanas K. Pamulang K. Ciseeng Total

unit unit unit unit

Lollobionda 4186 6139 0 10.325

Lollorossa 5502 8826 0 14.328

Romaine 7828 7168 0 14.996

Green Oaklef 3694 4887 0 8.581

Red Oaklef 3714 4991 0 8.705

Endive 1966 1256 0 3.222

Butterhead 3254 3959 0 7.213

Kale Curly 7038 0 6038 13.076

Kale Siberian 0 2152 1700 3.852

Kale Nero 1274 0 0 1.274 Sumber: Lampiran 7

Dari Tabel 4 didapatkan bahwa varietas romaine merupakan jenis sayuran

yang paling banyak diproduksi dalam satu tahun. Varietas romaine dalam setahun

diproduksi sebanyak 14.996 unit, yang diproduksi dari 2 kebun produksi PT.

Page 118: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

99

Kebun Pangan Jaya, yaitu Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Selanjutnya dari

Tabel 4 juga dapat diketahui bahwa varietas Kale Nero merupakan jenis sayuran

yang paling sedikit diproduksi dalam satu tahun di tahun 2017. Pada tahun 2017

Kale Nero hanya diproduksi sebanyak 1.274 unit tanaman, yang dimana hanya

diproduksi di Kebun Cipanas saja.

Aneka sayuran Lettuce dan Kale yang berhasil di panen disetiap bulannya

seperti yang terlampir pada Lampiran 7 merupakan sayuran-sayuran yang 45 hari

sebelumnya sudah ditanam, atau benih tanaman tersebut sudah disemai. Lalu total

aneka sayuran Lettuce dan Kale yang berhasil dipanen disetiap bulannya

merupakan hasil panen selama 4 kali dalam sebulan. Hal tersebut dikarenakan

dalam sebulan terdapat 4 kali kegiatan penyemaian, yang mengakibatkan kegiatan

pemanenan berlangsung sebanyak 4 kali dalam satu bulan. Seperti misalnya pada

bulan Januari tahun 2017, hasil panen sayuran pada bulan tersebut merupakan

hasil penyemaian benih aneka sayuran Lettuce dan Kale pada bulan November

minggu ketiga di tahun 2016.

4.7. Pemasaran Sayuran Lettuce dan Kale Hidroponik di PT. Kebun Pangan

Jaya (Kebun Sayur)

PT. Kebun Pangan Jaya selalu berusaha untuk dapat memenuhi

permintaan dari konsumen sayuran Kebun Sayur. PT. Kebun Pangan Jaya

berusaha agar produk sayuran yang dihasilkan tetap memiliki kualitas yang bagus

sehingga tidak mengecewakan konsumen-konsumen produknya. Selain itu PT.

Kebun Pangan Jaya juga selalu berupaya agar produk yang dihasilkan kuantitas

Page 119: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

100

dan kontinyuitasnya tetap terpenuhi. Konsumen produk sayuran Lettuce dan Kale

Kebun Sayur diantaranya yaitu berbagai supermarket, hotel, restoran, dan cafe.

Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya beragam,

tetapi yang paling banyak diterapkan yaitu sistem penjualan putus. Dimana dalam

sistem penjualan putus, konsumen melakukan pembayaran secara penuh sesuai

dengan jumlah pesanan, dan pihak Kebun Sayur tidak menerima kembali sayuran

yang tidak laku. PT. Kebun Pangan Jaya hanya menerima retur jika pada

penerimaan barang pertama kali terdapat produk yang rusak atau kualitasnya

dibawah standar. Adapun daftar konsumen produk sayuran Lettuce dan Kale PT.

Kebun Pangan Jaya dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5. Daftar Nama Perusahaan Pelanggan Produk Sayuran Lettuce dan Kale

Hidroponik PT. Kebun Pangan Jaya beserta Volume Pembelian dalam

Satu Kali pemesanan

Jenis Pelanggan

(1)

Volume Pembelian

(2)

Jenis Produk

(3)

Supermarket

Grand Lucky 30 – 70 Pack Lollobionda,

Lollorossa, Romaine,

GOL, ROL,

Butterhead, dan Kale

Curly

PT. Galael Supermarket 20 – 40 Pack Lollobionda,

Lollorossa, Romaine,

GOL, ROL,

Butterhead, dan Kale

Siberian

Food Hall (Villa Delima,

Kebun Jeruk, Pondok

Indah, Puri Indah, Grand

Indonesia, Alam Sutera

Tangerang, Thamrin City,

Plaza Indonesia)

800 – 1000 Pack Semua Jenis Lettuce,

Kale Curly dan Kale

Nero

Aneka Buana 65 – 75 Pack Semua Jenis Lettuce

dan Kale Curly

Page 120: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

101

Jenis Pelanggan

(1)

Volume Pembelian

(2)

Jenis Produk

(3)

Harmoni 35 – 45 Pack Lollobionda,

Lollorossa, Romaine,

GOL, ROL,

Butterhead, dan Kale

Curly

PT. Koin Bumi 25 – 30 Pack Lollobionda,

Lollorossa, Romaine,

GOL, ROL,

Butterhead, dan Kale

Curly

Hotel

Novotel 4 – 6 Kg Lollorossa dan

Romaine

Bandara Internasional

Soekarno Hatta Hotel

4 – 26 Kg Semua Jenis Lettuce

dan Kale Curly

Swiss Belin Kemayoran 10 – 13 Kg Semua Jenis Lettuce

kecuali Endive

Ritz Carlton 8 – 15 Kg Lollorossa, Romaine,

GOL, ROL,

Butterhead, Kale Curly

ICE BSD 4 – 12 Kg GOL, ROL,

Butterhead

Ambhara 4 - 6 Kg Lollobionda,

Lollorossa, Romaine

Restoran dan Cafe

Mu Gung Hwa (Korean

Restaurant)

15 – 20 Pack Semua Jenis Lettuce

kecuali Endive

Maison Tatsuya (Japan

Restaurant)

10 - 15 Kg Lollorossa

SIKU Dharmawangsa 4 – 6 Kg Lollobionda,

Lollorossa, Romaine

Madira’s House Café 5 – 10 Kg Lollorossa, Romaine,

GOL, ROL,

Butterhead, Kale Curly Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018

Keterangan: GOL=Green Oaklef, ROL=Red Oaklef

Page 121: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Operasional Produksi Lettuce dan Kale di PT. Kebun Pangan Jaya

dalam Menggunakan Sumberdaya Utama

Kegiatan produksi di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu

Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng berlangsung setiap hari.

Sumberdaya benih sayuran, larutan nutrisi AB mix, media tanam rockwool,

instalasi hidroponik yaitu yang terdiri dari hole fase N1, hole fase N2, hole fase

dewasa, dan tenaga kerja merupakan sumberdaya utama dalam memproduksi

aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale. PT. Kebun Pangan Jaya sudah mengatur

penggunaan sumberdaya utama tersebut disetiap bulannya dalam kegiatan

produksi.

5.1.1.Penggunaan dan Ketersediaan Benih

Bahan baku yang paling mendasar dalam memproduksi aneka sayuran

Lettuce dan Kale adalah benih. Benih yang digunakan PT. Kebun Pangan Jaya

adalah benih impor, yaitu berasal dari negara Belanda dengan merk Rijkzwan.

Namun untuk benih Endive menggunakan benih lokal yaitu merk Indo Seed. Jenis

benih yang digunakan di PT. Kebun Pangan Jaya ada 2 jenis yaitu, jenis seed dan

jenis pil. Benih sayuran Lettuce termasuk kedalam benih jenis pil kecuali untuk

benih Endive, sedangkan benih sayuran Kale merupakan benih jenis seed. Tabel 6

menyajikan data sumberdaya benih yang dibutuhkan untuk memproduksi Lettuce

dan Kale untuk satu unit tanaman, dan juga berisikan data ketersediaan benih

setiap bulannya di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.

Page 122: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

103

Tabel 6. Kebutuhan dan Kapasitas Sumberdaya Benih yang tersedia

Jenis Sayuran

Kebutuhan

per-unit

Kapasitas dalam Satu Bulan

Kebun

Pamulang

Kebun

Cipanas

Kebun

Ciseeng

Butir Butir Butir Butir

Lollobionda 1 1.000 2.000

Lollorossa 1 1.000 2.000

Romaine 1 1.000 2.000

Green Oaklef 1 1.000 2.000

Red Oaklef 1 1.000 2.000

Endive 1 1.000 1.000

Butterhead 1 1.000 1.000

Kale Curly 1 2.000 1.000

Kale Siberian 1 1.000 1.000

Kale Nero 1 1.000

Sumber: Observasi, Juli 2018

Tabel 6 menunjukkan bahwa untuk memproduksi aneka sayuran Lettuce

dan Kale sebanyak satu unit, membutuhkan 1 butir benih tanaman jenis tersebut.

Selain itu dari Tabel 6 dapat dilihat pula bahwa setiap bulannya kapasitas atau

ketersediaan benih yang tersedia di masing-masing kebun produksi jumlahnya

berbeda-beda. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa benih yang tersedia di Kebun

Pamulang hanya benih 7 varietas sayuran Lettuce yaitu Lollobionda, Lollorossa,

Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, Butterhead yang masing-masing

berjumlah 1.000 butir benih, dan benih sayuran Kale Siberian yang berjumlah

1.000 butir. Hal tersebut dikarenakan di Kebun Produksi Pamulang hanya

memproduksi kedelapan jenis sayuran tersebut.

Lain halnya dengan di Kebun Cipanas, benih yang tersedia di setiap

bulannya yaitu 7 benih varietas sayuran Lettuce dan 2 benih varietas sayuran Kale.

Benih sayuran Lettuce dan Kale yang tersedia di Kebun Cipanas yaitu benih

Page 123: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

104

Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, dan Kale Curly

masing-masing sebanyak 2.000 butir. Sedangkan benih Endive, Butterhead, dan

Kale Nero masing-masing sebanyak 1.000 butir. Lalu di Kebun Ciseeng yang

merupakan kebun produksi yang dikhususkan hanya untuk memproduksi Kale

saja, di kebun ini setiap bulannya hanya benih Kale Curly dan Kale Siberian saja

yang tersedia. Ketersediaanya masing-masing sebanyak 1.000 butir benih.

Kegiatan penyemaian benih di masing-masing kebun produksi dilakukan

satu kali disetiap minggunya. Kegiatan penyemaian benih di Kebun Pamulang

dilakukan setiap hari senin, sedangkan kegiatan penyemaian di Kebun Cipanas

dan Kebun Ciseeng dilakukan setiap hari sabtu. Pada setiap kegiatan penyemaian,

jumlah benih yang disemai di masing-masing kebun jumlah dan kombinasinya

berbeda-beda. Adapun jumlah dan kombinasi benih yang disemai disetiap

kegiatan penyemaian benih di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penggunaan Benih Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Produksi PT.

Kebun Pangan Jaya dalam Satu Kali Penyemaian

Jenis Sayuran

Kebun

Pamulang Cipanas Ciseeng

Butir Butir Butir

Lollobionda 180 - 360 210 - 420

Lollorossa 180 - 360 210 - 420

Romaine 180 - 360 210 - 420

Green Oaklef 180 - 360 210 - 420

Red Oaklef 180 - 360 210 - 420

Endive 120 - 180 120 - 180

Butterhead 120 - 180 120 - 180

Kale Curly 420 - 630 180 - 360

Kale Siberian 180 - 360 120 - 180

Kale Nero 120 - 180 Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018

Page 124: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

105

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa dalam sekali penyemaian di Kebun

Pamulang jumlah benih sayuran Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef,

Red Oaklef, dan Kale Siberian yang disemai yaitu masing-masing jenis kurang

lebih sebanyak 180-360 butir benih. Sedangkan untuk sayuran Lettuce varietas

Endive dan Butterhead, benih yang disemai di Kebun Pamulang dalam sekali

semai yaitu masing-masing kurang lebih sebanyak 120-180 butir benih. Di Kebun

Cipanas dalam sekali kegiatan penyemaian jumlah benih yang disemai sebanyak

kurang lebih 210-420 butir benih untuk sayuran Lollobionda, Lollorossa,

Romaine, Green Oaklef, dan Red Oaklef. Lain halnya untuk sayuran Endive,

Butterhead, dan Kale Nero jumlah benih yang disemai masing-masing kurang

lebih sebanyak 120-180 butir benih, sedangkan untuk Kale Curly jumlah benih

yang disemai dalam setiap satu kali penyemaian yaitu kurang lebih sebanyak 420-

360 butir benih. Lalu di Kebun Ciseeng dalam setiap kegiatan penyemaian jumlah

benih yang disemai yaitu kurang lebih sebanyak 180-360 butir untuk Kale Curly,

dan 120-180 butir untuk Kale Siberian.

5.1.2.Penggunaan dan Ketersediaan Larutan Nutrisi AB Mix

PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale

menggunakan larutan nutrisi AB mix sebagai pupuk untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi tanaman. Dalam budidaya hidroponik larutan nutrisi termasuk faktor

produksi atau sumberdaya utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Larutan nutrisi

AB mix yang digunakan di kebun-kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya adalah

nutrisi hasil racikan sendiri. Hal tersebut dikarenakan perusahaan sebelumnya

menggunakan larutan nutrisi yang dijual dipasaran, akan tetapi produk yang

Page 125: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

106

dihasilkan kualitasnya kurang bagus. Semenjak itu perusahaan mencoba untuk

meracik larutan nutrisi sendiri, dengan menyesuaikan kandungan nutrisi yang

dibutuhkan oleh tanaman Lettuce dan Kale.

Awalnya nutrisi AB mix yang nantinya akan diberikan ke tanaman

bentuknya berupa butiran-butiran serbuk yang harus dilarutkan dengan air terlebih

dahulu. Serbuk nutrisi A dan serbuk nutrisi B harus dilarutkan masing-masing

dengan air secara terpisah. Dalam melarutkan serbuk nutrisi A dan serbuk nutrisi

B tidak boleh langsung dicampur menjadi satu. Jika dalam melarutkan nutrisi A

dan B dicampur nantinya akan merusak larutan nutrisi, dan larutan tersebut akan

menjadi racun bagi tanaman. Adapun kebutuhan nutrisi dari masing-masing

sayuran Lettuce dan Kale, dan kapasitas larutan nutrisi yang tersedia setiap

bulannya di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya tercantum

pada Tabel 8.

Tabel 8. Kebutuhan dan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix

Jenis Sayuran

Kebutuhan/unit

Kebun

Pamulang

Kebun

Cipanas

Kebun

Ciseeng

ml* ml* ml*

Lollobionda 36,57 37,45

Lollorossa 36,57 37,45

Romaine 36,57 37,45

Green Oaklef 36,57 37,45

Red Oaklef 36,57 37,45

Endive 36,57 37,45

Butterhead 36,57 37,45

Kale Curly 37,45 124,06

Kale Siberian 36,57 124,06

Kale Nero 37,45

Kapasitas dalam satu bulan 120.000 120.000 80.000

Sumber: Lampiran 8 (a) (b) (c) (*Kolom (18))

Page 126: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

107

Tabel 8 menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisi dari sayuran Lettuce dan

Kale di masing-masing kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Angka

kebutuhan nutrisi dari per unit sayuran yang tertera pada Tabel 8 merupakan

angka hasil perhitungan yang berasal dari Lampiran 8. Angka tersebut merupakan

hasil perhitungan untuk mendapatkan jumlah nutrisi yang digunakan untuk

menghasilkan satu unit sayuran Lettuce dan Kale. Angka tersebut didapatkan

dengan membagi jumlah pemakaian nutrisi total untuk satu jenis tanaman dibagi

dengan rata-rata total produksi jenis sayuran tersebut. Rata-rata produksi sayuran

tersebut didapatkan dari merata-ratakan jumlah produksi sayuran tersebut selama

satu tahun terakhir. Jumlah pemakaian nutrisi total untuk satu varietas sayuran

didapatkan dengan cara mengalikan presentasi jumlah produksi sayuran tersebut

dengan jumlah total nutrisi yang digunakan.

Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa sayuran yang diproduksi di Kebun

Ciseeng membutuhkan nutrisi lebih banyak dibandingkan dengan sayuran yang

diproduksi di kebun lainnya. Di Kebun Produksi Pamulang, aneka varietas

sayuran Lettuce dan Kale membutuhkan larutan nutrisi AB mix sebanyak 36,57 ml

pertanaman. Berbeda dengan di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng, jumlah

larutan nutrisi AB mix yang dibutuhkan yaitu sebanyak 37,45 ml pertanaman di

Kebun Cipanas, dan sebanyak 124,06 ml pertanaman di Kebun Ciseeng. Jumlah

kebutuhan akan larutan nutrisi AB mix tersebut yaitu jumlah yang dibutuhkan

tanaman dari mulai fase penyemaian (N1) sampai dengan fase dewasa selesai,

yaitu selama 45 hari yang nantinya akan menghasilkan sayuran dengan bobot 125

gram/unit.

Page 127: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

108

Kegiatan pemberian nutrisi di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya dilakukan sebanyak 2 kali setiap harinya. Nutrisi diberikan pada pagi hari

dan pada sore hari. Jumlah nutrisi yang diberikan bergantung dengan nilai EC

yang tertera di EC meter. Adapun rata-rata banyaknya nutrisi yang dilarutkan

dalam sekali pemberian pada masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya tercantum pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-Rata Pemakaian Nutrisi dalam Satu Kali Penuangan di Masing-

Masing Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya

Keterangan

Kebun

Pamulang Cipanas Ciseeng

Liter Liter Liter

Larutan Nutrisi AB mix 1 – 1,5 1 - 2 1 - 2 Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah nutrisi yang diberikan dalam satu

kali pemberian di setiap kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya

berbeda-beda. Di Kebun Pamulang jumlah nutrisi yang diberikan dalam sekali

penuangan yaitu kurang lebih sebanyak 1 s/d 1,5 liter, sedangkan di Kebun

Cipanas dan Kebun Ciseeng, jumlah nutrisi yang diberikan dalam satu kali

penuangan yaitu kurang lebih sebanyak 1 s/d 2 liter. Jumlah larutan nutrisi

tersebut adalah jumlah larutan nutrisi A dengan larutan nutrisi B yang sudah

disatukan. Perbandingan pemberian larutan nutrisi A dengan larutan nutrisi B

yaitu 1:1.

5.1.3.Penggunaan dan Ketersediaan Media Tanam Rockwool

Media tanam untuk budidaya hidroponik beragam macamnya, salah

satunya yaitu media tanam rockwool. PT. Kebun Pangan Jaya dalam

Page 128: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

109

memproduksi Lettuce dan Kale, memilih untuk menggunakan media tanam

rockwool. Hal tersebut menurut manajer kebun dikarenakan produksi dengan

media tanam rockwool praktis dalam penggunaanya, dan harganya juga relatif

murah. Selain itu media tanam rockwool dipilih juga karena pada saat

diikutsertakan dalam kemasan, media ini bisa menyimpan kebutuhan nutrisi dan

air yang dibutuhkan oleh sayuran, sehingga sayuran tersebut tetap segar dalam

kemasan dan tidak gampang membusuk. Adapun jumlah media tanam rockwool

yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale dari fase

N1 sampai dengan fase pengemasan, dan juga kapasitas yang tersedia di masing-

masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kebutuhan dan Kapasitas Media Tanam Rockwool

Keterangan LB LR RM GL RL ED BT CR SB NR

Kotak

Kebutuhan/unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kap

asit

as Kebun Pamulang 7.680

Kebun Cipanas 11.520

Kebun Ciseeng 3.840

Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red

Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ;

NR=Kale Nero

Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018

Tabel 10 diatas menunjukkan dalam memproduksi aneka varietas sayuran

Lettuce dan Kale, jumlah media tanam rockwool yang dibutuhkan dari mulai fase

N1 sampai dengan fase pengemasan yaitu sebanyak 1 kotak. 1 kotak media tanam

rockwool berukuran 2.5cm x 2.5cm x 3.75cm. Seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya bahwa bentuk awal media tanam rockwool yaitu berupa bal dengan

ukuran 16 m x 9.6 m x 7.5cm. Selanjutnya dipotong menjadi bentuk lempengan

(LAP) rockwool yang akan digunakan di fase N1. Selanjutnya pada saat akan

Page 129: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

110

masuk ke fase N2, bentuk lempengan (LAP) rockwool tersebut dipotong-potong

menjadi bentuk kotak sesuai dengan letak bibit tanaman. Dari tabel diatas dapat

dilihat juga bahwa kapasitas media tanam rockwool atau jumlah media tanam

rockwool yang tersedia di masing-masing kebun produksi jumlahnya berbeda-

beda. Kapasitas media tanam rockwool yang tersedia di Kebun Pamulang setiap

bulannya sebanyak 7.680 kotak, sedangkan rockwool yang tersedia di Kebun

Cipanas dalam sebulan sebanyak 11.520 kotak, dan di Kebun Ciseeng rockwool

yang tersedia setiap bulannya sebanyak 3.840 kotak.

Dikarenakan kegiatan penyemaian di masing-masing kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya hanya dilakukan sekali disetiap minggunya, maka

penggunaan media tanam rockwool sama halnya dengan penggunaan benih

sayuran. Adapun penggunaan media tanam rockwool yang digunakan dalam

setiap satu kali penyemaian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Penggunaan Media Tanam Rockwool di Kebun Produksi PT. Kebun

Pangan Jaya dalam Satu Kali Penyemaian

Jenis Sayuran

Kebun

Pamulang Cipanas Ciseeng

LAP LAP LAP

Lollobionda 6 - 12 7 - 14

Lollorossa 6 - 12 7 - 14

Romaine 6 - 12 7 - 14

Green Oaklef 6 - 12 7 - 14

Red Oaklef 6 - 12 7 - 14

Endive 4 - 6 4 - 6

Butterhead 4 - 6 4 - 6

Kale Curly 14 - 21 6 - 12

Kale Siberian 6 - 12 4 - 6

Kale Nero 4 - 6 Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018

Page 130: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

111

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah media tanam rockwool yang

digunakan dalam setiap satu kali kegiatan penyemaian di masing-masing kebun

produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda. Di Kebun Pamulang,

dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah media tanam rockwool yang

digunakan yaitu kurang lebih sebanyak 6-12 LAP untuk jenis sayuran

Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, dan Kale Siberian.

Sedangkan untuk sayuran Endive dan Buttrehead, media tanam rockwool yang

digunakan yaitu kurang lebih sebanyak 4-6 LAP. Lalu di Kebun Cipanas untuk

sayuran Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, dan Red Oaklef media

tanam rockwool yang digunakan yaitu masing-masing kurang lebih sebanyak 7-14

LAP dalam satu kali kegiatan penyemaian. Lalu untuk sayuran Endive,

Butterhead dan Kale Nero media tanam yang digunakan yaitu masing-masing

kurang lebih sebanyak 4-6 LAP, dan untuk Kale Curly kurang lebih sebanyak 14-

21 LAP. Selanjutnya yaitu di Kebun Ciseeng media tanam yang digunakan dalam

satu kali kegiatan penyemaian yaitu kurang lebih sebanyak 6-12 LAP untuk Kale

Curly dan 4-6 LAP untuk Kale Siberian.

5.1.4.Penggunaan dan Ketersediaana Hole Fase N1

Hole fase N1 merupakan bagian dari instalasi hidroponik yang ada di PT.

Kebun Pangan Jaya. Hole fase N1 diperuntukkan untuk budidaya hidroponik pada

saat tanaman memasuki fase N1. Bentuk hole fase N1 yaitu berupa pipa paralon

panjang yang bagian atasnya terbuka dan tidak terdapat lubang-lubang. Gambar

gully fase N1 dapat dilihat pada Lampiran 4 (a). Jumlah gully fase N1 yang

tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya

Page 131: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

112

berbeda-beda. Tabel 12 menyajikan data mengenai jumlah gully dan hole fase N1

yang tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.

Tabel 12. Jumlah Gully dan Hole Fase N1 di 3 Kebun Produksi PT. Kebun

Pangan Jaya

Kebun

Jumlah

Fase N1

Gully LAP Hole

Pamulang 32 448 13440

Cipanas 45 630 18900

Ciseeng 12 168 5040

Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018

Satu Gully fase N1 mempunyai panjang 4 meter. Dalam satu gully fase N1

dapat memuat 14 lempengan (LAP) rockwool. Seperti yang sudah diketahui

sebelumnya bahwa dalam satu lempengan (LAP) rockwool terdapat 30 lubang

tanam yang nantinya akan dipotong-potong menjadi 30 kotak rockwool.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam satu gully fase N1 diibaratkan terdapat 420

lubang tanam atau hole. Pada Tabel 12 diketahui bahwa Kebun Cipanas memiliki

gully fase N1 yang lebih banyak dibandingkan dengan kebun produksi lainnya.

Gully fase N1 yang tersedia di Kebun Cipanas sebanyak 45 gully. Jumlah gully

yang tersedia di Kebun Pamulang dan Kebun Ciseeng sebanyak 32 gully dan 12

gully. Perbedaan jumlah gully yang tersedia di masing-masing kebun ini yang

membuat kapasitas hole gully fase N1 dari tiap-tiap kebun jumlahnya berbeda-

beda. Adapun kapasitas hole gully fase N1 yang tersedia di masing-masing kebun

produksi PT. Kebun Pangan Jaya dan kebutuhan hole gully fase N1 untuk masing-

masing jenis varietas sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 132: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

113

Tabel 13. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Gully Fase N1

Keterangan LB LR RM GL RL ED BT CR SB NR

Hole

Kebutuhan/unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kap

asit

as Kebun Pamulang 13.440

Kebun Cipanas 18.900

Kebun Ciseeng 5.040 Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red

Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ;

NR=Kale Nero

Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018

Tabel 13 diatas menunjukkan dalam memproduksi aneka varietas sayuran

Lettuce dan Kale jumlah hole fase N1 yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1 lubang.

Dari tabel diatas dapat dilihat juga bahwa kapasitas hole fase N1 yang tersedia di

masing-masing kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas hole fase N1

yang tersedia di Kebun Pamulang setiap bulannya yaitu sebanyak 13.440 lubang,

hole fase N1 yang tersedia di Kebun Cipanas yaitu sebanyak 18.900 lubang, dan

di Kebun Ciseeng hole fase N1 yang tersedia sebanyak 5.040 lubang.

5.1.5.Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase N2

Sama halnya dengan hole pada gully fase N1, hole di gully fase N2 juga

merupakan bagian dari instalasi hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya.

Dikarenakan proses produksi Lettuce dan Kale mencakup 3 tahapan atau fase,

maka dari itu tiap fase memiliki gully yang terdapat hole atau lubang didalamnya.

Bentuk gully fase N2 hampir sama dengan gully fase dewasa, hanya saja yang

menjadi pembeda adalah jarak antar hole di gully tersebut. Ketersediaan hole pada

gully fase N2 di tiap-tiap kebun jumlahnya berbeda-beda. Tabel 14 menyajikan

Page 133: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

114

data mengenai jumlah gully dan hole fase N2 yang tersedia di masing-masing

kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.

Tabel 14. Jumlah Gully dan Hole Fase N2 di 3 Kebun Produksi PT. Kebun

Pangan Jaya

Kebun

Jumlah

Fase N2

Gully Hole

Pamulang 96 3744

Cipanas 90 3510

Ciseeng 0 0

Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018

Gully fase N2 mempunyai panjang 4 meter. Dalam satu gully fase N2

terdiri dari 39 hole. Pada Tabel 14 diketahui bahwa Kebun Pamulang memiliki

gully fase N2 yang lebih banyak dibadingkan dengan kebun produksi lainnya.

Gully fase N2 yang tersedia di Kebun Pamulang sebanyak 96 gully. Jumlah gully

yang tersedia di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng yaitu sebanyak 90 gully dan 0

gully. Di Kebun Ciseeng tidak tersedia gully fase N2, dikarenakan terdapat

kesalahan pada saat awal pembuatan. Perbedaan jumlah gully yang tersedia di

masing-masing kebun ini yang membuat kapasitas hole fase N2 dari tiap-tiap

kebun jumlahnya berbeda-beda. Adapun kapasitas hole fase N2 di masing-masing

kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya setiap bulannya, dan kebutuhan aneka

varietas sayuran Lettuce dan Kale terhadap hole fase N2 dalam kegiatan produksi

dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 134: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

115

Tabel 15. Kebutuhan dan Kapasitas Hole pada Gully Fase N2

Keterangan LB LR RM GL RL ED BT CR SB NR

Hole

Kebutuhan/unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kap

asit

as Kebun Pamulang 3.744

Kebun Cipanas 3.510

Kebun Ciseeng 0 Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red

Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ;

NR=Kale Nero

Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018

Tabel 15 diatas menunjukkan dalam memproduksi aneka varietas sayuran

Lettuce dan Kale jumlah hole fase N2 yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1 hole.

Dari tabel diatas dapat dilihat juga bahwa kapasitas hole fase N2 yang tersedia di

masing-masing kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas hole fase N2

yang tersedia di Kebun Pamulang setiap bulannya yaitu sebanyak 3.744 hole,

jumlah hole fase N2 yang tersedia di Kebun Cipanas yaitu sebanyak 3.510 hole,

dan di Kebun Ciseeng tersedia sebanyak 0 hole. Di Kebun Ciseeng tidak tersedia

gully untuk fase N2. Menurut keterangan manajer produksi hal tersebut

dikarenakan ada kesalahan pada saat pembuatan gully, sehingga proses produksi

di Kebun Ciseeng hanya dari fase N1 langsung ke fase dewasa.

5.1.6.Penggunaan dan Ketersediaan Hole Fase dewasa

Setelah melewati fase N1 dan N2, selanjutnya sayuran memasuki fase

dewasa. Pada fase dewasa, tanaman yang sebelumnya sudah melalui fase N1 dan

fase N2 dipelihara sampai dengan waktu panennya tiba. Tanaman dipelihara di

fase dewasa selama 15 hari. Setelah itu tanaman tersebut dipanen, dan selanjutnya

di kemas di packing house. Sama halnya dengan fase N1 dan fase N2, di fase

Page 135: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

116

dewasa juga terdapat gully yang berisikan hole atau lubang tanam untuk

digunakan pada fase tersebut. Ketersediaan hole fase dewasa di tiap-tiap kebun

produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda. Tabel 16 menyajikan

data mengenai jumlah gully dan hole fase dewasa yang tersedia di masing-masing

kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.

Tabel 16. Jumlah Gully dan Hole Fase Dewasa di Tiga Kebun Produksi PT.

Kebun Pangan Jaya

Kebun

Jumlah

Fase Dewasa

Gully Hole

Pamulang 396 7920

Cipanas 666 13320

Ciseeng 280 5880 Sumber: Observasi Juli s/d Agustus 2018

Gully fase dewasa mempunyai panjang 4 meter. Dalam satu gully fase

dewasa terdiri dari 20 hole. Pada Tabel 16 diketahui bahwa Kebun Cipanas

memiliki gully fase dewasa yang lebih banyak dibadingkan dengan kebun

produksi lainnya. Gully fase dewasa yang tersedia di kebun cipaans sebanyak 666

gully. Jumlah gully yang tersedia di Kebun Pamulang dan Kebun Ciseeng yaitu

sebanyak 396 gully dan 280 gully. Perbedaan jumlah gully yang tersedia di

masing-masing kebun ini yang membuat kapasitas hole fase dewasa dari tiap-tiap

kebun jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas hole fase dewasa yang tersedia di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya setiap bulannya, dan

jumlah hole fase dewasa yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran

Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 136: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

117

Tabel 17. Kebutuhan dan Kapasitas Hole Fase dewasa

Keterangan LB LR RM GL RL ED BT CR SB NR

Hole

Kebutuhan/unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kap

asit

as Kebun Pamulang 7.920

Kebun Cipanas 13.320

Kebun Ciseeng 5.880 Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red

Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ;

NR=Kale Nero

Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018

Tabel 17 diatas menunjukkan untuk memproduksi satu unit sayuran

Lettuce dan Kale di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya, jumlah hole

fase dewasa yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1 hole. Dari Tabel 17 diketahui

bahwa kapasitas hole fase dewasa yang tersedia di masing-masing kebun produksi

PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas hole fase dewasa di

Kebun Pamulang setiap bulannya yaitu sebanyak 7.920 hole, sedangkan di Kebun

Cipanas dalam yaitu sebanyak 13.320 hole, dan di Kebun Ciseeng hole fase

dewasa yang tersedia sebanyak 5.880 hole. Dari jumah tersebut dapat dilihat

bahwa hole fase dewasa yang tersedia di Kebun Cipanas jumlahnya paling banyak

dibandingkan jumlah hole fase dewasa yang tersedia di kebun produksi lainnya.

5.1.7.Penggunaan dan Ketersediaan Jam Tenaga Kerja

Selain membutuhkan sumberdaya alam, dalam kegiatan produksi sayuran

Lettuce dan Kale juga membutuhkan sumberdaya manusia atau tenaga kerja.

Dalam kegiatan produksi, tenaga kerja lebih banyak melaksanakan proses

produksi secara langsung, seperti melakukan kegiatan panen, menyemai benih,

mencuci gully, mengemas aneka sayuran Lettuce dan Kale, dan kegiatan produksi

Page 137: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

118

lainnya. Adapun ketersediaan jam tenaga kerja yang tersedia di masing-masing

kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya, dan waktu yang dibutuhkan untuk

memproduksi satu sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Kebutuhan dan Kapasitas Jam Tenaga Kerja

Jenis Sayuran

Kebutuhan/unit

Kebun

Pamulang

Kebun

Cipanas

Kebun

Ciseeng

Jam* Jam* Jam*

Lollobionda 0,18 0,25

Lollorossa 0,18 0,25

Romaine 0,18 0,25

Green Oaklef 0,18 0,25

Red Oaklef 0,18 0,25

Endive 0,18 0,25

Butterhead 0,18 0,25

Kale Curly

0,25 0,6

Kale Siberian 0,18

0,6

Kale Nero

0,25

Kapasitas 600 800 400

Sumber: Lampiran 9 (a) (b) (c) (*Kolom (18))

Angka kebutuhan jam tenaga kerja dari per unit sayuran yang tertera pada

Tabel 18 merupakan angka yang berasal dari Lampiran 9. Angka tersebut

merupakan hasil perhitungan untuk mendapatkan waktu jam tenaga kerja yang

digunakan untuk menghasilkan satu unit sayuran Lettuce dan Kale. Angka

tersebut didapatkan dengan membagi jumlah pemakaian jam tenaga kerja total

untuk satu jenis tanaman dibagi dengan rata-rata total produksi jenis sayuran

tersebut. Rata-rata produksi sayuran tersebut didapatkan dari merata-ratakan

jumlah produksi sayuran tersebut selama satu tahun terakhir. Jumlah pemakaian

jam tenaga kerja total untuk satu varietas sayuran didapatkan dengan cara

Page 138: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

119

mengalikan presentasi jumlah produksi sayuran tersebut dengan jumlah waktu jam

tenaga kerja yang digunakan.

Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa di Kebun Pamulang memerlukan waktu

selama 0,18 jam dan di Kebun Cipanas memerlukan waktu 0,25 jam untuk

menghasilkan satu unit sayuran Lettuce atau Kale. Lain halnya dengan sayuran

yang diproduksi di Kebun Ciseeng. Di kebun ini untuk membutuhkan waktu lebih

lama yaitu 0,6 jam. Total waktu ini adalah total waktu untuk memproduksi satu

unit sayuran Lettuce dan Kale mulai dari fase N1 sampai dengan fase

pengemasan. Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa kapasitas jam tenaga kerja selama

satu bulan di Kebun Pamulang yaitu sebanyak 600 jam, di Kebun Cipanas

sebanyak 800 jam, dan di Kebun Ciseeng sebanyak 400 jam. Perbedaan jumlah

jam tenaga kerja di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dikarenakan

jumlah tenaga kerja yang tersedia di tiap kebun produksi jumlahnya berbeda-beda.

5.2. Biaya Produksi dan Margin dari Penjualan Lettuce dan Kale di PT.

Kebun Pangan Jaya

Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat

penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan.

Tidak dipungkiri bahwa tujuan utama perusahaan yaitu untuk mendapatkan

keuntungan. Begitupula dengan PT. Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan keterangan

dari pemilik, bahwa tujuan utama perusahaan yaitu ingin mendapatkan

keuntungan semaksimal mungkin, dengan mempertimbangkan berbagai

sumberdaya yang ada. Biaya produksi yang dihitung adalah biaya sumberdaya

utama yang digunakan untuk memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Dengan

Page 139: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

120

demikian nilai keuntungan yang didapatkan adalah nilai keuntungan kotor dari

hasil memproduksi dan memasarkan satu unit sayuran Lettuce dan Kale.

5.2.1.Biaya Produksi dan Keuntungan di Kebun Pamulang

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa di Kebun Pamulang

sayuran yang diproduksi yaitu semua jenis Lettuce dan satu jenis Kale saja, yaitu

Kale Siberian. Dalam penggunaan sumberdaya utama yang tersedia dimasing-

masing kebun tidak terlalu jauh berbeda. Akan tetapi dalam menggunakan

beberapa sumberdaya jumlahnya berbeda antara sayuran yang diproduksi di

Kebun Pamulang, Cipanas, dan Ciseeng. Perbedaan jumlah kuantitas tersebut

yang akhirnya membuat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan di tiap

kebun berbeda. Adapun biaya produksi dan kontribusi margin untuk dan tiap

memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Pamulang dapat dilihat

di Tabel 19.

Tabel 19. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran

Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine di Kebun Pamulang

Keterangan Lollobionda

(Rp)

Lollorossa

(Rp)

Romaine

(Rp)

Benih (butir) 331 175 212,5

Nutrisi** 365,69 365,69 365,69

Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6

Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96

Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42

Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17

Tenaga Kerja*** 1.676,06 1.676,06 1.676,06

Total Biaya Produksi 2.619,89 2.463,89 2.501,39

Harga Jual/unit 8.125 8.125 8.125

Margin/unit 5.505,11 5.661,11 5.623,61 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;

***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))

Page 140: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

121

Dapat dilihat pada Tabel 19, total biaya produksi sayuran Lollobionda

merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan total biaya Lollorossa dan

Romaine. Total biaya produksi Lollobionda dilihat dari biaya sumberdaya utama

yang digunakan yaitu sebesar Rp 2.619,89,- per unit, sedangkan total biaya

Lollorossa yaitu Rp 2.463,89,- , dan Romaine sebesar Rp 2.501,39,-. Harga jual

satu unit sayuran Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine adalah sama yaitu sebesar

Rp 8.125,-. Lain halnya dengan total biaya produksi, dari tabel diatas dapat dilihat

bahwa kontribusi margin yang paling besar berasal dari sayuran Lollorossa yaitu

sebesar Rp 5.661,11,-.

Selain sayuran Lettuce jenis Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine, di

Kebun Pamulang juga memproduksi sayuran Green Oaklef, Red Oaklef, dan

Endive. Adapun biaya produksi untuk menghasilkan satu unit sayuran Green

Oaklef, Red Oaklef, dan Endive, dan juga margin dari memproduksi sayuran-

sayuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Green

Oaklef, Red Oaklef, dan Endive di Kebun Pamulang

Keterangan Green Oaklef

(Rp)

Red Oaklef

(Rp)

Endive

(Rp)

Benih (butir) 172 175 250

Nutrisi** 365,69 365,69 365,69

Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6

Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96

Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42

Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17

Tenaga Kerja*** 1.676,06 1.676,06 1.676,06

Total Biaya Produksi 2.460,89 2.463,89 2.538,89

Harga Jual/unit 8.125 8.125 8.125

Margin/unit 5.664,11 5.661,11 5.586,11 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;

***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))

Page 141: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

122

Pada Tabel 20 dapat dilihat total biaya produksi sayuran Endive

merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan total biaya Green Oaklef dan

Red Oaklef. Total biaya produksi Endive dilihat dari biaya sumberdaya utama

yang digunakan yaitu sebesar Rp 2.538,89,- per unit, sedangkan total biaya Green

Oaklef yaitu Rp 2.460,89,- , dan Red Oaklef sebesar Rp 2.463,89,-. Harga jual

satu unit sayuran Green Oaklef, Red Oaklef, dan Endive sama dengan sayuran

jenis Lettuce lainnya yaitu sebesar Rp 8.125,-. Lain halnya dengan total biaya

produksi, dari tabel diatas didapatkan kontribusi margin yang paling besar berasal

dari Green Oaklef yaitu sebesar Rp 5.664,11,-. Selain sayuran Lollobionda,

Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, dan Endive, sayuran Lettuce

varietas Butterhead dan sayuran Kale varietas Kale Siberian juga diproduksi di

Kebun Pamulang. Adapun biaya produksi, harga jual dan kontribusi margin untuk

dan dari memproduksi satu unit sayuran Lettuce varietas Butterhead dan Kale

Siberian di Kebun Pamulang dapat dilihat di Tabel 21.

Tabel 21. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran

Butterhead dan Kale Siberian di Kebun Pamulang

Keterangan Butterhead

(Rp)

Kale Siberian

(Rp)

Benih (butir) 275 75

Nutrisi** 365,69 365,69

Rockwool (kotak) 84,6 84,6

Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96

Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42

Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17

Tenaga Kerja*** 1.676,06 1.676,06

Total Biaya Produksi 2.563,89 2.363,89

Harga Jual/unit 8.125 9.375

Margin/unit 5.561,11 7.011,11 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;

***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))

Page 142: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

123

Dapat dilihat pada Tabel 21, total biaya produksi Butterhead lebih tinggi

dibandingkan dengan total biaya Kale Siberian. Total biaya produksi Butterhead

dilihat dari biaya sumberdaya utama yang digunakan yaitu sebesar Rp 2.563,89,-

per unit, sedangkan total biaya untuk memproduksi Kale Siberian yaitu Rp

2.363,89,-. Harga jual satu unit Butterhead sama dengan harga Lettuce jenis

lainnya yaitu sebesar Rp 8.125,- , dan harga jual Kale Siberian untuk satu unit

sayuran yaitu Rp 9.375,-. Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa Kale Siberian

memiliki nilai kontribusi margin yang paling besar yaitu sebesar Rp 7.011,11,-.

5.2.2.Biaya Produksi dan Keuntungan di Kebun Cipanas

Selain di Kebun Pamulang, kegiatan produksi sayuran Lettuce dan Kale

juga dilakukan di Kebun Cipanas. Sumberdaya utama yang tersedia di Kebun

Cipanas jumlahnya agak sedikit berbeda dengan jumlah sumberdaya yang tersedia

di Kebun Pamulang. Semua varietas sayuran Lettuce diproduksi di kebun ini.

Akan tetapi untuk sayuran Kale, hanya Kale Curly dan Kale Nero saja yang

diproduksi di kebun ini. Berdasarkan jumlah kebutuhan sumberdaya utama yang

digunakan untuk memproduksi satu unit sayuran, maka biaya produksi dan margin

dari memproduksi satu unit sayuran di Kebun Cipanas tercantum pada Tabel 22.

Page 143: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

124

Tabel 22. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran

Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine di Kebun Cipanas

Keterangan Lollobionda

(Rp)

Lollorossa

(Rp)

Romaine

(Rp)

Benih (butir) 331 175 212,5

Nutrisi** 374,45 374,45 374,45

Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6

Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96

Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42

Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17

Tenaga Kerja*** 2.262,68 2.262,68 2.262,68

Total Biaya Produksi 3.215,28 3.059,28 3.096,78

Harga Jual/unit 8.125 8.125 8.125

Margin/unit 4.909,72 5.065,72 5.028,22 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;

***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))

Dapat dilihat pada Tabel 22, total biaya produksi Lollobionda lebih tinggi

dibandingkan dengan total biaya Lollorossa dan Romaine. Total biaya produksi

Lollobionda dilihat dari biaya sumberdaya utama yang digunakan yaitu sebesar

Rp 3.215,28,- per unit tanaman, sedangkan total biaya Lollorossa yaitu Rp

3.059,28,- , dan Romaine sebesar Rp 3.096,78,-. Harga jual satu unit sayuran

Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine adalah sama yaitu sebesar Rp 8.125,-. Lain

halnya dengan total biaya produksi, dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa kontribusi

margin yang paling besar berasal dari sayuran Lollorossa yaitu sebesar Rp

5.065,72,-.

Selain sayuran Lettuce jenis Lollobionda, Lollorossa, dan Romaine, di

Kebun Cipanas juga memproduksi sayuran Lettuce jenis Green Oaklef, Red

Oaklef, dan Endive. Adapun biaya produksi untuk menghasilkan satu unit sayuran

Green Oaklef, Red Oaklef, dan Endive, dan juga kontribusi margin dari

memproduksi sayuran-sayuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 23.

Page 144: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

125

Tabel 23. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Green

Oaklef, Red Oaklef, dan Endive di Kebun Cipanas

Keterangan Green Oaklef

(Rp)

Red Oaklef

(Rp)

Endive

(Rp)

Benih (butir) 172 175 250

Nutrisi** 374,45 374,45 374,45

Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6

Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96

Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42

Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17

Tenaga Kerja*** 2.262,68 2.262,68 2.262,68

Total Biaya Produksi 3.056,28 3.059,28 3.134,28

Harga Jual/unit 8.125 8.125 8.125

Margin/unit 5.068,72 5.065,72 4.990,72 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;

***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))

Pada Tabel 23 dapat dilihat total biaya produksi Endive lebih tinggi

dibandingkan dengan total biaya Green Oaklef dan Red Oaklef. Total biaya

produksi Endive dilihat dari biaya sumberdaya utama yang digunakan yaitu

sebesar Rp 3.134,28,- per unit, sedangkan total biaya Green Oaklef yaitu Rp

3.056,28,- , dan Red Oaklef sebesar Rp 3.059,28,-. Harga jual satu unit sayuran

Green Oaklef, Red Oaklef, dan Endive sama dengan sayuran jenis Lettuce lainnya

yaitu sebesar Rp 8.125,-. Lain halnya dengan total biaya produksi, dari tabel dapat

dilihat bahwa kontribusi margin yang paling besar berasal dari Green Oaklef yaitu

sebesar Rp 5.068,72,-.

Sayuran Butterhead, Kale Curly, dan Kale Nero juga diproduksi di Kebun

Cipanas. Adapun biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran

Butterhead, Kale Curly, Kale Nero dan kontribusi margin dari memproduksi satu

unit Butterhead, Kale Curly, dan Kale Nero di Kebun Cipanas dapat dilihat di

Tabel 24.

Page 145: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

126

Tabel 24. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran

Butterhead, Kale Curly dan Kale Nero di Kebun Cipanas

Keterangan Butterhead

(Rp)

Kale Curly

(Rp)

Kale Nero

(Rp)

Benih (butir) 275 75 75

Nutrisi** 374,45 374,45 374,45

Rockwool (kotak) 84,6 84,6 84,6

Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96 4,96

Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42 53,42

Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17 104,17

Tenaga Kerja*** 2.262,68 2.262,68 2.262,68

Total Biaya Produksi 3.159,28 2.959,28 2.959,28

Harga Jual/unit 8.125 12.500 9.375

Margin/unit 4.965,72 9.540,72 6.415,72 Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;

***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))

Dapat dilihat pada Tabel 24, total biaya produksi Butterhead merupakan

yang paling tinggi dibandingkan dengan total biaya Kale Curly dan Kale Nero.

Total biaya produksi Butterhead dilihat dari biaya sumberdaya utama yang

digunakan yaitu sebesar Rp 3.159,28,- per unit, sedangkan total biaya untuk

memproduksi Kale Curly dan Kale Nero sama yaitu Rp 2.959,28,- per unit. Harga

jual satu unit sayuran Butterhead sama dengan sayuran Lettuce jenis lainnya yaitu

sebesar Rp 8.125,- , sedangkan harga jual Kale Curly yaitu Rp 12.500,- per unit

dan Kale Nero sebesar Rp 9.375,- per unit. Berdasarkan Tabel 23 kontribusi

margin terbesar yaitu dari penjualan Kale Curly, yaitu sebesar Rp 9.540,72,- per

unit.

5.2.3.Biaya Produksi dan Keuntungan di Kebun Ciseeng

Kebun Ciseeng hanya dikhususkan untuk produksi sayuran Kale saja.

Sayuran yang diproduksi di Kebun Ciseeng hanya Kale jenis Kale Curly dan Kale

Page 146: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

127

Siberian saja. Awalnya Kale Nero juga diproduksi di kebun ini, akan tetapi

pertumbuhan Kale Nero di Kebun Ciseeng tidak sebagus pertumbuhan jenis Kale

lainnya. Berdasarkan sumberdaya utama yang digunakan untuk memproduksi

sayuran Kale Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng, maka biaya produksi

untuk memproduksi satu unit sayuran Kale Curly, dan Kale Siberian dapat dilhat

pada Tabel 25. Selain itu di Tabel 25 juga tercantum kontribusi margin dari

memproduksi satu unit sayuran Kale Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng.

Tabel 25. Biaya Produksi dan Kontribusi Margin dari Satu Unit Sayuran Kale

Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng

Keterangan Kale Curly

(Rp)

Kale Siberian

(Rp)

Benih (butir) 75 75

Nutrisi** 1.240,63 1.240,63

Rockwool (kotak) 84,60 84,60

Biaya Penyusutan Hole Gully N1 (hole) 4,96 4,96

Biaya Penyusutan Hole Gully N2 (hole) 53,42 53,42

Biaya Penyusutan Hole Gully Dewasa (hole) 104,17 104,17

Tenaga Kerja*** 5.815,46 5.815,46

Total Biaya Produksi 7.378,2 7.378,2

Harga Jual/unit 12.500 9.375

Margin/unit 5.121,77 1.996,77

Sumber: **=Lampiran 8 (a) (b) (c) (Kolom (20)) ;

***=Lampiran 9 (a) (b) (c) (Kolom (20))

Dapat dilihat pada Tabel 25, total biaya produksi sayuran Kale Curly dan

total biaya Kale Siberian sama yaitu sebesar Rp 7.378,2 per unit. Berbeda dengan

total biaya produksi, harga jual satu unit sayuran Kale Curly dan Kale Siberian

berbeda. Harga jual Kale Curly yaitu sebesar Rp 12.500,- per unit dan harga jual

Kale Siberian yaitu sebesar Rp 9.375,- per unit. Sama halnya dengan harga jual,

kontribusi margin Kale Curly dan Kale Siberian juga berbeda, yaitu Rp 5.121,77,-

Page 147: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

128

untuk penjualan satu unit Kale Curly, dan Rp 1.996,77,- untuk penjualan satu unit

Kale Siberian.

5.3. Tingkat Permintaan Konsumen terhadap Aneka varietas Lettuce dan

Kale di PT. Kebun Pangan Jaya

Selain untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, tujuan lain

perusahaan tetap melakukan produksi yaitu untuk memenuhi permintaan

konsumen terhadap produk-produk yang diproduksi perusahaan tersebut. Tidak

dipungkiri bahwa PT. Kebun Pangan Jaya juga ingin selalu bisa memenuhi semua

permintaan konsumen terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale. Setiap bulannya

permintaan konsumen terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale berfluktuasi.

Fluktuasi jumlah permintaan konsumen terhadap sayuran Lettuce pada tahun 2017

dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Fluktuasi Jumlah Permintaan Sayuran Lettuce dan Kale Tahun 2017 Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (diolah)

Gambar 12 merupakan gambaran fluktuasi jumlah permintaan pasar

terhadap aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale di PT. Kebun Pangan Jaya pada

374 606 675 528 1209

860 952 753 1201 1055 1254

858 764 519 998 1126

1341 1398 1691 1783 1232

979 1349

1148 1028 1235 1285

1625

1570 1219 948 754 819

1631

1873

1003 331

504

700 496

879

648 750 735 860

782

1020

876

336

754 456 422

802

806 1020

894 790 1156

905

364

276

666 566 424

284

128 8

70 58 86

128

162

356

621 600 510

588

530 683

752 600 589

748

486 764

208 428

162

990 1876 2086

1928

1222

1452

1340

572 986 492

928

270

532 20

102 20

0

40

300

60 10 0

80

0

80 80

6 92

228

96

174

76

JAN

FE

B

MA

R

AP

R

ME

I

JUN

JUL

AG

S

SE

P

OK

T

NO

V

DE

S

Kale Nero

Kale Siberian

Kale Curly

Butterhead

Endive

Red Oaklef

Green Oaklef

Romaine

Lollorossa

Lollobionda

Page 148: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

129

tahun 2017. Gambaran jumlah permintaan tersebut didapatkan dari data penjualan

sayuran Lettuce dan Kale PT. Kebun Pangan Jaya. Hal ini dikarenakan data real

jumlah permintaan aneka sayuran Lettuce dan Kale tidak tersedia secara lengkap,

dikarenakan manajemen PT. Kebun Pangan Jaya tidak membukukan dengan baik

data-data tersebut. Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa rata-rata

jumlah permintaan pasar terhadap aneka Lettuce dan Kale pada tahun 2017

mengalami peningkatan pada bulan Februari, Maret, Mei, Juli, Oktober, dan

November. Bulan yang paling banyak permintaan terhadap aneka Lettuce dan

Kale yaitu pada bulai Mei dan bulan November.

Berdasarkan Gambar 12 diatas dapat dilihat bahwa peningkatan

permintaan terhadap aneka Lettuce dan Kale terjadi di bulan-bulan biasa, yang

dimana pada bulan tersebut secara nasional tidak ada perayaan besar. Peningkatan

banyak terjadi di bulan-bulan setelah hari raya. Hal tersebut dikarenakan pada

bulan-bulan yang terdapat hari raya, masyarakat lebih dominan mengkonsumsi

aneka daging-dagingan pada bulan tersebut. Seperti yang dilansir di Kompas.com

(Wisnubrata, 2017:1), mengkonsumsi daging secara berlebihan dapat

menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Dampak dari terlalu banyak

mengkonsumsi daging salah satunya yaitu percernaan menjadi tidak lancar. Selain

itu terlalu banyak mengkonsumsi daging juga bisa memicu peyakit kanker.

Menurut Hestianingsih (2011:1), Lettuce dan Kale merupakan bahan

pangan yang kaya serat dan mineral yang baik untuk memperlancar percernaan.

Mineral dalam Lettuce membantu membuang racun yang terdapat di usus manusia

dan menjaga keseimbangan asam dan basa pada tubuh manusia. Menurut

Page 149: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

130

American Cancer Institute dan American Cancer Society, vitamin A dan C yang

terkandung di dalam Lettuce dapat membantu untuk mencegah beberapa jenis

kanker, seperti kanker payudara dan kanker usus. Lalu seperti pada selada merah,

pada sayuran jenis ini banyak terkandung anti-oksidan yang bisa menghancurkan

radikal bebas yang dapat merusak sel tubuh.

Sama halnya dengan Lettuce, sayuran Kale juga memiliki banyak manfaat

bagi tubuh. Seperti yang dilansir di Kumparan.com (2018:1), sayuran Kale juga

memiliki banyak manfaat. Salah satunya yaitu di sayuran ini terkandung senyawa

kuat yang disebut isothiocyanates. Senyawa kuat ini berguna untuk

mendetoksifikasi sekaligus mencegah munculnya tumor dalam tubuh. Maka dari

itu kebanyakan konsumen memilih untuk mengkonsumsi banyak sayuran hijau

setelah banyak mengkonsumsi daging-dagingan. Hal diatas yang mengakibatkan

peningkatan permintaan aneka Lettuce dan Kale banyak terjadi di bulan-bulan

setelah hari raya.

Peningkatan permintaan tertinggi terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale

berdasarkan data penjualan tahun 2017 yang tertera pada Gambar 12 terjadi pada

bulan November 2017. Menurut keterangan dari pemilik PT. Kebun Pangan Jaya,

peningkatan pada bulan November ini dikarenakan pada bulan ini sudah

memasuki musim hujan, dimana pada musim hujan sayuran yang ditanam secara

konvensional biasanya kualitas dan mutunya menurun. Menurunnya kualitas dan

mutu sayuran tersebut karena sayuran-sayuran tersebut terkena air hujan. Selain

hama dan penyakit, musuh sayur-sayuran yaitu air hujan, karena jika sayuran

sering terpapar air hujan maka bakteri, virus, dan hama akan mudah tumbuh di

Page 150: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

131

sayuran tersebut, dan akhirnya merusak sayuran tersebut. Hal tersebut yang

mengakibatkan konsumen banyak beralih untuk mengkonsumsi sayuran

hidroponik, yaitu salah satunya Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun

Pangan Jaya.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa data permintaan pasar

terhadap aneka sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya

tidak tersedia. Hal tersebut dikarenakan manajemen PT. Kebun Pangan Jaya tidak

membukukan data tersebut dengan baik. Untuk mengetahui tingkat permintaan

pasar terhadap aneka jenis sayuran Lettuce dan Kale dapat dengan cara

mengkompilasi data penjualan pada tahun 2017 dengan data permintaan selama 3

bulan terakhir yaitu bulan April, Mei, dan Juni 2018. Data permintaan sayuran

(PO) Lettuce dan Kale selama 3 bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 3.

Hasil kompilasi dari kedua data tersebut dapat dilihat pada Tabel 26 dan Tabel 27.

Page 151: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

132

Tabel 26. Kompilasi Data Jumlah Permintaan (PO) Sayuran Lettuce Tahun 2017

Bulan PO 2017 (Unit Tanaman)

LB LR RM GL RL ED BT

Januari 420 804 1.077 361 363 398 392

Februari 652 565 1.281 550 800 712 667

Maret 721 1.044 1.331 746 502 612 646

April 574 1.166 1.674 526 449 546 546

Mei 1.255 1.381 1.619 909 829 406 624

Juni 906 1.438 1.268 678 833 250 566

Juli 998 1.731 997 780 1.047 130 719

Agustus 799 1.823 803 765 921 192 788

September 1.247 1.272 868 890 817 180 636

Oktober 1.101 1.019 1.680 812 1.183 208 625

November 1.300 1.389 1.922 1.050 932 250 784

Desember 904 1.188 1.052 906 391 284 522

Total 10.877 14.817 15.575 8.970 9.070 4.168 7.518

Rata-Rata 906 1.235 1.298 747 756 347 627

Keterangan: LB=Lollobionda ; LR=Lollorossa ; RM=Romaine ; GL=Green Oaklef ; RL=Red

Oaklef ; ED=Endive ; BT=Butterhead

Sumber: Kompilasi Lampiran 2, Lampiran 3, Rumus 2, dan Rumus 3

Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa jumlah permintaan tiap varietas sayuran

Lettuce mengalami fluktuasi disetiap bulannya pada tahun 2017. Data jumlah

permintaan diatas merupakan data kompilasi dari data penjualan tahun 2017

dengan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018. Hal tersebut dikarenakan data-

data PO yang masuk di tahun 2017 dan tahun-tahun sebelumnya tidak disimpan

atau dibukukan dengan baik oleh tim manajemen PT. Kebun Pangan Jaya.

Kompilasi data ini diasumsikan sudah bisa menggambarkan jumlah permintaan

pada tahun 2017, dikarenakan data-data yang digunakan adalah data penjualan

2017 dan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018. Data penjualan 2017 dapat

menggambarkan jumlah permintaan konsumen yang dapat dipenuhi oleh

perusahaan, sedangkan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018 adalah data

permintaan konsumen terhadap aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale secara

Page 152: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

133

menyeluruh, baik yang bisa dipenuhi oleh perusahaan, ataupun yang tidak bisa

dipenuhi oleh perusahaan.

Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa sayuran Lettuce jenis Romaine dilihat

dari nilai rata-rata jumlah permintaannya selama tahun 2017 adalah sayuran

dengan jumlah permintaan tertinggi dibandingkan jenis sayuran Lettuce lainnya.

Rata-rata jumlah permintaan terhadap sayuran Romaine pada tahun 2017 yaitu

sebanyak 1.298 unit sayuran disetiap bulannya. Lalu dari Tabel 26 dapat dilihat

juga bahwa rata-rata jumlah permintaan konsumen yang paling sedikit yaitu

permintaan terhadap sayuran Endive yang hanya sebanyak 347 unit sayuran rata-

rata setiap bulannya.

Selanjutnya yaitu jumlah permintaan konsumen terhadap aneka varietas

sayuran Kale. Di PT. Kebun Pangan Jaya terdapat 3 varietas sayuran Kale yang

diproduksi yaitu Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero. Ketiga varietas

sayuran Kale tersebut diproduksi tersebar di 3 kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya. Sayuran Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya memiliki harga jual

yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga jual sayuran Lettuce. Akan

tetapi dengan harga jual yang cukup tinggi, jumlah permintaan Kale yang

diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya tidak kalah besar dengan jumlah permintaan

sayuran Lettuce. Berikut jumlah permintaan konsumen terhadap masing-masing

varietas sayuran Kale tercantum pada Tabel 27.

Page 153: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

134

Tabel 27. Kompilasi Data Jumlah Permintaan (PO) Sayuran Kale Tahun 2017

Bulan PO 2017 (Unit Tanaman)

CR SB NR

Januari 833 1.093 113

Februari 254 538 46

Maret 474 974 126

April 231 377 103

Mei 1.059 639 183

Juni 1.945 127 183

Juli 2.155 209 109

Agustus 1.997 127 195

September 1.291 107 331

Oktober 1.521 147 199

November 1.409 407 277

Desember 641 167 179

Total 13.810 4.909 2.047

Rata-Rata 1.151 409 171

Keterangan: ; CR=Kale Curly ; SB=Kale Siberian ; NR=Kale Nero

Sumber: Kompilasi Lampiran 2, Lampiran 3, Rumus 2, dan Rumus 3

Sama halnya dengan Tabel 26 yang merupakan data kompilasi PO aneka

sayuran Lettuce tahun 2017, Tabel 27 juga merupakan data kompilasi jumlah

permintaan konsumen atau PO aneka varietas sayuran Kale pada tahun 2017.

Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa sayuran Kale Curly merupakan jenis

sayuran Kale yang rata-rata jumlah permintaan disetiap bulannya pada tahun 2017

adalah yang tertinggi dibandingkan dengan jumlah permintaan Kale Siberian dan

Kale Nero. Rata-rata jumlah permintaan konsumen terhadap Kale Curly yaitu

sebanyak 1.151 unit disetiap bulannya. Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa Kale Curly adalah sayuran yang paling banyak diminati oleh

konsumen dibandingkan dengan jenis sayuran Kale lainnya.

Page 154: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

135

5.4. Perencanaan Produksi Sayuran Lettuce dan Kale menggunakan Linear

Programming

Salah satu metode yang bisa digunakan untuk membuat suatu perencanaan

produksi adalah dengan menggunakan Linear Programming. Metode Linear

Programming (LP) merupakan sebuah metode kuantitatif yang digunakan untuk

mendapatkan solusi yang optimal dari permasalahan yang melibatkan batasan-

batasan. Dalam penelitian ini batasan/kendala terdiri dari sumberdaya utama dan

permintaan pasar. Metode ini digunakan untuk membuat perencanaan produksi

sayuran Lettuce dan Kale di PT. Kebun Pangan Jaya dengan batasan-batasan yang

sudah disebutkan. Selain itu, dengan menggunakan metode ini juga bisa diketahui

jumlah keuntungan maksimal yang bisa diperoleh perusahaan jika perusahaan

berproduksi secara optimal dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia.

5.4.1.Perumusan Model Perencanaan Produksi Sayuran Lettuce dan Kale ke

dalam Linear Programming

Linear Programming menggunakan model matematis untuk

menggambarkan masalah yang hendak dianalisa. Setiap model linear

programming dinyatakan dalam bentuk variabel keputusan, fungsi tujuan dan

fungsi kendala. Berikut variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala

untuk mencari perencanaan produksi aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale

yang optimal di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya:

A. Variabel Keputusan

Pada penelitian ini variabel keputusan yang dimaksud yaitu jumlah dan

kombinasi produk aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi di

Page 155: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

136

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya disetiap bulannya. Aneka

varietas sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu

terdiri dari 7 varietas sayuran Lettuce dan 3 varietas sayuran Kale. Ketujuh

varietas sayuran Lettuce tersebut yaitu Lollobionda, Lollorossa, Romaine, Green

Oaklef, Red Oaklef, Endive, dan Butterhead. Sedangkan ketiga varietas sayuran

Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya yaitu Kale Curly, Kale Siberian,

dan Kale Nero. Aneka varietas dari sayuran Lettuce dan Kale tersebut diproduksi

di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya, yaitu Kebun Produksi Pamulang,

Kebun Produksi Cipanas, dan Kebun Produksi Ciseeng.

Aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun

Pangan Jaya tidak semuanya ditanam di ketiga kebun produksi. Sayuran yang

diproduksi di Kebun Pamulang yaitu hanya 7 varietas sayuran Lettuce dan 1

varietas sayuran Kale, yaitu varietas Kale Siberian. Lalu sayuran yang diproduksi

di Kebun Cipanas yaitu 7 varietas sayuran Lettuce dan 2 varietas sayuran Kale,

yaitu varietas Kale Curly dan Kale Nero. Sedangkan sayuran yang diproduksi di

Kebun Ciseeng hanya 2 varietas sayuran Kale saja yaitu sayuran Kale varietas

Kale Curly dan varietas Kale Siberian saja. Aneka varietas sayuran Lettuce dan

Kale yang diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

merupakan variabel keputusan dalam persamaan Linear Programming untuk

mencari kombinasi dan jumlah produk optimal, dalam membuat perencanaan

produksi aneka sayuran Lettuce dan Kale yang optimal. Rincian kode variabel

untuk aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale sesuai dengan rumus (3) pada

halaman 65 dapat dilihat pada Tabel 28.

Page 156: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

137

Tabel 28. Kode Variabel dalam Model Linear Programming Sayuran Lettuce dan

Kale

Kebun Jenis Sayuran Kode Variabel

Pamulang Lollobionda S11

Lollorossa S21

Romaine S31

Green Oaklef S41

Red Oaklef S51

Endive S61

Butterhead S71

Kale Siberian S91

Cipanas Lollobionda S12

Lollorossa S22

Romaine S32

Green Oaklef S42

Red Oaklef S52

Endive S62

Butterhead S72

Kale Curly S82

Kale Nero S102

Ciseeng Kale Curly S83

Kale Siberian S93

B. Fungsi Tujuan

Langkah selanjutnya dalam membuat model linear programming yaitu

merumuskan fungsi tujuan. Perumusan fungsi tujuan pada penelitian ini yaitu

mengetahui keuntungan maksimal yang dapat diperoleh PT. Kebun Pangan Jaya

dengan cara memproduksi kombinasi produk optimal sayuran Lettuce dan Kale,

dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Nilai keuntungan yang akan

didapatkan dari perhitungan optimal adalah nilai keuntungan kotor. Besarnya nilai

keuntungan kotor tersebut adalah hasil akumulasi dari penjumlahan nilai margin

sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi, seperti yang tertera pada rumus (4) di

halaman 66.

Page 157: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

138

Jika dirincikan, nilai keuntungan kotor tersebut yaitu akumulasi dari

pengurangan antara harga jual dalam memasarkan satu unit sayuran dengan biaya

untuk memproduksi satu unit sayuran tersebut. Biaya yang dihitung hanya biaya

sumberdaya utama yang digunakan dalam proses produksi aneka varietas sayuran

Lettuce dan Kale. Biaya sumberdaya utama yang dihitung yaitu biaya benih aneka

varietas sayuran Lettuce dan Kale, biaya larutan nutrisi AB mix, biaya media

tanam rockwool, biaya penyusutan hole di gully fase N1, biaya penyusutan hole

fase N2, biaya penyusutan hole fase dewasa, dan biaya tenaga kerja yang

digunakan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale.

Setiap varietas sayuran Lettuce dan Kale memiliki nilai kontribusi margin

yang berbeda-beda dari setiap satu unit sayuran yang diproduksi di masing-

masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Hal tersebut dikarenakan jumlah

biaya yang dikeluarkan oleh PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi satu

unit sayuran di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya

berbeda-beda. Perbedaan jumlah biaya tersebut dikarenakan adanya perbedaan

jumlah sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi satu unit sayuran di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Selain itu, harga jual

antara berbagai varietas sayuran Lettuce dan Kale juga berbeda. Bahkan harga jual

Kale Curly dengan harga jual Kale Siberian dan Kale Nero, nilainya berbeda.

Besaran harga jual, total biaya, dan kontribusi margin dari tiap-tiap varietas

sayuran yang diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya dapat dilihat pada Tabel 29.

Page 158: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

139

Tabel 29. Harga Jual, Biaya, dan Margin per Unit Aneka varietas Sayuran Lettuce

dan Kale di 3 Kebun Produksi PT. Kebun Pangan Jaya

Kebun Komoditi Variabel Harga Jual

(Rp/Unit)

Total Biaya

(Rp/Unit)

Keuntungan

(Rp/Unit)

Pamulang Lollobionda SY11 8125 2619.89 5505.11

Lollorossa SY21 8125 2463.89 5661.11

Romaine SY31 8125 2501.39 5623.61

Green Oaklef SY41 8125 2460.89 5664.11

Red Oaklef SY51 8125 2463.89 5661.11

Endive SY61 8125 2538.89 5586.11

Butterhead SY71 8125 2563.89 5561.11

Kale Siberian SY91 9375 2363.89 7011.11

Cipanas Lollobionda SY12 8125 3215.28 4909.72

Lollorossa SY22 8125 3059.28 5065.72

Romaine SY32 8125 3096.78 5028.22

Green Oaklef SY42 8125 3056.28 5068.72

Red Oaklef SY52 8125 3059.28 5065.72

Endive SY62 8125 3134.28 4990.72

Butterhead SY72 8125 3159.28 4965.72

Kale Curly SY82 12500 2959.28 9540.72

Kale Nero SY102 9375 2959.28 6415.72

Ciseeng Kale Curly SY83 12500 7378.23 5121.77

Kale Siberian SY93 9375 7378.23 1996.77

Sumber: Tabel 19 s/d 25 (hal 113-120)

Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa nilai kontribusi margin atau keuntungan

dari sayuran Kale Siberian yang ditanam di Kebun Ciseeng merupakan nilai yang

paling kecil dibandingkan dengan nilai kontribusi margin dari jenis sayuran

lainnya. Nilai kontribusi margin dari Kale Siberian yang ditanam di Kebun

Ciseeng yaitu sebesar Rp 1.996,77,- per unit sayuran. Selanjutnya yaitu sayuran

yang memberikan nilai kontribusi margin yang terbesar yaitu sayuran Kale Curly

yang diproduksi di Kebun Cipanas. Nilai kontribusi margin dari sayuran Kale

Curly yang ditanam di Kebun Cipanas yaitu sebesar Rp 9.540,72,- per unit

sayuran.

Page 159: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

140

Hasil analisis pada Tabel 29 dapat dilihat juga bahwa harga jual sayuran

Lettuce yang ditanam di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas dihargai dengan

harga yang sama, yaitu sebesar Rp 8.125,- per unit sayuran. Namun harga Kale

yang diproduksi di Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng

dihargai lebih mahal yaitu Rp 9.375,- per unit sayuran untuk Kale Nero dan Kale

Siberian, serta Rp 12.500,- per unit sayuran untuk Kale Curly. Selain nilai

kontribusi margin dan harga jual, pada Tabel 29 juga dapat dilihat bahwa biaya

produksi dari masing-masing jenis sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi di

tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya nilainya berbeda-beda.

Biaya untuk memproduksi jenis sayuran Kale Curly dan Kale Siberian di

Kebun Ciseeng adalah biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan

dibandingkan biaya untuk memproduksi sayuran lainnya. Biaya untuk

memproduksi sayuran Kale Curly dan Kale Siberian di Kebun Ciseeng yaitu

masing-masing sebesar Rp 7.378,2,- per unit sayuran. Sedangkan biaya terkecil

yaitu biaya untuk memproduksi Kale Siberian di Kebun Pamulang. Biaya untuk

memproduksi Kale Siberian di Kebun Pamulang yaitu sebesar Rp 2.363,89,- per

unit tanaman.

Nilai kontribusi margin dari masing-masing varietas sayuran Lettuce dan

Kale pada Tabel 29 merupakan nilai koefisien dari variabel keputusan dalam

fungsi tujuan memaksimalkan keuntungan PT. Kebun Pangan Jaya. Margin dari

setiap varietas sayuran Lettuce dan Kale dilambangkan dengan 11 sampai

dengan 103 secara berurutan. Setiap varietas sayuran Lettuce dan Kale yang

diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

Page 160: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

141

dilambangkan dengan S11 sampai dengan S310 secara berurutan. Berdasarkan data

pada Tabel 29 maka fungsi tujuan dari model program linier untuk mengetahui

kombinasi optimal produk sayuran Lettuce dan Kale berdasarkan rumus (4) pada

halaman 51, dijabarkan sebagai berikut:

Maksimumkan Z = 5505,11S11 + 5661,11S21 + 5623,61S31 + 5664,11S41 +

5661,11S51 + 5586,11S61 + 5561,11S71 + 7011,11S91 +

4909,72S12 + 5065,72S22 + 5028,22S32 + 5068,72S42 +

5065,72S52 + 4990,72S62 + 4965,72S72 + 9540,72S82 +

6415,72S102 + 5121,77S83 + 1996,77S93 ..................................... (15)

dimana:

Z = Nilai fungsi tujuan keuntungan maksimal (Rp)

Svk = Sayuran Lettuce dan Kale yang diproduksi di kebun produksi

k = Kebun produksi (1,2,3)

v = Jenis sayuran (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)

C. Fungsi Batasan

PT. Kebun Pangan Jaya dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale

dihadapkan dengan keterbatasan dari sumberdaya utama yang ada. Keterbatasan

ini akan menjadi batasan atau kendala bagi perusahaan yang berpengaruh dalam

proses produksi sayuran Lettuce dan Kale. Batasan atau kendala dalam model

program linier untuk optimalisasi produksi sayuran Lettuce dan Kale yaitu

meliputi batasan atau kendala dari sumberdaya utama dalam memproduksi

sayuran Lettuce dan Kale. Batasan tersebut yaitu batasan benih sayuran, batasan

larutan nutrisi AB mix, batasan media tanam rockwool, batasan hole fase N1,

batasan hole fase N2, batasan hole fase dewasa, dan batasan jam tenaga kerja.

Page 161: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

142

Selain batasan sumberdaya utama, dalam memproduksi aneka varietas sayuran

Lettuce dan Kale, jumlah permintaan konsumen juga menjadi batasan/kendala.

Hal tersebut dikarenakan jumlah permintaan konsumen adalah salah satu hal yang

membuat perusahaan terus melakukan proses produksi. Secara rinci

batasan/kendala tersebut dirumuskan ke dalam model program linier sebagai

berikut:

1. Batasan/Kendala Benih Sayuran

Benih merupakan bahan baku utama dalam memproduksi aneka varietas

sayuran Lettuce dan Kale. Dalam memproduksi aneka varietas sayuran Lettuce

dan Kale, benih yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran

Lettuce dan Kale adalah satu butir benih. Ketersediaan atau kapasitas dari

masing-masing benih sayuran Lettuce dan Kale yang tersedia di masing-

masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda.

Besaran jumlah butir yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran

adalah nilai koefisien untuk fungsi kendala benih.

Kapasitas atau ketersediaan benih aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale

di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan jaya dapat dilihat pada

Tabel 6 (hal 96). Pada tabel tersebut menunjukkan jumlah benih yang tersedia

di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berbeda dengan kebutuhan

benih untuk memproduksi satu unit aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale,

ketersediaan benih setiap varietas sayuran Lettuce dan Kale di masing-masing

kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Besaran jumlah ketersediaan atau

kapasitas benih dari tiap-tiap kebun merupakan nilai ruas sebelah kanan fungsi

Page 162: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

143

kendala benih. Berdasarkan perihal tersebut dan rumus (7a-7ae) pada halaman

68 s/d 69 maka fungsi batasan/kendala benih dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Sayuran yang diproduksi di Kebun Pamulang ............................... (16a)

Benih Lollobionda ; S11 ≤ 1.000

Benih Lollorossa ; S21 ≤ 1.000

Benih Romaine ; S31 ≤ 1.000

Benih Green Oaklef ; S41 ≤ 1.000

Benih Red Oaklef ; S51 ≤ 1.000

Benih Endive ; S61 ≤ 1.000

Benih Butterhead ; S71 ≤ 1.000

Benih Kale Siberian ; S91 ≤ 1.000

b) Sayuran yang diproduksi di Kebun Cipanas .................................. (16b)

Benih Lollobionda ; S12 ≤ 2.000

Benih Lollorossa ; S22 ≤ 2.000

Benih Romaine ; S32 ≤ 2.000

Benih Green Oaklef ; S42 ≤ 2.000

Benih Red Oaklef ; S52 ≤ 2.000

Benih Endive ; S62 ≤ 1.000

Benih Butterhead ; S72 ≤ 1.000

Benih Kale Curly ; S82 ≤ 2.000

Benih Kale Nero ; S102 ≤ 1.000

c) Sayuran yang diproduksi di Kebun Ciseeng .................................. (16c)

Benih Kale Curly ; S83 ≤ 1.000

Page 163: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

144

Benih Kale Siberian ; S93 ≤ 1.000

2. Batasan/Kendala Larutan Nutrisi AB Mix

Larutan nutrisi AB mix dalam budidaya sayuran Lettuce dan Kale

merupakan pupuk atau nutrisi yang sangat membantu dalam pertumbuhan

sayuran Lettuce dan Kale. Larutan nutrisi AB mix yang digunakan di kebun-

kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya adalah hasil racikan sendiri.

Kebutuhan setiap satu unit tanaman terhadap larutan nutrisi AB mix di tiap

kebun jumlahnya berbeda-beda, akan tetapi kebutuhan akan nutrisi AB mix

dari tiap-tiap jenis sayuran yang diproduksi di masing-masing kebun

besarannya sama. Hal tersebut dikarenakan larutan nutrisi AB mix digunakan

secara bersama-sama dan jenisnya juga sama.

Kebutuhan terhadap larutan nutrisi AB mix untuk memproduksi satu unit

sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 8 (hal 99). Besaran jumlah

larutan nutrisi AB mix yang dibutuhkan oleh masing-masing jenis sayuran

Lettuce dan Kale yang diproduksi di masing-masing kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya merupakan nilai koefisien untuk fungsi batasan/kendala

larutan nutrisi AB mix. Sedangkan kapasitasn larutan nutrisi yang tersedia di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya merupakan nilai ruas

kanan fungsi batasan/kendala larutan nutrisi AB mix. Berdasarkan perihal

tersebut dan rumus (8a-8c) pada halaman 70 maka fungsi batasan/kendala

larutan nutrisi AB mix dijabarkan sebagai berikut:

a) Fungsi Batasan Larutan Nutrisi AB Mix di Kebun Pamulang ....... (17a)

36,57S11+36,57S21+36,57S31+36,57S41+36,57S51+36,57S61+ 36,57S71+

Page 164: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

145

36,57S91 ≤ 120.000

b) Fungsi Batasan Larutan Nutrisi AB Mix di Kebun Cipanas .......... (17b)

37,45S12+37,45S22+37,45S32+37,45S42+37,45S52+37,45S62+37,45S72+

37,45S82+37,45S102 ≤ 120.000

c) Fungsi Batasan Larutan Nutrisi AB Mix di Kebun Ciseeng .......... (17c)

124,06S83+124,06S93 ≤ 80.000

3. Batasan/Kendala Media Tanam Rockwool

Rockwool merupakan media tanam yang dipilih oleh PT. Kebun Pangan

Jaya sebagai media atau wadah untuk tanaman tumbuh. Media tanam

rockwool digunakan dari mulai fase N1 sampai sayuran dikemas. Dalam

memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale dibutuhkan 1 kotak media

tanam rockwool yang berukuran 2,5cm x 2,5cm x 3,75cm. Satu kotak media

tanam rockwool berasal dari lempengan (LAP) yang sudah dipotong-potong

mejadi 30 kotak sesuai dengan letak bibit tanaman. Kebutuhan terhadap media

tanam rockwool untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale

merupakan nilai koefisien dari fungsi batasan/kendala media tanam rockwool.

Setiap bulannya ketersediaan atau kapasitas rockwool yang tersedia di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-

beda. Jumlah ketersediaan dan kapasitas rockwool di masing-masing kebun

produksi PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Tabel 10 (hal 102). Nilai

ruas kanan untuk fungsi batasan/kendala media tanam rockwool yaitu besaran

jumlah kapasitas atau ketersediaan media tanam rockwool yang tersedia di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan data

Page 165: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

146

kebutuhan dan ketersediaan media tanam rokwool, serta rumus (9a-9c) pada

halaman 71, maka fungsi batasan media tanam rockwool yaitu dijabarkan

sebagai berikut:

a) Fungsi Batasan Media Tanam Rockwool di Kebun Pamulang ...... (18a)

S11+S21+S31+S41+S51+S61+S71+S91 ≤ 7.680

b) Fungsi Batasan Media Tanam Rockwool di Kebun Cipanas ......... (18b)

S12+S22+S32+S42+S52+S62+S72+S82+S102 ≤ 11.520

c) Fungsi Batasan Media Tanam Rockwool di Kebun Ciseeng ......... (18c)

S83+S93 ≤ 3.840

4. Batasan/Kendala Hole Fase N1

Hole fase N1 merupakan bagian dari instalasi hidroponik yang digunakan

di PT. Kebun Pangan Jaya. Hole fase N1 merupakan lubang tanam yang

diperuntukkan bagi kegiatan produksi fase N1 atau fase penyemaian benih

aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale. Kebutuhan terhadap hole fase N1

untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale sama, yaitu hanya

membutuhkan 1 lubang/hole fase N1 saja. Jumlah lubang yang dibutuhkan

untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale merupakan nilai

koefisien fungsi batasan/kendala hole fase N1.

Berbeda dengan kebutuhan, kapasitas atau ketersediaan hole fase N1 di

tiap-tiap kebun produksi jumlahnya berbeda-beda. Jumlah hole fase N1 yang

tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dapat

dilihat pada Tabel 13 (hal 113). Jumlah kapasitas atau ketersediaan hole fase

N1 merupakan nilai ruas kanan fungsi kendala hole fase N1. Berdasarkan

Page 166: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

147

perihal tersebut dan rumus (10a-10c) pada halaman 72 maka fungsi

batasan/kendala hole fase N1 dijabarkan sebagai berikut:

a) Fungsi Batasan Hole Fase N1 di Kebun Pamulang ....................... (19a)

S11+S21+S31+S41+S51+S61+S71+S91 ≤ 13.440

b) Fungsi Batasan Hole Fase N1 di Kebun Cipanas........................... (19b)

S12+S22+S32+S42+S52+S62+S72+S82+S102 ≤ 18.900

c) Fungsi Batasan Hole Fase N1 di Kebun Ciseeng........................... (19c)

S83+S93 ≤ 5.040

5. Batasan/Kendala Hole Fase N2

Sama halnya dengan hole fase N1, hole fase N2 juga merupakan bagian

dari instalsi hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya. Hole fase N2

diperuntukkan untuk kegiatas produksi fase N2 atau fase pembesaran bibit

aneka sayuran Lettuce dan Kale. Sama halnya dengan jumlah hole fase N1

yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale,

jumlah hole fase N2 yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit tanaman

juga hanya sebanyak 1 lubang tanam. Jumlah lubang tanam yang dibutuhkan

untuk memproduksi satu unit sayuran merupakan nilai koefisien di dalam

fungsi batasan/kendala hole fase N2. Sedangkan untuk nilai ruas kanan dari

fungsi batasan/kendala hole fase N2 adalah jumlah kapasitas hole N2 yang

tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya.

Kapasitas atau ketersediaan hole fase N2 di masing-masing kebun

produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda. Kapasitas dari hole

fase N2 dapat dilihat pada Tabel 15 (hal 115). Berdasarkan dari data

Page 167: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

148

kebutuhan dan kapasitas hole fase N2, serta rumus (11a-11c) pada halaman 73

maka fungsi batasan/kendala hole fase N2 dijabarkan sebagai berikut:

a) Fungsi Batasan Hole Fase N2 di Kebun Pamulang ....................... (20a)

S11+S21+S31+S41+S51+S61+S71+S91 ≤ 3.744

b) Fungsi Batasan Hole Fase N2 di Kebun Cipanas........................... (20b)

S12+S22+S32+S42+S52+S62+S72+S82+S102 ≤ 3.510

c) Fungsi Batasan Hole Fase N2 di Kebun Ciseeng........................... (20c)

S83+S93 ≤ 0

6. Batasan/Kendala Hole Fase dewasa

Sama halnya dengan hole fase N1 dan hole fase N2, hole fase dewasa juga

merupakan bagian dari instalasi hidroponik di PT. Kebun Pangan Jaya. Hole

fase dewasa digunakan untuk kegiatan produksi fase dewasa atau fase

pembesaran tanaman sampai dengan tanaman tersebut siap untuk dipanen

untuk nantinya dikemas, dan selanjutnya dipasarkan dan didistribusikan

kepada konsumen. Sama halnya dengan hole fase N1 dan hole fase N2,

kebutuhan terhadap hole fase dewasa untuk memproduksi satu unit sayuran

Lettuce dan Kale adalah satu lubang tanam. Begitupula dengan kapasitas atau

ketersediaan hole fase dewasa di masing-masing kebun produksi PT. Kebun

Pangan Jaya. Jumlah ketersediaan atau kapasitas hole fase dewasa di masing-

masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya berbeda-beda.

Jumlah kapasitas hole fase dewasa dari masing-masing kebun produski

PT. Kebun Pangan Jaya dapat dilihat pada Tabel 17 (hal 117). Jumlah hole

fase dewasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit sayuran Lettuce

Page 168: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

149

dan Kale merupakan nilai koefisien dalam fungsi batasan/kendala hole fase

dewasa. Sedangkan kapasitas atau jumlah ketersediaan hole fase dewasa di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya merupakan nilai ruas

kanan dari fungsi batasan/kendala hole fase dewasa. Berdasarkan hal tersebut

dan rumus (12a-12c) pada halaman 73 maka fungsi batasan/kendala hole fase

dewasa dijabarkan sebagai berikut:

a) Fungsi Batasan Hole Fase dewasa di Kebun Pamulang................. (21a)

S11+S21+S31+S41+S51+S61+S71+S91 ≤ 7.920

b) Fungsi Batasan Hole Fase dewasa di Kebun Cipanas .................... (21b)

S12+S22+S32+S42+S52+S62+S72+S82+S102 ≤ 13.320

c) Fungsi Batasan Hole Fase dewasa di Kebun Ciseeng .................... (21c)

S83+S93 ≤ 5.880

7. Batasan/Kendala Jam Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam memproduksi aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale

di PT. Kebun Pangan Jaya bertugas dari mulai fase N1 sampai dengan fase

pengemasan aneka sayuran Lettuce dan Kale. Setiap tenaga kerja memiliki

waktu kerja perhari yaitu selama 9 jam dan dalam satu minggu diwajibkan

untuk bekerja selama 6 hari penuh. Berdasarkan hal tersebut maka dalam

sebulan setiap satu tenaga kerja wajib bekerja selama 200 jam. Jumlah tenaga

kerja di masing-masing kebun produksi berbeda-beda, maka dari itu jumlah

kapasitas atau ketersediaan jam tenaga kerja di masing-masing kebun produksi

PT. Kebun Pangan Jaya berbeda-beda. Begitupula dengan waktu dari jam

Page 169: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

150

tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce

dan Kale jumlahnya juga berbeda-beda dimasing-masing kebun.

Jumlah ketersediaan jam tenaga kerja dan kebutuhan akan jam tenaga

kerja untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan Kale dapat dilihat

pada Tabel 18 (hal 118). Nilai koefisien batasan/kendala jam tenaga kerja

adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit sayuran Lettuce

dan Kale, sedangkan nilai ruas kanan dalam fungsi batasan/kendala jam tenaga

kerja yaitu jumlah jam tenaga kerja yang tersedia dimasing-masing kebun

produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berdasarkan hal tersebut dan rumus (13a-

13c) pada halaman 74 maka fungsi batasan jam tenaga kerja dijabarkan

sebagai berikut:

a) Fungsi Batasan Jam Tenaga Kerja di Kebun Pamulang ................ (22a)

0,18S11+0,18S21+0,18S31+0,18S41+0,18S51+0,18S61+0,18S71+

0,18S91 ≤ 600

b) Fungsi Batasan Jam Tenaga Kerja di Kebun Cipanas ................... (22b)

0,25S12+0,25S22+0,25S32+0,25S42+0,25S52+0,25S62+0,25S72+0,25S82+

0,25S102 ≤ 800

c) Fungsi Batasan Jam Tenaga Kerja di Kebun Ciseeng ................... (22c)

0,6S83+0,6S93 ≤ 400

8. Batasan/Kendala Permintaan Pasar

Pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah produk yang akan

diproduksi, manajer produksi terlebih dahulu melihat jumlah pesanan yang

diterima di hari sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan batasan/kendala

Page 170: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

151

permintaan pasar sangat berpengaruh terhadap jumlah produk yang akan

diproduksi. Dalam penelitian ini diasumsikan jumlah permintaan tiap

bulannya yaitu sama, dengan melihat data permintaan tahun 2017 yang dirata-

ratakan setiap bulannya. Hal tersebut dikarenakan kosumen aneka varietas

sayuran Lettuce dan Kale tidak banyak mengalami perubahan. Berdasarkan

informasi dari manajer pemasaran bahwa konsumen aneka varietas sayuran

Lettuce dan Kale dari tahun 2017 sampai dengan bulan Juli 2018 tidak

bertambah dan juga tidak berkurang.

Jumlah rata-rata permintaan konsumen terhadap aneka varietas sayuran

Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 26 (hal 132) dan Tabel 27 (hal 134).

Nilai koefisien batasan/kendala permintaan pasar adalah jumlah sayuran yang

dibutuhkan untuk memenuhi satu permintaan akan aneka varietas sayuran

Lettuce dan Kale. Sedangkan nilai ruas kanan dari fungsi batasan/kendala

permintaan pasar yaitu rata-rata jumlah permintaan terhadap satu jenis sayuran

Lettuce dan Kale. Berdasarkan hal tersebut dan rumus (14a-14j) pada halaman

75 maka fungsi batasan/kendala permintaan pasar dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah Permintaan Lollobionda (S1) ; S11+S12 ≤ 906 .......................... (23a)

Jumlah Permintaan Lollorossa (S2) ; S21+S22 ≤ 1.235 ......................... (23b)

Jumlah Permintaan Romaine (S3) ; S31+S32 ≤ 1.298 ............................ (23c)

Jumlah Permintaan Green Oaklef (S4) ; S41+S42 ≤ 747 ........................ (23d)

Jumlah Permintaan Red Oaklef (S5) ; S51+S52 ≤ 756 ........................... (23e)

Jumlah Permintaan Endive (S6) ; S61+S62 ≤ 347 .................................. (23f)

Jumlah Permintaan Butterhead (S7) ; S71+S72 ≤ 627 ............................ (23g)

Page 171: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

152

Jumlah Permintaan Kale Curly (S8) ; S82+S83 ≤ 1.151 ......................... (23h)

Jumlah Permintaan Kale Siberian (S9) ; S91+S93 ≤ 409 ....................... (23i)

Jumlah Permintaan Kale Nero (S10) ; S102 ≤ 171 ................................. (23j)

5.4.2.Hasil Linear Programming

Setelah persamaan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan fungsi batasan

diperoleh, maka langkah selanjutnya yaitu mencari kombinasi produk optimal

dengan Linear Programming menggunakan bantuan aplikasi Lindo 6.1.

Persamaan variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi batasan/kendala yang

sudah dibentuk dimasukkan ke aplikasi Lindo 6.1. Lalu selanjutnya diolah, dan

menghasilkan output hasil olahan optimal. Output hasil olahan lindo dari

penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 10. Setelah mendapatkan output hasil

olahan lindo, selanjutnya dilakukan analisis pasca optimalitas yang terdiri dari

analisis primal, analisi dual, dan analisis sensitivitas.

A. Kombinasi Produk Optimal

Pada penelitian ini setelah hasil output didapatkan selanjutnya dilakukan

analisis primal terhadap output hasil olahan Lindo dengan tujuan untuk

mengetahui kombinasi produk optimal yang sebaiknya diproduksi oleh PT. Kebun

Pangan Jaya. Selain itu dengan analisis primal diketahui pula besaran nilai

keuntungan maksimal yang bisa didapatkan PT. Kebun Pangan Jaya secara total

pada setiap bulannya. Kombinasi produk optimal yang sebaiknya perusahaan

produksi dan nilai keuntungan maksimal yang dapat diperoleh perusahaan dapat

dilihat pada Tabel 30.

Page 172: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

153

Tabel 30. Kombinasi Produk Optimal dan Nilai Keuntungan Maksimal

Keterangan Variabel Value Reduce Cost

Lollobionda Pamulang S11 0 56,000092

Lollorossa Pamulang S21 1000 0

Romaine Pamulang S31 402 0

Green Oaklef Pamulang S41 0 0,000090

Red Oaklef Pamulang S51 756 0

Endive Pamulang S61 347 0

Butterhead Pamulang S71 367 0

Kale Siberian Pamulang S91 409 0

Lollobionda Cipanas S12 0 55,99

Lollorossa Cipanas S22 235 0

Romaine Cipanas S32 896 0

Green Oaklef Cipanas S42 747 0

Red Oaklef Cipanas S52 0 0,000215

Endive Cipanas S62 0 0,000215

Butterhead Cipanas S72 0 0,000215

Kale Curly Cipanas S82 1151 0

Kale Nero Cipanas S102 171 0

Kale Curly Ciseeng S83 0 0,000020

Kale Siberian Ciseeng S93 0 0

Keuntungan Rp 40.611.080

Sumber: Lampiran 10 (a)

Tabel 30 menunjukkan bahwa keuntungan maksimal yang bisa diperoleh

PT. Kebun Pangan Jaya disetiap bulannya yaitu sebesar Rp 40.611.080,-.

Keuntungan maksimal tersebut bisa diperoleh perusahaan jika perusahaan

melakukan produksi optimal, yaitu dengan hanya memproduksi aneka varietas

sayuran Lettuce dan Kale sesuai dengan jumlah kombinasi produk optimal yang

tertera di Tabel 30. Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa dari sayuran Lettuce dan

Kale yang sebelumnya diproduksi di kebun-kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya, diantaranya ada beberapa jenis sayuran yang disarankan untuk tidak

diproduksi kembali di kebun produksi tersebut.

Page 173: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

154

Tabel 30 menunjukkan besaran nilai S11 yaitu 0, nilai S21 sebesar 1.000,

nilai S31 sebesar 402, nilai S41 sebesar 0, nilai S51 sebesar 756, nilai S61 sebesar

347, nilai S71 sebesar 367, dan nilai S91 sebesar 409. Hal tersebut menunjukkan

bahwa setiap bulannya kombinasi produk optimal yang sebaiknya diproduksi di

Kebun Pamulang yaitu sayuran Lettuce jenis Lollorossa sebanyak 1.000 unit,

Lettuce jenis Romaine sebanyak 402 unit, Lettuce jenis Red Oaklef sebanyak 756

unit, Lettuce jenis Endive sebanyak 347 unit, Lettuce jenis Butterhead sebanyak

367 unit, dan Kale Siberian sebanyak 409 unit. Sayuran Lettuce jenis Lollobionda

dan Green Oaklef yang sebelumnya juga diproduksi di Kebun Pamulang,

disarankan untuk tidak diproduksi kembali. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan

Tabel 30 diatas bahwa jika terdapat penambahan satu unit terhadap produk

sayuran Lettuce jenis Lollobionda dan Green Oaklef, atau produk-produk tersebut

diproduksi sebesar satu unit di Kebun Pamulang, maka akan mengurangi

keuntungan perusahaan sebesar Rp 56,000092,- setiap memproduksi satu produk

Lollobionda, dan Rp 0,000090,- setiap memproduksi satu produk Green Oaklef.

Pada Tabel 30 didapatkan pula yaitu besaran nilai S12 adalah 0, nilai S22

sebesar 235, nilai S32 sebesar 896, nilai S42 sebesar 747, nilai S52, S62, dan nilai S72

sebesar 0, nilai S82 sebesar 1.151, dan nilai S102 sebesar 171. Nilai-nilai tersebut

dapat diartikan bahwa setiap bulannya kombinasi jumlah produk yang sebaiknya

diproduksi di Kebun Cipanas yaitu sayuran Lettuce jenis Lollorossa sebanyak 235

unit, sayuran Lettuce jenis Romaine sebanyak 896 unit, sayuran Lettuce jenis

Green Oaklef sebanyak 747 unit, Kale Curly sebanyak 1.151 unit, dan Kale Nero

sebanyak 171 unit. Sayuran Lettuce jenis Lollobionda, Red Oaklef, Endive, dan

Page 174: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

155

Butterhead yang sebelumnya diproduksi di Kebun Cipanas, disarankan untuk

tidak diproduksi kembali. Hal tersebut dikarenakan jika sayuran-sayuran tersebut

diproduksi sebanyak satu unit maka keuntungan perusahaan akan berkurang

sebesar Rp 55,99,- setiap memproduksi satu unit sayuran Lollobionda, Rp

0,000215,- setiap memproduksi satu unit sayuran Red Oaklef, Endive dan

Butterhead.

Tabel 30 menunjukkan pula bahwa besaran nilai S83 dan nilai S93 adalah 0.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Kale Curly dan Kale Siberian yang sebelumnya

diproduksi di Kebun Ciseeng disarankan untuk tidak lagi diproduksi di kebun

tersebut. Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa jika Kale Curly diproduksi di Kebun

Ciseeng sebanyak satu unit maka nantinya keuntungan perusahaan dapat

berkurang sebesar Rp 0,000020,- , sedangkan Kale Siberian tidak perlu lagi

diproduksi di Kebun Ciseeng karena dengan memproduksi Kale Siberian hanya di

Kebun Pamulang saja sudah bisa memenuhi permintaan konsumen akan sayuran

tersebut.

B. Analisis Alokasi Sumberdaya dan Permintaan Pasar

Analisis pasca optimalitas selanjutnya yang dilakukan yaitu analisis dual.

Analisis dual yaitu menganalisis alokasi penggunaan sumberdaya utama yang

tersedia di kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dan alokasi jumlah permintaan

pasar terhadap aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale. Analisis dual ditujukan

untuk mengetahui tingkat penggunaan sumberdaya utama yang digunakan dalam

memproduksi sayuran Lettuce dan Kale. Sehingga bisa diketahui apakah ada

sumberdaya utama yang jumlahnya berlebih ataupun yang ternyata jumlahnya

Page 175: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

156

langka atau kurang. Selain itu juga untuk melihat alokasi jumlah permintaan dari

aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale, untuk melihat apakah ada jumlah

permintaan yang terpenuhi ataupun tidak terpenuhi, jika perusahaan berproduksi

secara optimal. Untuk melihat apakah sumberdaya tersebut jumlahnya berlebih

atau kurang dan apakah terpenuhi atau tidak, dapat dilihat dari nilai slack/surplus

yang didapatkan. Jika nilai slack/surplus yang didapatkan bernilai 0, maka hal

tersebut menandakan bahwa sumberdaya tersebut jumlahnya habis terpakai, atau

permintaannya terpenuhi secara penuh dan sumberdaya tersebut termasuk

kedalam sumberdaya langka. Sebaliknya jika nilai slack/surplus yang didapatkan

lebih besar dari 0, maka hal tersebut menandakan sumberdaya tersebut

ketersediaannya berlebih atau permintaan akan sayuran tersebut ada sejumlah

yang tidak terpenuhi, dan dapat dikatakan sumberdaya berlebih.

Selain itu dari analisis dual juga bisa melihat apakah sumberdaya tersebut

merupakan sumberdaya aktif yang dimana dapat mempengaruhi nilai fungsi

tujuan secara langsung, atau ternyata sumberdaya tersebut adalah sumberdaya

pasif yang tidak mempengaruhi nilai dari fungsi tujuan. Untuk melihat hal

tersebut dapat dilihat dari nilai dual price yang didapatkan. Jika nilai dual price

yang didapatkan sama dengan 0, maka sumberdaya tersebut adalah sumberdaya

pasif. Sebaliknya jika nilai dual price yang didapatkan lebih besar dari 0, maka

sumberdaya tersebut adalah sumberdaya aktif.

Alokasi Penggunaan Sumberdaya Benih

Kapasitas sumberdaya benih aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang

tersedia di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya jumlahnya

Page 176: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

157

berbeda-beda. Dari perhitungan pada kondisi optimal ternyata terdapat sebagian

dari kapasitas benih aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang tersedia di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya setiap bulannya terdapat

sejumlah benih yang tersisa ataupun benih sayuran yang habis terpakai.

Penggunaan sumberdaya benih sayuran aneka varietas Lettuce dan Kale di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya pada kondisi optimal

dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Penggunaan Sumberdaya Benih Pada Kondisi Optimal

Baris Sumberdaya Benih Slack/

Surplus Ket.

Dual

price Ket.

2 Lollobionda Pamulang 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif

3 Lollorossa Pamulang 0 Habis 0 Tidak Aktif

4 Romaine Pamulang 598 Berlebih 0 Tidak Aktif

5 Green Oaklef Pamulang 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif

6 Red Oaklef Pamulang 244 Berlebih 0 Tidak Aktif

7 Endive Pamulang 653 Berlebih 0 Tidak Aktif

8 Butterhead Pamulang 633 Berlebih 0 Tidak Aktif

9 Kale Siberian Pamulang 591 Berlebih 0 Tidak Aktif

10 Lollobionda Cipanas 2000 Berlebih 0 Tidak Aktif

11 Lollorossa Cipanas 1765 Berlebih 0 Tidak Aktif

12 Romaine Cipanas 1104 Berlebih 0 Tidak Aktif

13 Green Oaklef Cipanas 1253 Berlebih 0 Tidak Aktif

14 Red Oaklef Cipanas 2000 Berlebih 0 Tidak Aktif

15 Endive Cipanas 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif

16 Butterhead Cipanas 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif

17 Kale Curly Cipanas 849 Berlebih 0 Tidak Aktif

18 Kale Nero Cipanas 829 Berlebih 0 Tidak Aktif

19 Kale Curly Ciseeng 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif

20 Kale Siberian Ciseeng 1000 Berlebih 0 Tidak Aktif Sumber: Lampiran 10 (b)

Tabel 31 menunjukkan penggunaan sumberdaya benih yang tersedia di

masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Dari tabel diatas

Page 177: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

158

diketahui hanya benih sayuran Lollorossa yang tersedia di Kebun Pamulang saja,

yang memiliki nilai slack/surplus sebesar 0. Hal tersebut menandakan bahwa

benih sayuran Lollorossa yang tersedia di Kebun Pamulang adalah sumberdaya

yang habis terpakai.

Dari Tabel 31 dapat dilihat pula besaran nilai slack/surplus untuk

ketersediaan benih sayuran lainnya yang tersedia di Kebun Pamulang. Nilai

slack/surplus dari sayuran Lettuce jenis Lollobionda yaitu sebesar 1000, nilai

slack/surplus benih Romaine sebesar 598, nilai slack/surplus benih Green Oaklef

yaitu 1000, nilai slack/surplus benih Red Oaklef yaitu 244, nilai slack/surplus

benih Endive 653, nilai slack/surplus benih Butterhead yaitu 633, nilai

slack/surplus benih Kale Siberian yaitu 591. Hal tersebut dapat diartikan, bahwa

sumberdaya benih Lollobionda, benih Romaine, benih Green Oaklef, benih Red

Oaklef, benih Endive, benih Kale Siberian adalah sumberdaya berlebih. Hal

tersebut menandakan bahwa di Kebun Pamulang akan ada kelebihan 1000 butir

benih Lollobionda yang tidak terpakai, 598 butir benih Romaine yang tidak

terpakai, 1.000 butir benih Green Oaklef yang tidak terpakai, 244 butir benih yang

tidak terpakai, 653 butir benih Endive yang tidak terpakai, 633 butir benih

Butterhead yang tidak terpakai, dan 591 butir benih Kale Siberian yang tersisa.

Sama halnya dengan di Kebun Pamulang, dari Tabel 31 dapat dilihat

bahwa di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng setiap bulan akan ada sejumlah

benih yang ketersediaannya berlebih. Benih yang ketersediaannya berlebih di

Kebun Cipanas yaitu benih Lollobionda sebanyak 2000 butir benih, benih

Lollorossa sebanyak 1765 butir benih, benih Romaine sebanyak 1104 butir benih,

Page 178: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

159

benih Green Oaklef sebanyak 1253 butir benih, benih Red Oaklef sebanyak 2000

butir benih, benih Endive sebanyak 1000 butir benih, benih Butterhead sebanyak

1000 butir benih, benih Kale Curly sebanyak 849 butir benih, dan benih Kale

Nero sebanyak 829 butir benih. Lalu di Kebun Ciseeng setiap bulannya akan ada

1000 butir benih Kale Curly dan Kale Siberian yang berlebih atau tidak terpakai.

Berdasarkan Tabel 31, dilihat dari nilai dual price yang didapatkan, bahwa

semua sumberdaya benih aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale yang tersedia di

Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng merupakan sumberdaya

tidak aktif, karena nilai dual price yang didapatkan adalah 0. Hal tersebut

menunjukkan bahwa ketersediaan atau kapasitas benih sayuran Lettuce dan Kale

yang tersedia di Kebun Pamulang, Kebun Cipanas, dan Kebun Ciseeng jika

ditambah atau dikurangi, tidak akan mempengaruhi nilai keuntungan maksimal

yang bisa didapatkan oleh perusahaan.

Alokasi Penggunaan Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix

Ketersediaan larutan nutrisi AB mix untuk produksi sayuran Lettuce dan

Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya disetiap bulannya sama untuk di

Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Setiap bulannya di Kebun Pamulang dan

Kebun Cipanas larutan nutrisi AB mix di pasok sebanyak 12 set, sedangkan di

Kebun Ciseeng dipasok sebanyak 8 set. Dalam 1 set larutan nutrisi AB mix terdiri

dari 10 liter larutan nutrisi. Dalam kondisi aktual, larutan nutrisi yang digunakan

bergantung pada berapa jumlah tanaman yang akan diproduksi. Diketahui pada

kondisi optimal Penggunaan sumberdaya larutan nutrisi AB Mix dalam

Page 179: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

160

memproduksi aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale di kebun-kebun produksi

PT. Kebun Pangan Jaya pada kondisi optimal tercantum pada Tabel 32.

Tabel 32. Penggunaan Larutan Nutrisi AB Mix Pada Kondisi Optimal

Baris Sumberdaya Nutrisi Slack Ket. Dual

price Ket.

21 Kebun Pamulang 0 Habis 152,07 Aktif

22 Kebun Cipanas 160 Berlebih 0 Tidak Aktif

23 Kebun Ciseeng 80000 Berlebih 0 Tidak Aktif

Sumber: Lampiran 10 (b)

Dilihat dari nilai slack pada Tabel 32, diketahui bahwa sumberdaya larutan

nutrisi AB mix yang tersedia di Kebun Pamulang adalah sumberdaya langka atau

sumberdaya yang habis terpakai. Hal tersebut dikarenakan nilai slack dari

sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang tersedia di Kebun Pamulang adalah 0.

Lain halnya dengan sumberdaya larutan nutrisi yag tersedia di Kebun Cipanas dan

Kebun Ciseeng. Sumberdaya larutan nutrisi tersebut merupakan sumberdaya

berlebih, dikarenakan nilai slack yang didapatkan yaitu sebesar 160 dan 8.000.

Hal tersebut menunjukkan bahwa akan ada sebanyak 160ml larutan nutrisi yang

tersisa di Kebun Cipanas, dan 8.000ml larutan nutrisi yang tidak terpakai di

Kebun Ciseeng. Hal tersebut dikarenakan, berdasarkan hasil kombinasi produk

optimal disarankan bahwa sebaiknya di Kebun Ciseeng tidak memproduksi aneka

sayuran Kale lagi. Sehingga larutan nutrisi yang tersedia di Kebun Ciseeng

nantinya tidak akan terpakai.

Selanjutnya dilihat dari nilai dual price yang tertera pada Tabel 32, bahwa

sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang tersedia di Kebun Pamulang adalah

sumberdaya aktif, dikarenakan nilai dual price yang didapatkan lebih besar dari 0.

Hal tersebut menandakan jika nantinya terdapat penambahan satu ml larutan

Page 180: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

161

nutrisi AB mix di Kebun Pamulang, maka nantinya nilai fungsi tujuan atau

keuntungan yang dapat diperoleh PT. Kebun Pangan Jaya akan bertambah sebesar

Rp 152,07,- dari setiap penambahan satu ml larutan nutrisi AB mix di Kebun

Pamulang. Lain halnya dengan sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang tersedia

di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng. Dilihat dari nilai dual price bahwa kedua

sumberdaya tersebut adalah sumberdaya tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan nilai

dual price dari kedua sumberdaya tersebut adalah 0. Hal ini menandakan bahwa

sumberdaya larutan nutrisi di Kebun Cipanas dan Kebun Ciseeng tidak

berpengaruh langsung terhadap nilai fungsi tujuan yaitu keuntungan maksimal

yang diperoleh PT. Kebun Pangan Jaya.

Alokasi Penggunaan Sumberdaya Media Tanam Rockwool

Media tanam yang digunakan dalam memproduksi sayuran Lettuce dan

Kale di PT. Kebun Pangan Jaya adalah rockwool. Dari perhitungan pada kondisi

optimal didapatkan seluruh dari kapasitas media tanam rockwool yang tersedia

disetiap bulannya di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

adalah sumberdaya berlebih. Penggunaan sumberdaya media tanam rockwool

yang digunakan dalam memproduksi sayuran Lettuce dan Kale di kebun produksi

PT. Kebun Pangan Jaya pada kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Penggunaan Media Tanam Rockwool Pada Kondisi Optimal

Baris Sumberdaya Rockwool Slack Ket. Dual

price Ket.

24 Kebun Pamulang 4399 Berlebih 0 Tidak Aktif

25 Kebun Cipanas 8320 Berlebih 0 Tidak Aktif

26 Kebun Ciseeng 3840 Berlebih 0 Tidak Aktif

Sumber: Lampiran 10 (b)

Page 181: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

162

Dari Tabel 33 dapat dilihat bahwa sumberdaya media tanam rockwool

yang tersedia di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya merupakan

sumberdaya berlebih. Dapat dilihat bahwa disetiap bulan akan ada 4.399 kotak

media tanam rockwool yang tersisa di Kebun Pamulang, 8.320 kotak yang tersisa

di Kebun Cipanas, dan 3.840 kotak yang tersisa di Kebun Ciseeng. Lalu dilihat

dari nilai dual price masing-masing sumberdaya, bahwa semua sumberdaya media

tanam rockwool yang tersedia di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

merupakan kendala tidak aktif. Hal tersebut menandakan bahwa jika kapasitas

sumberdaya tersebut yang tersedia di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

ditambahkan atau dikurangi, tidak akan mempengaruhi nilai dari fungsi tujuan.

Alokasi Penggunaan Sumberdaya Hole Fase N1

Salah satu fase produksi sayuran Lettuce dan Kale fase N1. Kegiatan

produksi fase N1 dilakukan di gully fase N1 yang didalamnya terdapat lubang

tanam. Ketersediaan hole fase N1 di tiap kebun produksi jumlahnya berbeda-beda.

Dalam kondisi optimal ternyata terdapat hole fase N1 yang tidak terpakai.

Penggunaan sumberdaya hole fase N1 dalam memproduksi sayuran Lettuce dan

Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya pada kondisi optimal dapat dilihat

pada Tabel 34.

Tabel 34. Penggunaan Hole Fase N1 Pada Kondisi Optimal

Baris Sumberdaya

Hole Fase N1 Slack Ket.

Dual

price Ket.

27 Kebun Pamulang 10159 Berlebih 0 Tidak Aktif

28 Kebun Cipanas 15700 Berlebih 0 Tidak Aktif

29 Kebun Ciseeng 5040 Berlebih 0 Tidak Aktif

Sumber: Lampiran 10 (b)

Page 182: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

163

Tabel 34 menunjukkan bahwa sumberdaya hole fase N1 yang tersedia di

kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya merupakan sumberdaya berlebih. Hal

tersebut dikarenakan, nilai slack/surplus dari ketiga sumberdaya tersebut nilainya

lebih besar dari 0. Dapat dilihat bahwa akan ada 10.159 hole fase N1 yang tidak

digunakan di Kebun Pamulang, 15.700 hole fase N1 yang tidak digunakan di

Kebun Cipanas, dan 5.040 hole fase N1 yang tidak digunakan di Kebun Ciseeng.

Selanjutnya dilihat dari nilai dual price dari masing-masing sumberdaya, bahwa

semua sumberdaya hole fase N1 yang tersedia di semua kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya merupakan sumberdaya tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan

nilai dual price dari ketiga sumberdaya tersebut adalah 0. Lalu dapat diartikan jika

terdapat penambahan atau pengurangan terhadap kapasitas sumberdaya tersebut

maka tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan yaitu keuntungan perusahaan.

Alokasi Penggunaan Sumberdaya Hole Fase N2

Setelah tanaman melewati fase N1, fase selanjutnya yaitu fase N2. Sama

seperti pada fase N1, di fase N2 tanaman juga di tanam di gully yang didalamnya

terdapat lubang tanam. Hole fase N1 dengan hole fase N2 berbeda. Hole fase N2

sudah berbentuk lubang-lubang. Sama juga dengan hole fase N1, kapasitas hole

fase N2 setiap bulannya di setiap kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

jumlahnya berbeda-beda. Penggunaan sumberdaya hole fase N2 dalam

memproduksi sayuran Lettuce dan Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya pada kondisi optimal tercantum pada Tabel 35.

Page 183: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

164

Tabel 35. Penggunaan Hole Fase N2 Pada Kondisi Optimal

Baris Sumberdaya

Hole Fase N2 Slack Ket.

Dual

price Ket.

30 Kebun Pamulang 463 Berlebih 0 Tidak Aktif

31 Kebun Cipanas 310 Berlebih 0 Tidak Aktif

32 Kebun Ciseeng 0 Habis 546,77 Aktif

Sumber: Lampiran 10 (b)

Berdasarkan Tabel 35 dapat dilihat bahwa sumberdaya hole fase N2 yang

tersedia di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas adalah sumberdaya berlebih,

sedangkan ketersediaan hole fase N2 di Kebun Ciseeng adalah sumberdaya yang

habis terpakai. Dapat dilihat bahwa nantinya akan ada 463 hole fase N2 yang

tidak terpakai di Kebun Pamulang, dan 310 hole fase N2 yang tidak terpakai di

Kebun Cipanas. Selanjutnya dilihat dari nilai dual price yang didapat,

ketersediaan hole fase N2 di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas merupakan

sumberdaya tidak aktif, sedangkan ketersediaan hole fase N2 di Kebun Ciseeng

merupakan sumberdaya aktif. Hal tersebut menunjukkan, ketersediaan hole fase

N2 di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas tidak akan mempengaruhi nilai

keuntungan perusahaan jika terdapat penambahan ataupun penguranagan. Berbeda

dengan hole fase N2 yang tersedia di Kebun Ciseeng, jika hole fase N2 di Kebun

Ciseeng ditambahkan maka nantinya bisa menambah keuntungan perusahaan

sebesar Rp 546,77,- setiap penambahan satu hole fase N2.

Alokasi Penggunaan Sumberdaya Hole Fase dewasa

Setelah melewati fase N1 dan fase N2, sayuran Lettuce dan Kale

selanjutnya memasuki fase dewasa. Pada fase ini tanaman dipelihara sampai

tanaman tersebut siap untuk dipanen, dan dipasarkan ke konsumen. Fase dewasa

Page 184: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

165

juga berlangsung di gully yang berisikan lubang tanam. Bentuk gully fase dewasa

kurang lebih sama dengan bentuk gully fase N2. Hanya saja jarak antar hole

didalam gully fase dewasa berjarak 20cm, sedangkan jarak antar hole di gully fase

N2 berjarak 18cm. Ketersediaan hole fase dewasa di tiap kebun produksi

jumlahnya berbeda-beda. Penggunaan sumberdaya hole fase dewasa dalam

memproduksi sayuran Lettuce dan Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya pada kondisi optimal tercantum pada Tabel 36.

Tabel 36. Penggunaan Hole Fase dewasa Pada Kondisi Optimal

Bari

s

Sumberdaya

Hole Fase dewasa Slack Ket.

Dual

price Ket.

33 Kebun Pamulang 4639 Berlebih 0 Tidak Aktif

34 Kebun Cipanas 10120 Berlebih 0 Tidak Aktif

35 Kebun Ciseeng 5880 Berlebih 0 Tidak Aktif

Sumber: Lampiran 10 (b)

Dari Tabel 36 didapatkan bahwa sumberdaya hole fase dewasa di semua

kebun produksi merupakan sumberdaya berlebih. Dapat dilihat bahwa akan ada

4.639 hole fase dewasa yang tersisa di Kebun Pamulang, 10.120 hole fase dewasa

yang tersisa di Kebun Cipanas, dan 5.880 hole fase dewasa yang tidak digunakan

di Kebun Ciseeng. Dilihat dari nilai dual price masing-masing sumberdaya,

bahwa sumberdaya hole fase dewasa yang tersedia di semua kebun PT. Kebun

Pangan Jaya merupakan sumberdaya tidak aktif, yang artinya tidak akan

mempengaruhi nilai keuntungan perusahaan.

Alokasi Penggunaan Sumberdaya Jam Tenaga Kerja

Total tenaga kerja produksi di PT. Kebun Pangan Jaya yaitu sebanyak 9

orang, dimana terdiri dari 3 orang di Kebun Pamulang, 4 orang di Kebun Cipanas,

Page 185: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

166

dan 2 orang di Kebun Ciseeng. Jam kerja yang diterapkan setiap harinya yaitu

selama 9 jam untuk hari senin s/d jum’at, sedangkan 5 jam untuk hari sabtu.

Penggunaan sumberdaya jam tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi

sayuran Lettuce dan Kale di kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya dalam

kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37. Penggunaan Sumberdaya Jam Tenaga Kerja Pada Kondisi Optimal

Baris Sumberdaya

Jam Tenaga Kerja Slack Ket. Dual price Ket.

36 Kebun Pamulang 9,35 Berlebih 0 Tidak Aktif

37 Kebun Cipanas 0 Habis 19.862,88 Tidak Aktif

38 Kebun Ciseeng 400 Berlebih 0 Tidak Aktif

Sumber: Lampiran 10 (b)

Tabel 37 menunjukkan sumberdaya jam tenaga kerja di Kebun Pamulang

dan Kebun Ciseeng merupakan sumberdaya berlebih. Dilihat dari nilai slack yang

didapat yaitu nilainya lebih besar dari 0, dapat diartikan bahwa akan ada waktu

sebanyak 9,35 jam yang tidak digunakan di Kebun Pamulang, dan 400 jam tenaga

kerja yang tidak digunakan di Kebun Ciseeng. Dilihat dari nilai slack yang

didapat, sumberdaya jam tenaga kerja di Kebun Cipanas sumberdaya habis

terpakai. Hal tersebut dikarenakan nilai slack dari sumberdaya tersebut adalah 0.

Selanjutnya dilihat dari nilai dual price yang didapatkan oleh masing-

masing sumberdaya, bahwa ketersediaan jam tenaga kerja di Kebun Pamulang dan

Kebun Ciseeng merupakan sumberdaya tidak aktif, yang diartikan bahwa

ketersediaanya tidak mempengaruhi nilai fungsi tujuan secara langsung.

Sedangkan sumberdaya jam tenaga kerja yang tersedia di Kebun Cipanas

merupakan sumberdaya aktif, yang dimana jika ada penambahan waktu sebanyak

Page 186: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

167

satu jam, maka nilai fungsi tujuan yaitu keuntungan perusahaan juga akan

bertambah sebanyak Rp 19.862,88,- per satu jam.

Alokasi Permintaan Pasar

Permintaan pasar juga merupakan kendala/batasan dalam memproduksi

sayuran Lettuce dan Kale. Dari hasil perhitungan optimal diketahui bahwa

terdapat batasan permintaan sayuran tertentu yang dapat terpenuhi dan terdapat

pula yang tidak dapat terpenuhi. Diketahui pula, bahwa terdapat kendala

permintaan yang merupakan batasan/kendala aktif yang secara langsung

mempengaruhi nilai fungsi tujuan yaitu keuntungan perusahaan, dan terdapat pula

batasan permintaan yang merupakan batasan tidak aktif. Perihal diatas sesuai

dengan apa yang tercantum pada Tabel 38.

Tabel 38. Jumlah Permintaan Pasar

Baris Kapasitas Batasan

(Permintaan) Slack Ket.

Dual

price Ket.

39 Lollobionda 906 Tidak Terpenuhi 0 Tidak Aktif

40 Lollorossa 0 Terpenuhi 100 Aktif

41 Romaine 0 Terpenuhi 62,5 Aktif

42 Green Oaklef 0 Terpenuhi 103 Aktif

43 Red Oaklef 0 Terpenuhi 100 Aktif

44 Endive 0 Terpenuhi 25 Aktif

45 Butterhead 259 Tidak Terpenuhi 0 Tidak Aktif

46 Kale Curly 0 Terpenuhi 4575 Aktif

47 Kale Siberian 0 Terpenuhi 1450 Aktif

48 Kale Nero 0 Terpenuhi 1450 Aktif

Sumber: Lampiran 10 (b)

Tabel 38 menunjukkan informasi mengenai penilaian jumlah permintaan

dari nilai slack dan dual price yang didapatkan. Dari Tabel 38 dapat dilihat bahwa

batasan yang memiliki nilai slack lebih dari 0 yaitu hanya jumlah permintaan

Page 187: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

168

Lollobionda yaitu sebesar 906, dan jumlah permintaan Butterhead sebesar 259.

Sedangkan untuk batasan jumlah permintaan sayuran Lollorossa, Romaine, Green

Oaklef, Red Oaklef, Endive, Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero nilai slack

yang didapatkan yaitu 0. Hal tersebut menunjukkan bahwa akan ada permintaan

terhadap sayuran Lollobionda yang tidak terpenuhi sebanyak 906 unit, dan

permintaan terhadap sayuran Butterhead yang tidak terpenuhi sebanyak 259 unit

di setiap bulannya. Berbeda dengan jumlah permintaan terhadap sayuran

Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, Kale Curly, Kale

Siberian, dan Kale Nero setiap bulannya akan terpenuhi.

Dilihat dari nilai dual price, yang merupakan kendala aktif yaitu

permintaan Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, Kale Curly,

Kale Siberian, dan Kale Nero, sedangkan yang merupakan kendala tidak aktif

yaitu permintaan Lollobionda, dan Butterhead. Hal tersebut menunjukkan bahwa

jika permintaan Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive, Kale

Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero naik sebanyak satu unit maka nantinya

keuntungan perusahaan akan bertambah sebesar Rp 100,- dari kenaikan

permintaan Lollorossa, Rp 62,5,- dari kenaikan permintaan Romaine, Rp 103,-

dari kenaikan permintaan Green Oaklef, Rp 100,- dari kenaikan permintaan Red

Oaklef, Rp 25,- dari kenaikan permintaan Endive, Rp 4.575,- dari kenaikan

permintaan Kale Curly, Rp 1.450,- dari kenaikan permintaan Kale Siberian, dan

Rp 1.450,- dari kenaikan permintaan Kale Nero.

Page 188: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

169

C. Analisis Sensitivitas

Analisis pasca optimalitas selanjutnya yang dilakukan yaitu analisis

sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui nilai atau jumlah

perubahan yang masih diperbolehkan, sehingga tidak merubah hasil kombinasi

produk optimal. Dari analisis ini didapatkan nilai perubahan maksimum dan nilai

perubahan minimum yang masih diperbolehkan agar hasil kondisi optimal tidak

mengalami perubahan. Nilai yang dianalisis yaitu nilai margin dari tiap varietas

Lettuce dan Kale, nilai kapasitas sumberdaya utama yang digunakan dalam

memproduksi aneka Lettuce dan Kale, dan besaran jumlah permintaan pasar

terhadap aneka varietas sayuran Lettuce dan Kale.

Perubahan Nilai Margin dari Tiap Varietas Sayuran Lettuce dan Kale

Dari hasil perhitungan pada kondisi optimal, diketahui bahwa terdapat

batasan jika nantinya terjadi perubahan nilai margin dari setiap varietas sayuran

Lettuce dan Kale yang diproduksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berikut batasan

perubahan nilai margin dari aneka varietas Lettuce dan Kale yang nantinya tidak

merubah hasil kombinasi optimal dan nilai fungsi tujuan tertera pada Tabel 39.

Page 189: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

170

Tabel 39. Perubahan Nilai Margin Aneka varietas Sayuran Lettuce dan Kale

Keterangan Variabel

Nilai

Awal

(Rp/Unit)*

Maksimum

Kenaikan

(Rp/Unit)**

Minimum

Penurunan

(Rp/Unit)***

Lollobionda Pamulang S11 5505,11 5561.11 Infinity

Lollorossa Pamulang S12 5661,11 Infinity 5661.11

Romaine Pamulang S13 5623,61 5623.61 5623.61

Green Oaklef Pamulang S14 5664,11 5664.11 Infinity

Red Oaklef Pamulang S15 5661,11 Infinity 5661.11

Endive Pamulang S16 5586,11 Infinity 5586.11

Butterhead Pamulang S17 5561,11 5586.11 5561.11

Kale Siberian Pamulang S19 7011,11 7011.11 5561.11

Lollobionda Cipanas S21 4909,72 4965.72 Infinity

Lollorossa Cipanas S22 5065,72 5065.72 4965.72

Romaine Cipanas S23 5028,22 5028.22 5028.22

Green Oaklef Cipanas S24 5068,72 Infinity 5068.72

Red Oaklef Cipanas S25 5065,72 5065.72 Infinity

Endive Cipanas S26 4990,72 4990.72 Infinity

Butterhead Cipanas S27 4965,72 4965.72 Infinity

Kale Curly Cipanas S28 9540,72 Infinity 9540.72

Kale Nero Cipanas S210 6415,72 Infinity 4965.72

Kale Curly Ciseeng S38 5121,77 5121.77 Infinity

Kale Siberian Ciseeng S39 1996,77 Infinity 1996.77 Sumber: Lampiran 10 (c)

Keterangan: **=Nilai awal yg sudah dijumlahkan ; ***=Nilai awal yg sudah dikurangi

Tabel 39 menujukkan informasi mengenai seberapa jauh nilai margin dari

masing-masing jenis sayuran yang diproduksi di tiga kebun produksi PT. Kebun

Pangan Jaya nilainya boleh berubah. Akan tetapi perubahan nilai tersebut tidak

mempengaruhi jumlah solusi optimal dalam hal ini yaitu jumlah kombinasi

produk yang sebaiknya diproduksi agar mendapatkan keuntungan maksimal.

Berdasarkan Tabel 39 dapat diketahui untuk sayuran Lettuce jenis Lollobionda

yang diproduksi di Kebun Pamulang dan di Kebun Cipanas, nilai margin boleh

dinaikkan maksimal menjadi Rp 5.561,11 untuk Lollobionda yang diproduksi di

Page 190: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

171

Kebun Pamulang, dan maksimal Rp 4.965,72 untuk Lollobionda yang diproduksi

di Kebun Cipanas. Selain itu margin dari kedua jenis sayuran tersebut boleh

mengalami penurunan sampai nilainya tak terhingga. Hal tersebut dikarenakan

dari hasil kombinasi optimal, kedua jenis sayuran ini disarankan untuk tidak

diproduksi kembali di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas.

Selanjutnya nilai margin sayuran yang diproduksi di Kebun Pamulang

yaitu Lollorossa, Red Oaklef, dan Endive. Lalu sayuran yang diproduksi di Kebun

Cipanas yaitu Green Oaklef, dan Kale Curly, serta Kale Siberian yang diproduksi

di Kebun Ciseeng, nilai margin dari sayuran-sayuran tersebut boleh dinaikkan

sampai nilanya tak terhingga. Akan tetapi nilai marginnya tidak boleh mengalami

penurunan dibawah nilai margin awalnya. Berbeda halnya dengan nilai margin

sayuran Romaine yang diproduksi di Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas, nilai

margin dari sayuran tersebut tidak boleh dinaikkan atau diturunkan, atau dengan

kata lain nilainya harus tetap. Dari Tabel 39 didapatkan pula bahwa untuk nilai

margin sayuran Green Oaklef yang diproduksi di Kebun Pamulang, lalu sayuran

Red Oaklef, Endive dan Butterhead yang diproduksi di Kebun Cipanas, dan juga

Kale Curly yang diproduksi di Kebun Ciseeng, nilai margin dari sayuran-sayuran

tersebut tidak boleh dinaikkan atau dapat dikatakan nilainya harus tetap sesuai

dengan margin awal, tetapi boleh dikurangi sampai nilainya tak terhingga.

Lalu nilai margin untuk Kale Siberian yang diproduksi di Kebun

Pamulang dan Lollorossa yang diproduksi di Kebun Cipanas, nilai marginnya

tidak boleh ada peningkatan, akan tetapi boleh mengalami penurunan. Minimal

penurunannya yaitu sampai nilai Rp 5.561,11,- untuk Kale Siberian yang

Page 191: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

172

diproduksi di Kebun Pamulang dan Rp 4.965,72,- untuk sayuran Lettuce jenis

Lollorossa yang diproduksi di Kebun Cipanas. Lalu nilai margin sayuran Lettuce

jenis Butterhead yang diproduksi di Kebun Pamulang, nilainya boleh dinaikkan

maksimal yaitu mencapai angka Rp 5.586,11,- , akan tetapi tidak boleh

mengalami penurunan atau artinya nilai margin sayuran tersebut harus tetap sesuai

dengan nilai margin awal. Berbeda dengan Kale Nero yang diproduksi di Kebun

Cipanas, nilai margin sayuran tersebut boleh dinaikkan sampai nilainya tak

terbatas, dan boleh mengalami penurunan minimal sampai Rp 4.965,72,- perunit.

Perubahan Kapasitas Sumberdaya Benih

Berdasarkan analisis sebelumnya yaitu analisis dual, didapatkan bahwa

semua kapasitas sumberdaya benih di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

adalah sumberdaya tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan besar nilai dual price

yang didapatkan oleh masing-masing sumberdaya tersebut adalah 0. Sehingga

dapat diartikan bahwa kenaikan dan penurunan terhadap kapasitas sumberdaya

tersebut tidak akan berpengaruh terhadap kombinasi produk optimal dan nilai

fungsi tujuan. Hal tersebut berlaku jika kenaikan dan penurunan tersebut tidak

melebihi nilai batasan yang tertera pada Tabel 40.

Page 192: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

173

Tabel 40. Perubahan Kapasitas Sumberdaya Benih Aneka varietas Sayuran

Lettuce dan Kale

Baris Kapasitas Sumberdaya

Benih

Kapasitas

Awal

(Butir)*

Maksimum

Kenaikan

(Butir)**

Minimum

Penurunan

(Butir)***

2 Lollobionda Pamulang 1000 infinity 0

3 Lollorossa Pamulang 1000 1.235 402

4 Romaine Pamulang 1000 infinity 402

5 Green Oaklef Pamulang 1000 infinity 0

6 Red Oaklef Pamulang 1000 infinity 756

7 Endive Pamulang 1000 infinity 347

8 Butterhead Pamulang 1000 infinity 367

9 Kale Siberian Pamulang 1000 infinity 409

10 Lollobionda Cipanas 2000 infinity 0

11 Lollorossa Cipanas 2000 infinity 235

12 Romaine Cipanas 2000 infinity 896

13 Green Oaklef Cipanas 2000 infinity 747

14 Red Oaklef Cipanas 2000 infinity 0

15 Endive Cipanas 1000 infinity 0

16 Butterhead Cipanas 1000 infinity 0

17 Kale Curly Cipanas 2000 infinity 1151

18 Kale Nero Cipanas 1000 infinity 171

19 Kale Curly Ciseeng 1000 infinity 0

20 Kale Siberian Ciseeng 1000 infinity 0

Sumber: Lampiran 10 (d)

Keterangan: **=Kapasitas awal yang sudah dijumlah ; ***=Kapasitas awal yang sudah dikurangi

Tabel 40 menunjukkan kapasitas sumberdaya benih sayuran Lollobionda,

dan Green Oaklef yang tersedia di Kebun Pamulang kapasitasnya boleh ditambah

sampai berapapun dan boleh dikurangi sampai 0 sekalipun. Hal tersebut berlaku

juga untuk ketersediaan benih Lollobionda, Red Oaklef, Endive dan Butterhead di

Kebun Cipanas, dan juga untuk benih Kale Curly dan Kale Siberian yang tersedia

di Kebun Ciseeng. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan perhitungan kombinasi

produk optimal, jenis-jenis sayuran diatas merupakan jenis sayuran yang

Page 193: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

174

disarankan untuk tidak diproduksi, sehingga akan lebih baik jika ketersediaan

benih sayuran tersebut tidak di stok lagi untuk mengurangi biaya produksi.

Benih sayuran Lollorossa yang ditersedia di Kebun Pamulang

ketersediaanya boleh ditambah sampai menjadi 1.235 butir dan dikurangi

ketersediaanya sampai menjadi 402 butir. Ketersediaan benih Romaine, Red

Oaklef, Butterhead, dan Kale Siberian boleh ditambahkan sampai berapapun

tetapi hanya boleh dikurangi sampai 402 butir benih Romaine, 756 butir benih

Red Oaklef, 347 butir benih Endive, 367 butir benih Butterhead, dan 409 butir

benih Kale Siberian. Sama juga untuk ketersediaan benih Lollorossa, Romaine,

Green Oaklef, Kale Curly, dan Kale Nero yang diproduksi di Kebun Cipanas.

Ketersediaan benih sayuran tersebut boleh ditambahkan sampai angka berapapun,

akan tetapi hanya boleh dikurangi sampai 235 butir untuk benih Lollorossa, 896

butir untuk benih Romaine, 747 butir untuk benih Green Oaklef, 1151 butir untuk

benih Kale Curly, dan 171 butir untuk benih Kale Nero.

Perubahan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix, Media Tanam

Rockwool, Hole Fase N1, N2, Produksi, dan Jam Tenaga Kerja

Tabel 41 berisikan mengenai nilai batas kenaikan dan penurunan terhadap

kapasitas sumberdaya larutan nutrisi AB mix, media tanam rockwool, hole fase

N1, hole fase N2, hole fase dewasa, dan kapasitas jam tenaga kerja yang tersedia

di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Dimana sumberdaya tersebut

merupakan sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi aneka varietas

sayuran Lettuce dan Kale yang dimana perubahan nilainya masih diperbolehkan

Page 194: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

175

sehingga nilai dual price yang didapatkan oleh sumberrdaya-sumberdaya tersebut

nilainya tetap valid atau tidak mengalami perubahan.

Tabel 41. Perubahan Kapasitas Sumberdaya Larutan Nutrisi AB Mix, Media

Tanam Rockwool, Hole Fase N1, N2, Produksi, dan Jam Tenaga Kerja

Baris Kapasitas Sumberdaya Kapasitas

Awal*

Maksimum

Kenaikan**

Minimum

Penurunan***

21 Nutrisi Kebun Pamulang (ml) 120.000 121.900 106.564,98

22 Nutrisi Kebun Cipanas (ml) 120.000 infinity 119.840

23 Nutrisi Kebun Ciseeng (ml) 80.000 infinity 0

24 Rockwool Kebun Pamulang

(kotak) 7.680 infinity 3.281,38

25 Rockwool Kebun Cipanas

(kotak) 11.520 infinity 3.200

26 Rockwool Kebun Ciseeng

(kotak) 3.840 infinity 0

27 Hole Fase N1 Kebun Pamulang

(lubang) 13.440 infinity 3.281,38

28 Hole Fase N1 Kebun Cipanas

(lubang) 18.900 infinity 3.200

29 Hole Fase N1 Kebun Ciseeng

(lubang) 5.040 infinity 0

30 Hole Fase N2 Kebun Pamulang

(lubang) 3.744 infinity 3.281,38

31 Hole Fase N2 Kebun Cipanas

(lubang) 3.510 infinity 3.200

32 Hole Fase N2 Kebun Ciseeng

(lubang) 0 260 0

33 Hole Fase dewasa Kebun

Pamulang (lubang) 7920 Infinity 3281.38

34 Hole Fase dewasa Kebun

Cipanas (lubang) 13320 Infinity 3200

35 Hole Fase dewasa Kebun

Ciseeng (lubang) 5880 infinity 0

36 Jam Tenaga Kerja Kebun

Pamulang 600 infinity 590.65

37 Jam Tenaga Kerja Kebun

Cipanas 800 801,07 708,16

38 Jam Tenaga Kerja Kebun

Ciseeng 400 infinity 0

Sumber: Lampiran 10 (d)

Keterangan: **=Kapasitas awal yang sudah dijumlah ; ***=Kapasitas awal yang sudah dikurangi

Page 195: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

176

Diantara sumberdaya-sumberdaya yang tertera pada Tabel 41, hanya

sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang tersedia di Kebun Pamulang, lalu

sumberdaya hole fase N2 untuk di Kebun Ciseeng, dan sumberdaya jam tenaga

kerja yang tersedia di Kebun Cipanas yang merupakan sumberdaya aktif.

Selebihnya merupakan sumberdaya tidak aktif. Dari Tabel 41 dapat dilihat bahwa

kapasitas sumberdaya larutan nutrisi yang tersedia di Kebun Pamulang jumlah

ketersediaanya boleh ditambahkan sampai dengan 121.900 ml, akan tetapi jika

ingin dikurangi atau diturunkan kapasitasnya tidak boleh kurang dari 106.564,98

ml. Lalu untuk sumberdaya hole fase N2 di Kebun Ciseeng yang merupakan

sumberdaya aktif, dapat dilihat bahwa ternyata jumlah kapasitas hole tersebut

sebaiknya ditambahkan sampai 260 hole. Hal tersebut dikarenakan di Kebun

Ciseeng tidak terdapat hole fase N2, padahal dalam kegiatan produksi aneka

varietas Lettuce dan Kale hole fase N2 dibutuhkan untuk kegiatan pada fase N2.

Selanjutnya yaitu kapasitas sumberdaya jam tenaga kerja yang tersedia di Kebun

Cipanas yang merupakan kendala aktif, batasan jika nantinya kapasitas

sumberdaya tersebut ingin ditambahkan yaitu sebaiknya tidak lebih dari 801,07

jam. Lalu jika nantinya kapasitas sumberdaya tersebut ingin dikurangi sebaiknya

tidak kurang dari 708,16 jam.

Perubahan Jumlah Permintaan Pasar

Selain digunakan untuk menganalisis perubahan terhadap nilai margin dan

kapasitas sumberdaya utama yang digunakan dalam proses produksi aneka Lettuce

dan Kale, analisis sensitivitas juga digunakan untuk menganalisis perubahan

terhadap jumlah permintaan pasar. Tidak dipungkiri bahwa jumlah permintaan

Page 196: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

177

pasar terhadap sayuran Lettuce dan Kale tidak akan selamanya sama, dan pastinya

akan mengalami fluktuasi. Batasan terhadap perubahan jumlah permintaan pasar

terhadap aneka Lettuce dan Kale dapat dilihat pada Tabel 42.

Tabel 42. Perubahan Jumlah Permintaan Pasar

Baris Jumlah Permintaan

Kapasitas

Awal

(unit)*

Maksimum

Kenaikan

(unit)**

Minimum

Penurunan

(unit)***

39 Lollobionda 906 infinity 0

40 Lollorossa 1235 1.602 1.000

41 Romaine 1298 1.665 1.038

42 Green Oaklef 747 1.114 487

43 Red Oaklef 756 1.000 496

44 Endive 347 714 87

45 Butterhead 627 infinity 367

46 Kale Curly 1151 1.518 891

47 Kale Siberian 409 776 149

48 Kale Nero 171 538 0 Sumber: Lampiran 10 (d)

Keterangan: **=Kapasitas awal yang sudah dijumlah ; ***=Kapasitas awal yang sudah dikurangi

Berdasarkan hasil kombinasi produk optimal yang sebelumnya sudah

dijelaskan, diketahui bahwa sayuran jenis Lollobionda disarankan untuk tidak

diproduksi kembali. Baik di Kebun Pamulang, maupun di Kebun Cipanas.

Berdasarkan analisa, hal tersebut dikarenakan kontribusi margin sayuran

Lollobionda dinilai terlalu kecil dibandingkan nilai kontribusi margin sayuran

jenis lainnya. Kecilnya kontribusi margin sayuran Lollobionda dikarenakan biaya

produksi untuk memproduksi satu unit sayuran Lollobionda lebih besar

dibandingkan jenis lainnya. Harga benih sayuran Lollobionda adalah yang

termahal dibandingkan sayuran jenis lainnya. Dari Tabel 42 dapat dilihat bahwa

permintaan pasar terhadap sayuran Lollobionda jika nantinya terdapat kenaikan

sampai jumlahnya tak terhingga, dan bahkan permintaannya sampai 0 sekalipun,

Page 197: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

178

nantinya tidak akan mempengaruhi hasil kombinasi produk optimal. Hal tersebut

berbeda dengan jenis sayuran lainnya. Dapat dilihat pada Tabel 42, permintaan

pasar terhadap sayuran Lollorossa, Romaine, Green Oaklef, Red Oaklef, Endive,

Kale Curly, Kale Siberian, dan Kale Nero ada batas kenaikan dan penurunan.

5.5. Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di PT. Kebun

Pangan Jaya

Rencana produksi optimal di PT. Kebun Pangan Jaya dibuat berdasarkan

hasil perhitungan linear programming yang sebelumnya sudah didapatkan. Dari

perhitungan tersebut didapatkan kombinasi dan jumlah produk sayuran yang

sebaiknya diproduksi di masing-masing kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

disetiap bulannya. Agar PT. Kebun Pangan Jaya bisa mendapatkan keuntungan

maksimal. Hasil kombinasi produk optimal untuk memaksimalkan keuntungan

perusahaan yang didapatkan, berdasarkan perhitungan dari faktor produksi utama

dan rata-rata jumlah permintaan setiap bulannya yang menjadi fungsi batasan

dalam penelitian ini. Selain hal tersebut didapatkan beberapa informasi mengenai

alokasi sumberdaya utama dalam memproduksi Lettuce dan Kale.

Dari perhitungan linear programming didapatkan, bahwa PT. Kebun

Pangan Jaya jika setiap bulannya ingin mendapatkan keuntungan total secara

maksimal, maka perusahaan sebaiknya hanya memproduksi 6 varietas sayuran

Lettuce dan 3 varietas sayuran Kale di 2 kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya

saja, yaitu Kebun Pamulang dan Kebun Cipanas. Berikut perencanaan produksi

optimal yang sebaiknya diterapkan di masing-masing kebun produksi PT. Kebun

Page 198: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

179

Pangan Jaya agar perusahaan bisa mendapatkan keuntungan total secara maksimal

yaitu sebesar Rp 40.611.080 disetiap bulannya.

5.5.1.Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun

Pamulang

Berdasarkan hasil perhitungan optimalisasi didapatkan kombinasi produk

aneka sayuran Lettuce dan Kale yang sebaiknya diproduksi di Kebun Pamulang

disetiap bulannya, yaitu hanya memproduksi 5 jenis sayuran Lettuce dan 1 jenis

sayuran Kale. Adapun jenis sayuran dan besaran jumlah yang sebaiknya

diproduksi di Kebun Pamulang setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 43.

Tabel 43. Kombinasi Produk Optimal di Kebun Pamulang

Jenis Sayuran Jumlah

Lettuce Lollorossa 1000

Lettuce Romaine 402

Lettuce Red Oaklef 756

Lettuce Endive 347

Lettuce Butterhead 367

Kale Siberian 409

Berdasarkan Tabel 43 dapat dilihat bahwa di Kebun Pamulang setiap

bulannya sebaiknya hanya fokus untuk memproduksi 5 jenis sayuran Lettuce dan

1 jenis sayuran Kale saja. Kelima jenis sayuran Lettuce tersebut yaitu jenis

Lollorossa, Romaine, Red Oaklef, Endive, dan Butterhead. Sedangkan satu jenis

sayuran Kale yang sebaiknya diproduksi setiap bulannya di Kebun Pamulang

yaitu Kale Siberian. Kombinasi produk tersebut sebaiknya diproduksi oleh PT.

Kebun Pangan Jaya di Kebun Pamulang agar setiap bulannya perusahaan bisa

mendapatkan keuntungan total secara maksimal sebesar Rp 40.611.080.

Page 199: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

180

Dari Tabel 43 dapat dilihat bahwa setiap bulannya Kebun Pamulang

sebaiknya memproduksi sayuran Lettuce varietas Lollorossa sebanyak 1.000 unit,

Lettuce varietas Romaine sebanyak 402 unit, dan Lettuce varietas Red Oaklef

sebanyak 756 unit. Selain itu disarankan juga sebaiknya di Kebun Pamulang

diproduksi pula Lettuce varietas Endive sebanyak 347 unit, Lettuce varietas

Butterhead sebanyak 367 unit, dan Kale varietas Kale Siberian sebanyak 409 unit.

Dari perhitungan alokasi sumberdaya dapat diketahui bahwa akan ada

sumberdaya utama yang ketersediaannya disetiap bulan akan habis terpakai dan

ada juga yang berlebih. Sumberdaya yang kapasitasnya habis terpakai yaitu benih

sayuran Lollorossa, dan larutan nutrisi AB Mix. Berdasarkan hal tersebut bahwa

kedua sumberdaya ini disebut sumberdaya langka. Akan tetapi dari kedua

sumberdaya tersebut, hanya sumberdaya larutan nutrisi AB mix yang merupakan

sumberdaya aktif. Artinya jika kapasitas sumberdaya ini ditambah satu unit, maka

bisa menambah keuntungan perusahaan sebesar nilai dual sumberdaya tersebut.

Berdasarkan beberapa perihal diatas, maka rencana produksi optimal disetiap

bulannya untuk sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Produksi Pamulang dapat

dilihat pada Tabel 44.

Tabel 44. Rencana Produksi Optimal di Kebun Pamulang

Produk Rencana Panen Penerimaan Pengeluaran Keuntungan

Unit Rp Rp Rp

Lollorossa 1.000 8.125.000 2.463.895 5.661.105

Romaine 402 3.266.250 1.005.561 3.266.250

Red Oaklef 756 6.142.500 1.862.705 4.279.795

Endive 347 2.819.375 880.996,6 1.938.378

Butterhead 367 2.981.875 940.949,5 2.040.926

Kale Siberian 409 3.834.375 966.833 2.867.542

Total 3.281 27.169.375 8.120.939 20.053.996

Page 200: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

181

Pada Tabel 44 diketahui jumlah penerimaan, pengeluaran, dan keuntungan

yang perusahaan dapatkan jika menerapkan rencana produksi optimal di Kebun

Pamulang. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa total sayuran yang harus

diproduksi disetiap bulannya yaitu total 3.281 unit, yang terdiri dari sayuran

Lollorossa, Romaine, Red Oaklef, Endive, Butterhead, dan sayuran Kale Siberian.

Lalu dapat dilihat bahwa total penerimaan hasil dari penjualan keseluruhan

sayuran tersebut yang didapatkan oleh perusahaan yaitu sebesar Rp 27.169.375,-

disetiap bulannya.

Selain penerimaan, dari Tabel 44 dapat dilihat pula besaran pengeluaran

atau biaya yang harus perusahaan keluarkan untuk memproduksi sayuran-sayuran

tersebut disetiap bulannya. Total pengeluaran atau biaya yang harus perusahaan

keluarkan yaitu sebesar Rp 8.120.939,- disetiap bulannya. Dari jumlah

penerimaan yang perusahaan dapatkan dan pengeluaran yang perusahaan

keluarkan disetiap bulannya, maka didapatkan jumlah keuntungan yang

didapatkan oleh perusahaan. Total keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan

dari Kebun Pamulang yaitu sebesar Rp 20.053.996,- disetiap bulannya.

Dari rencana produksi optimal, selanjutnya dapat diketahui jumlah

sumberdaya utama yang sebaiknya tersedia untuk kegiatan produksi optimal di

Kebun Pamulang disetiap bulannya. Jumlah sumberdaya yang tersedia tersebut

nantinya akan digunakan secara penuh untuk kegiatan produki optimal. Jumlah

dari masing-masing sumberdaya yang nantinya digunakan dalam produksi optimal

dapat dilihat pada Tabel 45.

Page 201: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

182

Tabel 45. Penggunaan Sumberdaya untuk Produksi Optimal di Kebun Pamulang

Produk

Penggunaan Sumberdaya

Benih Nutrisi

AB Mix

Rockwool Hole Fase Tenaga

Kerja Asli cdgn Asli cdgn N1 N1 D

Butir butir ml kotak kotak hole hole hole Jam

Lollorossa 1000 50 36570 1000 50 1000 1000 1000 180

Romaine 402 20 14701,14 402 20 402 402 402 72,36

Red Oaklef 756 38 27646,92 756 38 756 756 756 136,08

Endive 347 17 12689,79 347 17 347 347 347 62,46

Butterhead 367 18 13421,19 367 18 367 367 367 66,06

Kale

Siberian 409 20 14957,13 409 20 409 409 409 73,62

Total 3281 164 119986,2 3281 164 3281 3281 3281 590,58 Keterangan: cdgn=cadangan 5%

Tabel 45 berisikan jumlah dari masing-masing sumberdaya utama yang

akan digunakan dalam kegiatan produksi optimal. Dari Tabel 45 diketahui total

benih yang akan digunakan dan sebaiknya tersedia di Kebun Pamulang disetiap

bulannya yaitu sebanyak 3.281 butir benih. Selain itu juga dibutuhkan sebanyak

164 butir benih cadangan. Selanjutnya yaitu media tanam rockwool, hole fase N1,

hole fase N2, dan hole fase dewasa yang digunakan untuk produksi optimal

jumlahnya sama dengan jumlah benih yang digunakan. Selanjutnya untuk larutan

nutrisi AB mix yang akan digunakan dalam kegiatan produksi optimal yaitu

totalnya sebanyak 119.986,2ml. Lalu untuk jam tenaga kerja yang akan digunakan

untuk kegiatan produksi optimal yaitu totalnya sebanyak 590,58 jam.

5.5.2.Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun

Cipanas

Kegiatan produksi optimal selain di Kebun Pamulang, disarankan juga

untuk dilakukan di Kebun Cipanas. Dari perhitungan sebelumnya didapatkan

kombinasi dan jumlah produk sayuran Lettuce dan Kale yang sebaiknya

Page 202: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

183

diproduksi di Kebun Cipanas setiap bulannya. Adapun kombinasi dan jumlah

produk yang sebaiknya diproduksi di Kebun Cipanas dapat dilihat pada Tabel 46.

Tabel 46. Kombinasi Produk Optimal di Kebun Cipanas

Varietas Sayuran Jumlah

Lettuce Lollorossa 235

Lettuce Romaine 896

Lettuce Green Oaklef 747

Kale Curly 1151

Kale Nero 171

Tabel 46 menunjukkan di Kebun Cipanas setiap bulannya sebaiknya hanya

fokus untuk memproduksi 3 varietas Lettuce dan 2 varietas Kale saja. Ketiga

varietas Lettuce tersebut yaitu Lollorossa, Romaine, dan Green Oaklef. Sedangkan

2 varietas Kale tersebut yaitu Kale Curly dan Kale Nero. Jumlah sayuran yang

disarankan untuk diproduksi di Kebun Cipanas yaitu Lollorossa sebanyak 235

unit, Romaine sebanyak 896 unit, Green Oaklef 747 unit, Kale Curly sebanyak

1.151 unit, dan Kale Nero sebanyak 171 unit. Varietas sayuran yang sebelumnya

diproduksi di Kebun Cipanas yaitu Lollobionda, Red Oaklef, Endive, dan

Butterhead disarankan untuk tidak diproduksi kembali. Berdasarkan hal tersebut

maka rencana produksi optimal di Kebun Cipanas dapat dilihat pada Tabel 47.

Tabel 47. Rencana Produksi Optimal di Kebun Cipanas

Produk Rencana Panen Penerimaan Pengeluaran Keuntungan

Unit Rp Rp Rp

Lollorossa 235 1909375 718930.5 1190445

Romaine 896 7280000 2774714 4505286

Green Oaklef 747 6069375 2283040 3786335

Kale Curly 1151 14387500 3406130 10981370

Kale Nero 171 1603125 506036.6 1097088

Total 3200 31249375 9688850 21560525

Page 203: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

184

Pada Tabel 47 dapat dilihat jumlah penerimaan, pengeluaran, dan

keuntungan yang nantinya perusahaan dapatkan jika menerapkan rencana

produksi optimal di Kebun Cipanas. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa total

sayuran yang nantinya harus diproduksi disetiap bulannya yaitu sebanyak 3.200

unit. Dapat dilihat bahwa nantinya total penerimaan hasil dari penjualan

keseluruhan sayuran tersebut yang dapat diperoleh perusahaan disetiap bulannya

yaitu sebesar Rp 31.249.375,-. Selanjutnya dapat dilihat pula besaran pengeluaran

atau biaya yang harus perusahaan keluarkan untuk memproduksi sayuran-sayuran

tersebut disetiap bulannya yaitu totalnya sebesar Rp 9.688.850,-. Dari jumlah

penerimaan yang perusahaan dapatkan dan pengeluaran yang perusahaan

keluarkan disetiap bulannya, maka didapatkan jumlah keuntungan yang

didapatkan oleh perusahaan jika menerapkan rencana produksi optimal. Nantinya

total keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dari Kebun Pamulang yaitu

sebesar Rp 21.560.525,- disetiap bulannya.

Selanjutnya yaitu dari perhitungan alokasi sumberdaya sebelumnya

diketahui bahwa nantinya akan ada sumberdaya utama yang kapasitas disetiap

bulan akan habis terpakai dan ada juga yang berlebih. Sumberdaya yang

kapasitasnya habis terpakai yaitu ketersediaan jam tenaga kerja di Kebun Cipanas.

Lalu diketahui pula bahwa sumberdaya ini merupakan sumberdaya aktif yang

dimana berpengaruh secara langsung terhadap nilai keuntungan yang diperoleh

perusahaan. Dari rencana produksi optimal, selanjutnya dapat diketahui jumlah

sumberdaya utama yang sebaiknya tersedia untuk kegiatan produksi optimal di

Kebun Cipanas disetiap bulannya. Jumlah sumberdaya yang tersedia tersebut

Page 204: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

185

nantinya akan digunakan secara penuh untuk kegiatan produki optimal. Jumlah

dari masing-masing sumberdaya yang nantinya digunakan dalam produksi optimal

dapat dilihat pada Tabel 48.

Tabel 48. Penggunaan Sumberdaya untuk Produksi Optimal di Kebun Cipanas

Produk

Penggunaan Sumberdaya

Benih Nutrisi

AB Mix

Rockwool Hole Fase Tenaga

Kerja Asli cdgn asli Cdgn N1 N1 D

butir butir ml kotak kotak hole hole hole Jam

Lollorossa 235 12 8800.75 235 12 235 235 235 58.75

Romaine 896 45 33555.2 896 45 896 896 896 224

Green Oaklef 747 37 27975.15 747 37 747 747 747 186.75

Kale Curly 1151 58 43104.95 1151 58 1151 1151 1151 287.75

Kale Nero 171 9 6403.95 171 9 171 171 171 42.75

Total 3200 160 119.840 3200 160 3200 3200 3200 800 Keterangan: cdgn=Cadangan 5%

Tabel 48 berisikan jumlah sumberdaya utama yang nantinya akan

digunakan dalam kegiatan produksi optimal di Kebun Cipanas. Dari Tabel 48

diketahui total benih yang akan digunakan dan sebaiknya tersedia di Kebun

Cipanas disetiap bulannya yaitu sebanyak 3.200 butir benih. Selain itu juga

dibutuhkan sebanyak 160 butir benih cadangan. Selanjutnya yaitu media tanam

rockwool, hole fase N1, hole fase N2, dan hole fase dewasa yang digunakan untuk

produksi optimal jumlahnya sama dengan jumlah benih yang digunakan. Lrutan

nutrisi AB mix yang akan digunakan dalam kegiatan produksi optimal di Kebun

Cipanas yaitu totalnya sebanyak 119.840 ml. Lalu jam tenaga kerja yang akan

digunakan untuk kegiatan produksi optimal yaitu totalnya sebanyak 800 jam.

Page 205: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

186

5.5.3.Rencana Produksi Optimal Sayuran Lettuce dan Kale di Kebun Ciseeng

Dari hasil perhitungan produksi optimal, disarankan bahwa kegiatan

produksi di Kebun Ciseeng sebaiknya tidak dilakukan. Kecuali perusahaan

menyediakan hole fase N2 di Kebun Ciseeng. Diketahui dari hasil alokasi

sumberdaya bahwa sumberdaya hole fase N2 merupakan sumberdaya aktif, yang

dimana dapat diartikan bahwa sumberdaya ini mempengaruhi secara langsung

nilai dari fungsi tujuan yaitu keuntungan perusahaan. Disarankan dari hasil

perhitungan sebaiknya di Kebun Ciseeng disediakan hole fase N2 sebanyak 260

hole atau lebih, dengan begitu nantinya kegiatan produksi bisa dilakukan di

Kebun Ciseeng.

5.6. Evaluasi Hasil Perencanaan Produksi Pada Kondisi Optimal dengan

Kondisi Aktual

Perencanaan produksi pada kondisi optimal hasil analisis selanjutnya

dibandingkan dengan data aktual produksi dari ketiga kebun produksi PT. Kebun

Pangan Jaya di tahun 2017. Perbandingan antara hasil produksi aneka sayuran

Lettuce dan Kale secara optimal dengan hasil produksi aneka sayuran Lettuce dan

Kale pada kondisi aktual tersebut dapat dilihat pada Tabel 49 dan pada Tabel 50.

Page 206: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

187

Tabel 49. Perbandingan Kombinasi Sayuran dan Penerimaan Pada Kondisi

Optimal dan Kondisi Aktual

Kebun Jenis Sayuran Jumlah Sayuran (unit) Penerimaan (Rp)

Aktual* Optimal** Aktual*** Optimal****

Pamulang Lollobionda 512 0 4.156.615 0

Lollorossa 736 1.000 5.975.938 8.125.000

Romaine 597 402 4.853.333 3.266.250

Green Oaklef 407 0 3.308.906 0

Red Oaklef 416 756 3.379.323 6.142.500

Endive 105 347 850.417 2.819.375

Butterhead 330 367 2.680.573 2.981.875

Kale Siberian 179 409 1.681.250 3.834.375

Cipanas Lollobionda 349 0 2.834.271 0

Lollorossa 459 235 3.725.313 1.909.375

Romaine 652 896 5.300.208 7.280.000

Green Oaklef 308 747 2.501.146 6.069.375

Red Oaklef 310 0 2.514.688 0

Endive 164 0 1.331.146 0

Butterhead 271 0 2.203.229 0

Kale Curly 587 1.151 7.331.250 14.387.500

Kale Nero 106 171 995.313 1.603.125

Ciseeng Kale Curly 503 0 6.289.583 0

Kale Siberian 142 0 1.328.125 0

Total 7.131 6.481 63.240.625 58.418.750 Sumber: *=Lampiran 7 ; **= Lampiran 10 (a) (Kolom Value)

Keterangan: ***=Nilai pada kolom (*) x Harga Sayuran Tersebut ;

****=Nilai pada kolom (**) x Harga Sayuran Tersebut

Pada Tabel 49 diatas dapat diketahui rata-rata jumlah sayuran Lettuce dan

Kale yang diproduksi di ketiga kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya pada

kondisi optimal dan pada kondisi aktual. Lalu dari tabel diatas juga dapat

diketahui jumlah penerimaan atau pendapatan hasil dari penjualan aneka sayuran

Lettuce dan Kale yang berhasil dipanen, yang dapat diperoleh perusahaan pada

kondisi optimal dan pada kondisi aktual. Dari Tabel 49 diatas diketahui ternyata

jumlah total sayuran yang diproduksi pada kondisi aktual jumlahnya lebih besar

Page 207: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

188

yaitu sebanyak 7.131 unit sayuran, dibandingkan pada kondisi optimal yang hanya

sebanyak 6.481 unit sayuran. Hal ini dikarenakan pada kondisi aktual semua

varietas sayuran Lettuce dan Kale diproduksi dan sayuran-sayuran tersebut

diproduksi di semua kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya. Berbeda dengan

hasil kondisi optimal. Pada kondisi optimal disarankan bahwa sebaiknya

perusahaan hanya memproduksi 6 varietas sayuran Lettuce dan 3 varietas sayuran

Kale saja. Disaranakan pula dari perhitungan produksi optimal, sebaiknya PT.

Kebun Pangan Jaya hanya melakukan produksi sayuran Lettuce dan Kale di 2

kebun produksi saja, yaitu Kebun Produksi Pamulang dan Kebun Produksi

Cipanas. Sementara di Kebun Ciseeng tidak disarankan untuk melanjutkan

produksi aneka sayuran Kale. Hal tersebut dikarenakan konstruksi gully tidak

lengkap sehingga hasil produk yang dihasilkan dinilai kurang menguntungkan.

Sama halnya dengan jumlah sayuran, total penerimaan atau pendapatan

yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual jumlahnya juga lebih besar

dibandingkan dengan total penerimaan atau pendapatan pada kondisi optimal.

Dapat dilihat pada Tabel 49 bahwa total penerimaan atau pendapatan hasil dari

penjualan aneka sayuarn Lettuce dan Kale yang perusahaan dapatkan pada kondisi

aktual yaitu sebesar Rp 63.240.625,- , sedangkan total penerimaan atau

pendapatan yang perusahaan peroleh pada kondisi optimal yaitu hanya sebesar Rp

58.418.750,-. Hal ini dikarenakan total penerimaan berbanding lurus dengan

jumlah sayuran yang diproduksi.

Selain dari sisi jumlah sayuran yang diproduksi dan total penerimaan yang

diperoleh perusahaan, jumlah pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan oleh

Page 208: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

189

perusahaan dan jumlah keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan pada kondisi

optimal dan pada saat kondisi aktual juga dibandingkan. Perbandingan jumlah

pengeluaran atau biaya dan jumlah keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan

pada kondisi optimal dan pada kondisi aktual dapat dilihat pada Tabel 50.

Tabel 50. Perbandingan Pengeluaran dan Keuntungan Pada Kondisi Optimal dan

Kondisi Aktual

Kebun Jenis Sayuran Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)

Aktual* Optimal** Aktual*** Optimal****

Pamulang Lollobionda 1.340.295 0 2.816.320 0

Lollorossa 1.812.195 2.463.895 4.163.743 5.661.105

Romaine 1.494.167 1.005.561 3.359.167 2.260.689

Green Oaklef 1.002.199 0 2.306.707 0

Red Oaklef 1.024.775 1.862.705 2.354.548 4.279.795

Endive 265.738 880.997 584.679 1.938.378

Butterhead 845.872 940.949 1.834.701 2.040.926

Kale Siberian 423.925 966.833 1.257.325 2.867.542

Cipanas Lollobionda 1.121.596 0 1.712.675 0

Lollorossa 1.402.679 718.930 2.322.633 1.190.445

Romaine 2.020.132 2.774.714 3.280.076 4.505.286

Green Oaklef 940.824 2.283.040 1.560.321 3.786.335

Red Oaklef 946.847 0 1.567.841 0

Endive 513.499 0 817.647 0

Butterhead 856.691 0 1.346.538 0

Kale Curly 1.735.617 3.406.130 5.595.633 10.981.370

Kale Nero 314.177 506.037 681.136 1.097.088

Ciseeng Kale Curly 3.712.481 0 2.577.103 0

Kale Siberian 1.045.250 0 282.875 0

Total 22.818.958 17.809.790 40.421.667 40.611.080 Keterangan: *=Nilai pada Tabel 48 kolom (*) x Biaya Produksi Sayuran Tersebut ;

**=Nilai pada Tabel 48 kolom (**) x Biaya Produksi Sayuran Tersebut ;

***=Nilai pada Tabel 48 kolom (***) – Nilai pada Tabel 49 kolom (*) ;

****=Nilai pada Tabel 48 kolom (****) – Nilai pada Tabel 49 kolom (**)

Dari Tabel 50 dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan atau total pengeluaran pada kondisi aktual jumlahnya lebih besar

dibandingkan dengan total pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan pada

Page 209: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

190

kondisi optimal. Total pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

pada kondisi aktual yaitu sebesar Rp 22.818.958,- , sedangkan total pengeluaran

yang dikeluarkan oleh perusahaan pada kondisi optimal hanya sebesar Rp

17.809.790,-. Dari jumlah tersebut terdapat selisih sebanyak Rp 5.009.168,- . Nilai

tersebut menunjukkan bahwa pada saat kondisi optimal terdapat sejumlah biaya

yang berhasil dihemat, yaitu sebesar Rp 5.009.168,- . Jumlah biaya yang berhasil

dihemat tersebut berasal dari dengan tidak memproduksi sayuran varietas

Lollobionda dan Green Oaklef di Kebun Pamulang, lalu juga dengan tidak

memproduksi sayuran varietas Lollobionda, Red Oaklef, Endive, dan Butterhead

di Kebun Cipanas, serta juga dengan tidak memproduksi Kale Curly dan Kale

Siberian di Kebun Ciseeng, atau dengan kata lain kegiatan produksi di Kebun

Ciseeng ditiadakan.

Pada Tabel 50, diketahui pula bahwa total keuntungan yang dapat

diperoleh perusahaan pada saat kondisi optimal jumlahnya lebih besar

dibandingkan dengan total keuntungan yang diperoleh perusahaan pada saat

kondisi aktual. Total keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan pada kondisi

optimal yaitu sebesar Rp 40.611.080,- , sedangkan total keuntungan yang

diperoleh perusahaan pada kondisi aktual hanya sebesar Rp 40.421.667,- . Hal

tersebut dikarenakan pada kondisi aktual jumlah biaya yang dikeluarkan lebih

besar dibandingkan jumlah biaya pada kondisi optimal. Berdasarkan nilai

keuntungan pada kondisi aktual dan optimal terdapat selisih yaitu sebesar Rp

189.413. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi keuntungan, nantinya

perusahaan akan mendapatkan keuntungan lebih besar pada saat berproduksi

Page 210: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

191

secara optimal. Dari hasil perbandingan diatas diketahui bahwa jika PT. Kebun

Pangan Jaya berporduksi secara optimal maka perusahaan akan mendapatkan

keuntungan tambahan sebesar Rp 5.198.611,- . Jumlah tersebut didapatkan dari

penghematan biaya produksi dan keuntungan yang didapat jika berproduksi secara

optimal.

Berdasarkan dari nilai keuntungan yang didapatkan pada kondisi aktual

dan kondisi optimal, diketahui bahwa keuntungan pada kondisi aktual besarnya

tidak terlalu jauh dari keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan pada kondisi

optimal. Akan tetapi besarnya diketahui lebih besar keuntungan yang didapatkan

pada kondisi optimal dibandingkan dengan kondisi aktual. Hal tersebut

menunjukkan bahwa sebenarnya kegiatan produksi yang selama ini dilakukan

oleh PT. Kebun Pangan Jaya, atau produksi pada kondisi aktual sudah hampir

optimal jika disandingkan dengan nilai keuntungan yang didapatkan perusahaan

pada kondisi optimal. Akan tetapi karena perusahaan ingin mendapatkan

keuntungan semaksimal mungkin maka disarankan agar perusahaan menerapkan

produksi optimal sesuai dengan rencana produksi optimal. Perusahaan juga

sebaiknya lebih memperhatikan ketersediaan sumberdaya baik sumberdaya alam

maupun sumberdaya manusia yang tersedia di masing-masing kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya, agar produksi Lettuce dan Kale dapat berjalan dengan

optimal. Sehingga nantinya keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dapat

maksimal.

Page 211: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Operasional produksi sayuran Lettuce dan Kale di tiga kebun produksi PT.

Kebun Pangan Jaya dalam menggunakan sumberdaya utama disetiap

kegiatan produksi rata-rata jumlahnya hampir sama. Seperti dalam

penggunaan sumberdaya benih, media tanam rockwool, hole fase N1, hole

fase N2, dan hole fase dewasa, yaitu hanya menggunakan satu butir atau satu

kotak atau satu lubang tanam. Sedangkan dalam menggunakan sumberdaya

larutan nutrisi dan jam tenaga kerja, di masing-masing kebun produksi

jumlahnya berbeda-beda. Lalu untuk ketersediaan sumberdaya utama di

masing-masing kebun produksi jumlahnya juga berbeda-beda.

2. Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran Lettuce dan

Kale di tiap kebun produksi PT. Kebun Pangan Jaya besarnya tidak terlalu

jauh berbeda. Begitupula dengan margin dari memproduksi satu unit sayuran

dari tiap varietas Lettuce dan Kale di tiga kebun produksi PT. Kebun Pangan

Jaya. Besar biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit sayuran

Lollobionda di Kebun Pamulang adalah yang paling terbesar dibandingkan

biaya untuk memproduksi jenis sayuran Lettuce dan Kale lainnya, yaitu

sebesar Rp 2.619,89,-. Sama seperti di Kebun Pamulang, di Kebun Cipanas

biaya produksi terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu biaya untuk

memproduksi satu unit sayuran Lollobionda, yaitu sebesar Rp 3.215,28,-.

Page 212: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

193

Biaya yang dibutuhkan di Kebun Ciseeng untuk memproduksi Kale Curly

dan Kale Siberian sama, yaitu sebesar Rp 7.378,2 perunit. Selanjutnya yaitu

nilai margin terbesar dari sayuran yang diproduksi di Kebun Pamulang,

yaitu margin Kale Siberian sebesar Rp 7.011,11,-. Lalu nilai margin terbesar

dari sayuran yang diproduksi di Kebun Cipanas yaitu margin Kale Curly

sebesar Rp 9.540,72,- , dan nilai margin terbesar di Kebun Ciseeng yaitu

margin Kale Curly sebesar Rp 5.121,77,-.

3. Tingkat permintaan konsumen terhadap tiap varietas Lettuce dan Kale

disetiap bulannya berbeda-beda. Dari hasil kompilasi data penjualan 2017

dengan data PO bulan April, Mei, dan Juni 2018, didapatkan bahwa rata-rata

permintaan Lollobionda disetiap bulannya yaitu sebanyak 906 unit, rata-rata

permintaan Lollorossa yaitu 1.235 unit, rata-rata permintaan Romaine yaitu

1.298 unit, rata-rata permintaan Green Oaklef yaitu 747 unit, rata-rata

permintaan Red Oaklef yaitu 756 unit, rata-rata permintaan Endive yaitu 347

unit, rata-rata permintaan Butterhead yaitu 627 unit, rata-rata permintaan

Kale Curly yaitu 1.151 unit, rata-rata permintaan Kale siberian yaitu 409

unit, dan rata-rata permintaan Kale Nero yaitu 171 unit.

4. Perencanaan produksi disusun berdasarkan hasil kombinasi produk optimal.

Dari hasil kombinasi produk optimal diketahui kegiatan produksi aneka

varietas sayuran Lettuce dan Kale sebaiknya hanya dilakukan di Kebun

Pamulang dan Kebun Cipanas saja. Diketahui pula bahwa di Kebun

Pamulang setiap bulannya sebaiknya hanya fokus untuk memproduksi 5

varietas sayuran Lettuce dan 1 varietas sayuran Kale saja. Kelima varietas

Page 213: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

194

sayuran Lettuce tersebut yaitu Lollorossa, Romaine, Red Oaklef, Endive,

dan Butterhead. Sedangkan satu varietas sayuran Kale yang sebaiknya

diproduksi setiap bulannya di Kebun Pamulang yaitu Kale Siberian. Lalu

untuk di Kebun Cipanas diketahui disetiap bulannya sebaiknya hanya fokus

untuk memproduksi tiga varietas sayuran Lettuce dan dua varietas sayuran

Kale. Ketiga varietas sayuran Lettuce tersebut yaitu Lollorossa, Romaine,

dan Green Oaklef, sedangkan 2 varietas Kale yang sebaiknya diproduksi di

Kebun Cipanas yaitu Kale Curly dan Kale Nero.

5. Total biaya produksi yang dikeluarkan PT. Kebun Pangan Jaya untuk

melakukan produksi secara optimal yaitu sebanyak Rp 17.809.790,- . Jumlah

biaya tersebut lebih kecil dibandingkan dengan total biaya produksi yang

harus dikeluarkan PT. Kebun Pangan Jaya dalam keadaan aktual, yaitu

sebesar Rp 22.818.958,- . Selanjutnya yaitu dari produksi secara optimal

perusahaan nantinya juga akan mendapatkan keuntungan lebih yaitu sebesar

Rp 189.413,- . Jika disatukan dengan total biaya yang berhasil dihemat,

maka nantinya dari produksi optimal perusahaan dapat mendapatkan total

keuntungan sebesar Rp 5.198.611,- .

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terdapat beberapa saran

yang sebaiknya diperhatikan oleh perusahaan dalam perencanaan produksi aneka

varietas sayuran Lettuce dan Kale, yaitu:

Page 214: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

195

1. Sebaiknya data-data PO atau permintaan oleh manajemen PT. Kebun

Pangan Jaya dibukukan dengan baik, agar nantinya dalam melakukan

estimasi permintaan untuk perencanaan produksi selanjutnya bisa lebih

mudah dan lebih nyata dengan melihat permintaan pasar yang sebenarnya.

2. Dalam penelitian ini diketahui terdapat beberapa sumberdaya yang

jumlahnya langka atau habis terpakai dan sumberdaya tersebut berpengaruh

langsung terhadap keuntungan perusahaan. Sebaiknya perusahaan

menambah kapasitas sumberdaya tersebut agar nantinya keuntungan

perusahaan juga bisa bertambah.

3. Pada penelitian ini kontribusi margin dari tiap jenis sayuran yang dihitung

hanya margin kotor. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut

dengan memasukkan kontribusi margin utuh dari setiap produk.

4. Penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dalam membuat perencanaan

produksi sayuran Lettuce dan Kale hidroponik, karena berdasarkan hasil

produksi optimal nantinya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang

lebih besar dibandingkan pada kondisi aktual.

Page 215: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2005. Prinsip-Prinsip Riset Operasi. Erlangga. Jakarta.

Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Asepk Budaya. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1990, 1995,

2000 dan 2010.

https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1267/penduduk-indonesia-

menurut-provinsi-1990-1995-2000-dan-2010.html. Diakses pada tanggal 3

Januari 2019, Pukul 11:24 WIB.

Biegel, John E. 1992. Pengendalian Produksi: Suatu Pendekatan Kuantitatif.

Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.

E. Kristen. 2018. The Secret To Perfect Kale Chips [Artikel].

https://www.chatelaine.com/food/kitchen-tips/the-secret-to-perfect-kale-

chips/. Diakses pada tanggal 2 Januari 2019, Pukul 09:24 WIB.

Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit CV Alfabeta.

Bandung.

Faqih, Achmad. 2016. Kependudukan: Teori, Fakta dan Masalah. Dee Publish.

Yogyakarta.

Gardjito, M., Handayani, W., Salfarino Ryan. 2015. Penanganan Segar

Hortikultura Untuk Penyimpanan Dan Pemasaran. Kencana. Jakarta.

Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Kanisius. Yogyakarta.

Gumbira E. Sa’id & Harizt Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia.

Jakarta.

Handoko. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE.

Yogyakarta.

Heizer dan Render. 2005. Manajemen Operasi (Jilid I, Terjemahan).

Karyasalemba Empat. Jakarta.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta.

Herwibowo, Kunto & Budiana. 2014. Hidroponik Sayuran untuk Hobi dan Bisnis.

Penebar Swadaya Grup. Jakarta.

Page 216: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

197

Hestianingsih. 2011. Rajin Makan Selada Bisa Bantu Cegah Kanker [Artikel].

https://m.detik.com/wolipop/health-and-diet/d-165827/rajin-makan-selada-

bisa-bantu-cegah-kanker. Diakses pada tanggal 8 Januari 2019, Pukul

08:30 WIB.

Iswardani, Wiwin. 2011. Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Parung

Farm di Unit Kebun Parung-Bogor [Skripsi]. Prodi Agribisnis, Fakultas

Sains dan Teknologi, UIN. Jakarta.

Kementrian Pertanian. 2017. Statistik Pertanian 2017. Pusat Data dan Sistem

Informasi Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

Kumparan. 2018. Baik untuk Pencernaan, Ini Alasan Kenapa Kamu Harus

Konsumsi Kale [Artikel]. https://m.kumparan.com/the-sonet/baik-untuk-

pencernaan-ini-alasan-kenapa-kamu-harus-konsumsi-kale-

1540983742562007034. Diakses pada tanggal 8 Januari 2019, Pukul 08:29

WIB.

Lingga, Pinus. 1991. Hidroponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Maulidah, Silvana. 2012. Pengantar Manajemen Agribisnis. UB Press. Malang.

Mayawati, Chyntia. 2015. Perencanaan Produksi Sayuran Organik untuk

Memenuhi Kebutuhan Pasar Retail Modern di CV. Tani Organik Merapi

(TOM) Yogyakarta [Skripsi]. Jurusan Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. Yogyakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Nasution, Arman Hakim. 2006. Manajemen Industri. Penerbit CV. Andi Offset.

Yogyakarta.

Poerwanto, Roedhy dan Anas D. Susila. 2013. Seri 1 Hortikultura Tropika

Teknologi Hortikultura. IPB Press. Bogor.

Prasetya, H. & Fitri Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Media Presindo.

Yogyakarta.

PT. Kebun Pangan Jaya (Kebun Sayur). 2018. Data Kebun Sayur. Pamulang

[Tidak dipublikasi].

Rizki. 2014. Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Pada PT. Kebun Sayur

Segar (Parung Farm), Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. IPB. Bogor.

Page 217: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

198

Rubatzky, V., Mas Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, Dan

Gizi. Penerbit ITB. Bandung.

Siahaya, Willem. 2015. Sukses Supply Chain Management Akses Demand Chain

Management. In Media. Jakarta

Singgih, Santoso. 2009. Business Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa

Kini dengan Minitab dan SPSS. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sinulingga, Sukaria. 2013. Perencanaan & Pengendalian Produksi. Penerbit

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Siswanto. 2007. Riset Operasi Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Soekartawi. 2016. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.

Soeseno, Slamet. 1999. Bisnis Sayuran Hidroponik. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Sumoprastowo. 2000. Memilih dan Menyimpan Bahan Makanan. Penerbit Bumi

Aksara. Jakarta.

Supranto, Johannes. 2009. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan. Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta.

Tampubolon. 2004. Manajemen Operasional. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta

Trihandono, Mokhamad Carnegie. 2017. Optimalisai Usahatani Sayuran

Hidroponik Kasus Carnegie Hydroponics Kecamatan Ciseeng Kabupaten

Bogor [Skripsi]. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, IPB. Bogor.

Wastra, Akhmad Riyadi & Mahbubi A. 2013. Risiko Agribsinis. Gaung Persada

Press Group. Jakarta.

Wijaya, Andi. 2013. Pengantar Riset Operasi. Penerbit Mitrawacana Media.

Jakarta.

Wijaya, Ketut Anom. 2012. Pengantar Agronomi Sayuran. PT. Prestasi

Pustakaraya. Jakarta.

Wisnubrata. 2017. 4 Efek Samping Akibat Terlalu Banyak Makan Daging

[Artikel]. https://lifestyle.kompas.com/read/2017/08/31/170000820/4-

efek-samping-akibat-terlalu-banyak-makan-daging. Diakses pada tanggal

8 Januari 2019, Pukul 08:02 WIB.

Page 218: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

199

LAMPIRAN

Page 219: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

200

Lampiran 1. Panduan Wawancara

PANDUAN WAWANCARA

1. DATA INFORMAN

Nama :

Jenis Kelamin : L/P

Jabatan :

Alamat :

2. DAFTAR PERTANYAAN

a. Profil PT. Kebun Pangan Jaya

1. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Kebun Pangan Jaya?

Jawaban:

2. Apa visi, misi, dan tujuan dari PT. Kebun Pangan Jaya?

Jawaban:

3. Bagaimana struktur organisasi PT. Kebun Pangan Jaya?

Jawaban:

4. Apa saja bidang usaha dari PT. Kebun Pangan Jaya?

Jawaban:

5. Bagaimana alur produksi dalam memproduksi Lettuce dan Kale di unit

usaha Kebun Sayur PT. Kebun Pangan Jaya?

Jawaban:

b. Kebutuhan Benih

6. Apa nama merk benih yang digunakan?

Jawaban:

7. Berapa isi dan harga dari perpacknya?

Jawaban:

8. Berapa tingkat pertumbuhan dari benih tersebut?

Jawaban:

9. Termasuk ke dalam jenis apa benih tersebut?

Jawaban:

10. Mengapa menggunakan benih tersebut?

Jawaban:

11. Berapa banyak benih yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit

tanaman?

Jawaban:

c. Kebutuhan Nutrisi AB Mix

12. Apa nama merk nutrisi yang digunakan?

Jawaban:

13. Berapa isi dan harga dari persetnya?

Page 220: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

201

Jawaban:

14. Bahan apa saja yang terkandung dalam nutrisi tersebut?

Jawaban:

15. Kapan waktu pemberian nutrisi untuk tanaman?

Jawaban:

16. Berapa liter nutrisi yang dibutuhkan dalam sehari?

Jawaban:

17. Berapa banyak nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit

tanaman?

Jawaban:

d. Kebutuhan Media Tanam Rockwoll

18. Apa nama merk rockwool yang digunakan?

Jawaban:

19. Berapa harga dari perbalnya?

Jawaban:

20. Berapa berat perbalnya?

Jawaban:

21. Dalam satu bal, dapat dijadikan menjadi berapa kotak media tanam

rockwool yang siap pakai?

Jawaban:

22. Mengapa memilih untuk menggunakan media tanam rockwool?

Jawaban:

e. Kebutuhan Jumlah Lubang Tanam/Hol

27. Berapa jumlah lubang tanam yang terdapat dalam satu meja produksi?

Jawaban:

28 Berapa biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan satu meja produksi

tersebut?

Jawaban:

29. Berapa panjang meja produksi tersebut?

Jawaban:

f. Kebutuhan Tenaga Kerja

30. Berapa jumlah tenaga kerja di unit usaha kebun sayur ini?

Jawaban:

31. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dala satu bulan?

Jawaban:

32. Mulai dan sampai dengan jam berapa tenaga kerja bekerja dalam

seharinya?

Jawaban:

Page 221: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

202

Lampiran 2. Data Penjualan Sayuran Lettuce dan Kale Tahun 2017

Jenis Sayuran Penjualan 2017 (Unit Tanaman)

Total Rata-Rata Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Lollobionda 374 606 675 528 1209 860 952 753 1201 1055 1254 858 10325 860,4

Lollorossa 764 519 998 1126 1341 1398 1691 1783 1232 979 1349 1148 14328 1194,1

Romaine 1028 1235 1285 1625 1570 1219 948 754 819 1631 1873 1003 14990 1249,2

Green Oaklef 331 504 700 496 879 648 750 735 860 782 1020 876 8581 715,1

Red Oaklef 336 754 456 422 802 806 1020 894 790 1156 905 364 8705 725,4

Endive 276 666 566 424 284 128 8 70 58 86 128 162 2856 238,1

Butterhead 356 621 600 510 588 530 683 752 600 589 748 486 7063 588,6

Kale Curly 764 208 428 162 990 1876 2086 1928 1222 1452 1340 572 13028 1085,7

Kale Siberian 986 492 928 270 532 20 102 20 0 40 300 60 3750 312,5

Kale Nero 10 0 80 0 80 80 6 92 228 96 174 76 922 76,8

Total 5225 5605 6716 5563 8275 7565 8246 7781 7010 7866 9091 5605

Rata-Rata 522,5 560,5 671,6 556,3 827,5 756,5 824,6 778,1 701 786,6 909,1 560,5

Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)

Keterangan: Kolom (14)=Jumlah Kolom (2) s/d Kolom (13) ;

Kolom (15)=Rata-Rata Kolom (2) s/d Kolom (13) ;

Kolom (16)=Rata-Rata / Total Rata-Rata ;

Kolom (17)=Kolom (16) x Jumlah Jam Tenaga Kerja Sebulan (400 jam) ;

Kolom (18)=Kolom (17) / Kolom (15) ;

Kolom (19)=Kolom (16) x Jumlah Biaya Tenaga Kerja Sebulan (Rp 3.750.000) ;

Kolom (20)=Kolom (19) / Kolom (15)

Page 222: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

202

Lampiran 3. Data Permintaan Sayuran Lettuce dan Kale Bulan April, Mei, dan Juni 2018

Sayuran

April 2018 Selisih

(unit)

Mei 2018 Selisih

(unit)

Juni 2018 Selisih

(unit) PO

(unit)

Penjualan

(unit)

PO

(unit)

Penjualan

(unit)

PO

(unit)

Penjualan

(unit)

Lollobionda 1194 1172 22 656 608 48 764 696 68

Lollorossa 1744 1727 17 1244 1182 62 1662 1622 40

Romaine 1160 1124 36 1052 1006 46 1060 994 66

Green Oaklef 806 787 19 612 580 32 924 886 38

Red Oaklef 870 854 16 720 680 40 708 682 26

Endive 154 0 154 146 0 146 66 0 66

Butterhead 830 807 23 520 482 38 498 450 48

Kale Curly 1546 1513 33 1294 1232 62 990 878 112

Kale Siberian 64 14 50 200 6 194 164 88 76

Kale Nero 120 0 120 96 50 46 144 0 144

Jumlah 8488 7998 490 6540 5826 714 6980 6296 684

Sumber: PT. Kebun Pangan Jaya 2018 (Diolah)

203

Page 223: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

204

(1) (a)

(1)

(1) (a)

(a)

(1)

(1)

(1)

Lampiran 4. Skema dan Gambar Instalasi Hidroponik PT. Kebun Pangan

Jaya (Kebun Sayur)

a. Fase N1

(2)

(1) Skema Gully Fase N1 ; (2) Gambar Gully Fase N1 Sumber: Observasi, Agustus 2018

b. Fase N2

(2)

(1) Skema Gully Fase N2 ; (2) Gambar Gully Fase N2 Sumber: Observasi, Juli 2018

c. Fase Dewasa

(2)

(1) Skema Gully Fase Dewasa ; (2) Gambar Gully Fase Dewasa Sumber: Observasi, Juli 2018

Page 224: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

205

Lampiran 5. Gambar Produk Sayuran PT. Kebun Pangan Jaya

a. Sayuran Daun

Sumber: Observasi, Juli s/d Agustus 2018

b. Sayuran Buah

Tomat Cherry

Sumber: Observasi, Juli 2018

c. Tanaman Herbal

Aneka Jenis Tanamn Herbal dalam Pot

Sumber: Observasi, Juli 2018

Lollobionda Lollorossa Romaine

Green Oaklef Red Oaklef Endive

Butterhead Kale Curly

Kale Siberian Kale Nero

Page 225: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

206

Lampiran 6. Gambar Kemasan Produk Sayuran Lettuce dan Kale PT.

Kebun Pangan Jaya

a. Kemasan Bucket

Sumber: Observasi, Juli 2018

b. Kemasan Seal

Sumber: Observasi, Juli 2018

Page 226: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

Lam

pir

an

7. D

ata

Pro

du

ksi

An

eka S

ayu

ran

Let

tuce

dan

Kale

PT

. K

ebu

n P

an

gan

Jaya T

ah

un

2017

a.D

ata

Pro

duksi

Say

ura

n L

ettu

ce d

an K

ale

di

Tig

a K

ebun P

roduksi

PT

. K

ebun P

angan

Jaya

Bula

n J

anuar

i s/

d J

uni

2017

Jenis

Sayura

n

Pro

duksi

(H

asi

l P

anen

) 2

01

7 (

Unit

Tan

am

an)

Januar

i F

ebru

ari

Mar

et

Ap

ril

Mei

Ju

ni

Juli

CP

P

M

CS

C

P

PM

C

S

CP

P

M

CS

C

P

PM

C

S

CP

P

M

CS

C

P

PM

C

S

CP

P

M

CS

Lo

llo

bio

nd

a 1

94

18

0

0

16

4

44

2

0

14

4

53

1

0

20

50

8

0

36

4

84

5

0

58

4

27

6

0

37

6

57

6

0

Lo

llo

ross

a

21

0

55

4

0

84

43

5

0

36

0

63

8

0

23

6

89

0

0

38

0

96

1

0

56

4

83

4

0

10

44

64

7

0

Ro

mai

ne

16

4

86

4

0

24

2

99

3

0

34

6

93

9

0

15

6

14

69

0

68

0

89

0

0

80

4

41

5

0

82

0

12

8

0

Gre

en O

akle

f 3

6

29

5

0

80

42

4

0

27

8

42

2

0

80

41

6

0

35

2

52

7

0

47

6

17

2

0

40

4

34

6

0

Red

Oak

lef

16

2

17

4

0

28

2

47

2

0

56

40

0

0

10

41

2

0

88

71

4

0

27

6

53

0

0

62

8

39

2

0

End

ive

36

24

0

0

52

0

14

6

0

82

48

4

0

48

37

6

0

46

0

0

0

20

4

0

0

0

8

0

Butt

erhea

d

0

35

6

0

17

8

44

3

0

11

2

48

8

0

44

46

6

0

45

2

13

6

0

68

0

0

0

24

0

44

3

0

Kal

e C

url

y

33

8

0

42

6

0

0

20

8

0

0

42

8

0

0

16

2

92

4

0

82

78

0

0

10

96

14

44

0

64

2

Kal

e S

iber

ian

0

7

00

28

6

0

23

6

25

6

0

70

0

22

8

0

14

8

12

2

0

36

8

16

4

0

0

22

0

0

10

4

Kal

e N

ero

2

0

0

0

0

0

0

10

0

0

0

0

0

0

15

2

0

0

96

0

0

20

0

0

To

tal

11

60

33

63

71

2

15

50

35

91

46

4

14

78

46

02

65

6

59

4

46

85

28

4

38

52

44

41

24

6

44

64

22

27

11

18

49

76

25

40

74

6

Rat

a-R

ata

11

6

33

6,3

7

1,2

1

55

35

9,1

4

6,4

1

47

,8

46

0,2

6

5,6

5

9,4

4

68

,5

28

,4

38

5,2

4

44

,1

24

,6

44

6,4

2

22

,7

11

1,8

4

97

,6

25

4

74

,6

Sum

ber

: P

T.

Keb

un P

angan

Jay

a 2

018

(D

iola

h)

Ket

eran

gan

: C

P=

Cip

anas

; P

M=

Pam

ula

ng ;

CS

=C

isee

ng

207

Page 227: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

b.

Dat

a P

roduksi

Say

ura

n L

ettu

ce d

an K

ale

di

Tig

a K

ebun P

roduksi

PT

. K

ebun P

angan

Jaya

Bula

n A

gust

us

s/d D

esem

ber

201

7 d

an T

ota

l S

elam

a S

etah

un

Jenis

Sayura

n

Pro

duksi

20

17

(U

nit

Tan

am

an

) T

ota

l

Ag

ust

us

Sep

tem

ber

O

kto

ber

N

ovem

ber

D

esem

ber

K

ebun

3

Keb

un

C

P

PM

C

S

CP

P

M

CS

C

P

PM

C

S

CP

P

M

CS

C

P

PM

C

S

Cip

anas

P

amula

ng

C

isee

ng

Lo

llo

bio

nd

a 2

52

50

1

0

36

8

83

3

0

89

6

15

9

0

32

0

93

4

0

50

4

35

4

0

4.1

86

6.1

39

0

10

.325

Lo

llo

ross

a

90

4

87

9

0

54

4

68

8

0

48

8

49

1

0

11

2

12

37

0

57

6

57

2

0

5.5

02

8.8

26

0

14

.328

Ro

mai

ne

76

0

0

0

55

6

26

3

0

15

44

87

0

10

60

81

3

0

69

6

30

7

0

7.8

28

7.1

68

0

14

.996

Gre

en O

akle

f 2

60

47

5

0

36

4

49

6

0

45

6

32

6

0

30

0

72

0

0

60

8

26

8

0

3.6

94

4.8

87

0

8.5

81

Red

Oak

lef

16

0

73

4

0

28

0

51

0

0

10

40

11

6

0

40

4

50

1

0

32

8

36

0

3.7

14

4.9

91

0

8.7

05

End

ive

68

2

0

72

0

0

13

6

0

0

16

0

0

0

18

0

0

0

1.9

66

1.2

56

0

3.2

22

Butt

erhea

d

33

2

42

0

0

16

8

43

2

0

36

8

22

1

0

33

6

41

2

0

34

4

14

2

0

3.2

54

3.9

59

0

7.2

13

Kal

e C

url

y

80

4

0

11

24

53

6

0

68

6

11

20

0

33

2

50

8

0

83

2

58

4

0

20

7.0

38

0

6.0

38

13

.076

Kal

e S

iber

ian

0

0

2

2

0

0

16

0

0

80

0

0

32

0

0

0

80

0

2.1

52

1.7

00

3.8

52

Kal

e N

ero

1

36

0

0

28

8

0

0

18

4

0

0

17

4

0

0

10

4

0

0

1.2

74

0

0

1.2

74

To

tal

36

76

30

11

11

46

31

76

32

22

70

2

62

32

14

00

41

2

33

74

46

17

11

52

39

24

16

79

10

0

38

.456

39

.378

7.7

38

85

.572

Rat

a-R

ata

36

7,6

3

01

,1

11

4,6

3

17

,6

32

2,2

7

0,2

6

23

,2

14

0

41

,2

33

7,4

4

61

,7

11

5,2

3

92

,4

16

7,9

1

0

3.8

45,6

3

93

7,8

7

73

,8

8.5

57,2

Sum

ber

: P

T.

Keb

un P

angan

Jay

a 2

018

(D

iola

h)

Ket

eran

gan

: C

P=

Cip

anas

; P

M=

Pam

ula

ng ;

CS

=C

isee

ng

208

Page 228: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

Lam

pir

an

8.

Per

hit

un

gan

Laru

tan

Nu

tris

i A

B M

ix u

ntu

k S

atu

Un

it T

an

am

an

Let

tuce

dan

Kale

a.K

ebun P

amula

ng

Jenis

Sayura

n

(1)

Pro

duksi

Keb

un P

am

ula

ng 2

01

7 (

Unit

Tan

aman)

To

tal

(14

)

Rat

a

Rat

a

(15

)

%

(16

)

To

tal

Seb

ula

n

(ml)

(17

)

Nutr

isi/

Unit

(ml)

*

(18

)

To

tal

Seb

ula

n

(Rp

)

(19

)

Nutr

isi/

Unit

(Rp

)**

(20

)

Jan

(2)

Feb

(3)

Mar

et

(4)

Ap

ril

(5)

Mei

(6)

Juni

(7)

Juli

(8)

Agst

(9)

Sep

t

(10

)

Okt

(11

)

No

v

(12

)

Des

(13

)

Lo

llo

bio

nd

a 1

80

44

2

53

1

50

8

84

5

27

6

57

6

50

1

83

3

15

9

93

4

35

4

6.1

39

51

1,6

0

,15

5

18

.707

,9

36

,57

18

7.0

79

,1

36

5,6

9

Lo

llo

ross

a

55

4

43

5

63

8

89

0

96

1

83

4

64

7

87

9

68

8

49

1

1.2

37

57

2

8.8

26

73

5,5

0

,22

4

26

.896

,2

36

,57

26

8.9

62

,.3

36

5,6

9

Ro

mai

ne

86

4

99

3

93

9

14

69

89

0

41

5

12

8

0

26

3

87

81

3

30

7

7.1

68

59

7,3

0

,18

2

21

.843

,6

36

,57

21

8.4

36

,6

36

5,6

9

Gre

en

Oak

lef

29

5

42

4

42

2

41

6

52

7

17

2

34

6

47

5

49

6

32

6

72

0

26

8

4.8

87

40

7,2

0

,12

4

14

.892

,5

36

,57

14

8.9

25

,8

36

5,6

9

Red

Oak

lef

17

4

47

2

40

0

41

2

71

4

53

0

39

2

73

4

51

0

11

6

50

1

36

4.9

91

41

5,9

0

,12

6

15

.209

,5

36

,57

15

2.0

95

,1

36

5,6

9

End

ive

24

0

14

6

48

4

37

6

0

0

8

2

0

0

0

0

1.2

56

10

4,6

0

,03

1

3.8

27,5

3

6,5

7

38

.275

,1

36

5,6

9

Butt

erhea

d

35

6

44

3

48

8

46

6

13

6

0

44

3

42

0

43

2

22

1

41

2

14

2

3.9

59

32

9,9

0

,10

1

12

.064

,6

36

,57

12

0.6

46

,1

36

5,6

9

Kal

e

Sib

eria

n

70

0

23

6

70

0

14

8

36

8

0

0

0

0

0

0

0

2.1

52

17

9,3

0

,05

4

6.5

57,9

3

6,5

7

65

.579

,7

36

5,6

9

TO

TA

L

3.3

63

3.5

91

4.6

02

4.6

85

4.4

41

2.2

27

2.5

40

3.0

11

3.2

22

1.4

00

4.6

17

1.6

79

39

.378

3.2

81,5

1

1

20

.00

0

1.2

00.0

00

Sum

ber

: P

T.

Keb

un P

angan

Jay

a 2

018

(D

iola

h)

Ket

eran

gan

: Ko

lom

(1

4)=

Jum

lah

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

5)=

Rat

a-R

ata

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

6)=

Rat

a-R

ata

/ T

ota

l R

ata-

Rat

a ;

Ko

lom

(1

7)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Nu

tris

i S

ebu

lan

(1

20

.00

0m

l) ;

Ko

lom

(1

8)=

Ko

lom

(1

7)

/ K

olo

m (

15

) ;

Ko

lom

(1

9)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Bia

ya

Nu

tris

i S

ebu

lan (

Rp

1.2

00

.00

0)

;

Ko

lom

(2

0)=

Ko

lom

(1

9)

/ K

olo

m (

15

)

209

Page 229: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

b.

Keb

un C

ipan

as

Jenis

Sayura

n

(1)

Pro

duksi

Keb

un C

ipan

as

20

17 (

Unit

Tan

am

an)

To

tal

(14

)

Rat

a

Rat

a

(15

)

%

(16

)

To

tal

Seb

ula

n

(ml)

(17

)

Nutr

isi/

Unit

(ml)

*

(18

)

To

tal

Seb

ula

n

(Rp

)

(19

)

Nutr

isi/

Unit

(Rp

)**

(20

)

Jan

(2)

Feb

(3)

Mar

et

(4)

Ap

ril

(5)

Mei

(6)

Juni

(7)

Juli

(8)

Agst

(9)

Sep

t

(10

)

Okt

(11

)

No

v

(12

)

Des

(13

)

Lo

llo

bio

nd

a 1

94

16

4

14

4

20

36

4

58

4

37

6

25

2

36

8

89

6

32

0

50

4

4.1

86

34

8,8

0

,10

8

13

.062

,2

37

,45

13

0.6

22

,1

37

4,4

5

Lo

llo

ross

a

21

0

84

36

0

23

6

38

0

56

4

10

44

90

4

54

4

48

8

11

2

57

6

5.5

02

45

8,5

0

,14

3

17

.168

,7

37

,45

17

1.6

87

,1

37

4,4

5

Ro

mai

ne

16

4

24

2

34

6

15

6

68

0

80

4

82

0

76

0

55

6

15

44

10

60

69

6

7.8

28

65

2,3

0

,20

3

24

.426

,8

37

,45

24

4.2

68

,7

37

4,4

5

Gre

en

Oak

lef

36

80

27

8

80

35

2

47

6

40

4

26

0

36

4

45

6

30

0

60

8

3.6

94

30

7,8

0

,09

6

11

.526

,9

37

,45

11

5.2

69

,4

37

4,4

5

Red

Oak

lef

16

2

28

2

56

10

88

27

6

62

8

16

0

28

0

10

40

40

4

32

8

3.7

14

30

9,5

0

,09

6

11

.589

,3

37

,45

11

5.8

93

,4

37

4,4

5

End

ive

36

52

0

82

48

46

0

20

4

0

68

72

13

6

16

0

18

0

1.9

66

16

3,8

0

,05

1

6.1

34,8

3

7,4

5

61

.348

,1

37

4,4

5

Butt

erhea

d

0

17

8

11

2

44

45

2

68

0

24

0

33

2

16

8

36

8

33

6

34

4

3.2

54

27

1,1

0

,08

4

10

.153

,9

37

,45

10

1.5

39

,4

37

4,4

5

Kal

e C

url

y

33

8

0

0

0

92

4

78

0

14

44

80

4

53

6

11

20

50

8

58

4

7.0

38

58

6,5

0

,18

3

21

.961

,7

37

,45

21

9.6

17

,2

37

4,4

5

Kal

e N

ero

2

0

0

10

0

0

15

2

96

20

13

6

28

8

18

4

17

4

10

4

1.2

74

10

6,1

0

,03

3

3.9

75,4

3

7,4

5

39

.754

,5

37

4,4

5

TO

TA

L

11

60

15

50

14

78

59

4

38

52

44

64

49

76

36

76

31

76

62

32

33

74

39

24

38

.456

3.2

04,6

1

1

20

.00

0

1.2

00.0

00

Sum

ber

: P

T.

Keb

un P

angan

Jay

a 2

018

(D

iola

h)

Ket

eran

gan

: Ko

lom

(1

4)=

Jum

lah

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

5)=

Rat

a-R

ata

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

6)=

Rat

a-R

ata

/ T

ota

l R

ata-

Rat

a ;

Ko

lom

(1

7)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Nu

tris

i S

ebu

lan

(1

20

.00

0m

l) ;

Ko

lom

(1

8)=

Ko

lom

(1

7)

/ K

olo

m (

15

) ;

Ko

lom

(1

9)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Bia

ya

Nu

tris

i S

ebu

lan (

Rp

1.2

00

.00

0)

;

Ko

lom

(2

0)=

Ko

lom

(1

9)

/ K

olo

m (

15

)

210

Page 230: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

c.K

ebun C

isee

ng

Jenis

Sayura

n

(1)

Pro

duksi

Keb

un C

isee

ng 2

01

7 (

Unit

Tan

am

an)

To

tal

(14

)

Rat

a

Rat

a

(15

)

%

(16

)

To

tal

Seb

ula

n

(ml)

(17

)

Nutr

isi/

Unit

(ml)

*

(18

)

To

tal

Seb

ula

n

(Rp

)

(19

)

Nutr

isi/

Unit

(Rp

)**

(20

)

Jan

(2)

Feb

(3)

Mar

et

(4)

Ap

ril

(5)

Mei

(6)

Juni

(7)

Juli

(8)

Agst

(9)

Sep

t

(10

)

Okt

(11

)

No

v

(12

)

Des

(13

)

Kal

e C

url

y

42

6

20

8

42

8

16

2

82

10

96

64

2

11

24

68

6

33

2

83

2

20

6.0

38

50

3,1

0

,78

0

62

.424

,4

12

4,0

6

62

4.2

43

,9

1.2

40,6

Kal

e

Sib

eria

n

28

6

25

6

22

8

12

2

16

4

22

10

4

22

16

80

32

0

80

1.7

00

14

1,6

0

,21

9

17

.575

,6

12

4,0

6

17

5.7

56

,1

1.2

40,6

TO

TA

L

71

2

46

4

65

6

28

4

24

6

11

18

74

6

11

46

70

2

41

2

11

52

10

0

7.7

38

64

4.8

1

8

0.0

00

80

0.0

00

Sum

ber

: P

T.

Keb

un P

angan

Jay

a 2

018

(D

iola

h)

Ket

eran

gan

: Ko

lom

(1

4)=

Jum

lah

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

5)=

Rat

a-R

ata

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

6)=

Rat

a-R

ata

/ T

ota

l R

ata-

Rat

a ;

Ko

lom

(1

7)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Nu

tris

i S

ebu

lan

(8

0.0

00

ml)

;

Ko

lom

(1

8)=

Ko

lom

(1

7)

/ K

olo

m (

15

) ;

Ko

lom

(1

9)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Bia

ya

Nu

tris

i S

ebu

lan (

Rp

800

.00

0)

;

Ko

lom

(2

0)=

Ko

lom

(1

9)

/ K

olo

m (

15

)

211

Page 231: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

Lam

pir

an

9.

Per

hit

un

gan

Jam

Ten

aga K

erja

un

tuk

Satu

Un

it T

an

am

an

Let

tuce

dan

Kale

a.K

ebun P

amula

ng

Jenis

Sayura

n

(1)

Pro

duksi

Keb

un P

am

ula

ng 2

01

7 (

Unit

Tan

aman)

To

tal

(14

)

Rat

a

Rat

a

(15

)

%

(16

)

To

tal

Seb

ula

n

(Jam

)

(17

)

Jam

ker

/

Unit

(Jam

)*

(18

)

To

tal

Seb

ula

n

(Rp

)

(19

)

Jam

ker

/

Unit

(Rp

)**

*

(20

)

Jan

(2)

Feb

(3)

Mar

et

(4)

Ap

ril

(5)

Mei

(6)

Juni

(7)

Juli

(8)

Agst

(9)

Sep

t

(10

)

Okt

(11

)

No

v

(12

)

Des

(13

)

Lo

llo

bio

nd

a 1

80

44

2

53

1

50

8

84

5

27

6

57

6

50

1

83

3

15

9

93

4

35

4

61

39

51

1,5

0

,15

5

93

.539

0,1

8

85

7.4

45

,8

1.6

76,0

6

Lo

llo

ross

a

55

4

43

5

63

8

89

0

96

1

83

4

64

7

87

9

68

8

49

1

12

37

57

2

88

26

73

5,5

0

,22

4

13

4.4

81

0,1

8

1.2

32.7

44

1.6

76,0

6

Ro

mai

ne

86

4

99

3

93

9

14

69

89

0

41

5

12

8

0

26

3

87

81

3

30

7

71

68

59

7,3

0

,18

2

10

9.2

18

0,1

8

1.0

01.1

68

1.6

76,0

6

Gre

en

Oak

lef

29

5

42

4

42

2

41

6

52

7

17

2

34

6

47

5

49

6

32

6

72

0

26

8

48

87

40

7,2

0

,12

4

74

.462

0,1

8

68

2.5

76

,6

1.6

76,0

6

Red

Oak

lef

17

4

47

2

40

0

41

2

71

4

53

0

39

2

73

4

51

0

11

6

50

1

36

49

91

41

5,9

0

,12

6

76

.047

0,1

8

69

7.1

02

,4

1.6

76,0

6

End

ive

24

0

14

6

48

4

37

6

0

0

8

2

0

0

0

0

12

56

10

4,6

0

,03

1

19

.137

0,1

8

17

5.4

27

,9

1.6

76,0

6

Butt

erhea

d

35

6

44

3

48

8

46

6

13

6

0

44

3

42

0

43

2

22

1

41

2

14

2

39

59

32

9,9

0

,10

1

60

.323

0,1

8

55

2.9

61

1.6

76,0

6

Kal

e

Sib

eria

n

70

0

23

6

70

0

14

8

36

8

0

0

0

0

0

0

0

21

52

17

9,3

0

,05

4

32

.789

0,1

8

30

0.5

73

,9

1.6

76,0

6

To

tal

33

63

35

91

46

02

46

85

44

41

22

27

25

40

30

11

32

22

14

00

46

17

16

79

39

.378

32

81

,5

1

60

0

5.5

00.0

00

Sum

ber

: P

T.

Keb

un P

angan

Jay

a 2

018

(D

iola

h)

Ket

eran

gan

: Ko

lom

(1

4)=

Jum

lah

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

5)=

Rat

a-R

ata

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

6)=

Rat

a-R

ata

/ T

ota

l R

ata-

Rat

a ;

Ko

lom

(1

7)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Jam

Ten

aga

Ker

ja S

ebu

lan

(6

00 j

am)

;

Ko

lom

(1

8)=

Ko

lom

(1

7)

/ K

olo

m (

15

) ;

Ko

lom

(1

9)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Bia

ya

Ten

aga

Ker

ja S

ebu

lan

(R

p 5

.500

.000

) ;

Ko

lom

(2

0)=

Ko

lom

(1

9)

/ K

olo

m (

15

)

212

Page 232: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

b.

Keb

un C

ipan

as

Jenis

Sayura

n

(1)

Pro

duksi

Keb

un C

ipan

as

20

17 (

Unit

Tan

am

an)

To

tal

(14

)

Rat

a

Rat

a

(15

)

%

(16

)

To

tal

Seb

ula

n

(Jam

)

(17

)

Jam

ker

/

Unit

(Jam

)*

(18

)

To

tal

Seb

ula

n

(Rp

)

(19

)

Jam

ker

/

Unit

(Rp

)**

*

(20

)

Jan

(2)

Feb

(3)

Mar

et

(4)

Ap

ri l (5)

Mei

(6)

Juni

(7)

Juli

(8)

Agst

(9)

Sep

t

(10

)

Okt

(11

)

No

v

(12

)

Des

(13

)

Lo

llo

bio

nd

a 1

94

16

4

14

4

20

36

4

58

4

37

6

25

2

36

8

89

6

32

0

50

4

41

86

34

8,8

0

,10

8

87

.094

0,2

5

78

9.2

97

,

8

2.2

62,6

8

Lo

llo

ross

a

21

0

84

36

0

23

6

38

0

56

4

10

44

90

4

54

4

48

8

11

2

57

6

55

02

45

8,5

0

,14

3

11

4.4

75

0,2

5

1.0

37.4

3

8

2.2

62,6

8

Ro

mai

ne

16

4

24

2

34

6

15

6

68

0

80

4

82

0

76

0

55

6

15

44

10

60

69

6

78

28

65

2,3

0

,20

3

16

2.8

71

0,2

5

1.4

76.0

2

1

2.2

62,6

8

Gre

en

Oak

lef

36

80

27

8

80

35

2

47

6

40

4

26

0

36

4

45

6

30

0

60

8

36

94

30

7,8

0

,09

6

76

.858

0,2

5

69

6.5

28

2.2

62,6

8

Red

Oak

lef

16

2

28

2

56

10

88

27

6

62

8

16

0

28

0

10

40

40

4

32

8

37

14

30

9,5

0

,09

6

77

.274

0,2

5

70

0.2

99

,

1

2.2

62,6

8

End

ive

36

52

0

82

48

46

0

20

4

0

68

72

13

6

16

0

18

0

19

66

16

3,8

0

,05

1

40

.905

0,2

5

37

0.7

02

,

2

2.2

62,6

8

Butt

erhea

d

0

17

8

11

2

44

45

2

68

0

24

0

33

2

16

8

36

8

33

6

34

4

32

54

27

1,1

0

,08

4

67

.703

0,2

5

61

3.5

63

,

1

2.2

62,6

8

Kal

e C

url

y

33

8

0

0

0

92

4

78

0

14

44

80

4

53

6

11

20

50

8

58

4

70

38

58

6,5

0

,18

3

14

6.4

34

0,2

5

1.3

27.0

6

1

2.2

62,6

8

Kal

e N

ero

2

0

0

10

0

0

15

2

96

20

13

6

28

8

18

4

16

8

10

4

12

68

10

5,6

0

,03

2

26

.382

0,2

5

23

9.0

89

,

7

2.2

62,6

8

To

tal

11

60

15

50

14

78

59

4

38

5

2

44

64

49

76

36

76

31

76

62

32

33

68

39

2

4

38

.45

0

32

04

,

1

1

80

0

7.2

50.0

0

0

Sum

ber

: P

T.

Keb

un P

angan

Jay

a 2

018

(D

iola

h)

Ket

eran

gan

: Ko

lom

(1

4)=

Jum

lah

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

5)=

Rat

a-R

ata

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

6)=

Rat

a-R

ata

/ T

ota

l R

ata-

Rat

a ;

Ko

lom

(1

7)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Jam

Ten

aga

Ker

ja S

ebu

lan

(8

00 j

am)

;

Ko

lom

(1

8)=

Ko

lom

(1

7)

/ K

olo

m (

15

) ;

Ko

lom

(1

9)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Bia

ya

Ten

aga

Ker

ja S

ebu

lan

(R

p 7

.250

.000

) ;

Ko

lom

(2

0)=

Ko

lom

(1

9)

/ K

olo

m (

15

)

213

Page 233: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

c.K

ebun C

isee

ng

Jenis

Sayura

n

(1)

Pro

duksi

Keb

un C

isee

ng 2

01

7 (

Unit

Tan

am

an)

To

tal

(14

)

Rat

a

Rat

a

(15

)

%

(16

)

To

tal

Seb

ula

n

(Jam

)

(17

)

Jam

ker

/

Unit

(Jam

)*

(18

)

To

tal

Seb

ula

n

(Rp

)

(19

)

Jam

ker

/

Unit

(Rp

)**

*

(20

)

Jan

(2)

Feb

(3)

Mar

et

(4)

Ap

ril

(5)

Mei

(6)

Juni

(7)

Juli

(8)

Agst

(9)

Sep

t

(10

)

Okt

(11

)

No

v

(12

)

Des

(13

)

Kal

e C

url

y

42

6

20

8

42

8

16

2

82

10

96

64

2

11

24

68

6

33

2

83

2

20

60

38

50

3,1

0

,78

1

31

2.1

22

0,6

2

2.9

26.1

44

5.8

15,4

6

Kal

e

Sib

eria

n

28

6

25

6

22

8

12

2

16

4

22

10

4

22

16

80

32

0

80

17

00

14

1,6

0

,21

9

87

.878

0,6

2

82

3.8

56

,3

5.8

15,4

6

To

tal

71

2

46

4

65

6

28

4

24

6

11

18

74

6

11

46

70

2

41

2

11

52

10

0

7.7

38

64

4,7

1

4

00

3.7

50.0

00

Sum

ber

: P

T.

Keb

un P

angan

Jay

a 2

018

(D

iola

h)

Ket

eran

gan

: Ko

lom

(1

4)=

Jum

lah

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

5)=

Rat

a-R

ata

Ko

lom

(2

) s/

d K

olo

m (

13

) ;

Ko

lom

(1

6)=

Rat

a-R

ata

/ T

ota

l R

ata-

Rat

a ;

Ko

lom

(1

7)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Jam

Ten

aga

Ker

ja S

ebu

lan

(4

00 j

am)

;

Ko

lom

(1

8)=

Ko

lom

(1

7)

/ K

olo

m (

15

) ;

Ko

lom

(1

9)=

Ko

lom

(1

6)

x J

um

lah

Bia

ya

Ten

aga

Ker

ja S

ebu

lan

(R

p 3

.750

.000

) ;

Ko

lom

(2

0)=

Ko

lom

(1

9)

/ K

olo

m (

15

)

214

Page 234: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

215

Lampiran 10. Output Hasil Olahan Lindo

a. Primal

b. Dual

Page 235: PERENCANAAN PRODUKSI LETTUCE DAN KALE …

216

c. Sensitivitas (Perubahan Nilai Margin)

d. Sensitivitas (Perubahan Jumlah Kapasitas Sumberdaya dan Permintaan Pasar)