PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN …repository.ub.ac.id/30/1/LAILATUL WAKHIDA .pdfSEBAGAI...

267
i PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN SEBAGAI IBU KOTA BARU BAGI KABUPATEN (Studi Tentang Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro Sebagai Ibu Kota Kabupaten Blitar) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya LAILATUL WAKHIDA NIM. 135030601111001 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN MALANG 2017

Transcript of PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN …repository.ub.ac.id/30/1/LAILATUL WAKHIDA .pdfSEBAGAI...

  • i

    i

    PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN SEBAGAI IBU KOTA BARU BAGI KABUPATEN

    (Studi Tentang Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro Sebagai

    Ibu Kota Kabupaten Blitar)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

    pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

    LAILATUL WAKHIDA

    NIM. 135030601111001

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

    JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

    MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN

    MALANG

    2017

  • ii

    ii

    MOTTO

    -main

    dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih

    baik bagi orang-orang yang bertaqwa, maka tidakkah kamu

    (Qs. Al-

    supaya mereka beribadah kepada-

    (Qs. Adz-Dzariyat : 56)

    dho Kedua Orang Tua dan

    (Hasan. At-Tirmidzi : 1899, HR.al-Hakim : 7249)

  • iii

    iii

  • iv

    iv

  • v

    v

  • vi

    vi

    RINGKASAN

    Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Sebagai Ibu Kota Baru Bagi Kabupaten (Studi Tentang Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro Seabagai Ibu Kota Kabupaten Blitar). Skripsi Minat Perencanaan Pembangunan. Ketua Pembimbing Dr. Hermawan, S.IP, M.Si, Anggota Pembimbing, Dr. Rer. Pol. Romy Hermawan, S.Sos., M.AP. Hal 270 + xix.

    Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah yang memiliki perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Berbanding terbalik dengan perkembangan ekonomi yang pesat, Kabupaten Blitar justru belum mengembangkan kegiatan perekonomian di wilayahnya sendiri. Selama ini pusat kegiatan perekonomian masih menjadi satu di Kota Blitar. Oleh, karena itu, Kabupaten Blitar perlu untuk melakukan pengembangan pusat kegiatan di wilayahnya sendiri untuk memperbaiki kondisi wilayahnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan disahkannya Peraturan Pemerintah No 3 tahun 2010 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar dari wilayah Kota Blitar ke wilayah Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur.

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles, Huberman dan Saldana (2014) yang meliputi (1) pengumpulan data, (2) kondensasi data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan kesimpulan. Fokus penelitian ini pertama, perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai ibu kota baru Kabupaten Blitar; kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai ibu kota baru Kabupaten Blitar, antara lain faktor internal dan faktor eksternal.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Biltar melakukan perencanaan pengembangan wilayah sesuai dengan potensi daerah. Wilayah utara cenderung berkembang pesat dibandingkan wilayah selatan. Oleh karena itu, pemerataan pembangunan di wilayah Kabupaten Blitar dilakukan pembangunan ke arah selatan, sehingga dapat mengembangkan wilayah yang belum berkembang. Lokasi wilayah Kecamatan Kanigoro berada di central Kabupaten Blitar dan relatif aman berdasarkan resiko bencana. Perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro menjadi Ibu Kota Kabupaten Blitar merupakan perencanaan yang menyeluruh. Pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro membutuhkan waktu dan dana yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam melaksanakan pengembangan wilayah, agar dapat menjadi kota yang ramah terhadap masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Blitar. Kata Kunci : Perencanaan, Pengembangan Wilayah, Kecamatan, Ibu Kota

    Kabupaten

  • vii

    vii

    SUMMARY

    Lailatul Wakhida, 2017, "Development Planning of Subdistrict as the New Local Capital City of the Regency" (Study of the Regional Development of Kanigoro Subdistrict as the Local Capital City of Blitar Regency). Thesis of Development Planning Interest. Advisor Chairman Dr. Hermawan, S. IP, M.Si, Advisor Member, Dr. rer. pol. Romy Hermawan, S. Sos., M.AP. Page 270 + xix.

    Blitar is one of the area that has a fairly rapid economic development. Inversely with the rapid of the economic development, Blitar regency has not developed the economic activities yet in its own region. During this time, the center of economic activity is still included in Blitar town. Therefore, Blitar Regency needs to implement the development of activities center on its own region to improve the conditions of its region. This is done in accordance with the legalizing of Government Regulation No. 3 of 2010 about the transfer of the capital from Blitar town to Kanigoro Subdistrict in Blitar Regency of East Java Province.

    This study uses descriptive study with a qualitative approach. The data analysis in this study uses Miles interactive model, Huberman and Saldana (2014) which includes (1) data collection, (2) data condensation, (3) data presentation, and (4) conclusion. The focus of this study firstly, the development planning of Kanigoro subdistrict as the new capital of Blitar Regency; secondly, the factors that influence the development planning of Kanigoro subdistrict as the new capital in Blitar Regency, including internal factors and external factors.

    The result of the study showed that Biltar Regency implements the regional development planning in accordance with the region potensial. In the development of the region, the northern region tends to develop rapidly than the south. Therefore, for equalization the development of the region in Blitar Regency is done by the development to the south region, so it can develop the underdeveloped region. Development planning of Kanigoro subdistrict becomes the capital of Blitar Regency is the whole planning. The development of Kanigoro subdistrict needs long time and a lot of finance. Therefore, it is needed a cooperation of the government, private sector and the inhabitants in implementing the regional development, in order to become a city that is friendly for the inhabitants and it can improve the prosperity of the inhabitants in Blitar Regency. Keywords: Planning, Regional Development, Subdistrict, Local Capital City

  • viii

    viii

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Pertama-tama tanpa lupa mengucap Alhamdulillah kepada Allah SWT atas selesainya penulisan skripsi ini. Tanpa Karunia Allah SWT yang memiliki 99 Asmaul Khusna, yang tercermin Maha Besar, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, skripsi ini tidak akan pernah kunjung selesai. Skripsi ini aku persembahkan kepada orang-orang yang tercinta. Kepada Ayahandaku Surojun Munir, S.Sos yang selalu before time menjaga dan merawatku disetiap aku sakit. Orang yang selalu memberikan contoh yang baik, untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW atas kekhawatiran atas anak perempuannya. Orang yang tak pernah berhenti memberikan semangat untuk dapat memprioritaskan hal yang terpenting dalam hidup, agar aku tidak jatuh sakit lagi. Ku persembahkan pula skripsi ini kepada Ibundaku Nurohmah, S.Pd, terimakasih untuk segalanya, telah melahirkan dan membesarkanku, darah dagingku dari air susu Ibu, jiwa dan ragaku dari kasih sayang Ibu. Ibu adalah satu-satunya orang yang mencintaiku tanpa ada batasan. Ibu mampu menjadikan duniaku menjadi syurga. Apa yang aku sebutkan, esok harinya Ibu selalu memberikannya untukku. Doa Ibu adalah kunci keberhasilan terpenting dalam hidup dunia dan akhiratku. Tak lupa kuucapkan terimakasih untuk kakakku Mbak Nurul Qomariyah, A.md yang sudah merawatku ketika aku sakit dan lemah tak berdaya. Selalu merawatku, menjagaku, mengantarkanku setiap kali aku masuk ruang IGD dan mengurusi segala keperluan hidupku di saat aku sakit. Dulu kita sering berantem seperti anak kecil. Kepada semua keluargaku, kakak pertamaku Mbak Miftakhul Hidayati, S.E, buat nenekku Darmiati terimakasih sudah merawatku saat aku sakit dan nenekku Khalimah terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini dan semua sahabatku yang selalu memberikan semangat, nasehat baik, dan selalu memberikan doa-doa terbaik untukku (Rima, Yusuf, Asri, Qorimah, Balqis, nandar, Dany Saila, Ulya, Puput, Bagus, Becca, Qori, Tika, Amy, Yebrin, Deni, Gig, Mega, Ogig, Dea Radista, Rika, Safina, Agus Tina, Dela, Isti, Dista. Teman-teman kos, organisasi MW, RSC, LKP3, sahabat kursus di Kampung Inggris dan semua tetanggaku yang nanti akan menjadi orang-orang pertama yang akan menolongku ketika ada kesusahan sebelum saudara jauhku datang, terimakasih banyak semoga Allah selalu melindungi kita semua dan mengumpulkan kita lagi di SyurgaNya Aamiin Ya Robbal Allamiin. Thanks by Lailatul Wakhida

  • ix

    ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi dengan judul Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro

    Sebagai Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar (Studi Pada Badan Perencanaan

    Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

    dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik Pada Fakultas Ilmu

    Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

    tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

    kesempatan ini panulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku dekan Fakultas Ilmu

    Administrasi Universitas Brawijaya

    2. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik

    Universitas Brawijaya

    3. Bapak Dr. Hermawan, S.IP, M.Si selaku Ketua Program Studi Perencanaan

    Pembangunan dan selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak

    memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

    4. Bapak Dr. rer. pol. Romy Hermawan, S.Sos, M.AP selaku Anggota Komisi

    Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada

    penulis

  • x

    x

    5. Bapak Heri Widyatmoko, S.Pt selaku Kepala Bidang Prasarana dan Wilayah

    di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar yang telah

    bersedia menjadi informan terkait keseluruhan perencanaan pengembangan

    wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar

    6. Ibu Asmaningayu Dewi L., ST. MM selaku Kepala Sub Bidang Tata Ruang

    Prasarana dan Wilayah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    Kabupaten Blitar yang telah bersedia memberikan informasi terkait

    penyusunan master plan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro

    7. Bapak Omar Brahmanto, ST., M.Si selaku staf Bidang Prasarana dan Wilayah

    di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar yang telah

    bersedia memberikan informasi terkait perencanaan pengembangan wilayah

    Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar

    8. Bapak Moh. Irfan Fauzi, ST selaku Staf Bidang Tata Ruang di Dinas PU Cipta

    Karya dan Tata Ruang Kabupaten Blitar yang telah bersedia memberikan

    informasi terkait rencana teknis pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro

    sebagai Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar

    9. Bapak Suprihono selaku Sekertaris Lurah dan pengurus LPMD di Kecamatan

    Ponggok yang telah memberikan informasi terkait perencanaan pemindahan

    Ibu Kota Kabupaten Blitar

    10. Bapak Ir. H. M. Heri Romadhon, MM selaku Wakil Ketua II Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar yang telah bersedia memberikan

    informasi terkait proses perencanaan pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar

    dan informasi terkait pengesahan PP No. 3 Tahun 2010 tentang Pemindahan

  • xi

    xi

    Ibu Kota Kecamatan Kabupaten Blitar dari wilayah Kota Blitar ke Kecamatan

    Kanigoro Kabupaten Blitar Jawa Timur.

    Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya

    membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan

    dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

    Malang, 3 Mei 2017

    Penulis

  • xii

    xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i MOTTO .............................................................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................iii LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ...................................................v RINGKASAN ....................................................................................................vi SUMMARY .......................................................................................................vii LEMBAR PERSEMBAHAN ...........................................................................viii KATA PENGANTAR .......................................................................................viii DAFTAR ISI ......................................................................................................ix DAFTAR TABEL .............................................................................................xii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvii DAFTARLAMPIRAN ......................................................................................xix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................1 B. Perumusan Masalah ....................................................................11 C. Tujuan Penelitian ........................................................................12 D. Kontribusi Penelitian ..................................................................12 E. Sistematika Penulisan..................................................................13

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Administrasi Publik ......................................................................15 B. Administrasi Pembangunan ...........................................................18

    1. Pengertian Administrasi Pembangunan .....................................18 2. Ciri-ciri Administrasi Pembangunan .........................................20

    C. Perencanaan ...................................................................................21 1. Pengertian Perencanaan .............................................................21 2. Fungsi Perencanaan ...................................................................23 3. Unsur-unsur Perencanaan ..........................................................24

    D. Perencanaan Tata Ruang Wilayah (Spatial Planning) ..................26 1. Pengertian Tata Ruang Wilayah ................................................26 2. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah ........................................31

    E. Pengembangan Wilayah .................................................................33 1. Pengertian Wilayah ....................................................................33 2. Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah ...................34

  • xiii

    xiii

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Pengembangan Wilayah .............................................................40 F. Pengembangan Kota .......................................................................47

    1. Pengertian Kota ..........................................................................45 2. Konsep Pengembangan Kota .....................................................46 3. Citra Kota ...................................................................................55 4. Ibu Kota Kabupaten ...................................................................57

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ...........................................................................61 B. Fokus Penelitian ..........................................................................61 C. Lokasi dan Situs Penelitian .........................................................63 D. Sumber dan Jenis Data ................................................................64 E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................68 F. Instrumen Penelitian ...................................................................69 G. Analisis Data ..............................................................................69

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian .......................... 72 1.Gambaran Umum Kabupaten Blitar ...................................... 72

    a. Kondisi Geografis ............................................................ 72 b. Kondisi Iklim ................................................................... 75 c. Wilayah Rawan Bencana ................................................. 75 d. Kondisi Demografi .......................................................... 76 e. Sarana Transportasi .......................................................... 79

    2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar ..................................................................................... 80

    a. Tugas Pokok dan Fungsi ..................................................81 b. Visi dan Misi ...................................................................82 c. Struktur Organisasi ..........................................................82

    3. Gambaran Umum Kecamatan Kanigoro ..............................87 a. Kondisi Geografis ............................................................88 b. Fisik Dasar Kecamatan Kanigoro ....................................89 c. Jenis Tanah ......................................................................91 d. Kondisi Iklim ...................................................................93

    f. Sarana Transportasi .........................................................94 4. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan .............................94

    a. Deliniasi Wilayah Perencanaan .......................................94 b. Profil Wilayah Perencanaan ............................................96

  • xiv

    xiv

    B. Penyajian Data ..............................................................................97 1. Perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar ...............97

    a. Physical Planning (Perencanaan Fisik) ............................101 1) Master Plan ..................................................................102 2) Kajian Aspek Lingkungan ............................................139

    b. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro ................................................................................144

    1) Aksesibilitas Lembaga Keuangan ................................145 2) Kesempatan Kerja ........................................................149 3) Investasi ........................................................................152

    c. Social Planning (Perencanaan Sosial) ...............................157 1) Kebijakan Demografis ..................................................158

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar ...................................................163

    a. Faktor Internal ...................................................................163 1) Sistem yang Digunakan ................................................163 2) Sumber Daya Anggaran ...............................................166 3) Sumber Daya Perencana ...............................................171

    b. Faktor Eksternal ................................................................174 1) Kewilayahan .................................................................174 2) Kemasyarakatan ...........................................................178 3) Penggunaan Teknologi .................................................181

    C. Analisis Data................................................................................184 1. Perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar .................184

    a. Physical Planning (Perencanaan Fisik) .............................192 1) Master Plan ..................................................................193 2) Kajian Aspek Lingkungan ............................................201

    b. Macro-Economic Planning, (Perencanaan Ekonomi Makro ................................................................................205

    1) Aksesibilitas Lembaga Keuangan ................................206 2) Kesempatan Kerja ........................................................209 3) Investasi ........................................................................209

    c. Social Planning (Perencanaan Sosial) ...............................213 1) Kebijakan Demografis ..................................................213

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar ...................................................217

  • xv

    xv

    a. Faktor Internal ...................................................................117 1) Sistem yang Digunakan ................................................218 2) Sumber Daya Anggaran ...............................................220 3) Sumber Daya Perencana ...............................................222

    b. Faktor Eksternal ................................................................225 1) Kewilayahan .................................................................225 2) Kemasyarakatan ...........................................................227 3) Penggunaan Teknologi .................................................229

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................233 B. Saran ...........................................................................................239

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................244

  • xvi

    xvi

    DAFTAR TABEL

    No. Judul Halaman

    1. Narasumber yang Diwawancarai ..............................................................64 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar dalam Sepuluh Tahun Terakhir ............................................................................77 3. Luas Ketinggian Kecamatan Kanigoro .....................................................90 4. Luas dan Prosentase Kelerengan Kecamatan Kanigoro............................91 5 Luas dan Jenis Tanah Kecamatan Kanigoro .............................................92 6. Banyaknya Hari Hujan, Jumlah Curah Hujan, Curah Hujan Tertinggi Rata Rata Curah Hujan Kecamatan Kanigoro...........................93 7. Daftar Kepemilikan Aset di Wilayah Kandidat Calon Ibu Kota Kabupaten Blitar .......................................................................................103 8. Potential Lost dan Potential Gain dari Kegiatan Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar dari Wilayah Kota Blitar ke Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar .......................................................................................107 9. Database Sanimas Kecamatan Kanigoro Tahun 2006 2015 ..................130 10. Peningkatan Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2006 Hingga Tahun 2010 ...................................................................................158 11. Prakiraan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2011-2015 .................................................................................................158 12. Rencana Pendanaan Perwujudan Rencana Struktur Ruang Kabupaten Blitar ............................................................................169 13. Rencana Pendanaan Perwujudan Rencana Pola Ruang Kabupaten Blitar ..........................................................................................................170 14. Sumber Daya Perencana dalam Penyusunan Dokumen Pemindahan Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar Berdasarkan Bidang Perencanaan dan Pengendalian ......................................................................................173

  • xvii

    xvii

    DAFTAR GAMBAR

    No. Judul Halaman

    1. Grafik Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Blitar Tahun 2009-2012 (Persen) ...........................................7 2. Bagan Komponen Kekuasaan Politik........................................................17 3. Bagan Formulasi dan Kombinasi Elemen Citra Kota ...............................56 4. Analisis Data Model Interaktif ..................................................................70 5. Peta Wilayah Kabupaten Blitar .................................................................73 6. Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Blitar .....................................76 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2010-2015 (Jiwa) .................77 8. Siklus Perencanaan dan Penganggaran ....................................................87 9. Lokasi Kecamatan Kanigoro .....................................................................89 10. Deliniasi Wilayah Perencanaan.................................................................94 11. Analisa Penilaian Kelayakan Pemilihan Lokasi Calon Ibu Kota Kabupaten Blitar .......................................................................................107 12. Peta Wilayah Kecamatan Kanigoro Ibu Kota Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur .................................................................................108 13. Kecamatan Kanigoro dilihat secara Lokasi dan Jangkauan Pelayanan ....109 14 Kecamatan Kanigoro dilihat secara Perkembangan Wilayah ...................110 15. Kecamatan Kanigoro dilihat berdasarkan Resiko Bencana Alam ............111 16. Kecamatan Kanigoro dilihat berdasarkan Aksesibilitas ...........................112 17. Ketersediaan Lahan di Perkotaan Kanigoro ..............................................113 18. Tanggapan Masyarakat dari Hasil Konsultasi Publik dalam Rencana Penetapan Kanigoro Sebagai Lokasi Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar .......................................................................................114 19. Master Plan Kawasan Kompleks Lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Blitar .......................................................................................116 20. Site Plan Kawasan Pemerintahan Kabupaten Blitar .................................119 21. Peta Strktur Ruang Kabupaten Blitar ........................................................121 22. Rencana Sistem Jaringan Jalan di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ...................................................................................123 23. Rencana Sirkulasi Pejalan Kaki dan Sepeda di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro .............................................................124 24. Rencana Sistem Parkiran di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ....................................................................................................126 25. Rencana Lokasi Tata Informasi dan Rambu di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro .............................................................124 26. Rencana Elemen Citra Kota di Wilayah Perencanaan Perkotaan

  • xviii

    xviii

    Kanigoro .....................................................................................................127 27. Rencana Sistem Persampahan di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro .....................................................................................................128 28. Rencana Sistem Jaringan Air Bersih di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ....................................................................................129 29. Rencana Sistem Jaringan Drainase di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ....................................................................................131 30. Rencana Titik dan Jalur Evakuasi Bencana di Wilayah Perencanaan Perkotaan Kanigoro ..............................................................132 31. Peta Pola Ruang Kabupaten Blitar ............................................................139 32. Rencana Lokasi Alun-alun dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Pusat Pemerintahan abupaten Blitar ..........................................................141

  • xix

    xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    No. Judul Halaman

    1. Surat Pra Riset/Survey .................................................................................249 2. Surat Riset/Survey ........................................................................................250 3. Tanda Terima Berkas Izin Penelitian ...........................................................251 4. Surat Penelitian ke BAPPEDA Kabupaten Blitar ........................................252 5. Surat Penelitian ke Dinas Pemerintahan dan Ormas Kabupaten Blitar .......253 6. Pedoman Wawancara ...................................................................................254 7. SK Tim Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar .........................................256 8. PP No 3 Tahun 2010 ....................................................................................263 9. Curriculum Vitae ..........................................................................................268

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pengembangan wilayah diterapkan pada organisasi sektor publik sebagai

    pendekatan dalam melaksanakan pembangunan daerah. Evolusi wilayah sudah

    berlangsung semenjak 4000 tahun sebelum masehi dan memunculkan

    pebelajaran, pengalaman, tradisi dan kecenderungan. (Catanese dan Synder,

    1988:3). Tahun 1983 Menteri pengelola regional planning di Eropa

    menghubungkan pengembangan wilayah dengan perencanaan tata ruang, yang

    European regional/Spatial planning

    mengatasi masalah, mengantisipasi dan mempersiapkan kebutuhan pada masa

    depan. Seperti yang dihadapi Eropa, yaitu adanya diskriminasi sosial akibat

    perbedaan pendapatan ekonomi, masalah geografis di mana tatanan penduduk

    tidak teratur dengan perpindahan penduduk dari desa ke kota-kota besar.

    Penerapan perencanaan tata ruang di Eropa dilakukan melalui berbagai

    aktifitas, yakni untuk mengatur penyebaran penduduk serta penyusunan

    rencana pada tata guna tanah, perencanaan kota, perencanaan daerah,

    perencanaan lingkungan, rencana tata ruang nasional hingga tingkat

    internasional. Adanya pengembangan wilayah tersebut, telah berhasil

    meningkatkan kemampuan dalam menyusun perencanaan di pusat-pusat

    pertumbuhan kota (Williams, 1996:14).

    Pengembangan wilayah juga telah diterapkan di Yunani dalam

    meningkatkan kegiatan pengembangan perkotaan. Adapun ungkapan bahwa

    1

  • 2

    e

    of urban centers in Greece in the context of regional and spatial planning

    (Christofakis dan Athanasios, 2011:5). Pendapat di atas menjelaskan bahwa

    dalam beberapa tahun terakhir, terdapat usaha dari pemerintah Yunani untuk

    mendorong peran pembangunan pusat-pusat kota di Yunani dalam konteks

    perencanaan wilayah dan tata ruang. Penerapan strategi dalam pengembangan

    perkotaan dan daerah telah berhasil memunculkan kemampuan perencanaan

    pusat-pusat pertumbuhan kota di Yunani serta mampu mengatasi masalah

    demografis, di mana jumlah kematian lebih besar daripada jumlah kelahiran,

    jumlah imigran yang menetap di Yunani mencapai lebih dari satu juta jiwa

    tanpa adanya persetujuan dari pemerintah Yunani.

    Kondisi pengembangan wilayah di Yunani tersebut, juga terjadi di

    Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam perjalanan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia (NKRI), Pemerintah Republik Indonesia juga telah melakukan

    upaya dalam pengembangan wilayah. Upaya tersebut, salah satunya dilakukan

    melalui pemindahan pusat pemerintahan sebagai ibu kota. Sejarah pemindahan

    Ibu Kota Indonesia diawali pada tahun 1946 dari Kota Jakarta ke Kota

    Yogyakarta. Pemindahan tersebut dilakukan untuk mempercepat proses

    penyempurnaan organisasi negara. Pada tahun 1948 Ibu Kota Indonesia

    kembali dipindah ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat, karena adanya kondisi

    pemerintahan yang kurang aman dan tertangkapnya para pemimpin oleh

    Belanda. Lokasi ibu kota tersebut, dipindah kembali ke Bireuen Aceh pada

    tahun 1949, namun hanya berlangsung selama satu minggu akibat ibu kota

  • 3

    sebelumnya telah dikuasai oleh Belanda, dan hingga saat ini Ibu Kota

    Indonesia berpusat kembali di Kota Jakarta. (www.jadiberita.com)

    Ketentuan lokasi Ibu Kota Indonesia di Kota Jakarta tersebut, telah diatur

    dalam Undang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi

    Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik

    Indonesia. Dijelaskan pada Undang-undang tersebut bahwa Ibu Kota Jakarta

    sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki fungsi dan

    peran yang penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan

    Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-undang Dasar

    Negara Republik Indonesia tahun 1945. Lokasi Ibu Kota Indonesia yang

    selama ini telah mengalami beberapa kali pemindahan, perlu adanya ketentuan

    yang konsisiten. Hal tersebut juga telah dijelaskan Archibugi (2008:29) bahwa

    kegiatan pengembangan wilayah harus memiliki orientasi yang bersifat

    menyeluruh, lengkap serta konsisten dengan rencana yang disusun sebelumnya.

    Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pemerintahan Indonesia, pemerintah

    perlu menyusun cara dalam menentukan kebijakan. Salah satu upaya yang

    dapat dilakukan pemerintah dalam menentukan lokasi ibu kota dapat

    dilakukan melalui penyusunan perencanaan.

    Adanya perencanaan yang dilakukan dalam pengembangan wilayah

    kecamatan sebagai ibu kota seharusnya disusun dengan baik. Tiwari dalam

    Nallathiga (2009:145) menjelaskan Rencana awal dapat dikatakan

    baik, apabila mampu memenuhi kebutuhan dalam pertumbuhan kota dengan

    memperhatikan beberapa aspek, yakni (policy), (practice focused much on

  • 4

    regulation) dan (the quality of life) untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat Adanya rencana awal yang baik, mampu memenuhi kebutuhan

    pertumbuhan kota dengan mengacu pada kebijakan dan pelaksanaan yang

    berfokus pada regulasi yang telah ditetapkan serta memperhatikan peningkatan

    kualitas hidup, agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Terkait regulasi tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan

    perencanaan yang dilaksanakan dalam pembangunan dilakukan untuk

    mencapai tujuan bernegara. Pelaksanaan perencanaan pembangunan

    dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    (DPRD) berdasarkan asas otonomi serta prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

    sistem dan prinsip NKRI. Pada Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang

    Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 2 ayat (1) dijelaskan bahwa

    pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan

    prinsip-prinsip bersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

    lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

    kesatuan nasional. Salah satu prinsip yang sangat penting tersebut adalah

    kemandirian. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya langkah suatu daerah

    untuk mengatur daerahnya sendiri sesuai dengan kewenangannya.

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

    Pemerintahan Daerah, pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa otonomi daerah

    merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

    mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

    dalam sistem Negera Kesatuan Republik Indonesia. Disebutkan pada pasal 31

  • 5

    ayat (2) bahwa penataan daerah memiliki beberapa tujuan, yakni untuk

    mewujudkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Adapun

    tujuan lain adalah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat,

    meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan, meningkatkan daya saing

    nasional dan daya saing daerah serta untuk memelihara keunikan adat istiadat,

    tradisi dan budaya.

    Sesuai dengan diberlakukannya undang-undang tersebut, maka

    pemerintah dituntut untuk mampu menata dan mengelola daerahnya sendiri

    sesuai dengan sumber daya yang dimiliki di daerahnya. Hal tersebut salah

    satunya dilakukan melalui kegiatan pemindahan ibu kota atau pusat

    pemerintahan daerah. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016:1) dijelaskan

    bahwa ibu kota kabupaten merupakan tempat kedudukan pusat pemerintahan

    pada tingkat kabupaten atau daerah tingkat II. Pada tahun 2008 beberapa

    daerah di Jawa Timur telah melakukan pemindahan ibu kota kabupaten, yang

    awalnya berada di wilayah kota dan saat ini telah dipindah pada daerahnya

    sendiri, antara lain Kabupaten Malang yang dilakukan sejak tahun 2008,

    berpindah dari wilayah kota Malang ke Kecamatan Kepanjen, agar pemberian

    pelayanan kepada masyarakat lebih efektif serta dapat meningkatkan

    pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat

    (Permata, 2009:1). Selain itu, Kabupaten Probolinggo juga telah melakukan

    pemindahan ibu kota sejak tahun 2010, yang berpindah dari wilayah kota

    Probolinggo ke Kecamatan Krakasan, untuk mengurangi kesenjangan

  • 6

    pembangunan di daerah serta untuk memudahkan pelayanan bagi masyarakat

    (Wiranata, 2012:9).

    Selain daerah tersebut, saat ini Pemerintah Kabupaten Blitar juga telah

    melakukan upaya dalam pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar, yang

    awalnya menjadi satu di wilayah kota Blitar dan saat ini telah berpindah ke

    Kecamatan Kanigoro. Sesuai ketentuan yang disahkan oleh Presiden Republik

    Indonesia mengenai pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar, yakni Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 tentang Pemindahan Ibu

    Kota Kabupaten Blitar dari Wilayah Kota Blitar ke Wilayah Kecamatan

    Kanigoro Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut sesuai dengan

    dasar hukum Negara Indonesia yang dijelaskan bahwa Kabupaten Blitar

    dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1950 tentang

    Pemerintahan Daerah Kabupaten di erstatus Jawa Timur, dan berdasarkan pasal

    2 ayat (1), Pemerintahan Daerah Kabupaten Blitar berkedudukan di Kota

    Blitar, melalui perkembangannya, Kota Blitar bsebagai pemerintahan daerah

    kota kecil berdasarkan pada Undang-undang Nomor 17 tahun 1950 berhak

    untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

    Berkurangnya campur tangan pemerintah pusat menjadikan pemerintah

    daerah memiliki kemandirian dalam mengatur dan mengelola daerahnya sesuai

    dengan sumber daya yang dimiliki. Sebagai bentuk kemandirian tersebut,

    Pemerintah Kabupaten Blitar berupaya untuk melakukan pembangunan dalam

    meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna memenuhi biaya rutinitas

    sebagai daerah otonom. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan

  • 7

    pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta

    untuk menggambarkan kondisi kenaikan atau penurunan kuantitas produksi

    barang dan jasa di Kabupaten Blitar pada periode satu tahun yang didasarkan

    pada ada atau tidaknya penambahan output produksi sektoral. Kondisi

    perekonomian Kabupaten Blitar dapat dilihat dari aspek Produk Domestik

    Regional Bruto (PDRB) yang tertera pada grafik berikut.

    Gambar 1. Grafik Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Blitar Tahun 2009-2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Blitar dalam Katalog Produk

    Domestik Regional Bruto, 2013

    Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2009 hingga

    2012 pertumbuhan PDRB di Kabupaten Blitar cenderung meningkat secara

    stabil. Kenaikan yang terjadi bersifat perlahan, tetapi hal tersebut nantinya

    diupayakan agar mampu meningkatkan laju PDRB dari tahun ke tahun.

    Peningkatan kapasitas produksi tersebut masih berada pada level sedang yang

    diindikasikan dengan besaran laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Blitar masih

    berada pada rentang 5-6 persen. Mulai tahun 2009 hingga 2012 mengalami

  • 8

    percepatan laju produksi sebesar 19,95 persen. Hal ini berarti telah terjadi

    percepatan laju produksi secara rata-rata setiap tahun sebesar 6,65 persen.

    Upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar

    merupakan kegiatan pemerintah dalam melaksanakan pengembangan wilayah.

    Kegiatan pengembangan wilayah melalui pemindahan ibu kota tersebut, selain

    untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian, juga adanya aspirasi

    masyarakat Kabupaten Blitar. Hal ini disebabkan karena masyarakat merasa

    bahwa pelayanan yang diberikan pemerintah masih kurang efektif dan efisien.

    Lokasi Ibu Kota Kabupaten Blitar yang awalnya menjadi satu di Kota Blitar

    jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga aksesibilitas masyarakat untuk

    mendapatkan pelayanan administratif selama ini kurang merata. Kondisi ini

    sesuai dengan pendapat Adesanya dalam Adeyinka (2002:426) bahwa The

    characteristics of the urban poor revealed that accessibility to various social

    and economic centres are generally very low arakteristik aksesibilitas

    masyarakat miskin perkotaan ke berbagai sosial dan pusat ekonomi pada

    umumnya sangat rendah). Rendahnya aksesibilitas tersebut menyebabkan

    kesejahteraan masyarakat belum dapat terpenuhi secara merata di berbagai

    kalangan masyarakat.

    Upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan wilayah

    Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar tersebut, perlu

    dilakukan dengan memperhatikan kondisi ruang wilayah yang tersedia.

    Terdapat pembahasan mengenai penataan ruang yang dimuat pada Undang-

    undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan bahwa

  • 9

    pemanfaatan ruang dilakukan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang

    sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan

    program beserta pembiayaannya. Pada pasal 3 poin (c) dijelaskan bahwa

    penataan ruang dilakukan untuk mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan

    pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

    Hal tersebut memberikan pengertian bahwa dalam melaksanakan pengelolaan

    wilayah akan menghasilkan tata ruang yang baik, sesuai dengan fungsi yang

    digunakan pada wilayah tersebut, namun adanya penataan ruang bukan hanya

    untuk menentukan dan mengatur tata ruang, tetapi juga perlu untuk melakukan

    usaha dalam pencegahan dampak negatif yang nantinya akan timbul dari hasil

    penataan ruang tersebut.

    Berdasarkan ketentuan penataan ruang yang dilihat pada fungsinya,

    upaya Pemerintah Kabupaten Blitar dalam melaksanakan pemindahan ibu kota

    mengalami permasalahan. Dilansir pada situs berita online Tempo yang ditulis

    oleh Wasono pada hari Senin, 2 November 2009, dipaparkan bahwa:

    Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Blitar ke wilayah Kecamatan Kanigoro mengalami kendala pembangunan gedung pemerintahan. Gedung yang saat ini sudah selesai dibangun, berdiri di atas lahan seluas sekitar 6,5 hektare (ha) pada lahan eks bengkok dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Blitar tahun 2014 dengan dana sebesar Rp. 35 miliar. Adapun gedung dewan yang saat ini telah dibangun membutuhkan dana sekitar Rp. 15 miliar, di samping itu pembangunan gedung pemerintahan lainnya belum terpenuhi akibat belum tercukupinya anggaran yang akan digunakan. Berdasarkan kondisi pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro yang

    sesuai dengan tujuan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam dokumen Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) 2011-2016, Terwujudnya

  • 10

    Kabupaten Blitar yang Sejahtera, Religius d , sehingga

    tercipta ketentraman, keamanan dan ketertiban. Sesuai dengan kondisi yang

    terjadi saat ini, tujuan tersebut belum dapat tercapai sepenuhnya. Dijelaskan

    dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Blitar tahun

    2015. Ketidaktercapian tersebut dilihat dari segi kondisi fisik, kondisi

    perekonomian dan kondisi sosial.

    Adapun permasalahan dari segi fisik yang terjadi di Kabupaten Blitar

    tersebut dapat dilihat pada presentase lokasi rawan bencana yang telah

    dipasang rambu-rambu masih 73%, presentase sertifikasi tanah atas aset kurang

    dari, pembangunan gedung kelas sekolahan dengan target 85% hanya

    terealisasi 83%, beragam konstruksi jalan dalam kondisi rusak, baik ringan

    maupun berat sebesar 13% dan selama tahun 2013-2015 tidak mencapai target,

    dan perijinan kinerja (pengembangan infrastruktur) mengenai pertanahan tidak

    sesuai target. Dilihat dari segi perekonomian, permasalahan yang terjadi yakni

    adanya pagu belanja tidak terduga belum mencapai target dan realisasinya

    hanya 25.57%, , sehingga pendanaan pemerintah untuk kegiatan pembangunan

    kebutuhan yang lain berkurang, proses perizinan usaha kurang berhasil,

    distribusi belum terlaksana dengan baik serta masih adanya tuntutan distribusi

    tanah perkebunan oleh warga masyarakat. Pada segi sosial, terdapat pula

    permasalahan yakni, kondisi keamanan dan ketentraman belum terpenuhi dan

    pelanggaran hukum serta tindak kriminalitas masih banyak terjadi, karena

    kurangnya personil Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk menangani

    penduduk dan banyaknya pengangguran dengan target sebesar 1,9 sulit untuk

  • 11

    dicapai. Hal ini mengakibatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani

    belum terpenuhi.

    Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis ingin

    mengetahui lebih dalam tentang perencanaan pengembangan wilayah

    Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar. Urgensitas dari

    penelitian ini diharapkan penulis mampu untuk memaparkan perencanaan

    pengembangan wilayah dan memberikan referensi bagi daerah lain yang

    kondisi wilayahnya belum sesuai dengan tujuan yang telah disusun sejak awal.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

    judul Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Sebagai Ibu

    Kota Baru Bagi Kabupaten (Studi Tentang Pengembangan Wilayah

    Kecamatan Kanigoro Seabagai Ibu Kota Kabupaten Blitar)

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dapat ditarik rumusan

    masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro

    sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar?

    2. Apasajakah faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi

    perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota

    baru Kabupaten Blitar?

  • 12

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan

    pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru

    Kabupaten Blitar.

    2. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis faktor internal dan faktor

    eksternal yang mempengaruhi perencanaan pengembangan wilayah

    Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar.

    D. Kontribusi Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

    praktis maupun teoritis, antara lain sebagai berikut:

    1. Aspek Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar, dalam

    menyusun perencanaan dan melaksanakan pengembangan wilayah

    Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar.

    2. Aspek Praktis

    a. Bagi Peneliti

    Sebagai sarana untuk menambah pemahaman yang lebih dalam mengenai

    perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu

    Kota baru Kabupaten Blitar.

  • 13

    b. Bagi Instansi

    Sebagai bahan masukan untuk menyusun perencanaan yang lebih baik,

    sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, agar pelaksanaan

    pembangunan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sejak awal.

    c. Bagi Masyarakat

    Sebagai bahan informasi mengenai kondisi pengembangan wilayah

    Kecamatan Kanigoro sebagai Ibu Kota baru Kabupaten Blitar.

    E. Sistematika Penulisan

    Kemudahan dalam memahami makna dari penelitian ini merupakan hal

    yang penting, sehingga skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan

    sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini berisikan tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan

    masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian dan kontribusi penelitian

    serta sistematika penulisan.

    BAB II : KAJIAN PUSTAKA

    Bab ini berisi teori-teori yang relevan untuk digunakan peneliti

    sebagai landasan untuk melakukan analisis dalam pembahasan serta

    sebagai upaya dalam memecahkan masalah sesuai dengan judul yang

    diangkat.

  • 14

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang akan digunakan dalam

    penelitian ini, yang meliputi jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi

    dan situs penelitian, sumber data, instrumen pengumpulan data serta

    analisis data.

    BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini berisi tentang data-data temuan di lapangan yang berkaitan

    dengan masalah yang diteliti. Berkaitan dengan tujuan penelitian dan

    sesuai dengan fokus penelitian. Data yang telah dikumpulkan

    kemudian dianalisis dan diinterprestasikan.

    BAB V: PENUTUP

    Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah

    dilakukan peneliti sebelumnya serta saran yang dapat disampaikan

    dalam penelitian ini.

  • 15

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Administrasi Publik

    Administrasi berasal dari istilah Administration yang memiliki makna

    dan pengertian dari yang paling sempit hingga pengertian yang luas dan dapat

    ditemukan dalam suatu lingkungan tertentu yang disebut organisasi (Zainun,

    2004:9). Pelaksanaan administrasi diwujudkan melalui fungsi manajemen,

    yang meliputi perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan dan pengawasan.

    Organisasi yang dimaksud merupakan organisasi yang bersifat lengkap dan

    mengandung seluruh unsur adminiastrasi atau yang disebut juga dengan

    organisasi administrasi atau administrative organization. Pengertian organisasi

    dalam arti sempit organisasi berarti urusan yang berkaitan dengan pekerjaan

    tulis menulis. Sedangkan administrasi dalam arti luas merupakan peranan yang

    ditampilkan oleh pemimpin tingkat atas atau suatu organisasi, terutama dalam

    hubungan pimpinan tingkat atas itu dengan hal-hal dan pihak-pihak lain di luar

    anatomi organisasi yang dipimpinnya.

    Adapun pengertian administrasi publik secara sederhana yang telah

    dijelaskan Siagian (2008:3) bahwa administrasi publik merupakan keseluruhan

    kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah dari suatu Negara

    dalam urusan mencapai tujuan negara. Hal ini meliputi implementasi kebijakan

    pemerintah, koordinasi dalam menjalankan atau melaksanakan kebijakan

    tersebut, serta proses yang bersangkutan dalam pelaksanaan kebijakan-

    kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan teknik dan kecakapan aparaturnya

    15

  • 16

    dalam menjalankan kebijakan tersebut. Pendapat tersebut sesuai dengan

    penjelasan Keban (2004:3) bahwa administrasi publik merupakan proses di

    mana sumber daya personel publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk

    memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola (manage)

    keputusan-keputusan dalam kebijakan publik. Selain pendapat tersebut

    Handayaningrat (1990:7) juga menjelaskan bahwa administrasi sebagai suatu

    ang terdiri atas organisasi dan manajemen dan mengungkapkan bahwa

    administration is the process and agency which responsible for the

    determination of the aims for which an organization and its management are to

    strive ... etc administrasi adalah proses dan badan yang bertanggungjawab

    terhadap penentuan tujuan, di mana organisasi dan manajemen digariskan dan

    sebagainya). Adapun aspek-aspek yang berlaku terhadap semua tingkatan

    manajemen, baik manajemen tingkat atas (Top Management), Manajemen

    tingkat menengah (Middle Management) dan manajemen tingkat bawah

    (Supervisor Lower Management), meliputi:

    a) Kepemimpinan (Leadership) b) Koordinasi (Coordination) c) Hubungan Masyarakat (Public Relation) d) Pengambilan Keputusan (Decision Making) e) Perencanaan (Planning) f) Pengorganisasian (Organizing) g) Pengawasan (Control) dan Pengendalian (Monitoring).

    Penentuan keijakan dalam administrasi publik yang nantinya akan

    mengahasilkan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian

    tujuan yang diinginkan dilakukan melalui berbagai pertimbangan Hal ini dapat

    dilakukan melalui kolaborasi dari para pemangku kepentingan yang memiliki

  • 17

    kekuasaan politik untuk menentukan keputusan. Hal ini telah dijelaskan oleh

    Budiarjo (2008:17) yang menjelaskan bahwa kekuasaan politik dapat

    mencakup kemampuan untuk memerintah dan memberi keputusan-keputusan

    yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan-tindakan

    pihak lain. Kekuasaan politik ini mempengaruhi individu atau kelompok untuk

    memanfaatkan sumber-sumber kekuatan yang bisa menunjang sektor

    kekuasaannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Adapun tiga komponen

    dalam unsur-unsur kekuasaan politik, dapat dilihat pada gambar berikut:

    Gambar 2. Bagan Komponen Kekuasaan Politik

    Sumber : Weber (1946:29)

    Berdasarkan bagan di atas, mengenai komponen kekuasaan politik

    dapat dijelaskan bahwa pemimpin sebagai pemilik kekuasaan, bisa

    mempengaruhi pengikutnya. Bahkan menciptakan pengikut, menggiring

    pengikut, menjadi provokator pengikut, sehingga kepengikutan ini tidak akan

    memunculkan pemikiran yang rasional. Pemimpin juga bisa untuk

    menciptakan situasi atau merekayasa situasi. Tetapi, dengan adanya situasi

    tersebut juga bisa membuat pemimpin akhirnya menjatuhkan kekuasaannya

    Pemimpin

    Situasi Pengikut

  • 18

    sendiri. Sehingga, pemimpin yang benar di sini adalah pemimpin yang mampu

    menciptakmemperhitungkan situasi yang diciptakannya.

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan administrasi

    publik merupakan wadah administrasi, administrator atau anggota organisasi

    yang menjalankan kegiatan administrasi dan kebijakan publik sebagai produk

    kegiatan administrasi. Diantara ketiga lingkup administrasi tersebut saling

    menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

    B. Pengertian Administrasi Pembangunan

    Administrasi pembangunan mengarah pada pelaksanaan tugas-tugas

    pembangunan untuk merumuskan kebijakan pembangunan. Administrasi

    pembangunan juga berkaitan dengan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan

    diberbagai bidang. Kegiatan perumusan masalah dalam melaksanakan tugas

    administrasi diarahkan untuk mencapai efektifitas kinerja aparatur administrasi

    tersebut.

    1. Pengertian Administrasi Pembangunan

    Sering kali pembangunan dibahas pada kegiatan sehari-hari, tidak lain

    dalam pemerintahan. Pembangunan merupakan kegiatan yang dilakukan

    untuk memberikan perubahan dalam kehidupan menjadi yang lebih baik di

    masa mendatang. Adapun pembahasan mengenai administrasi pembangunan

    yang dianggap sebagai bagian dari administrasi publik. Menurut

    Tjokroamidjojo (1981:49) administrasi pembangunan diartikan sebagai

    suatu administrasi bagi usaha dalam kegiatan pembangunan sosial ekonomi

  • 19

    yang bersifat dinamis serta inovatif dan berupaya mampu untuk

    menghasilkan perubahan di berbagai aspek kehidupan masyarakat melalui

    berbagai pengarahan dan alokasi sumber daya untuk kegiatan pembangunan.

    Sejalan dengan pendapat di atas, mengenai pengertian pembangunan,

    maka Suryono (2003:51) menjelaskan bahwa pembangunan yang dilakukan

    di negara-negara berkembang secara umum merupakan suatu proses

    kegiatan yang direncanakan dalam suatu upaya untuk meningkatkan

    petumbuhan ekonomi, perubahan sosial serta modernisasi bangsa untuk

    meningkakan kualitas hidup manusia serta meningkatkan kesejahteraan

    rakyat.

    Beberapa pengertian pembangunan yang telah diungkapkan di atas,

    dapat disimpulkan bahwa pembangunan bukan hanya terjadi sebuah

    pertumbuhan perekonomian, namun juga pemerataan pendapatan,

    pemerataan hasil pembangunan serta pemerataan keadilan. Berbagai upaya

    dalam pemerataan ekonomi serta keadilan semata-mata dilakukan untuk

    meningkatkan kesejahteraan rakyat. Adanya keadilan diharapka mampu

    untuk menghindari adanya ketumpangan antar wilayah atas pembangunan

    yan diaksanakan.

    2. Ciri-ciri Administrasi Pembangunan

    Berbagai usaha yang dilakukan masyarakat untuk mencapai tujuan

    yang diinginkan merupakan bagian dari kegiatan pembangunan, yaitu

    beusaha untuk merubah kondisi saat ini, menjadi kondisi lain yang lebih

    baik di masa mendatang. Usaha akan terus dilakukan masyarakat apabila

  • 20

    keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut belum tercapai serta apabila

    ada dorongan dari individu lain untuk melakukan hal tersebut. Usaha yang

    dilakukan dalam pembangunan seharusnya memiliki konsep yang utuh, hal

    tersebut dapat dikaitkan dengan administrasi pembangunan, yang memiliki

    arti sebagai usaha dalam mencapai tujuan. Swerdlow (1963:8)

    mengemukakan setidaknya terdapat empat ciri-ciri administrasi

    pembangunan, hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a) Terdapat orientasi administrasi untuk mendukung pembangunan, sehingga mampu untuk memunculkan perubahan-perubahan yang dianggap lebih baik di masa mendatang. Bagi negara berkembang, perubahan ini diarahkan pada usaha ke arah modernisasi atau pembangunan bangsa dalam kondisi sosial dan ekonomi. Adapun aspek-aspek keterkaitan dalam administrasi pembangunan yang dilihat pada bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

    b) Adanya peran administrator sebagai unsur pembangunan memiliki fungsi yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pembangunan.

    c) Orientasi perencanaan lebih ditekankan pada pelaksanaan pembangunan serta memperhatikan aspek administrasi dalam pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditentukan.

    d) Administrasi pembangunan memiliki dasar prinsip-prinsip pada administrasi, sedangkan administrasi pembangunan memiliki ciri-ciri yang lebih maju dari pada administrasi negara. Sesuai dengan penjelasan mengenai ciri-ciri administrasi

    pembangunan di atas, dapat disuimpukan bahwa pada administrai

    pembangnan terdapat orientasi administrasi untuk mendukung

    pembangunan dalam memunculkan perubahan yang dianggap lebih baik di

    masa mendatang. Perlu adanya administrator sebagai unsur pembangunan

    yang memiliki fungsi mengenai perencanaan dan pembangunan. Perlu untuk

    memperhatikan aspek administrasi untuk mencapai tujuan pembangunan.

  • 21

    Administrasi pembangunan memiliki ciri-ciri yang lebih maju dari pada

    administrasi negara.

    C. Perencanaan

    Istilah perencanaan telah sering dibahas di dalam berbagai bidang, mulai

    dari bidang pemerintahan ekonomi, sosial, budaya bahkan dalam bidang

    politik. Perencanaan merupakan tahap awal yang seharusnya dilakukan dalam

    memulai kegiatan, agar pelaksanaan yang dilakukan mampu untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan. Perencanaan bukan hanya langkah untuk menyusun

    cara dalam mencapai tujuan, namun perencanaan juga perlu untuk

    memperhatikan kondisi sosial yang ada di masyarakat saat perencanaan itu

    hendak disusun.

    1. Pengertian Perencanaan

    Terdapat beberapa pengertian perencanaan yang telah diungapkan

    beberapa pakar perencanaan yang memiiki makna yang berbeda-beda.

    Adapun pengerian perencanaan yang diungkapkan mengenai beberapa

    pertimbagan yakni menurut Conyers dan Hills dalam Kuncoro (2012:50)

    perencanaan diartikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang

    mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif

    penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa

    mendatang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ardani dan Iswara dalam

    Soekartawi (1990:4-5) yang menjelaskan bahwa perencanaan merupakan

    proses yang berkesinambungan / kontinyu dari waktu ke waktu dengan

  • 22

    melibatkan kebijakan (policy) dari pembuat keputusan berdasarkan sumber

    daya yang tersedia dan disusun secara sistematis.

    Beberapa pengertian perencanaan di atas, dapat dikatakan bahwa

    perencanaan merupakan fungsi utama dalam pengambilan keputusan yang

    nantinya akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan yang akan

    dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Pamudji (1983:20) bahwa

    perencanaan adalah fungsi pertama dan utama dari manajemen. Kata

    pertama di sini diartakan bahwa perencanaan adalah fungsi yang seharusnya

    dilakukan terdahulu sebelum fungsi-fungsi yang lain dikerjkakan. Adapun

    kata utama yang berarti bahwa perencanaan merupakan fungsi utama yang

    dianggap sebagai kunci keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan.

    Sesuai dengan pengertian perencanaa di atas, maka dapat diarik

    kesimpuan bahwa perencanaan merupakan poses yang berkeanjutan dan

    peru untukmemperhatikan ketersediaan sumber daya yang tersedia agar

    mampu unuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan peru untuk

    mempertimbangkan beberapa hal yakni aternatif terbaik, sumber daya,

    penentuan kegiatan seta adanya hubungan keterkaitan dengan masa depan.

    Perencanaan juga dikatakan sebagai fungsi utama yang seharusnya

    dilakukan sebelum fungsi lain diakukan, agar tujuan yang ingi diinginkan

    dapat tercapai.

    2. Fungsi Perencanaan

    Perencanaan yang selama ini banyak dilakukan dalam berbagai

    kegiatan, memiliki fungsi yang penting. Salah satu fungsi perencanaan

  • 23

    tersebut telah dikemukakan oleh Tjokroamidjojo (1994:9) bahwa adanya

    perencanaan diharapkan mampu untuk memberikan arahan dalam

    pelaksanaan kegiatan serta berpedoman bagi pelaksanaan kegiatan yang

    akan digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Adanya perencanaan

    dapat dilakukan perkiraan terhadap hal-hal yang akan terjadi di masa

    mendatang. Perkiraan tersebut dilakukan berkenaan dengan potensi-potensi

    dan prospek perkembangan serta memperhatikan hambatan-hambatan serta

    resiko yang mungkin akan dihadapi di masa mendatang. Perencanaan

    memberikan kesempatan dalam memilih berbagai alternatif untuk

    menentukan cara terbaik dalam melaksanakan pembangunan dan mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan.

    Adanya fungsi perencanaan yang mampu memberikan alternatif

    dalam pelaksanaan pembangunan, maka perencanaan dianggap hal yang

    sangat penting. Perencanaan merupakan kegiatan yang paling awal

    dilaksanakan untuk memulai kegiatan, sehingga merupakan hal yang sangat

    penting dilakukan untuk menyusun rangkaian kegiatan yang nantinya tujuan

    yang diinginkan dapat tercapai. Sejalan dengan pendapat tersebut yang

    memiliki anggapan bahwa perencanaan adalah hal yang sangat penting, hal

    ini juga dikemukakan oleh Soekartawi (1990:24-27) bahwa pentingnya

    perencanaan dapat dilihat dari aspek perencanaan yang memuat dua topik

    utama pembahasan, dua topik tersebut antara lain:

    a) keunggulan komprehensif atau satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keunggulan tersebut antara lain:

  • 24

    1. Perencanaan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.

    2. Perencanaan digunakan sebagai penentu dari berbagai alternatif dalam pelaksanaan pembangunan.

    3. Perencanaan digunakan sebagai penentu skala prioritas 4. Perencanaan digunakan sebagai peramalan (forecasting) dari

    kegiatan yang ada pada masa depan. b)

    kegagalan dalam pelaksanaan pembangunan. Penjelasan di atas, menjelaskan bahwa anggapan bahwa perencanaan

    sebagai tolak ukur dari keberhasilan dan kegagalan pembangunan dapat

    dikatakan bahwa kegiatan pembangunan yang gagal dapat disebabkan

    karena aspek perencanaan yang tidak disusun dengan baik. Terdapat

    beberapa perencanaan yang perlu untuk diperbaiki pada jangka waktu

    tertentu. Adanya kegagalan masa lalu, dapat dijadikan sebuah pedoman

    untuk menghindari kesalahan yang ada, sehingga di masa mendatang

    perencanaan dapat disusun dengan baik sesuai aspek perencanaan yang telah

    ada. Adapun sebaliknya, apabila aspek perencanaan digunakan sebagai

    pedoman serta disusun dengan baik, maka pelaksanaan pembangunan dapat

    mencapai keberhasilan.

    3. Unsur-unsur Perencanaan

    Perencanaan perlu disusun dengan baik, agar dalam pelaksanaannya

    dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah disusun. Perencanaan

    nantinya akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan. Oleh karena itu,

    Sadyahutomo (2008:30) menjelaskan bahwa perencanaan dapat disusun

    dengan baik melalui tiga unsur yang terdiri dari:

  • 25

    a) Titik tolak Titik tolak rencana adalah kondisi awal untuk melangkah dalam menyusun rencana serta menjadikan ini sebagai landasan awal untuk melaksanakan rencana. Hal ini dapat berupa fakta wilayah kini (existing condition), yang meliputi potensi fisik wilayah, kondisi perekonomian, sosial serta memperhatikan budaya masyarakat.

    b) Tujuan Tujuan yang dimaksud di sini merupakan keadaan yang ingin dicapai di masa mendatang oleh masyarakat dan pemerintah. Tujuan ini perlu untuk dijabarkan, agar mampu untuk mencapai tujuan melalui sasaran (objectives) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

    c) Arah Arah digunakan sebagai pedoman dalam mencapai suatu rencana secara legal, efisien serta dapat dijangkau oleh pelaksana perencana. Pedoman dapat meliputi norma, nilai, peraturan perundangan serta petunjuk operasional yang tersedia pada ketentuan yang telah ditetapkan pada petunjuk teknis. Perencanaan akan tersusun dengan baik dan dapat mencapai tujuan

    dengan penggunaan unsur-unsur perencanaan di atas. Selain unsur-unsur

    tersebut, terdapat pula pendapat Syamsi (1986:134) yang menjelaskan

    bahwa perencanaan yang baik perlu adanya data dan ramalan (forecasting),

    oleh karena itu perencanaan perlu disusun dengan mencakup enam unsur

    pokok yaitu (5W+1H), adapun penjelasan dari keenam unsur tersebut,

    antara lain:

    1) Apa (What), berarti menyusun apa saja cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan.

    2) Mengapa (Why), berarti memilih serta menetapkan berbagai kegiatan yang ada dan memberikan penjelsan mengapa pilihan tersebut menjadi prioritas dalam pelaksanaannya.

    3) Bagaimana dan berapa (How dan How much), berarti bagaimana menyusun cara untuk melaksanakan kegiatan dan mempersiapkan dana yang dibutuhkan.

    4) Dimasna (Where), berarti menentukan lokasi sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.

    5) Siapa (Who), berarti menentukan siapa pihak yang nantinya melaksanakan kegiatan tersebut.

  • 26

    Penggunaan unsur-unsur di atas, akan memudahkan pihak perencana

    dalam menyusun perencanaan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal

    tersebut juga akan membuat perencanaan tesusun dengan tepat tanpa adanya

    perubahan yang tidak sesuai dengan ketentuan pada awalnya. Analisis ttiap

    kebutuhan dari what (apa), why (mengapa), who (siapa), where (dimana),

    when (kapan), how (bagaimana) akan memudahkan perencana mengetahui

    peluang yang ada.

    D. Perencanaan Tata Ruang Wilayah (Spatial Planning)

    Pembahasan mengenai tata ruang wilayah kini sering digunakan dalam

    kegiatan pembangunan di suatu daerah, baik wiayah kota maupun desa.

    Adanya tata ruang dalam pembangunan wilayah sangat penting untuk

    menentukan lokasi-lokasi yang teah diperuntukkan bagi pembangunan tertentu.

    Adanya ketentuan tata ruang wilayah dalam proses pembangunan mampu

    untuk menghasikan efektifitas kegiatan pembangunan sesuai dengan tujuan

    yang teah ditentukan sebeumnya.

    1. Pengertian Penataan Ruang Wilayah

    Istilah tata ruang dan wilayah masing-masing mempunyai pengertian

    sendiri. Tata ruang diartikan sebagai suatu lokasi untuk melaksanakan

    kegiatan pembangunan atau prasarana dan sarana pembangunan diletakkan

    atau ditempatkan.

    sering dihubungkan dengan aspek lokasional. Aspek lokasional mempunyai dimensi spasial, artinya dalam melaksanakan setiap kegiatan pembangunan seharusnya dilakukan pemilihan dan penentuan lokasi yang opimum. Lokasi

  • 27

    optimum bagi kegiatan usaha yang mencari laba diupayakan untuk menentukan lokasi yang mampu menghasilkan biaya produksi terendah. Lokasi optimum bagi kegiatan pelayanan kepada masyarakat berorientasi pada penyelengaraan pelayanan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. (Adisasmita, 2012:2-3).

    Menurut Adisasmita (2012:3) pengertian wilayah yang lebih luas

    dibandingkan tata ruang yang dilihat dari lingkup areanya. Wilayah meliputi

    beberapa tata ruang yang berhubungan dengan fungsional antar tata ruang

    dalam suatu wilayah. Tata ruang tidak terlepas dari wilayah, karena tata

    ruang berada dalam lingkup dan lingkungan suatu wilayah. Tata ruang dan

    wilayah saling melengkapi dan istilah tata ruang wilayah digunakan karena

    tata ruang lebih memperoleh perhatian dan menonjol serta wilayah

    digunakan untuk memperkuat istilah tersebut, sehingga menjadi satu

    kesatuan.

    Kegiatan pembangunan tata ruang wilayah dilaksanakan untuk

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada kegiatan pembangunan, tata

    ruang meupakan wadah yang digunakan sebagai arena dilaksanakannya

    pembagunan. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan membutuhkan

    tempat / lokasi untuk menampung kegiatan tersebut. Terdapat ketentuan

    yang memuat mengenai penataan ruang, yaitu Undang-undang Nomor 26

    tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dijelaskan pada undang-undang

    tersebut bahwa perencanaan tata ruang merupakan suatu proses yang

    dilakukan untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi

    penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Adapun penjelasan mengenai

    struktur ruang, yaitu susunan pusat-pusat pemukiman serta sistem jaringan

  • 28

    prasarana dan sarana yang memiliki fungsi sebagai pendukung berbagai

    kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang memiliki hubungan fungsional.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dijelaskan bahwa

    RTRWN merupakan arahan struktur dan pola ruang ruang makro dalam

    periode 20 tahun. Penyusunan perencanaan hingga pelaksanaan penataan

    ruang harus berpedoman pada ketentuan yang ada, sehingga dapat mencapai

    tujuan dan arah Rencana Tata Wilayah Nasional (RTWN) yang telah

    ditetapkan, sehigga nantinya tidak akan terjadi penyimpangan. Terdapat

    perencanaan tata ruang pada tingkat nasional yang mendeskripsikan gambar

    struktur ruang dan pola ruang nasional, yang nantinya juga digunakan

    sebagai penyusunan rencana untuk RTRW pada tingkat provinsi. Kebijakan

    dalam penataan ruang wilayah kota yang merupakan arahan untuk

    melakukan tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan

    ruang wilayah kota tersebut. Adapun strategi penataan ruang wilayah

    merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam tindakan

    operasional yang nantinya akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan sejak awal.

    Adapun Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 5 tahun 2013

    tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Blitar tahun

    2011-2031 yang mengandung perencanaan dari struktur ruang dan pola

    ruang. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut:

  • 29

    1. Struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

    jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung

    kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki

    hubungan fungsional. Struktur ruang ini meliputi pembangunan secara

    fisik di kabupaten Blitar, melipui pembangunan gedung pemerintahan,

    lokasi kegiatan perekonomian maupun fasilitas kegiatan sosial.

    2. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

    meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

    untuk fungsi budidaya. Wujud dari pola ruang ini dilakukan dengan

    adanya pengelolaan untuk fungsi kawasan lindung dan kawasan

    budidaya, yaitu:

    a) Kawasan lindung (Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan

    dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

    mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dan nilai sejarah

    serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan)

    b) Kawasan Budidaya (kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

    untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

    sumberdaya manusia dan sumberdaya buata

    Dijelaskan pula pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang

    Penataan Ruang bahwa sesuai dengan pekembangan pembangunan daerah,

    Indonesia mengalami pergeseran dari era pembangunan terpusat menuju era

    desentralisasi. Adanya sistem desentralisasi tersebut menjadikan pemerintah

    daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri. Pada hakikatnya,

  • 30

    untuk melaksanakan pengembangan wilayah harus dilakukan sesuai dengan

    ketentuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui asas

    penataan ruang dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang

    diselenggarakan berdasarkan asas penataan ruang, antara lain (1)

    keterpaduan, (2) keserasian, keselarasan dan kesinambungan, (3)

    keberlanjutan, (4) keberdayagunaan dan keerhasilan, (5) keterbukaan, (6)

    kebersamaan dan kemitraan, (7) perlindungan kepentingan umum, (8)

    kepastian hukum dan keadilan serta (9) akuntabilitas. Sembilan aspek

    penataan ruang tersebut akan menghasilkan penataan ruang yang baik,

    apabila dilakukan dengan baik.

    Berdasarkan Sujarto (2003:28) susunan penataan ruang meliputi hal-

    hal berikut :

    a) Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang kota.

    b) Perwujudan keerpaduan, keterkaitan dan kecenderungan pengembangan

    antar wilayah kota serta keserasian antar wilayah,

    c) Pemanfaatan ruang bagian wilayah kota bagi kegiatan pembangunan.

    Adapun pendapat Sujarto (2003:48) bahwa RTRW kota berorientasi

    pada kegiatan yang digunakan sebagai pengarah, pengtaur serta pengendali

    dalam mengakomodasikan perkembangan spasial sebagai implikasi dari

    dinamika perkembangan kota secara optimal.

    Berdasarkan penjeasan mengenai tata kota di atas, dapat disimpukan

    bahwa tata ruang wilayah sangat penting unuk memperhatikan aspek

    lokasional dalam pemilihan dan penentuan lokasi yang opimum. Tata ruang

  • 31

    dan wilayah saling melengkapi, sehingga menjadi satu kesatuan. Kegiatan

    pembangunan tata ruang wilayah dilaksanakan untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat. Pada kegiatan pembangunan, tata ruang

    meupakan wadah yang digunakan sebagai arena dilaksanakannya

    pembagunan

    2. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Penataan ruang memiliki makna yang sangat penting dalam

    pelaksanaan pembangunan daerah. Berbagai ketentuan mengenai penataan

    ruang, pemanfaatan tata ruang serta kebijakan dalam penataan ruang

    memiliki fungsi yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan

    pembangunan. Adapun Fungsi RTRW kota yang telah dijelaskan pada

    Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa tata

    ruang harus menjelaskan kebijakan makro dalam pemanfaatan ruang yang

    meliputi (a) tujuan pemanfaatan ruang, (b) stuktur pola pemanfaatan ruang

    dan (c) pengendalian penataan ruang. Adanya fungsi dalam pemanfaatan

    ruang akan memberikan gambaran yang lebih jelas hal yang nantinya akan

    dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan pemanfaatan ruang

    dan dilakukan pengendalian penataan ruang untuk menghindari dampak

    negatif dari hasil perumusan penataan ruang yang akan dilaksanakan.

    Fungsi penataan ruang bukan hanya digunakan untuk melakukan penataan

    ruang, namun juga memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dalam tujuan,

    hambatan-hambatan yang nantinya dapat mempengaruhi hasil dari penataan

  • 32

    ruang, sehingga perlu adanya pengendalian untuk melaksanakan penataan

    ruang.

    Dijelaskan pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang

    Penataan Ruang pasal 5 bahwa terdapat penataan ruang yang

    diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah

    administratif. Kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan, antara lain

    a. Penataan ruang berdasarkan sistem yang terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

    b. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya.

    c. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang nasional, penataan ruang wilayah provinsi dan penataan ruang wilayah kawasan pedesaan.

    d. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan erkotaan dan penataan ruang kawasan pedesaan.

    e. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten / kota.

    Pelaksanaan tata ruang yang didasarkanpada sistem yang digunakan

    dalam pelaksanaan tata ruang tersebut akan memberikan ranah tujuan yang

    jelas, sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih mudah untuk dilaksanakan

    sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan. Selain hal tersebut, perlu juga

    memperhatikan wilayah administratif dengan fungsi yang telah ditetapkan,

    nantinya dapat dikelola sesuai dengan fungsi di wilayah tersebut. Adanya

    fungsi dari penataan ruang tersebut harus mampu memperhatikan nilai-nilai

    kawasan strategis, nilai apa yang nantinya dapat memberikan penjelasan

    terhadap pelaksanaan tata ruang.

  • 33

    E. Pengembangan Wilayah

    Pengembangan wilayah saat ini sedang seringkai diakukan di berbagai

    daerah. Mengingat bahwa wilayah memiliki fungsi masing-masing sesuai

    posisinya. Berbagai tata ruang yang disusun si wiayah tertentu disusun sesuai

    dengan peruntukkkannya.

    1. Pengertian Wilayah

    Pengertian mengenai wilayah dimaknai dengan berbeda-beda

    sesuai dengan sudut pandang penulisnya. Adapun pengertian wilayah yang

    telah dikemukakan oleh Sadyohutomo (2008:4) bahwa dalam arti fisik,

    wilayah dikatakan sebagai suatu hamparan luas sebagai kumpulan dan

    lokasi-lokasi (sites) atau areal-areal (areas), baik mencakup ciri perkotaan

    maupun pedesaan. Adapun penjelasan Susanto (2008:9) bahwa

    perencanaan fisik merupakan perencanaan urban yang terlihat dan

    melibatkan tata letak keruangan sebuah kota, objek, fungsi serta aktivitas

    di dalam area urban.

    Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu wilayah memiliki

    perbedaan dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut memberikan

    kemudahan dalam mengenali daerah tersebut, melalui ciri khas yang

    dimiliki daerah tersebut. Adapun hubungan yang saling membutuhkan

    antar wilayah satu dengan yang lainnya dalam menyelenggarakan

    pembangunan wilayah.

  • 34

    2. Konsep Perencanaan dan Pengembanagan Wilayah

    Perencanaan wilayah merupakan suatu proses perencanaan

    pembangunan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan menuju arah

    perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat,

    pemerintah dan lingkungan tertentu serta perlu adanya pengalokasian

    sumber daya yang ada. Perencanaan wilayah juga harus memiliki orientasi

    yang bersifat menyeluruh, lengkap serta konsisten dengan rencana yang

    telah disusun sebelumnya. Catanese dan Synder (1988:27) yang

    menjelaskan bahwa perencanaan wilayah sebaiknya dilakukan secara

    terpadu, dengan adanya koordinasi antara lembaga pemerintah dengan

    masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar mampu melaksanakan

    pengembangan wilayah, yang dianggap sebagai kegiatan sangat penting

    untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Obyek dalam

    pengembangan wilayah terdiri atas desa dan kota yang nantinya akan

    dilakukannya pengembangan wilayah tersebut.

    Adapun komponen yang harus ada di dalam pengembangan wilayah

    untuk menghasilkan perencanaan yang baik. Komponen-komponen dalam

    perencanaan wilayah tersebut telah dikemukakan oleh Archibugi (2008:29).

    Komponen-komponen perencanaan wilayah tersebut, antara lain:

    a) Physical planning (Perencanaan fisik), berarti bahwa perencanaan perlu

    dilakukan untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah.

    Muatan perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang

    bentuk fisik kota dengan jaringan infrastruktur kota menghubungkan

  • 35

    antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori perencanaan ini telah

    membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif. Teori

    ini memasukkan kajian tentang aspek lingkungan dan bentuk produk dari

    perencanaan ini adalah perencanaan wilayah dalam bentuk master plan.

    b) Macro-economic planning, (Perencanaan ekonomi makro) yang berarti

    bahwa dalam perencanaan wilayah berkaitan dengan perencanaan

    ekonomi. Teori ekonomi wilayah berkaitan dengan pembangunan

    ekonomi, pertumbuhan ekonomi. Perencanaan ekonomi wilayah ini

    dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

    Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas

    lembaga keuangan, kesempatan kerja, investasi.

    c) Social planning (Perencanaan sosial) berarti bahwa perencanaan sosial

    membahas mengenai pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi

    tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah

    kriminal. Perencanaan sosial dilakukan untuk menyusun perencanaan

    yang menjadi dasar program pembangunan sosial di daerah. Bentuk

    produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.

    Berdasarkan penjelasan mengenai komponen perencanaan wilayah

    yang telah disebutkan, bahwa komponen perencanaan wilayah yang

    dikemukakan oleh Archibugi (2008:29) cocok digunakan dalam penelitian

    Perencanaan Pengembangan Wilayah Kecamatan Kanigoro Sebagai Ibu

    Kota Baru Kabupaten Blitar. Dengan beberapa pertimbangan bahwa

    pemahamannya yang komprehensif akan isi dan konteks perencanaan

  • 36

    wilayah. Dapat diketahui juga bahwa komponen perencanaan wilayah

    Archibugi (2008:29) dapat mempengaruhi Perencanaan Pengembangan

    Wilayah Kecamatan Kanigoro Sebagai Ibu Kota Baru Kabupaten Blitar

    dengan mengetahui komponen perencanaan fisik, perencanaan ekonomi

    makro dan perencanaan sosial.

    Pengembangan wilayah

    Pengembangan wilayah merupakan suatu kegiatan dan usaha yang

    dilakukan untuk meningkatkan kondisi pertumbuhan di suatu daerah.

    Adanya langkah dalam pengembangan wilayah akan mempercepat proses

    ekonomi dari krisis serta mendorong pertumbuhan wilayah dari berbagai

    latar belakang wilayah tersebut (Dien, 2014:11). Berkaitan dengan

    pendapat tersebut bahwa pengembangan wilayah akan mendorong

    pertumbuhan wilayah serta mempercepat petumbuhan ekonomi. Terdapat

    pendapat yang sejalan menurut Karmansyah (1986:3-4) pengembangan

    wilayah merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk merubah

    kondisi wilayah yang meliputi kualitas, jumlah dan jenisnya dalam arti

    peningkatan sumber daya yang terbatas untuk kesejahteraan masyarakat

    yang ada pada suatu wilayah.

    Penjelasan di atas dapat memberikan pengertian bahwa

    pengembangan wilayah merupakan kegiatan yang dilakukan dengan

    baik, agar wilayah dapat memiliki nilai yang lebih tinggi dari kondisi

    sebelumnya. Memberikan perubahan dari kondisi wilayah yang kurang

    baik menuju wilayah yang dianggap lebih baik di masa mendatang.

  • 37

    Pengembangan wilayah dilakukan dengan tujuan utama untuk

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan

    perekonomian di wilayah tersebut.

    Perencanaan dalam Pengembangan Wilayah

    Pelaksanaan perencanaan dapat dilakukan dengan dua pendekatan.

    Hal tersebut dikemukakan oleh Jayadinata (1999:16) bahwa pendekatan

    yang dapat dilakukan antara lain:

    a) Pendekatan territorial Pelaksanaan perencanaan di sini memperhitungkan mobilisasi terpadu dari semua sumber daya manusia dan sumber daya alam dari suatu wilayah tertentu yang dicirikan oleh perkembangan sejarahnya.

    b) Pendekatan Fungsional Perencanaan pada pendekaan ini merupakan perencanaan wilayah yang memperhitungkan lokasi berbagai kegiatan ekonomi dan pengaturan secara ruang dari sistem perkotaan mengenai berbagai pusat dan jaringan. Pendekatan territorial dan pendekatan fungsional yang telah

    dijelaskan di atas, akan menghasilkan perencanaan yang baik ketika

    dipadukan. Penggunaan kedua pendekatan tersebut akan

    memperhitungkan sumber daya yan