PERENCANAAN OBATgh

8
PERENCANAAN OBAT Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah untuk mendapatkan: Prakiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan. Menghindari terjadinya kekosongan obat. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat. Adapun yang menjadi pedoman dalam perencanaan pengadaan obat yaitu DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku; data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, serta rencana pengembangan. Kegiatan pokok dalam perencanaan pengadaan obat adalah: Seleksi/ perkiraan kebutuhan, meliputi memilih obat yang akan dibeli dan menentukan jumlah obat yang akan dibeli. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana Ada 3 metode perencanaan perbekalan farmasi, yaitu: Metode Konsumsi Metode konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Langkah- langkah metode konsumsi yaitu : 1. Langkah Evaluasi Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu Evaluasi suplai obat periode lalu Evaluasi data stock, distribusi, dan penggunaan obat periode lalu Pengamatan kecelakaan dan kehilangan obat

description

gug

Transcript of PERENCANAAN OBATgh

Page 1: PERENCANAAN OBATgh

PERENCANAAN OBAT

Perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah

dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung

jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,

epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran

yang tersedia.

Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah untuk mendapatkan: Prakiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati

kebutuhan.

Menghindari terjadinya kekosongan obat.

Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Adapun yang menjadi pedoman dalam perencanaan pengadaan obat yaitu DOEN,

formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku; data

catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa

persediaan, data pemakaian periode yang lalu, serta rencana pengembangan.

Kegiatan pokok dalam perencanaan pengadaan obat adalah: Seleksi/ perkiraan kebutuhan, meliputi memilih obat yang akan dibeli dan

menentukan jumlah obat yang akan dibeli.

Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana

Ada 3 metode perencanaan perbekalan farmasi, yaitu:

Metode Konsumsi

Metode konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi obat tahun sebelumnya

dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Langkah-langkah metode konsumsi yaitu :

1. Langkah Evaluasi Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu

Evaluasi suplai obat periode lalu

Evaluasi data stock, distribusi, dan penggunaan obat periode lalu

Pengamatan kecelakaan dan kehilangan obat

2. Estimasi jumlah kebutuhan obat periode mendatang dengan memperhatikan : Perubahan populasi cakupan pelayanan

Perubahan pola morbiditas

Perubahan fasilitas pelayanan

3. Penerapan perhitungan

Page 2: PERENCANAAN OBATgh

Penetapan periode konsumsi

Perhitungan penggunaan tiap jenis obat periode lalu

Lakukan koreksi terhadap kecelakaan dan kehilangan

Lakukan koreksi terhadap stock out

Hitung lead time untuk menentukan safety stock

Rumus Metode Konsumsi (yang telah disederhanakan) :

CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock

Keterangan :

CT  = Kebutuhan per periode waktu

CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)

T    = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)

SS  = Safety Stock

Berikut contoh perhitungan :

1. Salah satu RS di Kalimantan tengah yang berada di sampit (RS. Murjani) membeli RL

(infus Ringer Laktat) sebanyak 2000 infus dengan pembelian setiap 2 bulan sekali. Karena

pabrik obat tidak ada di Pulau Kalimantan, sehingga infus dibeli dari Surabaya dengan lead

time (waktu tunggu) sekitar 3 minggu (21 hari), sedangkan sisa stock di RS. Murjani hanya

ada 1000 infus. Harga infus adalah Rp. 12.000/satuan, maka hitunglah berapa infus RL

yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli sediaan infus

tersebut ?

Jawab :

Sebelum memasukkan data ke dalam rumus metode konsumsi, terlebih dahulu di hitung SS

(safety stock) nya dengan :

Infus yang harus dibeli adalah :

CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock

= (2000 botol x 2 bulan) + 1400 – 1400

= 4400 botol

Anggaran yang harus dikeluarkan = 4400 x Rp. 12.000 = Rp. 52.800.000

2. Kebutuhan obat Amoksisilin di RS. Murjani setiap bulannya sebanyak 6000 obat dengan

pembelian setiap 1 minggu. Karena PBF tidak ada di Pulau Kalimantan, sehingga obat

dibeli dari Surabaya dengan lead time (waktu tunggu) hanya 1 hari, sedangkan sisa stock di

RS. Murjani hanya ada 500 obat. Harga amoksisilin adalah Rp. 8.000/satuan, maka

Page 3: PERENCANAAN OBATgh

hitunglah berapa obat amoksisilin yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan

untuk membeli obat tersebut ?

Jawab :

T = 1 minggu = ¼ bulan

Sama seperti no.1 hitung SS (safety stock) nya terlebih dahulu yaitu dengan :

 

 

 

Infus yang harus dibeli adalah :

CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock

= (6000 obat x ¼ bulan) + 500 obat – 200 obat

= 1200 obat

Anggaran yang harus dikeluarkan = 1200 x Rp. 8.000 = Rp. 9.600.000

3. Kebutuhan obat Adrenalin di RS. Murjani setiap bulannya sebanyak 100 ampul setiap 3

bulan pembelian dengan lead time (waktu tunggu) 1 bulan, tetapi terjadi stock out di PBF

Surabaya selama 2 bulan, sedangkan sisa stock di RS. Murjani hanya ada 500 ampul.

Harga adrenalin adalah Rp. 5.000/ampul, sehingga hitunglah berapa adrenalin yang harus

dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli obat tersebut ?

Jawab :

Karena terjadi stock out, jadi T = Lead time + lama stock out = 1 + 2 = 3 bulan

Sama seperti no.1 hitung SS (safety stock) nya terlebih dahulu :

 

 

 

Infus yang harus dibeli adalah :

CT = (CA x T) + SS – Sisa Stock

= (100 obat x 3 bulan) + 300 obat – 50 obat

= 550 obat

Anggaran yang harus dikeluarkan = 550 x Rp. 5.000 = Rp. 2.750.000

Page 4: PERENCANAAN OBATgh

Metode Epidemiologi

Metode epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi

penyakit dan standar pengobatan yang ada. Langkah-langkah perencanaan dalam metode

ini adalah sebagai berikut: Susun daftar masalah kesehatan/ penyakit utama yang terjadi

Lakukan pengelompokkan pasien, misal : Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan cara :

1. Anak 0-4 tahun

2. Anak 5-14 tahun

3. Wanita 15-44 tahun

4. Laki-laki 15-44 tahun

5. Orang tua > 45 tahun

Prinsip penggolongan umur harus sesederhana mungkin

Tentukan frekuensi tiap penyakit per periode

Sususn standar terapi rata-rata/ terapi ideal

Dengan mengetahui data epidemiologi, estimasikan tipe dan frekuensi pengobatan yang diperlukan

Contoh : untuk kasus diare, estimasikan :

1. 90% kasus diberi oral dehidrasi

2. 10% kasus diberi cairan intravena

3. 5% kasus perlu metronidazole untuk amuba

4. 10% kasus perlu antibiotik untuk disentri, basiler dan kolera

Susun daftar obat yang dikuantifikasikan

Hitung jumlah episode pengobatan untuk setiap penyakit

Hitung safety stock atau jumlah obat diperkirakan hilang

Rumus Metode Konsumsi (yang telah disederhanakan) :

CT = (CE x T) + SS – Sisa Stock

Keterangan :

CT = Kebutuhan per periode waktu

CE = Perhitungan standar pengobatan

T    = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)

SS  = Safety Stock

Contoh perhitungan :

Page 5: PERENCANAAN OBATgh

4. Kalimantan tengah merupakan wilayah yang masih banyak terdapat hutan yang lebat,

sehingga pasien gigitan ular di wilayah sampit saja cukup tinggi. RS. Murjani dalam setiap

bulannya menerima pasien gigitan ular sebanyak 5 orang/ bulan. Standar pengobatan

untuk gigitan ular, yaitu : Antibisa ular diberikan 2 botol untuk 1 hari, terapi selama 3 hari

Asam traksenamat diberikan 3 x Injeksi 500 mg, selama 3 hari

Ketorolac injeksi 3% diberikan 2 ampul untuk 1 hari, selama 3 hari

Cefotaxim injeksi diberikan 2 x injeksi 1 g, selama 3 hari

Obat-obatan untuk terapi gigitan ular tersebut hanya tersisa 1 di RS, sedangkan pembelian

setiap 1 bulan sekali dengan lead time (waktu tunggu) 1 minggu (7 hari). Harga untuk 1 kali

pemberian standar pengobatan gigitan ular adalah Rp. 600.000, maka hitunglah berapa

obat dalam standar terapi yang harus dibeli dan anggaran yang harus dikeluarkan untuk

membeli persediaan tersebut ?

Jawab : Antibisa ular = 2 botol x 3 hari = 6 botol x 5 pasien = 30

Asam traksenamat = 3 ampul x 3 hari = 9 ampul x 5 pasien = 45

Ketorolac inj. 3% = 2 ampul x 3 hari = 6 ampul x 5 =30

Cefotaxim inj = 2 ampul x 3 hari = 6 ampul x 5 pasin =30

Sehingga rata-rata standar pengobatan (CE) = 30

Sama seperti metode konsumsi, untuk melakukan perhitungan terlebih dahulu dihitung

Safety stock, yaitu :

Terapi pengobatan yang harus dibeli adalah :

CT = (CE x T) + SS – Sisa Stock

= (30 x 1 bulan) + 7 – 1

= 36

Anggaran yang harus dikeluarkan = 36 x Rp. 600.000 = Rp. 21.600.000

Metode Kombinasi

Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi.

Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana telah

mempunyai data konsumsi yang jelas namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau

turun). Gabungan perhitungan metode konsumsi dengan koreksi epidemiologi yang sudah

dihitung dengan suatu prediksi (boleh prosentase kenaikan kasus atau analisa trend).

Page 6: PERENCANAAN OBATgh

Metode kombinasi digunakan untuk obat & alkes yng terkadang fluktuatif, maka dapat

menggunakan metode konsumsi dengan koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan, jenis/

jumlah tindakan, perubahan pola peresepan, perubahan kebijakan pelayanan kebijakan.

Rumus Metode Kombinasi :

C kombinasi = (CA + CE) x T + SS – Sisa stock

Keterangan :

CE  = Perhitungan standar pengobatan

CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)

T    = Lama kebutuhan (bulan/ tahun)

SS  = Safety Stock

Contoh perhitungan :

5. Murjani setiap tahunnya pasti ada pasien menderita DBD (deman berdarah), diprediksi

ada sebanyak 100 pasien. Penanganan pasien DBD tersebut dengan diberikan infus RL

(500 cc) 20 tetes/ menit selama 5 hari. Konsumsi RL setiap bulan adalah 5000 infus,

dengan lead time (waktu tunggu) ½ bulan, sehingga hitunglah berapa RL yang harus

disediakan rumah sakit agar tidak terjadi kekosongan?

Jawab :

RL (20 tts/menit) = 1 mL/menit x 60 menit

= 60 mL/jam x 24 jam

= 1440 mL/hari : 500 mL

= 2,88 botol = 3 botol/hari

RL yang dibutuhkan = 3 botol/hari x 5 hari x 100 pasien = 1500 botol RL

C kombinasi = (CA + CE) x T + SS – Sisa stock

= (5000 + 1500) x 1 bulan + 3250 – 5000

= 4750 botol RL

Kelebihan metode konsumsi: Data konsumsi akurat (metode paling mudah).

Tidak membutuhkan data epidemiologi maupun standar pengobatan.

Jika data konsumsi dicatat dengan baik, pola preskripsi tidak berubah dan kebutuhan relatif konstan.

Kekurangan metode konsumsi: Data konsumsi, data obat dan data jumlah kontak pasien kemungkinan sulit untuk

didapat.

Page 7: PERENCANAAN OBATgh

Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan pola preskripsi.

Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih atau adanya kehilangan.

Pencatatan data morbiditas yang baik tidak diperlukan.

Kelebihan metode epidemiologi: Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran.

Program-program yang baru dapat digunakan.

Usaha memperbaiki pola penggunaan obat dapat didukung oleh standar pengobatan.

Kekurangan metode epidemiologi: Memerlukan waktu yang banyak dan tenaga yang terampil.

Data penyakit sulit diperoleh secara pasti dan kemungkinan terdapat penyakit yang tidak termasuk dalam daftar/tidak melapor.

Memerlukan sistem pencatatan dan pelaporan.

Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama.

Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan insidentil tidak terpenuhi.

Variasi obat terlalu luas