PERENCANAAN KOMPOSISI SITE PLAN TIPE RUMAH PADA ... · Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi...
Transcript of PERENCANAAN KOMPOSISI SITE PLAN TIPE RUMAH PADA ... · Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi...
PERENCANAAN KOMPOSISI SITE PLAN TIPE RUMAHPADA PEMBANGUNAN PERUMAHAN
PURI CEMPAKA MAS DALUNG
Nama :
Ir. Putu Darma Warsika,MM.
JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA2016
i
PERENCANAAN KOMPOSISI SITE PLAN TIPE RUMAH PADAPEMBANGUNAN PERUMAHANPURI CEMPAKA MAS DALUNG
Abstrak : Banyak pengembang yang bermunculan untuk menyediakan kawasanhunian yang berupa perumahan dengan berbagai tipe yang siap huni untukmemenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Pengembang tentuingin memperoleh keuntungan yang maksimal dari proyek pembangunannya,maka dari itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui komposisi paling optimaldari berbagai macam tipe rumah yang ada di suatu Perumahan sehinggadidapatkan keuntungan yang maksimal. Sebagai objek penelitian adalahPerumahan Puri Cempaka Mas Dalung, Kabupaten Badung.
Metode perencanaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodesimpleks dan program komputer Lingo. Ada tiga tipe rumah yang ditawarkanpada Perumahan Puri Cempaka Mas yaitu tipe (60/128), tipe (45/114) dan Tipe(36/105).
Hasil analisa menunjukan komposisi optimal jumlah masing-masing tipeyang dibangun adalah rumah tipe (60/128) sebanyak 24 unit, rumah tipe (45/114)sebanyak 96 unit dan rumah tipe (36/105) sebanyak 120 unit. Perumahan tersebutmemiliki luas lahan keseluruhan adalah 41.000 m2 sedangkan lahan efektif untukpembangunan sebesar 26.650 m2. Keuntungan maksimum yang diperoleh darikomposisi tersebut sebesar Rp 13.440.000.000,-.
Kata kunci : Komposisi Optimal, Metode Simpleks, Program Komputer Lingo
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULABSTRAK........................................................................... ..... iDAFTAR ISI .................................................................................... iiDAFTAR GAMBAR ........................................................................ iiiDAFTAR TABEL………………………………….............................. vi
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ............................................................. 21.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 21.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 21.5 Batasan Masalah ............................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Proyek ............................................................. 42.2 Pengertian Perumahan dan Pemukiman ............................. 42.3 Lahan Sebagai Unsur Utama ............................................. 72.4 Lahan Untuk Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial……. ..... 102.5 Biaya ................................................................................ 112.6 Sains Manajemen ............................................................... 12
2.6.1 Pendekatan Sains Manajemen ................................. 122.6.2 Teknik Sains Manajemen ........................................ 13
2.7 Program Liniar Matematika............................................... 152.7.1 Model Program Linier............................................. 152.7.2 Analisis Grafik ....................................................... 182.7.3 Model Minimisasi ................................................... 182.7.4 Post Optimalitas ..................................................... 182.7.5 Transformasi dan Penugasan ................................... 192.7.6 Program Linear Integer ........................................... 192.7.7 Program Linear Tujuan ........................................... 192.7.8 Metode Simpleks…………………………………… .. 20
2.8 Program Komputer Lingo .................................................. 24
BAB III RANCANGAN KEGIATAN3.1 Permasalahan .................................................................... 273.2 Studi Literatur ................................................................... 273.3 Menentukan Obyek Studi .................................................. 273.4 Pengumpulan Data ............................................................ 273.5 Pengolahan Data ............................................................... 283.6 Analisa Data Dengan Metode Simpleks ............................. 283.7 Analisa Data Dengan Program Komputer Lingo ................ 293.8 Analisa Data Dengan Tabel Alternatif Pilihan ................... 293.9 Hasil Analisa .................................................................... 293.10 Simpulan dan Saran .......................................................... 293.11 Kerangka Penelitian .......................................................... 30
iv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Tipe Rumah………………………………………………. .... 31
4.1.1 Rumah Tipe A…………………………… .................. 314.1.2 Rumah Tipe B………………………………. .............. 314.1.3 Rumah Tipe C……………………….. ........................ 32
4.2 Spesifikasi Pekerjaan Pembangunan Rumah Masing-MasingTipe…………………………………………. ....................... 32
4.3 Variabel Keputusan…………………………………… ........ 334.4 Penyusunan Fungsi Tujuan……………….. ........................ 334.5 Fungsi Batasan …………………………………………… ... 414.6 Perhitungan Dengan Metode Simpleks……………….. ....... 434.7 Perhitungan Dengan Program Lingo……………… ............ 504.8 Tabel Alternatif Pilihan……………….. ............................. 51
BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan…………………………………. ....................... 535.2 Saran……………………………………….. ........................ 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 54LAMPIRAN A : Perhitungan Dengan Progam Lingo…………….. .... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi menyebabkan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kebutuhan primer selain sandang dan
pangan, salah satu kebutuhan primer manusia yaitu tempat tinggal/rumah. Melihat
keadaan ini banyak pengembang perumahan yang bermunculan untuk
menyediakan rumah tinggal yang siap huni dan tipenya pun beragam, ada
pengembang yang mengkhususkan pada pembangunan rumah untuk kalangan
menengah kebawah dan ada pula pengembang yang mengkhususkan
mengembangkan perumahan untuk kalangan menengah keatas. Namun tidak
sedikit pengembang yang mengkombinasikan keduanya yaitu dengan
mengembangkan untuk kalangan menengah kebawah dan menengah keatas dalam
suatu lokasi yang sama.
Banyak pengembang perumahan yang lebih tertarik mengembangkan tipe
rumah mewah karena bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada
rumah sederhana, tapi di sisi lain masyarakat lebih banyak membutuhkan tipe
rumah sederhana sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan semakin banyaknya
pengembang di Bali akan lebih memudahkan masyarakat dalam memilih berbagai
tipe dan lokasi perumahan yang sesuai dengan selera, kemampuan, dan kebutuhan
mereka.
Salah satu pengembang perumahan adalah PT. Palu Aji yang
mengembangkan perumahan Puri Cempaka Mas di Daerah Dalung Kabupaten
Badung yang pada saat ini masih pada tahap pengembangan. Lokasi
pembangunan perumahan dilandasi pada mudahnya jangkauan antara tempat
tinggal dan berbagai unsur penunjang kehidupan baik yang menyangkut akan
kebutuhan pelayanan, bersantai, maupun ketempat bekerja. Di samping itu juga
adanya lahan yang cukup luas sehingga memungkinkan dibangun perumahan di
daerah tersebut.
Dalam perumahan Puri Cempaka Mas ini memiliki luasan lahan
keseluruhan sebesar 41.000 m2 dan ada 3 tipe rumah yang ditawarkan, yaitu : Tipe
2
(36/105) yang mempunyai luas bangunan 36 m2 dibangun diatas tanah seluas 105
m2, Tipe (45/114) yang mempunyai luas bangunan 45m2 dibangun di atas tanah
seluas 114 m2, dan Tipe (60/128) yang mempunyai luas bangunan 60 m2
dibangun diatas tanah seluas 128 m2. Pembagian tata guna lahan pada perumahan
ini adalah 65% : 35% yang artinya, sebesar 65% dari luas lahan total digunakan
untuk lahan efektif pembangunan rumah dan 35% digunakan untuk fasilitas sosial
dan fasilitas umum. Dimana fasilitas sosial dan umum pada perumahan ini
meliputi adanya pembuatan jalan, saluran drainase, taman bermain dan olah raga
serta balai pertemuan.
Sejauh ini belum diketahui seberapa besar keuntungan maksimal yang
diperoleh oleh PT . Palu Aji selaku pengembang. Sehingga diperlukan penelitian
lebih lanjut terhadap proyek pengembangan perumahan Puri Cempaka Mas ini
dengan mengoptimalkan komposisi lahan dan tipe rumah yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah pokok
yang mendasari penelitian ini yaitu : Bagaimanakah komposisi optimal dari luas
tanah dan tipe rumah yang dibangun PT . Palu Aji sehingga diperoleh keuntungan
yang maksimal dengan metode simpleks?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi optimal
dari ketiga tipe rumah yang dibangun sehingga memperoleh keuntungan yang
maksimal.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah pengembang dapat mengetahui
komposisi paling optimal dari ketiga tipe rumah yang dibangun sehingga
didapatkan keuntungan yang maksimal .
3
1.5 Batasan Masalah
Mengingat lingkup permasalahan yang luas dalam masalah ini, maka perlu
adanya pembatasan pada bahasan tanpa mengurangi kejelasan dari masalah yang
disajikan. Adapun batasan masalah dari penulisan ini adalah :
1. Tipe rumah telah ditentukan sebanyak 3 tipe yaitu tipe 36/105, tipe
45/114, dan tipe 60/128.
2. Pangsa pasar untuk semua tipe rumah yang ditawarkan diasumsikan ada
(terserap habis).
3. Model matematis pemilihan hanya untuk menentukan jumlah rumah untuk
tiap tipenya.
4. Metode yang digunakan untuk menghitung komposisi optimal dan laba
maksimal adalah dengan menggunakan Metode Simpleks dan Program
Komputer Lingo.
5. Perekonomian Negara dianggap stabil.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proyek
Mempertimbangkan tentang suatu proyek, maka sangatlah diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai proyek. Pengertian mengenai proyek banyak
tedapat dalam berbagai buku yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dibawah ini
dikutipkan pendapat-pendapat tersebut, antara lain:
1. Proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia,
material, peralatan, dan modal atau biaya yang dihimpun dalam suatu
wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.
(Husen,2009).
2. Proyek (konstruksi atau lainnya) adalah sebuah perbuatan atau pekerjaan
unik yang pada dasarnya mempunyai satu tujuan yang telah ditetapkan
bidang atau lapangan, mutu atau kualitas, waktu dan harga yang
diinginkan. (Soeharto, 1999).
3. Proyek adalah satu usaha dalam jangka waktu yang ditentukan dengan
sasaran yang jelas yaitu mencapai hasil yang telah dirumuskan pada waktu
awal pembangunan proyek akan dimulai. (Nugraha et al., 1985).
4. Proyek adalah unit yang paling baik untuk pelaksanaan perencanaan
operasional dari aktivitas investasi dengan kegiatan yang saling berkaitan
untuk mencapai suatu hasil tujuan tertentu, dalam jangka waktu tertentu.
(Tjokroamijojo, 1976).
Wujud dari proses pelaksanaan proyek tersebut dapat berupa
pembangunan gedung, jalan raya, jembatan, saluran irigasi, maupun
melakukan penelitian dan pengembangan produk yang sudah ada atau
membuat produk baru.
2.2 Pengertian Perumahan dan Pemukiman
Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta
kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan
5
peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Perumahan dan pemukiman
tidak dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan kehidupan semata-mata, tetapi lebih
dari itu merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan ruang
kehidupan untuk memasyarakatkan dirinya, dan menampakkan jati diri.
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 mengenai Petunjuk
Teknis Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang
Berdiri Sendiri tentang Perumahan dan Permukiman Dalam Peraturan
Menteri, yang dimaksud dengan:
1. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan.
2. Permukiman adalah bagian dari kawasan hidup diluar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Selain berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga, perumahan
juga merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam
lingkup terbatas. Penataan ruang dan kelengkapan prasarana dan
sarana lingkungan dan sebagainya, dimaksudkan agar lingkungan
tersebut akan merupakan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
Permukiman mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang didomisili oleh
lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja
yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk
mendukung kehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut
dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Satuan lingkungan permukiman merupakan kawasan perumahan dengan
luas wilayah dan jumlah penduduk yang tertentu yang dilengkapi dengan sistem
prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja terbatas dan dengan
penataan ruang yang terencana dan teratur sehingga memungkinkan
pelayanan dan pengelolaan yang optimal.
6
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, dan Menteri Negara Perumahan Rakyat no. 648-384 tahun
1992 pembangunan perumahan dan pemukiman diarahkan untuk mewujudkan
kawasan lingkungan perumahan dan pemukiman dengan lingkungan hunian yang
berimbang, dengan perbandingan dan kriteria tertentu. Kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas
kaveling antara 54 m2 sampai 200 m2 dan biaya pembangunan tidak melebihi
dari harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas
C yang berlaku.
2. Rumah menengah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas
kaveling 200 m2 sampai 600 m2 dan/atau biaya pembangunan per m2 antara
harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas C
sampai kelas A yang berlaku.
3. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas kaveling
600 m2 sampai 2000 m2 dan/atau biaya pembangunan per m2 diatas harga
satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A yang
berlaku.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI no.
31/Permen/M/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kawasan Siap Bangun Dan
Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri, pengertian rumah adalah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian atau sarana
pembinaan keluarga.
Pembangunan perumahan kadangkala terkendala karena tidak adanya
proses perijinan, salah satunya adalah ijin mendirikan bangunan yang dimiliki
oleh pengembang. Untuk itu perlu mengetahui apa saja pengertian tentang proses
ijin yang dilakukan dan persyaratan yang dibutuhkan.
Adapun beberapa perijinan dalam pembangunan perumahan, yaitu:
1. Ijin Prinsip
Merupakan surat pernyataan yang dikeluarkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
bahwa calon lokasi perumahan yang diajukan pengembang sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah atau daerah. Untuk luasan lahan kurang dari 15
7
hektar surat permohonan ditujukan dan dikeluarkan oleh Bupati/Walikota,
apabila luasan lahan 15-200 hektar surat permohonan ditujukan dan
dikeluarkan oleh Gubernur. Proses ijin 3-4 bulan dengan masa berlaku 6
bulan.
2. Ijin Lokasi
Ijin lokasi merupakan landasan hukum yang dapat difungsikan untuk membeli
atau melaksanakan pembebasan tanah masyarakat. Proses ijin 3-5 bulan
dengan masa berlaku 12 bulan.
3. Pembebasan Tanah
Pembebasan tanah dilaksanakan oleh Panitia Pembebasan Tanah (Panitia
Sembilan) dengan menggunakan azas ganti rugi berdasarkan
musyawarah. Enam bulan atau paling lambat 12 bulan setelah ijin lokasi
dikeluarkan pengembang harus melaksanakan pembebasan tanah secara
bertahap.
4. Permohonan dan Pelepasan Hak Atas Tanah
Permohonan dan pelepasan hak atas tanah diajukan oleh pengembang kepada
PPAT dengan legalitas dari Kepala BPN Kabupaten/Kota, Camat dan Notaris.
5. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Ijin mendirikan bangunan adalah ijin yang diberikan oleh pemerintah daerah
kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang
dimaksud agar desain pelaksanaan pembangunan sesuai rencana tata ruang
yang berlaku, sesuai dengan koefisien dasar bangunan, koefisien luas
bangunan, koefisien ketinggian bangunan yang ditetapkan sesuai dengan
syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.
2.3 Lahan Sebagai Unsur Utama
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, apalagi diwilayah perkotaan
kebutuhan akan perumahan dengan segala sarana dan prasarananya
akan mempunyai konsekuensi kepada kebutuhan tanah untuk perumahan menjadi
lebih besar. Untuk mendapatkan tanah yang luas dan tepat lokasi dan
topografinya sekarang ini sudah sangat langka. Walaupun ada, harganya akan
tinggi. Disamping itu, prosedur pembebasan tanah dirasakan memakan waktu
8
yang lama dan rangkaian prosedurnya terlalu panjang. Hal ini makin parah
lagi dengan adanya campur tangan para spekulan tanah yang menambah masalah
rumitnya pelaksanaan proses pembebasan tanah.
Pemerintah dihadapkan pada berbagai kendala dalam pengadaan tanah
untuk perumahan selain karena semakin langka dan mahalnya harga tanah. Juga
terbatasnya kemampuan pemerintah dalam pengelolaan dan
pengendalian pertanahan. Sehingga setiap negara punya ukuran yang berbeda
dalam kebutuhan (ruang) tanah untuk perumahan. Hal ini di tentukan oleh
luasnya daratan suatu negara dan banyaknya jumlah penduduk dari negara
tersebut.
Untuk negara Indonesia kebutuhan akan tanah diperkirakan 15-16 meter
persegi untuk setiap orangnya, standar tersebut akan semakin beragam bilamana
menyangkut pendapatan dan kualitas penduduk. Berbeda dengan Amerika
Serikat yang lebih banyak mengembangkan area padang rumput atau gurunnya,
perluasan kota di Indonesia mengorbankan daerah budidaya yang berharga.
Saat ini pertumbuhan tertinggi lahan hunian dan tempat kerja tidak lagi di pusat
kota atau sepanjang jalur transportasi utama kota, melainkan diruang antara
desa-desa tua dan pasar-pasar kecil yang berstruktur lemah.
Penyediaan dan pemberian tanah bagi perusahaan -
perusahaan pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah
yang besar dalam suatu areal tanah yang merupakan suatu kesatuan
lingkungan pemukiman, yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana
umum, dan fasilitas sosial yang di perlukan oleh masyarakat yang
menghuninya, telah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5
tahun 1974.
Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri tersebut,
perusahaan pembangunan perumahan diwajibkan antara lain :
1. Menyiapkan tanah yang diberikan kepadanya dan membangun
diatasnya jenis-jenis rumah sebagaimana disebutkan dalam rencana
proyek yang sudah disetujui oleh pemerintah yang harus meliputi pula
rumah-rumah murah menurut imbangan yang ditetapkan dalam
rencana proyek tersebut.
9
2. Membangun dan memelihara selama waktu yang di tentukan prasarana
lingkungan, sarana umum, dan fasilitas sosial yang diperlukan oleh
masyarakat penghuni lingkungan yang dibangun itu, seperti jalan,
saluran pembuangan air limbah, persediaan air minum, listrik, telepon,
tempat peribadatan, tempat rekreasi/olah raga, pasar, pertokoan,
sekolah dan lain-lain.
3. Menyerahkan prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial
yang telah dibangun itu kepada pemerintah/ pemerintah daerah setelah
dipelihara oleh perusahaan itu selama waktu yang telah ditentukan.
Masalah pengadaan atau lokasi tanah untuk perumahan sudah menjadi
pemikiran dan kajian serius negara maupun badan internasional sejak awal abad
ke-20 akibat kecemasan akan meledaknya jumlah penduduk dunia.
Di dalam pengadaan tanah untuk perumahan ada beberapa cara yang dapat
ditempuh, salah satunya adalah pembebasan tanah melalui jual beli. Tujuan dari
pengadaan tanah ini ialah untuk menghindari pembenturan dan persaingan
dengan kebutuhan tanah untuk industri dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya.
Disahkannya undang-undang no. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman (UUPP) di Indonesia salah satunya sebagai upaya penataan dan
pengendalian tanah untuk perumahan. Hal ini mengingat kebutuhan akan rumah
begitu besar dan mendesak.
Pada saat perencanaan dan pembangunan pengembang dimana mengikuti
kebijakan pemerintah yang tertuang dalam surat keputusan bersama
antara M en t e r i D a l am N e g e r i ( N o . 6 4 8 . 3 8 4 ) , M en t e r i P e k e r j aa n
U m u m (No. 09/KPTS/I 992) tanggal 16 November 1992 mengenai hunian
berimbang.
Isinya menyatakan bahwa pembangunan perumahan dan pemukiman pada
hakekatnya adalah pemanfaatan tanah yang berdaya guna dan berhasil guna
sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang, dan perlu pengaturan, serta
pedoman pembangunan perumahan dan pemukiman dengan lingkungan
hunian berimbang yang dikaitkan dengan ketentuan perijinan penggunaan lahan
bagi pengembang.
Kriteria perimbangan dimaksud adalah meliputi rumah sederhana, rumah
10
menengah dan rumah mewah dengan perbandingan sebesar 6 (enam) atau lebih,
berbanding 3 (tiga) atau lebih, berbanding 1 (satu), sehingga dapat terwujud
lingkungan hunian yang serasi yang dapat mengakomodasikan
kelompok masyarakat dalam berbagai status sosial, tingkat ekonomi, dan profesi.
Pola hunian ini lebih dikenal dengan sebutan 1 : 3 : 6 (Blaang, C. 1986).
Pekerjaan yang diperlukan berkaitan dengan tanah pada tahap perencanaan
adalah pengukuran, penentuan kontur tanah (tinggi rendahnya), dan pengujian
kekuatan tanah. Semua pekerjaan yang berkaitan dengan tanah tersebut
memegang peranan penting. Ini disebabkan sebuah bangunan rumah
akan didirikan pada tanah tersebut. Bila pengukuran tidak dilakukan maka
bangunan tidak akan sesuai dengan keinginan. Selain itu, tanah yang tidak diuji
kekuatannya akan sulit ditentukan jenis pondasi yang akan digunakan.
Pengukuran dilakukan untuk menentukan luas lahan yang ada.
Pengukuran panjang dan lebar lahan harus diukur dengan cermat.
Sementara kontur tanah perlu diperhatikan. Dengan mengetahui kontur
tanah maka akan dapat ditentukan apakah akan dilakukan perataan lahan atau
tidak. Untuk lahan yang sudah rata, penentuan kontur tidak perlu lagi dilakukan.
Kegiatan lain yang menyangkut perencanaan lahan adalah pengujian
kekuatan tanah. Pengujian harus dilakukan bila di lahan tersebut akan digunakan
untuk bangunan rumah bertingkat dengan cara sondir atau boring.
2.4 Lahan Untuk Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Banyak Negara dihadapkan oleh berbagai kendala dalam pengadaan
fasilitas umum untuk perumahan, selain karena semakin langka dan mahalnya
harga tanah, juga karena terbatasnya kemampuan pemerintah dan pengelolaan dan
pengendalian fasilitas umum dan fasilitas sosial sehingga setiap Negara
mempunyai ukuran yang bebeda dalam kebutuhan (ruang) fasilitas umum dan
sosial untuk perumahan. Hal ini dipengaruhi oleh luasnya daratan suatu Negara
dan banyaknya jumlah penduduk dari Negara tersebut.
Yang dimaksud fasilitas umum dan fasilitas sosial adalah meliputi jalan,
lingkungan, drainase, pertamanan, jaringan air bersih, listrik, telepon, sekolah,
balai pertemuan, lapangan olah raga, pos keamanan, tempat sampah, tembat
11
ibadah, rumah sakit serta pertokoan. Di Indonesia luas lahan untuk fasilitas umum
dan sosial diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1987 dan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 tahun 2006, yaitu sebesar 40% dari
lahan perumahan.
2.5 Biaya
Untuk membangun kawasan perumahan tentunya di perlukan dana
yang tidak sedikit, mulai dari pembelian lahan, pembersihan lahan yang
nantinya di dirikan unit-unit rumah diatasnya dan biaya konstruksi. Jumlah
rumah yang dapat dibangun juga tergantung dari dana yang ada begitu pula
dengan tipe apa saja yang akan di kembangkan dan berapa tipe rumah yang akan
dikembangkan pada suatu kawasan perumahan.
Biaya-biaya proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi 2 macam
(Sutjipto, 1986), yaitu:
1. Biaya langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi
komponen permanen hasil akhir proyek atau biaya langsung berhubungan
dengan konstruksi/bangunan. Biaya langsung terdiri dari:
a. Bahan / material
b. Upah buruh
c. Biaya peralatan / equipments
2. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya pengeluaran untuk manajemen,
supervise, dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian
proyek yang tidak akan menjadi produk permanen dan secara
tidak langsung berhubungan dengan konstruksi tapi diperlukan dalam
rangka proses pembangunan proyek.
Atau dengan kata lain, biaya tidak langsung terdiri dari
a. Overhead
b. Biaya tak terduga / Contiencies
c. Keuntungan / profit
Dalam rangka pembangunan perumahan diperlukan suatu kebijaksanaan
12
untuk mengembangkan sistem pembiayaan perumahan dan pemukiman
yang terpadu yaitu keseluruhan komponen dan mekanisme pelaksanaan
operasional pembiayaan yang menyangkut pengerahan, pengumpulan serta
pemupukan dan pemanfaatan dana untuk mencapai tujuan pembangunan
perumahan.
2.6 Sains Manajemen
Sains manajemen adalah penerapan ilmiah yang menggunakan perangkat
dan metode matematika untuk memecahkan masalah manajemen yang
menggunakan teknik matematika, statistik ilmu-ilmu murni, dan perekayasaan.
Meskipun relatif baru, sains manajemen telah diakui dan telah diterima dalam
lingkungan administrasi usaha. Penerapan teknik-teknik sains manajemen telah
meluas dan dianggap telah meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
Sains manajemen tidak hanya merupakan kumpulan teknik sains
manajemen. Sains manajemen mencakup pendekatan logika pada pemecahan
masalah dengan pendekatan filosof untuk memecahkan masalah secara ilmiah dan
sesuai logika. Pendekatan secara logis, konsisten, dan sistematis terhadap
pemecahan masalah, sangat berguna dan berharga sama dengan pengetahuan
mekanis teknik matematika itu sendiri. Pandangan ini berguna untuk memberi
gambaran yang mudah dimengerti dalam mempelajari disiplin ilmu yang berbasis
matematika seperti sains manajemen.
2.6.1 Pendekatan Sains Manajemen Untuk Memecahkan Masalah
Sesuai dengan pengertian sebelumnya, sains manajemen meliputi
pendekatan sistematis dan logis dalam memecahkan masalah atau merupakan
metode ilmiah untuk memecahkan masalah. Pendekatan ini, mengikuti langkah-
langkah teratur yang telah diterima secara umum yaitu
1. Pengamatan (observasi)
Langkah pertama dalam proses sains manajemen adalah mengenali dan
mempelajari masalah-masalah yang terdapat dalam suatu sistem. Sistem
harus diamati ahli sains manajemen dengan seksama dan terus-
menerus sehingga masalah-masalah dapat diketahui pada saat terjadi atau
13
bahkan lebih dahulu sebelum terjadi.
2. Definisi masalah
Pada saat diketahui bahwa suatu masalah telah terjadi, maka masalah
tersebut harus dapat dijabarkan dan ditegaskan dengan singkat dan jelas.
Definisi masalah yang tidak jelas akan menghasilkan penyelesaian
masalah yang tidak tepat. Oleh karena itu, definisi masalah harus meliputi
batasan-batasan masalah dan tingkatan.
3. Pembuatan model (konstruksi model)
Suatu sains manajemen merupakan penyajian yang ringkas dari situasi
masalah yang sedang berjalan. Penyajian dapat berupa grafik meskipun
model sains manajemen mencakup kumpulan metode matematis.
4. Pemecahan model
Pada saat model-model telah disusun, model-model diselesaikan dengan,
teknik sains manajemen. Suatu teknik sains manajemen biasanya
diterapkan untuk jenis model tertentu. Jadi jenis model dan metode
pemecahan merupakan bagian teknik dari sains manajemen.
5. Pelaksanaan hasil pemecahan
Sains manajemen memberikan informasi yang dapat membantu
perusahaan dalam membuat keputusan. Dalam membuat keputusan yang
pokok, perusahaan harus menggabungkan informasi yang diperoleh dari
teknik sains manajemen, usaha, dan sumber daya yang dipergunakan dalam
definisi masalah, serta pembuatan, dan pemecahan model menjadi tidak sia-
sia.
2.6.2 Teknik Sains Manajemen
Teknik sains manajemen menekankan dua dari lima langkah proses ilmu
pengetahuan manajemen yaitu pembuatan model dan pemecahan model. Teknik
sains manajemen dapat digolongkan menjadi lima kategori yaitu:
1. Program Linear Matematika
Terminologi program tidak berhubungan dengan program komputer tetapi
menunjukkan suatu kumpulan langkah-langkah matematis yang telah
ditentukan dalam rangka memecahkan masalah. Jenis teknik matematika
14
sangat dominan karena merupakan teknik yang sering diterapkan dalam
sains manajemen. Contoh program linier matematika diantaranya :
- Model program linier
- Analisis grafik
- Metode simpeks
- Model minimisasi
- Post-optimalitas
- Transportasi dan penugasan
- Program linear integer
- Program linear sasaran
2. Teknik Probabilitas
Teknik probabilitas berbeda dengan teknik matematis. Teknik program
matematis mengasumsikan bahwa semua parameter dalam model
diketahui dengan pasti. Oleh karena itu hasil pemecahannya diasumsikan
diketahui dengan pasti, tanpa kemungkinan adanya pemecahan lain.
Teknik yang mengasumsikan kepastian dalam pemecahannya disebut
deterministik. Sebaliknya, hasil dari teknik probabilitas mengandung unsur
ketidakpastian, dengan kemungkinan terdapat pemecahan alternatif.
Contoh teknik probabilistik :
- Probabilitas
- Teori permainan
- Analisis keputusan
- Analisis markov
- Antrian
- Simulasi
- Peramalan
3. Teknik Persediaan
Teknik ini dipergunakan untuk memecahkan masalah persediaan yang
sering timbul pada perusahaan. Persediaan dipilih karena merupakan biaya
yang cukup besar dalam perusahaan. Contoh teknik persediaan:
- Permintaan pasti
- Permintaan tak pasti
15
4. Teknik jaringan
Model jaringan dijelaskan dalam bentuk diagram bukan hubungan
matematika. Model ini memberikan penyajian bergambar dari
analisis sistem. Contoh teknik jaringan :
- Arus jaringan
- CPM / PERT
5. Teknik linear dan nonlinear lainnya
Bentuk program matematis yang menggunakan model dan logika solusi
yang berbeda dari program linear adalah program dinamik. Contoh teknik
linear dan non linear :
- Program dinamis
- Analisa titik impas
- Teknik solusi berdasarkan kalkulus
2.7 Program Linear Matematika
Terminologi program tidak berhubungan dengan program program
komputer tetapi menunjukkan suatu kumpulan langkah-langkah matematis yang
telah ditentukan dalam rangka memecahkan masalah.
2.7.1 Model Program Linear
Disebut juga dengan formulasi model. Model program linear
digunakan untuk menunjukkan proses model yang semua masalah
menyangkut usaha mencapai subjek tujuan dengan kumpulan batasan-batasan
(misal batasan-batasan sumber daya, pedoman investasi). Model program linear
dari masalah-masalah ini memperlihatkan karakteristik-karakteristik umum
seperti:
1. Fungsi tujuan untuk dimaksimumkan dan diminimumkan
2. Kumpulan batasan-batasan
3. Variabel-variabel keputusan untuk mengukur tingkatan aktivitas
4. Semua hubungan batasan dan fungsi tujuan adalah linear
Sebagian besar dari persoalan manajemen berkenaan dengan penggunaan
sumber secara efisien atau alokasi sumber-sumber yang terbatas (tenaga kerja
16
terampil, bahan mentah, modal) untuk mencapai tujuan yang diinginkan (desired
objective). Dalam keadaan sumber yang terbatas harus dicapai suatu hasil yang
optimum. Dengan perkataan lain bagaimana caranya agar dengan masukan (input)
yang serba terbatas dapat dicapai hasil kerja yaitu keluaran (output) berupa
produksi barang atau jasa yang optimum (Supranto, 2001).
Model matematis perumusan masalah umum pengalokasian sumber daya
untuk berbagai kegiatan, disebut sebagai model Linear Programming (LP). Model
Linier Program ini merupakan bentuk dan susunan dari dalam penyajian masalah-
masalah yang akan dipecahkan teknik Linear Program. Dalam model
Linier Program dikenal 2 macam fungsi., yaitu fungsi tujuan (objective function)
dan fungsi-fungsi batasan (constraint function).
Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran di dalam
permasalahan Linier Program yang berkaitan dengan pengaturan secara optimum
sumber daya-sumber daya untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya
minimal. Atau dengan kata lain fungsi tujuan merupakan hubungan
matematika linear yang menjelaskan tujuan dari perusahaan dalam
terminologi variable keputusan. Fungsi tujuan selalu mempunyai
salah satu target yai tu memaksimumkan atau meminimumkan suatu nilai.
Pada umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z.
Sedang fungsi batasan atau fungsi kendala merupakan bentuk penyajian
secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan
secara optimal ke berbagai kegiatan. Fungsi batasan juga merupakan hubungan
linear dari variable-variabel keputusan. Batasan-batasan dapat berupa keterbatasan
sumber daya atau pedoman.
Adapun syarat-syarat agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan
metode Linier Programming yaitu:
1. Fungsi objektif harus didefinisikan secara jelas dan dinyatakan sebagai fungsi
objektif yang linear. Misalnya jumlah hasil penjualan harus maksimum,
jumlah biaya transport harus minimum.
2. Harus ada alternatif pemecahan untuk dipilih salah satu yang terbaik.
3. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat ditambahkan (additivity)
4. Fungsi objektif dan ketidaksamaan untuk menunjukkan adanya pembatasan
17
harus linear.
5. Variabel keputusan harus positif, tidak boleh negatif.
6. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat dibagi
(divisibility).
7. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas (finiteness)
8. Aktivitas harus proporsional terhadap sumber-sumber. Hal ini berarti ada
hubungan yang linier antara aktivitas dengan sumber-sumber.
9. Model programming deterministik, artinya sumber dan aktivitas
diketahui secara pasti (single-valued expectations).
Selain terdapat hubungan linier, model program linier juga mempunyai
beberapa sifat lainnya. Terminologi linier tidak hanya berarti bahwa fungsi dalam
model-model digambarkan sebagai garis lures, tetapi juga berarti bahwa
hubungan memperlihatkan kemampuan yang sebanding. Dengan kata lain, tingkat
perubahan atau kecondongan fungsi adalah konstan. Oleh karena itu, perubahan
dari ukuran tertentu dalam nilai variabel keputusan akan menghasilkan perubahan
yang relatif sama dalam nilai fungsi.
Dalam program linier terminologi fungsi tujuan dan terminologi batasan
adalah tambahan. Sifat lain dari model linier program adalah misal
pemecahan dan variabel keputusan tidak dapat dibatasi dalam nilai integer
(bulat). Variabel keputusan dapat berupa nilai pecahan. Jadi, variabel-variabel
dapat dikatakan sebagai terus-menerus atau tidak dapat dibagi, selain sebagai
lawan integer. Yang terakhir adalah nilai dari semua model parameter
diasumsikan konstan dan diketahui secara pasti. Dalam situasi yang sebenarnya
model parameter sering kali tidak pasti, karena kondisi sekarang dan yang akan
datang jarang dapat dipastikan.
Untuk membuat formulasi batasan dan fungsi tujuan dilakukan lebih dari
sekali, setelah pendefinisian variabel-variabel keputusan. Pendekatan yang lebih
bijaksana pertama adalah menentukan fungsi tujuan tanpa mempertimbangkan
langsung batasan-batasan. Setelah itu memperhatikan setiap batasan masalah
yang berhubungan dengan batasan-batasan model. Yang disarankan
adalah pendekatan sistematis sehingga langkah-langkah perumusan sains
manajemen dapat dilakukan satu persatu.
18
2.7.2 Analisis Grafik
Pendekatan grafik pada pemecahan masalah program linier adalah alat
pemecahan masalah yang sangat tidak efisien. Penggambaran grafik secara akurat
akan memakan waktu. Lebih dari itu, analisis dengan pendekatan grafik hanya
terbatas pada dua variabel keputusan. Akan tetapi, analisis pendekatan grafik
memberikan pengertian dalam masalah program linear serta pemecahannya yang
sangat berguna.
Pendekatan grafik, jika daerah solusi yang layak dan titik solusi
optimal telah ditentukan dari grafik, persamaan secara simultan dipecahkan untuk
menentukan nilai X1 dan X2 pada titik solusi. Hasil dari persamaan simultan
membentuk dasar bagi metode simpeks untuk memecahkan masalah
program linear.
2.7.3 Model Minimisasi
Dalam model minimisasi dibahas tentang variasi metode simpleks
umum. Variasi itu meliputi suatu masalah minimisasi, masalah batasan
campuran, masalah solusi optimal majemuk, masalah tidak terdapat solusi
yang fisibel, masalah solusi tidak terbatas, kolom pemutar dan baris pemutar
yang seri, dan kuantitas batasan yang negatif (Taylor III, 2001 ).
Pembahasan kasus-kasus program linier yang khusus ini melengkapi
pembahasan mengenai program simpleks. Pada model minimisasi akan
menekankan pada cara untuk menganalisis solusi simpleks akhir, dengan
menggunakan teori model dual (duality) dan analisis sensitivitas (sensitivity
analysis).
2.7.4 Post Optimalitas
Dengan analisis post optimalitas akan menelaah beberapa cara
yang berbeda dengan menganalisis solusi simpleks untuk mengumpulkan
informasi t a m b ah an . Y a n g p e r t am a a d a l ah m em b ah as f o r m u l a s i
d u a l d an menginterpretasikan solusi dual. Ditunjukkannya solusi dual adalah
untuk memperlihatkan adanya informasi yang berguna mengenai sumber-sumber
19
model. Berikutnya adalah menjelaskan analisis sensitivitas dari berbagai
parameter model yang berbeda. Pada post optimalitas dijelaskan bagaimana
perubahan-perubahan pada model dapat dijelaskan dengan menggunakan
tabel simpleks untuk mengetahui dampaknya terhadap solusi optimal.
Post optimalitas menjelaskan tentang model program linier umum
dan metode simpleks, namun belum selesai menjelaskan mengenai program
linear secara lebih luas.
2.7.5 Transformasi dan Penugasan
Pada analisis transportasi dan penugasan ditunjukkan berbagai
metode solusi untuk jenis masalah. Karakteristik unik yang ada pada masalah-
masalah ini adalah bahwa solusi tersebut memuat nilai-nilai integer.
Kadangkala masalah program linear selain masalah transportasi memerlukan
solusi integer, untuk itu telah dikembangkan pendekatan-pendekatan lain
yang menghasilkan solusi integer.
2.7.6 Program Linear Integer
Pada analisis program linear integer menemukan bahwa pembulatan nilai
solusi simpleks noninteger untuk model-model yang memerlukan solusi
integer tidak selalu tepat.
Pembulatan sering menyebabkan terjadinya hasil suboptimal. Oleh karena
itu diperlukan pendekatan solusi umum untuk memecahkan tiga bentuk model
program linear integer-model total integer, model integer campuran, dan model
linear O-1. Dengan menganalisis permasalahan integer dan teknik-teknik
penyelesaiannya telah mencakup hampir semua bentuk dasar model program
linear dan teknik solusi. Satu pengecualian adalah suatu permasalahan yang
memuat lebih dari satu tujuan.
2.7.7 Program Linear Tujuan
Dengan program linear tujuan diperlihatkan variasi program linear untuk
masalah-masalah yang mengandung lebih dari satu tujuan. Program tujuan secara
khusus berguna untuk organisasi yang tidak mempunyai satu tujuan yang dapat
20
didefinisikan secara jelas, seperti maksimisasi laba atau minimisasi
kerugian. Program tujuan seringkali berguna untuk masalah pengambilan
keputusan dalam organisasi kemasyarakatan atau organisasi pemerintahan dimana
tingkat jasa aau efisiensi terdiri dari beberapa tujuan yang lebih penting dari laba
atau kerugian.
Persentasi program tujuan melengkapkan pembahasan program linear.
Salah satu asumsi yang implisit pada program linear adalah semua parameter dan
nilai dalam model dapat diketahui dengan pasti.
2.7.8 Metode Simpleks
Metode simpleks adalah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari
suatu pemecahan dasar yang fisibel ke pemecahan yang fisibel lainnya dan ini
dilakukan berulang-ulang (dengan jumlah ulangan yang terbatas) sehingga
akhirnya tercapai suatu pemecahan dasar yang optimum dan pada setiap langkah
menghasilkan suatu nilai dari fungsi tujuan yang selalu lebih besar (lebih
kecil) atau sama dari langkah-langkah sebelumnya.
Apabila suatu masalah Linier Program hanya mengandung 2 kegiatan atau
variabel-variabel keputusan saja, maka akan dapat diselesaikan dengan metode
grafik. Tetapi bila melibatkan lebih dari dua kegiatan maka metode grafik tidak
dapat digunakan lagi, sehingga diperlukan metode simpleks. Metode simpleks
merupakan suatu cara yang lazim digunakan untuk menentukan kombinasi
optimal dari tiga variabel atau lebih.
Dalam metode simpleks, model diubah kedalam bentuk suatu tabel,
kemudian dilakukan beberapa langkah matematis pada tabel tersebut. Langkah-
langkah matematis ini pada dasarnya merupakan replikasi proses pemindahan
pemindahan dari suatu titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya pada batas daerah
solusi (solution boundary). Tidak seperti metode grafik, dimana kita dapat dengan
mudah mencari titik terbaik di antara semua titik-titik solusi, metode simpleks
bergerak dari satu solusi ke solusi yang lebih baik sampai solusi yang
terbaik didapat.
Metode simpleks lebih efisien serta dilengkapi dengan suatu test kriteria
yang bisa memberitahukan kapan hitungan harus dihentikan dan kapan harus
21
dilanjutkan sampai diperoleh suatu optimal solution (maksimum profit,
maksimum revenue, minimum cost, dan lain sebagainya). Pada umumnya
dipergunakan table-tabel dari table pertama yang memberikan pemecahan dasar
permulaan yang fisibel (initial basic feasible solution) sampai pada pemecahan
terakhir yang memberikan optimal solution. Semua informasi yang diperlukan
(test kriteria, nilai variabel-variabel, nilai fungsi tujuan) akan terdapat pada
setiap tabel, selain itu nilai fungsi tujuan dari suatu tabel akan lebih
besar/kecil atau sama dengan tabel sebelumnya. Pada umumnya suatu
persoalan linier programming bisa diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu:
1. Tidak ada pemecahan yang fisibel (there is no feasible solution)
2. Ada pemecahan optimum (maksimum\minimum).
3. Fungsi objektif tidak ada batasnya (unbounded).
Pada masa sekarang masalah-masalah Linier Programming
yang melibatkan banyak variabel-variabel keputusan dapat dengan cepat
dengan bantuan komputer, tetapi bila variabel keputusan yang dikandung
tidak terlalu banyak, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan suatu
logaritma yang biasanya sering disebut metode simpleks tabel.
Adapun langkah-langkah Metode Simpleks Tabel sebagai berikut:
Langkah 1: Mengubah fungsi tujuan dan batasan-batasan fungsi tujuan diubah
menjadi fungsi implisit.
Misalnya fungsi tujuan tersebut Z = C1X1 + C2X2 + …..Cn Xn diubah
menjadi Z = CX +CX.+………CX = 0
Pada bentuk standar semua batasan mempunyai tanda ≤ Ketidak
samaan ini harus diubah menjadi kesamaan. Caranya dengan
menambah slock variabel yaitu variabel tambahan yang mewakili
tingkat pengangguran atau kapasitas yang merupakan batasan
variable slock ini adalah Xn+ 1, Xn + 2,…….. Xn + m seperti contoh
dibawah ini:
1. a11 X1 ≤ b1 menjadi a11X1 + anX1 = b1
2. a2l X2 ≤ b2 menjadi a2l X2 + Xn +2 = b2
3. am 1X1+am 2X2 ≤ bm menjadi am 1X1+am 2 X2 +am 2 X = b m
Berdasarkan perubahan persamaan-persamaan di atas dapat disusun
22
formulasi yang diubah itu, sebagai berikut : Fungsi tujuan
maksimum Z – C1 X1 – C2X2......–CnXn batasan-batasan:
1. a11 X1 ≤ b1 menjadi a21X1 + Xn + 1 = b1
2. a21 X2 ≤ b1 menjadi a21X2 + Xn + 2 = b2
3. am1 X1 + am2 X2 ≤ bm menjadi am1 X1 + am2 X = bm
Langkah 2: Menyusun persamaan-persamaan di dalam tabel
Setelah formulasi diubah kemudian disusun kedalam tabel dalam
bentuk simbol seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Tabel Simpleks Dalam Bentuk Simbol
Variabel
dasar
Z X1 X2 …. Xn Xn + 1 Xn + 2 …. Xn + m NK
Z 1 -C1 -C2 …. -Cn 0 0 …. 0 0
Xn + 1 0 a11 a12 …. a1n 1 0 …. 0 b1
Xn + 1 0 a21 a12 …. a2n 0 1 …. 0 b2
. . . . …. . . . …. .
. . . . …. . . . …. .
. . . . …. . . . …. .
. . . . …. . . . …. .
Xn + m 0 am1 am2 …. amn 0 0 …. 1 bm
NK adalah nilai kanan persamaan, yaitu nilai dibelakang tanda
sama dengan (=).
Variabel dasar adalah variabel nilainya sama dengan sisi kanan dari
persamaan. Apabila belum ada kegiatan apa-apa bera r t i n i l a i
X 1 =0, dan semua kapas i tas mas ih menganggur, pada tabel
tersebut nilai variabel dasar (Xn + 1 Xn + 2 , Xn + m ) pada fungsi
tujuan pada tabel permulaan ini harus 0, dan nilainya pada
batasan-batasan bertanda positif. Setelah data disusun didalam
tabel di atas kemudian diadakan perubahan-perubahan agar nilai
mencapai titik optimum, dengan langkah-langkah berikutnya.
Langkah 3: Memilih kolom kunci
23
Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk mengubah
tabel pada langkah ke 2 (dua). Pilihlah kolom yang mempunyai
nilai pada garis fungsi tujuan yang bernilai negatif dengan
angka terbesar. Segi empat dalam kolom tersebut. Kalau suatu
tabel sudah tidak memiliki nilai negatif pada fungsi tujuan berarti
tabel itu tidak bisa dioptimalkan lagi (sudah optimal).
Langkah 4: Memilih baris kunci
Baris kunci adalah baris yang merupakan dasar untuk
mengubah tabel pada langkah ke 3 (tiga). Untuk itu terlebih dahulu
carilah indeks tiap-tiap baris dengan cara membagi nilai-nilai pada
kolom NK dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci.=Pilihlah baris yang mempunyai indeks positif dengan angka terkecil.
Nilai yang masuk dalam kolom kunci dan juga termasuk dalam baris
kunci disebut angka kunci.
Langkah 5: Mengubah nilai-nilai baris kunci
Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka
kunci. Gantilah variabel dasar pada baris itu dengan variabel yang
terdapat di bagian atas kolom kunci.
Langkah 6: Mengubah nilai-nilai selain pada baris kunci
Nilai-nilai baris yang lain selain pada baris kunci dapat diubah
dengan rumus sebagai berikut: Baris baru = baris lama – (koefesien
pada kolom kunci) x nilai baru baris kunci.
Langkah 7: Melanjutkan perbaikan-perbaikan
Ulangilah langkah-langkah perbaikan mulai langkah 3 sampai
langkah ke 6 untuk memperbaiki tabel-tabel yang telah
diubah/diperbaiki nilainya. Perubahan baru berhenti setelah pada
baris pertama, (fungsi tujuan) tidak ada lagi yang bernilai positif.
Kalau dilihat baris pertama (Z) tidak ada lagi yang bernilai negatif,
semua positif Berart i tabel itu tidak dapat dioptimalkan
lagi, sehingga hasil dari tabel tersebut adalah sudah merupakan
hasil optimal.
24
2.8 Program Komputer Lingo
Dengan berkembangnya teknologi komputer, maka bermunculan pula
perangkat lunak (software) yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
program linear. Perangkat lunak ini dibuat dengan tujuan untuk membantu
manusia (user) dalam mempermudah menyelesaikan masalah atau pekerjaannya.
Software-software itu dirancang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan masing-
masing. Untuk keperluan penyelesaian program linear sudah tersedia program
Lingo. Kita perhatikan bahwa untuk pekerjaan pada program linear dengan tiga
variabel saja, untuk menyelesaikan permasalahan dengan metode simpleks
diperlukan waktu yang cukup lama dan dengan ketelitian yang cukup tinggi.
Komputer dengan programnya yang disebut Lingo dimana program ini satu paket
dengan program Lindo (Linear Interactive Discrete Optimizer ) dapat membantu
menyelesaikan masalah program linier dengan mudah, cepat, dan akurat bahkan
mampu menyelesaikan masalah program linear sampai 100 constraints (fungsi
kendala).
LINGO merupakan salah satu perangkat lunak (software) komputer.
Kegunaan utama program ini adalah untuk memasukkan rumusan program linear
dengan cepat, menyelesaikannya, dan menetapkan perbaikan atau pengecekan
rumusan dasar pada penyelesaian. Kemudian dengan menggunakan modifikasi
sederhana digunakan untuk perumusan dan pengulangan proses (Linus Schrage,
1997).
Penyelesaian masalah program linear dengan banyak variabel akan lebih
mudah dengan menggunakan program komputer. Prinsip kerja yang utama dari
program LINGO adalah memasukkan rumus, menyelesaikannya serta menaksir
kebenaran dan kelayakan rumus berdasarkan penyelesaiannya. Rumus yang
dimaksud disini adalah dalam bentuk matematika. Permasalahan ini mampu
dipecahkan dengan program linear menggunakan program komputer LINGO.
Kegunaan utama program ini adalah untuk memasukkan rumusan program
linear dengan cepat, menyelesaikannya, dan menetapkan perbaikan atau
pengecekan rumusan dasar pada penyelesaian. Menu utama pada LINGO yaitu:
File, Edit, LINGO, Window, Help, dan pemilihan menu utama pada LINGO dapat
dilakukan dengan menekan Alt + F, Alt + E, Alt + L, Alt + W, Alt + H atau sorot
25
dengan mouse lalu tekan klik pada icon yang disorot tersebut. Membuat program
pada Lingo, setelah perintah MAX ada tanda/lambang”=” dan bentuk perkalian
diberi lambang ”*” serta lambang ”<=” berubah menjadi ”<”, selain itu setiap
baris dalam Lingo diakhiri dengan lambang ”;”.
Prosedur penggunaan program komputer Lingo adalah sebagai berikut:
1. Membuka File
Untuk membuka file baru maka klik File, New atau klik icon New dan
akan masuk ke editor data. Apabila telah mempunyai data pada file
tertentu dan akan dibuka kembali file tersebut maka klik File, Open. Suatu
file perlu sebuah nama dan tipe file serta alamat atau direktori untuk
penyimpanan dan pemanggilan kembali.
2. Menyimpan File
Untuk menyimpan file, kursor harus diarahakan pada papan editor yang
akan diaktifkan. Pada LINGO terdapat dua macam papan editor, yakni
papan editor data dan papan editor report. Papan editor data berfungsi
untuk mengisi fungsi tujuan dan fungsi kendala yang akan dioptimasi.
Papan editor report berisi hasil olahan optimasi berupa solusi terhadap
permasalahan yang dituliskan pada papan editor data.
3. Mengedit File
Pada menu edit terdapat beberapa pilihan yaitu:
1) Edit Undo digunakan untuk membatalkan perintah sebelumya.
2) Edit Cut digunakan untuk menghapus blok tulisan pada papan editor.
3) Edit Copy dan Edit Paste merupakan menu yang berfungsi secara
simultan. Fungsinya untuk menyalin suatu blok pada papan editor.
4) Edit Find replace digunakan untuk mencari huruf/kata tertentu pada
papan editor dan kalau perlu menggantinya.
5) Edit Option digunakan untuk mengisi beberapa metode optimasi dan
sistem iterasi yang diperlukan untuk mendapatkan solusi proses
optimasi.
6) Edit Go to line, digunakan untuk menggerakkan kursor pada baris
tertentu pada papan editor.
26
7) Edit Paste_symbol, digunakan untuk menggandakan symbol (variable)
yang dipakai pada kasus optimasi yang sedang dibahas.
8) Edit Select-All, digunakan untuk mengeblok seluruh papan editor yang
sedang diaktifkan.
9) Edit Clear-All, digunakan untuk membersihkan seluruh isi papan
editor yang sedang diaktifkan.
10) Edit Choose-New-Font, digunakan untuk memilih bentuk huruf yang
akan digunakan untuk penulisan pada papan editor.
4. LINGO-Solve
Menu LINGO digunakan untuk menampilkan hasil secara lengkap. Solve
digunakan untuk menampilkan hasil optimasi dari data pada papan editor
data secara lengkap. Pada tampilan hasil mencakup nilai peubah
keputusan serta nilai dual price-nya. Pada nilai peubah keputusan
ditampilkan pula nilai peubah keputusan yang nol.
5. Window
Pilihan menu Window digunakan untuk memilih window yang akan
diaktifkan. Kursor akan aktif pada window yang telah terpilih. Setelah
diklik Window, maka akan tersaji beberapa altematif pilihan, antara lain:
Window Open command_window, Window Status-window, Window Send
to back, Window Cascade, Window Tile-window, Window Arrang Icon.
6. Print Hasil
Untuk mencetak hasil optimasi, dapat dilakukan melalui dua cara. Cara
pertama, dengan menyalin semua hasil optimasi pada papan editor report,
lalu dibuka melalui MS-Word. Cara kedua, dapat langsung di-print semua
hasil olahan pada papan editor report melalui File Print.
27
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN
3.1 PerMasalahan
Kepadatan penduduk menyebabkan tingkat kebutuhan semakin meningkat
salah satunya kebutuhan akan tempat tinggal. Sehingga banyak pengembang
perumahan yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Setiap
pengembang pasti ingin memperoleh keuntungan yang maksimal dalam proyek
perumahan yang akan dikerjakannya, maka dari itu perlu diadakan penelitian lebih
lanjut untuk mengoptimalkan jumlah tiap tipe rumah dari perumahan yang akan
dibangun agar memperoleh keuntungan yang maksimal.
3.2 Studi Literatur
Untuk mencari pemecahan dari kasus yang diangkat, maka pada tugas
akhir ini menggunakan landasan teori dari berbagai literatur tentang metode yang
digunakan dan berbagai hal yang menunjang tentang metode, dalam hal ini adalah
Metode Simpleks dalam Linier Program serta progam komputer Lingo.
3.3 Menentukan Obyek Studi
Obyek studi dalam penelitian ini dilakukan pada proyek pengembangan
Perumahan Puri Cempaka Mas yang berlokasi di Dalung Kabupaten Badung.
Sebagai pemilik atau pengembang dari proyek perumahan ini adalah PT. Palu Aji
yang berlokasi di Jalan Tukad yeh Aya No 35 Denpasar. Proyek perumahan ini
dipilih karena pada perumahan ini terdapat 3 macam tipe rumah yaitu tipe 36/105,
45/114, 60/128 dan proyek ini Masih dalam tahap pembangunan.
3.4 Pengumpulan Data
Setelah menentukan obyek studi dan menentukan batas-batas
perMasalahan, langkah selanjutnya adalah pengumpulan data yaitu mencari dan
mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam menganalisa proyek. Dalam
penelitian ini data yang dibutuhkan adalah:
a. Gambar Peta Lokasi
28
Dari data ini diketahui lokasi dari Perumahan Puri Cempaka Mas.
b. Gambar Denah Bangunan
Dari data ini diketahui bagaimana denah bangunan Masing-Masing
tipe pada Perumahan Puri Cempaka Mas.
c. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Dari data ini akan diketahui uraian pekerjaan, volume pekerjaan, harga
satuan bahan, upah tenaga kerja, dan jenis bahan yang digunakan.
d. Harga Jual
Dari harga jual Masing-Masing tipe rumah ini dapat diketahui berapa
harga yang ditawarkan untuk tiap tipe rumah.
e. Harga Tanah
Dari harga tanah ini dapat diketahui berapa biaya yang dikeluarkan
pengembang untuk biaya pembelian lahan.
3.5 Pengolahan data
Setelah data-data terkumpul maka langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah pengolahan data. Data yang didapat diolah sesuai dengan keperluan
analisa.
3.6 Analisa Data Dengan Metode Simpleks
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, semua data pekerjaan pada proyek
pengembangan Perumahan Puri Cempaka Mas yang telah terkumpul akan
dianalisa. Adapun langkah-langkah dalam menganalisa data sudah diuraikan
dalam 2.7.8 (Langkah-langkah Metode Simpleks Tabel). Tujuan analisa dengan
Metode Simpleks ini adalah untuk mendapatkan komposisi dari tiap tipe rumah
yang dibangun.
3.7 Analisa Dengan Program Komputer Lingo
Analisa dengan program komputer Lingo dilakukan untuk
membandingkan hasil akhir yang diperoleh dari perhitungan manual dengan
metode simpleks dan program komputer Lingo. Hasil akhir dengan penggunaan
29
program komputer Lingo memberikan laba yang lebih besar, maka penulis
menggunakan komposisi rumah dari hasil program komputer Lingo ini.
3.8 Analisa Dengan Tabel Alternatif Pilihan
Setelah didapatkan hasil dari metode simpleks, maka dilakukan kombinasi
komposisi tipe rumah dengan Tabel Alternatif Pilihan. Hal ini dilakukan karena
hasil analisa dengan metode Simpleks Masih dalam bentuk desimal. Sehingga dari
analisa data dengan Tabel Alternatif Pilihan ini dihasilkan komposisi yang paling
optimum.
3.9 Hasil Analisa
Setelah dilakukan pengumpulan data, pengolahan data, dan mencari
analisa dengan metode simpleks, program lingo dan tabel alternatif pilihan akan
didapat optimalisasi komposisi tipe rumah. Hasil yang didapat akan disajikan
dalam bentuk uraian penjelasan.
3.10 Simpulan dan Saran
Setelah data diolah dan dianalisa maka didapatkan kesimpulan dan saran
mengenai Masalah yang ditinjau
30
3.11 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1:
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Studi Literatur
Menentukan ObyekStudi
Pengumpulan Data :- Gambar Peta lokasi- Gambar denah masing-masing tipe rumah- Harga jual masing-masing tipe rumah- Harga Tanah- Rencana Anggaran biaya (RAB)- Data pemanfaatan lahan untuk fasilitas
umum dan fasilitas sosial
Analisa Data :- Dengan Metode Simpleks- Dengan Program Komputer Lingo- Dengan Tabel Alternatif pilihan
Simpulan dan Saran
Hasil
Pengolahan Data :- Penentuan variabel keputusan- Penyusunan fungsi tujuan- Penentuan fungsi batasan
Permasalahan
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tipe Rumah
PT. Palu Aji sebagai pihak pengembang pada kawasan Perumahan Puri
Cempaka Mas membangun 3 (tiga) tipe rumah sebagai alternatif bagi para
konsumen untuk menentukan pilihan apakah mereka ingin rumah besar,
menengah atau sederhana. Namun ketiga tipe yang dibangun sebenarnya
merupakan criteria rumah sederhana, dimana luasan lahan yang digunakan untuk
tiap tipe tidak lebih besar dari 200 m2.
4.1.1 Rumah Tipe 60/128
Luas Bangunan : 60 m2
Luas Tanah : 128 m2
Harga Jual : Rp 475.000.000
Jumlah Lantai : 1 Lantai
Ruang TidurUtama : 1 Ruang
Ruang Tidur : 2 Ruang
Kamar Mandi/WC : 1 Ruang
Dapur : 1 Ruang
Ruang Makan : 1 Ruang
Ruang Keluarga : 1 Ruang
Ruang Tamu : 1 Ruang
4.1.2 Rumah Tipe 45/114
Luas Bangunan : 45 m2
Luas Tanah : 114 m2
Harga Jual : Rp 380.000.000
Jumlah Lantai : 1 Lantai
Ruang Tidur Utama : 1 Ruang
Ruang Tidur : 1 Ruang
32
Kamar Mandi/WC : 1 Ruang
Dapur : 1 Ruang
Ruang Makan : 1 Ruang
Ruang Keluarga : 1 Ruang
Ruang Tamu : 1 Ruang
4.1.3 Rumah Tipe 36/105
Luas Bangunan : 36 m2
Luas Tanah : 105 m2
Harga Jual : Rp 315.000.000
Jumlah Lantai : 1 Lantai
Ruang Tidur : 2 Ruang
Kamar Mandi/WC : 1 Ruang
Dapur : 1 Ruang
Ruang Makan : 1 Ruang
Ruang Tamu : 1 Ruang
4.2 Spesifikasi Pekerjaan Pembangunan Rumah Masing-masing Tipe
Untuk ketiga tipe rumah memiliki spesifikasi yang sama yaitu :
Pondasi : Batu karang
Struktur : Beton bertulang
Dinding : Batako diplester dan diaci
Finishing : Cat Par atau setara
Lantai : Keramik KIA 30x30 cm atau setara
Atap : Rangka Atap Baja Ringan
Penutup atap : Genteng pleton pejaten atau setara
Kusen : Kayu kamper finish politur
Pintu : Double teakwood diprofil
Plafond : Gypsum
Carport : Rabat beton
Saniter : Bak mandi fiber glass, closet duduk
Air : PDAM
33
Listrik : 1.300VA
Untuk memberi kenyamanan bagi para penghuni perumahan Puri
Cempaka Mas, pada perumahan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas baik
fasilitas umum maupun fasilitas sosial seperti jalan aspal hotmix/paving, listrik
PLN, air PDAM, saluran drainase, balai pertemuan, taman bermain dan olah raga.
Ketiga tipe rumah juga dilengkapi dengan halaman depan dan halaman
belakang sehingga memberi ruang padapenghuni untuk menata halaman atau
berkreasi sesuai dengan selera masing-masing.
4.3 Variabel Keputusan.
Tiga variabel keputusan pada penelitian ini menunjukkan tipe rumah yang
akan dibangun pada pengembangan Perumahan Puri Cempaka Mas, yaitu :
X1 = jumlah rumah tipe (60/128) yang akan dibangun.
X2 = jumlah rumah tipe (45/114) yang akan dibangun.
X3 = jumlah rumah tipe ( 36/105) yang akan dibangun.
4.4 Penyusunan Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan adalah persamaan yang ditujukan untuk menghitung
keuntungan yang didapat oleh pengembang, dimana keuntungan dari tiap tipe
rumah harus diketahui terlebih dahulu dengan cara mengurangi harga jual rumah
dengan beberapa komponen biaya diantaranya:
A. Harga tanah/lahan.
B. Biaya konstruksi.
C. Biaya notaris
D. Biaya pemasangan jaringan air bersih.
E. Biaya pemasangan jaringan listrik.
Uraian dari masing-masing komponen diatas adalah sebagai berikut :
A. Harga tanah/lahan.
1. Harga lahan per are = Rp 50.000.000
Harga lahan per m2 = Rp 500.000
34
Luas lahan keseluruhan = 41.000 m2
Luas Lahan efektif = 65% x 41.000 m2 =26.650 m2
Luas Lahan Fasos dan Fasum = 35% x 41.000 m2 = 14.350 m2
Jadi harga lahan efektif per m2 = Harga lahan per m2 / Persentase luas
lahan efektif
= 500.000 / 65%
= Rp 769.230
Total Harga lahan efektif = 26.650 x RP 769.230
= Rp 20.500.000.000.-
Persentase Peningkatan harga lahan per m2
= x 100%=
. .. x 100%= 54%
2. Biaya pematangan lahan (cut and fill)
Pada lahan dilakukan cut and fill sedalam 0,5 meter, dengan luasan
lahan keseluruhan seluas 41.000 m2.
Volume galian ( cut and fill) = 0,5 m x 41.000 m2
= 20.500 m3
Biaya Cut and Fill per m3 = Rp 30.000
Biaya Total Cut and Fill = 20.500 m3 x Rp 30.000
= Rp 615.000.000,-
3. Biaya pengukuran lahan
Biaya pengukuran lahan didapatkan dengan mengalikan luas lahan
keseluruhan dengan biaya pengukuran per m2.
Luas lahan = 41.000 m2
Biaya pengukuran per m2 = Rp 350 /m2
Biaya pengukuran lahan = L. lahan xbiaya pengukuran per m2
= 41.000 m2 x Rp 350
= Rp 14.350.000,-
35
4. Biaya perijinan
Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencari perijinan
dalam pembangunan perumahan ini.
a. Ijin prinsip dan ijin lokasi
Biaya per meter persegi = Rp 10.000,-
Luas lahan keseluruhan = 41.000 m2
Total biaya = Rp 10.000,- x 41.000 m2
= Rp 410.000.000
b. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Biaya IMB per m2 = Rp 12.000,-
Luas lahan yang dibangun = 26.650 m2
Total biaya IMB = Rp 12.000 x 26.650 m2
= Rp 319.800.000,-
Jadi total biaya pembuatan perijinan
= Rp 410.000.000 + Rp 319.800.000
= Rp 729.800.000,-
5. Biaya pembuatan fasilitas sosial dan fasilitas umum
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan fasilitas-
fasilitas pada kawasan perumahan.
Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan, yaitu :
a. Biaya pembuatan jalan
1. Rumah Tipe 60/128
Panjang jalan depan rumah = 8 m
Lebar jalan = 12 m
Luas Jalan = 8m x 12m
= 96 m2
Jumlah rumah tipe 60/128 = 24 unit
Jadi , total luas jalan = 24 unit x 96 m2
= 2304 m2
2. Rumah Tipe 45/114
Panjang jalan depan rumah = 7 m
36
Lebar jalan = 7 m
Luas Jalan = 7m x 7m
= 49 m2
Jumlah rumah tipe 45/114 = 91 unit
Jadi , total luas jalan = 91unit x 49 m2
= 4459 m2
3. Rumah Tipe 36/105
Panjang jalan depan rumah = 7 m
Lebar jalan = 6 m
Luas Jalan = 7m x 6m
= 42m2
Jumlah rumah tipe 36/105 = 122 unit
Jadi , total luas jalan = 122 unit x 42m2
= 5124 m2
b. Biaya pembuatan jalan masuk utama
Panjang jalan = 40 m
Lebar jalan = 7 m
Luas Jalan = 40m x 7m
Jadi , total luas jalan = 280 m2
Total luas jalan = 2304 m2 + 4459 m2 + 5124 m2+ 280m2
= 12.167 m2
Biaya per m2 pembuatan jalan= Rp 70.000,-
Total biaya pembuatan jalan = Rp 70.000 x 12.167 m2
= Rp 851.690.000,-
c. Biaya pembuatan saluran drainase
i. Rumah Tipe 60/128
Panjang saluran di depan rumah = 8 m
Lebar saluran = 0,75 m
Luas saluran = 8 m x 0,75 m
37
= 6 m2
Jumlah rumah tipe 60/128 = 24 unit
Jadi, total luas saluran drainase = 24 unit x 6 m2
= 144 m2
ii. Rumah Tipe 45/114
Panjang saluran di depan rumah = 7 m
Lebar saluran = 0,75 m
Luas saluran = 7m x 0,75 m
= 5,25 m2
Jumlah rumah tipe 45/114 = 91 unit
Jadi, total luas saluran drainase = 91 unit x 5,25 m2
= 477,75 m2
iii. Rumah Tipe 36/105
Panjang saluran di depan rumah = 7 m
Lebar saluran = 0,75 m
Luas jalan = 7m x 0,75m
= 5,25 m2
Jumlah rumah tipe 36/105 = 122 unit
Jadi, total luas saluran drainase = 122 unit x 5,25 m2
= 640,5 m2
Total luas saluran drainase = 144 m2 +477,75 m2 + 640,5 m2
= 1262.25 m2
Biaya per m2 pembuatan saluran = Rp 150.000,-
Total biaya pembuatan saluran = Rp 150.000 x 1262.25 m2
= Rp 189.337.500,-
d. Biaya pembuatan taman
Biaya pembuatan taman per m2 = Rp 130.000,-
Luas taman = 920,75 m2
Biaya pembuatan taman = Rp 130.000 x 920,75 m2
= Rp 119.697.500,-
38
Total biaya pembuatan fasilitas sosial dan fasilitas umum
=Rp 851.690.000 + Rp 189.337.500 + Rp 119.697.500
= Rp 1.160.725.000,-
Jadi total biaya harga lahan
= Rp 20.500.000.000 + Rp 615.000.000 + Rp 14.350.000 + Rp
729.800.000 + Rp 1.160.725.000
= Rp 23.019.875.000,-
Tabel 4.1Rekapitulasi Perhitungan Biaya Harga Lahan :
No Uraian Luas SatHargaSatuan
Harga Total
A Biaya Lahan
1 Harga Lahan Efektif 26.650 m2 769.250 20.500.000.000
2 Biaya Cut and Fill 20.500 m3 30.000 615.000.000
3 Biaya Pengukuran Lahan 41.000 m2 350 14.350.000
B Biaya Perijinan
1 Biaya Ijin Prinsip 41.000 m2 10.000 410.000.000
2 Biaya IMB 26.650 m2 12.000 319.800.000
C Biaya Fasos dan Fasum
1 Biaya pembuatan Jalan Masuk Utama 280 m2 70.000 19.600.000
2 Biaya pembuatan jalan depan rumah 11.887 m2 70.000 832.090.000
3 Biaya pembuatan saluran drainase 1.262,25 m2 150.000 189.337.500
4 Biaya pembuatan Taman 920,75 m2 130.000 119.697.500TOTAL BIAYA 23.019.875.000
Luas lahan efektif yang bisa dijual setelah dikurangi lahan untuk
fasilitas umum dan fasilitas sosial adalah 41.000m2 – (35% x 41.000)
= 26.650 m2.
Jadi, harga pokok lahan per m2 adalah = Rp 23.019.875.000 / 26650
= Rp 863.800,-
39
Harga tanah untuk tiap tipe rumah berbeda-beda, semakin besar tipe
rumah maka harga tanah akan semakin mahal. Hal ini dikarenakan
semakin besar tipe rumah, maka luas tanahnya pun semakin luas.
Harga lahan untuk masing-masing tipe rumah, yaitu:
1. Tipe (60/128) seharga Rp Rp 863.800,- / m2, sehingga harga lahan
keseluruhan untuk tipe A seharga Rp 110.566.400,-
2. Tipe (45/114) seharga Rp 863.800,- / m2, sehingga harga lahan
keseluruhan untuk tipe B seharga Rp 98.473.200,-
3. Tipe (36/105) seharga Rp Rp 863.800,- / m2, sehingga harga lahan
keseluruhan untuk tipe C seharga Rp 90.699.000,-
B. Biaya konstruksi.
Biaya konstruksi yaitu biaya pembangunan rumah dari proses
pembersihan lahan sampai rumah itu berdiri. Biaya pembangunan
rumah ini berbeda untuk tiap tipenya, adapun besarnya biaya
pembangunan rumah dari ketiga tipe rumah adalah sebagai berikut:
1. Biaya pembangunan rumah untuk tipe 60/128 : Rp 197.475.011,-
2. Biaya pembangunan rumah untuk tipe 45/114 : Rp 166.724.828,-
3. Biaya pembangunan rumah untuk tipe 36/105 : Rp 156.100.352,-
C. Biaya notaris
Biaya notaris merupakan biaya untuk membayar jasa notaris sebesar
Rp 2.750.000,-
D. Biaya pemasangan jaringan air bersih.
Biya pemasangan air merupakan biaya untuk pemasangan jaringan air
PDAM sebesar Rp 3.500.000,-.
E. Biaya pemasangan jaringan listrik.
Biya pemasangan jaringan listrik merupakan biaya untuk pemasangan
jaringan listrik PLN sebesar Rp 3.850.000,-.
Adapun rekapitulasi dari masing-masing tipe rumah dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
40
Tabel 4.2 Rekapitulasi biaya rumah tipe 60/128
BiayaHarga satuan
(rupiah)
Harga jual
(rupiah)
Keuntungan
(rupiah)
Pembelian lahan 110.566.400
Biaya konstruksi 197.475.011
Biaya notaris 2.750.000
Pemasangan air bersih 3.500.000
Jaringan listrik 3.850.000
Total biaya 318.141.411
PPN (10%) 31.814.141
Total biaya + PPN 349.955.552 475.000.000 125.044.448
PPh (5%) 6.252.222
Total Keuntungan 118.792.226
Tabel 4.3 Rekapitulasi biaya rumah tipe 45/114
BiayaHarga satuan
(rupiah)
Harga jual
(rupiah)
Keuntungan
(rupiah)
Pembelian lahan 98.473.200
Biaya konstruksi 166.724.828
Biaya notaris 2.750.000
Pemasangan air bersih 3.500.000
Jaringan listrik 3.850.000
Total biaya 275.298.028
PPN (10%) 27.529.802
Total biaya + PPN 302.827.830 380.000.000 77.172.170
PPh (5%) 3.858.608
Total Keuntungan 73.313.562
41
Tabel 4.4 Rekapitulasi biaya rumah tipe 36/105
BiayaHarga satuan
(rupiah)
Harga jual
(rupiah)
Keuntungan
(rupiah)
Pembelian lahan 90.699.000
Biaya konstruksi 156.100.352
Biaya notaris 2.750.000
Pemasangan air bersih 3.500.000
Jaringan listrik 3.850.000
Total biaya 256.899.352
PPN (10%) 25.689.935
Total biaya + PPN 282.589.287 315.000.000 32.410.713
PPh (5%) 1.840.535
Total Keuntungan 30.790.178
Dari tabel tersebut diketahui keuntungan masing-masing tipe rumah adalah:
- Tipe 60/128 sebesar Rp 118.792.226,-
- Tipe 45/114 sebesar Rp 73.313.562,-
- Tipe 36/105 sebesar Rp 30.790.178,-
Untuk perhitungan selanjutnya, maka keuntungan masing-masing tipe
rumah tersebut dibulatkan kebawah (dalam juta rupiah), seperti tertulis dibawah
ini:
- Tipe 60/128 = Rp 118.792.226 ≈ 118
- Tipe 45/114 = Rp 73.313.562 ≈ 73
- Tipe 36/105 = Rp 30.790.178 ≈ 30
Sehingga fungsi tujuan dapat ditulis sebagai berikut:
Z = 118X1+73X2+ 30X3
4.5 Fungsi Batasan
Fungsi batasan adalah persamaan dari berbagai variabel yang dapat
mengurangi laba maksimal yang diperoleh oleh pengembang. Untuk menghitung
fungsi batasan maka diperlukan berbagai data yaitu:
42
1. Luas lahan yang dipergunakan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial, serta
luas lahan yang sepenuhnya dibangun untuk rumah yang akan dijual.
2. Perbandingan waktu penyelesaian pembangunan rumah.
3. Perbandingan permintaan konsumen terhadap masing-masing tipe rumah atau
pangsa pasar pada perumahan tersebut.
Untuk mengetahui besaran angka dan persamaan dari fungsi batasan pada
data diatas, maka dapat dijelaskan pada uraian dibawah ini:
1. Luas lahan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Yaitu 35% dari luas lahan keseluruhan pada proyek pengembangan
perumahan = 35% x 4,1 hektar = 1,435 hektar.Luas lahan sepenuhnya yang
dibangun untuk rumah yang akan dijual, yaitu luas lahan keseluruhan
dikurangi luas lahan yang digunakan sebagai fasilitas umum dan fasilitas
sosial = 4,1 hektar – 1,435 hektar = 2,665 hektar = 26.650 m2.
Luas lahan diatas adalah luas lahan yang sepenuhnya akan dibangun rumah
yang akan dijual dan terdiri dari tiga tipe rumah yaitu:
a. Tipe rumah 60 dengan luas lahan 128 m2.
b. Tipe rumah 45 dengan luas lahan 114 m2.
c. Tipe rumah 36 dengan luas lahan 105 m2.
Sehingga dapat disusun suatu fungsi batasan yang pertama, yaitu
128 X1 + 114 X2 + 105X3 ≤ 26.650.
2. Untuk pembangunan rumah keseluruhan direncanakan selesai dalam waktu 4
tahun atau 192 minggu. Asumsi, penyelesaian pembangunan masing-masing
tipe rumah berbanding lurus dengan luas lantai bangunan masing-masing tipe
rumah, sehingga didapat perbandingan sebagai berikut:
Tipe 60 : Tipe 45 : Tipe 36 = X1: X2: X3= 60 : 45 : 36
Selanjutnya koefisien persamaan diatas disederhanakan menjadi:
X1: X2: X3 = 1 : 0,75 : 0,60
Sehingga diperoleh persamaan fungsi batasan yang kedua yaitu:
X1 + 0,75 X2 + 0,60 X3 ≤ 192
Apabila pembangunan rumah dikehendaki selesai dalam jangka waktu 2 tahun
(96 minggu), maka persamaan kedua menjadi:
0,5X1 + 0,375 X2 + 0,30 X3≤ 96
43
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambah sumber dayanya menjadi dua
kali lipat (2 kelompok).
3. Perbandingan permintaan konsumen terhadap masing-masing tipe rumah atau
pangsa pasar pada perumahan tersebut.
Berdasarkan keterangan dari pengembang yaitu PT. Palu Aji terhadap permintaan
rumah tipe (60/128), tipe (45/114), tipe (36/105), dalam 6 (enam) bulan kedua
(periode Februari 2011 sampai dengan Juli 2011) sejak penulis menyusun Tugas
Akhir ini adalah sebagai berikut:
- Rumah tipe 60/128 sebanyak 12 unit.
- Rumah tipe 45/114 sebanyak 47 unit.
- Rumah tipe 36/105 sebanyak 58 unit.
Sehingga dapat ditulis perbandingan permintaan terhadap ketiga tipe rumah
tersebut menjadi:
Tipe 60 : Tipe 45 : Tipe 36 = X1: X2: X3 = 12 : 47: 58
Menyederhanakan perbandingan diatas dengan cara membagi sama rata, maka
akan diperoleh perbandingan X1: X2: X3 = 1 : 3,92 : 4,83
Perbandingan minat terhadap ketiga tipe rumah tersebut kemudian dibulatkan
menjadi X1: X2: X3 = 1 : 4 : 5
Sehingga diperoleh persamaan fungsi batasan ketiga dan keempat, yaitu:
4X1 ≤ X2 dan 5X2≤ 4X3
4.6 Perhitungan Dengan Metode Simpleks
Untuk mengetahui keuntungan maksimal dari pengembang pada
Perumahan Puri Cempaka Mas ini, maka dilakukan perhitungan dengan metode
simpleks.
Masalah ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
Memaksimumkan Z = 118X1+73X2+ 30X3,
menjadi Z -118X1- 73X2- 30X3 = 0
terbatas pada:
1. 128 X1 + 114 X2 + 105X3 ≤ 26.650
menjadi 128 X1 + 114 X2 + 105 X3+ S1= 26.650
2. X1 + 0,75 X2 + 0,60 X3 ≤ 192
44
Menjadi X1 + 0,75 X2+ 0,60 X3 + S2= 192
3. 4X1 ≤ X2
Maka 4X1–X2 ≤ 0, menjadi 4X1–X2 + S3 = 0
4. 5 X2≤ 4X3
Maka 5X2 – 4X3 ≤ 0, menjadi 5X2–4X3 + S4 = 0
diketahui:
X1= jumlah rumah tipe 60/128.
X2= jumlah rumah tipe 45/114
X3= jumlah rumah tipe 36/105
S1, S2, S3 dan S4= slack variable, yaitu variabel tambahan yang digunakan untuk
suatu pertidaksamaan, sehingga dapat mengubah bentuk pertidaksamaan menjadi
persamaan.
Tabel simpleks awal disusun berdasarkan persamaan fungsi tujuan dan
fungsi batasan yang sudah diketahui pada tahap sebelumnya.
Tabel 4.5 Tabel Simpleks Awal
Variabel
DasarZ X1 X2 X3 S1 S2 S3 S4 Kuantitas
Z 1 -118 -73 -30 0 0 0 0 0
S1 0 128 114 105 1 0 0 0 26650
S2 0 1 0,75 0,60 0 1 0 0 192
S3 0 4 -1 0 0 0 1 0 0
S4 0 0 5 -4 0 0 0 1 0
Tabel 4.6 Mengubah nilai-nilai baris kunci iterasi pertama
Variabel
DasarZ X1 X2 X3 S1 S2 S3 S4 Kuantitas
Z 1 -118 -73 -30 0 0 0 0 0
S1 0 128 114 105 1 0 0 0 26650
S2 0 1 0,75 0,60 0 1 0 0 192
S3 0 1 -0,25 0 0 0 0,25 0 0
S4 0 0 5 -4 0 0 0 1 0
45
Untuk mencari besaran nilai kuantitas pada baris ke 1 (Z), maka dilakukan
perhitungan dengan mengurangkan baris ke 1 (Z) dengan hasil perkalian dari hasil
perkalian faktor pengali (dari kolom X1) dengan baris ke 4 (S3) sehingga akan
diperoleh nilai baru yang kemudian dimasukkan ke tabel simpleks kedua. Hal ini
dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh tabel simpleks optimal.
Baris ke 1 (Z)
(-118 -73 -30 0 0 0 0 0)
(-118 ) ( 1 -0,25 0 0 0 0,25 0 0)
Nilai baru ( 0 -102,5 -30 0 0 29,5 0 0)
Untuk mencari besaran nilai kuantitas pada baris ke 2 (S1), maka
dilakukan perhitungan dengan mengurangkan baris ke 2 (S1) dengan hasil
perkalian dari hasil perkalian faktor pengali (dari kolom X1) dengan baris ke 4(S3)
sehingga akan diperoleh nilai baru yang kemudian dimasukkan ke tabel simpleks
kedua. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh tabel simpleks optimal.
Baris ke 2 (S1)
(128 114 105 1 0 0 0 26650 )
( 128 ) ( 1 -0,25 0 0 0 0,25 0 0 )
Nilai baru ( 0 146 105 1 0 -32 0 26650 )
Untuk mencari besaran nilai kuantitas pada baris ke 3 (S2), maka
dilakukan perhitungan dengan mengurangkan baris ke 3 (S2) dengan hasil
perkalian dari hasil perkalian faktor pengali (dari kolom X1) dengan baris ke 4
(S3) sehingga akan diperoleh nilai baru yang kemudian dimasukkan ke tabel
simpleks kedua. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh tabel simpleks
optimal.
Baris ke 3 (S2)
( 1 0,75 0,60 0 1 0 0 192 )
( 1 ) ( 1 -0,25 0 0 0 0,25 0 0 )
Nilai baru ( 0 1 0,60 0 1 -0,25 0 192 )
46
Untuk mencari besaran nilai kuantitas pada baris ke 5 (S4), maka
dilakukan perhitungan dengan mengurangkan baris ke 5 (S4) dengan hasil
perkalian dari hasil perkalian faktor pengali (dari kolom X1) dengan baris ke 4
(S3) sehingga akan diperoleh nilai baru yang kemudian dimasukkan ke tabel
simpleks kedua. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh tabel simpleks
optimal.
Baris ke 5 (S4)
( 0 5 -4 0 0 0 1 0 )
( 0 ) ( 1 -0,25 0 0 0 0,25 0 0 )
Nilai baru ( 0 5 -4 0 0 0 1 0 )
Tabel simpleks kedua merupakan nilai baru dari perhitungan tabel
simplels awal. Iterasi diakhiri jika tabel simpleks sudah mencapai hasil optimal,
dimana seluruh nilai X1, X2, X3, dan kuantitas bernilai positif.
Tabel 4.6 Tabel Simpleks Kedua
Variabel
DasarZ X1 X2 X3 S1 S2 S3 S4 Kuantitas
Z 1 0 -102,5 -30 0 0 29,5 0 0
S1 0 0 146 105 1 0 -32 0 26650
S2 0 0 1 0,60 0 1 -0,25 0 192
X1 0 1 -0,25 0 0 0 0,25 0 0
S4 0 0 5 -4 0 0 0 1 0
Tabel 4.7 Mengubah nilai-nilai baris kunci iterasi kedua
Variabel
DasarZ X1 X2 X3 S1 S2 S3 S4 Kuantitas
Z 1 0 -102,5 -30 0 0 29,5 0 0
S1 0 0 146 105 1 0 -32 0 26650
S2 0 0 1 0,60 0 1 -0,25 0 192
X1 0 1 -0,25 0 0 0 0,25 0 0
S4 0 0 1 -0,8 0 0 0 0,2 0
47
Baris ke 1 (Z)
( 0 -102,5 -30 0 0 29,5 0 0 )
(-102,5) ( 0 1 -0,8 0 0 0 0,2 0 )
Nilai baru (0 0 -112 0 0 29,5 20,5 0 )
Baris ke 2 (S1)
( 0 146 105 1 0 -32 0 26650 )
( 146 ) ( 0 1 -0,8 0 0 0 0,2 0 )
Nilai baru ( 0 0 221,8 1 0 -32 -29,2 26650)
Baris ke 3 (S2)
( 0 1 0,60 0 1 -0,25 0 192 )
( 1 ) ( 0 1 -0,8 0 0 0 0,2 0 )
Nilai baru ( 0 0 1,4 0 1 -0,25 -0,2 192)
Baris ke 4 (X1)
( 1 -0,25 0 0 0 0,25 0 0 )
( -0.25 ) ( 0 1 -0,8 0 0 0 0,2 0 )
Nilai baru ( 1 0 -0,2 0 0 0,25 0,05 0 )
Tabel 4.8 Tabel Simpleks Ketiga
Variabe
l
Dasar
Z X1 X2 X3 S1 S2 S3 S4 Kuantitas
Z 1 0 0 -112 0 0 29,5 20,5 0
S1 0 0 0 221,8 1 0 -32 -29,2 26650
S2 0 0 0 1,4 0 1 -0,25 -0,2 192
X1 0 1 0 -0,2 0 0 0,25 0,05 0
X2 0 0 1 -0,8 0 0 0 0,2 0
48
Tabel 4.9 Mengubah nilai-nilai baris kunci iterasi ketiga
Variabel
DasarZ X1 X2 X3 S1 S2 S3 S4 Kuantitas
Z 1 0 0 -112 0 0 29,5 20,5 0
S1 0 0 0 1 0,004 0 -0,1443 -0,1317 120,153
S2 0 0 0 1,4 0 1 -0,25 -0,2 192
X1 0 1 0 -0,2 0 0 0,25 0,05 0
X2 0 0 1 -0,8 0 0 0 0,2 0
Baris ke 1 (Z)
( 0 0 -112 0 0 29,5 20,5 0 )
(-112) ( 0 0 1 0,004 0 -0,1443 -0,1317 120,153 )
Nilai baru ( 0 0 0 0,505 0 13,3413 5,755 13457,17 )
Baris ke 3 (S2)
( 0 0 1,4 0 1 -0,25 -0,2 192)
(1,4) ( 0 0 1 0,004 0 -0,1443 -0,317 120,153)
Nilai baru ( 0 0 0 -0,006 1 -0,048 -0,015 23,785)
Baris ke 4 (X1)
( 1 0 -0,2 0 0 0,25 0,05 0 )
( -0,2) ( 0 0 1 0,004 0 -0,1443 -0,1317 120,1533 )
Nilai baru ( 1 0 0 0,0009 0 0,221 0,02 24,03066 )
Baris ke 5 (X2)
( 0 1 -0,8 0 0 0 0,2 0 )
(-0,8) ( 0 0 1 0,004 0 -0,1443 -0,1317 120,1533 )
Nilai baru ( 0 1 0 0,003 0 -0,154 0,094 96,12263 )
49
Table 4.10 Tabel simpleks Keempat
Variabel
DasarZ X1 X2 X3 S1 S2 S3 S4 Kuantitas
Z 1 0 0 0 0,505 0 13,3413 4,484 13457,17
X3 0 0 0 1 0,004 0 -0,144 -0,131 120,1533
S2 0 0 0 0 -0,006 1 -0,039 -0,015 23,785
X1 0 1 0 0 0,0009 0 0,221 0,02 24,03066
X2 0 0 1 0 0,003 0 -0,154 0,094 96,12263
Setelah iterasi dilakukan sebanyak 3 kali dapat dilihat dari nilai X1, X2, X3,
X4 dan kuantitas yang seluruhnya telah bernilai positif atau lebih besar sama
dengan nol (X1, X2, X3, X4 dan kuantitas ≥ 0), maka iterasi dihentikan dan tabel
simpleks sudah mencapai nilai optimal.
Tabel 4.11 Tabel Simpleks Akhir
Variabel
DasarZ X1 X2 X3 S1 S2 S3 S4 Kuantitas
Z 1 0 0 0 0,505 0 13,3413 4,484 13457,17
X3 0 0 0 1 0,004 0 -0,144 -0,131 120,1533
S2 0 0 0 0 -0,006 1 -0,039 -0,015 23,785
X1 0 1 0 0 0,0009 0 0,221 0,02 24,03066
X2 0 0 1 0 0,003 0 -0,154 0,094 96,12263
Dari perhitungan menggunakan metode simpleks diperoleh hasil optimal
yaitu keuntungan maksimal sebesar Rp 13.457.170.000,- dengan membangun
rumah tipe A sebanyak 24,03066 unit, rumah tipe B sebanyak 96,12263 unit dan
rumah tipe C sebanyak 120,1533 unit. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena
hasil perhitungan masih dalam bentuk desimal, sehingga perlu dianalisa kembali
dengan tabel alternatif pilihan.
50
4.7 Perhitungan Dengan Program Komputer Lingo
Perhitungan menggunakan program komputer Lingo digunakan untuk
membandingkan hasil perhitungan manual menggunakan Metode Simpleks
dengan perhitungan melalui program komputer yaitu program Lingo.
Langkah-langkah dalam menggunakan program komputer Lingoakan dijabarkan
pada uraian dibawah ini:
1. Masuk ke program Lingo.
2. Membuka File-New.
3. Masukkan persamaan yangakan dihitung.
- Persamaan pertama adalah pengisian untuk fungsi tujuan, sehingga pada
persamaan ini ditulis dengan:
MAX= 118*X1+73*X2+30*X3;
- Setelah persamaan pertama selesai ditulis lalu tekan Enter, selanjutnya
persamaan kedua hingga kelima adalah persamaan untuk fungsi batasan.
Untuk persamaan kedua ditulis:
128*X1+114*X2+105*X3<26650;
- Setelah persamaan kedua selesai ditulis lalu tekan Enter, selanjutnya diisi
dengan persamaan ketiga. Untuk persamaan ketiga ditulis:
1*X1+0.75*X2+0.60*X3<192
- Setelah persamaan ketiga selesai ditulis lalu tekan Enter, selanjutnya diisi
dengan persamaan keempat. Untuk persamaan keempat ditulis:
4*X1–1*X2<0;
- Setelah persamaan keempat selesai ditulis lalu tekan Enter, selanjutnya
diisi dengan persamaan kelima. Untuk persamaan kelima ditulis:
5*X2–4*X3<0;
- Jika semua persamaan sudah ditulis, maka untuk mengakhiri penulisan
persamaan ditulis END.
4. Setelah melakukan langkah ke 3 (tiga) dilanjutkan dengan memilih menu
Lingo-Solve, maka Solution Report/hasil optimasi dari data pada papan editor
data secara lengkapakan ditampilkan.
51
5. Didapat hasil akhir yaitu tipe 60/128 sebanyak 24,03066 unit, tipe 45/114
sebanyak 96,12263 unit, tipe 36/105 sebanyak 120,1533 unit, dan nilai
optimal sebesar Rp 13.457.170.000,-.
Apabila pembangunan rumah akan dipercepat dalam jangka waktu 2 tahun atau
96 minggu, maka persamaan batasan kedua yang dipakai adalah:
0,5X1 + 0,375 X2 + 0,30 X3≤ 96
Langkah-langkah dalam menggunakan program komputer Lingo akan dijabarkan
pada lampiran A.
4.8 Tabel Alternatif Pilihan
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode simpleks dan
program komputer Lingo diperoleh nilai sama. Karena tidak mungkin
membangun rumah dalam nilai desimal, maka dibutuhkan pembulatan nilai
desimal tersebut dalam Tabel Alternatif Pilihan. Tabel ini dibuat dengan
membulatkan bentuk desimal dari hasil akhir perhitungan sebelumnya dan
mengkombinasikannya.
Tabel 4.12 Tabel Alternatif Pilihan
AlternatifTipe
60/128Tipe
45/114Tipe
36/105Luas
Lahan(m2)
WaktuPembangunan
Rumah(minggu)
Keuntungan(juta rupiah)
1 24 96 120 26.616 168 134402 24 96 121 26.721 169 134703 24 97 120 26.730 169 135134 24 97 121 26.835 169 135435 25 96 120 26.744 169 135586 25 96 121 26.849 170 135887 25 97 120 26.858 170 136318 25 97 121 26.963 170 13661
Berdasarkan tabel alternatif pilihan dari segi keuntungan alternatif 8
memiliki keuntungan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 13.661.000.000,- tetapi
52
altenatif ini melampaui batasan luasan lahan yang ada. Sehingga, dipilih alternatif
nomer 1 yaitu sebesar Rp 13.440.000.000,- dan membutuhkan lahan kurang dari
26.650 m2 dan sudah sesuai dengan batasan waktu yang ditentukan. Bila ditinjau
dari jumlah rumah yang akan dibangun terlihat bahwa rumah tipe 60/128
sebanyak 24 unit, rumah tipe 45/114 sebanyak 96 unit, dan rumah tipe 36/105
sebanyak 120 unit.
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan pada proyek Pembangunan Perumahan
Puri Cempaka Mas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan keuntungan
maksimal, maka komposisi optimal dari tipe rumah yang dibangun adalah rumah
tipe 60/128 sebanyak 24 unit, rumah tipe 45/114 sebanyak 96 unit dan rumah tipe
36/105 sebanyak 120 unit. Dengan komposisi rumah seperti tersebut, maka
didapat keuntungan maksimal adalah sebesar Rp 13.440.000.000,- Dimana total
keseluruhan luas lahan 41.000 m2 sedangkan luas lahan efektif untuk
pembangunan sebesar 26.650 m2.
5.2 Saran
Pada perencanaan awal pengembang perumahan Puri Cempaka Mas telah
diketahui tipe rumah yang akan dibangun yaitu tipe 60/128 sebanyak 24, tipe
45/114 sebanyak 91 dan tipe 36/105 sebanyak 122 akan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp 13.135.000.000,- dan keuntungan ini lebih kecil dari penelitian yang
dilakukan. Maka dari itu dalam Tugas Akhir ini terdapat saran yaitu pengembang
perlu mempertimbangkan langkah perhitungan jumlah masing-masing tipe, sesuai
hasil penelitian ini untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
54
DAFTAR PUSTAKA
Blaang C, Djemabut, 1986. Perumahan Dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan
Pokok, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Heizer Jay, Render Barry. 2005. Operation Management, Edisi Ketujuh,
Salemba Empat, Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomer
31/Permen/M/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri. Tidak
Dipublikasikan, pp. 6-7.
Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional),
Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Taylor III, Bernard W. 2001. Sains Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.
Wardana, Nengah, 2010. Optimalisasi Pemilihan Tipe Dan Jumlah Rumah Pada
Proyek Pembangunan Perumahan Bali Arum Jimbaran. Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana,
Denpasar.