Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
-
Upload
meizar-zulkifli -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
1/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
1
PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTUR
SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS(SRPMK)
2.2 Perancangan Komponen StrukturPerancangan komponen struktur meliputi perancangan komponen struktur
lentur, yaitu : pelat tangga, pelat lantai dan balok serta perancangan komponen
struktur lentur dan aksial, yaitu : kolom dan dinding.
2.2.1Faktor Reduksi KekuatanSesuai pasal 11.3 SNI 03-2874-2002 faktor reduksi kekuatan ditentukan
sebagai berikut :
1.
Lentur tanpa beban aksial ..................................................................... 0,802. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur ........................................... 0,803. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur selain tulangan spiral ...... 0,65
Kecuali untuk nilai aksial tekan yang rendah, nilai boleh ditingkatkan
berdasarkan aturan berikut :
- Untuk komponen struktur dimana fy tidak melampaui 400 MPa, dengantulangan simetris, dan dengan (hd ds)/htidak kurang dari 0,70 maka
nilai boleh ditingkatkan secara linier menjadi 0,8 seiring dengan
berkurangnya nilai Pndari 0,10fc Agke nol.
- Untuk komponen struktur yang lain nilai boleh ditingkatkan secaralinier menjadi 0,8 seiring dengan berkurangnya nilai Pn dari nilai
terkecil antara 0,10fc AgdanPbke nol.
4. Geser dan torsi ...................................................................................... 0,755. Geser pada hubungan balok-kolom (joint) ............................................ 0,80
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
2/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
2
2.2.2Asumsi dalam PerancanganSesuai pasal 12.2 SNI 03-2874-2002 dalam merencanakan komponen
struktur terhadap beban lentur atau aksial atau kombinasi dari beban lentur dan
aksial, digunakan asumsi sebagai berikut :
1. Distribusi regangan diasumsikan linier.2. Regangan maksimum pada serat tekan beton terluar sama dengan 0,003.3. Tegangan tulangan yang lebih kecil dari fy diambil sebesar Es dikali s,
sedangkan tegangan tulangan yang lebih besar darifydiambil sama denganfy.
4. Kuat tarik beton diabaikan, karena beton lemah terhadap tarik.5. Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dengan regangan beton
diasumsikan berbentuk persegi.
2.2.3Analisis BebanBeban yang bekerja pada struktur utama berupa beban mati,beban hidup dan
beban gempa, selain itu ada pula beban dari lift, tangga dan eskalator.
2.2.3.1Beban MatiBeban mati merupakan beban yang tetap bekerja selama bangunan ada dan
besarnya tidak berubah. Beban-beban ini langsung bekerja pada struktur dan
diletakkan pada pelat lantai. Beban mati pada pelat lantai terdiri dari :
a. Berat sendiri material yang digunakan.b. Beban mati yang ditahan oleh penampang, seperti dinding bata, adukan
keramik, utilitas, plafond dan penggantung.
2.2.3.2Beban HidupBeban hidup merupakan beban yang dapat berpindah atau dipindahkan dan
bekerja pada struktur, besarnya sesuai dengan fungsi dari ruang. Seperti halnya
beban mati, beban hidup bekerja di atas lantai.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
3/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
3
2.2.3.3Beban GempaBeban gempa adalah beban yang berpengaruh pada bangunan akibat
terjadinya gerakan tanah.
Mengingat lokasi bangunan terletak di wilayah Padang, maka lokasinya
termasuk dalam wilayah gempa 5, dengan jenis tanah yang digunakan tanah
sedang, menurut Peta Wilayah Gempa Indonesia [pasal 4.7.1 SNI 03-1726-2002].
Cara perhitungan beban gempa menggunakan respons spektra yang dimiliki
Indonesia. Berikut ini adalah gambar respons spektra yang digunakan untuk
merencanakan beban gempa.
Respons spektra di atas merupakan respons gempa elastis. Pada perencanaan
dengan daktilitas, respons spektra tersebut perlu dibagi dengan faktor reduksi
gempaR.
Apabila dalam perencanaan daktilitas struktur yang beraturan dimana faktor
reduksi gempa arah x, Rx sama dengan faktor reduksi gempa arah y, Ry, makafaktor reduksi gempa desainRsama denganRxjuga sama denganRy.
Perkalian antara faktor keutamaan bangunan I dan percepatan gravitasi g
lalu dibagi dengan Rdesain disebut faktor skala desain. Faktor skala ini berfungsi
sebagai faktor pengali terhadap koefisien gempa dasar elastis ( C ) agar diperoleh
percepatan gempa desain. Selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap perilaku
kegempaan.
T(detik)
C
0,83
0,32
2 30,60,20
Gambar 2.1 Respon spektra Indonesia untuk wil ayah gempa 5
TC
50,0 ( tanah sedang )
1
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
4/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
4
2.2.4Beban Elevator (lift)Liftmerupakan sarana transportasi vertikal yang digerakkan secara mekanik,
biasanya digunakan untuk bangunan 5 lantai ke atas. Beban lift terdiri dari berat
kapsul lift, counterweight (pemberat), penumpang, mesin dan beban kejut saat
berjalan. Berdasarkan beban-beban tersebut kemudian dicari besarnya reaksi
perletakan katrol dan pit (tumpuan dasar dengan sistem pegas agar lift tidak
membentur lantai), reaksi-reaksi tersebut yang dimasukkan ke dalam struktur dan
dikategorikan sebagai beban mati.
Penempatan beban reaksi perletakan katrol lift diletakkan pada ruang mesin,
tepat ditengah bentang balok sebelah kiri dan kanan. Sedangkan reaksi pit yang
terletak pada lantai dasar shaff, dianalisis terpisah dari struktur utama, reaksi ini
diperlukan untuk perencanaan pondasipit.
Besarnya reaksi-reaksi tersebut dipengaruhi oleh ukuran lift, kapasitas
penumpang dan kecepatan gerak lift. Hampir setiap produsen lift mengeluarkan
panduan mengenai besar beban reaksi lift yang diproduksinya. Dalam
perencanaan ini menggunakan data reaksi lift dari MITSHUBISHI.
Jumlah lift yang ada pada gedung ini ada 2 buah. Ada empat reaksi lift yang
ada, R1dan R2ditempatkan pada balok sisi kiri dan kanan di ruang mesin, sebab
counterweight(pemberat) diletakkan di sisi ini. Sedangkan R3dan R4merupakan
reaksi padapitterletak di dasarshaffyang berhubungan langsung dengan tanah.
2.2.5Beban EskalatorSebuah eskalator sebenarnya merupakan suatu bentuk antara lift dan tangga
dan terdiri dari sebuah tangga yang digerakkan mekanis, yang banyak terdapat
dalam toko serba ada dan bangunan umum.
2.2.6Beban TanggaTangga merupakan alternatif jalan naik dan turun dari satu lantai ke lantai
lainnya. Tangga dibuat dari material beton. Pemodelan tangga pada tugas akhir ini
dibuat tiga dimensi.
Reaksi restraint (kekangan) merupakan beban tangga yang dimasukkan ke
struktur utama.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
5/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
5
2.2.7Kombinasi PembebananSesuai dengan pasal 11.2 SNI 03-2874-2002, kombinasi pembebanan yang
digunakan pada perancangan sebuah struktur terdiri dari beban mati (DL), beban
hidup (LL) dan beban gempa (E). Untuk mensimulasi arah gempa yang tidak
beraturan terhadap struktur gedung, beban gempa dianggap bekerja 100% ke
arah x dan 30% ke arah y, juga dibuat kombinasi gempa 100% ke arah y dan 30%
ke arah x [pasal 5.8.2 SNI 03-1726-2002], yaitu :
1. Combo 1 = 1,4 DL2. Combo 2 = 1,2 DL+ 1,6 LL + 0,5 A3. Combo 3 = 1,2 DL+ Lr + Ex+ 0,3 Ey4. Combo 4 = 1,2 DL+ Lr + Ex- 0,3 Ey5. Combo 5 = 1,2 DL+ Lr - Ex+ 0,3 Ey6. Combo 6 = 1,2 DL+ Lr - Ex- 0,3 Ey7. Combo 7 = 1,2 DL+ Lr + Ey+ 0,3 Ex8. Combo 8 = 1,2 DL+ Lr + Ey- 0,3 Ex9. Combo 9 = 1,2 DL+ Lr - Ey+ 0,3 Ex10.Combo 10 = 1,2 DL+ Lr - Ey- 0,3 Ex
Kombinasi pembebanan yang digunakan untuk menghitung tulangan tangga
adalah :
1. Combo 1 = 1,4 DL2. Combo 2 = 1,2 DL+ 1,6 LL
2.2.8 Perancangan Komponen Struktur Terhadap LenturKomponen struktur yang menerima lentur pada umumnya adalah balok
dan pelat. Karena komponen struktur direncanakan memikul gaya-gaya yang
diakibatkan oleh gempa, maka diperlukan ketentuan khusus untuk perencanaan
gempa. Untuk daerah dengan resiko gempa tinggi digunakan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
6/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
6
d h
b
As
As'
GN
d'
(d-d')(d - a2)
.s T = As.fy
0,85f 'c
a = 1cc
s'
Cc
Cs
c= 0,003
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi untuk komponen struktur lentur
pada SRPMK adalah :
1. Pu0,1Agfc2. ln4d3. b/h 0,34. b250 mm5. fc20 MPa
2.2.8.1Penulangan BalokSesuai dengan asumsi dalam perancangan maka dapat digambarkan
distribusi tegangan dan regangan untuk penampang balok untuk perhitungan
tulangan komponen struktur seperti terlihat dalam Gambar 2.3.
(a) (b) (c)
Gambar 2.2 Distr ibusi tegangan dan regangan penampang balok bertulangan ganda
(a) potongan penampang balok (b) regangan (c) tegangan
Dengan mengacu pada Gambar 2.4, didapat :
0H sc CCTS (2.35)Diasumsikan tulangan tekan belum leleh, maka :
'.85,0. 1 sscys f'.Ac..b.f'fA (2.36)
dengan,
ssss Ec
d'c,E''f
0030
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
7/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
7
sscys E.,
c
d'c'.Ac..b.f'.,f.A 0030850 1
sscys . E,d') .' . (cA. c. b . . f',. cf.A 00308502
1 (2.37)
Cek tegangan tulangan tekan
E,.c
d')(c'f ss 0030
(2.38)
Jikafsfy, maka perhitungan dapat dilanjutkan
Jikafs>fy, maka perhitungan diulang dengan menggunakan persamaan :
yscys f'.Ac..b.f'fA 1.85,0. (2.39)
Cek daktilitas penampang
maxmin (2.40)
dengan,
y
c
f
f'
4min (2.41a)
dan tidak lebih kecil dari :
y
minf
1,4 (2.41b)
b 75,0max (2.42)
bd
A
f
f
ff
f s
y
s
yy
c
b
''
600
60085,0 '
1
(2.43)
untukfc30 MPa 1= 0,85
untukfc> 30 MPa
7
30'05,085,01
cf (2.44)
10,65
Jika < min, maka digunakan min.
Jika > max, maka dimensi diperbesar karena penampang tidak mencukupi.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
8/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
8
Perhitungan Momen Nominal
Cs = As .fs (2.45)
Cc = 0,85 .fc.b .1. c (2.46)
2)'( 1
cdCddCM csn
(2.47)
Pengecekan kekuatan penampang
un MM (2.48)
Pengecekan daktilitas struktur
Pada tumpuan5,0
Mn
Mn (2.49)
Pada seluruh bentang25,0
Mn
Mn (2.50)
Persyaratan tulangan longitudinal :
1. min yc ff 4/' dan 1,4/fy,max 0,025. minimal dua batang tulangan atasdan bawah dipasang secara menerus.
2. 5,0/ prpr MM .3. Spasi sengkang yang mengikat daerah sambungan lewatan tersebut tidak
melebihi d/4atau 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan :
(a) pada daerah hubungan balok-kolom.
(b) pada daerah 2hdari muka kolom
(c) pada tempat-tempat yang memperlihatkan kemungkinan terjadinya leleh
lentur akibat perpindahan lateral inelastis struktur rangka.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
9/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
9
A
Detail A
6db> 75 mm
BA B
Detail B
C
Pengikat-pengikat silangberurutan yang mengikattulangan longitudinalyang sama harusmempunyai kait 90
Detail C
6db
Persyaratan tulangan transversal :
1. Sengkang tertutup harus dipasang pada komponen struktur pada daerah-daerahdi bawah ini:
a. Pada daerah hingga 2hdiukur dari muka tumpuan ke arah tengah bentang,di kedua ujung komponen struktur lentur.
b. Di sepanjang daerah 2h pada kedua sisi dari suatu penampang dimanaleleh lentur diharapkan dapat terjadi sehubungan dengan terjadinya
deformasi inelastik struktur rangka.
2.
Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak lebih dari 50 mm dari mukatumpuan. Jarak maksimum antara sengkang tertutup tidak boleh melebihi (a)
d/4, (b) 8db, (c) 24ds, dan (d) 300 mm.
3. Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang dengan kaitgempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari d/2
di sepanjang bentang.
Gambar 2.3 Contoh sengkang tertutup yang dipasang bertumpuk
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
10/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
10
Wu= 1,2D+ 1,0L
n n
Ve.L
Mpr+Mpr
n
Vg= Wu. n/2
Mpr+Mpr
n
Mpr+Mpr
n
Mpr
Wu= 1,2D+ 1,0L
MprMpr
Ve.R
n
Mpr+Mpr
Mpr
Vg= Wu. n/2 Vg= Wu. n/2 Vg= Wu. n/2
Persyaratan kuat geser :
1. Gaya geser rencana Veditentukan dari peninjauan gaya statik antara dua mukatumpuan. Momen-momen dengan tanda berlawanan sehubungan dengan kuat
lentur maksimum Mprdianggap bekerja pada muka tumpuan, dan komponen
struktur tersebut dibebani dengan beban gravitasi terfaktor disepanjang
bentangnya.
2. Tulangan transversal sepanjang daerah sendi plastis dirancang untuk memikulgeser dengan menganggap Vc= 0 bila :
a. Gaya geser akibat gempa mewakili setengah atau lebih daripada kuat geserperlu maksimum di sepanjang daerah tersebut, dan
b. Pu Agfc' / 20
(a) (b)
Gambar 2.4 Perencanaan geser untuk balok
(a) gaya geser rencana akibat gravitasi dan goyangan ke kir i
(b) gaya geser rencana akibat gravitasi dan goyangan ke kanan
3. Arah gaya geser Ve tergantung pada besar relatif beban gravitasi dan geseryang dihasilkan oleh momen momen ujung.
4. Momen-momen ujung Mpr didasarkan pada tegangan tarik 1,25 fy. Keduamomen ujung diperhitungkan untuk kedua arah.
5. Mpruntuk kolom tidak perlu lebih besar daripada momen yang dihasilkan olehMprbalok yang merangka pada hubungan balok-kolom. Vetidak boleh lebih
kecil daripada nilai yang dibutuhkan berdasarkan hasil analisis struktur.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
11/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
11
2.2.8.2Penulangan PelatUntuk penulangan pelat tangga dan pelat lantai dihitung dalam dua arah,
yaitu untuk momen arah sumbu x (M11) dan momen arah sumbu y (M22).
Penulangan yang digunakan untuk pelat adalah tulangan ganda. Penulangan
dilakukan dengan cara analisis seperti analisis balok bertulangan ganda dengan
menghitung jumlah tulangan per meter lebar.
Perhitungan jarak tulangan
Dalam menentukan jarak tulangan pelat yang diperlukan, digunakan persamaan :
s= n
b
(2.51)
dengan : s = jarak tulangan
b = lebar pelat (digunakan per meter lebar)
n = jumlah tulangan per meter lebar
Sesuai pasal 9.6 SNI 03-2874-2002, jarak tulangan pelat lantai adalah :
smin = 25 + tul (2.52)
smax = 3.tp+ tul , atau 500 mm (2.53)
2.2.9 Perancangan Komponen Struktur Terhadap Lentur dan AksialKomponen struktur yang menerima beban lentur dan aksial pada
umumnya adalah kolom dan dinding. Untuk mengetahui kekuatan kolom dan
dinding dilakukan pemeriksaan kekuatan kolom dan dinding terhadap beban yang
bekerja dengan cara analisis.
2.2.9.1Perancangan Komponen Struktur KolomA. Pengaruh Kelangsingan
Semakin langsing atau semakin mudah suatu komponen struktur tekan
melentur maka akan mengalami fenomena tekuk. Untuk mencegah tekuk yang
tidak dikehendaki, diperlukan evaluasi terhadap reduksi kekuatan yang harus
diberikan dalam perhitungan struktur kolom.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
12/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
12
Sesuai pasal 12.10(2) SNI 03-2874-2002 perencanaan komponen struktur
tekan dapat dilakukan dengan analisis tingkat pertama, kecuali untuk komponen-
komponen struktur tekan tunggal pada rangka yang ditinjau memiliki
kelangsingan lebih besar daripada 100.
Untuk rangka portal tak bergoyang pengaruh panjang/kelangsingan kolom
harus diperhitungkan jika :
2
11234M
M
r
k u (2.54)
dengan suku (34-12(M1/M2)) tidak boleh diambil lebih besar dari 40. Suku M1/M2
bernilai positif bila kolom melentur dengan kelengkungan tunggal dan bernilai
negatif bila kolom melentur dengan kelengkungan ganda.
Untuk rangka portal bergoyang pengaruh panjang/kelangsingan kolom harus
diperhitungkan jika :
22r
k u (2.55)
dengan:
k = faktor panjang efektif
u = panjang bebas komponen tekan diambil sama dengan jarak bersih
r = jari-jari girasi
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
13/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
13
Gambar 2.5 Faktor panjang efektif ( k )
Faktor panjang efektif kdihitung menggunakan nomogram seperti pada Gambar
2.6 dengan berdasarkan :
b
b
c
c
EI
EI
(2.56)
dengan:c
= panjang kolom dari pusat ke pusatjoint
b = panjang balok dari pusat ke pusatjoint
E = modulus elastisitas beton
Ic = momen inersia kolom
Ib = momen inersia balok
'4700 cfE
Sesuai pasal 12.11(1) SNI 03-2874-2002 momen inersia penampang kolom dan
balok boleh direduksi sehubungan dengan memperhatikan pengaruh beban aksial,
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
14/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
14
adanya retak sepanjang bentang komponen struktur dan pengaruh durasi beban,
maka :
312170,070,0 hbII gc (2.57)
312
135,035,0 hbII gb (2.58)
Adan Bdalam Gambar 2.7 adalah nilai-nilai pada kedua ujung kolom
dengan: = 0, untuk tumpuan jepit
= , untuk tumpuan sendi
Jari-jari girasi rdihitung dengan persamaan :
A
Ir (2.59)
Sesuai pasal 12.11(2) SNI 03-2874-2002 nilai rboleh diambil sebesar :
- untuk penampang persegi r = 0,3h
- untuk penampang bulat r = 0,25D
dengan: h = dimensi total dalam arah stabilitas yang ditinjau
D = diameter penampang kolom
Suatu tingkat pada struktur boleh dianggap tidak bergoyang bila :
05,0
cu
ou
V
PQ
(2.60)
dengan: Q = indeks stabilitas
Pu = beban vertikal total pada tingkat yang ditinjau
Vu = gaya geser lantai total pada tingkat yang ditinjau
o = simpangan relatif antar tingkat orde-pertama pada tingkat yang
ditinjau akibat Vu
A.1 Perbesaran Momen Rangka Portal Tak Bergoyang
Sesuai pasal 12.12(3) SNI 03-2874-2002 komponen struktur tekan harus
direncanakan dengan menggunakan beban aksial terfaktor Pudan momen terfaktor
yang diperbesarMcyang didefinisikan sebagai :
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
15/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
15
2MM nsc (2.61)
dengan,
0,1
75,01
c
u
mns
P
P
C (2.62)
22
u
ck
EIP
(2.63)
faktorEIdapat dihitung dengan :
d
sesgc IEIEEI
1
2,0 (2.64)
atau
d
gcIEEI
1
4,0 (2.65)
Untuk komponen struktur tanpa beban transversal di antara tumpuannya, Cmharus
diambil sebesar :
4,04,06,02
1 M
MCm (2.66)
dengan :
ns = faktor pembesaran momen untuk rangka tak bergoyang
Cm = faktor yang menghubungkan diagram momen aktual dengan
suatu diagram momen merata ekuivalen
Pc = beban kritisEI = kekakuan lentur komponen struktur tekan
Ec = modulus elastisitas beton
Es = modulus elastisitas tulangan
Ise = momen inersia tulangan terhadap sumbu pusat penampang
komponen struktur
Ig = momen inersia penampang bruto beton terhadap sumbu pusat
penampang dengan mengabaikan tulangan
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
16/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
16
M1 = momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada komponen tekan
M2 = momen ujung terfaktor yang lebih besar pada komponen tekan
d = rasio dari beban tetap aksial terfaktor maksimum terhadap beban
aksial terfaktor maksimum dari kombinasi beban yang sama
denganM1/M2bernilai positif bila kolom melentur dengan kelengkungan tunggal.
Untuk komponen struktur dengan beban transversal di antara tumpuannya Cm
harus diambil sama dengan 1,0. Momen terfaktor M2 tidak boleh diambil lebih
kecil dari :
hPM u 03,015min,2 (2.67)
untuk masing-masing sumbu yang dihitung secara terpisah, dimana satuan h
adalah millimeter. Untuk komponen struktur dengan M2,min > M2, maka nilai Cm
harus diambil sama dengan 1,0 atau berdasarkan pada rasio antara M1 dan M2
yang dihitung.
A.2 Perbesaran Momen Rangka Portal Bergoyang
Sesuai pasal 12.13(3) SNI 03-2874-2002 momen M1 dan M2 pada ujung-ujung komponen struktur tekan harus diambil sebesar :
ssns MMM 111 (2.68a)
ssns MMM 222 (2.68b)
dengan,
ss
ss M
Q
MM
1
(2.69)
nilai Q0,6, jika Pu menggunakan kombinasi beban 1,2D+ 1,6L.
atau,
s
c
u
sss M
P
P
MM
75,01
(2.70)
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
17/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
17
s2,5 dan bernilai positif jika Pu danPcmenggunakan kombinasi beban mati
dan beban hidup terfaktor.
dengan :
s = faktor pembesaran momen untuk rangka bergoyang
Ms = momen akibat beban yang menimbulkan goyangan ke samping
Pu = jumlah seluruh beban vertikal terfaktor pada tingkat yang
ditinjau
Pc = jumlah seluruh kapasitas tekan kolom-kolom yang bergoyang
pada tingkat yang ditinjau
Pcdihitung sama dengan persamaan untuk portal tak bergoyang dengan dadalah
rasio gaya lintang tetap terfaktor maksimum pada suatu lantai terhadap gaya
lintang terfaktor maksimum di lantai tersebut
Berdasarkan posisi beban pada penampang kolom, kolom dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Kolom dengan beban konsentris.Kolom ini hanya mengalami gaya aksial saja.
2. Kolom dengan beban aksial dan uniaxial moment.Kolom ini selain mengalami beban aksial juga mengalami momen lentur
bersumbu tunggal.
3. Kolom dengan beban aksial dan biaxial moment.Kolom ini selain mengalami beban aksial juga mengalami momen lentur
bersumbu rangkap.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
18/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
18
Gambar 2.6 Tipe kolom berdasarkan posisi beban pada penampang kolom
(a)Kolom dengan beban konsentr is(b)Kolom dengan beban aksial dan uniaxial moment(c) Kolom dengan beban aksial dan biaxi al moment
B. Diagram InteraksiDiagram interaksi merupakan suatu diagram yang menunjukkan hubungan
antara gaya aksial nominal Pn dengan momen Mn atau eksentrisitas e kolom
sehingga dapat diketahui batas daerah aman kolom terhadap kombinasi beban
aksial dan momen.
Diagram interaksi yang biasa dikenal adalah diagram interaksi yang
menggambarkan hubungan antara :
- PndanMn
- Pndan e, atau
- 1/Pndan e
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
19/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
19
P
h
b
pusat berat plastis
L
e
d
pusat berat plastis
garis netral
b
P
(a) (b)
Gambar 2.7 Beban aksial konsentri s (a) dan beban aksial eksentri s (b)
Pusat berat plastis merupakan titik tangkap resultan komponen gaya-gaya
dalam yang terdiri dari gaya akibat beton tekan dan gaya akibat tulangan, yang
masing-masing diakibatkan oleh tegangan (pada kondisi plastis) sebesar 0,85 fc
pada beton dan fy pada tulangan, pada saat kolom menerima beban aksial
konsentris (beban aksial tanpa momen). Letak pusat berat plastis dapat ditentukan
melalui perhitungan statis momen terhadap gaya-gaya dalam yang masing-masing
disumbangkan oleh beton dan tulangan dalam kondisi plastis. Pada kolom dengan
bentuk penampang simetris dan jumlah serta posisi tulangan yang simetris, pusat
berat plastis terletak pada titik tengah penampang.
Hubungan antara gaya aksial nominal dengan momen atau eksentrisitas
dapat ditentukan dalam beberapa kondisi berikut :
a. Beban tekan aksial konsentrisDengan memperhitungkan sebagian luas penampang kolom Ag yang ditempati
oleh tulangan dengan luas total Ast, makagaya total atau kuat tekan nominal
pada penampang adalah:
sco CCP
yststgc fAAAf '85,0 (2.71)
Dalam hal ini, momen maupun eksentrisitas pada penampang adalah nol.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
20/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
20
y
h d
d''
d'
b
P
cb
garis netral
T
titik berat plastis
0,85f c'c = 0,003
P
eb
s'
Cc
Cs
1cb
b. Beban tarik aksial konsentrisPada kondisi ini, seluruh penampang kolom menerima tegangan tarik sehingga
kontribusi beton dalam menahan beban aksial dapat diabaikan, gaya dalam
hanya disumbangkan oleh tulangan, sehingga gaya total atau kuat tarik
nominal pada penampang adalah :
Pt = T
=Astfy (2.72)
Dalam hal ini, momen maupun eksentrisitas pada penampang adalah nol.
c. Kondisi regangan berimbang
Gambar 2.8 Penampang kolom pada kondi si regangan berimbang
Pada kondisi regangan berimbang, posisi garis netral diukur dari serat tekan
terluar adalah :
dcy
b
003,0
003,0 (2.73)
Regangan tulangan tekan yang terjadi adalah :
003,0
'
'b
b
s c
dc
(2.74)
dan tegangan tulangan tekan yang terjadi adalah :
fs = Ess (2.75)
nilai regangan tulangan tekan syang sama dengan atau lebih besar dari
regangan leleh y, menunjukkan bahwa tulangan tekan telah mencapai
tegangan leleh. Pada kondisi ini, tegangan tulangan tekan yang diperhitungkan
adalahfs = fy
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
21/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
21
Komponen gaya-gaya dalam pada penampang adalah :
Cc = 0,85fc1cbb (2.76a)
Cs = As fs (2.76b)
T = As fy (2.76c)
Kuat tekan nominal penampang pada kondisi regangan berimbang Pnb
merupakan resultan dari komponen gaya-gaya di atas, yaitu :
Pnb = Cc+ Cs- T (2.77)
Kuat lentur nominal penampang pada kondisi regangan berimbang Mnb
merupakan perkalian antaraPnbdengan eksentrisitas eb, yaitu :
Mnb =Pnbeb= Cc(d - d - 0,5 1 cb) + Cs(d - d - d) + T d (2.78)
Dari persamaan di atas, dapat dihitung eksentrisitas dalam kondisi regangan
berimbang, yaitu :
nb
nbb
P
Me (2.79)
d. Kondisi tekan dominanPada kondisi tegangan-regangan tekan dominan, perhitungan dapat dilakukan
dengan menentukan sembarang garis netral yang mempunyai nilai lebih besar
dari garis netral dalam kondisi regangan berimbang (c > cb). Regangan dan
tegangan tulangan tekan ditentukan dengan cara yang sama seperti pada
kondisi regangan berimbang, dengan menggunakan nilai c yang telah
ditentukan (c > cb).
Komponen gaya-gaya dalam pada penampang adalah :
Cc = 0,85fc1c b (2.80a)
Cs = As fs (2.80b)
T = As fs (2.80c)
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
22/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
22
s < y = fy/Es
h d
d''
d'
b
P
garis netral
T
titik berat plastis
0,85f c'c = 0,003
P
ec
s'
Cc
Cs
1cbc
Gambar 2.9 Penampang kolom pada kondi si tekan dominan
Kuat tekan nominal penampang pada kondisi regangan tekan dominan Pnc
merupakan resultan dari komponen gaya-gaya di atas, yaitu:
Pnc = Cc+ Cs- T (2.81)
Kuat lentur nominal penampang pada kondisi regangan tekan dominan Mnc
merupakan perkalian antaraPncdengan eksentrisitas ec, yaitu:
Mnc =Pncec
= Cc(d - d - 0,5 1 c) + Cs(d - d - d) + T d (2.82)
Dari persamaan di atas, dapat dihitung eksentrisitas dalam kondisi regangan
tekan dominan, yaitu :
nc
ncc
PMe (2.83)
e. Kondisi tarik dominanPada kondisi tegangan-regangan tarik dominan, perhitungan dapat dilakukan
dengan menentukan sembarang garis netral yang mempunyai nilai lebih kecil
dari garis netral dalam kondisi regangan berimbang (c < cb). Regangan dan
tegangan tulangan tekan ditentukan dengan cara yang sama seperti pada
kondisi regangan berimbang, dengan menggunakan nilai c yang telah
ditentukan (c < cb)
Komponen gaya-gaya dalam pada penampang adalah :
Cc = 0,85fc1c b (2.84a)
Cs = As fs (2.84b)
T = As fy (2.84c)
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
23/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
23
s > y
h d
d''
d'
b
P garis netral
T
titik berat plastis
0,85f c'c = 0,003
P
et
s'CcCs
1cc
Gambar 2.10 Penampang kolom pada kondi si tar ik dominan
Kuat tekan nominal penampang pada kondisi regangan tarik dominan Pnt
merupakan resultan dari komponen gaya-gaya di atas, yaitu :
Pnt = Cc+ Cs- T (2.85)
Kuat lentur nominal penampang pada kondisi regangan tarik dominan Mnt
merupakan perkalian antaraPntdengan eksentrisitas et, yaitu :
Mnt =Pntet
= Cc(d - d - 0,5 1 c) + Cs(d - d - d) + T d (2.86)
Dari persamaan di atas, dapat dihitung eksentrisitas dalam kondisi regangan
tekan dominan, yaitu :
nt
ntt
P
Me (2.87)
Dari nilai-nilai gaya aksial nominal, momen nominal, dan eksentrisitas, dapat
dibuat diagram interaksi sesuai dengan kebutuhan perhitungan analisis yang
akan dilakukan. Dari langkah perhitungan di atas didapatkan masing-masing
lima nilai untuk gaya aksial, momen, dan eksentrisitas. Untuk mendapatkan
kurva yang lebih halus, perhitungan pada kondisi tekan menentukan dan tarik
menentukan dapat dilakukan beberapa kali dengan mengubah letak garis
netral, sehingga didapatkan pasangan-pasangan nilai gaya aksial, momen, dan
eksentrisitas yang lebih banyak.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
24/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
24
Po
IV
Pt
Pn max
I
(Mnt,Pnt)
batas runtuh
(Mnb,Pnb)
III
II
Mn
(Mnc,Pnc)
Pn
a. Hubungan antara Gaya Aksial Pndan Momen Nominal Mn
Gambar 2.11 Daerah aman pada diagram interaksi Pn- Mn
Daerah aman dinyatakan dalam daerah I, II, III, dan IV. Daerah I dan II
menyatakan kombinasi beban dengan kondisi tekan dominan , sedangkan
daerah III dan IV menyatakan kombinasi beban dengan kondisi tarik dominan.
Daerah IV menyatakan kombinasi beban dengan beban aksial tarik. Daerah I
adalah daerah yang menyatakan beban kolom dengan eksentrisitas kecil.
Kondisi aman pada daerah I dibatasi dengan nilai beban aksial sebesar :
Pn max = 0,85Po, untuk kolom dengan pengikat spiral (2.88a)
Pn max = 0,80Po, untuk kolom dengan pengikat sengkang (2.88b)
Pembatasan tersebut dimaksudkan sebagai upaya pengamanan, dengan
mengingat bahwa pada keadaan yang sesungguhnya sangat sulit untuk
mengkondisikan suatu beban aksial betul-betul bekerja secara konsentris.
b. Hubungan antara Gaya Aksial Pn dan eksentrisitas e
Gambar 2.12 Daerah aman pada diagram interaksi Pn- e
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
25/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
25
c. Hubungan antara 1/Pn dan e
Gambar 2.13 Daerah aman pada diagram interaksi 1/Pne
C. Metoda BresslerUntuk mengecek apakah tulangan yang terpasang cukup kuat memikul
beban yang bekerja, maka digunakan metode Bressler. Metoda ini dikembangkan
untuk menghitung gaya aksial nominal penampang jika beban aksial diterapkan
dengan nilai eksentrisitas exdan ey.
dengan,
u
uxy
P
Me (2.89a)
u
uy
xP
Me (2.89b)
Nilai-nilai diatas diplot pada diagram interaksi P e, maka akan didapatkan Px
dan Py. Berdasarkan metoda ini, suatu titik pada permukaan keruntuhan didekati
dengan persamaan berikut :
nonynx
n
PPP
P111
1
(2.90)
dengan: = faktor reduksi kekuatan
Pn = gaya aksial nominal penampang dengan eksentrisitas exdan ey
Pnx = gaya aksial nominal penampang dengan eksentrisitas exsaja (ey=0)
Pny = gaya aksial nominal penampang dengan eksentrisitas eysaja (ex=0)
Pno = gaya aksial nominal penampang dengan eksentrisitas ex=0 dan ey=0
Pu = gaya aksial terfaktor
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
26/50
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
27/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
27
yang sesuai dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan
nilai kuat lentur yang terkecil.
Mgadalah jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan
dengan kuat lentur nominal balok-balok yang merangka pada hubungan balok-
kolom tersebut.
Kuat lentur harus dijumlahkan sedemikian hingga momen kolom berlawanan
dengan momen balok. Jika Persamaan 2.91 tidak dipenuhi maka kolom pada
hubungan balok-kolom tersebut harus direncanakan dengan memberikan tulangan
transversal. yang dipasang di sepanjang tinggi kolom.
Tulangan memanjang
1. Rasio penulangan tidak kurang 0,01 dan tidak lebih dari 0,06.2. Sambungan lewatan hanya diizinkan di lokasi setengah panjang elemen
struktur yang berada ditengah, direncanakan sebagai sambungan lewatan tarik,
dan harus diikat dengan tulangan spiral atau sengkang tertutup.
Tulangan transversal
1. Ketentuan mengenai jumlah tulangan transversal di bawah ini harus dipenuhikecuali bila ditentukan jumlah tulangan yang lebih besar.
a. Rasio volumetrik tulangan spiral atau sengkang cincin, s, tidak bolehkurang daripada :
yh
cs
f
f '12,0 (2.92)
dan tidak kurang dari
y
c
c
g
s f
f
A
A '
145,0
(2.93)
b. Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurangdaripada yang ditentukan pada persamaan berikut ini:
1
'3,0
ch
g
yh
ccsh
A
A
f
fhsA (2.94)
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
28/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
28
yh
ccsh
f
fhsA
'09,0 (2.95)
2. Spasi tulangan transversal tidak lebih daripada (a) 1/4b (b) 6db, dan (c) sxsesuai dengan persamaan berikut ini:
3
350100 xx
hs
(2.96)
Nilai sx tidak perlu lebih besar daripada 150 mm dan tidak perlu lebih kecil
daripada 100 mm
3. Spasi tulangan pengikat silang tidak boleh dipasang lebih daripada 350 mmdari sumbu-ke-sumbu dalam arah tegak lurus sumbu komponen struktur.
4. Tulangan transversal dipasang sepanjang lodari setiap muka hubungan balok-kolom dan juga sepanjang lo pada kedua sisi dari setiap penampang yang
berpotensi membentuk leleh lentur akibat deformasi lateral inelastis struktur
rangka. Panjang lotidak kurang daripada (a) tinggi penampang komponen
struktur pada muka hubungan balok-kolom atau pada segmen yang berpotensi
membentuk leleh lentur, (b) seperenam bentang bersih komponen struktur, dan
(c) 500 mm.
5. Bila gaya-gaya aksial terfaktor pada kolom akibat beban gempa melampaui0,1Agfc dan gaya aksial tersebut berasal dari komponen struktur lainnya yang
sangat kaku yang didukungnya, misalnya dinding, maka kolom tersebut harus
diberi tulangan transversal pada seluruh tinggi kolom. Daerah pemasangan
tulangan transversal tersebut harus diperpanjang untuk suatu jarak sebesar
panjang penyaluran tulangan longitudinal terbesar ke dalam komponen
struktur yang sangat kaku tersebut. Bila ujung bawah kolom berhenti pada
suatu dinding maka pemasangan tulangan transversal harus terus diperpanjang
hingga ke dalam dinding untuk jarak sebesar panjang penyaluran tulangan
longitudinal terbesar diukur dari titik berhentinya kolom.
6. Bila tulangan transversal tidak dipasang di seluruh panjang kolom maka padadaerah sisanya harus dipasang tulangan spiral atau sengkang tertutup dengan
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
29/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
29
Mpr.t
Vu.b
Pu
n
Mpr.b
Mpr.t+Mpr.bVu.t =Vu.b =
n
Vu.t
Pu
spasi sumbu-ke-sumbu tidak lebih daripada nilai terkecil dari enam kali
diameter tulangan longitudinal kolom atau 150 mm.
Gambar 2.15 Perencanaan geser untuk kolom
Persyaratan kuat geser
1. Gaya geser rencana, Ve, ditentukan dengan memperhitungkan gaya-gayamaksimum yang dapat terjadi pada muka hubungan balok-kolom pada setiap
ujung komponen struktur. Gaya-gaya pada muka hubungan balok-kolom
tersebut harus ditentukan menggunakan kuat momen maksimum, Mpr. Gaya
geser rencana tersebut tidak perlu lebih besar daripada gaya geser rencana
yang ditentukan dari kuat hubungan balok-kolom berdasarkan kuat momen
maksimum, Mpr, dari komponen struktur transversal yang merangka pada
hubungan balok-kolom tersebut. Gaya geser rencana, Ve, tidak boleh lebih
kecil daripada geser terfaktor hasil perhitungan analisis struktur.
2. Tulangan transversal pada komponen struktur sepanjang lodirencanakan untukmemikul geser dengan menganggap Vc= 0,bila:
a. Gaya geser akibat gempa mewakili 50 % atau lebih dari kuat geser perlumaksimum pada bagian sepanjang lotersebut, dan
b. Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidakmelampauiAgfc'/ 20
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
30/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
30
2.2.9.1.1 Hubungan Balok-Kolom Pada SRPMKKetentuan umum
1. Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok-kolomditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik lentur
adalah 1,25fy.
2. Tulangan longitudinal balok yang berhenti pada suatu kolom harus diteruskanhingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang dan diangkur.
3. Bila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati hubungan balok-kolom, dimensi kolom dalam arah paralel terhadap tulangan longitudinal
balok tidak boleh kurang daripada 20 kali diameter tulangan longitudinal
terbesar balok untuk beton berat normal.
Tulangan transversal
1. Tulangan transversal berbentuk sengkang tertutup sesuai tulangan transversalkolom dipasang di dalam daerah hubungan balok-kolom, kecuali bila
hubungan balok-kolom tersebut dikekang oleh komponen-komponen struktur.
2. Pada hubungan balok-kolom dimana balok-balok, dengan lebar setidak-tidaknya sebesar tiga per empat lebar kolom, merangka pada keempat sisinya,
harus dipasang tulangan transversal setidak-tidaknya sejumlah setengah dari
yang ditentukan pada tulangan transversal kolom. Tulangan transversal ini
dipasang di daerah hubungan balok-kolom disetinggi balok terendah yang
merangka ke hubungan tersebut. Pada daerah tersebut, spasi tulangan
transversal dapat diperbesar menjadi 150 mm.
3.
Pada hubungan balok-kolom, dengan lebar balok lebih besar daripada lebarkolom, tulangan transversal dipasang pada hubungan tersebut untuk
memberikan kekangan terhadap tulangan longitudinal balok yang berada
diluar daerah inti kolom; terutama bila kekangan tersebut tidak disediakan
oleh balok yang merangka pada hubungan tersebut.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
31/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
31
Luas efektifh, tinggi pada join
bidang tulanganpenyebab geser
Lebar efektif join b+ h b + 2x
tulangan penyebabgeser
arah gayapenyebab geser
b
h
x
Kuat geser
1. Kuat geser nominal hubungan balok-kolom untuk beton berat normal adalah :- Untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya sama
dengan jcAf '7,1 .
- Untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yangberlawanan sama dengan jcAf '25,1 .
- Untuk hubungan lainnya sama dengan jcAf '0,1 .Luas efektif hubungan balok-kolomAjditunjukkan pada Gambar 2.18.
Gambar 2.16 Luas efektif hubungan balok-kolom
Suatu balok yang merangka pada suatu hubungan balok-kolom dianggap
memberikan kekangan bila setidaknya-tidaknya tiga per empat bidang muka
hubungan balok-kolom tersebut tertutupi oleh balok yang merangka tersebut.
Hubungan balok-kolom dapat dianggap terkekang bila ada empat balok yang
merangka pada keempat sisi hubungan balok-kolom tersebut.
2. Untuk beton ringan, kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak bolehdiambil lebih besar daripada tiga per empat kuat geser pada beton normal.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
32/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
32
Panjang penyaluran tulangan tarik
1. Panjang penyaluran ldhuntuk tulangan tarik dengan kait standar 90 dalambeton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada 8db, 150 mm, dan
nilai yang ditentukan oleh persamaan berikut ini :
'4,5 c
by
dhf
df (2.97)
untuk diameter tulangan sebesar 10 mm hingga 36 mm.
Untuk beton ringan, panjang penyaluran tulangan tarik dengan kait standar
90 tidak boleh diambil lebih kecil daripada 10db, 190 mm, dan 1,25 kali nilai
yang ditentukan Persamaan 2.141. Kait standar 90 harus ditempatkan di
dalam inti terkekang kolom atau komponen batas.
2. Untuk diameter 10 mm hingga 36 mm, panjang penyaluran tulangan tarik ldtanpa kait tidak boleh diambil lebih kecil daripada (a) dua setengah kali
panjang penyaluran yang ditentukan di atas bila ketebalan pengecoran beton di
bawah tulangan tersebut kurang daripada 300 mm, dan (b) tiga setengah kali
panjang penyaluran yang ditentukan di atas bila ketebalan pengecoran beton di
bawah tulangan tersebut melebihi 300 mm.
3. Tulangan tanpa kait yang berhenti pada hubungan balok-kolom harusditeruskan melewati inti terkekang dari kolom atau elemen batas. Setiap
bagian dari tulangan tanpa kait yang tertanam bukan di dalam daerah inti
kolom terkekang harus diperpanjang sebesar 1,6 kali.
2.2.9.2Perancangan Komponen Struktur DindingSesuai pasal 16.4 SNI 03-2874-2002, dinding yang diberi beban aksial atau
kombinasi lentur dan beban aksial harus direncanakan sebagai komponen struktur
tekan.
A. Perancangan tulangan geser vertikalUntuk tulangan geser vertikal direncanakan sesuai Sub Bab 2.7.5.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
33/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
33
B. Perancangan tulangan geser horizontalSesuai pasal 13.10 SNI 03-2874-2002, perencanaan penampang horizontal
untuk geser yang sejajar bidang dinding harus berdasarkan :
Vn Vu (2.98)
dengan,
Vn = Vc+ Vs (2.99)
dhfV cn '6
5 (2.100)
sehingga,
ucs VVV
cu
s VV
V
(2.101)
Kuat geser Vcdapat dihitung berdasarkan persamaan:
w
ucc dNdhfV
4'
41 (2.102)
atau
10
2
2'
'2
1 dh
V
M
h
Nf
fVw
u
u
w
ucw
cc
(2.103)
Vcadalah nilai terkecil dari persamaan 2.102 dan 2.103 tersebut, denganNuadalah
negatif untuk tarik. Persamaan 2.103 tidak berlaku bila (Mu/Vu lw/2) bernilai
negatif. Nilai d= 0,8 l
Jarak tulangan geser untuk dinding
Bila Vu > Vc, maka harus diperlukan tulangan geser horizontal, dengan jarak
tulangan geser horizontals2dihitung dari :
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
34/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
34
s
yv
V
dfAs 2 (2.104)
Spasi maksimum tulangan geser horizontals2adalah: 5/w , 3h, atau 500 mm.
Spasi maksimum tulangan geser vertikals1adalah: 3/w , 3h, atau 500 mm.
Tulangan minimum
Rasio minimum untuk luas tulangan vertikal terhadap luas bruto beton haruslah :
v 0,0012 untuk batang ulir yang tidak lebih besar daripada D16 denganfy400 MPa.
v 0,0015 untuk batang ulir lainnya. v 0,0012 untuk jaring kawat baja las (polos atau ulir) yang tidak lebih
besar daripada P16 atau D16.
Rasio minimum untuk luas tulangan horizontal terhadap luas bruto beton
haruslah:
n 0,0020 untuk batang ulir yang tidak lebih besar daripada D16 denganfy400 MPa.
n 0,0025 untuk batang ulir lainnya. n 0,0020 untuk jaring kawat baja las (polos atau ulir) yang tidak lebih
besar daripada P16 atau D16.
dengan :Acv = luas bruto penampang beton yang dibatasi oleh tebal badan dan
panjang penampang dalam arah gaya geser yang ditinjau
v = rasio luas tulangan yang tersebar pada bidang yang tegak lurus pada
bidangAoterhadap luas beton brutoAcv
n = rasio luas tulangan yang tersebar pada bidang yang paralel bidang
Aoterhadap luas beton bruto yang tegak lurus terhadap tulangan
tersebut
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
35/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
35
2.2.9.2.1 Dinding Struktural Beton KhususPenulangan
1. Rasio penulangan vdan nuntuk dinding struktural tidak boleh kurang dari0,0025 pada arah sumbu-sumbu longitudinal dan transversal. Apabila gaya
geser rencana tidak melebihi '12/1 ccv fA , tulangan minimum untuk dinding
struktural dapat digunakan tulangan minimum dalam Sub Bab 2.7.5.2. Spasi
tulangan untuk masing-masing arah pada dinding struktural tidak boleh
melebihi 450 mm.
2. Paling sedikit dua lapis tulangan harus dipasang pada dinding apabila gayageser bidang terfaktor yang dibebankan ke dinding melebihi '6/1 ccv fA .
3. Semua tulangan menerus pada dinding struktural harus diangkur ataudisambung lewat.
Gaya-gaya rencana
Gaya geser rencana Vudiperoleh dari analisis beban lateral sesuai dengan
kombinasi beban terfaktor.
Kuat Geser
1. Kuat geser nominal, Vn, tidak diperkenankan lebih daripada :yncccvn ffAV ' (2.105)
dengan:
c = 1/4 untuk (hw/lw) 1,5
c = 1/6 untuk (hw/lw) 2,0
untuk nilai-nilai diantaranya dapat dilakukan interpolasi linier2. Dinding harus mempunyai tulangan geser tersebar yang memberikan tahanan
dalam dua arah orthogonal pada bidang dinding. Apabila wwh / 2,0, maka
vh.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
36/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
36
Perencanaan terhadap beban lentur dan aksial
1. Dinding struktural dan bagian-bagiannya yang memikul beban lentur danaksial direncanakan sesuai Sub Bab 2.7.5 dengan mengabaikan pengaruh
kelangsingan dan persyaratan regangan taklinier. Beton dan tulangan
longitudinal dalam lebar efektif flens, komponen batas, dan badan dinding
harus dianggap efektif. Pengaruh bukaan dinding harus diperhitungkan.
2. Bila tidak dilakukan anaIisis yang lebih rinci maka lebar efektif flens adalahweb ditambah nilai terkecil dari setengah jarak bersih antara dinding-dinding
yang bersebelahan atau seperempat tinggi total dinding.
Komponen batas khusus
a. Daerah tekan harus diberi komponen batas khusus dimana wu
w
hc
/600
(2.106)
Besaran u/hwtidak boleh diambil kurang dari 0,007
b. Bila komponen batas khusus diperlukan maka tulangannya harus diteruskansecara vertikal dari penampang kritis sejarak tidak kurang daripada nilai
terbesar dari lwatauMu/4Vu.
c. Komponen batas harus menerus secara horisontal dari sisi serat tekan terluarsejarak tidak kurang daripada (c0,1lw) dan c/2.
d. Pada daerah penampang berflens, komponen batas harus mencakup lebarefektif flens pada sisi tekan dan harus menerus setidak-tidaknya 300 mm
kedalam web
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
37/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
37
rasio tulangan > 0,0025spasi max = 450 mm
sx= 100 +
spasi = nilai terkecil dari b/4, 6db,sx
3350 - hx
Ash= 0,09 (shcf'c/fyh)
Gambar 2.15 Detail penulangan untuk komponen batas khusus
2.2.10 Perancangan Komponen Struktur Terhadap GeserSesuai pasal 13.1 SNI 03-2874-2002 perencanaan terhadap geser harus didasarkan
pada :
Vn Vu (2.107)
dengan,
Vn = Vc+ Vs (2.108)
sehingga,
ucs VVV
cu
s VV
V
(2.109)
- untuk komponen struktur yang dibebani geser dan lentur :
dbf
V wc
c6
' (2.110)
- untuk komponen struktur yang dibebani tekan aksial :
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
38/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
38
dbf
A
NV w
c
g
uc
6
'
141 (2.111)
Besaran Nu/Agharus dinyatakan dalam Mpa
- untuk komponen struktur yang yang mengalami gaya tarik aksial yang besar:
dbf
A
NV w
c
g
uc
6
'3,01 (2.112)
tapi tidak kurang daripada nol, dengan Nuadalah negatif untuk tarik. Besaran
Nu/Agharus dinyatakan dalam Mpa
Perhitungan jarak tulangan geser
Sesuai pasal 13.6(1) SNI 03-2874-2002 tulangan geser harus dipasang, jika :
Vu Vc (2.113)
- Bila digunakan tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksialkomponen struktur, maka :
s
yv
V
dfAs (2.114)
- Bila digunakan sengkang miring, maka:
s
yv
V
dfAs
cossin (2.115)
Nilai Vstidak boleh melebihi Vs.max
dbfVV wcss '3
2max. (2.116)
Tulangan geser minimum
Sesuai pasal 13.5(1) SNI 03-2874-2002 tulangan geser minimum harus dipasang,
jika :
2
cu
VV
(2.117)
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
39/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
39
b
h
bw
hw
hw < 4hf
hf
hw
bw
bw+2hw < bw+8hf
hf
Luas tulangan geser minimum dihitung dari :
y
wc
v
f
sbfA
1200
'75 (2.118)
tetapi,y
wv
f
sbA
3 (2.119)
dengan bwdansdinyatakan dalam mm
Batas spasi tulangan geser
Sesuai pasal 13.5(4) SNI 03-2874-2002 spasi maksimum tulangan geser adalah :
jika, dbf'V wcs 3
1
(2.120)
maka,2
max
ds atau 600 mm (2.121)
jika, dbf'V wcs3
1 (2.122)
maka,4
max
ds atau 300 mm (2.123)
2.2.11 Perancangan Komponen Struktur Terhadap Puntir (Torsi)Sesuai pasal 13.6(1) SNI 03-2874-2002 pengaruh puntir dapat diabaikan, jika :
cp
cpc
up
AfT
2
12
' (2.124)
dengan :
Acp = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton
pcp = keliling luar penampang beton
Gambar 2.18 Pengerti an Acpdan pcp
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
40/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
40
sengkang
Tulangan sengkang yang dibutuhkan untuk menahan puntir adalah :
TnTu (2.125)
dengan, s
fAAT
yvt
n cot2 o (2.126)
sehingga, cot2 yvo
ut
fA
T
s
A (2.127)
Tulangan longitudinal yang diperlukan untuk menahan puntir adalah :
2cot
yl
yv
ht
lffp
sAA (2.128)
denganAt/sdihitung dari Persamaan 2.127
dengan : Ao = luas bruto yang dibatasioleh lintasan aliran geser = 0,85Aoh
Aoh = luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan torsi terluar
ph = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar
Gambar 2.19 Pengertian Aoh
Tulangan puntir minimum
Luas minimum tulangan sengkang tertutup adalah :
yv
wc
tvf
sbfAA
1200
'752 (2.129)
dengan, yv
wtv
f
sbAA
32 (2.130)
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
41/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
41
Luas minimum tulangan longitudinal tambahan adalah :
yl
yv
ht
yl
cpc
l
f
fp
s
A
f
AfA
12
'5min, (2.131)
dengan,yv
wt
f
b
s
A
6 (2.132)
Spasi tulangan puntir
Spasi tulangan sengkang puntir tidak boleh melebihi nilai terkecil antara ph/8dan 300 mm
Tulangan longitudinal untuk puntir harus didistribusikan disekelilingperimeter sengkang tertutup dengan spasi tidak melebihi 300 mm. Diameter
tulangan minimal sama dengan 1/24 spasi sengkang tetapi tidak kurang dari
10 mm.
2.2.12 Detail PenulanganDetail penulangan terdiri dari kait standar, diameter bengkokan minimum,
penempatan tulangan, batasan spasi tulangan, dan pelindung beton untuk
tulangan.
A. Kait StandarSesuai pasal 9.1 SNI 03-2874-2002 pembengkokan tulangan harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Bengkokan 180ditambah perpanjangan 4db, tapi tidak kurang dari 60 mm,pada ujung bebas kait.
2. Bengkokan 90ditambah perpanjangan 12dbpada ujung bebas kait3. Untuk sengkang dan kait pengikat:
a. Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90ditambah perpanjangan6db, pada ujung bebas kait.
b. Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90 ditambah perpanjangan12dbpada ujung bebas kait.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
42/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
42
c. Batang D-25 dan yang lebih keci, bengkokan 135ditambah perpanjangan6dbpada ujung bebas kait.
4. Untuk kait gempa yaitu kait pada sengkang, sengkang tertutup, atau pengikatsilang yang mempuyai bengkokan tidak kurang dari 135 kecuali bahwa
sengkang cincin harus mempunyai bengkokan tidak kurang dari 90. Kait
harus diberi perpanjangan 6db, tapi tidak kurang dari 75 mm, dan mengarah
pada bagian dalam sengkang atau sengkang tertutup.
B. Diameter Tulangan MinimumDiameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4dbuntuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang yang
lebih besar daripada D-16, diameter bengkokan harus memenuhi Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Diameter bengkokan minimum
Ukuran tulangan Diameter minimum
D-16 sampai dengan D-25 6db
D-29, D-32, dan D-36 8db
D-44 dan D-56 10db
C. Penempatan TulanganTulangan harus ditempatkan secara akurat dan ditumpu secukupnya sebelum
beton dicor, dan harus dijaga agar tidak tergeser melebihi toleransi yang diijinkan.
Toleransi untuk tinggi d dan selimut beton minimum dalam komponen struktur
lentur, dinding dan komponen struktur tekan harus memenuhi Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Toleransi untuk ti nggi selimut beton
Toleransi untuk dToleransi untuk selimut
Beton minimum
d200 mm 10 mm -10 mm
d> 200 mm 13 mm -13 mm
Toleransi letak longitudinal dari bengkokan dan ujung akhir tulangan harus
sebesar 50 mm kecuali pada ujung tidak menerus dari komponen struktur
dimana toleransinya harus sebesar 13 mm.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
43/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
43
D. Batasan Spasi Tulangan1. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang
dari db ataupun 25 mm.
2. Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulanganpada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan
spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm.
3. Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau sengkangpengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari
1,5db ataupun 40 mm.
4.
Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk jarakbersih antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan lewatan lainnya
atau dengan batang tulangan yang berdekatan.
5. Pada dinding dan pelat lantai yang bukan berupa konstruksi pelat rusuk,tulangan lentur utama harus berjarak tidak lebih dari tiga kali tebal dinding
atau pelat lantai, ataupun 500 mm.
E. Pelindung beton untuk tulanganUntuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus disediakan
untuk tulangan harus memenuhi ketentuan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Tebal selimut minimum
Kondisi
Tebal selimut
minimum(mm)
a. Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungandengan tanahb. Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:- Batang D-19 hingga D-56- Batang D-16, jaring kawat polos P16 atau kawat ulir D16 dan
yang lebih kecilc. Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau beton
tidak langsung berhubungan dengan tanahPelat, dinding, pelat berusuk:- Batang D-44 dan D-56- Batang D-36 dan yang lebih kecil
Balok, kolom:Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral
75
50
40
40
20
40
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
44/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
44
2.2.13 Panjang Penyaluran dan Sambungan LewatanPanjang penyaluran adalah panjang penambatan yang diperlukan untuk
menjamin tercapainya lekatan yang kuat antara baja tulangan dengan beton.
Sedangkan sambungan lewatan diperlukan untuk menyambung dua buah tulangan
karena terbatasnya panjang tulangan.
A. Panjang PenyaluranPanjang penyaluran terbagi dua, yaitu : panjang penyaluran tulangan tarik
dan panjang penyaluran tulangan tekan. Panjang penyaluran tulangan tekan lebih
pendek dibandingkan panjang penyaluran tulangan tarik.
1. Penyaluran tulangan tarikPanjang penyaluran ld tidak boleh kurang dari 300 mm. Nilai lddapat dilihat
pada Tabel 2.4, sebagai berikut :
Tabel 2.4 Panjang penyaluran batang uli r dan kawat uli r
Batang D-19 danlebih kecil atau
kawat ulir
Batang D-22atau lebih besar
Spasi bersih batang-batang yang disalurkan
atau disambung tidak kurang dari db, selimut
beton bersih tidak kurang dari db, dan sengkang
atau sengkang ikat yang dipasang sepangjang ld
tidak kurang dari persyaratan minimum sesuai
peraturan.
atauSpasi bersih batang-batang yang disalurkan
atau disambung tidak kurang dari 2db dan
selimut beton bersih tidak kurang dari db.
'25
12
c
y
b
d
f
f
d
'5
3
c
y
b
d
f
f
d
Kasus-kasus lain
'25
18
c
y
b
d
f
f
d
'10
9
c
y
b
d
f
f
d
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
45/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
45
Atau
b
trc
y
b
d
d
Kcf
f
d'10
9 (2.133)
Dalam persamaan di atas nilai (c+Ktr)/db2,5
dengan:
= faktor lokasi penulangan
= 1,3 jika tebal beton dibawah tulangan horizontal lebih dari 300 mm
= 1,0 untuk kasus lainnya
= faktor pelapis
= 1,5 untuk batang tulangan berlapis epoksi dengan selimut beton
kurang dari 3db, atau spasi bersih kurang dari 3db
= 1,2 untuk batang tulangan berlapis epoksi lainnya
= 1,0 untuk tulangan tanpa pelapis
hasil perkalian tidak perlu diambil lebih besar dari 1,7.
= faktor ukuran batang tulangan
= 0,8 untuk batang D-19 atau lebih kecil dan kawat ulir
= 1,0 untuk batang D-22 atau lebih besar
= faktor beton agregat ringan
= 1,3 Apabila digunakan beton agregat ringan
= 1,0 Apabila digunakan beton berat normal
c = spasi atau dimensi selimut beton. Pergunakan nilai terkecil antara
jarak dari sumbu batang atau kawat ke permukaan beton terdekatdan setengah spasi sumbu ke sumbu batang atau kawat yang
disalurkan
Ktr = indeks tulangan transversal,sn
fAK
yttr
tr10
dengan :
Atr = luas penampang total dari semua tulangan transversal yang berada
dalam rentang daerah berspasi sdan yang memotong bidang belah
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
46/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
46
potensial melalui tulangan yang disalurkan.
fyt = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan transversal
s = spasi maksimum sumbu ke sumbu tulangan transversal yang
dipasang sepanjang ld
n = jumlah batang atau kawat yang disalurkan di sepanjang bidang
belah.
Sebagai penyederhanaan perencanaan, diperbolehkan mengasumsikan
Ktr = 0 bahkan untuk kondisi dimana tulangan transversal dipasang.
Reduksi panjang penyaluran diperbolehkan apabila luasan tulangan terpasang
pada komponen lentur melebihi luasan yang dibutuhkan dari analisis, kecuali
apabila angkur atau penyaluran untuk fymemang secara khusus dibutuhkan
atau tulangan direncanakan dengan perencanaan gempa.
2. Penyaluran tulangan tekanPanjang penyaluran (ld) tulangan tekan, dihitung dengan :
mm20021 mmdbd ff (2.134)
dengan:
ldb = panjang penyaluran dasar
yb
c
ybfd
f
fd04.0
'4 (2.135)
adas
perlus
mA
Af
.
.
1 , jikaAs ada>As perlu (2.136)
fm2 = 0,75 untuk tulangan yang berada di dalam daerah lilitan tulangan
spiral berdiameter tidak kurang dari 6 mm dan spasi lilitannya
tidak lebih dari 100 mm atau tulangan yang berada di dalam
daerah yang dilingkupi sengkang D -13 yang memenuhi dan
berspasi sumbu-ke-sumbu tidak lebih dari 100 mm.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
47/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
47
3. Penyaluran tulangan berkait dalam kondisi tarikPanjang penyaluran ldh tulangan tarik yang berakhir pada suatu kait standar,
dihitung dengan :
mm150atau8654321 bmmmmmmhbdh dffffff (2.137)
dengan:
'
100
c
bhb
f
d (2.138)
4001
y
m
ff (2.139)
fm2 = 0,7 untuk batang D-36 dan yang lebih kecil, dengan tebal selimut
samping (normal terhadap bidang kait) tidak kurang dari 60 mm,
dan untuk kait 90 derajat, dengan tebal selimut terhadap kait tidak
kurang dari 50 mm.
fm3 = 0,8 untuk batang D-36 dan yang lebih kecil dengan kait yang
secara vertikal atau horizontal berada di dalam daerah yang
dilingkupi sengkang atau sengkang ikat yang dipasang sepanjang
panjang penyaluran ldhdengan spasi tidak melebihi 3dbdimana db
adalah diameter batang berkait.
adas
perlus
mA
Af
.
.
4 , jikaAs ada>As perlu (2.140)
fm5 = 1,3 untuk beton agregat ringan
fm6 = 1,2 untuk tulangan berlapis epoksi
Untuk batang yang disalurkan dengan kait standar pada ujung yang tidak
menerus dari komponen struktur dengan kedua selimut samping serta selimut
atas (atau bawah) terhadap kait kurang dari 60 mm, batang berkait harus
dilingkupi dengan sengkang atau sengkang pengikat di sepanjang panjang-
penyaluran ldhdengan spasi tidak lebih dari 3db. Untuk kondisi ini fm3 tidak
boleh digunakan. Kait tidak boleh dianggap efektif untuk batang dalam
kondisi tekan.
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
48/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
48
diameter 10 hingga 25minimum 4d
diameter 43 hingga 57
diameter 29 hingga 36
dh
atau 60 mmb
6db
5db
4db
penampang
db
db
batas
kritis 12db
Gambar 2.20 Detail kaitan untuk penyaluran kait standar
4. Penyaluran tulangan momen positifa. Seperempat dari tulangan momen positif komponen struktur menerus
harus diteruskan hingga ke dalam tumpuan. Pada balok, tulangan tersebut
harus diteruskan ke dalam tumpuan paling sedikit sejauh 150 mm.
b. Apabila suatu komponen struktur lentur merupakan bagian dari suatusistem penahan gaya lateral utama, maka tulangan momen positif yang
harus diteruskan ke dalam tumpuan harus diangkur agar mampu
mengembangkan kuat leleh tarikfypada bagian muka tumpuan.
c. Pada daerah tumpuan sederhana dan titik belok (lokasi momen nol),tulangan tarik momen positif dibatasi diameternya hingga ldyang dihitung
untuk fy berdasarkan perhitungan penyaluran tulangan tarik memenuhi
persamaan 2.134.
a
u
nd
V
M (2.141)
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
49/50
Mata Kuliah : Perencanaan Struktur Gedung Tahan Gempa (PSG)Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Bandung
49
Paling sedikit 1/3Asdiperpanjang sejauh
nilai terbesar dari d, 12db, atau n/16
(b) pengangkuran kedalam balok yang bersebelahan(a) pengangkuran untuk kolom luar
db
P.I = titik belokd
kait standar 90
atau 180
Keterangan :
Mnadalah kuat momen nominal dengan asumsi bahwa semua tulangan
pada penampang yang ditinjau mencapai kuat leleh yang disyaratkan.
Vuadalah gaya geser terfaktor pada penampang.
lapada suatu tumpuan, nilai laadalah panjang penanaman yang melampaui
pusat tumpuan.
lapada suatu titik belok, nilai ladibatasi sebagai nilai terbesar antara tinggi
efektif komponen struktur dan 12db.
NilaiMn / Vuboleh dinaikkan sebesar 30 % bila ujung tulangan dikekang
oleh suatu reaksi tekan.
5. Penyaluran tulangan momen negatifa. Tulangan momen negatif harus mempunyai suatu panjang penanaman ke
dalam bentang tidak kurang dari nilai terbesar antara tinggi efektif
komponen struktur dan 12db.
b. Paling sedikit sepertiga dari jumlah tulangan tarik total yang dipasanguntuk momen negatif pada suatu tumpuan harus ditanamkan hingga
melewati titik belok sejauh tidak kurang dari nilai terbesar antara tinggi
efektif komponen struktur, 12db, atau seperenam belas bentang bersih.
c. Pada tumpuan dalam dari komponen struktur lentur tinggi, tulangan tarikmomen negative harus menerus dengan tulangan tarik pada bentang
disebelahnya.
Gambar 2.21 Penyaluran tul angan momen negatif
-
7/22/2019 Perencanaan Komponen Struktur SRPMK
50/50