Perencanaan Kolaboratif Tata Ruang Wilayah

9
PERENCANAAN KOLABORATIF TATA RUANG WILAYAH MEMBRAMO (ANTARA PELESTARIAN ALAM DENGAN PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT) 1. PENDAHULUAN Papua merupakan daerah yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang sangat beragam dengan nilai keunikannya yang khas. Tingginya keanekaragaman flora dan fauna pada hutan tropis Papua. Kabupaten Mamberamo Raya yang memiliki luas kurang lebih 23.813,91 KM2, dengan DAS Mamberamo se luas 7.687.224 Km atau 18,83 % dari total luas DAS di Papua 40.834.951 Km, sangat berbeda dengan DAS yang lain, dengan adanya rawa pantai dan pada bagian tengah terdapat ngarai yang memotong pegunungan Foja-Van Rees. Bagian tengah sungai antara pegunungan ini dan pusat cordillera yang membentuk lahan basah yang luas dan dialiri anak sungai di lereng utara dari pusat pegunungan seperti halnya lereng selatan dari pegunungan Foja-Van Rees. Dengan demikian aktifitas yang paling sering dilakukan oleh penduduk asli Mamberamo Raya adalah berburu, menangkap ikan dan buaya serta meramu baik sayuran dan sagu. 90% penghidupan penduduk asli bergantung pada sagu sebagai sumber kalori utama. Potensi sagu cukup besar, diperkirakan luasnya 60.000 Ha. Memancing, berburu secukupnya untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga dan sebagian untuk di jual. Aktifitas bercocok tanam yang dilakukan adalah menanam ubi–ubian dan pisang sebagai makanan pelengkap tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas. Perburuan buaya adalah yang paling utama untuk memasarkan kulitnya. Mamberamo dengan kondisi fisik wilayah yang bervariasi

description

tata ruang

Transcript of Perencanaan Kolaboratif Tata Ruang Wilayah

PERENCANAAN KOLABORATIF TATA RUANG WILAYAH

MEMBRAMO

(ANTARA PELESTARIAN ALAM DENGAN PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT)

1. PENDAHULUAN

Papua merupakan daerah yang memiliki kekayaan flora dan fauna yang sangat beragam dengan nilai keunikannya yang khas. Tingginya keanekaragaman flora dan fauna pada hutan tropis Papua. Kabupaten Mamberamo Raya yang memiliki luas kurang lebih 23.813,91 KM2, dengan DAS Mamberamo se luas 7.687.224 Km atau 18,83 % dari total luas DAS di Papua 40.834.951 Km, sangat berbeda dengan DAS yang lain, dengan adanya rawa pantai dan pada bagian tengah terdapat ngarai yang memotong pegunungan Foja-Van Rees. Bagian tengah sungai antara pegunungan ini dan pusat cordillera yang membentuk lahan basah yang luas dan dialiri anak sungai di lereng utara dari pusat pegunungan seperti halnya lereng selatan dari pegunungan Foja-Van Rees.

Dengan demikian aktifitas yang paling sering dilakukan oleh penduduk asli Mamberamo Raya adalah berburu, menangkap ikan dan buaya serta meramu baik sayuran dan sagu. 90% penghidupan penduduk asli bergantung pada sagu sebagai sumber kalori utama. Potensi sagu cukup besar, diperkirakan luasnya 60.000 Ha. Memancing, berburu secukupnya untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga dan sebagian untuk di jual. Aktifitas bercocok tanam yang dilakukan adalah menanam ubiubian dan pisang sebagai makanan pelengkap tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas. Perburuan buaya adalah yang paling utama untuk memasarkan kulitnya.Mamberamo dengan kondisi fisik wilayah yang bervariasi turut membentuk ekosistem serta tingkat keragaman hayati (Biodiversity) daerah tersebut. Ekosistemnya yang cukup lengkap, mulai dari daerah sungai, mangrove, rawa, danau, dataran rendah dan dataran tinggi membuat Mamberamo menjadi unik. Disamping biodiversity, Mamberamo pun kaya akan potensi sumberdaya alam yang lain, seperti potensi tambang, hutan, perikanan, serta debit sungai Mamberamo yang mampu menghasilkan energi listrik berkapasitas 10.000 Mega Watt.

Selain itu terdapat 250 spesies pohon yang telah berhasil diidentifikasi, juga spesies lain yang ditemukan antara lain 56 serangga air yang mana 17 diantaranya merupakan spesies baru, lebih dari 480 spesies ngengat, 23 jenis ikan air tawar dan beberapa diantaranya seperti Ikan Mas, Tawes, Lele dan Gabus merupakan spesies introduksi. Para peneliti juga telah mengidentifikasi 21 jenis Katak, 69 jenis Mamalia, 36 jenis Reptilia serta 143 burung dan 65 jenis diantaranya tergolong spesies endemik New Guinea. Di daerah Mamberamo berhasil ditemukan 115 spesies kupu-kupu dan beberapa diantaranya merupakan spesies dilindungi dan juga bernilai komersial. Untuk melindungi keunikan tersebut, maka ditetapkanlah Kawasan Suaka Margasatwa Mamberamo-Foja yang meliputi Daerah Aliran Sungai Mamberamo, daerah Pegunungan Gautter dan Pegunungan Karamor yang di dalamnya termasuk Distrik Mamberamo Hilir, Mamberamo Tengah, Mamberamo Hulu sampai ke Pantai Timur Kabupaten Sarmi.

Perkembangan berjalan, kemudian Mamberamo ditetapkan sebagai daerah Kabupaten yang mana upaya percepatan pembangunan merupakan pilihan yang harus dilakukan, terutama pembangunan infrastruktur untuk menunjang jalannya pemerintahan di daerah tersebut. Proses ini tentu membutuhkan Sumberdaya yang tidak sedikit, baik itu manusia, dana, sarana dan prasarana serta sumberdaya alam termasuk memanfaatkan segala kesempatan.

Upaya memacu percepatan pembangunan di wilayah ini, akan berimplikasi pada masyarakat serta lingkungan, terutama penduduk asli di wilayah tersebut. Sebab, pemerintah akan membuka ruang bagi keterlibatan berbagai aktor pembangunan, untuk bersamasama terlibat dalam pembangunan Mamberamo. Dalam proses tersebut, akan terjadi pemanfaatan lahanlahan serta sumberdaya alam milik masyarakat untuk membangun fasilitas-fasilitas umum, seperti kantor-kantor, rumah sakit, sekolah, dan lainlain. Seiring dengan pengalihan hak tersebut, maka sekaligus merubah fungsi lahan serta orientasi masyarakat terhadap lahan.

Proses pembangunan di wilayah tersebut, selayaknya direncanakan secara baik dan benar serta arif agar kemungkinan dampak yang akan muncul terutama terhadap masyarakat dan lingkungan, dapat diminimalisir.Untuk itu pemerintah perlu melakukan proses-proses pendampingan serta advokasi bagi hak-hak masyarakat asli di wilayah tersebut, dengan pembelajaran dari proses pembangunan yang berlangsung di Papua umumnya, untuk menjadi penting dilakukan sedini mungkin agar mendapat gambaran atau rona awal dari wilayah tersebut termasuk pola penguasaan tanah dan SDA oleh penduduk asli Mamberamo Raya.

2. FAKTA

Fakta menunjukan bahwa selama ini masyarakat di pinggiran hutan dibuat tak berdaya atau tak pernah diperhatikan baik pemerintah maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO). Karena semua lembaga bekerja demi kepentingannya baik pekerjaan yang diajukan atau pun pesanan proyek dari si pemberi dana sesuai proposal kepada funding.

Selama kesejahteraan mereka masih di bawah standar tentu upaya pelestarian alam akan menjadi sia-sia belaka" Pasalnya fakta menunjukan bahwa hampir sebagian besar masyarakat adat Papua di sekitar hutan masih hidup dalam kemiskinan. Walau sebenarnya mereka kaya karena memiliki hutan dan alam tetapi mereka tak berdaya hanya menjadi korban kebodohan para pemilik modal dan cukong kayu.

Para ahli biodiveritas yang dipimpin oleh Pusat Penelitian (Puslit) Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Conservartion International telah melaksanakan Rapid Assesment Program (RAP) di Kwerba dan Pegunungan Foya, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.Kini wilayah kawasan Cagar Alam Mamberamo Foja termasuk dalam Kabupaten Mamberamo Raya yang kaya akan keanekaragaman hayati.

Pembalakan hutan akibat investasi perusahaan-perusahaan HPH di sekitar kawasan Cagar Alam maupun Suaka Marga Satwa termasuk pula perdagangan satwa liar dan perburuan buaya muara atau Nieuw Guinea Crocodille. Ataupun masyarakat adat sekitar kawasan hutan hidup di tengah kemiskinan dan terpaksa harus menerima bujukan para cukong dan tekanan para penguasa. Kalau tidak ada upaya baik dari masyarakat peneliti dalam memberikan masukan bagi pemerintah tentunya yang terjadi adalah memberikan sebuah dokumentasi kepada masyarakat adat di sekitar Mamberamo mau pun masyarakat adat Papua bahwa dulunya di tempat ini pernah ada hidup spesies yang telah punah.

Terbentuknya Kabupaten Mamberamo Raya, menjadi alasan yang selalu diwacanakan pemerintah adalah memperpendek rentang kendali bagi segala urusan di wilayah pemekaran. Namun yang jelas pembukaan wilayah kabupaten baru membutuhkan ruang baru untuk kantor dan juga dana bagi pendapatan asli daerah (PAD). Tentunya potensi SDA menjadi sasaran utama karena hanya itu yang dimiliki Pemkab Mamberamo Raya. Memang hasil penelitian ini sangat menakjubkan tetapi masyarakat adat juga punya kemampuan untuk mengelola potensi yang ada terutama pengetahuan mereka tentang konservasi tradisional atau seringkali disebut kearifan lokal tradisional dalam memanfaatkan potensi tersebut. Sebenarnya wilayah-wilayah konservasi itu sudah mencakup wilayah-wilayah yang oleh masyarakat adat yang dianggap daerah sakral dan keramat. Dalam konservasi kita sebut dengan istilah zonasi-zonasi. Sedangkan yang wilayah sasi atau yang dilarang bisa termasuk zonasi inti.

Keterbatasan Sumberdaya manusia dari segi Mutu dan Kualitas Pendidikan sangatlah rentan akan kesenjangan antara masyarakat adat dengan masyarakat pendatang sehingga membuat batasan kesenjangan antara pribumi dengan pendatang.

3. KONSEP

a) Membangun Papua harus lewat hati :

Maksud dalam hal ini adalah dalam proses pembangunan Papua khusunya di Membramo Raya perlu dilakukan keseriusan tidak ada maksud buruk atau hanya memanfaatkan sumberdaya alam yang besar di Tanah Papua, sehingga dengan konsep ini pembangunan di Papua pastinya akan berjalan seiring dengan pembangunan manusia di Papua.

b) Re-Orientasi Kebijakan Pembangunan Pertanian

Dalam konteks persaingan global maka tugas sektor pertanian adalah Pembangunan lingkungan yang memungkinkan bagi setiap aktor (petani) untuk mampu mengembangkan diri menjadi petani yang kompetitif, bukan hanya secara domestik tetapi juga secara global. Lingkungan ini hanya dapat diciptakan secara efektif melalui kebijakan pembangunan pertanian yang simetris.

Kendala utama pemberdayaan petani lokal dalam pembangunan pertanian Papua secara umum adalah tidak simetrisnya kebijakan pembangunan pertanian dalam mengembangkan tanaman introduksi dan memberdayakan petani lokal (masyarakat lokal). Jelas terlihat bahwa seolah-olah pemerintah hanya mengejar pertumbuhan ekonomi melalui investasi pertanian.

Dampak dari kebijakan pembangunan pertanian Papua secara umum menyebabkan para transmigran akan lebih berhasil dan berdaya dibanding petani lokal yang semakin termajinalkan. Hal ini sependapat dengan para pandangan para ahli bahwa pada umumnya keberhasilan petani transmigran dikarenakan mereka sudah mampu membawa modal dan teknik bertani secara budidaya dari desa asal dan dasar pendidikan mereka yang relatif tinggi.

c) Pembangunan perlu memperhatikan nilai-nilai Budaya (Kearifan Lokal) yang ada di Masyarakat Membramo

Dalam pemanfaatan sumberdaya alamnya baik hutan, tambang dan sumberdaya alam lainnya perlu dipertimbangkan strategi konsep pembangunan kolaboratif antara pemerintah swasta dan masyarakat sehingga tercipta pengelolaan yang berkelanjutan. Adapun dasar / konsep pengelolaan adalah :

Memberikan seluas-luasnya tentang hak atas dasar kepemilikan lahan yakni masyarakat menuntut karena merasa bahwa mereka adalah pemilik hak ulayat yang sah.

Memberikan seluas-luasnya tuntutan masyarakat atas dasar nilai budaya yang penting dimana terdapat kearifan lokal atas pemanfaatan sumber daya alam. Hutan dan areal dikeramatkan karena memiliki kelebihan/kekhususan berbeda dengan tempat lain di wilayah tersebut.

Memberikan seluas-luasnya tuntutan atas dasar daya dukung hutan (tanah) secara ekonomi. Ketika hutan memiliki kandungan hasil hutan dengan harga yang tinggi, masyarakat menuntut untuk dibayar dengan penggantian yang sesuai. Bahkan hutan tersebut enggan diberikan bagi pengusaha HPH untuk dikelola karena akan merusak potensi yang ada dan membuat hewan buruan menjauh. Masyarakat memilih untuk mendapat dana tunai dibandingkan dalam bentuk program karena lebih dapat dimanfaatkan secara pribadi dan langsung.

d) Percepatan Pembangunan dengan tidak merubah fungsi lingkungan dan sosial budaya

Perspektif sosial dan budaya merupakan proses perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan pola pikir, gagasan dan ide-ide manusia mengakibatkan terjadinya perbedaan dengan keadaan sebelumnya dengan keadaan yang sedang dihadapi seperti perubahan struktur, fungsi budaya baik dalam wujud penambahan unsur baru atau pengurangan dan penghilangan unsur lama bisa dalam manifestasi kemunduran (regress) dan bisa juga kemajuan (progress).

Maka dalam proses pembangunan Papua perlu dilandaskan:

Umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat penduduk asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan, oleh karena itu koleborasi pembangunan sangat perlu diperhatikan guna mendukung hak-hak dasar masyarakat lokal serta tidak mengindahkan pembangunan dari sisi infrastruktur.

Memberikan ruang seluas-luasnya dalam proses pembangunan, dengan cara komunikasi secara intensif guna mengetahuikeinginan dasar dan hak-hak dasar yang dimiliki, sehingga pembangunan dapat berjalan dengan dua arah bukan hanya dasar keinginan pemerintah.

Percepatan pembangunan bukan dari fisik semata akan tetapi pembangunan harus berawal dari sektor pendidikan, jaminan kesehatan dan jaminan sosial bagi penduduk asli Papua.

4. KESIMPULAN

Bagi masyarakat Membramo, sumberdaya alam merupakan salah satu kekayaan sosial budaya karena pemanfaatan dan proses sosial budaya yang terjadi didalamnya.

Strategi yang tepat bagi pembangunan masyarakat dimembramo adalah dengan komunikasi yang jelas, melibatkan masyarakat dalam kegiatan, ada insentif yang memadai sebagai penghargaan atas hak atas tanah.

Sumberdaya alam yang kaya di wilayah ulayat masyarakat dengan keterbatasan kualitas sumber daya manusia mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak maksimal karena itu perlu peningkatan kualitas SDM lewat pendidikan dan pelatihan.

Perlu penataan batas wilayah dan perencanaan pembangunan yang memadai sehingga tidak terjadi konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya.