Perempuan dalam bencana

15
PEREMPUAN DALAM PEREMPUAN DALAM BENCANA BENCANA oleh : oleh : RAHMAWATI RAHMAWATI

description

 

Transcript of Perempuan dalam bencana

Page 1: Perempuan dalam bencana

PEREMPUAN PEREMPUAN DALAM DALAM

BENCANABENCANA

oleh : oleh : RAHMAWATIRAHMAWATI

Page 2: Perempuan dalam bencana

Pengantar…

Para ahli mengkategorikan dua jenis bencana yaitu yang disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) dan oleh ulah manusia. Indonesia salah satu negara yang paling lengkap dengan kedua penyebab ini.

Bencana alam di Aceh pada tahun 2004 telah memberikan kesadaran baru bagi bangsa Indonesia bahwa kita hidup di negara yang rawan bencana.

Tidak ada pilihan untuk hidup dengan kondisi ini.Setiap fenomena alam sangat potensial untuk berkembang menjadi bencana lainnya seperti kemiskinan, tidak adanya pendidikan. Kita dapat belajar dari penanggulangan bencana di masa tanggap darurat yang terjadi di Aceh (2004) dan Jogjakarta (2006)

Page 3: Perempuan dalam bencana

Dalam manajemen penanggulangan bencana,korban sering kali dianggap satu entitas dan cara memperlakukannya pun sama dalam pemberian bantuan. Kenyataannya, dampak bencana bagi lakilakidan perempuan berbeda. Analisis jender dalam distribusi bantuan menjadi penting, karena sebagianbesar korban adalah perempuan, anak-anak, dan orang tua. Dalam bencana gempa misalnya, kebanyakan perempuan menjadi korban karena mereka tinggal di rumah dengan anak-anaknya. Ketika gempat terjadi, mereka cenderung untuk menyelamatkan anaknya lebih dahulu dan dirinya berada dalam bahaya. Di aceh dan jogja, banyak perempuan yang meninggal sedang memeluk anaknya atau melindungi anaknya dari reruntuhan bangunan.

Page 4: Perempuan dalam bencana

KEBUTUHAN SPESIFIK PEREMPUANKEBUTUHAN SPESIFIK PEREMPUAN

Gempa dan Tsunami Aceh mencatat bahwa kematian perempuan lebih tinggi30-40 persen dibanding laki-laki. Mereka tinggal di rumah sehingga tidakterlalu kuat untuk berlari ke tempat yang lebih tinggi sambil membawa ataumenggendong anak-anaknya. (Oxfam, UNFPA, 2005).

Untuk pengungsi perempuan yang sedang menyusui, anaknya menghadapi masalah serius. Tanpa makanan bergizi, produksi susu ibu untuk anak akan menurun dan mengakibatkan kurang gizi bagi bayinya. Perempuan membutuhkan susu formula. Kadang mereka menerima bantuan susu, tetapi batas waktu pemakaiannya sudah kadaluarsa. Pengungsi perempuan yang sedang hamil juga mengalami kekurangan gizi, dan kadang terjadi keguguran. Jika tidak ditangani serius maka akibatnya bisa fatal.

Hal lain yang mendasar tetapi sering diabaikan adalah masa menstruasiperempuan. Dalam kondisi darurat, perempuan butuh pembalut wanita. Ketikatidak ada, mereka hanya menggunakan kain apapun untuk mengatasi masamenstruasinya.

Page 5: Perempuan dalam bencana

Wanita Aceh yang hidup di dalam tradisi agama yang ketat sering menghadapimasalah-masalah. Barak pengugnsi sering tidak mempunyai pembatas yangmenjadikan mereka kesulitan untuk mendapatkan privasi saat ingin bergantipakaian dan menyusui. Wanita tidak merasa nyaman di ruang terbuka bersamapara pria. Ini karena pelecehan sexual mudah terjadi. Karena fasilitas mandi,mencuci dan kakus sangat terbatas, pengungsi terpaksa harus antri. Bagi wanita Aceh yang perlu menutup seluruh tubuhnya, tentu ini sangat sulit untuk hidup dengan hambatan-hambatan seperti itu.

Masalah-masalah yang digambarkan di atas menunjukan bahwa dampak daribencana bagi wanita berbeda sehingga mereka juga membutuhkan bantuan yang berbeda pula. Selama tanggap darurat, bantuan diberikan ke korban sering hanya berupa mie instan, beras dan banyak makanan kaleng. Barang-barang ini penting tetapi tidaklah cukup; donatur sering lupa memberi wanita pakaian dalam, baju wanita yang sesuai dengan budaya setempat (contoh, gaun panjang untuk budaya Aceh), makanan anak, pembalut wanita, dan kebutuhan-kebutuhan wanita lainnya.

Page 6: Perempuan dalam bencana

Di Aceh ada sekelompok wanita yang telah menjadi kepala keluarga setelahkehilangan suami dalam pertempuran.

Setelah tsunami, kemampuan janda-janda ini dalam berorganisasi terbukti sangat membantu di dalam proses rekonstruksi dan rehabilitasi. Semua anggota segera

membangun tempat perlindungan dan dapur umum, dan mengorganisaikan distribusi bantuan. Ketika kelompok ini menjadi pintu dan saluran

untuk bantuan, para wanita melakukan kontrol yang lebih ketat kepada pengelolaan bantuan yang masuk ke desa-desa dan mereka mampu memberi perhatian lebih kepada

kebutuhan-kebutuhan wanita.

Partisipasi wanita juga terlihat di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, setelahgempa tektonik menghantam wilayah ini pada 27 Mei 2006. Difasilitasi oleh

Solidaritas Perempuan Kinasih, para wanita di kecamatan ini mendirikan PusatWanita yang menjadi pusat kegiatan wanita. wanita-wanita inii mengorganisasi

mereka sendiri dan membuat organisasi simpan pinjam yang mampu memberikan wanita-wanita ini modal usaha supaya bisa memulai lahi ekonomi keluarga mereka. Dengan

demikian, kelompok-kelompok usaha seperti menjahit, ternak lobster, dan kripik ketela dibuat dan terbukti sangat membantu dalam perolehan pendapatan tambahan bagi

keluarga.

Belajar dari Kejadian Pasca Bencana

Page 7: Perempuan dalam bencana

GENDER DAN BENCANAGENDER DAN BENCANA

Bencana adalah kehidupan keseharian Bencana adalah kehidupan keseharian masyarakat Indonesia yang harus disikapi masyarakat Indonesia yang harus disikapi dengan bijakdengan bijak

Respon sistematis terhadap bencana Respon sistematis terhadap bencana diperlukan, baik melalui disaster diperlukan, baik melalui disaster preparedness, tahap emergency ketika preparedness, tahap emergency ketika bencana terjadi, dan tahap recovery yang bencana terjadi, dan tahap recovery yang mencakup rekonstruksi dan rehabilitasimencakup rekonstruksi dan rehabilitasi

Page 8: Perempuan dalam bencana

Respon ini juga harus disusun dengan Respon ini juga harus disusun dengan memperhitungkan stratifikasi sosial yang memperhitungkan stratifikasi sosial yang ada di masyarakat berdasarkan ras, suku, ada di masyarakat berdasarkan ras, suku, agama, status ekonomi, keadaan geografis agama, status ekonomi, keadaan geografis dan juga gender.dan juga gender.

Salah satu isu kunci yang menjadi concern Salah satu isu kunci yang menjadi concern dalam peredaman resiko bencana adalah dalam peredaman resiko bencana adalah dengan memastikan bahwa analisis gender dengan memastikan bahwa analisis gender menjadi perspektif yang terintegrasi menjadi perspektif yang terintegrasi didalamnya, yang berkaitan erat dengan didalamnya, yang berkaitan erat dengan trauma psikologis yang dialaminya.trauma psikologis yang dialaminya.

Page 9: Perempuan dalam bencana

Faktor yang Mempengaruhi Implikasi Faktor yang Mempengaruhi Implikasi Psikososial Perempuan dalam BencanaPsikososial Perempuan dalam Bencana

Gambaran Umum tentang dirinyaGambaran Umum tentang dirinya Dukungan sosial yang diterimanyaDukungan sosial yang diterimanya Kapasitas berpikir dan penyesuaian diriKapasitas berpikir dan penyesuaian diri Tingkat keparahan Tingkat keparahan Pengalaman traumatikPengalaman traumatik

Page 10: Perempuan dalam bencana

Kompetensi Penaggulangan Kompetensi Penaggulangan Bencana bagi Perempuan Bencana bagi Perempuan

Pemahaman diri sendiriPemahaman diri sendiri Kesiagaan dalam bencanaKesiagaan dalam bencana Pendampingan KeluargaPendampingan Keluarga

Page 11: Perempuan dalam bencana

1.Pemahaman diri sendiri1.Pemahaman diri sendiri

Memahami potensi diri sendiriMemahami potensi diri sendiri Memahami apa yang dimilikiMemahami apa yang dimiliki Mengerti apa yang harus dilakukanMengerti apa yang harus dilakukan

Page 12: Perempuan dalam bencana

Kaum perempuan sebagai korban bencana tidak lagi menyalahkan diri, dapat menerima keberadaannya, mulai tumbuh penghargaan terhadap diri sendiri.

Bahkan mereka merasa aman, nyaman dengan segala perasaan yang dimilikinya baik positif, negatif maupun bersifat normal serta mampu membawa suasana positif bagi lingkungannya. Berupaya bersinergi dengan kelompok dan memperoleh dukungan dan motivasi dari anggota kelompoknya dalam melakukan berbagai aktivitas bersama

Page 13: Perempuan dalam bencana

2.Kesiagaan dalam bencana2.Kesiagaan dalam bencana

Kesiagaan perempuan dalam menghadapi bencana dilakukan melalui upaya membekali diri dengan pengetahuan tentang bencana baik secara fisik maupun psikologis

Selain itu perlu juga kesiapan secara psikologis dengan melakukan persiapan mental dalam rangka pemulihan saat terjadi bencana baik yang menimpa diri sendiri atau orang-orang disekitar diri kita.

Pendekatan yang lebih fokus pada penanganan individu dengan gangguan psikologis/mental ini disebut dengan pendekatan klinis. Misalnya penanganan trauma kolektif yang melampaui permasalahan trauma individu.

Page 14: Perempuan dalam bencana

3.Pendampingan Keluarga3.Pendampingan Keluarga

Intervensi keluarga didefinisikan sebagai pendekatan yang menekankan pada cara cara bagaimana keluarga dapat bertahan dalam mengatasi kehilangan atau kerusakan yang dirasakan dan dialami secara kolektif.

Pemulihan diartikan sebagai suatu proses mengembalikan keluarga, agar setelah peristiwa traumatis terjadi dapat menjadi kuat secara kolektif, berfungsi sebagai anggota masyarakat secara optimal, dan memiliki ketangguhan menghadapi masalah sehingga menjadi produktif, berdaya guna bagi lingkungannya. Disini peran perempuan sangat diperlukan

Page 15: Perempuan dalam bencana

Beberapa tantangan…Beberapa tantangan… Tantangan melibatkan perempuan di masa tanggap darurat

adalah mereka sibuk untuk mengurusi anak-anak dan orang tua, sehingga sulit untuk meninggalkan tempat-tempat pengungsian.

Mobilisasi mereka sangat terbatas. Ini juga terkait dengan kondisi fisik dan mental pasca bencana

Namun, peran domestik perempuan merupakan alasan terkuat untuk terlibat dalam proses penyebaran informasi mengenai kebutuhan bantuan. Karena mereka yang paling mengetahui kebutuhan anak dan orang tua di masa tanggap darurat.