Peremajaan Minyak Goreng

19
PAPER MAKALAH KIMIA INDUSTRI PENJERNIHAN MUTU MINYAK GORENG BEKAS MENGGUNAKAN ABSORBEN ZEOLIT TERAKTIVASI Disusun oleh: M.Habib.Firdaus: 132110007 Widya Cahya Nugrahaeni 132110015 Program Studi Teknologi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia 1

description

PEREMAJAAN MINYAK GORENG- KIMIA INDUSTRI

Transcript of Peremajaan Minyak Goreng

Page 1: Peremajaan Minyak Goreng

PAPER MAKALAH KIMIA INDUSTRIPENJERNIHAN MUTU MINYAK GORENG BEKAS

MENGGUNAKAN ABSORBEN ZEOLIT TERAKTIVASI

Disusun oleh:M.Habib.Firdaus: 132110007

Widya Cahya Nugrahaeni 132110015

Program Studi Teknologi Industri PertanianInstitut Teknologi Indonesia

1

Page 2: Peremajaan Minyak Goreng

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Minyak Goreng Bekas

Minyak goreng bekas merupakan minyak goreng yang sudah digunakan baik satu kali maupun berulang-ulang dan tingkat kerusakan minyak sebanding dengan interval penggorengan .

Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam rninyak. Oksidasi minyak akan menghasilkan senyawa aldehida, keton, hidrokarbon, alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir. Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng te rjadi karena reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti dengan terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap di dasar tempat penggorengan (Ketaren, 1986).

Di Indonesia Standar mutu minyak goreng diatur dalam SNI-3741-1995 seperti pada data sebagai berikut:

Data Standar Nasional Indonesia minyak goreng

1. Bau Normal2. Rasa Normal3. Warna Muda jernih4. Kadar Air Maksimal 0,3%5. Berat Jenis 0,9 gram/L6. Asam Lemak bebas Max.0,3%7. Angka Peroksida Max. 2 meg/Kg8. Angka Iodium 45 -46

2

Page 3: Peremajaan Minyak Goreng

9. Angka Penyabunan 196- 20610. Titik Asap min 200 ºC11. Indeks Bias 1,448 – 1,45012. Cemaran Logam :

a. Besi Maksimal 1,5 mg/Kgb. Timbal Maksimal 0,1 mg/Kgc. Tembaga Maksimal 40 mg/Kgd. Seng Maksimal 0,05 mg/Kge. Raksa Maksimal 0,1 mg/Kgf. Timah Maksimal 0,1 mg/Kgg. Arsen Maksimal 0,1 mg/Kg

Sumber :Dewan Standarisasi Nasional, 1995

Kerusakan yang utama pada minyak yang dapat diamati secara visual adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebabkan oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak dan peningkatan bilangan peroksida dan TBA, serta dihasilkan senyawa aldehida dan keton ,Kerusakan lain akibat proses penggorengan adalah adanya kotoran yang berasal dari bumbu yang digunakan dari bahan yang digoreng . Selama penggorengan sejumlah kecil bahan pangan akan terdispersi dalam minyak atau berada pada permukaan minyak yang mengakibatkan perubahan warna dan perubahan cita rasa .

Kerusakan minyak goreng dapat terjadi selama proses penggorengan, hal ini akan mempengaruhi kualitas minyak dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Ada beberapa penyebab kerusakan minyak goreng yaitu: kerusakan karena oksidasi, polimerisasi dan hidrolisis .Pada saat makanan digoreng, sebagian minya terabsorbsi ke dalam makanan, mendesak air keluar dari makanan. Komponen bahan makanan yang larut dalam air ikut terbawa keluar, demikian pula bahan yang mencair

3

Page 4: Peremajaan Minyak Goreng

dengan pemanasan, menyebabkan warna minyak berubah. Molekul trigleserida akan terpecah menjadikomponen volatile dan non-volatil yang larut dalam minyak dan mempengaruhi aroma makanan yang digoreng (Yates dan Caldwell dalam Rukmini 1998). Disamping itu terjadi kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak tak jenuh ganda yang penting bagi tubuh .

Kerusakan karena oksidasi dapat terjadi karena otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Otooksidasi ini dimulai dari pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan karena faktor-faktor yang mempercepat reaksi, misalnya: cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co dan karena adanya enzim lipoksigenase. Akibat dari kerusakanan minyak karena oksidasi dapat timbul bau tengik pada minyak maupun degradasi rasa dan aroma .

Kerusakan minyak yang kedua adalah terbentuknya polimerisasi addisi dari asam lemak tak jenuh, sehingga membentuk senyawa polimer yang menyerupai gum yang mengendap di dasar tempat penggorengan. Kerusakan minyak yang ke tiga adalah hidrolisis, hal ini disebabkan karena adanya air, Yang dapat mengalami hidrolisis adalah ester, yang pecah menjadi gliserol dan asam lemak. Penetralan adalah suatu reaksi antara asam dengan basa, sehingga menghasilkan suatu senyawa yang netral. Dalam proses penetralan sebagai asamnya adalah asam lemak sedangkan sebagai basanya umumnya digunakan soda api (NaOH) ataupun garam sodium karbonat (Na2CO3) dan telah dicoba menggunakan sodium bikarbonat (NaHCO3=soda kue). Karena sodium atau natrium merupakan logam alkali yang mudah sekali melepaskan elektronnya sehingga bermuatan positip sedangkan bikarbonat (HCO3-) merupakan ion yang mudah terhidrolisis. Ion bikarbonat (HCO3-)

4

Page 5: Peremajaan Minyak Goreng

dalam air akan lepas menjadi CO2.dan H2O . Keduanya merupakan senyawa sisa asam lemah, sehingga dalam air mengalami hidrolisis (Vogel, 1990). Natrium bikarbonat dapat digunakan dalam pembuatan roti untuk bahan pengembang, karena saat adonan roti dipanaskan CO2 dari soda kue akan keluar dan mengangkat adonan roti tersebut. Jika CO2 sudah keluar Na+ akan tertinggal dalam roti tersebut, tetapi tidak begitu banyak sehingga tidak berbahaya jika dimakan, seperti Na+ dari garam dapur juga tidak berbahaya jika dimakan, selain itu Na+ termasuk mineral yang kita butuhkan .

Natrium bikarbonat berbentuk serbuk kering berwarna putih, jika dilarutkan dalam air timbul gelembung-gelembung udara yaitu CO2, sehingga digunakan untuk membuat minuman penyegar (soft drink). Hal ini berarti dalam larutan akan terbentuk ion Na+ untuk mengikat asam lemak bebas dalam minyak goreng. Minyak goreng merupakan bahan organik yang tidak larut dalam larutan anorganik (Na+), tetapi asam lemak bebas merupakan asam lemah yang dapat larut dalam air, sehingga adanya ion Na+ akan mengikat asam lemak bebas. Agar reaksi dapat sempurna diperlukan pengocokan atau pengadukan untuk mengkontakkan asam lemak bebas yang ada dalam minyak dengan ion Na+. Dalam laboratorium prinsip ini disebut dengan ekstraksi, untuk itu dapat digunakan corong pisah untuk ekstraksi cair-cair .

BAB IIISI

1. Zeolite

5

Page 6: Peremajaan Minyak Goreng

Zeolite merupakan mineral yang teridiri dari Kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alakali atau alakali tanah dalam kerangka tiga dimensinya. Ion-ion logam itu dapat tersebut dapat diganti oleh kation lain tanpa merusak struktur zeolite dan dapat menyerap air secara reversible . Kerangka dasar setruktur zeolit terdiri dari unit-unit tretrahedral AlO4 dan SiO4 yang saling berhubungan melalui atom O dan didalam setruktur tersebut Si4+ dapat diganti dengan Al3+ sehingga rumus empiris zeolit menjadi:

M2/nO.Al2O3.xSiO2.yH2O

M = ktion alkali atau alkali tanah

N = Valensi logam alkali

X = Bilangan tertentu (2 s/d 10)

Y= Blangan Tertentu (2 s/d 7)

Jadi zeolit terdiri dari tiga komponen yaitu kation yang dipertukarkan, kerangkan aluminosilikat dan fase air. Ikatan ion Al-Si-O membentuk struktur Kristal sedangka logam alkali merupakan sumber kation yang mudah dipertukarkan. Struktur zeolit bernuatan ion AL3+ lebh kecil daripada Si4+ maka ion Al3+ cenderung bersifat negative dan mengikat kation alkali atau alakali tanah untuk dinetralkan muatannya. Kation alkali atau alakali tanah dalam zeolit inilah yang selanjutnya daimanfaatkan dalam proses ion exchange

Sifat-sifat yang penting dari zeolit adalah pertukaran ion, adsorpsi dan kestabilan struktur zeolit. Pertukaran ion yang terjadi di dalam kerangka struktur zeolit adalah proses yang melibatkan penggantian ion-ion yang dapat tertukar dengan ion bermuatan sejenis yang berasal dari larutan dalam jumlah ekivalen yang sama. Proses ini diawali oleh interaksi zeolit

6

Page 7: Peremajaan Minyak Goreng

dengan larutan yang mengandung senyawa logam, kemudian ion logam tersebut akan tertarik ke dalam sistem pori zeolit. Reaksi pertukaran ion dapat dituliskan sebagai berikut :

2Na+ (Z) + M2+ - M2+ (Z) + 2 Na+

Kapasitas pertukaran kation dapat didefinisikan sebagai banyaknya jumlah kation yang dapat tertukar pada penukar kation untuk setiap satuan berat zeolit dan dinyatakan dalam miliekivalen per gram zeolit. Kapasitas pertukaran kation zeolit antara lain ditentukan oleh harga perbandingan Si/Al. Zeolit yang memiliki perbandingan Si/Al rendah akan mempunyai kapasitas pertukaran ion yang lebih tinggi daripada zeolit yang memiliki perbandingan Si/Al tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi perbandingan Si/Al maka jumlah muatan negatip pada struktur zeolit semakin sedikit, sehingga kation yang terikat akan makin sedikit pula.

Penggunaan zeolit merupakan upaya untuk memanfaatkan zeolit sebagai bahan adsorben dengan harga murah dan aman. Zeolit alam yang telah diaktivasi mempunyai kemampuan sebagai adsorben. Proses aktivasi menyebabkan terjadinya perubahan perbandingan Si/Al, luas permukaan meningkat, dan terjadi peningkatan porositas zeolit (Setiadji, 1996 dalam Ahmadi, 2009). Hal ini akan berdampak pada kinerja zeolit, yaitu kemampuan adosprsi zeolit akan meningkat sehingga lebih efisien dalam pemurnian minyak .

Proses aktivasi dapat dilakukan baik secara fisikawi maupun kimiawi. Aktivasi secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan asam-asam mineral atau basa-basa kuat. Perbandingan Si/Al dapat dimodifikasi menggunakan asam-asam

7

Page 8: Peremajaan Minyak Goreng

mineral mendapatkan bahwa perlakuan asam pada clinoptilolit dapat meningkatkan porositas dan kapasitas adsorpsi untuk molekul-molekul yang relatif besar. Polaritas zeolit bergantung pada perbadingan Si02/Al203 yang terkandung dalam zeolit. Polaritas menurun dengan meningkatnya perbandingan Si02/Al203 Zeolit, biasanya dilengkapi lebih dari satu sisi untuk pertukaran kation. Jumlah ekuivalen elektrokimia kation yang dibutuhkan untuk keseimbangan muatan anionik lebih kecil daripada jumlah total yang dapat .

Aktivasi secara fisikawi dilakukan dengan pamanasan pada suhu tinggi. Pemanasan ini akan melepaskan air yang terangkap pada pori-pori kristal zeolit. Aktivasi secara fisikawi ini akan meningkatkan luas permukaan pori-pori zeolit (Sutarti dan Rachmawati, 1994). Menurut Hardjatmo dan Selinawati (1996) pemanasan zeolit akan meningkatkan porositas (Ahmadi, 2009).

Zeolit alam yang sudah diaktivasi dengan asam mineral (H2SO4), akan lebih tinggi daa pemucatnya karena asam mineral (H2SO4), akan lebih tinggi daya pemucatnya karena asam mineral tersebut bereaksi dengan komponen berupa garam Ca dan Mg yang menutupi pori-pori adsorben. Disamping itu asam mineral melarutkan Al2O3 sehingga dapat menaikkan perbandingan jumlah SiO2 dan Al2O3 dari (2-3) : 1. Zeolit dengan perbandingan jumlah SiO2 dan Al2O3 tinggi bersifat hidrofolik dan akan menyerap molekul yang tidak polar .

2. Warna

Menurut Kusumastuti, perlakuan dengan zeolit aktif dilihat secara visual tidak mengurangi warna minyak, karena telihat masih merah kecoklatan. Pengukuran absorban pada panjang

8

Page 9: Peremajaan Minyak Goreng

gelombang 448 nm menunjukkan bahwa perlakuan dengan zeolit pada minyak bekas sedikit menurunkan absorban dari 1,04 dengan 0 % zeolit menjadi 0,98 dengan 10 % zeolit. Dalam hal ini kekeruhan berkurang atau bertambah jernih karena pertikel penyebab kekeruhan dapat diserap zeolit. Dalam hal ini zeolit aktif dan zeolit alam pengaruhnya tidak beda nyata.

Sedangkan hasil penelitian Ahmadi (2009), menunjukkan bahwa pemurnian minyak goreng bekas penggorengan keripik tempe dengan menggunakan zeolit yang sudah diaktivasi menunjukkan terjadi penurunan nilai absorbansi dibandingkan dengan bahan baku minyak bekas penggorengan keripik tempe sebelum perlakuan. Keadaan ini menunjukkan bahwa zeolit mampu menyerap senyawa-senyawa yang mempengaruhi warna minyak bekas penggorengan keripik tempe. Warna minyak bekas penggorangankeripik tempe diduga berasal dari reaksi Maillard antara protein dengan produk hasil oksidasi lemak. Menurut King et al. (1992), pada proses oksidasi dihasilkan senyawa-senyawa aldehida yang dapat bereaksi dnegan protein melalui jalur reaksi Maillard sehingga dihasilkan warna coklat.

Aktivasi kimia (normalitas HCl) dan fisik (suhu) yang berbeda menghasilkan warna minyak yang berbeda. ada perlakuan HCl 6 N dan suhu 400 ºC ini nilai absorbansi menunjukkan angka terendah (0,475). Peningkatan normalitas HCl dan suhu aktivasi menunjukkan kecenderungan penurunan absorbansi yang berarti warna makin cerah.

Aktivasi kimia (HCl) dan fisik (suhu) yang tepat akan menghasilkan zeolit yang baik sebagai adsorben. Perlakuan asam anorganik pada zeolit menyebabkan perbandingan Si/Al meningkat dan pembentukan mesopori. Perubahan sifat ini mempengaruhi kapasitas adsorpsi. Semakin besar kapasitas

9

Page 10: Peremajaan Minyak Goreng

adsorpsi maka warna yang diserap meningkat sehingga warna semakin cerah .

Aktivasi menggunakan asam menyebabkan pembentukan struktur mesopori dan perubahan perbandingan Si/Al, yaitu perbandingan Si/Al meningkat karena pelepasan Al dari struktur zeolit. Porositas partikel mem-berikan sifat adsorpsi zeolit yang tinggi. Perlakuan termal dapat menaikkan Si/Al sehingga adsorpsi menjadi lebih efektif dan dapat menaikkan kapasitas adsorpsi. Oleh karena itu, semakin tinggi suhu aktivasi, diduga sebagian Al terlepas dari struktur zeolit sehingga meningkatkan perbansingan Si/Al. Akibatnya kapasitas adsorpsi zeolit mengalami peningkatan yang berdampak pada penurunan warna yang lebih baik.

3. Kadar Asam Lemak Bebas

Kadar asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang setara dengan mg KOH/g lemak atau minyak. Asam lemak bebas ini bisa terjadi karena kerusakan minyak akibat hidrolisis trigliserida (lemak).

Menurut penelitian kusumastuti, pemakain zeolite 10% mampu mampu menurunkan angka asam dari 4,63 sampai 4,31 mg KOH/g atau pengurangan 7% dari semula. Sedangkan menurut hasil penelitian Ahmadi (2009), menunjukkan bahwa aktivasi zeolit dengan HCl 6 N dan suhu 500 ºC menghasilkan kinerja zeolit yang lebih baik dalam menurunkan jumlah asam lemak bebas. Perlakuan normalitas HCl 6 N dan suhu 500 ºC mampu memodifikasi zeolit alam menjadi adsorben yang baik.Pada proses adsorpsi pengikatan terjadi bila senyawa tertahan pada sisi aktif (mesopori) yang terbentuk akibat perlakuan asam. Zeolit alam mempunyai karakter porositas

10

Page 11: Peremajaan Minyak Goreng

primer dan skunder. Porositas primer (mikro) dihasilkan dari struktur spesifik kristalin partikel zeolit yang bergantung pada komposisinya.

Perlakuan aktivasi dapat menyebabkan terbentuknya porositas skunder. Penggunaan HCI menyebabkan peningkatan perbandingan Si/Al akibat penurunan Al (dealuminasi). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan normalitas HCl yang digunakan. Perlakuan asam untuk mengubah perbandingan komposisi Si/A1 berakibat pada perubahan porositas dan kapasitas adsorpsi zeolit. Perlakuan asam pada mordenit menyebabkan terjadinya ekstraksi aluminium dan perubahan sifat, akan tetapi tidak menyebabkan perubahan struktur mendapatkan bahwa perlakuan asam pada clinoptilolit dapat meningkatkan porositas dan kapasitas adsorpsi untuk molekul-molekul yang relatif besar. Proses ini bergantung pada beberapa faktor antara lain; jenis asam, waktu perlakuan, temperatur perlakuan, dan sejarah termal zeolit.

Asam lemak bebas mempunyai ujung karboksil yang polar, sehingga ada kemungkinan teradsorbsi oleh zeolit yang sifatnya polar. Kecilnya daya serap zeolit terhadap asam lemak bebas mungkin disebabkan karena ukuran mlekul asam lemak yang relative besar, dan sifatnya nonpolar dari rantai hidrokarbon sehingga sukar tertahan oleh zeolit. Namun demikian zeolit yang diaktifkan mempunyai kemampuan lebih besar dalam menyerap asam dibandingkan zeolit alam.

4.Bilangan Anisidin

Aktivasi zeolit alam dengan normalitas HCl dan suhu yang berbeda menunjukkan kinerja yang berbeda. Kisaran bilangan

11

Page 12: Peremajaan Minyak Goreng

anisidin setelah perlakuan zeolit menunjukkan penurunan dari bahan baku semula 54,78 menjadi ata-rata 40,98 sampai 50,05.

Penurunan bilangan anisidin setelah penambahan zeolit tersebut karena zeolit alam yang telah diaktivasi mengalami modifikasi. Aktivasi dengan HCl dan suhu menyebabkan perbandingan Si/Al berubah sehingga porositas meningkat dan polaritas juga berubah. Perlakuan asam untuk mengubah perbandingan komposisi Si/Al yang berakibat terjadi perubahan porositasdan kapasitas adsorpsi zeolit. Proses aktivasi menyebabkan terjadinya perubahan perbandingan Si/Al, luas permukaan meningkat, dan terjadi peningkatan porositas zeolit Perlakuan suhu tinggi pada zeolit akan membentuk kembali struktur setelah perlakuan asam. Selain itu suhu tinggi menyebabkan meningkatkan luas permukaan zeolit., menyatakan bahwa aktivasi secara fisikawi (suhu) akan meningkatkan luas permukaan pori-pori zeolit.

Pemanasan zeolit akan meningkatkan porositas mikro dan mesopori bertanggung jawab untuk adsorpsi; perpindahan molekul-molekul pada makropori menuju sisi adsorpsidalam padatan. Zeolit alam mempuyai karakter porositas primer dan skunder. Porositas primer (mikro) dihasilkan dari struktur spesifik kristalin partikel zeolit yang tergantung pada komposisinya. Perlakuan aktivasi dapat menyebabkanterbentuknya porositas skunder. Pembentukan porositas ini menyebabkan zeolit mampu mengikat produk aksidasi sekunder yang terkandung dalam minyak bekas penggorengan.

BAB IIIPENUTUP

12

Page 13: Peremajaan Minyak Goreng

Kesimpulan

Minyak goreng bekas dapat ditingkatkan mutunya melalui proses adsoprsi menggunakan zeolit alam aktif, karena Zeolit alam yang telah diaktivasi mempunyai kemampuan sebagai adsorben. Proses aktivasi menyebabkan terjadinya perubahan perbandingan Si/Al, luas permukaan meningkat, dan terjadi peningkatan porositas zeolit Hal ini akan berdampak pada kinerja zeolit, yaitu kemampuan adosprsi zeolit akan meningkat sehingga lebih efisien dalam pemurnian minyak .

BAB IVDAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2009. Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi Pada Penjernihan Minyak Bekas Penggorengan Keripik Tempe. Jurnal Teknologi

Pertanian Vol. 10 No. 2

Gunstone, F.D. 1996. Fatty Acid and Lipid Chemistry. Blackie Academic & Professional, Glasgow dalam Ahmadi. 2009. Kinerja

Zeolit Alam Teraktivasi Pada Penjernihan Minyak Bekas Penggorengan Keripik Tempe. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10

No.2

13

Page 14: Peremajaan Minyak Goreng

Ketaren, s. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Ed.6 Universitas Indonesia dalam Kusumastuti. 2004. Kinerja Zeolit dalam Memperbaiki Mutu Minyak Goreng Bekas. Jurnal.

Teknol. Dan Industri Pangan : Vol. XV

Kusumastuti. 2004. Kinerja Zeolit Dalam Memperbaiki Mutu Minyak Goreng Bekas. Jurnal Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. xv,

No. 2

Rukmini, A. 1998. Kajian Perlakuan Minyak Goreng Bekas Dengan Beberapa Bahan Tanaman Bersilikat. Tesis, FTP-UGM dalam Kusumastuti. 2004. Kinerja Zeolit Dalam Memperbaiki Mutu

Minyak Goreng Bekas. Jurnal Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. xv, No. 2

Netti, H. Lemak dan Minyak .[online], http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-netti.pdf./. diakses 10

Nopember 2007 dalam Suseno. 2006. Optimalisasi Proses Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Dengan Adsorben Zeolit Alam.

Surakart : USB

Subagjo. 1998. Zeolit. Bandung : Laboratorium Konversi Termokimia, Institut Teknologi Bandung dalam Widayat,

Suherman dan Haryani. 2006. Proses Adsorbsi Minyak Goreng Bews Dengan Adsorbent Zeolit Alam : Studi Penguwngan

Blbangan Asam. Jurnalteknik Gelagar Vol. 17, No 01, April 2006 : 77 – 82

14

Page 15: Peremajaan Minyak Goreng

Sudarmadji, S. 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty dalam Suseno. 2006. Optimalisasi Proses Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Dengan Adsorben Zeolit

Alam. Surakart : USB

Sutarti, M., dan Rachmawati, M. 1994. Zeolit Tinjauan Literatur. PDII LIPI, Jakarta dalam Ahmadi. 2009. Kinerja Zeolit Alam

Teraktivasi Pada Penjernihan Minyak Bekas Penggorengan Keripik Tempe. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 2

Suseno. 2006. Optimalisasi Proses Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Dengan Adsorben Zeolit Alam. Surakart : USB

Warastuti, I. 2001. Pengaruh PerbedaanKonsentrasi Kaustik Soda dan Suhu pada Proses Netralisasi Disertai Bleaching Minyak

Goreng Bekas Penggorengan KeripikTempe Terhadap Karakteristik MinyakGoreng yang Dihasilkan.Skripsi. Jurusan

Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang dalam Ahmadi. 2009. Kinerja Zeolit Alam Teraktivasi Pada Penjernihan Minyak Bekas Penggorengan

Keripik Tempe. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.2

Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Utama dalam Winarni., Sunarto, W., dan Mantini, S. 2010. Penetralan

Dan Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menjadi Minyak Goreng Layak Konsumsi. Surakarta: FMIPA UNNES Vol. 8 No. 1

15

Page 16: Peremajaan Minyak Goreng

Winarni., Sunarto, W., dan Mantini, S. 2010. Penetralan Dan Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menjadi Minyak Goreng Layak

Konsumsi. Surakarta: FMIPA UNNES Vol. 8 No. 1

Widayat, Suherman dan Haryani. 2006. Proses Adsorbsi Minyak Goreng Bews Dengan Adsorbent Zeolit Alam : Studi Penguwngan Blbangan Asam. Jurnal Teknik Gelagar Vol. 17, No 01, April 2006 :

77 -82

16