Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

28
PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS (PSMBA) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap perdarahan baik sedikit maupun banyak dapat dianggap sebagai salah satu masalah gawat darurat medis yang perlu mendapat pengelolaan segera. Termasuk perdarahan yang sering ditemukan di bidang gastroenterology, yaitu perdarahan saluran makan. Perdarahan saluran makan bagaian atas (PSMBA) berupa hematemesis dan melena. Perdarahan saluran makan bagaian atas (upper gadtrointestinal bleeding) merupakan suatu masalah medis yang sering menimbulkan kematian yang tinggi, oleh karena itu harus dianggap suatu masalah gawat darurat yang serius, dan perlu penanganan segera. Faktor utama yang berperan dalam tingginya angka kematian adalah kegagalan untuk menilai masalah ini sebagai keadaan klinis yang gawat dan kesalahan diagnostic dalam menentukan sumber perdarahan.

description

BEDAH

Transcript of Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

Page 1: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS (PSMBA)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Setiap perdarahan baik sedikit maupun banyak dapat dianggap sebagai salah satu

masalah gawat darurat medis yang perlu mendapat pengelolaan segera. Termasuk perdarahan

yang sering ditemukan di bidang gastroenterology, yaitu perdarahan saluran makan.

Perdarahan saluran makan bagaian atas (PSMBA) berupa hematemesis dan melena.

Perdarahan saluran makan bagaian atas (upper gadtrointestinal bleeding) merupakan

suatu masalah medis yang sering menimbulkan kematian yang tinggi, oleh karena itu harus

dianggap suatu masalah gawat darurat yang serius, dan perlu penanganan segera. Faktor

utama yang berperan dalam tingginya angka kematian adalah kegagalan untuk menilai

masalah ini sebagai keadaan klinis yang gawat dan kesalahan diagnostic dalam menentukan

sumber perdarahan.

Page 2: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI SALURAN PENCERNAAN BAGIAN ATAS

1. Rongga Mulut 1

Page 3: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

Merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan. Strukturnya meliputi gigi geligi atas

dan bawah, palatum lunak (palatum durum) dan palatum lunak (paltum mole) bagian ujung

dari palatum lunak pada bagiam midposterior disebut palatine uluva, lidah membentuk

bagian dasar rongga mulut yang pada bagian posterior berhubungan dengan pharing. Rongga

mulut memiliki organ-organ assesoris yang berupa kelenjar-kelenjar ludah antara lain

kelenjar parotis, sub mandibularis/submaxilaris dan sublingualis.

2.   Esofagus 1

Esofagus merupakan saluran otot yang memiliki panjang 25 cm dan diameter 2 cm

dimulai dari laringopharing (setinggi kartilao cricoid atau setinggi C5/6) menyambung pada

lambung setinggi T11. Esofagus terletak diantara vertebra thoracal dan trachea, dimana

vertebra thoracal terletak dibagian posterior esofagus sedangkan trachea terletak dianterior

esofagus. Jantung terletak persis dibagian anterior esofagus bagian distal. Oleh karena

letaknya tersebut esofagus memiliki beberapa karakteristik antara lain memiliki dua

penyempitan/indentasi dan satu dilatasi. Indentasi pertama akibat pendesakan pada esofagus

oleh archus aorta dan yang kedua pendesakan oleh bronchus utama kiri. Sebuah dilatasi

terjadi persis sebelum esofagus melewati diafragma setinggi T10.

Setelah melalui diafragma bagian esofagus yang terletak di rongga abdomen disebut

cardiac antrum, panjangnya sekitar 1-2 cm dan memiliki bentuk melengkung tajam ke arah

kiri intuk bersambungan dengan lambung. Persambungan antara esofagus dengan lambung

disebut esofagogastric junction atau orifisium cardiac. Umumnya persambungan esofagus

dengan lambung inu letaknya sangat berdekatan dengan diafragma oleh karena itu mengalami

pergerakanmengikuti pergerakan nafas. Esofagus merupakan organ yang tersusun atas otot

sirkular dan longitudinal. Pada proses menelan otot-otot ini mengalami gerak peristaltik yaitu

suatu gerak kontraksi otot seperti gelombang yang berkelanjutan, sehingga makanan yang ada

didalamnya terdorong.

3.   Lambung1

Lambung terletak diantara esofagus dan usus halus.merupakan dilatasi terbesar dari saluran

pencernaan. Ketika dalam keadaan kosong lambung dalam keadaan kempis dan ketika

menerima makanan maka bentknya akan mengembang. Struktur lambung meliputi

esofagogastrik junctin merupakan persambungan antara esofagus dengan lambung atau

disebut juga dengan orifisium cardiac. Pada bagian ini terdapat otot sirkular yang disebut

dengan cardiac sphingter yang mengatur makanan melewati orifisium cardiac. Orifisium

cardiak juga mengacu pada lubang pada ujung akhir esofagus menuju lambung. Lambung

Page 4: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

memiliki tiga bagian utama yaitu fundus, body (corpus) dan pilorus portion. Fundus

merupakan bagian yang menggembung pada sisi superior-lateralis lambung. Sedangkan

bagian bawah fundus merupakan bagian terbesar lambung yang disebut dengan body/corpus.

Bagian ini memiliki dua lengkukng pada masing-masing sisi medial dan lateral. Sisi medial

memiliki lengkung yang lebih pendek disebut kurvatura minor, sedangkan sisi lateral disebut

kurvatura mayor. Bagian utama yang ketiga dari lambung disebut pilorus portion. Pilorus

portion memiliki tiga bagian yaitu pilorus antrum, pilorus canal dan orifisium pilorus yang

merupakan sebuah lubang pada bagian akhir dari distal lambungsebelum ke duodenum.

4. Duodenum1

Duodenum merupakan bagian akhir dari sistem pencernaan atas. Panjangnya sekitar 20-24

cm merupakan bagian dari usus halus yang terpendek dan terlebar. Bentuknya seperti huruf 

“C” terletak berdekatan dengan pangkreas. Duodenum memiliki bagian-bagian yaitu bulbus

duodenal, superior portion, desenden duodenal, horizontal portion, asenden portion dan

fleksura duodenojejunal. Pada bagian fleksura duodenojejunal malekat otot yang disebut

ligamentum Treitz.

Page 5: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

B.     PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS (PSMBA)

1.      DEFINISI 2

            Perdarahan saluran makan bagian atas (PSMBA) adalah perdarahan yang bersal dari

daerah ligamentum Treitz ketasa (dari proksimal yeyenum sampai esophagus).

2.      ETIOLOGI 2,3

2.1. Kelainan esofagus

Page 6: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

a.       Varises esfagus

            Secara panendoskopi pada 277 penderita saat mereka masuk rumah sakit, ternyata 152

penderita saat mereka masuk rumah sakit, ternyata 152 penderita diantaranya sebagai

penyebab perdarahan adalah pecahnya farises esofagus. Beberapa kasus diantaranya masih

memperlihatkan perdarahan segar yang berasal dari pecahnya varises di sepertiga bawah

esofagus.

            Varises esofagus ditemukan pada penderita serosis hati dengan hipertensi portal. Sifat

perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis biasanya mendadak dan

massif, tanpa didahului perasaan nyeri epigastrium. Darah yang keluar berwarna kehitam

hitaman dan tidak akan membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung. Setelah

hematemesis selalu disusul dengan melena.

b.      Karsinoma esofagus

            Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis. Pada

penendoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan mudah

berdarah terletak di sepertiga bawah esofagus.

c.       Sindrom Mallory-weiss

            Muntah muntah yang hebat mungkin dapat mengakibatkan rupture dari mukosa dan

submukosa pada derah kardia atau esofagus bagian bawah, sehingga timbul perdarahan.

            Karena laserasi yang aktif disertai ulserasi pada daerah kardia dapat timbul

perdarahan yang massif. Timbulnya laserasi yang akut tersebut dapat terjadi sebagai terlallu

sering muntah-muntah yang hebat, sehingga tekanan intraabdominal meningkat, yang dapat

mengakibatkan pecahnya arteri submukosa esofagus atau kardia.

d.      Esofagitis dan tukak esofagus

            Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat intermitten atau

kronis dan biassanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada

hematemesis.Tukak esofagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan

dengan tukak lambung dan duodenum.

2.2.Kelainan di lambung

Page 7: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

a.       Gastritis erosive hemoragika

            Sebagai penyebab terbanyak dari gastritis erosive hemoragika ialah obat-obatan yang

dapat menimbulkan iritasi pada mukosa lambung ialah obat-obatan yang dapat

menimbulakan iritasi pada mukosa lambung atau obat yang dapat merangsang timbulnya

tukak. Misalnya beberapa jam setelah minum aspirin, obat bintang tujuh dan lain-lain. Obat-

obatan seperti itu termasuk golongan salisilat yang menyebabakan iritasi dan dapat

menimbulkan tukak multiple yang akut dan dapat disebut golongan obat ulserogenic drugs.

Beberapa obat lain yang juga dapat menyebabkan hematemesis ialah; golongan

kortikosteroid, butazolidin, reserpin, alcohol dan lain-lain. Golongan obat ini dapat

mengakibatkan hiperaseditas.

            Berdasarkan anamnesa dari penderita sebagai penyebab dari gastritis erosive

hemoragika antara lain; setelah pasien meminum obat aspirin, naspro, cap bintang tujuh dll.

Sifat hematemesis tidak massif dan timbulnya setelah berulang kali minum obat-obatan

tersebut yang disertai dengan rasa nyeri, pedih diulu hati.

b.      Tukak lambung

            Tukak lambung lebih sering menimbulkan perdarahan terutama yang terletak di

angulus dan prepilorus dibandingkan dengan tukak duedeni dengan perbandingan

23,7%:19,1%. Tukak lambung yang besifat akut biasanya dangkal dan multiple yang dapat

digolngkan sebagai erosi. Umumnya tukak ini disebabkan oleh obat-obatan, sehingga timbul

gastritis erosive hemoregika.

            Pedarahan dapat juga terjadi pada penderita yang pernah mengalami gastrektomi,

yaitu adanya tukak di daerah anastomose. Tukak seperti ini dinamakan tukak marginalis atau

tukak stomal.

c.       Karsinoma lambung

            Insidensi karsinoma lambung di Indonesia sangat jarang, yang umunya datang berobat

sudah dalam fase lanjut dan sering mengeluh rasa pedih, nyeri diulu hati, serta merasa lekas

kenyang, badan menjadi lemah. Jarang sekali mengalami hematemesis, tetapi sering

mengeluh buang air besar hitam pekat (melena).

2.3. Kelainan di duodenum

a.       Tukak duedeni

            Tukak duedeni yang menyebabkan perdarahan secara panendoskopi terletak di

bulbus, ditemukan 6 kasus. Empat kasus diantaranya dengan keluhan utama hematemesis dan

Page 8: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

melena, sedangkan dua kasus lainnya mengeluh melena saja. Sebelum timbul perdarahan,

semua kasus mengeluh merasa nyeri dan perih di perut bagian atas agak ke kanan. Keluhan

ini juga dirasakan waktu tengah malam sedang tidur pulas, sehingga terbangun. Untuk

mengurangi rasa nyeri dan pedih, penderita makan roti mari atau minum susu.

b.      Karsinoma Papila Vaterii

            Karsinoma papilla vaterii merupakan penyebab dari karsinoma di ampula,

menyebabkan penyumbatan saluran empedu dan saluran pancreas yang pada umumnya sudah

dalam fase lanjut. Gejala yang ditimbulkan selain kolestatik ekstrahepatal, juga dapat

menyebabkan timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi lebih bersifat perdarahan

tersembunyi (occult bleeding), sangat jarang timbul hematemesis.

3.      GEJALA KLINIS

Gejala klinis perdarahan saluran cerna:

Ada 3 gejala khas, yaitu:

1. Hematemesis

            Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas, yang

berwarna coklat merah atau “coffee ground”.

2. Hematochezia

            Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna bahagian

bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang sudah

berat.

3. Melena

            Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur asam

lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas, atau perdarahan

daripada usus-usus ataupun colon bahagian kanan dapat juga menjadi sumber lainnya.

(Porter, R.S., et al., 2008)  Disertai gejala anemia, yaitu: pusing, syncope, angina atau

dyspnea. (Laine, L., 2008)

Universitas Sumatera Utara 23

4.      Studi meta-analysis

            Mendokumentasikan insidensi dari gejala klinis UGIB akut sebagai berikut:

Hematemesis - 40-50%, Melena - 70-80%, Hematochezia - 15-20%, Hematochezia disertai

Page 9: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

melena - 90-98%, Syncope - 14.4%, Presyncope - 43.2%, Dyspepsia - 18%, Nyeri epigastric

- 41%, Heartburn - 21%, Diffuse nyeri abdominal - 10%, Dysphagia - 5%, Berat badan turun

- 12%, dan Jaundice - 5.2%

Tabel 2.1 : Membedakan PSMBA dengan PSMBB

PSMBA PSMBB

Manifestasi klinik Hematemesis dan/

melena

Hematokesia

Aspirasi nasogastrik Berdarah Jernih

Rasio BNU kreatinin Meningkat > 35 <35

Auskultasi usus Hiperaktif Normal

5.      ANAMNESIS 3

            Diperlukan sekali pengambilan anamnesis/allo-anamnesis yang teliti diantaranya:

a.       Setiap penderita dengan perdarahan SMBA, perlu ditanyakan apakah timbul mendadak dan

banyak, atau sedikit demi sedikit tetapi terus menerus, atau apakah timbul perdarahan

berulang kali, sehingga lama-kelamaan badan menjadi lemah. Apakah perdarahan dialami

pertama kali atau sudah pernah.

b.      Sebelum hematemesis apakah didahului dengan rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang

berhubungan dengan makanan untuk memikirkan tukak peptic yang mengalami perdarahan.

c.       Adakah penderita makan obat-obatan atau jamu-jamuan yang menyebabkan rasa nyeri atau

pedih di epigastrium kemudian disusul dengan muntah darah.

d.      Penderita dengan hematemesis yang disebabkan pecahnya varises esofagus,tidak pernah

mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat perdarahan timbul secara

spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak

membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung. Kepada penderita perlu

ditanyakan apakah pernah hepatitis, alkoholisme atau penyakit hati kronis.

e.       Sebelum timbul hematemesis, apakah didahului muntah-muntah yang hebat, misalnya pada

peminum alcohol, wanita hamil muda. Hal ini perlu dipikirkan akan kemungkinannya

Sindroma Mallory-Weiss.

Page 10: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

6.      PEMERIKSAAN FISIK 3

            Yang pertama perlu diamati adalah keadaan umum, tekanan darah, nadi, apakah sudah

memperlihatkan tanda-tanda syok apa belum. Bila penderita sudah dalam keadaan syok

sebaiknya segera diberi pertolongan untuk mengatasinya. Disamping itu perlu diamati

kesadaran penderita, apakah masih kompos mentis ataukah sudah koma hepatikum (pada

penderita sirosis dengan perdarahan). Bila sudah syok atau koma perlu maka segera diatasi

komanya. Pada keadaan gawat penderita, segala manipulasi yang tidak esensial hendaknya

ditinggalkan dulu sampai keadaan umum penderita membaik. Disamping itu, perlu

diperhatikan apakah ada anemia.

            Hematemesis yang diduga karena ada pecahnya varises esofagus, perlu diperhatikan

gangguan faal hatiyaitu ada tidaknya foetor hepatikum, ikterus, spider nevi, eritema Palmaris,

liver nail, venektrasi disekitar abdomen, asites. Splenomegali, edema sakrai dan pretibial,

tanda endokrin sekunder pada kaum wanita (gangguan menstruasi, atrofi payudara) dan pada

kaum pria (ginekomasti, atrofi testis).

            Seseorang penderita dengan kelainan dilambung sebagai penyebab perdarahan,

misalnya tukak peptic atau gastritis hemoragika, akan nyeri tekan di daerah epigastrium. Dan

apabila teraba suatu massa di epigastrium yang kadang-kadang terasa nyeri tekan,

kemungkinan besar adalah karsinoma dilambung sebagai penyebab perdarahan.

7.      PEMERIKSAAN LABORATORIUM 3

            Setiap penderita dengan perdarahan apapun, pertama-tama sebaiknya dilakukan

pemeriksaan golongan darah, hb, hematokrit, jumlah eritrosit, leukosit, trombosit dan

morfologi darah tepi.

            Dan pada penderita, yang diduga menderita sirosis hati dengan pecahnya varises

esofagus terutama dengan perdarahan massif, perlu sekali diperiksa apakah ada kelainan faal

hati.

            Selain daripada itu, perlu dilakukan pemeriksaan biokimia darah, antara lain terhadap

faal hati pada penderita dugaan karena pecahnya varises esofagus, tes faal ginjal untuk

mengetahui ada tidaknya gangguan faal ginjal BUN, kreatinin serum karena pada pasien

PSMBA pemecahan darah oleh kuman usus alkan mengakibatakan kenaikan BUN,

sedangkan kreatinin serum tetap normal atau sedikit meingkat. bila perlu gula darah apabila

ada riwayat diabetes.

Page 11: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

            Elektrolit (Na, K, Cl) perubhan elektrolit bisa terjadi karena perdarahan, transfuse,

atau kumbah lambung.

8.      DIAGNOSA

            Diagnosa dapat ditegakakan berdasarkan Gejala klinis dan pemeriksaan tambahan

seperti endoskopi gastrointestinal, radiografi degan barium, radionuklid dan angiografi.

  Klasifikasi ktivitas perdarahan tukak peptic menurut Forrest

                        Aktifitas perdarahan            Kreteria endoskopi

Fores Ia Perdarahan aktif Perdarahan arteri

menyembur

Forest Ib Perdarahan aktif Perdarahan merembes

Forest II Perdrahan berhenti dan

masi terdapat sisa sisa

perdarahan

Gumpalan darah pada

dasar tukak atau terlihat

pembuluh darah

Forest III Perdarahan berhenti

tanpa sisa perdarahan

Lesi tanpa tanda sisa

perdarahan

                                     

9.      PENCEGAHAN3, 4

·         Melena merupakan suatu komplikasi yang timbul akibat terjadinya perdarahan pada

saluran pencernaaan bagian atas yang diakibatkan oleh beberapa kelainan yakni kelainan

pada esofagus,lambung dan duodenum. Oleh karena itu upaya preventif dalam masalah

melena adalah dengan mencegah seseorang agar tidak mengalami kelainan-kelainan tersebut.

·         Secara umum pencegahan komplikasi dari suatu penyakit adalah dengan mengatasi

penyebab suatu kelainan , pemberian pengobatan yang teratur dan benar serta mematuhi

arahan dari dokter.

Page 12: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

·         Berikut adalah cara – cara mencegah seseorang mengalami perdarahan saluran cerna atas 

yang berkomplikasi dengan melena :

          

NO

KELAINAN YANG

TERJADI

UPAYA PENCEGAHAN

1. Ø  Ulkus Peptikum          Mengatur pola makan yang teratur,

menjauhi makanan yang bersifat asam, pedas,

mengandung kafein, membatasi konsumsi obat

NSAIDs, berperilaku PHBS.

2. Ø  Sindrom Mallory – Weiss

          Luka  robek (lecet)

pada bagian bawah

esofagus dan bagian atas

lambung

         Tindakan endoskopi atau prosedur lainnya

dimana terdapat alat yang dimasukkan

haruslah  dilakukan dengan hati-hati,segera

mengambil tindakan pada penderita yang

mengalami muntah yang hebat.

3. Ø  Gastritis          Makanlah yang secukupnya dan tidak

terlalu kenyang  ,pengurangan konsumsian

makanan yang berlemak dan mengandung

asam dianjurkan ,hindari minuman yang

bersoda dan berkafein,  menghindari

stress,rokok,obat-obatan NSAIDs dan

berolahraga secara teratur.

4. Ø  Duodenitis          Tidak mengonsumsi obat NSAIDs secara

berlebihan dan berkala,hindari stress,alkohol

dan penerapan PHBS.

5. Ø  Esofagitis          Akibat yang paling umum adalah

gastroesophageal reflux disease (GERD) maka

cara pencegahannnya adalah menghindari

terjadinya GERDS yaitu dengan menghindari

makanan yang berallergi, Posisi kepala atau

ranjang ditinggikan , Diet dengan menghindari

Page 13: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

makanan dan minuman  tertentu seperti

makanan berlemak, asam, kafein dan alkohol, 

Jangan merokok dan hindari penggunaan

NSAIDs secara berkala.

6. Ø  Varises Esofagus          Hindari pengonsumsian alkohol dan

penerapan gaya hidup sehat yang akan

membantu dalam mencegah terjadinya

penyakit hati yang merupakan penyebab

varises esofagus.

7. Ø  Karsinoma Esofagus          Langkah pengobatan awal haruslah baik

agar progressivitas penyakit tidak berlanjut

dan Mencegah pengonsumsian alkohol serta

tembakau

Keterangan :  Kelainan – kelainan tersebut berdasarkan jumlah kekerapan kasus yang

terjadi:

·          No 1 – 5   : Sering terjadi

·         No 6          : Kadang – Kadang terjadi

·         No 7          : Jarang terjadi

10.  PENATALAKSANAAN 2,3

Pengobatan umum

a.      Infuse / transfusi darah

      Perdarahan dengan 500- 1000 cc perlu diberi cairan infuse, yaitu : dektrose 5%, atau

Ringer Laktat, atau NaCl 0.9%. Hanya kepada penderita sirosis hati dengan asites / edema

sabaiknya jangan memberikan cairan NaCl 0.9%. selain dari pada itu perlu dipersiapkan

kemungkinan untuk memberikan transfusi darah. Apalagi bagi penderita yang

memperlihatkan perdarahan masif / jatuh dalam syok, maka pemberian transfusi darah harus

Page 14: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

pertama – pertama dipikirkan. Harus diingat , bahwa darah yang keluar bila melebihi 50%

dari volume darah di badan, akan membahayakan jiwa penderita, bahkan kemungkinan fatal.

      Kapan tranfusi darah di berikan sifatnya sangat individual, tergantung jumlah darah yang

hilang, perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya perdarahan berlangsung, dan

akibat klinik perdarahan tersebut. Indikasi transfuse darah pada perdarahan saluran cerna

dipertimbangkan pada keadaan seperti ini:

1.      Perdarahan dalam keadaan hemodinamik tidak stabil

2.      Perdarahan baru atau masi berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1 liter atau lebih

3.      Perdarahan baru atau masi berlangsung dengan hemoglobin , 10 % g atau hematokrit < 30

%

4.      Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun.

Perlu di pahami dipahami bahwa nilai hematokrit untuk memperkirakan jumlah perdarahan

kurang akurat bila perdarahan sedang atau berlangsung. Proses hemodilusi dari cairan

ekstravaskular 24-27 jam setelah onset perdarahan. Target penapaian hematokrit setelah

transfusi darah tergantung kasus yang di hadapi, untuk usia muda dengan kondisi sehat cukup

20-25 % usia lanjut 30 %, sedangkan pada hipertensi portal jangan melebihi 27-28%.

b.      Psikoterapi

      Sebagai akibat perdarahan yang banyak sekali penderita menjadi gelisah. Untuk itu perlu 

psikoterapi dilakukan.

c.       istirahat

      Istirahat sangat dianjurkan, sekurang-kurangnya selama 3 hari setelah perdarahan yang

masif berhenti. Tapi pada umumnya diberikan istirahat mutlak lebih kurang 2 minggu. Pada

saat-saat tersebut perlu diperhatikan hygiene penderita.

d.      Diet

      Dianjurkan berpuasa sekurang – kurangnya sampai 24 jam setelah perdaran terhenti.

Setelah 24-48 jam perdarahan berhenti, dapat diberikan makanan cair. Sebelum itu dapat

diberikan batu es, selain untuk menjaga mulut jangan kering, dapat juga menghentikan

perdarahan.

e.       Obat obatan

Page 15: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami perdarahan

SCBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberian tersebut tidak merugikan dan relatif

murah.

Pengobatan kusus

a.      Vasopressin

Vasopressin dapat menghentikan perdarahan PSMBA lewat efek vasokontriksi pembuluh

darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta menurun. Terdapat dua

bentuk sediaan, yakni pitresin yang mengandung vasopressin murni dan preparat pituitary

gland yang mengandung vasopressin dan oxcytocin. Pemberian vasopressin dilakukan

dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5 %, diberikan

0.5-1 mg/menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam atau setelah pemberian

pertama dilanjutkan per infuse 0.1-0.5 U/menit. Vasopressin dapat menimbulkan efek

samping serius berupa insufisiensi koroner mendadak, oleh karena itu pemberiannya

disarankan bersamaan preparat nitrat, misalnya nitrogliserin iv dengan dosis awal 40mcg/

menit kemudian secara titrasi dinaikkan maksimal hingga 400mcg/menit dengan

mempertahankan tekanan sistolik diatas 90 mmHg.

b.      Somastostatin

            Somatostatin dan analognya  (octreotide) diketahui dapat menurunkan aliran darah

splanknik, khasiatnya lebih selektif disbanding vasopressin. Penggunaan di klinik pada

perdarahan akut varises esofagus dimulai sekitar tahun1978.

            Somastotatin dapat menghentikan perdarahan akut varises esofagus pada 70-80%

kasus, dan dapat pula digunakan pada perdarahan non varises. Dosis pemberian diawali

dengan bolus 250 mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan berhenti, oktreotide

dosis bolus 100 mcg/iv dilanjutkan per infuse 25 mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai

perdarahan berhenti.

c.       Anti Sekresi Asam

            Yang dilaporkan bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang SCBA karena tukak

peptic ialah inhibitor pompa proton dosis tinggi. Diawali bolus omeprazol 80 mg/iv

Page 16: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

kemudian dilanjutkan per infuse 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam, perdarahan ulang pada

kelompok placebo 20% sedangkan yang diberi omeprazol hanya 4.2%. suntik omeprazol

yang beredar di Indonesia hanya untuk pemberian bolus yang bisa digunakana per infuse

ialah persediaan esomeprazol dan pantoprazol dengan dosis sama dengan omeprazol. Pada

perdarahan SCBA ini, antasida, sukralfat, dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan

dengan tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab perdarahan. Antagonis reseptor H2 dalam

mencegah perdarahan ulang SCBA karena tukak peptic kurang bermanfaat.

d.      Balon Tamponade

            Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan perdarahan varises esofagus

dimulai sekitar tahun1950, paling popular adalah Sengstaken-Blakemore tube (SB-tube) yang

mempunyai tiga pipa serta dua balon masing-masing untuk esofagus dan lambung.

Komplikasi pemasangan SB tube yang bisa berakibat fatal adalah pnemoni aspirasi, laserasi

sampai perforasi. Pengembangan balon sebaiknya tidak melebihi 24 jam dan dilakukan oleh

tenaga medic yang berpengalaman dan observasi ketat.

e.       Endoskopi

            Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang massif aktif atau tukak

dengan pembuluh darah yang tampak.

Metode  terapinya meliputi:

1.      Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe)

2.      Noncontact thermal (laser)

3.      Nonthermal (misalnya suntikan adrenalin, polidokanol, alcohol, atau pemakaian klip).

            Berbagai cara endoskopi tersebut akan efektif dan aman apabila dilakukan ahli

endoskopi yang terampil dan berpengalaman. Endoskopi trapeutik ini dapat diterapkan pada

90 % kasus perdrahan saluran cerna baggaian atas, sedangkan 10 % sisanya tidak dapat

dikerjakan karena alasan teknis seperti darah terlalu banyak sehingga pengamatan terhalang

sehingga pengamatan terhlang atau letak lesi tidak terjangkau. Secara keseluruhan 80%

perdarahan tukak peptic dapat berhenti spontan, namun pada kasus perdarahan arterial yang

bisa berhenti spontan hanya 30 %. Terapi endoskopi yang relatif mudah dan tanpa banyak

peralatan mendukung ialah penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan menggunakan

adrenalin 1:10000 sebanyak 0,5-1 ml tiap kali suntik dengan batas dosis 10 ml atau alcohol

absolud (98 %) tidak melebihi 1 ml. penyuntikan bahan sklerosa seperti alcohol absolute atau

Page 17: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

polidokanol umumnya tidak dianjurkan karena bahaya timbulnya tukak dan perforasi akibat

nekrosis jaringan di lokasi penyuntikan. Keberhasilan terapi endoskopi dalam penghentian

perdarahan bisa mencapai diatas 95 % dan tanpa terapi tambahan lain perdarahan ulang

frekuensinya sekitar 15-20 %.

            Hemostatis endoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena varises

osefagus. Dengan ligasi varises dapat dihindari efek samping akibat pemakaian sklerosan,

lebih sedikit frekuensi terjadinya ulserasi dan striktur. Ligasi dilakukan mulai distal

mendekati cardia bergerak spiral setiap 1-2 cm. dilakukan pada varises yang sedang berdarah

atau bila ditemukan tanda baru mengalami perdarahan seperti bekuan darah yang melekat,

bilur bilur merah, noda hematokistik, vena pada vena. Skleroterapi endoskopik sebagai

alternatife bila ligasi endoskopik sulit dilakukan karena perdarahan yang massif, terus

berlangsung, atau teknik tidak memungkinkan. Sklerosan yang bisa digunakan antara lain

campuran sama banyak polidokanol 3%, NaCl 0,9%, dan alcohol absolute. Campuran dibuat

sesaat sebelum skleroterapi dikerjakan. Penyuntikan dimulai dari bagian paling distal

mendekati cardia dilanjutkan ke proksimal bergerak spiral sampai sejauh 5 cm. pada

perdarahan varises lambung dilakukan penyuntikan cyanoacrylate, skleroterapi untuk varises

lambung hasilnya kurang baik.

f.       Terapi Radiologi

            Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan belum

bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan pembedahan

sangat beresiko. Tindakan hemostasis yang bisa dilakukan dengan penyuntikan vasopressin

atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindikasi dan fasilitas dimungkinkan, pada

perdarahan varises dapat dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic

Shunt).

g.      Pembedahan

      Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medic, endoskopi dan radiologi

dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim multidisipliner

pada pengelolaan kasus perdarahan PSBA untuk menentukan waktu yang tepat kapan

tindakan bedah sebaiknya dilakukan.

Page 18: Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas Edit 1

BAB III

PENUTUP

3.1.  KESIMPULAN

            Pengelolaan perdarahan saluran cerna secara praktis meliputi evaluasi status

hemodinamik, stabilisasi hemodinamik, melanjutkan anamnesis, pemeriksaan fisik,dan

pemeriksaan lain yang di perlukan, memastikan perdarahan saluran makan atas atau bawah.

            Prioritas utama dalam menghadapi kasus perdarahan PSMBA ialah menentukan status

hemodinamik dan upaya resusitasi sebelum menegakkan diagnosis dan memberikan terapi

lainnya.

            Pemeriksaan edoskopi merupakan cara terpilih untuk menegakkan diagnosis

penyebab perdarahan dan sekaligus untuk melakukann hemostasis.Manfaat terapi medis

tergantung jenis kelainan yang menjadi penyebab perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Anatomi Saluran Pencernaan. Diunduh dari :

https://www.google.com/#q=anatomi+esofaus

( Diakses 2 Oktober 2013 )

2.      Sudoyono. W A, 2009. Ilmu penyakit Dalam jilid I oleh : Adi P, Pengelolaan Saluran cerna

Bagian Atas.  Interna Publising: Jakarta

3.      Hadi S, 2002. Gastroenterologi, Perdarahan saluran makan bagian atas. PT alumni Bandung