Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

16
LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 29 OKTOBER 2007 PROSEDUR PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA I. Tim Penetapan dan Penetapan Batas Desa (selanjutnya dalam peraturan ini disebut tim) adalah tim yang di bentuk oleh Bupati. Tim ini bertugas melaksanakan penetapan dan penegasan batas desa. II. Prinsip Penetapan Batas Desa Penetapan batas desa adalah proses penetapan batas dilakukan secara kartometrik diatas suatu peta dasar yang disepakati, proses penetapan ini terdiri atas tiga tahapan kegiatan antara : a. penelitian dokumen batas; b. Penentuan peta dasar; c. Pembuatan peta desa secara katometrik diatas peta dasar. A. Tahap Kesatu : Penelitian Dokumen Batas. 1. Dokumen batas yang perlu disiapkan adalah perundang-undangan dan peraturan- peraturan lainnya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis tentang pembentukan batas desa yang bersangkutan; 2. Selain ketentuan pada butir 1 (satu) di etas, dokumen batas lainnya yang perlu disiapkan antara lain adalah : a. Peta administrasi desa yang telah ada; b. Peta desa yang sudah ada; c. Peta lainnya, seperti : peta rupa bumi, peta topografi, peta pajak bumi dan bangunan, peta pendaftaran tanah, peta laut dan citra satelit; d. Data lainnya dan dokumen sejarah. B. Tahap kedua : Penentuan Peta Dasar. 1. Peta Dasar yang dapat digunakan untuk menggambarkan batas desa secara kartometrik dapat menggunakan peta rupa bumi, peta topografi, peta pajak bumi dan bangunan, peta pendaftaran tanah, peta laut dan citra satelit; 2. sebagai kesepakatan penggunaan peta desa secara kartometrik dibuat berita acara. C. Tahap Ketiga : Pembuatan Peta Desa Secara kartometrik. 1. Pembuatan peta desa secara kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan; 2. Peta penetapan batas desa akhir yang dihasilkan mempunyai spesifikasi pemetaan seperti table dibawah ini. Tabel 1. Spesifikasi Teknis Pemetaan Wilayah Desa No Janis Parsyaratan 1. Datum Horisontal DGN 95 2. Elipsoid referensi WGS 1984 3. Skala Peta 1 ; 1.000 1 : 10.000 4. Sistem proyeksi Peta Transverse Mercator ( TM ) 5. Sistem Grid Universal Transverse Mercator ( TM ) dengan Grid geografis dan metrik 3. Penentuan garis batas sementara diatas peta, Penentuan garis batas sementara adalah menentukan garis batas desa diatas peta yang sudah disepakati yang dilaksanakan pada: 1. Tanda atau symbol batas yang tertera diatas peta, baik diatas administrasi maupun batas kenampakan detail lain dipeta; 2. Koordinat titik batas yang tercantum dalam dokumen batas desa; 3. Nama-nama dan unsur geografis sepanjang garis betas baik unsur alam, buatan manusia, maupun unsur administratif:

Transcript of Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

Page 1: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASANBATAS DESA

NOMOR : 14 TAHUN 2007TANGGAL : 29 OKTOBER 2007

PROSEDUR PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA

I. Tim Penetapan dan Penetapan Batas Desa (selanjutnya dalam peraturan ini disebut tim)adalah tim yang di bentuk oleh Bupati. Tim ini bertugas melaksanakan penetapan dan penegasanbatas desa.

II. Prinsip Penetapan Batas DesaPenetapan batas desa adalah proses penetapan batas dilakukan secara kartometrik diatas suatupeta dasar yang disepakati, proses penetapan ini terdiri atas tiga tahapan kegiatan antara :a. penelitian dokumen batas;b. Penentuan peta dasar;c. Pembuatan peta desa secara katometrik diatas peta dasar.

A. Tahap Kesatu : Penelitian Dokumen Batas.1. Dokumen batas yang perlu disiapkan adalah perundang-undangan dan peraturan-

peraturan lainnya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis tentang pembentukanbatas desa yang bersangkutan;

2. Selain ketentuan pada butir 1 (satu) di etas, dokumen batas lainnya yang perlu disiapkanantara lain adalah :a. Peta administrasi desa yang telah ada;b. Peta desa yang sudah ada;c. Peta lainnya, seperti : peta rupa bumi, peta topografi, peta pajak bumi dan bangunan,

peta pendaftaran tanah, peta laut dan citra satelit;d. Data lainnya dan dokumen sejarah.

B. Tahap kedua : Penentuan Peta Dasar.1. Peta Dasar yang dapat digunakan untuk menggambarkan batas desa secara kartometrik

dapat menggunakan peta rupa bumi, peta topografi, peta pajak bumi dan bangunan, petapendaftaran tanah, peta laut dan citra satelit;

2. sebagai kesepakatan penggunaan peta desa secara kartometrik dibuat berita acara.

C. Tahap Ketiga : Pembuatan Peta Desa Secara kartometrik.1. Pembuatan peta desa secara kartometrik dibuat sesuai spesifikasi teknis yang telah

ditentukan;2. Peta penetapan batas desa akhir yang dihasilkan mempunyai spesifikasi pemetaan seperti

table dibawah ini.

Tabel 1. Spesifikasi Teknis Pemetaan Wilayah Desa

No Janis Parsyaratan1. Datum Horisontal DGN 952. Elipsoid referensi WGS 19843. Skala Peta 1 ; 1.000 1 : 10.0004. Sistem proyeksi Peta Transverse Mercator (TM)5. Sistem Grid Universal Transverse Mercator (TM) dengan Grid geografis

dan metrik

3. Penentuan garis batas sementara diatas peta, Penentuan garis batas sementara adalahmenentukan garis batas desa diatas peta yang sudah disepakati yang dilaksanakan pada:1. Tanda atau symbol batas yang tertera diatas peta, baik diatas administrasi maupun

batas kenampakan detail lain dipeta;2. Koordinat titik batas yang tercantum dalam dokumen batas desa;3. Nama-nama dan unsur geografis sepanjang garis betas baik unsur alam, buatan

manusia, maupun unsur administratif:

Page 2: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

4. Jika tidak ada tandasementara diatas pet

III. Prinsip Penegasan Batasa. batas desa terdiri atas batas alab. Jika dasar Hukum untuk penegasan batas desa belum ada atau belum jelas

diterapkan prinsip-1. menggunakan batas

Menggunakan bentuk alakarena tidak perlu memsebagai batas desa adalah sungai, water shed dan danau.a. Sungai

1) Garis batas pada sungai adalah garis imajiner (garis putus puyang berada di tengah sungai yang membagi dua sama besar lebar sungai tersebutdijadikan sebagai garis batas.

Batas yang berpotongan dengan sungai sepedipasang pilar untuk mengetahui awal atau akhir berpotongan garis basungai tersebut. Pemasangan pilar harudipasang tepat diperpotongan garis tengah sungai dengan pinggir suumumnya kondisi tanahnya lterdekat dan kuntuk pilar P2.

2) Dalam kondisi tanah yang labil, pilar dipasang cukup jauh dari pinggir sungaisehingga pilar tersebut bukan merupakan pilar batas tetapi sebagai Pilar KontrolBatas (PKB),

3) Dalam conpengukuran untuk penentugaris ba

b. Wateshed (Garis Pemisah Air)Pada umumwatershed (lihat gambar 2)

Jika tidak ada tanda- tanda batas yang tertera sebelumya maka penentuan garis batasentara diatas peta ini dilakukan melalui kesepakatan.

Prinsip Penegasan Batastas batas alam dan batas buatan manusia;

ukum untuk penegasan batas desa belum ada atau belum jelas-prinsip sebagai berikut:

menggunakan batas alamMenggunakan bentuk alam sebagai batas desa memudahkan penegasan batas dikarena tidak perlu memasang banyak pilar batas. Bentuk alam yang umsebagai batas desa adalah sungai, water shed dan danau.

batas pada sungai adalah garis imajiner (garis putus pug berada di tengah sungai yang membagi dua sama besar lebar sungai tersebut

dijadikan sebagai garis batas.

Gambar 1

Batas yang berpotongan dengan sungai seperti padadipasang pilar untuk mengetahui awal atau akhir berpotongan garis basungai tersebut. Pemasangan pilar harus pada lokasi stabidipasang tepat diperpotongan garis tengah sungai dengan pinggir suumumnya kondisi tanahnya labil, Jarak dari pilar P1 diukur ke tepi sungaiterdekat dan ke tepi sungai terjauh serta arahnya juga diukur. Demuntuk pilar P2.Dalam kondisi tanah yang labil, pilar dipasang cukup jauh dari pinggir sungaisehingga pilar tersebut bukan merupakan pilar batas tetapi sebagai Pilar KontrolBatas (PKB),Dalam contoh seperti gambar 1, perlu dilakukan pengukurapengukuran untuk penentuan garis batas sepanjang sungaigaris batas skala 1:1000.

Wateshed (Garis Pemisah Air)Pada umumnya batas yang menghubungkan antara gunuwatershed (lihat gambar 2)

tanda batas yang tertera sebelumya maka penentuan garis bataskukan melalui kesepakatan.

dan batas buatan manusia;ukum untuk penegasan batas desa belum ada atau belum jelas maka dapat

sebagai batas desa memudahkan penegasan batas di lapangansang banyak pilar batas. Bentuk alam yang umum digunakan

sebagai batas desa adalah sungai, water shed dan danau.

batas pada sungai adalah garis imajiner (garis putus putus seperti gambar 1)g berada di tengah sungai yang membagi dua sama besar lebar sungai tersebut

rti pada gambar 1, yaitu P1 dari P2dipasang pilar untuk mengetahui awal atau akhir berpotongan garis batas dengan

s pada lokasi stabil. Pilar batas tidak dapatdipasang tepat diperpotongan garis tengah sungai dengan pinggir sungai karena

abil, Jarak dari pilar P1 diukur ke tepi sungaie tepi sungai terjauh serta arahnya juga diukur. Demikian Pula

Dalam kondisi tanah yang labil, pilar dipasang cukup jauh dari pinggir sungaisehingga pilar tersebut bukan merupakan pilar batas tetapi sebagai Pilar Kontrol

oh seperti gambar 1, perlu dilakukan pengukuran situasi, termasukan garis batas sepanjang sungai untuk pembuatan pada

as yang menghubungkan antara gunung menggunakan prinsip

Page 3: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

Garis batas pada water shed merupakan garis imajiner yang dimulai dari puncak suatugunung (a), mberikutnya (b). pada gambar 2 dapat dilihat dengan jelas garis pemisah air yangterpendek adalah garis putusWatershed yang terputus dihubungkaKetentuan untuk menetapkan garis batas pada watershed sebagai berikut:1) garis tersebut tidak boleh memotong sungai.2) jika terdapat

pemisah air yang terpendek.

c. DanauDanau dapat dibagi dalam1) Walayah Darat

Yang masih dianggap wilayah darat adalah batas air surut terendah.2) Wilaya

Pembagian wilayah air dapat dilakukan sebagai berikuta. seluruh danau masuk ke salah satu desa, dengan demikian tepi danau yang

merupakan batas, atau;b. danau merupakan batas antara dua desa.

Garis batasnya adalah garis lurus yangP2 adalah pilar batas yang dipasang di perpotondanau, atau tetersebut, bedi a

Gambar 2

aris batas pada water shed merupakan garis imajiner yang dimulai dari puncak suatugunung (a), mengikuti punggung gunung bukit yang mengarah ke puncak gunungberikutnya (b). pada gambar 2 dapat dilihat dengan jelas garis pemisah air yangterpendek adalah garis putus - putus yang menghubungkan gunung AWatershed yang terputus dihubungkan dengan garis lKetentuan untuk menetapkan garis batas pada watershed sebagai berikut:

garis tersebut tidak boleh memotong sungai.jika terdapat lebih dari satu garis pemisah air maka garis batasnya adalah garispemisah air yang terpendek.

Danau dapat dibagi dalam dua wilayah, yaitu wilayah darat darayah Darat

Yang masih dianggap wilayah darat adalah batas air surut terendah.Wilayah Air

bagian wilayah air dapat dilakukan sebagai berikutseluruh danau masuk ke salah satu desa, dengan demikian tepi danau yangmerupakan batas, atau;danau merupakan batas antara dua desa.

Gambar 3

Garis batasnya adalah garis lurus yang menghubungkan P1 dan P2. P1 danP2 adalah pilar batas yang dipasang di perpotondanau, atau terdapat lebih dari dua desa yang berbtersebut, berlaku menurut peraturan daerah atau kesepakatan yang telah adadi antara desa yang berbatasan.

aris batas pada water shed merupakan garis imajiner yang dimulai dari puncak suatuengikuti punggung gunung bukit yang mengarah ke puncak gunung

berikutnya (b). pada gambar 2 dapat dilihat dengan jelas garis pemisah air yangs yang menghubungkan gunung A - Q Gunung B,

dengan garis lurus atau disepakati bersama.Ketentuan untuk menetapkan garis batas pada watershed sebagai berikut:

satu garis pemisah air maka garis batasnya adalah garis

dua wilayah, yaitu wilayah darat dari wilayah air.

Yang masih dianggap wilayah darat adalah batas air surut terendah.

bagian wilayah air dapat dilakukan sebagai berikutseluruh danau masuk ke salah satu desa, dengan demikian tepi danau yang

menghubungkan P1 dan P2. P1 danP2 adalah pilar batas yang dipasang di perpotongan garis batas dengan tepi

ebih dari dua desa yang berbatasan dengan danaurlaku menurut peraturan daerah atau kesepakatan yang telah ada

Page 4: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

2. Menggunakan batas buatanUnsur buatan yang umum digunakan sebagai batas desa antara lain jalan, jalan keretasaluran irigasi, dan kanalantara dua desa yang berbatasan sesuai kesepakatan antara dua desa yang berbatasan.a. Jalan

1) As jalan

Untuk jalan yang digunakan sebagai batas seperti pada gambarbatasnyajalan maka perlu dipasatau pada perpotongan jalan untuk menentukan posisi garis battersebut. kemudian

2) Pinggir jalan

Khusus untuk batas yang terlperlu ditbatas dikemungkinandan sudut ketiga pilar jarak tdesa B ddibuatkan peta situasi dengan Skala peta 1

b. Jalan Kereta ApiUntuk jalan kereta api digunakan printanda batas

Menggunakan batas buatanUnsur buatan yang umum digunakan sebagai batas desa antara lain jalan, jalan keretasaluran irigasi, dan kanal dapat digunakan as atau tepinya sebagai tanda batas wilayahantara dua desa yang berbatasan sesuai kesepakatan antara dua desa yang berbatasan.

As jalan

Gambar 4.

Untuk jalan yang digunakan sebagai batas seperti pada gambarbatasnya adalah pada perpotongan as/sumbu jalan tersebut. Untuk mengetahuijalan maka perlu dipasang pilar kontrol batas (PKB) teatau pada perpotongan jalan untuk menentukan posisi garis battersebut. kemudian diukur ke kedua tepi jalan untuk mengetahui lebar jalan.

Pinggir jalan

Gambar 5.Titik P1 merupakan perpotongan garis batas 3 desa

Khusus untuk batas yang terletak di sekitar pertigaan jalan seperti gambditempatkan Pilar Kontrol Batas dan pilar Batas untuk m

batas di pertigaan jalan tersebut penempatan pilarkemungkinan adanya pelebaran jalan. Selanjutnya dilakukan pengukuran jarakdan sudut ketiga pilar jarak tersebut ke titik perpotongan garisdesa B dan Desa C di titik P1 dalam contoh s

tkan peta situasi dengan Skala peta 1 : 1000.

n Kereta ApiUntuk jalan kereta api digunakan prinsip yang sama dengan penetapan/anda batas pada jalan lihat gambar 6 ),

Unsur buatan yang umum digunakan sebagai batas desa antara lain jalan, jalan kereta api,dapat digunakan as atau tepinya sebagai tanda batas wilayah

antara dua desa yang berbatasan sesuai kesepakatan antara dua desa yang berbatasan.

Untuk jalan yang digunakan sebagai batas seperti pada gambar 4. maka garissumbu jalan tersebut. Untuk mengetahui as

ang pilar kontrol batas (PKB) terutama pada belokan jalan.atau pada perpotongan jalan untuk menentukan posisi garis batas (as jalan)

kur ke kedua tepi jalan untuk mengetahui lebar jalan.

Titik P1 merupakan perpotongan garis batas 3 desa

tar pertigaan jalan seperti gambar 5, makadan pilar Batas untuk menentukan posisi

patan pilar-pilar harus memperhatikanadanya pelebaran jalan. Selanjutnya dilakukan pengukuran jarak

ersebut ke titik perpotongan garis batas antara desa 1,contoh seperti gambar 4 dan 5 perlu: 1000.

sip yang sama dengan penetapan/pemasangan

Page 5: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

c. Saluran IrigasiUntuk saluran irisungai.

IV. Tahap Kegiatan Penegasan Batas DesaA. Tahap Kegiatan penegasan betas desa

penegasan batas deoleh tim teknis.

B. Tahapan kegiatan penegasan desa m1. Penggunaan dokum2. Pelacakan batas desa.3. Pemasangan pilar batas desa.4. pengukuran dan penentuan posisi pi5. pembuatan peta desa.

Setiap kegiatan tersebut perlu di dokumdan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

C. Apabila tidak diperolehakan diselesaikan olehwilayah tersebut.1. Tahap Kesatu : Penggunaan Dokum

a) Tim beranggomasyarakat.

b) Tim ini melakukan pengkajian terhatidak tertulis yan

c) Jika tidak ada sumber Hmembuat kesepakatan baru dalam

d) Menentukan metode pelacakan, peposisi pilar batas dan pem

e) Menyiapkan formdi atas peta kerja.

f) Berdasarkan basil pengkajian dokumen dibuatkan berita acara penelitian dokumenbatas desa (lihat Form 1). Dalam

2. Tahap Kedua : Pelacakan Batas DesaPelacakan batas dilapangan (Reconnaissance) amenentukan batas daerah secara nyata di lokasi sepanjang batas daerah berdasarkanbatas garis sementara pada peta atau berdasarkan kesdan penetapan sebelumnya.Kegiatan pelacakan garis batasa) Menentukan letak

atau berdasarkan h

Gambar 6.Jalan Kereta Api sebagai Batas Desa

uran IrigasiUntuk saluran irigasi prinsip penegasan batas sam

Tahap Kegiatan Penegasan Batas DesaTahap Kegiatan penegasan betas desa di lapangan dilakukapenegasan batas desa. Pada pelaksanaannya di lapangan tim dapat menunjuk atau dibantu

hapan kegiatan penegasan desa meliputi:Penggunaan dokumen penegasan batas.Pelacakan batas desa.

asangan pilar batas desa.pengukuran dan penentuan posisi pilar batas desa.pembuatan peta desa.

egiatan tersebut perlu di dokumentasikan dalam formdan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

peroleh kesepakatan terhadap harus setiap tahakan diselesaikan oleh Camat dan Bupati sesuai dengan tingkat permasalahan yang timbul

Tahap Kesatu : Penggunaan Dokumen Penetapan Batas.Tim beranggotakan dari pemerintah Kabupaten, K

asyarakat.Tim ini melakukan pengkajian terhadap dasar hukum tertulis mtidak tertulis yang, berkaitan dengan batas desa.Jika tidak ada sumber Hukum tertulis maka anggota tim bermusyawarah untukmembuat kesepakatan baru dalam menentukan batas desa.Menentukan metode pelacakan, pemasangan pilar batas, pengukuran dan penenposisi pilar batas dan pembuatan peta desa,

nyiapkan formulir - formulir dan peta kerja serta penentuan koordinat pilar badi atas peta kerja.

rdasarkan basil pengkajian dokumen dibuatkan berita acara penelitian dokumenatas desa (lihat Form 1). Dalam hal tidak terdapat dokumen batas desa.

Tahap Kedua : Pelacakan Batas Desa,Pelacakan batas dilapangan (Reconnaissance) adalah kegiatan lapangan untuk

enentukan batas daerah secara nyata di lokasi sepanjang batas daerah berdasarkanbatas garis sementara pada peta atau berdasarkan kesepakatan basil penelitian dokumen

an sebelumnya.Kegiatan pelacakan garis batas di lapangan meliputi:

Menentukan letak batas secara nyata di lokasi beatau berdasarkan hasil kesepakatan;

Jalan Kereta Api sebagai Batas Desa

gasi prinsip penegasan batas sama dengan prinsip penegasan pada

di lapangan dilakukan oleh tim penetapan dannya di lapangan tim dapat menunjuk atau dibantu

am formulir yang diisi oleh pelaksana

kesepakatan terhadap harus setiap tahap kegiatan penegasan batas,tingkat permasalahan yang timbul di

en Penetapan Batas.ah Kabupaten, Kecamatan dan Desa serta

dap dasar hukum tertulis maupun dasar hukum

tertulis maka anggota tim bermusyawarah untukmenentukan batas desa.masangan pilar batas, pengukuran dan penentuan

rta penentuan koordinat pilar batas

rdasarkan basil pengkajian dokumen dibuatkan berita acara penelitian dokumenhal tidak terdapat dokumen batas desa.

dalah kegiatan lapangan untukenentukan batas daerah secara nyata di lokasi sepanjang batas daerah berdasarkan

epakatan basil penelitian dokumen

batas secara nyata di lokasi berdasarkan garis batas sementara

Page 6: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

b) Kegiatan pelacakan dimulai dari titik awal yang diketahui, kemudian menyusurigaris batas sampai titik akhir sesuai dengan peta kerja;

c) Sesuai kesepakatan, pada jarak tertentu dapat dipasang tanda batas sementaraberupa patok kayu yang di cat warna merah untuk memudahkan pemasangan pilarbatas sebagai batas tetap;

d) Dalam melakukan pelacakan batas desa di lapangan tim teknis dapatmengikutsertakan aparat desa antara lain tokoh masyarakat dan BPD dari masing -masing Desa;

e) Berdasarkan survey batas di lapangan (Form 2) dibuatkan berita acara basilpelacakan batas desa yang ditanda tangani oleh Kepala Desa yang berbatasan danKetua Tim.

3. Tahap Ketiga : Pemasangan Pilar Batas Desa.a) Pembuatan dan pemasangan pilar batas desa ditujukan untuk memperoleh kejelasan

dan ketegasan batas antara desa sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkansebelumnya.

b) Jenis-jenis pilar betas desa.1) Pilar Batas Utama (PBU),2) Pilar Batas Antara (PBA),3) Pilar Kontrol Batas (PKB).

c) Ketentuan untuk kerapatan pemasangun PBU, PKB dan PBA disesuaikan dengankondisi dan kebutuhan dilapangan.

d) Pemasangan pilar batas harus memenuhi kriteria sebagai berikut:1) Ditempatkan pada kondisi yang yang stabil, terhindar dari erosi dan abrasi.2) Mudah ditemukan dan mudah dijangkau.3) Aman dari gangguan aktivitas manusia ataupun binatang.4) Punya ruang pandang ke langit yang relative terbuka (Untuk pilar batas yang

akan diukur dengan metode).e) Ketentuan pemasangan pilar adalah sebagai berikut:

1) sebagai tanda pemisah batas desa dipasang pilar tipe D dengan ukuran 20 cmpanjang, 20 cm lebar dan 25 cm tinggi di atas tanah dengan kedalaman 7 cmdibawah tanah.

2) Jika dipandang perlu diantara dua PBU dapat dipasang PBA pada batas desadipasang dengan ukuran 20 cm panjang 20 cm Lebar dan 20 cm diataspermukaan tanah serata kedalaman tanah sedalam 40 cm.

3) Pada setiap pilar hams dipasang brass tablet pada bagian alas pilar sebagaiidentitas dari pilar, selain itu harus dipasang satu buah plak pada salah satudinding pilar yang menghadap ke utara sebagai keterangan tentang pilarbatas wilayah 2 atau lebih desa. Pada plak harus ditulis nama-nama desayang berbatasan.

4) Hasil pemasangan pilar batas dituangkan dalam berita acara penetapan danpemasangan pilar batas desa (lihat form. 4) yang ditandatangani KepalaDesa yang berbatasan dari diketahui oleh Ketua Tim.

4. Tahap Keempat : Pengukuran dan Penentuan Garis Batas Desa.a) Pengukuran garis batas desa,

1) Apabila diperlukan dilakukan pengukuran garis batas.2) Pengukuran garis batas yang dimaksud adalah pengukuran situasi detail

sepanjang garis batas dengan koridor tertentu.3) Pengukuran detail dilakukan dengan metode poligon dan tachimetri.4) Data yang berupa deskripsi pilar pilar batas dan titik - titik pada garis batas

didokumentasikan bersama buku ukur dan Berita Acara Kesepakatan BatasDesa yang ditandatangani oleh pihak pihak yang berbatasan.

b) Penentuan Posisi Pilar Batas Desa1) Setelah pemasangan pilar batas desa selesai dilaksanaan segera dilakukan

pengukuran penentuan posisi.2) Standar ketelitian koordinat pilar batas desa (simpangan Baku) adalah:

- untuk PBU dan PKBU 5 cm- Untuk PBA dan PKBA 5 cm

5. Tahap Kelima : Pembuatan Peta Desa.Peta harus dapat menyajikan informasi dengan benar sesuai dengan kebutuhannya.

Page 7: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

1) Aspek kartografis;a) Jenis peta (b) Sistemc) Isi peta dan tema.d) Ukurane) Bentuk

2) Aspek Geometris;a) Skala/b) Sistemc) Ketelitian planimetr

3) Metode pemetaan batas desa;a) Diambil darb) Pemetaan secara terestris.c) Pemetaan dengan rnetode yang lain.

V. Spesilikasi Teknis Pilar Batas DesaA. Bentuk dan ukuran pilar batas.

Pilar betas desa berAumn panjangdengan kedalaman 75 cm. Uraian bentuk, ukuran, kontruksi dan rdilihat pada gambar 8

Aspek kartografis;Jenis peta (penyajian) peta photo, peta garis.

m simbolisasi/legenda dan warnaIsi peta dan tema.Ukuran peta,Bentuk penyajian hard copy atau digital.

Aspek Geometris;Skala/resolusi.

m proyeksi peta yang digunakan.Ketelitian planimetris (x,y) dan tinggi diatas perm

Metode pemetaan batas desa;Diambil dari peta yang sudah ada.Pemetaan secara terestris.Pemetaan dengan rnetode yang lain.

Spesilikasi Teknis Pilar Batas DesaBentuk dan ukuran pilar batas.

s desa berAumn panjang -20 cm, lebar=20 cm, tinggi darikedalaman 75 cm. Uraian bentuk, ukuran, kontruksi dan r

bar 8 berikut ini.

KONTRUKSI|------- 20 ------|

(a) Kontruksi PilarGambar 8

Pilar Tipe D-Batas desa

is (x,y) dan tinggi diatas permukaan laut.

20 cm, lebar=20 cm, tinggi dari permukaan tanah – 25 cmkedalaman 75 cm. Uraian bentuk, ukuran, kontruksi dan rangkaian besi tulang dapat

Page 8: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

B. Brass Tablet dan PlaySetiap pilar harus dilengkapi dengan bras tablet dan plak.identitas dan kelengkapan pilar seperti terlihat pada gambar 9 dan 10. ukuran plak tergantungpada tipe pilar Batas.

(b) Rangkaian Besi

Brass Tablet dan Plays dilengkapi dengan bras tablet dan plak.

identitas dan kelengkapan pilar seperti terlihat pada gambar 9 dan 10. ukuran plak tergantungpada tipe pilar Batas.

Gambar 9, Brass Tablet (terbuat dari kuningan )

s dilengkapi dengan bras tablet dan plak. Bras Tablet dan plak merupakanidentitas dan kelengkapan pilar seperti terlihat pada gambar 9 dan 10. ukuran plak tergantung

terbuat dari kuningan )

Page 9: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

C. Jenis bahan/MaterialJenis bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuberikut :1) Material Beton

a ) . Semenb ) . Pasirc ) . Batu Pecahd ) . Besi Beton, diameter 6 mm

2) Cetakan/BegeztingKayu yang diperlukan adalah berukuran 20 cm x 400 cm dan tebal 3 cm, massebanyak : 1 buah.

Cara pembuatan Pi1) Buatkan lobang dengan ukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 75 cm. Pembuatan

lobang tersebut hams disesuaikan dengan wilayah yang berbatasan. PerhatikanGambar 11, Gambar 12, dan Gambar 13 berikut ini.

Plak untuk pilar Batas Desa

Gambar 10. Plak, terbuat dari kuningan.

Jenis bahan/Materialbahan yang dipergunakan untuk membuat Pilar Batas Tipe 1) adalah se

: 1 sak: 1/6 Kubik

cah : ¼ KubikBesi Beton, diameter 6 mm : 23 meter

Cetakan/BegeztingKayu yang diperlukan adalah berukuran 20 cm x 400 cm dan tebal 3 cm, mas

buah.

Cara pembuatan Pilar Batas Tipe D adalah sebagai berikutBuatkan lobang dengan ukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 75 cm. Pembuatanobang tersebut hams disesuaikan dengan wilayah yang berbatasan. Perhatikan

Gambar 11, Gambar 12, dan Gambar 13 berikut ini.

Plak, terbuat dari kuningan.

at Pilar Batas Tipe 1) adalah sebagai

Kayu yang diperlukan adalah berukuran 20 cm x 400 cm dan tebal 3 cm, masing-masing

lar Batas Tipe D adalah sebagai berikutBuatkan lobang dengan ukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 75 cm. Pembuatanobang tersebut hams disesuaikan dengan wilayah yang berbatasan. Perhatikan

Page 10: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

Empat wilayah yang be

Keterangan

A, B, C, D

2) Campurlah semua kerikil dan pasir (3) Buatlah rangkaian besi beton ya

Gambar 8.

D. Sistem penomoran Pilar Batas DesaSistem penomoran pilar untukditerbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dilanjutkan dengan penomoran Pilar Batas,dimulai dari angka 00001 sampai 99999, sebagai berikut1) Batas Desa dalam satu

Cara penomoran adalah sebagai berikut :

Gambar 11Dua wilayah yang berbatasan

Gambar 12Tiga wilayah yang berbatasan

Gambar 13Empat wilayah yang berbatasan, masing-masing Desa A, Desa B, Desa C dari

Keterangan

A, B, C, D : Wilayah rnasing-masing: Bentuk Galian Lubang: Arah

Khusus untuk kondisi tanah yang labil seperti rawa, maka padadasar lobang tersebut dipancangkan kpilar yang akan dicor lebih kuat.

urlah semua kerikil dan pasir (perhatian : jangan dahulu dicampur dengan semenBuatlah rangkaian besi beton yang telah dipotong dengan bentuk

Sistem penomoran Pilar Batas Desapenomoran pilar untuk satu Kabupaten mengacu pada kode Kabupaten yang telah

diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dilanjutkan dengan penomoran Pilar Batas,dimulai dari angka 00001 sampai 99999, sebagai berikut :

Batas Desa dalam satu KabupatenCara penomoran adalah sebagai berikut :

Dua wilayah yang berbatasan

wilayah yang berbatasan

sing Desa A, Desa B, Desa C dari Desa D

Khusus untuk kondisi tanah yang labil seperti rawa, maka padadasar lobang tersebut dipancangkan kayu atau paralon agar posisi

perhatian : jangan dahulu dicampur dengan semenng telah dipotong dengan bentuk ukuran seperti

Kabupaten mengacu pada kode Kabupaten yang telahditerbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dilanjutkan dengan penomoran Pilar Batas,

Page 11: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

2) Pilar Batas Desa yang langsung berbatasan dengan Desa terlKecamatan/Kabupaten otomatis menjadiKecamatan/Kabupaten tersebut.

3) Untuk lokasi yang tidak dimungkinkan pemasangan Plain-lain maka PBU diganti menjadi PKB.

4) Untuk pilar perapatan penamaannya disesuaikan (PBA,

VI. Metode Pengukuran Pilar Batas DesaSetelah selesai pemasangamemperoleh nilai koordinat definitif yang mengacu pada sistem referensi koordinat nasional.Teknologi yang umum dilakukan saat ini untuk pengukuran posisi Pilar Batas adalah denganmenggunakan metode poligon atau dapat juga menggunakan teknologi Global PositiSistem (GPS). Agar nilai posisi Pilarpengukuran pilar-pilar batas harus terikat pada titik kontrol yang secara teknis mempunyaitingkat ketelitian yang memadai.teknis pemetaan, antara lain BAKOSURTANAKehutanan. Dua metode penentuan posisi Pilar Batas yang direkomendasikan adalah metodePoligon dan metode GPS.

A. Metode PoligonPeralatan yang digunakan adalah theodolit dan alaDistance Measurementdan jarak horizontal seperti pada Gambar 14,

Keterangan :Pilar referensi (nilai koordinatPBU 1 s.d PBU 5 adalah pilar desaD1 s.d D6 adalah jarak mendaftar antar pilar batasS1 s.d S5 adalah sudut polygon pada pilar batas

Garis batas desa

Pada Gambar 14. diperlukoordinatnya. Sudutjarak D1, D2, D3 D4. D5 dan D6 diukur dengan menggunakan alaEDM). Dari hasil ukuran sudut dan jarak dapat dihitung nilai koordinat setiap PBU yaitudengan cara melakukan pengikatan ketitik refensi yang sudah diketahui nilai koordinatnya.

B. Metode Global Positioning Sytem (GPS)Metode ini memanfaatkan satelit GPS untuk menentukan posisi dari Pilar Batas. Beberapahal yang harus diperhatikan dalam penentuan posisi Pilar Batas Desa adalah sebagai berikut :1). Pengamatan GPS menggunakan metode relatif. Dapat dilakukan secara radial dari titik

referensi yang nilai koordinatnya telah diketahui dalam sistbatas yang dim

Pilar Batas Desa yang langsung berbatasan dengan Desa terlamatan/Kabupaten otomatis menjadi Pilar Batas Amara (ABA) dariamatan/Kabupaten tersebut.

Untuk lokasi yang tidak dimungkinkan pemasangan PBU seperti pada sungailain maka PBU diganti menjadi PKB.

Untuk pilar perapatan penamaannya disesuaikan (PBA, PKBA).

Metode Pengukuran Pilar Batas DesaSetelah selesai pemasangan seluruh Pilar Batas Desa perlu dilakukan pengukuran untuk

peroleh nilai koordinat definitif yang mengacu pada sistem referensi koordinat nasional.Teknologi yang umum dilakukan saat ini untuk pengukuran posisi Pilar Batas adalah denganmenggunakan metode poligon atau dapat juga menggunakan teknologi Global PositiSistem (GPS). Agar nilai posisi Pilar-pilar Batas mengacu kesuatu sistem nasional, maka

pilar batas harus terikat pada titik kontrol yang secara teknis mempunyaitingkat ketelitian yang memadai. Titik-titik kontrol ini dapatteknis pemetaan, antara lain BAKOSURTANAL, BPN, Departemen ESDM dan DepartemenKehutanan. Dua metode penentuan posisi Pilar Batas yang direkomendasikan adalah metodePoligon dan metode GPS.

digunakan adalah theodolit dan alat ukur jarak elektronik (EDMMeasurement). Pada metode poligon hal yang dilakukan adalah pengukuran sudut

dan jarak horizontal seperti pada Gambar 14,

referensi (nilai koordinat diketahuiPBU 1 s.d PBU 5 adalah pilar desaD1 s.d D6 adalah jarak mendaftar antar pilar batasS1 s.d S5 adalah sudut polygon pada pilar batas

Garis batas desa

Gambar 14. Poligon Terbuka

Pada Gambar 14. diperlukan dua titik referensi (Titik Ikoordinatnya. Sudut-sudut S1, S2, S3, S4 dan S5 diukur dengan theodolit, sedangkan jarak

D4. D5 dan D6 diukur dengan menggunakan alaEDM). Dari hasil ukuran sudut dan jarak dapat dihitung nilai koordinat setiap PBU yaitudengan cara melakukan pengikatan ketitik refensi yang sudah diketahui nilai koordinatnya.

Metode Global Positioning Sytem (GPS)emanfaatkan satelit GPS untuk menentukan posisi dari Pilar Batas. Beberapa

yang harus diperhatikan dalam penentuan posisi Pilar Batas Desa adalah sebagai berikut :Pengamatan GPS menggunakan metode relatif. Dapat dilakukan secara radial dari titik

rensi yang nilai koordinatnya telah diketahui dalam sistbatas yang dimaksud.

Pilar Batas Desa yang langsung berbatasan dengan Desa terluas dariPilar Batas Amara (ABA) dari

BU seperti pada sungai jalan dan

PKBA).

seluruh Pilar Batas Desa perlu dilakukan pengukuran untukperoleh nilai koordinat definitif yang mengacu pada sistem referensi koordinat nasional.

Teknologi yang umum dilakukan saat ini untuk pengukuran posisi Pilar Batas adalah denganmenggunakan metode poligon atau dapat juga menggunakan teknologi Global Positioning

pilar Batas mengacu kesuatu sistem nasional, makapilar batas harus terikat pada titik kontrol yang secara teknis mempunyai

titik kontrol ini dapat diperoleh dari instansi-instansiDepartemen ESDM dan Departemen

Kehutanan. Dua metode penentuan posisi Pilar Batas yang direkomendasikan adalah metode

ukur jarak elektronik (EDM=Electronik). Pada metode poligon hal yang dilakukan adalah pengukuran sudut

uka

kan dua titik referensi (Titik Ikat) yang sudah diketahui nilai5 diukur dengan theodolit, sedangkan jarak-

D4. D5 dan D6 diukur dengan menggunakan alat ukur jarak (missal denganEDM). Dari hasil ukuran sudut dan jarak dapat dihitung nilai koordinat setiap PBU yaitudengan cara melakukan pengikatan ketitik refensi yang sudah diketahui nilai koordinatnya.

emanfaatkan satelit GPS untuk menentukan posisi dari Pilar Batas. Beberapayang harus diperhatikan dalam penentuan posisi Pilar Batas Desa adalah sebagai berikut :Pengamatan GPS menggunakan metode relatif. Dapat dilakukan secara radial dari titik

rensi yang nilai koordinatnya telah diketahui dalam sistem koordinat nasional kepilar

Page 12: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

2). Minimal 2 (dua) unit receiver GPS tipe geodetic, single prequensy ata3). Lama pengamatan : tergantung pada panjang base line (jarak ant

ikat) seperti table 2 di bawah ini

Tabel 2. Lama Pengam

Panjang Base Line

1 - 3 Km3 - 5 Km5 - 10 Km10- 20 Km20 -100 Km100 - 200 Km

4). Apabila jarak titik refensi nasional cukup jauh dari lokasi batas seperti diilustrasikanpada Gambar 15, maka titik refensi tambahan dapatitik-titik betas dapat diikatkan dari titik refensi yang baru.

VII. Hitungan KoordinatA). Apabila metode poligon yang digunakan, maka perhitungan data ukur menggunakan metode

hitungan perataan sedB). Apabila menggunakan metode GPS, maka perhitungan dilakukan dengap metode perataan

menggunakan perangkat hitungan yang dikeluarkansoftware).

C). Hasil Hitungan diberikan dalam1) Koordinat Geodetik (lintang bujur dan tinggi ellipsoid) dan nilai deviasi standar setiap

komponen koordinatnya2) Koordinat UTM (

koordinatnya.

VIII. Pengukuran SituasiA. Metode Tachimetri

Apabila dianggap perlu sepanjang garis batas dapat dilakukanlebar koridor batas 50 meter ke sebalah kiri dan 50 meterDilanjutkan dengan pembuatan peta wilayah desa dengan skalaSalah satu metode pengukuran untuk pembuatan peta situasi adalah metode tachidimana objek-objek diukur menggunakan theodolit dan pengukuran jarak secara optis atauelektronis.

Minimal 2 (dua) unit receiver GPS tipe geodetic, single prequensy ataLama pengamatan : tergantung pada panjang base line (jarak antikat) seperti table 2 di bawah ini

Tabel 2. Lama Pengamatan GPS berdasarkan panjang base line.

Panjang Base Line Lama Pengamatan untuk Receiver GPSSatu Frekuensi Dua

15 menit 10 menit20 menit 15 menit30 menit 20 menit2 jam 1 jam

100 Km 4 jam 2 jam200 Km 6 jam 3 jam

Apabila jarak titik refensi nasional cukup jauh dari lokasi batas seperti diilustrasikanpada Gambar 15, maka titik refensi tambahan dapat diadakan terlebih dahulu. Kem

titik betas dapat diikatkan dari titik refensi yang baru.

Gambar 15. Pembuatan titik refensi baru

Apabila metode poligon yang digunakan, maka perhitungan data ukur menggunakan metodeperataan sederhana seperti metode Bowdith.

Apabila menggunakan metode GPS, maka perhitungan dilakukan dengap metode perataanmenggunakan perangkat hitungan yang dikeluarkan oleh pabrik peralatan GPS (Com

Hasil Hitungan diberikan dalam dua sistem koordinat, yaituKoordinat Geodetik (lintang bujur dan tinggi ellipsoid) dan nilai deviasi standar setiapkomponen koordinatnya.Koordinat UTM (Utara, Timur) dan nilai deviasi standar untuk setiap komponen

e TachimetriApabila dianggap perlu sepanjang garis batas dapat dilakukanebar koridor batas 50 meter ke sebalah kiri dan 50 meter

Dilanjutkan dengan pembuatan peta wilayah desa dengan skalaSalah satu metode pengukuran untuk pembuatan peta situasi adalah metode tachi

objek diukur menggunakan theodolit dan pengukuran jarak secara optis atau

Minimal 2 (dua) unit receiver GPS tipe geodetic, single prequensy atau dual prequency.Lama pengamatan : tergantung pada panjang base line (jarak antara PBU dengan titik

atan GPS berdasarkan panjang base line.

Lama Pengamatan untuk Receiver GPSDua Frekuansi

0 menitmenit

20 menit1 jam2 jam3 jam

Apabila jarak titik refensi nasional cukup jauh dari lokasi batas seperti diilustrasikandiadakan terlebih dahulu. Kemudian

titik betas dapat diikatkan dari titik refensi yang baru.

Gambar 15. Pembuatan titik refensi baru

Apabila metode poligon yang digunakan, maka perhitungan data ukur menggunakan metode

Apabila menggunakan metode GPS, maka perhitungan dilakukan dengap metode perataanoleh pabrik peralatan GPS (Commersial

koordinat, yaituKoordinat Geodetik (lintang bujur dan tinggi ellipsoid) dan nilai deviasi standar setiap

Utara, Timur) dan nilai deviasi standar untuk setiap komponen

Apabila dianggap perlu sepanjang garis batas dapat dilakukan pengukuran garis batas denganebar koridor batas 50 meter ke sebalah kiri dan 50 meter ke sebelah kanan dari garis batas.

Dilanjutkan dengan pembuatan peta wilayah desa dengan skala antara 1 : 1.000 s.d 1 10.000.Salah satu metode pengukuran untuk pembuatan peta situasi adalah metode tachimetri

objek diukur menggunakan theodolit dan pengukuran jarak secara optis atau

Page 13: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

Keterangan :1 da 2 : Titik poligon (tempat berdirinya instrument)A,b, c, d, … : Tempat berdirinya rambu

kiri dan 50 meter ke sebelah kanan.

Yang diukur/dibaca- Sudut horizontal (mendatar),- Benang tengah rambu.- Sudut vertical.- Jarak antara tempat berdirinya instrumen dengan masing

B. Spesifikasi Teknis Pengukuran PoligonSpesifikasi pengukuran poligon seperti pada table

UraianSelisih bacaan biasa (B) dan Luar Biasa(LB) dalam pengukuran sudut

Jumlah seri pengamatan suatu(minimum)

Gambar 16.Pengukuran tachimetri sepanjang garis betas

Titik poligon (tempat berdirinya instrument)Tempat berdirinya rambu garis batas dan koridor batas 50 meter ke sebelakiri dan 50 meter ke sebelah kanan.

Yang diukur/dibaca(mendatar),

Benang tengah rambu.

Jarak antara tempat berdirinya instrumen dengan masing-masing posisi rambu.

Gambar 17. Pengukuran Tachimetri

Spesifikasi Teknis Pengukuran PoligonSpesifikasi pengukuran poligon seperti pada table 3 di hawah ini.

Tabel 3. Spesifikasi Pengukuran Poligon

Uraian Ketentuan PersyaratanSelisih bacaan biasa (B) dan Luar Biasa

pengukuran sudut<10"

seri pengamatan suatu sudut 2 ser

sepanjang garis betas

Titik poligon (tempat berdirinya instrument)garis batas dan koridor batas 50 meter ke sebelah

masing posisi rambu.

Gambar 17. Pengukuran Tachimetri

3 di hawah ini.

Tabel 3. Spesifikasi Pengukuran Poligon

Ketentuan Persyaratan

Page 14: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

Selisih ukuran sudut antar sesi < 5”

Pengecekan kesalahan kolimasi Sebelum pengamatan

Jumlah pembacaan untuk satu ukuran jarak(minimum)

5 kali

Sudut jurusan (minimum) Di awal dan akhir jaringanTeknik pengadaan sudut jurusan Pengamatan menggunakan tinggi matahari

atau dari 2 titik koordinat referensi dariBadan Pertanahan Nasional (BPN), BadanPlanologi Kehutanan dll.

IX. Peta Wilayah DesaA. Jenis Peta Wilayah

Jenis peta wilayah desa dibuat berdasarkan prosedur pembuatannya terdiri dari:1). Peta Hasil Penetapan Batas.

Peta hasil penetapan batas adalah peta batas wilayah yang dibuat secara kartometrikdari peta dasar yang telah ada dengan tidak melakukan pengukuran di lapangan. Hal inibiasanya dibuat pada waktu pemekaran desa.

2). Peta Hasil Penegasan Batas.Peta hasil penegasan batas adalah peta batas wilayah yang dibuat dengan peta dasaryang ada ditambah dengan data yang di peroleh dari hasii pengukuran dilapangan.

3). Peta Hasil Verifikasi.Peta basil verifikasi adalah peta batas wilayah yang telah dibuat oleh desa dan hasilnyadilakukan verifikasi (penelitian dan penyesuaian) oleh Tim Penetapan dan PenegasanBatas Daerah Kabupaten, sebelum ditanda tangani oleh Bupati.

B. Proses Pernbuatan Peta DesaProses pembuatan peta desa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan carapembuatan peta situasi atau dari peta yang sudah ada (diturunkan dari peta digital)1) Dari Peta yang sudah ada

a). Peta desa didapat dari hasil survei penegasan batas. sedangkan isi peta diperoleh daripeta-peta yang sudah ada seperti peta-peta dasar, peta pendaftaran tanah, peta blok,atau berdasarkan fhoto udara, citra satelit dan sumber data lainnya:

b). Prosesnya dapat dilakukan secara kartografis manual atau digital. dan jika perludiadakan penyesuaian skala dengan peralatan (misal Pantograf) atau metode yangsesuai;

c). Detil yang digambar adalah unsur-unsur yang berkaitan dengan batas desa sepertilokasi pilar desa, jaringan jalan, perairan dan detail lainnya sesuai dengan keperluandesa;

d). Pada cara digital, peta dasar tersebut didigitasi dan dipilih melalui layer komputeruntuk digambarkan kembali oleh alat cetak (plotter atau printer).

2) Pembuatan Peta SituasiPengukuran untuk pembuatan peta situasi secara teristris dapat dilakukan. Skala petayang disarankan adalah skala 1:1.000 pengukuran-pengukuran yang diperlukan adalah :a). Pengukuran kerangka kontrol horizontal menggunakan metode poligon dengan

spesifikasi seperti pada table 3.b). Pengukuran situasi menggunakan metode tachimetri, dimana objek-objek detil yang

diambil sesuai dengan pembuatan peta teknis skala 1:1.000 sampai dengan 1:10.000.3) Seluruh nilai koordinat definitif dari pilar batas, baik PBU, PBA atau PKB harus

dicantumkan dalam peta dasar.

C. Pengesahan Peta DesaPeta desa yang telah diverifikasi oleh Tim Kabupaten dan disetujui oleh Kepala Desa yangberbatasan dicetak dalam jumlah rangkap tertentu untuk mendapatkan pengesahan dariBupati. Peta antar desa yang merupakan batas antar Kabupaten pengesahannya dilakukanberdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1Tahun 2006 tentang Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Daerah.

Page 15: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

D. Venyimpanan DokumenSeluruh clokumen yang terkait dengan penataan wilayah desa dibuat dalcukup dan salah satunya haruDokumen terdiri dari :1). Berita acara penelitian dokum2). Data survei pelacakan.3). Berita acara pen4). Peta desa.5). Dokumen lainnya yang berkaitan dengan batas

X. Format Peta DesaProduk akhir dari pekerja1:1.000 s/d 1 :10.000). Peta acuan yang ddari peta pendaftaran tanaoleh Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan dengan spesifikasi petaTabel 1.

Berikut contoh format sebuah peta desa

A. Peta dasarnya format dan tatdapat berubah, misalnya berubsehingga bentangnya memerlukan bentuk kerangka yang khusus.

B. Jika jurnlah koordinat pilar batas cukuptersebut disesuaikan dengan muka peta yang kosong.

Venyimpanan DokumenSeluruh clokumen yang terkait dengan penataan wilayah desa dibuat dalcukup dan salah satunya harus diserahkan ke instansi pengelola arsip (ArsipDokumen terdiri dari :

Berita acara penelitian dokumen batas desa.Data survei pelacakan.Berita acara penetapan/pemasangan pilar batas desa.

en lainnya yang berkaitan dengan batas desa.

Produk akhir dari pekerjaan pemetaan desa adalah peta desa, yaitu s:10.000). Peta acuan yang dapat dipakai untuk pembuatan peta

dari peta pendaftaran tanah yang dibuat oleh BPN atau Petaoleh Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan dengan spesifikasi peta

t contoh format sebuah peta desa

Gambar 18. Tata Letak Peta desa.

Peta dasarnya format dan tata letak peta tersebut masih bersifat umum. Dalam haldapat berubah, misalnya berubah karena bentuk geografis wilayah desa yang sedemikian rupasehingga bentangnya memerlukan bentuk kerangka yang khusus.Jika jurnlah koordinat pilar batas cukup banyak maka penempatan koordinat titik dari pilartersebut disesuaikan dengan muka peta yang kosong.

Seluruh clokumen yang terkait dengan penataan wilayah desa dibuat dalam jumlah yangs diserahkan ke instansi pengelola arsip (Arsip Daerah ).

etaan desa adalah peta desa, yaitu suatu peta skala besar (skalaapat dipakai untuk pembuatan peta ini dapat berasal

Bumi dan Bangunan yang dibuatoleh Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan dengan spesifikasi peta sebagaimana tersebut pada

bar 18. Tata Letak Peta desa.

bersifat umum. Dalam hal-hal tertentuah karena bentuk geografis wilayah desa yang sedemikian rupa

sehingga bentangnya memerlukan bentuk kerangka yang khusus.banyak maka penempatan koordinat titik dari pilar

Page 16: Perda No. 14 Tahun 2007 Lampiran I - bandungkab.go.id

C. Legenda peta batas wilayah umumnya berupa simbol seperti

Simbol

Legenda peta batas wilayah umumnya berupa simbol seperti

SimbolSungai

Jalan RayaJalan Kereta Api

Batas ProvinsiBatas KabupatenBatas KecamatanBatas DesaGaris Kontur

Legenda peta batas wilayah umumnya berupa simbol seperti

Arti

Jalan Kereta Api

KabupatenBatas Kecamatan

BUPATI BANDUNG

ttd,

OBAR SOBARNA