PERCOBAAN V.doc

5
PERCOBAAN V SEMISOLIDA I. Tujuan Percobaan II. Teori Dasar III. Data Preformulasi IV. Alat dan Bahan V. Prosedur Percobaan VI. Hasil Pengamatan VII. Perhitungan dan Penimbangan VIII. Pembahasan

description

PERCOBAAN

Transcript of PERCOBAAN V.doc

PERCOBAAN VSEMISOLIDAI. Tujuan PercobaanII. Teori Dasar

III. Data Preformulasi

IV. Alat dan Bahan

V. Prosedur Percobaan

VI. Hasil Pengamatan

VII. Perhitungan dan Penimbangan

VIII. PembahasanPada percobaan kali ini, praktikan membuat sediaan semisolida yang merupakan sediaan setengah padat yang dibuat untuk pengobatan melalui kulit, dimana sediaan tersebut harus memiliki sifat mampu melekat pada tempat pemakaian pada waktu yang cukup lama.

Sediaan semisolida yang dibuat adalah salep, krim dan gel dengan zat aktif yang digunakan adalah asam salisilat.

a. SalepSalep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. (FI III, 1979)

Pada percobaan kali ini, praktikan membuat dua jenis sediaan salep, yakni salep dengan komposisi vaselin-adepslanae-propilenglikol dan salep dengan komposisi vaselin-setilalkohol-parafin. Dengan asam salisilat sebagai zat aktif yang berfungsi untuk keratolitikum, mengatasi peradangan pada kulit seperti jerawat kulit, dalam dosis yang disarankan dapat membantu mengelupas sel kulit mati dan sebagai anti-inflamasi yang baik untuk pasien arthritis.Salep dengan komposisi vaselin-adepslanae-propilenglikol merupakan salep dengan basis hidrokarbon. Basis salep hidrokarbon bersifat inert, hanya menyerap sedikit air, menghambat hilangnya kandungan air pada kulit serta melemabkan kulit dengan sifatnya yang moisturizer dan emollient. Namun terdapat kekurangan salep hidrokarbon dimana salep dapat menyebabkan noda pada baju dan sukar dihilangkan.

Dalam membuat salep, praktikan menggunakan metode triturasi, dimana dengan cara mencampurkan secara langsung bahan-bahan yang digunakan dan digerus hingga homogen. Yang pertama dilakukan adalah menggerus zat aktif dengan sedikit etanol, hingga terbasahi. Peran etanol adalah sebagai wetting agent untuk asam salisilat, agar pada saat pencampuran dengan basis, etanol dapat terdistribusi dengan baik. Kemudian ditambahkan adeps lanae, dengan fungsinya yang dapat meningkatkan sifat serap air memudahkan pelepasan asam salisilat yang sukar larut air pada kulit. Setelahnya ditambahkan propilenglikol yang berfungsi sebagai pelarut organic yang melarutkan asam salisilat, sehingga asam salisilat dapat terdispersi sempurna pada basis dan terabsorbsi dengan baik pada saat pemakaian. Langkah terakhir yang dilakukan adalah penambahan vaselin album sebagai basis salep hidrokarbon.

Sedangkan salep dengan komposisi vaselin-setilalkohol-parafin merupakan salep dengan basis salep serap. Basis salep serap dapat bercampur dengan air (mampu mengikat air), sehingga dapat membentuk emulsi air dalam minyak.

Dalam membuat salep, praktikan menggunakan metode pelelehan, dimana dengan memanaskan fasa air dan fasa minyak pada wadah yang berbeda, dan dicampurkan selagi panas ke dalam mortar panas dan digerus hingga homogen. Metode pelelehan digunakan untuk meningkatkan ketercampuran dari bahan-bahan penyusun salep. Yang berlaku sebagai fase minyak disini adala vaselin dan setil alcohol, dan fase airnya adalah paraffin hidrofilik. Fungsi paraffin adalah sebagai basis salep serap yang dapat mengikat air, sehingga tidak membuat kulit menjadi kering akibat penggunaan salep, salep dengan basis ini mudah dicuci dengan air. Setil alcohol berfungsi meningkatkan konsistensi emulsi air dalam minyak yang terbentuk dalam salep, agar tetap dalam keadaan stabil. Dan asam salisilat, untu meningkatkan ketercampurannya dalam salep menggunakan wetting agent etanol.

Pengamatan pada hari pertama menunjukkan masih dalam bentuk dan konsistensi salep yang stabil, hal ini menunjukkan bahwa kedua salep belum mengalami reaksi yang mungkin menyebabkan kerusakan. Ketidakstabilan yang dapat terjadi pada salep misalnya, terjadinya reaksi oksidasi yang dapat merusak konsistensi salep, dapat juga menimbulkan ketengikan sebagai salah satu dampak dari reaksi oksidasi. Atau bisa juga terjadinya pertumbuhan mikroba apabila bahan penyusun salep bersifat hidrofil, karena mikroba rentan tumbuh di tempat yang mengandung air. Dan penyebab lain yang dapat menimbulkan kerusakan konsistensi pada salep.b. Krimc. Gel

IX. Kesimpulan

X. Daftar Pustaka Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Ed. III. Jakarta : Depkes RI.