Percobaan II

download Percobaan II

of 20

Transcript of Percobaan II

  • 5/26/2018 Percobaan II

    1/20

    1

    PERCOBAAN II

    RUTE PEMBERIAN OBAT

    TUJUAN PERCOBAAN

    1. Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian obat.2. Menyadari berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya.3. Dapat menyatakan beberapa konsekuensi praktis dari pengaruh rute

    pemberian obat terhadap efeknya.

    4. Mengenal manifestasi berbagai obat yang diberikan.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Rute pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor

    yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan

    biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda

    karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologisyang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa

    jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda,

    tergantung dari rute pemberian obat.

    Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral (Priyanto, 2008).

    Jalur EnternalJalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI), seperti

    pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral. Pemberian melalui oral

    merupakanjalur pemberianobat paling banyak digunakankarena paling murah, paling

    mudah, dan paling aman. Kerugian dari pemberian melalui jalur enternal adalah

  • 5/26/2018 Percobaan II

    2/20

    2

    absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar atau tidak

    dapat menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini, selain alasan di atas juga

    alasan kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Bahkan dianjurkan jika obat

    dapat diberikan melalui jalur ini dan untuk kepentingan emergensi (obat segera

    berefek), obat harus diberikan secara enteral.

    Jalur ParenteralParenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk jalur parenteral adalah

    transdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke dalam trakea

    menggunakan endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini dapat

    menimbulkan efek sistemik atau lokal. Tabel 1 merupakan deskripsi cara pemberian

    obat, keuntungan, dan kerugiannya.

    Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian dari Masing-masing Jalur Pemberian Obat.

    Dskripsi Keuntunagn Kerugian

    Aerosal

    Partikel halus atau

    tetesan yang dihirup

    Langsung masuk ke

    paru-paru

    Irtasi pada mukosa paru-

    paru atau saluran

    pernafasan, memerlukan

    alat khusus, pasien harus

    sadar.

    Bukal

    Obat diletakkan

    diantara pipi dengan

    gusi

    Obat diabsorpsi

    menembus membran

    Tidak sukar, tidak

    perlu steril, danefeknya cepat

    Tidak dapat untuk obat

    yang rasanya tidak enak,

    dapat terjadi iritasi di

    mulut, pasien harus sadar,

    dan hanya bermanfaat untuk

    obat yang sangat non polar

  • 5/26/2018 Percobaan II

    3/20

    3

    Inhalasi

    Obat bentuk gas

    diinhalasi

    Pemberian dapat

    terus menerus

    walaupun pasien

    tidak sadar

    Hanya berguna untuk obat

    yang dapat berbentuk gas

    pada suhu kamar, dapat

    terjadi iritasi saluran

    pernafasan

    Intramuskular

    Obat dimasukkan

    kedalam vena

    Absorbsi cepat,

    dapat di berikan

    pada pasien sadar

    atau tidak sadar

    Perlu prosedur steril, sakit,

    dapat terjadi infeksi di

    tempat injeksi

    Intravena

    Obat dimasukkan ke

    dalam vena

    Obat cepat masuk

    dan bioavailabilitas

    100%

    Perlu prosedur steriil, sakit,

    dapat terjadi iritasi ditempat injeksi, resiko

    terjadi kadar obat yang

    tinggi kalau diberikan

    terlalu cepat.

    Oral

    Obat ditelan dan

    diabsorpsi di

    lambung atau usus

    halus

    Mudah, ekonomis,

    tidak perlu steril

    Rasa yang tidak enak dapat

    mengurangi kepatuhan,

    kemungkinan dapat

    menimbulkan iritasi usus

    dan lambung, menginduksi

    mual dan pasien harus

    dalam keadaan sadar. Obat

    dapat mengalami

    metabolisme lintas pertama

    dan absorbsi dapat

    tergganggu dengan adanya

    makanan

    Subkutan Pasien dapat dalam Perlu prosedur steril, sakit

  • 5/26/2018 Percobaan II

    4/20

    4

    Obat diinjeksikan

    dibawah kulit

    kondisi sadar atau

    tidak sadar

    dapat terjadi iritasi lokal di

    tempat injeksi

    Sublingual

    Obat terlarut

    dibawah lidah dan

    diabsorpsi

    menembus membran

    Mudah, tidak perlu

    steril dan obat cepat

    masuk ke sirkulasi

    sistemik

    Tidak dapat untuk obat

    yang rasanya tidak

    ennak,dapat terjadi iritasi di

    mulut, pasien harus sadar,

    dan hanya bermanfaat untuk

    obat yang sangat larut

    lemak

    Transdermal

    Obat diabsorpsi

    menembus kulit

    Obat dapat

    menembus kulitsecara kontinyu,

    tidak perlu steril,

    obat dapat langsung

    ke pembuluh darah

    Hanya efektif untuk zat

    yang sangat larut lemak,

    iritasi lokal dapat terjadi

    (Priyanto, 2008)

    Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya

    serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah

    seperti berikut:

    a) Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemikb) Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lamac) Stabilitas obat di dalam lambung atau ususd) Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rutee) Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokterf) Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-

    macam rute

    g) Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    5/20

    5

    Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya

    obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek

    terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik.

    Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah,

    sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep.

    ABSORPSI

    Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam

    darah bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran

    cerna (umlut sampai dengan rectum), kulit, paru,otot, dan lain lain. Yang terpenting

    adalah cara pemberian obat per oral dengan cara ini tempat absorbs utama adalah

    usus halus karena memiliki permukaan absorbsi yang sangat luas, yakni

    200m2.(Anonim,2007)

    Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per

    oral, karena mudah, aman, dan murah . Dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah

    usus halus, karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni

    200m2. Pada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan

    didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu harus mengalami absorbsi padasaluran cerna.

    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses absorbsi obat pada saluran

    cerna antara lain:

    1) Bentuk SediaanTerutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak

    langsung dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan

    yang berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan waktu yang berbeda-beda dan

    jumlah ketersediaan hayati kemungkinan juga berlainan.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    6/20

    6

    2) Sifat Kimia dan Fisika ObatBentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat

    mempengaruhi kekuatan dan proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau

    polimorfi, kelarutan dalam lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi

    proses absorpsi. Absorpsi lebih mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-ion dan

    mudah larut dalam lemak.

    3) Faktor BiologisAntara lain adalah pH saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran

    cerna, waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus, serta banyaknya

    pembuluh darah pada tempat absorpsi.

    4) Faktor Lain-lainAntara lain umur, makanan, adanya interaksi obat dengan senyawa lain dan

    adanya penyakit tertentu.

    Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat mempengaruhi

    bioavaibilitas obat. Karena ada obat-obat yang tidak semua yang diabsorpsi dari

    tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian akan dimetabolisme

    oleh enzim di dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-

    organ tersebut (metabolisme atau eliminasi lintas pertama). Eliminasi lintas pertama

    obat dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral, sublingual,

    rektal, atau memberikannya bersama makanan.

    Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain adalah ada obat yang

    dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja sama dengan penderita, dan tidak bisa

    dilakukan saat pasien koma.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    7/20

    7

    Pemberian obat di bawah lidah hanya untuk obat yang sangat larut dalam

    lemak, karena luas permukaan absorbsinya kecil sehingga obat harus melarut dan

    diabsorbsi dengan sangant cepat, karena darah dari mulut langsung ke vena kava

    superior dan tidak melalui vena porta, maka obat yang diberikan sublingual ini tidak

    mengalami metabolisme lintas pertama oleh hati.(Anonim,2007)

    Pada pemberian obat melalui rektal misalnya untuk pasien yang tidak sadar

    atau muntah, hanya 50% darah dari rectum yang melalui vena porta, sehingga

    eliminasi lintas pertama oleh hati juga hanya 50%. Akan tetapi, adsorpsi obat melui

    rectum sering kali tidak teratur dan tidak lengkap dan banyak obat menyebabkan

    iritasi rectum.(Anonim,2007)

    HUBUNGAN ANTARA HEWAN UJI DENGAN MANUSIA

    Peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan

    dibarengi dengan peningkatan kebutuhan akan hewanuji terutama mencit.

    Penggunaan mencit ini dikarenakan relatif mudah dalam penggunaanya, ukurannya

    yang relatif kecil, harganya relatif murah, jumlahnya peranakannya banyak yaitu

    sekali melahirkan bisa mencapai 16-18 ekor, hewan iotu memiliki sistem sirkulasi

    darah yang hampir sama dengan manusia serta tidak memiliki kemampuan untuk

    muntah karena memiliki katup dilambung. Sehingga banyak digunakan untuk

    penelitian obat (Marbawati, 2009).

    Perbedaan antara tikus dan manusia cukup besar. Memang suatu percobaan

    farmakologi maupun toksikologi hanya dapat berarti bila dilakukan pada manusia

    sendiri. Tetapi pengalaman telah membuktikan bahwa hasil percobaan farmakologi

    pada hewan coba dapat diekstrapolasikan pada manusia bila beberapa spesies hewan

    pengujian menunjukkan efek farmakologi yang sama.(Anonim,2007)

  • 5/26/2018 Percobaan II

    8/20

    8

    Ditinjau dari system pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, dimana

    factor keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat /

    karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan yaitu:

    Hewan Liar

    Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka

    Hewan yang bebas kuman spesifik pathogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan

    system barrier ataut ertutup

    Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara

    dengan system isolator(Sulaksono,M.E.,1992).

    Semankin meningkat cara pemliharaan, semakin sempuran pula hasil percobaan

    yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan dengan hewan

    percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan percobaan

    konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman.( Sulaksono,M.E.,1992).

    CARA MEMEGANG HEWAN ATAU HANDLING

    Masih dalam rangka pengelolaan hewan percobaan secara keseluruhan, cara

    memegang hewan perlu diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis

    hewan adalah berbeda beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar

    atau kecil) serta tujuannya.

    Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips

    ataupun rasa sakit bagi hewan (iniakan menyullitkan dalam melakukan penyuntikan

    atau pengambilan darah) dan juga bagi orang yang memegangnya.(

    Sulaksono,M.E.,1992)

  • 5/26/2018 Percobaan II

    9/20

    9

    INJEKSI

    Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, serbuk yang

    harus dilakukan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang

    disuntikkan secara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput

    lendir.

    Pemberian injeksi merupakan prosedur infasif yang harus dilakukan dengan

    teknik steril. Pada umumnya injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat

    proses penyerapan atau absorpsi obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

    ALAT DAN BAHAN

    ALAT

    - Alat suntik 1 ml ( jarum oral )- Jarum suntik n0.26,3/4-1 inchi (subkutan )- Jarum suntik no.27,3/4-3 inchi (intravena, intraperitoneal )- Jarum suntik no.26,1/2 inchi ( intramuscular )- Kateter logam (rectal )

    BAHAN

    - Mencit putih jantan- Glibenclamide 5 mg/70 kg BB ( oral, subcutan, intraperitoneal )- Ibuprofen 400 mg/70 kg BB ( oral, subcutan, intraperitoneal )

  • 5/26/2018 Percobaan II

    10/20

    10

    PROSEDUR KERJA

    - Ibuprofen 400 mg/70 kg BB ( intraperitoneal )1. Mencit ditimbang2. Mencari dosis dan konsentrasi untuk mencit3. Berat tablet ditimbang, kemudian digerus4. Menghitung bagian tablet yang ditimbang (x)

    C (mg) = Dosis obat manusia (mg)

    X (g) berat tablet (g)

    5. Pembuatan suspense 10 ml6. Pemberian obat dengan cara tengkuk mencit dipegang sedemikian sehingga

    posisi abdomen lebih tinggi dari pada kepala. Larutan obat yang telah dibuat

    disuntikkan kedalam abdomen kebawah dari mencit sebelah garis misdagital

    7. Diamati selama 30 menit

  • 5/26/2018 Percobaan II

    11/20

    11

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    HASIL

    Dosis untuk mencit = 400 mg/70 kg BB x 0.0026 = 1.04 mg/20 g = 52 mg/kgBB

    C = 0.018 kg x 52 mg/kg BB0.18 ml

    = 5.2 mg/ml

    = 52 mg/10 ml

    Berat tablet yang di timbangX = 52 mg/kg BB x 0.5318 g

    400 mg/70 kg BB

    = 0.069 mg

    Na.CMC 1% = 1/100 x 10 ml = 0.1 g Air untuk suspense = 20 x 0.1 = 2 ml

    Pengamatan efek obat terhadap mencit

    - Awalnya diam- Menit ke 4 mencari tempat bersandar- Menit ke 5 gatal-gatal- Menit 11 mengantuk- Menit 17 gatal pada bagian yang disuntikan- Menit 18 gatal pada bagian mulut- Menut 21 gatal pada bagian telinga- Menit 30 mencit kembali aktif

  • 5/26/2018 Percobaan II

    12/20

    12

    PEMBAHASAN

    Praktikum kali ini mempalajari tentang rute-rute pemberian obat dan

    pengaruh cara pemberian obat terhadap absorpsi obat dalam tubuh. Pada dasarnya

    rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam

    tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya

    efek yang merugikan. Dalam hal ini, alat uji yang digunakan adalah tubuh hewan (uji

    in vivo). Mencit dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam

    tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek

    pengamatan.

    Cara pemberian obat dilakukan dengan cara intraperitoneal (injeksi yang

    dilakukan pada rongga perut). Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan

    infeksi. Keuntungan adalah obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan

    diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat.

    pemberian obat dengan cara Intraperitoneal waktu timbulnya efek lebih

    cepat dibandingkan dengan rute pemberian obat secara subkutan dan intravena. Hal

    ini dikarenakan obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi

    cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pemberian obat secara

    intaperitoneal, ketika disuntikan Ibuprofen mecit terlihat langsung terlihat tenang.

    Setelah empat menit kemudian mencit terlihat sangat peka terhadap ibuprofen, yaitu

    mencit terlihat mencari tempat untuk bersandar, tidak tegak walaupun di beri

    rangasangan nyeri. Setelah menit ke lima mencit terlihat gatal-gatal. Kemudian, pada

    menit ke sebelas mencit terlihat mengantuk dan tidur. Pada menit ke tujuh belas

    mencit mengalami gatal pada bagian yang disuntikkan, kemudian pada menit delapan

    belas mencit gatal pada bagian mulut, serta gatal pada bagian telinga pada menit ke

    dua puluh satu. Pada menit ke tiga puluh mencit kembali aktif dikarenakan efek dari

    Ibuprofen telah habis.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    13/20

    13

    Pada percobaan yang kami lakukan, banyak terjadi kesalahan-kesalahan

    sehingga efek yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dikarenakan cara

    penyuntikan yang salah dan pengambilan volume injeksi obat yang tidak sesuai.

    Selain itu, disebabkan juga karena kami disini belum begitu mahir dalam melakukan

    penyuntikan sehingga efek yang dihasilkan tidak sesuai.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    14/20

    14

    KESIMPULAN

    Dari semua psroses percobaan diperoleh kesimpulan diantaranya :

    o Perlakuan dan Penanganan mencit dapat dilakukan secara baik denganmemperhatikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kondisi

    hewan uji coba tersebut

    o Karakter mencit cenderung penakut dan lebih suka berkumpul dengan sesama.Pergerakannnya lebih banyak dibandingkan dengan tikus dan lebih susah

    ditangani ketimbang tikus.

    o Rute pemberian obat dilakukan dengan cara intraperitonealo Onset of actiondari rute pemberian obat secar IP lebih cepat.o Duration of actiondari rute pemberian obat secara IP lebih panjang (lama).o Kesalahan penyuntikan dapat menyebabkan ketidaktepatan dosis yang

    diberikan kepada hewan uji, sehingga hasil yang diperoleh pun tidak akurat.

    o Dari data data hasil praktikum kelompok I, II, III, IV, V dan VI didapatkesimpulan bahwa pemberian obat secara Intraperitoneal lebih cepat

    memberikan efek dibandingkan dengan pemberian obat secara oral dan

    subcutan.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    15/20

    15

    JAWABAN PERTANYAAN

    1. Jelaskan tentang cara-cara pemberian obatJawaban :

    IntravenaIntravena (IV) (Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena,

    onset of action cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang

    menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu

    untuk obat yang waktu-paruhnya (t1/2) pendek) (Joenoes, 2002).

    Intravena (i.v), yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Larutan dalam

    volume kecil (di bawah 5 ml) sebaiknya isotonis dan isohidris, sedangkan volume

    besar (infuse) harus isotonis dan isohidris.o Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena, onset of action

    segera.

    o Obat bekerja paling efisien, bioavilabilitas 100%o Obat harus berada dalam larutan air, bila emulsi lemak partikel minyak tidak

    boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit, sediaan suspensi tidak banyak

    terpengaruh

    o Larutan hipertonis disuntikkan secara lambat, sehingga sel-sel darah tidak banyakberpengaruh.

    o Zat aktif tidak boleh merangsang pembuluh darah, sehingga menyebabkanhemolisa seperti saponin, nitrit, dan nitrobenzol.

    o Sediaan yang diberikan umumnya sediaan sejati.o Adanya partikel dapat menyebabkan emboli.o Pada pemberian dengan volume 10 ml atau lebih, sekali suntik harus bebas

    pirogen.

    Keuntungan rute ini adalah:

    jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan tambahanbanyak digunakan IV daripada melalui SC

  • 5/26/2018 Percobaan II

    16/20

    16

    cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat efek sistemik dapat segera dicapai level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin

    dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.

    Kerugiannya adalah meliputi :

    gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume cairan dalamsistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar

    perkembangan potensial trombophlebitis

    kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknikinjeksi septik, dan

    pembatasan cairan berair.

    IntramuskularIntramuskular (IM) (Onset of action bervariasi, berupa larutan dalam air

    yang lebih cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat

    dalam sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat

    tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil partikel,

    semakin cepat proses absorpsi) (Joenoes, 2002).

    Intramuskular (i.m), yaitu disuntikkan ke dalam jaringan otot, umumnya di

    otot pantat atau paha.

    o Sediaan dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi daripada susupensi pembawaair untuk minyak.

    o Larutan sebaiknya isotonis.o Onset bervariasi tergantung besar kecilnya partikelo Sediaan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi.o Zat aktif bekerja lambat (preparat depo) serta mudak terakumulasi, sehingga dapat

    menimbulkan keracunan.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    17/20

    17

    o Volume sediaan umumnya 2 ml sampai 20 ml dapat disuntikkan kedalam ototdada, sedangkan volume yang lebih kecil disuntikkan ke dalam otot-otot lain.

    SubkutanSubkutan (SC) (Onset of action lebih cepat daripada sediaan suspensi,

    determinan dari kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan dimana terjadi

    penyerapan, menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal sehingga difusi obat

    tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan hyaluronidase, suatu

    enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan) (Joenoes, 2002).

    Subkutan atau di bawah kulit (s.c) yaitu disuntikkan kedalam tubuh melalui

    bagian yang sedikit lemaknya dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit; volumeyang diberikan tidak lebih dari 1 ml.

    o Larutan sebaiknya isotonis dan isohidriso Larutan yang sangat menyimpang isotonisnya dapt menimbulkan rasa nyeri atau

    nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak optimal.

    o Onset of action obat berupa larutan dalam air lebih cepat dari pada sediaansuspensi.

    o Determinan kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan tempat terjadinyapenyerapan.

    o Absorpsi obat dapat diperlambat dengan menambahkan Adrenaline (cukup1:100.000-200.000) yang menyebabkan konsentriksi pembuluh darah local,

    sehiongga difusi obat tertahan atau diperlambat. contohnya injeksi Lidokaine

    Adrenaline untuk cabut gigi.

    o Sebaliknya, absorpi obat dapat dipercepat dengan penambahan hyaluronidase,suatu enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan yang

    menuyebabkan penyebaran dipercepat.

    o Bila ada infeksi, maka bahayanya lebih besar dari pada penyuntikkan ke dalampembuluh darah karena pada pemberian subkutan mikroba menetap di jaringan

    dan membentuk abses.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    18/20

    18

    o Zat aktif bekerja lebih lambat dari pada secar i.v.o Pemberian s.c dalam jumlah besar dikenal dengan nama Hipodermoklise.

    IntratekalIntratekal (berkemampuan untuk mempercepat efek obat setempat pada

    selaput otak atau sumbu serebrospinal, seperti pengobatan infeksi SSP yang akut)

    (Anonim, 1995).

    intraperitonialIntraperitonel (IP) tidak dilakukan pada manusia karena bahaya (Anonim,

    1995).Disini obat langsung masuk ke pembuluh darah sehingga efek yang dihasilkanlebih cepat dibandingkan intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme

    serempak sehingga durasinya agak cepat.

    2. Jelaskan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi efek dari suatu obatJawab :

    Bentuk SediaanTerutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak

    langsung dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan

    yang berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan waktu yang berbeda-beda dan

    jumlah ketersediaan hayati kemungkinan juga berlainan.

    Sifat Kimia dan Fisika ObatBentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat

    mempengaruhi kekuatan dan proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau

    polimorfi, kelarutan dalam lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi

    proses absorpsi [2]. Absorpsi lebih mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-ion dan

    mudah larut dalam lemak.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    19/20

    19

    Faktor BiologisAntara lain adalah pH saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran

    cerna, waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus, serta banyaknya

    pembuluh darah pada tempat absorpsi.

    Faktor Lain-lainAntara lain umur, makanan, adanya interaksi obat dengan senyawa lain dan

    adanya penyakit tertentu.

  • 5/26/2018 Percobaan II

    20/20

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Anief, M., 1993, Farmasetika, Yogyakarta : Gadjah mada University Press

    Marbawati , Dewi., dan Bina Ikawati, KolonisasiMus musculus albinoDi

    Laboratorium loka Litbang P2B2 Banjarnegara, Balaba Vol. 5, No.01

    Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Edisi II, Depok: Leskonfi

    Tim Penyusun, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi V, Jakarta : Departemen

    Farmakologi FKUI

    Sulaksono, M.E.,1987, Peranan,Pengelolaan dan pengembangan Hewan

    Percobaan , Jakarta

    http://www.wartamedika.com/2008/02/obat-diazepam-valium.html

    diakses pada tanggal 30 Maret 2010, pada pukul 16:43 PM

    http://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=29839diakses pada tanggal 30 Maret 2010, pada pukul 16:43 PM

    http://www.wartamedika.com/2008/02/obat-diazepam-valium.htmlhttp://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=29839http://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=29839http://www.wartamedika.com/2008/02/obat-diazepam-valium.html