Percobaan 2 Uji Identifikasi Protein
description
Transcript of Percobaan 2 Uji Identifikasi Protein
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN V
UJI IDENTIFIKASI PROTEIN
OLEH :
NAMA : NURSAN
STAMBUK : F1C1 13 028
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : SUKMA PUSPITA UTAMY
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protein banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi
oleh manusia, seperti pada telur, tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara
umum sumber protein yaitu protein dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat
penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang
berkaitan dengannya. Dimana protein tersusun dari beberapa asam amino yang
berikatan dan dihubungkan oleh ikatan peptida. Asam amino esensial adalah
substansi protein yang diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi tubuh tidak dapat
mensintesa sendiri, sehingga harus dikonsumsi dari luar dalam bentuk makanan.
Mengingat hal tersebut, maka penyediaan protein nabati dan hewani perlu
dikombinasikan, agar tubuh memperoleh asupan protein berkualitas tetapi biaya
yang dikeluarkan untuk membeli makanan tidak terlampau besar.
Kebanyakan masyarakat pada umumnya memenuhi kebutuhan gizi dengan
cara mengkonsumsi susu. Susu tersebut merupakan produk buatan pabrik yang
dapat berupa susu cair atau dalam bentuk susu bubuk. Selain enak, alasam
masyarakat sering mengkonsumsi susu adalah karena susu merupakan minuman
pelengkap bagi kebutuhan gizi manusia karena mengandung hampir semua zat
gizi yang diperlukan tubuh manusia misalkan karbohidrat, protein, lemak/ lipid,
vitamin dan mineral. Susu merupakan salah satu makanan paling lengkap.
Bermacam-macam jenis susu, baik dari manusia maupun dari hewan mengandung
vitamin, mineral, karbohidrat, lemak dan protein (sebagian besarnya kasein).
Untuk jenis susu berbeda, kandungan nutrisinya pun juga berbeda. Selain susu,
protein juga terdapat dalam telur.
Telur merupakan bahan makanan bernilai gizi tinggi, kandungan gizinya
lengkap dengan sifat gizi yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Telur harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan dengan nilai gizi yang tinggi. Kandungan
protein merupakan parameter kualitas telur. Protein tersusun atas kira-kira 20
macam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang
dibentuk antara gugus karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam
amino berikutnya. Karena jumlahnya yang cukup banyak, maka percobaan ini
dilakukan untuk uji identifikasi protein dalam albumin telur.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara melakukan uji
identifikasi protein dalam albumin telur?
C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah untuk melakukan uji
identifikasi protein dalam albumin telur.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh pada percobaan ini adalah dapat melakukan uji
identifikasi protein dalam albumin telur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan biomolekul yang sangat penting. Beberapa fungsi
protein adalah sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpanan,
penyebab gerakan, pendukung sistem kekebalan, pembentuk dan transmisi impuls
saraf, pengontrol pertumbuhan dan diferensiasi, pendukung kekakuan structural,
dan lain-lain. Monomer pembentuk protein, asam amino, juga mempunyai
peranan penting dalam metabolisme sel hidup. Peranan tersebut adalah sebagai
substrat untuk sintesis protein, pemasok nitrogen untuk sintesis senyawa yang
mengandung nitrogen lain, dan sumber energy bila dikatabolisme (Toha, 2001).
Penyusun dasar dari protein adalah asam amino. Dimana ada 20 asam amino
yang menyusun protein, semuanya mempunyai bentuk struktural tertentu. Bentuk
ini adalah gugus asam karboksilat (-COOH) dan gugus dasar amino (-NH2). Oleh
karena itu, yang membedakan bentuk satu dengan yang lain adalah rantai
penyusun strukturnya. Asam amino dari protein dihubungkan oleh ikatan peptida
antara gugus karboksil dan α –aminonya membentuk polimer linier (Enechi dan
Nwabueze, 2013).
Peran protein dalam sistem biologi adalah sebagai transport dan
penyimpanan. Contohnya transport oksigen dalam eritrosit oleh hemoglobin dan
rnioglobin yakni sejenis protein yang mentransport oksigen dalam otot. Selain itu
terdapat beberapa jenis protein lainnya seperti filamen yang berfungsi dalam
koordinasi gerak; protein fibrosa yang berfungsi untuk menjaga ketegangan kulit
dan tulang; protein kolagen yang merupakan komponen serat utama dalam kulit,
tulang, tendon, tulang rawan dan gigi (Katili, 2009).
Telur merupakan makanan sumber protein hewani yang murah dan
mudah untuk didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Telur memiliki
kandungan gizi yang lengkap mulai dari protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Meskipun demikian telur juga mudah mengalami penurunan kualitas
yang disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan secara fisik, serta
penguapan air dan gas‐gas seperti karbondioksida, amonia, nitrogen, dan
hidrogen sulfida dari dalam telur. Semakin lama telur disimpan penguapan
yang terjadi akan membuat bobot telur menyusut dan putih telur menjadi
lebih. Selain dipengaruhi oleh lama penyimpanan, penguapan ini juga
dipengaruhi oleh suhu, kelembaban relatif dan kualitas kerabang telur
(Jazil dkk., 2013).
Beberapa nutrisi nonesensial asam amino (misalnya., arginin, glutamin,
glutamat, glisin, dan prolin untuk dewasa) berperan penting pengaturan gen dan
RNA mikro , isyarat sel, aliran darah, pengangkutan unsur hara dan metabolisme
dalam sel binatang, perkembangan pada jaringan adipose, perkembangan mikroba
usus dan metabolisme, respon antioksidatif, seperti halnya pembawaan dan respon
kekebalan sel. Dari daya tarik tertentu, asam amino berpartisipasi dan mengatur
isyarat sel melalui pengawetan protein kinase, reseptor protein pasangan, dan
molekul berupa gas, meliputi NO, CO, dan H2S. Sebagai tambahan, glutamat,
glutamin, dan aspartat (asam amino terdapat banyak dalam protein makanan yang
berasal dari pabrik dan binatang) adalah bahan bakar metabolik utama untuk
mamalia entrosit (Wu, 2013).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Oktober 2015
pukul 15:30-17:30 WITA, bertempat di Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,
Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 100
mL dan 500 mL, pipet tetes, tabung reaksi, batang pengaduk, spatula, hot
plate, corong dan gegep.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan
protein (telur dan susu), akuades, ammonium sulfat {(NH4)2SO4), asam asetat
(CH3COOH) 1 N, etanol 97%, NaOH 0,1 N, HCl 0,1 M dan pereaksi Biuret.
C. Prosedur Kerja
1. Pengendapan Protein oleh Garam Anorganik
2. Pengendapan dengan Alkohol
10 mL larutan protein
- dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL- ditambahkan amonium sulfat kristal
sedikit demi sedikit- diaduk hingga larut- ditambah dan diaduk lagi hingga sedikit
garam amonium sulfat yang tertinggal tidak larut lagi
- disaring
Hasil Pengamatan
Filtrat Residu
- ditambahkan 2 mL pereaksi biuret- dihomogenkan- diamati kelarutannya
5 mL larutan protein 5 mL larutan protein
- dimasukkan dalam tabung reaksi I
- ditambahkan 1 mL HCl 0,1 M
- dimasukkan dalam tabung reaksi II
- ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 N
- ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi 6 mL etanol 97%
Hasil Pengamatan
3. Uji Koagulasi
5 mL larutan protein
- dimasukkan dalam tabung reaksi- ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M- diaduk hingga larut- diletakkan dalam air mendidih selama 5
menit- disaring
Hasil Pengamatan
Filtrat Residu
- ditambahkan 2 air- dikocok- diamati kelarutannya
dalam air
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
1. Tabel Data Pengamatan
Pengendapan Protein olah Garam Anorganik
Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
10 mL larutan protein + amonium sulfat sampai lewat jenuh
Tidak larut
Disaring Larutan berwarna kuning
Filtratnya + 2 mL pereaksi biuret
Larutan berwarna jingga
Uji Koagulasi
Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
5 mL larutan protein + 2 tetes asam asetat 1 M
Larutan berwarna kuning
Dipanaskan selama 5 menit dan endapannya diuji kelarutan dalam air
Endapannya berwarna putih
Pengendapan dengan Alkohol
Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
Tabung I, 5 mL larutan protein + 2 mL HCl 0,1 M + 6 mL etanol 97%
Endapan putih padat
Tabung II, 5 mL larutan protein + 1 mL NaOH 0,1 M + 6 mL etanol 97%
Larutannya berbentuk jeli dan berwarna
bening
B. Pembahasan
Protein dibedakan satu sama lain berdasarkan tipe, jumlah dan susunan
asam aminonya. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan struktur molekuler,
kandungan nutrisi dan sifat fisikokimia. Struktur protein tidak stabil terhadap
beberapa faktor, yaitu suhu, pH, pelarut, pengadukan, logam berat, garam dan
penambahan oksidator atau reduktor. Percobaan ini dilakukan untuk uji
identifikasi protein. Pada uji protein tersebut didasarkan pada kelarutannya dalam
penambahan garam anorganik, asam dan alkohol. Sampel yang digunakan untuk
uji identifikasi protein adalah albumin pada telur. Dimana untuk uji identifikasi
protein tersebut dilakukan dengan berbagai tes uji yaitu pengendapan larutan
protein oleh garam anorganik, uji koagulasi dan pengendapan dengan alkohol.
Perlakuan pertama yaitu pengendapan larutan protein oleh garam
anorganik. Pada perlakuan ini, larutan protein ditambahkan ammonium sulfat
secara perlahan sampai Kristal ammonium sulfat tersebut tidak dapat larut lagi
dalam larutan protein (lewat jenuh). Larutan tersebut kemudian disaring dan
filtratnya ditambahkan dengan pereaksi biuret. Berdasarkan hasil pengamatan,
setelah ditambahkan pereaksi biuret larutan protein berubah warna dari bening
menjadi jingga, namun seharusnya larutan tersebut berubah warna menjadi biru
akibat adanya penambahan reaksi biuret. Pereaksi biuret jika bereaksi dengan
larutan protein maka protein tersebut akan bereaksi dengan tembaga (Cu2+) dalam
NaOH sebagai basa kuat yang memiliki ion OH- yang tinggi dalam larutan
sehingga mampu mengikat ion H+ pada larutan tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif
tersebut dapat diikat dan tak akan bereaksi dengan gugus amino, sehingga ion
Cu2+ dapat bereaksi dengan gugus amino dari ikatan peptida protein dalam larutan
albumin telur. Senyawa kompleks ini akan terlihat setelah penambahan reagen
biuret dengan terbentuknya biru pada larutan. Dengan terjadinya warna jingga
pada larutan protein berarti menunjukkan bahwa ikatan peptida dalam protein
tersebut telah putus akibat adanya garam anorganik.
Perlakuan selanjutnya yaitu uji koagulasi. Uji ini dilakukan dengan cara
menambahkan larutan asam asetat dalam larutan protein kemudian dimasukkan
dalam air mendidih. Tujuan larutan protein disimpan dalam air mendidih adalah
untuk mengamati terjadinya endapan pada suhu tinggi. Setelah dipanaskan maka
terjadi endapan pada albumin telur. Endapan protein kemudian ditambahkan
dengan air untuk mengamati kelarutan protein tersebut dalam air. Terjadinya
endapan tersebut disebabkan oleh penambahan pelarut organik pada protein
karena pelarut organik tersebut akan menggantikan beberapa molekul air disekitar
daerah hidrofob dari permukaan protein sehingga menurunkan konsentrasi air
dalam larutan. Dengan demikian kelarutan protein akan menurun dan
memungkinkan terjadinya endapan. Sedangkan larutan protein berada dalam suhu
tinggi maka molekul-molekul dalam protein tersebut menjadi bergerak lebih cepat
sehingga ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobiknya akan terganggu dan
ikatannya putus maka terjadi pengendapan pada protein (albumin telur).
Perlakuan terakhir yaitu pengendapan dengan alkohol. Uji ini dilakukan
dengan dua cara, dimana tabung I merupakan larutan protein yang ditambahkan
dengan HCl dan etanol; dan tabung II merupakan larutan protein yang
ditambahkan dengan NaOH dan etanol. Pada penambahan HCl dan etanol dalam
larutan protein terjadi endapan. Hal ini disebabkan karena setelah larutan protein
ditambahkan dengan larutan HCl, maka pH larutan protein berada dibawah titik
isoelektrik. Pada keadaan ini kelarutan protein berada pada titik minimumnya
sehingga dengan penambahan asam kuat mengakibatkan larutan protein semakin
cepat mengendap karena kelarutannya dalam air sangat berkurang. Ketika
ditambahkan dengan etanol, larutan protein semakin banyak yang mengendap. Hal
ini terjadi karena gugus –OH dari etanol lebih mudah terhidrasi daripada molekul
protein sehingga kelarutan protein dalam air tambah berkurang. Sedangkan pada
penambahan NaOH dan etanol pada larutan protein tidak terjadi endapan, akan
tetapi terbentuk seperti jeli dan larutan berwarna bening. Penambahan NaOH
dalam larutan protein menyebabkan pH larutan diatas pH isoelektrik sehingga
kelarutan protein dalam air meningkat dan larutan tetap bening. Hal ini terjadi
karena molekul-molekul protein yang kelarutannya telah meningkat akibat
penambahan basa akan berebut dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat air,
sehingga molekul protein tidak mengendap.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan
bahwa uji identifikasi protein dilakukan dengan berbagai tes uji yaitu
pengendapan larutan protein oleh garam anorganik, uji koagulasi dan
pengendapan dengan alkohol. Pada pengendapan protein oleh garam anorganik
digunakan Kristal ammonium sulfat dan penambahan pereaksi biuret, dimana
hasilnya adalah terjadi perubahan warna jingga pada larutan protein. Uji koagulasi
dilakukan dengan cara penambahan asam asetat pada larutan protein dan
dipanaskan, dimana hasilnya terjadi endapan berwarna putih. Sedangkan pada
pengendapan dengan alkohol dilakukan dengan cara larutan protein ditambahkan
HCl dan etanol serta NaOH dan etanol, dimana hasilnya adalah pada penambahan
HCl dan etanol terjadi endapan pada protein; serta penambahan NaOH dan etanol
tidak terjadi endapan.
DAFTAR PUSTAKA
Enechi, O.C., dan Nwabueze, C. E. 2013. A New Colorimetric Method for the Determination of Proteins. Advances in Biological Research. Vol. 7 (5): 159-162
Jazil, N., A. Hintono, S. Mul. 2013. Penurunan Kualitas Telur Ayam Ras dengan Intensitas Warna Coklat Kerabang Berbeda Selama Penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 2 (1)
Katili, A.S. 2009. Struktur dan Fungsi Protein Kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu. Vol. 2 (5)
Toha, A.H.A. 2001. Biokimia : Metabolisme Biomolekulel. Bandung: ALFABETA
Wu, G. 2013. Functional Amino Acids in Nutrition and Health. Jurnal Amino Acids. Vol. 2 (45)