Percepatan Pembangunan Proyek Strategis Bahan Sosialisasi Revisi

40
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Jakarta, 18 April 2016 PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL (Perpres Nomor 3 Tahun 2016 & Inpres Nomor 1 Tahun 2016)

description

Proyek Strategis

Transcript of Percepatan Pembangunan Proyek Strategis Bahan Sosialisasi Revisi

Kementerian Koordinator Bidang PerekonomianRepublik Indonesia

Jakarta, 18 April 2016

PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL(Perpres Nomor 3 Tahun 2016 & Inpres Nomor 1 Tahun 2016)

2

Latar Belakang & Tujuan Peraturan Presiden dan Instruksi Presiden

1) Latar Belakang:Terhambat dan lambatnya pelaksanaan dan penyelesaian berbagai PSN yang dilaksanakan oleh kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan badan usaha (BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta berbentuk PT, atau Koperasi). Hal ini dapat menghambat pelayanan umum kepada masyarakat dan menganggu peningkatan perekonomian nasional.

2) Faktor penghambat: 1. Perizinan dan nonperizinan dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.2. Tata ruang, lahan, dan penyediaan tanah.3. Pengadaan barang/jasa Pemerintah.4. Penjaminan atas risiko politik/kebijakan Pemerintah.5. Ketakutan pejabat Pemerintah dalam pengambilan (kriminalisasi keputusan/kebijakan).

3) Tujuan:Penyelesaian berbagai hambatan/sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian PSN.

4) Regulasi yang diterbitkan:1. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.2. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Proyek Strategis Nasional1

4

Cakupan Pengaturan:

Cakupan pengaturan Perpres:

1. Kriteria, cakupan, & jenis PSN:1. Kriteria PSN (Pasal 1 angka 1)2. Daftar PSN (Lampiran Perpres: 225 proyek + Proyek Infrastruktur Ketenagalistrikan)

2. Simplikasi dan kemudahan perizinan dan nonperizinan:a. Percepatan pengajuan perizinan dan nonperizinan dan pemusatan penyelesaian perizinan dan nonperizinan di

PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu).b. Izin checklist dan penyelesaian izin secara paralelc. Batas waktu penyelesaian perizinan dan nonperizinand. Sanksi dan pengambilalihan kewenangan perizinan dan nonperizinane. 1 izin untuk lebih dari 1 lokasif. Perpanjangan perizinang. Pendelegasian perizinan.

3. Penyelesaian tata ruang dan kepastian penyediaan lahan:a. Dapat dilakukan perubahan tata ruangb. Penyelesaian RTRW melalui holding zonec. Pemanfaatan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam untuk PSN energi air, panas, dan angind. Penyediaan tanah oleh Pemerintah, Pemda, atau BUMN yang ditugaskan menggunakan UU Nomor 2 Tahun 2012e. Freezing lahan yang telah ditetapkan lokasinyaf. Dukungan untuk penyediaan lahan bagi badan usaha.g. Pendanaan dapat bersumber terlebih dahulu dari Badan Usaha,

5

Cakupan Pengaturan:

Cakupan pengaturan Perpres:

4. Pemberian jaminan atas risiko perubahan kebijakan Pemerintah:Pemberian jaminan Pemerintah terhadap perubahan kebijakan Pemerintah yang menghambat pelaksanaan PSN dan menimbulkan dampak finansial kepada Badan Usaha.

5. Penugasan kepada BUMN:Pemerintah dapat menugaskan BUMN untuk melaksanakan PSN.

6. Percepatan pengadaan barang/jasa Pemerintah:a. Pengadaan langsung atau penunjukan langsungb. Penyelesaian kontrak PSN melampaui Tahun Anggaran (over flow).

7. Diskresi dalam penyelesaian hambatan dan perlindungan hukum:a. Pengambilan diskresi.b. Penyelesaian permasalahan hukum bagi pejabat dan pegawai melalui UU Administrasi Pemerintahan.c. Penyelesaian permasalahan korporasi melalui UU Perseroan Terbatas.

Penetapan Proyek Strategis Nasional

6

Proyek Strategis Nasional ditentukan berdasarkan kriteria berikut:

• Sesuai dengan RPJMN/Renstra dan Tata Ruang;• Memiliki fungsi strategis terhadap perekonomian, kesejahteraan

sosial, pertahanan, dan keamanan;• Keterkaitan antar sektor infrastruktur dan wilayah;• Distribusi proyek di setiap pulau;• Pertimbangan ketersediaan studi kelayakan;• Nilai investasi lebih dari Rp 100 Milyar atau memiliki peran strategis

dalam meningkatkan ekonomi daerah

Proyek RPJMN

225 Proyek Strategis Nasional

dan 1 Program

Jalan Kereta Bandara Pelabuhan Perumahan Energi

52 19 17 13 3 7

Distribusi PSN

Air Bersih Kawasan Bendungan Teknologi Properti Tambang

10 7 60 3 25 6

Pertanian & Perikanan Kelistrikan

3 1 Program

• KPPIP diberikan mandat untuk menentukan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan mengkoordinasikan penyediaannya.

• PSN yang telah ditetapkan dapat diubah berdasarkan kajian yang dilakukan oleh KPPIP.

Proyek Strategis Nasional (PSN) = proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan

daerah.

7

Proyek Pembangunan Pelabuhan Baru89.Pengembangan pelabuhan internasional Kuala Tanjung 90.Pengembangan pelabuhan hub internasional Bitung 91.Pelabuhan KEK Maloy 92.Inland Waterways/CBL Cikarang-Bekasi-Laut Jawa 93.Pembangunan Pelabuhan Jawa Barat (Utara) 94.Pembangunan Pelabuhan Sorong 95.Pembangunan Pelabuhan Kalibaru 96.Makassar New Port 97.Pengembangan Pelabuhan Wayabula, Kepulauan Morotai 98.Pengembangan Pelabuhan Palu (Pantoloan, Teluk Palu) 99.Pengembangan kapasitas Pelabuhan Parigi 100.Pengembangan Pelabuhan Kijing 101.Pengembangan Pelabuhan Kupang

Proyek Pembangunan Kilang Minyak105.Kilang Minyak Bontang 106.Kilang Minyak Tuban (ekspansi) 107.Upgrading kilang-kilang eksisting (RDMP)

Proyek Program Satu Juta Rumah102.Pembangunan 603.516 rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah 103.Pembangunan Tahap 2 sebanyak 98.020 Unit (Lokasi belum ditentukan) 104.Pembangunan Tahap 3 sebanyak 173.803 Unit (Lokasi belum ditentukan)

Proyek Pipa Gas/Terminal LPG108.Pembangunan terminal LPG Banten kapasitas 1.000.000 ton/tahun 109.Pembangunan Pipa Gas Belawan-Sei Mengkei kapasitas 75 mmscfd (panjang 139,24km) 110.Pembangunan kilang mini LNG dan stasiun LNG-LNCG di Pulau Jawa

Proyek Infrastruktur Energi asal sampah111.Energi asal sampah kota-kota besar (Semarang, Makassar, Tangerang)

Sebaran Proyek Strategis Nasional

8

Proyek Penyediaan Air Minum 112.Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat 113.Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Jatigede 114.Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan 115.Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Lampung 116.Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Mamminasata 117.Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Jatiluhur118.Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Mebidang119.Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Wasusokas

Proyek Pembangunan Tanggul Penahan BanjirKilang Minyak Bontang 121. National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Tahap A

Proyek Penyediaan Infrastruktur Sistem Air Limbah Komunal120. Jakarta Sewerage System/ Pengolahan Limbah Jakarta

Proyek Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) & Sarana Penunjang (SP)122.PLBN & SP Entikong, Kab. Sanggau, Prov. Kalimantan Barat 123.PLBN & SP Nanga Badau, Kab. Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat 124.PLBN & SP Aruk, Kab. Sambas, Provinsi Kalimantan Barat 125.PLBN & SP Mota’ain, Kab. Belu, Provinsi NTT 126.PLBN & SP Motamassin, Kab. Malaka, Provinsi NTT127.PLBN & SP Wini, Kab. Timor Tengah Utara, Prov. NTT 128.PLBN & SP Skouw, Kota Jayapura, Provinsi Papua

Sebaran Proyek Strategis Nasional

9

129. Bendungan Paya Seunara 130. Bendungan Rajui 131. Bendungan Jatigede 132. Bendungan Bajulmati 1133. Bendungan Nipah 134. Bendungan Titab 135. Bendungan Marangkayu 136. Bendungan Kuningan 137. Bendungan Bendo 138. Bendungan Gongseng 139. Bendungan Tukul 140. Bendungan Gondang 141. Bendungan Pidekso 142. Bendungan Tugu143. Bendungan Teritip 144. Bendungan Karalloe

145. Bendungan Keureuto 146. Bendungan Muara Sei Gong 147. Bendungan Tapin 148. Bendungan Passeloreng 149. Bendungan Lolak 150. Bendungan Raknamo 151. Bendungan Rotiklod 152. Bendungan Bintang Bano 153. Bendungan Mila 154. Bendungan Tanju 155. Bendungan Sindang Heula 156. Bendungan Logung 157. Bendungan Karian158. Bendungan Rukoh 159. Bendungan Sukoharjo 160. Bendungan Kuwil Kawangkoan

161. Bendungan Ladongi 162. Bendungan Ciawi 163. Bendungan Sukamahi 164. Bendungan Leuwikeris 165. Bendungan Cipanas 166. Bendungan Komering II 167. Bendungan Semantok 168. Bendungan Pamukkulu 169. Bendungan Bener 170. Bendungan Sadawarna 171. Bendungan Tiro 172. Bendungan Lausimeme 173. Bendungan Kolhua174. Bendungan Sidan175. Bendungan Telaga Waja 176. Bendungan Pelosika

177. Bendungan Jenelata 178. Bendungan Matenggeng179. Bendungan Sukaraja III180. Bendungan Segalamider181. Bendungan Bagong182. Bendungan Randugunting183. Bendungan Rokan Kiri184. Bendungan Loea185. Bendungan Mbay186. Bendungan Bonehulu187. Bendungan Long Sempajong

Proyek Bendungan

Sebaran Proyek Strategis Nasional

10

192. Kuala Tanjung, Sumatra Utara 193. Sei Mangkei, Sumatra Utara 194. Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan 195. Tanjung Lesung, Banten 196. Landak, Kalimantan Barat 197. Ketapang, Kalimantan Barat 198. Tanggamus, Lampung 199. Batulicin, Kalimantan Selatan 200. Jorong, Kalimantan Selatan

201. Palu, Sulawesi Tengah 202. Bantaeng, Sulawesi Selatan 203. Bitung, Sulawesi Utara 204. Bantaeng, Sulawesi Selatan205. Morowali, Sulawesi Tengah 206. Konawe, Sulawesi Tenggara 207. Mandalika, NTB 208. Buli, Halmahera Timur – Maluku Utara

209. Morotai, Maluku Utara 210. Teluk Bintuni, Papua Barat 211. Belitung, Bangka Belitung 212. Kendal, Jawa Tengah 213. Percepatan infrastruktur KEK Sorong 214. Percepatan infrastruktur KEK Lhokseumawe 215. Dukungan Infrastruktur KEK Merauke

Proyek Kawasan Ekonomi Khusus

Sebaran Proyek Strategis Nasional

11

216. Percepatan infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih untuk 10 kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Prioritas Danau Toba, Pulau Seribu, Tanjung Lesung dan 7 kawasan lainnya

Proyek Pertanian dan Kelautan 223. Food Estate di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku dan Papua 224. Pembangunan Pulau Karantina di Pulau Nanduk, Bangka Belitung (2.170 ha) 225. Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi dalam Rangka Penerapan Cool Chain System di 20 Lokasi

Proyek Kawasan Ekonomi Khusus

Proyek Pembangunan Smelter 217. Kuala Tanjung, Sumatera Utara 218. Ketapang,

Kalimantan Barat 219. Morowali, Sulawesi Tengah 220. Konawe, Sulawesi Tenggara 221. Bantaeng, Sulawesi Selatan 222. Buli, Maluku Utara

Sebaran Proyek Strategis Nasional

Sebaran Proyek Strategis Nasional yang menjadi Proyek Prioritas KPPIP

12

4

4

4 4

38

56

1312

13 18 21

11

1

25

92

7

6

6

10

4

4

26

4

427

15

30

23

16

29

1219

29

29

2929

29

29

29

29

29

4

4

8

14

19

20

22

24

28

30 Proyek PSN Prioritas:1.Jalan Tol Balikpapan-Samarinda2.Jalan Tol Mando-Bitung3.Jalan Tol Panimbang Serang4.8 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera5.Kereta Api Ekspres SHIA6.MRT Jakarta Jalur Selatan – Utara 7.Kereta Api Makassar – Parepare 8.Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung 9.Pelabuhan Hub Internasional Bitung NCICD10.PLTA Karangkates IV & V (2x50MW)

11. PLTA Kesamben (37MW) 12. PLTA Lodoyo (10MW) 13. Inland Waterways/Cikarang – Bekasi – Laut (CBL) 14. Light Rail Transit (LRT) di Provinsi Sumatera Selatan 15. Light Rail Transit (LRT) Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor,

Depok dan Bekasi 16. National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A 17. Sistem Pengolahan Limbah Jakarta18. SPAM Semarang Barat 19. High Voltage Direct Current (HVDC) 20. Transmisi Sumatera 500 kV

21. Central – West Java Transmission Line 500 kV 22. Central Java Power Plant (CJPP)/PLTU Batang 23. PLTU Indramayu 24. PLTU Mulut Tambang Sumatera Selatan 8, 9, 10 25. Kilang Minyak Bontang 26. RDMP/Revitalisasi Kilang Eksisting (Balikpapan, Cilacap,

Balongan, Dumai, Plaju) 27. Pelabuhan di Jawa Barat Bagian Utara 28. Kilang Minyak Tuban 29. Palapa Ring Broadband 30. Kereta Api Kalimantan Timur

13

Simplikasi dan kemudahan perizinan dan nonperizinan (1)

Percepatan pengajuan perizinan dan nonperizinan:1) Proyek Pemerintah (Pusat dan Daerah):

1. Perizinan dan nonperizinan diajukan PSN sejak ditetapkan dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2016.2. Pengajuan perizinan dan nonperizinan PSN Pusat (Kementerian/Lembaga):

a. Seluruh perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan menteri/kepala lembaga diajukan kepada PTSP Pusat di BKPM. (Kecuali perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan menteri/kepala lembaga itu sendiri).

b. PTSP Pusat melakukan penyelesaian seluruh perizinan dan non perizinan yang telah dilimpahkan atau didelegasikan oleh menteri/kepala kepada BKPM.

c. PTSP Pusat menyelesaikan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan menteri/kepala yang belum dilimpahkan atau didelegasikan kepada BKPM.

d. PTSP Pusat menyelesaikan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan daerah melalui PTSP Daerah.3. Pengajuan perizinan dan nonperizinan PSN Daerah:

a. Perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan daerah diajukan kepada PTSP Daerah.b. Perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan menteri/kepala lembaga (pusat) diajukan oleh gubernur atau

bupati/walikota kepada PTSP Pusat.4. Perizinan dan nonperizinan yang diperlukan diawal pelaksanaan PSN, yaitu:

a. Penetapan Lokasi. b. Izin Lingkungan. c. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). d. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

14

Simplikasi dan kemudahan perizinan dan nonperizinan (2)

2) Proyek Badan Usaha (BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta berbentuk PT, atau Koperasi):

1. Seluruh perizinan dan nonperizinan diajukan kepada BKPM/PTSP Pusat.2. PTSP Pusat melakukan penyelesaian seluruh perizinan dan non perizinan yang telah dilimpahkan atau didelegasikan

oleh menteri/kepala kepada BKPM.3. PTSP menerbitkan izin prinsip paling lama 1 hari (lengkap dan benar).4. Izin prinsip menjadi dasar untuk penyelesaian:

a. Izin Lokasi. b. Izin Lingkungan. c. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). d. Izin Mendirikan Bangunan (IMB). e. Fasilitas fiskal dan non fiskal (apabila diperlukan).

5. PTSP Pusat menyelesaikan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan menteri/kepala yang belum dilimpahkan atau didelegasikan kepada BKPM.

6. PTSP Pusat menyelesaikan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan daerah melalui PTSP Daerah.

K/L Wewenang Sendiri

Pemusatan Perizinan dan Nonperizinan di PTSP

PemdaGub & Bupati/Walikota

Badan Usaha:BUMN

Swasta (PT)Koperasi

PTSP Daerah(Wewenang Sendiri)

• IMB• Penetapan Lokasi/

Izin lokasi• Pengesahan Studi

Amdal atau UKP/UPL

• AMDAL Lalin• Izin Lingkungan• Izin Usaha

PTSP Pusat (BKPM) Perizinan & Nonperizinanyang tidak didelegasikan atau dilimpahkan K/L/D:• ketentuan peraturan

perundang-undangan • secara teknis tidak

dimungkinkan dilimpahkan (kompleksitas, keahlian tertentu, dan efisiensi dan efektifitas).

• Izin Prinsip PM (1hari)

Perizinan & Nonperizinanyang didelegasikan atau dilimpahkan K/L• Pertimbangan teknis

pertanahan• Pengesahan Studi Amdal

atau UKP/UPL• AMDAL Lalin• Izin Lingkungan• IPPKH• Izin teknis dari K/L• Fasilitas Perpajakan

• menyusun prosedur, kriteria, dan waktu penyelesaian perizinan dan nonperizinan;

• menugaskan pejabat atau pegawai pada PTSP

Penanggung Jawab PSN

Mendagri

Perizinan dan Nonperizinan

PTSP Pusat (BKPM)

16

Simplikasi dan kemudahan perizinan dan nonperizinan (3)

Perizinan checklist dan penyelesaian izin secara paralel1) Perizinan check list:

a. Perizinan yang tidak membahayakan lingkungan dapat diberikan dalam bentuk pemenuhan kriteria dan persyaratan (check list) perizinan.

b. Perizinan yang dapat diberikan dalam bentuk check list yang disertai persyaratan teknis yang harus dipenuhi. Izin check list paling kurang yaitu :

1. IMB;2. izin gangguan;3. Persetujuan rencana teknis bangunan gedung yang meliputi pengesahan rencana teknis lift, instalasi petir, listrik dan

genset. c. Pemohon perizinan hanya menyampaikan komitmen untuk pemenuhan persyaratan teknis perizinan. Komitmen yang telah

diterima dan dicatatkan oleh pemberi izin merupakan izin.

d. Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan check list dan mengambil tindakan (pembatalan dan/atau sanksi) apabila pemohon tidak memenuhi komitmen pemenuhan persyaratan teknis yang telah ditetapkan.

2) Penyelesaian perizinan secara paralel (dalam hal belum menerapan perizinan check list)a. Izin lokasi dapat dilakukan bersamaan dengan penerbitan izin lingkungan, izin mendirikan bangunan, dan izin lainnya (data

sharing).b. Izin gangguan dan persetujuan rencana teknis bangunan gedung yang meliputi pengesahan rencana teknis lift, instalasi petir,

listrik, dan genset, dilakukan secara terpadu dan bersamaan dengan pengajuan IMB.

17

Simplikasi dan kemudahan perizinan dan nonperizinan (4)

Batas waktu penyelesaian perizinan dan nonperizinan

1) PTSP Pusat memberikan izin prinsip kepada Badan Usaha paling lambat 1 hari sejak diterima.

2) PTSP Pusat memberikan perizinan dan nonperizinan yang telah didelegasikan kepada PTSP Pusat paling lambat 3 hari sejak diterima secara lengkap dan benar, (kecuali yang diatur waktunya dalam UU atau PP). Dalam hal pengajuan perizinan dan nonperizinan tidak lengkap dan benar, PTSP Pusat wajib mengembalikan kepada badan usaha paling lambat 1 hari sejak diterima. Kecuali:

a. Izin Lingkungan yang diselesaikan paling lama 60 hari kerja;

b. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan paling lama 30 hari kerja;

c. Nonperizinan untuk fasilitas perpajakan (Pajak Penghasilan dan/atau Pajak Pertambahan Nilai) paling lama 28 hari kerja

3) PTSP Pusat melakukan penyelesaian perizinan dan nonperizinan yang belum didelegasikan kepada PTSP Pusat dalam jangka waktu 30 hari kerja (lengkap dan benar).

4) PTSP Daerah melakukan penyelesaian perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangannya dalam jangka waktu 10 hari kerja.

5) Rekomendasi dari kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah yang diperlukan untuk pemberian perizinan dan nonperizinan diberikan paling lambat 5 hari kerja.

18

Simplikasi dan kemudahan perizinan dan nonperizinan (5)

Sanksi dan pengambilalihan kewenangan perizinan dan nonperizinan

1) Kepala BPKPM menyampaikan kepada gubernur untuk pemberian sanksi administratif kepada Bupati/Walikota (c.q. PTSP Kabupaten/Kota) yang tidak mengeluarkan perizinan dan nonperizinan yang telah memenuhi persyaratan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal sanksi administratif telah dikenakan dan perizinan tidak diterbitkan oleh bupati/walikota, gubernur mengambil alih pemberian izin dimaksud.

2) Kepala BPKPM menyampaikan kepada kepada Menteri Dalam Negeri untuk pemberian sanksi administratif kepada Gubernur (c.q. PTSP Provinsi) yang tidak mengeluarkan perizinan dan nonperizinan yang telah memenuhi persyaratan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal sanksi administratif telah dikenakan dan perizinan tidak diterbitkan oleh gubernur, Menteri Dalam Negeri mengambil alih pemberian izin dimaksud.

1 Izin untuk lebih dari 1 lokasi dan perpanjang perizinan

1) Perizinan cukup diberikan 1 kali saja untuk PSN yang berada lebih dari 1 lokasi sepanjang PSN tersebut merupakan satu kesatuan proyek.

1. Oleh bupati/walikota untuk dalam wilayah kabupaten/kota;2. Oleh gubernur untuk lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 provinsi;3. Oleh PTSP Pusat untuk lintas wilayah provinsi.

2) Perpanjangan perizinan dan non perizinan telah memenuhi persyaratan dan izin perpanjangan belum diterbitkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, pelaksanaan PSN tetap dapat dilanjutkan dan izin perpanjangan dianggap telah diberikan.

19

Simplikasi dan kemudahan perizinan dan nonperizinan (6)

Pelimpahan dan pendelegasian perizinan dan nonperizinan1) Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib mendelegasikan atau melimpahkan kewenangan pemberian

perizinan dan nonperizinan kepada PTSP, kecuali perizinan dan nonperizinan yang tidak dapat didelegasikan atau dilimpahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau secara teknis tidak dimungkinkan untuk didelegasikan atau dilimpahkan (kompleksitas, keahlian tertentu, dan efisiensi dan efektifitas).

2) Terhadap perizinan dan nonperizinan yang tidak dapat didelegasikan atau dilimpahkan, menteri/kepala dan gubernur atau bupati/walikota wajib:

a. Menerbitkan prosedur, kriteria, dan waktu penyelesaian perizinan dan nonperizinan; dan

b. menugaskan pejabat atau pegawai pada PTSP.

Perbandingan Penerbitan Perizinan & Non-Perizinan

20

Proyek PSN Proyek Non-PSN

BKPM, BPMPTSP Provinsi atau Kabupaten/Kota Perizinana. Penetapan Lokasi: Gubernur (Perpres No. 71/2012)b. Izin Lokasi: Bupati/Walikota, Gubernur, Menteri ATR/BPN

sesuai kewenangannya (Pasal 9 Perka BPN No. 5/2015)c. Izin Mendirikan Bangunan: Bupati/Walikota (Permendagri No.

32 /2010)d. Izin Lingkungan: BKPM (PermenLH dan Kehutanan No.

97/2014)e. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan: BKPM (PermenLH dan

Kehut anan No. 97/2014)

Non Perizinanf. Fasilitas Pajak Penghasilan untuk penenaman modal di bidang

tertentu dan/atau daerah tertentu usah a: BKPM (Perka BKPM No. 8/2015)

g. Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Industri Pionir: BKPM (Perka BKPM No. 13/2015)

Perizinana. Penetapan Lokasi/Izin Lokasi : 3 hari kerjab. Izin Mendirikan Bangunan: 3 hari kerjac. Izin Lingkungan: 60 hari kerjad. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan: 30 hari

kerja

Non PerizinanPajak Penghasilan dan/atau Pajak Pertambahan Nilai : 28 hari kerja

Perizinana. Penetapan Lokasi/Izin Lokasi: -b. Izin Mendirikan Bangunan: 7 hari kerja (Pasal 12 Permendagri

No. 32/2010)c. Izin Lingkungan: 120 hari kerja(PP No. 27/2012)d. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan: 75 hari kerja (Pasal 25

Permenhut No. 16 /2014)

Non Perizinane. Fasilitas Pajak Penghasilan untuk penenaman modal di bidang

tertentu dan/atau daerah tertentu usaha: 23 hari kerja (Perka BKPM No. 8/2015)

f. Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Industri Pionir: 25 hari kerja (Perka BKPM No. 13/2015)

g. Pajak Pertambahan Nilai: -

Aspek Pengaturan

Penerbit IzinPerizinan

a. Penetapan Lokasi/Izin Lokasi

b. Izin Mendirikan Bangunan

c. Izin Lingkungan

d. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

Non Perizinan

e. Pajak Penghasilan; dan/atau

f. Pajak Pertambahan Nilai

Jangka WaktuPerizinan

a. Penetapan Lokasi/Izin Lokasi

b. Izin Mendirikan Bangunan

c. Izin Lingkungan

d. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

Non Perizinan

e. Pajak Penghasilan; dan/atau

f. Pajak Pertambahan Nilai

21

Penyelesaian Tata ruang dan Penyediaan Lahan (1)

Penyelesaian Tata Ruang1) Pelaksanaan PSN dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detil Tata Ruang Daerah

(RDTRD), atau Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.2) Dalam hal lokasi PSN tidak sesuai dengan RTR atau RDTR dan secara teknis tidak dimungkinkan untuk dipindahkan dari

lokasi yang direncanakan, dapat dilakukan penyesuaian tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.

3) Pemerintah daerah menyelesaikan penetapan rencana tata ruang dan dalam hal penetapan rencana tata ruang tidak dapat dilakukan karena belum mendapatkan persetujuan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, penyelesaian dilakukan melalui Penerapan Kawasan yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya (Holding Zone).

4) PSN yang semula berada pada lokasi bukan kawasan hutan namun kemudian lokasi tersebut diubah menjadi kawasan hutan, tetap dapat dilanjutkan dengan pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

5) PSN berupa pemanfaatan energi air, panas, dan angin, dapat dilakukan pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem.

22

Penyelesaian Tata ruang dan Penyediaan Lahan (2)

Penyediaan Tanah:1) Penyediaan tanah untuk PSN dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau badan usaha sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.2) Proses penyelenggaraan penyediaan tanah dilakukan secara efektif dan menggunakan waktu minimum dari batas waktu yang

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.3) Tanah untuk PSN yang telah ditetapkan lokasinya oleh Gubernur, tidak dapat dipindahkan hak atas tanahnya oleh pemilik hak

kepada pihak lain selain kepada BPN (freeze).4) Dalam rangka pengadaaan tanah untuk badan usaha, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan dukungan berupa

prioritas atas penyediaan tanah dan/atau penggunaan tanah milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.5) Pendanaannya dapat bersumber terlebih dahulu dari dana Badan Usaha yang mendapatkan kuasa berdasarkan perjanjian,

yang bertindak atas nama Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dan dibayar kembali proses pengadaan tanah selesai berdasarkan perhitungan bersama antara Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan badan usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

6) Pembayaran kembali dapat berupa perhitungan pengembalian nilai investasi

Penyediaan Tanah

23

Oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan oleh Pemerintah PusatPelaksanaan proses penyediaan

tanah untuk Proyek Strategis Nasional Oleh Badan Usaha Milik Negara

yang tidak mendapat penugasan dari Pemerintah Pusat atau badan usaha swasta

Prioritas atas penyediaan tanah

Pendanaan dapat bersumber terlebih dahulu dari dana Badan Usaha yang mendapatkan kuasa dan bertindak atas nama Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah serta dibayar kembali melalui APBN dan/atau APBD

dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan pemilik tanah

dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dengan menggunakan waktu minimum

Pemerintah Pusat dan/atau Daerah terhadap Pengadaan Tanah oleh Badan Usaha berupa: Penggunaan Tanah Milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah

24

Pemberian jaminan atas risiko perubahan kebijakan Pemerintah

1) Pemerintah dapat memberikan Jaminan Pemerintah Pusat terhadap PSN (infrastruktur untuk kepentingan umum) yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Pemerintah Daerah yang bekerjasama dengan Badan Usaha.

2) Jaminan Pemerintah diberikan sepanjang menyangkut kebijakan Pemerintah yang diambil atau tidak diambil mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan PSN dan memberikan dampak finansial kepada badan usaha yang melaksanakan PSN.

3) Pengendalian dan pengelolaan risiko atas Jaminan Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan.4) Menteri Keuangan berwenang untuk:

1. meminta dan memperoleh data serta informasi yang diperlukan dari pihak-pihak yang terkait dengan PSN yang dilaksanakan oleh badan usaha yang diusulkan untuk diberikan Jaminan Pemerintah;

2. menetapkan bentuk, tata cara, dan mekanisme Jaminan Pemerintah yang diberikan kepada suatu PSN yang dilaksanakan oleh badan usaha.

5) Pemerintah Daerah yang memintakan Jaminan Pemerintah, memberikan jaminan terlebih dahulu atas pelaksanaan PSN.6) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, tata cara dan mekanisme Jaminan Pemerintah diatur lebih lanjut oleh Menteri

Keuangan.

25

Penugasan kepada badan usaha

1) PSN yang telah telah ditetapkan spesifiksi teknis, standar, dan harga oleh menteri atau kepala lembaga, pelaksanaannya dapat ditugaskan kepada BUMN yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk melaksanakan PSN.

2) BUMN dalam pelaksanaan penugasan dapat bekerja sama dengan badan usaha lainnya dengan mengikuti kaidah-kaidah bisnis yang baik.

26

Pengadaan barang/jasa Pemerintah (1)

Percepatan pengadaan barang/jasa Pemerintah dalam rangka pelaksanaan PSN:1. Pengadaan langsung untuk Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp500 juta.2. Dapat dilakukan penunjukan langsung kepada lembaga keuangan internasional yang melakukan kerjasama dengan

kementerian, lembaga, atau daerah untuk penyiapan proyek;3. Penunjukan langsung kepada Penyedia Jasa Konsultansi yang telah melaksanakan Kontrak sejenis dengan kinerja baik

pada kementerian, lembaga, atau daerah bersangkutan (jasa konsultansi yang rutin).4. Penunjukan langsung kepada penyedia Barang/Jasa Konstruksi yang telah melaksanakan Kontrak sejenis dengan kinerja

baik (untuk 1 kali berikutnya).5. Kontrak yang tidak selesai dalam Tahun Anggaran (TA) bersangkutan dapat dilanjutkan ke TA berikutnya (over flow),

dalam hal:a. Keadaan kahar.b. kesalahan Penyedia (Penyedia dikenakan sanksi denda keterlambatansesuai dengan ketentuan Kontrak).c. kesalahan kementerian/lembaga atau pemerintah daerah..Lanjutan pelaksanaan kontrak pada TA berikutnya dilakukan melalui penyediaan anggaran pada TA berikutnya melalui re-alokasi anggaran kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah

27

Diskresi dalam penyelesaian hambatan dan perlindungan hukum (2)

Diskresi oleh Pimpinan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah:1) Pimpinan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah wajib menyelesaikan hambatan dan permasalahan dibidangnya dalam

pelaksanaan PSN.2) Untuk penyelesaian hambatan dan permasalahan bersifat mendesak untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta

pelayanan publik, pimpinan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah mengambil diskresi sesuai dengan:a. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, b. alasan-alasan yang objektif, c. tidak menimbulkan konflik kepentingan, d. dilakukan dengan iktikad baik ,e. memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang administrasi pemerintahan

3) Pengambilan diskresi termasuk dilakukan dalam rangka penanganan dampak sosial yang timbul dalam pelaksanaan PSN.4) Dalam hal pengambilan diskresi terdapat permasalahan hukum terkait dengan administrasi Pemerintahan, penyelesaiannya

dilakukan melalui ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Administrasi Pemerintahan.5) Pimpinan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah berwenang untuk menetapkan dan/atau melakukan keputusan

dan/atau tindakan yang diperlukan yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan, sepanjang sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik.

28

Diskresi dalam penyelesaian hambatan dan perlindungan hukum (2)

Penyelesaian hambatan oleh Badan Usaha:1) Pimpinan badan usaha wajib mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam

percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional sesuai dengan kewenangan.2) Dalam hal pengambilan langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan terdapat permasalahan hukum,

penyelesaiannya dilakukan dengan mendahulukan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.

29

Diskresi dalam penyelesaian hambatan dan perlindungan hukum (2)

Penyelesaian Permasalahan Hukum :1) Dalam hal terdapat laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat kepada pimpinan kementerian/lembaga, gubernur, atau

bupati/walikota sebagai pelaksana PSN atau kepada Kejaksaan Agung atau Polri mengenai penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan PSN, penyelesaian mendahulukan proses administrasi pemerintahan.

2) Kejaksaan Agung atau Polri meneruskan/menyampaikan laporan masyarakat kepada pimpinan kementerian/lembaga, gubernur, atau bupati/walikota untuk dilakukan pemeriksaan dalam jangka waktu paling lama 5 hari sejak laporan diterima.

3) Pimpinan kementerian/lembaga, gubernur, atau bupati/walikota memeriksa laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat4) Dalam hal pemeriksaan ditemukan indikasi penyalahgunaan wewenang, dilakukan pemeriksaan/audit lebih lanjut paling lama

dalam waktu 30 hari kerja5) Hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dapat berupa: kesalahan administrasi yang tidak menimbulkan

kerugian negara, kesalahan administrasi yang menimbulkan kerugian negara, atau tindak pidana yang bukan bersifat administratif

6) kesalahan administrasi yang tidak menimbulkan kerugian negara dilakukan melalui penyempurnaan administrasi paling lama 10 hari kerja sejak hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah disampaikan.

7) Tindak pidana yang bukan bersifat administratif disampaikan kepada Kejaksaan Agung atau Polri dalam jangka waktu paling lama 5 hari kerja menyampaikan.

K/L/D

APH (Jagung/Polri)

Masyarakat/ Pelapor

Laporan Internal K/L/D

Pemeriksaan Pimpinan

Pemeriksan APIP

Kesalahan Administrasi

Kerugian NegaraPidana & bukan

administrasi

Penyempurnaan Administrasi

Pengembalian Kerugian Negara

Selesai

Tidak terdapat Kesalahan Administrasi

Pemeriksaan oleh APH

Tidak ada indikasi

ada indikasi

Selesai

Pemeriksaan dilakukan:• Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik• alasan yang objektif• tidak menimbulkan konflik kepentingan• dilakukan dengan iktikad baik

Tidak mempublikasikan pemeriksaan sebelum tahapan penyidikan

Menggunakan pendapat dan/atau penjelasan/keterangan ahli dari

kementerian/lembaga

Proses & Penyelesaian Penyalahgunaan Wewenang (Pelanggaran Administrasi)

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Proyek Strategis Nasional2

32

Cakupan Arahan:

Para Menteri, Kepala, Gubernur, dan Bupati/Walikota mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan dan/atau memberikan dukungan percepatan pelaksanaan PSN, yang mencakup:

1. Penyiapan PSN;2. Pengadaan lahan/tanah PSN;3. Pendanaan PSN;4. Perizinan dan nonperizinan PSN (a.l. kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal apabila diperlukan, data);5. Pelaksanaan pembangunan fisik PSN;6. Pengawasan dan pengendalian PSN;7. Pemberian pertimbangan hukum dalam pelaksanaan PSN; dan/atau8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum dalam pelaksanaan PSN.

33

Penyelesaian Masalah Dan Hambatan Atau Memberikan Dukungan (1)

Melakukan penyelesaian hambatan dan masalah dengan melakukan:

1. Mengambil diskresi dalam rangka mengatasi persoalan yang konkret.

2. Menyempurnakan, mengganti, dan/atau mencabut ketentuan peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung atau menghambat percepatan pelaksanaan proyek.

3. Menyusun peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan yang diperlukan untuk percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.

4. Menerbitkan petunjuk teknis dan/atau penjelasan/penafsiran kepada para pejabat dan atau pemerintah daerah terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan dalam percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.

5. Mengambil langkah-langkah mitgasi dampak sosial yang timbul dalam percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.

6. Melakukan percepatan pengadaan tanah untuk pelaksanaan proyek strategis nasional dengan menggunakan waktu minimum dari batas waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

34

Penyelesaian Masalah Dan Hambatan Atau Memberikan Dukungan (1)

7. Melaksanakan percepatan pengadaan barang/jasa dalam rangka percepatan pelaksanaan PSN dengan:a. mempercepat pemilihan penyedia barang, penyedia pekerjaan konstruksi, penyedia jasa konsultansi, atau jasa

lainnya;b. memanfaatkan sistem informasi rencana umum pengadaan (SiRUP), sistem pembelian secara elektronik (e-

Purchasing), lelang cepat melalui sistem informasi kinerja penyedia dan/atau sistem pengadaan barang/jasa yang berlaku;

c. melakukan konsolidasi pengadaan barang/jasa dalam rangka percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.8. Meningkatkan tata kelola (governance) dan meningkatkan fungsi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam

rangka pengawasan pelaksanaan PSN.9. Mendahulukan proses Administrasi Pemerintahan dalam melakukan pemeriksaan dan penyelesaian atas laporan

penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan PSN.

35

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

1) Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance) percepatan pelaksanaan PSN.2) Melakukan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap kasus-kasus penyimpangan dalam percepatan pelaksanaan PSN.3) Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara dalam hal ditemukan adanya kerugian negara dalam pelaksanaan

audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap kasus penyimpangan dalam percepatan pelaksanaan PSN.4) Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit yang dilakukan oleh APIP dalam hal adanya kerugian negara5) Melakukan pendampingan dalam rangka pengadaan barang/jasa tertentu dalam pelaksanaan PSN tertentu yang dimintakan

oleh menteri/kepala lembaga atau Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).

36

Jaksa Agung dan Kepala POLRI (1)

1) Mendahulukan proses administrasi Pemerintahan sesuai Undang-Undang Administrasi Pemerintahan sebelum melakukan penyidikan atas laporan masyarakat yang menyangkut penyalahgunaan wewenang (pelanggaran administrasi) dalam pelaksanaan PSN.

2) Laporan masyarakat yang diterima oleh Kejaksaan Agung atau POLRI mengenai penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan PSN, disampaikan/diteruskan kepada pimpinan kementerian/lembaga atau pemerintah daerah untuk dilakukan pemeriksaan dan tindak lanjut penyelesaian laporan masyarakat, termasuk dalam hal diperlukan adanya pemeriksaan oleh APIP.

3) Melakukan pemeriksaan atas laporan pimpinan kementerian/lembaga atau pemerintah daerah yang menyampaikan hasil pemeriksaan APIP yang menemukan adanya tindak pidana yang bukan bersifat administratif.

4) Melakukan pemeriksaan atas hasil audit APIP yang menemukan adanya tindak pidana yang bukan bersifat administratif, dengan berdasarkan:a. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik;b. alasan yang objektif; c. tidak menimbulkan konflik kepentingan; dand. dilakukan dengan iktikad baik.

5) Tidak mempublikasikan pemeriksaan secara luas kepada masyarakat sebelum tahapan penyidikan.

6) Menggunakan pendapat dan/atau penjelasan/keterangan ahli dari kementerian/lembaga yang berwenang sebagai tafsir resmi dari peraturan perundang-undangan terkait.

37

Jaksa Agung dan Kepala POLRI (2)

5) Menyusun peraturan internal mengenai tata cara penanganan laporan (SOP) sebagai dasar pelaksanaan tugas di masing-masing jajaran unit instansi vertikal.

6) Memberikan pendampingan/pertimbangan hukum yang diperlukan dalam percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.

7) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap jajaran dibawahnya dan memberikan tindakan apabila terdapat penyimpangan dan pelanggaran

38

Hal Lainnya:

1) Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengoordinasikan Jaksa Agung, Kepala POLRI, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk menyusun ketentuan mengenai tata cara (SOP) pemanggilan dan pemeriksaan pejabat/pegawai Pemerintah, pejabat pada Badan Usaha oleh Kejaksaan dan POLRI atas laporan kasus penyimpangan dalam percepatan pelaksanaan PSN.

2) Menteri Dalam Negeri:1. Melakukan pengawasan kepada gubernur dan bupati/walikota dan memberikan sanksi kepada gubernur dan

bupati/walikota yang tidak memberikan dukungan2. Melakukan evaluasi atas peraturan daerah yang menghambat dan/atau menimbulkan biaya tinggi3. Membatalkan peraturan daerah yang menghambat dan/atau menimbulkan biaya tinggi

3) Gubernur dan Bupati/Walikota:1. Wajib mendukung percepatan pelaksanaan PSN di wilayahnya masing-masing.2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mendukung pengadaan tanah dan percepatan pelaksanaan PSN.3. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengendalikan kenaikan harga terkait pengadaan tanah untuk

percepatan pelaksanaan PSN.4. Melakukan evaluasi dan revisi atas peraturan daerah yang menghambat dan/atau menimbulkan biaya tinggi pelaksanaan

PSN.

Terima Kasih

Kementerian Koordinator Bidang PerekonomianRepublik Indonesia

www.ekon.go.id 2016