PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf ·...

15
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA DENGAN CIRI KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT DI KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan oleh : Ana Kurniawati J500090008 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Transcript of PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf ·...

Page 1: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA

DENGAN CIRI KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT

DI KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan oleh :

Ana Kurniawati

J500090008

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA REMAJA

DENGAN CIRI KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT

DI KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA

Ana Kurniawati1, Moh Fanani

2, Erna Herawati

2

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk untuk mengetahui

adanya perbedaan tingkat kecemasan antara remaja dengan ciri kepribadian

introvert dan ekstrovert di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta. Penelitian ini

menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Sampel yang digunakan ada 352 sampel yang diperoleh dari total siswa kelas X di

SMA Negeri 4 Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian

kuesioner oleh responden yang terdiri dari formulir biodata, kuesioner L-MMPI,

kuesioner EPI dan kuesioner TMAS. Teknik analisa data yang digunakan adalah

uji Mann-Whitney untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini adalah dari 270

responden 40,7% bertipe kepribadian ambivert, 60% mengalami kecemasan,

63,7% berjenis kelamin perempuan. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney

didapatkan nilai p adalah 0,001 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil

tersebut diperoleh kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat

kecemasan pada remaja dengan ciri kepribadian introvert dan ekstrovert di SMA

Negeri 4 Surakarta.

Kata kunci : Kecemasan, Kepribadian, Introvert, Ekstrovert

Abstract

This study aimed to investigate the differences in the level of anxiety among

adolescents with introvert and extrovert personality traits at the X grade students

of SMAN 4 Surakarta. This study uses observational analytic cross-sectional

approach. Data was collected through questionnaires by respondents comprising

biographical data forms, L-MMPI questionnaires, EPI questionnaires and TMAS

questionnaires. Then data was analyzed using the Mann-Whitney test to examine

the hypothesis. The results of this study showed from 270 respondents, 40,7% had

ambivert personality type, 60% had anxiety, and 63.7% are female. After examine

with Mann-Whitney test, p value obtained was 0.001 so that H1 is accepted and H0

is rejected. So the conclusions is there are significant differences in the level of

anxiety among adolescents with introvert and extrovert personality traits at the X

grade students of SMAN 4 Surakarta.

Keywords: Anxiety, Personality, Introvert, Extrovert

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammad Surakarta

2Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammad Surakarta

Page 3: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

NASKAH PUBLIKASI

Page 4: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu tahapan peralihan dalam kehidupan

seseorang antara tahapan kanak-kanak dan tahapan dewasa. Peralihan ini bersifat

multi-dimensi, yang melibatkan transformasi bertahap atau metamorfosis

seseorang dari anak-anak menjadi manusia dewasa (Geldard, K. & Geldard, D.,

2011).

Kecemasan adalah rasa kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan

terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak

diketahui (Maramis, 2005). Gangguan kecemasan normal dialami oleh setiap

orang. Menurut Degnan, Alamas, dan Fox (2010), gangguan kecemasan

merupakan gangguan diagnosis klinis yang paling umum dialami oleh remaja.

Dabkowska, M., Araszkiewicz, Dabkowska, A., dan Wilkosc (2011), gangguan

kecemasan mempengaruhi 6% sampai 20% anak-anak dan remaja di negara maju.

Jenis kecemasan pada remaja dan anak sekolah secara signifikan dapat

mengganggu kegiatan harian dan tugas-tugas perkembangan dapat berpengaruh

pada nilai akademik, sampai fungsi sosial yang dapat berlanjut hingga dia dewasa.

Erikson dalam Wilson (2009), kecemasan merupakan masalah kesehatan

yang biasanya dikaitkan dengan karakteristik tertentu dari dalam diri seseorang,

yaitu sifat kepribadian. Sifat kepribadian digunakan untuk menggambarkan

identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf &

Nurihsan, 2007). Berdasarkan bagaimana cara individu tersebut mengadakan

orientasi terhadap dunia sekitarnya, manusia dibedakan menjadi dua yaitu

introvert dan ekstrovert (Suryabrata, 2005).

Orang yang dengan ciri kepribadian ekstrovert dipengaruhi oleh dunia

objektif, tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya. Apabila

keterikatan terhadap dunia luar terlampau kuat ia menjadi asing terhadap dunianya

sendiri. Sedangkan orang introvert dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya

tertuju ke dalam dirinya. Ia kurang bisa bergaul dengan lingkungannya, namun

penyesuaian terhadap dirinya sendiri baik (Yusuf & Nurihsan, 2007).

Sifat kepribadian dapat mempengaruhi tidak hanya sekedar kesuksesan di

sekolah, namun juga hasil-hasil jangka panjang. Kepribadian juga dapat

mempengaruhi mood yang dialami seseorang (Feist, J. & Feist, G.J., 2010).

Menurut Eysenck dalam Suryabrata (2005), bahwa orang introvert cenderung

lebih mudah mengalami gejala-gejala ketakutan dan depresi, yang ditandai oleh

sifat mudah tersinggung, apatis, saraf otonom yang labil, gampang terluka, mudah

gugup, rendah diri, mudah melamun dan sukar tidur.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut : Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan antara remaja dengan

ciri kepribadian introvert dan remaja dengan ciri kepribadian ekstrovert di kelas X

SMA Negeri 4 Surakarta?

Page 5: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat kecemasan antara

remaja dengan ciri kepribadian introvert dan remaja dengan ciri kepribadian

ekstrovert di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kecemasan

Kecemasan atau anxiety adalah status perasaan tidak menyenangkan

yang terdiri atas respon-respon psikofisiologi terhadap antisipasi bahaya

yang tidak nyata disebabkan oleh konfliks intrapsikis yang tidak diketahui

(Saunders, 2001).

Menurut Kaplan dan Sadock (2007); Szirmai (2011), ada beberapa

teori mengenai penyebab kecemasan patologis yaitu teori psikologis (teori

psikoanalitik, teori perilaku dan teori eksistensial) dan teori biologis ( sistem

saraf otonom dan neurotransmiter norepinefrin, serotonin dan GABA).

Tambs, Czajkowsky, Roysamb, Neale, Reichborn, dan Aggen (2009),

mengungkapkan bahawa faktor genetis kemungkinan dapat

mengembangkan gejala gangguan kecemasan, selain itu faktor lingkungan

juga berperan di dalamnya.

Mekanisme patofisiologi kecemasan yang pasti belum ditentukan,

tetapi kecemasan diyakini karena terganggu modulasi dalam sistem saraf

pusat. Beberapa sistem neurotransmitter yang paling sering terlibat adalah

serotoninergik dan noradrenergik (penurunan aktivasi dari sistem

serotoninergik dan over aktivasi dari sistem noradrenergik). Gangguan

sistem gamma-aminobutyric (GABA) asam juga terlibat karena respon dari

banyak gangguan kecemasan terhadap pengobatan dengan benzodiazepin.

Ada juga beberapa peran regulasi kortikosteroid dan hubungannya dengan

gejala ketakutan dan kecemasan. Kortikosteroid bisa meningkatkan atau

menurunkan aktivitas jalur saraf tertentu, mempengaruhi perilaku tidak

hanya di bawah stres, tetapi juga proses stimulasi otak terhadap rasa takut

(Rowney, Hermida, & Maloney, 2010).

Kecemasan biasanya ditandai dengan rasa ketakutan yang difus,

tidak menyenangkan, dan samar-samar, seringkali disertai gejala otonomik

seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan

gangguan lambung ringan. Seseorang yang mengalami kecemasan mungkin

juga merasa gelisah (Kaplan & Sadock, 2007).

2. Remaja

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa

kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Pada

masa remaja banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun

social (Geldard, K., & Geldard, D., 2011). Masa remaja seringkali

dihubungkan penyimpangan gangguan emosi dan gangguan perilaku

Page 6: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-

perubahan yang terjadi pada dirinya (Soetjiningsih, 2007).

Sejalan dengan perubahan-perubahan tersebut, mereka juga

dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila

mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka

akan tercapai kepuasan keberhasilan, namun apabila ia tidak mampu

melewatinya maka akan menimbulkan kecemasan dalam individu tersebut.

(Geldard, K., & Geldard, D., 2011).

3. Ciri Kepribadian

Kepribadian adalah pola dari persepsi, cara mengadakan hubungan

dan berfikir yang menetap tentang lingkungan dan diri sendiri dan

dinyatakan secara luas di dalam konteks kehidupan sosial dan hubungan

pribadi seseorang (Hawari, 2009). Menurut Jung dalam Suryabrata (2005),

arah aktivitas psikis dapat menyebabkan kecemasan luar atau kecemasan

dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia dapat ke luar maupun

kecemasan dalam.

Jung dalam Zulkarnain dan Ginting (2003) mengatakan bahwa ciri

kepribadian introvert adalah suka melamun, menghindari kontak sosial,

tenang, tidak terlalu emosional, berfikir dahulu sebelum bertindak, suka

termenung, tidak menyukai perubahan, dan tidak dapat beradaptasi dengan

mudah. Suryabrata (2005), mengatakan bahwa orang introvert cenderung

lebih mudah mengalami gejala-gejala ketakutan dan depresi.

Ekstrovert adalah suatu keadaan dengan perhatian dan energi yang

ditujukan ke luar diri sendiri; gejala-gejala utamanya adalah emosi yang

spontan, lancar dalam pergaulan (Maramis, 2005). Selain itu, mereka senang

bergaul, memiliki banyak teman, suka perubahan, cenderung agresif dan

mudah kehilangan kesabaran (Zulkarnain & Ginting, 2003).

Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir di atas maka diajukan

hipotesis alternatif : tidak ada perbedaan tingkat kecemasan antara remaja dengan

tipe kepribadian introvert dan remaja dengan tipe kepribadian ekstrovert di SMA

Negeri 4 Surakarta.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2010).

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 4 Surakarta bulan Oktober 2012.

Page 7: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

Sampel dan Teknik Sampling Sampel penelitian adalah populasi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta. Teknik

sampling yang digunakan adalah total sampling dimana sampel yang dipakai

merupakan keseluruhan dari jumlah populasi yang ada (Sastroasmoro & Ismail,

2010).

Variabel Penelitian

Variabel bebas : ciri kepribadian (introvert dan ekstrovert)

variabel terikat : tingkat kecemasan

Kriteria Retriksi

Kriteria inklusi : usia 14 – 17 tahun dan bersedia untuk mengisi kuesioner.

Kriteria eksklusi : mempunyai masalah interpersonal, mengalami peristiwa

mendadak (kematian, kecelakaan) dalam 3 bulan

terakhir, sakit kronis.

Definisi Operasional

Kecemasan

Variabel penelitian : tingkat kecemasan (cemas dan tidak cemas)

Alat ukur : Kecemasan diukur dengan menggunakan skala

kecemasan TMAS. Semakin tinggi skor yang diperoleh

subjek, menunjukkan semakin tinggi kecemasan.

Skala pengukuran : Ratio

Ciri Kepribadian

Variabel penelitian : ciri kepribadian (introvert dan ekstrovert)

Alat ukur : ciri kepribadian di ukur dengan menggunakan skala EPQ

(Eysenck Personality Quesionner); Introvert : skor < 20;

Ekstrovert : skor > 26; Ambivert : skor 21 – 25

Skala pengukuran : nominal

Instrumentasi

1. Data diri dan persetujuan responden sebagai sampel penelitian.

2. Instrumen L-MMPI (Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality

Inventory)

3. Instrumen T-MAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)

4. Instrumen EPQ (Eysenck Personality Quesionner)

Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh diuji distribusi data dengan

menggunakan “uji normalitas Kolmogorov-Smirnov”. Apabila hasil distribusi

data normal, maka diuji dengan “uji T Tidak Berpasangan” sedangkan jika

distribusi datanya tidak normal maka dilakukan uji alternatif “uji Mann-Whitney”

dengan bantuan program komputer SPSS 16 for Windows.

Page 8: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan tipe kepribadian

Jumlah Persentase

Introvert 80 siswa 29,6%

Ekstrovert 80 siswa 29,6%

Ambivert 110 siswa 40,8%

Dari hasil tabel distribusi responden berdasarkan tipe kepribadian di atas,

diketahui bahwa ciri kepribadian responden paling banyak adalah ciri kepribadian

ambivert dengan jumlah 110 siswa (40,8%), sedangkan responden yang

mempunyai ciri kepribadian introvert berjumlah 80 siswa (29,6%), dan responden

dengan ciri kepribadian ekstrovert berjumlah 80 siswa (29,6%).

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jumlah Persentase

Laki – Laki 55 siswa 34,4%

Perempuan 105 siswa 65,6%

Dari hasil tabel distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, diketahui

responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 55 responden (34,4%) dan

responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu berjumlah 105

responden (65,4%).

Tabel 3. Distribusi data berdasarkan jenis kelamin dibandingkan

dengan tingkat kecemasan

Cemas Tidak cemas Jumlah

Laki-laki 25 30 55

Perempuan 40 15 55

Jumlah 65 45 110

Dari data di atas diperoleh data bahwa remaja dengan jenis kelamin laki-laki

yang mengalami kecemasan sebanyak 25 responden (22,7%), dan yang tidak

mengalami kecemasan sebanyak 30 responden (27,3%). Sedangkan pada remaja

dengan jenis kelamin perempuan ada 40 responden (36,4%) yang mengalami

kecemasan dan 15 responden lainnya (13,6%) tidak mengalami kecemasan.

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tingkat kecemasan

Jumlah Persentase

Cemas 96 60%

Tidak cemas 64 40%

Dari tabel di atas, diketahui responden yang mengalami kecemasan

sebanyak 60% dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 40%.

Page 9: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

Tabel 6. Uji Normalitas data Tests of Normality

Ciri Kepribadian

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Score Ansietas Introvert .199 80 .000 .806 80 .000

Ekstrovert .199 80 .000 .880 80 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Hasil dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov di atas menghasilkan nilai

probabilitas (p) sebesar 0,000. Karena nilai p kurang dari 0,05 maka diambil

kesimpulan bahwa distribusi data tidak normal. Karena distribusi data tidak

normal maka data yang sudah diperoleh dari penelitian kemudian diolah dengan

uji Mann-Whitney.

Hasil uji Mann-Whitney perbedaan tingkat kecemasan antara remaja

dengan ciri kepribadian introvert dan ekstrovert di kelas X SMA Negeri 4

Surakarta Test Statistics

a

Score Ansietas

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 3240.000

Z -10.983

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Ciri Kepribadian

Berdasarkan analisis data menggunakan uji Mann-Whitney di atas diperoleh

nilai signifikansi 0,001. Karena nilai p < 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa H0

ditolak. Jadi dari hasil uji statistik di atas dapat disimpulkan bahwa “ada

perbedaan bermakna antara tingkat kecemasan remaja dengan ciri kepribadian

introvert dan tingkat kecemasan remaja dengan ciri kepribadian ekstrovert di kelas

X SMA Negeri 4 Surakarta”.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

tingkat kecemasan antara remaja dengan ciri kepribadian introvert dan ekstrovert

di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah

metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, di

sini penelitian menggunakan total sampling yakni seluruh siswa kelas X SMA

Negeri 4 Surakarta dengan pembagian kuesioner yang diisi oleh masing-masing

responden. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Oktober

2012 di SMA Negeri 4 Surakarta diperoleh data yang telah tercantum dan sudah

dianalisis di atas.

Dalam penelitian ini distribusi data menurut tipe kepribadian menunjukkan

bahwa ciri kepribadian ambivert paling banyak, sedangkan ciri kepribadian

introvert dan ekstrovert jumlahnya sama. Pembagian ciri kepribadian introvert,

ekstrovert dan ambivert didasarkan atas bagaimana cara individu tersebut

mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, dimana satu orang dengan orang

Page 10: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

lainnya berbeda (Suryabrata, 2005). Eysenck dalam Feist, J. & Feist, G.J. (2010),

berpendapat bahwa ekstroversi dan introversi merupakan dua kutub dalam satu

skala. Kebanyakan orang akan berada di tengah-tengah skala itu atau ambivert,

dan hanya sedikit orang yang benar-benar ekstrovert atau introvert.

Distribusi berdasarkan jenis kelamin di mana responden dengan jenis

kelamin perempuan paling banyak yakni 105 responden (65,4%), sedangkan

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55 responden (34,4%).

Karena jumlahnya yang berbeda maka untuk mengetahui distribusi tingkat

kecemasan berdasarkan jenis kelamin jumlah data masing-masing responden

kemudian disamakan. Dari 105 responden perempuan hanya diambil 55

responden saja dengan teknik sampling untuk menyamakan jumlah. Setelah

jumlah keduanya sama, kemudian dibandingkan dan hasilnya adalah remaja

dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami kecemasan sebanyak 25

responden (22,7%), dan yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 30 responden

(27,3%). Sedangkan pada remaja dengan jenis kelamin perempuan ada 40

responden (36,4%) yang mengalami kecemasan dan 15 responden lainnya

(13,6%) tidak mengalami kecemasan.

Hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan yang dilakukan oleh

Baldwin pada tahun 2002. Menurut Baldwin (2002), sumber stress pada laki-laki

dan perempuan pada umumnya sama, hanya saja remaja perempuan sering merasa

cemas ketika sedang menghadapi masalah, sedangkan pada remaja laki-laki ketika

menghadapi masalah cenderung lebih berperilaku agresif. Jenis kelamin kadang

berpengaruh dalam menentukan pertahanan diri seseorang terhadap kecemasan.

Fobia sosial ditemukan lebih banyak pada laki-laki, sedangkan pada fobia yang

sederhana, gangguan menghindar dan agorafobia lebih banyak didapat pada anak

perempuan. Sedangkan cemas perpisahan, gangguan cemas menyeluruh,

gangguan panik (tanpa agorafobia) didapatkan pada kedua jenis kelamin (Degnan,

et al., 2010).

Masa remaja adalah masa yang sulit selama fase perkembangan kehidupan

seseorang, karena pada masa ini individu mulai mengalami banyak perubahan.

Baik perubahan fisik, yaitu perkembangan anggota tubuh, sampai pada

perkembangan sosial. Perubahan-perubahan yang terjadi ini dapat mempengaruhi

kepribadian, tingkah laku dan emosional mereka. Perkembangan yang cepat inilah

menuntut mereka untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan

penyesuaian diri terhadap mental dalam diri mereka, sehingga apabila ia tidak

mampu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dapat menimbulkan kecemasan

dalam dirinya.

Dalam penelitian ini, distribusi berdasarkan tingkat kecemasannya, ada

sebanyak 96 siswa (60% responden) yang mengalami gangguan kecemasan.

Gangguan cemas merupakan gangguan yang banyak terjadi pada anak dan remaja.

Prevalensi yang diperoleh dari berbagai penelitian didapatkan angka 2% sampai

17% (Degnan, et al., 2010). Gangguan kecemasan ini biasanya karena

perkembangan tidak tepat, serta kekhawatiran yang berlebihan. Mereka sering

mengalami kesulitan memulai tidur, pengalaman mimpi buruk dengan tema

perpisahan, sering memiliki keluhan somatik, dan mungkin menunjukkan

penolakan sekolah. Jenis kecemasan pada remaja dan anak sekolah secara

Page 11: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

signifikan dapat mengganggu harian kegiatan dan tugas-tugas perkembangan

(Dabkowska, et al., 2011).

Cara seseorang menyelesaikan konflik dan menyesuaikan dirinya

tergantung pada emosi, intelegensi, dan kepribadiannya. Jika seseorang tersebut

tidak mampu untuk menyelesaikan konflik dan menyesuaikan diri akan

menyebabkan masalah emosional dan gangguan psikososial yang merupakan

wujud dari ketidakmampuan mengatasi stress (Maramis, 2005).

Setiap kepribadian akan menunjukkan bagaimana seseorang itu akan

bersikap terhadap semua stimulus yang diterimanya. Karena kepribadian adalah

salah satu sistem terorganisasi yang terdiri dari sikap, motif, nilai emosi, serta

respon-respon lain yang saling tergantung satu sama lain. Hal ini yang akan

memberikan kekhasan pada masing-masing individu dalam berperilaku, berfikir,

dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kepribadian yang akan terbentuk

tergantung dari bagaimana pengamatan dan pengalaman yang dilakukan oleh

masing-masing (Alwisol, 2009). Pendapat ini didukung oleh Atkinson (2010)

yang menjelaskan bahwa kepribadian merupakan suatu yang membentuk tingkah

laku seseorang yang cenderung menetap dan berulang. Tingkah laku terbentuk

dari unsur-unsur yang ada pada diri seseorang dan lingkungannya atau dengan

kata lain, perilaku itu merupakan hasil interaksi antara karakteristik kepribadian,

keadaan sosial, dan kondisi fisik lingkungan di sekitarnya.

Data yang diperoleh kemudian diuji distribusi dengan uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,001. Karena

nilai p < 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa distribusi data tidak normal.

Karena distribusi data tidak normal maka data yang sudah diperoleh dari

penelitian kemudian diolah dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney

diperoleh nilai signifikansi 0,001. Karena nilai p < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa “ada perbedaan bermakna antara tingkat kecemasan remaja

dengan ciri kepribadian introvert dan tingkat kecemasan remaja dengan ciri

kepribadian ekstrovert di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta”.

Nilai rata-rata kecemasan pada remaja dengan ciri kepribadian introvert

adalah 23,675, sedangkan nilai rata-rata kecemasan pada remaja dengan ciri

kepribadian ekstrovert adalah 24,475. Meskipun perbedaan rata-rata nilai

kecemasan pada kedua tipe kepribadian tersebut tidak terlalu jauh namun secara

statistik didapatkan hasil uji signifikansi bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna pada tingkat kecemasan remaja dengan ciri kepribadian introvert dan

remaja dengan ciri kepribadian ekstrovert.

Perbedaan tingkat kecemasan pada kedua tipe kepribadian tersebut

dikarenakan oleh beberapa faktor. Orang dengan tipe kepribadian ekstrovert

memiliki karateristik yang ramah, suka bergaul, menyukai pesta, memiliki banyak

teman, dan selalu membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara. Mereka juga

tidak menyukai hal atau pekerjaan yang dilakukan sendiri-sendiri, karena mereka

menyukai bentuk kerja sama. Selain itu mereka juga menyukai keramaian dan

secara umum mereka adalah individu yang meledak-ledak, suka mengambil

kesempatan yang datang padanya, dan suka menonjolkan diri dan terkadang tidak

dapat dipercaya.

Page 12: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian introvert memiliki

karakteristik tidak banyak bicara, malu-malu, mawas diri, suka membaca

dibanding bergaul dengan orang lain. Mereka juga selalu memiliki rencana

sebelum melakukan sesuatu dan tidak percaya faktor kebetulan, mereka juga tidak

menyukai suasana yang ramai, selalu memikirkan masalah dengan serius dan

merupakan individu yang pesimis sehingga dapat menimbulkan kecemasan dalam

dirinya.

Berbeda memang, karena pada dasarnya semua individu memiliki cara

sendiri-sendiri dalam berpandangan. Islam menjelaskan bahwa manusia

diciptakan berbeda-beda namun di hadapan Allah semua manusia dianggap sama,

yang membedakan adalah tingkat ketaqwaannya. Islam menganjurkan setiap

manusia untuk bisa bekerja sama dengan baik satu sama lain, menjauhkan diri dari

permusuhan dan Islam juga menganjurkan pada manusia untuk selalu bersabar

terhadap ujian hidupnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

kecemasan antara remaja dengan ciri kepribadian introvert dan ekstrovert. Hal ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Feist, J. dan Feist, G.J. (2010), bahwa

sifat-sifat kepribadian mempengaruhi tidak hanya sekedar kesuksesan di sekolah

dan hasil jangka panjang lainnya tapi juga mood yang dialami seseorang. Orang

dengan ekstraversi tinggi akan menjadi pribadi yang menyenangkan dan bergairah

(perasaan positif), sebaliknya orang dengan ekstraversi rendah atau introvert akan

menjadi pribadi pencemas dan kaku (perasaan negatif).

Hasil dari penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Manovia (2011), tentang perbedaan tingkat depresi

berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa tingkat I

Fakultas Kedokteran UNS, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan tingkat

depresi yang signifikan antara mahasiswa dengan ciri kepribadian introvert dan

ekstrovert. Meskipun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan

penelitian terdahulu, namun masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini antara

lain peneliti tidak mengetahui lebih banyak bagaimana keseharian responden,

peneliti tidak mengetahui apakah ada faktor lain yang mempengaruhi kecemasan

yang dialami oleh remaja tersebut. Penelitian juga hanya dilakukan dalam satu

waktu, selain itu waktu penelitian ini juga dilaksanakan menjelang ujian tengah

semester, ujian dalam hal ini dapat menjadi stresor yang dapat menimbulkan

terjadinya kecemasan dalam remaja. Semua hal yang telah diuraikan di atas dapat

menjadi bias yang bisa mempengaruhi hasil penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

bermakna antara tingkat kecemasan pada remaja yang mempunyai ciri

kepribadian introvert dan tingkat kecemasan pada remaja dengan ciri kepribadian

ekstrovert di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta. Di mana remaja dengan ciri

Page 13: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

kepribadian introvert mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada

remaja dengan ciri kepribadian ekstrovert.

Saran

1. Bagi remaja :

a. Remaja mengetahui ciri kepribadiannya, mengerti kekurangan dan

kelebihan masing-masing ciri kepribadian tersebut, sehingga menjadi

remaja yang lebih baik. Untuk remaja dengan ciri kepribadian

introvert untuk lebih terbuka dengan lingkungan sosial karena telah

terbukti bahwa remaja dengan ciri kepribadian introvert angka

kecemasannya lebih tinggi.

b. Remaja dapat memahami perubahan-perubahan fisik, dan fungsi sosial

yang terjadi pada dirinya sebagai suatu proses perkembangan yang

alami sehingga tidak menjadikan perubahan-perubahan tersebut

sebagai suatu beban yang dapat menimbulkan kecemasan.

c. Remaja lebih mendekatkan diri kepada Allah ketika menghadapi suatu

masalah, karena setiap manusia selalu mengalami ujian dalam

hidupnya.

2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan optimal, diharapkan pada

penelitian berikutnya dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama dan

dengan sampel yang lebih besar, kuesioner yang diberikan juga lebih

mendetail sehingga dapat menghilangkan bias dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Alquranul Karim

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Atkinson, R.L., 2010. Pengantar Psikologi. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Azwar, S., 2007. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Baldwin, R., 2002. Stress and Ilness in Adolescene : Issue of Race and Gender.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9426807

Crosta, P. 2012. What is anxiety.http://www.medicalnewstoday.com/info/anxiety/

what-causes-anxiety.php (23 Mei 2012)

Dabkowska, M., Araszkiewicz, A., Dabkowska A., and Wilkosc, M., 2011.

Separation Anxiety in Children and Adolescent. http://cdn.intechopen.

com/pdfs/19373/InTech_Separation_anxiety_in_children_and_adolescents.p

df (10 April 2012)

Degnan, K.A., Alamas, A.N., Fox, N.A., 2010. Temperament and The

Environment in the Etiology of Childhood Anxiety. J Child Psychol

Psychiatry. 2010 April ; 51(4): 497–517. Http://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/

Pmc/Articles/PMC2884043/Pdf/Nihms204267.Pdf (10 April 2012)

Drevets, W.C., Price J.L., and Furey, M.L., 2008. Brain structural and functional

abnormalities in mood disorders: implications for neurocircuitry models of

depression. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2522333/ (12

Mei 2012)

Page 14: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

Feist, J., Feist, G.J., 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Penerbit Salemba

Humanica.

Freitas-Ferrari, M.C., Hallak, J.E, Trzesniak, C., Filho, A.S., Machado-de-Sousa,

J.P., Chagas, M.H., 2010. Neuroimaging in social anxiety disorder: a

systematic review of the literature. Prog Neuropsychopharmacol Biol

Psychiatry. May 30 2010;34(4):565-80. (23 Mei 2012)

Geldard, K., dan Geldard, D., 2011. Konseling Remaja (Pendekatan Proaktif

untuk Anak Muda). Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Gerics, J., 2007. Extrovert V. Introvert Personalities Hardwired by

Neurotransmitters in the Brain. http://jennifergerics.suite101.com/

extroversion_v_introversion-a24464 (23 Mei 2012)

Hawari, D., 2009. Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta: Balai

Penerbit Fk UI.

_________., 2008. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit

Fk UI.

Ikhriani, E.W., 2004. Hubungan antara tipe kepribadian dengan harga diri pada

remaja penyalahgunaan NAPZA di lembaga permasyarakatan Wirogunan

Yogyakarta. UGM. Skripsi tidak dipublikasikan.

Kaplan, H.I., and Sadock, B.J., 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Pertama . Ed. 10. Jakarta : EGC.

Kodish, I., Rockhill, C., and Varley, C., 2011 . Pharmacotherapy for Anxiety

Disorders In Children and Adolescents. Dialogues in Clinical Neuroscience

- Vol 13 . No. 4 . 2011 Http://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Pmc/Articles/

PMC3263391/Pdf/Dialoguesclinneurosci-13-439.Pdf (17 April 2012)

Narendra, M.B., 2008. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung

Seto.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Manovia, W., 2011. Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe Kepribadian

Ekstrovert dan Iintrovert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas Kedokteran

UNS. UNS. Skripsi tidak dipublikasikan.

Maramis, F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga

University press.

Murti, B., 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Papalia, D S., 2009. Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta :

Salemba Humanica.

Rowney, J., Hermida, T., and Maloney, D., 2010. Anxiety Disorders. http://

www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/psychiatr

y-psychology/anxiety-disorder/#s0015 (11 Mei 2012)

Sarason., 2010. The Test Anxiety Scale: Concept and Research. http://web.psych.

washington.edu/research/sarason/files/testanxietyscale.pdf./ (17 April 2012)

Sastroasmoro, S., dan Ismail, S., 2010. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian

Klinis, Edisi ketiga. Jakarta: CV Sagung Seto.

Saunders, W.B., 2001. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Semiun, Y., 2010. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Page 15: PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA REMAJA …eprints.ums.ac.id/22653/12/Naskah_Publikasi.pdf · identitas diri, atau kesan umum tentang dia sendiri maupun orang lain (Yusuf & Nurihsan,

Selek, S. 2011. Different Views of Anxiety Disorder. Croatia : Intech. http://

www.intechopen.com/books/different-views-of-anxiety-disorders (3 Mei

2012)

Soetjiningsih., 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:

CV Sagung Seto.

Suryabrata, S., 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.

Szirmai, A. 2011. Anxiety and Related Disorder. Croatia: Intech. http://

www.intechopen.com/books/anxiety-and-related-disorders (3 Mei 2012)

Tambs, K., Czajkowsky, N., Røysamb, E., Neale, M.C., Reichborn-Kjennerud, T.,

Aggen, S.H., 2009. Structure of genetic and environmental risk factors for

dimensional representations of DSM-IV anxiety disorders. Br J Psychiatry.

Oct 2009;195(4):301-7. (23 Mei 2012)

Yates, W.R., 2012. Anxiety Disorder. Http://Emedicine.Medscape.Com/Article/

286227-Workup#Showall. (17 April 2012)

Yusuf, S dan Nurihsan, J., 2007. Teori Kepribadian. Bandung : Pt Remaja

Rosdakarya.

Wicaksana, I., 1993. Ansietas Pada Wartawan Anggota PWI Cabang Yogyakarta.

Jurnal Jiwa.4:20

Wilson, S J., 2009. Personality Development in the Context of Intractable

Epilepsy. Arch Neurol. 2009;66(1):68-72. http://archneur.amaassn.org/cgi/

content/full/66/1/68 (10 Mei 2012)

Zulkarnain dan Ginting EDJ., 2003. Kreativitas Ditinjau dari Tipe Kepribadian

Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa. Medan : Jurnal Kedokteran

Nusantara Universitas Sumatra Utara Vol. 36 No 4, 178-80