PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN...

8
SURYA 51 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN INFUSUM BELIMBING WULUH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN BLUNGKAN DESA SENDANGREJO KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN Angga Fridian Hari Pradana *, Farida Juanita** …………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… ......………. …… …… . .…. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena sifatnya asimtomatik sehingga hipertensi menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis. Masalah penelitian ini adalah masih tingginya angka penderita hipertensi di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian infusum belimbing wuluh pada penderita hipertensi di Dusun Blungkan Desa Sendabgrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan. Desain penelitian menggunakan pra-experiment one group pretest-posttest design. Populasi adalah seluruh penderita hipertensi usia 41-50 tahun di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan pada bulan Februari 2014. Besar sampel sebanyak 23 responden. Teknik sampling menggunakan Accidental Sampling. Variabel penelitian tekanan darah, perlakuan dengan pemberian 3 buah belimbing wuluh dicampur dengan 1 sendok makan gula pasir. Data dikumpulkan melalui wawancara dan lembar observasi dan dianalisa menggunakan uji Paired t-test dengan taraf signifikansi α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pemberian infusum belimbing wuluh adalah 171 mmHg, rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian infusum belimbing wuluh adalah 152 mmHg, terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi infusum belimbing wuluh. Hasil uji Paired t-test didapatkan nilai p = 0,000. Melihat hasil penelitian, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang belimbing wuluh untuk dapat lebih bermanfaat bagi penderita hipertensi. Kata Kunci : Hipertensi, Tekanan Darah, Belimbing Wuluh. PENDAHULUAN. …… . … . Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena sifatnya asimtomatik sehingga hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis. Hipertensi bahkan sering terabaikan karena tidak ada keluhan dan bila sudah mengeluh biasanya terlambat. Hipertensi merupakan faktor resiko primer yang menyebabkan penyakit jantung dan stroke. Pada umumnya penderita hipertensi hampir tidak merasa dirinya sakit, namun hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya karena organ tubuh terganggu di satu bidang yang amat penting yaitu peredaran darah (Dekker, 2005). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik, yaitu tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi dibagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial paling sering terjadi pada masyarakat dan tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai secara berangsur- angsur tanpa keluhan dan gejala sebagai penyakit benigna yang secara perlahan- lahan berlanjut sebagai maligna. Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain yang dapat diidentifikasi (Kowalak Jenifer P, 2011). Menurut WHO dan the Internasional Society of Hypertension atau ISH, saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya

Transcript of PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN...

Page 1: PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/51-58... · Tabel 7 Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian

SURYA 51 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN

INFUSUM BELIMBING WULUH PADA PENDERITA HIPERTENSI

DI DUSUN BLUNGKAN DESA SENDANGREJO KECAMATAN

LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN

Angga Fridian Hari Pradana *, Farida Juanita**

…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….

Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena sifatnya asimtomatik sehingga hipertensi

menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis. Masalah penelitian ini

adalah masih tingginya angka penderita hipertensi di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo

Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

adanya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian infusum belimbing wuluh pada

penderita hipertensi di Dusun Blungkan Desa Sendabgrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten

Lamongan.

Desain penelitian menggunakan pra-experiment one group pretest-posttest design. Populasi adalah

seluruh penderita hipertensi usia 41-50 tahun di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan

Lamongan Kabupaten Lamongan pada bulan Februari 2014. Besar sampel sebanyak 23 responden.

Teknik sampling menggunakan Accidental Sampling. Variabel penelitian tekanan darah, perlakuan

dengan pemberian 3 buah belimbing wuluh dicampur dengan 1 sendok makan gula pasir. Data

dikumpulkan melalui wawancara dan lembar observasi dan dianalisa menggunakan uji Paired t-test

dengan taraf signifikansi α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pemberian infusum

belimbing wuluh adalah 171 mmHg, rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian infusum

belimbing wuluh adalah 152 mmHg, terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah

mengkonsumsi infusum belimbing wuluh. Hasil uji Paired t-test didapatkan nilai p = 0,000.

Melihat hasil penelitian, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang belimbing wuluh untuk

dapat lebih bermanfaat bagi penderita hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi, Tekanan Darah, Belimbing Wuluh.

PENDAHULUAN. …… . … … .

Hipertensi sering disebut sebagai silent

killer karena sifatnya asimtomatik sehingga

hipertensi sebagai penyebab kematian nomor

tiga setelah stroke dan tuberkulosis.

Hipertensi bahkan sering terabaikan karena

tidak ada keluhan dan bila sudah mengeluh

biasanya terlambat. Hipertensi merupakan

faktor resiko primer yang menyebabkan

penyakit jantung dan stroke. Pada umumnya

penderita hipertensi hampir tidak merasa

dirinya sakit, namun hipertensi merupakan

penyakit yang berbahaya karena organ tubuh

terganggu di satu bidang yang amat penting

yaitu peredaran darah (Dekker, 2005).

Hipertensi merupakan peningkatan

tekanan darah sistolik atau diastolik, yaitu

tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan

diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi

dibagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi

esensial atau primer dan hipertensi sekunder.

Hipertensi esensial paling sering terjadi pada

masyarakat dan tidak diketahui penyebabnya.

Hipertensi esensial biasanya dimulai secara

berangsur- angsur tanpa keluhan dan gejala

sebagai penyakit benigna yang secara

perlahan- lahan berlanjut sebagai maligna.

Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan

oleh penyakit renal atau penyebab lain yang

dapat diidentifikasi (Kowalak Jenifer P,

2011).

Menurut WHO dan the Internasional

Society of Hypertension atau ISH, saat ini

terdapat 600 juta penderita hipertensi

diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya

Page 2: PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/51-58... · Tabel 7 Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Infusum Belimbing Wuluh Pada Penderita

Hipertensi Di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

SURYA 52 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari 10

penderita tersebut tidak mendapatkan

pengobatan secara adekuat (Rahajeng

Ekowati, 2009). Di Indonesia banyaknya

penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta

orang tetapi hanya 4% yang merupakan

hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada

orang dewasa, 50% diantaranya tidak

menyadari sebagai penderita hipertensi

sehingga mereka cenderung untuk menjadi

hipertensi berat karena tidak menghindari

dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan

90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini

penyakit degeneratif dan kardiovaskuler

sudah merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia.

Prevalansi terbanyak berkisar antara 6

sampai dengan 15% tetapi angka-angka

ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa

Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan

Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang

Sumatera Barat 17,8%. Diperkirakan sekitar

80% kenaikan kasus hipertensi terutama di

negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah

639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan

menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025

(Amiruddin Ridwan, 2007). Pada tahun 2010

data jumlah penderita hipertensi yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa penderita

hipertensi.

Berdasarkan hasil survei awal di

Dusun Blungkan Desa Sendangrejo

Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

pada tanggal 06 November 2013, dari 10

orang yang dilakukan pemeriksaan tekanan

darah terdapat 4 orang atau 40% yang

mengalami hipertensi. Rata-rata tekanan

darah mereka berkisar antara : tekanan

sistolik 140-180 mmHg dan tekanan diastolik

90-100 mmHg dengan usia rata- rata yaitu

40- 55 tahun dan kebanyakan dari mereka

mengalami kekambuhan dari penyakit

hipertensinya. Dari data tersebut, masalah

penelitian ini adalah penderita hipertensi

yang masih tergolong tinggi.

Banyak faktor yang berperan untuk

terjadinya hipertensi meliputi faktor resiko

yang tidak dapat dikendalikan atau faktor

mayor dan faktor resiko yang dapat

dikendalikan atau faktor minor. Faktor resiko

yang tidak dapat dikendalikan atau faktor

mayor seperti keturunan, jenis kelamin, ras

dan usia. Sedangkan faktor resiko yang dapat

dikendalikan atau faktor minor yaitu obesitas

sindroma resistensi insulin atau sindroma

metabolik, kurang gerak, merokok,

sensitivitas natrium, kadar kalium rendah,

alkoholisme, stress (Yulianti Sufrida, 2006).

Dampak dari hipertensi meliputi krisis

hipertensi, penyakit arteri perifer, aneurisma

aorta dissecting, PJK, angina, infark

miokard, gagal jantung, aritmia, kematian

mendadak, serangan iskemik sepintas atau

transient ischemic attack, stroke, retinopati,

ansefalopati hipertensi, serta gagal ginjal

(Kowalak Jenifer P, 2011).

Pengobatan hipertensi terdiri dari

terapi farmakologis dan terapi non

farmakologis. Jenis-jenis obat antihipertensi

untuk terapi farmakologis meliputi diuretika,

beta blocker, calsium channel blocker atau

calsium antagonis, angiotensin converting

enzyme inhibitor, angiotensin II receptor

bloker atau AT, reseptor antagonist atau

blocker atau ARB. Obat antihipertensi untuk

terapi nonfarmakogis meliputi menghentikan

merokok, menurunkan berat badan berlebih,

menurunkan konsumsi alkohol berlebih,

latihan fisik, menurunkan asupan garam,

meningkatkan konsumsi buah dan sayur,

menurunkan asupan lemak, serta dapat

menggunakan pengobatan herbal (Sudoyo

Aru W, 2006).

Beberapa tanaman herbal yang dapat

digunakan untuk menurunkan hipertensi

meliputi buah kesemek, alpukat, pisang,

semangka, mentimun, kiwi, serta buah

belimbing wuluh (Novik Kurnianti, 2013).

Dari banyaknya terapi tersebut, maka peneliti

membatasi pada faktor belimbing wuluh.

Belimbing wuluh merupakan salah satu

tumbuhan yang mengandung kalium sitrat

yaitu, yang mana mineral kalium sitrat dapat

berfungsi sebagai diuretik sehingga

pengeluaran natrium cairan meningkat, hal

tersebut dapat membantu menurunkan

tekanan darah.

Page 3: PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/51-58... · Tabel 7 Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Infusum Belimbing Wuluh Pada Penderita

Hipertensi Di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

SURYA 53 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

METODOLOGI .PENELITIAN

Desain penelitian yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah pra- experiment

one group pretest- postest design, yaitu

dengan mengobservasi suatu kelompok

kemudian memberinya perlakuan, dan

hasilnya diobservasi agar diketahui

keakuratan perlakuan (Sugiyono, 2010).

Populasi adalah seluruh penderita

hipertensi di Dusun Blungkan Desa

Sendangrejo Kecamatan Lamongan

Kabupaten Lamongan pada bulan Februari

2014 sebesar 23 penderita. Sampel yang akan

diambil pada penelitian ini adalah sebagian

penderita hipertensi di Dusun Blungkan Desa

Sendangrejo Kecamatan Lamongan

Kabupaten Lamongan pada bulan Februari

2014 yang memenuhi kriteria inklusi sebesar

23 penderita. Cara pengambilan sampel

dengan menggunakan Accidental Sampling.

Yaitu dengan mengambil kasus atau

responden yang kebetulan ada atau tersedia

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002).

Kriteria inklusi dari penelitian ini

adalah :

1. Kelompok usia 40-50 tahun dan yang

bersedia menjadi responden

2. Menandatangani lembar informed

consent.

Kriteria eksklusi dari penelitian ini

adalah :

1. Penderita dengan gastritis karena

merupakan kontraindikasi

2. Penderita yang mengkonsumsi obat

penurun hipertensi lainnya

Data diolah menggunakan uji statistik

Paired t-test

HASIL .PENELITIAN …

1. Data Umum

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan

Usia Di Dusun Blungkan Desa

Sendangrejo Kecamatan Lamongan

Kabupaten Lamongan Tahun 2014

Berdasarkan tabel 1 tersebut di atas

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berusia antara 46-50 tahun yaitu

sebanyak 14 responden atau 60,9%.

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin Di Dusun Blungkan

Desa Sendangrejo Kecamatan

Lamongan Kabupaten Lamongan

Tahun 2014

Berdasarkan tabel 2 tersebut di atas

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan yaitu

sebanyak 13 responden atau 56,5%.

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan

Pekerjaan Di Dusun Blungkan Desa

Sendangrejo Kecamatan Lamongan

Kabupaten Lamongan Tahun 2014

Berdasarkan tabel 3 tersebut di atas

menunjukkan bahwa hampir setengah

responden sebagai petani yaitu sebanyak 9

responden atau 39,1%, dan sebagian kecil

responden sebagai PNS dan wiraswasta

masing-masing sebanyak 4 responden atau

17,4%.

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan

Pendidikan Di Dusun Blungkan

Desa Sendangrejo Kecamatan

Lamongan Kabupaten Lamongan

Tahun 2014.

Page 4: PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/51-58... · Tabel 7 Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Infusum Belimbing Wuluh Pada Penderita

Hipertensi Di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

SURYA 54 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Berdasarkan tabel 4 tersebut di atas

menunjukkan bahwa hampir setengah

responden berpendidikan SMA yaitu

sebanyak 11 responden atau 47,8%, dan

sebagian kecil responden berpendidikan SD

yaitu sebanyak 2 responden atau 8,7%.

2. Data Khusus

1) Tekanan darah pada penderita hipertensi

sebelum pemberian infusum belimbing

wuluh atau Averhoa bilimbi L.

Tabel 5 Tekanan darah pada penderita

hipertensi sebelum pemberian

infusum belimbing wuluh di

Dusun Blungkan Desa Sendangrejo

Kecamatan Lamongan Kabupaten

Lamongan tahun 2014

Berdasarkan tabel 5 tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa hampir setengah

responden bertekanan darah sistolik 160

mmHg yaitu sebanyak 7 responden atau

30,4% dan sebagian kecil responden

bertekanan darah sistolik 165 mmHg dan 175

mmHg yaitu masing-masing sebanyak 2

responden atau 8,7%.

2) Tekanan darah pada penderita hipertensi

sesudah pemberian infusum belimbing

wuluh atau Averhoa bilimbi L.

Tabel 6 Tekanan darah pada penderita

hipertensi sesudah pemberian

infusum belimbing wuluh di Dusun

Blungkan Desa Sendangrejo

Kecamatan Lamongan Kabupaten

Lamongan tahun 2014.

Berdasarkan tabel 6 tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa hampir setengah

responden bertekanan darah sistolik 160

mmHg yaitu sebanyak 8 responden atau

34,8% dan sebagian kecil responden

bertekanan darah sistolik 155 mmHg yaitu

sebanyak 1 responden atau 4,3%.

3) Perbedaan tekanan darah pada penderita

hipertensi sebelum dan sesudah

pemberian infusum belimbing wuluh

atau Averhoa bilimbi L.

Gambar 1 Tekanan darah pada penderita

hipertensi sebelum dan sesudah

pemberian infusum belimbing

wuluh atau Averrhoa bilimbi L.

Pada gambar diatas dapat dilihat

bahwa tekanan darah sistolik pada penderita

hipertensi yang diberikan infusum belimbing

wuluh lebih rendah daripada sebelum

diberikan belimbing wuluh. Kesimpulannya

terdapat perbedaan tekanan darah sebelum

dan sesudah diberikan perlakuan infusum

belimbing wuluh atau Averrhoa bilimbi L.

Page 5: PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/51-58... · Tabel 7 Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Infusum Belimbing Wuluh Pada Penderita

Hipertensi Di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

SURYA 55 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Tabel 7 Tekanan darah pada penderita

hipertensi sebelum dan sesudah

pemberian infusum belimbing

wuluh atau Averrhoa bilimbi L.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa

rata-rata tekanan darah sistolik pada

penderita hipertensi sebelum diberikan

perlakuan infusum belimbing wuluh adalah

171 mmHg dan rata-rata tekanan darah

sistolik pada penderita hipertensi sesudah

diberikan perlakuan infusum belimbing

wuluh adalah 152 mmHg dengan rata-rata

penurunan 19,5 mmHg. Kesimpulannya

terdapat perbedaan tekanan darah sebelum

dan sesudah diberikan perlakuan infusum

belimbing wuluh atau Averrhoa bilimbi L.

PEMBAHASAN .… .…

Tekanan Darah Sebelum Pemberian

Infusum Belimbing Wuluh pada

Penderita Hipertensi di Dusun Blungkan

Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan

Kabupaten Lamongan

Berdasarkan tabel 7, rata-rata penderita

hipertensi bertekanan darah sistolik 171

mmHg. Hal ini kemungkinan dapat

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan

pekerjaan.

Dari fakta diatas, sebagian besar dari

penderita hipertensi berusia 46-50 tahun. Dan

dari segi jenis kelamin menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 13 responden atau

56,5%.

Perempuan yang usianya menuju pada

menopause, resiko terjadinya hipertensi

meningkat. Hal ini kemungkinan disebabkan

oleh faktor hormonal. Pada wanita

premenopause cenderung sensitif akibat

perubahan bentuk pola tubuh dan penurunan

hormon estrogen. Menurut Wexler (2002),

penurunan estrogen pada perempuan akan

mengalami peningkatan tekanan darah,

karena hormon estrogen juga bisa mengatur

sebagian pembuluh darah bagian tubuh.

Teori diatas juga berhubungan dengan

teori Yulianti Sufrida (2006), bahwa

penambahan usia dapat meningkatkan resiko

terjangkitnya penyakit hipertensi. Walaupun

penyakit hipertensi biasa terjadi pada segala

usia, tetapi paling sering menyerang orang

dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih.

Meningkatnya tekanan darah seiring dengan

bertambahnya usia memang sangat wajar.

Hal ini disebabkan adanya perubahan alami

pada jantung, pembuluh darah, dan hormon.

Namun, jika perubahan ini disertai dengan

faktor resiko lain bisa memicu terjadinya

hipertensi.

Jika dilihat dari segi pekerjaan,

sebagian besar atau 39,1 % penderita

hipertensi di Dusun Blungkan adalah petani,

kemungkinan disebabkan oleh tingkat beban

kerja yang berat. Bertani adalah pekerjaan

musiman yang hasil alamnya terkadang tidak

sesuai dengan yang diharapkan sehingga

penghasilan yang didapatkan tidak menentu.

Hal tersebut akan memberikan dampak yang

negatif terhadap pikiran penderita sehingga

akan mengalami stress dan kecemasan yang

akan mencetuskan salah satu faktor

munculnya hipertensi. Menurut Susalit

(2001), stress yang tinggi akan merangsang

adrenalin sehingga katekolamin akan

maningkat dan mengakibatkan vasokonstriksi

pembuluh darah.

Tekanan Darah Sesudah Pemberian

Infusum Belimbing Wuluh pada Penderita

Hipertensi di Dusun Blungkan Desa

Sendangrejo Kecamatan Lamongan

Kabupaten Lamongan

Berdasarkan tabel 7, rata-rata penderita

hipertensi bertekanan darah sistolik 152

mmHg. Hal tersebut kemungkinan dapat

dipengaruhi oleh pendidikan.

Dari fakta di atas, jika dilihat dari segi

pendidikan, sebagian besar penderita

hipertensi berpendidikan SMA yaitu 47,8%

penderita, hal ini kemungkinan menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi

mempunyai wawasan pengetahuan dan cara

berfikir yang matang sehingga lebih mudah

untuk menerima informasi dan mencari

Page 6: PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/51-58... · Tabel 7 Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Infusum Belimbing Wuluh Pada Penderita

Hipertensi Di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

SURYA 56 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

alternatif dalam penanganan hipertensi secara

cepat dan tepat, dikarenakan hipertensi akan

mengganggu aktifitas sehari-hari. Menurut

Wahid Iqbal (2007), pendidikan berarti

bimbingan yang diberikan seseorang pada

orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka

dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak

pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya jika seseorang tingkat

pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap

penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang

baru diperkenalkan.

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan

Sesudah Pemberian Infusum Belimbing

Wuluh pada Penderita Hipertensi di

Dusun Blungkan Desa Sendangrejo

Kecamatan Lamongan Kabupaten

Lamongan

Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov

yang dilakukan untuk mengetahui distribusi

normalitas data, didapatkan hasil bahwa

distribusi data adalah normal, selanjutnya

data dari hasil analisa paired t-test,

didapatkan nilai p adalah (0.000) dimana p <

0.05, sehingga H0 ditolak yang artinya

terdapat perbedaan antara tekanan darah

sebelum dan sesudah pemberian infusum

belimbing wuluh pada penderita hipertensi di

Dusun Blungkan Desa Sendangrejo

Kecamatan Lamongan Kabupaten

Lamongan.

Selain kaya akan vitamin dan mineral,

belimbing juga merupakan obat yang murah

bagi penderita hipertensi karena buah ini

mengandung zat yang dapat menurunkan

tekanan darah. Buah yang menyegarkan ini

juga merupakan unggulan di kota Demak,

Jawa Tengah. Selain itu, buah ini juga

merupakan penyedia serat yang sangat

penting bagi pencernaan. Jika tiap orang

memakan sebuah belimbing yang beratnya

300 gram per hari secara rutin, dijamin

kesehatannya akan terpelihara (Purwaningsih

Eko, 2007).

Menurut Eko Purwaningsih (2007),

belimbing wuluh merupakan tanaman

multiguna yang memiliki sifat kimiawi dan

efek farmakologis. Kandungan kimia yang

terdapat dalam buah belimbing wuluh yang

berfungsi untuk menurunkan tekanan darah

yaitu kalium sitrat, yang mana mineral

kalium sitrat dapat berfungsi sebagai diuretik

sehingga pengeluaran natrium cairan

meningkat, hal tersebut dapat membantu

menurunkan tekanan darah. Maka, 3 buah

belimbing wuluh ditambah dengan 1 sendok

makan gula pasir yang direbus dapat

menurunkan tekanan darah.

Dari penelitian yang sebelumnya

dilakukan oleh Lukman Efendi (2013),

dengan menggunakan rebusan daun alpukat

atau Persea Americana Mill menunjukkan

terjadinya penurunan tekanan darah sistolik

pada penderita hipertensi, dimana daun

alpukat memiliki kandungan kimia yaitu

Senyawa flavonoid yang bersifat diuretik,

salah satu kerjanya yaitu dengan

mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit

maupun zat-zat yang bersifat toksik. Dengan

berkurangnya jumlah air dan garam dalam

tubuh maka pembuluh darah akan longgar

sehingga tekanan darah perlahan-lahan

mengalami penurunan.

Kesimpulannya, walaupun keberadaan

belimbing wuluh tergantung pada musimnya,

akan tetapi belimbing wuluh sangat

bermanfaat untuk terapi herbal yang dapat

dijadikan alternatif pengobatan hipertensi

terutama dalam menurunkan tekanan darah

dengan kandungan kalium sitrat yang

terdapat di dalamnya, tanpa perlu

dikhawatirkan keracunan atau toksikasi

asalkan tidak dikonsumsi secara berlebihan

walaupun tubuh masih mempunyai batas

kadar toksikasi tertentu.

PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo

Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

pada bulan Februari hingga Maret 2014

dengan menggunakan sampel penderita

hipertensi usia 41-50 tahun yang diperiksa

tekanan darah sistoliknya yang berjumlah 23

Page 7: PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/51-58... · Tabel 7 Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Infusum Belimbing Wuluh Pada Penderita

Hipertensi Di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

SURYA 57 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

responden didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Rata-rata penderita hipertensi di Dusun

Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan

Lamongan, tekanan darah sistoliknya

171 mmHg sebelum pemberian infusum

belimbing wuluh.

2. Rata-rata penderita hipertensi di Dusun

Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan

Lamongan tekanan darah sistoliknya

152 mmHg sesudah pemberian infusum

belimbing wuluh.

3. Terdapat perbedaan tekanan darah

sebelum dan sesudah pemberian

infusum belimbing wuluh pada

penderita hipertensi di Dusun Blungkan

Desa Sendangrejo Kecamatan

Lamongan Kabupaten Lamongan.

2. Saran

Bagi Akademik

Merupakan sumbangan ilmu bagi

pengetahuan khususnya dalam hal manfaat

pemberian infusum belimbing wuluh atau

Averrhoa bilimbi L. bagi penderita hipertensi

dan sebagai sarana pembanding bagi ilmu

pengetahuan dalam memperkaya solusi dan

informasi masalah tersebut.

Bagi Praktisi

1) Bagi Institusi

Penelitian ini dapat menambah

wawasan baru dan informasi tentang manfaat

infusum belimbing wuluh dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

2) Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat

memberikan masukan bagi profesi

keperawatan dalam mengembangkan

intervensi dan terapi alami pemberian

infusum belimbing wuluh atau Averrhoa

bilimbi L. bagi penderita hipertensi.

3) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah

pengetahuan penulis dan pembaca mengenai

pengaruh pemberian infusum belimbing

wuluh atau Averrhoa bilimbi L. terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi serta menambah kemampuan

penulis dalam membuat suatu karya tulis

ilmiah.

4) Bagi Penderita

Agar selalu mengembangkan

pengetahuan dan wawasan dalam

pemanfaatan tanaman yang terdapat di

sekitar seperti belimbing wuluh yang hanya

umum digunakan sebagai penambah rasa

asam pada masakan, dan supaya tidak ragu

mencoba hal baru dalam pengobatan alami

yang tentunya telah dipelajari dan terbukti

memiliki manfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin Ridwan. 2007. Hipertensi dan

Faktor Resikonya dalam Kajian

Epidemiologi.

http://www.ridwanamirudin.wordperss

.com. Diakses tanggal 05 November

2013 jam 13.22

Deker. 2005. Hipertensi.

http.//www.secured.Indonet.co.id.

Diakses tanggal 04 Novermber 2013

jam 14.35

Kowalak, Jenifer P. 2011. Buku Ajar

Patofiologi. Jakarta : EGC

Lukman Efendi. 2013. Pengaruh pemberian

rebusan daun alpukat (persea

americana mill) terhadap penurunan

tekanan darah pada

penderitahipertensi usia 45-59 tahun

di desa gampangsejati Kec. Laren

lamongan. Skripsi Stikes

Muhammadiyah Lamongan.

Novik, Kurnianti. 2013. Ramuan Obat

Tradisional untuk Menurunkan

Hipertansi.

http//www.herbal.tanijogonegoro.com.

diakses tanggal 14 November 2013

jam 13.30

Purwaningsih, Eko. 2007. Multiguna

Belimbing Wuluh. Jakarta : Ganeca

Exact

Rahajeng, Ekowati. 2009. Prevalensi

Hipertensi dan Determinannya di

Indonesia.

http://www.repository.unhas.ac.id.

Page 8: PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN …stikesmuhla.ac.id/wp-content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/51-58... · Tabel 7 Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah pemberian

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Infusum Belimbing Wuluh Pada Penderita

Hipertensi Di Dusun Blungkan Desa Sendangrejo Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

SURYA 58 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

Diakses tanggal 14 November 2013

jam 13.00

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT

Rineka Cipta

Sudoyo Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV.

Jakarta : FKUI

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian.

Bandung : Alfabeta

Susalit. 2001. Hipertensi Primer Dalam Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III.

Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Wahid Iqbal. 2007. Promosi Kesehatan.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Wexler. 2002. Hipertension Encyclopedia of

Nursing and Alied Health.

http://www.findarticles.com Diakses

tanggal 7 Mei 2014 jam 18.00

Yulianti, Sufrida. 2006. 30 Ramuan Penakluk

Hipertensi. Jakarta : Agromedia

Pustaka