Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye...

44
PERBEDAAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH BASTIAN SUDIBYO 802011042 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye...

Page 1: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

PERBEDAAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN

ETNIS JAWA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

OLEH

BASTIAN SUDIBYO

802011042

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha
Page 3: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha
Page 4: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha
Page 5: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha
Page 6: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha
Page 7: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

PERBEDAAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN ANTARA ETNIS TIONGHOA DAN

ETNIS JAWA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Bastian Sudibyo

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap kewirausahaan antara etnis

Tionghoa dan etnis Jawa pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Subjek penelitian berjumlah 100 mahasiswa

yang dibagi menjadi dua yaitu 50 mahasiswa dari etnis Tionghoa dan 50 mahasiswa dari etnis

Jawa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah insidental sample. Data penelitian

diambil menggunakan skala EAO terdiri dari 75 item dan 46 item yang dinyatakan lolos seleksi

daya diskriminasi item dengan koefisien alpha cronbachnya 0,914. Berdasarkan uji perbedaan

menggunakan teknik uji beda uji t diperoleh nilai t = -0,114 dengan nilai signifikansi atau p =

0,910. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap Kewirausahaan

antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Kristen

Satya Wacana. Berdasarkan hasil uji analisis menunjukkan bahwa mahasiswa etnis Tionghoa

dan etnis Jawa memiliki sikap kewirausahaan pada kategori tinggi. Meskipun secara umum

tidak ada perbedaan namun pada pengujian pada masing-masing aspek ditemukan adanya

perbedaan dalam aspek innovation dan personal control dengan etnis Tionghoa memiliki skor

yang lebih tinggi dibanding etnis Jawa sedangkan dalam aspek achievement dan self esteem

tidak ditemukan adanya perbedaan.

Kata Kunci : Sikap Kewirausahaan, Etnis Tionghoa dan Jawa.

Page 9: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

Abstract

The purpose of the research is to know about different of entrepreneural attitude between

Tionghoa ethnicity and Javanese ethnicity in students of Psychology Satya Wacana Christian

University. The type of research is quantitative research. The research subjects are 100

students that divided to 2 groups, 50 Tionghoa ethnicity students and 50 Javanese ethnicity

students. sampling technique used is incidental sample. Data research is taken with EAO,

which is consisted of 75 items and 46 item that got away of from item discrimination power

with alpha cronbach’s coefficient is 0,914. According to difference T test, we got t = -0,114

with significant value or p = 0,910. This result shows that there is no difference of

entrepreneural attitude between Tionghoa ethnicity and Javanese ethnicity in students of

Psychology Satya Wacana Christian University. With entrepreneural attitude Tionghoa

ethnicity and Javanese ethnicity at high level. Although in general there is no difference but in

testing on each aspect found theris difference in the aspect of innovation and personal control

with Tionghoa ethnicity have hinger score than Javanese ethnicity while in the aspect of

achievement and self -esteem did not reveal any difference.

Keyword: entrepreneural attitude, Tionghoa ethnicity and Javanese ethnicity

Page 10: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

1

PENDAHULUAN

Kewirausahaan menurut European Commision (dalam Alcalde dan Cohard,

n.a) adalah suatu sikap yang mencerminkan motivasi dan kemampuan individu untuk

mengidentifikasi dan mengejar peluang dan untuk menghasilkan suatu hal yang baru

atau keberhasilan ekonomi. Sedangkan orang yang melakukan kegiatan

kewirausahaan disebut dengan wirausahawan. Wirausahawan sendiri menurut Rye

(dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan

usaha baru. Wirausahawan berani mengambil resiko yang terkait dengan proses

pemuliaan usaha. Sedikitnnya jumlah wirausahawan di Indonesia sendiri tidak lepas

dari sikap yang memandang negatif wirausaha itu sendiri.

Kewirausahaan sendiri menurut Rusdiana (2014) memiliki dua darma bakti

bagi pembangunan bangsa, yaitu sebagai pengusaha, memberikan darma baktinya

dalam melancarkan proses produksi, distribusi dan konsumsi. Wirausaha mengatasi

kesulitan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan sebagai pejuang

bangsa dalam bidang ekonomi, meningkatkan ketahanan nasional, mengurangi

ketergantungan pada bangsa asing. Selain itu Suryana (2008) mengatakan fungsi dan

peran wirausaha dapat dilihat menjadi dua pendekatan, yaitu secara mikro dan makro.

Secara mikro wirausaha sendiri memiliki dua peran yaitu sebagai penemu (inovator)

dan perencana (planner). Sedangkan secara makro, peran wirausaha adalah

menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang

berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perkekonomian suatu negara. Selain itu,

penelitian yang dilakukan Jackson dan Rodkey (dalam Wyk, Boshof dan Bester, 2003)

menunjukan bahwa pengalaman dibanyak negara menunjukan bahwa kegiatan

kewirausahaan sangat penting bagi kesehatan perekonomian pasar dan secara kusus

Page 11: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

2

dapat menjadi sumber utama penciptaan lapangan pekerjaan. Keputusan seseorang

untuk menjadi seorang wirausahawan ataupun menjadi karyawan perusahaan biasanya

diputuskan pada masa dewasa awal.

Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang mulai menentukan tentang

apa yang akan dilakukannya pada masa mendatang. Santrock (2012) mengatakan masa

dewasa awal adalah masa untuk bekerja. Masa dewasa awal adalah individu yang

berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan

psikologis pada diri individu. Seseorang pada masa ini akan memiliki kemandirian

dalam bidang ekonomi dan bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindikannya

sendiri. Selain itu pada masa ini seseorang sudah dapat menentukan pilihan karier

yang akan mereka lakukan apakah akan bekerja sebagai karyawan atau sebagai

wirausahawan.

Mahasiswa sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki

arti orang yang belajar di perguruan tinggi. Menurut Putra (2012) mahasiswa sebagai

salah satu golongan elit masyarakat yang diharapkan menjadi pemimpin–pemimpin

bangsa masa depan, sudah sepantasnya menjadi pelopor dalam mengembangkan

semangat kewirausahaan. Berdasarkan data dari BPS, ada 7,4 juta pengangguran

terbuka per Februari 2015. Ironisnya, kenaikan tersebut sebagian disebabkan sarjana

yang menganggur. Kondisi ini mengkhawatirkan. Apalagi, akhir tahun ini, Indonesia

akan mulai memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ini artinya, SDM

Indonesia tidak hanya bersaing dengan sesama anak bangsa saja, tapi juga dengan

bangsa ( dalam Indopos.co.id, Senin, 8 Juni 2015).

Menurut Astamoen (2008) sebagian besar sarjana masih cenderung mengejar

status sebagai pegawai negeri, padahal peluangnya sedikit. Oleh karena itu

Page 12: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

3

diperlukannya sikap positif mahasiswa pada kewirausahaan agar para sarjana dapat

menjadi pionir dalam gerakan menumbuhkan kewirausahaan di Indonesia agar

tercapai angka 4 juta wirausahawan dalam rangka memajukan perekonomian

Indonesia. Hanaan, Hazlett , dan Leitch ( dalam Segumpan dan Zahari, 2012) bahwa

untuk meningkatkan tingkat inisiatif kewirausahaan di kalangan mahasiswa ,

diperlukan untuk meningkatkan sikap positif terhadap kewirausahaan , sehingga sikap

dapat dilihat sebagai batu loncatan untuk memunculkan niat kewirausahaan. Jika

mahasiswa memiliki sikap positif didalam kewirausahaan akan ada besar

kemungkinan mereka akan menjadi wirausahawan pada suatu saat (Segumpan dan

Zahari, 2012). Padahal dengan banyaknya wirausaha dua indikator penting dalam

suatu negara maju dan makmur secara ekonomi dapat terpenuhi, yaitu rendahya angka

pengangguran dan tingginya devisa terutama dari hasil barang-barang ekspor yang

dihasilkan (dalam Astamoen,2008).

Menurut pernyataan PBB, bahwa suatu negara akan mampu membangun

apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2 persen dari jumlah penduduk. Jadi, jika

Indonesia berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa, maka wirausahawannya harus lebih

dari 4 juta. Menurut Ciputra (dalam Kompas.com, Rabu, 28 oktober 2009), untuk

menjadi negara yang kuat dalam sisi ekonomi, Indonesia membutuhkan 4,4 juta

pengusaha. Saat ini jumlah wirausahawan di Indonesia hanya mencapai 1,56% dari

total jumlah penduduk di Indonesia, meskipun mengalami peningkatan namun masih

kurang dari 2% jumlah penduduk di Indonesia (Fajri, http://entrepreneur.bisnis.com/,

Minggu, 04/03/2012). Menurut Rusdiana (2014) wirausaha merupakan potensi

pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha tersebut. Jumlah

wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum sepenuhnya baik, sehingga

Page 13: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

4

peningkatan jumlah wirausaha di Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi

suksesnya pembangunan. Selain itu menurut Astamoen (2008) salah satu penyebab

kurang cepatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih sedikitnya jumlah

wirausahawan sebagai pelaku ekonomi.

Surayana (2008) berpendapat perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari

dalam individu yaitu meliputi kebutuhan berprestasi, internal locus of control,

kebutuhan akan kebebasan, nilai-nilai pribadi, dan pengalaman. Sedangkan faktor

eksternal merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan hal ini meliputi role

model, dukungan keluarga dan teman, serta pendidikan. Selain dua faktor tersebut latar

belakang seseorang juga berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk

berwirausaha. Alma (2010) menyebutkan ada beberapa latar belakang seseorang yang

juga berpengaruh kepada pengambilan keputusan berwirausaha yaitu lingkungan

keluarga semasa kecil, pendidikan, niai-nilai (values) personal, usia dan riwayat

pekerjaan. Kewirausaahaan sendiri bukan sekedar pengetahuan, tehnik, atau

keterampilan, tetapi lebih kepada sikap mental melalui proses diri dengan praktik dan

pengalaman karena dorongan dari motivasi diri sendiri (Astamoen, 2008).

Perkembangan pelaku ekonomi atau wirausahawan dalam suatu bangsa tidak akan

lepas dari kultur bangsa tersebut yang berupa mental, attitude (sikap), norma, pola

pikir, karakter, tindakan-tindakan, dan sebagainya (Astamoen, 2008).

Sikap sendiri menurut Secord dan Backman (dalam Azwar,2012) adalah

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi

tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Sedangkan

menurut Robinson et al. (dalam Wyk, Boshoff dan Belster, 2003) , sikap adalah

Page 14: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

5

kecenderungan yang telah ditentukan untuk merespon dengan cara yang umumnya

positif atau negatif terhadap obyek sikap. Menurut Azwar (2012) pembentukan sikap

sendiri dapat depengaruhi oleh beberapa hal antara lain pengalaman pribadi, pengaruh

orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga

pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh faktor emosional. Sikap kewirausahaan

sendiri menurut Wyk, Boshof dan Bester (2003, halaman 2) “Entrepreneurial attitudes

can therefore be defined as predetermined but changeable thoughts, feelings and

behavioural intentions covering organisational creation and operation”.

Robbinson. et. al. (dalam Iberkleid, 2010) dalam studinya menggunakan skala

pengukuran EAO (enterprenur attitude orientation) untuk menentukan seberapa besar

kecenderungan sikap seseorang terhadap orientasi kewirausahaan di masa mendatang.

Aspek-aspek yang digunakan meliputi achievement orientation, innovation, self

esteem, dan personal control. Achievement orientation adalah faktor penting yang

mendorong seseorang untuk memiliki sikap positif terhadap kegiatan kewirausahaan,

yaitu apresiasi seseorang yang tinggi terhadap hal-hal yang mampu menumbuhkan

motivasi untuk menjadi wirausahawan yang sukses. Innovation dalam EAO adalah

tendensi dan kemampuan individu dalam memikirkan ide-ide bisnis baru serta

mengembangkan ide tersebut untuk diaplikasikan dalam kegiatan kewirausahaan. Self

esteem merefleksikan self-confidence seseorang akan keahlian dan kompetensi yang

dimilikinya dalam mencapai kesuksesan di masa mendatang. Self esteem terkait

dengan karakteristik kewirausahaan memungkinkan seorang wirausahawan untuk

dapat mengatasi kondisi ketidak pastian dan berbagai tantangan dalam proses

kewirausahaan. Personal control terkait dengan kemampuan seseorang didalam

mengontrol kondisi yang akan dialami.

Page 15: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

6

Menurut Astamoen (2008) dalam bidang ekonomi, nilai-nilai budaya yang

masuk dalam aspek mentallah yang akan menuntun seseorang menuju perilaku yang

menguntungkan atau bahkan merugikan bagi roda ekonomi yang telah dijalanjan.

Mental suatu bangsa merupakan bagian dari kultrur (budaya) suatu bangsa sebagai

suatu sistem nilai kultur (cultural value system) yang berhubungan dengan sikap

(attitude). Sistem nilai budaya serta sikap akan dapat berpengaruh baik secara

langsung maupun tidak terhadap pola cara berpikir dan tingkah laku seseorang. Sistem

nilai budaya yang tercermin melalui norma-norma yang ada akan membentuk cara

berpikir masyarakat, yang akan dituangkan dalam bentuk konkret berupa tindakan,

tindakan ini yang kemudian akan membentuk karakter.

Etnis atau suku bangsa menurut Koentjaraningrat (dalam Wijaya, 2007)

merupakan suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identiitas akan

kesatuan budaya. Kesadaran dan identitas tersebut seringkali dikuatkan oleh kesatuan

bahasa. Kesatuan budaya terbentuk karena faktor internal (warga kebudayaan) yang

bersangkutan dan bukan ditentukan oleh orang di luar mereka. Menurut Lindsay

(2015) budaya adalah pemrograman kolektif pikiran yang membedakan anggota satu

kategori orang dari yang lain, budaya sendiri mempengaruhi sikap dan perilaku

bervariasi dalam negara-negara dan etnis dan sangat tertanam pada suatu adat

masyarakat. Sedangkan menurut Valtonen (2007) kebudayaan adalah cara hidup yang

menggabungkan nilai-nilai, sikap, dan konsepsi dunia, sehingga kewirausahaan sendiri

memiliki keterkaitan dengan kebudayaan. Salah satu etnis yang memiliki sikap mental

kewirausahaan di Indonesia adalah etnis Tionghoa.

Page 16: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

7

Keberhasilan etnis Tionghoa sendiri didalam wirausaha sudah terlihat sejak

jaman penjajahan Belanda. Sejak jaman penjajahan belanda etnis Tionghoa di percaya

oleh pihak Belanda menjadi penghubung antara pihak Belanda dan masyarakat

pribumi Indonesia dalam perdagangan. Etnis Tionghoa semasa penjajahan Belanda

memegang kontrol dalam distribusi perdagangan dan pasar retail (dalam Tan, 2008).

Keberhasilan etnis Tionghoa sendiri didalam kewirausahaan tidak terlepas dari sikap

mental yang dimilikinya yaitu berani mengambil resiko, pantang menyerah, dan

kecepatan dan fleksibilitas. Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Duyvendak

yang dikutip oleh Djie (Siburian, t.t) bahwa orang-orang Tionghoa sangat gesit dan

rajin serta mereka tidak segan bekerja dan tidak gentar menghadapi kesulitan demi

memperoleh uang. Oleh karena itu, orang Tionghoa dapat unggul di bidang

perdagangan. Selain itu menurut Maharani (2013) keberhasilan etnis Tionghoa dalam

berwirausaha tidak lepas dari etos kerjanya yang tinggi, keberanian mereka dalam

berwirausaha sudah tidak diragukan lagi, etos kerja yang tinggi, kemauan untuk

berspekulasi, dan berinvestasi mendukung kemampuan etnis Tionghoa dalam

berwirausaha.

Sikap kewirausahaan yang ditampilkan itu telah membuat etnis Tionghoa

mampu membangun jaringan yang luas dan potensial untuk mengembangkan bisnis.

Dalam penelitian Ekosiswoyo, Joko, dan Suminar (t.t) keluarga etnis Tionghoa pola

pengasuhan anak berdasarkan pandangan hidup yang bersifat duniawi, terkait dengan

kharakteristik jiwa wiraswastawan. Nilai sikap egostik, ulet, pola hidup elegen atau

mewah dan pelit (kurang dermawan). Hidup di dunia dikatakan harmonis jika memiliki

benda kekayaan. Dorongan kepekaan emosional tentang nilai spiritual, nilai sosial

saling menolong, dermawan, kejujuran, kepemimpinan di bidang politik dan rendah

Page 17: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

8

hati kurang menjadi perhatian. Upaya membentuk perilaku mandiri, disiplin, percaya

diri, kreatif dan pantang menyerah (ulet), santun kepada senioritas dan menjalin

komunikasi dengan orang lain sebagai bagian keterampilan berwirausaha menjadi

perhatikan yang sangat diutamakan bagi keluarga etnis Tionghoa. Menurut

Sulistyawati (2011) keberhasilan etnis Tionghoa sendiri didalam berwirausaha tidak

terlepas dari sikap disiplin, bekerja secara total, memanfaatkan potensi diri secara

maksimal, bersemangat tinggi, tidak mudah putus asa, kreatif mencipta, berpendirian

kuat dan bekerja secara efektif dan efisien (hidup hemat).

Kondisi ini berbeda dengan mayoritas masyarakat pribumi dalam hal ini adalah

etnis Jawa. Etnis Jawa lebih menekankan kepada anak-anak mereka untuk menjadi

pegawai negri dari pada menjadi wirausahawan. Selain itu menurut Geertz (dalam

Koentjraningrat, 1984 ) orang tua Jawa tidak berusaha atau berambisi untuk mendidik

anaknya agar menjadi orang yang memiliki inisiatif atau orang yang kelak tidak akan

tergantung kepada orang lain. Pola pendidikan orang tua Jawa kepada anaknya ini

menyebabkan ketika bekerja anak-anak mereka akan lebih memilih untuk bekerja

dengan orang lain dari pada membangun usaha secara mandiri. Selian itu, mereka

cenderung tidak ingin anak-anak mereka untuk menekuni bidang kewirausahaan dan

berusaha mengalihkan perhatian anak-anak mereka untuk menjadi pegawai negeri

(Rusdiana,2014). Koentjaraningrat (1984) melihat bahwa orang Jawa memiliki

keyakinan hidup yang cenderung bersifat pasif. Keyakinan tersebut tergambar dari

konsepsi hidup yang rela, narima, dan sabar. Pandangan hidup dari orang jawa ini tidak

mendukung didalam kewirausahaan.

Setiap akan berperilaku, orang Jawa seakan-akan dituntut untuk berpikir

mengenai sesuatu yang akan dilakukan itu sesuai dengan falsafah hidup etnis Jawa.

Page 18: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

9

Falsafah hidup itu diringkas menjadi 3 hal yang saling terkait: rela, nerima, dan sabar

(Fifo dan Sinambela dalam Wijaya, 2007). Penelitian dari Supraktiknya (dalam

Maharani, 2013) bahwa nilai-nilai tradisional Jawa sejalan dengan ciri-ciri utama

kolektivisme, yaitu : (1) menekankan sifat rendah hati, patuh pengendalian diri, tidak

suka menonjolkan diri, serta mengutamakan pandangan, kebutuhan dan tujuan

kelompok, (2) menekankan status, peran, dan hubungan baik, mengutamakan sikap

mendahulukan kepentingan orang lain serta kemampuan menyesuaikan diri dan

menjaga harmoni dengan lingkungan sosial. Dapat diambil kesimpulan dari penelitian

Supraktiknya bahwa budaya Jawa memang tidak mendukung perilaku kewirausahaan.

Budaya Jawa oleh banyak ahli dianggap sebagai sebuah budaya yang tidak

menimbulkan sikap mental bagi tumbuhnya kewirausahaan yaitu sifat mental yang

berorientasi pada karya. Sarsono (dalam Maharani, 2013) berpendapat bahwa tujuan

dan idaman sosial orang Jawa adalah untuk memperoleh kekuasaan dan kehormatan.

Oleh karena itu derajat dan nilai seseorang diukur dari hubungan sosialnya bukan dari

keahlian dan ketrampilannya sehingga hal ini menyababkan kurangnya sikap di dalam

kewirausahaan pada masyarakat etnis Jawa. As’ad (dalam Wijaya, 2007)

mendeskripsikan sikap mental orang jawa yang tidak mendukung dalam

kewirausahaan yaitu mengambil keuntungan jangka pendek, cepat merasa puas, serta

sikap anti resiko. Hal ini menurutnya karena orang jawa lebih meletakkan pentingnya

hubungan dengan orang lain sehingga menumbuhkan sikap mental untuk lebih

tergantung pada koneksi dari pada rasa percaya pada kemampuan diri sendiri.

. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2013)

menemukan adanya perbedaan sifat pada wirausahawan dari etnis Cina dan Jawa di

pasar Yaik Semarang diperoleh hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara

Page 19: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

10

Perilaku Kewirausahaan pada Pedagang Etnis Cina dan Pedagang Etnis Jawa (dengan

t-hitung = 3.798 dengan p < 0.05), di mana perilaku kewirausahaan pedagang etnis

cina lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku kewirausahaan pedagang etnis Jawa.

Pada penelitian yang dilakukan Raharjo (2008) tentang perbedaan minat

kewirausahaan antara remaja etnis Cina dan etnis Sunda menemukan adanya

perbedaan minat kewirasahaan antara remaja etnis Cina dan remaja etnis Sunda

dengan hasil mean etnis Cina sebesar 152,52 dan remaja etnis Sunda sebesar 146,48

dengan kata lain minat kewirausahaan remaja etnis Cina lebih tinggi dibandingkan

minat wirausaha remaja etnis Sunda. Hasil berbeda ditemukan dalam penelitian Nadaa

(2013) menunjukan adanya perbedaan minat kewirausahaan pada remaja etnis Arab,

Jawa, dan Cina dengan nilai rerata hasil minat kewirausahaan pada remaja etnis Jawa

sebesar 70,03, etnis Cina 69,00 dan etnis Arab 64,43 sehingga terdapat perbedaan yang

signifikan dengan etnis Jawa memiliki minat wirausaha yang paling tinggi. Meskipun

dalam riset-riset sebelumnya hanya meneliti tentang minat, namun dalam theory of

planned behavior menjelaskan bahwa minat sendiri merupakan variable antara yang

menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu sikap maupun variable lainnya (dalam

Lestari dan Wijaya, 2012). sehingga dapat disimpulkan anatara minat dengan sikap

merupakan dua variable yang saling berhubungan. Hal ini juga didukung dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fitzsimmons dan Douglas (2005) yang menemukan

bahwa sikap kewirausahaan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan minat

seseorang didalam kewirausahaan. Hasil dari penelitian Winarsih (2014) menemukan

bahwa sikap memiliki pengaruh positif terhadap minat kewirausahaan. Semakin baik

sikap kewirausahaan maka akan semakin baik pula minat kewirausahaannya,

sebaliknya semakin rendah sikap kewirausahaannya maka akan semakin buruk minat

Page 20: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

11

kewirausahaannya. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rochayati, Setia, dan Sari

(2013) menemukan tedapat pengaruh positif antara sikap dan minat kewirausahaan

pada siswa SMK di Kabupaten Bantul.

Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan kewirausahaan adalah

melalui Kementerian Koordinator Perekonomian dengan kebijakan pemberian

bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah telah memberikan plafon KUR di

tahun 2012 sejumlah Rp. 96.438,2 Milyar, namun KUR yang tersalurkan sebesar

58,2%sejumlah Rp. 40.333,4 Milyar dengan jumlah debitur yang dapat menikmati

KUR sejumlah 7.659.840 orang dengan rata-rata setiap orang menerima sejumlah Rp.

13,2 juta selain itu, Pemerintah berusaha mendorong masyarakat terutama generasi

muda untuk menjadi wirausaha karena peningkatan penyerapan tenaga kerja pada

UMKM berhasil menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

Pemerintah merancang dan menerapkan pendidikan kewirausahaan di tingkat Sekolah

dan Perguruan Tinggi untuk mendorong generasi muda membuka lapangan pekerjaan

pada UMKM. (dalam Trimurti, t.t). Selain itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti

kepada beberapa orang mahasiswa psikologi dari etnis jawa pada 1 July 2015 di

kafetaria kampus Universitas Kristen Satya Wacana yang mengatakan dalam

perencanaan jangka panjang mereka ingin membuat suatu usaha karena tidak ingin

terus menerus bekerja sebagai karyawan. Mahasiswa yang saya wawancarai ada

beberapa yang mengatakan setelah lulus kuliah ingin meneruskan usaha yang sudah di

miliki oleh orang tua mereka dan ada yang mengatakan akan bekerja terlebih dahulu

untuk mengumpulkan modal usaha dan mencari pengalaman didalam bekerja yang

dapat bermanfaat nantinya bagi usaha yang akan didirikan. Hal ini menunjukan adanya

Page 21: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

12

perubahan sikap pada etnis Jawa tidak sama seperti dulu yang lebih memilih jenjang

karir sebagai pekerja atau PNS.

Hisrich (dalam Alma, 2010) menyatakan salah satu pengusaha sukses pernah

mengenyam pendidikan sarjana berasal dari jurusan psikologi yang kemudian mereka

melengkapi pengetahuan mereka dalam bidang finansial, perencanaan strategis,

marketing, manajemen, komunikasi, menulis, dan berbicara yang lancar. Berdasarkan

latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti “Apakah terdapat perbedaan

sikap kewirausahaan antara etnis Tionghoa dan Jawa pada mahasiswa psikologi”.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan sikap kewirausahaan

antara etnis Tionghoa dan Jawa pada mahasiswa psikologi UKSW ” dengan etnis Cina

memiliki sikap kewirausahaan lebih tinggi dari pada etnis Jawa.

Page 22: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

13

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

Menurut Azwar (2012), pada pendekatan penelitian kuantitatif, data penelitian hanya

akan dapat diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh lewat suatu proses

pengukuran di samping valid dan reliabel, juga objektif.

Variabel-variabel yang akan dilibatkan dalam penelitiani adalah:

a. Variabel terikat (Y) : Sikap Kewirausahaan

b. Variabel bebas (X) : Etnis Tionghoa dan Jawa

Populasi dan Sampel

Populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian.

Penentuan populasi harus berpedoman pada tujuan dan permasalahan penelitian

(Bungin, 2006). Purwanto (2008) juga berpendapat populasi adalah keseluruhan objek

yang mempunyai satu karakteristik yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi UKSW angkatan 2011-

2013. Pemilihan subjek ini didsarkan karena mahasiswa pada angkatan tersebut sudah

tergolong kedalam masa dewasa awal. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 297

orang dengan sampel penelitian sebannyak 50 mahasiswa etnis Jawa dan 50

mahasiswa etnis Tionghoa.

Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ditentukan dengan teknik tertentu

sehingga mempunyai sifat yang sama dengan populasi (Purwanto 2008). Tehnik

Page 23: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

14

Sampling adalah merupakan tehnik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah insidental sample yaitu teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data (Purwanto 2008).

Alat Ukur Penelitian

Pengukuran sikap kewirausahaan yang dilakukan menggunakan Instument

EAO (enterprenur attitude orientation) yang dikembangkan oleh Robbinson. Et. Al.

(dalam Iberkleid, 2010) untuk menentukan seberapa besar sikap seseorang terhadap

orientasi entrepreneurial di masa mendatang. Instrument ini mengukur sikap

kewirausahaan melalui empat dimensi yaitu achievement orientation, innovation, self

esteem, dan internal locus of control dan didasarkan pada tiga komponen sikap yaitu

kognisi, afeksi, dan konasi. Dimensi-dimensi ini terbukti dapat membedakan sikap

Wirausahawan dan yang non-wirausahawan.

Model EAO menggunakan sepuluh point skala likert, dimana 1 menunjukkan

sangat tidak setuju dan 10 menunjukkan sangat setuju 5 menunjukan agak tidak setuju

dan 6 menunjukkan agak setuju. Namun didalam penelitian ini menggunakan tujuh

point sekala likert karena dianggap oleh peneliti merupakan skala likert yang umum

digunakan dengan pilihan jawaban SS menunjukan sangat setuju, S menunjukan

setuju, AS menunjukan agak setuju, R menunjukan ragu-ragu, ATS menunjukan agak

tidak setuju, dan STS menunjukan sangat tidak setuju. Robinson et al (dalam Gibson,

Haris, Mick, dan Burkhalter, 2011) menjelaskan keempat aspek tersebut memiliki uji

reliabilitas Achievement α = 0,84, Internal locus of control α = 0,70, Self esteem α = 0,73, dan

Innovation α = 0,90. keempat subskala dapat secara akurat memprediksi klasifikasi

Page 24: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

15

kewirausahaan sebesar 77 persen. Jumlah keseluruhan item dalam skala ini berjumlah

75 item.

Selanjutnya alat ukur yang digunakan telah diuji lagi dengan uji daya

diskriminasi item dan reliabilitasnya menggunakan bantuan SPSS.17 for Windows

dengan standar validitas.

Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas Skala EAO yang

terdiri dari 75 item, pada pengujian pertama terdapat 29 item yang gugur dan setelah

melakukan pengujian ulang dengan mengeluarkan item yang gugur didapatkan 46 item

yang valid. Daya diskriminasi item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak

antara (0,261-0,626). Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah

menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha

pada Skala EAO sebesar 0,822 pada pengujian yang pertama dan 0,914 pada pengujian

yang kedua. Hal ini berarti skala EAO tergolong reliable. Berdasarkan uji reliabilitas

per aspek diperoleh hasil Achievement α = 0,811, Internal locus of control α = 0,687,

Self esteem α = 0,710 , dan Innovation α = 0,753.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t (Independent

Sample t test) dengan bantuan SPSS. 17 for Windows. Beberapa pengujian sebelum

dilakukan uji perbedaan atau uji t adalah pengujian terhadap normalitas data dan

homogenitas varian

Page 25: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Deskriptif

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar

deviasi sebagai hasil pengukuran skala sikap kewirausahaan pada mahasiswa Psikologi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Tabel Statistik Deskriptif

Kategori Skor Sikap Kewirausahaan etnis Cina dan etnis Jawa

Interval Kategori Tionghoa % Jawa %

267≤x<322 Sangat

Tinggi 25 50% 18 36%

212≤x<267 Tinggi 21 42% 32 64%

157≤x<212 Sedang 4 8% 0 0%

102≤x<157 Rendah 0 0% 0 0%

47≤x<102 Sangat

Rendah 0 0% 0 0%

Jumlah 50 100% 50 100%

Mean 261.04 261.56

StDev 27.186 17.445

Data tersebut menunjukan bahwa sebanyak 25 (50%) mahasiswa fakultas

psikologi UKSW etnis Tionghoa tergolong dalam sikap kewirausahaan yang sangat

tinggi, sebanyak 21 (42%) mahasiswa etnis Tionghoa berada pada kategori tinggi dan

sebanyak 4 (8%) mahasiswa etnis Tionghoa pada kategori sedang. Dalam hal ini sikap

kewirausahaan mahasiswa psikologi UKSW etnis Tionghoa tergolong kategori tinggi.

Page 26: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

17

Sedangkan 18 (36%) mahasiswa fakultas psikologi UKSW etnis Jawa pada

kategori sangat tinggi dan 32 (64%) mahasiswa etnis Jawa pada ketegori tiggi. Dalam

hal ini sikap kewirausahaan mahasiswa psikologi UKSW etnis Jawa tergolong

kategori tinggi.

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji

normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Tabel Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Cina Jawa

N 50 50

Normal Parametersa,,b Mean 261.04 261.56

Std. Deviation 27.186 17.445

Most Extreme Differences Absolute .103 .115

Positive .071 .058

Negative -.103 -.115

Kolmogorov-Smirnov Z .731 .813

Asymp. Sig. (2-tailed) .660 .523

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Pada Skala sikap kewirausahaan pada kelompok etnis Tionghoa diperoleh nilai

K-S-Z sebesar 0,731 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,660 (p>0,05).

Sedangkan pada skor sikap kewirausahaan pada kelompok etnis Jawa memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0,813 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,523. Dengan

demikian kedua jenis kelompok berdistribusi normal.

Page 27: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

18

Sementara dari hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Test of Homogeneity of Variances

Sikap

Levene Statistic df1 df2 Sig.

9.441 1 98 .003

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi dari uji homogenitas dari

sampel sikap kewirausahaan dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa menunjukan bahwa

nilai koefisien Levene Statistic sebesar 9,441. Dengan signifikansi sebesar 0,003.

Karena signifikansi 0,003 < 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini

bersifat tidak homogen atau tidak memiliki varians yang sama.

Dari perhitungan uji-t, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Tabel Hasil Uji-t sikap kewirausahaan pada etnis Tionghoa dan etnis Jawa

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

sikap Equal

variances

assumed

9.441 .003 -.114 98 .910 -.520 4.568 -9.585 8.545

Equal

variances not

assumed

-.114 83.504 .910 -.520 4.568 -9.605 8.565

Page 28: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

19

Hasil perhitungan uji beda (uji-t), diperoleh nilai t-hitung adalah sebesar -0,114

dengan signifikansi = 0,910 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan antara sikap kewirausahaan antara etnis Tionghoa dan Jawa.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai perbedaan sikap

kewirausahaan etnis Tionghoa dan etnis Jawa mahasiswa Psikologi menggunakan

program SPSS versi 17.0, diperoleh t hitung -0,114 dengan signifikasi 0,910 > 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap kewirausahaan antara etnis

Tionghoa dan etnis Jawa pada mahasiswa Psikologi UKSW. Hasil ini bertolak

belakang dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Maharani (2013) menemukan

adanya perbedaan sifat pada wirausahawan dari etnis Cina dan Jawa di pasar Yaik

Semarang diperoleh hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku

kewirausahaan pada pedagang etnis Cina dan pedagang etnis Jawa (dengan t-hitung =

3.798 dengan p < 0.05), di mana perilaku kewirausahaan pedagang etnis Cina lebih

tinggi dibandingkan dengan perilaku kewirausahaan pedagang etnis Jawa. Pada

penelitian yang dilakukan Raharjo (2008), tentang perbedaan minat kewirausahaan

antara remaja etnis Cina dan etnis Sunda menemukan adanya perbedaan minat

kewirasahaan antara remaja etnis Cina dan remaja etnis Sunda dengan hasil mean etnis

Cina sebesar 152,52 dan remaja etnis Sunda sebesar 146,48 dengan kata lain minat

kewirausahaan remaja etnis Cina lebih tinggi dibandingkan minat wirausaha remaja

etnis Sunda. Hasil berbeda ditemukan dalam penelitian Nadaa (2013) menunjukan

adanya perbedaan minat kewirausahaan pada remaja etnis Arab, Jawa, dan Cina

dengan nilai rerata hasil minat kewirausahaan pada remaja etnis Jawa sebesar 70,03,

etnis Cina 69,00 dan etnis Arab 64,43 sehingga terdapat perbedaan yang signifikan

Page 29: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

20

dengan etnis Jawa memiliki minat wirausaha yang paling tinggi. Sedangkan didalam

penelitian ini tidak ditemukannya perbedaan sikap kewirausahaan pada etnis Tionghoa

dan etnis Jawa. Kedua etnis baik etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki sikap

kewirausahaan pada tingkat tinggi.

Menurut Koentjaraningrat (dalam Nasution, 2008) keluarga Jawa telah banyak

berubah. Sebagai contoh bahwa orang Jawa sekarang sudah lebih banyak berorientasi

kepada keberhasilan karya mereka dan merasakan kepuasan dan kebahagiaan atas

usaha mereka untuk mencapai keberhasilan. Menurutnya banyak orang Jawa telah

berhasil menganalisa rahasia-rahasia serta kekuatan-kekuatan alam berkat pendidikan.

Perubahan nilai-nilai Jawa juga terjadi dalam proses sosialisasi dan enkulturasi pada

banyak keluarga Jawa. Anak anak Jawa pada saat ini lebih banyak diajarkan untuk

berdiri sendiri (mandiri) dan memiliki tanggung jawab pribadi.

Koentjaraningrat (1984) mengungkapkan bahwa anak Jawa sekarang lebih

banyak diajarkan untuk berdiri sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi, karena

gotong-royong memudar. Secara teoritik budaya Jawa sebagaimana Koentjaraningrat

(1984) paparkan, cenderung mengarah kepada pola hidup yang pasif. Hanya saja,

sebagaimana juga diakui oleh Koentjaraningrat (1984), budaya Jawa yang berorientasi

tradisional itu telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan industrialisasi yang

terjadi. Masyarakat Jawa yang benar-benar tradisional atau yang terisolasi dari dunia

luar hampir tidak ditemukan lagi pada saat ini. Hal itu terjadi pada era tahun 80-an.

Apalagi jika dibandingkan dengan konteks hidup saat ini, dimana arus informasi telah

mengglobal. Perubahan orientasi budaya menjadi semakin mungkin untuk terjadi.

Selain itu menurut Carlson (dalam Tanjungsari, 2011) sikap sendiri dapat mengalami

perubahan seiring dengan perjalanan waktu dan melalui berbagai situasi yang dialami

Page 30: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

21

dari proses interaksi seseorang dengan lingkungannya, tetapi saat sikap seseorang telah

terukur maka dapat disusun suatu prediksi mengenai tindakan yang akan dilakukan di

masa mendatang. Menurut Wijaya (2007) Pengalaman selama mengalami kontak

budaya dengan luar, juga proses industrialisasi yang sekarang telah mengarah pada

globalisasi, mampu memberi pengaruh terhadap nilai-nilai atau keyakinan hidup

tradisional Jawa sehingga dapat merubah sikap kebudayaan Jawa yang memandang

negatif kewiraushaan menjadi lebih positif.

Khairuddin (dalam Nasution, 2008) menyebutkan ada 2 implikasi yang

mungkin terkait dengan itu. Pertama, manusia menemukan sistem penilaian dan

filsafat hidup yang baru. Kedua, manusia tenggelam dalam persoalan-persoalan yang

dihadapinya dan tidak dapat mengambil sikap terhadap keadaan baru. Pengalaman

selama mengalami kontak budaya dengan luar, juga proses industrialisasi yang

sekarang telah mengarah pada globalisasi, mampu memberi pengaruh terhadap nilai-

nilai atau keyakinan hidup tradisional Jawa dan Tionghoa. Begitu pula tekanan sosial

berupa ketatnya persaingan mencari kerja, turut mendorong seseorang untuk mencoba

berwirausaha, baik dari etnis Tionghoa ataupun etnis Jawa..

Pembauran yang terjadi selama di Indonesia telah menjadi alasan bagi Skinner

(Coppel, 1994) untuk menolak mengidentifikasi etnis Tionghoa berdasarkan

kebudayaannya. menurutnya, semakin banyak etnis Tionghoa di Indonesia yang

meninggalkan pola kebudayaan tradisionalnya. Ia menggaris bawahi dua faktor yang

paling menonjol yang mempengaruhi perubahan budaya etnis Tionghoa di Indonesia.

Pertama, faktor lamanya bermukim. Kedua, tingkat budaya perbandingan dari

penduduk pribumi setempat. Perubahan sosial yang berlangsung selama ini telah

Page 31: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

22

memungkinkan manusia menemukan sistem nilai dan filsafat hidup yang baru, yang

setidaknya bisa melunturkan nilai-nilai yang lama (Hariyono dalam Wijaya, 2007).

Selain itu perubahan sikap yang ada tidak terlepas dari faktor pendidikan yang

ada. Seperti yang di kemukakan oleh Azwar (2012) bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap sendiri adalah lembaga pendidikan. Pada fakultas

Psikologi UKSW sendiri memiliki beberapa matakuliah yang mendukung dalam

kewirausahaan antara lain psikologi konsumen, psikologi industri dan organisasi,

psikologi manajemen, manajemen sumber daya manusia, dan psikologi kewirausahan.

Dengan adanya mata kuliah tersebut mungkin dapat mempengaruhi perubahan sikap

mahasiswa fakultas Psikologi UKSW baik dari etnis Tionghoa dan etis Jawa dalam

berwirausaha.

Meskipun dalam penelitian tidak ada perbedaan sikap kewirausahaan antara etnis

Tionghoa dan etnis Jawa, untuk mempertajam pembahasan penulis melakukan

pengujian pada masing-masing dimensi sikap kewirausahaan. Berdasarkan hasil

pengujian pada masing-masing dimensi sikap kewirausahaan ditemukan adanya

perbedaan sikap kewirausahaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa pada aspek

innovation dan personal control. Sedangkan pada aspek achievement dan self esteem

tidak ditemukan adanya perbedaan.

Page 32: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

23

Tabel 5

Perbedaan sikap kewirausahaan etnis Tionghoa dan Jawa ditinjau dari

Aspek

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil rata-rata setiap aspek sikap

kewirausahaan sebagai berikut. Pada aspek achievement etnis Tionghoa memperoleh

hasil rata-rata 104,20 sedangkan etnis Jawa memperoleh hasil rata-rata 104,26 dengan

signifikasi 0,888, sedangkan pada aspek innovation etnis Tionghoa memperoleh hasil

rata-rata 88,74 sedangkan etnis Jawa memperoleh hasil rata-rata 74,60 dengan

signifikasi 0,000, pada aspek personal control etnis Tionghoa memperoleh hasil rata-

rata 77,42 dan etnis Jawa memperoleh rata-rata 45,90 dengan signifikasi 0,000, dan

pada aspek self esteem etnis Tionghoa memperoleh hasil rata-rata 33,94 dan etnis Jawa

memperoleh rata-rata 34,04 dengan signifikasi 0,908. Berdasarkan hasil pembahasan

diatas menunjukan bahwa ada perbedaan sikap kewirausahaan antara etnis Tionghoa

dan etnis Jawa pada aspek innovation dan personal control dengan etnis Tionghoa

memiliki sikap innovation dan personal control lebih tinggi dari etnis Jawa.

Aspek T

Sig. (2-

tailed)

N

Tionghoa Jawa

Std.

Deviation

Mean

Std.

Deviation

Mean

Achievement -0,141 0,888 50 10,960 104,20 7,005 104,26

Innovation 5,079 0,000 50 18,528 88,74 6,646 74,60

Personal Control 7,186 0,000 50 30,748 77,42 4,062 45,90

Self Esteem -0,115 0,908 50 4,959 33,94 3,597 34,04

Page 33: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

24

Pada aspek achievement tidak ditemukan tidak adanya perbedaan antara etnis

Tionghoa dan etnis Jawa dengan nilai t = 0,888 (0,888>0,5) senhingga diperoleh

kesimpulan tidak ada perbedaan sikap kewirausahaan dalam aspek achievement

dengan nilai mean etnis Tionghoa 104,20 dan etnis Jawa 104,26. Handaru, Pagita, dan

Paramita (2015) dalam penelitiannya menemukan salah satu prinsip dagang yang

dimiliki orang jawa adalah “Panggautan Gelaring Pambudi” yaitu setiap usaha yang

dijalankan harus digeluti secara maksimal. Maknanya menyiratkan pesan totalitas,

konsistensi, visi dan kerja keras dalam karya dan usaha. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Susminingsih (2012) pedagang etnis jawa memiliki pandangan dagang

sregep (rajin), bersungguh-sungguh (pethel), tabah (tegen), tekun (wekel) dan berhati-

hati (ngati-ati). Ojo leren lamun durung wayah, ojo mangan lamun durung luwe

artinya jangan berhenti bekerja sebelum capai, jangan makan sebelum lapar, selalu

berusaha secara maksimal sesuai dengan kemampuan (panggautan gelaring pambudi).

Sedangkan pada etnis Tionghoa, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Noviantri, Suharso, dan Ani (2015) menemukan bahwa etnis Tionghoa memiliki

perilaku dalam berwirausaha yaitu mau dan suka bekerja keras, berani mengambil

resiko, percaya terhadap diri sendiri dan mandiri, bertanggung jawab, berorientasi

pada masa depan, dan menilai prestasi lebih penting dari pada uang. Selain itu

Sulistyawati (2011) berpendapat etnis Tionghoa memiliki sifat disiplin, efisien,

energik, fokus, gesit, jeli, kerja keras, kreatif, rajin, ramah, sabar, semangat, tanggung

jawab, tekun, teliti, tepat waktu, teratur, terkendali, dan ulet. Selain itu etnis Tionghoa

memiliki pandangan sebagai kaum pendatang mereka ditantang untuk berusaha agar

mendapatkan yang lebih baik dari pada apa yang mereka miliki sebelumnya hal ini

yang membuat mereka berusaha untuk mencapai apa yang menjadi keinginan mereka.

Page 34: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

25

Sehingga baik etnis Tionghoa maupun etnis Jawa memiliki sikap yang positif didalam

achievement.

Kemudian dalam aspek innovation ditemukan adanya perbedaan sikap antara

etnis Tionghoa dan etnis Jawa dengan etnis Tionghoa lebih tinggi hal ini dapat terlihat

dari hasil perhitungan dengan nilai t = 5,079 (0,000 < 0,05) sehingga dapat diambil

kesimpulan adanya perbedaan sikap kewirausahaan antara etnis Tionghoa dan etnis

Jawa pada aspek innovation dengan nilai mean etnis Tionghoa 88,74 dan etnis Jawa

74,60. Tingginya sikap inovasi pada etnis Tionghoa sendiri tidak terlepas dari ajaran

konfusius yang mengajarkan tidak takut gagal, berjuang tanpa henti akan ide kreatif

dan inovatif (Mariza dalam Yulianti, 2010). Selain itu inovasi yang dimiliki etnis

Tionghoa sendiri dapat terlihat dari sejak awal masuk ke Indonesia. Tampilnya

dominasi etnis Tionghoa di sektor perdagangan khususnya di Indonesia dimaksudkan

sebagai strategi untuk bertahan hidup sebagai etnis Minoritas dan warga perantau.

Sebab, etnis Tionghoa tidak mempunyai lahan pertanian yang dapat memberi mereka

jaminan hidup. Untuk hidup dari sektor pertanian dibutuhkan lahan yang tidak sedikit.

Berbeda dengan sektor perdagangan, lahan yang luas tidak begitu penting, tetapi yang

terutama adalah lokasi yang strategis agar pembeli dapat dengan mudah

menjangkaunya (dalam Siburian, t.t). Selain itu etnis Tionghoa sendiri menggunakan

waktu luang yang dimiliki tidak untuk bermalas-malasan namun berusaha untuk

menciptakan peluang lagi demi kemajuan usahanya ( dalam kompasiana.com, 22 Januari

2012).

Kondisi ini berbeda dengan etnis Jawa, Koentjaraningrat (1984) melihat bahwa

orang Jawa memiliki keyakinan hidup yang cenderung bersifat pasif. Keyakinan

tersebut tergambar dari konsepsi hidup yang rela, narima, dan sabar. Konsepsi ini

Page 35: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

26

menyebabkan kurangnya kemauan etnis Jawa didalam mengeksplorasi suatu hal-hal

yang baru yang ada. Selain itu menurut Geertz (dalam Koentjraningrat, 1984 ) orang

tua Jawa tidak berusaha atau berambisi untuk mendidik anaknya agar menjadi orang

yang memiliki inisiatif atau orang yang kelak tidak akan tergantung kepada orang lain.

Menurut As’ad (dalam Wijaya, 2007) salah satu sikap yang dimiliki oleh orang jawa

adalah sikap anti resiko. Pendapat yang dikemukakan oleh As’ad ini di dukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Noviantri, Suharso, dan Ani (2015) yang menemukan

bahwa etnis Tionghoa lebih berani mengambil resiko didalam kemajuan usahanya.

Kebranian etnis Tionghoa didalam mengambil resiko sendiri ditunjukan dengan cara

berani meminjam modal yang besar demi kemajuan usahanya.

Dalam aspek personal control ditemukan adanya perbedaan sikap antara etnis

Tionghoa dan etnis Jawa dengan etnis Tionghoa lebih tinggi dengan nilai nilai t =

7,186 (0,000 < 0,5) senhingga diperoleh kesimpulan adanya perbedaan sikap

kewirausahaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa pada aspek personal control

dengan nilai mean Etnis Tionghoa 77,42 dan etnis Jawa 45,90. Tingginya personal

control etnis Tionghoa sendiri tidak terlepas dari falsafah taoisme dan konfusius yang

dimilikinya. Menurut Ahh Wan Seng (dalam Noviantri, Suharso, dan Ani, 2015)

falsafah hidup etnis Tionghoa menyiratkan bahwa nasib bisa dirubah oleh orang itu

sendiri, melalui jerih payah tanpa putus asa orang akan mampu mencapai kesuksesan.

Dengan nilai itu mereka bekerja keras untuk merubah nasib menjadi lebih baik.

Hal berbeda ditunjukan pada etnis Jawa, dalam etnis Jawa sendiri konsepsi

didalam kehidupan jawa mengenal konsepsi hidup aji mumpung atau yang sering

disebut mumpungisme yang percaya bahwa hidup manusia didunia ini telah diatur oleh

tuhan sedemikian rupa sehingga putaran hidup manusia itu seperti halnya roda yang

Page 36: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

27

berputar yang terkadang dibawah dan terkadang diatas. Herusatoto (1984) berpendapat

konsepsi hidup yang dimiliki masyarakat jawa ini cenderung menyebabkan mereka

pasrah atau pasif didalam kehidupan sehingga menyebabkan kurangnya kontrol diri

didalam mengontrol kondisi-kondisi yang akan dialami.

Sedangkan dalam aspek Self Esteem tidak ditemukan adanya perbedaan sikap

antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Hal ini dapat terlihat dalam hasil penghitungan

t = -0,115 (0,908 > 0,05) sehingga diperoleh kesimpulan tidak ada perbedaan sikap

kewirausahaan pada etnis Tionghoa dan Jawa pada aspek self esteem dengan nilai

mean Etnis Tionghoa 33,94 dan etnis Jawa 34,04. Dalam etnis Tionghoa sendri dalam

pendidikan orang tua upaya membentuk perilaku mandiri, disiplin, percaya diri, kreatif

dan pantang menyerah (ulet), santun kepada senioritas dan menjalin komunikasi

dengan orang lain sebagai bagian keterampilan berwirausaha menjadi perhatikan yang

sangat diutamakan bagi keluarga etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa memiliki sikap

mental kehidupan yang tertutup atau eksklusif, mereka merasa dirinya lebih penting,

lebih tinggi derajatnya dan lebih merasa senior dibandingkan dengan penduduk

pribumi selain itu, etnis Tionghoa sendiri memiliki keyakinan bahwa mereka adalah

pusat pemerintahan dunia (dalam Hidajat, 1984). Sejak Indonesia dalam penjajahan

Belanda, orang-orang Tionghoa di Indoensia telah hidup dalam stratifikasi sosial

khusus (dalam jong, 1997). Berdasarkan hal-hal tersebut memungkinkan

membentuknya harga diri yang tinggi pada etnis Tionghoa.

Sedangkan pada etnis Jawa sendiri, pengasuhan keluarga Jawa cenderung

menerapkan pola asuh mendorong, Idrus (dalam Rohmiati, 2008) membaginya

menjadi enam ciri-ciri, antara lain adalah membelokkan dari tujuan yang tidak

diinginkan, menunda kebutuhan sesaat, mengajarkan kepatuhan, mengajarkan

Page 37: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

28

kesopanan, memberi perintah terperinci tanpa emosional dan memberi hadiah. Salah

satu ciri khas tersebut terlihat dari sikap orang tua yang diterapkannya dalam pola

pengasuhan mendorong, khususnya dalam hal mengajarkan kesopanan pada anak.

Dalam pengasuhan keluarga Jawa, orang tua Jawa selalu menginginkan anak-anak

mereka untuk menjadi orang yang njawani. Dalam Istilah bahasa Jawa orang njawani

adalah orang yang matang secara pribadi, tahu bagaimana bersikap dan berperilaku

terhadap orang lain. Dengan begitu bahwa remaja yang njawani adalah sosok remaja

yang penuh tanggung jawab, mampu membawa diri di depan orang lain, dan tentunya

percaya diri. Berdasarakna Hasil penelitian yang dilakukan Rohmiati (2008)

menemukan bahwa pola asuh mendorong orang tua Jawa berpengaruh terhadap

kepercayaan diri, sehingga dapat dikatakan bahwa pola asuh mendorong orang tua

Jawa merupakan pola asuh yang tepat dan mampu mendorong anak untuk menjadi

pribadi yang njawani seperti yang diharapkan oleh para orang tua Jawa. harga diri

(self esteem) pada kebudayaan jawa berkaitan dengan nilai sosial kemasyarakatan agar

selalu tercipta kondisi harmoni, maka orang jawa berusaha untuk dipandang baik di

mata orang lain (dalam Soehada, 2014). Oleh karena itu sikap njawani sendiri

berpengaruh terhdapat harga diri etnis Jawa karena sikap njawani sendiri tahu

bagaimana bersikap dan berperilaku terhadap orang lain yang dengan demikian

berpengaruh terhadap harga diri seseorang. Oleh karena itu baik etnis Cina maupun

etnis Jawa akan memiliki tingkat self esteem yang tinggi.

Page 38: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

29

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas tentang perbedaan sikap

kewirausahaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa pada mahasiswa psikologi

UKSW, maka dapat disimpulkan :

1. Bahwa tidak ada perbedaan sikap kewirausahaan antara etnis Tionghoa dan

etnis Jawa pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga.

2. Mahasiswa etnis Tionghoa dan etnis Jawa berada pada kategori tinggi.

3. Meskipun secara umum tidak ada perbedaan, setelah pengukuran yang

didasarkan setiap aspek ditemukan perbedaan dengan etnis Tionghoa lebih

tinggi pada aspek innovasi dan personal control.

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan

serta melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis

ajukan:

1. Bagi Subjek Penelitian

Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan sikap antara

mahasiswa etnis Tionghoa dan etnis Jawa dalam kewirausahaan. Sehingga

diharapkan mahasiswa kedepan dapat menjadi wirausahawan sehingga dapat

membantu kemajuan perekonomian di Indonesia serta dapat membantu

didalam penciptaan lapangan kerja yang baru. Selain itu bagi subjek penelitian

etnis Tionghoa diharapkan dapat mempertahankan sikap mereka dalam

kewirausahaan dan dapat lebih meningkatkan sikap mereka didalam

kewirausahaan, sedangkan untuk subjek yang berasal dari etnis Jawa

Page 39: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

30

diharapkan dapat lebih meningkatkan sikap mereka didalam kewirausahan

terutama didalam berinovasi dan kontrol diri.

2. Bagi orang tua

Bagi orang tua diharapkan dapat mendidik anak-anaknya didalam

menumbuhkan sikap-sikap yang mendukung didalam kewirausahaan. Serta

diharapkan bagi orangtua-orangtua memiliki pendangan positif terkait

kewirausahaan. Selain itu bagi orang tua dari etnis Jawa, diharapkan dapat

lebih mendorong anak-anak mereka agar dapat lebih berinovasi dan dapat

memiliki kontrol diri yang lebih baik sehingga dapat memunculkan sikap

didalam kewirausahaan.

3. Bagi penelitian selanjutanya

Bagi penelitian selanjutanya diharapkan dapat melakukan penelitian serupa

dengan menambahkan variable-variable yang bekaitan dengan topik penelitian

seperti pola asuh orang tua pada masing-masing etnis serta menambahkan

etnis-etnis lain didalam penelitian yang dilakukan.

Mengingat jumlah pernyataan dalam kuisioner terlalu banyak, sebaiknya

peneliti selanjutnya dapat lebih mempertimbangkan waktu penelitian pada saat

pelaksanaan untuk menghindari atau memperkecil kemungkinan peneliti

mendapatkan unrepresentative dalam menggambarkan diri responden.

Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat meneliti sikap kewirausahaan

antar etnis dengan melakukan penelitian mendalam pada masing-masing

aspek.

Page 40: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

31

DAFTAR PUSTAKA

Adhitama, Paulus Patria. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Berwirausaha (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP,

Semarang). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Alcade, F.L., Cohard, J.C.R. (n.a). Entrepreneurial Attitudes Of Andalusian Students.

Jurnal Dept.Economia Aplicada.

Alma, H. Buchari. (2010). Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung:

Alfabeta

Astamoen, Moko.P. (2005). Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa

Indonesia. Bandung : Alfabeta.

Azwar, Saifudin. (2012). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Bisniskeuangan.kompas.com. (2009). Ciputra Saatnya Pemuda Indonesia Jadi

Usahawan.

bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/10/28/16000059/Ciputra.Saatnya.Pemu

da.Indonesia.jadi Usahawan.

Budiarti, Y., Yani, T.E., Universari, N. (2012). Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha

(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Semarang). J Dinamika

Sosbud. Vol.14, No,1. 89-101.

Bungin, B. (2010). Metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Copel, Charle. A,. (1994). Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan.

Ekosiswoyo, Rasdi., Joko, Tri., & Suminar, Tri. (t.t). Potensi Keluarga Dalam

Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Pada Anak Usia Dini. Jurnal Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negri Semarang. 1-19.

Entrepreneur.bisnis.com. (2012). Jumlah Wirausahawan RI meningkat 1,56%. Fajri,

A Nurul. 2012. Jumlah wirausahawan RI meningkat 1,56%. Artikel.

http://entrepreneur.bisnis.com/read/20120304/88/67018/jumlah-wirausaha-ri-

naik-jadi-1- 56-percent (diakses jumat 26 juni 2015)

Page 41: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

32

Fitzsimmons, J.R., Douglas, E.J. (2005), “Entrepreneurial Attitudes and

Entrepreneurial Intentions: A Cross-Cultural Study of Potential Entrepreneurs In

India, China, Thailand And Australia”, Babson-auffman Entrepreneurial

Research Conference, Wellesley, MA. June 2005

Gibson, Shanan G., Michael L. Harris, Todd D. Mick, Toni M. Burkhalter, (2011)

."Comparing the Entrepreneurial Attitudes of University and Community

College Students," Journal of Higher Education Theory and Practice, Vol.11,

Iss. 2, pp. 11 – 19.

Handaru, A.W., Pagita, M.P., Paramita, W. (2015). Karakteristik Entrepreneur melalui

Multiple Diskriminan Analisis ( Studi Pada Etnis Tionghoa, Jawa dan Minang

di Bekasi Utara). Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI). Vol 6. No

1. 351-375.

Herusatoto, Budiono. (1984). Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT.

Hanindita.

Hidajat, Z.M., (1977). Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung: Tarsito.

Iberkleid. David.A. (2010). Entrepreuneurial Attitude Towards Social Design Patterns.

University Of North Carolina. 1-74

Indopos.co.id. (2015). Tingkat Pengangguran Sarjana di Indonesia Terus Naik.

http://www.indopos.co.id/2015/06/tingkat-pengangguran-sarjana-di-indonesia-

terus-naik.html#sthash.o7ajucKj.dpuf

Jong, S.de. (1976). Salah Satu Sikap Hidup Orang Jawa. Yogyakarta : Yayasan

Kanisius.

Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Kompasiana.com. (2012). Belajar Berdagang dari Etnis

Tionghoa.http://www.kompasiana.com/hagemaru_j/belajar-berdagang-dari-

etnis-tionghoa_550d7a92a33311cd1c2e3c84

Lestari, Retno Budi & Wijaya, Trisnadi (2012). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan

Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan

STIE MUSI. Forum Bisnis dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP. Vol 1.

112-119.

Page 42: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

33

Lindsay, Noel.J. (2015). Toward a Cultural Model of Indigenous Entrepreneurial

Attitude. Academy of Marketing Science Review. No. 05. 1-15.

Maharani, Dian Mega. (2013). Perilaku Kewirausahaan Pedagang Etnis Cina dan

Pedagang Etnis Jawa Di Pasar Yaik Permai Semarang.Skripsi. Semarang:

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Semarang.

Nadaa. (2013). Perbedaan Minat Kewirausahaan Pada Etnis Arab, Jawa dan Cina.

Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah

Surakarta.

Nasution, Anggita. (2008). Perbedaan Perilaku Pengambilan Resiko Antara Wirausaha

Etnis Tionghoa, Etnis Jawa, dan Etnis Minang Di Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

Indonesia.

Noviantri, T.D., Suharso, P., Ani, H.M. (2015). Perbedaan Perilaku Wirausaha

Saudagar Etnis Cina dan Etnis Pribumi di Rambipuji Kabupaten Jember. Artikel

Ilmiah Mahasiswa. Vol 1. No 1. 1-11.

Pratiwi, Wahyuni Eka. (2015). Pengaruh Budaya Jawa dan Harga Diri Terhadap

Asertivitas Pada Remaja Siswa Kelas X di SMA Negri 3 Ponorogo. eJournal

Psikologi. Vol 3, No 1. 348-357.

Purwanto. (2008). Metodologi peneltian kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putra, Rano Aditia. (2012). Faktor-Faktor Penentu Minat Mahasiswa Berwirausaha

(Studi Mahasiswa Manajemen FE Universitas Negeri Padang). Jurnal

Manajemen. Vol 01, Nomor 01. 1-15

Raharjo, Adi Warih. (2008). Perbedaan minat entrepreneurship antara remaja Etnis

Cina dengan remaja Etnis Sunda. Abstrak.

Rochayati, Umi., Setia, Mahardika., Sari, Arum Kartika. (2013). Pengaruh Faktor

Sosiodemografi, Sikap, dan Konstektual terhadap Niat Berwirausaha Siswa.

Jurnal Kependidikan. Vol. 43. No.2. 154-163.

Rohmiati, Anas (2008). Tingkat Kepercayaan Diri Remaja di Tinjau dari Pola Asuh

Orang Tua Etnis Jawa. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya Universitas Islam Indonesia.

Rosmiati. Junias, D.T.S., Munawar. (2015). Sikap, Motivasi, dan Minat Berwirausaha

Mahasiswa. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol 17. No 1. 21-30.

Page 43: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

34

Rusdiana, H A. (2014). Kewirausahaan Teori dan Praktik. Bandung: Pustaka Setia.

Saiman, Leonardus. (2012). Kewirausahaan Teori, Praktik, dan Kasus-kasus. Jakarta:

Selemba Empat.

Santrock, John W. (2012). Life-span development : perkembangan masa-hidup.

Jakarta : Erlangga.

Segumpan, R.G., Zahari, J.S.A. (2012). Attitude Towards Entrepreneurship Among

Omani College Students Trained in Business. International Journal of Business

and Behavioral Sciences. Vol. 2, No.4. 61-72.

Siburian, Robert (t.t). Etnis Cina di Indoenesia Fakta Komunikasi Antar Budaya.

Jurnal Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia. 1-15.

Soehada, Moh. (2014). Wedi Isin ( Takut Malu); Ajining Diri (Harga Diri) Orang Jawa

Dalam Perspektif Wong Cilik (Rakyat Jelata). Artikel. Religi, Vol X, No1. 1-11.

Suhartini, Yati. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Menmepengaruhi Minat

Mahasiswa Dalam Berwiraswasta (Studi Pada Mahasiswa Universitas PGRI

Yogyakarta). Jurnal Akmenika UPY. Vol.7. 38-59.

Suharyat, Yayat. (t.t). Hubungan Antara Sikap, Minat, dan Perilaku Manusia.

Sulistyawati. (2011). Integrasi Budaya Tionghoa ke Dalam Budaya Bali dan

Indonesia. Bali : Universitas Udayana.

Sulistyawati., Hadi, C.W., (t.t). Meneladani Etos Kerja Warga Tionghoa.

Suryana. (2008). Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses

Jakarta: Selemba Empat.

Tan, Mely G. (2008). Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tanjungsari, Hetty Karunia. (2011). Entrepreneurial Attitude, Status Pekerjaan, dan

Penerapan Pola Asuh Entrepreneurial pada Anak. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

Vol XVI. No.1. 25.34.

Page 44: Perbedaan Sikap Kewirausahaan antara Etnis Tionghoa dan ... · Wirausahawan sendiri menurut Rye (dalam Saiman, 2012) adalah seseorang yang mengorganisasikan dan mengarahkan usaha

35

Trimurti, Christimulia Purnama. (t.t). Peran Pemerintah dalam Kemajuan UMKM di

Indonesia.

Valtonen, Heli. (2007). Does Culture Matter? Entrepreuneurial Attitude In The

Autobiographies of Twentieth-Century Business Leaders in Finland and the

United States. Business and Economic History on-line. Vol.5. 1-24.

Widaryanti. (2013). INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA (STUDI

KASUS PADA PTS X DI SEMARANG). Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis.

Vol. 10. No.2. 115-125.

Wijaya, Hariz Enggar. (2007). Perbedaan Kecerdasan Adversity Antara Etnis Cina dan

Jawa Dalam Berwirausaha. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Wijaya, Tony. (2008). Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan

Jawa Tengah. Jurnal Management dan Kewirausahaan. Vol.10. No.2. 93-104.

Winarsih, Puji. (2014). Minat Berwirausaha Ditinjau dari Motivasi dan Sikap

Kewirausahaan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamadiyah Surakarta Angkatan

2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Wyk, R.V,. Boshoof, AB,. Bester, CL. (2003). Entrepreneurial Attitude: What Are

Their Sources?. SAJEMS NS. Vol.6 No.1. 1-24.

Wyk, R.V,. Boshoof, AB,. Bester, CL. (2004). Entrepreneurial Attitudes: A

Distinction Between Two Profesional Groups. S.Afr.J.Bus.Manage. 35.2. 33-38.

Yulianti, Dewi. (2010). Entrepreneurship Motivation on The Chinese Ethnic. Skripsi.

Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.