PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN …/Perbedaa… · v abstrak lenny rosita dhewi. perbedaan pengaruh...
Transcript of PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN …/Perbedaa… · v abstrak lenny rosita dhewi. perbedaan pengaruh...
i
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR
PASSING BAWAH BO LAVOLI PADA SISW A PUTRI KELAS VII SMP NEGERI 2 TAWANGSARI KABUPATEN
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Skripsi Oleh:
Lenny Rosita Dhewi NIM. K.4604038
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
ii
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR
PASSING BAWAH BO LAVOLI PADA SISW A PUTRI KELAS VIII SMP NEGERI 2 TAWANGSARI KABUPATEN
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
Lenny Rosita Dhewi NIM. K.4604038
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A 2010
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Sunardi, M.Kes. H. Rony Syaifullah, S.Pd., M.Pd. NIP. 19581121199003 1 004 NIP. 19760826200212002
iv
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 08 Pebruari 2010
Tim Penguji Skripsi:
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Mulyono M.M.
Sekretaris : Drs. Sugiyoto, M.Pd.
Anggota I : Drs. H. Sunardi, M.Kes.
Anggota II : H. Rony Syaifullah, S.Pd., M.Pd.
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
v
ABSTRAK
Lenny Rosita Dhewi. PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI PADA SISWA PUTRI KELAS VII SMP NEGERI 2 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2010.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh
pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional terhadap hasil belajar
passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. (2) Perbedaan pengaruh
koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah terhadap hasil
belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. (3) Ada tidaknya
interaksi antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-tangan terhadap
hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian
adalah siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 100 siswa terbagi dalam lima kelas. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified sampling. Starta sampel
yang digunakan berdasarkan hasil tes koordinasi mata-tangan dengan klasifikasi
koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah. Sampel yang
digunakan sebanyak 20 siswa dengan kategori koordinasi mata-tangan tinggi dan
20 siswa dengan kategori koordinasi mata-tangan rendah. Teknik pengumpulan
data dengan tes dan pengukuran. Untuk mengukur koordinasi mata-tangan dengan
lempar tangkap bola tenis dan tes keterampilan passing bawah bola voli dari
Depdiknas. (2003: 7-8). Teknik analisis data yang digunakan adalah ANAVA 2
X 2 dan uji lanjut Newman Keuls.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagi berikut: (1) Ada
perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional
terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP
vi
Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil
analisis data menunjukkan Fo = 9.851 > Ft 4.11. (2) Ada perbedaan pengaruh
antara koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah terhadap
hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis
data menunjukkan Fo = 15.147 > Ft 4.11. (3) Ada interaksi antara pendekatan
pembelajaran dan koordinasi mata-tangan terhadap hasil belajar passing bawah
bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data menunjukkan
bahwa Fhitung = 5.690 > Ftabel = 4,11.
vii
MO TTO
• Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah:11)
• Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang
lebih terhormat dari pada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus
daripada akal.
(Al Imam Al Mawardi)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersem bahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta
Kakak dan Adik tersayang
Teman-teman Angkatan 2004
Adik-adik JPOK FKIP UNS
Almamater
ix
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan
skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs.H. Sunardi, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak H. Rony Syaifullah, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
7. Siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun
pelajaran 2009/2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, Januari 2010
LRD
x
DAFTAR ISI
Halam an JUDUL ................................…………………………………………………
PENGAJUAN ...............................………………………………………….
PERSETUJUAN .........................…………………………………………..
PENGESAHAN ..............................………………………………………..
ABSTRAK .................………………………………………………………
MOTTO .....................………………………………………………………
PERSEMBAHAN .............................……………………………………….
KATA PENGANTAR ..................................………………………………
DAFTAR ISI ......................................………………………………………
DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….
DAFTAR TABEL ....................…………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ...............................……………………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………...
B. Identifikasi Masalah ..…………………………………………...
C. Pembatasan Masalah ...................……………………………..…
D. Perumusan Masalah ......………………………………………….
E. Tujuan Penelitian .....…………………………………………….
F. Manfaat Penelitian .....……………………………………………
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka ...……………………………………………….
1. Pendekatan Pembelajaran……………………………………..
a. Hakikat Pendekatan Pembelajaran…………………………
b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran……………………….
c. Komponen-Komponen Pembelajaran……………………..
d. Ciri-Ciri Perubahan dari Belajar Keterampilan……………
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xi
xii
xv
1
1
5
6
6
7
7
8
8
8
8
9
11
15
xi
2. Permainan Bola Voli………………………………………….
a. Pengertian Permainan Bola Voli………………………….
b. Macam-Macam teknik Dasar Bermain Bola Voli…………
c. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola Voli………….
3. Passing Bawah Bola Voli…………………………………….
a. Pengertian Passing………………………………………..
b. Passing Bawah…………………………………………….
c. Teknik Passing Bawah……………………………………
d. Kesalahan yang Sering Terjadi pada Passing Bawah……..
4. Pembelajaran Passing Bawah Bola Voli dengan Pendekatan
Bermain……………………………………………………….
a. Pengertian Pendekatan Bermain…………………………
b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah Bola Voli
Dengan Pendekatan Bermain…………………………….
c. Kelebihan dan Kelamahan Pembelajaran Passing Bawah
dengan Pendekatan Bermain……………………………..
5. Pembelajaran Passing Bawah Bola Voli dengan Pendekatan
Konvensional…………………………………………………
a. Pengertian Pendekatan Konvensional…………………….
b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah Bola Voli
dengan Pendekatan Konvensional………………………..
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Passing Bawah
Bola Voli dengan Pendekatan Konvensional……………
6. Koordinasi……………………………………………………
a. Pengertian Koordinasi Mata-Tangan……………………
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi…………
c. Peranan Koordinasi Mata - Tangan terhadap
Kemampuan Passing Bawah Bola Voli…………………
B. Kerangka Pemikiran .......……………………………………….
C. Perumusan Hipotesis ............………………………….…………
20
20
21
22
24
24
25
26
27
28
28
30
32
33
33
35
36
37
37
38
39
40
43
xii
BAB III MET ODOLOGI PENELITIAN ...........……………………………
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....………………………………
B. Metode Penelitian………………………………………………
C. Variabel Penelitian………………………………………………
D. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………..
F. Teknik Analisis Data……………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................…………………………………
A. Deskripsi Data ...............……………………………………….
B. Mencari Reliabilitas……………………………………………
C. Uji Prasyarat Analisis………………………………………….
1. Uji Normalitas ……………………………………………
2. Uji Homogenitas ………………………………………….
D. Pengujian Hipotesis…………………………………………….
1. Pengujian Hipotesis Pertama………………………………
2. Pengujian Hipotesis Kedua………………………………..
3. Pengujian Hipotesis Ketiga………………………………..
E. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………..
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........……….…………
A. Simpulan……………………………………………………….
B. Implikasi ....................…………………………………………
C. Saran .........................…………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA .............................……………………………………
LAMPIRAN.........................…………………………………………………
44
44
44
45
45
46
47
53
53
55
56
56
56
57
58
59
59
59
63
63
63
64
65
68
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halam an
Gambar 1. Rangkaian Gerakan Passing Bawah…………………………
Gambar 2. Ilustrasi Pembelajaran Passing Bawah dengan Pendekatan
Bermain……………………………………………………..
Gambar 3. Pembelajaran Passing Bawah dengan Pendekatan
Konvensional………………………………………………..
Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Passing Bawah Bola
Voli Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat
Koordinasi Mata-Tangan……………………………………
Gambar 5. Grafik Nilai Rata-Rata Peningkatan Hasil Belajar Passing
Bawah Bola Voli antara Kelompok Perlakuan………………
Gambar 6. Interaksi Pendekatan Pembelajaran Passing Bawah dan
Koordinasi Mata-Tangan……………………………………
Gambar 7. Tes Koordinasi Mata-Tangan……………………………….
Gambar 8. Tes Passing Bawah Bola Voli……………………………….
27
31
36
54
55
62
85
87
xiv
DAFTAR TABEL
Halam an
Tabel 1. Ringkasan Angka - Angka Statistik Deskriptif Data Hasil
Belajar Passing Bawah Bola Voli Menurut Kelompok
Penelitian…………………………………………………….
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal…………
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas………………………………….
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors………………………
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet…………………
Tabel 6. Ringkasan Nilai Rerata Kemampuan Passing Bawah
Bola Voli Berdasarkan Latihan Pembebanan dan Tingkat
Koordinasi Mata - Tangan Sebelum dan Sesudah Diberi
Perlakuan…………………………………………………….
Tabel 7. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor….
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls……………….
Tabel 9. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor
Utama terhadap Peningkatan Kemampuan Passing Bawah
Bola Voli…………………………………………………….
53
55
56
56
56
57
58
58
47
61
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Tes Awal Kemampuan Passing Bawah……………
Lampiran 2. Uji Reliabilitas Kemampuan Passing Bawah…………..
Lampiran 3. Kelompok Sampel Penelitian……………………………
Lampiran 4. Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 1 dan 2……..
Lampiran 5. Uji Normalitas Data tes Awal Kelompok 3 dan 4……….
Lampiran 6. Uji Homogenitas Data Tes Awal………………………..
Lampiran 7. Data Tes Akhir Kemampuan Passing Bawah Bola Voli
Lampiran 8. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Passing
Bawah ……………………………………………………
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Tes Awal, Tes Akhir dan
Peningkatan Kemampuan Passing Bawah Kelompok 1
dan Kelompok 2………………………………………....
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Tes Awal, Tes Akhir dan
Peningkatan Kemampuan Passing Bawah Kelompok 3
dan Kelompok 4………………………………………....
Lampiran 11. Deskripsi Data Hasil Peningkatan Rata - Rata antar
Kelompok Sampel sebagai Persiapan Analisis Anava
Factorial 2 X 2…………………………………………..
Lampiran 12. Hasil Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls…………..
Lampiran 13. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Koordinasi
Mata-Tangan……………………………………………
Lampiran 14. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran
Kemampuan Passing Bawah Bola Voli…………………
Lampiran 15. Program Pembelajaran Passing Bawah dengan
Pendekatan Bermain dan Konvensional………………..
69
70
72
73
74
75
76
77
79
80
81
83
84
86
88
xvi
Lampiran 16. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian…………………..
Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta…………………………………………………
Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 2
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo……………………….
94
96
102
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan pada umumnya. Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan
pendidikan yang dilakukan dengan gerak tubuh atau fisik. Hal ini sesuai pendapat
Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 2) bahwa, “Pendidikan jasmani merupakan
bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan sebagai
suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan
melalui gerak fisik”. Sedangkan tujuan umum dari pendidikan jasmani menurut
Adang Suherman, (2000: 23) diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: “(1)
perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4)
perkembangan sosial”.
Gerak fisik atau gerak tubuh merupakan sarana dalam pendidikan jasmani.
Melalui gerak fisik dikembangkan kemampuan jasmani siswa dan potensi lainnya
seperti afektif, kognitif dan psikomotor. Untuk mencapai tujuan pendidikan
jasmani, maka dalam pendidikan jasmani diajarkan beberapa macam cabang
olahraga yang dituangkan dalam kurikulum pendidikan jasmani sesuai dengan
jenjang sekolah masing-masing. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa,
“Materi pokok pendidikan jasmani untuk Sekolah Menengah pertama (SMP)
dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan olahraga, (2)
aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) akt ivitas ritmik, (5) akuatik dan,
(6) aktivitas luar sekolah”.
Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga permainan beregu yang
digolongkan dalam materi pokok pendidikan jasmani. Sepert i dijelaskan
Depdiknas (2004: 20) bahwa, “Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenis
permainan dan olahraga baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan
perseorangan maupun beregu”.
Upaya membelajarkan permainan bola voli bagi siswa sekolah harus
menguasai macam-macam teknik dasar bola voli. Hal ini sesuai pendapat
2
Soedarwo, Sunardi dan Agus Margono (2000: 6) bahwa, “Teknik dasar bola voli
harus betul-betul dikuasai terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu
prestasi permainan bola voli”. Adapun macam-m acam teknik dasar bvolavoli
yang harus dikuasai yaitu passing, service, smash dan block.
Passing merupakan salah satu teknik dasar bola voli yang bertujuan untuk
mengoperkan bola kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan
permainan sendiri. Berdasarkan jenisnya, passing bola voli dibedakan menjadi
dua yaitu passing bawah dan passing atas. Dalam membelajarkan passing bola
voli bagi siswa sekolah terlebih dahulu diajarkan passing bawah. Hal ini karena
passing bawah gerakannya cukup sederhana dibandingkan dengan passing atas.
Untuk meningkatkan kemampuan passing bawah bagi siswa sekolah perlu belajar
secara sistematis dan kontinyu. Di samping itu, dibutuhkan metode mengajar yang
baik dan efektif. PBVSI (1995: 69) menyatakan:
Metode-metode yang dapat digunakan dalam mengajar atau melatih bola voli di antaranya (1) metode keseluruhan, (2) metode bagian, (3) metode gabungan, (4) metode drill, (5) metode pemecahan masalah, (6) metode pendekatan ketapatan, (7) metode pendekatan kecepatan, (8) metode pertandingan, (9) metode interval dan, (10) metode ulangan. Selain metode-metode mengajar sepert i di atas, seorang guru dapat
menerapkan beberapa pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di antaranya pendekatan
bermain, konvensional, inovatif, PAIKEM. Berkaitan dengan macam-macam
pendekatan pembelajaran, penelitian ini ingin mengkaji dan meneliti pendekatan
bermain dan konvensional dalam upaya meningkatkan kemampuan passing
bawah bola voli. Depdiknas. (2004: 28) menjelaskan, “Pendekatan bermain
bertujuan untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik
permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih
dahulu kepada anak”. Sedangkan pendekatan konvensional (t radisional) menurut
Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 3) bahwa, “Pembelajaran konvensional
(tradisional) ditekankan pada teacher centered dimana para siswa melakukan
latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan guru. Latihan-latihan tersebut
hampir t idak dilakukan anak sesuai inisiatif sendiri”.
3
Pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional merupakan bentuk
pembelajaran yang memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing
pendekatan pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga
belum diketahui pendekatan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap
peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli. Disisi lain, kemampuan
passing bawah bola voli tidak hanya dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran
yang diterapkan oleh guru. Keberadaan siswa yang mencakup banyak aspek
seperti semangat belajar, kesungguhan mengikuti pelajaran, kemampuan fisik
yang baik dan lain sebagainya merupakan aspek yang tidak dapat dispisahkan
untuk mencapai hasil belajar yang opt imal.
Kemampuan fisik yang baik merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan
untuk menguasai teknik dasar passing bawah bola voli. Seperti dikemukakan
Sudjarwo (1993: 41) bahwa, “Mempelajari teknik dalam cabang olaharga tertentu
tidak mungkin dilakukan sebelum atlet memiliki kemampuan fisik yang
menunjang gerakan teknik tersebut”. Kemampuan fisik yang baik merupakan
faktor pent ing untuk menguasai teknik passing bawah bola voli. Salah satu
kom ponen kondisi fisik yang dapat mendukung kemampuan passing bawah bola
voli yaitu koordinasi mata-tangan.
Koordinasi mata-tangan merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan
mata dalam mengamati rangsangan yang diterima oleh mata dan tangan sebagai
penggerak utama untuk melakukan gerakan berdasarkan rangsangan yang
diterima. Dalam permainan bola voli hampir seluruh permainannya dibutuhkan
kecermatan pandangan dan keakuratan pukulan. Hal ini artinya, baik tidaknya
koordinasi mata-tangan yang dimiliki siswa akan mempengaruhi kemampuan
passing bawah. Apakah benar siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan yang
baik, kemampuan passing bawahnya juga baik. Demikian juga sebaliknya, apakah
siswa yang tingkat koordinasi mata-tangannya rendah kemampuan passing
bawahnya juga rendah. Nampaknya hal ini perlu dibukt ikan, karena kemampuan
passing bawah tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan koordinasi mata-tangan
saja, tetapi masih ada faktor lain seperti kekuatan, kelincahan, keseimbangan,
kecepatan reaksi, penguasaan teknik yang baik dan lain sebagainya.
4
Pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional merupakan
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
passing bawah bola voli. Dari kedua pendekatan pembelajaran tersebut
dibutuhkan kemampuan koordinasi mata-tangan. Untuk mengetahui pendekatan
pembelajaran mana yang lebih efekt if untuk meningkatkan hasil belajar passing
bawah bola voli, serta pengaruh kemampuan koordinasi mata-tangan terhadap
kemampuan passing bawah bola voli, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih
medalam melalui penelitian eksperimen.
Upaya mengetahui permasalahan dalam penelitian ini, pendekatan
pembelajaran bermain dan konvensional dieksperimenkan pada siswa putri kelas
VII SMP Negeri 2 Tawangsari Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian
ini dilakukan pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Sukoharjo
tahun pelajaran 2009/2010, karena kemampuan passing bawahnya masih rendah,
jika dibandingkan dengan siswa putra. Hal ini karena, siswa putri pada umumnya
aktivitas geraknya dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani kurang
maksimal, termasuk mengikuti pembelajaran passing bawah.
Pembelajaran dengan pendekatan bermain merupakan bentuk
pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan (game). Pembelajaran ini
berorientasi pada siswa (oriented student), guru bert indak sebagai motivator,
fasilitator, katalisator. Teknik dari suatu cabang olahraga yang dipelajari dikemas
atau dibelajarkan dalam bentuk permainan. Melalui permainan passing bawah
hasrat gerak siswa terpenuhi, siswa menjadi senang. Selain itu juga, dengan
bermain aspek-aspek sepert i kerjasama, saling menghargai, kesegeran jasmani
dapat dikembangkan.
Pembelajaran secara konvensional merupakan bentuk pembelajaran yang
berorientasi pada guru (oriented teacher). Teknik cabang olahraga yang dipelajari
dijelaskan secara runtut selanjutnya diberi contoh pelaksanaannya. Guru bertugas
mengorganisasi pembelajaran dan merancang bentuk pembelajaran passing
bawah, misalnya memperagakan teknik passing bawah tanpa bola baik gerakan
passing bawah ke depan, ke samping kanan atau kiri, ke belakang dan lain
sebagainya. Setelah gerakan passing bawah dikuasai, dilanjutkan dengan bentuk
5
pembelajaran passing bawah sepert i passing dengan diumpan, passing bawah
berpasangan, passing bawah secara sendiri. Dari bentuk-bentuk pembelajaran
passing bawah tersebut siswa harus melakukan secara berulang-ulang, hingga dari
masing-masing bentuk-bentuk pembelajaran dikuasai dengan baik.
Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan adalah sangat penting
agar siswa lebih senang dan motivasi belajar meningkat . Disisi lain, memberikan
pembelajaran passing bawah dengan runtut dan jelas juga pent ing. Selain itu
juga, komponen-komponen kondisi fisik yang mendukung kemampuan passing
bawah seperti koordinasi mata-tangan belum ditingkatkan. Untuk meningkatkan
kemampuan passing bawah bola voli siswa putri kelas VII SMP Negeri 2
Tawangsari Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan
Koordinasi Mata-Tangan terhadap Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli pada
Siswa Putri Kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Sukoharjo Tahun Pelajaran
2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat diident ifikasi sebagai berikut:
1. Kemampuan passing bawah siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 perlu ditingkatkan.
2. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 2 Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo belum menunjukkan hasil yang maksimal.
3. Belum diketahui pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan
konvensional terhadap peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli.
4. Belum diketahui pengaruh koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan
passing bawah bola voli.
5. Perlu diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
6
C . Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar
tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional terhadap hasil
belajar passing bawah bola voli.
2. Pengaruh koordinasi mata-tangan terhadap hasil belajar passing bawah bola
voli.
3. Kemampuan passing bawah bola voli siswa putri kelas VII SMP Negeri 2
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan ident ifikasi masalah, pembatasan masalah, masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan
konvensional terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri
kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010?
2. Adakah perbedaan pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi
mata-tangan rendah terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa
putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun
pelajaran 2009/2010?
3. Adakah interaksi antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-tangan
terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP
Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional
terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP
Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
2. Perbedaan pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-
tangan rendah terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri
kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010.
3. Ada tidaknya interaksi antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-
tangan terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas
VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini pent ing untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan passing bawah bola voli bagi siswa yang
dijadikan obyek penelitian.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes di SMP
Negeri 2 Tawangsari Sukoharjo pentingnya pendekatan pembelajaran yang
baik dan efektif, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang opt imal.
3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penelitian tentang karya
ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendekatan Pembelajaran
a. H akikat Pendekatan Pem belajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
diabaikan dalam kegaiatan belajar mengajar. Menurut Depdikbud (1990: 180)
pendekatan dapat diart ikan, “Sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk
mendekati sesuatu”. Menurut Suharno dkk., (1998: 25) bahwa, “Pendekatan
pembelajaran diart ikan model pembelajaran”. Sedangkan pengertian pembelajaran
menurut H.J. Gino dkk. (1998: 32) bahwa, “Pembelajaran atau instruction
merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar
dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar
mengajar”. Menurut Sukintaka (2004: 55) bahwa, “Pembelajaran mengandung
pengert ian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi
di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya”.
Menurut M. Sobry Sutikno (2009: 32) bahwa, “Inti pembelajaran itu adalah segala
upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri
siswa”. Hal senada dikemukakan Benny A. Pribadi (2009: 10) bahwa, “
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya
aktivitas belajar dalam diri individu”.
Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat
disimpulkan, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai
sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan
siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan pendekatan pembelajaran Wahjoedi (1999: 121) berpendapat,
“Pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku
siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh
hasil belajar secara opt imal”. Menurut Syaiful Sagala (2005: 68) bahwa,
9
“Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional
tertentu”.
Merencanakan pendekatan pembelajaran sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Penerapan pendekatan pembelajaran yang tepat maka akan
memiliki efekt ifitas terhadap proses pembelajaran, sehingga akan diperoleh hasil
belajar yang opt imal. Adang Suherman dan Agus Mahendra (2001: 143)
menyatakan, “Efekt ifitas pengajaran sangat ditentukan oleh pendekatan
pengajaran yang dipilih guru atas dasar pengetahuan guru terhadap sifat
keterampilan atau tugas gerak yang kan dipelajari siswa”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, penerapan pendekatan
pembelajaran didasarkan pada pengetahuan guru dan keterampilan yang
dipelajari. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka seorang guru harus
cermat dan tepat dalam menerapkan pendekatan pemblajaran, sehingga
keterampilan yang dipelajari dapat dikuasai siswa dengan baik.
b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Merumuskan tujuan pembelajaran adalah sangat penting. Hal ini karena,
tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan. Pembelajaran yang
tidak mempunyai tujuan merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian
dalam menentukan arah, target akhir dan prosedur yang dilakukan. Secara umum
tujuan dari pembelajaran yaitu, terjadinya perubahan kemampuan yang lebih baik
pada diri siswa setelah melalui proses pembelajaran. Sepert i dikemukakan M.
Sobry Sutikno (2009: 80) bahwa, “Tujuan pembelajaran adalah kemampuan-
kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh memperoleh
pengalaman belajar”.
Perubahan kemampuan atau keterampilan pada diri siswa merupakan
tujuan dari pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, maka
perlu dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati
tercapainya.M. Sobry Sutikno (2009: 81) memberikan petunjuk praktis
merumuskan tujuan pembelajaran sebagai berikut:
10
1) Formulasikan dalam bentuk yang operasional. 2) Rumuskan dalam bentuk produk belajar, bukan proses belajar. 3) Rumuskan dalam tingkah laku siswa buka perilaku guru. 4) Rumuskan standart perilaku yang akan dicapai. 5) Hanya mengandung satu tujuan belajar. 6) Rumuskan dalam kondisi mana perilaku itu terjadi.
Pendapat tersebut menunjukkan, untuk merumuskan tujuan pembelajaran
ada tujuh hal yang harus diperhatikan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran,
maka petunjuk-petunjuk dalam merumuskan tujuan pembelajaran tersebut harus
diperhatikan. Berkaitan dengan perumusan tujuan pembelajaran Sudjana (2001:
40) memberikan rumus formula pembelajaran sebagai berikut, “Pb = fp (m s x y
z). Formula pembelajaran tersebut diartikan bahwa, pembelajaran (Pb) adalah
fungsi (f), pendidik (p), untuk membelajarkan (m), peserta didik (s), terhadap
materi pelajaran (x), untuk mencapai hasil belajar (y), yang menimbulkan
pengaruh belajar (z)”.
Rumus formula pembelajaran tersebut, jika dikaitan dengan tujuan
pembelajaran maka mencapai hasil belajar (y) merupakan tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran. Hasil belajar (y) dapat mencakup perubahan perilaku
peserta didik dalam ranah kognitif, afektif, dan atau psikomotorik.
Ranah kognitif merupakan tujuan pendidikan yang berkenaan dengan
aktivitas berfikir yang meliputi ingatan, pengenalan pengetahuan serta
perkembangan kemampuan dan kecakapan intelektual. Ranah afektif merupakan
tujuan pendidikan yang berkenaan dengan perilaku, perasaan dan emosi. Perilaku
afektif bisa diklasifikasi ke dalam kategori-kategori dari sifat yang sederhana
sampai yang sifatnya kompleks. Sedangkan ranah psikomotorik merupakan tujuan
pendidikan yang berkenaan dengan gerakan atau keterampilan. Aktivitas
psikomotor terutama berorientasi pada gerakan dan menekankan respon-respon
fisik yang nampak.
Berkaitan dengan perubahan perilaku siswa dalam belajar keterampilan,
maka perubahan psikomotorik merupakan tujuan utama yang akan dicapai dalam
belajar keterampilan. Melalui belajar yang teratur dengan diterapkan pendekatan
pembelajaran yang baik, maka suatu keterampilan dapat dikuasai oleh siswa
11
dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka seorang
guru harus mampu merumuskan tujuan pembelajaran yang baik dan tepat,
sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
c. Kom ponen-Komponen Pembelajaran
Dalam kegaiatn pembelajaran ada beberapa komponen yang terlibat di
dalamnya. Karena pembelajaran merupakan proses, maka sudah barang tentu
harus dapat mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar
mengenai kemana proses akan diarahkan, apa yang harus dibahas dalam proses
tersebut, bagaimana cara melakukannya dan bagaimana mengetahui berhasil
tidaknya proses tersebut. Hal ini artinya, dalam kegiatan pembelajaran harus
mengetahui komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Berkaitan dengan
kom ponen pembelajaran Muhammad Ali (2004: 4) menyatakan, “Kom ponen-
kom ponen dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan ke dalam tiga
kategori yaitu (1) guru, (2) isi atau materi pelajaran dan (3) siswa”. Menurut H.J.
Gino dkk., (1998: 30) berpendapat komponen-komponen dalam suatu kegiatan
pembelajaran yaitu: “Siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan
evaluasi”. Sedangkan Nana Sudjana (2005: 30) menggambarkan skematis
kom ponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:
Komponen-komponen pembelajaran tersebut pada prinsipnya saling
berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Hal senada tentang kom ponen-
kom ponen pembelajaran dikemukakan. M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) bahwa,
“Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan
Tujuan
Metode dan alat
Penilaian
Bahan
12
pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5)
media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”. Untuk lebih jelasnya kom ponen-
kom ponen pembelajaran diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan kemampuan-kemampuan
yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan
kata lain, tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mempunyai jenjang dari yang
luas atau umum sampai kepada yang sempit atau khusus. Semua tujuan itu
berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan di atasnya. Bila tujuan
terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula. Oleh karena
itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan faktor utama yang harus dirumuskan
secara jelas dan spesifik, karena akan menentukan arah pembelajaran. Tujuan-
tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang
diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan
dapat diamati ketercapaiannya.
2) Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan unsur belajar yang pent ing mendapat
perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dikonsumsi oleh siswa. Oleh karena itu, penentuan materi
pelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang
diterima siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi
setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Nana Sudjana (2005: 69)
menyatakan, beberapa hal yang harus diperhat ikan dalam menetapkan materi
pelajaran sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan. 2) Materi pelajaran yang ditulis dalam perencaan pembelajaran terbatas
pada konsep saja, atau berbentuk garis besar bahan pelajaran tidak pula diuraikan terinci.
13
3) Menetapkan materi pelajaran harus serasi dengan urutan tujuan. 4) Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan
(kontinuitas). 5) Materi pelajaran disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks,
dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongkret menuju yang abstrak. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya.
6) Sifat materi pelajaran ada yang faktual dan ada yang konseptual.
Untuk menetapkan materi pelajaran hendaknya harus selalu berpedoman
pada tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, merumuskan tujuan pembelajaran
pada awal pembelajaran sangat pent ing agar pembelajaran dapat berjalan dengan
baik.
3) Kegiatan Pem belajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam interaksi
dengan materi pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang
lebih aktif, bukan guru. Keaktifan siswa tentu mencakup kegiatan fisik dan
mental, individual dan kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara
guru dengan semua siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa
dengan materi pelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan sendirinya
sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Agar memperoleh hasil belajar yang optimal, hendaknya guru
memperhatikan perbedaan individual siswa, baik aspek biologis, intelektual dan
psikologis. Ketiga aspek ini diharapkan memberikan informasi pada guru bahwa,
setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, sekalipun dalam tempo
yang berlainan. Guru harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif,
sehingga siswa mampu belajar mandiri. Guru juga harus mampu menjadikan
proses pembelajaran sebagai salah satu sumber yang penting dalam kegiatan
eksplorasi.
4) Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru
14
dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Nana Sudjana (2005: 77-89) metode pembelajaran terdiri dari:
1) Metode ceramah 2) Metode tanya jawab 3) Metode diskusi 4) Metode tugas belajar dan resitasi 5) Metode kerja kelompok 6) Metode demonstrasi dan eksperimen 7) Metode sosio drama (role-playing) 8) Metode problem solving 9) Metode sistem regu (team taching) 10) Metode latihan (drill) 11) Metode keryawisata (field trip) 12) Metode resource person (manusia sumber) 13) Metode masyarakat 14) Metode simulasi
Menguasai dan memahami metode-metode pembelajaran tersebut sangat
pent ing bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan, maka dalam pelaksanaan pembelajaran dapat diterapkan macam-
macam metode pembelajaran menurut kebutuhan.
5) Media
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan media pembelajaran,
Muhammad Ali 2004: 88) menyatakan:
Media pengajaran merupakan bagian integral dalam sistem pengajaran. Banyak media pengajaran yang dapat digunakan. Penggunaannya meliputi manfaat yang banyak pula. Penggunaan media harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat, sehingga dapat memperbesar art i dan fungsi dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses belajar dan m engajar. Pendapat tersebut menujukkan, penggunaan media atau alat dalam
pembelajaran sangat penting. Penggunaan media atau alat yang tepat sesuai materi
pelajaran, maka akan memperbesar hasil belajar.
15
6) Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat. Menurut M. Sobry Sutikno
(2009: 39) bahwa, “Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber
belajar yang direncanakan dan sumber belajar karena m anfaat”.
Sumber belajar yang direncanakan adalah semua sumber yang secara
khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sedangkan sumber
belajar karena dimanfaatkan adalah sumber-sumber yang tidak secara khusus
didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan
dan digunakan untuk keperluan belajar.
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai
dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Sudjana (2005: 111) menyatakan, ”Penilaian yang dilakukan terhadap proses
pembelajaran berfungsi (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran.
(2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
guru”.
Evaluasi merupakan aspek yang penting yang berguna untuk mengukur
dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau sampai mana
terdapat kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai
atau tidak, apakah materi pelajaran yang telah diberikan dapat dikuasai atau tidak,
dan apakah penggunaan metode dan alat pembelajaran tepat atau t idak.
c. C iri-Ciri Perubahan dari Belajar Keteram pilan
Tujuan utama dalam proses belajar mengajar yaitu terjadi perubahan yang
lebih baik pada diri siswa. Sebagai contoh, pada awalnya siswa tidak mampu
melakukan passing bawah bola voli, setelah melalui proses belajar maka siswa
mampu melakukan passing bawah dengan teknik yang benar. Prinsip perubahan
16
pada siswa dari belajar suatu keterampilan bersifat permanen. Hasil belajar
bersifat permanen maksudnya, keterampilan yang telah dikuasai siswa tidak
mudah hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan atau dalam waktu tertentu.
Tetapi jika tidak belajar lagi (latihan secara rutin) kemampuan atau keterampilan
yang telah dikuasai akan menurun. Menurut Schmidt (1982) yang dikutip Rusli
Lutan (1988: 102-107) karakteristik dari belajar gerak yaitu:
1) Belajar sebagai sebuah proses. 2) Belajar motorik adalah hasil langsung dari latihan. 3) Belajar motorik tak teramati secara langsung. 4) Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi (kebiasaan). 5) Belajar motorik relatif permanen. 6) Belajar motorik bisa menimbulkan efek negatif dan, 7) Kurve hasil belajar. Ciri-ciri perubahan akibat belajar gerak (motorik) ada tujuan macam yaitu
belajar sebagai proses, belajar sebagai hasil langsung dari latihan, belajar tidak
teramat i secara langsung, belajar menghasilkan kebiasaan, belajar keterampilan
bersifat permanen, belajar keterampilan dapat menimbulkan efek negatif, dan
dalam waktu tertentu keterampilan yang dimiliki akan mengalami penurunan.
Dalam kegiatan belajar mengajar keterampilan, ciri-ciri pembelajaran tersebut
harus dipahami oleh seorang pengajar. Untuk lebih jelasnya ciri-ciri perubahan
dari proses pembelajaran keterampilan diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Belajar Sebagai Proses
Proses merupakan seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung
bersama, menghasilkan beberapa prilaku tertentu. Sebagai contoh dalam
membaca, proses diasosiasikan dengan gerakan mata, menangkap kode dan
simbol di dalam teks, memberikan pengert ian sesuai dengan perbendaharaan kata
yang tersimpan dalam ingatan, dan seterusnya. Demikian halnya dalam belajar
keterampilan motorik, di dalamnya terlibat suatu proses yang menyumbang
kepada perubahan dalam perilaku m otorik sebagai hasil dari belajar atau berlatih
dalam organisme yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda
dengan sebelum belajar atau berlatih.
17
Proses perubahan yang terjadi akibat dari belajar harus disadari oleh siswa,
sehingga siswa dapat merasakan bahwa dirinya telah mencapai peningkatan
keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti dikemukakan Slameto
(1995: 3) bahwa, “Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan
atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya sesuatu perubahan pada
dirinya”. Dengan kemampuan siswa menyadari akan perubahan yang terjadi
dalam dirinya, ini art inya telah terjadi proses belajar gerak dalam diri siswa.
Dengan terjadinya proses belajar maka akan dicapai hasil belajar yang lebih baik.
2) Belajar Motorik adalah Hasil Langsung dari Latihan
Perubahan perilaku m otorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil
dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan
perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor
tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (sepert i anak yang dewasa lebih
terampil melakukan suatu keterampilan yang baru daripada anak yang muda),
meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sugiyanto dan Agus
Kristiyanto (1998: 33) menyatakan bahwa, “Perubahan-perubahan hasil belajar
gerak sebenarnya bukan murni dari hasil suatu pengkondisian proses belajar,
melainkan wujud interaksi antara kondisi belajar dengan faktor-faktor
perkembangan individu”.
Ini art inya, perubahan kemampuan individu dalam penguasaan gerak
ditentukan oleh adanya interaksi yang rumit antara faktor keturunan dan pengaruh
lingkungan. Perkembangan individu berproses sebagai akibat adanya perubahan
anatomis-fisiologis yang mengarah pada status kematangan. Pertumbuhan fisik
yang menunjukkan pada pembesaran ukuran tubuh dan bagian-bagiannya, terkait
dengan perubahan-perubahan fungsi faal dan sistem lain dalam tubuh. Pola-pola
perubahan tersebut pada gilirannya akan selalu mewarnai pola penguasaan gerak,
sebagai hasil proses belajar gerak.
18
3) Belajar Motorik Tak Teramati secara Langsung
Belajar motorik atau keterampilan olahraga tak teramati secara langsung.
Proses yang terjadi dibalik perubahan keterampilan sangat kompleks dalam sistem
persyarafan, sepert i misalnya bagaimana informasi sensori diproses, diorganisasi
dan kemudian diubah menjadi pola gerak otot-otot. Perubahan itu semuanya tidak
dapat diamati secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan eksistensinya dari
perubahan yang terjadi dalam keterampilan atau perilaku m otorik.
4) Belajar Menghasilkan Kapabilitas untuk Bereaksi (Kebiasaan)
Pembahasan belajar m otorik juga dapat ditinjau dari munculnya
kapabilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Kemampuan tersebut
dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat syaraf. Tujuan belajar
atau latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah perubahan yang
terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut kebiasaan.
Menurut Rusli Lutan (1988: 104) kapabilitas ini pent ing maknanya karena
berimplikasi pada keadaan yaitu, “Jika telah tercipta kebiasaan dan kebiasaan itu
kuat, keterampilan dapat diperagakan jika terdapat kondisi yang mendukung,
tetapi jika kondisi tidak mendukung (lelah) keterampilan yang dimaksud tidak
dapat dilakukan”.
5) Belajar Motorik Relati f Perm anen
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk
beberapa saat saja, sepert i berkeringan, lelah dan lain sebagainya, tidak dapat
digolongan sebagai perubahan akibat belajar. Perubahan yang terjadi akibat proses
belajar bersifat menetap atau permanen. Hasil belajar gerak relatif bertahan hingga
waktu relatif lama. Sebagai contoh, kemampuan siswa melakukan passing bawah
tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan semakin berkembang jika terus
dipergunakan atau berlatih secara teratur. Memang sukar untuk menjawab, berapa
lama hasil belajar itu akan melekat. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif,
apakah selama satu bulan, bertahun-tahun atau hanya dua atau tiga hari. Untuk
19
kebutuhan analisis dapat ditegaskan bahwa, belajar akan menghasilkan beberapa
efek yang melekat pada diri siswa setelah melakukan belajar gerak.
6) Belajar Motorik Bisa Menim bulkan Efek Negatif
Dilihat hasil yang dicapai dari belajar gerak menunjukkan belajar dapat
menimbulkan efek positif yaitu, penyempurnaan keterampilan atau penampilan
gerak seseorang. Namun disisi lain, belajar dapat menimbulkan efek negatif.
Sebagai contoh, seorang pesenam belajar gerakan salto ke belakang. Pada suatu
ketika lom patannya kurang tinggi dan putaran badannya terlampau banyak
sehingga jatuh terlentang. Akibatnya ia mengalami rasa sakit pada punggungnya
dan menyebabkan tidak berani lagi melakukan gerakan salto ke belakang. Rasa
takut ini mungkin berlangsung beberapa lama, sampai kemudian keberaniannya
muncul kembali. Contoh semacam ini dapat dipakai sebagai ilustrasi gejala
kemunduran suatu keterampilan sebagai rangkaian akibat kegiatan belajar pada
waktu sebelumnya.
Kesan buruk terhadap pengalaman masa lampau, kegagalan pahit dalam
suatu kegiatan atau tidak berhasil melakukan suatu jenis keterampilan dengan
sempurna justru bukan berakibat negatif, tetapi hendaknya dijadikan pendorong
ke arah perubahan positif. Pengalaman semacam ini hendaknya menjadi
pendorong untuk lebih giat belajar hingga mencapai hasil yang lebih baik.
7) Kurva Hasil Be lajar
Salah satu persoalan yang paling rumit dalam proses belajar gerak adalah
tentang penggambaran perkembangan hasil belajar dan kecermatan dalam hasil
penafsirannya. Kurva hasil belajar adalah gambaran penguasaan kapabilitas untuk
bereaksi (yaitu kebiasaan) dalam satu jenis tugas setelah dilakukan berulang-
ulang. Kurva hasil belajar ini biasanya dibuat grafik, dimana grafik tersebut
menampilkan perkembangan penampilan kemampuan gerak sebagai cerminan
dari proses belajar internal yang berlangsung dalam diri seseorang.
Meskipun kurva belajar tidak mampu sepenuhnya mencerminkan
perubahan internal pada diri seseorang, tetapi untuk kebutuhan praktis atas dasar
20
penampilan nyata dapat ditafsirkan kemajuan, kemandegan atau kemunduran hasil
belajar yang dicapai seseorang pada suatu waktu.
2. Perm ainan Bola Vol i
a. Pengertian Permainan Bola Vol i
Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup
banyak penggemarnya dan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang
pesat. Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dan
masing-masing regu terdiri enam orang pemain. Permainan bola voli dilakukan
dengan cara bola dipantulkan sebanyak-banyaknya tiga kali. Seperti dijelaskan
dalam peraturan permainan bola voli edisi (2001-2004: 7) bahwa, “Tujuan dari
permainan bola voli adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh
menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari
lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola (di
luar perkenaan blok)”. Sedangkan A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, dan Imam
Sadikun (1992: 86) berpendapat, “Prinsip bermain bola voli adalah memainkan
bola dengan memvoli (memukul dengan tangan) dan berusaha menjatuhkannya ke
dalam permainan lapangan lawan dengan menyeberangkan bola lewat atas net
atau jaring, dan mempertahankannya agar bola tidak jatuh di lapangan sendiri”.
Permainan bola voli harus dilakukan dengan dipantulkan. Syarat pantulan
bola harus sempurna tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Dari
masing-masing tim dapat memantulkan bola sebanyak-banyaknya tiga kali dan
setelah itu bola harus diseberangkan melewati net ke daerah permainan lawan.
Untuk memantulkan bola dapat menggunakan seluruh tubuh. Sepert i
dikemukakan Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001: 37) bahwa, “Semula
bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasannya dari lutut ke atas.
Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola”. Untuk
mencapai keterampilan bermain bola voli harus menguasai teknik dasar bola voli.
21
b. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Bola Vol i
Syarat utama agar dapat bermain bola voli adalah menguasai teknik dasar
bermain bola voli. Hal ini sesuai pendapat A. Sarumpaet dkk., (1992: 86) bahwa,
“Agar permainan bola voli berjalan atau berlangsung dengan baik, lancar dan
teratur, maka para pemain dituntut harus menguasai unsur-unsur dasar permainan,
yaitu teknik dasar bermain bola voli”.
Teknik dasar bola voli pada dasarnya merupakan suatu upaya seorang
pemain untuk memainkan bola berdasarkan peraturan dalam permainan bola voli.
Berkaitan dengan teknik dasar bola voli Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992:
187) m enyatakan, “Teknik dasar permainan bola voli merupakan permainan untuk
melakukan bentuk-bentuk gerakan yang berhubungan dengan permainan bola
voli”. Menurut M. Yunus (1992: 68) bahwa, “Teknik dalam permainan bola voli
dapat diart ikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai
dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal”.
Sedangkan Dieter Beutelstahl (2005: 9) berpendapat, “Teknik merupakan
prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek, dan bertujuan mencari
penyelesaian suatu problem pergerakan tertentu dengan cara yang paling
ekonomis dan berguna”.
Berdasarkan pengertian teknik dasar bola voli yang dikemukakan tiga ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bola voli merupakan suatu
gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang
pasti dalam permainan bola voli. Teknik dalam permainan bola voli merupakan
aktivitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan
efisien sesuai peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang
opt imal. Adapun macam-macam teknik dasar bola voli menurut A. Sarumpaet
dkk. (1992: 87) yaitu: “(1) passing atas, (2) passing bawah, (3) set-up (4)
bermacam-macam service, (5) bermacam-m acam smash (spike), (5) bermacam-
macam block (bendungan)”. Sedangkan teknik dasar bermain bola voli menurut
Suharno HP. (1991: 23) dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Teknik tanpa bola terdiri atas: (1) Sikap siap normal (2) Pengambilan posisi yang tepat dan benar
22
(3) Langkah kaki gerak ke depan, ke belakang, ke samping kiri, ke samping kanan.
(4) Langkah kaki untuk awalan smash dan block (5) Guling ke samping , ke belakang (6) Gerak meluncur (7) Gerak tipuan
2) Teknik dengan bola terdiri atas : (1) Servis untuk penyajian bola pertama (2) Pass bawah untuk passing dan umpan bertahan (3) Pass atas berguna untuk umpan dan passing (4) Umpan untuk menyajikan bola ke sm asher (5) Sm ash untuk menyerang/mematikan lawan (6) Block, pertahanan di net.
Teknik dasar bermain bola voli pada prinsipnya terdiri dua macam yaitu,
teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola berupa gerakan-
gerakan khusus yang mendukung teknik dengan bola, sedangkan teknik dengan
bola adalah cara memainkan bola dengan anggota badan secara efektif dan efisien
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Teknik tanpa bola dan teknik dengan bola
merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam bermain bola voli.
Keterkaitan antara teknik tanpa bola dan teknik dengan bola didasarkan kebutuhan
dalam permainan.
c. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola Vol i
Hal yang mendasar dan harus dikuasai agar dapat bermain bola voli adalah
menguasai macam-macam teknik dasar bola voli. Tanpa menguasai teknik dasar
bola voli tidak mungkin mencapai prestasi bola voli yang optimal. Dalam hal ini
Marta Dinata (2004: 5) menyatakan, “Untuk meningkatkan prestasi, seorang
pemain bola voli harus menguasai beberpa teknik dasar terlebih dahulu. Teknik
dasar merupakan faktor utama selain kondisi fisik, taktik dan m ental”.
Penguasaan teknik dasar bola voli merupakan unsur yang sangat
mendasar untuk mencapai prestasi bola voli, selain faktor fisik, taktik dan mental.
Teknik dasar bola voli merupakan faktor utama yang harus dikembangkan melalui
latihan yang baik dan teratur. Berkaitan dengan teknik dasar bola voli M. Yunus
(1992: 68) menyatakan, “Teknik dalam permainan bola voli dapat diart ikan
sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan
23
permainan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal”. Menurut Soedarwo
dkk. (2000: 6) bahwa, “Teknik dasar bola voli adalah proses melahirkan keakt ifan
jasmani dan pembukt ian praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan
tugas yang pasti dalam cabang olahraga permainan bola voli”. Sedangkan Dieter
Beutelstahl (2003: 9) berpendapat, “Teknik merupakan prosedur yang telah
dikembangkan berdasarkan praktek, dan bertujuan mencari penyelesaian suatu
problem pergerakan tertentu dengan cara yang paling ekonomis dan berguna”.
Berdasarkan pengertian teknik dasar bola voli yang dikemukakan tiga ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar permainan bola voli merupakan
suatu proses gerak tubuh yang dibukt ikan dengan praktek yang dilakukan dengan
sebaik mungkin dalam art i efekt if dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang
pasti guna mencapai hasil yang baik dalam permainan bola voli. Teknik
permainan bola voli merupakan akt ivitas jasmani yang menyangkut cara
memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan
yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal.
Penguasaan teknik dasar bermain bola voli mempunyai peran penting
dalam usaha mencapai prestasi yang optimal. Seorang pemain yang menguasai
teknik dasar bola voli dengan baik akan mendukung penampilannya baik secara
individu maupun secara kolekt if. M. Yunus (1992: 68) menyatakan, “Seni dalam
permainan bola voli terlihat dari pemain yang sudah menguasai teknik tinggi
hingga menyerupai akrobatik dengan pukulan-pukulan dan tipu muslihat yang
indah serta mempesona para penonton yang menyaksikannya”. Menurut A.
Sarumpaet dkk. (1992: 87) bahwa, “Penguasaan teknik dasar bola voli merupakan
salah satu unsur yang menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam
pertandingan. Oleh karena itu, teknik dasar tersebut harus benar-benar dikuasai
terlebih dahulu, agar dapat mengembangkan mutu permainan, lancar dan teratur”.
Hal senada dikemukakan Soedarwo dkk. (2000: 6) menyatakan, “Penguasaan
teknik dasar permainan bola voli merupakan salah satu unsur yang ikut
menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan di
samping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental”.
24
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, penguasaan
teknik dasar bola voli mempunyai peran pent ing baik secara individual maupun
secara kolektif dalam bermain bola voli di samping faktor fisik, taktik dan mental.
Dengan menguasai teknik dasar bola voli akan mendukung penampilan seorang
pemain lebih baik, dan secara kolektif dapat mempengaruhi menang atau kalahnya
sutau tim dalam pertandingan. Pentingnya penguasaan teknik dasar permainan
menurut Soedarwo dkk. (2000: 6) mengingat hal-hal sebagai berikut:
1) Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang hubungannya dengan kesalahan teknik.
2) Karena terpisahnya tempat antara regu ke satu dengan regu yang lain, sehingga tidak terjadi adanya sentuhan badan dari permainan lawan, maka pengawasan wasit terhadap kesalahan teknik ini lebih seksama.
3) Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan teknik ini antara lain membawa bola, mengangkat bola, serta pukulan rangkap.
4) Permainan bola voli adalah, waktu untuk memainkan bola sangat sempurna sehingga akan memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan teknik yang lebih besar.
5) Penguasaan teknik-teknik yang tinggi hanya memungkinkan kalau penguasaan teknik dasar, teknik tinggi dalam bola voli ini cukup sempurna.
Hal-hal sepert i di atas harus dipahami dan dimengerti oleh setiap pemain
bola voli. Setiap pemain harus mengerti dan memahami peraturan dasar
permainan bola voli, sehingga akan terhindar dari kesalahan teknik. Kesalahan
teknik yang dilakukan seorang pemain akan merugikan timnya dan
menguntungkan pihak lawan.
3. Passing Bawah Bola Voli
a. Pengertian Passing
Passing dalam permainan bola voli merupakan upaya seorang pemain bola
voli untuk memainkan bola dengan tujuan diumpan kepada teman seregunya atau
dimainkan di lapangan permainan sendiri. Berkaitan dengan passing, M. Yunus
(1992: 79) menyatakan, “Passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri
dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk
25
menyusun pola serangan kepada regu lawan”. Menurut Soedarwo dkk, (2000: 8)
bahwa, “Passing adalah usaha ataupun upaya seorang pemain bola voli dengan
cara menggunakan teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola
yang dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan
sendiri”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, passing merupakan
upaya seorang pemain bola voli untuk memainkan bola dengan teknik tertentu
bertujuan untuk mengoperkan bola kepada teman seregunya sebagai langkah awal
untuk melakukan serangan. Pelaksanaan passing bola voli dapat dilakukan dengan
passing bawah dan passing atas. Pelaksanaan passing bawah dan passing atas
tersebut sangat bergantung pada ketinggian bola. Untuk passing bawah ket inggian
bola dari dada ke bawah, sedangkan passing atas dari ketinggian dada sampai ke
atas.
b. Passing Bawah
Passing bawah merupakan teknik memainkan bola menggunakan kedua
lengan. Hal ini sesuai pendapat Sugiyanto, Soedarwo dan Sunardi (1994: 24)
bahwa, “Prinsip pokok dalam melakukan underhand pass yaitu sentuhan bola
dengan permukaan kedua lengan bawah (2/3 bagian ujung) yang bertautan di
depan badan”. Menurut Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001: 56) bahwa,
“Pada umumnya passing dari bawah bola menyentuh bagian di atas pergelangan
tangan, bisa dilakukan dengan satu atau dua tangan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, passing bawah
merupakan cara memainkan bola dengan menggunakan kedua lengan yang saling
bertautan atau dengan satu lengan. Perkenaan bola pada pssing bawaah yaitu di
atas pergelangan tangan. Dan pada umumnya passing bawah dilakukan untuk
menerima servis, atau smash atau bola-bola setinggi pinggang ke bawah. Sepert i
dikemukakan Barbara L.V. & Bonnie J.F. (1996:19) bahwa, “Operan tangan
bawah (underhand passing) atau bum p biasanya digunakan untuk menerima
servis, menerima spike, memukul bola setinggi pinggang ke bawah dan memukul
bola yang memantul dari net”.
26
Passing bawah merupakan salah satu teknik passing bola voli yang
memiliki keuntungan yang lebih baik, jika dibandingkan dengan teknik passing
atas terutama untuk bola-bola cepat dan kencang. Sepert i dikemukakan Gerhard
Durrwachter (1990: 52) bahwa, “Teknik passing bawah bagi anak didik dirasakan
lebih wajar, gampang dan terutama lebih aman pada saat menerima bola yang
keras, dibandingkan dengan gerak passing atas yang memerlukan sikap tangan
dan jari khusus”.
Pendapat tersebut menunjukkan, passing bawah merupakan teknik passing
yang sangat efektif untuk menerima bola-bola keras sepert i servis atas dan smash.
Untuk menerima bola-bola servis atas smash gerakan passing bawah lebih
sederhana dan lebih aman dan tidak memerlukan sikap tangan serta jari tangan
secara khusus seperti passing atas. Selain itu juga passing bawah jarang terjadi
pukulan ganda.
c. Teknik Passing Bawah
Kualitas passing bawah dapat dilakukan dengan baik, apabila didukung
penguasaan teknik passing bawah yang baik dan benar. Teknik passing bawah
merupakan rangkaian gerakan yang dikombinasikan secara baik dan harmonis
dalam satu rangkaian gerakan yang utuh. Menurut Barbara L.V. & Bonnie J.F.
(1996: 20) bahwa, “Elemen dasar bagi pelaksanaan operan lengan depan yang
baik adalah (1) gerakan mengambil bola, (2) mengatur posisi badan, (3) memukul
bola, dan (4) mengarahkan bola ke sasaran”. Pendapat lain dikemukakan
Sugiyanto dkk. (1994: 24) bahwa, prinsip dasar melakukan underhand-pass yaitu:
1) Sentuhlah bola dengan permukaan kedua lengan bawah (2/3 bagian ujung) yang bertautan lurus di depan badan.
2) Ayunan lengan bergerak dengan poros sendi bahu, jangan ada gerakan sendi siku. Otot-otot lengan dikontraksikan dan jangan mengendor pada saat mengenai bola.
3) Bersamaan dengan ayunan lengan, pinggang, panggul, lutut dan pergelangan kaki bergerak bersama-sama secara harmonis yang berfungsi sepert i per, ke arah bola yang datang.
Berikut ini disajikan ilustrasi rangkaian gerakan passing bawah sebagai
berikut:
27
Gambar 1. Rangkaian Gerakan Passing Bawah (Barbara L.V. & Bonnie J.F., 1996: 20)
Gambar tersebut menunjukkan, teknik pelaksanaan passing bawah terdiri
empat tahapan yaitu: gerakan mengambil bola, mengatur posisi badan, memukul
bola, dan mengarahkan bola ke sasaran. Kesalahan teknik merupakan suatu
kegagalan. Teknik passing yang salah mengakibatkan bola tidak memantul
dengan sempurna bahkan melenceng, sehingga menyulitkan teman seregunya
untuk memainkannya.
d. Kesalahan yang Sering Terjadi pada Passing Bawah
Passing bawah bola voli merupakan salah satu bentuk keterampilan yang
memiliki unsur gerakan yang sederhana. Namun tidak jarang para siswa seringkali
melakukan kesalahan. Menurut Barbara L.V. & Bonnie J.F. (1996: 21) kesalahan
dalam melakukan passing bawah antara lain:
1) Lengan terlalu tinggi ketika memukul bola. 2) Merendahkan tubuh dengan menekuk pinggang bukan lutut, sehingga
bola yang dioperkan terlalu rendah dan terlalu kencang. 3) Tidak memindahkan berat badan ke arah sasaran, sehingga bola tidak
bergerak ke muka. 4) Lengan terpisah sebelum, pada saat atau sesaat sesudah menerima
bola, sehingga operan salah. 5) Bola mendarat di lengan di daerah siku, atau menyentuh tubuh. Kesalahan-kesalahan seperti tersebut di atas hendaknya dicermati oleh
guru atau pelatih, agar kualitas passing lebih baik. Bila terjadi kesalahan segera
dibetulkan. Lebih lanjut Barbara L.V. & Bonnie J.F. (1996: 21) memberikan tips
cara memperbaiki kesalahan pada passing bawah sebagai berikut:
28
1) Biarkan bola bergerak sampai sejajar pinggang sebelum memukulnya. 2) Tekuk lutut, jaga punggung tetap lurus pada saat berada di bawah bola. 3) Pastikan berat badan bertumpu pada kaki depan dan tubuh
membungkuk ke depan. 4) Tetap satukan lengan dengan menggenggam jari atau membungkus
jemari yang satu dengan jemari yang lain dengan ibu jari sejajar. 5) Tahan lengan pada posisi sejajar paha dan t erima bola jauh dari dada.
Kesalahan maupun cara memperbaiki passing bawah harus diperhatikan
oleh guru. Pada umumnya siswa tidak mampu mengamati letak kesalahan yang
dilakukan. Seorang guru harus mampu memcermat i setiap bentuk gerakan yang
dilakukan siswa, sehingga akan diketahui letak kesalahannya. Setiap kesalahan
yang dilakukan siswa, guru segera mungkin untuk membetulkan gerakan yang
salah tersebut. Kesalahan yang dibiarkan akan membentuk pola gerak yang salah,
sehingga kualitas passing bawah yang dilakukan hasilnya tidak sesuai yang
diharapkan.
4. Pembelajaran Passing Bawah Bola Voli dengan Pendekatan Bermain
a. Pengertian Pendekatan Bermain
Bermain merupakan suatu akt ivitas atau kegiatan yang disukai oleh anak-
anak. Dengan bermain anak akan merasa senang dan germbira. Jika diamati di
sekolah-sekolah pada saat waktu luang, waktu sebelum masuk atau waktu
istirahat, para siswa bermain di halaman sekolah, mereka berlari, berkejar-kejaran,
main bola dan masih banyak aktivitas bermain lainnya. Menurut Loy. Mc.
Pherson dan Keyon (1978: 21) mendefinisikan bahwa, “Bermain adalah berbagai
aktivitas yang bersifat bebas, terpisah, tak pasti atau berubah-ubah, secara
spontan, tidak mempertimbangkan hasil dan diatur oleh peraturan serta membuat
kepercayaan”. Hurlock (1991: 320) berpendapat , “Bermain adalah setiap kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan
hasil akhir”. Sedangkan M. Furqon H. (2006: 2) berpendapat, “Bermain
merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar
sehingga menemukan sesuatu dari pengalaman bermain”.
29
Berdasarkan pengertian bermain yang dikemukakan tiga ahli tersebut
dapat disimpulkan, pendekatan bermain merupakan suatu cara pembelajaran yang
dikonsep dalam bentuk permainan untuk mendatangkan kesenangan bagi siswa
yang melakukan. Adapun yang dimaksud pendekatan bermain menurut Wahjoedi
(1999: 121) yaitu, “Pendekatan bermain adalah latihan yang diberikan dalam
bentuk atau situasi permainan”. Menurut Beltasar Tarigan (2001: 17) bahwa,
“Pengajaran melalui pendekatan bermain adalah meningkatkan kesadaran siswa
tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan
masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya”. Menurut Depdiknas.
(2004: 28) menjelaskan, “Pendekatan permainan bertujuan untuk mengajarkan
permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara
mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak”. Sedangkan
Benny A. Pribadi (2009: 43-44) bahwa:
Metode pembelajaran bermainan bersifat kompetetif dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai prestasi atau hasil belajar tertentu. Permainan harus menyenangkan dan memberi pengalaman belajar baru bagi siswa. Pada umumnya dalam metode pembelajaran permainan ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Pihak yang menang akan mendapat reward, sedangkan pihak yang kalah perlu berlatih lebih keras untuk memenangkan pertandingan. Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan empat ahli
tersebut dapat disimpulkan, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran
yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan atau belajar teknik suatu
cabang olahraga yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan
pendekatan bermain siswa belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikonsep
dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan permainan tersebut ada pihak yang
menang dan ad apihak yang kalah.
Pendekatan bermain pada prinsipnya untuk memenuhi hasrat gerak anak
agar menimbulkan rasa senang bagi diri mereka. Halini sesuai pendapat Yusuf
Adisasmita dan Aif Syaifuddin (1996: 144) bahwa,, “Latihan melalui kompetisi-
kom petisi merupakan salah satu kegiatan yang lebih efektif dan para atlet senang
melakukannya”. Dengan bermain anak akan mengekspresikan kegembiraannya
dan berusaha menampilkan kemampuannya. Namun disisi lain seorang guru harus
30
menanamkan sikap sport ivitas, karena dalam bermain ada yang menang ada yang
kalah. Seperti dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (1999/2000: 37)
bahwa, “Karena permainan, akan menyebabkan ada yang kalah dan yang menang,
maka guru harus pula mengembangkan sikap seorang pemenang dan sikap
seorang yang kalah secara fair kepada siswa, karena sikap sepert i itu tidak
terbentuk dengan sendirinya melalui permainan, maka usaha pengembangan sikap
ini harus dilakukan secara terencana dan disengaja oleh guru”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, pendekatan bermain di
dalamnya terkandung pembelajaran yang cukup kompleks yaitu penguasaan
teknik cabang olahraga yang dipelajari, penerapan taktik yang baik dan
memecahkan masalah yang terjadi di dalam permainan serta pembentukan sikap
mental yaitu saling menghargai.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah Bola Vol i dengan Pendekatan
Bermain
Bertolak dari pengert ian pendekatan bermain, maka pembelajaran passing
bawah bola voli dengan pendekatan bermain merupakan cara belajar passing
bawah yang dikonsep dalam bentuk permainan. Banyak manfaat yang diperoleh
melalui pendekatan bermain. Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 15-16)
berpendapat ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh melalui permainan di
antaranya:
1) Menunjukkan kemampuan mengkombinasikan keterampilan menipulatif, lokomotor dan non lokomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain.
2) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk akt ivitas jasmani. 3) Menunjukkan penguasaan pada beberapa bentuk akt ivitas jasmani.
Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru.
4) Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak.
5) Mengetahui aturan, strategi dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jasmani yang dipilih.
6) Memahami bahwa akt ivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi dan berkomunikasi.
7) Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari part isipasi dalam aktivitas jasmani.
31
Berdasarkan keuntungan dari pendekatan bermain menunjukkan, banyak
manfaat yang diperoleh dari bermain di antaranya meningkatkan kemampuan
gerak manipulatif, lokomotor dan non lokomotor, meningkatkan kebugaran
jasmani, meningkatkan penguasaan keterampilan baru dan masih banyak lainnya,
seperti aspek sosial yaitu menghargai orang lain.
Pelaksanaan pembelajaran passing bawah bola voli dengan pendekatan
bermain yaitu: guru menjelaskan teknik passing bawah dari sikap permulaan,
gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut serta mendemonatrasikannya. Setelah siswa
paham konsep teknik passing bawah, selanjutnya melakukan permainan bola voli
dengan teknik khusus passing bawah. Agar terjadi unsur kompetetif atau bersaing
yang menjadi karakteristik permainan, maka dibuat peraturan-peraturan yang
harus ditaati dalam permainan sepert i tidak diperbolehkan passing atas, passing
menggunakan kaki. Jika peraturan ini dilanggar, maka point untuk lawan. Adanya
aturan dari permainan yang diberikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dengan demikian siswa akan berkompetisi melaksanakan tugas ajar secara
maksimal dan menghindari dari kesalahan-kesalahan berdasarkan aturan
permainan yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan
ilustrasi pembelajaran passing bawah dengan pendekatan bermain sebagai berikut:
Gambar 2. Ilustrasi Pembelajaran Passing Bawah dengan Pendekatan Bermain
(Gerhard Durrwacher, 1990: 8)
X X X X X X X X X X X X
32
c. Kelebihan dan Kelem ahan Pem belajaran Passing Bawah Bola Vol i
dengan Pendekatan Bermain
Pembelajaran passing bawah bola voli dengan pendekatan bermain
merupakan cara belajar teknik passing bawah yang dalam pelaksanaannya
dikonsep dalam bentuk permainan. Bentuk permainan yang dimaksud yaitu,
melakukan permainan bola voli dengan teknik khusus passing bawah. Melalui
pendekatan bermain ini siswa dapat bereksplorasi dan mengeksperimenkan tugas
ajar yang diberikan oleh guru. Siswa saling berlom ba, sehingga pendekatan
bermain dapat mendatangkan kesenangan bagi siswa dan hasrat geraknya dapat
terpenuhi. Namun dalam pendekatan bermain menuntut kemandirian siswa dalam
melaksanakan tugas ajar serta menuntut kemampuan untuk memecahkan masalah
atau mengambil keputusan terhadap masalah yang muncul dalam permainan.
Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran passing bawah dengan pendekatan
bermain, pembelajaran ini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan pembelajaran passing bawah bola voli dengan pendekatan bermain
antara lain:
1) Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan
gembira serta motivasi belajar meningkat.
2) Dengan bermain berarti siswa aktif bergerak sehingga dapat meningkatkan
kesegaran jasmani siswa.
3) Siswa dapat terlibat akt if dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan
penampilan siswa dalam bermain.
4) Dapat merangsang kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan
mengambil keputusan yang tepat sesuai situasi yang terjadi dalam permainan.
5) Dapat meningkatkan keberanian.
6) Meningkatkan kemampuan siswa untuk menilai dirinya sendiri dan teman
bermainnya selama proses pembelajaran.
Sedangkan kelemahan pembelajaran passing bawah dengan pendekatan
bermain antara lain:
1) Siswa kurang memahami konsep gerakan teknik passing bawah yang baik dan
benar.
33
2) Pengorganisasian pembelajaran sulit dikendalikan.
3) Akan sering terjadi kesalahan teknik dan siswa tidak mampu mengenalinya.
4) Guru akan mengalami kesulitan untuk mengontrol kesalahan teknik yang
dilakukan siswa.
5) Dibutuhkan waktu yang agak lama untuk beradaptasi dengan teknik gerakan
passing bawah.
5. Pem belajaran Passing Bawah Bola Voli dengan Pendekatan Konvensional
a. Pengertian Pendekatan Konvesional
Ditinjau dari Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001: 592) konvensional
diart ikan, “Kesepakatan, umum sepert i ada istiadat, kebiasaan, kelaziman dan
tradisional”. Berdasarkan arti konvensional tersebut, maka pengertian pendekatan
konvensional diart ikan pendekatan tradisional. Berkaitan dengan pendekatan
tradisional Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001: 7) menyatakan, “Pendekatan
tradisional adalah cara belajar yang lebih menekankan komponen-komponen
teknik”. Sedangkan Beltasar Tarigan (2001:15) berpendapat, “Pendekatan
tradisional mempunyai pengertian yang sama dengan pendekatan teknik yaitu
pembelajaran yang menekankan pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar
suatu cabang olahraga”.
Berdasarkan pengertian pendekatan tradisional yang dikemukakan dua ahli
tersebut dapat disimpulkan, pendekatan konvensional merupakan pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada penguasaan teknik suatu cabang olahraga
yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini
pembelajaran passing bawah bola voli dengan pendekatan konvensional
dilakukan drilling atau latihan secara terus menerus. Sugiyanto (1996: 72)
menyatakan, “Dalam pendekatan drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai
dengan apa yang diinstruksikan guru dan melakukannya secara berulang-ulang”.
Sedangkan Benny A. Pribadi (2009: 45) menyatakan:
34
Metode latihan dan pengulangan biasa disebut juga dengan istilah drill and practice, yaknik metode yang menekankan pada latihan intensif dan berulang-ulang dengan tujuan agar siswa dapat menguasai keterampilan yang bersifat spesifik. Latihan dan pengulangan akan mengarahkan siswa untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam topik atau mata pelajaran tertentu. Pengulangan gerakan dalam pendekatan konvensional dimaksudkan agar
terjadi otomasisasi gerakan. Oleh karena itu, dalam pendekatan konvensional
perlu disusun tata urutan pembelajaran yang baik agar siswa terlibat aktif,
sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut Sugiyanto (1996:
72) memberikan beberapa saran yang perlu dipert imbangkan apabila pendekatan
drill yang digunakan yaitu:
1) Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa, serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.
2) Pelajar diarahkan agar berkonsentrasi pada kebenaran pelaksanaan gerakan serta ketepatan penggunaannya. Apabila pelajar tidak meningkat penguasaan geraknya, situasinya perlu dianalisis untuk menemukan penyebabnya dan kemudian membuat perbaikan pelaksanaannya.
3) Selama pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak.
4) Pelaksanaan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya. Hal ini bisa menimbulkan daya tarik dalam latihan.
5) Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi drill ke situasi permainan yang sebenarnya.
6) Suasana kompetetif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill, tetapi tetap ada kontrol kebenaran geraknya.
Saran-saran dalam pendekatan drill tersebut sangat pent ing untuk
dipahami dan dimengerti oleh seorang guru dalam pelaksanaan mengajar
keterampilan gerak. Seorang guru harus mampu menyusun tugas-tugas ajar secara
baik, dapat membelajarkan siswa secara akt if sehingga pelaksanaan proses belajar
mengajar berjalan secara kondusif.
35
b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah Bola vol i dengan Pendekatan
Konvensional
Bertolak dari pengertian pendekatan konvensional tersebut di atas,
pelaksanaan pembelajaran passing bawah dengan pendekatan konvensional yaitu,
guru menjelaskan teknik gerakan passing bawah dari sikap permulaan, gerakan
pelaksanaan dan gerak lanjut. Setelah teknik passing bawah dijelaskan,
selanjutnya guru mendemonstrasikan agar siswa memahami konsep gerakan
passing bawah yang benar. Dari rangkaian teknik gerakan passing bawah yang
telah dijelaskan guru, selanjutnya memilah-milah teknik gerakan passing. Bagian-
bagian dari teknik passing bawah dipelajari secara berulang-ulang dari sikap
permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut. Berikut ini disajikan konsep
atau kerangka kerja pendekatan konvensional sebagai berikut:
Teknik Proses Pem belajaran 1. Sikap permulaan
2. Sikap saat perkenaan
3. Sikap akhir/gerak lanjut
• Dijelaskan sikap permulaan passing bawah
• Dijelaskan posisi siap normal • Dijelaskan saat tangan akan dikenakan bola • Dijelaskan siku tidak boleh ditekuk • Siswa mempraktikkan sikap permulaan passing
bawah sesuai instruksi dari guru • Dijelaskan bagain tangan yang dikenakan bola
saat passing bawah (bagian proximal) • Dijelaskan sikap badan saat akan melakukan
passing bawah sedemikian rupa dan saat melakukan bawah.
• Siswa mempraktikkan gerakan saat perkenaan bola sesuai instruksi guru.
• Dijelaskan sikap akhir setelah mampu
melakukan passing bawah diikuti sikap siap normal
• Siswa mempraktikkan sikap akhir passing bawah sesuai instruksi guru
Berdasarkan kerangka pembelajaran passing bawah bola voli tersebut,
guru bertugas mengorganisasi pembelajaran di antaranya mengatur tata urutan
36
pembelajaran, formasi pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran dan lain
sebagainya. Setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa harus sesuai
instruksi dari guru.
Dalam pelaksanaan pembelajaran passing bawah dengan pendekatan
konvensional dapat dilakukan dari cara yang mudah yaitu, melakukan gerakan-
gerakan teknik passing bawah tanpa bola. Gerakan-gerakan passing bawah tanpa
bola dapat dikombinasikan sepert i sikap atau gerakan passing bawah ke depan, ke
samping kanan atau kiri, ke belakang atau dengan menjatuhkan badan. Untuk
selanjutnya dapat ditingkatkan dengan menggunakan bola sepert i passing bawah
dengan di umpan, passing bawah dipantulkan tembok, passing bawah
berpasangan dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan
ilustrasi pembelajaran passing bawah dengan pendekatan konvensional sebagai
berikut:
Gambar 3. Pembelajaran Passing Bawah dengan Pendekatan Konvensional (Theo Kleinmen & Dieter Kruber, 1992: 73)
c. Kelebihan dan Kelem ahan Pem belajaran Passing Bawah Bola Voli dengan
Pendekatan Konvensional
Berdasarkan pengertian dan pelaksanaan pembelajaran passing bawah
dengan pendekatan konvensional yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran passing
bawah bola voli dengan pendekatan konvensional antara lain:
37
1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik-teknik passing bawah bola voli
yang benar.
2) Siswa dapat memperagakan atau mempraktikkan teknik passing bawah
dengan baik dan benar.
3) Kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari guru,
sehingga dapat menimalkan kesalahan teknik.
Kelemahan pembelajaran passing bawah bola voli dengan pendekatan
konvensional antara lain:
1) Dapat menimbulkan rasa bosan, karena harus mengulang-ulang gerakan yang
sama secara terus menerus dan menunggu giliran untuk melaksanakan tugas
ajar.
2) Hasrat gerak siswa tidak terpenuhi karena pembelajaran harus dilakukan
secara runtut.
6. Koordinasi
a. Pengertian Koordinasi Mata-Tangan
Koordinasi merupakan suatu kemampuan biom otorik yang sangat
kom pleks yang di dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa unsur fisik yang
saling berinteraksi satu dengan lainnya. Seperti dikemukakan Harsono (1988:
219) bahwa, “Koordinasi sangat erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan,
daya tahan dan fleksibilitas”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, beroperansinya koordinasi dalam
kegiatan olahraga selalu melibatkan unsur kondisi fisik lainnya sepert i kecepatan,
kekuatan daya tahan dan fleksibilitas. Hal ini art inya, jika unsur-unsur kondisi
fisik sepert i kecepatan, kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas baik, maka akan
sangat mendukung koordinasi.
Koordinasi pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk
merangkaikan beberapa gerakan menjadi satu pola gerakan yang efektif dan
efisien. Berkaitan dengan koordinasi Suharno HP. (1993: 61) menyatakan,
“Koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa gerak
38
menjadi satu gerak yang utuh dan selaras”. Menurut Depdiknas. (2000: 119)
menjelaskan. “Koordinasi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-
tugas motorik secara cepat dan terarah yang ditentukan oleh proses pengendalian
dan pengaturan gerakan serta kerjasama sistem persarafan pusat”. Menurut
Ismaryati (2006: 53-54) bahwa, “Koordinasi merupakan hubungan yang harmonis
dari hubungan saling berpengaruh di antara kelompok-kelompok otot selama
melakukan kerja, yang ditunjukkan dengan tingkat keterampilan. Sedangkan
Brian J. Sharkey (2003: 169) menyatakan, “Koordinasi mengimplikasikan
hubungan yang harmonis, penyatuan atau aliran gerak yang halus dalam
melakukan pekerjaan”.
Berdasarkan pengertian koordinasi yang dikemukakan tiga ahli tersebut
dapat disimpulkan, koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk
merangkaikan beberapa gerakan menjadi satu pola gerakan yang efektif dan
efisien. Bertolak pengertian koordinasi tersebut di atas dapat dirumuskan
pengert ian koordinasi mata-tangan yaitu, kemampuan seseorang untuk
mengintegrasikan rangsangan yang diterima melalui mata dan tangan sebagai
fungsi penggerak utama untuk melakukan gerakan sesuai yang diinginkan.
Berkaitan dengan koordinasi mata-tangan Sadoso Sumosardjuno (1994: 125)
bahwa, “Koordinasi mata-tangan adalah suatu integrasi antara mata sebagai
pemegang fungsi utama, dan tangan sebagai pemegang fungsi yang melakukan
suatu gerakan tertentu”.
c. Faktor-Faktor yang Mem pengaruhi Koordinasi
Koordinasi merupakan kemampuan biomotorik yang di dalamnya terdapat
beberapa unsur kondisi fisik yang saling berkaitan. Sugiyanto dan Sudjarwo
(1992: 227) menyatakan, “Syarat-syarat kualitas koordinasi adalah kualitas
persepsi selama melakukan gerakan, kualitas penyesuaian gerak dalam dimensi
waktu dan jarak, kualitas pemahaman gerak, kualitas pengorganisaian syaraf dan
otot”. Pendapat lain dikemukakan Suharno HP. (1993: 62) bahwa dalam usaha
untuk pencapaian prestasi, koordinasi dipengaruhi oleh “(1) Pengaturan syaraf
pusat dan tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan hasil dari latihan. (2)
39
Tergantung tonus dan elastisitas dari otot yang melakukan gerakan. (3) Baik dan
tidaknya keseimbangan, kelincahan, dan kelentukan atlet. (4) Baik dan tidaknya
koordinasi kerja syaraf, otot dan indera”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, faktor yang
mempengaruhi koordinasi sangat kompleks. Kemampuan koordinasi seseorang
dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan unsur-unsur kondisi fisik lainnya sepert i
kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, daya tahan. Di samping itu juga,
kualitas koordinasi dipengaruhi kualitas persepsi selama melakukan gerakan,
kualitas penyesuaian gerak dalam dimensi waktu dan jarak serta pengorganisasian
syaraf dan otot sangat menentukan koordinasi. Jika komponen-kom ponen tersebut
dalam kondisi baik, maka kemampuan koordinasi yang dimiliki juga baik. Dengan
koordinasi yang baik, maka gerakan-gerakan keterampilan atau gerakan yang
ganda dapat dilakukan lebih efekt if dan efisien.
c. Peranan Koordinasi Mata-Tangan Terhadap Kemampuan Passing Bawah
Bola Vol i
Bola voli merupakan cabang olahraga yang cukup kompleks. Hampir
semua gerakan dalam permainan bola voli membutuhkan koordinasi. Koordinasi
mata-tangan merupakan kemampuan kondisi fisik yang mempunyai peran penting
dalam bermain bola voli. Dalam memainkan teknik dasar bola voli termasuk
passing bawah membutuhkan koordinasi mata-tangan yang baik. Dengan
koordinasi mata-tangan yang baik memungkinkan seseorang lebih baik
melakukan gerakan passing bawah lebih lancar, luwes, efekt if dan efisien.
Koordinasi mata-tangan berperan pada passing bawah terutama pada saat
pemain melihat datangnya bola dari lawan, dan biasanya bola dari lawan selalu
berubah-ubah atau tidak tepat pada dirinya. Dalam hal ini seorang pemain harus
cermat dan tepat bergerak untuk menjangkau bola tersebut. Suharno HP. (1985:
31) menyatakan bahwa, “Salah satu kesalahan umum dalam melakukan passing
bawah yaitu, penguasaan koordinasi gerakan yang sangat kurang akibat
kurangnya latihan-latihan fisik”. Pendapat lain dikemukakan Gerhard
Durrwatcher (1990: 12) bahwa, “Berdasarkan bentuk dasar gerak passing bawah
40
antara lain siap menunggu bola datang, lari - berhent i - passing bawah. Cepat
menyosong datangnya bola pada posisi tepat (di bawah dan agak belakang arah
gerak bola).
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan seorang pemain
mengant isipasi datangnya bola dan segera bergerak menyongsong bola serta
menempatkan diri sedemikian rupa untuk melakukan passing bawah dibutuhkan
koordinasi mata-tangan yang baik. Pada saat mata melihat datangnya bola melalui
syaraf merespon rangsang tersebut, untuk kemudian memerintah badan segera
bergerak ke arah bola dan melakukan posisi siap passing bawah sedemikian rupa.
Koordinasi mata-tangan yang baik memungkinkan akan lebih baik dalam
melakukan passing bawah. Namun sebaliknya, tingkat koordinasi mata-tangan
yang kurang baik, maka hasil passing bawah kurang baik.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas dapat
dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pem belajaran Bermain dan
Konvensional terhadap Hasil Be lajar Passing Bawah Bola Voli
Pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional masing-masing
memiliki karakteritik yang berbeda. Pendekatan pembelajaran passing bawah bola
voli dengan pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran passing yang
dirancang dalam bentuk permainan. Pembelajaran dirancang dalam bentuk
permainan yang bertujuan untuk memenuhi hasrat gerak siswa yang di dalamnya
terdapat unsur belajar atau dengan kata lain bermain sambil belajar. Dalam hal ini
belajar teknik passing bawah yang dilakukan dalam bentuk permainan yang
sederhana. Pembelajaran ini dilakukan secara kompetetif antara tim satu dengan
lainnya atau kelompok satu dengan kelompok lainnya. Dengan bermain siswa
dituntut mampu menerapkan teknik yang benar ke dalam situasi permainan.
Kemandirian, kreativitas dan kemampuan mengambil keputusan yang terjadi
dalam permainan sangat dituntut dalam pendekatan bermain. Sedangkan
41
pembelajaran teknik passing bawah bola voli dengan pendekatan konvensional
menekankan penguasaan teknik passing bawah yang dalam pelaksanaannya
dilakukan secara berulang-ulang. Pendekatan pembelajaran konvensional
menekankan pengulangan gerakan secara kontinyu agar siswa memiliki
otomatisasi gerak sesuai dengan teknik yang dipelajari. Dengan pengulangan
gerakan secara konsisten siswa akan menguasai teknik passing bawah dengan
baik dan benar.
Berdasarkan karakteristik dari pendekatan pembelajaran bermain dan
konvensional tersebut, masing-masing pendekatan pembelajaran tersebut akan
menimbulkan pengaruh terhadap hasil belajar passing bawah bola voli. Hal ini
karena, setiap pendekatan pembelajaran akan memberikan pengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli. Namun perbedaan karakteristik
dari masing-masing pendekatan pembelajaran tersebut tentu akan menimbulkan
pengaruh yang berbeda. Dengan demikian diduga pendekatan pembelajaran
bermain dan konvensional memiliki perbedaan pengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar passing bawah bola voli.
2. Perbedaan Pengaruh Koordinasi Mata-Tangan Tinggi dan Kordinasi
Mata-Tangan Rendah terhadap Kemampuan Passing Bawah Bola Voli
Bola voli merupakan olahraga permainan yang membutuhkan kecermatan
pandangan dan keakuratan pukulan dari tangan. Hal ini karena, hampir seluruh
permainan bola voli dibutuhkan kecermatan dan keakuratan pukulan. Agar dapat
melakukan permainan bola voli, maka setiap pemain bola voli harus memiliki
koordinasi mata-tangan yang baik. Demikian halnya dalam melakukan passing
bawah bola voli dibutuhkan koordinasi mata-tangan.
Koordinasi mata-tangan berperan dalam gerakan passing bawah terutama
saat pemain akan melakukan passing bawah harus mencermati datangnya bola
dan segera bergerak ke arah bola dengan posisi sedemikian rupa dengan kedua
tangan telah terjulur ke bawah dan saling berpegangan untuk selanjutnya
mengayun kedua tangan untuk melakukan passing bawah. Untuk melakukan
serangkaian gerakan passing bawah tersebut dibutuhkan koordinasi mata-tangan
42
yang baik. Dengan koordinasi mata-tangan yang baik, maka passing bawah dapat
dilakukan dengan baik. Namun sebaliknya, koordinasi mata-tangan yang buruk
akan mengakibatkan passing bawah yang dilakukan kurang sempurna, sehingga
akan menyulitkan teman seregunya untuk memainkan bola berikutnya. Dengan
demikian diduga, antara koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-
tangan rendah memiliki perbedaan pengaruh terhadap kemampuan passing bawah
bola voli.
3. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Koordinasi Mata-Tangan
terhadap Hasil Be lajar Passing Bawah Bola Voli
Pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional merupakan
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
passing bawah bola voli. Dari kedua pendekatan pembelajaran tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda. Namun demikian dalam pembelajaran passing bawah
bola voli baik dengan pendekatan bermain dan konvensional dibutuhkan
koordinasi mata-tangan yang baik. Hal ini karena koordinasi mata-tangan
merupakan salah satu kom ponen kondisi fisik yang dapat mendukung kemampuan
passing bawah bola voli.
Berdasarkan karakteristik dari pendekatan pembelajaran bermain dan
konvensional menunjukkan bahwa, siswa yang memiliki tingkat koordinasi mata-
tangan tinggi lebih cocok diberi pendekatan pembelajaran bermain. Hal ini
karena, dalam pendekatan bermain unsur gerakannya cukup komplek baik dalam
mengant isipasi datangnya bola yang berubah-ubah maupun mengarahkan bola ke
permainan lawan yang sulit dijangkau. Dengan koordinasi mata-tangan yang
tinggi anak akan lebih mudah memainkan bola dalam situasi permainan.
Sedangkan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah cocok diberi
pendekatan pembelajaran konvensional. Hal ini karena, dalam pendekatan
konvensional dilakukan dari cara yang sederhana atau mudah. Bentuk
pembelajaran yang sederhana dan mudah anak yang memiliki tingkat koordinasi
mata-tangan rendah akan mampu mengkoordinasikan gerakan passing bawah
43
Dengan demikian diduga, antara pendekatan pembelajaran passing bawah bola
voli dan koordinasi mata-tangan memiliki interaksi diantara keduanya.
C . Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran bermain dan
konvensional terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri
kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2008/2009.
2. Ada perbedaan pengaruh antara koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi
mata-tangan rendah terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa
putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukohargjo tahun
pelajaran 2008/2009.
3. Ada interaksi antara pendekatan pembelajaran passing dan koordinasi mata-
tangan terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas
VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukohargjo tahun pelajaran
2008/2009.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tem pat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan bola voli SMP Negeri 2
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan dengan tiga kali
latihan dalam satu minggu. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 28 Oktober
sampai dengan 22 Desember 2009.
B. Metode Penelitian
1. Metode Eksperimen
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen.
Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan
memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna
mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 X 2. Untuk lebih
jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian ini sebagai berikut :
Pendekatan Pembelajaran Passing Bawah
Koordinasi Mata-Tangan
Bermain
(A1)
Konvensional
(A2)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2
45
Keterangan:
A1B1:Kelom pok pendekatan pembelajaran bermain dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan tinggi.
A1B2 :Kelompok pendekatan pembelajaran bermain dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan rendah
A2B1:Kelom pok pendekatan pembelajaran konvensional dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan tinggi.
A2B2:Kelom pok pendekatan pembelajaran konvensional dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan rendah .
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independen)
dan satu variabel terikat (dependen) yaitu:
1) Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu:
a) Variabel manipulatif terdiri atas :
(1) Pendekatan pembelajaran bermain.
(2) Pendekatan pembelajaran konvensional.
b) Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada diri sampel yaitu
koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah.
2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan passing bawah dalam
permainan bola voli.
D. Populasi dan Sam pel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 100 siswa yang
terbagi dalam lima kelas.
46
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah stratified
sam pling. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa
dengan ciri koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah.
Adapun cara menentukan jumlah dan kriteria sampel yaitu: keseluruhan siswa
putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2008/2009 sebanyak 100 siswa dites koordinasi mata-tangan. Dari hasil tes
koordinasi mata-tangan, kemudian direngking dari nilai tertinggi sampai nilai
terendah dan diklasifikasi koordinasi mata-tangan tinggi, koordinasi mata-tangan
sedang dan koordinasi mata-tangan rendah. Setelah diketahui koordinasi mata-
tangan tinggi, koordinasi mata-tangan sedang dan koordinasi mata-tangan rendah,
kemudian diambil 20 siswa dengan kategori koordinasi mata-tangan tinggi tinggi
dan 20 siswa dengan kategori koordinasi mata-tangan rendah. Sedangkan siswa
yang memiliki kategori koordinasi mata-tangan sedang dihilangkan atau tidak
digunakan sebagai sampel. Selanjutnya dari 40 siswa yang terpilih dikelompokkan
menjadi 4 kelompok sesuai rancangan faktorial 2 X 2. Untuk mengelompokkan
sampel penelitian dengan cara ordinal pairing. Teknik pembagian kelompok
secara ordinal pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut:
1 2
4 3
5 6
8 7
9 dan seterusnya
E. Teknik Pengum pulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran. Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Untuk mengukur koordinasi mata-tangan dengan lempar tangkap bola tenis
dari Ismaryati (2006: 54-55) petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
47
2) Tes tes dan pengukuran kemampuan passing bawah bola voli dari Depdiknas.
(2003: 7-8). Pentunjuk pelaksanaan tes masing-masing terlampir.
E. Teknik Anal isis Data
1. Mencari Reliabilitas
Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan diketahui melalui uji reliabilitas
dengan korelasi intraklas, dengan rumus sebagai berikut:
MSA – MSW
R = MSA
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelom pok
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
hom ogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak.
Langkah-langkah :
1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan baku
Z1,Z2,Z3,………..Zn, dengan menggunakan rumus :
Zi = { Xi – X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku.
2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).
48
4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu :
S(Zi) = i/n.
5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya.
6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.
Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum.
Kreteria :
Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlet )
Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah
pengujiannya sebagai berikut :
1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom – kolom kelompok sample
: dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.
2) Menghitung varians gabungan dari semua sample.
Rumusnya :
3) Menghitung X2
Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2)
Dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya ( X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf
signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).
4) Apabila X2
hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.
Art inya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2
tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
49
2. Analisis Data
a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 x 2
Metode AB untuk perhitungan ANAVA dua Faktor
Tabel Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen factorial 2 x 2
Sumber
Variasi dk JK RJK Fo
Rata – rata
Perlakuan
A B AB
1
a-1
b-1
(a-1) (b-1)
Ry
Ay
By
ABy
R
A
B
AB
A/E
B/E
AB/E
Kekeliruan ab(n-1) Ey E
Keterangan :
A = Taraf factorial A N = Jumlah sampel
B = Taraf factorial B
Langkah- langkah perhitungan :
a)
b)
c)
d)
e)
50
f)
g)
2) Kreteria Pengujian Hipotesis
Jika , maka hipotesis nol ditolak.
Jika , maka hipotesis nol di terima dengan : dk pembilang
dan dk penyebut = taraf siknifikan untuk
pengujian hipotesis.
Keterangan:
∑Y2
: Jumlah kuadrat data
Ry : Rata-rata peningkatan karena perlakuan
Ay : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional.
By : Jumlah peningkatan berdasarkan koordinasi mata-tangan.
Aby: Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah peningkatan kelompok perlakuan dan koordinasi mata-tangan.
Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan.
b. Uji Rentang Newm an – Keuls setelah ANAVA
Menurut Sudjana (1994: 36) langkah-langkah untuk melakukan uji
Newman –Keuls adalah sebagai berikut:
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil
sampai keoada yang terbesar.
2) Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.
3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus:
RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil
rangkuman ANAVA.
51
4) Tentukan taraf siknifikan α, lalu gunakan daftar rentang student . Untuk uji
Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK ( Kekeliruan ) dan P = 2,3…,k.
Harga – harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P
supaya dicatat.
5) Kalikan harga – harga yang didapat di titik…….. di atas masing – masing
dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang siknifikan
terkecil (RST).
6) Bandingkan selisih rata – rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih
rata – rata terbesar dan rata – rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-
1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata – rata terbesar
kedua rata – rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata
terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-
2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada pasangan
yang harus dibandingkan. Jika selisih – selisih yang didapat lebih besar dari
pada RST-nya masing – masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang siknifikan antara rata – rata perlakuan.
c. Hipotesa Statistik
Hipotesa 1
Hipotesa 2
Hipotesa 3
52
Keterangan
µ = Nilai rata – rata
A1 = Pendekatan pembelajaran bermain.
A2 = Pendekatan pembelajaran konvensional.
B1 = Koordinasi mata-tangan tinggi
B2 = Koordinasi mata-tangan rendah
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap
sampel yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal
secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi empat sesuai rancangan
factorial 2 X 2. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam
bentuk tabel.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil belajar servis bawah bola voli siswa
putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010 sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Passing Bawah Bola voli Menurut Kelompok Penelitian.
Pendekatan KMT Statistik Tes Awal Tes Akhir Peningkatan
A1
Tinggi
B1)
Jumlah 156 245 89
Mean 15.60 24.50 8.90
SD 4.09 5.32 3.93
Rendah (B2)
Jumlah 111 156 45
Mean 11.10 15.60 4.50
SD 2.92 3.66 1.58
A2
Tinggi (B1)
Jumlah 154 193 39
Mean 15.40 19.30 3.90
SD 5.30 5.17 1.85
Rendah (B2)
Jumlah 117 150 33
Mean 11.70 15.00 3.30
SD 2.63 2.58 1.83
1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran passing
bawah bola voli dengan pendekatan bermain dan konvensional dibandingkan,
maka dapat diketahui bahwa kelompok pembelajaran passing bawah bola voli
54
dengan pendekatan bermain lebih besar 3,10 daripada kelompok pembelajaran
passing bawah bola voli dengan pendekatan konvensional
2. Jika antara kelompok siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dan
yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah dibandingkan, dapat diketahui
bahwa kelompok siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi sebesar
2.50 lebih besar dari kelompok siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan
rendah.
3. Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata hasil peningkatan
hasil belajar servis bawah bola voli sebelum dan sesudah diberi perlakuan
maka dapat dibuat grafik perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Berdasarkan Tiap Kelom pok Perlakuan dan Tingkat Koordinasi Mata-tangan
Keterangan :
M. Bola Mini : Pendekatan bermain
M. Bola Lunak : Pendekatan konvensional
K.O.L.Tinggi : Koordinasimata-tangan tinggi
K.O.L.Rendah : Koordinasi mata-tangan rendah
4. Agar nilai-nilai rata-rata peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli
yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai
peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli pada tiap kelompok
perlakuan disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
13.35
20.05
6.70
13.55
17.15
3.60
15.50
21.90
6.40
11.40
15.30
3.90
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
A1 A2 B1 B2
T.awal
T.akhir
Pn
55
Gambar 5. Grafik Nilai Rata-Rata Peningkatan Hasil Belajar Passing
Bawah Bola Voli antara Kelompok Perlakuan Keterangan:
A1B1:Kelom pok pendekatan pembelajaran bermain dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan tinggi.
A1B2 :Kelompok pendekatan pembelajaran bermain dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan rendah
A2B1:Kelom pok pendekatan pembelajaran konvensional dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan tinggi.
A2B2:Kelom pok pendekatan pembelajaran konvensional dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan rendah.
B. Mencari Reliabilitas
Tingkat reliabilitas hasil tes awal dan tes akhir hasil belajar passing bawah
bola voli diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes
akhir hasil belajar passing bawah bola voli dalam penelitian sebagai berikut:
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir
Hasil Tes Reliabilitas Kategori
Tes awal passing bawah bola voli
Tes akhir passing atas bola voli
0.8958
0.8966
Tinggi
Tinggi
Adapun dalam mengartikan kategori koefisien reliabilita tes tersebut,
menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter sepert i dikutip
Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut:
8.90
4.50 3.90
3.30
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
A1B1 (1) A1B2 (2) A2B1 (3) A2B2 (4)
56
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Validitas Reliabilitas Obyekt ivitas
Tinggi sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak signifikan
0,80 – 1,0
0,70 – 0,79
0,50 – 0,69
0,30 – 0,49
0,00 – 0,29
0,90 – 1,0
0,80 – 0,89
0,60 – 0,79
0,40 – 0,59
0,00 – 0,39
0,95 – 1,0
0,85 – 0,94
0,70 – 0,84
0,50 – 0,69
0,00 – 0,49
C . Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Norm alitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors.
Kelompok N Prob Lo Lt Kesim pulan
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
10
10
10
10
0,05
0,05
0,05
0,05
0.2522
0.2468
0.2549
0.2049
0,258
0,258
0,258
0,258
Distribusi normal
Distribusi normal
Distribusi normal
Distribusi normal
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Lo < Lt. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah
terpenuhi. Rincian dan prosedur uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Homogenitas
Dengan data yang sama, setelah dianalisis menggunakan uji bartlet, maka
diperoleh hasil pengujian homogenitas sepert i tabel berikut:
57
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet.
∑ Kelom pok Ni S2 X
2hit X
2tabel Kesimpulan
4 10 40.760 1.787 7.81 Homogen
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui X
2hit lebih kecil dari pada X
2tabel.
Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan
demikian persyaratan hom ogenitas juga dipenuhi. Mengenai rincian dan prosedur
analisis uji hom ogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil analisis data dan interprestasi
analisis varians. Uji rentang newman keuls ditempuh sebagai langkah uji rerata
setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh
kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang newman keuls dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh kelom pok mana yang lebih baik.
Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang newman keuls, ada
beberapa hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti tabel
berikut ini:
Tabel 6. Ringkasan Nilai Rerata Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Koordiansi Mata-Tangan Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan.
Variabel penelitian Rerata
A1
A2
B1 B2 B1 B2
Sebelum Sesudah
15.60 24.50
11.10 15.60
15.40 19.30
11.70 15.00
Peningkatan 8.90 4.50 3.90 3.30
58
Tabel 7. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor
Sumber Varians dk Jk RJk Fo Ft
rerata lat 1 1060.900 1060.900
A 1 62.500 62.500 9.851* 4.11
B 1 96.100 96.100 15.147*
AB 1 36.100 36.100 5.690*
Kekeliruan 36 228.400 6.344
1484.000
Keterangan :
A : Kelompok pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional
B : Kelompok siswa berdasarkan tinggi-rendahnya koordinasi mata-tangan
AB : Interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan tinggi-rendahnya
koordinasimata-tangan
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls.
KP Rerata
A2B2 A1B2 A2B1 A1B1 RST 3.3 3.9 4.5 8.9
A2B2 3.3 0.60 1.20 5.60 2.3019
A2B1 3.9 0.6 5.00 2.7719
A1B2 4.5 4.40 3.0586
A1B1 8.9
Keterangan : * signifikan pada P < 0,05
Keterangan:
A1B1:Kelom pok pendekatan pembelajaran bermain dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan tinggi.
A1B2 :Kelompok pendekatan pembelajaran bermain dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan rendah
A2B1:Kelom pok pendekatan pembelajaran konvensional dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan tinggi.
A2B2:Kelom pok pendekatan pembelajaran konvensional dengan kriteria sampel koordinasi mata-tangan rendah.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional dari hasil penelitian
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil
belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2
59
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil
penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 9.851 lebih besar dari Ft =
4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak.
Hasil ini menunjukkan, pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar passing
bawah dalam permainan bola voli.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan tingkat koordinasimata-tangan yang dimiliki siswa putri
kelas VIII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010 hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
terhadap hasil belajar passing bawah bola voli. Dari hasil penghitungan yang telah
dilakukan diperoleh nilai F0 = 15.147 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada
taraf signifikansi 5%. Ini artinya hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan
antara koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar passing bawah dalam permainan
bola voli.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua faktor
menunjukkan ada interaksi antara pendekatan pembelajaran passing bawah bola
voli dan koordinasi mata-tangan. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F0 =
5.690 ternyata lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%
sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pendekatan
pembelajaran passing bola voli dan koordiansi mata-tangan terdapat interaksi
terhadap peningkatan hasil belajar passing bawah dalam permainan bola voli.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya.
60
Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran bermain dan
konvensional terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri
kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010. (2) ada perbedaan yang signifikan antara koordiansi mata-tangan
tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah terhadap hasil belajar passing bawah
bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. (3) ada interaksi antara pendekatan
pembelajaran passing bawah bola voli dan kootrdiansi mata-tangan terhadap hasil
belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Simpulan analisis
tersebut dapat dipaparkan secara rinci sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pem belajaran Bermain dan
Konvensional terhadap Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa, ada
perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional
terhadap hasil belajar passing bawah bola voli. Pada kelompok siswa yang diberi
perlakuan pendekatan pembelajaran bermain mempunyai peningkatan lebih baik
dibandingkan dengan kelom pok siswa yang diberi perlakuan pendekatan
pembelajaran konvensional. Pendekatan pembelajaran bermain memberi dampak
yang lebih menyenangkan, hasrat gerak siswa terpenuhi, dalam menjalin
kerjasama, dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa. Sedangkan pendekatan
pembelajaran konvensional sangat monoton, membosankan, hasarat gerak siswa
tidak t erpenuhi, sehingga motivasi belajar siswa menurun.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo
sebesar 9.851 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 3.10
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh
pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional terhadap hasil belajar
passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.
61
2. Perbedaan Pengaruh Koordinasi Mata-Tangan Tinggi dan Koordinasi
Mata-Tangan Rendah terhadap Hasil Belajar Passing Bawah Bola Vol i
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa, ada
perbedaan signifikan antara koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-
tangan rendah terhadap hasil belajar servis bawah bola voli. Hal ini karena,
kekuatan otot lengan yang tinggi siswa akan mampu mengkoordinasikan gerakan
passing bawah dengan baik dan benar. Gerakan passing bawah dapat dilakukan
secara berulag-ulang. Sedangkan siswa yangmemiliki koordinasi mata-tangan
rendah gerakan passing bawah tidak mampu dikoordinasikan dengan lancar,
gerakan passing bawah kurang dapat dilakukan secara kontinyu.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo
15.147 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 2.50. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara koordiansi mata-
tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah terhadap hasil belajar passing
bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.
3. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Koordinasi Mata-Tangan
terhadap Hasil Be lajar Passing Bawah Bola Voli
Dari tabel 7 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama
penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel
sebagai berikut:
Tabel 9. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli
A1 A2 Rerata A2 – A1
B1 8.90 3.90 6.4 -5.0
B2 4.50 3.30 3.9 -1.2
Rerata 6.7 3.9 5.3 -2.8
B2 – B1 -4.4 -0.6 - -
62
Gambar 7. Interaksi Pendekatan Pembelajaran Passing Bawah dan Koordinasi Mata-Tangan
Berdasarkan gambar 7 menunjukkan, bentuk garis perubahan besarnya
nilai peningkatan hasil belajar passing bawah bola voli yaitu tidak sejajar,
sehingga jika garis tersebut diteruskan akan terdapat satu titik pertemuan atau
berpotongan. Hal ini art inya, ada kecenderungan interaksi antara pendekatan
pembelajaran passing bawah bola voli dan koordinasi mata-tangan. Dengan
demikian dalam menerapkan pendekatan pembelajaran passing bawah bola voli
perlu mempertimbangkan tingkat koordinasi mata-tangan tinggi dan tingkat
koordiansi mata-tangan rendah. Hal ini karena interaksi antara pendekatan
pembelajaran passing bawah dan koordinasimata-tangan termasuk jenis interaksi
indepanden. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada interaksi antara
pendekatan pembelajaran passing bawah bola voli dan koordinasi mata-tangan
terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP
Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010, dapat
diterima kebenarannya.
B1, A1, 8.90
B1, A2, 3.90B2, A1, 4.50
B2, A2, 3.30
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
A1 A2
B1 B2
63
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasannya yang telah diungkapkan
pada BAB IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional
terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP
Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Dari
hasil analisis data menunjukkan Fo = 9.851 > Ft 4.11.
2. Ada perbedaan pengaruh antara koordiansi mata-tangan tinggi dan
koordinasimata-tangan rendah terhadap hasil belajar passing bawah bola voli
pada siswa putri kelas VII SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data menunjukkan Fo = 15.147
> Ft 4.11.
3. Ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan koordinasi mata-tangan
terhadap hasil belajar passing bawah bola voli pada siswa putri kelas VII SMP
Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Dari
hasil analisis data menunjukkan bahwa Fhitung = 5.690 > Ftabe l = 4,11.
B. Im plikasi
Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran passing bawah
bola voli dan koordinasi mata-tangan merupakan variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi peningkatan hasil belajar passing bawah dalam permainan bola
voli.
2. Pendekatan pembelajaran bermain ternyata memberikan pengaruh yang lebih
baik daripada pendekatan konvensional terhadap hasil belajar passing bawah
64
dalam permainan bola voli. Hal ini karena, pendekatan pembelajaran bermain
dapat mengembangkan aspek-aspek dalam pendidikan jasmani yaitu,
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, skill, kerjasama, kompetisi, saling
menghargai.
3. Pendekatan pemebelajaran bermain dan konvensional merupakan bentuk
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan passing bawah dalam
permainan bola voli. Di samping itu juga, koordinasi mata-tangan yang baik
merupakan komponen yang dapat mendukung kemampuan passing bawah
bola voli.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan
kepada guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
sebagai berikut:
1. Untuk mencapai hasil belajar passing bawah bola voli yang optimal harus
menguasai teknik passing bawah yang benar dan perlu dilatih faktor-faktor
yang mendukung kemampuan passing bawah di antaranya koordinasi mata-
tangan
2. Untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli dapat diterapkan
pendekatan pembelajaran bermain dan konvensional. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa, pendekatan pembelajaran bermain lebih baik
pengaruhnya terhadap hasil belajar passing bawah bola voli, sehingga
pendekatan pembelajaran bermain dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil
belajar passing bawah dalam permainan bola voli.
3. Dalam usaha meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli, di samping
menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat, tingkat koordinasi mata-
tangan yang dimiliki siswa juga dapat mempengaruhi hasil belajar passing
bawah bola voli. Untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli,
maka perlu mempert imbangkan tingkat koordiansi mata-tangan yang dimiliki
siswa.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1991/1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Amung Ma’mum & Toto Subroto. 2001. Pendekatan Keteram pilan Taktis Dalam
Perm ainan Bola voli Konsep & Metode Pem belajaran. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat jenderal Olahraga.
A. Sarumpaet, Zulfar Djazet dan Imam Sadikun. 1992. Permainan Bola Besar.
Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Barbara L.V. & Bonnie J.F. 1996. Bola Voli Tingkat Pemula. Alih Bahasa. Monti.
Jakarta: Raja Grafindo. Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran
Sepakbola. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Benny A. Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian
Rakyat. Depdiknas. 2000. Pedom an dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi
Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani.
2001. Kam us Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003. Petunjuk Tes Keterampilan Bola Voli Usia 13-15 Tahun.
Jakarta: Pusat Pengambangan Kualitas Jasmani. 2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetesnsi Sekolah Menengah Pertam a Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Dieter Beutelstahl. 2005. Belajar Bermain Bola Volley. Bandung: Pioner Jaya. Dewan & Bidang Perwasitan PP.PBVSI. 2001-2004. Peraturan Perm ainan Bola
Voli. Jakarta: PBVSI.
66
Gerhard Durrwachter. 1990. Bola Voli Belajar dan Berlatih Sambil Bermain. Jakarta: PT. Gramedia.
Harsono. 1988. Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak
Kusuma Jakarta. H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan
Pem belajaran II. Surakarta: UNS Press. Hurlock Elizabeth B. 1991. Perkembangan Anak. Alih Bahasa Tjandrosa dan
Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga. Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT UNS Press. Loy, John W., Mc. Pherson, Barry D., and Kenyon, Gerald. 1978. Sport and
Social Systems. London: Addison-Wesley Publishing Company. Marta Dinata. 2004. Belajar Bolavoli. Jakarta: Penerbit Cerdas Jaya. M. Furqon H. 2006. Mendidik Anak dengan Bermain. Surakarta: Program Studi
D-2 Pendidikan Jasmani. JPOK FKIP UNS. Muhammad Ali. 2005. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo. M. Yunus. 1992. Bola voli Olahraga Pilihan. Jakarta: Depdikbud Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan Pem belajaran Upaya Kreatif dalam
Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect. Nana Sudjana. 2005. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo. Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode.
Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.
Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Sadoso Sumosardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga.
Jakarta: PT. Gramedia
67
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soedarwo, Sunardi dan Agus Margono. 2000. Teori dan Praktek Bola voli Dasar.
Surakarta: UNS Press. Sudjana. 1994. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production. Sudjarwo. 1993. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto, Soedarwo dan Sunardi. 1994. Kepelatihan Bola Voli. Surakarta: UNS
Press. Sugiyanto. 1996. Belajar Gerak I. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto & Agus Kristiyanto. 1998. Belajar Gerak II. Surakrta: UNS Press. Sugiyanto & Sudjarwo. 1992. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak.
Jakarta: Depdikbud. Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II. Suharno HP. 1985. Dasar-Dasar Permianan Bola voli. Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta. 1991. Metodologi Pelatihan Bolavoli. Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni. 1998. Belajar dan Pembelajaran II.
UNS Press. Sukintaka. 2004. Teori Pendidikan Jasmani Filosofi Pembelajaran dan Masa
Depan. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. Sutrisno Hadi.1995. Metodologi Research Jilid IV. Yogyakarta: Andi Offset. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Theo Kliemen & Dieter Kruber. 1990. Bolavoly Pembinaan Teknik dan Kondisi. Jakarta: PT. Gramedia.
Toho Cholik M. dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Bandung: CV. Maulana.
68
Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.
Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta:
Depdikbud. Dirjendikt i. Proyek Pendidikan Tingkat Akademik.
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1
Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Variabel Penelitian
1. Tes Koordinasi Mata-Tangan
Untuk mengukur kemampuan koordinasi mata-tangan dengan tes lempar
tangkap bola dari Ismaryati (2006: 54-55).
a. Alat dan perlengkapan :
- Bola tenis
- Tembok sasaran yang rata
- Sasaran bundar berdiameter 30 cm.
- Pita pengukur
- Blangko dan alat tulis
b. Petugas :
- Seorang pengamat gerakan.
- Seorang pencatat.
- Seorang penghitung lemparan
c. Pelaksanaan :
- Sasaran ditempatkan pada dinding dengan ujung bawah setingkat dengan
bahu testi.
- Beri tanda dengan sebuah garis di tanah atau lantai berjarak 2,5 meter dari
sasaran dengan menggunakan pita pembatas.
- Testi berdiri di belakang garis pembatas lemparan.
- Testi melempar bola dengan tangan yang disukai ke arah sasaran,
kemudian menangkap dengan tangan yang sama. Percobaan
diperkenankan sehingga testi memahami tugas tersebut dan telah dapat
merasakan (fell for it) gerakan tersebut.
- Bola harus dilemparkan dengan under arm dan tidak boleh memantul di
lantai sebelum ditangkap.
71
- Tiap lemparan dianggap sah, apabila bola mengenai sasaran (bagian bola
yang mana saja yang mengenai sasaran dapat diterima) dan testi dapat
menangkapnya.
- Tangkapan dianggap sah apabila bola ditangkap dengan “bersih” dan tidak
mengenai tubuh.
- Testi tidak diperbolehkan berdiri di depan garis batas pada waktu
menangkap bola.
- Tiap testi diberi kesempatan 10 kali untuk melempar dan menangkap
dengan tangan yang disukai, kemudian diikuti dengan 10 kali kesempatan
untuk melempar dengan tangan yang disukai dan menangkap dengan
tangan yang lain.
- Testi yang menggunakan kacamata diperkenankan menggunakan
kacamata pada saat melakukan tugas ini.
d. Penilaian :
- Tiap lemparan yang mengenai sasaran dan tertangkap tangan memperoleh
nilai satu.
- Untuk memperoleh nilai satu :
• Bola harus dilemparkan dari arah bawah (underarm).
• Bola harus mengenai sasaran.
• Bola harus dapat langsung ditangkap tangan tanpa halangan
sebelumnya.
• Testi tidak beranjak atau berpindah keluar garis batas untuk
menangkap bola.
- Jumlah nilai hasil 10 lemparan pertama dan 10 lemparan kedua. Nilai total
yang mungkin dapat dicapai 20.
72
Gambar 4. Tes Koordinasi Mata-Tangan (Ismaryat i, 2006: 54)
2. Tes dan Pengukuran Kem am puan Passing Bawah Bola voli
Tes dan pengukuran kemampuan passing bawah bola voli dengan tes
keterampilan passing bawah bola voli selama 60 detik dari Depdiknas, (2003: 7-
8).
a) Alat dan perlengkapan:
- Tiang berukuran 2,30 m untuk putra dan 2,15 m untuk putri.
- Bola voli
- Stopwatch
- Lapangan dengan bentuk segi empat sama sisi dengan ukuran 4,5 m x 4,5
m.
- Bangku/box yang bisa diatur tinggi rendahnya agar petugas tes berdiri di
atasnya, pandangannya segaris (horisontal) dengan tinggi net .
- Blangko dan alat tulis
b) Petugas:
- Petugas I:
• Berdiri bebas di dekat area peserta tes.
• Menghitung waktu selama 60 detik
• Memberi aba-aba
• Mengamati kaki peserta jika keluar area
- Petugas II:
• Berdiri di atas bangku/box
• Menghitung passing bawah yang benar
73
• Seorang pencatat
c) Pelaksanaan:
- Peserta tes berdiri di tengah area ukuran 4,5 m x 4,5.
- Untuk memulai tes, bola dilambungkan sendiri oleh peserta tes setelah
mendengar aba-aba “ya”.
- Setelah bola dilambungkan, peserta tes melakukan passing bawah dengan
ketinggian minimum 2,30 untuk putra dan 2,15 m untuk putri.
- Bila peserta tes gagal melakukan passing bawah dan bola keluar area,
maka peserta tes segera mengambil bola tersebut dan melanjutkan passing
bawah kembali.
- Bila kedua kaki peserta tes berada di luar area, maka petugas tes I
memerintahkan agar peserta tes segera kembali ke area, dan bola yang
terpantul sewaktu kedua kaki berada di luar area tidak dihitung.
d) Pencatatan hasil:
- Pass bawah yang dianggap benar dan dihitung adalah, bila bola mencapai
ketinggian 2,30 m untuk putra dan 2,15 m untuk putri dan dilakukan dalam
area selama 60 detik.
Gambar 2. Tes Passing Bawah Bola voli (Depdiknas, 2003: 8)
74