PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE …... · ii perbedaan pengaruh...
-
Upload
phunghuong -
Category
Documents
-
view
252 -
download
0
Transcript of PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE …... · ii perbedaan pengaruh...
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE DENGAN VIDEO DIBANDING PHANTOM TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR DI AKPER
PAMENANG PARE KEDIRI
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Diajukan oleh :
ANAS TAMSURI NIM: S540208103
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
i
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE DENGAN VIDEO DIBANDING PHANTOM TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR DI AKPER
PAMENANG PARE KEDIRI
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Diajukan oleh :
ANAS TAMSURI NIM: S540208103
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN
NASOGASTRIC TUBE DENGAN VIDEO DIBANDING PHANTOM TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR DI AKPER
PAMENANG PARE KEDIRI
Disusun Oleh :
ANAS TAMSURI S 5402081003
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal : Februari 2010
Pembimbing I
Prof. Dr. Sunardi, M.Sc NIP. 195409161977031001
Pembimbing II
Pancrasia Murdani K, dr, MHPEd NIP. 194805121979032001
Mengetahui Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan
Program Studi Kedokteran Keluarga
Prof. Dr.Didik Tamtomo,dr, M.Kes., MM,PAK NIP. 194803131976101001
iii
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE DENGAN VIDEO DIBANDING PHANTOM TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR DI AKPER
PAMENANG PARE KEDIRI
Disusun Oleh :
ANAS TAMSURI S 5402081003
Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal : Februari 2010
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua
: Prof. Dr.Didik Tamtomo,dr,M.Kes., MM,PAK NIP. 194803131976101001
____________
Sekretaris
: Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP. 196611081990032001
____________
Anggota Penguji : Prof. Dr. Sunardi, MSc NIP. 915409161977031001
____________
: Pancrasia Murdani K,dr, MHPEd NIP. 194805121979032001
____________
Surakarta, Februari 2010
Mengetahui, Direktur PPs UNS
Prof.Drs. Suranto,M.Sc.,Ph.D NIP. 195708201985031004
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, M.Kes.,MM,PAK NIP. 194803131976101001
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Anas Tamsuri
NIM : S5402081003
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PERBEDAAN
PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE
DENGAN VIDEO DIBANDING PHANTOM TERHADAP PRESTASI DAN
MOTIVASI BELAJAR DI AKPER PAMENANG PARE KEDIRI adalah betul-
betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut
diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2010
Yang membuat pernyataan
Anas Tamsuri
v
MOTTO
Tanpa Motto pun bisa Hidup
vi
PERSEMBAHAN
Karya tesis ini kupersembahkan kepada:
Allah SWT
Orang tuaku
Isteri dan anakku
Almamaterku
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan thesis
dengan judul PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN
NASOGASTRIC TUBE DENGAN VIDEO DIBANDING PHANTOM
TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR DI AKPER
PAMENANG PARE KEDIRI sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan /
mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis perlu menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Moch. Syamsulhadi, dr., Sp.PK(K) selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan pada penyusun
untuk mengikuti pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D selaku Direktur Program Pasca Sarjana (PPs)
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyelenggarakan fasilitas
dan program pendidikan di lingkungan Program Pasca Sarjana (PPs)
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., M.Kes., MM, PAK selaku Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga yang telah memfasilitasi kegiatan pendidikan
bagi kami
viii
4. Bapak Prof. Dr. Sunardi, MSc selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan kepada kami dalam penyusunan penelitian ini
5. Ibu Panerasia Murdani K, dr., MHPEd sebagai pembimbing II yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan penelitian ini
6. Emi Agustina, S.Kep,Ns, M.Pd selaku direktur Akper Pamenang yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu
7. Segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian thesis ini
Kami menyadari bahwa laporan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
segenap saran dan perbaikan yang membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun,
ix
DAFTAR ISI
Hal
Judul dalam…………………………………………………………………... i
Lembar Persetujuan Pembimbing …………………………………………… ii
Lembar Pengesahan Pembimbing …………………………………………… iii
Lembar Pernyataan ………………………………………………………….. iv
Motto ………………………………………………………………………… v
Persembahan …………………………………………………………………. vi
Kata Pengantar ………………………………………………………………. vii
Daftar Isi …………………………………………………………………….. ix
Daftar Tabel …………………………………………………………………. xii
Daftar Singkatan dan Lambang ……………………………………………... xiii
Daftar Lampiran …………………………………………………………….. xiv
Daftar Gambar ………………………………………………………………. xv
Abstrak ………………………………………………………………………. xvi
Abstract ………………………………………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 4
D. Manfaat ………………………………………………………... 5
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 6
A. Landasan Teori ……….………………………………………. 6
B. Penelitian Relevan …………………………………………….. 62
C. Kerangka Berfikir ……………...……………………………… 63
D. Hipotesis ………………………………………………………. 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. 67
A. Metode dan Desain Penelitian ………………………………… 67
B. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………..….. 67
D. Populasi, Sampel dan Sampling ………………………………. 68
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………………… 68
E. Pengumpulan Data ……………………………………………. 70
H. Pengujian Alat Ukur …………………………………………... 71
I. Analisa Data ……………………………………………………. 74
BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN .……………………. 75
A. Deskripsi …………………....……………………………..…... 75
B. Analisa Data …………………………...……………………… 85
C. Pembahasan ................................................................................ 87
D. Keterbatasan …………………………………………………... 91
BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 93
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 93
B. Implikasi ………………………………………………………. 93
xi
C. Saran …………………………………………………………... 94
Daftar Pustaka .................................................................................................... 93
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.
Kekuatan Media dan Tujuan Pembelajaran ………………………. 56
Tabel 2.
Indikator Butir Soal dan Jumlah Soal Prestasi …………………… 70
Tabel 3.
Indikator Butir Soal dan Jumlah Soal Motivasi ………………….. 71
Tabel 4.
Validitas Item /Butir Soal Prestasi ……………………………….. 72
Tabel 5.
Validitas Item/Butir Soal Motivasi ………………………………. 73
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Mahasiswa Tingkat I A …….. 75
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Mahasiswa Tingkat I B …….. 77
Tabel 8.
Distribusi Frekuensi Rentang Nilai Pre Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I A ………………………………………………………..
79
Table 9.
Distribusi Frekuensi Rentang Nilai Pre Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I B ………………………………………………………...
80
Tabel 10.
Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I A (yang Mendapat Media Phantom) ……………………………...
82
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I B (yang Mendapat Media Film/VCD) …………………………….
84
xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Singkatan Arti
cc Centimetre cubic / sentimeter kubik = ml
D-III Diploma III
DVD Double Video Disk
NGT Naso gastric tube (selang nasogastrik)
PPNI Persatuan Perawat Nasional Indonesia
VCD Video Compact Disk
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ………………………………… 98
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ………………………………………….. 99
Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ……………………… 104
Lampiran 4. Satuan Acara Pengajaran ……………………………………… 114
Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Penelitian …………………………….…… 116
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Statistik ……………………………………. 122
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.
Hirarki Kebutuhan ……………………………………………..….. 37
Gambar 2.
Kerucut Pengalaman Dale ………………………………………… 55
Gambar 3.
Proses Kognitif Pada Media Pembelajaran …..…………………... 58
Gambar 4.
Kerangka Konseptual …………………………………………....... 65
Gambar 5.
Diagram Batang Skor Motivasi Mahasiswa Akper Pamenang yang mendapat Media Phantom …………………………………………
76
Gambar 6.
Diagram Batang Skor Motivasi Mahasiswa Akper Pamenang yang mendapat Media Film (VCD)………………………….…………...
78
Gambar 7.
Grafik Batang Nilai Pre Test Mahasiswa Akper Pamenang Tingkat I A ………………………………………………………………….
79
Gambar 8.
Grafik Batang Nilai Pre Test Mahasiswa Akper Pamenang Tingkat I B ………………………………………………………………….
81
Gambar 9.
Grafik Batang Nilai Post Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I A (yang Mendapat Media Phantom) …………………………………
83
Gambar 10.
Grafik Batang Nilai Post Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I B (yang Mendapat Media Film/VCD) ……………………………….
85
xvi
ABSTRAK Anas Tamsuri; PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE DENGAN VIDEO DIBANDING PHANTOM TERHADAP PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR DI AKPER PAMENANG PARE KEDIRI; THESIS; PROGRAM PASCASARJANA KEDOKTERAN KELUARGA UNIVERSITAS SEBELAS MARET; 2010
Latar Belakang: Akibat terbatasnya lahan praktik, maka pencapaian kompetensi klinik menjadi sangat kurang sehingga perlu suatu metode belajar yang memungkinkan mahasiswa mendapat ketrampilan klinik secara optimal. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan motivasi dan prestasi antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan media phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri. Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain eksperimental menggunakan jenis penelitian pre-post test design. Subyek penelitian adalah seluruh mahasiswa Akper Pamenang tingkat I (angkatan 2008) sejumlah 66 mahasiswa, yang terdiri atas dua kelas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 di Akademi Keperawatan Pamenang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan test sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Mann-withney test dengan α = 0,05. Hasil: pengujian dengan Mann-Witney test terhadap prestasi dan motivasi setelah pembelajaran berturut-turut mendapatkan nilai z = -3,071 (Sig. 0,002) dan z = -0,0739 (Sig.0,460), yang bermakna terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi kedua kelompok dan tidak ada perbedaan motivasi yang signifikan pada kedua kelompok. Kesimpulan: Kesimpulan penelitian adalah terdapat perbedaan prestasi mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video (VCD) dengan menggunakan media phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri dan tidak terdapat perbedaan motivasi yang bermakna antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan menggunakan media phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri. Saran: Dari hasil penelitian disarankan kepada Institusi Penyelenggara Pendidikan agar dapat memberikan fasilitas bagi pengembangan dan pengadaan media belajar, khususnya audio visual untuk dapat meningkatkan pendidikan; dan kepada pendidik diharapkan dapat berinovasi dan mengembangkan diri dalam menciptakan media dan metode pendidikan yang lebih baik. Kata Kunci : Phantom, VCD, Prestasi, Motivasi
xvii
ABSTRACT
Anas Tamsuri: THE DIFFERENCE OF EFFECT OF THE NASOGASTRIC TUBE INSERTION LEARNING WITH THE VIDEO COMPACT DISC COMPARED TO THE LEARNING WITH THE PHANTOM ON THE LEARNING ACHIEVEMENT AND MOTIVATION AT THE NURSING ACADEMY OF PAMENANG, PARE, KEDIRI; THESIS: THE GRADUATE PROGRAM IN FAMILY MEDICINE, POSTGRADUATE PROGRAM, SEBELAS MARET UNIVERSITY, 2010. Background: Due to the practicum site limitation, the clinical competency achievement becomes very low. Therefore, there is a need for a learning method which enables the students to get clinical skills optimally. Objective: The objective of this research was to identify the difference of motivation and achievement between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the panthom media in the nasogastric tube insertion learning at the Nursing Academy of Pamenang, Pare, Kediri, namely control group and experimental group. Method: This research used a qualitative method with the experimental design of pre-post test design. It was conducted at the Nursing Academy of Pamenang, Pare, Kediri on December 2009. The subjects of the research were all 66 students in Grade I (the students of 2008). The subjects were divided into two groups, . Its data were gathered through questionnaire and test. They were analyzed by using Mann-withney test with α = 0.05. Result: The results of the analysis on the students’ achievement and motivation following the experimentation are z = -3.071 (sig. 0.002) and z = -0.0739 (sig. 0.460) respectively. Such results indicate that there is a significant difference of achievement of the two groups, and there is not any significant difference of motivation of the two groups. Conclusion: Based on the results of the analysis, a conclusion is drawn that there is a significant difference of achievement between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the panthom media in the nasogastric tube insertion learning at the Nursing Academy of Pamenang, Pare, Kediri and there is not any significant difference of motivation between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the panthom media in the nasogastric tube insertion learning at the Nursing Academy of Pamenang, Pare, Kediri. Recommendation: Based on the results of the research, the institutes which administer education shall provide facilities for the development and provision of learning media, particularly the audio visual so as to improve the quality of education. In addition, the educators are expected to have innovation and self-development to create better learning media and methods. Keywords: Phantom, video compact disk, achievement, motivation
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelengaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan dituntut untuk dengan
cepat merespon proses yang kompleks dan berkelanjutan dalam menghasilkan
lulusan yang mempunyai kemampuan dapat bekerja sesuai bidang ilmunya dan
diterima di masyarakat secara baik dan benar (Tim Kerja Direktorat Pembinaan
Akademik dan Kemahasiswaan, 2005:41). Pendidikan program D-III
Keperawatan adalah suatu pendidikan yang bertujuan menghasilkan perawat
praktisi pemula (Ahli Madya Keperawatan) yang cukup terampil dalam
mengelola masalah kesehatan, memiliki landasan profesi yang kokoh, bermakna
menumbuhkan dan membina sikap, tingkah laku,dan kemampuan profesional
keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan ilmiah.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka berbagai keterampilan perlu
dikembangkan baik secara teori, praktik maupun dalam tatanan nyata praktik
keperawatan di klinik. Terkait dengan hal tersebut dalam pembelajaran klinik
dipengaruhi oleh banyak hal antara lain (1) penetapan Rumah Sakit atau
Puskesmas profesional utama dan Rumah Sakit lain sebagai jaringan praktek, (2)
Adanya komunitas keperawatan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif
dan adanya model peran (3) Tujuan instruksional yang jelas dan menentukan
kompetensi yang akan dicapai dan (4) Menetapkan sistem evaluasi (Nursalam,
2
2
2002). Oleh sebab itu diharapkan dalam kegiatan pengalaman belajar klinik
keperawatan terencana sesuai dengan fungsi dan kompetensi yang ditetapkan oleh
lembaga atau institusi pendidikan dapat dikuasai oleh peserta didik dengan
optimal (Ahmad Yusuf, 2001).
Tahap profesi atau pengalaman belajar klinik merupakan upaya untuk
memberikan kesempatan pada peserta didik menerapkan ilmu yang di pelajari di
kelas kekeadaan nyata guna mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai
kemampuan profesional (Intelektual, Teknikal, dan Interpersonal) (Nursalam,
2002). Namun akibat terbatasnya lahan praktik, maka pencapaian kompetensi
klinik menjadi sangat kurang memuaskan. Berdasarkan evaluasi yang
diselenggarakan terhadap 60 ketrampilan klinik mahasiswa lulusan Akper
Pamenang pada tahun 2006, diperoleh kisaran rata-rata hanya 72,6 % ketrampilan
yang dapat dicapai oleh mahasiswa. Dari sisi target diperoleh hanya sekitar 40 %
dari target pengalaman praktik yang dapat dicapai oleh mahasiswa (Akper
Pamenang, 2006).
Dalam keperawatan kegiatan pemasangan selang Nasogastric Tube (NGT)
merupakan salah satu kegiatan yang sangat perlu dikuasai karena merupakan salah
satu kompetensi bagi tenaga D-III Keperawatan (PPNI Jawa Timur, 1999).
Pemasangan selang NGT adalah kegiatan mengaplikasikan selang melalui rongga
hidung hingga masuk ke dalam lambung dengan berbagai tujuan, seperti
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, penghisapan cairan lambung maupun
pencegahan distensi abdomen. Dalam hasil evaluasi yang dilakukan pada Praktik
di RSUD Pare pada tahun 2007, didapatkan hanya 2 orang (2,5%) mahasiswa
3
3
yang mendapatkan kesempatan melaksanakan praktik pemasangan selang NGT.
Situasi ini menggambarkan bahwa praktik klinik saat ini tidak cukup membantu
mahasiswa dalam mencapai ketrampilan kinik sehingga perlu dilakukan upaya
lain bagi pengembangan ketrampilan mahasiswa.
Salah satu bentuk pendidikan keperawatan yang dilakukan adalah dengan
pendekatan media pembelajaran dimana dosen melakukan pembejajaran
menggunakan sarana audiovisual untuk menunjukkan bagaimana prosedur
pemasangan NGT pada pasien. Penggunaan media pembelajaran dilakukan
dengan tujuan mengoptimalkan proses pembelajaran dengan harapan hasil serapan
pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa menjadi lebih optimal.
Berdasar pada hal diatas maka peneliti bermaksud menyelenggarakan
penelitian tentang perbandingan motivasi dan prestasi mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan menggunakan media
phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi Keperawatan
Pamenang Pare Kediri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan
penelitian sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan prestasi antara mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan media phantom
pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi Keperawatan Pamenang
Pare Kediri?
4
4
2. Adakah perbedaan motivasi antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan
media phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi
Keperawatan Pamenang Pare Kediri?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi perbedaan motivasi dan prestasi antara mahasiswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang
menggunakan media phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di
Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perbedaan prestasi antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan
media phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi
Keperawatan Pamenang Pare Kediri.
b. Mengidentifikasi perbedaan motivasi antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan
media phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi
Keperawatan Pamenang Pare Kediri.
5
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana pengembangan pengalaman penelitian dan
diharapkan berguna sebagai dasar/ landasan bagi penelitian berikutnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi bagi
pengembangan proses penyelenggaraan pendidikan di lingkungan Akademi
Keperawatan dan Akademi Kebidanan Pamenang.
3. Bagi profesi keperawatan
Untuk mengembangkan profesi keperawatan, khususnya dalam
pengembangan pendidikan keperawatan.
6
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian
Belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk perubahan tingkah laku, baik
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi (Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain,
2006:11).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:295) Belajar adalah kegiatan
individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara
mengolah bahan belajar. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah-
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Akibat dari belajar tersebut maka
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik makin bertambah baik. Cronbach
dalam Sardiman (2005:20) memberikan definisi : “Learning is shown by a change
in behavior as a result of experience”. (Belajar adalah memperlihatkan
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Harold Spears dalam
Sardiman (2005:20) memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to
initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. (Belajar
adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,
mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan). Geoch dalam Sardiman (2005:20),
7
7
mengatakan :“Learning is a change in performance as a result of practice”.
(Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek).
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan
individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim
kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang
dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu
dan lingkungan.
Slameto (2003:2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan
kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar,
apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar
atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi
8
8
internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam
diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi
eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang
belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
b. Ciri belajar
Ciri belajar yang baik menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:8) adalah :
1) memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup
2) terjadi proses internal dalam diri pebelajar
3) terjadi jika pebelajar memiliki motivasi yang kuat
c. Peran pengajar dalam belajar
Peranan pengajar sebagai pendidik profesional sesunggunya sangat
kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif dalam kelas,
yang lazim disebut sebagai proses belajar mengajar. Menurut James B Brown
dalam Suryosubroto (2002:3) tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Untuk dapat melaksnakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki
kemampuan profesional yaitu terpenuinya 10 kompetensi guru yang meliputi
(Suryosubroto, 2002:4):
a) Menguasai bahan
1) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
2) menguasai bahan pengayaan/ penunjang bidang studi
9
9
b) Mengelola program belajar mengajar
1) merumuskan tujuan instruksional
2) mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional dengan tepat
3) melaksanakan program belajar mengajar
4) mengenal kemampuan anak didik
c) Mengelola kelas
1) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran
2) menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi
d) Menggunakan media atau sumber
1) mengenal, memilih dan menggunakan alat media
2) membuat alat bantu peljaran yang sederhana
3) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
4) menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan
e) Menguasai landasan pendidikan
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran
h) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
1) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan
2) menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan
j) Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengajaran
10
10
d. Teori belajar
Terdapat beberapa teori dalam belajar. Dimjati dan Mudjiono (1999:9-17)
mengungkapkan teori-teori tersebut:
1) Belajar Menurut Pandangan Skinner
Skinner dalam Dimjati dan Mudjiono (1999) berpandangan bahwa belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih
baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar
b) respon pebelajar
c) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadinya
stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Menurut Skinner, pengajar perlu memperhatikan dua hal penting yaitu:
a) pemilihan stimulus yang bersifat diskriminatif
b) penggunaan penguatan
Adapun langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan
adalah sebagai berikut:
a) pertama, mempelajari keadaan kelas. Pengajar mencari dan menemukan
perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan
perilaku negatif akan diperlemah atau dikurangi
b) kedua, membuat daftar penguat positif. Pengajar mencari perilaku yang lebih
disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah
yang dapat dijadikan sebagai penguat.
11
11
c) ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta
jenis penguatnya
d) keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran berisi
urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku
dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat
perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan itu
menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya.
2) Belajar menurut Gagne
Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) mengungkapkan belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari : (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan
(2) prsoes kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar
adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,
melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Gagne juga mengungkapkan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen
penting, yaitu : kondisi internal, kondisi eksternal dan hasil belajar. Belajar adalah
keeadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan.
Proses kognitif tersebut terdiri atas informasi verbal, keterampilan intelektual,
ketrampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
3) Belajar menurut pandangan Piaget
Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) berpendapat bahwa
pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus-
12
12
menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin berkembang.
Perkembangan intelektual meliputi tahap-tahap berikut:
1) sensori motor (0-2 tahun)
2) praoperasional (2-7 tahun)
3) operasional konkret (7-11 tahun)
4) operasional formal (diatas 11 tahun)
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan
sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-gerakannya. Pada tahap pra-
operasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah
mempu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipsi, membuat
gambar dan mengolong-golongkan. Pada tahap operasional konkret anak dapat
mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengembangkan penalaran logis
walaupun kadang memecahkan masalah secara “trial dan error”. Pada tahap
operasi formal anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah yaitu:
a) menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri
b) memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut
c) mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pernyataan
yang menunjang proses pemecahan masalah
d) menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan
melakukan revisi.
13
13
4) Belajar menurut Rogers
Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) mengungkapkan bahwa
praktek pendidikan yang baik menekankan pada siswa yang belajar, bukan pada
pengajaran. Praktek tersebut ditandai dengan guru yang dominan dan pelajar yang
hanya menghafalkan pelajaran. Rogers mengungkapkan pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan, yaitu:
a) menjadi manusia berarti memiliki mekuatan wajar untuk belajar. Siswa harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya
b) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya
c) Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
d) belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung
jawab dalam proses belajar
e) belajar yang bemakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama
dengan melakukan pengubahan diri secara terus-menerus
f) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa
mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang
untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berabrti bahwa
evaluasi dari instruktur bersifat sekunder
g) belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-
sungguh.
14
14
e. Faktor yang mempengaruhi belajar/ pembelajaran
Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor (Slameto: 2003). Faktor
tersebut saling berkaitan dan bersinergi mempengaruhi hasil belajar. Secara umum
faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi anak, bahan belajar,
kegiatan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar serta evaluasi.
1) Kondisi siswa
Kondisi siswa meliputi derajat kesehatan, tingkat intelegensi, motif dan
tujuan serta gaya belajar dan lingkungan pendukung (social support) dalam
keluarga.
2) Bahan belajar
Menurut Sudirman dalam Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain (2006)
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi siswa. Bahan yang disebut sebagai
sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan
pengajaran. Bahan belajar merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar
mengajar, karenan bahan pelajaran itu yang diupayakan untuk dikuasai anak
pebelajar. Bahan belajar dapat mempengaruhi motivasi belajar. Biasanya aktivitas
belajar dan motivasi akan berkurang jika bahan belajar kurang menarik perhatian.
3) Kegiatan belajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala
sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen
pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai (Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain, 1996). Dalam
15
15
kegiatan belajar mengajar, guru dan pebelajar terlibat dalam suatu interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya.
4) Metode belajar
Metode adalah suatau cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegaitan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru
dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pembelajaran berakhir (Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain, 1996).
5) Alat dan sumber belajar
Yang dimaksud dengan alat dan sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal
untuk belajar seseorang (Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain: 1996)
6) Evaluasi
Menurut Brown dalam Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain (1996)
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Dengan evaluasi maka diharapkan dapat menentukan seberapa jauh taraf
penguasan dan kemajuan pebelajar dalam menguasai tujuan belajar.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian
Menurut Adi Negoro dalam Sunarto (2009), prestasi adalah segala jenis
pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa. S.
Nasution dalam Ridwan (2008) menyatakan prestasi belajar adalah:
Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
16
16
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif,
affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Menurut
W.J.S Purwadarminto dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu
tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan.
Berdasar pada uraian diatas, prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah
dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan
perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan
dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam
bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Ngalim Poerwanto (2004:28)
memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel dalam Sunarto (2009) mengatakan bahwa “prestasi
belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
17
17
Sedangkan menurut S. Nasution dalam Sunarto (1999) mengungkapkan prestasi
belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki pelajar dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun
kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik
yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
18
18
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor yang
mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat.
Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
itu adalah sebagai berikut (Ahmadi,1998: 72 ):
1) Faktor internal
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini
dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor lntelegensi
Menurut Kartono dalam Sunarto (2009) kecerdasan merupakan salah satu
aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang.
Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal
maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Slameto (1995:56)
mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada
yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Muhibbin (1999:135)
berpendapat bahwa semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk
meraih sukses. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau
kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak
dalam usaha belajar.
Intelegensi dalarn arti sernpit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di
sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan
19
19
yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan
intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan
berpikir rasiologi untuk rnata pelajaran matematika.
b) Faktor Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik
pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan
rnenghambat dalam belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki
seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut
Winkel dalam Sunarto (2009) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam
subjek untuk merasa tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan
bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang
terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap
belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah
dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk
menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa
20
20
diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat
belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa
yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani,
keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada
keadaan stabilitas / Iabilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat
sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh
tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai
dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya,
sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas
bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam
kegiatan belajar mengajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
21
21
Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya
dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-
kesanggupan tertentu.” Kartono dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa “bakat
adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan
melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin
(1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk
melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan
bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi
tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi
seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
e) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar
motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar
sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution
dalam Sunarto (2009) mengungkapkan motivasi adalah “segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77)
22
22
mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan
sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik
dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang
atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari
luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan
belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran
tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif
dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi
kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak
sendiri dan belajar secara aktif.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas menyelenggarakan
kegiatan belajar rnengajar, rnembimbing, melatih, mengolah, meneliti dan
mengembangkan serta memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus
23
23
memiliki wewenang dan kemampuan profesiona1, kepribadian dan
kemasyarakatan.
Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif
dan gaya memirnpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas
yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa
semaksimal mungkin.
b) Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan
mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian
besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi
belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang
perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.
c) Faktor Sumber - Sumber Belajar
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah
tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media
/ alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. AIat bantu belajar merupakan
semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan
perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah
dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.
Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi
belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
24
24
a) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang
dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa:
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat
besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong
dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Hasbullah dalam Sunarto (2009) mengatakan: Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-
tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam
keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak
dan pandangan hidup keagamaan.
Mermperhatikan pernyataan diatas, orang tua hendaknya menyadari bahwa
pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan
lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan
kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha
meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana
orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah.
Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak
25
25
dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan
yang baik untuk belajar.(Sunarto, 2009)
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang
baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi
hasil-hasil belajarnya. Kartono dalam Sunarto (2009) mengemukakan “guru
dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki
tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut
untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat
dalam mengajar.
c) Lingkungan Masyarakat
Selain orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.(Slameto, 2005).
Lingkungan dapat membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-
hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan
lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut
26
26
akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar
sebagaimana temannya.
c. Alat untuk mengukur keberhasilan belajar
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes
prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes
prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan
sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes
yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek
dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi besar kecilnya
obyek atau gejala. Berbicara masalah pengukuran tidak bisa terlepas dari kegiatan
evaluasi yang mana evaluasi yang mana evaluasi merupakan kelanjutan setelah
dilakukan proses pengukuran. Menurut Winkel dalam Ridwan (2008), evaluasi
berarti penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai.
Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh pebelajar dan terhadap proses
belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar
itu.sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Bloom telah menerapkan
dua bentuk evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif adalah penggunaan tes tes selama proses belajar mengajar masih
berlangsung, sehingga diperoleh umpan balik mengenai kemajuan yang telah
27
27
tercapai.sedang yang dimaksud evalusi sumatif yaitu penggunaan tes tes pada
akhir status pereode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa unit pelajaran
atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan mungkin
pada saat satu bidang studi selesai dipelajari.
Fungsi evaluasi belajar adalah untuk menimbulkan motivasi pada
siswa,memberikan umpan balik kepada siswa, memberi umpan balik pada tenaga
pengajar, memberi informasi pada orang tua, memperoleh informasi tentang
kelulusan dan mempertanggungjawabkan suatu program studi. Pelaksanaan
evaluasi dapat dilakukan dengan ujian tertulis, lisan, kuis, praktik maupun
presentasi hasil dari penugasan. Hasil dari kegiatan evaluasi berupa nilai atau
dinyatakan dalam indek prestasi (IP).
3. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan
raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Soekidjo Notoatmodjo, 1997: 127-128).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan pada
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut
diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.
28
28
b. Aspek pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005:50-51) pengetahuan memiliki enam
tingkatan yang bergerak dari sederhana sampai pada kompleks yaitu :
1) Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari orang lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode
prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
29
29
4) Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintetis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintetis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetehuan yang
dimiliki oleh seseorang. Faktor tersebut dapat dikategorikan dalam faktor internal
dan faktor eskternal.
30
30
1) Faktor internal
yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia/ individu. Faktor ini meliputi :
umur dan tingkat perkembangan, pengalaman pribadi dan keluasan mendapat
akses informasi, serta melalui pendidikan baik formal maupun nonformal
(Suryosubroto, 2002:14).
Umur dan tingkat perkembangan seseorang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuannya, hal ini dikarenakan dua faktor yaitu faktor kematangan dan
faktor pengalaman, Seorang yang sudah dewasa memiliki kematangan fungsi otak
dan proses fikir sehingga mampu melakukan analisis, sintesis maupun melakukan
evaluasi terhadap obyek. Sedangkan dari sisi pengalaman semakin tinggi umur
seseorang maka kemungkinan untuk mendapatkan pengalaman yang
memungkinkan bertambahnya pengetahuan seseorang.
Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan
oleh Pitono Suparto, dkk (2000 : 17) bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari
relevasi dan common sense yang dapat terjadi manakala seseorang berinteraksi
dengan lingkungan.
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mendapatkan ilmu dari suatu
interaksi antara pengajar dan pebelajar untuk mencapai tujuan melalui metode dan
cara-cara tertentu yang terencana. Melalui proses pendidikan memungkinkan
terjadinya transfer pengetahuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun sharing
pengalaman dan termasuk didalamnya upaya-upaya untuk mendapatkan
pengalaman baru
31
31
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar tubuh manusia/ individu
yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Adapun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengetahuan individu
antara lain : adat dan kebiasaan, hukum dan regulasi, media informasi, sumber
informasi.
Adat dan kebiasaan dalam masyarakat dapat menjadi norma dalam
masyarakat dan dianggap sebagai sesuatu yang benar adanya. Adat dan tanggapan
dalam masyarakat dapat diturunkan dan diwariskan sebagai pengetahuan. Hal ini
sebagaimana diungkapkan Walitzer dalam Pitono Suparto dkk (2000:17) bahwa
pengetahuan dapat diturunkan karena adanya kekuasaan.
Ketersediaan sumber informasi sangat mempengaruhi penerimaan informasi
dan pengetahuan individu. Sumber informasi dapat berupa orang tua, guru, teman
dan masyarakat; yang diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu
sumber informasi yang tidak kalah penting adalah petugas kesehatan dalam
perannya sebagai pendidik. Petugas kesehatan berperan untuk memberikan
informasi yang spesifik/ khusus mengenai masalah kesehatan dan perilaku sehat
yang diperlukan bagi masyarakat.
Media informasi dapat mempengaruhi kedalaman pencapaian pengetahuan
individu. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1993: 109) semakin komplek media
semakin besar mampu memberikan dampak bagi pebelajar. Semakin banyak
indera yang digunakan untuk menerima sesuatu semakin jelas pula pengetahuan
yang diperoleh. Sebagaimana terdapat dalam teori kerucut Edgard Dale, terdapat
32
32
tingkatan-tingkatan kemampuan media dalam memberikan stimulus dan
penerimaan bagi tiap individu.
4. Motivasi
a. Pengertian motivasi
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern (kesiapsiagaan) (Sutikno, 2005).
Menurut Ahmad Sudradjat (2008) motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan
(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya
dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu
itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Menurut Ensiklopedi Wikipedia, motivasi adalah : the activation or
energization of goal-oriented behavior. Motivation is said to be intrinsic or
extrinsic, atau suatu aktivasi atau energy yang menggerakkan pencapaian tujuan,
yang terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Romano (2007) mengungkapkan bahwa katqa motivasi berasal dari kata lain
"movere", yang berarti menggerakkan. Motivasi didefinisikan sebagai: internal
drive that activates behavior and gives it direction, atau dorongan interna; yang
mengaktifasi dan mengarahkan perilaku.
33
33
Menurut Mc. Donald dalam Sutikno (2005), motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald mengandung
tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya
terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang
karena adanya tujuan.
Adanya keinginan dan kebutuhan diri individu, memotivasi individu
tersebut untuk memenuhinya. Individu yang merasa haus mengarahkan
perilakunya untuk minum, demikian pula mahasiswa yang merasa perlu mendapat
ilmu akan berusaha untuk belajar.
Istilah yang lain yang sering digunakan dalam menggambarkan motivasi
adalah motif. Motif merupakan suatu pengertian yang merupakan penggerak,
keinginan, rangsangan, hasrat, pembangkit tenaga, alasan dan dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan dia berbuat sesuatu. Motif atau motive dalam bahasa
inggris berasal dari kata “motion” yang berarti berakan atau sesuatu yang
bergerak. Gerakan tersebut dikaitkan dengan sesuatu yang dilakukan manusia,
yaitu perbuatan dan perilaku (Sunaryo, 2004:135).
b. Macam-Macam Motif
Menurut Sunaryo (2004: 138) secara umum terdapat dua macam motif yaitu
motif primer dan motif sekunder. Motif primer atau motif dasar adalah motif yang
tidak dapat dipelajari dan merupakan insting untuk mempertahkankan
kelangsungan hidup serta mengembangkan keturunan. Motif ini sering disebut
34
34
dengan drive. Dorongan muncul dari dalam diri individu dengan tujuan untuk
mempertahankan hidup misalnya dorongan untuk makan, karena adanya rasa
lapar; dorongan untuk berpakaian karena merasa dingin, dan dorongan seksual
untuk mempertahankan keturunan. Dorongan dari luar, atau disebut juga dorongan
umum dapat timbul sebagai respon terhadap lingkungan seperti rasa takut, rasa
ingin tahu serta kasih sayang.
Motif sekunder adalah motif yang dapat dimodifikasi, dikembangkan dan
dipelajari seiring dengan pengalaman yang diperoleh individu. Misalnya motif
mendapat nilai yang baik mendorong seorang siswa untuk belajar, dan
sebagainya.
Abu Ahmadi (1999) mengungkapkan bahwa motif dapat digolongkan dalam
tiga macam yaitu:
1) Motif biologis atau motif biogenetis
Motif biologis atau motif biogenetis adalah motif yang berkembang dalam
diri individu yang berasal dari kebutuhan individu untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya sebagai mahluk social. Kebutuhan ini melingkupi seluruh
mahluk hidup termasuk manusia. Yang termasuk motif ini adalah rasa haus, lapar,
lelah, dingin dan sebagainya.
2) Motif sosiologis atau motif sosiogenetis
Adalah motif yang didapat dari lingkungan atau kebudayaan tempat
individu berada dan berkembang serta dipelajari. Motif ini dapat juga diartikan
sebagai motif yang dipelajari atas dasar interaksi individu sebagai mahluk social
yang hidup di masyarakat. Motif jenis ini dapat dipelajari, dimodifikasi dan
35
35
dikembangkan sesuai dengan corak budaya di lingkungan. Misalnya : keinginan
memiliki rumah bertingkat, ingin pergi ke dukun, makan Rawon dan sebagainya.
3) Motif teologis atau teogenetis
Motif teogenetis adalah motif yang mendorong seseorang untuk
berhubungan dengan yang maha pencipta atau sesuatu yang dianggap menguasai
dirinya. Misalnya : keinginan untuk beribadah haji, keinginan berdoa dan minta
pengampunan dosa, dan sebagainya.
Mod Worth dan Marquis dalam Abu Ahmadi (1999) membagi motif
menjadi :
1) Motif yang berhubungan dengan organic dan berasal dari dalam diri, misalnya
motif makan, minum, bernafas, seksual dan istirahat.
2) Motif yang berasal dari lingkungan, yaitu timbul setelah manusia melakukan
interaksi dengan lingkungan dan berasal dari luar diri individu. Motif ini
dibedakan lagi dalam :
a) Motif Darurat
Motif darurat atau emergency motive adalah motif yang membutuhkan
tindakan cepat dan segera dalam memenuhinya karena tuntutan situasi
lingkungan. Misalnya motif melawan ancaman, motif melepaskan diri dari bahaya
dan kesulitan serta motif berkompetisi
b) Motif Obyektif
Motif obyektif atau objective motive adalah motif yang terkait langsung
dengan lingkungan baik orang maupun benda. Misalnya keinginan memiliki
sepeda motor, ingin memiliki nilai baik, motif bahagia dan sebagainya.
36
36
Abraham Maslow dalam Sunaryo (2004:139) mengungkapkan motif dibagi
menjadi :
1) Motif kekurangan
Motif kekurangan (deficit motive) adalah motif yang berfungsi untuk
mengatasi peningkatan ketegangan organisme sebagai akibat kekurangan suatu
hal. Motif ini menyangkut kebutuhan fisiologis dan rasa aman serta mendorong
perilaku yang mendesak pada individu untuk memenuhinya. Contoh motif ini
adalah rasa lapar (kekurangan makanan), rasa sesak (kekurangan oksigen), rasa
nyeri (gangguan organ) dan sebagainya.
2) Motif Pertumbuhan
Motif pertumbuhan atau being motives adalah motif yang mendorong
individu mengungkapkan potensinya. Motif ini memperkaya kehidupan dengan
banyak belajar dan mencari pengalaman sehingga menambah semangat hidup,
misalnya belajar di sekolah atau mencari pengalaman di luar negeri. Motif
pertumbuhan dapat menjadi motif utama apabila motif kekurangan sudah
terpenuhi.
c. Teori Motivasi
Landy dan Becker dalam Stonner dkk (1996: 58) mengungkapkan terdapat
lima macam teori motivasi. Teori ini meliputi teori kebutuhan, teori keadilan,
penguatan, teori harapan dan teori pencapaian tujuan. Kelima teori motivasi ini
mengemukakan bagaimana motivasi terbentuk, namun tidak semuanya benar-
benar dapat diterima (Moreno, 2007).
37
37
1) Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan memfokuskan pada apa yang dibutuhkan individu untuk
hidup secara berkecukupan. Teori ini berfokus pada pemahaman bahwa seseorang
menjadi termotivasi jika belum mencapai kebutuhan/ mencapai kepuasan tertentu
dalam kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi
motivator bagi seseorang (Stonner,1996:139).
Abraham Maslow mengembangkan hirarki kebutuhan, yang
mengelompokkan kebutuhan menjadi lima macam sebagaimana digambarkan
pada hirarki berikut:
Gambar 1. Hirarki Kebutuhan
Maslow berpendapat bahwa individu akan termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat bagi mereka hingga kurun
waktu tertentu; dimulai dari kebutuhan fisik yang paling mendasar dan seterusnya
berjenjang sampai pada kebutuhan yang lebih tinggi.
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan Aman dan Nyaman
Kebutuhan Sosial
Harga Diri
Aktualisasi Diri
38
38
Maslow berpendapat bahwa jika seluruh kebutuhan terpenuhi maka
individu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dimana
mereka akan mencari makna dan melakukan pengembangan pribadi dan secara
aktif mencari tanggungjawab baru. Misalnya seorang siswa yang telah terpenuhi
kebutuhan fisiknya, dan mendapat nilai yang baik mungkin berminat menjadi
ketua OSIS agar mendapat pengakuan dari lingkungan.
Clayton Alfelder dalam Stoner (1996) mengungkapkan bahwa motivasi
dapat diukur dengan hirarki kebutuhan, namun Alfelder menggunakan kategori
kebutuhan yang berbeda yaitu:
a) kebutuhan eksistensi
Yang dimaksud dengan kebutuhan eksistensi adalah kebutuhan dasar dari
Maslow.
b) kebutuhan keterkaitan yaitu kebutuhan untuk melakukan hubungan dengan
orang lain
c) kebutuhan pertumbuhan, yaitu kebutuhan akan kreatifitas pribadi atau
pengaruh produktif.
Teori kebutuhan dari Alfelder inilah yang sering disebut juga sebagai teori
ERG (Excistence, Relatedness and Growth). Alfelder menekankan bahwa jika
kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan maka kebutuhan yang lebih
rendah akan kembali walaupun telah terpuaskan. Sementara menurut Maslow jika
seseorang telah merasa mencapai suatu kebutuhan maka kehilangan kekuataun
untuk memotivasi tingkah laku. Maslow memandang orang bergerak menapaki
39
39
hirarki kebutuhan sementara Alfelder memandang orang bergerak naik turun pada
hirarki kebutuhan dari waktu ke waktu (Stoner, 1996).
John W. Atkinson dalam Romano (2007) mengungkapkan bahwa ada tiga
macam dorongan mendasar dalam diri seseorang yang termotivasi yaitu :
kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), kebutuhan kekuatan (need
for power) serta kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation). Keseimbangan
dari ketiga dorongan ini bervariasi dari satu orang ke orang lain. Ada orang yang
memiliki kebutuhan prestasi yang kuat dan pada orang lain memiliki kebutuhan
afiliasi yang kuat.
Prof. Dr. David C. McClelland, psikolog dari Universitas Harvard pada
tahun 1961 merilis sebuah teori yang disebut motivasi berprestasi. Teori ini
bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas
dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Dari
penelitiannya dapat disimpulkan terdapatnya hubungan yang positif antara
motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, manajer yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi,
dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena
motivasi berprestasinya juga rendah. Dan ternyata, motivasi berprestasi seseorang
sangat berhubungan dengan dua faktor, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan
kepribadian. Artinya, orang akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi bila
memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian yang dewasa. Ia akan
mampu mencapai prestasi maksimal. Hal ini karena ia didukung oleh dua
kemampuan yang berasal dari kedua faktor tersebut. IQ merupakan kemampuan
40
40
potensi dan kepribadian merupakan kemampuan seseorang untuk
mengintegrasikan fungsi psiko-fisiknya yang sangat menentukan dirinya dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. David Mc Cleland melalui penelitiannya
menunjukkan bahwa kebutuhan yang kuat untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk
berhasil dan unggul berkaitan dengan sejauh mana orang tersebut termotivasi
untuk melaksanakan tugasnya. Orang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi suka
bertanggung jawab untuk memecahkan masalah; mereka cenderung untuk
menetapkan sasaran yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko
yang sudah diperhitungkan untuk mencapai sasaran ini. Mereka juga menghargai
umpan balik tentang seberapa baik mereka bekerja. Dengan demikian, mereka
yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi cenderung termotivasi dengan
situasi kerja yang penuh tantangan dan persaingan; orang dengan kebutuhan
prestasi yang rendah cenderung akan berprestasi jelek dalam situasi yang sama
(Romano, 2007).
Mc. Clelland juga mengungkapkan bahwa kebutuhan untuk berafiliasi
adalah kebutuhan untuk ingin tetap bekerja di sekeliling rekan kerjanya. Individu
memiliki kecenderungan untuk tetap berada dalam “lingkungan kenyamanan”
yang dikenalnya dan dikuasai oleh dirinya.(Stoner, 1997)
2) Teori Keadilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi
pekerjaan adalah evaluasi individu atas keadilan dari penghargaan yang diterima.
Keadilan dapat didefinisikan sebagai rasio antara input usaha individu dengan
hasil yang mereka dapatkan. Teori ini mengungkapkan bahwa seseorang akan
41
41
temotivasi jika mereka mengalami kepuasan dengan yang mereka terima dari
upaya dalam proporsi dengan usaha yang mereka telah lakukan. Orang menilai
keadilan dari imbalan yang mereka dapatkan dengan imbana yang diterima oleh
orang lain untuk input yang serupa (Stoner,1996). Teori ini berasumsi bahwa
motivasi dapat timbul akibat kondisi ketidakadilan. Ketidakadilan dapat
dipersepsikan sebagai kondisi nyata ketidakadilan maupun sebagai “ketidakadilan
yang dipersepsi”. Ketidakadilan nyata dapat terjadi akibat adanya diskriminasi
hak dan kewajiban. Misalnya seorang anak pejabat mendapat fasilitas belajar yang
lebih dibandingkan siswa lainnya, maka dapat menimbulkan kecemburuan dari
siswa lainnya untuk melakukan sesuatu, misalnya melakukan protes ataupun
berusaha belajar giat untuk menunjukkan bahwa dirinya memiliki hak yang sama
dengan siswa lainnya.
Keadilan dapat juga merupakan sesuatu nilai yang dipersepsi oleh individu.
Contohnya jika seorang siswa mendapatkan nilai yang kurang baik, sementara
siswa lainnya mendapatkan nilai yang lebih baik; maka dia dapat menganggap
bahwa terjadi “ketidakadilan” karena keduanya telah sama-sama berusaha belajar,
sehingga timbul upayanya untuk mengejar dengan belajar lebih giat atau
mengalihkan usahanya untuk mencapai prestasi yang lain.
3) Teori Penguatan
Teori penguatan sangat terkait dengan pemikiran dari B.F Skinner tentang
tingkah laku, yaitu bahwa tingkah laku di masa lampau mempengaruhi tindakan di
masa depan dalam proses belajar siklis. Proses ini dapat dinyatakan sebagai
berikut:
42
42
Rangsangan Respons Konsekuensi Respon masa depan
Dalam pandangan ini, tingkah laku sukarela seseorang (respons) terhadap
suatu situasi atau peristiwa (rangsangan) merupakan penyebab dari konsekuensi
tertentu. Bila konsekuensi itu positif, pada masa depan orang cenderung
memberikan respons serupa dalam situasi serupa. Bila konsekuensi tidak
menyenangkan orang akan mengubah tingkah lakunya untuk menghindari
konsekuensi tadi.
Teori penguatan mengasumsikan bahwa motivasi dapat dimodifikasi akibat
adanya faktor dorongan dari luar yaitu adanya penguatan dan pengekangan untuk
melakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu. Penguatan dapat diciptakan oleh
lingkungan sosial atau oleh suatu regulasi yang mengatur individu. Penguatan
positif (positive reinforcement) baik berupa hadiah atau peningkatan status untuk
pencapaian sesuatu dapat membangkitkan motivasi individu untuk melakukan
sesuatu. Sebaliknya adanya penguatan negative (negative reinforcement) dapat
menyebabkan seseorang berusaha untuk menghindari sesuatu. Baik penguatan
positif maupun penguatan negative kadang diperlukan dalam suatu sinergi
sehingga mampu menggerakkan individu. (Stonner, 1997)
4) Teori Harapan
Menurut teori harapan orang memilih cara bertingkah laku dari antara
alternatif serangkaian tindakan, berdasarkan harapan mereka aka apa yang
diperoleh dari setiap tindakan. Teori harapan mengasumsikan bahwa seseorang
akan memiliki motivasi jika mereka memiliki cita-cita atau visi yang jelas tentang
43
43
bagaimana mereka akan menjadi atau menuju. Cita-cita memberikan cerminan
pada diri tentang hal-hal yang akan diraih oleh individu atau sekelompok orang
yang nantinya akan memacu mereka untuk meraihnya. Gambaran akan masa
depan memberikan arah dan tujuan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh
individu, kriteria waktu pencapaian serta bagaimana mengatasi hambatan-
hambatan dalam upaya mencapai tujuan tersebut.
David Nadler dan Edward Lawler dalam Stoner (1996:147) mengungkapkan
empat macam asumsi berdasarkan pendekatan harapan:
a) tingkah laku ditentukan dari kombinasi faktor-faktor dalam individu dan
faktor dalam lingkungan
b) individu secara sadar membuat keputusan mengenai tingkah laku mereka
c) individu mempunyai kebutuhan, keinginan serta sasaran yang berbeda
d) individu memilih diantara alternatif tingkah laku atas dasar harapan mereka
bahwa suatu tingkah laku akan membawa hasil yang diinginkan.
Asumsi diatas menjadi dasar untuk model harapan yang mempunyai tiga
komponen utama yaitu:
a) Harapan hasil prestasi
Individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku mereka.
Harapan ini, nantinya akan mempengaruhi keputusan mereka tentang cara
bertingkah laku. Misalnya seorang siswa yang mengharapkan mendapat nilai
tinggi di sekolah, memutuskan untuk mengikuti kursus pelajaran tambahan, dan
sebagainya.
44
44
b) Valensi
Valensi adalah kekuatan untuk memotivasi. Hasil dari suatu tingkah laku
tertentu mempunyai suatu valensi khusus. Misalnya adanya pemberian beasiswa
bagi siswa yang berprestasi memiliki valensi yang tinggi bagi siswa miskin,
namun valensi rendah bagi siswa yang relative kaya; bagi siswa yang kaya
mungkin lebih baik mereka mendapat piala atau sertifikat.
c) Harapan prestasi usaha
Harapan individu mengenai hambatan dan kesulitan untuk melaksanakan
tugas atau mencapai prestasi mempengaruhi keputusan mengenai tingkah laku
mereka. Kalau diberi pilihan, individu cenderung memilih tingkat pelaksanaan
yang tampaknya memberi peluang terbaik untuk mencapai hasil yang mereka
harapkan (Stoner, 1996:148)
5) Teori Menentukan Sasaran
Teori menentukan sasaran memusatkan pada proses penentuan sasaran
diri. Edwin Locke dalam Moreno (2007) mengungkapkan bahwa manusis
memiliki kecenderungan untuk menentukan sasaran dan berusaha berjuang keras
untuk mencapainya hanya bermanfaat kalau orang tersebut memahami dan
menerima sasaran tertentu. Seseorang tidak akan termotivasi bila mereka tidak
mempunyai dan mengetahui mereka tidak mempunyai ketrampilan yang
diperlukan untuk mencapai kebutuhan tadi.
Menurut teori menentukan sasaran, orang termotivasi kalau mereka
bertingkah laku dalam cara yang menggerakkan mereka ke sasaran tertentu yang
45
45
jelas, yang mereka terima dan terdapat harapan cukup besar untuk dicapai. Jadi
teori ini menggabungkan teori harapan dan teori penguatan sebagai cara berbeda
untuk menjelaskan mengapa orang bertingkah laku seperti yang ditunjukkan.
Edwin Locke dalam Ahmad Sudradjat (2008) mengemukakan bahwa
dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c)
tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-
strategi dan rencana-rencana kegiatan
Christoper Earley dan Christine Shalley dalam Stoner (1996:152)
mengungkapkan terdapat empat tahap proses menentukan sasaran:
a) menetapkan standar untuk dicapai
b) evaluasi apakah standar tersebut telah dicapai
c) evaluasi apakah standar sesuai dengan sasaran pribadi
d) standar diterima, dengan demikian sasaran ditetapakan dan tingkah laku
diarahkan ke arah sasaran/tujuan.
d. Pengertian motivasi belajar
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar (Sutikno, 2005)
46
46
Menurut Linda S. Lumsden dalam Sunarto (2008) motivasi belajar adalah
keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam prose pembelajaran Siswa
pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri
karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya
terpenuh. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka
memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri,
seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru (Marx Lepper dalam
Sunarto,2008)
Menurut Hermine Marshall dalam Sunarto (2008) Istilah motivasi belajar
mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar
adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar
tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat
lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di
dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang
dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus
dalam rangka mencapai tujuan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka motivasi belajar adalah
dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka
mencapai tujuan.
47
47
Dengan adanya dorongan di atas, maka motivasi belajar erat kaitannya
dengan tujuan yang akan dicapai, maka keadaan yang menyebabkan timbulnya
belajar mereka, sehingga adanya tujuan-tujuan baru yang akan dicapai lagi.
Timbulnya kegiatan belajar biasanya didorong oleh suatu atau beberapa
keinginan, hasrat, kemauan atau kebutuhan. Dengan demikian tampaklah betapa
pentingnya motivasi belajar di dalam diri setiap murid.
Dalam melakukan aktivitas, seseorang didorong oleh adanya faktor-faktor
kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya
pengaruh perkembangan budaya manusia. Sebenarnya semua faktor-faktor itu
tidak dapat dipisahkan dari soal kebutuhan, kebutuhan dalam arti luas, baik
kebutuhan yang bersifat biologis maupun psikologis.
e. Ciri-ciri Motivasi
Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi, perlu
dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap
orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ridwan,2002):
1) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan
dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi
yang telah dicapainya).
3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang
dewasa.
4) lebih senang bekerja mandiri.
48
48
5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif).
6) dapat mempertahankan pendapatnya. (kalau sudah yakni akan sesuatu)
7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8) senang mencari dan memecahkan maasalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu
memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat
penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan
berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan
berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik
tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa yang harus
mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup
rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsive terhadap
berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu
semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya
dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal (Ridwan, 2002)
f. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka diperlukan
adanya motivasi. Perlu ditekankan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi (Ridwan, 2002):
1) mendorong manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan
49
49
2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan. Apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang
akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan
kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu
atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi motivasi lain. Motivasi dapat juga
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu
usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang
tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu
akan dapat menelurkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan
sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
g. Macam-macam motivasi belajar
1) Motivasi intrinsik
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
50
50
2) Motivasi ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
h. Strategi meningkatkan motivasi
Sebagai pendidik dan pengajar, guru melakukan kegiatan membimbing dan
mendorong siswa dalam kegiatan belajar siswa. Ia disebut juga pembimbing dan
motivator yang berperan serta khusus bagi siswa untuk mendorong kegiatan
belajar siswa dalam situasi belajar yang dirancang oleh guru. Aspek yang perlu
dilihat oleh guru dari siswa adalah perkembangan pribadi seutuhnya yang
memiliki nilai-nilai dan norma-norma dan bagaimana siswa memiliki nilai-nilai
tersebut dalam belajar. Guru memerlukan pengetahuan dan keterampilan edukatif
untuk melakukan kegiatan ini.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, sebagai berikut (Sutikno,2005):
1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada
siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang
belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
51
51
3) Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya.
4) Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5) Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik.
a) membentuk kebiasaan belajar yang baik
b) membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
c) menggunakan metode yang bervariasi, dan
d) menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
52
52
5. Media Pembelajaran
a. Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yang adalah bentuk jamak dari medium
yang berarti perantara atau pengantar. Adapun penjabaran tokoh-tokoh tentang
pengertian media pembelajaran antara lain (Herry Sondjaja dan Sobirun, 2008):
1) Menurut Berlach dan mengemukakan bahwa media dalam proses
pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis
untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.
2) Menurut Heinich, dkk media pembelajaran adalah media-media yang
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau
mengandung maksud-maksud pembelajaran.
3) Martin dan Briggs mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup
semua sumber yang di perlukan untuk melakukan komunikasi dengan si-
belajar. Hal ini bisa berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang
digunakan pada perangkat keras.
4) Menurut H Malik media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat di
gunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si-belajar dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu .
b. Fungsi
Media memiliki berbagai fungsi antara lain (Ahmad Sudradjat, 2008):
53
53
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para pebelajar.
Pengalaman tiap pebelajar berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang
menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan
melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan
tersebut. Jika pebelajar tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari,
maka obyeknyalah yang dibawa ke pebelajar. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk
nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan
secara audio visual dan audial.
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh
para pebelajar tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu
besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek
yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang
bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada pebelajar.
3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
pebelajar dengan lingkungannya.
4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
54
54
8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak
c. Manfaat
Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar
mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru
melalui kata-kata atau kalimat. Keefektifan daya serap pebelajar terhadap bahan
pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan
anak didik memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan
alat bantu. Bahkan diakui alat bantu dapat melahirkan umpan balik yang baik dari
pebelajar. Dengan menggunakan alat bantu yang akseptabel, pebelajar akan lebih
bergairah dalam belajar (Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 2-3)
Salah satu upaya untuk mengembangkan variasi belajar adalah dengan
memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal variasi media pandang, variasi
media dengar, maupun variasi media taktil. Penggunaan media yang tepat dapat
meningkatkan dan memelihara perhatian pebelajar terhadap relevansi proses
belajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, memberi
kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual dan mendorong pebelajar
untuk belajar (Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain, 2006:3).
Edgar Dalle dalam Soekidjo Notoatmodjo (1997: 109) mengemukakan
tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) berikut ini :
55
55
Gambar 2. Kerucut Pengalaman Dale
Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari
yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi,
yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan
implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran
Allen dalam Ahmad Sudradjat (2008) mengemukakan tentang hubungan
antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di
bawah ini :
Pengalaman Langsung
Pengalaman Buatan
Demonstrasi
Dramatisasi
Pameran
Gambar Hidup
Radio, Rekaman, Gambar Mati
Lambang Verbal
Lambang Visual
Karyawisata
56
56
Tabel 1. Kekuatan Media dan Tujuan Pembelajaran
Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam
Gambar Hidup
Televisi
Obyek Tiga Dimensi
Rekaman Audio
Programmed Instruction
Demonstrasi
Buku teks tercetak
S T S S R R
S T T T S S
S S T S R S
R T R R R R
S R R S R S
S S S T R S
R S R T S S
S R S S R S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Contoh : bila tujuan atau kompetensi pebelajar bersifat menghafalkan kata-kata
tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi
57
57
yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat
digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas),
maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria
lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan;
keadaan pebelajar; ketersediaan; dan mutu teknis (Ahmad Sudradjat, 2008).
d. Macam-macam media belajar
Pada prinsipnya terdapat tiga macam alat bantu pendidikan (Soekidjo
Notoatmodjo, 1997:111):
1) Alat bantu lihat (Visual Aids)
Terdiri atas alat yang diproyeksikan seperti slide, film, film strip dan
sebagainya. Sedangkan alat yang tidak diproyeksikan dapat berbentuk dua
dimensi seperti gambar, peta, bagan dan sebagainya, atau bentuk tiga dimensi
seperti patung, boneka, bola dunia dan sebagainya
2) Alat bantu dengar (Audio Aids)
Ialah alat bantu yang menstimulasi indera pendengaran. Media ini dapat
berupa radio, kaset pita, piringan hitam dan sebagainya
3) Alat bantu lihat dengar (Audio Visual Aids)
Ialah alat bantu yang menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran
secara bersama, terdiri atas televisi, video (VCD,DVD, VTR) dan komputer.
e. Media dan Pembelajaran
Menurut Moreno dan Mayer (2000) manusia dapat mengintegrasikan
informasi dari berbagai alat penerima sensorik (sensorik modalitas) yang berbeda
menjadi satu pengalaman yang bermakna sehingga kualitas pendidikan dapat
58
58
ditingkatkan dengan mengintegrasikan dan mengkombinasikan beberapa sumber
untuk meningkatkan pembelajaran yang bermakna. Terdapat dua teori kognitif
yang mendukung penggunaan media pembelajaran yaitu teori masukan kognitif
(cognitive load theory) dan teori pembelajaran konstuktivistik (constructivistic
learning theories). Kedua teori ini mengasumsikan bahwa (a) memori yang
bekerja pada seseorang meliputi memori auditorik dan visual yang masing-masing
bekerja sendiri-sendiri (b) setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas
(c) manusia memiliki sistem yang terpisah untuk merepresentasikan informasi
verbal dan non verbal (d) pembelajaran yang bermakna terjadi manakala pebelajar
memilih informasi yang relevan dan mengelompokkan dalam suatu simpanan
ingatan dalam bentuk koheren dan membuat hubungan antara ingatan yang
tersimpan.
Gambar 3. Proses Kognitif Pada Pembelajaran Multimedia (Sumber : Moreno & Richard, 2000)
Pengetahuan
Sebelumnya
Kata-kata
gambar
Telinga
Mata
Kata
Terpilih
citra
Terpilih
Kata berbasis
suara
Gambar visual
Model mental verbal
Model mental Gambar
Kata
Terorganisir
Kata
Terorganisir
Integrasi
PRESENTASI MULTIMEDIA
MEMORI SENSORIK
MEMORI KERJA (WORKING MEMORY)
MEMORI JANGKA
PANJANG
59
59
6. Pemasangan Selang NGT
a. Pengertian
Pemasangan NGT adalah tindakan memasukkan selang melalui hidung
hingga menuju lambung.
b. Tujuan
Tujuan pemasangan NGT adalah:
1) memenuhi kebutuhan cairan/ elektrolit pasien
2) memudahkan akses pemberian obat secara intravena
3) memberikan darah/ produk darah
4) memenuhi nutrisi bagi pasien
c. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan :
1) selang NGT
2) sarung tangan bersih
3) pengalas
4) plaster
5) gunting plaster
6) bengkok/basin
7) air minum
8) stetoskop
9) spuit 50 cc
10) kertas lakmus (kalau ada)
11) senter / rhinoskop
60
60
d. Teknik
Prosedur pelaksanaan pemasangan selang NGT adalah :
1) siapkan klien, minta persetujuan setelah mendapatkan penjelasan seperlunya
tentang tujuan, jenis prosedur.
2) tanyakan adakah masalah hidung sebelumnya (trauma, hidung buntu, dan
lain-lain)
3) siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
4) siapkan lingkungan.
5) cuci tangan
6) siapkan plaster
7) gunakan sarung tangan
8) buka pembungkus selang, lalu lakukan pengukuran panjang selang
9) siapkan posisi pasien, pasang pengalas dan dekatkan bengkok
10) beri ujung selang NGT dengan jelly
11) masukkan selang berlahan melalui lubang hidung, jika terdapat hambatan,
maka masukkan melalui lubang sebelahnya
12) jika selang telah masuh sekira ujung selang masuk sedalam oropharing, putar
selang 180 derajat untuk menghindari selang kembali ke mulut
13) masukkan selang sehingga tanda yang telah ditetapkan, Pada saat selang
masuk mulut anjurkan pasien untuk menelan dan atau juga minum air untuk
memudahkan masuknya selang ke dalam lambung
61
61
14) setelah mencapai batas selang, periksa/ pastikan bahwa selang telah masuk
kedalam lambung menggunakan stetoskop atau melalui aspirasi cairan
lambung menggunakan spuit 50 cc
15) jika telah pasti bahwa ujung selang masuk dalam lambung, tutup ujung selang
dan pasang plaster
16) bereskan alat-alat
e. Kedudukan pengajaran pemasangan NGT dalam pendidikan
Materi pengajaran keterampilan pemasangan NGT merupakan bagian dari
pendidikan keperawatan dan merupakan salah satu ketrampilan dasar yang harus
dikuasai oleh perawat. Dalam Kurikulum Akademi Keperawatan Pamenang
materi pemasangan NGT termasuk dalam mata ajar Kebutuhan Dasar Manusia
dalam Sub Mata Ajar Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Materi ini
diberikan kepada mahasiswa tahun pertama semester II (Akper Pamenang, 2003).
Ketrampilan pemasangan NGT sangat penting dan harus dikuasai karena
tindakan pemasangan NGT merupakan salah satu prosedur yang paling banyak
dilakukan pada pasien yang harus dilakukan rawat inap di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan lainnya.
62
62
B. Penelitian Relevan
Menurut hasil penelitian dari Moreno dan Richard (2000) terhadap
sekelompok siswa, diperoleh bahwa adanya prinsip pembagian perhatian dimana
setiap individu yang sedang menangkap informasi dari sumber yang bersamaan
akan membagi perhatiannya sehingga memperoleh hasil yang kurang baik
dibandingkan jika mereka mendapat informasi dari satu sumber saja.
Penelitian dari Moreno dan Richard (1998) untuk mengetahui apakah
seseorang yang mendapat informasi secara verbal lebih baik daripada
menggunakan teks; menunjukkan bahwa pelajar yang mendapat informasi melalui
animasi dan narasi verbal lebih baik dibandingkan mereka yang mendapat
informasi melalui animasi dan teks.
Penelitian yang dilakukan oleh Moreno dan Meyer (1999) untuk
mengetahui apakah lebih baik narasi diberikan secara simultan atau terpotong-
potong, menghasilkan kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
kelompok yang mendapat informasi secara terpotong maupun yang mendapat
informasi secara kontinyu.
Hasil penelitian oleh Samual Mousavi dkk (1995) dan Richard E. Mayer
(1997) menghasilkan kesimpulan bahwa penyampaian konsep keilmuan yang sulit
kepada pelajar baik secara auditorik dan visual secara bersama-sama akan lebih
efisien (lebih mudah dan cepat) dibandingkan dengan jika informasi diberikan
secara sendiri-sendiri. Penjelasan dari penelitian ini adalah bahwa pikiran sadar
manusia didukung oleh “penguat” (buffer) auditorik dan visual yang secara
khusus menyimpan representasi simbolik dari informasi yang dipelajari.
63
63
Penyangga ini memungkinkan informasi tersimpan baik dalam bentuk visual
maupun aural (suara) (Clark & Morison, 2002).
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori-teori diatas, maka dapat disusun kerangka berfikir sebagai
berikut:
Prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang telah dicapai seseorang yang
telah mengerjakan sesuatu hasil kegiatan belajar. Keberhasilan belajar adalah
penguasan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh setiap mata
pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dalam bentuk nilai test angka yang diberikan
setiap guru. Keberhasilan belajar atau disebut juga prestasi belajar adalah hasil
yang telah dicapai seseorang yang telah mengerjakan serangkaian proses belajar
mengajar atau penguasaan pangetahuan dan keterampilan yang umumnya
diwujudkan dalam bentuk nilai test. Keberhasilan seseorang untuk belajar
dipengaruhi oleh banyak hal seperti intelegensi, gaya belajar, dukungan sosial dan
derajat kesehatan termasuk sarana dan metode belajar. Seseorang dapat belajar
dengan baik jika seseorang memiliki tujuan belajar, suasana hati yang
mendukung, adanya hukuman dan hadiah sebagai konsekuensi belajar serta
didukung oleh media dan metode belajar yang memadai.
Untuk mewujudkan tujuan belajar, maka perlu dikembangkan media dan
metode pengajaran yang tepat dan menarik. media dapat menanamkan konsep
dasar yang benar, konkrit, dan realistis, membangkitkan keinginan dan minat
64
64
baru. serta mampu membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
Penggunaan media yang tepat maka dapat meningkatkan dan memelihara
perhatian pebelajar terhadap relevansi proses belajar, memberikan kesempatan
kemungkinan berfungsinya motivasi, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas
belajar individual dan mendorong pebelajar untuk belajar.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Dengan motivasi seorang anak akan belajar lebih baik daripada yang tidak
termotivasi dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar.
Media belajar juga meningkatkan/ mengoptimalkan penggunaan indera pada
saat belajar sehingga proses input informasi ke dalam memori belajar menjadi
lebih baik. Input informasi merangsang stimulasi kognitif menyebabkan proses
belajar menjadi lebih optimal sehingga diharapkan hasil belajar menjadi lebih
optimal pula.
65
65
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 4. Kerangka Konseptual
Faktor yang mempengaruhi: 1) Tujuan Belajar 2) Suasana hati 3) Penghargaan dan Hukuman 4) Metode Belajar 5) Media Belajar
Pengetahuan
Belajar dengan Video
Visualisasi proses mengerjakan sesuatu (Dimyati dan Mudjiono,
1999)
Motivasi Belajar
Terjadi stimulasi kognitif dan pengolahan informasi
Pemanfaatan Indera Secara Optimal : Penglihatan
danPendengaran
Keterampilan
Faktor yang mempengaruhi Belajar 1) Intelegensi 2) Gaya Belajar 3) Dukungan sosial 4) Derajat kesehatan
Faktor yang mempengaruhi Belajar : Bahan Belajar Alat dan Sarana Evaluasi
Belajar dengan
Phantom
66
66
D. Hipotesis
a. Prestasi belajar mahasiswa yang mendapat pembelajaran pemasangan NGT
dengan media VCD lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran dengan
media phantom
b. Motivasi belajar mahasiswa yang mendapat pembelajaran pemasangan NGT
dengan media VCD lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran dengan
media phantom
67
67
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu penelitian
yang menggunakan data berupa angka atau diangkakan. Desain penelitian
ditetapkan jenis eksperimental pendekatan pre-post test design, yaitu pengukuran
variabel dilakukan sebelum dan setelah dilakukan tindakan/ perlakuan (Nursalam,
1999). Variabel yang diukur/ diuji adalah prestasi dan motivasi. Alur pelaksanaan
penelitian sebagai berikut:
Pre Perlakuan Post
Klp 1/ Tk I A Test 1 Phantom Test 2
Klp 2/ Tk. I B Test 1 Pemutaran VCD Test 2
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Akademi Keperawatan Pamenang, sebuah lembaga
pendidikan milik Pemerintah Kabupaten Kediri, dengan jumlah mahasiswa 206
orang. Lokasi kampus terletak di Jl. Sukarno-Hatta No. 1 Bendo Pare Kediri,
dengan dipimpin oleh direktur. Mahasiswa terdiri atas 6 (enam) kelas yang terdiri
atas dua kelas semester II, dua kelas semester IV dan dua kelas semester VI.
Jumlah mahasiswa sebagai responden penelitian terdiri atas 32 mahasiswa tingkat
68
68
I A dan 34 mahasiswa tingkat I B. Pembelajaran kelas dan laboratorium dilakukan
di masing-masing kelas dan tidak dilakukan kelas gabung
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 bertempat di Akademi
Keperawatan Pamenang.
C. Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Akper Pamenang tingkat I
(angkatan 2008) sejumlah 66 mahasiswa, yang terdiri atas dua kelas (yaitu kelas I
A dan kelas I B). Seluruh mahasiswa tingkat I (Angkatan 2008) dijadikan sebagai
obyek penelitian. Obyek penelitian terdiri atas mahasiswa dalam rentang
kelompok umur antara 19 sampai 23 tahun, dengan kelompok umur paling banyak
berusia 20 tahun sebanyak 30 orang. Obyek penelitian terdiri atas 26 mahasiswa
laki-laki dan 40 mahasiswa perempuan. Hasil pengukuran/ uji Psikologi dari
lembaga psikologi independen pada tahun 2009 didapatkan IQ global sebagian
besar berada pada skor 2 (rentang 1-5).
Sampel penelitian ditetapkan sejumlah 66 orang, ditentukan dengan teknik
total sampling (exhausted sampling).
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen : Pembelajaran dengan Media Phantom
Pembelajaran dengan media phantom adalah rangkaian kegiatan belajar
dimana pengajar menyampaikan materi menggunakan phantom serta alat dan
bahan lainnya untuk mempertunjukkan prosedur pemasangan selang
69
69
Nasogastric tube di hadapan pebelajar. Pelaksanaan pengajaran dilakukan
pada satu kelas (tingkat I A) pada tanggal 8 Desember 2009. Variabel ini
tidak diukur, namun dikontrol oleh peneliti dengan menggunakan Satuan
Acara Perkuliahan (SAP) yang telah ditetapkan oleh peneliti.
2. Variabel Independen : Pembelajaran dengan media VCD
Adalah pembelajaran/ kegiatan belajar di dalam kelas dimana pengajar
menyampaikan materi dengan mempertunjukkan prosedur pemasangan
selang Nasogastric tube di hadapan pebelajar dengan menggunakan sarana
film/VCD. Pelaksanaan pengajaran dilaukan pada satu kelas (tingkat I B)
pada tanggal 9 Desember 2009. Variabel penelitian ini tidak diukur, namun
dikontrol oleh peneliti dengan menggunakan Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
yang telah ditetapkan oleh peneliti
3. Variabel Dependen: Prestasi
Prestasi dalam penelitian ini adalah kapabilitas yang dimiliki oleh pebelajar
(mahasiswa) terkait teknik pemasangan NGT, terutama pada aspek kognitif .
Pengukuran prestasi dilakukan dengan melakukan test. Pengukuran dilakukan
dengan pendekatan pre test dan post test, yaitu pengetahuan diukur sebelum
dan setelah dilakukan pembelajaran.
4. Variabel Dependen: Motivasi
Motivasi adalah rasa ketertarikan yang dimiliki oleh mahasiswa untuk
mengikuti/ menyimak kegiatan perkuliahan. Motivasi diukur dengan
menggunakan kuesioner dalam bentuk skala semantic differensial.
Pengukuran dilakukan setelah pembelajaran (post test).
70
70
E. Pengumpulan Data
1. Prestasi
Pengumpulan data prestasi dilakukan dalam bentuk test dengan
menggunakan soal obyektif (pilihan ganda) yang diberikan sebelum dan setelah
pembelajaran (pre dan post test) dengan jumlah pilihan tiga item tiap butir soal.
Soal yang digunakan untuk mengukur prestasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Indikator Butir Soal dan Jumlah Soal Prestasi
Indikator Jumlah Soal
Pengertian dan Tujuan
Alat dan Bahan
Alur tindakan
2
8
6
Jumlah soal 16
Penetapan Prestasi mahasiswa dilakukan dengan menggunakan skor
nilai, yang ditetapkan dengan formula:
Keterangan :
N : Nilai
Σf : Frekuensi jawaban benar
n : Jumlah seluruh soal
2. Motivasi
Pengumpulan data motivasi mahasiswa setelah dilakukan pembelajaran
menggunakan kuesioner dengan skala semantic differensial dengan rentang nilai 1
f n X 100 N =
71
71
sampai 5. Adapun indikator dan jumlah soal untuk mengukur motivasi adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Indikator Butir Soal dan Jumlah Soal Motivasi
Indikator Jumlah Soal
Menunjukkan minat
Ulet menghadapi kesulitan
Senang bekerja sendiri
Cepat bosan terhadap tugas rutin
4
4
4
3
Jumlah soal 15
F. Pengujian Alat Ukur
Sebelum alat ukur digunakan dalam penelitian, maka dilakukan pengujian
alat ukur dengan menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan setelah alat ukur diujicobakan
pada peserta coba yaitu mahasiswa Akbid Pamenang tingkat I sejumlah 80
mahasiswa yang terdiri atas mahasiswa tingkat I A dan tingkat I B. Pengujian
dilakukan pada mahasiswa Akbid Pamenang karena mahasiswa Akbid Pamenang
juga mendapatkan pengajaran pemasangan NGT. Pengujian validitas dilakukan
dengan menggunakan uji korelasi pearson (korelasi product moment) dan
dilakukan pengujian reliabilitas butir soal dengan bantuan computer (reliability
test) dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Penarikan kesimpulan
terhadap validitas alat ukur dilakukan jika terdapat korelasi yang signifikan dan
cukup kuat antara butir soal dengan nilai total; sedangkan penentuan reliabilitas
72
72
alat ukur dilakukan dengan menggunakan pedoman bahwa jika nilai Alpha
Cronbach lebih besar dari 0,600 maka soal secara umum dianggap telah
memenuhi reliabilitas.
Hasil pengujian validitas dengan korelasi Product Moment setelah dilakukan
uji coba dan perbaikan akhir adalah:
Tabel 4. Validitas Item /Butir Soal Prestasi
Item soal validitas Item soal validitas
1 Valid (p=0,000) 9 Valid (p=0,030)
2 Valid (p=0,002) 10 Valid (p=0,024)
3 Valid (p=0,000) 11 Valid (p=0,004)
4 Valid (p=0,003) 12 Valid (p=0,024)
5 Tidak Valid (p=0,846) 13 Valid (p=0,045)
6 Valid (p=0,007) 14 Tidak Valid (p=0,717)
7 Valid (p=0,001) 15 Valid (p=0,002)
8 Valid (p=0,001) 16 Valid (p=0,018)
Hasil uji validitas didapatkan dua soal (butir 5 dan 14) yang tidak valid dan
untuk penelitian selanjutnya dikeluarkan dari instrument test. Uji reliabilitas soal
untuk prestasi dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach dan didapatkan nilai
0,672 (soal reliabel). Dari hasil pengujian maka dapat dinyatakan bahwa soal
untuk mengukur prestasi layak digunakan, dengan ketetapan bahwa butir soal
nomor 5 dan 14 dilekuarkan dari instrument (tidak digunakan untuk pengujian).
73
73
Hasil pengujian validitas dengan korelasi Product Moment untuk butir soal
motivasi setelah dilakukan uji coba dan perbaikan akhir adalah:
Tabel 5. Validitas Item/Butir Soal Motivasi
Item soal validitas Item soal validitas
1 Valid (p=0,000) 9 Valid (p=0,000)
2 Valid (p=0,000) 10 Valid (p=0,000)
3 Valid (p=0,000) 11 Valid (p=0,000)
4 Valid (p=0,000) 12 Valid (p=0,000)
5 Valid (p=0,000) 13 Valid (p=0,001)
6 Valid (p=0,000) 14 Valid (p=0,000)
7 Valid (p=0,000) 15 Valid (p=0,000)
8 Valid (p=0,000)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa butir seluruh butir kuesioner motivasi
valid untuk digunakan dalam penelitian. Uji reliabilitas dengan menggunakan
Alpha Cronbach didapatkan nilai 0,771, yang berarti bahwa soal reliabel. Dari
hasil diatas dapat dinyatakan bahwa butir soal pada kuesioner motivasi layak
digunakan dalam penelitian.
74
74
G. Analisa Data
Analisis data dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
1. Penarikan kesimpulan untuk hipotesis tentang perbedaan prestasi antara dua
kelompok dilakukan dengan menggunakan uji Mann-withney test dengan α =
0,05 dengan membandingkan nilai hasil post test antara kelompok kelas I A
dan kelas I B. Jika nilai p kurang dari 0,05 berarti Hipotesis nol ditolak atau
hipotesis penelitian diterima, yaitu terdapat perbedaan prestasi mahasiswa
yang mendapat pembelajaran dengan media phantom dan dengan media VCD.
2. Penarikan kesimpulan untuk hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
Mann Withney test dengan α = 0,05 dengan membandingkan nilai hasil post
test antara kelompok kelas I A dan kelas I B. Jika nilai p kurang dari 0,05
berarti Hipotesis nol ditolak atau hipotesis penelitian diterima, yaitu terdapat
perbedaan tingkat motivasi mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan
media phantom dan dengan media VCD.
75
75
BAB IV
HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
1. Motivasi
a. Motivasi mahasiswa tingkat I A (mendapat media phantom)
Motivasi mahasiswa setelah pembelajaran pada kelompok tingkat I A
(mendapat media Phantom) adalah sebagai berikut:
Nilai terrendah = 37
Nilai tertinggi = 71
Rata-rata nilai = 53,97
Standar deviasi = 10,73
Adapun distribusi frekuensi motivasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Mahasiswa Tingkat I A
Rentang Nilai Frekuensi
37 – 42
43 – 48
49 – 54
55 – 60
61 – 66
67 – 73
5
7
4
6
5
5
Total 32
76
76
Adapun distribusi data diatas dapat digambarkan dalam grafik batang sebagai
berikut:
5
7
4
6
5 5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
37 - 42 43 - 48 49 - 54 55 - 60 61 - 66 67 - 73
Motivasi
Gambar 5. Diagram Batang Skor Motivasi Mahasiswa Akper Pamenang yang mendapat Media Phantom
Dari hasil penelitian didapatkan nilai motivasi terbanyak pada kelompok
dalam rentang skor 43-48 dengan jumlah 7 orang.
77
77
b. Motivasi mahasiswa tingkat I B (mendapat media VCD)
Skor motivasi pada kelompok yang mendapatkan media film (VCD) adalah
dapat digambarkan sebagai berikut:
Nilai terrendah = 39
Nilai tertinggi = 69
Rata-rata nilai = 55,85
Standar deviasi = 9,23
Distribusi data digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Mahasiswa Tingkat I B
Rentang Nilai Frekuensi
39 – 44
45 – 50
51 – 56
57 – 62
63 – 68
69 - 74
5
7
5
6
9
2
Total 34
Adapun distribusi data dapat digambarkan dari grafik batang sebagai
berikut:
78
78
5
7
56
9
2
0123456789
10
39 - 44 45 - 50 51 - 56 57 - 62 63 - 68 69 - 73
Motivasi
Gambar 6. Diagram Batang Skor Motivasi Mahasiswa Akper Pamenang yang mendapat Media Film (VCD)
Dari hasil penelitian didapatkan mahasiswa terbanyak berada pada rentang
skor 63-68, sejumlah 9 orang.
2. Prestasi
a. Prestasi sebelum mendapatkan pembelajaran
1) Kelas I A
Hasil pengolahan data didapatkan nilai pre test pada kelompok kelas I
A dapat digambarkan sebagai berikut:
Nilai terrendah = 14,28
Nilai tertinggi = 50,00
Rata-rata nilai = 32,59
Standar deviasi = 11,17
Distribusi data penelitian dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut:
79
79
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Rentang Nilai Pre Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I A
Rentang Nilai Frekuensi
14 – 19
20 – 25
26 – 31
32 – 37
38 – 43
44 – 49
50 - 55
3
7
6
4
9
0
3
Total 32
hasil diatas dapat digambarkan dalam grafik berikut:
3
76
4
9
0
3
0123456789
10
14 - 19 20 - 25 26 - 31 32 - 37 38 - 43 44 - 49 50 - 55
Prestasi Pre Test
Gambar 7. Grafik Batang Nilai Pre Test Mahasiswa Akper Pamenang Tingkat I A
Dari hasil diatas didapatkan mahasiswa terbanyak pada rentang skor 38 – 43
dengan jumlah 9 mahasiswa.
80
80
2) Kelas I B
Selanjutnya hasil test terhadap kemampuan mahasiswa tingkat I B sebelum
mendapatkan pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Nilai terrendah = 14,29
Nilai tertinggi = 50,00
Rata-rata nilai = 32,98
Standar deviasi = 9,95
Berdasarkan distribusi data didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Rentang Nilai Pre Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I B
Rentang Nilai Frekuensi
14 – 19
20 – 25
26 – 31
32 – 37
38 – 43
44 – 49
50 - 55
3
4
9
7
9
0
2
Total 34
Hasil diatas dapat digambarkan sebagaimana grafik berikut:
81
81
34
9
7
9
0
2
0123456789
10
14 - 19 20 - 25 26 - 31 32 - 37 38 - 43 44 - 49 50 - 55
Prestasi Pre Test
Gambar 8. Grafik Batang Nilai Pre Test Mahasiswa Akper Pamenang Tingkat I B
Dari data diatas tampak bahwa hasil pre test dari kedua kelas relatif tidak
banyak perbedaan yang mencolok. Rata-rata nilai untuk kelas I A adalah 32,59
dan pada kelas I B sebesar 32,98 dengan standar deviasi kelas I A dan kelas I B
berturut-turut 11,17 dan 9,95.
b. Prestasi Setelah mendapat pembelajaran
1) Kelas I A (dengan media phantom)
Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas, maka didapatkan
prestasi mahasiswa hasil post test sebagai berikut:
Nilai terrendah = 21,43
Nilai tertinggi = 85,71
Rata-rata nilai = 56,25
Standar deviasi = 12,80
82
82
Adapun sebaran nilai dapat digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I A (yang Mendapat Media Phantom)
Rentang Nilai Frekuensi
21 - 26
27 - 32
33 - 38
39 - 44
45 - 50
51 - 56
57 - 62
63 - 68
69 - 74
75 - 80
81 - 86
1
0
0
4
10
0
6
8
0
1
2
Total 32
83
83
Hasil diatas dapat digambarkan dalam grafik berikut:
10 0
4
10
0
6
8
01
2
00
2
4
6
8
10
1221
- 26
27 -
32
33 -
38
39 -
44
45 -
50
51 -
56
57 -
62
63 -
68
69 -
74
75 -
80
81 -
86
87 -
92
Prestasi Post Test
Gambar 9. Grafik Batang Nilai Post Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I A (yang Mendapat Media Phantom)
Dari hasil didapatkan bahwa nilai rata-rata kelas meningkat dari 32,59
menjadi 56,25.
2) Kelas I B (dengan media VCD)
Adapun prestasi mahasiswa tingkat I B setelah mendapat pembelajaran
dengan menggunakan media film (VCD) adalah sebagai berikut:
Nilai terrendah = 42,86
Nilai tertinggi = 92,86
Rata-rata = 66,18
Standar Deviasi = 12,60
Distribusi data dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut:
84
84
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I B (yang Mendapat Media Film/VCD)
Rentang Nilai Frekuensi
42 - 47
48 - 53
54 - 59
60 - 65
66 - 71
72 - 77
78 - 83
84 - 89
90 - 95
2
3
7
8
5
0
5
3
1
Total 34
85
85
Hasil diatas dapat digambarkan dalam grafik berikut:
23
78
5
0
5
3
1
0123456789
42 -
47
48 -
53
54 -
59
60 -
65
66 -
71
72 -
77
78 -
83
84 -
89
90 -
95
Prestasi Post Test
Gambar 10. Grafik Batang Nilai Post Test Prestasi Mahasiswa Tingkat I B (yang Mendapat Media Film/VCD)
Dari hasil didapatkan bahwa nilai rata-rata kelas meningkat dari 32,98
menjadi 66,18.
B. Analisis Data
1. Perbedaan Prestasi Mahasiswa Yang Mendapat Pembelajaran Dengan Media
Video dibanding Phantom Pada Pembelajaran Pemasangan NGT
Untuk menentukan perbedaan prestasi sebagai indikator melihat adanya
perbedaan antara dua perlakuan, maka perlu ditetapkan kondisi awal bahwa kedua
kelompok harus setara. Kesetaraan dua kelompok ditentukan berdasarkan hasil
pre test yaitu dengan membandingkan apakah ada perbedaan nilai antara
kelompok pre test tingkat I A dan tingkat I B.
86
86
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Withney test dengan α
= 0,05 didapatkan nilai z = -0,144 dengan signifikansi 0,885. Nilai z hitung lebih
kecil dari z tabel = 1,960 dan nilai signifikansi lebih besar dari p= 0,05 dengan
keputusan hipotesis nol diterima yaitu bermakna bahwa tidak ada perbedaan yang
mendasar antara pengetahuan mahasiswa pada kelompok kelas I A dan kelas I B
sebelum pembelajaran, yang artinya bahwa kedua kelompok setara.
Pengujian perbedaan prestasi antara kelompok tingkat I A dan tingkat I B
setelah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Withney test
dengan α = 0,05 didapatkan nilai z = -3,071 dengan signifikansi 0,002. Nilai
absolut dari z hitung lebih besar dari z tabel = 1,960 dan nilai siginifikansi lebih
kecil dari p= 0,05, dengan demikian keputusan hipotesis nol ditolak yaitu
bermakna bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan
mahasiswa pada kelompok kelas I A dan kelas I B.
2. Perbedaan Motivasi Mahasiswa Yang Mendapat Pembelajaran Dengan Media
Video dibanding Phantom Pada Pembelajaran Pemasangan NGT
Pengujian perbedaan antara motivasi mahasiswa yang mendapat
pembelajaran dengan media video dibanding phantom pada pembelajaran
pemasangan NGT dilakukan dengan membandingkan nilai hasil kuesioner antara
dua kelompok, dengan menggunakan uji Mann-Withney test dengan α = 0,05
didapatkan nilai z hitung = -0,0739 dengan signifikansi 0,460. Nilai absolut dari z
hitung lebih kecil dari z tabel=1,960; sedangkan nilai signifikansi lebih besar dari
p= 0,05 dengan keputusan hipotesis nol diterima yaitu bermakna bahwa tidak ada
87
87
perbedaan yang signifikan antara motivasi mahasiswa pada kelompok kelas I A
dan kelas I B.
C. Pembahasan
1. Perbedaan Prestasi Mahasiswa Yang Mendapat Pembelajaran Dengan Media
Video dibanding Phantom Pada Pembelajaran Pemasangan NGT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara prestasi mahasiswa yang mendapat media video dibanding dengan media
phantom dimana kelompok yang mendapat media video memiliki prestasi lebih
baik dibandingkan mereka yang mendapatkan media phantom.
Soekidjo Notoatmodjo (1997: 127) mengungkapkan bahwa pengetahuan
adalah hasil tahu dari seseorang setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap sesuatu. Hakekat belajar adalah upaya meningkatkan pengetahuan ,
perilaku dan ketrampilan menggunakan dan mengolah bahan pelajaran (Dimyati
dan Mudjiono (1999:295). Gagne menyatakan bahwa hasil dari belajar adalah
kapabilitas, artinya terjadi peningkatan kemampuan individu sebagai hasil dari
belajar. Kemampuan ini disebabkan adanya stimulasi dari lingkungan dan adanya
proses kognitif dari pebelajar. Dari pemahaman ini maka dapat dimaklumi pada
kelompok mahasiswa yang telah mendapat pelajaran mendapatkan nilai yang
relatif baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya saat mereka belum
mendapatkan materi yang memadai tentang substansi yang dilakukan test.
Mengacu pada teori kogntif tentang multimedia, didapatkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan video dan phantom akan menyebabkan stimulasi pada
88
88
memori sensorik (visual dan aural) secara bersama-sama sehingga meningkatkan
retensi informasi ke dalam memori jangka panjang.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian dari Samual Mousavi
dkk serta penelitian dariRichard E. Mayer yang menghasilkan kesimpulan bahwa
penyampaian konsep keilmuan yang sulit kepada pelajar baik secara auditorik dan
visual secara bersama-sama akan lebih efisien (lebih mudah dan cepat)
dibandingkan dengan jika informasi diberikan secara sendiri-sendiri. Penjelasan
dari penelitian ini adalah bahwa pikiran sadar manusia didukung oleh “penguat”
(buffer) auditorik dan visual yang secara khusus menyimpan representasi
simbolik dari informasi yang dipelajari. Penyangga ini memungkinkan informasi
tersimpan baik dalam bentuk visual maupun aural (suara) (Clark & Morison,
2002).
Teori kognitif yang mendukung penggunaan media pembelajaran yaitu teori
masukan kognitif (cognitive load theory) yang mengasumsikan bahwa (a) memori
yang bekerja pada seseorang meliputi memori auditorik dan visual yang masing-
masing bekerja sendiri-sendiri (b) setiap memori kerja memiliki kapasitas yang
terbatas (c) manusia memiliki sistem yang terpisah untuk merepresentasikan
informasi verbal dan non verbal (d) pembelajaran yang bermakna terjadi
manakala pebelajar memilih informasi yang relevan dan mengelompokkan dalam
suatu simpanan ingatan dalam bentuk koheren dan membuat hubungan antara
ingatan yang tersimpan.
Menurut hasil penelitian dari Moreno dan Richard (2000) terhadap
sekelompok siswa, diperoleh bahwa adanya prinsip pembagian perhatian dimana
89
89
setiap individu yang sedang menangkap informasi dari sumber yang bersamaan
akan membagi perhatiannya sehingga memperoleh hasil yang kurang baik
dibandingkan jika mereka mendapat informasi dari satu sumber saja.
Penelitian dari Moreno dan Richard (1998) untuk mengetahui apakah
seseorang yang mendapat informasi secara verbal lebih baik daripada
menggunakan teks; menunjukkan bahwa pelajar yang mendapat informasi melalui
animasi dan narasi verbal lebih baik dibandingkan mereka yang mendapat
informasi melalui animasi dan teks.
Hasil penelitian oleh Samual Mousavi dkk pada tahun 1995 dan Richard E.
Mayer tahun 1997 menghasilkan kesimpulan bahwa penyampaian konsep
keilmuan yang sulit kepada pelajar baik secara auditorik dan visual secara
bersama-sama akan lebih efisien (lebih mudah dan cepat) dibandingkan dengan
jika informasi diberikan secara sendiri-sendiri. Penjelasan dari penelitian ini
adalah bahwa pikiran sadar manusia didukung oleh “penguat” (buffer) auditorik
dan visual yang secara khusus menyimpan representasi simbolik darin informasi
yang dipelajari. Penyangga ini memungkinkan informasi tersimpan baik dalam
bentuk visual maupun aural (suara) (Clark & Morison, 2002).
2. Perbedaan Motivasi Mahasiswa Yang Mendapat Pembelajaran Dengan Media
Video dibanding Phantom Pada Pembelajaran Pemasangan NGT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok tidak ada
perbedaan motivasi yang bermakna.
90
90
Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain mengungkapkan bahwa alat bantu
(media) mampu memberikan umpan balik serta penggunaan alat bantu yang
akseptabel dapat membuat pebelajar lebih bergairah dalam belajar (Abdul Bari
Djamarah dan Aswan Zain:2-3). Penggunaan media yang tepat diharapkan dapat
meningkatkan perhatian pebelajar terhadap relevansi proses belajar, meningkatkan
motivasi dan membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah serta memberi
kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual serta mendorong individual
untuk belajar (Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain, 2006:3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
antara motivasi mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan media phantom
dan yang mendapatkan media VCD. Hal ini dimungkinkan karena pada keduanya
melibatkan kontak visual dan pada tingkat kognitif dianggap cukup untuk
meningkatkan pengetahuan dan membantu proses belajar. Namun secara teknis
penggunaan VCD lebih praktis dan dapat direproduksi serta relatif lebih murah
dan dapat didistribusikan kepada seleuruh siswa atau orang lain sehingga lebih
baik.
Materi (2000) menyatakan bahwa memang banyak pendapat yang
menyatakan bahwa media memberi kemanfaatan terhadap motivasi, namun bukti-
bukti menunjukkan bahwa beberapa komponen penting dari motivasi bahkan
mengalami penurunan. Studi dari Favriel Salomon yang dikutip oleh Materi
(2000) menunjukkan hasil bahwa siswa yang menunjukkan ketertarikan yang kuat
terhadap media atau gabungan berbagai media umumnya memiliki kecenderungan
harapan untuk dapat mengurangi kebutuhan untuk belajar. Harapan ini
91
91
menghasilkan rendahnya usaha mental dan rendahnya pencapaian prestasi jika
dibandingkan dengan mereka yang mendapat pembelajaran yang dipersepsikan
lebih sulit. Materi (2000) juga mengungkapkan bahwa siswa lebih merasa antusias
dengan media yang lebih baru karena adanya pengharapan dan optimisme adanya
kemudahan untuk mengakses dan belajar.
Berdasarkan pada kenyataan diatas, maka dimungkinkan penggunaan media
baik phantom maupun video tidak lagi menimbulkan antusiasme yang berlebihan
dan ekspektasi yang bermakna karena pada dasarnya mereka telah mengenal
kedua media ini melalui pembelajaran yang lainnya.
H. Keterbatasan Penelitian
Setelah memperhatikan desain dan teknis penelitian, peneliti menyadari
bahwa dalam penelitian ini banyak keterbatasan antara lain:
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan satu
lembaga pendidikan dan dilakukan hanya pada satu jenis mata kuliah sehingga
hasilnya kurang dapat digeneralisasi secara mutlak
2. Keterbatasan waktu penelitian menyebabkan penelitian hanya dapat
dilakukan untuk mengevaluasi satu sub pembelajaran dan tidak dapat
menggambarkan secara umum dampak luas (dampak jangka panjang)
pengaruh media terhadap prestasi dan motivasi belajar.
3. Kedua metode belajar yang diterapkan (baik VCD maupun phantom)
merupakan pembelajaran visual yang tidak memberikan kesempatan
mahasiswa/ pebelajar mencoba sendiri (mendemonstrasikan) teknik
92
92
pemasangan NGT. Kondisi ini mungkin memberikan efek yang berbeda
dibandingkan dengan teknik demonstrasi pada umumnya; dimana pada teknik
demonstrasi yang sesungguhnya dimungkinkan adanya uji coba langsung oleh
mahasiswa.
93
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapatkan hasil dan kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi mahasiswa pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi
Keperawatan Pamenang Pare Kediri yang mendapatkan pembelajaran dengan
media video (VCD) lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan media phantom
2. Tidak terdapat perbedaan motivasi yang bermakna antara mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan menggunakan media
phantom pada pembelajaran pemasangan NGT di Akademi Keperawatan
Pamenang Pare Kediri.
B. Implikasi
1. Kepada Institusi Penyelenggara Pendidikan
Diharapkan pendidikan dapat memberikan fasilitas bagi pengembangan dan
pengadaan media belajar VCD untuk meningkatkan prestasi belajar peserta
didik.
94
94
2. Kepada Pendidik
Diharapkan dapat berinovasi dan mengembangkan diri dalam menciptakan
media VCD serta mengembangkan teknik lain diluar pemakaian media untuk
mempertahankan atau meningkatkan motivasi belajar.
3. Kepada Mahasiswa / Masyarakat
Diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan media belajar utamanya VCD
sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan
C. Saran
1. Diharapkan agar pendidikan dapat mengembangkan media VCD yang
memadai demi keefektifan proses belajar
2. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang perbedaan motivasi dan prestasi
pada mahasiswa dalam pembelajaran untuk bidang kajian mata kuliah/
pelajaran lain dan atau dengan jumlah sampel yang lebih luas sehingga
memperkuat/ dapat memperkaya khasanah justifikasi hasil, dan pada akhirnya
dapat digunakan untuk melakukan generalisasi.
3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian dengan rentang waktu yang relatif
panjang sehingga dapat menilai pengaruh/efek jangka panjang media
terhadap motivasi.
95
95
DAFTAR PUSTAKA
________ .1999. Kompetensi Keperawatan. Surabaya: PPNI Jawa Timur __________ . 2003. Kurikulum Pendidikan Akademi Keperawatan Pamenang,
Kediri: Akper Pamenang. __________. 2003. tatuta Akademik Pendidikan Pamenang. Kediri : Akper
Pamenang. Abu Ahmadi. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta : Rhineka Cipta. Ahmad Sudradjat. 2008. Teori-teori Motivasi.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses : 3 Februari 2010. Ahmad Yusuf. 2001. Desain Praktik Keperawatan. Makalah Pelatihan Praktik
Klinik Keperawatan. Surabaya : 20-22 Maret 2001. tidak dipublikasikan. Bhuono Agung Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS. Yogyakarta: Andi. Clark, Richard E; Morrison, Gary R. 2000. Media and Learning - Definitions and
Summary of Research, Do Media Influence the Cost and Access to Instruction?. www.education.stateuniversity.com. Diakses : 8 Februari 2009.
Dimyati dan Mudjiono .1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rhineka Cipta. Herry Sondjaja dan Sobirun. 2008. Penggunaan Media Audio Visual Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Fisika Pada Siswa SMP Negeri 158 Jakarta; penelitian tindakan kelas. http://wwwutawartayahoocoid-uta.blogspot.com . diakses : 28 Januari 2010.
Kozma, R. 1994. "Will media influence learning: Reframing the debate."
Educational Technology Research and Development. http://imej.wfu.edu. Diakses: 3 Februari 2010.
Materi, Ramona R. 2000. Media And Learning: A Review of Debate.
http:education.stateuniversity.com. Diakses : 3 Februari 2010. Moreno, Roxana; Mayer, Richard E. 2000. A Learner-Centered Approach to
Multimedia Explanations: Deriving Instructional Design Principles from Cognitive Theory. http://imej.wfu.edu. Diakses : 3 Februari 2010.
96
96
Muhibbin Syah. 1996. Psikologi Belajar Jakarta : Raja Grafindo Persada. Nadjadji Anwar. 2006. Penyusunan dan Evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
di Perguruan Tinggi, Makalah Pelatihan Penyusunan dan Evaluasi Kurikulum Bagi Tenaga Akademis PTS Kopertis Wilayah VII Jawa Timur, Tidak dipublikasikan.
Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rosda Karya. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
_________ . 2005. Peran Perawat dalam Menghadapi Tantangan Global.
makalah disampaikan pada seminar keperawatan Akper Baptis Kediri, 27 Agustus 2005. tidak dipublikasikan.
Ohio University. 2004. Teaching at Bedside. www.oucom.ohiou.edu. Diakses : 28
Januari 2010 Pitono Suparto, dkk. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya : GRAMIK. Ramona R. 2000. Materi Media and Learning: A Review of the Debate.
www.education.stateuniversity.com. Diakses: 8 Februari 2010. Ridwan. 2008. Ketercapaian Hasil Belajar, http://ridwan202.wordpress.com.
Diakses : 8 Februari 2010. Romano, Richard. 2007. Motivation Theory.http://ezinearticles.com. Diakses : 8
Februari 2010. Sardiman AM .1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Schwenk, Thomas L. 2004. Clinical Teaching, www.crlt.umich.edu. Diakses : 28
Januari 2010. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Soekidjo Notoatmodjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rhineka
Cipta. __________________ .2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka
Cipta.
97
97
Stoner, James D, dkk . 1996. Manajemen. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Sugiyono. 2000. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi 4. Jakarta : Rhineka Cipta. Sunarto. 2008. Motivasi Belajar, www.sunartombs.wordpress.com. Diakses : 8
Februari 2010. Sunarto. 2009. Prestasi Belajar, www.sunartombs.wordpress.com. Diakses : 8
Februari 2010. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rhineka
Cipta. Sutikno, M Sobry. 2005. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar
Siswa. http://www.bruderfic.or.id. Diakses : Diakses : 8 Februari 2010. Syaiful Bari Djamarah & Aswan Zain .2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rhineka Cipta. Tim kerja Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti.
2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Bidang-Bidang Ilmu. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
98
98
Lampiran 1
KISI-KISI KUESIONER
VARIABEL : MOTIVASI
INDIKATOR JUMLAH NOMOR SOAL Tekun menghadapi tugas 4 1, 2, 3, 4 Menunjukkan minat 3 5, 6, 7 Ulet menghadapi kesulitan 4 8, 9, 10, 11 Senang bekerja sendiri 3 12, 13, 14 Cepat bosan tugas rutin 2 15, 16 Senang memecahkan masalah 2 17, 18
VARIABEL : PENGETAHUAN
INDIKATOR JUMLAH NOMOR SOAL Tujuan 2 1, 2 Alat dan Bahan 8 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Alur Tindakan 6 11, 12, 13, 14, 15, 16
99
99
Lampiran 2:
KUESIONER PENELITIAN Petunjuk: Pilih skor dengan memberikan tanda silang (X) untuk menggambarkan penilaian Anda terhadap pernyataan berikut ini, dengan ketentuan skor 1 berarti pernyataan SANGAT TIDAK SESUAI DENGAN DIRI ANDA dan skor 5 berarti pernyataan SANGAT SESUAI DENGAN DIRI ANDA Saya merasa materi pemasangan NGT penting bagi saya
1 2 3 4 5
Saya merasa materi/ pelajaran tentang pemasangan NGT cukup menarik
1 2 3 4 5
Saya rasa saya akan menyesal jika saya tidak mengikuti materi ini
1 2 3 4 5
Jika saya akan berusaha ingin tahu lebih banyak cara memasang NGT
1 2 3 4 5
Saya ingin bisa memasang NGT secara mandiri
1 2 3 4 5
100
100
Saya ingin dosen saya memberi kesempatan bagi saya untuk memasang NGT sendiri di depan dosen
1 2 3 4 5
Lebih baik saya bertanya sendiri dengan dosen tentang hal yang saya tidak ketahui tentang pemasangan NGT daripada menunggu teman bertanya tentang pemasangan NGT
1 2 3 4 5
Saya ingin memiliki sendiri buku teks atau film tentang pemasangan NGT
1 2 3 4 5
Saya rasa saya akan segera bertanya kepada dosen tentang hal yang saya kurang tahu dalam pemasangan NGT
1 2 3 4 5
Saya rasa jika saya gagal mendapatkan kesempatan untuk memasang NGT secara mandiri, saya akan berusaha meminta secara pribadi kepada dosen untuk membimbing saya memasang NGT
1 2 3 4 5
Jika misalnya pada saat saya memasang NGT saya gagal melakukannya, saya akan berusaha belajar lagi sebelum akhirnya mencoba lagi melakukannya di laboratorium
1 2 3 4 5
101
101
Kalaupun saya diberi kesempatan untuk memasang NGT sendiri tetapi saya harus membeli alat-alat pemasangan NGT sendiri, saya tetap mau melakukannya walaupun mengeluarkan uang yang cukup banyak
1 2 3 4 5
Jika saya hanya diberi materi tentang pemasangan NGT secara teoritis saja dan tidak dipraktekkan secara langsung, saya akan bosan
1 2 3 4 5
Jika saya bertanya tentang pemasangan NGT tetapi dosen tidak segera menjawab pertanyaan saya, maka saya akan bosan dan berusaha mencari jawaban sendiri
1 2 3 4 5
Jika saya hanya melihat teman melakukan pemasangan NGT beberapa kali, dan saya tidak mendapat kesempatan melakukan tindakan pemasangan NGT, saya akan bosan dan kecewa
1 2 3 4 5
102
102
PEMASANGAN NGT
1. Yang dimaksud dengan pemasangan selang Nasogastric Tube adalah
a. Tindakan memasukkan selang NGT ke dalam lambung melalui mulut b. Tindakan memasukkan selang NGT ke dalam lambung melalui hidung c. Tindakan memasukkan selang NGT ke dalam esophagus melalui hidung
2. Tujuan pemasangan selang Nasogastric Tube adalah
a. Untuk memeriksa/ melakukan aspirasi cairan lambung b. Untuk memberikan makanan pada pasien yang tidak sadar atau mengalami
kelemahan dan kesulitan menelan c. Jawaban A dan B benar
3. Berikut ini adalah alat yang digunakan dalam pemasangan NGT, Kecuali: a. Bengkok/ Nierbekken b. Plaster c. Garbu talla
4. Ukuran selang NGT untuk dewasa sebaiknya adalah
a. Sebesar jari kelingking pasien b. Ukuran 16 atau 18 F c. Ukuran 12 atau 14 F
5. Sarung tangan yang diperlukan untuk pemasangan NGT adalah a. Sarung tangan steril b. Sarung tangan steril rangkap c. Sarung tangan bersih
6. Pengalas dalam pemasangan NGT digunakan untuk
a. Mencegah terjadinya muntah pada pasien b. Mencegah tumpahan muntah atau zat cair saat prosedur c. Menutupi bagian atas tubuh sehingga selang NGT tidak terkontaminasi
akibat menempel ke tubuh atau pakaian pasien
7. Stetoskop dalam pemasangan NGT diperlukan untuk a. Memeriksa suara paru b. Memeriksa apakah ujung selang telah masuk ke dalam lambung c. Memeriksa peristaltik usus setelah pemasangan NGT
8. Spuit dalam pemasangan NGT digunakan untuk
a. melakukan aspirasi asam lambung b. memberikan makanan bagi pasien c. memberikan obat tertentu pada pasien
9. Kertas lakmus dalam pemasangan NGT diperlukan untuk
103
103
a. Mengukur keasaman cairan lambung b. Menjadi alternatif pengalas jika pengalas kain tidak ada c. Menjadi alat pencegah keasaman asam lambung
10. Air minum didalam pemasangan NGT digunakan untuk
a. Untuk mengetes apakah ujung selang telah masuk kedalam lambung b. Untuk diminum oleh pasien saat pasien dipasang selang c. Untuk diminum oleh pasien setelah selang terpasang dengan benar
11. Informasi yang sebaiknya diberikan pada pasien sebelum meminta persetujuan
pemasangan NGT adalah a. Gambaran prosedur pemasangan selang NGT b. Tujuan pemasangan selang NGT c. Semua jawaban diatas benar
12. Panjang selang NGT yang akan dimasukkan sebaiknya diukur dengan
menggunakan patokan a. Dewasa 55-60 cm, anak-anak 40-50 cm, bayi 20-30 cm b. Dari procecus Xipoidius sampai ujung atas dahi c. Dari pertengahan antara umbilikus dan procecus Xipoidius sampai
hidung, dibelokkan ke telinga
13. Saat selang diperkirakan masuk ke dalam nasopharing, maka pasien disuruh untuk …
a. Menarik nafas dalam b. Menelan c. Minum air
14. Setelah selang masuk ke dalam daerah oropharing sebaiknya:
a. Selang diputar 90O lalu didorong masuk oropharing b. Selang diputar 180O lalu didorong masuk oropharing c. Selang diputar 270O lalu didorong masuk oropharing
15. Selang sebaiknya dimasukkan ke dalam lambung sampai dengan
a. 5 centimeter sebelum tanda hasil pengukuran b. 5 centimeter setelah tanda hasil pengukuran panjang selang c. sampai dengan tanda hasil pengukuran panjang selang
16. Salah satu prosedur pemeriksaan untuk memastikan selang masuk ke dalam
lambung adalah dengan stetoskop; stetoskop digunakan untuk: a. Mendengar bising usus saat udara dimasukkan b. Mendengar suara gerakan udara dalam lambung c. Mendengar suara peristaltik lambung
104
104
Lampiran 3:
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER
UJI VALIDITAS KUESIONER MOTIVASI
M1 * MTOT
Symmetric Measures
,856 ,060 7,212 ,000c
,855 ,058 7,177 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M2 * MTOT
Symmetric Measures
,893 ,052 8,633 ,000c
,885 ,053 8,300 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M3 * MTOT
Symmetric Measures
,856 ,060 7,212 ,000c
,855 ,058 7,177 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
105
105
M4 * MTOT Symmetric Measures
,796 ,084 5,740 ,000c
,809 ,092 6,005 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M5 * MTOT Symmetric Measures
,877 ,049 7,938 ,000c
,874 ,043 7,830 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M6 * MTOT Symmetric Measures
,798 ,073 5,776 ,000c
,810 ,073 6,020 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M7 * MTOT Symmetric Measures
,837 ,057 6,659 ,000c
,852 ,067 7,088 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
106
106
M8 * MTOT Symmetric Measures
,771 ,068 5,283 ,000c
,775 ,066 5,343 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M9 * MTOT Symmetric Measures
,821 ,067 6,269 ,000c
,826 ,069 6,397 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M10 * MTOT Symmetric Measures
,793 ,070 5,677 ,000c
,815 ,082 6,121 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M11 * MTOT Symmetric Measures
,731 ,094 4,668 ,000c
,768 ,103 5,235 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
107
107
M12 * MTOT Symmetric Measures
,814 ,059 6,119 ,000c
,835 ,072 6,609 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M13 * MTOT Symmetric Measures
,671 ,089 3,941 ,001c
,674 ,081 3,975 ,001c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M14 * MTOT Symmetric Measures
,734 ,101 4,717 ,000c
,709 ,116 4,386 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
M15 * MTOT Symmetric Measures
,856 ,060 7,212 ,000c
,855 ,058 7,177 ,000c
21
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
108
108
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN PENGUKURAN PRESTASI P1 * Ptot
Symmetric Measures
,413 ,158 2,445 ,021c
,424 ,157 2,524 ,017c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P2 * Ptot Symmetric Measures
,448 ,145 2,696 ,012c
,448 ,151 2,700 ,011c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P3 * Ptot Symmetric Measures
-,654 ,133 -4,651 ,000c
-,670 ,130 -4,855 ,000c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P4 * Ptot Symmetric Measures
-,242 ,163 -1,343 ,190c
-,239 ,169 -1,327 ,195c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
109
109
P5 * Ptot
Symmetric Measures
,467 ,139 2,845 ,008c
,460 ,144 2,789 ,009c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P6 * Ptot Symmetric Measures
,479 ,135 2,942 ,006c
,487 ,137 3,004 ,005c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P7 * Ptot Symmetric Measures
,722 ,084 5,615 ,000c
,709 ,088 5,407 ,000c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P8 * Ptot Symmetric Measures
,452 ,151 2,732 ,011c
,454 ,154 2,743 ,010c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
110
110
P9 * Ptot
Symmetric Measures
,413 ,162 2,445 ,021c
,413 ,159 2,446 ,021c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P10 * Ptot Symmetric Measures
,601 ,123 4,050 ,000c
,589 ,128 3,926 ,000c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P11 * Ptot Symmetric Measures
,544 ,119 3,488 ,002c
,565 ,125 3,684 ,001c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P12 * Ptot Symmetric Measures
,600 ,125 4,041 ,000c
,607 ,131 4,118 ,000c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
111
111
P13 * Ptot
Symmetric Measures
-,440 ,164 -2,639 ,013c
-,454 ,162 -2,742 ,010c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P14 * Ptot Symmetric Measures
,049 ,173 ,262 ,795c
,059 ,176 ,319 ,752c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
p15 * Ptot Symmetric Measures
,560 ,116 3,642 ,001c
,542 ,128 3,477 ,002c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
P16 * Ptot Symmetric Measures
,512 ,133 3,213 ,003c
,518 ,135 3,258 ,003c
31
Pearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
112
112
RELIABILITAS INSTRUMEN PENGUKURAN PRESTASI Reliability
Case Processing Summary
22 100,00 ,0
22 100,0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,677 19
Cronbach'sAlpha N of Items
113
113
RELIABILITAS INSTRUMEN PENGUKURAN MOTIVASI
Reliability
Case Processing Summary
21 100,00 ,0
21 100,0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,771 16
Cronbach'sAlpha N of Items
114
114
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENGAJARAN Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu memenuhi kebutuhan Nutrisi
dan Cairan Sub Kompetensi : Mahasiswa mampu melakukan pemasangan Nasogastric
Tube Kriteria : - Mahasiswa mampu mengungkapkan alat dan bahan
kebutuhan pemasangan NGT - Mahasiswa mampu mengungkapkan prosedur pemasangan NGT
Tujuan Khusus/
Kriteria KEGIATAN/ MATERI WAKTU MEDIA
Persiapan Mahasiswa Salam Menyampaikan tujuan Apersepsi
5’ -
Mahasiswa mampu: - Menyebutkan
pengertian NGT - tujuan pemasangan
NGT
Menjelaskan materi : - Pengertian Pemasangan NGT - Tujuan Pemasangan NGT - Menjelaskan secara lisan
prosedur pemasangan NGT - Memberi kesempatan bertanya - Menjawab pertanyaan (jika ada)
20’
Handout
Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pemasangan NGT
- Memutar video prosedur pemasangan NGT
- Memberi kesempatan bertanya - Memberi penjelasan/ menjawab
pertanyaan - Mengulang pemutaran prosedur
pemasangan NGT (sesuai kebutuhan)
60’
VCD/ Film Laptop LCD
- Memberi kesempatan mahasiswa untuk menguraikan langkah pemasangan NGT secara lisan
- Memberi reinforcement terhadap hasil tindakan
15’
- Memberi kesempatan bertanya - Menjawab pertanyaan (jika ada) 5’
- Menyampaikan bahwa materi telah berakhir.
- Menyimpulkan hasil dan melakukan evaluasi
15’
Soal
115
115
SATUAN ACARA PENGAJARAN Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu memenuhi kebutuhan Nutrisi
dan Cairan Sub Kompetensi : Mahasiswa mampu melakukan pemasangan Nasogastric
Tube Kriteria : - Mahasiswa mampu mengungkapkan alat dan bahan
kebutuhan pemasangan NGT - Mahasiswa mampu mengungkapkan prosedur pemasangan NGT
Tujuan Khusus/
Kriteria KEGIATAN/ MATERI WAKTU MEDIA
Persiapan Mahasiswa Salam Menyampaikan tujuan Apersepsi
5’ -
Mahasiswa mampu: - Menyebutkan
pengertian NGT - tujuan pemasangan
NGT
Menjelaskan materi : - Pengertian Pemasangan NGT - Tujuan Pemasangan NGT - Menjelaskan secara lisan
prosedur pemasangan NGT - Memberi kesempatan bertanya - Menjawab pertanyaan (jika ada)
20’
Handout
Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur pemasangan NGT
- Memperagakan teknik pemasangan NGT pada phantom
- Memberi kesempatan bertanya - Memberi penjelasan/ menjawab
pertanyaan - Mengulang pemutaran prosedur
pemasangan NGT (sesuai kebutuhan)
60’
Phantom Alat & Bahan Pemasangan NGT
- Memberi kesempatan mahasiswa untuk menguraikan langkah pemasangan NGT secara lisan
- Memberi reinforcement terhadap hasil tindakan
15’
- Memberi kesempatan bertanya - Menjawab pertanyaan (jika ada) 5’
- Menyampaikan bahwa materi telah berakhir.
- Menyimpulkan hasil dan melakukan evaluasi
15’
Soal
116
116
Lampiran 5
REKAPITULASI HASIL
REKAPITULASI DATA MOTIVASI (TINGKAT I A) No NIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml
1 09001 3 3 4 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 4 4 39
2 09002 4 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 1 3 3 39
3 09003 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 5 68
4 09004 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 57
5 09005 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 39
6 09007 3 3 3 3 3 3 1 2 3 1 1 2 3 3 3 37
7 09008 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 71
8 09009 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 69 9 09010 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
10 09011 4 4 4 4 3 3 2 4 3 2 2 2 4 4 4 49
11 09012 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 54
12 09013 5 5 5 5 5 5 1 1 5 1 1 1 1 4 4 49
13 09014 5 5 5 5 5 5 3 3 4 3 3 3 5 5 5 64
14 09015 5 5 5 5 5 5 3 3 5 3 3 3 5 4 4 63
15 09016 4 4 4 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 4 46
16 09017 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 66
17 09018 4 4 4 3 4 3 2 2 4 2 2 2 4 4 4 48
18 09019 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45
19 09020 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 2 4 4 4 49
20 09021 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 55 21 09022 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 67
22 09023 5 5 5 3 3 3 1 1 3 3 3 2 1 3 3 44
23 09024 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 5 68
24 09025 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 57
25 09026 4 5 5 3 3 3 1 1 3 3 3 2 1 3 3 43
26 09027 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 3 66
27 09028 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 5 58
28 09029 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 5 41
29 09030 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
30 09031 4 4 4 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 4 46
31 09032 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 66
32 09033 4 4 4 3 4 3 2 1 4 1 1 1 4 4 4 44
117
117
REKAPITULASI DATA MOTIVASI (TINGKAT I B)
No NIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml
1 09034 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 3 3 40
2 09035 3 3 3 3 3 3 1 2 3 1 1 2 3 4 4 39
3 09036 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 3 69
4 09037 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 69
5 09038 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 65
6 09039 4 4 4 4 3 3 2 4 3 2 2 2 4 4 3 48
7 09040 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 53
8 09041 5 5 5 5 5 5 1 1 5 1 1 1 1 4 5 50
9 09042 5 5 5 5 5 5 3 3 4 3 3 3 5 5 5 64
10 09043 5 5 5 4 5 4 3 3 4 3 3 3 5 4 4 60
11 09044 4 4 4 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 4 46
12 09045 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 66
13 09046 4 4 4 3 4 3 2 2 4 2 2 2 4 4 5 49
14 09047 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 51
15 09048 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 2 4 4 5 50
16 09049 4 4 5 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 56
17 09050 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 67
18 09051 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 57
19 09052 5 5 5 4 5 5 3 4 4 5 4 4 4 5 3 65
20 09053 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 57
21 09054 4 5 5 3 3 3 1 1 3 3 3 2 1 3 4 44
22 09055 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 5 68
23 09056 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 5 58
24 09057 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 4 5 43
25 09058 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
26 09059 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 5 54
27 09060 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 67
28 09061 4 4 4 3 4 3 2 1 3 1 1 1 4 4 4 43
29 09062 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 53
30 09063 5 5 5 5 5 5 1 1 4 1 1 1 1 4 5 49
31 09064 5 5 5 5 4 4 3 3 4 3 3 3 5 5 5 62
32 09065 5 5 5 5 5 5 3 3 5 3 3 3 5 5 5 65
33 09066 4 4 4 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 4 46
34 09067 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 66
118
118
REKAPITULASI DATA PRESTASI SEBELUM PEMBELAJARAN (TINGKAT I A)
No NIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jml Nilai
1 09001 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 21,43
2 09002 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 28,57
3 09003 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 21,43
4 09004 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 21,43
5 09005 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 6 42,86
6 09007 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 5 35,71
7 09008 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 6 42,86
8 09009 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 5 35,71
9 09010 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 14,29
10 09011 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 5 35,71
11 09012 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 6 42,86
12 09013 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 6 42,86
13 09014 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 5 35,71
14 09015 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 42,86
15 09016 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 4 28,57
16 09017 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 6 42,86
17 09018 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 14,29
18 09019 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 4 28,57
19 09020 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 7 50,00
20 09021 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 4 28,57
21 09022 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6 42,86
22 09023 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 6 42,86
23 09024 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 7 50,00
24 09025 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 7 50,00
25 09026 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 3 21,43
26 09027 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 21,43
27 09028 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 28,57
28 09029 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 21,43
29 09030 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 14,29
30 09031 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 21,43
31 09032 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 4 28,57
32 09033 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 6 42,86
119
119
REKAPITULASI DATA PRESTASI SEBELUM PEMBELAJARAN (TINGKAT I B)
No NIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jml Nilai
1 09034 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 14,29
2 09035 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 5 35,71
3 09036 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 7 50,00
4 09037 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 6 42,86
5 09038 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 5 35,71
6 09039 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 42,86
7 09040 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 5 35,71
8 09041 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 4 28,57
9 09042 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 14,29
10 09043 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 4 28,57
11 09044 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 7 50,00
12 09045 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 21,43
13 09046 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6 42,86
14 09047 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 5 35,71
15 09048 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 6 42,86
16 09049 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 6 42,86
17 09050 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 3 21,43
18 09051 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 21,43
19 09052 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 5 35,71
20 09053 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 28,57
21 09054 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 14,29
22 09055 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 4 28,57
23 09056 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 4 28,57
24 09057 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 21,43
25 09058 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 4 28,57
26 09059 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 6 42,86
27 09060 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 28,57
28 09061 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 6 42,86
29 09062 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 5 35,71
30 09063 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4 28,57
31 09064 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 5 35,71
32 09065 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 6 42,86
33 09066 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6 42,86
34 09067 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 4 28,57
120
120
REKAPITULASI DATA PRESTASI SETELAH PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA PHANTOM (TINGKAT I A)
No NIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jml Nilai
1 09001 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 7 50,00
2 09002 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 9 64,29
3 09003 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 8 57,14
4 09004 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9 64,29
5 09005 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 9 64,29
6 09007 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 42,86
7 09008 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 7 50,00
8 09009 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 9 64,29
9 09010 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 9 64,29
10 09011 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 9 64,29
11 09012 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 7 50,00
12 09013 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 9 64,29
13 09014 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 8 57,14
14 09015 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 8 57,14
15 09016 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 7 50,00
16 09017 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 8 57,14
17 09018 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 7 50,00
18 09019 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 7 50,00
19 09020 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 85,71
20 09021 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 21,43
21 09022 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 9 64,29
22 09023 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 7 50,00
23 09024 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 78,57
24 09025 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 8 57,14
25 09026 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 6 42,86
26 09027 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 8 57,14
27 09028 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 6 42,86
28 09029 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 7 50,00
29 09030 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 6 42,86
30 09031 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 7 50,00
31 09032 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 7 50,00
32 09033 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71
121
121
REKAPITULASI DATA PRESTASI SETELAH PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA VCD (TINGKAT I B)
No NIM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jml Nilai
1 09034 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 10 71,43
2 09035 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 8 57,14
3 09036 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 11 78,57
4 09037 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 9 64,29
5 09038 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 8 57,14
6 09039 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 7 50,00
7 09040 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 9 64,29
8 09041 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 10 71,43
9 09042 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 9 64,29
10 09043 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 85,71
11 09044 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 10 71,43
12 09045 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 9 64,29
13 09046 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 9 64,29
14 09047 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 78,57
15 09048 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 8 57,14
16 09049 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71
17 09050 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 8 57,14
18 09051 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 78,57
19 09052 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 92,86
20 09053 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 8 57,14
21 09054 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 7 50,00
22 09055 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 8 57,14
23 09056 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 7 50,00
24 09057 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57
25 09058 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 10 71,43
26 09059 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 6 42,86
27 09060 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 11 78,57
28 09061 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 6 42,86
29 09062 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 9 64,29
30 09063 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71
31 09064 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 10 71,43
32 09065 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 9 64,29
33 09066 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 8 57,14
34 09067 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 9 64,29
122
122
Lampiran 6
HASIL UJI STATISTIK
NPar Tests Mann-Whitney Test
Ranks
32 31,70 1014,5034 35,19 1196,506632 33,16 1061,0034 33,82 1150,006632 26,14 836,5034 40,43 1374,5066
KLP1,002,00Total1,002,00Total1,002,00Total
MOTIF
PRE
POS
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsa
486,500 533,000 308,5001014,500 1061,000 836,500
-,739 -,144 -3,071,460 ,885 ,002
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)
MOTIF PRE POS
Grouping Variable: KLPa.