OLEH: NOVITASARI -...

143

Click here to load reader

Transcript of OLEH: NOVITASARI -...

Page 1: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU

PETUGAS KESEHATAN DALAM PENATALAKSANAAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DIARE DI

PUSKESMAS KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

NOVITASARI

NIM: 1110104000027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 3: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2014

Novitasari, NIM: 110104000027

The Relationship between Knowledge and Motivation with Behavioral

Health Workers in the Management of Integrated Management of Childhood

Illness (IMCI) Diarrhoea in Public Health Centers at Cilegon City

xix + 86 pages + 18 tables + 3 bagans + 7 attachments

ABSTRACT

The World Health Organization (WHO) data estimated 1.7 bilion cases of

diarrhea occur globally each year. In indonesia diarrhea is endemic disease that

found throughout the year and highest peak is in the rainy season and the dry

transition. The incidence of diarrhea in Cilegon summary report based on the data

from Dinas Kesehatan Cilegon city in 2013 showed the number of people on as

many as 1.667 female children and 1.757 male children.

In a effort to reduce pediatric morbidity and mortality, WHO and other

technical partners developed the Integrated Management of Childhood Illness

(IMCI). IMCI is strategy to reduce mortality and morbidity for infant (7 days to 2

months) and children (2 months to 5 years).

This study aimed to determine the relationship between knowledge and

motivation with health care’s behavior on the management of IMCI diarrhoea in

public health centers at Cilegon city. The study design was cross-sectional. The

population was health workers and included 265 respondents and sample was 51

respondents in the 8 public health centers in Cilegon city, and taken by purposive

sampling technique. The data was collected by questionnaires and analyzed using

the chi-square test.

The result showed that the management of IMCI diarrhoea was no

relationship between knowledge with behavioral health workers (p= 0.968) and

was relationship between motivation with behavioral health workers (p= 0.038).

The result is expected to be consideration of the extent to which the

performance of health worker who have been carrying out the IMCI training and

can bridge the gab of knowledge, motivation, and behavior of health workers with

management of IMCI diarrhoea.

Keywords: Knowledge, Motivation, Behavioral Health Worker, IMCI of

Diarrhoe

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Page 4: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

iv

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2014

Novitasari, NIM: 1110104000027

Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Petugas Kesehatan

dalam Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Diare di

Puskesmas kota Cilegon

xix + 86 halaman + 18 tabel + 3 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

World Health Organization (WHO) menyebutkan ada sekitar 1,7 miliar

kasus penyakit diare terjadi dunia setiap tahunnya. Di Indonesia diare merupakan

penyakit endemis yang terdapat sepanjang tahun dan puncak tertinggi terdapat

pada peralihan musim penghujan dan kemarau. Angka kejadian diare di kota

Cilegon berdasarkan data rekapitulasi laporan diare dinas kesehatan kota Cilegon,

Banten tahun 2013 menunjukkan angka penderita pada balita perempuan yaitu

sebanyak 1.667 jiwa dan pada balita laki-laki yaitu sebanyak 1.757 jiwa.

Upaya yang dilakukan WHO dan praktisi kesehatan untuk mengurangi

morbiditas dan mortalitas anak yaitu dengan mengembangkan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan manajemen bayi dan balita sakit

untuk 2 kelompok usia, yaitu: kelompok usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok

usia 2 bulan sampai 5 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare

di puskesmas kota Cilegon. Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi

adalah petugas kesehatan sebanyak 265 responden dan sampel 51 responden

dengan teknik purposive sampling yang berada di 8 puskesmas se-kota Cilegon.

cara pengumpulan data dengan membagikan kuesioner dan dianalisis dengan

menggunakan uji chi-square.

Hasil uji statistik dalam penatalaksanaan MTBS diare menunjukkan tidak

ada hubungan pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan (p= 0.968) dan ada

hubungan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan (p= 0.038).

Hasil ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan sejauh mana kinerja

petugas kesehatan yang sudah melaksanakan pelatihan dan dapat menjembatani

kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare.

Kata Kunci: Pengetahuan, Motivasi, Perilaku Petugas Kesehatan, MTBS

Diare

Page 5: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 6: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 7: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 8: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : NOVITASARI

Tempat, tanggal Lahir : Serang, 17 November 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Tekukur No. 48 Kompleks D-Flat KS Cilegon, Banten

HP : +6285692252356

E-mail : [email protected]

Fakultas/Prodi : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Al-Islah Cilegon 1996-1998

2. Sekolah Dasar Negeri V Cilegon 1998-2004

3. SMP Negeri 1 Cilegon 2004-2007

4. SMA Negeri 1 Cilegon 2007-2010

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010- Sekarang

RIWAYAT ORGANISASI

1. Staf Ahli Pengembangan Ekonomi Komisariat dakwah FKIK 2012-2013

2. Staf Ahli Kemahasiswaan BEMJ PSIK 2012-2013

3. Bendahara BEM PSIK 2013-2014

Page 9: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Siapa yang tak mau merasakan sulitnya belajar, ia kan merasakan perihnya kebodohan”

(Imam Syafi’)

Pada lembar persembahan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-

orang yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis:

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena telah

mengirimkan malaikat-malaikat tanpa sayap yang selalu memberi dukungan di

segala bidang, yang rela meletakkan impian dan mimpi mereka dalam pundak

penulis. Terima kasih Ayah, Mama, Uni Elza, Nurhasanah, dan Ahmad Bukhari. Hal

ini yang menjadikan motivasi penulis untuk segera menyelesaikan studi dan

mewujudkan impian dan mimpi mereka.

Guru-guru dan dosen yang senantiasa sabar dalam memberikan ilmunya kepada

penulis.

Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Page 10: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas

karunia dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Shalawat dan

salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad saw.

Penulisan skripsi yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

keperawatan (S.Kep) dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan

Perilaku Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) Diare di Puskesmas Kota Cilegon”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan

dan bantuan dari berbagai pihak. Berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya

skripsi ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya. Karena itu,

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. (HC). dr. M. K. Tadjuddin, Sp. And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

2. dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF., PFK, selaku wakil dekan

bidang akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

3. Bapak Waras Budi Utomo, S.Kep, Ns., MKM, selaku Kepala Program

Studi Ilmu Keperawatan dan Dosen Pembimbing Akademik yang tidak

bosan-bosannya memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada

penulis.

4. Ibu Eni Nuraini, S.Kep, Ns., M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan.

Page 11: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xi

5. Ayahanda Drs. Ira Hurairah dan Ibunda Suharti tercinta yang banyak

memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral, finansial,

maupun spiritual dalam penyelesaian studi ini.

6. Uni Elza Yunita, S.P., Nurhasanah, dan Ahmad Bukhari tersayang

yang banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian studi ini.

7. Ibu Maftuhah, S.Kp., M.Kep., PhD dan Ibu Mira Suminar, S.Kep.,

M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan

menyediakan waktu luangnya untuk berdiskusi, memberikan

pengarahan, dan memotivasi penulis sejak awal penulisan masalah

penelitian sampai tersusunnya skripsi ini.

8. Kepada Dosen Penguji, Bu Ns. Kustati B. L, M.Kep., Sp.Kep.An dan

Bu Uswatun Khasanah, Ns., MNS penulis mengucapkan terima kasih

atas saran-saran perbaikan yang diberikan.

9. Dosen-dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan yang dengan

sabar dan semangat memberikan ilmu kepada penulis.

10. Kepada Kepala Dinas Kesehatan kota Cilegon dan Kepala Dinas

Kesehatan kota Tangerang Selatan beserta serta staff yang telah

membantu penulis untuk kelancaran proses penelitian.

11. Kepada Petugas Kesehatan di Puskesmas Ciputat, Puskesmas Ciputat

Timur, dan Puskesmas di kota Cilegon yang telah membantu dan

bersedia meluangkan waktu untuk kelancaran proses penyusunan

skripsi.

Page 12: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xii

12. Teman-teman kepengurusan BEMJ PSIK 2012-2013, BEM PSIK

2013-2014, KOMDA FKIK atas ukhuwah dan amanah yang telah

diberikan selama berjuang di FKIK.

13. Teman-teman seperjuangan Lily Camelia, Fitriyani Rahayu, Septiana,

dan kak Eka yang saling memotivasi untuk tetap semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14. Rekan-rekan seperjuangan PSIK 2010 atas kerja sama, berbagi

pemikiran, pengertian, dan memberikan warna di setiap langkah yang

sangat berarti ini.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan

saran agar skripsi ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan

datang.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Ciputat, Juli 2014

Novitasari

Page 13: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Pernyataan Keasliaan Karya ii

Abstract iii

Abstrak iv

Pernyataan Persetujuan v

Lembar Pengesahan vi

Daftar Riwayat Hidup viii

Lembar Persembahan ix

Kata Pengantar x

Daftar isi xiii

Daftar Singkatan xv

Daftar Tabel xvi

Daftar Bagan xvii

Daftar Lampiran xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 6

1.3 Pertanyaan Penelitian 7

1.4 Tujuan Penelitian 8

1.5 Manfaat Penelitian 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 11

2.1.2 Diare 21

Page 14: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xiv

2.1.3 Pengetahuan 22

2.1.4 Motivasi 28

2.1.5 Perilaku 39

2.2 Penelitian yang Relevan 42

2.3 Kerangka Teori 45

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep 46

3.2 Definisi Operasional 47

3.3 Hipotesis Penelitian 49

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian 50

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 50

4.3 Populasi dan Sampel 51

4.4 Instrumen Penelitian 52

4.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 54

4.6 Langkah-langkah Pengumpulan Data 57

4.7 Etika Penelitian 58

4.8 Pengolahan Data 59

4.9 Analisis Data 61

4.10 Penyajian Data 62

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Puskesmas di kota Cilegon 63

5.2 Hasil Preeliminary Analysis 64

5.3 Hasil Analisa Univariat 65

5.4 Hasil Analisa Bivariat 69

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Analisa Univariat 72

Page 15: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xv

6.2 Analisa Bivariat 79

6.3 Keterbatasan Penelitian 83

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 84

7.2 Saran 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xvi

DAFTAR SINGKATAN

MDGs : Millennium Development Goals

UNICEF : United Nations Children’s Fund

WHO : World Health Organization

MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

KLB : Kejadian Luar Biasa

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

UIN : Universitas Islam Negeri

IMCI : Integrated Management of Childhood Illness

ASI : Air Susu Ibu

NaCl : Natrium Clorida

IV : Intra Vena

NGT : Nasogastric Tube

OGT : Oral Gastric Tube

SDM : Sumber Daya Manusia

Perda : Peraturan Daerah

UPTD : Unit Pelaksana Teknis Dinas

SPK : Sekolah Perawat Kesehatan

D-III/IV : Diploma III/IV

S1/2 : Strata I/II

Page 17: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.1.1 Pemberian antibiotik pada diare persisten 16

Tabel 2.1.1.2 Pemberian antibiotik pada disentri 17

Tabel 2.1.1.3 Dosis Pemberian Parasetamol 17

Tabel 2.1.1.4 Pemberian oralit selama periode 3 jam 19

Tabel 2.1.1.5 Pemberian cairan intravena 19

Tabel 3.2.1 Definisi Operasional 47

Tabel 4.3.1 Populasi Dokter, Perawat, dan Bidan 51

Tabel 4.5.1 Hasil Uji Validitas 55

Tabel 5.2.1 Hasil Uji Normalitas Data 65

Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Petugas Kesehatan 66

Tabel 5.3.2 Distribusi Frekuensi Usia Petugas Kesehatan 66

Tabel 5.3.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Petugas Kesehatan 67

Tabel 5.3.4 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Petugas Kesehatan 67

Tabel 5.3.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas Kesehatan 68

Tabel 5.3.6 Distribusi Frekuensi Motivasi Petugas Kesehatan 68

Tabel 5.3.7 Distribusi Frekuensi Perilaku Petugas Kesehatan 69

Tabel 5.4.1 Hasil analisis Chi-Square Pengetahuan dengan Perilaku 70

Tabel 5.4.2 Hasil Analisis Chi-Square Motivasi dengan Perilaku 70

Page 18: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xviii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1.5.1 Skema Perilaku menurut Notoatmodjo (2010) 40

Bagan 2.3 Kerangka Teori 45

Bagan 3.1.1 Kerangka Konsep Penelitian 46

Page 19: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Perizinan

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5. Hasil Olahan SPSS Uji Normalitas

Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Univariat

Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Bivariat

Page 20: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kematian bayi dan anak di dunia masih tinggi. Di negara

berkembang hampir 10 juta kematian terjadi setiap tahun pada anak dibawah usia

5 tahun (UNICEF, 2008). Laporan United Nations Children’s Fund (UNICEF)

(2013) mengatakan di Indonesia jumlah kematian balita setiap tahun turun dari

estimasi 12,6 juta pada tahun 1990 menjadi sekitar 6,6 juta pada tahun 2012,

namun angka ini masih cukup tinggi. Angka kematian bayi adalah 34 per 1000

kelahiran hidup, sementara angka kematian balita adalah 44 per 1000 kelahiran

hidup. Diharapkan pada tahun 2015 angka kematian bayi turun menjadi 23 per

1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita turun menjadi 32 per 1000

kelahiran hidup. Pencapaian pada 2015 merupakan target komitmen global tujuan

Millennium Development Goals (MDGs) (Kemenkes RI, 2010).

Menurut Liu et al. (2012) di dunia penyakit pneumonia, diare, dan malaria

merupakan penyebab tersering kematian pada anak. Upaya yang dilakukan World

Health Organization (WHO) dan praktisi kesehatan untuk mengurangi morbiditas

dan mortalitas anak yaitu dengan mengembangkan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) (Gove et al. 1997 dalam Rowe et al. 2011). Pada tahun 1990an,

WHO dan UNICEF memulai pelaksanaan MTBS untuk meningkatkan kualitas

perawatan di fasilitas kesehatan dengan lima penyakit yang sering mengakibatkan

sekitar 70% dari angka kematian anak yaitu pneumonia, diare, malaria, campak,

dan kurang gizi (Wilson et al. 2012).

Page 21: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

2

MTBS menurut Depkes RI (2005) merupakan pedoman terpadu yang

menjelaskan secara rinci penanganan penyakit yang banyak terjadi pada bayi dan

balita. Penanganan yang dilakukan meliputi upaya kuratif terhadap penyakit

pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya

promotif serta preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A, dan

konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian

bayi dan anak, dan menekan morbiditas untuk penyakit tersebut. MTBS adalah

standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan

tingkat dasar. Tiga komponen dari MTBS ditujukan untuk meningkatkan

keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain

dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani

pasien apabila sudah dilatih), memperkuat sistem kesehatan, dan meningkatkan

kemampuan perawatan di rumah oleh keluarga dan masyarakat (Kesehatan Anak,

2011).

Lebih dari 100 negara telah mengadopsi komponen dari MTBS yang

digunakan sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam menangani penyakit

tersebut dengan menilai dan mengobati anak yang sakit, pencegahan, dan

konseling keluarga (Nguyen et al. 2013). Menurut Lesley Bamford dari National

Department of Health (2008, dalam Moelyo, 2013) mengatakan bahwa

Comprehensive approach to the care of the ill child, which attempts to ensure

appropriate and combined treatment of the five major diseases, dimana MTBS di

hampir seluruh negara berkembang merupakan pelayanan kesehatan balita sakit

secara komprehensif karena dapat mengkombinasikan pemeriksaan lima penyakit

yang sering diderita.

Page 22: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

3

Perkembangan MTBS di Indonesia dimulai pada tahun 1996, yaitu dengan

dibuatnya satu set modul dan pedoman MTBS WHO/UNICEF dan pada tahun

2005 MTBS telah dilaksanakan di Indonesia. Hingga tahun 2009, penerapan

MTBS telah mencakup 33 provinsi (Wijaya, 2010). Menurut data laporan rutin

yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Anak (2010), jumlah puskesmas yang

melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas

dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan

MTBS sebesar 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.

Salah satu strategi penatalaksanaan MTBS adanya penanganan diare.

Diare adalah suatu penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses

selain dari frekuensi buang air besar, seseorang dikatakan menderita diare bila

feses lebih berair dari biasanya, atau buang air besar tiga atau lebih, atau buang air

besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

Menurut Magdarina et al. (2005) diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh

infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan

penularannya secara fekal-oral. Tanda dan gejala khas pada diare adalah diare cair

yang mendadak, nyeri perut, mual, muntah, dan sedikit atau tidak adanya demam

(Nelson, 2000). Diare dapat mengakibatkan gangguan metabolisme tubuh yaitu

dehidrasi dan akibat fatalnya yaitu kematian (Wijaya, 2012).

Menurut data WHO (2013) di dunia ada sekitar 1,7 miliar kasus penyakit

diare terjadi setiap tahunnya. Diare merupakan penyebab kedua kematian pada

anak di bawah 5 tahun di negara dengan penghasilan ekonomi yang rendah,

sekitar 1,3 juta anak meninggal setiap tahunnya, terutama di Negara Afrika dan

Asia Selatan (Wilson et al. 2012). Gerald et al. (2009) menyatakan bahwa diare

Page 23: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

4

dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di

negara maju maupun berkembang dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta

lingkungan yang tidak higienis. Di Indonesia diare merupakan penyakit endemis

yang terdapat sepanjang tahun dan puncak tertinggi terdapat pada peralihan

musim penghujan dan kemarau (Magdarina et al. 2005).

Menurut laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Badan Litbangkes

(2007) penyebab terbanyak kematian bayi (29 hari-11 bulan) dan anak balita (12

bulan-59 bulan) yaitu akibat terserang diare dengan proporsi diare pada bayi

sebesar 31,4% dan anak balita sebesar 25,2%. Gambaran berdasarkan survei dan

penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 provinsi Banten masih

dalam prevalensi diare klinis cukup tinggi yaitu ˃10%. Berdasarkan laporan

Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data Kejadian Luar Biasa (KLB) tahun

2009-2010 provinsi Banten secara keseluruhan sering mengalami KLB diare

(Kemenkes RI, 2011). Kasus diare yang terjadi di provinsi Banten berdasarkan

data profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2010-2011 pada tahun 2011 mencapai

971.269 kasus sedangkan pada tahun 2010 mencapai 816.802 kasus, angka ini

masih tergolong tinggi. Angka kejadian diare di kota Cilegon berdasarkan data

rekapitulasi laporan diare Dinas Kesehatan kota Cilegon tahun 2013 menunjukkan

pada balita perempuan yaitu sebanyak 2.420 jiwa dan pada balita laki-laki yaitu

sebanyak 2.511 jiwa.

Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 menekankan pentingnya

upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan

Dinas Kesehatan kota Cilegon untuk menurunkan angka kejadian diare di kota

Cilegon dengan menerapkan program MTBS yang dilaksanakan puskesmas di

Page 24: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

5

kota Cilegon. Data dari Subdit Pengendaliaan Diare dan Infeksi Pencernaan

Kemenkes RI tahun 2006-2009 didapat bahwa persentase petugas kesehatan yang

memiliki pengetahuan yang benar mengenai tata laksana diare masih dibawah

50%. Berdasarkan penelitian Hastuti (2010) tentang pengaruh pengetahuan, sikap,

dan motivasi terhadap penatalaksanaan manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

pada petugas kesehatan di Puskesmas kabupaten Boyolali membuktikan adanya

pengaruh antara pengetahuan, sikap, dan motivasi petugas kesehatan terhadap

penerapan standar MTBS di Puskesmas kabupaten Boyolali. Akan tetapi, dalam

pelaksanaanya di kabupaten Bayolali menunjukkan hasil yang masih kurang baik

dalam pelaksanaan program MTBS sehingga perlu ditingkatkan dalam segi

pengetahuan, sikap, dan motivasi petugas kesehatan.

Dari hasil studi pendahuluan melalui observasi didapat bahwa 8

puskesmas yang ada di kota Cilegon hampir seluruhnya sudah memiliki ruang

MTBS, dan hasil wawancara diketahui bahwa penerapan dengan standar MTBS

sudah baik, akan tetapi terkadang masih dilakukan tanpa menggunakan formulir

MTBS, dikarenakan formulir yang habis dan proses pelayanan MTBS yang cukup

lama. Pada anak dengan kasus diare, pelaksanaan standar operasional prosedur

yang masih belum sesuai seperti jarang dilakukan pemberian minum. Petugas

kesehatan mengungkapkan motivasi petugas kesehatan dalam penatalaksanaan

MTBS diare tergantung pada individu masing-masing dalam memberikan

pelayanan, perlu adanya penyegaran dengan petugas kesehatan yang sudah pernah

ikut pelatihan, belum adanya reward terhadap keberhasilan atau punishment

terhadap pelanggaran pada petugas kesehatan.

Page 25: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

6

Berdasarkan penelitian Faridah (2009) tentang analisis faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap motivasi kerja petugas pelaksana manajemen terpadu balita

sakit (MTBS) di Puskesmas kota Surabaya, membuktikan bahwa persepsi kondisi

kerja dan kebijaksanaan pelaksanaan program MTBS secara bersama-sama

mempengaruhi motivasi kerja petugas pelaksana MTBS di Puskesmas kota

Surabaya. Namun, dalam pelaksanaan program MTBS di Puskesmas kota

Surabaya masih kurang baik. Program MTBS bukan merupakan program

unggulan puskesmas, akan tetapi tetap terus berjalan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Sehingga berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin melakukan penelitian

mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Petugas

Kesehatan dalam Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Diare di Puskesmas kota Cilegon”.

1.2. Rumusan Masalah

Di kota Cilegon angka kejadian diare pada tahun 2013 pada balita

perempuan yaitu sebanyak 2.420 jiwa dan pada balita laki-laki yaitu sebanyak

2.511 jiwa. Pelaksanaan MTBS sudah diterapkan di 8 puskesmas kota Cilegon

dengan diadakannya pelatihan, sebanyak 51 petugas kesehatan sudah

mendapatkan pelatihan MTBS. Dari latar belakang diketahui bahwa terdapat

keterbatasan penyediaan formulir MTBS, pelaksanaan standar operasional

prosedur yang masih belum sesuai, penatalaksanaan MTBS yang memerlukan

waktu lama, dan belum terlaksananya supervisi terhadap evaluasi pelaksanaan

MTBS untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Page 26: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

7

Hasil studi pendahuluan diketahui belum adanya penelitian terkait

pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare. Dalam sarana kesehatan, pencapaian kinerja

petugas kesehatan dalam pelaksanaan MTBS diare tidak lepas dari peran

pengetahuan dan motivasi petugas kesehatan sebagai pelaksana MTBS diare.

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang, peneliti menyimpulkan bahwa

pengetahuan dan motivasi sangat penting untuk menentukan indikator hasil

perilaku yang diamati sebagai upaya penanganan diare pada balita. Di sisi lain,

beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan motivasi

petugas kesehatan baik tehadap kinerja kerja maupun penatalaksanaan MTBS.

Dari uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian terkait hubungan

pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka

dapat diambil beberapa pernyataan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran karakteristik petugas kesehatan di puskesmas kota

Cilegon?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon?

3. Bagaimana gambaran motivasi petugas kesehatan dalam penatalaksanaan

MTBS diare di puskesmas kota Cilegon?

Page 27: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

8

4. Bagaimana perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS

diare di puskesmas kota Cilegon?

5. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan

dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon?

6. Apakah ada hubungan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku

petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota

Cilegon.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik petugas kesehatan di puskesmas

kota Cilegon

b. Mengetahui gambaran pengetahuan petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon.

c. Mengetahui gambaran motivasi petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon.

d. Mengetahui gambaran perilaku petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon.

e. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon.

Page 28: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

9

f. Mengetahui hubungan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan

dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon?

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan untuk

pembuatan karya ilmiah dengan mengedepankan aspek evidence based

practice/hasil penelitian kesehatan terkini khususnya dalam bidang ilmu

keperawatan dan menjadi dokumentasi akademik yang berguna dan

dijadikan acuhan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Puskesmas di Kota Cilegon

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan dan

pembangunan program kesehatan, serta peningkatan mutu pelayanan

kesehatan yang ada di masyarakat dalam upaya menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas anak dengan penyakit diare.

3. Bagi Peneliti dan Praktisi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti dan praktisi kesehatan dalam penatalaksanaan

MTBS, khususnya pada penanganan diare.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas

Page 29: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

10

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon. Jenis

penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan pendekatan observasional analitik

dengan desain penelitian cross sectional. Pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian berupa kuesioner. Populasi penelitian ini adalah petugas

kesehatan di puskesmas kota Cilegon yang menangani MTBS. Teknik yang

digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dan waktu penelitian

dilakukan pada Juni 2014.

Page 30: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

11

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management

of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi dalam tata

laksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita)

secara menyeluruh (Wijaya, 2006). MTBS merupakan manajemen bayi dan balita

sakit untuk 2 kelompok usia, yaitu: kelompok usia 7 hari sampai 2 bulan dan

kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2010). Menurut Nguyen et al.

(2013) MTBS merupakan strategi penting bagi program kesehatan anak dan

diakui secara internasional, lebih dari 100 negara telah menerapkan MTBS.

MTBS membantu negara dalam meningkatkan kontribusi terhadap pencapaian

Millenium Development Goals 4.

MTBS mengintegrasikan perbaikan sistem kesehatan, manajemen kasus,

praktik kesehatan oleh keluarga dan masyarakat, serta hak anak (Soenarto, 2009).

Manajemen Terpadu adalah suatu pola manajemen kasus yang berisi prosedur

kerja agar dapat memperbaiki input, proses, dan output (Hastuti, 2010).

Berdasarkan penelitian Husni, dkk (2012) mengatakan bahwa gambaran

pelaksanaan MTBS komponen input, proses, dan output yang sesuai dengan

standar masih kurang. Dimulai pada tahun 1990an, World Health Organization

(WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) memulai pelaksanaan

MTBS untuk meningkatkan kualitas perawatan di fasilitas kesehatan dengan lima

Page 31: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

12

penyakit yang sering mengakibatkan sekitar 70% dari angka kematian anak yaitu

pneumonia, diare, malaria, campak, dan kurang gizi (Wilson et al. 2012). Dalam

buku Pedoman MTBS WHO tahun 2005, proses manajemen kasus pada MTBS

meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Mengkaji anak dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum.

2. Mengklasifikasi penyakit anak dengan menggunakan sistem triase/kode warna.

3. Setelah mengelompokkan semua kondisi, mengidentifikasikan pengobatan

khusus untuk anak.

4. Menginformasikan petunjuk pemberian obat, tindak lanjut, dan tanda-tanda

yang menunjukkan anak harus segera kembali berobat.

5. Menilai makan, termasuk pemberian ASI, dan nasihat untuk memecahkan

masalah jika terdapat masalah makan.

6. Jika anak dibawa kembali ke fasilitas kesehatan, memberikan perawatan tindak

lanjut jika diperlukan.

Salah satu srategi penatalaksanaan MTBS adanya penanganan diare. Di

Indonesia diare merupakan penyakit endemis yang terdapat sepanjang tahun dan

puncak tertinggi terdapat pada peralihan musim penghujan dan kemarau

(Magdarina dkk. 2005).

1. Penatalaksanaan MTBS Diare

Penilaian tanda dan gejala pada anak dengan diare yang dinilai adalah ada atau

tidaknya tanda bahaya umum. Keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis

atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek,

gelisah, rewel, haus atau banyak minum, adanya darah dalam tinja (feses

bercampur dengan darah).

Page 32: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

13

2. Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan Diare

Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan diare dibagi menjadi tiga

kelompok berikut:

a. Klasifikasi Dehidrasi

1) Dehidrasi berat

Apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar, mata

cekung, serta turgor buruk sekali.

2) Dehidrasi ringan atau sedang

Apabila ditandai dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, dan

turgor buruk.

3) Diare tanpa dehidrasi

Apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi.

b. Klasifikasi Diare Persisten

Diare persisten memiliki tanda-tanda antara lain diare sudah lebih dari 14

hari dengan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu diare persisten berat

apabila ditemukan adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak

ditemukan adanya tanda dehidrasi.

c. Klasifikasi Disentri

Klasifikasi disentri ini termasuk klasifikasi diare secara umum, tetapi

pada diare jenis ini disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur

dengan darah (Depkes, 1999 dalam Hidayat, 2008).

3. Penentuan dan Tindakan Pengobatan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan

pengobatan setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada

Page 33: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

14

(Hidayat, 2008). Penentuan tindakan dan pengobatan menurut Depkes (1999,

dalam Hidayat, 2008) sebagai berikut:

a. Klasifikasi Dehidrasi

Tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derajat dehidrasi.

1) Apabila klasifikasinya dehidrasi berat, maka tindakannya adalah

sebagai berikut:

a) Berikan cairan intravena secepatnya. Apabila anak dapat minum,

berikan oralit melalui mulut sambil mempersiapkan sambil infus. Berikan

100 ml/kg ringer laktat atau dengan ketentuan sebagaimana tersaji. Pada

bayi (di bawah usia 12 bulan) pemberian pertama sebanyak 30 ml/kg

selama 1 jam (ulangi apabila denyut nadi lemah dan tidak teraba),

kemudian pemberian berikutnya sebanyak 70 ml/kg selama 5 jam. Pada

anak (1-5 tahun) pemberian pertama 30 ml/kg selama 30 menit (ulangi

apabila denyut nadi lemah dan tidak teraba), kemudian pemberian

berikutnya 70 ml/kg selama 2,5 jam.

b) Lakukan pemantauan setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila

belum membaik berikan tetesan intravena dengan cepat.

c) Berikan oralit (kurang lebih 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau

minum.

d) Lakukan pemantauan kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak

sesudah 3 jam serta tentukan kembali status dehidrasi. Selanjutnya

ditentukan status dehidrasi dan lakukan tindakan sesuai dengan derajat

dehidrasi.

Page 34: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

15

e) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI

Tindakan di atas dilakukan bila cairan tersedia, tetapi apabila dalam waktu

30 menit cairan tersebut tidak ditemukan, maka lakukan rujukan segera dengan

pengobatan intravena dan jika anak bisa minum, berikan oralit sedikit demi sedikit

dalam perjalanan rujukan.

2) Tindakan pengobatan untuk klasifikasi dehidrasi ringan atau sedang adalah

sebagai berikut:

a) Lakukan pemberian oralit dalam 3 jam pertama dengan ketentuan untuk

usia kurang dari 4 bulan dengan berat badan kurang dari 6 kg, maka

pemberian antara 200-400 ml, usia 4-12 bulan dengan berat badan 6-<10 kg,

pemberiannya adalah 400-700 ml, untuk usia 12-24 bulan dengan berat badan

10-<12 kg pemberiannya adalah 700-900 ml, dan untuk usia 2-5 tahun

dengan berat badan 12-19 kg pemberiannya adalah 900-1400 ml, atau juga

dapat dihitung dengan cara berat badan dikali 75, pada anak kurang dari 6

bulan dan tidak menyusu maka diberikan tambahan air matang 100-200 ml.

b). Lakukan pemantauan setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi,

rujuk untuk tindakan sesuai dengan tingkat dehidrasi.

3) Tindakan pengobatan dengan klasifikasi tanpa dehidrasi dapat dilakukan

sebagai berikut:

a) Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau dan lakukan pemberian oralit

apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif.

b) Lanjutkan pemberian makan.

Page 35: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

16

b. Diare Persisten

Tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, jika ditemukan adanya

kolera. Maka pengobatan yang dapat dianjurkan adalah pilihan pertama

antibiotik kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.

Usia atau

berat

badan

Kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2

kali sehari selama 3 hari

Tetrasiklin

Beri 4 kali

sehari untuk

3 hari

tablet dewasa 80

mg trimetoprim +

400 mg

sulfametoksazol

tablet anak 20 mg

trimetropim + 100

mg

sulfametoksazol

sirup/per 5 ml

40 mg

trimetoprim +

200 mg

sulfametoksazol

kapsul 250

mg

2-4 bulan

(4-<6 kg) ¼ 1 2,5 ml

jangan

diberikan

4-12 bulan

(6-<10 kg) ½ 2 5 ml ½

1-5 tahun

(10-<19 kg) 1 3 7,5 ml 1

Tabel 2.1.1.1 Pemberian antibiotik pada diare persisten

c. Disentri

Tindakan pada disentri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang

sesuai, misalnya pilihan pertama adalah kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah

asam nalidiksat. Pemberian dosis berdasarkan usia atau berat badan anak.

Page 36: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

17

usia atau

berat

badan

kotrimoksazol (trimetoprim + sulfametoksazol) beri 2

kali sehari selama 5 hari

Asam

Nalidiksat beri

4 kali sehari

selama 5 hari

tablet dewasa 80

mg trimetoprim

+ 400 mg

sulfametoksazol

tablet anak 20 mg

trimetoprim +

100 mg

sulfametoksazol

sirup/per 5 ml 40

mg trimetoprim +

200 mg

sulfametoksazol

tablet 500 mg

2-4 bulan

(4-<6kg) ¼ 1 2,5 ml 1/8

4-12 bulan

(6-<10 kg) ½ 2 5 ml ¼

1-5 tahun

(10-<19 kg) 1 3 7,5 ml ½

Tabel 2.1.1.2 Pemberian antibiotik pada disentri

Usia atau berat

badan Tablet (500 mg) Tablet 100 mg Sirup 120 mg/5 ml

2-6 bulan

(4-<7 kg) 1/8 ½ 2,5 (½ sendok teh)

6 bulan-3 tahun

(7-<14 kg) ¼ 1 5 ml (1 sendok teh)

3-5 tahun

(14<19 kg) ½ 2

7,5 ml (1 ½ sendok

teh)

Tabel 2.1.1.3 Dosis Pemberian Parasetamol

4. Pemberian cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian

makan

Menurut buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun

2010 dijelaskan sebagai berikut:

a. Rencana Terapi A: Penanganan Diare di Rumah

Jelaskan pada Ibu tentang 4 aturan perawatan di Rumah, sebagai berikut:

1. Beri Cairan Tambahan

a) Jelaskan kepada Ibu:

1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

Page 37: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

18

2) Jika anak memperoleh ASI eksklusif, berikan cairan oralit atau air

matang sebagai tambahan.

3) Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih

cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air

matang.

4) Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika anak telah diobati

dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan dan anak tidak

dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.

b) Ajari Ibu cara mencampur dan memberikan oralit, beri Ibu 6 bungkus

oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.

c) Tunjukkan kepada Ibu berapa banyak oralit/cairan lain yang harus

diberikan setiap anak diare.

1) Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali diare.

2) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali diare.

3) Katakan kepada ibu agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering

dari mangkuk/cangkir/gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit,

kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Dan lanjutkan

pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

2. Beri Tablet Zinc Selama 10 Hari.

3. Lanjutkan Pemberian Makan.

4. Kapan Harus Kembali.

Page 38: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

19

b. Rencana Terapi B: Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit.

Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Umur ≤ 4 bulan 4- ˂ 12 bulan 1- ˂2 tahun 2- ˂5 tahun

Berat <6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg

Jumlah 200-400 400-700 700-900 900-1400

Tabel 2.1.1.4 Pemberian oralit selama periode 3 jam

1) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama.

2) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit.

3) Berikan tablet zinc selama 10 hari.

4) Setelah 3 jam ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat

dehidrasinya, pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan

pengobatan, dan mulailah memberi makan anak.

5) Jika Ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai

c. Rencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat

1) Dapatkah segera memberi cairan intravena, jika ya beri cairan

intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut

sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat

(atau jika tidak tersedia, gunakan cairan NaCl) yang dibagi sebagai

berikut:

Tabel 2.1.1.5 Pemberian cairan intravena

UMUR Pemberian pertama 30

ml/kg selama:

Pemberian berikut 70 ml/kg

selama:

Bayi (dibawah umur 12

bulan)

1 jam* 5 jam

Anak (12 bulan sampai

5 tahun)

30 menit* 2 ½ jam

2) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri

tetesan lebih cepat.

Page 39: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

20

3) Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum,

biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga

tablet Zinc.

4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.

Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk

melanjutkan pengobatan. Jika tidak, dapatkah fasilitas pemberian

cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).

5) Jika ya, rujuk segera untuk pengobatan intravena. Jika anak bisa

minum, bekali Ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan

pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan. Jika tidak,

dapatkah Saudara terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk

rehidrasi atau cek apakah anak masih bisa minum.

6) Jika ya, Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa

nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120

ml/kg).

7) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:

- Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan

lebih lambat.

- Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak

untuk pengobatan intravena.

8) Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi,

kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk

melanjutkan pengobatan. Jika tidak, rujuk segera untuk pengobatan

IV/NGT/OGT.

Page 40: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

21

Catatan: Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah

rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan

pemberian larutan oralit per oral. Perlu diketahui bahwa 1 ml= 20 tetes/menit-

infus makro= 60 tetes/menit-infus mikro.

2.1.2. Diare

Diare adalah penyakit yang terjadi karena terjadi perubahan konsistensi

feses selain dari frekuensi buang air besar dimana feses berair dari biasanya, atau

bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air yang berair tapi tidak

berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011). Hal ini biasanya berkaitan

dengan dorongan, rasa tidak nyaman pada area perianal, inkontinensia, atau

kombinasi dari faktor ini. Tiga faktor yang menentukan keparahannya yaitu:

sekresi intestinal, perubahan penyerapan mukosa, dan peningkatan motilitas

(Baughman, 2000).

Menurut WHO (2008) penyebab utama penyakit diare adalah infeksi

bakteri atau virus. Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang

menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terjadi pada

anak-anak berusia 6 bulan-2 tahun (Suharyono, 2008).

Jalur masuk utama infeksi tersebut melalui feses manusia atau binatang,

makanan, air, dan kontak dengan manusia. Kondisi lingkungan yang menjadi

habitat atau pejamu untuk patogen tersebut atau peningkatan kemungkinan kontak

dengan penyebab patogen tersebut menjadi risiko utama penyakit ini. Sanitasi dan

kebersihan rumah tangga yang buruk, kurangnya air minum yang aman, dan

pajanan pada sampah padat (misalnya melalui pengambilan atau akumulasi

Page 41: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

22

sampah di lingkungan) yang berakibat diare (WHO, 2008). Dalam penelitian

Wilson et al. (2012) mengatakan bahwa caregiver sering gagal dalam mengenali

tanda-tanda diare pada anak.

Epidemik penyakit diare juga dapat terjadi sebagai akibat dari kejadian

polusi atau bencana alam besar, seperti banjir. Musim kemarau juga dapat

menyebabkan wabah penyakit diare karena bertambahnya patogen di saluran air

dan kebutuhan akan penyimpanan air rumah tangga. Terdapat juga penyebab lain

yang sering terjadi dari status kesehatan buruk pada anak-anak, yaitu kemiskinan,

pengucilan di bidang sosial, dan kebijakan serta pengendalian lingkungan yang

buruk (WHO, 2008).

2.1.3. Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun

pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Horwood et al. (2009) pengetahuan dan keterampilan selama

pelatihan sangat penting sebagai penentu kinerja (perilaku), akan tetapi kinerja

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti persepsi dan motivasi, sikap klien

dan masyarakat, dan lingkungan yang menunjang.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu

berkenaan dengan hal tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010).

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan

“what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,

Page 42: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

23

2010). Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi

melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya

bersifat langgeng dan perilaku manusia dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

1. Cognitive domain, diukur dari knowledge (pengetahuan)

2. Affective domain, diukur dari attitude (sikap)

3. Psychomotor domain, diukur dari psychomotor/practice (keterampilan)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Tingkatan pengetahuan di

dalam domain kognitif menurut Taksonomi Bloom (1987) dalam Sunaryo

(2004) mencakup 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat

mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah mampu

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Merupakan kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan

dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham

tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan

menyimpulkan.

Page 43: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

24

c. Penerapan (Application)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-

hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam

bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek

tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah

dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,

membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian

psikologi dengan fisiologi.

e. Sintesis (Synthesis)

Merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Ukuran kemampuan adalah

dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan sesuai

teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau

disusun sendiri.

Page 44: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

25

Menurut Notoatmodjo (2010) cara untuk memperoleh pengetahuan ada 2

yaitu:

1. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara tradisional atau non ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan

tanpa melakukan penelitian ilmiah, cara penemuan pengetahuan pada

periode ini antara lain meliputi:

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang

apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya

dilakukan dengan coba-coba saja (trial and error).

Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama

untuk memecahkan berbagai masalah dan sampai sekarang pun

metode ini masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang belum

atau tidak mengetahui suatu cara tertentu yang tepat dalam

memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Cara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Dengan

prinsip inilah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh

Page 45: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

26

orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran diri.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa yang lalu.

e. Cara akal sehat (Common sense)

Akal sehat atau Common sense kadang-kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran.

f. Kebenaran melalui wahyu

Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang

diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang

bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau

tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah wahyu dan

bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g. Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran

atau berfikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang

Page 46: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

27

rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya

berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

h. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi.

i. Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal

ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut

berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh

indra. Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang

memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

j. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus.

2. Cara modern atau ilmiah

Cara modern atau ilmiah yakni melalui proses penelitian yang

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah atau disebut metodologi penelitian (research methodology).

Page 47: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

28

2.1.4. Motivasi

Kemampuan melaksanakan tugas adalah unsur utama dalam menilai

kinerja seseorang. Namun, tugas tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa

didukung oleh suatu kemauan dan motivasi (Nursalam, 2011).

Penelitian Alhassan et al. (2013) mengatakan bahwa motivasi berpengaruh

terhadap kualitas pelayanan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan. Motivasi

adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat

komitmen seseorang (Nursalam, 2011). Hal ini termasuk faktor-faktor yang

menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam

arah tekad tertentu (Stoner dan Freeman, 1995 dalam Nursalam, 2011). Motivasi

menurut Ngalim Purwanto (2000) adalah segala sesuatu yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu.

Menurut Sunaryo (2004) motivasi adalah dorongan penggerak untuk

mencapai tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi dapat

timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik

adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (intrinsik) bukan pengaruh

lingkungan (ekstrinsik).

Maslow (1943, dalam Bastable, 2002) seorang ahli teori mengembangkan

suatu teori tentang motivasi manusia yang diintegrasi secara utuh pada individu

dan dalam bentuk hierarki tujuan, dia menyatakan bahwa tidak semua perilaku

dimotivasi dan bahwa teori perilaku tidak sama dengan teori motivasi. Ada

hubungan antara motivasi dan pembelajaran, antara motivasi dan perilaku, antara

motivasi, pembelajaran, dan perilaku (Bastable, 2002). Menurut Maslow (1943)

setiap manusia memiliki hierarki kebutuhan dari yang paling rendah sampai yang

Page 48: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

29

paling tinggi (Misbach, 2010). Kebutuhan-kebutuhan terdiri dari lima hierarki,

dalam Notoatmodjo (2010) sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologi (Physiological)

Menurut Maslow kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk

mempertahankan hidup, oleh sebab itu sangat pokok, yakni sandang, pangan,

dan papan. Apabila kebutuhan ini secara relatif terpenuhi, maka kebutuhan

yang lain seperti rasa aman, kebutuhan untuk diakui oleh orang lain akan

menyusul untuk dipenuhi. Seseorang tidak akan termotivasi untuk

pengembangan dirinya, apabila motif dasarnya masih belum terpenuhi. Maslow

menekankan bahwa ketika kebutuhan itu muncul pada seseorang, maka hal

tersebut merupakan pendorong dan pengarah untuk terwujudnya perilaku. Pada

saat seseorang sudah sampai pada taraf untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi

diri, maka pada saat diberikan tanggung jawab yang lebih besar untuk

meningkatkan kemampuan sebagai perwujudan dari aktualisasi diri.

b. Kebutuhan rasa aman (Safety)

Kebutuhan rasa nyaman mempunyai bentangan yang sangat luas, bukan saja

keamanan fisik, tetapi juga keamanan secara psikologis, misalnya bebas dari

tekanan atau intimidasi dari pihak lain.

c. Kebutuhan sosialisasi atau afiliasi dengan orang lain (Affiliation)

Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersosialisasi dengan orang lain dapat

diwujudkan melalui keikutsertaan seseorang dalam suatu team work atau

perkumpulan tertentu. Kebutuhan berafiliasi dengan orang lain pada prinsipnya

agar dirinya diterima dan disayangi oleh orang lain sebagai anggota

kelompoknya. Oleh karena manusia sebagai makhluk sosial, dalam

Page 49: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

30

mewujudkannya membutuhkan atau menginginkan kebutuhan-kebutuhan

sosial terdiri dari:

1) Kebutuhan akan perasaan kemajuaan dan tidak seorang pun yang

menyukai kegagalan dalam tugas atau pekerjaan apapun. Kemajuan

atau keberhasilan sebuah kegiatan, pekerjaan atau tugas merupakan

kebutuhan setiap orang.

2) Kebutuhan akan perasaan ikut serta atau berpartisipasi. Seseorang akan

merasa senang jika diikutsertakan dalam berbagai kegiatan perusahaan

atau organisasi. Keikutsertaan dalam mencapai tujuan bukan hanya

dalam bentuk fisik atau kegiatan saja, tetapi dalam bentuk pendapat, ide

atau saran.

3) Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap orang merasa dirinya

penting. Serendah-rendahnya pendidikan yang dicapai, atau serendah-

rendahnya jabatan yang dipunyai, seseorang merasa penting dan perlu

dihormati.

4) Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain dilingkungan tempat tinggal.

d. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem)

Kebutuhan penghargaan ini adalah kebutuhan prestise, kebutuhan untuk

dihargai merupakan kebutuhan semua orang terlepas dari kedudukan dan

jabatannya. Dalam mewujudkan kebutuhan penghargaan ini bukan semata-

mata pemberian dari pihak lain, tetapi harus dibuktikan dari kemampuan atau

prestasi yang dicapai. Untuk itu sistem pemberian reward di organisasi-

organisasi perlu dikembangkan, tetapi bukan didasarkan pada lama kerja atau

model arisan, tetapi harus didasarkan pada sistem kompetisi prestasi kerja.

Page 50: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

31

Kebutuhan akan penghargaan dapat diberikan berupa status, pengakuan, dan

perhatiaan (Misbach, 2010).

e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self-actualization)

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk mengembangkan

potensi diri secara maksimal. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan realisasi

diri secara lengkap dan penuh. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini antara

seorang yang satu dengan yang lain akan berbeda. Program pendidikan jangka

panjang bergelar dan pelatihan (pendidikan jangka pendek) didalam suatu

institusi atau organisasi merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi

diri. Kebutuhan aktualisasi berbeda dengan kebutuhan yang lain, yakni:

1) Aktualisasi diri adalah bagian dari pertumbuhan individu, dan

berlangsung terus-menerus sejalan dengan meningkatnya jenjang karier

seseorang individu.

2) Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi semata-mata dari luar

individu, tetapi yang lebih utama adalah usaha dari individu itu sendiri.

Redman (1993, dalam Bastable, 2002) memandang pengkajian motivasi

sebagai bagian dari pengkajian kesehatan umum dan menyatakan bahwa

pengkajian ini mencakup bidang-bidang seperti tingkat pengetahuan, keterampilan

klien, kapasitas pembuatan keputusan pada individu, dan skrining pada populasi

sasaran untuk program pendidikan.

Page 51: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

32

Para ahli mengelompokkan metode peningkatan motivasi dalam

Notoatmodjo (2010), yaitu:

1) Model Tradisional

Model ini menekankan bahwa untuk memotivasi masyarakat agar

berperilaku sehat, perlu memberikan insentif berupa materi bagi anggota

masyarakat yang berprestasi tinggi dalam berperilaku hidup sehat.

2) Model Hubungan Manusia

Untuk meningkatkan motivasi berperilaku sehat, perlu dilakukan

pengakuan atau memperhatikan kebutuhan sosial mereka, meyakinkan

mereka bahwa setiap orang adalah penting dan berguna bagi masyarakat.

3) Model Sumber Daya Manusia

Setiap manusia cenderung untuk mencapai kepuasan dari prestasi yang

dicapai, dan prestasi yang baik tersebut merupakan tanggung jawabnya

seebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan

motivasi hidup sehat perlu memberikan tanggung jawab dan kesempatan

yang seluas-luasnya bagi mereka. Motivasi akan meningkat jika diberikan

kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dalam

memelihara kesehatan. Memberikan reward atau penghargaan dan

punishment atau hukuman dapat dipandang sebagai upaya peningkatan

motivasi berperilaku.

Terdapat tiga unsur yang merupakan kunci dari motivasi berdasarkan

pandangan beberapa konsep motivasi yaitu upaya, tujuan organisasi, dan

kebutuhan.

Page 52: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

33

Selanjutnya menurut Hamzah (2008) unsur-unsur tersebut dipengaruhi

oleh faktor-faktor yaitu:

a. Kemampuan

Kemampuan adalah trait (bawaan atau dipelajari) yang

berhubungan dengan mental atau fisik. Kemampuan merupakan

kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam

pekerjaan tertentu. Ditinjau dari teori motivasi dan aplikasinya,

kemampuan dapat digolongkan pada dua jenis, yaitu kemampuan fisik

dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik adalah kemampuan

menjalankan tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan,

dan karakteristik. Sedangkan kemampuan intelektual adalah

kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan mental,

tujuh dimensi yang paling sering dikutip dalam membentuk

pengetahuan intelektual adalah kemahiran berhitung, pemahaman

verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif,

visualisasi ruang dan daya ingat.

Merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa setiap

orang mempunyai kemampuan tertentu yang sangat berbeda dari

orang lain (Siagian, 2004). Kemampuan seseorang dapat membatasi

usahanya untuk mencapai tujuan.

b. Komitmen

Komitmen terhadap organisasi sebagai salah satu sikap dalam

pekerjaan yang berorientasi terhadap kesetiaan, identifikasi, dan

keterlibatan. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap suatu

Page 53: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

34

tujuan memiliki dorongan, intensitas, dan ketekunan untuk bekerja

keras. Komitmen menciptakan keinginan untuk mencapai tujuan dan

mengatasi masalah atau penghalang.

c. Umpan-balik

Umpan-balik menyediakan data, informasi, dan fakta mengenai

kemajuan dalam pencapaian tujuan. Seseorang menggunakan umpan-

balik untuk mengukur dimana penyesuaian dalam usaha. Tanpa

umpan-balik, seseorang beroperasi tanpa pedoman atau informasi

untuk membuat perbaikan sehingga tujuan tidak dapat dicapai tepat

waktu dan pada tingkat yang sesuai dengan anggaran.

d. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu

kelompok agar tercapai tujuan yang diharapkan (Stephen, 1998 dalam

Faridah, 2009). Keberhasilan ataupun kegagalan suatu organisasi

berkaitan dengan kepemimpinan, baik organisasi berupa perusahaan,

atau lembaga pemerintahan.

Dengan kepemimpinan seseorang mampu untuk mempengaruhi

motivasi atau kompetensi individu lainnya dalam suatu kelompok.

Kepemimpinan mampu membangkitkan semangat orang lain agar

bersedia dan memiliki tanggung jawab terhadap usaha mencapai atau

melampaui tujuan organisasi.

Page 54: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

35

e. Faktor instrinsik

1) Prestasi (Achievement)

Prestasi (Achievement) adalah memperoleh kesempatan untuk

mencapai hasil yang baik atau berprestasi. Kebutuhan akan

berprestasi, akan mendorong seseorang untuk mengembangkan

kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang

dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal. Prestasi

kerja adalah penampilan hasil kerja sumber daya manusia (SDM)

dalam suatu organisasi. Prestasi kerja dapat merupakan penampilan

individu maupun kelompok kerja SDM.

Penampilan hasil kerja tidak terbatas pada pegawai yang

menjangkau jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

kepada seluruh jajaran SDM dalam suatu organisasi.

2) Pengakuan (Recognition)

Pengakuan artinya memperoleh pengakuan dari pihak

perusahaan (manajer) bahwa berprestasi, dikatakan baik, diberi

pengharapan, pujian, dan sebagainya. Faktor pengakuan adalah

kebutuhan akan penghargaan. Pengakuan dapat diperoleh melalui

kemampuan dan prestasi, sehingga terjadi peningkatan status

individu. Apabila terpenuhi kebutuhan akan prestasi dalam

pekerjaannya, yaitu individu memperoleh hasil sebagai usaha dari

pekerjaannya.

Page 55: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

36

3) Pekerjaan itu sendiri (The work it self)

Pekerjaan itu sendiri adalah bagaimana individu menentukan

tujuannya sendiri dengan kebutuhan-kebutuhannya dan

keinginannya. Sehingga dapat mendorong untuk memikirkan

pekerjaan, menggunakan pengalaman-pengalaman dan mencapai

tujuan. Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor penting yang

menentukan pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik dan

bertambahnya kepuasan.

4) Tanggung jawab (Responsibility)

Tanggung jawab adalah keterlibatan individu dalam usaha-

usaha pekerjaannya dan lingkungannya, seperti ada kesempatan,

ada kesanggupan dan ada penguasaan diri sendiri dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

Pengertian yang jelas mengenai siapa yang bertanggung jawab

terhadap apa, tanpa ada kesenjangan di antara sejumlah

pertanggungjawaban. Diukur atau ditunjukkan dengan seberapa

jauh atasan memahami bahwa pertanggungjawaban dilaksanakan

dalam rangka mencapai tujuan.

5) Pengembangan potensi individu (Advancement)

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan melalui pendidikan atau latihan. Dua

pendekatan utama yaitu pengembangan ditempat kerja dan diluar

kerja. Pendekatan pengembangan ditempat kerja yaitu pembinaan,

Page 56: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

37

komite penugasan, rotasi pekerjaan. Sedangkan pendekatan

pengembangan diluar tempat kerja dapat berupa kursus dalam

kelas, pelatihan hubungan antar manusia, studi kasus, bermain

peran, dan lain-lain.

f. Faktor ekstrinsik

1) Kompensasi, gaji atau imbalan (wages salaries)

Faktor yang penting untuk meningkatkan prestasi kerja,

motivasi, dan kepuasan kerja adalah dengan pemberian

kompensasi. Kompensasi berdasarkan prestasi dapat meningkatkan

kinerja seseorang yaitu dengan sistem pembayaran berdasarkan

prestasi kerja.

2) Kondisi kerja (working condition)

Yang dimaksud kondisi kerja adalah tidak terbatas hanya pada

kondisi kerja ditempat pekerjaan masing-masing seperti

kenyamanan dan lain-lain. Akan tetapi, kondisi kerja yang

mendukung dalam menyelesaikan tugas yaitu sarana dan prasarana

kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus

diselesaikan.

Betapapun positifnya perilaku manusia seperti tercermin dalam

kesetiaan yang besar, disiplin yang tinggi, dan dedikasi yang tidak

diragukan, serta tingkat keterampilan yang tinggi tanpa sarana dan

prasarana kerja tidak dapat berbuat banyak apalgi meningkatkan

efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja.

Page 57: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

38

3) Kebijakasanaan dan administrasi perusahaan (company policy

and administration)

Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan atau organisasi

merupakan salah satu wujud umum rencana-rencana tetap dari

fungsi perencanaan (planning) dalam manajemen. Kebijaksanaan

(policy) adalah pedoman umum pembuatan keputusan.

Kebijaksanaan berfungsi untuk menandai lingkungan disekitar

keputusan yang dibuat, sehingga memberikan jaminan bahwa

keputusan-keputusan akan sesuai dan menyokong tercapainya arah

atau tujuan.

4) Hubungan antar pribadi (interpersonal relation)

Hubungan dalam organisasi banyak berkaitan dengan rentang

kendali yang diperlukan organisasi karena keterbatasan yang

dimiliki manusia, yang dalam hal ini adalah atasan. Hubungan

antar pribadi (manusia) bukan berarti hubungan dalam fisik, namun

lebih bersifat manusiawi.

5) Kualitas supervisi

Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingan, dan

pengawasan oleh pengelola program terhadap pelaksanaan

ditingkat administrasi yang lebih rendah dalam rangka

memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan

sasaran yang ditetapkan (Handoko, 1995 dalam Faridah, 2009).

Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan

berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh

Page 58: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

39

bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah diberikan

petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.

Dengan melakukan kegiatan supervisi secara sistematis maka

akan memotivasi untuk meningkatkan prestasi kerja dan

pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik.

2.1.5. Perilaku

Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan

lingkungannya, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga

diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong (motivasi) dan penahan

(Maulana, 2009). Pembagian perilaku menurut Maulana (2009) dilihat dari bentuk

respons terhadap stimulus dibagi 2 yaitu:

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup (convert).

Respons ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau

kesadaran, dan sikap.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk

motivasi dengan tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat orang lain.

Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (convert) maupun

perilaku terbuka (overt), tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi

orang yang bersangkutan. Perilaku merupakan keseluruhan pemahaman dan

Page 59: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

40

aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan

eksternal (Notoatmodjo, 2010).

Bagan 2.1.5.1 Skema Perilaku menurut Notoatmodjo (2010)

Lawrence Green (1991, dalam Notoatmodjo, 2010) menganalisis perilaku

manusia dari tingkat kesehatan, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing) dalam pengetahuan, sikap

kepercayaan, keyakinan, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (Enabling) yaitu lingkungan fisik, tersedia atau

tidak tersedianya atau sarana-sarana kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (Reinforcing) terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan (Efendi dan Makhfudli, 2009). Penelitian Rogers (1974, dalam

Efendi dan Makhfudli, 2009) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang

mengadopsi perilaku yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni sebagai berikut:

d. Timbul kesadaran (awareness) yakni orang tersebut menyadari

(mengetahui) stimulus terlebih dahulu.

Pengalaman,

Fasilitas,

Sosiobudaya

Persepsi, Pengetahuan,

Keyakinan, Keinginan,

Motivasi, Niat, Sikap

PERILAKU

EKSTERNAL INTERNAL RESPONS

Page 60: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

41

e. Ketertarikan (interest) yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus.

f. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation) yakni sikap orang

tersebut sudah lebih baik lagi.

g. Mulai mencoba (trial) yakni orang tersebut memutuskan untuk mulai

mencoba perilaku baru.

h. Mengadaptasi (adoption) yakni orang tersebut telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya setelah stimulus.

Namun, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan proses yang berurutan.

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme, tetapi dalam memberikan respons sangat

bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan

(Maulana, 2009). Faktor yang membedakan respons terhadap stimulus/determinan

menurut Maulana (2009) dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Faktor internal

Merupakan karakteristik dari orang yang bersangkutan yang bersifat

bawaan (given) seperti ras, sifat fisik, sifat keperibadian, bakat bawaan,

tingkat kecerdasan, dan jenis kelamin.

b. Faktor eksternal

Meliputi lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Faktor

lingkungan merupakan faktor dominan terhadap perilaku seseorang.

Page 61: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

42

Tahapan dalam perubahan perilaku individu menurut Kemenkes RI (2010)

sebagai berikut:

1. Tidak sadar.

2. Menjadi sadar.

3. Termotivasi untuk mencoba sesuatu yang baru.

4. Mengadopsi perilaku yang baru.

5. Mempertahankan dan menghayati perilaku baru sehingga menjadi

bagian dari perilaku dan kebiasaan sehari-hari.

2.2. Penelitian yang Relevan

1. Faridah, 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Motivasi Kerja Petugas Pelaksana Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di

Puskesmas kota Surabaya dengan kesimpulan persepsi kompensasi kurang baik

(54.8%), persepsi kondisi kerja kurang baik (47.6%), persepsi kebijaksanaan

kurang baik (50%), persepsi supervisi kurang baik (42.9%), persepsi pekerjaan itu

sendiri kurang baik (33.3%), dan hasil persepsi motivasi kerja kurang baik

(54.8%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara persepsi kondisi kerja, persepsi kebijaksanaan, dan persepsi

supervisi pelaksanaan program MTBS dengan motivasi kerja petugas pelaksana

MTBS di puskesmas kota Surabaya (p<0.05).

2. Husni dkk. 2012. Gambaran Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) umur 2 bulan sampai 5 tahun di Puskesmas Kota Makassar dengan

kesimpulan bahwa sebagian besar puskesmas di kota Makassar yang menerapkan

MTBS belum memenuhi standar MTBS dari sisi input, proses, dan output.

Page 62: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

43

Analisis univariat mengambarkan komponen input, proses, dan output yang

sesuai dengan standar masih kurang.

3. Sri Hastuti, 2010. Pengaruh Pengetahuan Sikap dan Motivasi Terhadap

Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada Petugas

Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Boyolali dengan hasil kesimpulan bahwa ada

pengaruh pengetahuan, sikap, dan motivasi petugas kesehatan terhadap

penatalaksanaan MTBS di Puskesmas Kabupaten Boyolali dengan hasil penelitian

menunjukkan nilai p atau signifikansi pada variabel pengetahuan adalah 0.004,

variabel sikap adalah 0.02, dan variabel motivasi adalah 0.023 dan diketahui

bahwa α<0.05 menunjukkan ada hubungan bermakna antar variabel.

4. Alhassan, Robert Kaba et al. 2013. Association Between Health Worker

Motivation and Healthcare Quality Efforts in Ghana dengan hasil bahwa situasi

perawatan yang berkualitas di fasilitas kesehatan pada umumnya masih rendah,

sebagian besar fasilitas tidak secara terus menerus mendokumentasikan

peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Secara keseluruhan, motivasi staf

masih rendah walaupun bekerja di fasilitas kesehatan swasta. Motivasi staf yang

rendah berdampak pada kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan.

5. Purwanti, Sugi. 2010. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Fasilitas,

Supervisi, dan Motivasi terhadap Kinerja Petugas Pelaksana Pelayanan Program

MTBS di Kabupaten Banyumas tahun 2010 dengan kesimpulan bahwa responden

berusia 30-40 tahun (51.5%), tingkat pendidikan responden D-III kebidanan

(35.4%), status kepegawaian PNS (73.7%). Responden mempunyai pengetahuan

yang kurang (56.6%), persepsi beban kerja banyak (59%), tempat pelayanan

memiliki fasilitas lengkap (53.5%). Responden memiliki persepsi supervisi baik

Page 63: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

44

(67.7%), memiliki motivasi tinggi (53.5%), kinerja petugas pemberi pelayanan

MTBS yang cukup (54.5%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel

persepsi beban p=0.0001, motivasi p=0.008 berhubungan dengan kinerja petugas.

Analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh variabel persepsi beban kerja,

motivasi terhadap kinerja kerja petugas.

Page 64: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

45

Sumber: (DepKes RI, 2008). (WHO, 2008). buku Pedoman MTBS WHO (2005). (Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2010).

(Notoatmodjo, 2010).

2.3. Kerangka Teori

Keterangan:

Warna Ungu: Tidak Diteliti

Warna Hitam: Diteliti

Balita

Sakit Diare

Perilaku dalam Penatalaksanaan

Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS)

Petugas Kesehatan

Tanda dan Gejala:

- Letargis atau tidak sadar

- Mata cekung

- Tidak bisa minum atau malas

makan - Turgor jelek - Gelisah

- Rewel

- Haus atau banyak minum

- Adanya darah dalam tinja

buku Pedoman MTBS WHO (2005)

Penilaian berfokus

pada:

-Klasifikasi

-Pengobatan

-Konseling dan Tindak

Lanjut

(DepKes RI, 2008)

a. Predisposing factors (pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dsb).

b. Enabling factors (lingkungan fisik,

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan, dsb).

c. Reinforcing factors (sikap dan perilaku)

(Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2010)

Melalui “indikator” (hasil perilaku) responden:

a. Motivasi

b. Kinerja

c. Kepatuhan

d. Partisipasi masyarakat

(Notoatmodjo, 2010)

Etiologi: infeksi bakteri atau virus,

kemiskinan, sanitasi lingkungan

yang buruk

(WHO, 2008)

Page 65: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

46

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, variabel yang ingin diketahui yaitu pengetahuan dan

motivasi sebagai variabel bebas (independent variables) dan perilaku petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS Diare sebagai variabel terikat

(dependent variable).

Variabel pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Pada umumnya

penelitian-penelitian perilaku kesehatan selama ini mencakup 3 domain perilaku,

yakni pengetahuan, sikap, dan praktik/tindakan terhadap objek kesehatan. Namun

demikian masih banyak penelitian-penelitian perilaku kesehatan diluar 3 domain

tersebut, salah salah satunya adalah motivasi (Notoatmodjo, 2010). Di bawah ini

dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan diteliti di puskesmas kota

Cilegon.

Bagan 3.1.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan

Motivasi

Perilaku Petugas

Kesehatan dalam

Penatalaksanaan

MTBS Diare

Page 66: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

47

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.2.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Pengetahuan

Petugas

Kesehatan

dalam

Penataksanaa

n MTBS

Diare

Segala sesuatu yang diketahui,

berkenaan dengan MTBS Diare

yang terkait dengan

penatalaksanaan, pengobatan, dan

tindakan penanganan diare.

Kuesioner Checklist atau daftar cek

kuesioner

Terdiri dari 7 item

pertanyaan.

Pemberian skor dengan skala

Guttman

1. Jawaban benar= 1

2. Jawaban salah= 0

(Siregar, 2013)

1. Baik= jika skor total

jawaban≥ median

(skor ≥7)

2. Cukup= jika skor total

jawaban˂ median

(skor˂7)

Nominal

2. Motivasi

Petugas

Kesehatan

dalam

Penataksanaa

n MTBS

Diare

Segala sesuatu yang mendorong

untuk melakukan sesuatu

berkenaan dengan MTBS Diare

yang terkait dengan

penatalaksanaan, pengobatan, dan

tindakan penanganan diare.

Kuesioner Checklist atau daftar cek

kuesioner

Terdiri dari 10 item

pertanyaan.

Pemberian skor

menggunakan skala Likert:

Sangat Setuju= 4

Setuju= 3

Tidak Setuju= 2

Sangat Tidak Setuju= 1

1. Baik= jika skor total

jawaban ≥ median

(skor ≥ 34)

2. Cukup= jika skor total

jawaban ˂ median

(skor ˂ 34)

Nominal

Page 67: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

48

No

Variabel

Definisi Operasional

Cara

Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

Ukur

3. Perilaku

Petugas

Kesehatan

dalam

Penataksanaa

n MTBS

Diare

Hasil pengalaman yang terwujud

dalam proses interaksi dengan

lingkungan berkenaan dengan

MTBS Diare yang terkait dengan

penatalaksanaan, pengobatan, dan

tindakan penanganan diare.

Kuesioner Checklist atau daftar cek

kuesioner

Terdiri dari 8 item

pertanyaan.

Pemberian skor

menggunakan skala Likert:

Selalu= 4

Sering= 3

Kadang-kadang= 2

Tidak pernah= 1

1. Baik= jika skor total

jawaban ≥ mean

(skor≥28)

2. Cukup= jika skor total

jawaban ˂ mean

(skor˂ 28)

Nominal

Page 68: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

49

3.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang

muncul adalah:

1. Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan penatalaksanaan

MTBS Diare di Puskesmas Kota Cilegon.

2. Ada hubungan motivasi dengan perilaku petugas kesehatan penatalaksanaan

MTBS Diare di Puskesmas Kota Cilegon.

Page 69: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

Sebuah penelitian mengandung metode yang harus dilalui sebagai syarat

dalam penelitian. Pada bab ini menguraikan beberapa cara pelaksanaan penelitian

dengan menyajikan metode-metode yang digunakan serta teknik analisis untuk

menjawab rumusan masalah penelitian.

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan pendekatan

observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian cross

sectional meneliti suatu kejadian pada titik waktu dimana variabel dependen dan

independen diteliti sekaligus pada saat yang sama (Setiadi, 2007). Desain cross

sectional untuk mengetahui pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di Puskesmas kota Cilegon.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas di kota Cilegon yang terdiri dari 8

puskesmas yaitu Puskesmas Cilegon, Puskesmas Cibeber, Puskesmas Jombang,

Puskesmas Ciwandan, Puskesmas Citangkil, Puskesmas Purwakarta, Puskesmas

Grogol, dan Puskesmas Pulomerak. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2-12

Juni 2014.

Page 70: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

51

4.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, 2007).

Populasi dalam penelitian adalah petugas kesehatan yang menangani

MTBS di 8 Puskesmas kota Cilegon. Dari data Dinas Kesehatan kota

Cilegon populasi petugas kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan, dan

perawat sebanyak 265 orang.

Tabel 4.3.1

Populasi Dokter, Perawat, dan Bidan di Puskesmas kota Cilegon Juni 2014

Petugas Kesehatan Total

Dokter 23

Perawat 119

Bidan 123

Total 265

Sumber: Dinkes kota Cilegon, 2014

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

diteliti (Hidayat, 2007). Teknik pengambilan sampel yang digunakan

secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti (Setiadi,

2007). Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel yaitu petugas

kesehatan yang sudah mengikuti pelatihan MTBS, yaitu sebanyak 51

responden di puskesmas kota Cilegon.

Page 71: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

52

Agar sampel yang digunakan match, peneliti menentukan kriteria

inklusi:

a. Petugas kesehatan Pria dan Wanita yang bekerja di puskesmas kota

Cilegon.

b. Petugas kesehatan yang pernah mendapatkan pelatihan mengenai

MTBS.

c. Petugas kesehatan yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Sedangkan kriteria ekslusi sampel dari penelitian ini adalah:

a. Petugas kesehatan yang sedang cuti/perjalanan dinas/sakit.

4.4. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari petugas kesehatan sebagai responden,

peneliti menggunakan lembaran kuesioner dalam bentuk daftar cek atau check list.

Instrumen ini terdiri dari empat bagian yaitu identitas responden, variabel

pengetahuan, variabel motivasi, dan variabel perilaku. Cara pengukuran dilakukan

dengan kuesioner dengan menggunakan skala Guttman untuk variable

pengetahuan dan skala Likert untuk variabel motivasi dan perilaku. Pernyataan

merupakan pernyataan positif. Jawaban-jawaban responden pada tiap variabel

diberi nilai sebagai berikut:

a. Kuesioner pada variabel bebas yaitu pengetahuan dengan pernyataan sebanyak

10 soal yang disusun oleh peneliti didasarkan pada panduan buku bagan MTBS

(2010) dan Depkes RI (1999, dalam Hidayat, 2008). Penilaian dengan

menggunakan skala Guttman, peneliti memberikan nilai dengan skor 1 untuk

jawaban ya dan skor 0 untuk jawaban tidak.

Page 72: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

53

b. Pernyataan pada variabel bebas yaitu motivasi dengan 10 pernyataan soal yang

disusun oleh peneliti didasarkan pengembangan kuesioner Purwanti (2010)

dengan judul analisis pengaruh karakteristik individu, fasilitas, supervisi, dan

motivasi terhadap kinerja petugas pelaksana pelayanan program MTBS di

kabupaten Banyumas tahun 2010 berdasarkan teori motivasi Maslow.

Kuesioner Purwanti (2010) pada variabel motivasi didasarkan pada lima

hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis pada item nomor 3 dan 4,

kebutuhan rasa aman pada item nomor 1 dan 2, kebutuhan kasih sayang pada

item nomor 4 dan 5 , kebutuhan penghargaan diri pada item nomor 6, dan

kebutuhan aktualisasi pada item nomor 7, 8, 9, dan 10. Penilaian dilakukan

dengan menggunakan skala Likert. Pada variabel motivasi jawaban sangat

setuju diberi skor 4, setuju skor 3, tidak setuju skor 2, dan sangat tidak setuju

skor 1.

c. Pernyataan pada variabel terikat yaitu perilaku dengan 10 pernyataan soal yang

disusun oleh peneliti berdasarkan buku pedoman MTBS WHO (2005) dan

Depkes (1999 dalam Hidayat, 2008). Penilaian dengan menggunakan skala

Likert. Untuk variabel perilaku jawaban selalu diberi skor 4, sering skor 3,

kadang-kadang skor 2, dan tidak pernah skor 1.

Peneliti membagi skor tersebut menjadi 2 kategori yaitu baik dan cukup.

Analisis selanjutnya data variabel pengetahuan petugas kesehatan terhadap

penanganan MTBS diare dikategorikan menjadi:

a. Baik= jika skor total jawaban ≥ median.

b. Cukup= jika skor total jawaban ˂ median (Dahlan, 2013).

Page 73: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

54

Untuk analisis selanjutnya data variabel motivasi petugas kesehatan

terhadap penanganan MTBS diare dikategorikan menjadi:

a. Baik= jika skor total jawaban ≥ median.

b. Cukup= jika skor total jawaban ˂ median (Setiadi, 2007).

Dan analisis data variabel perilaku petugas kesehatan terhadap penanganan

MTBS diare dikategorikan menjadi:

a. Baik= jika skor total jawaban ≥ mean.

b. Cukup= jika skor total jawaban ˂ mean (Hidayat, 2008).

4.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Dua karakteristik yang harus diperhatikan dalam penelitian yaitu validitas dan

reliabilitas (Nursalam, 2009). Uji validitas dan uji reliabilitas pada penelitian ini

dilakukan di Puskesmas kota Tangerang Selatan karena kota Tangerang Selatan

berada di provinsi Banten dan telah melaksanakan MTBS. Uji ini dilakukan

dengan sampel sebanyak 32 petugas kesehatan yang berada di wilayah kerja

puskesmas Ciputat dan Ciputat Timur.

1. Hasil Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui apakah

kuesioner yang disusun mampu mengukur apa yang akan diukur, maka perlu diuji

dengan uji korelasi antara skor tiap item pernyataan dengan skor total kuesioner

dan pernyataan tersebut mempunyai korelasi yang bermakna (construct validity).

Apabila kuesioner telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item

pernyataan yang ada di dalam kuesioner mengukur konsep yang akan diukur.

Page 74: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

55

Uji ini akan dilakukan dengan teknik korelasi yang dipakai adalah teknik

korelasi Product moment dengan rumus:

Keterangan:

r= koefisien korelasi

N= jumlah respondem

X= skor tiap item pertanyaan

Y= skor total

Metode pengujian validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan korelasi pearson product moment, yaitu distribusi (t tabel) untuk

α= 0.05 dan derajat kebebasan (dk= n-2) dengan ketentuan valid instrumen

apabila nilai t hitung > nilai t tabel atau apabila nilai r hitung > nilai r tabel pada N= 32

dan α= 0.05 (Riduwan, 2007). Menurut Sugiyono (2010) bila korelasi tiap faktor

positif dan besarnya 0.3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruksi yang

kuat.

Tabel 4.5.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan, Motivasi, dan

Perilaku

Variabel Nomor Item N-Valid

Pengetahuan 1*, 2*, 3, 4, 5, 6, 7*, 8, 9, 10 7

Motivasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10

Perilaku 1, 2, 3*, 4, 5, 6, 7*, 8, 9, 10 8

N-Valid 25

Keterangan: nomor item bertanda bintang (*) item tidak valid

Pada penelitian ini, uji instrumen dilakukan pada tanggal 21-22 Mei 2014.

Uji instrumen dilakukan terhadap 32 petugas kesehatan di puskesmas Ciputat dan

puskesmas Ciputat Timur. Hasil korelasi tiap item pernyataan pada variabel

pengetahuan berkisar antara -0.37 sampai 3.49. Nilai ini kemudian dibandingkan

dengan t tabel pada signifikasi 5% dengan uji 2 sisi dan n=32, yaitu sebesar 1.70.

Dari uji ini, item 1, 2, dan 7 dinyatakan tidak valid karena nilai korelasi kurang

Page 75: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

56

dari 1.70 sehingga item tersebut tidak digunakan. Kemudian, hasil korelasi tiap-

tiap item pernyataan pada variabel motivasi didapat nilai berkisar 0.566 sampai

0.867. Hasil nilai menunjukkan nilai korelasi item lebih dari 0.3, maka 10 item

pernyataan pada variabel motivasi dinyatakan valid.

Adapun korelasi tiap-tiap item variabel perilaku didapat nilai berkisar -

0.039 sampai 0.703, dari hasil ini didapat item 3 dan 7 tidak valid karena nilai

kurang dari 0.3. Jadi, kesimpulannya item 1, 2, dan 7 pada variabel pengetahuan,

item 3 dan 7 pada variabel perilaku dianggap tidak valid sehingga total

keseluruhan item pernyataan yang digunakan dalam penelitian adalah 25 soal

terdiri dari 7 pernyataan variabel pengetahuan, 10 pernyataan variabel motivasi,

dan 8 pernyataan variabel perilaku.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Reliabilitas

(keandalan) adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh

orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Nursalam, 2009).

Kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala sosial (nonfisik) harus

memiliki reliabilitas yang tinggi. Untuk itu perlu diuji coba, setelah itu akan diuji

dengan tes menggunakan rumus Alpha Cronbach untuk skala Guttman, yaitu

menganalisis kuesioner dari satu kali pengukuran (Ridwan, 2007). Hasil uji

dinyatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0.6 (Hidayat, 2008).

Pada penelitian ini, reliabilitas pada dimensi pengetahuan menggunakan

KR-20. KR-20 adalah pengujian reliabilitas pada skala guttman dan pernyataan

berjumlah ganjil. Instrumen dikatakan reliabel pada KR-20 dengan menggunakan

Page 76: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

57

r product moment yaitu jika r hitung >nilai r tabel atau 0.349 pada N= 32 (Arikunto,

2010). Pada uji reliabel 7 pernyataan variabel pengetahuan dengan KR-20 didapat

hasil 0.372, sedangkan pada variabel motivasi didapat hasil Alpha Cronbach

0.874 dan variabel perilaku dengan 10 pernyataan didapat hasil Alpha Cronbach

0.265, ketika 2 item dibuang menjadi 8 item pernyataan didapat hasil 0.627, dari

hasil uji reliabilitas tersebut, maka instrumen dianggap reliabel, dapat dipercaya,

dan diandalkan.

4.6. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian di Puskesmas kota

Cilegon yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Cilegon setelah

penguji menyetujui proposal penelitian.

2. Setelah mendapat surat pengantar izin penelitian oleh Dinas Kota

Cilegon, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas

instrumen pada 32 petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat

Timur dan Puskesmas Ciputat.

3. Peneliti mengajukan surat rekomendasi penelitian ke badan kesbangpol

provinsi Banten dan kesbanglinmas kota Cilegon.

4. Peneliti melakukan seleksi calon responden sesuai kriteria yang telah

ditentukan setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel.

5. Peneliti melakukan penelitian kepada 51 petugas kesehatan sesuai

dengan besar sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling.

6. Peneliti melakukan informed consent kepada petugas kesehatan sebagai

responden, memberi penjelasan mengenai pengisian kuesioner.

Page 77: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

58

7. Responden mengisi kuesioner, peneliti melakukan proses pengambilan

data dilakukan pada tanggal 2-12 Juni 2014 dan disesuaikan dengan

kondisi Puskesamas di kota Cilegon.

8. Peneliti mengelolah dan menganalisa kuesioner yang telah diisi oleh

responden.

4.7. Etika Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah

(scientific attitude) Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang

harus dipegang teguh pada etika penelitian, meskipun penilitian dilakukan tidak

merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Dalam

melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh (Milton,

1999 dalam Notoatmodjo, 2010), yakni:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan

informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian tersebut. Peneliti juga

memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak

memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent) yang mencakup:

1. Penjelasan manfaat penelitian.

2. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

3. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

4. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

Page 78: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

59

5. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian

kapan saja.

6. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi

yang diberikan oleh responden.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu, peneliti cukup

menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

c. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti juga

hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.

4.8. Pengolahan Data

Pengolahan data dibagi 2 yaitu pengolahan data secara manual dan komputer

(Notoatmodjo, 2010). Pengolahaan data secara manual pada saat ini memang jarang

digunakan. Namun, dalam keterbatasan-keterbatasan sarana dan prasarana atau bila

data tidak terlalu besar, pengolahan data secara manual masih diperlukan.

Page 79: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

60

Pengolahan data secara komputer yang sering digunakan. Adapun tahap-tahap

pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikkan isian kuesioner yang

mencakup kelengkapan data, relevan, jelas/terbaca, dan konsisten. Apabila

ada jawaban yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan

pengambilan data ulang atau jika tidak memungkinkan maka data tersebut

dimasukkan dalam pengelolaan data missing.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit, maka selanjutnya dilakukan pengkodean

atau coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan. Coding atau pemberian data ini sangat berguna dalam

memasukkan data (data entry).

3. Data Entry atau Processing

Data yakni jawabahn-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software

komputer. Software komputer ini bermacam-macam, masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang

paling sering digunakan untuk memasukkan data penelitian adalah paket

program SPSS for Window. Dalam proses ini dituntut ketelitian, apabila tidak

maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data.

Page 80: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

61

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.9. Analisis Data

Setelah dilakukan proses pengelolaan data langkah selanjutnya adalah

melakukan proses analisis data. Analisa data dilakukan untuk mengolah data

dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan serta untuk menguji

secara statistik kebenaran hipotesis yang telah ditetapkan (Sumantri, 2011).

Adapun analisis yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua tahap

yaitu:

1. Analisis Univariat (Deskriptif)

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat ini bertujuan untuk

mengetahui jumlah, mean atau rata-rata, persentase variabel penelitian (Sumantri,

2011). Pada analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan proporsi

responden berdasarkan: 1) Karakteristik petugas kesehatan yang terdiri dari jenis

kelamin, usia, pendidikan, dan lama kerja; 2) Gambaran pengetahuan petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare; 3) Gambaran motivasi petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare, dan 4) Gambaran perilaku petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare.

Page 81: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

62

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi dan hasi uji didapat adanya hubungan variabel dependen dan

independen tersebut bermakna atau tidak bermakna (Notoatmodjo, 2010). Analisis

bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan

dependen, yaitu hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon.

Teknik analisis dilakukan dengan uji chi-square dengan menggunakan

derajat kepercayaan 95% dengan α= 5%, sehingga jika P (p-value) <0.05

menunjukkan hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dan apabila

nilai p value > 0.05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak

ada hubungan. Sedangkan cara menginterpretasikan sejauh mana hubungan kedua

variabel independen dan dependen digunakan bantuan program aplikasi statistik.

4.10. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk tabulasi yang

kemudian dijabarkan dalam bentuk tulisan.

Page 82: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

63

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini disajikan secara format laporan penelitian berdasarkan desain

penelitian yang sudah dibuat dan dijelaskan tiap tabel atau gambaran hasil

penelitian.

5.1. Puskesmas di kota Cilegon

Kota Cilegon adalah kota di provinsi Banten, Indonesia yang berada di

ujung barat laut pulau Jawa, di tepi selat Sunda. Kota Cilegon dikenal sebagai

kota Industri atau kota Baja. Berdasarkan administrasi pemerintahan, kota Cilegon

terbagi atas 8 (delapan) kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 15

tahun 2002, yaitu:

1. Kecamatan Cilegon

2. Kecamatan Ciwandan

3. Kecamatan Pulomerak

4. Kecamatan Cibeber

5. Kecamatan Grogol

6. Kecamatan Purwakarta

7. Kecamatan Citangkil

8. Kecamatan Jombang

Pada setiap kecamatan memiliki 1 puskesmas, puskesmas adalah unit

pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes

RI, 2004).

Page 83: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

64

Daftar puskesmas yang ada di kota Cilegon sebagai berikut:

1. Puskesmas Cilegon

Jalan Pesut Kav. Blok C Cilegon kecamatan Cilegon kota Cilegon Banten.

2. Kecamatan Ciwandan

Jalan Sunan Gunung Jati No. 2 kecamatan Ciwandan kota Cilegon Banten.

3. Kecamatan Pulomerak

Jalan Puskesmas Pulo Merak No. 3 kecamatan Pulo Merak kota Cilegon

Banten.

4. Kecamatan Cibeber

PCI blok D kelurahan Cibeber kecamatan Cibeber kota Cilegon Banten.

5. Kecamatan Grogol

Kp. Cidangdang Ds. Rawa Arum kecamatan Grogol kota Cilegon Banten.

6. Kecamatan Purwakarta

Jalan Pasar Baru Kubang Welingi Kecamatan Purwakarta kota Cilegon

Banten.

7. Kecamatan Citangkil

Jalan K.H Agus Salim kelurahan Kebonsari Kecamatan Citangkil kota

Cilegon Banten.

8. Kecamatan Jombang

Jalan Kranggot kelurahan Jombang kecamatan Jombang kota Cilegon Banten.

5.2. Hasil Preeliminary Analysis

Sebelum dilakukan analisis univariat maupun bivariat, kenormalan data

terlebih dahulu diuji. Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data

Page 84: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

65

berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai Kolmogorov Smirnov ˂0.05 maka

diasumsikan data diasumsikan tidak berdistribusi normal, begitu sebaliknya

(Dahlan, 2013). Berikut ini adalah hasil uji normalitas pada masing-masing data

penelitian:

Tabel 5.2.1

Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Kolmogorov Smirnov (KS) Distribusi Data

Jenis Kelamin 0.000 Tidak Normal

Usia 0.010 Tidak Normal

Pendidikan 0.000 Tidak Normal

Lama Kerja 0.000 Tidak Normal

Pengetahuan 0.000 Tidak Normal

Motivasi 0.043 Tidak Normal

Perilaku 0.075 Normal

Sumber: Data Primer 2014

Data tabel 5.2.1 diatas variabel perilaku berdistribusi normal, sedangkan

variabel jenis kelamin, usia, pendidikan, lama kerja, pengetahuan, dan motivasi

berdistribusi tidak normal (Kolmogorov Smirnov <0.05), sehingga analisis

selanjutnya menggunakan uji statistik non parametrik. Pada penelitian ini,

variabel yang dihubungkan adalah variabel pengetahuan (dependen) dengan

perilaku (independen) dan motivasi (dependen) dengan perilaku (independen).

Skala yang digunakan adalah kategorik dengan jenis tabel 2x2, sehingga uji non

parametrik yang digunakan untuk analisis bivariat adalah Uji Chi-Square.

5.3. Hasil Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini, karakteristik petugas kesehatan yang dianalisa adalah

sebagai berikut:

Page 85: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

66

a. Jenis Kelamin

Pengelompokkan petugas kesehatan berdasarkan kategori jenis kelamin

digambarkan pada tabel 5.3.1 berikut:

Tabel 5.3.1

Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan menurut Jenis Kelamin di

Puskesmas kota Cilegon Juni 2014 (n=51)

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Laki-laki 1 2.0%

Perempuan 50 98.0%

Total 51 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Tabel 5.2.1 menunjukkan hasil bahwa sebagai besar petugas kesehatan

berjenis kelamin perempuan, yakni sebesar 98.0%, sedangkan petugas

kesehatan laki-laki hanya sebesar 2.0%.

b. Usia

Rata-rata usia petugas kesehatan 35 tahun dengan usia termuda 25 tahun

dan tertua 52 tahun dengan standar deviasi 0.633. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel 5.3.2 berikut:

Tabel 5.3.2

Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan menurut Usia di Puskesmas kota

Cilegon Juni 2014 (n=51)

Usia (tahun) Frekuensi Persentase

17-27 5 9.8%

28-38 36 70.6%

39-49 8 15.7%

50-60 2 3.9%

Total 51 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 5.2.2 didapat bahwa sebagian besar responden berada

pada rentang usia 28-38 tahun, yaitu sebesar 70.6%.

Page 86: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

67

c. Pendidikan

Sebagian besar petugas kesehatan yang menjadi responden berlatar

belakang pendidikan Diploma 3 (D-III) keperawatan dan kebidanan sebesar

68.6%. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.3 berikut:

Tabel 5.3.3

Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan menurut Pendidikan di Puskesmas

kota Cilegon Juni 2014 (n=51)

Pendidikan Frekuensi Persentase

SPK 3 5.9%

D-III 35 68.6%

D-IV 2 3.9%

S1 9 17.6%

S2 2 3.9%

Total 51 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Pada tabel diketahui bahwa latar belakang pendidikan petugas kesehatan

terdiri dari Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK), Diploma 3 (D-III),

Diploma 4 (D-IV), Strata 1 (S1), dan Strata II (S2).

d. Lama Kerja

Peneliti membagi petugas kesehatan berdasarkan lama kerja pada tabel

5.3.4 berikut:

Tabel 5.3.4

Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan menurut Lama Kerja di Puskesmas

kota Cilegon Juni 2014 (n=51)

Lama Kerja Frekuensi Persentase

˂ 5 tahun 10 19.6%

5 tahun 13 25.5%

˃ 5 tahun 28 54.9%

Total 51 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Rata-rata petugas kesehatan sudah lama kerja berkisar >5 tahun sebanyak

28 petugas kesehatan dengan persentase 54.9%

Page 87: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

68

2. Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan MTBS

Diare di Puskesmas kota Cilegon

Pengelompokkan petugas kesehatan berdasarkan kategori pengetahuan

dapat dilihat pada tabel 5.3.5 berikut ini:

Tabel 5.3.5

Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan menurut Pengetahuan di

Puskesmas kota Cilegon Juni 2014 (n=51)

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik 32 62.7%

Cukup 19 37.3%

Total 51 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Dari seluruh petugas kesehatan memiliki pengetahuan baik sebanyak 32

responden (62.7%), 19 responden berpengetahuan cukup (37.3%). Tabel diatas

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan petugas kesehatan baik,

yaitu 62.7%.

3. Gambaran Motivasi Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan MTBS Diare di

Puskesmas kota Cilegon

Pengelompokkan petugas kesehatan berdasarkan kategori motivasi dapat

dilihat pada tabel 5.3.6 berikut ini:

Tabel 5.3.6

Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan menurut Motivasi di Puskesmas

kota Cilegon Juni 2014 (n=51)

Motivasi Frekuensi Persentase

Baik 27 52.9%

Cukup 24 47.1%

Total 51 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Dari tabel diatas didapat bahwa motivasi petugas kesehatan baik sebanyak 27

responden dengan persentase sebesar 52.9% dan cukup 24 responden dengan

persentase 47.1%.

Page 88: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

69

4. Gambaran Perilaku Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan MTBS Diare di

Puskesmas kota Cilegon

Pengelompokkan petugas kesehatan berdasarkan kategori perilaku dapat dilihat

pada tabel 5.3.7 berikut ini:

Tabel 5.3.7

Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan menurut Perilaku di Puskesmas

kota Cilegon Juni 2014 (n=51)

Perilaku Frekuensi Persentase

Baik 28 54.9%

Cukup 23 45.1%

Total 51 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Dari tabel diatas didapat bahwa perilaku petugas kesehatan baik sebanyak 28

responden dengan persentase 54.9% dan cukup sebanyak 23 responden dengan

persentase 45.1%.

5.4. Hasil Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang

berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku dalam penatalaksanaan

MTBS diare di puskesmas kota Cilegon. Teknik analisis yang dilakukan dengan

menggunakan uji Chi-Square.

Page 89: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

70

1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Petugas Kesehatan dalam

Penatalaksanaan MTBS Diare di Puskesmas kota Cilegon

Tabel 5.4.1

Hasil analisis Chi-Square Pengetahuan dengan Perilaku Petugas Kesehatan

dalam Penatalaksanaan MTBS Diare di Puskesmas di kota Cilegon Juni

2014 (n=51)

Pengetahuan

Perilaku Total

p-value Baik Cukup

n % N % n %

Baik 17 33.3% 15 29.4% 32 62.7%

0.968 Cukup 11 21.6% 8 15.7% 19 37.3%

Total 28 54.9% 23 45.1% 51% 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Dari tabel 5.4.1 didapat persentase pengetahuan dengan perilaku baik

sebesar 33.3%, pengetahuan baik dengan perilaku cukup sebesar 29.4%, perilaku

baik dengan pengetahuan cukup sebesar 21.6%, dan pengetahuan dengan perilaku

cukup sebesar 15.7%. Uji statistika didapat p-value= 0.968, hasil dikatakan

bermakna apabila nilai significancy p< 0.05. Hal tersebut menunjukkan tidak ada

hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan dalam

Penatalaksanaan MTBS Diare di puskesmas kota Cilegon..

2. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Petugas kesehatan dalam

Penatalaksanaan MTBS Diare di Puskesmas kota Cilegon

Tabel 5.4.2

Hasil Analisis Chi-Square Motivasi dengan Perilaku Petugas Kesehatan

dalam Penatalaksanaan MTBS Diare di Puskesmas di kota Cilegon Juni

2014 (n=51)

Motivasi

Perilaku Total

p-value Baik Cukup

n % N % n %

Baik 19 37.3% 8 15.7% 27 52.9%

0.038 Cukup 9 17.6% 15 29.4% 24 47.1%

Total 28 54.9% 23 45.1% 51% 100.0%

Sumber: Data Primer 2014

Page 90: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

71

Dari tabel 5.4.2 didapat persentase motivasi dengan perilaku baik

didapatkan hasil sebesar 37.3%, motivasi baik dengan perilaku cukup sebesar

15.7%, perilaku baik dengan motivasi cukup sebesar 17.6%, dan persentase

motivasi dengan perilaku cukup sebesar 29.4%. uji statistika didapatkan nilai p-

value= 0.038. Hasil dikatakan bermakna apabila nilai significancy p<0.05. Hal

tersebut menunjukkan ada hubungan antara variabel motivasi dengan perilaku

petugas kesehatan dalam Penatalaksanaan MTBS Diare di puskesmas kota

Cilegon..

Page 91: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

72

BAB VI

PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang

karakteristik petugas kesehatan, hubungan pengetahuan dengan perilaku

penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas kota Cilegon, dan hubungan motivasi

petugas kesehatan dengan perilaku penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas

kota Cilegon. Pada akhir pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari

penelitian.

6.1. Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik Petugas Kesehatan di Puskesmas di kota

Cilegon

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk

menentukan indikator atau ukuran dari perilaku. Green (1980, dalam

Notoatmodjo, 2010) mengatakan bahwa jenis kelamin merupakan

predisposing factor terjadinya perubahan perilaku seseorang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua petugas

kesehatan berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 98.0%, sedangkan

petugas kesehatan laki-laki hanya sebesar 2.0%.

Data ini menunjukkan adanya perbedaan proporsi yang signifikan

antara petugas kesehatan perempuan dan laki-laki, maka pada penelitian

menggambarkan lebih banyak minat perempuan yang bekerja di puskesmas

daripada laki-laki. Perbedaan jenis kelamin tidak muncul dalam perilaku

Page 92: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

73

yang berorientasi terhadap tugas, orang, efektivitas dari manajer aktual, dan

respons bawahan terhadap aktual (Ivancevich, Robert, dan Michael, 2006).

Meskipun demikian, pelayanan kesehatan yang diberikan harus mampu

menghadirkan pelayanan yang memuaskan bagi pasien (Notoatmodjo,

2010).

b. Usia

Usia merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang

(Notoatmodjo, 2010). Usia secara positif mempengaruhi kepuasan kerja,

pekerjaan yang lebih berarti, dan keterampilan yang lebih baik (Ivancevich,

Robert, dan Michael, 2006). Siagian (2002) mengatakan bahwa semakin

meningkatnya usia seseorang maka kedewasaan teknis dan psikologi

semakin bijaksana, mampu berfikir secara rasional, mengendalikan emosi,

dan toleran terhadap pendapat orang lain.

Dari hasil penelitian didapat rata-rata usia petugas kesehatan 35 tahun

dengan usia termuda 25 tahun dan tertua 52 tahun dengan standar deviasi

0.633. Dasar penghitungan usia angkatan kerja menurut Badan Pusat

Statistika (2011) mengatakan bahwa usia 15-64 tahun merupakan usia

produktif bagi warga negara Indonesia. Perbedaan usia perlu diperhatikan,

karena pekerjaan yang dengan usia tua cenderung lebih stabil dan matang,

mempunyai pandangan yang seimbang sehingga tidak mudah mengalami

tekanan mental atau ketidakberdayaan dalam pekerjaan (Masloch, 1982

dalam Nasir, 2008). Sehingga diharapkan petugas kesehatan yang memiliki

usia yang lebih tua mampu memberikan contoh yang baik bagi yang lebih

muda karena dianggap lebih berpengalaman.

Page 93: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

74

c. Pendidikan

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan baik pada diri

sendiri maupun lingkungannya yang dapat mendorong kebutuhan akan

pelayanan kesehatan, termasuk penatalakanaan MTBS diare. Sebagian besar

petugas kesehatan berlatar belakang pendidikan D-III sebesar 68.6%, S1

(17.6%), SPK (5.9%), D-IV (3.9%), dan S2 (3.9%). Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan proporsi terkait latar belakang pendidikan

petugas kesehatan yang menangani MTBS diare. Dari data didapat petugas

kesehatan yang berlatar pendidikan tinggi sudah cukup banyak, diharapkan

dengan latar belakang pendidikan yang baik agar dapat menjadi agent of

change, social control, dan supervisor sehingga mampu meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu, semua petugas kesehatan baik berlatar pendidikan SPK

sampai jenjang S2 mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh

informasi terkait penatalaksanaan MTBS, khususnya diare baik melalui

pendidikan formal maupun non formal sehingga mampu menghasilkan

perubahan atau meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

d. Lama Kerja

Robbins et. al (2008) menyatakan bahwa perilaku di masa lalu adalah

dasar perkiraan paling baik dari perilaku di masa depan, hal ini terkait

dengan lama atau konsisten seseorang terhadap pekerjaannya. Dari hasil

pengumpulan data didapat bahwa rata-rata petugas kesehatan sudah bekerja

lebih dari 5 tahun (54.9%), 5 tahun (25.5%), dan kurang dari 5 tahun

Page 94: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

75

(19.6%). Dari hasil tersebut diharapkan petugas kesehatan sudah mampu

memberikan yang positif terhadap peningkatan pengetahuan dan

pelaksanaan pelayanan kesehatan khususnya penatalaksanaan MTBS diare.

Seniati (2006) menunjukkan adanya pengaruh lama kerja terhadap

komitmen, dimana semakin lama masa kerja maka akan memiliki komitmen

yang lebih tinggi. Semakin lama seseorang bekerja dalam satu organisasi

maka semakin tinggi pula kepuasannya terhadap pekerjaan, hal ini diperoleh

antara lain karena adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan

apa yang diterima (Spector, 1997 dalam Seniati, 2006). Diharapkan petugas

kesehatan mampu menjadi role model yang baik dan memiliki loyalitas

yang tinggi dalam bekerja.

2. Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan

MTBS Diare di Puskesmas di kota Cilegon

MTBS merupakan manajemen bayi dan balita sakit untuk 2 kelompok usia,

yaitu: kelompok usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5

tahun (Depkes RI, 2010). Menurut Hastuti (2010) MTBS merupakan suatu

pendekatan terpadu untuk kesehatan anak yang berfokus pada kesejahteraan anak

secara menyeluruh. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala

sesuatu berkenaan dengan hal tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010).

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan

“what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010). Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi

melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Page 95: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

76

Hasil penelitian ini didapatkan petugas kesehatan memiliki pengetahuan

baik sebesar 62.7% dan cukup sebesar 37.3%. Namun, penelitian Hastuti (2010)

dalam Pengaruh Pengetahuan Sikap dan Motivasi Terhadap Penatalaksanaan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada Petugas Kesehatan di Puskesmas

kabupaten Boyolali didapat pengetahuan petugas kesehatan dalam kategori baik

sebanyak 11 petugas kesehatan (18%), pengetahuan merupakan dasar untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare sudah baik, pengetahuan

ditekankan pada pemahaman bahwa metode MTBS merupakan penatalaksanaan

yang terintegrasi dengan program lain dan dapat mempunyai lebih dari satu

masalah penyakit (Hastuti, 2010).

Pengetahuan yang baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

pendidikan, masa kerja, pengalaman, minat, dan sumber informasi (Notoatmodjo,

2010). Dari segi pendidikan, sebagian besar petugas kesehatan berlatar pendidikan

D-III kebidanan dan keperawatan dan sudah mendapatkan pelatihan terkait

MTBS. Dari segi pengalaman kerja, sebagian besar petugas kesehatan sudah

bekerja lebih dari 5 tahun (54.9%). Dan usia petugas kesehatan dalam rentang usia

produktif dimana sebagian besar petugas kesehatan berumur antara 28-38 tahun

(70.6%). Pengalaman yang akan melekat menjadi pengetahuan pada individu

secara subjektif sehingga semakin banyak pengalaman maka pengetahuan akan

semakin baik.

Hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang materi MTBS

akan semakin mudah dalam menerapkan MTBS sesuai standar, khususnya pada

penanganan kasus diare.

Page 96: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

77

3. Gambaran Motivasi Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan MTBS

Diare di Puskesmas kota Cilegon

Kemampuan melaksanakan tugas adalah unsur utama dalam menilai kinerja

seseorang. Namun, tugas tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa

didukung oleh suatu kemauan dan motivasi (Nursalam, 2011). Hal ini juga dapat

dilihat dari data bahwa motivasi petugas kesehatan dalam melaksanakan MTBS

diare baik (52.9%) dan cukup (47.1%). Faridah (2009) dalam penelitiannya

mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Kerja

Petugas Pelaksana Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas kota

Surabaya didapat hasil motivasi kerja kurang baik sebesar 54.8% daripada yang

baik sebesar 45.2%, motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan

setiap individu mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja

yang tinggi.

Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa petugas kesehatan

mempunyai motivasi baik dalam meningkatkan kinerjanya terhadap

penatalaksanaan MTBS diare. Penelitian Alhassan et al. (2013) mengatakan

bahwa motivasi berpengaruh terhadap kualitas pelayanan petugas kesehatan di

fasilitas kesehatan. Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang

memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang (Nursalam, 2011). Faktor-

faktor yang mempengaruhi motivasi dapat menjadi rintangan dalam mendapatkan

perilaku yang diinginkan, faktor tersebut yaitu 1) atribut pribadi, yang terdiri dari

komponen fisik, perkembangan, dan psikologis individu; 2) pengaruh lingkungan

dan interaksi sosial (Bastable, 2002). Dengan demikian, tanggung jawab petugas

Page 97: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

78

kesehatan terhadap peningkatan kesehatan dan penurunan angka kejadian diare

diharapkan dapat tercapai.

4. Gambaran Perilaku Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan MTBS

Diare di Puskesmas kota Cilegon

Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan

lingkungannya, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga

diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong (motivasi) dan penahan

(Maulana, 2009). Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented),

dengan kata lain perilaku pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk

mencapai tujuan tertentu. Setiap orang mempunyai sifat yang berbeda sehingga

perilakunya berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya

perilaku dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu: 1) penyebab dalam diri;

2) lingkungan; dan 3) interaksi keduanya (Barata, 2003). Berdasarkan hasil

penelitian didapat bahwa perilaku petugas kesehatan baik sebesar 54.9% dan

cukup sebesar 45.1%.

Data penelitian menunjukkan variabel pengetahuan petugas kesehatan baik

sebesar 62.7% dan cukup sebesar 37.3%, serta motivasi petugas kesehatan baik

dengan persentase sebesar 52.9% dan sedang sebesar 47.1%. Pengetahuan dan

Motivasi sebagai faktor internal mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2010). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Page 98: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

79

6.2. Analisa Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Penatalaksanaan

MTBS Diare di Puskesmas kota Cilegon

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna

antara variabel yang diuji, yaitu pengetahuan dengan perilaku petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare p= 0.968.

Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2010). Data hasil penelitian berdasarkan pendidikan didapat

bahwa sebagian besar petugas kesehatan berlatar belakang pendidikan D-III

(68.6%). Akan tetapi, semua petugas kesehatan baik berlatar pendidikan

SPK sampai jenjang S2 mempunyai kesempatan yang sama dalam

memperoleh informasi terkait penatalaksanaan MTBS, khususnya diare baik

melalui pendidikan formal maupun non formal sehingga mampu

menghasilkan perubahan atau meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo,

2010).

Hastuti (2010) mengatakan bahwa dalam metode MTBS pengetahuan

ditekankan pada pemahaman dalam penatalaksanaan kasus yang terintegrasi

dan dapat mempunyai lebih dari satu masalah penyakit atau klasifikasi. Jika

kelangsungan hidup anak harus ditingkatkan, kinerja petugas kesehatan

yang terlatih menangani MTBS harus diidentifikasi dan dipahami, dari hasil

didapat bahwa pengetahuan petugas kesehatan sudah baik (62.7%), akan

tetapi tidak diimbangi perilaku petugas kesehatan (54.9%) walaupun masih

dalam kategori baik. Menurut Horwood et al. (2009) pengetahuan dan

keterampilan selama pelatihan sangat penting sebagai penentu kinerja, akan

Page 99: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

80

tetapi kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain seperti persepsi dan

motivasi, sikap klien dan masyarakat, dan lingkungan yang menunjang.

Adanya variasi pengetahuan menunjukkan pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: tingkat pendidikan, informasi,

budaya pengalaman, dan sosial ekonomi. Petugas kesehatan menyesuaikan

terhadap perubahan lingkungan, sehingga jika pedoman baru sudah

dipahami tidak mengganti petugas yang sudah dilatih, tetapi dapat

memodifikasi untuk memasukkan aspek yang baru.

Dengan adanya pengawasan dapat meningkatkan kinerja petugas

kesehatan dan dapat menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan

praktik yang ada. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana

keterampilan dan pengalaman petugas kesehatan yang sudah terlatih dalam

menerapkan MTBS dan mentransfer ke dalam perilaku penatalaksanaan

MTBS, khususnya pada kasus diare. Pengetahuan juga tidak harus diperoleh

dari pendidikan formal, dengan adanya kursus, seminar, membaca buku,

menambah pengalaman dengan memperluas pergaulan dapat meningkatkan

pengetahuan (Widoatmodjo, 2008).

2. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Petugas kesehatan dalam

Penatalaksanaan MTBS Diare di Puskesmas kota Cilegon

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara variabel yang

diuji, yaitu motivasi dengan perilaku petugas kesehatan dalam

penatalaksanaan MTBS diare p=0.038.

Menurut Maslow (1943) setiap manusia memiliki hierarki kebutuhan

dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi (Misbach, 2010).

Page 100: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

81

Redman (1993, dalam Bastable, 2002) memandang pengkajian motivasi

sebagai bagian dari pengkajian kesehatan umum dan menyatakan bahwa

pengkajian ini mencakup bidang-bidang seperti tingkat pengetahuan,

keterampilan klien, kapasitas pembuatan keputusan pada individu, dan

skrining pada populasi sasaran untuk program pendidikan. Drucker dalam

Swansburg (2000) mengatakan bahwa pegawai berpendidikan akan

produktif hanya dengan motivasi diri sendiri, diarahkan sendiri dalam

pencapaiannya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa petugas

kesehatan berlatar belakang pendidikan diploma 3 (D-III) sebesar 68.6%.

Latar belakang pendidikan merupakan bentuk pemenuhan aktualisasi diri

(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan lama kerja didapatkan sebanyak 28

petugas kesehatan sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun dengan

persentase sebesar 54.9%, akan tetapi dalam mewujudkan kebutuahn akan

penghargaan seseorang tidak didasrkan pada lama kerjanya, kebutuhan

penghargaan menurut Maslow harus dibuktikan dari kemampuan atau

prestasi yang dicapai seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian Faridah (2009) mengenai Analisis Faktor-Faktor yang

Berpengaruh Terhadap Motivasi Kerja Petugas Pelaksana Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas kota Surabaya, dimana persepsi

kondisi kerja dengan motivasi kerja petugas memiliki hubungan, responden

dengan persepsi kebijaksanaan pelaksanaan program MTBS baik akan

cenderung mempunyai motivasi kerja baik. Sejalan penelitian Hastuti

(2010) mengenai Pengaruh Pengetahuan Sikap dan Motivasi Terhadap

Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada Petugas

Page 101: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

82

Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Boyolali didapatkan bahwa motivasi

petugas kesehatan dalam menerapkan MTBS masih rendah dimana kurang

dari 50%, hal ini terkait kurangnya reward dan supervisi secara berkala oleh

dinas kesehatan. Akibatnya interaksi supervisor dengan petugas kurang

optimal, masalah-masalah yang ditemukan menjadi minim, umpan balik

menjadi tidak tepat. Akan tetapi, berdasarkan penelitian didapat bahwa

petugas kesehatan di puskesmas kota Cilegon mempunyai motivasi yang

baik dalam meningkatkan perilaku dan standar dalam melaksanakan MTBS.

Hal ini terkait tanggung jawab dan usaha dalam melaksanakan MTBS,

khususnya penanganan diare sesuai standar. Kondisi kerja yang mendukung

dapat mempengaruhi dalam menyelesaikan tugas yaitu sarana dan prasarana

kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus diselesaikan

(Hamzah, 2008). Hal ini dapat dilihat di puskesmas kota Cilegon yang

sebagian besar sudah memiliki ruang MTBS dan petugas kesehatan sudah

terlatih dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas kesehatan.

Terdapat tiga unsur yang merupakan kunci dari motivasi berdasarkan

pandangan beberapa konsep motivasi yaitu upaya, tujuan organisasi, dan

kebutuhan (Hamzah, 2008). Betapa pun positifnya perilaku individu seperti

tercermin dalam kesetiaan yang besar, disiplin yang tinggi, dan dedikasi

yang tidak diragukan serta tingkat keterampilan yang tinggi tanpa sarana

dan prasarana kerja tidak akan dapat berbuat banyak apalagi meningkatkan

efisiensi, efektifitas, dan produktivitas kerjanya (Muchlas, 1999 dalam

Faridah, 2009).

Page 102: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

83

Efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau

sasaran (Etzioni, 1964 dalam Simamora, 2009). Simamora (2009)

mengatakan efektivitas ini merupakan suatu konsep lebih luas yang

mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan

demikian, efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, tetapi

dilihat dari persepsi atau sikap individu.

6.3. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Keterbatasan penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang dikembangkan

peneliti. Belum ada instrumen pengumpulan data yang baku dalam

penelitian ini. Maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kembali

bila akan digunakan pada wilayah yang berbeda.

2. Pada saat pengisian kuesioner, ada kemungkinan petugas kesehatan

kurang memahami maksud dari pernyataan yang diajukan dan adanya

kecenderungan untuk memilih alternatif jawaban terbaik yang mungkin

tidak sesuai dengan pelaksanaan sehari-hari. Karena tidak semua pengisian

kuesioner didampingi peneliti, agar tidak mengganggu waktu kerja.

3. Adanya kemungkinan bias pada hasil penelitian dimana perilaku petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare bisa jadi tidak hanya

dipengaruhi oleh pengetahuan dan motivasi, melainkan dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain, seperti: pengalaman, sikap, kepercayaan, nilai-

nilai, budaya, maupun fasilitas penunjang yang tersedia.

Page 103: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

84

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan yang telah dijabarkan pada bab

sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Gambaran karakteristik petugas kesehatan di puskesmas kota Cilegon

yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu: persentase jenis

kelamin perempuan dan laki-laki masing-masing sebesar 98.0% dan 2.0%,

usia berkisar antara 28-38 tahun dengan persentase 70.6%, persentase

pendidikan sebanyak 35 orang dengan latar belakang pendidikan D-III

(60.6%), dan lama kerja berkisar >5 tahun (54.9%).

2. Sebagian besar petugas kesehatan memiliki pengetahuan yang baik yaitu

sebanyak 32 orang dengan persentase 62.7%. Tingkat pengetahuan

petugas kesehatan sebagai responden dapat dijadikan dasar dalam

penatalaksanaan MTBS diare di puskesmas. Hal ini terjadi karena

pengetahuan merupakan bekal yang esensial dalam pembentukkan

perilaku.

3. Sebagian besar petugas kesehatan memiliki motivasi yang baik yaitu

sebanyak 27 responden dengan persentase sebesar 52.9%. Motivasi

merupakan indikator atau hasil ukur dalam pembentukkan perilaku.

4. Sebagian besar petugas kesehatan memiliki perilaku yang baik sebesar

54.9% dan cukup sebesar 45.1%. Perilaku merupakan hasil pengalaman

dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam

Page 104: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

85

pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang

antara kekuatan pendorong (motivasi) dan penahan (Maulana, 2009).

5. Hasil uji statistika menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel

pengetahuan dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan

MTBS diare (p= 0.968).

6. Hasil uji statistika menunjukkan ada hubungan antara variabel motivasi

dengan perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare

(p= 0.038). Dengan motivasi yang baik, diharapkan mampu memberikan

kontribusi pada tingkat komitmen. Sehingga, penatalaksanaan MTBS diare

dapat berjalan sesuai standar dan petugas kesehatan mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang paripurna.

7.2. Saran

1. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan untuk

pembuatan karya ilmiah dan menjadi dokumentasi akademik yang berguna dan

dijadikan acuhan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Puskesmas di kota Cilegon

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan peningkatan mutu

pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat dalam upaya menurunkan

angka morbiditas dan mortalitas anak dengan penyakit diare. Diadakannya

observasi secara langsung selama proses pelayanan, dan memfasilitasi feed

back dari petugas kesehatan.

Page 105: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

86

b. Diadakannya supervisi atau pengawasan untuk mengetahui sejauh mana

kinerja petugas kesehatan yang sudah melaksanakan pelatihan dan dapat

menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku petugas

kesehatan dalam penatalaksanaan MTBS diare.

c. Diadakannya reward maupun punishment untuk meningkatkan pelayanan

MTBS agar lebih baik lagi, sehingga walaupun program MTBS bukan

merupakan program unggulan puskesmas akan tetapi mampu memberikan

peningkatan terhadap penurunan insiden angka kejadian kematian pada

balita, khususnya diare.

d. Adanya penyegaran dengan mengadakan refresing perkembangan terbaru

antar petugas kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan ataupun

sosialisasi.

e. Pendistribusian sarana yang berkesinambungan agar terjamin ketersediaan

formulir MTBS di pelayanan kesehatan dan kelengkapan fasilitas

pendukung dalam pelayanan MTBS diare.

3. Bagi Peneliti dan Praktisi Kesehatan

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut

dan mendalam mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

perilaku seperti sikap, praktik, kepercayaan.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengobservasi langsung dan secara

menyeluruh mengenai penatalaksanaan MTBS, serta meneliti tidak hanya

terkait penatalaksanaan MTBS diare, melainkan kasus lain yang dapat

diteliti.

Page 106: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. (2007). Makara Kesehatan Vol. II; Faktor Risiko Diare pada

Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic Review Penelitian Akademik

Bidang Kesehatan Masyarakat.

journal.ui.ac.id/health/article/viewFile/212/208. Depok:

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: RINEKA CIPTA

Barata, Atep Adya. (2003). Persiapan Membangun Budaya Pelayanan Prima

untuk Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan.

Bastable, Susan B. (2002). Perawat sebagai pendidik: prinsip-prinsip pengajaran

dan pembelajaran. Jakarta: EGC

Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk

Brunner dan Suddarth; alih bahasa, Yasmin Asih; editor, Monica Ester.

Jakarta: EGC

Budiarto, Eko. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteron. Jakarta: EGC

Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2013). Statistika untuk Kedokteran dan

Kesehatan: Deskripsi, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan

Menggunakan SPSS Edisi. Jakarta: SALEMBA MEDIKA

Depkes RI. (2004). Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Depkes RI. (2005). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Modul 1 – 7, Edisi

2 Dirjen Kesehatan RI. Jakarta:

Depkes RI. (2010). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Jakarta:

Depkes. (2014). Internet. Laporan Puskesmas.

http://www.siknasonline.depkes.go.id/laporan_puskesmas_detail.php?k

d_propinsi=36&tahun=2014 diakses tanggal 27 April 2014 pukul 3.57

WIB

Destri, Magdarina. (2010). Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di

Indonesia Tahun 2000-2007

Efendi, Nursalam Ferry. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Page 107: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

E-jurnal. (2013). Internet. Pengertian Diare. http://www.e-

jurnal.com/2013/04/pengertian-diare.html diakses tanggal 27 April

2014 pukul 2.57 WIB

Faridah. (2009). Tesis. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Motivasi Kerja Petugas Pelaksana Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) di Puskesmas kota Surabaya. Diakses

eprints.undip.ac.id/17297/pdf tanggal 02 Maret 2014

Hamzah, H. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di bidang

pendidikan. Jakarta: BT Bumi Aksara

Hastono, Sutanto Priyo dan Luknis Sabri. (2010). Statistika Kesehatan. Jakarta:

RAJAWALI PERS

Hastuti, Sri. (2010). Thesis. Pengaruh Pengetahuan Sikap dan Motivasi Terhadap

Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada

Petugas Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Boyolali. Diakses

tanggal 02 Maret

2014

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan

Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk

Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

. (2008). Metode Keperawatan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika

Horwood, Chriztiane et al. (2009). Research Article; Experiences of Training and

Implementation of Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)

in South Africa: a Qualitative Evaluation of The IMCI Case

Management Training Course. BioMed Central Ltd.

Husni., Dian Sidik A., dan Jumriani Ansar. (2012). Gambaran Pelaksanaan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) umur 2 bulan sampai 5 tahun

di Puskesmas Kota Makassar. Email

[email protected]/085241688861 Diakses tanggal 08 Maret 2014

Ivancevich, John M., Robert Konopaske., Michael T. Matteson. 2006. Perilaku

dan Manajemen Organisasi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama

Kemenkes RI. (2010). Penuntun Hidup Sehat. Jakarta: UNICEF Indonesia

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

Situasi Diare di Indonesia Tahun 2000-2007. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia

Page 108: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pusat Data dan Informasi; Profil Kesehatan

Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kesehatan Anak. (2011). Artkel. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau

Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). Diakses di

http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/artikel/manajemen-terpadu-

balita-sakit-mtbs-atau-integrated-management-of-childhood-illness-

imci pada tanggal 27 April 2014 pukul 2.02 WIB

Magdarina, Destri. (2011). Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Morbiditas dan

Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia Tahun 2000-2007.Jakarta:

Maulana, Heri D.J. (2009). Promosi Kesehatan; ed, Egi Komara Yudha. Jakarta:

EGC

Misbach, Ifa H. (2010). Dahsyat sidik jari: Menguak bakat & Potensi untuk

Merancang Masa Depan melalui Fingerprint Analysis. Jakarta:

Visimedia

Moelyo, Annang Giri., Widardo., Galih Herlambang., Tim Revisi. (2013).

Keterampilan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Modul Field

Lab Ed. Revisi II. Universitas Sebelas Maret

Nelson, (1999). Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol. 2 editor edisi Indonesia: A.

SKRSamik Wahab-Ed. 15. Jakarta: EGC

Nguyen, Duyen Thi Kim et al. (2013). Does Integrated Management of Childhood

Illness (IMCI) Training Improve the Skills of Health Workers? A

Systematic Review and Meta-Analysis.Iran: Plos ONE.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Noverica,S.2011.(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23310/4/Chapter%20

II.pdf) diunduh 10/03/2014 pukul 17.00 WIB

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Priyanto, Agus., dan Sri Lestari. (2008). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta:

Salemba Medika

Purwanti, Sugi. (2010). Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Fasilitas,

Supervisi, dan Motivasi terhadap Kinerja Petugas Pelaksana

Page 109: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Pelayanan Program MTBS di Kabupaten Banyumas tahun 2010.

Purwokerto. Email:[email protected]

Riduwan. (2007). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: ALFABETA

Sarwono, Jonathan. (2010). Pintar Menulis Karya Ilmiah-Kunci Sukses dalam

Menulis Ilmiah. Yogyakarta: ANDI

Seniati, Liche. (2006). Makara. Pengaruh Masa Kerja, Trait Kepribadian,

Kepuasan Kerja, dan Iklim Psikologis terhadap Komitmen Dosen pada

UI. Email: [email protected]. Diakses tanggal 20 Juni 2014 Pukul 13.15

WIB

Siagian, Sondang P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Simamora, Roymond H. (2009). Buku Ajar dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Siregar, Syofian. (2013). Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif:

dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS versi 17.

Jakarta: BUMI AKSARA

Siswanto, Susila, dan Suyanto. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan dan

Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu

Setiadi, (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sumantri, Arif. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana

Sunaryo, (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Sutikno. (2012). Direktorat Bina Kesja dan OR.

http://gizikia.depkes.go.id/jejaring/guess/topik/49 diakses 27/6/2014

pukul 1.11

Swansburg. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.

Jakarta: EGC

Terry, Allison J. (2013). The LPN-to-RN Bridge: Transitions toAdvance Your

Career. USA

WHO, (2005). Handbook: IMCI Integrated Management of Childhood Illness.

Geneva, Switzerland: World Health Organization. Diakses tanggal 27

April 2014 pukul 1.54 WIB di situs:

http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241546441.pdf

Page 110: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

WHO, (2008). Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan Anak; alih bahasa,

Apriningsih; editor edisi bahasa Indonesia, Erita Agustin Hardiyanti.

Jakarta: EGC

Widoatmodjo, Sawidji. (2008). Professional Investing. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo

Wilson, Shelby E et al. (2012). Caregiver Recognition of Childhood Diarrhea,

Care Seeking Behaviors and Home Treatment Practices in Rural

Burkina Faso: a Cross-Sectional Survey. Pakistan: PLoS ONE.

UNICEF. The State of The Worlds Children 2008: Child Survival 2007.

http://www.unicef.org/sowc08/report/report.php. New York: UNICEF

UNICEF Indonesia. (2013). Internet. Sekitar 35 Juta Balita Masih Beresiko jika

Target Angka Kematian Anak Tidak Tercapai.

http://www.unicef.org/indonesia/id/media_21393.html diunduh 15

Februari 2014 pukul 07.01 WIB

Wijaya, Awi Muliadi. (2006). Artikel. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI).

http://infodokterku.com/component/content/article/19-info-

kesehatan/helath-programs/37-manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs

diunduh 27 April 2014 pukul 4.06 WIB

. (2012). Artikel. Data (Angka) Diare di Indonesia.

http://www.infodokterku.com/component/content/article/25-data/data-

kesehatan/201-data-angka-diare-di-indonesia diunduh tanggal

09/03/2014 pukul 21.12 WIB

Page 111: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 112: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 113: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 114: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 115: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 116: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 117: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 118: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 119: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 120: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 121: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 122: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 123: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia
Page 124: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Lampiran 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi

responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi

dengan Perilaku Petugas Kesehatan dalam Penatalaksanaan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) Diare di Puskesmas kota Cilegon”.

Saya memahami dan menyadari bahwa penelitian ini tidak akan merugikan bagi saya,

oleh karena itu saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Ciputat, Mei 2014

Responden,

Page 125: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU PETUGAS

KESEHATAN DALAM PENATALAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA

SAKIT (MTBS) DIARE DI PUSKESMAS KOTA CILEGON

1. Identitas Responden

Petunjuk Pengisian:

Isilah jawaban Anda pada titik-titik di bawah ini dan berilah tanda check list (√) pada

pernyataan yang sesuai.

No Responden: Kode:

a. Nama : ....................................

b. Tempat/Tanggal Lahir : ....................................

c. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

d. Pendidikan : D3 S1 lainnya ...

e. Profesi : ...................................

f. Status Kepegawaian : PNS Non PNS lainnya ...

g. Masa Kerja : ≤ 5 tahun 5 tahun lainnya ...

h. Mengikuti pelatihan MTBS? (Ya/Tidak) berapa kali? ...

Page 126: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

2. Variabel Pengetahuan

Petunjuk Pengisian:

Berilah tanda check list (√) pada kolom pernyataan dengan ketentuan sebagai berikut:

YA : Apabila menurut Anda pernyataan benar

TIDAK : Apabila menurut Anda pernyataan tidak benar

No Pernyataan Jawaban

YA TIDAK

1. Klasifikasi dan tingkat kegawatan diare dibagi menjadi 3 kelompok yaitu dehidrasi, diare

persisten, dan disentri.

2. Menurut WHO tahun 2008 penyebab utama penyakit diare adalah infeksi bakteri atau

virus.

3. Penentuan tindakan dan pengobatan diare dilakukan setelah mengklasifikasikan penyakit

berdasarkan kelompok gejala yang ada.

4. Pemberian ASI tetap dianjurkan pada anak dengan diare.

5. Penentuan tindakan pengobatan pada anak dengan dehidrasi ringan atau sedang yaitu

dengan pemberian oralit dalam 3 jam pertama.

6. Dehidrasi berat pada anak ditandai dengan letargis, mata cekung, dan turgor yang buruk

sekali.

7. Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan berlanjut sampai

14 hari atau lebih.

3. Variabel Motivasi

Petunjuk Pengisian:

Berilah tanda check list (√) pada kolom pernyataan dengan ketentuan sebagai berikut:

SS : Apabila Anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut

S : Apabila Anda setuju dengan pernyataan tersebut

TS : Apabila Anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut

STS : Apabila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SS S TS STS

1. Saya berusaha melakukan pelayanan MTBS sebaik-baiknya karena ini

sangat penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.

2. Saya berusaha melakukan pelayanan MTBS dengan baik untuk

meningkatkan keprofesionalan saya dalam bekerja.

3. Saya berusaha mencari tahu mengenai MTBS untuk meningkatkan

kemampuan saya dalam pelayanan MTBS.

4. Saya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan saya tentang MTBS dan

memotivasi rekan kerja untuk melaksanakan MTBS sesuai standar.

5. Pelayanan MTBS yang diberikan akan berhasil baik dengan dukungan dari

team work.

Page 127: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

6. Saya akan mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan,

melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi bila memberikan pelayanan

MTBS dengan baik.

7. Saya berusaha agar tugas yang menjadi tanggung jawab sebagai petugas

kesehatan saya selesaikan dengan sebaik-baiknya sesuai pelayanan MTBS.

8. Saya ingin meningkatkan kemampuan saya dalam pelayanan MTBS.

9. Saya berusaha untuk menyelesaikan tugas MTBS tepat pada waktunya.

10. Saya merasa mendapat tantangan untuk memberikan pelayanan MTBS

sesuai dengan standar.

4. Variabel Perilaku

Petunjuk Pengisian:

Berilah tanda check list (√) pada kolom pernyataan dengan ketentuan sebagai berikut:

SL : Apabila Anda selalu dengan pernyataan tersebut

SR : Apabila Anda sering dengan pernyataan tersebut

KD : Apabila Anda kadang-kadang dengan pernyataan tersebut

TP : Apabila Anda tidak pernah dengan pernyataan tersebut

No Pernyataan Pilihan Jawaban

SL SR KD TP

1. Saya menggunakan formulir MTBS untuk menilai/memeriksa anak.

2. Saya melaksanakan pelayanan MTBS sesuai dengan standar yang

ditentukan pemerintah.

3. Saya mengklasifikasikan penyakit anak dengan menggunakan sistem

triase/kode warna.

4. Saya menginformasikan petunjuk pemberian obat, rencana tindak

lanjut, tanda-tanda yang menunjukkan anak harus segera kembali

berobat kepada orangtua/wali.

5. Saya memberikan tindakan/pengobatan setelah mengklasifikasikan

berdasarkan tanda dan gejala anak dengan diare.

6. Saya melakukan pemantauan status dehidrasi setiap 1-2 jam pada

anak dengan dehidrasi berat.

7. Saya menyarankan orangtua/wali untuk memberikan cairan

tambahan sebanyak anak mau.

8. Saya akan menanyakan umur dan berat badan anak sebelum

pemberian dosis antibiotik.

--Terima Kasih --

Page 128: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Lampiran 4

Validity <Pengetahuan, n=32>

Res Nomor Item

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9

2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8

3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

4 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8

5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9

6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

8 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9

9 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

11 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

14 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 7

15 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

17 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

21 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9

22 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8

23 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

26 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

27 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

29 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

30 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9

31 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7

32 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6

rxy 0,20 0,10 0.60 0,32 0,54 0.31 -0,07 0,49 0,36 0,52

t

hitung 1,09 0,54 4.12 1,88 3,49 1.82 -0,37 3,06 2,11 3,35

t tabel 1,70

Ket. Unvalid Unvalid Valid Valid Valid Valid Unvalid Valid Valid Valid

N 7

Page 129: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Validity <Motivasi, n=32>

Correlations

m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7 m8 m9 m10

skor_m

otivasi

m1 Pearson

Correlation

1 .675** .556

** 1.000

*

*

.193 .103 .787** .257 .368

* .677

** .732

**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .290 .576 .000 .155 .038 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m2 Pearson

Correlation

.675** 1 .628

** .675

** .433

* .260 .878

** .336 .403

* .741

** .804

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .013 .150 .000 .060 .022 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m3 Pearson

Correlation

.556** .628

** 1 .556

** .518

** .214 .723

** .276 .332 .776

** .754

**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .001 .002 .239 .000 .126 .064 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m4 Pearson

Correlation

1.000*

*

.675** .556

** 1 .193 .103 .787

** .257 .368

* .677

** .732

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .290 .576 .000 .155 .038 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m5 Pearson

Correlation

.193 .433* .518

** .193 1 .422

* .295 .016 .691

** .279 .571

**

Sig. (2-tailed) .290 .013 .002 .290 .016 .102 .930 .000 .122 .001

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m6 Pearson

Correlation

.103 .260 .214 .103 .422* 1 .173 .484

** .560

** .388

* .597

**

Sig. (2-tailed) .576 .150 .239 .576 .016 .343 .005 .001 .028 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m7 Pearson

Correlation

.787** .878

** .723

** .787

** .295 .173 1 .434

* .450

** .827

** .841

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .102 .343 .013 .010 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m8 Pearson

Correlation

.257 .336 .276 .257 .016 .484** .434

* 1 .237 .435

* .566

**

Page 130: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Sig. (2-tailed) .155 .060 .126 .155 .930 .005 .013 .192 .013 .001

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m9 Pearson

Correlation

.368* .403

* .332 .368

* .691

** .560

** .450

** .237 1 .544

** .703

**

Sig. (2-tailed) .038 .022 .064 .038 .000 .001 .010 .192 .001 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

m10 Pearson

Correlation

.677** .741

** .776

** .677

** .279 .388

* .827

** .435

* .544

** 1 .867

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .122 .028 .000 .013 .001 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

skor_motivasi Pearson

Correlation

.732** .804

** .754

** .732

** .571

** .597

** .841

** .566

** .703

** .867

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .001 .000 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Validity <Perilaku, n=32>

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10

skor_pri

laku

p1 Pearson

Correlation

1 .338 -.239 .255 .015 .124 -.474** .047 .834

** -.028 .684

**

Sig. (2-tailed) .058 .189 .159 .933 .498 .006 .798 .000 .879 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p2 Pearson

Correlation

.338 1 .302 .909** .639

** .351

* -.176 .429

* -.001 .258 .703

**

Sig. (2-tailed) .058 .093 .000 .000 .049 .334 .014 .994 .154 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p3 Pearson

Correlation

-.239 .302 1 .274 .628** .119 .329 .130 -.345 .417

* .261

Sig. (2-tailed) .189 .093 .129 .000 .516 .066 .477 .053 .017 .149

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p4 Pearson

Correlation

.255 .909** .274 1 .699

** .047 -.317 .128 -.113 .234 .479

**

Sig. (2-tailed) .159 .000 .129 .000 .800 .077 .485 .537 .197 .005

Page 131: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p5 Pearson

Correlation

.015 .639** .628

** .699

** 1 .098 -.084 .226 -.182 .344 .455

**

Sig. (2-tailed) .933 .000 .000 .000 .593 .646 .214 .318 .054 .009

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p6 Pearson

Correlation

.124 .351* .119 .047 .098 1 .301 .862

** .107 .424

* .627

**

Sig. (2-tailed) .498 .049 .516 .800 .593 .094 .000 .559 .016 .000

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p7 Pearson

Correlation

-.474** -.176 .329 -.317 -.084 .301 1 .206 -.494

** .101 -.039

Sig. (2-tailed) .006 .334 .066 .077 .646 .094 .258 .004 .581 .832

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p8 Pearson

Correlation

.047 .429* .130 .128 .226 .862

** .206 1 -.001 .234 .568

**

Sig. (2-tailed) .798 .014 .477 .485 .214 .000 .258 .995 .197 .001

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p9 Pearson

Correlation

.834** -.001 -.345 -.113 -.182 .107 -.494

** -.001 1 -.092 .504

**

Sig. (2-tailed) .000 .994 .053 .537 .318 .559 .004 .995 .615 .003

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

p10 Pearson

Correlation

-.028 .258 .417* .234 .344 .424

* .101 .234 -.092 1 .340

Sig. (2-tailed) .879 .154 .017 .197 .054 .016 .581 .197 .615 .057

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

skor_prilaku Pearson

Correlation

.684** .703

** .261 .479

** .455

** .627

** -.039 .568

** .504

** .340 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .149 .005 .009 .000 .832 .001 .003 .057

N 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 132: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Reliability <Pengetahuan, n=32, KR 20, 7 item soal>

N 30 31 26 29 30 29 28 203

p 0.94 0.97 0.81 0.91 0.94 0.91 0.88

q 0.06 0.03 0.19 0.09 0.06 0.09 0.13

pq 0.06 0.03 0.15 0.08 0.06 0.08 0.11

k 7,0

Npq 0.58

Var 0.85

Mean 6.34

K20 0.372

Ket. R

Reliability <Motivasi, n=32>

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.874 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

m1 28.44 8.190 .664 .858

m2 28.47 8.128 .756 .853

m3 28.47 7.934 .682 .856

m4 28.44 8.190 .664 .858

m5 28.47 8.451 .462 .872

Page 133: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

m6 28.44 7.738 .425 .889

m7 28.50 8.194 .805 .852

m8 28.25 8.194 .428 .879

m9 28.59 8.249 .629 .860

m10 28.56 7.673 .826 .845

Reliability <Perilaku, N=32 10 item pernyataan>

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.265 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

p1 31.66 4.749 .425 -.014a

p2 30.72 5.822 .581 .054

p3 30.72 8.402 -.339 .374

p4 30.72 6.338 .317 .153

p5 30.66 6.814 .284 .193

p6 30.59 6.507 .512 .140

p7 31.94 9.157 -.409 .533

p8 30.72 6.080 .409 .112

p9 32.22 5.789 -.019 .380

p10 30.56 7.609 -.029 .279

a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This

violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

Page 134: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Reliability <Perilaku, N=32 item pernyataan 3,7 dihapus>

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.627 8

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

p1 25.31 5.835 .662 .459

p2 24.38 7.984 .591 .542

p4 24.38 8.306 .416 .576

p5 24.31 9.190 .275 .611

p6 24.25 9.161 .348 .603

p8 24.38 8.823 .261 .610

p9 25.88 6.242 .265 .688

p10 24.22 9.854 .071 .639

Page 135: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Lampiran 5

Uji Normalitas

Tests of Normality <motivasi>

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

skor_motivasi1 .126 51 .043 .959 51 .078

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality <perilaku>

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor_perilaku .106 51 .200* .970 51 .222

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality <pengetahuan>

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor_guttman .260 51 .000 .779 51 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality <usia>

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

usia .144 51 .010 .945 51 .020

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality <jenis kelamin>

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jenis_kelamin .536 51 .000 .124 51 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 136: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Tests of Normality <lama kerja>

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

lama_kerja .341 51 .000 .729 51 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality <pendidikan>

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

pendidikan .421 51 .000 .701 51 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 137: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Lampiran 6

Hasil Olahan SPSS Univariat

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid perempuan 50 98.0 98.0 98.0

laki-laki 1 2.0 2.0 100.0

Total 51 100.0 100.0

lama_kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < = 5 tahun 10 19.6 19.6 19.6

5 tahun 13 25.5 25.5 45.1

> 5 tahun 28 54.9 54.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SPK 3 5.9 5.9 5.9

D3 35 68.6 68.6 74.5

D4 2 3.9 3.9 78.4

S1 9 17.6 17.6 96.1

S2 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

klasifikasi umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

1 5 9.8 9.8 9.8

2 36 70.6 70.6 80.4

3 8 15.7 15.7 96.1

4 2 3.9 3.9 100.0

Total 51 100.0 100.0

Page 138: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

perilaku_pk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 28 54.9 54.9 54.9

cukup 23 45.1 45.1 100.0

Total 51 100.0 100.0

motivasi_pk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 27 52.9 52.9 52.9

cukup 24 47.1 47.1 100.0

Total 51 100.0 100.0

pengetahuan_pk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 32 62.7 62.7 62.7

cukup 19 37.3 37.3 100.0

Total 51 100.0 100.0

Page 139: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

Lampiran 7

Hasil Olahan SPSS Bivariat

Statistics

Frequencies <skor7_pengetahuan>

N Valid 51

Missing 0

Mean 6.51

Median 7.00

Mode 7

Std. Deviation .731

Minimum 4

Maximum 7

Percentiles 25 6.00

50 7.00

75 7.00

skor7_pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 4 1 2.0 2.0 2.0

5 4 7.8 7.8 9.8

6 14 27.5 27.5 37.3

7 32 62.7 62.7 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Frequencies <motivasi_10>

N Valid 51

Missing 0

Mean 34.12

Median 34.00

Mode 36

Std. Deviation 3.333

Minimum 28

Maximum 40

Percentiles 25 31.00

Page 140: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

50 34.00

75 37.00

motivasi_10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 28 1 2.0 2.0 2.0

29 5 9.8 9.8 11.8

30 1 2.0 2.0 13.7

31 6 11.8 11.8 25.5

32 4 7.8 7.8 33.3

33 7 13.7 13.7 47.1

34 5 9.8 9.8 56.9

35 1 2.0 2.0 58.8

36 8 15.7 15.7 74.5

37 4 7.8 7.8 82.4

38 4 7.8 7.8 90.2

39 1 2.0 2.0 92.2

40 4 7.8 7.8 100.0

Total 51 100.0 100.0

Statistics

Frequencies <prilaku_8>

N Valid 51

Missing 0

Mean 27.76

Median 28.00

Mode 28a

Std. Deviation 3.210

Minimum 21

Maximum 32

Percentiles 25 25.00

50 28.00

75 31.00

a. Multiple modes exist. The smallest value

is shown

Page 141: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

prilaku_8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 21 3 5.9 5.9 5.9

23 2 3.9 3.9 9.8

24 2 3.9 3.9 13.7

25 8 15.7 15.7 29.4

26 1 2.0 2.0 31.4

27 7 13.7 13.7 45.1

28 9 17.6 17.6 62.7

29 1 2.0 2.0 64.7

30 4 7.8 7.8 72.5

31 5 9.8 9.8 82.4

32 9 17.6 17.6 100.0

Total 51 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan_pk *

perilaku_pk

51 100.0% 0 .0% 51 100.0%

pengetahuan_pk * perilaku_pk Crosstabulation

perilaku_pk

Total baik cukup

pengetahuan_pk baik Count 17 15 32

Expected Count 17.6 14.4 32.0

% within pengetahuan_pk 53.1% 46.9% 100.0%

% within perilaku_pk 60.7% 65.2% 62.7%

% of Total 33.3% 29.4% 62.7%

cukup Count 11 8 19

Expected Count 10.4 8.6 19.0

Page 142: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

% within pengetahuan_pk 57.9% 42.1% 100.0%

% within perilaku_pk 39.3% 34.8% 37.3%

% of Total 21.6% 15.7% 37.3%

Total Count 28 23 51

Expected Count 28.0 23.0 51.0

% within pengetahuan_pk 54.9% 45.1% 100.0%

% within perilaku_pk 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 54.9% 45.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .110a 1 .741

Continuity Correctionb .002 1 .968

Likelihood Ratio .110 1 .740

Fisher's Exact Test .779 .485

Linear-by-Linear Association .107 1 .743

N of Valid Cases 51

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,57.

b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

motivasi_pk * perilaku_pk 51 100.0% 0 .0% 51 100.0%

motivasi_pk * perilaku_pk Crosstabulation

perilaku_pk

Total baik cukup

motivasi_pk Baik Count 19 8 27

Expected Count 14.8 12.2 27.0

% within motivasi_pk 70.4% 29.6% 100.0%

% within perilaku_pk 67.9% 34.8% 52.9%

Page 143: OLEH: NOVITASARI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25627/1... · NGT : Nasogastric Tube . OGT : Oral Gastric Tube . SDM : Sumber Daya Manusia

% of Total 37.3% 15.7% 52.9%

cukup Count 9 15 24

Expected Count 13.2 10.8 24.0

% within motivasi_pk 37.5% 62.5% 100.0%

% within perilaku_pk 32.1% 65.2% 47.1%

% of Total 17.6% 29.4% 47.1%

Total Count 28 23 51

Expected Count 28.0 23.0 51.0

% within motivasi_pk 54.9% 45.1% 100.0%

% within perilaku_pk 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 54.9% 45.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.545a 1 .019

Continuity Correctionb 4.296 1 .038

Likelihood Ratio 5.640 1 .018

Fisher's Exact Test .026 .019

Linear-by-Linear Association 5.436 1 .020

N of Valid Cases 51

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,82.

b. Computed only for a 2x2 table