PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN ...psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI...

6
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8 242 PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DAN KEDUA Fikrie, Lita Ariani, & Ceria Hermina Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin [email protected] [email protected] [email protected] A B S T R A K Tahun pertama kuliah merupakan masa transisi perubahan keterhubungan dan keamanan yang sebelumnya telah didapatkan dari keluarga dan komunitasnya menjadi kebutuhan membangun keterhubungan dan identitas di lingkungan baru bagi seorang remaja. Transisi ini memberikan tantangan serta kesulitan tersendiri bagi mereka. Sebagian remaja berhasil menghadapi tantangan ini tetapi sebagian lainnya tidak. Kegagalan ini bisa mengakibatkan mereka mengalami tekanan psikologis seperti kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kesepian pada mahasiswa tahun pertama dan kedua. Pendekatan kuantitatif dengan desain komparatif digunakan dalam penelitian ini. Total subjek dalam penelitian ini berjumlah 132 Mahasiswa tahun pertama (N=69) dan mahasiswa tahun kedua (N=63) pada beberapa perguruan tinggi di Banjarmasin. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala kesepian dengan alpha Cronbach sebesar 0,813. Analisis data menggunakan uji beda Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesepian diantara mahasiswa tahun pertama dan kedua ( mann-whitney u = 883 ; Z = -,5,891; p<0,05) dimana mahasiswa tahun kedua lebih merasakan kesepian daripada mahasiswa tahun pertama (mean tahun pertama = 47,80; mean tahun kedua = 86,98 ) dan tidak terdapat perbedaan kesepian berdasarkan jenis kelamin (mann-whitney u = 1436 ; Z = - 0,697; P>0,05) Kata Kunci : Kesepian, Mahasiswa tahun pertama, Mahasiswa Tahun Kedua L A T A R B E L A K A N G Mahasiswa tahun pertama adalah mahasiswa yang sedang mengalami transisi dari sekolah menengah ke perguruan tinggi. Tahun pertama kuliah merupakan masa transisi perubahan keterhubungan dan keamanan yang sebelumnya telah didapatkan dari keluarga dan komunitasnya menjadi kebutuhan membangun keterhubungan dan identitas di lingkungan baru (Asher & Weeks, 2014). Transisi ini memberikan tantangan serta kesulitan tersendiri yang harus dinegosiasikan oleh mereka, pengalaman pertama jauh dari orangtua, tanggung jawab baru terhadap seluruh kegiatan akademik yang ada di perguruan tinggi, mencari teman dan sahabat karib baru, mengembangkan ide dan tujuan yang mereka sukai serta menemukan cara untuk menjadi anggota di komunitas yang lebih besar adalah beberapa masalah yang dihadapi oleh mahasiswa tahun pertama (Asher & Weeks, 2014; Hicks & Heastie, 2008; S Smith & Wertlieb, 2005). Banyak mahasiswa tahun pertama yang tidak siap menghadapi transisi ini yang mengakibatkan mereka mengalami tekanan psikologis. Ketika mereka mampu mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, maka mahasiswa tahun pertama berhasil mengembangkan keterampilan, kompetensi dan pengetahuan diri yang pada akhirnya dapat membantu mereka melakukan penyesuaian pada masa transisi ini (Asher & Weeks, 2014), Sebaliknya jika mereka tidak mampu mengatasinya maka dapat memicu memicu pengalaman kesepian pada diri mereka (Lou, Yan & Nickerson, 2012). Kesepian merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi ketika jaringan seseorang dalam hubungan sosialnya secara signifikan mengalami kekurangan baik secara kuantitas atau kualitas (Perlman dan Peplau dalam Mansson, 2014). Orang yang kesepian merasakan perbedaan keterhubungannya dalam jaringan sosial ketika apa yang mereka inginkan tidak sesuai dengan apa yang dirasakan baik secara kualitas maupun kuantitas (Asher & Weeks, 2014). Kesepian merupakan pengalaman subjektif

Transcript of PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN ...psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI...

Page 1: PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN ...psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019...Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)

ISBN : 978-60274420-7-8

242

PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN

PERTAMA DAN KEDUA

Fikrie, Lita Ariani, & Ceria Hermina

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

[email protected] [email protected] [email protected]

A B S T R A K

Tahun pertama kuliah merupakan masa transisi perubahan keterhubungan dan keamanan yang

sebelumnya telah didapatkan dari keluarga dan komunitasnya menjadi kebutuhan membangun keterhubungan dan identitas di lingkungan baru bagi seorang remaja. Transisi ini memberikan tantangan

serta kesulitan tersendiri bagi mereka. Sebagian remaja berhasil menghadapi tantangan ini tetapi

sebagian lainnya tidak. Kegagalan ini bisa mengakibatkan mereka mengalami tekanan psikologis seperti

kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kesepian pada mahasiswa tahun pertama dan kedua. Pendekatan kuantitatif dengan desain komparatif digunakan

dalam penelitian ini. Total subjek dalam penelitian ini berjumlah 132 Mahasiswa tahun pertama (N=69)

dan mahasiswa tahun kedua (N=63) pada beberapa perguruan tinggi di Banjarmasin. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah skala kesepian dengan alpha Cronbach sebesar 0,813. Analisis data

menggunakan uji beda Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesepian diantara mahasiswa tahun pertama dan kedua (mann-whitney u = 883 ; Z = -,5,891; p<0,05)

dimana mahasiswa tahun kedua lebih merasakan kesepian daripada mahasiswa tahun pertama (mean

tahun pertama = 47,80; mean tahun kedua = 86,98 ) dan tidak terdapat perbedaan kesepian

berdasarkan jenis kelamin (mann-whitney u = 1436 ; Z = - 0,697; P>0,05)

Kata Kunci : Kesepian, Mahasiswa tahun pertama, Mahasiswa Tahun Kedua

L A T A R B E L A K A N G

Mahasiswa tahun pertama adalah mahasiswa yang sedang mengalami transisi dari sekolah menengah ke

perguruan tinggi. Tahun pertama kuliah merupakan masa transisi perubahan keterhubungan dan

keamanan yang sebelumnya telah didapatkan dari keluarga dan komunitasnya menjadi kebutuhan

membangun keterhubungan dan identitas di lingkungan baru (Asher & Weeks, 2014). Transisi ini

memberikan tantangan serta kesulitan tersendiri yang harus dinegosiasikan oleh mereka, pengalaman

pertama jauh dari orangtua, tanggung jawab baru terhadap seluruh kegiatan akademik yang ada di

perguruan tinggi, mencari teman dan sahabat karib baru, mengembangkan ide dan tujuan yang mereka

sukai serta menemukan cara untuk menjadi anggota di komunitas yang lebih besar adalah beberapa

masalah yang dihadapi oleh mahasiswa tahun pertama (Asher & Weeks, 2014; Hicks & Heastie, 2008;

S Smith & Wertlieb, 2005). Banyak mahasiswa tahun pertama yang tidak siap menghadapi transisi ini

yang mengakibatkan mereka mengalami tekanan psikologis. Ketika mereka mampu mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut, maka mahasiswa tahun pertama berhasil mengembangkan

keterampilan, kompetensi dan pengetahuan diri yang pada akhirnya dapat membantu mereka melakukan

penyesuaian pada masa transisi ini (Asher & Weeks, 2014), Sebaliknya jika mereka tidak mampu

mengatasinya maka dapat memicu memicu pengalaman kesepian pada diri mereka (Lou, Yan &

Nickerson, 2012).

Kesepian merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi ketika jaringan seseorang dalam

hubungan sosialnya secara signifikan mengalami kekurangan baik secara kuantitas atau kualitas (Perlman

dan Peplau dalam Mansson, 2014). Orang yang kesepian merasakan perbedaan keterhubungannya dalam

jaringan sosial ketika apa yang mereka inginkan tidak sesuai dengan apa yang dirasakan baik secara

kualitas maupun kuantitas (Asher & Weeks, 2014). Kesepian merupakan pengalaman subjektif

Page 2: PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN ...psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019...Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)

ISBN : 978-60274420-7-8

243

seseorang yang melibatkan pengalaman emosional dan pengalaman kognitif, ketika seseorang kesepian

ia memiliki perasaan yang tidak menyengkan serta mempersepsikan interaksinya dengan jaringan sosial

tidak berlangsung sesuai dengan harapannya (Heinrich & Gullone, 2006). Pengalaman kesepian dapat

termanifestasi dalam bentuk ketidakmampuan menjalin hubungan dekat, memiliki sedikit teman, merasa

frustasi dan tidak puas dengan sebuah hubungan, kurang tertarik mengembangkan hubungan sosial dan

menurunnya intensitas dalam hubungan persahabatan (Shemesha, Heimana & Eden, 2012). Bagi sebagian

orang, kesepian merupakan pengalaman yang berkepanjangan dan menyakitkan yang berefek pada

kesehatan mental dan fisik, namun ada juga yang menganggap bahwa kesepian merupakan pengalaman

sementara tanpa adanya konsekuensi negatif yang bertahan lama (Qualter, Vanhalst, Harris, Van Roekel,

Lodder, Bangee, Maes & Verhagen, 2015). Mahasiswa tahun pertama adalah mahasiswa yang berada

pada fase usia remaja. Masa remaja merupakan usia dimana terjadi perubahan yang signifikan pada aspek

biologis, kognitif dan sosioemosional (Santrock, 2016). Kesepian banyak ditemui pada remaja, secara

spesifik remaja yang berada pada rentang usia 12-22 tahun dan 20-50 % remaja pada umumnya

mengalami kesepian (Ronka, Rautio, Koiranen, Sunnaria & Taanila, 2014). Umumnya kesepian yang

terjadi pada remaja dikarenakan memiliki sedikit teman, hal ini disebabkan karena mereka menarik diri

dari kelompok sosial (Wedaloka & Turnip, 2019). Remaja yang kesepian Kondisi ini jika dibiarkan maka

dapat berdampak negatif pada kehidupan pribadi, kondisi fisik, kesehatan mental dan aktivitas akademik

mereka (Heinrich & Gullone, 2006 ; Mansson, 2014). Banyak penelitian terdahulu yang membuktikan

bahwa kesepian memiliki dampak negatif bagi remaja. Kesepian pada remaja dapat berdampak negatif

pada kondisi emosional seperti kecemasan sosial yang tinggi, depresi dan rasa malu (Heinrich & Gullone

2006; Woodhouse, Dykas & Cassidy, 2011), berpotensi menjadi korban kekerasan (Acquah, Topalli,

Wilson, Junttila & Niemi, 2015), korban cyberbullying (Sahin, 2012; Shemesha, Heimana & Eden, 2012)

dan kegagalan dalam aspek akademik (Benner, 2011) serta pada kondisi kesepian yangkronis berefek

pada kejadian bunuh diri pada remaja (Heinrich & Gullone 2006).

Terdapat perbedaan apakah laki-laki atau perempuan yang lebih merasakan kesepian pada remaja.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan temuan yang tidak konsisten, terdapat penelitian yang

menyatakan bahwa remaja perempuan lebih mengalami kesepian daripada laki-laki (Al Khatib, 2012;

Ronka, Rautio, Koiranen, Sunnaria & Taanila, 2014; Wedaloka & Turnip, 2019), sementara dalam

penelitian lain disebutkan bahwa remaja laki-laki lebih merasakan kesepian daripada perempuan (Salimi,

2011) dan pada penelitian lainnya menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara remaja

laki-laki dan perempuan dalam hal kesepian (Akbag & Imamoglu, 2010).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini adalah mengekplorasi

apakah terdapat perbedaan kesepian pada mahasiswa tahun pertama dengan mahasiswa tahun kedua

dan apakah terdapat perbedaan kesepian ditinjau dari jenis kelamin.

T I N J A U A N P U S T A K A

Kesepian adalah pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan dimana seseorang merasakan adanya

ketidaksesuaian keinginan dengan apa yang dirasakan baik secara kualitas maupun kuantitas dalam hal

hubungan sosial di komunitasnya (Asher & Weeks, 2014). Kesepian merupakan pengalaman subjektif

yang melibatkan dimensi emosional dan kognitif seseorang, ketika seseorang kesepian ia memiliki

perasaan yang tidak menyengkan serta mempersepsikan interaksinya dengan jaringan sosial tidak

berlangsung sesuai dengan harapannya (Heinrich & Gullone, 2006). Kesepian, biasanya ditandai dengan

perasaan negatif seperti kesedihan dan pesimis dan hilangnya ciri-ciri penting yang bersifat kauntitatif

seperti individu tidak mempunyai teman atau hanya mempunyai sedikit teman, maupun yang bersifat

kualitatif yaitu individu merasa bahwa hubungan yang dijalin dangkal atau kurang memuaskan

dibandingkan dengan harapan individu (Wols, Scholte, & Qualter, 2015; Sears, 1994). Bruno (2000)

menjelaskan bahwa kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan

Page 3: PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN ...psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019...Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)

ISBN : 978-60274420-7-8

244

dengan adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Kesepian merupakan kegelisahan subjektif yang ditandai dengan hilangnya ciri-ciri penting yang dimiliki

seseorang.

Kesepian dapat dijelaskan melalui dua dimensi penyusunnya yaitu dimensi emosional dan sosial (Ronka,

Rautio, Koiranen, Sunnaria & Taanila, 2014). Kesepian emosional terjadi ketika seseorang tidak memiliki

sosok yang signifikan atau orang dekat dimana ia memiliki ikatan emosioanl dengan orang tersebut

seperti teman dekat atau pasangan, sementara kesepian sosial terjadi ketika seseorang tidak memiliki

teman atau kenalan dalam sebuah jaringan sosial seperti teman kerja dikantor dan tetangga di lingkungan

sekitar rumah (Wedaloka & Turnip, 2019). Bagi sebagian orang kesepian merupakan pengalaman yang

menyakitkan dan berkepanjangan serta berefek pada kesehatan mental dan fisik (Qualter, Vanhalst,

Harris, Van Roekel, Lodder, Bangee, Maes & Verhagen, 2015). Kesepian bisa dialami oleh semua orang

dalam variasi usia, tetapi sebagian besar dialami oleh remaja, secara spesifik remaja yang berada pada

rentang usia 12-22 tahun dan 20-50 % remaja pada umumnya mengalami kesepian (Ronka, Rautio,

Koiranen, Sunnaria & Taanila, 2014; Kapikiran, 2013).

M E T O D E P E N E L I T I A N

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain komparatif. Penelitian ini mencoba

melihat apakah terdapat perbedaan kesepian pada mahasiswa tahun pertama dengan mahasiswa tahun

kedua dan perbedaan kesepian ditinjau dari jenis kelamin. Subjek penelitian berjumlah 132 Mahasiswa

tahun pertama (N=69) dan mahasiswa tahun kedua (N=63) pada beberapa perguruan tinggi di

Banjarmasin. Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala kesepian yang disusun berdasarkan tiga

aspek penyusunnya yaitu trait loneliness, social desiberality loneliness dan depression loneliness

(Russell, Peplau & Cutrona, 1980). Trait loneliness yaitu adanya pola yang lebih stabil dari perasaan

kesepian yang terkadang berubah dalam situasi tertentu, atau individu yang mengalami kesepian karena

disebabkan kepribadian mereka. Kepribadian yang dimaksud adalah seseorang yang memiliki

kepercayaan yang kurang dan ketakutan akan orang asing. Social desirability loneliness yaitu terjadinya

kesepian karena individu tidak mendapatkan kehidupan sosial yang diinginkan pada kehidupan di

lingkungannya dan Depression loneliness yaitu terjadinya kesepian karena terganggunya perasaan

seseorang seperti perasaan sedih, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga dan berpusat pada

kegagalan yang dialami oleh individu. Skala kesepian ini memiliki koefisien reliabilitas alpha cronbach

sebesar 0,813. Contoh item yang ada dalam skala ini adalah “Menurut saya, saya tidak memiliki

kelebihan-kelebihan yang dapat dibanggakan”. Analisis data yang digunakan adalah Mann-Whitney U

menggunakan SPSS 17.

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada terdapat perbedaan signifikan kesepian pada mahasiswa tahun

pertama dengan mahasiswa tahun kedua, dimana mahasiswa tahun kedua lebih merasakan kesepian

dibandingkan mahasiswa tahun pertama (mann-whitney u = 883 ; Z = -,5,891 ; p<0,05). Temuan ini

bertolak belakang dengan hipotesis minor yang diajukan peneliti dimana mahasiswa tahun pertama lebih

kesepian dibandingkan mahasiswa tahun kedua. Terdapat beberapa alasan yang mendasari temuan

penelitian ini. Pertama, pemilihan waktu pengambilan data pada subjek berimplikasi pada hasil temuan

ini. Pengambilan data dilakukan di akhir semester dua pada tahun pertama subjek menjalani perkuliahan.

Subjek penelitian telah menjalin relasi di jejaring sosial mereka yang baru dalam kurun waktu hampir

satu tahun sehingga tentu saja secara kuantitatif maupun kualitatif jejaring sosial mereka yang baru sudah

terbangun dengan baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Cutrona (dalam Asher & Weeks,

2014) yang menemukan bahwa perasaan kesepian yang dialami oleh seseorang dapat diprediksi secara

Page 4: PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN ...psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019...Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)

ISBN : 978-60274420-7-8

245

kuantitatif maupun kualitatif melalui jejaring sosial mereka sepanjang tahun pertama seperti jumlah

teman, frekuensi kontak dengan teman, dan apakah seseorang memiliki pasangan romantis atau tidak.

Cutrona (dalam, Ernst & Cacioppo, 1999) juga menjelaskan bahwa mayoritas mahasiswa mengalami

kesepian pada semester pertama perkuliahan dan hilang ketika berada di akhir semester kedua. Shaver,

Furman dan Buhrmester (dalam Ernst & Cacioppo, 1999) mereka melakukan penelitian dalam interval

waktu sebelum masuk ke perguruan tinggi sampai tahun pertama perkuliahan berakhir, mereka

menjelaskan terjadi peningkatan kesepian pada semester pertama perkuliahan dibandingkan sebelum

masuk ke perguruan tinggi dan mulai menurun ketika berada di akhir tahun pertama perkuliahan.

Kedua, mempertahankan persahabatan yang telah dibangun ketika masih berada di sekolah menengah

atas berimplikasi pada temuan ini. Seperti yang telah dijelaskan bahwa tahun pertama perkuliahan adalah

masa transisi perubahan keterhubungan dan keamanan yang sebelumnya telah didapatkan dari keluarga

dan komunitasnya menjadi kebutuhan membangun keterhubungan dan identitas di lingkungan baru

(Asher & Weeks, 2014), namun walaupun berada dalam lingkungan atau jejaring sosial yang baru tetapi

ketika seseorang masih mempertahankan pertemanan dan persahabatan karib dengan teman mereka

semasa di sekolah menengah, maka hal ini dapat mempengaruhi pengalaman kesepian pada tahun

pertama perkuliahan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oswald dan Clark

(2003) yang menyatkan bahwa ketika seseorang mempertahankan persahabatan mereka sebelumnya

dengan baik maka cenderung tidak berpotensi mengalami kesepian pada tahun pertama perkuliahan.

Persahabatan erat kaitannya dengan dukungan sosial yang diberikan secara timbal balik dan persahabatan

merupakan aspek penting yang diperlukan oleh remaja untuk membantu menyesuaikan diri (Oswald &

Clark, 2003).

Ketiga, kesulitan penyesuaian selama tahun pertama berdampak terus-menerus pada tahun kedia

perkuliahan. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syabanawati (2000) yang

menyatakan bahwa mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik pada awal memasuki

universitas akanterus mengembangkan kemampuannya di semester selanjutnya, sebaliknya, mahasiswa

yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri dan tidak bisa teratasi akan terus merasa kesulitan di

semester-semester selanjutnya.

Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kesepian berdasarkan

jenis kelamin (mann-whitney u = 1436 ; Z = - 0,697; P>0,05), jadi mahasiswa laki-laki dan perempuan

cenderung memiliki pengalaman kesepian yang sama. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Akbag & Imamoglu, 2010), bahwa perbedaan gender tidak dapat memprediksi kesepian

yang dialami oleh seseorang. Akbag & Imamoglu (2010) menyatakan hal ini disebabkan karena kesepian

merupakan pengalaman subjektif yang bersifat pribadi oleh seseorang. Hasil meta analisis oleh Mahon

dkk (2006) terhadap 31 studi tentang perbedaan gender pada pengalaman kesepepian, ditemukan bahwa

dari 31 studi yang dilakukan meta analisis, 19 studi diantaranya menyimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan pengalaman kesepian ditinjau dari gender.

Temuan lain menyatakan bahwa tidak ada adanya perbedaan gender disebabkan karena tanggapan subjek

terhadap alat ukur yang digunakan. Ketika alat ukur tersebut secara eksplisit mengarah kepada jawaban

yang mengandung unsur “kesepian” di dalamnya maka cenderung subjek , khususnya subjek laki-laki

menghindari pernyataan tersebut, hal ini disebabkan karena adanya stigmatisasi jika laki-laki melaporkan

dirinya dalam kondisi kesepian sebaliknya perempuan tidak mengalami stigmatisasi (Ernst & Cacioppo,

1999). Ernst dan Cacioppo (1999) juga melaporkan bahwa dalam beberapa penelitian lainnya tidak hanya

laki-laki yang mengalami stigmatisasi tetapi perempuan juga. Terkait dengan temuan ini, beberapa item

dalam skala yang dipakai oleh peneliti memamng secara eksplisit mengarah kepada unsur kesepian.

S I M P U L A N

Page 5: PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN ...psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019...Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)

ISBN : 978-60274420-7-8

246

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kesepian

diantara mahasiswa tahun pertama dan kedua (mann-whitney u = 883 ; Z = -,5,891 ; p<0,05) dimana

mahasiswa tahun kedua lebih merasakan kesepian daripada mahasiswa tahun pertama (mean tahun

pertama = 47,80; mean tahun kedua = 86,98 ) dan tidak terdapat perbedaan kesepian berdasarkan jenis

kelamin (mann-whitney u = 1436 ; Z = - 0,697; P>0,05). Penelitian selanjutnya diharapkan

mempertimbangkan pemilihan waktu pengambilan data dan memperhatikan konstruksi item pada alat

ukur yang dipergunakan dalam penelitian.

D A F T A R P U S T A K A

Akbag, M., & Imamoglu, S.E. (2010).The Prediction of Gender and Attachment Styles on Shame, Guilt,

and Loneliness. Educational Sciences: Theory & Practice, 10 (2) : 669-682

Acquah, E.O., Topalli.P.Z., Wilson, M.L., Junttila, N & Niemi, P.M. (2015). Adolescent loneliness and

social anxiety as predictors of bullying victimization. International Journal of Adolescence and

Youth, 1-12. DOI : 10.1080/02673843.2015.1083449

Al Khatib, S.A. (2012). Exploring the Relationship among Loneliness, Self-esteem, Self-efficacy and

Gender in United Arab Emirates College Students. Europe’s Journal of Psychology, 8(1), 159-

181. DOI : 10.5964/ejop.v8i1.301

Asher, S.R & Weeks, M.S. (2014). Loneliness and Belongingness in the College Years. dalam Coplan R.J

& Bowker, J.C. Bowker (Edisi Pertama.), The Handbook of Solitude: Psychological

Perspectives on Social Isolation, Social Withdrawal and Being Alone (283-301). NC : John

Wiley & Sons, Ltd

Benner, A.D. (2011). Latino Adolescents’ Loneliness, Academic Performance, and the Buffering Nature

of Friendships, J Youth Adolescence, 40, 556–567. DOI : 10.1007/s10964-010-9561-2

Bruno. F. J. 2000. Menaklukkan Kesepian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Drake, E.C., Sladek, M.R., & Doane, L.D. (2016). Daily cortisol activity, loneliness,and coping efficacy in

late adolescence: A longitudinal study of the transition to college. International Journal of

Behavioral Development, Vol 40(4), 334–345. DOI: 10.1177/0165025415581914.

Ernst, J.M.,& Cacioppo, J.T. (1999).Lonely hearts: on loneliness Psychological perspectives.

Applied & Preventive Psychology, 8 :1-22.

Heinrich, L.M & Gullone, E. (2006). The clinical significance of loneliness: A literature review, Clinical

Psychology Review, 26 , 695–718.

Hicks, T & Heastie, S. (2008). High School To College Transition : A Profile Of The Stressors, Physical

And Psuchological Health Issues That Affect The First Year On Campus College Student.

Journal of cultural diversity, Vol. 15, No. 3, 143-147.

Kapikiran, S. (2013). Loneliness and Life Satisfaction in Turkish Early Adolescents: The Mediating Role

of Self Esteem and Social Support. Soc Indic Res, 617-632. DOI : 10.1007/s11205-012- 0024-

x 19

Lou, L., Yan, Z., & Nickerson, A. (2012). An Examination Of The Reciprocal Relationship Of Loneliness

And Facebook Use Among First-Year College Students. Journal Educational Computing

Research, Vol. 46(1) 105-117.

Mahon, N.E., Yarcheski, A., Yarcheski, T.J., Cannella, B.L., * Hanks, M.M. (2006). A Meta- analytic Study

of Predictors for Loneliness During Adolescence. Nursing Research, 55, 5 : 308–315

Mansson, D.H. (2014). College Students' Mental Health and Their Received Affection From Their

Grandparents. Communication Research Reports, Vol. 30, No. 2, 157–168. DOI :

10.1080/08824096.2012.763028

Oswald, D.L., & Clar, E.M. (2003). Best friends forever ?: High school best friendships and the transition

to college. Personal Relationships, 10, 187–196

Page 6: PERBEDAAN KESEPIAN PADA MAHASISWA TAHUN ...psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019...Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019)

ISBN : 978-60274420-7-8

247

Qualter, P., Vanhalst, J., Harris, R., Van Roekel, E., Lodder, G., Bangee, M., Maes, M., & Verhagen, M.

(2015). Loneliness Across the Life Span. Perspectives on Psychological Science, 10(2), 250–

264. DOI: 10.1177/1745691615568999

Ronka, A.E., Rautio, A., Koiranen, M., Sunnaria, V & Taanila, A. (2014). Experience of loneliness among

adolescent girls and boys: Northern Finland Birth Cohort 1986 study. Journal of Youth

Studies, Vol. 17, No. 2, 183 – 203

Russell, D., Peplau, L.A., & Cutrona, C.E. (1980). The Revised UCLA Loneliness Scale : Concurent and

Discriminant Validity Evidence. Journal of Personality and Social Psychology, 39, 472-480

Sahin, M. (2012). The relationship between the cyberbullying/cybervictmization and loneliness among

adolescents, Children and Youth Services Review, 34, 834–837

Salimi, A. (2011). Social-Emotional Loneliness and Life Satisfaction. Procedia - Social and Behavioral

Sciences 29, 292 – 295. DOI : 10.1016/j.sbspro.2011.11.241.

Shemesha, D.O., Heimana, T & Eden, S. (2012). Cyberbullying victimisation in adolescence:

relationships with loneliness and depressive mood. Emotional and Behavioural Difficulties,

Vol. 17, No. 3–4, 361–374. DOI : 10.1080/13632752.2012.704227

Smith, J.S., & Wertlieb, E.C.(2005). Do First-Year College Students’ Expectations Align with their First-

Year Experiences?. NASPA Journal, Vol. 42, no. 2, 153-174.

Syabanawati, E. N. (2014). Gambaran college adjustment mahasiswa angkatan 2011 fakultas psikologi

universitas padjajaran. Jurnal Psikologi Unpad.

Wedaloka, K.B & Turnip, S.S. (2019). Gender differences in the experience of loneliness among

adolescents in Jakarta. Humanitas Indonesian Psychological Journal, Vol. 16, No. 1, 33-42.

Wols, Scholte, R.H.J & Qualter, P. (2015). Prospective associations between loneliness and emotional

intelligence. Journal of Adolescence , 39, 40-48

Woodhouse, S.S., Dykas, M.J & Cassidy, J. (2011). Loneliness and Peer Relations in Adolescence.

Social Development, 1-21. DOI : doi: 10.1111/j.1467-9507.2011.00611.x